laporan diskusi tutorial
TRANSCRIPT
0
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL
SKENARIO 2 “HIPERTENSI”
BLOK XI
SEMESTER IV
Tutor : dr. Rachma
Pertemuan 1 (7 Mei 2012)
Pertemuan 2 (10 Mei 2012)
Kelompok 2 :
Moderator : Diskta Winza Ronika H2A010013
Sekretaris : Amalia Isnaini H2A010003
Oktavia Candra Utami H2A010038
Anggota : Ayu Rindwitia Indah P. H2A010008
Fithri Ratnasari H2A010018
Hera Dwi Priharti H2A010023
Kartika Ayu Mekarsari H2A010028
Marla Deni Nugraha H2A010033
Reza Adityas Trisnandi H2A010043
Syarifah Alfi Azzulfa A H2A010048
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2011/ 2012
1
HIPERTENSI
Seorang pria umur 45 tahun datang ke laboratorium klinik untuk general
check up. Pasien adalah seorang pekerja kantoran dan memiliki kebiasaan
merokok. Riwayat orang tua pasien memiliki penyakit tekanan darah tinggi. Pada
pemeriksaan di peroleh: BB 95 kg. Tinggi badan 165 cm. TD 170/100 mmHg.
Nadi 90 kali/menit. Suhu 36,5 C.
Pertemuan ke-1 (7 Mei 2012)
STEP 1 à IDENTIFIKASI KATA- KATA SULIT
1. Hipertensi adalah suatu penyakit yang di tandai dengan peningkatan
tekanan darah lebih dari normal. Dengan peningkatan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikit nya 90 mmHg.
2. General check up adalah salah satu tindakan pencegahan yang sebaiknya
sudah di lakuakan oleh semua orang sejak berusia 20 tahun ke atas. Di
antaranya px jantung, tekanan darah, tes gula darah, tes kolesterol, px paru,
px gigi dan mulut, tes anemia, px kesehatan telinga, mata , tes urin dan
termasuk tes mammografi dan tes kepadatan tulang.
3. Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia.
STEP 2 à IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa hubungan dari kebiasaan merokok pasien dengan penyakit di alami?
2. Adakah hubungan penyakit yang di derita dengan riwayat penyakit orang
tua?
3. Pemeriksaan yang di lakukan general check up?
4. Jelaskan keadaan pasien dalam pemeriksaan fisik yang di alami pasien?
STEP 3 à KLASIFIKASI MASALAH
1. Hubungan dari kebiasaan merokok pasien dengan penyakit di alami
2
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya
200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada
rokok adalah tar,nikotin, dan karbon monoksida.
• Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan
menempel pada paru-paru.
• Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan
peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu
kanker paru-paru yang mematikan.
• Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam
darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. terdapat
kandungan Nikotin sebagai zat adiktif yang mempengaruhi saraf
dan peredaran darah yang bias menyebabkan gelisah, tremor
penurunan nafsu makan
Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri
sehinggaarteri rentan terhadap penumpukan plak. Nikotin dalam tembakau
juga membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan
pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut
jantung serta tekanan darah. Dimana nikotin merangsang adrenalin (ginjal)
yang menyebabkan yang menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut
nadi dan tekanan kontraksi jantung.
2. Hubungan penyakit yang di derita dengan riwayat penyakit orang tua
Riwayat keluarga juga merupakan factor resiko penyakit hipertensi yang
cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua
memiliki riwayat hipertensi maka 25 % anak terkena hipertensi atau bila
riwayat hipertensi di dapatkan pada kedua orang tua, maka kecenderungan
hipertensi essensial lebih besar.
Hipertensi essensial (primer) : suatu peningkatan persisten tekanan arteri
yang dihasilkan oleh ketidakaturan mekanisme control homeostatic
normal. Hipertensi ini tidak di ketahui penyebabnya dan 90 % dari kasus
hipertensi.
Hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot daripada heterozigot.
3
3. Pemeriksaan yang di lakukan general check up:
• Pemeriksaan Jantung
Kondisi dan fungsi dari jantung anda bisa dilihat dengan alat yang
bernama EKG (elektrokardiograf). Selain dengan EKG juga bisa
didukung dengan pemeriksaan foto thorax (pemotretan dengan
sinar roentgen di daerah dada untuk melihat organ dalam). Untuk
usia 40 tahun keatas, ada treadmill stress test. Hasilnya, anda
mendeteksi adanya sumbatan pada pembuluh darah di jantung.
