laporan acara 7
DESCRIPTION
Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi, Praktikum Petrografi,TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Petrografi adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi batuan secara
mikro, sehingga ilmu ini terasa lebih detail daripada petrologi. Petrografi akan
menjawab berbagai pertanyaan yang muncul saat kita belajar mengenai batuan
dengan petrologi.Di dalam ilmu petrologi umumnya dikenal 3 jenis batuan yang
terdapat di bumi ini, yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf.
Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,
biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi
merupakan sistem yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan
mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di
bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme. Proses
tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Winkler
(1989), menyatakan bahwasanya “proses-proses metamorfisme itu mengubah
mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons
terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi
sebelumnya.Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa”.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya praktikum ini adalah mengidentifikasi nama-nama
mineral pada preparat sayatan batuan.
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui mineral penciri dari batuan metamorf
2. Mahasiswa dapat mengetahui nama batuan dari sampel yang diamati
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1. Mikroskop Polarisasi
2. Lap kasar
3. Lap halus
4. Alat tulis menulis
5. Lembar kerja praktikum
6. Pensil warna
7. Sayatan mineral
8. PenuntunPraktikumPetrografi 2014/2015
9. Buku Rocks and Mineral
10. Optical Mineralogi
1.4 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah:
1. Menyediakan lembar kerja praktikum dan alat tulis yang akan digunakan
dalam menggambar
2. Menyalakan mikroskop, lalu menyentringkannya sehingga mikroskop dapat
digunakan
3. Pengamatan terdiri atas tiga sampel dengan menggunakan preparat sayatan
mineral dari suatu batuan yang telah disediakan dengan nomor
peragaSTA.32/IN/MQS, STA.26/IN/MQS, dan STA.36/IN/MQS. Preparat
diletakkan di atas meja preparat, lalu mengatur posisi nikol yang akan
digunakan, yaitu nikol sejajar dengan menggunakan analisator. Kemudian,
lengkapi data-data yang dibutuhkan sesuai dengan format praktikum yang
terdiri dari warna absorpsi, pleokrisme, intensitas, bentuk, indeks bias,
belahan, pecahan, relief, inklusi jika ditemukan dalam mineral yang diamati
dan mengukur mineral yang diamati.
4. Pengamatan ortoskop nikol silang dengan menggunakan preparat sayatan
mineral dari sampel yang sama, yaitu nomor peraga STA.32/IN/MQS,
STA.26/IN/MQS, dan STA.36/IN/MQS. Preparat diletakkan di atas meja
preparat, lalu mengatur posisi nikol yang akan digunakan, yaitu nikol silang
dengan menggunakan polarisator. Kemudian, lengkapi data-data yang
dibutuhkan sesuai dengan format praktikum yang terdiri dari ukuran
mineral, warna interferensi maksimum, bias rangkap, kembaran, sudut
gelapan, jenis gelapan dan tanda rentang optik.
5. Tentukan persentase mineral dari tiga medan pandang, lalu rata-ratakan
persentase mineral tersebut. Setelah itu, tentukan nama batuan dari masing-
masing preparat.
6. Membersihkan kembali meja pengamatan dan mematikan mikroskop yang
digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain,
dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang
telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai
akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,
dengan temperatur 200oC-6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan
metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk
kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.Menurut H. G. F. Winkler (1967),
metamorfisme adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat
karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana
kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk
pelapukan dan diagenesa.Dalam siklus batuan, dapat diketahui bahwa batuan
metamorf dapat terbentuk dari batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf itu
sendiri. Untuk menjadi batuan metamorf, batuan haruslah mengalami proses
metamorfisme, yaitu proses dimana terjadi kenaikan suhu dan/atau temperatur yang
sangat tinggi pada batuan.
2.2 Tipe – Tipe Metamorfisme
Proses metamorfisme dapat digolongkan ke dalam beberapa tipe,
diantaranya :
a) Metamorfisme kontak, terjadi pada batuan yang terpanasi oleh intrusi magma
yang besar. Pancaran panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari
tubuh intrusinya. Hal ini berakibat adanya perbedaan pengaruh suhu pada batuan
sampingnya antara bagian yang dekat dengan tubuh intrusi dan yang lebih jauh.
Tentunya demikian juga dengan hasil perubahan mineraloginya. Zona aureole
yang melingkari tubuh intrusi merupakan gambaran ada perubahan tersebut.
