ii. tinjauan pustaka 2.1 aspek teknis lidah buaya 2.pdf7 ii. tinjauan pustaka 2.1 aspek teknis lidah...

25
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspek Teknis Lidah Buaya Menurut Arifin (2015), lidah buaya merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat serta mudah ditanam dan tumbuh di daerah berhawa panas. Maka dari itu lidah buaya dikenal sebagai miracle plant, first aid plant, atau burn plant. Tanaman ini memiliki daun berwarna hijau berlapis lilin putih. Berbentuk agak runcing seperti taji, tebal, getas, tepi daun bergerigi, atau berduri kecil. Perkataan “Aloe Vera” berasal dari Bahasa Arab “Alloeh” yang artinya bahan pahit yang berkilat, dan dalam Bahasa Latin pula “Aloe” adalah pokok, sedangkan “Vera” adalah tulin atau pokok tulin. Terdapat lebih 300 spesies lidah buaya di bumi ini dan hanya beberapa saja yang dikenal pasti memiliki khasiat dan nutrisi yang boleh digunakan. Aloe Barbadensis Milller merupakan spesies lidah buaya yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dunia. Berikut data mengenai klasifikasi tanaman lidah buaya. Kingdom : Plantae Divisi : Angiospermae Bangsa : Monocotyledoneae Bangsa : Liliales Suku : Liliaceae Marga : Aloe Jenis : Aloe vera Lidah buaya memiliki batang yang pendek. Batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam tanah. Melalui

Upload: tranhanh

Post on 24-Aug-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Teknis Lidah Buaya

Menurut Arifin (2015), lidah buaya merupakan tanaman yang memiliki

banyak manfaat serta mudah ditanam dan tumbuh di daerah berhawa panas. Maka

dari itu lidah buaya dikenal sebagai miracle plant, first aid plant, atau burn plant.

Tanaman ini memiliki daun berwarna hijau berlapis lilin putih. Berbentuk agak

runcing seperti taji, tebal, getas, tepi daun bergerigi, atau berduri kecil. Perkataan

“Aloe Vera” berasal dari Bahasa Arab “Alloeh” yang artinya bahan pahit yang

berkilat, dan dalam Bahasa Latin pula “Aloe” adalah pokok, sedangkan “Vera”

adalah tulin atau pokok tulin.

Terdapat lebih 300 spesies lidah buaya di bumi ini dan hanya beberapa

saja yang dikenal pasti memiliki khasiat dan nutrisi yang boleh digunakan. Aloe

Barbadensis Milller merupakan spesies lidah buaya yang paling banyak digunakan

oleh masyarakat dunia. Berikut data mengenai klasifikasi tanaman lidah buaya.

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Bangsa : Monocotyledoneae

Bangsa : Liliales

Suku : Liliaceae

Marga : Aloe

Jenis : Aloe vera

Lidah buaya memiliki batang yang pendek. Batangnya tidak terlihat

karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam tanah. Melalui

8

batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya akan menjadikan

anakan lidah buaya. Batang lidah buaya ini dapat distek untuk proses perbanyakan

tanaman ini. Peremajaan tanaman ini dilakukan dengan cara memangkas habis

daun dan batangnya, lalu sisa tunggul batangnya akan munsul tunas-tunas baru.

Daun lidah buaya berbentuk pita dengan helaian yang memanjang.

Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau, mengandung gel atau

getah sebagai bahan baku obat. Bentuk daunnya menyerupai pegang berujung

runcing dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang daun lidah buaya ini dapat

mencapai 50 sampai dengan 75 cm, dengan berat 0,5 kg.

Bunga lidah buaya berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang

mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga ini berukuran kecil dan panjang

bunga bisa mencapai 100 cm, dimana bunga lidah buaya muncul bila ditanam di

pegunungan, selain itu bunga lidah buaya menghendaki tanah yang subur dan

gembur di bagian atasnya.

Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek dengan

akar berbentuk serabut, yaitu akar samping yang keluar dari pangkal batang atau

buku, umumnya bergerombol dan berfungsi menggantikan akar tunggang yang

tidak berkembang. Akar lidah buaya mempunyai panjang rata-rata bisa mencapai

30 sampai dengan 100 cm (Arifin, 2015).