Frekuensi test: 6 – 12 bulan sekali. Bila anda kegemukan, memiliki
keluarga yang mengalami keluarga yang mengalami gangguan
jantung, tekanan darah tinggi, atau menjalani gaya hidup tidak
sehat (merokok, sering makan makanan berlemak tinggi, tidak
berolah raga), rutinitas test amat diperlukan.
• Tekanan Darah
Tekanan darah yang normal berada dibawah 130 / 80 mmHg.
Lebih dari itu seseorang disebut menderita tekanan darah tinggi
(hipertensi).
Frekuensi test: 1 tahun sekali. Lebih sering bila anda beresiko
tinggi, yaitu bila dalam keluarga terdapat riwayat penyakit tekanan
darah tinggi.
• Test Gula Darah
Untuk mendeteksi penyakit kencing manis (diabetes mellitus),
terutama bagi mereka yang kegemukan.
Frekuensi test: 3 tahun sekali (untuk orang dengan kadar gula
normal). Bila anda seorang diabetesi, jadwal test ditentukan dokter
anda.
• Test Kolesterol
Test ini untuk mengetahui kadar kolesterol, HDL (High Density
Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), dan trigliserida.
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyumbatan pembuluh
darah penyebab stroke atau serangan jantung.
4
Frekuensi test: 5 tahun sekali. Lebih sering dan dini bila ada
anggota keluarga dekat yang perah dirawat akibat stroke, penyakit
jantung, atau tekanan darah tinggi. Juga bila anda banyak makan
berlemak dan kurang berolah raga.
• Pemeriksaan Paru – paru
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan foto
thorax. Hasil foto bakal menunjukkan ukuran dan dapat
mendeteksi adanya kelainan dalam paru – paru, seperti flek. Test
ini juga dapat mendeteksi penyakit TBC.
Frekuensi test: 6 bulan sekali.
• Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Infeksi atau lubang pada gigi bisa menimbulkan nyeri yang sangat
luar biasa, bakteri juga bisa menimbulkan gangguan pada organ
tubuh lain seperti jantung dan ginjal. Rongga mulut adalah gerbang
masuk berbagai jenis bibit penyakit, baik dari makanan maupun
dari minuman.
Frekuensi test: 6 bulan sekali
• Test Anemia
Secara umum, test darah berguna untuk menghitung kadar Hb
(hemoglobin), Hematokrit (kekentalan darah), kadar eritrosit (sel
darah merah), dan leukosit (sel darah putih). Test lebih mendetail
akan dilakukan apabila terdapat kelainan pada darah secara
kimiawi.
Anemia banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria, hal ini
dikarenakan wanita setiap bulan mendapatkan menstruasi,
penyebab lainnya adalah kekurangan gizi akibat program diet yang
tidak seimbang. Anemia yang berat dapat mempertinggi resiko
terserang keracunan saat kehamilan (toksemia), yang merupakan
penyebab kematian ibu hamil di Indonesia.
5
Ada pula test darah yang dilakukan untuk melihat kadar asam urat
dalam rangka untuk mengetahui fungsi ginjal, dan test fungsi hati
berupa SGOT/SGPT.
Frekuens test: 6 -12 bulan sekali.
• Pemeriksaan Kesehatan Telinga
Pemeriksaan dilakukan dengan test audiometri yang berguna untuk
mendeteksi sensitivitas fungsi organ pendengaran. Berkurangnya
fungsi pendengaran dapat disebabkan oleh penyumbatan karena
kotoran atau cairan pada rongga telinga, atau karena adanya
kelainan pada organ di dalam telinga.
Frekuensi test: 6 bulan sekali.
• Pemeriksaan Kesehatan Mata
Selain test ketajaman penglihatan, juga dilakukan pengukuran
tekanan bola mata. Peningkatan tekanan bola mata atau yang
disebut sebagai glaukoma terjadi akibat alira cairan mata
terbendung yang menyebabkan peningkatan tekanan bola mata ang
bisa mengakibatkan kebutaan. Setiap orang berusia 40 tahun keatas
sebaiknya melakukan test ini.
Frekuensi test: 6 bulan sekali, untuk glaukoma 2 tahun sekali.
