laporan kasus punya meyla status neurologi penderita

51
Laporan Kasus Hemiplegi Sinistra Tipe Spastik + Parese N. VII dan N.XII Tipe Perifer  Penyaji Meyla Rosalita, S.Ked 70 2008 023 Pembimbing dr. Zahirwan, Sp.S DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG/ RSUD. PALEMBANG BARI 2012

Upload: miranti-dwi-hartanti

Post on 30-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 1/51

Laporan Kasus

Hemiplegi Sinistra Tipe Spastik +

Parese N. VII dan N.XII Tipe Perifer 

Penyaji

Meyla Rosalita, S.Ked 

70 2008 023 

Pembimbing

dr. Zahirwan, Sp.S

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG/

RSUD. PALEMBANG BARI 

2012

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 2/51

1

STATUS NEUROLOGI PENDERITA

1.1. IDENTIFIKASI

 Nama : Ny. R 

Umur : 65 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Palembang

Agama : Islam

MRS Tanggal : 28 Agustus 2012

ANAMNESA (Autoanamnesa dan Alloanamnesa)

Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena tidak 

dapat berjalan yang disebabkan kelemahan pada lengan dan tungkai kiri yang terjadi

secara tiba-tiba.

± 3 hari SMRS, saat ingin ke toilet, penderita mengalami kelemahan pada

lengan kiri dan tungkai kiri tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan terjadi

 penderita tidak mengalami sakit kepala, tidak ada mual dan muntah, tidak ada

kejang, tidak ada jantung berdebar-debar. Kelemahan pada lengan kiri dan tungkai

kiri dirasakan sama berat. Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya secara

lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang

diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Sehari-hari penderita melakukan

 pekerjaan dengan menggunakan tangan kanan. Saat bicara mulut penderita mengot

dan suaranya pelo.

Riwayat darah tinggi sejak ± 10 tahun yang lalu, tidak kontrol secara rutin dan

 jarang minum obat. Riwayat kencing manis dan trauma disangkal.

Penderita mengalami keluhan seperti ini untuk pertama kalinya.

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 3/51

2

1.2. PEMERIKSAAN (Tanggal 28 Juni 2012)

Status Praesens Status Internus

Kesadaran : (E:4, M:6, V:5) Jantung : HR:88x/menit,gallop(-),murmur(-)

Suhu Badan : 36,7ºC Paru-paru: vesikuler(+),wheezing(-),ronchi(-)

 Nadi : 88 x/m Hepar : tidak teraba

Pernapasan : 22 x/m Lien : tidak teraba

TD : 160/100 mmHg Genitalia : tidak diperiksa

Status Psikiatrikus

Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : wajar 

Perhatian : ada Kontak Psikis : ada

Status Neurologikus

A. KEPALA

Bentuk : brachiocephali

Ukuran : normal

Simetris : simetris

B. LEHER 

Sikap : lurus Deformitas : tidak ada

Torticolis : tidak ada Tumor : tidak ada

Kaku kuduk : tidak ada Pembuluh darah : tidak ada

Pelebaran

C. SYARAF-SYARAF OTAK 

N. Olfaktorius Kanan Kiri

Penciuman tidak ada kelainan tidak ada kelainan

Anosmia tidak ada tidak ada

Hyposmia tidak ada tidak ada

Parosmia tidak ada tidak ada

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 4/51

3

N.Opticus Kanan Kiri

Visus 1/300 1/300

Campus visi

-  Anopsia tidak ada tidak ada

-  Hemianopsia tidak ada tidak ada

Fundus Oculi

-  Papil edema tidak diperiksa tidak diperiksa

-  Papil atrofi tidak diperiksa tidak diperiksa

-  Perdarahan retina tidak diperiksa tidak diperiksa

Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens

Kanan Kiri

Diplopia tidak ada tidak ada

Celah mata simetris simetris

Ptosis tidak ada tidak ada

Sikap bola mata

-  Strabismus tidak ada tidak ada

-  Exophtalmus tidak ada tidak ada

-  Enophtalmus tidak ada tidak ada

-  Deviation conjugae tidak ada tidak ada

Gerakan bola mata baik kesegalah arah

Pupil

-  Bentuknya bulat, leukokoria bulat, leukokoria

-  Besarnya Ø 3 mm Ø 3 mm

-  Isokori/anisokor isokor 

-  Midriasis/miosis tidak ada tidak ada

-  Refleks cahaya

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 5/51

4

- Langsung ada ada

- Konsensuil ada ada

- Akomodasi ada ada

-  Argyl Robertson tidak ada tidak ada

N.Trigeminus

Kanan Kiri

Motorik 

-  Menggigit normal normal

-  Trismus tidak ada tidak ada

-  Refleks kornea normal normal

Sensorik 

-  Dahi normal normal

-  Pipi normal normal

-  Dagu normal normal

N.Facialis Kanan Kiri

Motorik 

Mengerutkan dahi : asimetris

Menutup mata : lagophtalmus tidak ada lagophtalmus tidak ada

Menunjukkan gigi : normal sudut mulut tertinggal

Lipatan nasolabialis : normal datar 

Bentuk Muka

-  Istirahat : simetris

-  Berbicara/bersiul : asimetris

Sensorik 

2/3 depan lidah baik/normal

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 6/51

5

Otonom

-  Salivasi Tidak ada kelainan

-  Lakrimasi Tidak ada kelainan

-  Chvostek’s sign Tidak ada kelainan

N. Cochlearis Kanan Kiri

Suara bisikan : terdengar terdengar 

Detik arloji : tidak terdengar tidak terdengar 

Tes Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan

Tes Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan

N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri

Arcus pharingeus : simetris

Uvula : ditengah

Gangguan menelan : tidak ada

Suara serak/sengau : tidak ada

Denyut jantung : normal

Refleks

-  Muntah : Belum dilakukan pemeriksaan

-  Batuk : Belum dilakukan pemeriksaan

-  Okulokardiak : Belum dilakukan pemeriksaan

-  Sinus karotikus: Belum dilakukan pemeriksaan

Sensorik 

-  1/3 belakang lidah: Normal

N. Accessorius Kanan Kiri

Mengangkat bahu : kuat kuat

Memutar kepala : tidak ada hambatan

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 7/51

6

N. Hypoglossus Kanan Kiri

Menjulurkan lidah : deviasi ke kiri

Fasikulasi : tidak ada

Atrofi papil : tidak ada

Disartria : ada

D. COLUMNA VERTEBRALIS

Kyphosis : tidak ada

Lordosis : tidak ada

Gibbus : tidak ada

Deformitas : tidak ada

Tumor : tidak ada

Meningocele : tidak ada

Hematoma : tidak ada

 Nyeri ketok : tidak ada

E. BADAN DAN ANGGOTA GERAK 

FUNGSI MOTORIK 

LENGAN Kanan Kiri

Gerakan cukup kurang

Kekuatan 4 1

Tonus normal meningkat

Refleks fisiologis

-  Biceps normal meningkat

-  Triceps normal meningkat

-  Periost radius normal meningkat

-  Periost ulna normal meningkat

Refleks patologis

-  Hoffman Ttromner negatif 

Trofik eutrofi

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 8/51

7

TUNGKAI Kanan Kiri

Gerakan cukup kurang

Kekuatan 4 1

Tonus normal meningkat

Klonus

-  Paha tidak ada tidak ada

-  Kaki tidak ada tidak ada

Refleks fisiologis

-  K P R meningkat meningkat

-  A P R normal normal

Refleks patologis

-  Babinsky - +

-  Chaddock - +

-  Oppenheim - +

-  Gordon - +

-  Schaeffer - +

-  Rossolimo - -

-  Mendel Bechterew - -

Refleks kulit perut

-  Atas tidak ada kelainan

-  Tengah tidak ada kelainan

-  Bawah tidak ada kelainan

SENSORIS

Tidak ada kelainan

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 9/51

8

GAMBAR 

Keterangan: Hemiparese sinistra tipe spastik 

FUNGSI VEGETATIF

Miksi : tidak ada kelainan

Defekasi : tidak ada kelainan

Ereksi : tidak diperiksa

F. GEJALA RANGSANG MENINGEAL

Kanan Kiri

Kaku kuduk tidak ada

Kernig tidak ada tidak ada

Lasseque tidak ada tidak ada

Lipatan nasolabialiskiri datar 

Sudut mulut kiri

tertinggal

Lidah deviasi ke kiri

Gerakan :

