fix pbl 7 kel 14

Upload: noni-minty-belantric

Post on 05-Apr-2018

255 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    1/39

    LAPORAN PBL VII BLOK NEUROLOGY SPECIFIC SENSE SYSTEMS

    Kupingku

    Tutor :

    dr. Tri Lestari

    Kelompok 14

    Apsopela Sandivera G1A009007

    Novia Mantari G1A009012

    Chyntia Putriasni G1A009017

    Gizza Dandy Pradana G1A009024

    Noni Minty G1A009028

    Noeray Pratiwi G1A009039

    Bunga Wiharning G1A009060

    Yanuary Tejo G1A009062

    Pandu Nugroho G1A009133

    Hanifah Heru G1A008006

    Mirlanda H G1A008107

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN

    JURUSAN KEDOKTERAN

    PURWOKERTO

    2012

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    2/39

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam

    waktu yang singkat. Otitis media (OM) ini merupakan salah satu penyakit yang

    sering dijumpai diseluruh dunia dengan angka kejadian yang bervariasi pada tiap-

    tiap negara (Canter RJ. 1997).

    Otitis Media berdasarkan durasi penyakitnya dibagi atas akut (< 3 minggu),

    subakut (3 12 minggu) dan kronis (> 12 minggu). Otitis media berdasarkan gejala

    klinisnya dibedakan atas 4 kelompok yaitu miringitis, otitis media supuratif akut

    (OMSA), otitis media sekretori (OMS) dan otitis media supuratif kronis (OMSK)

    (Healy GB. 2003).

    Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

    tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius.

    Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga

    merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat,

    diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media

    sebelum usia tiga tahun dan hampir dari setengah mereka mengalami tiga kali atau

    lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum

    usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-

    6 tahun (Canter RJ. 1997).

    Otitis media supuratif akut (OMSA) banyak terjadi pada anak karena sumber

    infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus. Penyebab (OMSA)

    dapat berupa virus atau bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme

    penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga

    tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab OMSA tersering adalah Streptokokus

    pneumonia, diikuti olehHaemopilus influenzae danMorexella Cattarhalis (Djaafar

    ZA. 2001).

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    3/39

    BAB II

    ISI

    A. Skenario Kasus

    Informasi I

    Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, datang ke poliklinik diantar

    ibunya dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri yang dirasakan sejak 2

    hari yang lalu. Cairan yang keluar berwarna putih, kenyal dan tidak berbau.

    Tiga hari yang lalu pasien mengalami nyeri pada telinga kiri, namun sekarang

    nyeri sudah hilang. Pasien juga mengeluh demam dan batuk pilek sejak 1

    minggu yang lalu.

    Keluhan adanya cairan pada telinga kali ini merupakan keluhan yang

    pertama kali dirasakan. Pasien merupakan siswa kelas 1 Sekolah Dasar di

    kelurahan Berkoh. Seminggu yang lalu, ibu pasien juga mengalami keluhan

    batuk pilek yang disertai demam.

    B. Klarifikasi Istilah

    -

    C. Batasan Masalah

    Anamnesis :

    1. Identitas

    Nama : An.X

    Usia : 6 tahun

    Jenis kelamin : laki - laki

    2. Riwayat penyakit sekarangKeluhan utama : keluar cairan dari telinga kiri

    Onset : 2 hari yang lalu

    Lokasi : telinga kiri

    Kualitas : cairan berwarna putih, kenyal, tidak berbau

    3. Riwayat penyakit dahulu : tiga hari yang lalu nyeri telinga kiri,

    demam, batuk pilek sejak 1 minggu yang

    lalu

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    4/39

    4. Riwayat penyakit keluarga : ibu pasien batuk pilek demam seminggu

    yang lalu

    5. Riwayat penyakit sosial : siswa Sekolah Dasar kelas 1

    D. Analisis Masalah

    1. Anatomi telinga?

    2. Fisiologi pendengaran?

    3. Histologi telinga?

    4. Anamnesis tambahan?

    5. Kelainan pada tiap bagian telinga?

    6. Diagnosis banding?

    7. Pemeriksaan fisik yang diperlukan?

    E. Jawaban Analisis Masalah

    1. Anatomi telinga

    Gambar 1. Anatomi Telinga

    Telinga dibagi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga

    dalam.

    a. Telinga luar

    Telinga luar terdiri dari pinna, meatus auditorius eksterna sampai

    membran timpani.

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    5/39

    1) Pinna terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.

    2) Meatus auditorius eksterna berbentuk huruf S, dengan rangka tulang

    rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian

    dalamnya terdiri dari tulang, panjangnya kira-kira 2,5 cm. Pada

    sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar

    serumen (modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan

    rambut. Pada dua pertiga bagian dalam tidak dijumpai kelenjar

    serumen.

    3) Membran timpani

    Gambar 2. Anatomi Pinna ( daun telinga)

    b. Telinga tengah

    Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas batas :

    1) Batas luar membran timpani,

    2) Batas depan tuba eustachius,

    3) Batas bawah vena jugularis (bulbus jugularis),

    4) Batas belakang aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis, batas

    atas tegmen timpani (meningen/otak)

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    6/39

    5) Batas dalam berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis

    horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap

    bundar (round window) dan promontorium.

    Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang

    tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang

    pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus

    longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada

    inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap

    lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang

    pendengaran merupakan persendian. Sedangkan tuba eustachius

    termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring

    dengan telinga tengah.

    c. Telinga dalam

    Gambar 3. Anatomi Telinga DalamTelinga dalam terdiri dari :

    1) Labyrinthus osseus

    a) Vestibulum

    b) Canales semicirculares ossei

    c) Cochlea

    2) Labyrinthus membranaceus

    a) Utriculus dan sacculus di dalam vestibulum

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    7/39

    b) 3 ductus semicirculares (anterior, posterior, dan lateral) di dalam

    canals semicirculares ossei

    c) Ductus cochlearis di dalam cochlea

    3) Endolymphe, terletak di dalam labyrinthus membranaceus

    4) Meatus acusticus internus

    2. Fisiologi pendengaran

    Gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber suara diterima oleh

    auricula atau pinna. Selanjutnya gelombang suara akan diteruskan masuk ke

    kanalis auditorius eksterna. Gelombang suara akan mencapai membran

    tympani, membran tympani bergetar menyebabkan tulang- tulang

    pendengaran (maleus, incus, stapes) bergetar. Tulang stapes yang bergetar

    masuk- keluar dari tingkat oval dan menimbulkan getaran pada cairan

    perilimfe di skala vestibuli. Karena luas permukaan membran tympani 22 x

    lebih besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan 15-22 x pada

    tingkap oval (Guyton, 1990).

    Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan

    kaku, akan bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat

    diibaratkan dengan senar gitar yang pendek dan tegang, akan beresonansi

    dengan nada tinggi (Guyton, 1990).

    Getaran yang bernada tinggi pada perilimpe skala vestibuli akan

    melintasi membrana vestibularis yang terletak dekat ke telinga tengah.

    Sebaliknya nada rendah akan menggetarkan bagian membrana basilaris di

    daerah apeks. Getaran ini kemudian akan turun ke perilymp scala tympani,

    kemudian keluar melalui tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam(Guyton, 1990).

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    8/39

    Sewaktu membrana basilaris bergetar, rambut-rambut pada sel-sel

    rambut bergetar terhadap membrana tectoria, hal ini menimbulkan suatu

    potensial aksi yang akan berubah menjadi impuls. Impuls dijalarkan melalui

    nervus coclearis (saraf pendengaran). Nervus coclearis akan bergabung

    dengan nervus vestibularis yang berasal dari sistem keseimbangan menjadi

    nervus vestibulococlearis. Nervus tersebut berlanjut masuk melalui meatus

    auditoris interna dan akan berlanjut sampai ke kortek pendengaran di lobus

    temporalis (Guyton, 1990).

    Gambar 4. Fisiologi Pendengaran

    3. Histologi telinga

    a. Telinga luar, aurikula (pinna) terdiri atas tulang rawan elastin, yang

    ditutupi kulit disemua sisinya yang terdiri atas epitel squamous compleks

    berkeratin.

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    9/39

    Gambar 5. Histologi pinna (Aurikula)

    Gambar 6. Pinna (Aurikula)

    Meatus auditorius eksterna terdiri atas epitel berlapis skuamosa, terdapat

    folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa. Satu pertiga

    dinding luarnya terdiri atas tulang rawan elastin dan dua pertiga dinding

    dalam terdiri atas tulang temporal.

    Gambar 7. Meatus Auditorius Eksterna

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    10/39

    Membran timpani terdiri atas dua bagian yaitu pars flaksida dan pars

    tensa. Pars flaksida merupakan lapisan epidermis dan terdiri dari epitel

    selapis kuboid. Pars tensa adalah lapisan epidermis dan terdiri dari epitel

    selapis kuboid.

    b. Telinga tengah, dilapisi oleh selapis epitel gepeng. Di dekat tuba

    eustachius berangsur berubah menjadi epitel bertingkat silindris bersilia.

    Tulang tulang pendengaran ( maleus, incus, dan stapes) memiliki sendi

    synovial dan dilapisi oleh epitel selapis gepeng.

    Gambar 8. Telinga tengah

    c. Telinga dalam, sakulus dan utrikulus terdiri dari jaringan ikat yang

    dilapisi gepeng. Makula, daerah kecil pada dinding sakulus dan utrikulus

    dengan sel sel neuroepitel.Makula terdiri atas 2 jenis reseptor dan sel

    penyokong. Sel reseptor ( sel rambut) terdiri atas satu kinosilium dan

    streosilia. Sel penyokong berada di antara sel sel rambut berbentuk

    silindris. Otolit, endapan kristal di permukaan dan terdiri atas kalsium

    karbonat. Duktus semisirkularis, daerah reseptor di dalam ampula

    berbentuk tabung panjang dan disebut sebagai krista ampularis.Kupula

    berbentuk kerucut dan tidak ditutupi otolit. Duktus koklearis terbagi

    menjadi tiga ruangan yaitu skala vestibularis, media, dan timpani. Sria

    vaskularis adalah epitel vascular yang terletak pada dinding lateral duktus

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    11/39

    koklearis dan bertanggungjawab atas komposisi ion di endolimfe. Organ

    korti mengandung sel rambut sel rambut yang berespons terhadap

    berbagai frekuensi suara. Sel rambut terdapat pada membrane basiliaris.

    Barisan streosilia berbentuk w pada bagian luar dan berbentuk v atau

    linier pada bagian dalam.Tidak terdapat kinosilium. Ujung streosilia

    terbenam dalam membrane tektorial.

    Gambar 9. Koklea

    Gambar 10. Organon corti

    4. Anamnesis tambahan?

    a. Gejala penyerta : mual muntah, tinitus, vertigo, penurunan pendengaran

    b. Faktor memperberat dan memperingan

    c. RPD : apakah ada riwayat trauma, alergi, penggunaan obat obatan

    untuk telinga

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    12/39

    d. RPSos : kebiasaan menggunakan cotton bath, tempat tinggal apakah

    lingkungan bising atau kotor berdebu

    5. Kelainan pada tiap bagian telinga?

    a. Telinga luar

    Kelainan di Aurikula

    1) Kongenital:

    a) Mikrotia : auricular kecil

    b) Makrotia : auricular besar

    c) Fistula Preaurikula

    terletak di depan tragus

    bisa unilateral/ bilateral

    akibat fusi tak sempurna dari tuberkel aurikula

    jika terinfeksi menjadi abses preaurikula

    Terapi :insisi abses atau eksisi saluran fistel

    2) Infeksi / radang:

    a) Perikondritis

    Infeksi perikondrium/ kartilago aurikula

    Bila tidak diterapi dengan baik menyebabkan nekrosis dan

    deformitas aurikula (cauly flower ear)