• Pemeriksaan Urine
Hasil pemeriksaan terhadap kandungan zat kimia dalam urine yang
digabungkan dengan hasil kimia darah dapat menggambarkan
keadaan fungsi ginjal dan hati anda. Test ini juga bisa mendeteksi
adanya infeksi saluran kemih atau infeksi pada liang vagina.
Frekuensi test: 1 tahun sekali.
Pada wanita, test – test kesehatan ditambah dengan:
• Test Reproduksi ( Pap Smear Test )
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada saluran
vagina dan leher rahim, serta mendeteksi adanya kanker pada leher
rahim. Test ini ditujukan kepada mereka yang aktif secara seksual.
Biasanya selain pap smear, pemeriksaan reproduksi juga
6
melibatkan pemeriksaan kimia darah, yang dimaksudkan untuk
mengetahui kandungan hormon dan cairan tubuh lainyang terdapat
dalam darah yang berpengaruh terhadap proses reproduksi.
Frekuensi test: 6 – 12 bulan sekali.
• Pemeriksaan Payudara ( Mammografi )
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya sel – sel
abnormal penyebab kanker payudara. Pemeriksaan ini terhitung
wajib bagi mereka yang temasuk kelompok beresiko tinggi (ada
anggota keluarga yang menderita kanker payudara, pertama kali
hamil di usia 32 tahun, serta pernah menderita tumor payudara).
Test ini disarankan bagi wanita yang berusia 35 tahun keatas.
Frekuensi test: 1 tahun sekali.
• Test Kepadatan Tulang
Sebenarnya test ini juga bisa dilakukan oleh kaum pria, tetapi
karena lebih sering wanita yang mengalami osteoporosis (tulang
keropos) yang membuat tulang mudah patah.
Frekuensi test: 1 tahun sekali.
4. Perhitungan IMT
Diketahui : BB = 95 kg
TB = 165 cm
IMT = BB/ TB (m) 2 à 95/1,652 = 34,8 ( obesitas )
Nilai : IMT < 18,5 = BB kurang
IMT 18,5-22,9 = normal
IMT 23-24,9 = normal tinggi
IMT 25-29,9 = gemuk
IMT > = 30 = sangat gemuk (obesitas)
TD 170/100 mmHg : Hipertensi derajat 2
Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi TD sistolik TD diastolik
Normal 120 80
7
Pre hipertensi 120 - 139 80 - 89
Hipertensi derajat I 140 - 159 90 - 99
Hipertensi derajat II 160 - 179 100 - 109
Hipertensi derajat III >> 180 >> 110
Nadi 90x/menit menunjukkan heart rate normal
Normal = 60-100 x/menit
Bradikardi = <60 x/menit
Takikardi = >100 x/menit
STEP 4 à SKEMA
Pria umur 45 tahun
Anamnesis : -‐ Merokok (+) -‐ Pekerja
kantoran -‐ Riwayat
hipertensi (+)
Laboratorium Klinik (General Check Up)
Penatalaksanaan
Pemeriksaan fisik : -‐ TD 170/ 100 mmHg -‐ Nadi 90 x/ menit -‐ RR 20 x/ menit -‐ Suhu 36,40C
Dx : Hipertensi primer
DD : -‐ Hipertensi primer -‐ Hipertensi sekunder
Dx : per
8
STEP 5 à SASARAN BELAJAR
1. Menjelaskan tentang hipertensi:
• Pengertian
• Etiologi
• Faktor resiko
• Manifestasi klinis
• Dx: anamnesis, Pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
• Derajat hipertensi JNC
• Penatalaksanaan
• Komplikasi
• Edukasi
STEP 6 à BELAJAR MANDIRI
Pertemuan ke- 2 (10 Mei 2012)
STEP 7 àPEMBAHASAN SASARAN BELAJAR
HIPERTENSI
DEFINISI
Hipertensi yaitu suatu penyakit yang di tandai dengan peningkatan tekanan darah
lebih dari normal. Dengan peningkatan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikit nya 90 mmHg.
ETIOLOGI
1. Hipertensi primer/esensial (tidak diketahui penyebabnya)
• Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih
banyak menderita hipertensi, lebih tinggi tingkat hipertensinya, dan
lebih besar tingkat morbiditas maupun mortalitasnya
• Geografi dan Lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi
9
kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju.
• Janin BBLR (Berat bayi lahir rendah)
Dikarenakan sedikitnya jumlah nefron dan lebih rendahnya
kemampuan mengeluarkan Na pada BBLR.
