laporan btt acara 4
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
ACARA IV
PENAKSIRAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA
Disusun Oleh :
Nama : Muhamad Fitriyadi (11610)
Ahmad Yudis Mahardhika (11648)
Brianti Ayumistalsi (11739)
Harya Friendita (11742)
Mahisa Marchantia S. (11853)
Gol / kel : B1 / 2
Asisten : Yuli Eko Riyanto
LABORATORIUM HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
ACARA IV
PENAKSIRAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon berbatang
lurus dan termasuk dalam famili Palmae. Tanaman kelapa (Cocos nicifera L.) merupakan
tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Seluruh
bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Pohon ini sering
disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, yaitu
akar, batang, daun, buah, dan bijinya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup
manusia.
Untuk meningkatkan produksi baik dalam rangka mencukupi kebuthan nasional
dan untuk ekspor perlu dilakukan rehabilitasi termasuk peremajaan dan perluasan areal.
Tanaman kelapa sangat sensitif terhadap persaingan dengan gulma terutama umur 3-4
tahun. Pertumbuhan gulma di sekitar tanaman kelapa mempunyai beberapa pengaruh
yang merugikan seperti gulma dapat menekan pertumbuhan tanaman kelapa karena gulma
menjadi pesaing bagi tanaman dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya, dan ruang
tumbuh (Setyamidjadja, 1985).
Sebagian besar pertanaman kelapa rakyat belum memenuhi standar budidaya,
sehingga produktivitasnya rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh
pemeliharaan yang kurang dan rendahnya minat masyarakat untuk memanfaatkan produk
dari pohon kelapa.
B. Tujuan
1. Mengetahui susunan dan sifat karakteristik buah kelapa.
2. Memilih buah kelapa yang baik untuk bahan tanam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa merupakan tananam perkebunan dengan area pertanaman terluas di Indonesia,
jika dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit. Luas area
penanaman kelapa mencapai 3.7 juta hektar dan terdiri atas kebun kelapa dalam dan kelapa
hibrida yang dengan pemeliharaan intensif dapat mencapai hasil produksi 2.5 ton per hektar
per tahun dan 4 ton per hektar per tahun (Towaha et al., 2008).
Menurut Syamsulbahri (2006), di Indonesia tanaman kelapa dibedakan kedalam 3
golongan, yaitu :
1. Kelapa Tinggi atau Kelapa Dalam (Tall Coconut)
Kelapa dengan batang yang tinggi, yaitu sekitar 25 meter. Penyerbukan terjadi
secara silang dan mulai berbuah pada umur lebih dari 6 tahun dan buahnya berukuran
besar.
2. Kelapa Genjah atau Kate (Dwarf Coconut)
Kelapa dengan batang pendek 1 - 4m atau lebih, penyerbukan sendiri dan mulai
berbuah pada usia 3-4 tahun serta memiliki buah dengan ukuran kecil
3. Kelapa Hibrida
Kelapa hibrida dihasilkan dari persilangan kelapa genjah sebagai induk betina dan
kelapa dalam sebagai induk jantan.
Komponen buah kelapa terdiri atas sabut sebanyak 35%, tempurung 12%, daging
buah 28%, dan air 25%. Berbagai komponen buah kelapa ini sangatlah penting karena
merupakan hal yang diwariskan oleh tanaman tetua kepada keturunannya (Novarianto et al.,
1988).
Sebagian besar kebun kelapa rakyat memiliki produktivitas yang rendah.
Produktivitas tanaman kelapa sampai dengan tahun 2005 baru mencapai 0,62-1,67 ton kopra
per hektar per tahun atau setara 2.500-6.500 butir kelapa. Produktivitas kelapa menurun
sejalan dengan meningkatnya umur tanaman. Lebih lanjut, rendahnya produktivitas kelapa
antara lain disebabkan oleh fungsi akar yang menurun dan batang yang terlalu tinggi. Potensi
produksi kelapa dalam unggul yang sudah dilepas berkisar antara 2,8-3,3 ton kopra/ha/tahun
(Effendi, 2008).
