laporan biomon kel.8 fix

20
1 LAPORAN PRAKTIKUM BIOMONITORING UJI TOKSISITAS AKUT (LC 50 ) INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT TERHADAP MORTALITAS IKAN MAS (Cyprinus carpio) Disusun oleh  AININ NURI ALMIRA 125080100111068  AISYAH NUR AL FIYAH 125080100 111003  ANA LATIFATUS S 125080100 111093  ANIK YULIATI 125080100 111083  ARIF ARDIANSYA H 125080100111022  ATIK APRILIA S 125080100111095 DIANA PRASETYORINI 125080101111008 DODY FEBRIANTO E 125080100111100 FATHIN ADILLA 125080101111034 LUK LUK IL MAKNUUN 125080100111064 NABILLA SUBIAKTO 125080101111006 SELFI DWI P 115080100111069 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: uluchan

Post on 15-Oct-2015

92 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMONITORINGUJI TOKSISITAS AKUT (LC50) INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT TERHADAP MORTALITAS IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Disusun olehAININ NURI ALMIRA125080100111068AISYAH NUR ALFIYAH125080100111003ANA LATIFATUS S125080100111093ANIK YULIATI125080100111083ARIF ARDIANSYAH125080100111022ATIK APRILIA S125080100111095DIANA PRASETYORINI125080101111008DODY FEBRIANTO E125080100111100FATHIN ADILLA125080101111034LUK LUK IL MAKNUUN125080100111064NABILLA SUBIAKTO125080101111006SELFI DWI P115080100111069

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangInsektisida merupakan salah satu jenis pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga. Penggunaan insektisida ini sering dilakukan terutama dibidang pertanian untuk membasmi hama sehingga bisa meningkatkan hasil produksi. Namun jika penggunannya kurang bijaksana dapat membawa dampak bagi yang lainnya diluar hama yang ingin dibasmi. Limbah insektisida yang masuk dalam perairan dalam jumlah besar secara langsung maupun tidak langsung dapat mengganggu kualitas air sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan biota-biota air terutama ikan akan terganggu. Menurut Thompson (1971) dalam Rudiyanti dan Astri (2009), pengaruh secara langsung disebabkan oleh akumulasi pestisida dalam organ-organ tubuh akibat tertelan bersama-sama makanan yang terkontaminasi, atau akibat rusaknya organ-organ pernafasan sehingga dapat mematikan ikan budidaya dalam jangka waktu tertentu, sedangkan secara tidak langsung adalah menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya pertumbuhan.Ikan mas merupakan salah satu ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting, sehingga ikan ini banyak dibudidayakan. Selain dipelihara dalam kolam-kolam tertentu, ikan mas sering dipelihara di sawah bersama-sama dengan tanaman padi.Kelangsungan hidup ikan sangat tergantung dari kondisi perairan tempat hidupnya. Mengingat besarnya potensi pencemaran dari limbah insektisida dalam perairan, maka pemakaian insektisida kiranya perlu dilakukan secara cermat. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan insektisida yang mengandung bahan aktif klorpirifos dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas.

1.2 TujuanTujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk Menentukan tingkat toksisitas Lethal Concentratin (LC50) Insektisida Organofosfat Terhadap Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan mengetahui konsentrasi yang dapat ditolerir.

1.3 Waktu dan TempatPraktikum Biomonitoring tentang pengaruh konsentrasi insektisida terhadap kelangsungan hidup ikan mas dilaksanakan pada hari senin-sabtu, 5-10 mei 2014 pukul 07.00 selesai bertempat di laboratorium Ilmu Ilmu Perairan gedung C lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi InsektisidaMenurut Matnawy (1989), insektisida merupakan pestisida yang digunakan untuk memberantas insekta. Menurut Fardiaz (1992), Insektisida banyak digunakan untuk berbagai tujuan melawan serangga, misalnya membasmi hama tanaman, membersihkan lingkungan dari serangga pembawa penyakit, mengawetkan bahan bangunan, membasmi hama gudang, dan sebagainya. Sedangkan menurut Pudjaatmaka (1999), insektisida merupakan bahan kimia yang membunuh serangga.