    Sebab: hematoma auris yang tak diobati dengan baik, trauma /

    radang pada aurikula, spontan pada penderita diabetes

    Simptom: Sakit pada urikula

    Tanda: aurikula tegang, menebal udem dan kaku, infeksi dapat

    menjalar ke jar. lunak sekitar

    Terapi : antibiotika sistemik daninsisi untuk drainase,

    nekrotomi, jika perlu dilanjutkan operasi plastik

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    13/39

    Gambar 11. Cauly flower ear

    3) Trauma:

    a) Hematoma Aurikula

    Disebut juga oto hematom

    Sebab:tekanan /pukulan pada daun telinga ( petinju, helm

    terlalu ketat, tidur miring) shg terjadi ruptur pemb darah

    perikondrium

    Klinis: gelembung, kebiruan, fluktuasi (+),tidak sakit

    Jika tidak terobati : fibrosis dan nekrosis tl.rawan aurikula

    menjadi menebal (cauli flower ear)

    Terapi: * aspirasi gumpalan darah,bila perlu insisi diperban

    tekan

    Kelainan di meatus akustikus eksternus

    1) Kongenital :

    a) atresia kanalis : meatus akustikus eksternus tidak berlubang

    2) Tumor : jinak, ganas3) Trauma:

    a) Benda asing

    Macam benda asing:

    Benda mati ( manik-manik, biji-bijian )

    Ektraksi bisa berbahaya jika:

    tangan tak terlatih

    anak tak kooperatif : perlu anestesia

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    14/39

    benda bulat licin : jangan pinset,tapi dengan kait-serumen

    Benda hidup:Insekta (serangga, semut, nyamuk )

    Tindakan awal : matikan (diberi tetes minyak kelapa atau

    tetes telinga) kemudian tarik dengan pinset , suction atau

    dilakukan irigasi

    Serumen

    Campuran sekresi normal kel. seruminosa,pilosebaseus dan

    deskuamasi keratin

    Warna:kuning,coklat, atau hitam

    Konsistensi:lembek sampai keras membatu

    Klinis: pendengaran berkurang atau terganggu, tinitus, otalgia

    4) Infeksi / radang:

    a) Otitis Eksterna

    Otitis eksterna furunkulosa

    Disebut juga: otitis eksterna sirkumskripta

    Sebab: infeksi S.Aureus pada folikel rambut pars kartilago

    kanalis aud eksternus

    Bisa single atau multiple

    Simptom: sakit, pendengaran berkurang

    Tanda: KAE udem,eritema,tegang, bisa terjadi trismus, tuli

    konduksi sampai limfadenitis

    Gambar 12. Otitis eksterna furunkulosa

    Otitis eksterna akut/difus dan kronik

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    15/39

    Disebut juga swimmers ear, otitis eksterna akut

    Sebab: infeksi Streptococcus, tapi bisa juga S. Aeurius,P.

    aeruginosa, B. proteus atau E.coli

    Otitis eksterna maligna

    Disebut juga Otitis eksterna nekrotikan

    Sebab: InfeksiP.Aeruginosa

    Sering bersifat fatal

    Terjadi pada orang tua yang menderita diabetes atau daya

    tahan tubuh rendah

    Infeksi bisa meluas ke tulang di sekitarnya, terjadi

    osteomielitis atau osteitis

    Gejala: Nyeri di telinga yang berat, Otore kronik, Rasa

    penuh di dalam telinga

    Tanda: Radang dan granulasi, Sekret purulen menutup

    membran timpani, Parese N Cranialis yang terkena

    Gambar 13. Otitis ekterna maligna

    Otomikosis

    Sebab : jamurAspergilus nigeratau Candida albicans

    Sering karena pemakaian tetes telinga antibiotik yang tidak

    teratur/ berlebihan

    Bisa terjadi superinfeksi dengan bakteriP.Aeruginosa

    Simptom: sangat gatal,rasa penuh dalam telinga,pendengaran

    kurang dan tinnitus

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    16/39

    Tanda: eritema kanal, udem ringan, debris jamur berwarna

    putih, abu-abu atau hitam

    Secara mikroskopis tampak mycelium, hyphae dan spora

    Herpes Zoster Otikus

    Sebab: virus herpes zoster

    Infeksi menyerang sepanjang 1 atau lebih dermatom nervus

    kranialis

    Sindrom Ramsay Hunt: Herpes zoster aurikula, Otalgia, Parese

    NVII

    b. Telinga tengah

    1) Miringitis bulosa

    Sebab : tidak diketahui, biasanya komplikasi influenza

    Gejala :

    Nyeri telinga

    Tuli

    Tanda:

    Bula / vesikel hemoragis di MT, miringitis bulosa hemoragika

    Tulikonduktif

    Kadang disertai otitis media

    2) Timpanosklerosis

    Biasanya akibat proses radang di telinga tengah

    Patologi: hasil akhir proses penyembuhan, kolagen dalam jaringan

    fibrosis mengalami degenerasi hialin menjadi masa homogen, yang

    kemudian terjadi kalsifikasi atau osifikasi\

    Sering terjadi di membran timpani, dapat juga di ligamentum

    osikel, sendi interoseus, tendo muskulus dan submukosa sehingga

    terjadi fiksasi osikel

    Pada membrana timpani: berupa bercak putih dan mengurangi

    mobilitas membrane timpani

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    17/39

    Pada telinga tengah menyebabkan tuli konduksi jika memfiksasi

    maleus , inkus dan atau stapes

    3) Trauma membrana timpani

    Berbagai keadaan dapat menimbulkan luka atau pecahnya membrana

    timpani

    Sebab :

    trauma langsung ( pembersihan serumen oleh tangan tak terlatih,

    tertusuk cotton bud )

    ledakan senjata, penurunan tiba-tiba pesawat udara

    tamparan /pukulan pada telinga

    fraktura temporal

    terjun di air

    Inflasi tuba yang terlalukeras

    Gejala :

    rasa nyeri mendadak, saat pecahnya membran timpani (umumnya

    sementara)

    penurunan pendengaran

    tinnitus dan vertigo ( jarang )