III. METODOLOGI
Praktikum acara IV yang berjudul Penaksiran Produktivitas Tanaman Kelapa
dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta serta di kebun kelapa milik petani responden (Ibu
Imah) yang beralamat lengkap di Bantar Kilen, Bangun Cipto, Sentolo, Kulon Progo (untuk
lapangan) pada hari Senin tanggal 14 Mei 2012 dan 21 Mei 2012. Bahan yang diperlukan
adalah kebun kelapa milik petani di DIY (Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo). Alat
yang digunakan adalah meteran, penggaris segitiga, alat tulis, dan kendaraan.
Langkah- langkah yang dilakukan pada praktikum ini adalah datang ke kebun petani
responden (Ibu Imah) yang beralamat lengkap di Bantar Kilen, Bangun Cipto, Sentolo,
Kulon Progo. Kemudian, dilakukan wawancara dengan petani dengan point pertanyaan
sebagai berikut : 1). identitas petani (nama, umur, alamat, pekerjaan), 2). luas halaman (lahan
yang ditanami kelapa) serta jumlah pohon kelapa yang dimiliki, 3). teknis budidaya (asal
bibit, penanaman, jarak tanam, pemeliharaan, pemanenan, dan pasca panen). Setelah
wawancara selesai, 3 sampel tanaman kelapa yang ada disana diambil/diminta dan parameter
berikut diamati : a). jenis tanaman kelapa (dalam, genjah, hibrida, gading, dsb), b). tinggi
tanaman, c). jumlah janjang per pohon, d). jumlah buah per janjang, e). perkiraan waktu
panen yang akan datang. Langkah terakhir adalah produktivitas tanaman kelapa milik petani
tersebut (dalam satuan butir kelapa per pohon per tahun) diamati dan diperkirakan.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Hasil Wawancara
1. Identitas Petani :
a) Nama : Ibu Imah
b) Umur : 35 Tahun
c) Alamat : Bantar Kilen, Bangun Cipto, Sentolo, Kulon Progo.
d) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Luas Lahan : 600 m2
3. Jumlah pohon kelapa yang dimiliki : 5 pohon
4. Teknis Budidaya :
a) Asal Bibit : Bibit Kelapa Hibrida berasal dari program pemerintahan
Presiden Soeharto, yaitu program KB. Bibit kelapa dalam dan
kelapa gading berasal dari persemaian sendiri.
b) Penanaman : Penanaman dalam bentuk tunas kelapa, ditanam di halaman
atau kebun rumah dengan jarak antar pohon ±3-5 m.
c) Jarak Tanam : Jarak antar pohon ±3 m.
d) Pemeliharaan : Tidak ada pemeliharaan khusus, hanya dilakukan pembersihan
seperti pembersihan daun-daun yang rontok dan rumput yang
tumbuh di sekitar pohon.
e) Pemanenan : Tidak ada jadwal pemanenan buah rutin. Buah tidak dipanen
sendiri, akan tetapi dipanen oleh orang lain yang ingin
menjualnya ke pasar (istilah dalam bahasa jawa adalah
“ditebas”). Pemanenan juga dilakukan untuk daun kelapa.
Pemanenan daun tersebut juga tidak terdapat jadwal rutin,
hanya pada waktu-waktu tertentu saja.
f) Pascapanen : Penjualan buah kelapa ke pasar dengan sistem tebas (Rp
2500,00- Rp 4000,00 per buah) Kelapa yang jatuh atau tua
diolah menjadi minyak goreng. Daun kelapa dimanfaatkan
untuk pembuatan janur dan sapu lidi (Rp 3000,00 per sapu
lidi).