• Jenis kelamin
Pria > Wanita (pengaruh hormon). Untuk sesame wanita, wanita yang
pramenopause lebih besar kemungkinan menderita hipertensi.
• Natrium
Ketidak mampuan mengeluarkan Na secara efisien baik
diturunkan/didapat, Juga karena pengaruh hormone natriuretik yang
menghambat aktivitas sel pompa Na (ATPase Na-K) dan mempunyai
efek penekanan.
• Sistem renin angiotensin
Renin (produksi angiotensin sebagai zat penekan), Aldosteron
(memacu Na dan terjadinya retensi air sebagai akibatnya)
• Hiperaktivitas Simpatis
Katekolamin (memacu produksi renin kontriksi arteriol dan vena
menaikkan curah jantung )
• Resistensi insulin / Hiperinsulinemia Insulin (zat penekan yang
menaikan kadar katekolamin dan reabsorbsi Na)
• Disfungsi endotel
Penderita hipertensi mengalami penurunan respon vasodilatasi
terhadap nitrat oksida, dan endotel mengandung vasodilatator seperti
endotelin – I, meskipun kaitannya dengan hipertensi tidak jelas.
2. Hipertensi sekunder (dapat diketahu penyebabnya)
• Kelainan ginjal : dimana ada kerusakan parenkim sehingga terjadi
hipertensi
• Glomerulonefritis akut (GNA)
• Glomerulonefritis kronis (GNC)
• Pyelonefritis kronis (PNC)
10
• Penyempitan arteri renalis
• Penyakit renovaskuler gangguan pasokan darah ginjal dan bagian atas
• Arterosklerosis : mempengaruhi 1/3 bagian proksimal arteri renalis
(paling sering pada usi lanjut)
• Fibrodisplasia : mempengaruhi 2/3 bagian distal, menurunkan pasokan
darah ginjal memacu produksi renin ipsilateral menaikkan tekanan
darah
• Hiperplasia adrenal congenital
• Endokrin :
o Aldosteronisme primer (sindrom cronh) ada hipokalemia +
hipertensi
o Sindrom cushing hyperplasia adrenal bilateral adenoma
hipofisis menghasilkan ACTH ada hipertensi + obesitas + kulit
tipis + kelemahan otot + osteoporosis
• Feokromositoma : tumor sel kromofin asal neural yang mensekresi
kotekolamin
• Akibat obat : OCP, Siklosporin, eritropolerin, kokain.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis :
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdengung
4. Mimisan (jarang)
5. Mata berkunang-kunang
6. Sukar tidur
7. Sesak nafas
8. Rasa berat ditengkuk
9. Mudah lelah
Jika hipertensi berat atau menahun atau tidak diobati, akan timbul gejala :
1. Sakit kepala
2. Pandangan kabur
11
3. Kelelahan
4. Mual, muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Kerusakan pada mata, otak, jantung, dan ginjal
8. Kadang terjadi penurunan kesadaran dan bahkan koma, karena terjadi
pembengkakan otak à ensefalopati hipertensi.
FAKTOR RESIKO
Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas:
1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
• Umur Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan
elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring
bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika
berumur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur,
risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa
terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang
berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah
sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi
bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu
terjadinya hipertensi.
• Jenis Kelamin
• Riwayat Keluarga
2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
• Kebiasaan Merokok Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi.
12
Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler
telah banyak dibuktikan.6 Selain dari lamanya, risiko merokok
terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.
Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan
hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia
beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui
rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau
merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara setelah
isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin
diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru
dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin
sudah mencapai otak.
− Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin).
− Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang
lebih tinggi
• Konsumsi Asin/Garam Secara umum masyarakat sering
menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam
merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya
hipertensi.
− Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan
volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah.
− Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan
garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem
pendarahan) yang normal.
− Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping
ada faktor lain yang berpengaruh.
Reaksi orang terhadap natrium berbeda-beda. Pada beberapa orang,
13
baik yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi, walaupun
mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas, pengaruhnya terhadap
tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok
lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga
memicu terjadinya hipertensi.
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
• Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.34 Konsumsi lemak
jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan
kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama
lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan
konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman
dapat menurunkan tekanan darah.
• Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol Alkohol
• Obesitas Obesitas atau kegemukan dimana berat badan
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas
lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas
tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olah
raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap
hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik
aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya
olahraga maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila
asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan
bertambah.