Menurut Arifin (2015) pada dasarnya tanaman lidah buaya ini dapat hidup

dan berkembang dimana saja dengan mudah. Namun setiap tanaman mempunyai

syarat tumbuh untuk hidup dan berkembang menjadi lebih baik lagi agar lebih

produktif. Sama halnya dengan lidah buaya yang memiliki syarat tumbuh untuk

hidup dan berkembang.

9

Lidah buaya tahan terhadap segala unsur iklim, baik suhu, curah hujan,

dan sinar matahari. Lidah buaya juga tahan terhadap kekeringan, ini dikarenakan

tanaman ini menyimpan air pada daunnya yang tebal dan mulut daun yang sangat

rapat sehingga dapat mengurangi penguapan pada musim kering. Lidah buaya

termasuk tanaman yang efisien dalam penggunakan air dan dapat tumbuh di

daerah basah maupun kering. Adapun kelemahan tanaman ini bisa ditanam pada

daerah basah dengan curah hujan tinggi adalah banyaknya cendawan terutama

Fusarium sp. yang menyerang pangkal daun.

Lidah buaya dapat tumbuh dari daerah dataran rendah sampai daerah

dataran pegunungan. Daya adaptasinya tinggi sehingga tempat tumbuhnya

menyebar diseluruh dunia, mulai daerah tropika sampai daerah subtropika.

Tanah yang dikehendaki oleh tanaman lidah buaya ini yaitu tanah subur

yang kaya bahan organik dan gembur. Kesuburan tanah pada lapiran olahan

sedalam 30 cm sangat diperlukan karena akarnya pendek. Apabila tanaman

ditanam di daerah yang bertanah mineral maupun tanah organik, agar dapat

tumbuh dengan baik diperlukan tambahan pupuk.

2.2 Manfaat Lidah Buaya

Manfaat lidah buaya memang sangat banyak, lidah buaya bermanfaat

untuk rambut, kulit jerawat, bahkan untuk dijadikan obat alami dibeberapa bagian

tubuh manusia. Manfaat yang terkandung dalam lidah buaya membuat tanaman

ini menjadi peluang bisnis yang lumayan menggiurkan, ini telihat dari salah satu

industri yang berkembang saat ini adalah industri pengolahan lidah buaya menjadi

beberapa produk yang beraneka ragam. Berdasarkan kenyataan ini, lidah buaya

10

menjadi salah satu jenis tanaman terlaris di dunia yang telah dikembangkan oleh

negar-negara Eropa sebagai bahan baku industri. Pengembangan agribisnis lidah

buaya memiliki prospek yang sangat bagus dilihat dari segi keterlibatan

masyarakatnya dan manfaatnya yang ditimbulkan, berikut beberapa faktanya

bahwa lidah buaya kaya akan manfaat.

1. Mendorong tumbuhnya industri pedesaan baik sektor hulu maupun sektor

hilir, sehingga dapat memperluas lapangan kerja di pedesaan

2. Penganekaragaman produknya sangat beragam dari mulai makanan dan

minuman, bahan baku kosmetika, dan bahan baku obat-obatan.

3. Nilai tambah produk hilirnya cukup besar

4. Permintaan produk olahannya mempunyai pasar yang bagus

Pengembangan agribisnis lidah buaya di Indonesia terpusat di Pontianak,

Provinsi Kalimantan Barat. Pengembangan lidah buaya juga terdapat di Jawa

Barat di daerah Bogor dan Parung, dimana lidah buaya di daerah tersebut

dibudidayakan secara organik.

Pengembangan lidah buaya tidak hanya terdapat pada pulau Kalimantan

dan Jawa saja, di Bali juga terdapat pengembangan lidah buaya tepatnya di Desa

Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Pengembangan lidah buaya di

daerah ini digunakan sebagai pupuk cair. Pupuk cair organik adalah zat penyubur

tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair. Pupuk organik

lidah buaya buatan Indonesia berhasil menembus Malaysia. Bahan baku pupuk

cair yang sangat bagus yaitu bahan yang besar kandungan selulosanya. Semakin

besar kandungan selulosa dari bahan organic (C/N ratio) maka proses penguraian

11

oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya

nutrisi yang dibutuhkan tanaman pada umumnya (Arifin, 2015).

2.3 Pembudidayaan Lidah Buaya

Secara garis besar, budidaya lidah buaya sangat mudah untuk dilakukan.