kurang

Kekuatan : 1

Refleks

fisiologimeningkat

Gerakan : kurangKekuatan : 1

Refleks patologis +

Gerakan :

kurang

Kekuatan : 1

Refleksfisiologi

meningkat

Gerakan :kurang

Kekuatan : 1

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 10/51

9

Brudzinsky

-   Neck tidak ada

-  Cheek tidak ada

-  Symphisis tidak ada

-  Leg I tidak ada tidak ada

-  Leg II tidak ada tidak ada

G. GAIT DAN KESEIMBANGAN

Gait Keseimbangan dan Koordinasi

Ataxia : belum bisa dinilai Romberg : belum bisa dinilai

Hemiplegic : belum bisa dinilai Dysmetri :

Scissor : belum bisa dinilai - jari-jari : belum bisa dinilai

Propulsion : belum bisa dinilai - jari hidung : tidak ada kelainan

Histeric : belum bisa dinilai - tumit-tumit : belum bisa dinilai

Limping : belum bisa dinilai

Steppage : belum bisa dinilai Trunk Ataxia : tidak dilakukan

Astasia-Abasia: belum bisa dinilai Limb Ataxia : tidak dilakukan

H. GERAKAN ABNORMAL

Tremor : tidak ada

Chorea : tidak ada

Athetosis : tidak ada

Ballismus : tidak ada

Dystoni : tidak ada

Myocloni : tidak ada

I.  FUNGSI VEGETATIF

Miksi : tidak ada kelainan

Defekasi : tidak ada kelainan

Ereksi : tidak diperiksa

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 11/51

10

J.  FUNGSI LUHUR 

Afasia motorik : tidak ada

Afasia sensorik : tidak ada

Apraksia : tidak ada

Agrafia : tidak ada

Alexia : tidak ada

Afasia nominal : tidak ada

LABORATORIUM

DARAH

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMALHB 12,3 G/DL 12-14

HEMATOKRIT 37 % 37- 43

LEUKOSIT 11.000 /UL 5000-10000

TROMBOSIT 290.000 /UL 150.000-400.000

HITUNG JENIS

  BASOFIL

  EOSINOFIL

  BATANG

  SEGMEN

  LIMFOSIT

  MONOSIT

0

1

1

69

23

6

%

%

%

%

%

%

0-1

1-3

2-6

50-70

20-40

2-8

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

Glukosa sewaktu 105 mg/dl <180

Kolesterol total 181 mg/dl <200

Bilirubin total 0,7 mg/dl <1,1

SGOT 29 U/I <31

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 12/51

11

SGPT 17 U/I <31

Ureum 35 mg/dl 20-40

Creatinine 1,12 mg/dl 0,6-1,1

 Na 140 mmol/dl 135-155

K 2,63 mmol/dl 3,6-6,5

Cl 104 mmol/dl 95-108

URINE : tidak diperiksa

FAECES : tidak diperiksa

LIQUOR CEREBROSPINALIS : tidak diperiksa

PEMERIKSAAN KHUSUS

Rontgen foto cranium : hasil belum ada

Rontgen foto thoraks : tidak diperiksa

Rontgen foto columna vertebralis : tidak diperiksa

Electro Encephalo Graphy : tidak diperiksa

Arteriography : tidak diperiksa

Electrocardiography : sinus rhythm, ST & T abnormal aterolateralis

Pneumography : tidak diperiksa

Lain-lain (CT-Scan) : tidak diperiksa

1.3. RINGKASAN

ANAMNESA

Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena tidak 

dapat berjalan yang disebabkan kelemahan pada lengan dan tungkai kiri yang terjadi

secara tiba-tiba.

± 3 hari SMRS, saat ingin ke toilet, penderita mengalami kelemahan pada

lengan kiri dan tungkai kiri tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan terjadi

 penderita tidak mengalami sakit kepala, tidak ada mual dan muntah, tidak ada kejang,

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 13/51

12

tidak ada jantung berdebar-debar. Kelemahan pada lengan kiri dan tungkai kiri

dirasakan sama berat. Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan,

tulisan, dan isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan

secara lisan, tulisan, dan isyarat. Sehari-hari penderita melakukan pekerjaan dengan

menggunakan tangan kanan. Saat bicara mulut penderita mengot ke kanan dan

suaranya pelo.

Riwayat darah tinggi sejak ± 10 tahun yang lalu, tidak kontrol secara rutin dan

 jarang minum obat. Riwayat kencing manis dan trauma disangkal.

Penderita mengalami keluhan seperti ini untuk pertama kalinya.

PEMERIKSAANStatus Generalis

Kesadaran: (E:3, M:6, V:5)

TD : 160/100 mmHg

RR: 22 x/m

 Nadi: 88 x/m

Status Neurologicus

Nn. Cranialis :

N.Oculomotorius Kanan Kiri

Ptosis tidak ada tidak ada

N.Facialis Kanan Kiri

Motorik 

Lipatan nasolabialis : normal datar 

Bentuk Muka

- Istirahat : simetris

-  Berbicara/bersiul : asimetris

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 14/51

13

N. Hypoglossus Kanan Kiri

Menjulurkan lidah : deviasi ke kiri

Disartria : ada

FUNGSI MOTORIK 

LENGAN Kanan Kiri

Gerakan cukup kurang

Kekuatan 4 1

Refleks fisiologis

-  Biceps normal meningkat

-  Triceps normal meningkat

-  Radius normal meningkat

-  Ulna normal meningkat

TUNGKAI Kanan Kiri

Gerakan cukup kurang

Kekuatan 4 1

Tonus normal meningkat

Klonus

-  Paha tidak ada tidak ada

-  Kaki tidak ada tidak ada

DIAGNOSA

DIAGNOSA KLINIK : Hemiparese sinistra tipe spastik +parese nervus

 N.VIII dan N.XII Tipe perifer 

DIAGNOSA TOPIK : lesi di capsula interna

DIAGNOSA ETIOLOGI : trombosis cerebri

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 15/51

14

PENGOBATAN

  Perawatan

•  Bed rest

•  Diet nasi biasa

  Medikamentosa

•  IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt

•  Citikoline 2 x 500 mg iv

•  Aspilet 1 x 80 mg

•  Ranitidin 2 x 1 amp iv

•   Neurodex 1 x 500 mg

  Fisioterapi

Latihan gerak aktif 

PROGNOSA

Quo ad Vitam : ad bonam

Quo ad Functionam : ad dubia

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 16/51

15

DISKUSI

DIAGNOSA BANDING

A. Diagnosis banding Topik 

1) Lesi di Cortex hemisferium Pada penderita ditemukan gejala:

Cerebri dextra

- Defisit Motorik - Hemiplegi sinistra tipe spastik 

- Gejala iritatif 

- Tidak ada kejang pada sisi yang

lemah

- Gejala Fokal (kelumpuhan tidak sama berat)

- Kelemahan tungkai lebihh berat

dari lengan.