2.2 Sumber InsektisidaPrijono (1999) dalam Lina, et al. (2010), menyatakan bahwa ekstrak kasar tumbuhan pada konsentrasi dibawah 0,5% cukup efisien untuk dikembangkan sebagai sumber insektisida botani. Menurut Syahroni dan Prijono (2013), Salah satu jenis tumbuhan yang berpotensi digunakan sebagai sumber insektisida nabati ialah sirih hutan, Piper aduncum L. (Piperaceae). Bahan tumbuhan lain yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber insektisida nabati ialah buah lerak, Sapindus rarak DC. (Sapindaceae) (Heyne 1987; Widowati 2003).Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, Rutaceae. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk ditemukannya famili tumbuhan yang baru untuk dijadikan sebagai insektisida nabati. Pengembangan teknologi formulasi insektisida yang ramah lingkungan dan aman dalam penggunaan sangat perlu dilakukan (Gusti et al., 2009 dalam Sari, et al., 2013).

2.3 Pengertian Bioassay dan Uji ToksisitasBioassay dapat dideskripsikan sebagai metode biologi yang disediakan oleh ilmuwan peneliti untuk digunakan sebagai alat yang dapat membantu ahli teknik air untuk memonitor efek toksik dari buangan limbah atau dalam rangka mengukur polusi lingkungan. Perkembangan bioassay telah diintroduksi pada lingkungan industry yang dapat mencemari air sebagai suatu alat yang semestinya sensitive, murah, serta cepat responnya untuk mengukur kualitas air (Nganro, 2009).Uji bioassay adalah suatu uji daya kemampuan dari masing - masing isolat untuk membunuh larva Aedes sp. Sebagai perlakuan adalah jenis isolat bakteri dan konsentrasi inokulum mikroba, pada perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Sepuluh ekor larva nyamuk Aedes sp dalam 100 ml aquades diinokulasi dengan biakan bakteri dengan konsentrasi 0,1 , 0,5, dan 1 ml, parameter yang diamati adalah mortalitas larva selama 3 - 5 hari. (ariyadi, 2012)Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat (24 jam) setelah pemberian dalam dosis tunggal. Jadi yang dimaksud dengan uji toksisitas akut adalah uji yang dilakukan untuk mengukur derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan coba tertentu, dan pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama setelah perlakuan dan dilakukan dalam satu kesempatan saja (Sulastry, 2009).Uji toksisitas akut adalah salah satu uji pra-klinik. Uji ini dirancang untuk mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24 jam setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. Tolak ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik adalah dosis letal tengah (LD50). Terdapat 3 metode yang paling sering digunakan untuk menghitung harga LD50 yaitu metode grafik Lithfield & Wilcoxon, metode kertas grafik probit logaritma Miller dan Tainter, dan metode rata rata bergerak Thompson-Weil yang didasarkan pada kekerabatan antara peringkat dosis dan % hewan yang menunjukan respon. Sedangkan data kualitatif yang diperoleh meliputi penampakan klinis, morfologis, dan mekanisme efek toksik (Jenova,2009).

2.4 Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)Menurut Lentera (2002), Ikan mas (Cyprinus carpio, Linn) merupakan jenis ikan darat yang hidup di perairan dangkal yang mengalir tenang dengan suhu sejuk. Klasifikasi ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan (sistem pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) sebagai berikut.

(Google image, 2014)Phyllum (Filum): ChordataSubphyllum (Anak filum): VertebrataClass (Kelas): OsteichthyesSubclass (Anak kelas): ActinopterygiiOrdo (Bangsa): CypriniformesSubordo (Anak bangsa): CyprinodeaFamili (suku): CyprinidaeSubfamily (Subsuku): CyprinusSpecies (Jenis): Cyprinus carpio, LBentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulutnya terletak dibagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi graham. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas berukuran besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid (lingkaran)(Khairuman dan Khairul, 2008).Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Khairuman dan Khairul, 2008).