Gambar 2.1 Metamorfisme kontak
b) Metamorfisme dinamik, tipe ini biasanya terjadi pada zona sesar dan terbentuk
pada tekanan yang sangat tinggi.
c) Metamorfisme regional, terjadi pada daerah yang luas akibat orogenesis.
Temperatur dan tekanan yang sangat tinggi berlangsung bersamaan dan terjadi di
dalam kerak bumi. Proses ini berlangsung di atas zone of weathering and
cementation namun berada di bawah zone of remelting. Tekanan pada proses ini
berkisar antara 2000 – 13.000 bar dan temperatur berkisar antara 200° - 800°C.
Gambar 2.2 Metamorfisme regional
2.3 Klasifikasi Batuan Metamorf
Adapun klasifikasi yang umum digunakan dalam penentuan nama batuan
metamorf yaitu klasifikasi O’Dunn & Sill (1986). Dalam klasifikasi ini, ia membagi
batuan metamorf berdasarkan strukturnya yaitu foliasi dan non foliasi. Kemudian
memperhatikan warna dari batuan metamorf tersebut, lalu pada akhirnya menentukan
nama dari batuan metamorf tersebut. Untuk lebih jelasnya, perhatikan klasifikasi
tersebut di bawah ini.
Gambar 2.10 Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan O’Dunn & Sill (1986)
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka
terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan
diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu
lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak
antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini
tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita
informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di
dalam permukaan bumi.Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan
pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan
metamorf (Jackson, 1970). Berikut adalah macam-macam tekstur batuan metamorf
Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
o Relict/Palimpset/Sisa; masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya. Awalan
blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini.Batuan yang
mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau metasedimen.
o Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan
dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak
tampak.Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
· Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
o Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
o Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
· Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal
o Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.
o Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
o Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di
sekitarnya.
o Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
o Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
o Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.
· Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
o Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
o Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
o Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.
o Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.
· Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :
o Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral
lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.
o Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
o Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
o Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
o Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
v Berdasarkan jumlah tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf dibagi
menjadi dua, yaitu :
§ Homeoblastik; jika batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu tekstur batuan.
§ Heteroblastik; jika batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu jenis tekstur
batuan.
Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf
mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur.Tekstur
pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau
blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi
karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses
reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang
pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis.
Biang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu
lipatannya.Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik.
Contohnya yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami
hancuran yang fragmental sifatnya.
a. Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
- Struktur Slatycleavage
- Struktur Gneissic
- Struktur Phylitic
- Struktur Schistosity
b. Struktur Non Foliasi
Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
- Struktur Hornfelsik
- Struktur Milonitik
- Struktur Kataklastik
- Struktur Flaser
- Struktur Pilonitik
- Struktur Augen
- Struktur Granulosa
– Struktur Liniasi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Sampel Pertama
Nomor Peraga : STA.36/IN/MQS Nama : Rizki Azizah AM Acara : Batuan Metamorf NIM : D611 13 308Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan MetamorfMikroskopis (Microscopic) :Berwarna abu-abu, ukuran mineral 0,1 – 0,2 mm, warna interferensi berwarna abu-abu orange, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik dengan komposisi mineral terdiri dari plagioklas, kuarsa, dan muskovit
Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komponen Batuan
PiroklastikComponent of Pyroclastic
Rock
JumlahAmount
(%)
Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy
Plagioklas 35
Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,1 – 0,15 mm, warna interferensi abu-abu, sudut gelapan 34o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Plagioklas.
Kuarsa ( 20
Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,1 – 0,15 mm, warna interferensi abu-abu muda, belahan tidak ada, sudut gelapan 30o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Kuarsa.
Muskovit 45
Berwarna kuning, tidak ada pleokrisme, intensitas kuat, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,1 – 0,2 mm, warna interferensi orange, belahan 1 arah, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Muscovit.
4
5
6
7
8
9
3.1.2 Sampel Kedua
Nomor Peraga : STA.26/IN/MQS Nama : Rizki Azizah AM Acara : Batuan Metamorf NIM : D611 13 308Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan MetamorfMikroskopis (Microscopic) :Berwarna colorless, ukuran mineral 0,4 – 0,6 mm, warna interferensi berwarna abu-abu, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik dengan komposisi mineral terdiri dari plagioklas, kuarsa, ortoklas, dan muskovit
Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komponen Batuan
PiroklastikComponent of Pyroclastic
Rock
JumlahAmount
(%)
Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy
Plagioklas 5
Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,2 – 0,4 mm, warna interferensi abu-abu, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Plagioklas.