- Gejala defisit sensorik pd sisi yang lemah - Tidak ada kelainan

* Jadi, kemungkinan lesi di cortex Hemisferium cerebri dextra dapat

disingkirkan

2) Lesi di subcortex Hemisferium Cerebri Pada penderita ditemukan gejala:

dextra, gejalanya:

*Ada gejala defisit motorik - Hemiplegi sinistra tipe spastik 

*Ada afasi motorik subkortikal - Tidak afasia motorik subkortikal

* Jadi, kemungkinan lesi disub korteks hemisferium cerebri dextra dapat

disingkirkan

3) lesi di kapsula interna hemisferium cerebri Pada penderita ditemukan gejala:

dextra, gejalanya:

-  Ada hemiparese/hemiplegia tipikal -  Hemiplegi sinistra tipe spastik 

-  Parase N.VII sinistra sentral -  Parase N. VII sinistra sentral

-  Parase N.XII sinistra sentral -  Parase N. XII sinistra sentral

-  Kelemahan di lengan dan tungkai sama berat

-  Kelemahan lengan dan tungkai

sama berat

Jadi, kemungkinan lesi di kapsula interna hemisferium cerebri dextra belum

dapat disingkirkan

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 17/51

16

Kesimpulan Diagnosis topik : 

Lesi di kapsula interna hemisferium cerebri dextra

B. Diagnosis Banding Etiologi

1) Hemorrhagia Cerebri Pada penderita ditemukan gejala

  Kehilangan kesadaran > 30

menit

  Tidak ada kehilangan kesadaran > 30

menit

  terjadi saat aktifitas   Terjadi saat istirahat

  Didahului sakit kepala,

mual, muntah

  Didahului sakit kepala(-), mual(-),

muntah(-)

  Riwayat Hipertensi   Riwayat Hipertensi

Jadi kemungkinan etiologi Hemorrhagia cerebri sudah dapat

disingkirkan

2) Emboli Serebri

-  kehilangan kesadaran < 30

menit

-  Ada atrial fibrilasi

-  Terjadi saat aktifitas

Pada penderita ditemukan gejala

-  tidak ada kehilangan kesadaran < 30

menit

-  tidak ada atrial fibrilasi

-  - tidak terjadi saat aktivitas

Jadi, Kemungkinan etiologi emboli cerebri sudah dapat disingkirkan

3) Trombosis Cerebri

-  Tidak ada kehilangan

kesadaran

-  Terjadi saat istirahat

Pada penderita ditemukan gejala

-  Tidak ada kehilangan kesadaran

-  Terjadi saat istirahat

Jadi, kemungkinan etiologi trombus cerebri belum dapat disingkirkan

Kesimpulan Diagnosis Etiologi : 

Trombosis cerebri

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 18/51

17

Lembar Follow-Up

Tanggal : 29 Agustus 2012

Keluhan :

-  Lengan dan tungkai kiri lemah

-  Pusing

Status Generalis :

-  GCS : E4M6V5 

-  TD : 160/100 mmHg -  P : 82 x/menit 

-  RR : 22 x/menit 

-  T : 36,4oC 

Status Cranialis :

Nn. Cranialis :

 N. Facialis

Kanan Kiri

Motorik 

Lipatan nasolabialis normal datar 

Menunjukkan gigi normal

Bentuk Muka

-  Istirahat simetris

-  Berbicara/bersiul asimetris

 N. Hypoglossus

Kanan Kiri

Menjulurkan lidah deviasi ke kiri

Disartri ada

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 19/51

18

Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi

Gerakan :cukup kurang cukup kurang

Kekuatan :4 1 4 1

Tonus :normal meningkat normal meningkat

Klonus :

Paha : tidak ada tidak ada

Kaki : tidak ada tidak ada

Refleks Fisisologis :

Biseps :normal meningkat

Triseps :normal meningkat

Periost radius :normal meningkat

Periost ulna :normal meningkat

KPR : meningkat meningkat

APR : normal normal

Refleks Patologis :

-  Babinsky (-) (+)

-  Chaddock (-) (+)

-  Openheim (-) (+)

-  Gordon (-) (+)

-  Schaffer (-) (+)

Fungsi Sensorik : hemihipestesi dari pangkal lengan kiri sampai ujung

 jari tangan

Fungsi Luhur : fungsi memori dan orientasi terganggu

Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan

Fungsi Gait dan keseimbangan:belum dapat dinilai

Gerakan Abnormal : tidak ada

GRM : tidak ada kelainan

DK : Hemiparese sinistra tipe spastik + parese

 N. VII dan N. XII sinistra tipe perifer 

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 20/51

19

DT : Capsula Interna Hemisferium dextra

DE : Trombosis Serebri

Rencana Terapi :

  IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt

  Citicolin 3x250 mg iv

  Radin 2x1 1 amp

  Aspilet 1x1 tab

   Neurodex 1x1 tab

  Cek Hb ulang

  CT Scan kepala

  KSR 2 x 1 tab

Lembar Follow-Up

Tanggal : 30 Agustus 2012

Keluhan :

Lengan dan tungkai kiri lemah

Status Generalis :

-  GCS : E4M6V5 

-  TD : 150/90 mmHg 

-  P : 88 x/menit 

-  RR : 22 x/menit 

-  T : 36,8oC 

Status Cranialis :

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 21/51

20

Nn. Cranialis :

 N. Facialis

Kanan Kiri

Motorik 

Lipatan nasolabialis normal datar 

Menunjukkan gigi normal sudut mulut tertinggal

Bentuk Muka

-  Istirahat simetris

-  Berbicara/bersiul asimetris

 N. Hypoglossus

Kanan Kiri

Menjulurkan lidah deviasi ke kiri

Disartri ada

Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi

Gerakan :cukup kurang cukup cukup

Kekuatan :4 1 4 1

Tonus :normal meningkat normal meningkat

Klonus :

Paha : tidak ada tidak ada

Kaki : tidak ada tidak ada

Refleks Fisisologis :

Biseps :normal meningkat

Triseps :normal meningkat

Periost radius :normal meningkat

Periost ulna :normal meningkat

KPR : meningkat meningkat

APR : normal normal

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 22/51

21

Refleks Patologis :

-  Babinsky (-) (+)

-  Chaddock (-) (+)

-  Openheim (-) (+)

-  Gordon (-) (+)

-  Shcaffer (-) (-)

Fungsi Sensorik : hipertesi sinistra dari pangkal bahu sampai

Fungsi Luhur : fungsi memori dan fungsi orientasi terganggu

Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan

Fungsi Gait dan keseimbangan:belum bisa dinilai

Gerakan Abnormal : tidak ada

GRM : tidak ada kelainan

DK : Hemiparese sinistra tipe spastik + parese

 N. VII dan N. XII sinistra tipe perifer 

DT : Capsula Interna Hemisferium dextra

DE : Trombosis Serebri

Rencana Terapi :

  IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt

  Citicolin 3x250 mg iv

  Radin 2x1 1 amp

  Aspilet 1x1 tab

   Neurodex 1x1 tab

  CT Scan kepala

  KSR 2 x 1 tab

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 23/51

22

Lembar Follow-Up

Tanggal : 31 Agustus 2012

Keluhan :

Lengan dan tungkai kiri lemah

Status Generalis :

-  GCS : E4M6V5 

-  TD : 150/90 mmHg 

-  P : 83 x/menit -  RR : 21 x/menit 

-  T : 36,5oC 

Status Cranialis :

Nn. Cranialis :

 N. Facialis

Kanan Kiri

Motorik 

Lipatan nasolabialis normal datar 

Menunjukkan gigi normal sudut mulut tertinggal

Bentuk Muka

-  Istirahat simetris

-  Berbicara/bersiul asimetris

 N. Hypoglossus

Kanan Kiri

Menjulurkan lidah deviasi ke kiri

Disartri ada

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 24/51

23

Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi

Gerakan :cukup kurang cukup cukup

Kekuatan :4 1 4 1

Tonus :normal meningkat normal meningkat

Klonus :

Paha : tidak ada tidak ada

Kaki : tidak ada tidak ada

Refleks Fisisologis :

Biseps :normal meningkat

Triseps :normal meningkat

Periost radius :normal meningkat

Periost ulna :normal meningkat

KPR : meningkat meningkat

APR : normal normal

Refleks Patologis :

-  Babinsky (-) (+)

-  Chaddock (-) (+)

-  Openheim (-) (+)

-  Gordon (-) (+)

-  Schaffer (-) (+)

Fungsi Sensorik : hemihipestesi sinistra dari pangkal lengan sampai ke

ujung jari kaki

Fungsi Luhur : fungsi memori dan fungsi orientasi terganggu

Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan

Fungsi Gait dan keseimbangan:belum bisa dinilai

Gerakan Abnormal : tidak ada

GRM : tidak ada kelainan

DK : Hemiparese sinistra tipe spastik + parese

 N. VII dan N. XII sinistra tipe perifer 

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 25/51

24

DT : Capsula Interna Hemisferium dextra

DE : Trombosis Serebri

Rencana Terapi :

  IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt

  Citicolin 3x250 mg iv

  Radin 2x1 1 amp

  Aspilet 1x1 tab

   Neurodex 1x1 tab

  CT Scan kepala

  KSR 2 x 1 tab

Lembar Follow-Up

Tanggal : 1 September 2012

Keluhan :

Lengan dan tungkai kiri tidak bisa digerakkan

Status Generalis :

-  GCS : E4M6V5 

-  TD : 130/90 mmHg 

-  P : 83 x/menit 

-  RR : 21 x/menit 

-  T : 36,5oC 

Status Cranialis :

Nn. Cranialis :

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 26/51

25

 N. Facialis

Kanan Kiri

Motorik 

Lipatan nasolabialis normal datar 

Menunjukkan gigi normal sudut mulut tertinggal

Bentuk Muka

-  Istirahat simetris

-  Berbicara/bersiul asimetris

 N. Hypoglossus

Kanan Kiri

Menjulurkan lidah deviasi ke kiri

Disartri ada

Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi

Gerakan :cukup tidak ada cukup tidak ada

Kekuatan :4 0 4 0

Tonus :normal meningkat normal meningkat

Klonus :

Paha : tidak ada tidak ada

Kaki : tidak ada tidak ada

Refleks Fisisologis :

Biseps :normal meningkat

Triseps :normal meningkat

Periost radius :normal meningkat

Periost ulna :normal meningkat

KPR : meningkat meningkat

APR : normal normal

Refleks Patologis :

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 27/51

26

-  Babinsky (-) (+)

-  Chaddock (-) (+)

-  Openheim (-) (+)

-  Gordon (-) (+)

-  Schaffer (-) (+)

Hasil CT scan kepala: Lacunar infarct multiple lobus frontalis dextra dan

capsula interna dextra. Mild atropy cerebri.

Fungsi Sensorik hemihipestesi sinistra dari pangkal lengan kiri sampai

kedua ujung jagi

Fungsi Luhur : fungsi memori dan fungsi orientasi terganggu

Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan

Fungsi Gait dan keseimbangan:belum bisa dinilai

Gerakan Abnormal : tidak ada

GRM : tidak ada kelainan

DK : Hemiplegi sinistra tipe spastik + parese

 N. VII dan N. XII sinistra tipe perifer 

DT : Capsula Interna Hemisferium dextra

DE : Trombosis Serebri

Rencana Terapi :

  IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt

  Citicolin 3x250 mg iv

  Radin 2x1 1 amp

  Aspilet 1x1 tab

   Neurodex 1x1 tab

  CT Scan kepala

  KSR 2 x 1 tab

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 28/51

27

Lembar Follow-Up

Tanggal : 2 September 2012

Keluhan :

Lengan dan tungkai kiri lemah

Status Generalis :

-  GCS : E4M6V5 

-  TD : 160/100 mmHg 

-  P : 84 x/menit 

-  RR : 21x/menit -  T : 37,2

oC 

Nn. Cranialis :

 N. Facialis

Kanan Kiri

Motorik 

Lipatan nasolabialis normal datar 

Menunjukkan gigi normal sudut mulut tertinggal

Bentuk Muka

-  Istirahat simetris

-  Berbicara/bersiul asimetris

 N. Hypoglossus

Kanan Kiri

Menjulurkan lidah deviasi ke kiri

Disartri ada

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 29/51

28

Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi

Gerakan :cukup tidak ada cukup tidak ada

Kekuatan :4 0 4 0

Tonus :normal meningkat normal meningkat

Klonus :

Paha : tidak ada tidak ada

Kaki : tidak ada tidak ada

Refleks Fisisologis :

Biseps :normal meningkat

Triseps :normal meningkat

Periost radius :normal meningkat

Periost ulna :normal meningkat

KPR : meningkat meningkat

APR : normal normal

Refleks Patologis :

-  Babinsky (-) (+)

-  Chaddoch (-) (+)

-  Oppenheim (-) (+)

-  Gordon (-) (+)

-  Schaffer (-) (+)

Fungsi Sensorik : hemihipestesi sinistra dari pangkal lengan kiri sampai

kedua ujung jagi

Fungsi Luhur : fungsi memori dan fungsi orientasi terganggu

Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan

Fungsi Gait dan keseimbangan:belum bisa dinilai

Gerakan Abnormal : tidak ada

GRM : tidak ada kelainan

DK : Hemiplegia sinistra tipe spastik + parese

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 30/51

29

 N. VII dan N. XII sinistra tipe perifer 

DT : Capsula Interna Hemisferium dextra

DE : Trombosis Serebri

Rencana Terapi :

  IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt

  Citicolin 3x250 mg iv

  Radin 2x1 1 amp

  Aspilet 1x1 tab

   Neurodex 1x1 tab

  KSR 2 x 1 tab

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 31/51

30

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi 

Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri

karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri karotis interna, setelah

memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga

tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum,

mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya

 bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak, sistem

ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian lobus

temporalis1.

Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis

tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium melalui

foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri

serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu arteri

 basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat

mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang: arteri serebri

 posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian medial lobus

temporalis1.