30 cm
Penggaris Segitiga
18 cm
y
x
Pohon Kelapa
B. Hasil Pengamatan Lapangan
Kebun Kelapa Bu Imah
Jumlah Pohon Kelapa = 5 pohon, terdiri dari :
1) 2 pohon kelapa hibrida
2) 2 pohon kelapa dalam
3) 1 pohon kelapa gading
Tabel 1 : Tabel pengamatan tinggi pohon kelapa, diameter batang, jumlah janjang per pohon,
dan jumlah buah per janjang
Parameter Hibrida 1 Hibrida 2 Dalam Gading
x 12 m 12 m 18,5 m 6,5 m
Diamater
Batang87 cm 87 cm 91 cm 60 cm
Jumlah
Janjang/Pohon8 11 7 7
Jumlah
Buah/Janjang9, 10, 10, 8 7, 10 ,7, 9 6, 7, 5 4, 1, 5, 2, 3, 4, 2
Rata-Rata
Jumlah
Buah/Janjang
9 9 6 3
Menggunakan penggaris segitiga dengan panjang alas 30 cm dan tinggi 18 cm
Tinggi Mata
Pengamat
1830
=xy
Contoh Perhitungan Tinggi Pohon Kelapa Hibrida 1 :
Hibrida 1 :
1830
=xy
=¿1830
=x12
=¿x=7,2 m
Tinggi Mata Pengamat = 153 cm = 1,53 m
Tinggi Pohon Kelapa Hibrida 1 = 7,2 m + 1,53 m = 8,73 m
Contoh Perhitungan Produktivitas Tanaman Kelapa Hibrida 1 tiap Tahun dalam
Lahan
= Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun
= 9 x 8 x 4 = 288 butir/pohon/tahun
V. PEMBAHASAN
Tanaman kelapa (Cocos nicifera L.) merupakan tanaman serbaguna atau tanaman
yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Seluruh bagian dari tanaman kelapa dapat
dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life)
karena hampir seluruh bagian dari pohon, yaitu akar, batang, daun, buah, dan bijinya dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia.
Tanaman kelapa termasuk jenis palmae yang berumah satu (monoceous), bunga
jantan dan bunga betina keduanya terdapat dalam sartu manggar (tandan). Pada kelapa dalam
umumnya bunga betina mekar setelah bunga jantan gugur. Dengan demikian pembentukan
buah terjadi dengan penyerbukan silang. Pada kelapa genjah masaknya buah jantan
bersamaan dengan bunga betina pada manggar yang sama (Thampan, 1981).
Kelapa (Cocos nucifera) termasuk familia Palmae dibagi tiga : (1) Kelapa dalam
dengan varietas Viridis (kelapa hijau), Rubescens (kelapa merah), Macrocorpu (kelapa
kelabu), Sakarina (kelapa manis), (2) Kelapa genjah dengan varietas Eburnea (kelapa
gading), varietas Regia (kelapa raja), Pumila (kelapa puyuh), Pretiosa (kelapa raja malabar),
dan (3) Kelapa Hibrida. Menurut Suhardiono (1993), varietas tanaman kelapa dibagi menjadi
2 macam, yaitu :
1. Varietas dalam
Varietas ini berbatang tinggi dan besar, tingginya mencapai 30 meter atau lebih.
Kelapa dalam mulai berbuah agak lambat, yaitu antara 6-8 tahun setelah tanam dan
umurnya dapat mencapai 100 tahun lebih. Keunggulan varietas ini adalah produksi
kopranya lebih tinggi.
2. Varietas hibrida
Kelapa varietas hibrida diperoleh dari hasil persilangan antara varietas genjah
dengan varietas dalam. Hasil persilangan itu merupakan kombinasi sifat-sifat yang baik
dari kedua jenis varietas asalnya. Kelapa genjah mempunyai kelemahan antara lain peka
terhadap keadaan lingkungan yang kurang baik, berbuah lebat tetapi mudah dipengaruhi
fluktuasi iklim, ukuran buah relatif kecil, kadar kopranya rendah yakni hanya sekitar 130
gr per buah, dan kadar minyaknya 65% dari bobot kering daging buah. Sedangkan sifat-
sifat unggul yang dimiliki oleh kelapa hibrida adalah lebih cepat berbuah (sekitar 3-4
tahun setelah tanam) dan produksi kopra tinggi.