14
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa
tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen
dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar
melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi
tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.
Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.
• Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan
peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam
juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya
aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin
besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
• Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.
Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan
darah menjadi tetap tinggi. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,
murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa
takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika
15
stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis.
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah,
namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi
belum dapat dipastikan.
PATOFISIOLOGI
16
Suplai paru ↓
difusi ↓
Asidosis metabolik
Kebutuhan ATP↑
RR↑
CO ↓
Beban jantung ↑
LVH
Kontraktilitas ↑
Kontraktilitas ↓
↓ suplai coroner
Iskemik miocard
Infark miokard
Gagal jantung
Kerusakan vascular
Perubahan vascular retina
Degenerasi jaringan retina
+ sel saraf
Kerusakan blood barier
nekrosis
↓ perfusi ginjal
Gangguan filtrasi
Gangguan nefron
Gagal ginjal
Suplai sistemik
↑ tekanan cerebral
vasokonstriksi
autoregulasi
Gagal autoregulasi
spasme pembuluh darah
Ensefalopati cerebral
Iskemik jaringan
Obesitas
Hiperlipidemia
↑LDL
LDL teroksidasi masuk lapisan
intima
Endapan lemak
Plak fibrosa
aterosclerosis
Merokok
nikotin
Rangsang neuron postganglion simpatis
katekolamin
Vasokontriksi
↑ tonus p.d
Hiperplasia +
Hipertrofi tunica media
Genetik + usia
↓ elastisitas
p.d kontriksi
↑ tahanan perifer
↑ tekanan diastolik ↑ preload
↑stroke volume ↑ tekanan sistolik
HIPERTENSI
vasokonstriksi
OR
Pekerjaan
Stress
↓ elastisitas pembuluh darah
Kelenjar Adrenal
↑ tekanan darah
Medula Adrenal sekresi epinefrin
Vasokonstriksi
Korteks adrenal sekresi kortisol dan steroid lain
Vasokonstriksi
↑ tekanan darah
Aktivasi simpatis
Norephineprin
Pembuluh Darah (α1)
Ginjal(β1) Jantung (β2)
SRAA
Angiotensin I
Angiotensin II
Sekresi aldosteron
Retensi Na (Reabsorbsi Na)
↑ Volume intravascular
↑HR ↑ kontraktilitas
↑ sistolik volume
↑ COP
↑ Tekanan darah
17
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
• Keluhan nyeri kepala ( umumnya pagi hari dan terlokalisir pada regio
oksipital )keluhan tidak spesifik lainnya yang mungkin terkait seperti
dizziness, palpitasi, mudah lelah,impotensi
• Riwayat keluarga hipertensi atau penyakit kardiovaskuler lainnya
• Diet, pola makan, aktivitas fisik
• Riwayat berobat sudah berapa lama, terapi yang sudah diberikan,
respon / efek samping terapi
• Faktor risiko lainnya seperti perubahan berat badan, dislipidemia,
merokok, DM
• Penyakit atau kondisi lain yang diderita (mengarah ke hipertensi
sekunder)
• Keluhan lainnya yang mungkin menandakan kerusakan organ target
seperti :
1. Gangguan penglihatan
2. Nyeri dada ( angina,gejala TIA (transient iskemic attack)
3. Keluhan gagal jantung
4. Gangguan fungsi ginjal
2. PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : perhatikan keadaan khusus seperti : cushing,
feokromasitoma, perkembangan tidak proposionalnya tubuh atas
dibanding tubuh bawah yang sering ditemukan pada koarktasio aorta,
tingkat kesadaran
• Pemeriksaan fisik umum :
v Mata : gambaran klinis:
1. spasme arteri
2. eksudat pada retina
3. perdarahan retina
18
Pada pasien muda angiografi fluoresein menipis dan oklusi arteriol,
dan non perfusi kapiler yang berhubungan dengan bercak cotton
woll
Pada pasien lansia kelainan arteriosklerotik yang mendasri sifat
tidak reversible
Lakukan funduskopi dengan klasifikasi Keith – Wagener – Barker
berguna untuk menentukan prognosis.