Tiga pasang arteri serebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan

otak, dan beranastomosis satu bagian lainnya. Cabang-cabang yang lebih kecil

menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-

cabang arteri serebri lainya. Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada

sekurang-kurangnya 3 sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral,

yaitu:

  Sirkulus Willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri

serebri media kanan dan kiri, arteri komunikans anterior (yang

menghubungkan kedua arteri serebri anterior), sepasang arteri serebri media

 posterior dan arteri komunikans posterior (yang menghubungkan arteri serebri

media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 32/51

31

  Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di daerah

orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke arteri

maksilaris eksterna.

  Hubungan antara sistem vertebral dengan arteri karotis ekterna (pembuluh

darah ekstrakranial).

Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi.

Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik,

sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik,

sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris,

dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang

merupakan tempat jalan serabut-serabut saraf ke target organ.

2.2. Definisi

Definisi Stroke

Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi klinik 

dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan

cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa ditemukannya

 penyakit selain daripada gangguan vaskular 1. Secara umum, stroke digunakan sebagai

sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di

Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan

 peredaran darah otak. Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai

serangan otak (brain attack ), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas).

2.3. Klasifikasi

Klasifikasi stroke 

A.  Berdasarkan kelainan patologik pada otak :

1.  Stroke Hemoragik :

  Perdarahan intraserebral

  Perdarahan ekstraserebral (perdarahan subaraknoid)

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 33/51

32

2.  Stroke non hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)

Yang dibagi atas subtipe :

  Trombosis serebri

  Emboli serebri

  Hipoperfusi sistemik 

Stroke non hemoragik dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses

 patologik (kausal).

a.  Berdasarkan Manifestasi Klinik 1 

-  Serangan Iskemik Sepintas/ Transient Ischemic Attack (TIA)

Gejala neurologi yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan

menghilang dalam waktu 24 jam.

-  Defisit Neurologik Iskemik Sepintas ( Reversible Ischemic Neurological 

 Deficit )

Gejala neurologi yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari

24 jam, tetapi tidak lebih dari satu minggu.

-  Stroke Progresif (Progressive Stroke)

Gejala neurologi makin lama makin berat

-  Stroke Komplet (Completed Stroke/permanent Stroke)

Kelainan neurologi sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

 b.  Berdasarkan Kausal

  Stroke Trombotik 

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah

di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan

 pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi

akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang

cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol

 jahat atau  Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah

kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 34/51

33

terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit

aterosklerosis

  Stroke Emboli 

Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak 

yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang

mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

B.  Berdasarkan penilaian terhadap waktu kejadiannya

1.  Transient Iskemik Attack  (TIA) atau serangan stroke sementara, gejala defisit

neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam.

2.  Reversible Ischemic Neurolagical Deficits (RIND), kelainannya atau gejalaneurologis menghilang lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.

3.  Stroke progresif atau Stroke in Evolution (SIE) yaitu stroke yang gejala

klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat.

4.  Stoke komplit atau completed stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis

yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.

Beda klinis stroke infark dan perdarahan 

Gejala atau pemeriksaan Infark otak Perdarahan intra serebral

Gejala yang mendahului TIA (+) TIA (-)

Beraktivitas/istirahat Istirahat, tidur atau segera

setelah bangun tidur 

Sering pada waktu aktifitas

 Nyeri kepala dan muntah Jarang Sangat sering dan hebat

Penurunan kesadaran

waktu onset

Jarang Sering

Hipertensi Sedang, normotensi Berat, kadang-kadang

sedang

Rangsangan meningen Tidak ada Ada

Defisit neurologis fokal Sering kelumpuhan dan Defisit neurologik cepat

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 35/51

34

gangguan fungsi mental terjadi

CT-Scan kepala Terdapat area hipodensitas Massa intrakranial dengan

area hiperdensitas

Angiografi Dapat dijumpai gambaran

 penyumbatan, penyempitan

dan vaskulitis

Dapat dijumpai aneurisma,

AVM, massa intrahemisfer 

atau vasospasme

2.4. Faktor Resiko

Pemeriksaan faktor resiko dengan cermat dapat memudahkan seorang dokter 

untuk menemukan penyebab terjadinya stroke. Terdapat beberapa faktor resiko stroke

non hemoragik, yakni2,3

:

1.  Usia lanjut (resiko meningkat setiap pertambahan dekade)

2.  Hipertensi

3.  Merokok 

4.  Penyakit jantung (penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri, dan fibrilasi

atrium kiri)

5.  Hiperkolesterolemia

6.  Riwayat mengalami penyakit serebrovaskuler 

Resiko stroke juga meningkat pada kondisi di mana terjadi peningkatan

viskositas darah dan penggunaan kontrasepsi oral pada pasien dengan resiko tinggi

megalami stroke non hemoragik 2,4

.

2.5. Patofisiologi

Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya aterosklerosis

(terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis1,4

a.  Menyempatkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran

darah.

 b.  Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau peredaran

darah aterom.

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 36/51

35

c.  Merupakan terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.

d.  Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang

kemudian dapat robek.

Gambar Penyumbatan pembuluh darah 4

Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinik dengan cara:  

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

a.  Keadaan pembuluh darah, bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau

tersumbat oleh trombus/embolus.

 b.  Keadaan darah: viskositas darah yang meningkat, hematokrit yang meningkat(polisetemial) yang menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat: anemia yang

 berat menyebabkan oksigenasi otak menurun.

c.  Tekanan darah sistematik memegang peranan tekanan perfusi otak. Perlu diingat

apa yang disebut otoregulasi otak yakni kemampuan intrinsik dari pembuluh darah

otak agar aliran darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan dari tekanan

 perfusi otak.

Batas normal otoregulasi antara 50-150 mmHg. Pada penderita hipertensi

otoregulasi otak bergeser ke kanan.

d.  Kelainan jantung

1) Menyebabkan menurunnya curah jantung a.l. fibrilasi, blok jantung.

2) Lepasnya embolus menimbulkan iskemia di otak 

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 37/51

36

2.6. Gejala Stroke Non Hemoragik 

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di

otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat

gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah 5

  Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna

-  Buta mendadak (amaurosis fugaks).

-  Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila

gangguan terletak pada sisi dominan.

-  Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral ) dan

dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

 Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior 

-   Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.

-  Gangguan mental.

-  Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.

-  Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.

-  Bisa terjadi kejang-kejang.

  Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media

-  Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila

tidak dipangkal maka lengan lebih menonjol

-  Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh

-  Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia)

  Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasiliar 

-  Kelumpuhan di satu sampai keempat ektremitas

-  Meningkatnya refleks tendon

-  Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh

-  Gejala-gejala sereblum seperti tremor dan kepala berputar (vertigo)

-  Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia)

-  Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien

sulit bicara (disatria)

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 38/51

37

-  Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap

(strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap

lingkungan (disorientasi).

-  Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah

 bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata

(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapangan pandang

 pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).

-  Gangguan pendengaran

-  Rasa kaku di wajah, mulut dan lidah.

  Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior 

Koma-  Hemiparesis kontralateral

-  Ketidakmampuan membaca (aleksia)

-  Kelumpuhan saraf kranialis ketiga

  Gejala akibat ganggua fungsi luhur 

-   Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua

yaitu,  Aphasia motorik  adalah ketidakmampuan untuk berbicara,

mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara

kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap baik . Aphasia sensorik 

adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang lain, namun

masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau sebagian

diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan otak.