Menurut Arifin (2015) pada bukunya yang berjudul “Intensif Budidaya Lidah

Buaya Usaha dengan Prospek yang Kian Berjaya”, sebelum melakukan budidaya

tanaman lidah buaya dilakukan penyiapan lahan untuk pembudidayaan. Lahan

disiapkan dalam keadaan telah dibajak dan di gemburkan terlebih dahulu

kemudian dibuat saluran drinase dan bedengan. Bedengan harus dibuat dengan

ukuran 1 x 2 meter dan tinggi 30 sampai dengan 40 cm dan panjang di sesuaikan

dengan kondisi lahan.

Budidaya tanaman lidah buaya dimulai dengan melakukan pembibitan

terlebih dahulu. Pembibitan dilakukan secara vegetatif. Bibit diambil dari tanaman

induk berupa anakan dengan jalan dicongkel dan diusakan agar akarnya tak putus.

Anakan yang telah diperoleh ditanam dalam polibag. Waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan proses pembibitan adalah tiga sampai lima bulan. Setelah masa

pembibitan barulah bisa ditanam diareal pembudidayaan yang sudah disiapkan.

Bibit tanaman lidah buaya ditanam dalam lubang dengan kedalaman kurang lebh

10 cm. Pada waktu penanaman diusahakan agar tanaman lidah buaya tidak

berhimpitan dan daun tidak patah.

Pemeliharaan tanaman lidah buaya dengan cara memberikan pupuk

kandang yang sudah matang sebanyak 2 sampai dengan 5 kg ketika lidah buaya

berumur 1 sampai 2 minggu sebelum proses penanaman. Setelah pasca tanam

12

dapat diberikan pupuk Urea dan Furadan. Lidah buaya sudah dapat dipanen pada

umur 8 sampai dengan 12 bulan setelah penanaman. Panen berikutnya dilakukan

secara periodik setiap bulan.

2.4 Proses Produksi

Proses produksi adalah cara atau metode yang dilakukan perusaahn untuk

menciptakan barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia,

mesin, dana, dan bahan-bahan) yang ada. Menurut Assauri, S (1999), jenis proses

produksi ini sangat banyak, namun secara ekstern dapat dibedakan menjadi dua

yaitu proses produksi yang terus menerus (continuous processes) dan proses yang

terputus-putus (intermittent processes).

1. Proses produksi yang terus menerus (continuous processes)

Merupakan proses produksi barang atau jasa atas dasar aliran produk dari

satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disutu titik dalam proses.

Biasanya ciri-ciri proses produksi jenis ini adalah produk yang dihasilkan dalam

jumlah besar dengan variasi yang sangat kecil, apabila terjadi salah satu mesin

rusak maka seluruh proses produksi akan terhenti, persediaan bahan mentah dan

bahan dalam proses adalah lebih rendah daripada proses yang terputus-putus.

2. Proses yang terputus-putus (intermittent processes)

Merupakan proses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-

menerus dalam proses produk ini. Perusaahaan yang menggunakan tipe ini

biasanya terdaat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau

menunggu untuk diproses. Biasanya ciri-ciri proses produksi jenis ini adalah

produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang

13

sangat besar dan didasarkan atas pesanan, proses produksi tidak mudah terhenti

walaupun terjadi kerusakan, dan persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena

tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga

persediaan bahan dalam proses lebih tinggi daripada proses terus-menerus karena

prosesnya terputus-putus.

2.5 Pengertian Bahan Baku

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (dalam Wirasuta, 2004) bahan baku

atau yang lebih dikenal dengan sebutan Raw Material merupakan bahan mentah

yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

bersangkutan. Mulyadi (dalam Wirasuta, 2004) juga berpendapat bahwa bahan

baku merupakan bahan yang membentuk bagian utama dari produk jadi. Bahan

baku merupakan bahan yang harus diperhitungkan dalam kelangsungan proses

produksi. Banyaknya bahan baku yang tersedia akan menentukan besarnya

penggunaan sumber-sumber didalam perusahaan dan kelancarannya dalam

mengelola kegiatan produksinya (Assauri, 1999).

Menurut Apriyantono dkk (dalam Suhartanti, 2009), bahan baku juga

dapat diartikan sebagai bahan utama yang digunakan dalam proses produksi,

sedangkan bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses

produksi yang jumlahnya sedikit, dan bahan penolong adalah bahan-bahan yang

tidak masuk dalam ingredient produk tetapi digunakan dalam proses produksi.