2.5 Parameter Kualitas Aira. SuhuSuhu merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kegiatan budidaya perikanan. Suatu aktivitas metabolisme ikan berbanding lurus terhadap suhuair. Semakin tinggi suhu air semakin aktif pula metabolisme ikan, demikian pula sebaliknya.Kondisi suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Pada suhu rendah, ikan akankehilangan nafsu makan dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Sebaliknya jika suhu terlalutinggi maka ikan akan mengalami stress pernapasan dan bahkan dapat menyebabkan kerusakaninsang permanen. Suhu air yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 28Csampai 32C. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan ikan nila yang dibudidayakanmampu beradaptasi dengan suhu air diantara keduanya, mulai dari 14C sampai 38C (Jaya, 2011).Menurut Goldman (1983) dalam Apridayanti (2008), menyatakan bahwa suhu merupakan faktor utama dalam regulasi konsentrasi oksigen dan Karbondioksida, tetapi hal ini juga tergantung pada fotosintesis tanaman, respirasi dari semua organisme, aerasi air, keberadaan gas gas lainnya dan oksidasi kimia yang mungkin terjadi. Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk kedalam air. Suhu selain berpengaruh terhadap berat jenis, viskositas dan densitas air, juga berpengaruh terhadap kelarutan gas dan unsur-unsur dalam air. Sedangkan perubahan suhu dalam kolom air akan menimbulkan arus secara vertikal.b. DOOksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005).Menurut Patty (2013), menyatakan bahwa oksigen terlarut di perairan ini dipengruhi oleh fakktor eksternal antara lain cuaca, angin dan arus. Kondisi suhu, salinitas dan oksigen terlaut perairan ini masih tergolong normal dan baik untuk kehidupan biota laut. Rendahnya kardar oksigen di daerah pantai dekat muara sungai (estuari), erat kaitannya dengan keke-ruhan air laut dan juga diduga dise-babkan semakin bertambahnya aktivitas mikro-organisme untuk menguraikan zat organik menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen terlarut (biopro-ses) di perairan ini. Sedangkan tinggi-nya kadar oksigen terlarut di perairan lepas pantai, dikarenakan airnya jernih sehingga dengan lancarnya oksigen yang masuk kedalam air tanpa ham-batan melalui proses difusi dan proses fotosintesi.c. pHMenurut Yazwar (2008), derajat keasaman (pH) merupakan factor lingkungan yang dapat berperan sebagai factor pembatas pada perairan. Dalam hal ini sebagian besar biota perairan sensitive terhadap perubahan nilai pH. Organisme akuatik dapat hidup dalam suati perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Derajat keasaman air (pH) dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat keasaman air yang rendah atau sangat asam dapat menyababkan kematian ikan dengan gejala garakannya tidak teratur, tutup insang bergerak sangat aktif, ikan berenang sangat cepat di permukaan air. Keadaan air yang sangat basa juga dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat (Cahyono, 2000). Faktor yang mempengaruhi pH adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam (Amri, 2003).

BAB IIIMETODOLOGI

3.1. Alat dan FungsiAdapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum Biomonitoring adalah sebagai berikut: Ember kapasitas 10 liter: sebagai wadah hidup ikan saat pengamatan. Aerator set: untuk menyuplai oksigen. Kabel roll: untuk menyambungkan sumber listrik dengan aerator set. Seser: untuk membantu mengambil ikan dari media awal sebelum diletakkan di ember uji dan untuk mengambil ikan yang mati akibat bahan pencemar yang diujikan. Kamera: untuk mendokumentasikan pergerakan ikan dan gejala- gejalan ikan akibat bahan pencemar yang diberikan selama pengamatan. Gunting: untuk memotong selotip. Alat tulis: untuk mencatat hasil pengamatan selama 12 jam sekali. DO meter: untuk membantu mengukur kadar DO dan suhu pada masing-masing ember. pH meter: untuk membantu mengukur pH. Beaker glass: sebagai wadah pengenceran bahan pencemar. Gelas ukur: untuk mengukur seberapa banyak volume bahan pencemar yang akan digunakan sebagai bahan uji.

3.2. Bahan dan FungsiAdapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum Biomonitoring adalah sebagai berikut: Ikan Mas (Cyprinus carpio) : sebagai organisme yang diuji ketahanannya terhadan bahan pencemar tertentu. Selotip: memebantu menempelkan kabel roll agar tetap diam. Air: sebagai media hidup ikan dalam ember. Akuades: sebagai pengencer bahan pencemar. Insektisida: sebagai bahan uji ketahanan organisme terhadap bahan pencemar. Kertas label: untuk menandai ember terhadap masing-masing perlakuan.