Kuarsa ( 30
Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,2 – 0,3 mm, warna interferensi abu-abu muda, belahan tidak ada, sudut gelapan 30o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Kuarsa.
Ortoklas 25
Berwarna colorless, pleokrisme rendah, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 – 0,4 mm, warna interferensi abu-abu tua, belahan tidak ada, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Ortoklas.
Muskovit 45
Berwarna kuning, tidak ada pleokrisme, intensitas kuat, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,2 – 0,6 mm, warna interferensi orange, belahan 1 arah, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris dengan nama mineral Muscovit.
9.1.1 Sampel Ketiga
Nomor Peraga : STA.32/IN/MQS Nama : Rizki Azizah AM Acara : Batuan Metamorf NIM : D611 13 308Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan MetamorfMikroskopis (Microscopic) :Berwarna colorless, ukuran mineral 0,05 mm – 1 mm, warna interferensi berwarna orange kehijauan, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik dengan komposisi mineral terdiri dari kuarsa, klorit dan muskovit
Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komponen Batuan
PiroklastikComponent of Pyroclastic
Rock
JumlahAmount
(%)
Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy
Kuarsa ( 20
Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 mm, warna interferensi abu-abu, belahan tidak ada, sudut gelapan 34,5o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Kuarsa.
Klorit 35
Berwarna colorless, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,05 - 0,5 mm, warna interferensi hijau, belahan tidak ada, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring dengan nama mineral Klorit.
Muskovit 45
Berwarna kuning, tidak ada pleokrisme, intensitas kuat, relief rendah, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,4 mm, warna interferensi biru kehijauan, belahan 1 arah, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris dengan nama mineral Muscovit.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
3.2 Pembahasan
3.2.1 Sampel Pertama
Berdasarkan pengamatan pada sampel ketiga nomor peraga STA.36/IN/MQS
dengan warna abu-abu, ukuran mineral 0,1 – 0,2 mm, warna interferensi abu-abu
orange, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik diketahui bahwa
komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara plagioklas, kuarsa,
dan muskovit dengan persentase sebagai berikut:
Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-Rata
(%)
Plagioklas 35 40 30 35
Kuarsa 20 18 22 20
Muskovit 45 45 45 45
Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah Sekis
Muskovit.
Fasies green schist terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah,
tetapi temperatur lebih besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu
fasies yang penyebarannya sangat luas.Nama fasies ini sendiri diambil dari warna
mineral dominan penyusunnya yakni ada klorit dan epidot.Batuan yang termasuk
dalam fasies ini bisa batusabak, filit, dan sekis.
Sekis muskovit dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih
tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Umumnya berbutir
lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneiss. Foliasi tersebut
terbentuk oleh kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal
prismatik.Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain :klorit, serisit,
muskovit, biotit, dan talk, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolit,
kyanite, hornblende, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri
dari satu macam mineral saja, contohnya talk schist, tetapi pada umumnya terdiri dari
dua atau lebih mineral seperti calcite - sericalcite – albite schist. Sekis sering
mengandung mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky
nor prismatic), tetapi equigranular seperti misalnya: garnet dan feldspar, yang
biasanya bertekstur porphyroblastic. Batuan-batuan schist dapat pula berasal dari
gabro, basalt, ultrabasin, tuff, shale dan sandstone.
3.2.2 Sampel Kedua
Berdasarkan pengamatan pada sampel II nomor peraga STA.26/IN/MQS
dengan warna colorless, ukuran mineral 0,4 – 0,6 mm, warna interferensi abu-abu,
bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur lepidoblastik diketahui bahwa komposisi
mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara plagioklas, kuarsa, ortoklas, dan
muskovit dengan persentase sebagai berikut:
Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-
Rata(%)
Plagioklas 5 5 5 5
Kuarsa 30 32 28 30
Ortoklas 20 25 15 20
Muskovit 40 45 50 45
Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah Sekis
Muskovit.
Fasies green schist terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah,
tetapi temperatur lebih besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu
fasies yang penyebarannya sangat luas.Nama fasies ini sendiri diambil dari warna
mineral dominan penyusunnya yakni ada klorit dan epidot.Batuan yang termasuk
dalam fasies ini bisa batusabak, filit, dan sekis.