    Tanda:

    darah di kanalis auditorius eksternus

    luka robek membran timpani

    4) oklusi tuba eustachius

    Sebab: radang, tumor, benda asing, trauma

    Klinis: rasa penuh di telinga, tuli konduksi

    Dapat terjadi otitis media serosa, otitis media akut

    5) barotrauma

    Akibat perubahan tekanan udara tiba-tiba

    (penerbangan, penyelaman )

    Perbedaan tekanan udara> 90 mm Hg

    Otot pembuka tuba Eust tak berfungsi

    Kav. timpani tekanan negative

    Dilatasi kapiler mukosa

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    18/39

    Transudasi : Pembuluh darah dapat pecah

    (serosanguinusmengisikav. tim + mastoid )

    6) Otosklerosis

    Penyakit pada tulang labirin dengan pembentukan tulang baru yang

    bersifat spongiosis pada dasar stapes sehingga terjadi fiksasi stapes.

    Merupakan kelainan outosomal dominan dan riwayat keluarga

    ditemukan pada 50% kasus Gejala:

    Dirasakan pada umur 20-30 tahun

    Biasanya bilateral tetapi dapat juga unilateral

    Tuli bersifa konduktif 40 dB atau lebih, yang dapat berlanjut

    menjadi tuli sensori neural atau campur

    7) Otitis media

    Peradangan sebagian atau seluruh: mukosa TT, tuba Eustchius,

    antrum mastoid dan sel-sel mastoid

    Supuratif /non supuratif tergantung: Virulensi kuman, daya tahan

    tubuh, umur, drainasi, terapi, infeksi sebelumnya dan pneumatisasi

    mastoid

    c. Telinga dalam

    1) Labirinitis

    Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin) yang disebabkan

    oleh bakteri atau virus. Labirinitis merupakan komplikasi

    intratemporal yang paling sering dari radang telinga tengah.

    Klasifikasi labirinitis :a) Labirinitis viral

    Vertigo,mual, muntah selama beberapa hari dan minggu.

    Labirinitis viral bersifat tidak episodik dan tidak ada gejala

    gangguan pendengaran

    b) Labirinitis bakterial

    Vertigo spontan dengan derajat ringan- sedang dan nistagmus

    rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Terdapat juga tuli

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    19/39

    sensorineural yang bersifat sementara.Kadang-kadang disertai mual

    dan muntah, biasanya tidak berat.

    6. Diagnosis banding?

    a. Otitis media

    Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

    tengah , tuba eustachius , antrum mastoid, dan sel mastoid. Otitis media

    terbagi atas otitis media supuratif dan non supuratif. Selain itu terdapat

    juga otitis media spesifik (otitis media tuberkulosa atau otitis media

    sifilitika) dan otitis media adhesiva.

    Gambar 14. Skema Klasifikasi Otitis Media

    b. Mastoiditis

    Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang

    terletak pada tulang temporal. Gejala sebagai berikut :

    1) Kemerahan pada kompleks mastoid

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    20/39

    2) Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna

    bergantung dari bakteri)

    3) Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

    4) Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

    5) Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lainnya.

    6) Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.

    c. Aerotitis

    Keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba- tiba diluar

    telinga tengah sewaktu pesawat terbang atau menyelam, yang

    menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Keluhan pasien berupa kurang

    dengar, rasa nyeri dalam telinga, autofoni, perasaan ada air dalam telinga

    dan kadang-kadang tinitus atau vertigo.

    d. Disfungsi tuba

    Disfungsi Tuba eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya tuba

    eustachius atau tidak bisa terbukanya tuba secara baik. Gejala utama

    yaitu pendengaran tidak tajam. Kita juga dapat merasakan nyeri pada

    telinga karena membran tympani menjadi tegang. Gejala lain yang bisa

    muncul termasuk : merasakan penuh di dalam telinga; tinnitus (telinga

    berbunyi atau berdengung); pusing. Salah satu atau kedua telinga bisa

    terkena.

    e. Labirinitis

    Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin) yang disebabkan

    oleh bakteri atau virus. Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal

    yang paling sering dari radang telinga tengah. Klasifikasi labirinitis :

    1) Labirinitis viralVertigo,mual, muntah selama beberapa hari dan minggu. Labirinitis

    viral bersifat tidak episodik dan tidak ada gejala gangguan

    pendengaran

    2) Labirinitis bakterial

    Vertigo spontan dengan derajat ringan- sedang dan nistagmus rotatoar,

    biasanya ke arah telinga yang sakit. Terdapat juga tuli sensorineural

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    21/39

    yang bersifat sementara.Kadang-kadang disertai mual dan muntah,

    biasanya tidak berat.

    7. Pemeriksaan fisik yang diperlukan?

    a. Keadaan umum

    b. Vital Sign ( nadi, tekanan darah, suhu, RR)

    c. Status generalisata (thoraks, abdomen)

    d. Status lokalis ( auricula, meatus audtorius eksterna, membran timpani,

    hidung, tenggorokan, sinus)

    e. Pemeriksaan pendengaran ( tes Rinne, Weber, Swabach, audiometri)

    Info 2

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : baik, tampak sakit ringan

    Vital Sign : nadi 90 x/menit, respirasi 24 x/menit, TD=110/80 mmHg,

    Temperatur 37,6C

    Status Generalis : dalam batas normal

    Info 3

    Pemeriksaan otoskopi

    Telinga kanan Telinga kiri

    Aurikula Edema (-), hiperemi (-),

    massa (-).

    Edema (-), hiperemi (-),

    massa (-).

    Preaurikula Edema (-), hiperemi (-),

    massa (-), fistula (-),

    abses (-).