Contohnya pada industri roti bahan bakunya tepung dan bahan tambahannya

adalah ragi. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku merupakan faktor yang

14

penting dalam suatu proses produksi karena bila terjadi kekurangan bahan baku

maka kegiatan perusahaan tidak dapat berjalan lancar sebagaimana mestinya.

2.6 Pengertian Persediaan

Persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan

dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses

produksi, serta barang-barang jadi yang disediakan untuk memenuhi permintaan

dari konsumen atau langganan setiap waktu. Rangkuti (dalam Putra, 2008).

Menurut Handoko (dalam Putra, 2008), persediaan merupakan segala sesuatu atau

sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap

pemenuhan permintaan. Keberadaan persediaan berkaitan dengan faktor waktu,

faktor ketidakpastian, faktor diskontinuitas, dan faktor ekonomi.

Persediaan memiliki fungsi penting yang dapat meningkatkan efisiensi

operasional suatu perusahaan, dengan adanya persediaan maka proses produksi

tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur untuk

memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat dilaksanakan

dengan biaya minimum. Setiap perusahaan memiliki jumlah berbeda-beda, dan

jumlah itu disesuaikan dengan kondisi dan konsep manajemen persediaan yang

diinginkan (Fahmi, 2012). Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas :

1. Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang

berwujud mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam

atau dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk

digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

15

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased paris), yaitu persediaan

barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari

perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi produk.

3. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-

barang yang merupakan keluaran tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau

telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut

mejadi barang jadi.

4. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-

barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian

atau komponen barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang

telah selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual

atau dikirim kepada pelanggan.

2.7 Pengertian Mutu

Mengenai mutu ini dapat berbeda-beda tergantung dari rangkaian

perkataan atau kalimat dimana istilah mutu ini dipakai, dan orang yang

mempergunakan, dalam perusahaan pabrik, istilah mutu diartikan sebagai faktor-

faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau

hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan

atau dibutuhkan. Pada kenyataannya, apabila hasil produksi atau barang itu tidak

mencapai dengan tepat tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkan atau

dipergunakan, ini tidak selalu berarti bahwa konsumen atau pembeli akan

membuat keluhan-keluhan pada produsen (Assauri, 1999).

16

Mutu adalah kesesuaian serangkaian karakteristik produk atau jasa dengan

standar yang ditetapkan perusahaan berdasarkan syarat, kebutuhan dan keinginan

konsumen. Segala aspek termasuk pengertian dan pemahaman terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan mutu sangat penting untuk dimiliki oleh perusahaan, baik

untuk kepentingan internal maupun eksternal, dengan persepsi yang sama

mengenai mutu maka tujuan dan cita-cita mutu perusahaan dapat dicapai dengan

lebih cepat dan efisien (Muhandri dan Kadarisman dalam Ilham, 2012).

2.8 Pengendalian Mutu

Menurut Sumayang, (2003) dalam bukunya, pengendalian mutu

merupakan falsafah yang memantapkan dan menjaga lingkungan yang

menghasilkan perbaikan terus-menerus pada kualitas dan produktivitas di seluruh

aktivitas perusahaan, pemasok, dan jalur distribusi. Perbaikan menyeluruh yang

terus-menerus di semua fungsi mulai dari perencanaan sanpai dengan fungsi

pelayanan di lapangan. Misi pengendalian mutu adalah perbaikan yang

berkesinambungan pada produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,

memberikan keberhasilan usaha dan mengembalikan investasi kepada para

pemegang saham dan pemilik peusahaan.

Supaya produksi dapat berjalan lancar, maka orang-orang dipekerjakan

untuk menyortir pekerjaan yang tak memuaskan dan menyingkirkan ke suatu

tempat. Pada saat inilah mulai dikenal pengawasan mutu. Akan tetapi dengan

berkembangnya mekanisasi lebih maju, maka keadaan dunia industri tidak

beraturan dan para pengusaha atau produsen kurang perhatian untuk menghasilkan

barang yang bermutu, sehingga timbullah anggapan bahwa petugas-petugas yang

17

melakukan pengawasan merupakan halangan bagi para pekerja untuk dapat

melaksanakan kegiatan produksi. Akan tetapi, dengan perkembangan

perkembangan produksi yang semakin baik serta penerangan dan komunikasi

yang semakin maju maka keadaan tersebut menjadi berubah, di mana peranan

mutu mulai dirasakan pentingnya dan mulailah dicari prosedur-prosedur

pengawasan mutu yang lebih baik (Fahmi, 2012).