-   Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.

Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu Verbal 

alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf.

 Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat

membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia. 

-   Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan

otak.

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 39/51

38

-   Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka

setelah terjadinya kerusakan otak.

-   Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah

tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan

gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan

tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari

disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita tidak boleh

melihat jarinya).

-   Hemi spatial neglect  (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan

melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.

-  Syndrome Lobus Frontal , ini berhubungan dengan tingkah laku akibat

kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang

menyebabkan terjadinya gangguan bicara.

-   Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis,

infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.

-   Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah

kemampuan.

2.7.  Diagnosis Stroke Non Hemoragik  

Diagnosis didasarkan atas hasil6

A.  Penemuan Klinis

a.  Anamnesis

Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak. Tanpa

trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.

 b.  Pemeriksaan Fisik 

Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi,

kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 40/51

39

B.  Pemeriksaan tambahan/Laboratorium

a.  Pemeriksaan Neuro-Radiologik 

Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis

dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut. Angiografi

 serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang jelas

tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan

likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu membedakan infark,

 perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan

subarakhnoid (PSA).

 b.  Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah rutin

(Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu gambaran

darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler, Elektrokardiografi

(EKG).

Sistem skor 

Perbedaan antara stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik sangat penting dalam

rangka pengobatan stroke, pengetahuan mengenai taraf ketepatan pembuktian klinis

terhadap stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik yang dapat diandalkan akan

sangat membantu para dokter yang bekerja di daerah terpencil dengan fasilitas

 pelayanan medis yang sangat terbatas dan belum tersedianya pemeriksaan penunjang

yang memadai (misalnya CT-Scan). Untuk itu beberapa peneliti mencoba membuat

 perbedaan antara kedua jenis stroke dengan menggunakan tabel dengan sistem skor. 

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 41/51

40

Skor Siriraj 

1 Kesadaran ( x 2,5 ) Bersiaga 0

Pingsan 1

Semi koma, koma 22 Muntah ( x 2 ) No 0

Yes 1

3 Nyeri kepala dalam No 0

2 jam ( x 2 ) Yes 1

4

Tekanan Diastolik (

DBP ) DBP x 0,1

5

Atheroma markers ( x

3 ) none 0

diabetes, angina, 1 / > 1

claudicatio

intermitten

Konstanta - 12

Total skor =

Interpretasi skor

Skor ≤ -1 = Infark

≥ 1 = Hemoragik

Gambaran CT scan :

2.8. Penatalaksanaan

Target managemen stroke non hemoragik akut adalah untuk menstabilkan

 pasien dan menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya

 pencitraan dan pemeriksaan laboratorium dalam jangka waktu 60 menit setelah

 pasien tiba. Keputusan penting pada manajemen akut ini mencakup perlu

tidaknya intubasi, pengontrolan tekanan darah, dan menentukan resiko atau

keuntungan dari pemberian terapi trombolitik 4,7.

1. Penatalaksanaan Umum

a. Airway and breathing  

Pasien dengan GCS ≤ 8 atau memiliki jalan napas yang tidak adekuat

atau paten memerlukan intubasi. Jika terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 42/51

41

intrakranial (TIK) maka pemberian induksi dilakukan untuk mencegah efek 

samping dari intubasi.

Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik kristaloid atau koloid 1500-

2000 ml dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan hindari cairan mengandung

glukosa dan isotonic. Pemberian nutria per oral jika fungsi menelanya baik.jika

fungsi menelannya terganggu sebaiknya dianjrkan melalui selang nasogastrik.

c. Pengontrolan gula darah

Beberapa data menunjukkan bahwa hiperglikemia berat terkait dengan

 prognosis yang kurang baik dan menghambat reperfusi pada trombolisis. Pasien

dengan normoglokemik tidak boleh diberikan cairan intravena yang mengandung

glukosa dalam jumlah besar karena dapat menyebabkan hiperglikemia dan

memicu iskemik serebral eksaserbasi. Pengontrolan gula darah harus dilakukan

secara ketat dengan pemberian insulin. Target gula darah yang harus dicapai

adalah 90-140 mg/dl. Pengawasan terhadap gula darah ini harus dilanjutkan

hingga pasien pulang untuk mengantisipasi terjadinya hipoglikemi akibat

 pemberian insulin.

Kadar glukosa darah > 150 mg/dl harus dikoreksi sampai batas gula darah

sewaktu 15 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama.

Hipoglikemia diatasi dengan dextrose 40% iv sampaoi kembali normal dan di

cari penyebabnya8,9,10,11

.

d. Posisi kepala pasien

Penelitian telah membuktikan bahwa tekanan perfusi serebral lebih

maksimal jika pasien dalam pasien supinasi. Sayangnya, berbaring telentang

dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial padahal hal tersebut tidak 

dianjurkan pada kasus stroke. Oleh karena itu, pasien stroke diposisikan

telentang dengan kepala ditinggikan sekitar 30-45 derajat8,9,10,11

.

e. Pengontrolan tekanan darah

Pada keadaan dimana aliran darah kurang seperti pada stroke atau

 peningkatan TIK, pembuluh darah otak tidak memiliki kemampuan vasoregulator 

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 43/51

42

sehingga hanya bergantung pada maen arterial pressure (MAP) dan cardiac

output (CO) untuk mempertahankan aliran darah otak. Oleh karena itu, usaha

agresif untuk menurunkan tekanan darah dapat berakibat turunnya tekanan

 perfusi yang nantinya akan semakin memperberat iskemik. Di sisi lain

didapatkan bahwa pemberian terapi anti hipertensi diperlukan jika pasien

memiliki tekanan darah yang ekstrim (sistole lebih dari 220 mmHg dan diastole

lebih dari 120 mmHg) atau pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi

trombolitik.

Adapun langkah-langkah pengontrolan tekanan darah pada pasien stroke non

hemoragik adalah sebagai berikut. Jika pasien tidak direncanakan untuk 

mendapatkan terapi trombolitik, tekanan darah sistolik kurang dari 220 mmHg,

dan tekanan darah diastolik kurang dari 120 mmHg tanpa adanya gangguan

organ end-diastolic maka tekanan darah harus diawasi (tanpa adanya intervensi)

dan gejala stroke serta komplikasinya harus ditangani.

Untuk pasien dengan TD sistolik di atas 220 mmHg atau diastolik antara 120-

140 mmHg maka pasien dapat diberikan labetolol (10-20 mmHg IV selama 1-2

menit jika tidak ada kontraindikasi. Dosis dapat ditingkatkan atau diulang setiap

10 menit hingga mencapai dosis maksiamal 300 mg. Sebagai alternatif dapat

diberikan nicardipine (5 mg/jam IV infus awal) yang dititrasi hingga mencapai

efek yang diinginkan dengan menambahkan 2,5 mg/jam setiap 5 menit hingga

mencapai dosis maksimal 15 mg/jam. Pilihan terakhir dapat diberikan

nitroprusside 0,5 mcg/kgBB/menit/IV via syringe pump. Target pencapaian

terapi ini adalah nilai tekanan darah berkurang 10-15 persen.

Pada pasien yang akan mendapatkan terapi trombolitik, TD sistolik lebih 185

mmHg, dan diastolik lebih dari 110 mmHg maka dibutuhkan antihipertensi.