Daging buah kelapa terdiri dari tiga bagian (Setyamidjaja, 2003) :
a. Epicarp, yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin, agak keras, dan tebalnya lebih
kurang 1/7mm
b. Mesocarp, yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Bagian ini terdiri dari serat yang
keras tebalnya 3-5cm.
c. Endocarp, yaitu bagian tempurung yang keras sekali. Tebalnya 3-6mm. Bagian dalam
melekat pada kulit luar dari biji/ endosperm
d. Putih lembaga atau endosperm yang tebalnya 8-10 mm.
Terdapat satu jenis kelapa lagi yang bisa disebut unik, yaitu kelapa kopyor. Kelapa
kopyor merupakan jenis kelapa yang bernilai ekonomi tinggi. Kelapa yang diduga hasil
mutasi alam ini memiliki daging buah yang tidak normal, yaitu lunak dan rasanya gurih,
sehingga dimanfaatkan sebagai campuran es dan bahan baku es krim. Tanaman kelapa unik
ini ditemukan di beberapa sentra produksi kelapa di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah
di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, yang memiliki beberapa populasi unggulan kelapa kopyor
(Anonim, 2010).
Menurut Warisno (1998), tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah
berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai
struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik. Kelapa membutuhkan air
tanah pada kondisi tersedia yaitu bila kandungan air tanah sama dengan laju
evapotranspirasirasi atau bila persediaan air ditambah curah hujan selama 1 bulan lebih besar
atau sama dengan potensi evapotranspirasi, maka air tanah cukup tersedia. Keseimbangan air
tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan bahan organik dan keadaan
penutup tanah. Jeluk atau kedalaman tanah yang dikehendaki minimal 80-100 cm. Tanaman
kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%). Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi
(3-50%) harus dibuat teras untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi, mempertahankan
kesuburan tanah dan memperbaiki tanah yang mengalami erosi.
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap kebun kelapa yang terletak pada
kabupaten Kulon Progo. Kebun Kelapa yang diamati adalah milik Ibu Imah (35 tahun) yang
beralamat lengkap di Bantar Kilen, Bangun Cipto, Sentolo, Kulon Progo. Bantar adalah
sebuah desa di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Lokasi Bantar, Sentolo, berada di 7° 49' 55" LS dan 110° 13' 2" BT. Bantar berada di dataran
rendah. Bantar terletak di ketinggian hanya 50 meter diatas permukaan laut. Desa Bantar
beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis. Suhu udaranya yaitu
Rumah
Pekarangan
berkisar antara 25 – 34oC. 8. Curah hujan rata-rata di daerah bantar = 120 mm/tahun dan
kelembaban udara sekitar 76%. Tingkat kemiringan lahan juga rendah (topografinya rata).
Pohon kelapa yang dimiliki oleh Ibu Imah berjumlah 5 pohon, yaitu 2 pohon kelapa
hibrida, 2 pohon kelapa dalam, dan 1 pohon kelapa gading (termasuk kelapa genjah). Kelima
pohon tersebut ditanam di pekarangan rumah, dengan jarak antar pohon kelapa terdekat ±3-5
m dan luas pekarangan atau lahan ±600 m2.
Kelima pohon kelapa tersebut ditanam dalam bentuk bibit. Bibit pohon kelapa hibrida
didapatkan dari pemerintah melalui program KB. Pada saat itu, Presiden Soeharto
mencanangkan pemberian bibit pohon kelapa untuk keluarga yang ikut KB dengan tujuan
meluaskan areal penanaman pohon kelapa hibrida pada lahan pekarangan dalam rangka
peningkatan produksi kelapa hibrida. Selain itu, tujuan diberikannya bibit pada keluarga
berencana adalah untuk meningktkan gizi dan pendapatan masyarakat/keluarga. Bibit pohon
kelapa dalam dan kelapa gading diperoleh dari persemaian sendiri. Persemaian dilakukan
pada biji yang didapat oleh orang tua dari Ibu Imah.
