laporan kasus kpd

26
A. IDENTITAS Identitas Pasien Identitas Suami Nama : Ny. T Nama : Tn. WS Umur : 27 tahun Umur : 26 tahun Pendidikan : SMA Pendidikan : STM Pekerjaan : Office girl Pekerjaan : Pelayaran Agama : Islam Agama : Islam Alamat : Jl. Cipucang 4 RT 012/12 Alamat : Jl. Cipucang 4 RT 012 RW 012 Masuk RS : 21 Januari 2015 pukul 12.40 B. ANAMNESIS Diambil dari autoanamnesis pada hari Rabu, 21 Januari 2015 pukul 13.00. Keluhan Utama Keluar air dari kemaluan sejak 14 jam SMRS. Keluhan Tambahan Mules dan perut terasa kencang. Riwayat Penyakit Sekarang OS datang dengan rujukan dari Puskesmas Rawa Badak dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak pukul 22.00 1 hari SMRS. Cairan berwarna kehijauan, tidak berbau busuk, tidak bercampur dengan darah, dikatakan

Upload: desrainy-inhardini

Post on 12-Jan-2016

106 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Kasus KPD

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus KPD

A. IDENTITAS

Identitas Pasien Identitas Suami

Nama : Ny. T Nama : Tn. WS

Umur : 27 tahun Umur : 26 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : STM

Pekerjaan : Office girl Pekerjaan : Pelayaran

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Jl. Cipucang 4 RT 012/12 Alamat : Jl. Cipucang 4 RT 012 RW 012

Masuk RS : 21 Januari 2015 pukul 12.40

B. ANAMNESIS

Diambil dari autoanamnesis pada hari Rabu, 21 Januari 2015 pukul 13.00.

Keluhan Utama

Keluar air dari kemaluan sejak 14 jam SMRS.

Keluhan Tambahan

Mules dan perut terasa kencang.

Riwayat Penyakit Sekarang

OS datang dengan rujukan dari Puskesmas Rawa Badak dengan keluhan

keluar air dari jalan lahir sejak pukul 22.00 1 hari SMRS. Cairan berwarna kehijauan,

tidak berbau busuk, tidak bercampur dengan darah, dikatakan keluar sedikit-sedikit

namun terus-menerus. Awalnya OS belum merasakan mules, lalu baru pukul 10.00

OS merasakan mules. Keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir diakui

muncul bersamaan dengan mules. Keluhan demam atau menggigil, keluarnya cairan

vagina berbau, dan keluarnya darah yang banyak dari kemaluan disangkal.

OS mengaku ini adalah kehamilan pertama dan sudah berjalan 38 minggu. OS

mengatakan bayi tetap bergerak aktif selama kehamilan.

Riwayat Haid

Page 2: Laporan Kasus KPD

Menarche : 12 tahun

Siklus haid : 28 hari, teratur

Lama haid : 7 hari, dismenorrhea (+)

Banyaknya : 3 kali ganti pembalut per hari

HPHT : 30 Maret 2014

HPL : 6 Januari 2015

Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali, pada usia 26 tahun, lamanya menikah 1 tahun.

Riwayat Kontrasepsi

OS tidak pernah memakai kontrasepsi sebelumnya.

Riwayat Obstetri

-

Riwayat ANC

OS mengatakan selalu kontrol secara rutin ke bidan setiap bulan selama kehamilan,

dinyatakan tidak terdapat kelainan pada kehamilannya.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Jantung (-), ginjal (-), liver (-), DM (-), asma (-), hipertensi (-), alergi (-), operasi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Jantung (-), ginjal (-), liver (-), DM (-), asma (-), hipertensi (-), alergi (-), operasi (-)

Riwayat Kebiasaan:

OS tidak merokok maupun minum alkohol selama kehamilan.

C. PEMERIKSAAN FISIK

I. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan Gizi : Baik

Tinggi badan : 157 cm

Page 3: Laporan Kasus KPD

Berat badan : 55 kg

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Suhu : 36,5 0C

Pernapasan : 22 x/menit

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher : KGB dan tiroid tidak membesar

Dada : Mammae simetris, puting susu menonjol, areola

mammae hiperpigmentasi

Jantung : Bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen : Perut tampak membuncit, linea nigra (+), striae

gravidarum (+), bekas operasi (-)

Alat gerak : akral hangat, edema (+) kedua tungkai

II. Pemeriksaan Obstetri

Pemeriksaan Luar

a. Palpasi

Leopold I : Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus

xyphoideus, teraba bagian bulat, lunak, ballotement (-)