Sekis muskovit dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih
tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Umumnya berbutir
lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneiss. Foliasi tersebut
terbentuk oleh kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal prismatik.
Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain :klorit, serisit, muskovit,
biotit, dan talk, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolit, kyanite,
hornblende, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri dari satu
macam mineral saja, contohnya talk schist, tetapi pada umumnya terdiri dari dua atau
lebih mineral seperti calcite - sericalcite – albite schist. Sekis sering mengandung
mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky nor prismatic),
tetapi equigranular seperti misalnya: garnet dan feldspar, yang biasanya bertekstur
porphyroblastic. Batuan-batuan schist dapat pula berasal dari gabro, basalt,
ultrabasin, tuff, shale dan sandstone.
3.2.3 Sampel Ketiga
Berdasarkan pengamatan pada sampel ketiga nomor peraga
STA.32/IN/MQSdengan warna colorless, ukuran mineral 0,05 mm – 1 mm, warna
interferensi orange kehijauan, bentuk anhedral sampai subhedral, tekstur
lepidoblastik diketahui bahwa komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan
ini antara lain kuarsa, klorit dan muskovitdengan persentase sebagai berikut:
Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-Rata
(%)
Kuarsa 20 18 22 20
Klorit 35 40 30 35
Muskovit 45 45 45 45
Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah Sekis
Muskovit.
Fasies green schist terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah,
tetapi temperatur lebih besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu
fasies yang penyebarannya sangat luas.Nama fasies ini sendiri diambil dari warna
mineral dominan penyusunnya yakni ada klorit dan epidot.Batuan yang termasuk
dalam fasies ini bisa batusabak, filit, dan sekis.
Sekis muskovit dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih
tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Umumnya berbutir
lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneiss. Foliasi tersebut
terbentuk oleh kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal prismatik.
Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain :klorit, serisit, muskovit,
biotit, dan talk, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolit, kyanite,
hornblende, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri dari satu
macam mineral saja, contohnya talk schist, tetapi pada umumnya terdiri dari dua
atau lebih mineral seperti calcite - sericalcite – albite schist. Sekis sering
mengandung mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky
nor prismatic), tetapi equigranular seperti misalnya: garnet dan feldspar, yang
biasanya bertekstur porphyroblastic. Batuan-batuan schist dapat pula berasal dari
gabro, basalt, ultrabasin, tuff, shale dan sandstone.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara ini adalah:
1. Mineral penciri dari batuan metamorf adalah mineral-mineral yang telah
mengalami perubahan, seperti actinolite yang merupakan ubahan dari
hornblende dan piroksen, klorit yang merupakan mineral ubahan dari piroksen.
Selain itu, mineral penciri batuan metamorf juga dapat mineral yang tidak
mengalami perubahan, seperti muskovit.
2. Nama batuan yang diamati pada preparat pertama STA.36/IN/MQS adalah
Sekis Muskovit, preparat kedua STA.26/IN/MQS adalah Sekis Muskovit, dan
preparat ketiga STA.32/IN/MQS adalah Sekis Muskovit
4.2 Saran
4.2.1 Untuk Asisten
Metode yang digunakan oleh para asisten ketika melakukan asistensi dilakukan
dengan efektif.
4.2.2 Untuk Laboratorium
Jam penggunaan laboratorium lebih diperbanyak sehingga dapat melakukan
asistensi lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://gemparbumi.blogspot.com/2012/10/struktur-dan-tekstur-batuan-
metamorf.html.Diakses pada hari kamis, 06 November 2014 pukul 21.35
WITA.
Anonim.http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-
metamorf/.Diakses pada hari kamis, 06 November 2014 pukul 21.38 WITA.
Anonim.http://khariswiratama.blogspot.com/2013/10/metamorfisme-lokal-dan-
regional.html.Diakses pada hari kamis, 06 November 2014 pukul 21.42
WITA.
Irfan, Ulfa Ria. 2013. “Kristalografi dan Mineralogi”. Laboratorium Petrografi
Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.
Simon dan Schuster’s.1977,1978. “Rocks and Minerals”. New York:
Fireside.
Asisten Petrografi. 2015. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar: Laboratorium
Petrografi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
L
A
M
P
I
R
A
N