Klasifikasi ( keith dan wegener )
1. Arteri / vena rasio ½, spasme lokal
2. Arteri / vena rasio ½ , spasme luas
3. Arteri / vena rasio 1/3 , perdarahan retina,eksudat
4. Stadium 3 ditambah PNII edem
v Pengukuran tekanan darah : dilakukan minimal 2x tiap kunjungan
(diambil rata – ratanya) pada kunjungan 2x/lebih dengan
menggunakan manset yang meliputi minimal 80% lengan atas
pasien dengan posisi duduk dan telah beristirahat 5 menit. 30 menit
sebelumnya menghindari aktivitas fisik, konsumsi kafein dan
merokok.
Pengukuran tekanan darah saat berdiri diindikasikan pada pasien
dengan risiko hipertensi postural ( obat – obat, lanjut usia, DM)
v Periksa Nadi (Bradikardi, takikardi atau tak beraturan)
v Palpasi dan auskultasi arteri karotis untuk menilai stenosi atau
oklusi
v Periksa Hipertropi ventrikel kiri (dengan pemeriksaan pulsus
epigastrium)
v Nadi pasien hipertensi berisiko mengalami fibrilasi atrial, BB
v Pemeriksaan jantung : untuk mencari pembesaran jantung→untuk
menilai HVK dan tanda – tanda gagal jantung.
v Impuls apeks yang prominen
19
v Bunyi jantung S2 yang meningkat akibat kerasnya pentupan katub
aorta, kadang ditemukan murmur diastolik akibat regrugitasi aorta,
bunyi S4 (gallop atrial/pressistolik) dapat ditemukan akibat
peninggian tekanan atrium kiri, buyi S3 (gallop ventrikel/
protodiastolik) ditemukan meningkat akibat dari dilatasi ventrikel
kiri. Bila S3 dan S4 ditemukan bersama = summation gallop
v Pemeriksaan paru : adakah suara napas tambahan seperti ronki
basah / ronki kering / mengi
v Pemeriksaan perut : untuk mencari aneurisma, pembesaran hati,
limpa, ginjal, dan asites
Auskultasi bising sekitar kiri kanan umbilikus (real arteri stenosis )
Arteri radialis, femoralis, dorsalis pedis harus diraba. Tekanan
darah dibetis harus diukur minimal 1x pada hipertensi umur muda
(kurang dari 30 tahun)
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Meliputi :
• Tes darah rutin
− Hemoglobin
Laki-laki (N) : 13.2-17.3 gr/dl
Perempuan (N) : 11.7-15.5 gr/dl
Bila terjadi penurunan maka menunjukan penyakit ginjal
− Hematokrit
Laki-laki (N) : 40.0-52.0 %
Perempuan (N) : 35.0-48.0 %
Bila terjadi penurunan makan menunjukkan gagal ginjal
kronik
− LED
Metode Westergreen
Laki-laki (N) : 0-15 mm/jam
Perempuan (N) : 0-20 mm/jam
Metode Wintrobe
20
Laki-laki (N) : 0-9 mm/jam
Perempuan (N) : 0-15 mm/jam
Bila terjadi peningkatan maka menandakan viskositas darah ↑,
stress fisiologis, kerusakan jaringan(nekrosis)
• Gula darah
Sewaktu (N) : ≤200 mg/dl
2 jam PP (N) : 60 – 140 mg/dl
Untuk melihat apakah hipertensi ada hubungan dengan penyakit
metabolik
• Kolesterol total serum
Normal : ≤200 mg/dl
Batas Tinggi : 200-239 mg/dl
Tinggi : ≥240 mg/dl
• Kolesterol LDL dan HDL serum
− Kadal LDL
− Normal : ≤130 mg/dl
− Batas tinggi : 130-159 mg/dl
− Tinggi : ≥160 mg/dl (resiko hipertensi ↑)
− Kadar HDL
Normal : ≤60 mg/dl
Tinggi : ≥160 mg/dl
• Trigliserida serum
Normal : ≤200 mg/dl
Batas normal tinggi :200-239 mg/dl
Tinggi : 200-499 mg/dl
Sangat Tinggi : ≥500 mg/dl
Lipid profile untuk melihat komplikasi atau gangguan pada
pembuluh darah dan jantung.
• Asam urat serum
Laki-laki : 3.4-7.2 mg/dl
Perempuan : 2.4-6.0 mg/dl
21
Pada hipertensi kronis untuk melihat fungsi ginjal, bila lebih tinggi
dari normal maka fungsi ginjal kurang baik.