Gambar 1 : Letak Pohon Kelapa di Pekarangan Rumah Responden
Keterangan :
= pohon kelapa hibrida
= pohon kelapa dalam
= pohon kelapa gading
Pohon kelapa yang ditanamn tersebut sudah turun temurun, dari orang tua Ibu Imah,
sampai sekarang Ibu Imah sendiri yang masih memeliharanya. Ibu Imah (responden) tidak
melakukan pemeliharaan khusus pada kelima pohon kelapanya. Hal tersebut disebabkan
pohon kelapa memang tidak memerlukan perlakuan pemeliharaan yang terlalu ekstra karena
pohon kelapa memiliki daya adaptasi tinggi pada berbagai jenis lingkungan. Pemeliharaan
hanya dilakukan sebatas pembersihan seperti pembersihan daun-daun yang rontok dan
rumput yang tumbuh di sekitar pohon.
Meskipun pohon kelapa dibiarkan begitu saja, pohon kelapa milik responden tetap
tumbuh dan dapat menghasilkan. Kelapa hibrida dapat menghasilkan 8-11 janjang per pohon
dan 8-10 buah per janjang. Kelapa dalam dapat menghasilkan ±7 janjang per pohon dan ±6
buah per janjang. Kelapa gading dapat menghasilkan ±7 janjang per pohon dan ±3 buah per
janjang. Kelapa tersebut dapat berbuah dalam waktu 3-4 bulan sekali sehingga dalam satu
tahun dapat dilakukan 3-4 pemanenan. Sayangnya, buah kelapa yang dihasilkan tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh responden.
Buah kelapa tidak dipanen secara rutin oleh responden. Pemanenan malah dilakukan
oleh orang lain yang ingin menjualnya ke pasar (istilah dalam bahasa jawa adalah “ditebas”).
Pada umumnya, pada saat penjualan tebasan dilakukan tawar menawar harga oleh penebas
dan pemilik pohon kelapa. Pemilik dapat menentukan harga wajar bagi penebas. Selanjutnya,
hasil tebasan tersebut oleh penebas dijual kembali ke pasar dengan harga yang lebih tinggi.
Harga kelapa di pasar berkisar antara Rp 2500,00- Rp 4000,00 per buah.
Pemanenan juga dilakukan terhadap daun kelapa. Daun kelapa dimanfaatkan untuk
pembuatan janur (yang masih muda) dan pembuatan sapu lidi. Untuk pembuatan janur,
pemanenan hanya dliakukan pada waktu-waktu tertentu saja, misal pada saat ada hajatan di
kampung tersebut (tidak dibeli, hanya konsumsi sendiri). Untuk pembuatan sapu lidi juga
tidak rutin dilakukan, hanya pada saat perlu dan ingin saja. Harga sapu lidi yang dijual di
pasar berkisar antara Rp 3000,00- Rp 4000,00 per sapu.
Teknik budidaya yang dilakukan responden kurang sesuai. Teknik budidaya yang
dilakukan sudah memperhatikan jarak tanam serta ada pemiliharaannya, tetapi hanya
sederhana (tanpa pemeliharaan khusus). Selain itu, dalam pemanenan buah kelapa juga tidak
tepat waktu hanya kadang-kadang saja buah kelapa dipanen.
Dari hasil penaksiran produktivitas kelapa, dapat ditaksirkan bahwa produktivitas
tanaman kelapa hibrida tiap tahun dalam lahan adalah sebesar 288-396 butir/pohon/tahun,
produktivitas tanaman kelapa dalam tiap tahun dalam lahan adalah sebesar 168
butir/pohon/tahun, dan produktivitas tanaman kelapa gading tiap tahun dalam lahan adalah
sebesar 84 butir/pohon/tahun. Produktivitas kelapa tersebut kurang maksimal padahal
keadaan lahan di daerah bantar sudah sesuai (topografi, pH, suhu, kelembababn, dan iklim)
untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pemeliharaan
yang baik dari pemilik. Kelapa genjah harusnya dapat menghasilkan jumlah buah kelapa
yang lebih banyak dari jumlah tersebut diatas, yaitu maksimal ±500 butir/pohon/tahun.