Pengawasan dan pengontrolan tekanan darah selama dan setelah pemberian

trombolitik agar tidak terjadi komplikasi perdarahan. Preparat antihipertensi yang

dapat diberikan adalah labetolol (10-20 mmHg/IV selama 1-2 menit dapat

diulang satu kali). Alternatif obat yang dapat digunakan adalah nicardipine infuse

5 mg/jam yang dititrasi hingga dosis maksimal 15 mg/jam.

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 44/51

43

Pengawasan terhadap tekanan darah adalah penting. Tekanan darah harus

diperiksa setiap 15 menit selama 2 jam pertama, setiap 30 menit selama 6 jam

 berikutnya, dan setiap jam selama 16 jam terakhir. Target terapi adalah tekanan

darah berkurang 10-15 persen dari nilai awal. Untuk mengontrol tekanan darah

selama opname maka agen berikut dapat diberikan8,9,10,11

.

1.  TD sistolik 180-230 mmHg dan diastolik 105-120 mmHg maka dapat

diberikan labetolol 10 mg IV selama 1-2 menit yang dapat diulang

selama 10-20 menit hingga maksimal 300 mg atau jika diberikan lewat

infuse hingga 2-8 mg/menit.

2.  TD sistolik lebih dari 230 mmHg atau diastolik 121-140 mmHg dapat

diberikan labetolol dengan dosis diatas atau nicardipine infuse 5

mg/jam hingga dosis maksimal 15mg/jam.

3.  Penggunaan nifedipin sublingual untuk mengurangi TD dihindari

karena dapat menyebabkan hipotensi ekstrim.

f. Pengontrolan demam

Antipiretik diindikasikan pada pasien stroke yang mengalami demam

karena hipertermia (utamanya pada 12-24 jam setelah onset) dapat menyebabkan

trauma neuronal iskemik. Sebuah penelitian eksprimen menunjukkan bahwa

hipotermia otak ringan dapat berfungsi sebagai neuroprotektor 8,9,10,11. 

g. Pengontrolan edema serebri

Edema serebri terjadi pada 15 persen pasien dengan stroke non

hemoragik dan mencapai puncak keparahan 72-96 jam setelah onset stroke.

Hiperventilasi dan pemberian manitol rutin digunakan untuk mengurangi tekanan

intrakranial dengan cepat8,9,10,11

.

h. Pengontrolan kejang

Kejang terjadi pada 2-23 persen pasien dalam 24 jam pertama setelah

onset. Meskipun profilaksis kejang tidak diindikasikan, pencegahan terhadap

sekuel kejang dengan menggunakan preparat antiepileptik tetap

direkomendasikan8,9,10,11

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 45/51

44

2. Penatalaksanaan Khusus

a. Terapi Trombolitik 

Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan secara

intravena akan mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu enzim proteolitik 

yang mampu menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein pembekuan lainnya.

Pada penelitian NINDS (National Institute of Neurological Disorders

and Stroke) di Amerika Serikat, rt-PA diberikan dalam waktu tidak lebih dari 3

 jam setelah onset stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) dan 10%

dari dosis tersebut diberikan secara bolus IV sedang sisanya diberikan dalam

tempo 1 jam. Tiga bulan setelah pemberian rt-PA didapati pasien tidak 

mengalami cacat atau hanya minimal. Efek samping dari rt-PA ini adalah

 perdarahan intraserebral, yang diperkirakan sekitar 6%. Penggunaan rt-PA di

Amerika Serikat telah mendapat pengakuan FDA pada tahun 1996.

Tetapi pada penelitian random dari European Coorperative Acute

Stroke Study (ECASS) pada 620 pasien dengan dosis t-PA 1,1 mg/kg

(maksimal 100 mg) diberikan secara IV dalam waktu tidak lebih dari 6 jam

setelah onset. Memperlihatkan adanya perbaikan fungsi neurologik tapi secara

keseluruhan hasil dari penelitian ini dinyatakan kurang menguntungkan. Tetapi

 pada penelitian kedua (ECASS II) pada 800 pasien menggunakan dosis 0,9

mg/kg diberikan dalam waktu tidak lebih dari 6 jam sesudah onset. Hasilnya

lebih sedikit pasien yang meninggal atau cacat dengan pemberian rt-PA dan

 perdarahan intraserebral dijumpai sebesar 8,8%. Tetapi rt-PA belum mendapat

ijin untuk digunakan di Eropa.

Kontroversi mengenai manfaat rt-PA masih berlanjut, JM Mardlaw dkk 

mengatakan bahwa terapi trombolisis perlu penelitian random dalam skala

 besar sebab resikonya sangat besar sedang manfaatnya kurang jelas. Lagi pula

 jendela waktu untuk terapi tersebut masih kurang jelas dan secara objektif 

 belum terbukti rt-PA lebih aman dari streptokinase. Sedang penelitian dari The

 Multicenter Acute Stroke Trial-Europe Study Group (MAST-E) dengan

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 46/51

45

menggunakan streptokinase 1,5 juta unit dalam waktu satu jam. Jendela waktu

6 jam setelah onset, ternyata meningkatkan mortalitas. Sehingga penggunaan

streptokinase untuk stroke iskemik akut tidak dianjurkan12

.

 b. Antikoagulan

Warfarin dan heparin sering digunakan pada TIA dan stroke yang

mengancam. Suatu fakta yang jelas adalah antikoagulan tidak banyak artinya

 bilamana stroke telah terjadi, baik apakah stroke itu berupa infark lakuner atau

infark massif dengan hemiplegia. Keadaan yang memerlukan penggunaan

heparin adalah trombosis arteri basilaris, trombosis arteri karotisdan infark 

serebral akibat kardioemboli. Pada keadaan yang terakhir ini perlu diwaspadai

terjadinya perdarahan intraserebral karena pemberian heparin tersebut12

.

1) Warfarin

Segera diabsorpsi dari gastrointestinal. Terkait dengan protein plasma.

Waktu paro plasma: 44 jam. Dimetabolisir di hati, ekskresi: lewat urin. Dosis:

40 mg (loading dose), diikuti setelah 48 jam dengan 3-10 mg/hari, tergantung

PT. Reaksi yang merugikan: hemoragi, terutama ren dan gastrointestinal13

2) Heparin

Merupakan acidic mucopolysaccharide, sangat terionisir. Normal

terdapat pada mast cells. Cepat bereaksi dengan protein plasma yang terlibat

dalam proses pembekuan darah. Heparin mempunyai efek vasodilatasi ringan.

Heparin melepas lipoprotein lipase. Dimetabolisir di hati, ekskresi lewat urin.

Wakto paro plasma: 50-150 menit. Diberikan tiap 4-6 jam atau infus kontinu.