Maka dari kenyataan yang telah terjadi, Assauri (1999) menyimpulkan

bahwa pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah

kebijaksanaan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir.

Dengan perkataan lain, pengawasan mutu merupakan usaha untuk

mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai

dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pemimpin

perusahaan. Pengawasan mutu ini, semua prestasi barang dicek menurut standar,

dan semua penyimpangan-penyimpangan dari standar dicatat serta dianalisis dan

semua penemuan-penemuan dalam hal ini dipergunakan sebagai umpan balik

untuk para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan

perbaikan untuk produksi pada masa-masa yang akan datang.

2.9 Kendali Mutu Terpadu

Pengendalian mutu harus dimulai sejak perencanaan mutu produk, antara

tahap perencanaan dan tahap seperti pengorganisasian dan pelaksanaan harus

disertai pengawasan mutu. Hal ini memberi gambaran bahwa manajemen mutu

meliputi berbagai aspek keikutsertaan berbagai pihak dalam perusahaan yang

menghasilkan suatu produk yang mutunya harus dikendalikan. Jika berbicara

18

mengenai manajemen mutu, maka perlu adanya dukungan dan partisipasi dari

berbagai pihak diantaranya : a) Partisipasi pihak manajemen atau keikutsertaan

pimpinan perusahaan; dan b) Partisipasi (keikutsertaan) karyawan (tenaga kerja).

Terdapat empat jenis-jenis pengawasan mutu produk menurut

Prawirosentono (dalam Fitriani 2004), antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pengawasan mutu bahan baku

Apakah bahan baku yang digunakan sesuai dengan mutu direncanakan? Hal

ini perlu diamati sejak rencana pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku di

gudang, penyimpanan bahan baku di gudang, sampai dengan saat bahan baku

tersebut akan digunakan.

b. Pengawasan proses produksi

Bahan baku yang telah diterima gudang, selanjutnya diproses dalam mesin-

mesin produksi untuk diolah menjadi barang jadi, dalam hal ini, selain cara kerja

peralatan produksi yang mengolah bahan baku dipantau, juga hasil kerja mesin-

mesin tersebut dipantau dengan cara statistik agar menghasilkan barang sesuai

yang direncanakan.

c. Pengawasan produk jadi

Pemeriksaan atas hasil produksi jadi untuk mengetahui apakah produk sesuai

dengan rencana ukuran dan mutu atau tidak, sekaligus untuk mengetes mesin-

mesin yang mengolah selama proses produksi. Bila produk atau produk setengah

jadi sesuai dengan bentuk, ukuran dan standar mutu yang direncanakan, maka

produk-produk tersebut dapat digudangkan dan dipasarkan (didistribusikan). Bila

terdapat barang yang cacat, maka barang tersebut harus dibuang atau remade dan

mesin perlu disetel kembali agar beroperasi secara akurat.

19

d. Pengawasan pengepakan atau kemasan

Kemasan merupakan alat untuk melindungi produk agar tetap dalam kondisi

sesuai dengan mutu, tetapi ada pula produk yang tidak begitu memerlukan

perhatian khusus dalam hal kemasan maupun alat angkut, misalnya kelapa,

singkong, dan sebagainya. Akan tetapi, tetap harus memilih alat angkut yang tepat

agar produk sampai tujuan dengan mutu tetap prima.

2.10 Biaya Mutu (quality cost)

Hampir setiap produsen ingin berusaha memperbaiki mutu dari barang

yang dihasilkannya, di dalam masalah mutu ini, biasanya produsen selalu

berusaha untuk dapat bertindak efisien. Produsen selalu memikirkan untuk

memperbaiki mutu dari barang yang dihasilkannya dengan biaya lebih murah.

Sehingga perlu kita ketahui, bahwa sebenarnya untuk meningkatkan mutu selalu

dibutuhkan biaya. Oleh karena itu, pengusaha atau produsen harus melihat biaya

yang dikeluarkan dan keuntungan yang dapat diharapkan. Menurut Fitriani

(2004), perlu diperhatikan unsur-unsur atau komponen biaya apa saja yang

terdapat dalam mutu yaitu sebagai berikut.