3.3 Skema KerjaA. Aklimatisasi Ikan Mas

Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Dimasukkan ke dalam bak Diaklimatisasi selama 1x24 jam Diberikan pakan secara teratur Diatur temperatur pemeliharaan 25C-28C

Hasil

B. Bak kapasitas 10 l (4 buah)HasilUji Toksisitas

Dilakukan Uji Pendahuluan konsentrasi ambang bawah dan ambang atas sesuai skala logaritmik kelipatan 10 Dilakukan uji sesungguhnya, didapatkan kisaran konsentrasi dari uji pendahuluan sesuai skala logaritmik, diidapatkan konsentrasi: K = konsentrasi bahan uji 0 ppm A = konsentrasi bahan uji 0,1 ppm B = konsentrasi bahan uji 0,135 ppm C = konsentrasi bahan uji 0,18 ppm D = konsentrasi bahan uji 0,24 ppm diamati selama 96 jam setiap 12 jam sekali dan diukur suhu pH dan DO jumlah ikan mati X 100 %Jumlah total ikanDihitung persentase mortalitas dengan rumus

ditentukan LC50 dengan menggunakan analisis probit

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji ToksisitasHasil uji insektisida pada ikan mas (Cyprinus carpio) ternyata menimbulkan efek. Ikan mas yang terkontaminasi insektisida memperlihatkan gejala stress, gerak renang kurang stabil dan cenderung berenang di dasar ember. Berikut tabel hasil pengamatan selama 96 jam waktu pengamatan.Tabel 1. Data Jumlah Mortalitas selama 96 jam PengamatanKonsentrasiJumlah IkanJulmah Mortalitas (ekor)% Mortalitas

1224364860728496

Kontrol10000000000

0,1100000020020

0,135100101122180

0,18100010021260

0,24101120000150

Gambar 1. Grafik Mortalitas Ikan

Analisa Grafik MortalitasHasil penelitian selang konsentrasi menunjukkan bahwa ikan mas (Cyprinus carpio) mempunyai batas toleransi terhadap perbedaan konsentrasi insektisida yang diberikan. Pada konsentrasi 0,1 ppm, ikan mas masih bisa bertahan hidup hingga jam ke-60. Pada jam ke-72 dua ekor ikan mas tidak mampu bertahan hidup dan sebagian ikan mas mampu bertahan hidup hingga pengamatan terakhir yaitu jam ke-96. Pada konsentrasi 0,135 ppm, seekor ikan sudah tidak mampu bertahan hidup pada jam ke-24, ke-48 dan jam ke-60. Kemudian dua ekor ikan mas tidak mampu bertahan pada jam ke-72 dan jam ke-96 seekor ikan mas tidak mampu bertahan hidup. Sedangkan sebagian ikan mas mampu bertahan hingga pengamatan terakhir yaitu jam ke-96. Pada konsentrasi 0,18 ppm seekor ikan mas tidak mam[u bertahan pada jam ke-36, dua ekor ikan mas tidak mampu bertahan pada jam ke-72, kemudian seekor ikan mas tidak mampu bertahan pada jam ke-84, dan dua ekor ikan mas tidak mampu bertahan pada jam ke-96 sementara sebagian ikan mas lain masih mampu bertahan. Pada konsentrasi 0,24 seekor ikan mas tidak mampu bertahan pada jam ke-12 dan ke-24, dua ekor ikan mas tidak mampu bertahan pada jam ke-36 kemudian pada jam ke-96 seekor ikan tidak mampu bertahan sementara sebagian ikan mas yang lain mampu bertahan hidup. Dari sini dapat diketahui bahwa insektisida mempunyai nilai ambang batas atas 0,135 ppm, sedangkan konsentrasi ambang bawahnya adalah 0,1 ppm. Dan berdasarkan hasil perhitungan nilai probit dapat diketahui bahwa LC50 terletak pada konsentrasi 0,143 ppm, konsentrasi ini mendekati konsentrasi pada bak ke 2 dengan konsentrasi 0,135 sehingga menyebabkan jumlah ikan yang mati lebih dari separuh jumlah ikan yang dipelihara. Sedangkan dilihat dari segi pengamatan parameter kualitas airnya, yaitu suhu, DO, dan pH berada dalam kisaran normal bagi kehidupan ikan mas (Cyprinus carpio) sehingga dalam pengamatan ini kematian ikan tidak dipegaruhi oleh suhu, DO, dan pH.