    Edema (-), hiperemi (-),

    massa (-), fistula (-),

    abses (-).

    Retroaurikula Edema (-), hiperemi (-),

    massa (-), fistula (-),

    abses (-).

    Edema (-), hiperemi (-),

    massa (-), fistula (-),

    abses (-).

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    22/39

    Palpasi Nyeri pergerakan

    aurikula (-), nyeri tekan

    tragus (-).

    Nyeri pergerakan

    aurikula (-), nyeri tekan

    tragus (-).

    MAE Edema (-), hiperemi (-),

    serumen (-), furunkel (-).

    Edema (-), hiperemi (-),

    serumen (+) berwarna

    putih dan kental, furunkel

    (-).

    Membran timpani Intak, berwarna putih,

    conus of light (+).

    Perforasi (+) sentral,

    aktif, conus of light (-).

    Info 4

    Tes Pendengaran

    Jenis Telinga Kanan Telinga Kiri

    Rinne Positif Negatif

    Weber Lateralisasi ke telinga kiri

    Scwabah Sama dengan pemeriksa Memanjang

    Info 5

    Rinoskopi anterior Cavum nasi kanan Cavum nasi kiri

    Mukosa hidung Hiperemi (+), sekret (+)

    mukus purulen, massa (-).

    Hiperemi (+), sekret (+)

    mukus purulen, massa (-).

    Konka Edema (+), hipertrofi (+). Edema (+), hipertrofi (+).

    Info 6Diagnosis : Otitis Media Akut stadium perforasi aurikuler sinistra et causa

    rhinitis kronik

    Penatalaksanaan : a. drainase

    b. dekongestan

    c. antibiotik

    D. Sasaran belajar

    1. Fisiologi tuba auditiva

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    23/39

    Tuba auditiva Tuba auditiva adalah saluran yang menghubungkan rongga

    telinga tengah dengan nasofaring.Tuba auditiva memilik arti klinis karena

    nasofaring memiliki banyak flora normal,sehingga jika tekanan cavum tympani

    lebih rendah maka udara akan masuk dari nasofaring ke cavum tympani

    sehingga flora normal akan ikut masuk,hal ini dapat memicu infeksi di auris

    media.Tuba auditiva dibagi menjadi 2 bagian:

    1/3 bagian superior,tersusun oleh tulang.

    2/3 bagian inferior,tersusun oleh kartilago yang berbentuk huruf U.

    Fungsi dari Tuba auditiva

    1. Drainase,berdasarkan gerakan membuka tuba dan gerakan silia di

    mukosa tuba dimana gerakan silia seperti lecutan cambuk yang bergerak

    dari arah cavum tympani ke nasofaring sehingga menghambat pergerakan

    kuman yang akan masuk ke auris media. Juga untuk mengeluarkan produk

    atau kotoran dari auris media.

    2. Proteksi,dilakukan oleh jaringan limpoid dan sel goblet dari mukosa

    tuba, sel goblet menghasilkan lisosom yang bersifat bakterisid.

    3. Aerasi,yaitu menjaga keseimbangan tekanan udara dalam telinga

    terhadap dunia luar melalui proses membuka-menutup tuba,sebagai contoh

    saat menelan tuba akan membuka

    Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan menimbang

    banyaknya flora organisme yang terdapat di dalam nasopharing dan faring.

    Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mucus (misalnya muramidase)

    dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan bila telinga terpapar

    dengan mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media akut terjadi bilamekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme pelengkap pertahanan

    di permukaan, suatu anyaman kapiler sub epitel yang penting menyediakan

    pula faktor faktor humoral, leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya.

    Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis

    media akut. Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya

    pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Normalnya lapisan mukosa pada

    telinga tengah menyerap udara pada telinga tengah, namun jika udara tidak

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    24/39

    dapat dialirkan karena adanya obstruksi relatif tuba eusthachius maka akan

    terjadi tekana negative dan menimbulkan effuse serosa. Efusi ini pada telinga

    tengah merupakan media yang fertile untuk perkembangbiakan

    mikroorganisme dan dengan adanya infeksi saluran napas atas dapat terjadi

    invasi virus dan bakteri ke telinga tengah, berkolonisasi dan menyerang

    jaringan dan menimbulkan infeksi. Meskipun infeksi saluran napas terutama

    disebabkan oleh virus namun sebagian besar infeksi otitis media akut

    disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang sering ditemukan antara lain

    Streptococcus pneumoniae, Haemophillius influenza dan Sterptococcus beta

    hemolitikus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme

    penyebab tersering pada semua kelompok umur . Hemophilus influenza adalah

    patogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun, meskipun

    juga merupakan patogen pada orang dewasa.

    Gejala klasik otitis media akut antara lain berupa nyeri, demam, malaise dan

    kadang kadang nyeri kepala di samping nyeri telinga; khusus pada anak

    anak dapat terjadi anoreksia, mual dan muntah. Demam dapat tinggi pada anak

    kecil namun dapat pula tidak ditemukan pada 30% kasus. Seluruh atau

    sebagian membrane timpani secara khas menjadi merah dan menonjol dan

    pembuluh pembuluh darah di atas membrane timpani dan tangkai maleus

    berdilatasi dan menjadi menonjol. Secara singkatnya dapat dikatakan terdapat

    abses telinga tengah.

    Genetik, infeksi, imunologi dan lingkungan merupakan factor presdiposisi

    pada anak-anak untuk terkena infeksi telinga. Pada banyak kasus pencetus

    OMA disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas yang mengakibatkan kongesti,

    bengkak dari mukosa nasalis, nasopharynx dan tuba eustachius. Sumbatan dariisthmus tuba auditiva akibat dari penimbunan secret dari telinga tengah: hasil

    perlawanan tubuh terhadap bakteri atau virus yang berupa nanah sebagai

    penyebab utama OMA. Perluasan radang atau infeksi dari hidung atau

    nasopharinx kedalam cavum tympani dimungkinkan akibat ada hubungan

    langsung hidung dan cavum tympani melalui tuba eustachius serta persamaan

    jenis mukosa antara kedua tempat tersebut.

