konsentrasi perbandingan mazhab fiqh program...

90
PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN MENURUT SYAIKH BURHANUDDIN (Padang Pariaman, Sumatera Barat). Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: FASLUKI HAMAMI NIM : 106043101293 KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Upload: trinhthien

Post on 01-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN

MENURUT SYAIKH BURHANUDDIN

(Padang Pariaman, Sumatera Barat).

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

FASLUKI HAMAMI NIM : 106043101293

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN

MENURUT SYAIKH BURHANUDDIN

(Padang Pariaman, Sumatera Barat).

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Fasluki Hamami NIM: 106043101293

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sirril Wafa, MA Sri Hidayati, M.Ag NIP: 19600318199103 NIP: 197102151997032002

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1432 H / 2011 M

Page 3: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN MENURUT

SYAIKH BURHANUDDIN (Padang Pariaman, Sumatera Barat)”, telah diajukan

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 01 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar strata satu, yaitu Sarjana Syariah (S.Sy) pada prodi perbandingan

madzhab dan hukum dengan konsentrasi perbandingan Fiqih.

Jakarta, 01 Maret 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum

Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma,SH.,MA.,MM NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN

Ketua : DR.H. Muhammad Taufiki, M.Ag NIP. 196511191998031002 : (.................................)

Sekertaris : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si NIP. 197412132003121002 : (.................................)

Pembimbing I : Drs. Sirril Wafa, MA NIP.19600318199103 : (.................................) Pembimbing II : Sri Hidayati, M.Ag NIP: 197102151997032002 : (..................................) Penguji I : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag NIP. 19730504200031002 : (.................................)

Penguji II : Mu’min Rouf, MA NIP. 150281979 : (.................................)

Page 4: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S I) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 25 Rabi’ul Ula 1432 H 01 Maret 2011 M

Penulis

Page 5: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt.

Dialah sumber tempat bersandar, dan sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas,

Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya, sehingga penulis diberikan kekuatan

fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: PENENTUAN

AWAL BULAN RAMADHAN MENURUT SYAIKH BURHANUDDIN(Padang

Pariaman, Sumatera Barat).

Salawat beserta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat Islam Nabi

Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah

membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebenaran, kearipan hidup manusia dan

pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah

pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman.

Dibalik terselesaikan skripsi ini, tentunya banyak kendala dan cobaan yang

penulis hadapi dalam proses pembuatannya terutama cobaan mental yang terasa

begitu berat ditengah ekonomi yang begitu kurang. Akan tetapi, dengan penuh

keyakinan dan ketabahan penulis mampu melewati segala persoalan tersebut.

Pada kesempatan ini pula perkenankanlah penulis untuk memberikan ucapan

terima kasih kepada:

Page 6: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

ii

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof. Dr. Drs. H. M. Amin Suma., SH.,

MA., MM., beserta seluruh staf jajarannya yang tidak bisa disebutkan satu-

persatu yang telah memberikan bimbingan serta arahan, baik secara langsung

maupun tidak langsung selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Dr. H.

Muhammad Taufiki, M.Ag., dan Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si selaku

sekretaris jurusan yang telah memberikan ilmu dan arahan kepada penulis baik

secara langsung maupun tidak langsung.

3. Drs. Sirril Wafa’ MA dan Ibu Sri Hidayati M.Ag selaku pembimbing skripsi I

dan II yang telah banyak memberikan bantuan baik dari segi arahan, waktu,

tenaga, dan pikirannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menjalani masa pendidikan berlangsung. Semoga ilmu yang diberikan menjadi

ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat.

5. Bapak Baharuddin, Alma Fredi, Roni Faslah, yang telah memberikan fasilitas

untuk penulis ketika penulis sedang melakukan penelitian di Daerah Ulakan,

Padang Pariaman, Sumatera Barat.

6. Teman-teman yang penulis sayangi, I’am, Mamet, Abdi, Alex, Jae, Herri Sofyan

yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Page 7: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

iii

7. Ibu dan Bapak yang tidak pernah lelah untuk memberikan doa restu dan

dorongan semangat untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.

8. Anak dan Isteriku yang selalu setia menunggu dan mendo’akan penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga segala partisipasi, dukungan dan motivasi serta do’a kepada penulis

dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Harapan penulis

semoga skripsi ini dapat berguna bagi wacana keilmuan dan ke-Islaman. Akhirnya

kepada-Nyalah segala urusan akan kembali dan kepada-Nyalah kita memohon

hidayah dan taufiq serta ampunan.