1. Biaya pengawasan kualitas

a) Biaya kerusakan bahan baku dan bahan penolong karena kurangnya

perawatan pada waktu penyimpanan di gudang dan kurang stabilnya mutu

bahan baku. sehingga pada waktu bahan baku akan diproses kualitasnya

mengalami penyusutan.

b) Biaya tenaga kerja yang terlibat dalam pengawasan kualitas. Biaya ini

merupkan biaya tambahan karena perusahaan sering mengadakan kerja

20

lembur untuk pemeriksaan kualitas. Besarnya biaya pengawasan kualitas

dipengaruhi oleh ketat tidaknya intensitas pengawasan kualitas produk.

2. Biaya jaminan mutu

Biaya jaminan mutu yang dikeluarkan perusahaan diakibatkan karena

kerusakan produk selama perjalanan dari perusahaan ke distributor atau ke

konsumen. Biaya jaminan mutu ini meliputi:

a) Biaya perbaikan produk yang rusak

b) Biaya penggantian produk rusak dan cacat

c) Biaya atas ditanggungnya resiko yang menyebabkan berkurangnya volume

penjualan karena biaya produk yang rusak atau cacat telah dibeli oleh para

konsumen yang membeli produk.

2.11 Alat Bantu dalam Pengawasan Kualitas

Pengawasan kualitas secara statistik dengan menggunakan SPC (Statistical

Processing Control) mempunyai 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat

digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana

disebutkan juga oleh Heizer dan Render dalam bukunya Manajemen Operasi

(2006; 263-268), antara lain yaitu; check sheet, histogram, control chart, diagram

pareto, diagam sebab akibat, scatter diagram, dan diagram proses. Alat bantu

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar pemeriksaan, diagram sebab

akibat, histogram, dan peta kontrol. Dari tujuh alat bantu yang ada, penelitian ini

hanya menggunakan empat alat bantu dikarenakan keempat alat bantu ini sesuai

dengan kondisi perusahaan yang tidak mencatat secara spesifik jenis kerusakan

yang terjadi di dalam perusahaannya.

21

Gambar 2.1

Alat Bantu Pengawasan Mutu

1. Lembar pemeriksaan (check sheet)

Check sheet atau lembar pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan

penganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah

barang yang diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang

dihasilkannya. Tujuan digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah

proses pengumpulan data dan analisis, serta untuk mengetahui area permasalahan

berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk

melakukan perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencatat

frekuensi munculnya karakteristik suatu produk yang berkenaan dengan

kualitasnya. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan analisis

22

masalah kualitas. Adapun beberapa manfaat dipergunakannya check sheet yaitu

sebagai alat untuk :

a. Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana

suatu masalah terjadi.

b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi.

c. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan.

d. Memisahkan antara opini dan fakta.

2. Diagram sebar (scatter diagram)

Scatter diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik yang

menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua variabel

tersebut kuat atau tidak, yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses

dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar (scatter diagram)

merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana

kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua

variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tida ada hubungan. Dua variabel

yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor

yang mempengaruhinya.

3. Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram)

Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan berguna

untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan

mempunyai akibat pada masalah yang di pelajari. Selain itu juga dapat melihat

faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada

23

faktor utama tersebut yang dapat di lihat pada panah-panah yang berbentuk tulang

ikan.

Diagram sebab-akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950

oleh seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang

menggunakan uraian grafis dari unsur-unsur proses untuk menganalisa

sumbersumber potensial dari penyimpangan proses. Faktor-faktor penyebab

utama ini dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian yaitu :

1. Material (bahan baku).

2. Machine (mesin).

3. Man (tenaga kerja).

4. Method (metode).

5. Environment (lingkungan).

Adapun kegunaan dari diagram sebab-akibat adalah :

1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.

2. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki

peningkatan kualitas.

3. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.

4. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.

5. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk

dengan keluhan konsumen.

6. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan

dilaksanakan.

7. Merencanakan tindakan perbaikan.

24

Adapun langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah

sebagai berikut,

1. mengidentifikasi masalah utama;

2. menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram;

3. mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada diagram utama;

4. mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada penyebab mayor;

5. diagram telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan

penyebab sesungguhnya.

4. Diagram Pareto (pareto analysis)

Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan

digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram Pareto adalah grafik balok

dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data

terhadap keseluruhan. Menggunakan diagram pareto, dapat terlihat masalah mana

yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Fungsi

Diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama

untuk peningkatan kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil.

5. Diagram Alir/Diagram Proses (process flow chart)

Diagram alir secara grafis menunjukkan sebuah proses atau sistem dengan

menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup

sederhana, tetapi merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami

sebuah proses atau menjelaskan langkah-langkah sebuah proses.