Ciri dan Penyebab Kematian IkanDari hasil pengamatan yang sudah dilakukan terlihat ikan yang diberi insektisida pergerakannya hiperaktif, cenderung berenang di dasar dan memperlihatkan gejala stres. Menurut Rudiyanti dan Astri (2009), ikan yang terkena racun bahan pencemar dapat diketahui dengan gerakan hiperaktif, menggelepar, lumpuh dan kemudian mati. Secara klinis hewan yang terkontaminasi racun memperlihatkan gejala stress bila dibandingkan dengan kontrol, ditandai dengan menurunnya nafsu makan, gerakan kurang stabil, dan cenderung berada di dasar. Hal ini diduga sebagai suatu cara untuk memperkecil proses biokimia dalam tubuh yang teracuni, sehingga efek lethal yang terjadi lebih lambat.Pada saluran pernafasan pestisida dapat menyebabkan kerusakan pada bagian insang dan organ-organ yang berhubungan dengan insang. Masuknya pestisida dalam insang melalui kontak langsung, karena letaknya di luar. Kerusakan insang dapat berupa penebalan lamella, degradasi sel atau bahkan kerusakan dan kematian jaringan insang. Hal ini menyebabkan fungsi insang menjadi tidak wajar dan mengganggu proses respirasi, akibatnya mengganggu pernafasan dan akhirnya menyebabkan kematian (Rudiyanti dan Astri, 2009).4.2 Parameter Kualitas AirParameter Kualitas AirRata-rataKisaranKisaran Baik Berdasar Pustaka

Suhu (0C)25.7525 - 26.625 0C 30 0C(Sucipto, 2005 dalam Praseno, et al.,2010))

DO (ppm)7.546.72 - 7.92> 3(Cholik, et al.,1986 dalam Sari, et al., 2013)

pH (ppm)7.757.06 - 8.36 8Silaban, et al., 2012)

Analisa Parameter Kualitas AirMenurut Sucipto (2005) dalam Praseno, et al. (2010), kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan mas antara 250C 300C sedangkan pada saat pengamatan, kisaran suhu antara 250C 26.60C. Sehingga dapat dikatakan kisaran suhu pada pengamatan ini masih tergolong normal dan kematian ikan dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh suhu.Menurut Cholik, et al. (1986) dalam Sari, et al. (2013), parameter kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan mas adalah DO >3 sedangkan DO pada saat pengamatan berkisar antara 6.72 ppm 8 ppm. Sehingga dapat dikatakan DO pada penelitian ini baik.Menurut Silaban, et al. (2012), kisaran nilai pH yang baik untuk hidup ikan mas adalah 6 8 sedangkan pH pada saat pengamatan berkisar antara 7.06 8.30. sehingga dapat dikatakan pH pada penelitian ini masih normal.

BAB VKESIMPULAN

5.1 KesimpulanDari hasil praktikum biomonitoring dengan manggunakan uji toksisitas didapatkan hasil bahwa pemberian insektisida bahan aktif klorpirifos dengan konsentrasi berbeda-beda (0,1 ppm; 0,135 ppm; 0,18 ppm dan 0,24 ppm) berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio). Dari sini juga dapat disimpulkan bahwa insektisida mempunyai nilai ambang batas atas 0,135 ppm, sedangkan konsentrasi ambang bawahnya adalah 0,1 ppm. Sedangkan nilai LC50 terletak pada konsentrasi 0,143 ppm, konsentrasi ini mendekati konsentrasi pada bak ke 2 dengan konsentrasi 0,135 sehingga menyebabkan jumlah ikan yang mati lebih dari separuh jumlah ikan yang dipelihara. Kemudian jika dilihat dari segi pengamatan parameter kualitas airnya, yaitu suhu berkisar antara 25-26,6 0C, DO 6,72-7,92 ppm, dan pH 7,06-8,3. Parameter kualitas air ini berada dalam kisaran normal bagi kehidupan ikan mas (Cyprinus carpio) sehingga dalam pengamatan ini kematian ikan tidak dipegaruhi oleh suhu, DO, dan pH.