Leopold II : Perut kanan : Teraba bagian keras, memanjang

Perut kiri ibu : Teraba bagian-bagian kecil

Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, ballotemen (+)

Leopold IV : Konvergen

b. TFU : 30 cm

c. TBJ : 30-12 x 155 = 2790 g

d. DJJ : 149 x/menit

e. His : 2 kali dalam 10 menit selama 25 detik

Pemeriksaan Dalam

1. Inspeksi :Vulva dan uretra tenang, perdarahan aktif tidak ada,

terdapat cairan keluar dari vagina

2. VT : Portio tebal 3 cm, lunak, arah axial, Ø 1 cm, selaput

Page 4: Laporan Kasus KPD

ketuban (+), bagian terendah kepala, Hodge I

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes lakmus (+)

Pemeriksaan darah:

Hemoglobin : 12.5 g/dL

Leukosit : 12.600/uL

Hematokrit : 36.7 %

Trombosit : 293.000/uL

PT : 8.4 detik

APTT : 29.9 detik

Urinalisa:

Makroskopis:

Warna : Kuning

Kekeruhan : Jernih

Berat jenis : 1.010

pH : 7.0

Protein : (-)

Glukosa : (-)

Keton : +1

Bilirubin : (-)

Darah samar : (-)

Leukosit esterase : (-)

Nitrit : (-)

Urobilinogen : 0.2 EU

Mikroskopis:

Leukosit : 1-2 / LPB

Eritrosit : 1-2 / LPB

Silinder : (-)

Sel epitel : 1+

Kristal : (-)

Bakteri : (-)

Jamur : (-)

Page 5: Laporan Kasus KPD

E. RINGKASAN

A. Anamnesis

Seorang wanita berusia 27 tahun datang dengan rujukan dari puskesmas karena

keluar air dari jalan lahir berwarna kehijauan, merembes, sejak 14 jam SMRS. OS

hamil pertama dengan usia kehamilan 38 minggu. Mules sejak 2 jam SMRS

disertai dengan keluarnya lendir darah dari jalan lahir. HPHT 30 Maret 2014.

B. Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Suhu : 36,5 0C

Pernapasan : 22 x/menit

Pemeriksaan Obstetri

Pemeriksaan Luar

Palpasi :

Leopold I : TFU 3 jari di bawah processus xyphoideus, bokong

Leopold II : Punggung kanan

Leopold III : Kepala

Leopold IV : Belum masuk PAP

TFU : 30 cm

TBJ : 30-12 x 155 = 2790 g

DJJ : 149 x/menit

His : 2 kali dalam 10 menit selama 25 detik

Pemeriksaan Dalam

Inspeksi :Vulva dan uretra tenang, perdarahan aktif tidak ada, terdapat

cairan keluar dari vagina

VT : Portio tebal 3 cm, lunak, arah axial, Ø 1 cm, selaput ketuban

(-), bagian terendah kepala, Hodge I

C. Pemeriksaan Penunjang

Tes lakmus (+)

Page 6: Laporan Kasus KPD

F. DIAGNOSA

Ibu : G1P0A0 hamil 38 minggu Kala I fase laten dengan ketuban pecah dini 14

jam

Janin : Janin tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala

G. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. USG

2. CTG

H. RENCANA PENGELOLAAN

Observasi keadaan umum, kesadaran, dan TTV ibu

Observasi his, DJJ, dan kemajuan persalinan

Infus RL 20 tpm

Antibiotik: Amoxicillin 2 gram iv

Rencana sc, persiapan sc

I. EDUKASI

Menerangkan kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan pasien dan rencana

tindakan yang akan dilakukan.

J. PROGNOSIS

Ibu : Ad bonam

Janin : Ad bonam

Page 7: Laporan Kasus KPD

FOLLOW UP

21 Januari 2014

Dilakukan SCTP pada pukul 16.00

Laporan pembedahan:

1. Insisi kutis

2. Insisi uterus SBR, lahir bayi perempuan, BB 2900 gram, Apgar Score 7/8, anus (+),

cacat (-)

3. Plasenta dilahirkan kesan lengkap

4. Cavum uteri dibersihkan, dijahit jelujur reperitonealisasi

5. Cavum abdomen dibersihkan, tutup lapis demi lapis

6. Operasi selesai

Instruksi post-op:

1. IVFD aminofluid 20 tpm

2. Cefepime 1 gram / 24 jam

3. Fetik supp 1 gram / 8 jam

4. Alinamin F 1 ampul / 8 jam

5. Dycinone 1 ampul / 8 jam

Hasil laboratorium post-operasi:

Hemoglobin : 12.9 g/dL

Leukosit : 17.900/uL

Hematokrit : 38.0 %

Trombosit : 297.000/uL

Page 8: Laporan Kasus KPD

22 Januari 2014

S: OS mengatakan nyeri pada bekas operasi, BAK kateter, ASI lancar,

masih keluar darah dari kemaluan

O: KU : Baik

Kesadaran : CM

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 110 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,50C

Mata : CA -/-

TFU : 2 jari di bawah pusat

Lochea : Rubra

A: P1A0 post sc hari ke-1 atas indikasi KPD

P: IVFD aminofluid 20 tpm

Cefepime 1 gram / 24 jam

Fetik supp 1 gram / 8 jam

Alinamin F 1 ampul / 8 jam

Dycinone 1 ampul / 8 jam

23 Januari 2014

S: OS mengatakan nyeri pada bekas operasi, BAK lancar, ASI lancar,

masih keluar darah dari kemaluan

O: KU : Baik

Kesadaran : CM

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 100 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,50C

Mata : CA -/-

TFU : 2 jari di bawah pusat

Lochea : Rubra

A: P1A0 post sc hari ke-2 atas indikasi KPD

P: Terapi lanjutkan

Page 9: Laporan Kasus KPD

24 Januari 2014

S: OS mengatakan nyeri pada bekas operasi berkurang, BAK lancar, ASI

lancar, masih keluar darah dari kemaluan

O: KU : Baik

Kesadaran : CM

TD : 110/60 mmHg

Nadi : 88 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,40C

Mata : CA -/-

TFU : 2 jari di bawah pusat

Lochea : Rubra

A: P1A0 post sc hari ke-3 atas indikasi KPD

P: Pulang, kontrol 1 minggu kemudian

Page 10: Laporan Kasus KPD

TINJAUAN PUSTAKA

KETUBAN PECAH DINI

Pendahuluan

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang sangat

erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel

trofoblast yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan

air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini

adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi

sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan

prematur. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban

pecah dini. Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan.

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam

kolagen matriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin

dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan

memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormon yang akan

merangsang aktivitas “mixed degrading enzyme”.1

Definisi

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau

dimulainya tanda inpartu.2

Epidemiologi

Insidensi KPD mendekati 10% dari semua persalinan, dan pada umur kehamilan kurang dari

34 minggu, angka kejadian sekitar 4%. Sebagian dari KPD mempunyai periode lama

melebihi satu minggu.3

Page 11: Laporan Kasus KPD

Etiologi

Penyebab KPD meliputi hal-hal berikut:3

1. Serviks inkompeten yaitu kelainan pada serviks uteri di mana kanalis servikalis selalu

terbuka.

2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion karena

adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada

servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.

3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang, karena tidak

ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi

tekanan terhadap membran bagian bawah.

4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah belum

masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik

5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban

6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam

bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

Mekanisme Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan

peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan

biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput

ketuban rapuh.

Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan

struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan

menyebabkan selaput ketuban pecah.

Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:

Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen

Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur

karena antara lain merokok

Page 12: Laporan Kasus KPD

Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh

inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.

Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada

degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi

proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat

peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban

mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran

uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia

pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.

Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,

misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada

polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.1

Diagnosis

Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan inspeculo.

Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba.

Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspeculo dengan spekulum steril untuk melihat

adanya cairan yang keluar dari kanalis serviks uteri atau menggenang di forniks posterior.

Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin atau minta ibu untuk mengedan/batuk.

Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan penanganan aktif

(melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kemungkinan infeksi.2,4

Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi

biru. Sekresi cairan vagina normalnya berkisar dari 4,5 sampai 5,5, sedangkan cairan amnion

biasanya 7,0 sampai 7,5. Penggunaan indikator nitrazine untuk mengidentifikasi ruptur

membran merupakan metode yang mudah dan cukup sahih. pH di atas 6,5 sesuai dengan

ruptur membran. Hasil uji positif palsu dapat terjadi dengan adanya darah, semen, atau

vaginosis bakterialis, sedangkan uji negatif-palsu dapat terjadi akibat sedikitnya cairan.