• Kreatinin serum
Laki-laki : 0.8-1.3 mg/dl
Perempuan : 0.6-1.0 mg/dl
Bila lebih dari nilai rujukan diatas, maka dicurigai ada gangguan
filtrasi pada ginjal
• Kalium serum
Melihat kerja jantung yang dapat dipengaruhi kandungan kalium
dalam darah.
• Natrium serum
Normal : 135-145 aMol/L
Untuk melihat resistensi perifer yang berpengaruh pada tekanan
darah, karena Na ↑ akan menarik air lebih banyak ke pembuluh
darah.
• Urinalisis
Untuk melihat adakan resiko komplikasi pada ginjal, fungsi
glomelurus untuk filtrasi
• Elektrokardiogram
Untuk melihat adakan resiko komplikasi pada jantung dengan
melihat kerja jantung.
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya
penyakit penyerta sistemik antara lain :
1) Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
2) Diabetes (terutama pemeriksaan gula darah)
3) Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan pretemuria, kreatinin serum,
laju filtrasi glumerulus)
Pemeriksaan untuk evaluasi organ target :
• Jantung
1. Pemeriksaan fisis
2. Foto polos dada ( untuk melihat pembesaran jantung)
22
3. Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi,
aritmia, hipertrofi ventrikel kiri)
4. Ekokardiografi
• Pembuluh darah
1. Pemeriksaan fisis termasuk penghitungan pulse pressure
2. USG karotis
3. Fungsi endotel (masih dalam penelitian)
• Otak
1. Pemeriksaan neurologis
2. Diagnosis strok ditegakkan dengan CT Scan / MRI (untuk pasien
dengan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan
kognitif)
• Mata
1. Funduskopi (untuk mengetahui keadaan retina)
• Fungsi ginjal
2. Pemeriksaan fungsi ginjal dan menentukan adanya protenuria atau
mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin
PENATALAKSANAAN
Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah : Penurunan mortalitas dan
morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi.
Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal:
kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal)
Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi
obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan
resiko.
1. Non medicamentosa
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi
harus melakukan perubahan gaya hidup. Disamping menurunkan tekanan
23
darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga
dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-
pasien dengan tekanan darah prehipertensi.
Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan
darah adalah:
• Mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk
• Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah
natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada
sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik
dengan terapi satu obat antihipertensi
Mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat.
2. Medicamentosa
Banyak pasien hipertensi memerlukan kombinasi obat – obatan untuk
mendapatkan kontrol tekanan darah yang kuat. Kombinasi dari golongan –
golongan obat termasuk :
• Diuretik tiazid dan penyekat ß
• Diuretik tiazid dan penghambat ACE
• Penyekat ß dan Antagonis kalsium
• Antagonis kalsium dan penghambat ACE
• Penghambat ACE dan penyekat alpha
• Penyekat alpha dan Atagonis kalsium
24
GOLONGAN NAMA GENERIK MEKANISME KERJA
DIURETIK 1. Thiazide Hydrochlorothiazide
Indapamide
Chlortalidone 2. Diuretik kuat Furosemide
Torasemide 3. Diuretik hemat kalium Amiloride
Triamterene 4. Antagonis aldosteron Spironolactone
• Bekerja di ginjal untuk
meningkatkan pembentukan urin.
• Efek antihipertensi didasarkan
pada peningkatan ekskresi natrium,
klorida dan air dengan akibat
berkurangnya volume plasma dan
cairan ekstraseluler diikuti
penurunan tekanan darah. β-BLOCKER (PENGHAMBAT RESEPTOR β)
1. SELECTIVE Β1-
BLOCKER (kardioselektif à
menghambat reseptor β 1)
Bisoprolol
Atenolol
Metoprolol
Menghambat reseptor β1 di jantung,
sehingga terjadi penurunan kontraktilitas
otot jantung dan frekuensi denyut
jantung yang akan menurunkan curah
jantung dan akhirnya penurunan tekanan
darah.
2. NONSELECTIVE β-
BLOCKER
(nonkardioselektif à meng-
hambat reseptor β 1 dan β2)
Propranolol
Carvedilol
Tidak hanya menghambat reseptor β1 di
jantung tetapi juga menghambat
reseptor β2 yang ada di bronkus paru,
sehingga dapat menyebabkan
penyempitan saluran nafas atau
bronkokonstriksi, oleh sebab itu golongan
ini dikontraindikasikan pada pasien asma
maupun PPOKα1- BLOCKER
(PENGHA MBA T RESEPTOR
α1 )
Doxazosin
Prazosin
Menghambat reseptor α1 sehingga terjadi
vasodilatasi arteriol, yang akan
menurunkan resistensi perifer dan
menurunkan tekanan darah
KOMBINASI α- dan β-
BLOCKER
(PENGHAMBAT RESEPTOR α
dan β)
Carvedilol
Labetalol
•Menghambat reseptor β, sehingga
terjadi penurunan kontraktilitas jantung
dan frekuensi denyut jantung à
kemudian menurunkan curah jantung; •
Menghambat reseptor α sehingga terjadi
dilatasi arteriol yang akan menurunkan
resistensi perifer.