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    25/39

    Pembengkakan pada jaringan sekitar saluran tuba eustachius dapat

    menyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah berkumpul di

    belakang gendang telinga. Jika lender dan nanah bertambah banyak,

    pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil

    penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak

    dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami sekitar 24 db

    (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan

    gangguan pendengaran hingaa 45 db (kisaran pembicaraan normal). Selain itu

    telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang banyak

    tersebut dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

    Pada anak lebih mudah terserang OMA disbanding orang dewasa karena

    beberapa hal: System kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

    Saluran Eustachius pada anak masih lebih lurus secara horizontal dan

    lebih pendek bila dibandingkan dengan orang dewasa sehingga ISPA lebih

    mudah menyebar ke telinga tengah.Adenoid (adenoid: salah satu organ di

    tenggorokan bagian atas berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relative

    lebih besar disbanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara

    eustachius sehingga adenoid yang besar mengganggu terbukanya saluran

    eustachius. Selain itu saluran eustachius sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi

    tersebut kemudian menyebar ketelinga tengah lewat saluran eustachius.

    2. Cara pemeriksaan pendengaran

    Pemeriksaan pendengaran dengan garpu tala

    a.Rinne

    Garpu tala (frekuensi 256/512) digetarkan. Tangkai garpu tala

    diletakkan di processus mastoid penderita. Bila penderita tidak mendengar suara

    lagi, kaki garpu tala didekatkan di depan liang telinga penderita kira-kira 2,5 cm.

    Bila masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-).

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    26/39

    Gambar 1. Pemeriksaan Rinne

    b.Weber

    Garpu tala digetarkan kemudian tangkainya diletakkan di tengah garis kepala

    (vertex, dahi, pangkal hidung, tengah-tengah gigi seri, atau di dagu) penderita.

    Apabila bunyi garputala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut

    weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah mana

    bunyi terdengar lebih keras dikatakan weber tidak ada lateralisasi.

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    27/39

    Gambar 2.

    Pemeriksaan

    Weber

    c.

    Schwabach

    Garpu

    tala digetarkan, kemudian tangkai garpu tala diletakkan pada processus mastoid

    pemeriksa, bila telah tidak terdengar diletakkan pada penderita atau sebaliknya.

    (dianggap pemeriksa normal). Apabila penderita masih mendengar meskipun

    pemeriksa sudah tidak mendengar berarti Schwabach memanjang. Apabila

    pemeriksa masih mendengar meskipun tidak lagi terdengar oleh penderita berarti

    Schawach memendek.

    Interpretasi dari ketiga test:

    Tes

    Rinne

    Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis

    Posittif Lateralisasi (-) Sama dengan

    pemeriksa

    Normal

    Negatif Lateralisasi ke

    telinga yang sakit

    Memanjang Tuli

    konduktif

    Positif Lateralisasi ke

    telinga yang sehat

    Memendek Tuli

    sensorineural

    Catatan : Pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne bisa masih

    positif

    3. Cara pemeriksaan telinga menggunakan otoskop

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    28/39

    Pemeriksaan ini dengan cara memasukkan spekulun ke telinga, dan

    memancarkan cahaya kedalamnya kemudian pemeriksa dapat melihat

    kondisi membran timpani melalu lensa pembesar otoskop. Biasanya,

    gendang telinga terihat kemerahan dan terlihat bangunan seperti lubang

    pada selaput gendang telinga.

    4. Diagnosa

    Otitis Media Akut stadium perforasi aurikuler sinistra et causa rhinitis

    kronik

    5. Definisi

    Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai

    sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3

    minggu.

    6. Etiologi

    Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis

    media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu,

    sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga.

    Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling

    sering.

    Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus

    hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%),

    Streptococcus Pneumoniae (38%),Pneumococcus.

    Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar

    kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA

    dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak

    horisontal.

    7. Faktor resiko

    a. Usia

    Bayi dan anak-anak lebih beresiko terkena OMA dibandingkan dengan

    dewasa. Hal ini disebabkan :

    http://www.fpnotebook.com/Lung/Bacteria/HmphlsInflnz.htmhttp://www.fpnotebook.com/Lung/Bacteria/HmphlsInflnz.htmhttp://www.fpnotebook.com/Lung/Bacteria/PnmclPnmn.htmhttp://www.fpnotebook.com/Lung/Bacteria/HmphlsInflnz.htmhttp://www.fpnotebook.com/Lung/Bacteria/PnmclPnmn.htm
  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    29/39

    i. sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

    ii. saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan

    lebih lebar sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga

    tengah.

    iii. adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas

    yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih

    besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan

    muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat

    mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid

    sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian

    menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

    b. ISPA

    c. Jenis kelamin

    Insidensi anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan

    d. Ras

    Anak-anak pada ras Native American, Inuit, dan Indigenous Australian

    menunjukan prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ras lain.

    e. Genetik

    f. Status sosioekonomi

    Kemiskinan, kepadatan penduduk, fasilitas hygiene yang terbatas,

    status nutrisi rendah, dan pelayanan pengobatan yang terbatas.

    g. Ekspose pada orang-orang dengan penyakit-penyakit menular (seperti

    selesma, influensa)

    h. Tidak diberikan asi (air susu ibu)

    ASI dapat membantu dalam pertahanan tubuh.i. Tusuk (tindih) telinga (Ear piercings)

    j. Lilin (wax) telinga yang berlebihan

    k. Benda-benda asing didalam saluran telinga

    l. Luka-luka pada telinga luar

    m. Penggunaan bahan-bahan kimia yang mengiritasi (seperti hair spray,

    pewarna rambut) dekat telinga

    n. Tiduran sewaktu minum dari botol bayi

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    30/39

    o. Penggunaan dot (bayi)

    Hal ini berhubungan dengan ketidakseimbangan tekanan antara

    rongga telinga tengah dan nasofaring, yang akan merusak fungsi tuba

    Eustachius. Aktivitas menyedot yang terjadi ketika bayi mengempeng dapat

    menarik cairan dari kerongkongan ke saluran tengah telinga. Hal ini

    menyebabkan telinga bayi lebih mudah terinfeksi bakteri. Teori yang

    lainnya adalah bayi bisa sakit akibat terpapar kuman yang ada pada dotnya.

    p. Kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bath, kebiasaan mengorek

    telinga dengan jari yang tidak steril

    q. Lingkungan polusi udara (dekat pabrik, dekat jalan raya, asap rokok)

    r. Anak dengan abnormalitas kraniofasialis congenital

    Karena fungsi tuba eustachius ikut terganggu, anak mudah

    menderita penyakit telinga tengah.