Pemeriksaan lain meliputi arborisasi atau uji ferning cairan dalam vagina, yang menunjukkan

Page 13: Laporan Kasus KPD

cairan amnion dan bukan cairan serviks. Cairan amnion mengkristal dan membentuk pola

seperti daun pakis pada mikroskop akibat konsentrasi relatif natrium klorida, protein, dan

karbohidrat. Deteksi alfa-fetoprotein dalam rongga vagina telah digunakan untuk

mengidentifikasi cairan amnion. Identifikasi juga dapat diketahui setelah injeksi indigo

carmine ke dalam kantung amnion melalui amniosentesis abdominal.4

Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya

infeksi. Tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38oC serta air ketuban keruh dan berbau.

Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi

intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi

yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi

kehamilan).1

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari keluarnya cairan melalui vagina akan dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1. Diagnosis Cairan Vagina5

Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda kadang-

kadang ada

Diagnosis kemungkinan

Keluarnya cairan ketuban Ketuban pecah tiba-tiba

Cairan tampak di introitus

Tidak ada his dalam 1 jam

Ketuban pecah dini

Cairan vagina berbau

Demam/menggigil

Nyeri perut

Riwayat keluarnya cairan

Uterus nyeri

Denyut jantung janin cepat

Perdarah pervaginam sedikit

Amnionitis

Cairan vagina berbau

Tidak ada riwayat ketuban

pecah

Gatal

Keputihan

Nyeri perut

Disuria

Vaginitis/servisitis

Cairan vagina berdarah Nyeri perut

Gerakan janin berkurang

Perdarahan antepartum

Page 14: Laporan Kasus KPD

Perdarahan banyak

Cairan berupa darah lendir Pembukaan dan pendataran

serviks

Ada his

Awal persalinan aterm atau

preterm

Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Penatalaksanaan ketuban pecah dini meliputi:1

Pastikan diagnosis

Tentukan umur kehamilan

Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin

Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin

Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang kadang-kadang

disertai tanda-tanda lain dari persalinan.

Diagnosis ketuban pecah dini prematur dari inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar

dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5. Bila ada cairan

ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan menaikkan pH vagina.

Dengan pemeriksaan ultrasound adanya ketuban pecah dini dapat dikonfirmasikan dengan

adanya oligohidramnion. Bila air ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan

serviks.

Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa

lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat

jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan

diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan

yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien ketuban pecah dini yang tidak

dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya bergantung

pada usia kehamilan.1

Penanganan

Page 15: Laporan Kasus KPD

Perawatan di rumah sakit perlu dilakukan. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri

perut, pikirkan solusio plasenta. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau),

berikan antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitis.

Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:

Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin: ampicillin 4 x 500 mg

selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 7 hari.

Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin:

betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam, atau deksametason 6 mg IM

dalam 4 dosis setiap 6 jam. Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi

Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu

Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm.

Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:

Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi

risiko infeksi streptokokus grup B: ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam atau penisilin G

2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan. Jika tidak ada infeksi pascapersalinan:

hentikan antibiotika.

Nilai serviks. Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin.

Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus

oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea.

Konservatif

Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak

tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32 – 34

minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.

Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri

deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada

kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia

kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda

infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine). Pada kehamilan 32 – 37 minggu

berikat steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar

Page 16: Laporan Kasus KPD

lesitin dan spingomielin setiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama

2 hari, deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

Aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula

diberikan misoprostol 25μg – 50μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-

tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5,

lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan

seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.

Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat

terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali

pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan

normal.1

Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung pada

umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.

Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan

kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi

korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi

korioamniotis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih

sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini

meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.

Hipoksia dan Asfiksia

Page 17: Laporan Kasus KPD

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi

asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat

oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

Sindrom Deformitas Janin

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,

kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan ajnin, serta hipoplasi pulmonar.

Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawurohardjo; 2014:

677-81.

2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di

fasilitas kesehatan dasar dan rujukan: pedoman bagi tenaga kesehatan. Edisi 1. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI; 2013: 122-5.

3. Yulaikhah L. Kehamilan: seri asuhan kebidanan. Jakarta: EGC; 2009: 116-7.

4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri

Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta: EGC; 2013: 410.

5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku panduan praktis

pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta: 2010; 112-15.

Page 18: Laporan Kasus KPD
Page 19: Laporan Kasus KPD

1 Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawurohardjo; 2014: 677-81.2 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan: pedoman bagi tenaga kesehatan. Edisi 1. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013: 122-5.3 Yulaikhah L. Kehamilan: seri asuhan kebidanan. Jakarta: EGC; 2009: 116-7.4 Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta: EGC; 2013: 410.5 Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2010; 112-15.