5.2 SaranUntuk praktikum Biomonitoring tentang bioassay yang akan datang, diharapkan perhatian lebih kepada praktikan yang memang belum mengerti tentang bioassay, dan pembagian kelompok praktikum dalam skala kecil agar lebih kondusif dan pemahaman materi praktikum lebih masuk ke praktikan. Serta diharapkan lebih kerjasama antara dosen pembimbing, asisten praktikum, dan praktikan dalam koordinasi alat dan bahan serta waktu pemberian materi agar prosesnya dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyadi, Tulus. 2012. Isolasi dan Uji Bioassay Bakteri Kotoran Cicak Yang Berpotensi sebagai Pengendali Larva Aedes sp. Seminar Hasil penelitian. LPPM UNIMUS.Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius: YogyakartaJenova, Rika. 2009. UJI TOKSISITAS AKUT YANG DIUKUR DENGAN PENENTUAN LD50 EKSTRAK HERBA PUTRI MALU ( Mimosa pudica L.) TERHADAP MENCIT BALB/C LAPORAN AKHIR PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. FK-UNDIP: Semarang.Lina, E.C., Arneti, D. Prijono, dan Dadang. 2010. Potensi Insektisida Melur (Brucea javanica L. Merr) dalam Mengendalikan Hama Kubis Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) dan Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae). Jurnal Natur Indonesia. 12(2):109-116Khairuman dan Khairul A. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. COREMAP-LIPI: Jakarta.Matnawy, Hudi. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius: YogyakartaNganro, N.R. 2009. Metoda Ekotoksikologi Perairan Laut Terumbu Karang. ITB: Bandung.Praseno, O., H. Krettiawan, S. Asih, dan A. Sudradjat. 2010. Uji Ketahanan Salinitas Beberapa Strain Ikan Mas yang Dipelihara di Akuarium. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur : 93-100Pudjaatmaka, A. H. 1999. Kamus Kimia. Balai Pustaka: JakartaRudiyanti, S. dan Astri D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan. 5(1):49-54 Sari, P. M., Y. Pangestiningsih, dan S. Oemry. 2013. Pengaruh Insektisida Botani Berbentuk Serbuk Biji terhadap Hama Kumbang Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) pada Benih Kacang Hijau. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1 (4): 1453-1461Sari, R. H., A. Setyawan, dan Suparmono. 2013. Peningkatan Imunogenitas Vaksin Inaktif Aeromonas salmonicida dengan Penambahan Adjuvant pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1 (2):87-94Silaban, T.F., L. Santoso, dan Suparmono. 2012.Dalam Peningkatan Kinerja Filter Air untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia pada Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1 (1) : 47-56Syahroni, Y. Y., dan D. Prijono. 2013. Aktivitas insektisida ekstrak buah Piper aduncum L. (Piperaceae) dan Sapindus rarak DC. (Sapindaceae) serta campurannya terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). Jurnal Entomologi Indonesia. 10 (1): 39-50Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka: Jakarta.

Lampiran 1Tabel Pengamatan Kualitas AirWaktu PengamatanKonsentrasi

Kontrol0.1 ppm

DOSuhupHDOSuhupH

127.8226.187.8226.18

247.8525.387.7325.28

367.4126,387,3026,38

487,8825,487,8425,48

606,8826,47,067,2726,47,10

727,3225,77,27,2825,77,13

846,9826,68,217,5426,68,22

967,8257,357,6257,1

Waktu PengamatanKonsentrasi

0.135 ppm0.18 ppm

DOSuhupHDOSuhupH

127.9226.187.9226.18

247.8125.387.7725.38

367,2526,387,2526,38

487,7425,488,0025,48

607,0026,47,147,0326,57,18

727,0325,77,327,825,47,18

847,6126,68,267,5226,68,20

967,7257,27,8257,3

Waktu PengamatanKonsentrasi

0.24 ppm

DOSuhupH

127.9226.18

247.6925.38

367,3826,38

487,9025,48

607,0726,47,22

727,6525,87,21

846,7226,68,30

967,8257,2

Lampiran 2Tabel Untuk Menetukan LC50

KonsentrasiLog KonsentrasiTotal ikan%MortalitasProbit

BakKontrol001000

Bak 10,10-110204,1584

Bak 20,135-0,86910805,8145

Bak 30,18-0,74410605,2533

Bak 40,24-0,61910505

PerhitunganDiketahui :a = 6,344b = 1,5934y= 5 Y = a+bx 5 = 6,344 + 1,5934x5-6,344 = 1,5934x-1,344 = 1,5934x x = -1,344 1,5934 = -0,843

LC50 =anti Log x =anti Log -0,843 =0,143 ppmLamprian 3Dokumentasi Ikan yang Hidup

Kontrol

Konsentrasi 0,1 ppm

Konsentrasi 0,135 ppm

Konsentrasi 0,18 ppm

Konsentrasi 0, 24 ppm

Dokumentasi Ikan yang Mati

Konsentrasi 0,135 ppm

Konsentrasi 0, 24 ppm

Konsentrasi 0,18 ppm

18