    8. Patogenesis

    Infeksi saluran nafas atas daya tahan tubuh turun

    Bakteri masuk ke

    saluran eustachius

    Infeksi di tuba

    Pembengkakan di tuba

    Saluran tuba eustachius tersumbat(stadium oklusi tuba eustachius)

    (stadium hiperemis)

    (stadium supurasi)

    Retraksi membran

    timpani akibat tekanan

    negatif di telinga

    tengah

    Membran timpani

    tam ak keruh ucat Pembuluh darah

    melebar di

    membran timpani

    Edema membran

    timpani

    Hancurnya sel epitel superfisial

    (eksudat purulen) di kavum

    timpani

    Membran timpani menonjol

    (bulging)

    Nyeri pada telinga

    Nadi dan suhu meningkat

    Tekanan pada kapiler

    menyebabkan iskemia,

    tromboflebitis pada vena,

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    31/39

    (stadium perforasi)

    (stadium resolusi)

    9. Gejala dan tanda

    Ruptur membran timpani

    Keluarnya eksudat

    purulen

    N eri memin hilan

    Sekret berkurang dan akhirnya kering

    Perforasi dapat menutup kembali

    (pengobatan adekuat & daya tahan

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    32/39

    Stadium oklusi tuba eustachius

    Terdapat gambaran retraksi membran timpani.

    Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.

    Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.

    Stadium hiperemis

    Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.

    Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga

    sukar terlihat.

    Stadium supurasi

    Membran timpani menonjol ke arah luar.

    Sel epitel superfisila hancur.

    Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.

    Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga tambah

    hebat.

    Stadium perforasi

    Membran timpani ruptur.

    Keluar nanah dari telinga tengah.

    Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

    Stadium resolusi

    Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.

    Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.

    Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh

    baik.

    10. Pemeriksaan penunjangDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga

    dengan :

    1. Otoskopuntuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan

    tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.

    2. Tes audiometric : Merupakan pemeriksaan fungsi untuk

    mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan perbedaan kata-

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    33/39

    kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dengan

    bantuan audiometrik.

    Tujuan :

    1. Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.

    2. Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.

    3. Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.

    4. Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan

    konduktif) dari telinga tingkat tengah (sistem neurologi).

    Caranya: pemeriksaan dilakukan dalam ruang kedap suara. Klien

    diberitahu jika mendengar bunyi segera memencet tombol yang disediakan

    dan hentikan saat bunyi tak terdengar lagi.

    3. Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap

    cairan yang keluar dari telinga. Rontgen mastoid atau CT scan kepala

    dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi ke struktur di

    sekeliling telinga.

    Diagnosis Penegakan

    Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut ini :

    1. Penyakit ini onsetnya mendadak (akut)

    2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga

    tubuh) di telinga

    tengah. Efusi dibuktikan dengan memperhatikan tanda berikut:

    a. Mengembangnya gendang telinga

    b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

    c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

    d. Cairan yang keluar dari telinga

    3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan

    adanya salah satu diantara tanda berikut :

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    34/39

    a. Kemerahan pada gendang telinga

    b. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

    Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau

    riwayatmenarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga,

    berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah serta

    rewel. Namun gejala-gejala ini tidak spesifik untuk OMA sehingga

    diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.

    Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop untuk melihat

    dengan jelas keadaan gendang telinga/membrane timpani yang

    menggembung, eritema bahkan kuning dan suram serta adanya cairan

    berwarna kekuningan di liang telinga.

    Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi

    pneumatic (alat untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan

    pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap

    perubahan tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang kurang dapat

    dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai

    pemeriksaan tambahan untuk memperkuat diagnosis OMA. Namun

    umunya OMA sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan otoskop biasa.

    Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis

    (penusukan terhadap gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak

    dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis anatara

    lain OMA pada bayi berumur di bawah 6 minggu dengan riwayat

    perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh,

    anak yang tidak member respon pada beberapa pemberian antibiotic ataudengan gejala sangat berat dan komplikasi.

    11. Diagnosis banding

    a. Otitis Media Akut

    b. Otitis Media Kronik

    c. Mastoiditis

    d. Labyrinthis

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    35/39

    e. Disfungsi Tuba

    12. Penatalaksanaan

    Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi,

    tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius.

    Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik

    untuk anak 12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga

    harus diobati dengan memberikan antibiotik.

    Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung,

    dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya

    dilakukan miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau

    eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan

    asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin

    IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan

    minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100

    mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40

    mg/kgBB/hari.

    Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk

    untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu,

    analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.

    Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama

    3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Antibiotik yang

    bisa digunakan siprofloxacin, amoxicillin, penisilin, sefotaksim,

    eritromisin, dan lain-lain. Terapi kedua adalah dekongestan, obat

    dekongestan yang biasa digunakan antara lain pseudoefedrin, efedrin,

    oxymetazolin, fenilpropanolamin, dan xylometazolin. Terapi ketiga adalah

    antihistamin yang bersifat mengeringkan cairan. Jenis antihistamin

    misalnya Loratadin, terfenidin, klofeniramin, dipenhidramin, dan lain-lain.