6. Histogram

25

Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi

dalam proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data

yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal dengan

distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data

yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Histogram dapat berbentuk “normal” atau

berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat

pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris

menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi

kebanyakan data nya berada pada batas atas atau bawah.

7. Peta kendali (control chart)

Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk

memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam

pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan

masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya

perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab

penyimpangan meskipun penyimpanan itu akan terlihat pada peta kendali.

Manfaat dari peta kendali adalah untuk,

1. memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada di dalam

batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali;

2. memantau proses produksi secara terus menerus agar tetap stabil;

3. menentukan kemampuan proses (capability process);

4. mengevaluasi performance pelaksanaan dan kebijaksanaan pelaksanaan proses

produksi;

26

5. membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum

dipasarkan.

Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya

penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali :

1. Upper control limit/batas kendali atas (UCL), merupakan garis batas atas

untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan.

2. Central line/garis pusat atau tengah (CL), merupakan garis yang

melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik sampel.

3. Lower control limit/batas kendali bawah (LCL), merupakan garis batas bawah

untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel.

Out of control adalah suatu kondisi dimana karakteristik produk tidak

sesuai dengan spesifikasi perusahaan ataupun keinginan pelanggan dan posisinya

pada peta kontrol berada di luar kendali. Tipe-tipe out of control meliputi :

1. Aturan satu titik

Terdapat satu titik data yang berada di luar batas kendali, baik yang berada

diluar UCL maupun LCL, maka data tersebut out of control.

2. Aturan tiga titik

Terdapat tiga titik data yang berurutan dan dua diantaranya berada

didaerah A, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data

tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control

limits.

3. Aturan lima titik

Terdapat lima titik data yang berurutan dan empat diantaranya berada di

daerah B, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data

27

tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control

limits.

4. Aturan delapan titik

Terdapat delapan titik data yang berurutan dan berada berurutan di daerah

C dan di daerah UCL maka satu data tersebut out of control, yakni data yang

berada paling jauh dari central control limits. Peta kontrol berdasarkan jenis data

yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Peta kontrol variabel

a. Peta untuk rata-rata (x-bar chart)

b. Peta untuk rentang ( R chart)

c. Peta untuk standar deviasi (S chart)

2. Peta kontrol atribut, terdiri dari :

a. Peta p, yaitu peta kontrol untuk mengamati proporsi atau perbandingan

antara produk yang cacat dengan total produksi, contohnya : baik-buruk

dan, bagus-jelek.

b. Peta c, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per total

produksi.

c. Peta u, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per unit

produksi.

2.12 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Suhartini (2007) yang berjudul “Analisis

Faktor-faktor yang Menyebabkan Ketidaksesuaian Produk pada Sampel Produk

Cat Tembok di PT Propan Raya I.C.C Surabaya” menjelaskan tentang faktor

28

penyebab terjadinya ketidaksesuaian terhadap cat sample produk di PT Propan

Raya ICC Surabaya. Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan diagram

kontrol, diagram pareto, dan diagram sebab akibat. Hasil yang diperoleh yaitu

berada dalam batas kontrol dengan presentase 6,5% maka produksi berjalan

dengan baik dan terkendali. Ada beberapa jenis ketidaksesuaian pada sample

produk cat tembok yaitu warna cat tidak sesuai standar, campuran cat tidak

homogen, lapisan cat retak saat pengeringan, dan kekentalan tidak sesuai standar.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nur Ilham (2012) yang

berjudul “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan SPC

(Statistical Processing Control) pada PT Bosowa Media Grafika”. Penelitian ini

menjelaskan penerapan sistem pengendalian kualitas produk serta mencari

penyebab kerusakan produk pada perusahaan. Metode yang digunakan yaitu SPC

(Statistical Processing Control). Hasilnya masih belum terkendali, kerusakan

yang paling utama adalah tinta kabur. Faktor lainnya adalah manusia, mesin,

lingkungan, metode kerja, dan bahan baku.