Dosis biasa: 500 mg (50.000 unit) per hari. Bolus initial 50 mg diikuti infus 250

mg dalam 1 liter garam fisiologis atau glukose. Dosis disesuaikan

dengan Whole Blood Clotting Time. Nilai normal: 5-7 menit, dan level terapetik 

heparin: memanjang sampai 15 menit. Reaksi yang merugikan: hemoragi,

alopesia, osteoporosis dan diare. Kontraindikasi: sesuai dengan antikoagulan

oral. Apabila pemberian obat dihentikan segala sesuatunya dapat kembali

normal. Akan tetapi kemungkinan perlu diberi protamine sulphute dengan

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 47/51

46

intravenous lambat untuk menetralisir. Dalam setengah jam pertama, 1 mg

 protamin diperlukan untuk tiap 1 mg heparin (100 unit)13

.

c. Hemoreologi

Pada stroke iskemik terjadi perubahan hemoreologi yaitu peningkatan

hematokrit, berkurangnya fleksibilitas eritrosit, aktivitas trombosit, peningkatan

kadar fibrinogen dan aggregasi abnormal eritrosit, keadaan ini menimbulkan

gangguan pada aliran darah. Pentoxyfilline merupakan obat yang

mempengaruhi hemoreologi yaitu memperbaiki mikrosirkulasi dan oksigenasi

 jaringan dengan cara: meningkatkan fleksibilitas eritrosit, menghambat

aggregasi trombosit dan menurunkan kadar fibrinogen plasma. Dengan

demikian eritrosit akan mengurangi viskositas darah. Pentoxyfilline diberikan

dalam dosis 16/kg/hari, maksimum 1200 mg/hari dalam jendela waktu 12 jam

sesudah onset12

d. Antiplatelet (Antiaggregasi Trombosit)

1) Aspirin

Obat ini menghambat sklooksigenase, dengan cara menurunkan sintesis

atau mengurangi lepasnya senyawa yang mendorong adhesi seperti

thromboxane A2. Aspirin merupakan obat pilihan untuk pencegahan stroke.

Dosis yang dipakai bermacam-macam, mulai dari 50 mg/hari, 80 mg/hari

samapi 1.300 mg/hari. Obat ini sering dikombinasikan dengan dipiridamol.

Suatu penelitian di Eropa (ESPE) memakai dosis aspirin 975 mg/hari

dikombinasi dengan dipiridamol 225 mg/hari dengan hasil yang efikasius13

.

Dosis lain yang diakui efektif ialah: 625 mg 2 kali sehari. Aspirin harus

diminum terus, kecuali bila terjadi reaksi yang merugikan. Konsentrasi puncak 

tercapai 2 jam sesudah diminum. Cepat diabsorpsi, konsentrasi di otak rendah.

Hidrolise ke asam salisilat terjadi cepat, tetapi tetap aktif. Ikatan protein

 plasma: 50-80 persen. Waktu paro (half time) plasma: 4 jam. Metabolisme

secara konjugasi (dengan glucuronic acid dan glycine). Ekskresi lewat urine,

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 48/51

47

tergantung pH. Sekitar 85 persen dari obat yang diberikan dibuang lewat urin

 pada suasana alkalis. Reaksi yang merugikan: nyeri epigastrik, muntah,

 perdarahan, hipoprotrombinemia dan diduga: sindrom Reye13

.

Alasan mereka yang tidak menggunakan dosis rendah aspirin antara lain

adalah kemungkinan terjadi “resistensi aspirin” pada dosis rendah. Hal ini

memungkinkan platelet untuk menghasilkan12-hydroxy-eicosatetraenoic

acid, hasil samping kreasi asam arakhidonat intraplatelet (lipid  –  oksigenase).

Sintesis senyawa ini tidak dipengaruhi oleh dosis rendah aspirin, walaupun

 penghambatan pada tromboksan A2 terjadi dengan dosis rendah aspirin13

.

Aspirin mengurangi agregasi platelet dosis aspirin 300-600 mg

(belakangan ada yang memakai 150 mg) mampu secara permanen merusak 

 pembentukan agregasi platelet. Sayang ada yang mendapatkan bukti bahwa

aspirin tidak efektif untuk wanita13

2.9.Komplikasi

Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi

edema serebral, transformasi hemoragik, dan kejang14

.

1.  Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun agak 

 jarang (10-20%)

2.  Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras adalah indikator 

independen untuk potensi pembengkakan dan kerusakan. Manitol dan terapi lain

untuk mengurangi tekanan intrakranial dapat dimanfaatkan dalam situasi darurat,

meskipun kegunaannya dalam pembengkakan sekunder stroke iskemik lebih lanjut

 belum diketahui. Beberapa pasien mengalami transformasi hemoragik pada infark 

mereka. Hal ini diperkirakan terjadi pada 5% dari stroke iskemik yang tidak rumit,

tanpa adanya trombolitik. Transformasi hemoragik tidak selalu dikaitkan dengan

 penurunan neurologis dan berkisar dari peteki kecil sampai perdarahan hematoma

yang memerlukan evakuasi.

3.  Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke periode pemulihan. Post-stroke

iskemik biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien yang mengalami

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 49/51

48

serangan stroke berkembang menjadi chronic seizure disorders. Kejang sekunder 

dari stroke iskemik harus dikelola dengan cara yang sama seperti gangguan kejang

lain yang timbul sebagai akibat neurologis injury.

2.10.  Prognosis

Stroke berikutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang paling penting

adalah sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan. Usia pasien,

 penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi

 prognosis. Secara keseluruhan, agak kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan

selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10

tahun sekitar 35%. Angka yang terakhir ini tidak mengejutkan, mengingat usia lanjut

di mana biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang selamat dari periode akut, sekitar 

satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara sekitar 15%

memerlukan perawatan institusional8,15,16

.

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 50/51

49

DAFTAR PUSTAKA

1.  Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang

gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan

keenam editor Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. 2007. Hal:

81-115.

2.  Hassmann KA. Stroke, Ischemic. [Online]. Cited 2012 Agustust 28 available

from: http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview

3.  Mardjono, Mahar. Mekanisme gangguan vaskuler susunan saraf dalam Neurologi

klinis dasar edisi Kesebelas. Dian Rakyat. 2006. Hal: 270-93.

4.  Giraldo, Elias. Stroke, Ischemic. [Online]. Cited 2010 May 1st available

from: http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086c.html

5.  Sudoyo, Aru W,.et al../editor. 2006.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II

Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedok.

teran Universitas Indonesia: Jakarta.

6.  Setyopranoto, I. 2011. Clinical Updates 2011. Manajemen Terkini Stroke Akut.

Pustaka Cendikia Press. Yogyakarta.

7.  Hassmann KA. Stroke, Ischemic. [Online]. Cited 2012 Agustust 28 available

from: http://emedicine.medscape.com/article/793904-treatment

8.  Price, A. Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 966-71.

9.  Hassmann KA. Stroke, Ischemic. [Online]. Cited 2012 Agustust 28 available

from: http://emedicine.medscape.com/article/793904-treatment

10.  Ngoerah, I Gst. Ng. Gd. Penyakit peredaran darah otak dalam Dasar-dasar ilmu

 penyakit saraf. Penerbit Airlangga University Press. Hal: 245-58.

11. Hughes, Mark. Miller, Thomas. Nervous System Third Edition. University of 

Edinburgh, Edinburgh, UK.

12. Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67.

7/15/2019 Laporan Kasus Punya Meyla Status Neurologi Penderita

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-punya-meyla-status-neurologi-penderita 51/51

13. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer dan

 prevensi sekunder dalam Farmakoterapi dalam Neurologi. Penerbit Salemba

Medika. Hal: 53-73.

14. Hassmann KA. Stroke Ischemic. [Online]. Cited 2012 Agustust 28 available

from: http://emedicine.medscape.com/article/793904-followup

15. Giraldo, Elias. Stroke Ischemic. [Online]. Cited 2012 Agustust 28 available

from: http://www.merck.com/mmpe/sec16/ch211/ch211b.html

16. Goldstein LB. Stroke Ischemic. [Online]. Cited 2012 Agustust 28 available

from:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000726.html