Kelapa gading di kebun responden juga menghasilkan jumlah buah per janjang sedikit (rata-
rata hanya 3 buah per janjang). Kelapa hibrida yang seharusnya mempunyai kualitas hidup
lebih baik dan dapat menghasilkan produk lebih baik, juga tidak menghasilkan produk yang
maksimal (hanya 168 butir/pohon/tahun).
Dari pengamatan tersebut dapat secara garis besar pemanfaatan kelapa di daerah
Bantar, Senotolo, Kulon Progo menghasilkan produktivitas yang rendah. Rendahnya
produktivitas disebabkan oleh pemeliharaan yang kurang dan rendahnya minat masyarakat
untuk memanfaatkan produk dari pohon kelapa. Produk pohon kelapa hanya djadikan sebagai
produk sampingan saja, hanya digunkan sewaktu-waktu apabila membutuhkan.
VI. KESIMPULAN
1. Tanaman Kelapa dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu kelapa genjah, kelapa
dalam, dan kelapa hibrida.
2. Produktivitas tanaman kelapa di kebun kelapa milik responden (Ibu Imah), Bantar,
Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta dalam satu satuan luas lahan per satu
satuan waktu tergolong rendah.
3. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh pemeliharaan yang kurang dan rendahnya
minat masyarakat untuk memanfaatkan produk dari pohon kelapa.
4. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produksi kelapa tersebut antara lain
adalah :
a. keadaan tanaman yang sudah terlalu tua,
b. sistem bercocok tanam yang tidak memenuhi persyaratan teknis,
c. pemeliharaan tanaman yang kurang diperhatikan,
d. rendahnya minat masyarakat untuk memanfaatkan produk dari pohon kelapa.
LAMPIRAN
Perhitungan Tinggi Pohon Kelapa :
Hibrida 1 :
1830
=xy
=¿1830
=x12
=¿x=7,2 m
Hibrida 2 :
1830
=xy
=¿1830
=x12
=¿x=7,2 m
Dalam :
1830
=xy
=¿1830
=x18,5
=¿ x=11,1 m
Gading :
1830
=xy
=¿1830
=x6,5
=¿ x=3,9 m
Tinggi Mata Pengamat = 153 cm = 1,53 m
Tinggi Pohon Kelapa Hibrida 1 dan 2 = 7,2 m + 1,53 m = 8,73 m
Tinggi Pohon Kelapa Dalam = 11,1 m + 1,53 m = 12,63 m
Tinggi Pohon Kelapa Gading = 3,9 m + 1,53 m = 5,43 m
Perhitungan Produktivitas Tanaman Kelapa :
Produktivitas Tanaman Kelapa Hibrida 1 tiap Tahun dalam Lahan
= Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun
= 9 x 8 x 4 = 288 butir/pohon/tahun
Produktivitas Tanaman Kelapa Hibrida 2 tiap Tahun dalam Lahan
= Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun
= 9 x 11 x 4 = 396 butir/pohon/tahun
Produktivitas Tanaman Kelapa Dalam tiap Tahun dalam Lahan
= Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun
= 6 x 7 x 4 = 168 butir/pohon/tahun
Produktivitas Tanaman Kelapa Gading tiap Tahun dalam Lahan
= Jumlah buah per janjang x Jumlah janjang per pohon x panen selama satu tahun
= 3 x 7 x 4 = 84 butir/pohon/tahun
Gambar 2 : Sekolah Dasar yang paling dekat dengan lahan pengamatan beserta alamatnya
Gambar 3 : Pengukuran tinggi pohon dengan penggaris segitiga
Gambar 4 : Pengkuran tinggi pohon dengan meteran
Gambar 5 : Praktikan dengan responden (Ibu Imah) di kebun kelapamya
Gambar 6 : Praktikan dengan responden (Ibu Imah) di kebun kelapanya
Gambar 7 : Praktikan