    Terapi keempat adalah kortikosteroid, misalnya budesonid, metil

    prednisolon, dexametason, dan prednisone.

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    36/39

    Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada

    keadaan ini dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila

    masih keluar sekret diduga telah terjadi mastoiditis.

    13. Komplikasi

    A. Komplikasi di telinga tengah :

    1. Perforasi persisten

    2. Erosi tulang pendengaran

    3. Paralisis nervus fasial

    B. Komplikasi telinga dalam

    1. Fistel labirin

    2. Labirinitis supuratif

    3. Tuli saraf ( sensorineural)

    C. Komplikasi ekstradural

    1. Abses ekstradural

    2. Trombosis sinus lateralis

    3. Etrositis

    D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

    1. Meningitis

    2. Abses otak

    3. Hindrosefalus otitis

    Paparella dan Shumrick (1980) membagi dalam :

    A. Komplikasi otologik

    1. Mastoiditis koalesen

    2. Petrositis

    3. Paresis fasialis

    4. Labirinitis

    B. Komplikasi Intrakranial

    1. Abses ekstradural

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    37/39

    2. Trombosis sinus lateralis

    3. Abses subdural

    4. Meningitis

    5. Abses otak

    6. Hidrosefalus otitis

    Shambough (1980) membagi atas komplikasi meningeal dan non meningeal :

    A. Komplikasi meningeal

    1. Abses ekstradural dan abses perisinus

    2. Meningitis

    3. Tromboflebitis sinus lateral

    4. Hidrosefalus otitis

    5. Otore likuor serebrospinal

    B. Komplikasi non meningeal

    1. Abses otak

    2. Labirinitis

    3. Petrositis

    4. Paresis fasial

    BAB III

    KESIMPULAN

    Otitis media merupakan suatu peradangan pada telingah tengah. Otitis dapatdisebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yang paling sering ialah sumbatan

    tuba eustachius akibat infeksi. Selain itu, otitis media dapat juga merupakan suatu

    komplikasi akibat penyakit lain misalnya rhinitis, sinusitis, faringitis, otitis

    eksterna, dan lain-lain. Gejala yang sering ditimbulkan pada otitis media biasanya

    ialah rasa nyeri, pendengaran berkurang, demam, pusing, juga kadang disertai

    mendengar suara dengung (tinitus).

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    38/39

    Pada kasus di atas, seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, datang ke

    poliklinik diantar ibunya dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri yang

    dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Cairan yang keluar berwarna putih, kenyal dan

    tidak berbau. Untuk menegakkan diagnosis otitis media, perlu dilakukan

    pemeriksaan otoskopi. Ditemukan adanya perforasi sentral pada membran telinga

    kiri yang disertai adanya pengeluaran cairan. Kemungkinan stadium otitis medianya

    ialah stadium perforasi.

    Penyebab yang mungkin sebagai pencetus otitis media pada pasien di atas

    ialah rhinitis yang sudah lama dialami. Pasien mengalami batuk pilek. Dari

    pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan konka mengalami edema & hipertrofi

    yang disertai adanya cairan mukus purulen. Kemungkinan pasien mengalami

    rhinitis kronis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab dari otitis medianya

    ialah komplikasi dari rhinitis kronis.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adams GL, Boies LR, Higler PA. 1997. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.ECG: Jakarta; hal: 219-224

    Arthur C. Guyton, 1990. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit ed 3, Jakarta :

    EGC.

    Canter RJ. 1997. Acute suppurative otitis media. In : Kerr AG, ed. Scott Browns

    Otolaryngology. Sixth edition. Vol. 3. Butterworth-Heinemann. London.

    3/9/1-7.2.

  • 8/2/2019 fix PBL 7 KEL 14

    39/39

    Djaafar ZA. 2001. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.

    Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi

    kelima. Jakarta: FKUI. 49-623.

    Efianty A.S, Nurbaiti I, enny B, Ratna D.R. 2007: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT,

    Edisi 6:FKUI .hal118-137

    Gulya AJ. 1993. Infections of the labyrinth. In: Bailey BJ, Johnson JT, Pillsbury

    HC, Tardy ME, Kohut RI, eds. Head and Neck Surgery-Otolaryngology.

    Vol 2. Philadelphia, Pa: JB Lippincott; available at

    https://profreg.medscape.com (Accessed Augustus 16, 2010.)

    H. Aboe Amar Joesoef. 2002. Neuro-Otologi klinis Vertigo.Surabaya Airlangga

    University Press; hal:xxiv-xxvi.

    Healy GB. 2003. Rosbe KW. Otitis Media and Middle Ear Effusions. In:

    Ballengers Otorhinolarygology Head and Neck Surgery. Sixteenth

    edition. BC Decker Inc. Ontario. 249-59.4.

    Jang CH, Park SY, Wang PC.2005. A case of tympanogenic labyrinthitis

    complicated by acute otitis media. Yonsei Med J. available at

    http://emedicine.medscape.com(Accessed Augustus 16, 2010.)

    Kuhweide R, Van de Steene V, Vlaminck S, Casselman JW. 2002. Ramsay Hunt

    syndrome: pathophysiology of cochleovestibular symptoms. J Laryngol

    Otol.

    Schraff SA, Schleiss MR, Brown DK, Meinzen-Derr J, Choi KY, Greinwald JH, et

    al. 2007. Macrophage inflammatory proteins in cytomegalovirus-related

    inner ear injury. Otolaryngol Head Neck Surg.

    Sosialisman, Alfian F. Hafil, Helmi. 2007. Kelainan pada telinga Luardalam BukuAjar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi

    keenam. Jakarta: FKUI

    Woolley AL, Kirk KA, Neumann AM Jr, McWilliams SM, Murray J, Freind D.

    1999. Risk factors for hearing loss from meningitis in children: the

    Children's Hospital experience. Arch Otolaryngol Head Neck Surg.

    https://profreg.medscape.com/https://profreg.medscape.com/