ACE INHIBITOR
ACE INHIBITOR
(PENGHAMBAT
ANGIOTENSIN CONVERTING
ENZYME )
Captopril
Enalapril
Ramipril
Lisinopril
Perindopril
Trandolapril
Mengurangi pembentukan Angiotensin
II sehingga terjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron (yang akan
menyebabkan ekskresi natrium dan air),
sehingga terjadi penurunan tekanan
darah.ARB atau AIIRA
ARB (ANGIOTENSIN
RECEPTOR BLOCKER) ; atau
AIIRA (ANGIOTENSIN II
RECEPTOR ANTAGONISTS)
atau PENGHAMBAT
RESEPTOR ANGIOTENSIN II
Losartan
Irbesartan
Valsartan
Candesartan
Telmisartan
Olmesartan
Mengikat reseptor angiotensin II
(langsung memblok reseptor) dan
menghambat semua efek angiotensin II,
sehingga menyebabkan penurunan
tekanan darah.
CCB (CALCIUM CHANNEL BLOCKER)
1. Dihydropyridine
Nifedipine, Felodipine
Amlodipine
2. Phenylalkylamine Verapamil
3. Benzothiazepine Diltiazem
Menghambat masuknya ion calcium ke
dalam otot jantung dan pembuluh darah
melalui saluran calcium tipe L, sehingga
dapat menurunkan kontraksi jantung dan
pembuluh darah serta menurunkan
tekanan darah.
VASODILATORHydralazine
Minoxidil
Menyebabkan relasasi langsung otot
polos arteriol, sehingga menyebabkan
penurunan tekanan darah.
25
KOMPLIKASI
1. Jantung
Hipertropi ventrikel kiri menyebabkian peningkatan kekakuan dinding
terhadap pengisian diastolik dan gelombang ‘a’ (sistol atrium) yang
menonjol pada ekokardiografi. Gagal ventrikel kiri dapat terjadi,
seringkali tanpa dilatasi ventrikel.
2. Ginjal
Terjadinya kerusakan ginjal dan gagal ginjal secara perlahan sering
ditemukan pada hipertensi menahun, khususnya dengan kontrol yang tidak
teratur dan lebih sering pada orang kulit hitam.
3. Otak
Stroke dan serangan iskemik transien lebih sering ditemukan pada
penderita hipertensi. Selama stroke, tekanan darah dapat meningkat secara
akut dan perlu kehati-hatian untuk menurunkannya.
4. Mata
Retinopati pada Hipertensi
• Derajat I
Penyempitan pembuluh darah / sklerosis lumen ateriol retina
memberikan efek “ kawat perak / Silver wieing.
• Derajat II
Sklerosis arteriol sedang / berat, terlihat sebagai “Nipping”
arteriovenosa.
• Derajat III
Perubahan progresif retina mengakibatkan edema, bintik “Cotton
Wool” dan perdarahan.
• Derajat IV
Semua data diatas dengan edema papil
Normal Retinopati Retinopati Retinopati
26
EDUKASI
Tiga pedoman untuk penderita tekanan darah tinggi:
1. Pemeriksaan tekanan darah secara teratur
2. Minumlah obat yang dianjurkan oleh dokter
3. Patuhi dengan baik segala nasehat dokter
Selain itu perlu edukasi:
1. Hindari makanan kolesterol tinggi
2. Perbanyak olah raga
3. Hindari faktor resiko seperti merokok
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. Jakarta: EGC.
2. Firmansyah Iman, Muchid Abdul, dkk. 2006. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunikasi dan
Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
3. Price Sylvia, Anderson. Patofisiologi konsep klinik proses penyakit, alih
ed 6. 2006. Jakarta: EGC.
4. Robbin, Stanley L. 2007 . Buku Ajar Patologi Robbin. Jakarta :EGC.