Penelitian yang dilakukan oleh Bakhtiar, S, Suharto Tahir dan Ria Asysyta

Hasni (2013) yang berjudul “Analisa Pengendalian Kualitas Dengan

Menggunakan Metode SQC (Statistical Quality Control) Studi Kasus Pada UD

Matika Tapaktuan”. Penelitian ini dilakukan mengenai pengendalian kualitas

produk jadi sirup pala dan mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas

produk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah check sheet,

histogram, diagram pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram, peta kendali

dan stratifikasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada data yang

melewati batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi. Faktor penyebab

29

penyimpangan kualitas produk dapat dibedakan menjadi beberapa faktor, yaitu

manusia, material, metode, dan proses.

Tabel 2.1

Perbedaan dan Persamaan Penelitian

No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1 Suhartini

(2007)

Analisis Faktor-faktor

Yang Menyebabkan

Ketidaksesuaian Produk

Pada Sample Produk Cat

Tembok di PT Propan

Raya I.C.C Surabaya

Menggunakan

diagram control,

diagram pareto,

dan diagram

sebab akibat

Lokasi penelitian

berada di Provinsi

Jawa Timur

Usaha yang diteliti

adalah usaha cat

tembok

Tidak menganalisis

total biaya

pengendalian mutu

yang optimum

Tidak menganalisis

pengendalian bahan

baku

2 Muhamma

d Nur

Ilham

(2012)

Analisis Pengendalian

Kualitas Produk Dengan

Menggunakan SPC

(Statistical Processing

Control) Pada PT Bosowa

Media Grafika

Menggunakan

check sheet,

histogram, peta

kendali

Lokasi penelitian

berada di Provinsi

Kalimantan Timur

Usaha yang diteliti

adalah percetakan

Koran Tribun

Tidak menganalisis

total biaya

pengendalian mutu

yang optimum

Tidak menganalisis

pengendalian bahan

baku

3 Bakhtiar, S,

Suharto

Tahir dan

Ria

Asysyta

Hasni

(2013)

Analisa Pengendalian

Kualitas Dengan

Menggunakan Metode

SQC (Statistical Quality

Control) Studi Kasus Pada

UD Matika Tapaktuan

check sheet,

histogram,

diagram pareto,

diagram sebab

akibat, scatter

diagram, peta

kendali dan

stratifikasi

Lokasi penelitian

berada UD Matika

Tapaktuan

Tidak menganalisis

total biaya

pengendalian mutu

yang optimum

Tidak menganalisis

pengendalian bahan

baku

30

2.13 Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengembangan agribisnis lidah buaya memiliki prospek yang sangat bagus

dilihat dari segi keterlibatan masyarakatnya dan manfaatnya yang ditimbulkan,

untuk itu lidah buaya menjadi salah satu jenis tanaman terlaris yang

dikembangkan sebagai bahan baku industri. Proses inilah yang dilirik oleh PT

Alove Bali yang merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi pupuk

organik cair berbahan baku lidah buaya yang terletak di Desa Saba, Kecamatan

Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

PT Alove Bali memiliki lahan perkebunan seluas 30 Ha. Disamping itu,

PT Alove Bali juga mengembangkan budidaya lidah buaya dengan sistem plasma.

Luas lahan perkebunan untuk sistem plasma tersebut 70 Ha yang terletak di

sekitar Kabupaten Gianyar bagian timur (Kabupaten Klungkung dan Karangasem)

dan utara (Kabupaten Bangli).

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengawasan bahan

baku lidah buaya dan mutu produk yang dihasilkan oleh PT Alove Bali, sehingga

dapat mengetahui kualitas produknya sudah sesuai standar atau tidak. Pada

pengawasan bahan baku lidah buaya, akan lebih dijelaskan bagaimana perusahaan

melakukan pengadaan bahan baku dengan deskriptif. Pada pengawasan mutu,

akan dibahas bagaimana perusahaan melakukan pengawasan mutu menggunakan

metode SPC (Statistical Proccess Control) dengan menggunakan peta kontol dan

diagram sebab akibat. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis total biaya

mutu optimum, sehingga dapat dilihat perbedaan total biaya yang dilakukan

perusahaan dengan total biaya pada kondisi optimum.

31

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Penelitian Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif

Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi pada PT. Alove Bali

PT Alove Bali

Pengawasan

pengendalian mutu

Pengawasan

pengadaan bahan baku

lidah buaya

Mutu POC

menggunakan SPC

Biaya mutu

optimum

Proses

pengawasan mutu Total biaya atas mutu

kondisi aktual

Jumlah kerusakan

optimum

Check sheet

Peta kontrol

Total biaya atas

mutu kondisi

optimum

Diagram sebab

akibat

Kesimpulan

Rekomendasi