Jakarta, Jumadil Ula1432 H Februari 2011 M

Penulis

Page 8: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................7

D. Review Studi Terdahulu ..........................................................................8

E. Metode penelitian ...................................................................................10

F. Sistematika Penulisan .............................................................................11

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN

A. Pengertian dan Landasan Hukum Hisab Rukyat ....................................13

1. Pengertian Hisab..............................................................................13

2. Pengertian Rukyat ............................................................................15

3. Landasan hukum Hisab Rukyat ........................................................16

B. Sejarah Hisab Rukyat, Aliran-aliran, dan Perkembangannya di Indonesia

.................................................................................................................19

1. Sejarah Hisab Rukyat Secara Umum ...............................................19

2. Aliran-aliran Hisab ...........................................................................28

3. Perkembangan Hisab Rukyat di Indonesia .......................................38

C. Hisab Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan ........................41

Page 9: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

v

BAB III SEKILAS TENTANG SYAIKH BURHANUDDIN

A. Profil Syaikh Burhanuddin .....................................................................45

B. Pengikut Syaikh Burhanuddin ................................................................46

C. Pemikiran-pemikiran Syaikh Burhanuddin ............................................47

1. Kalam ...............................................................................................47

2. Fikih .................................................................................................53

3. Tasawuf ............................................................................................56

BAB IV KAJIAN PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN MENURUT

SYAIKH BURHANUDDIN

A. Penetapan Awal Bulan Ramadhan Menurut Syaikh Burhanuddin .........59

1. Ketentuan-ketentuan Dasar Penentuan Awal Bulan ........................60

2. Tatacara Penetapan awal bulan ........................................................61

B. Dasar Hukum Syaikh Burhanuddin dalam menetapkan Awal Bulan

Ramadhan ...............................................................................................65

C. Perbandingan Penentuan Awal Bulan Antara Syaikh Burhanuddin

Dengan Pemerintah...........................................................................71

BAB V PENUTUP

Kesimpulan ....................................................................................................77

Saran-saran ....................................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................79

LAMPIRAN

Page 10: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berpuasa pada bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun dari

beberapa rukun Agama, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an Surat Al-

Baqarah ayat :183 yang berbunyi :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, ( Q.S. Al-Baqarah : 183)

Pada ayat diatas, sudah sangat jelas bahwa setiap Muslim wajib

melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, dan orang yang mengingkarinya

berarti telah keluar dari Islam, karena ia seperti shalat, yaitu ditetapkan

dengan keharusan. Dan ketetapan itu diketahui, baik oleh yang bodoh maupun

orang yang alim, dewasa maupun anak-anak.

Puasa mulai diwajibkan pada bulan Sya’ban, tahun ke-2 Hijriyah.

Puasa merupakan fardlu ‘ain bagi setiap mukallaf, dan tidak seorangpun

diperbolehkan berbuka, kecuali mempunyai sebab-sebab tertentu.1

1 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab. Penerjemah Masykur A.B., dkk,

Jakarta: Lentera, 2008, h.157

Page 11: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

2

Dalam pembahasan ini, penulis tidak akan membahas tentang

kewajiban berpuasanya, akan tetapi akan membahas perbedaan penentuan

awal bulan mulai diwajibkannya berpuasa. Perbedaan pendapat dalam Islam

merupakan suatu Rahmat dari Allah SWT sehingga manusia senantiasa harus

menghargai antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain. Sehingga

dalam perbedaan pendapat itu terdapat suatu keindahan yang tidak terdapat

dalam Agama lain.

Dan dengan perbedaan pendapat itu pula ilmu pengetahuan akan lebih

cepat berkembang. Sikap toleransi yang dimiliki oleh umat Islam membuat

setiap perbedaan yang terjadi tidak sampai menimbulkan keributan dan

pertumpahan darah.

Dalam penentuan awal bulan Ramadhan, diperlukan sebuah kajian

ilmu yang dinamakan dengan Ilmu Falak. Ilmu falak secara terminology

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit

seperti matahari, bulan, bintang-bintang, dan benda-benda langit lainnya

dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta

kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.2

Ilmu falak ada dua macam, yang pertama dikaitkan dengan ramalan

tentang kejadian atau keadaan yang belum terjadi. Pengetahuan ini disebut

dengan astrologi atau ilmu nujum. Yang kedua tidak dikaitkan dengan

2 Maskufa, Ilmu Falak Jakarta: Gaung Persada, 2009, h. 1.

Page 12: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

3

ramalan, tetapi sekedar untuk mengetahui dan mempelajari letak, gerak,

ukuran, lingkaran benda-benda langit dengan didasarkan ilmiah, Dengan

pengetahuan itu kita dapat menentukan hitungan tahun, bulan dan juga

gerhana.3

Dalam pembahasan ilmu falak, terdapat dua metode penentuan awal

bulan Hijriyah, yaitu melalui cara hisab dan rukyat. Hisab sendiri terbagi

menjadi dua, yaitu Hisab Hakiki dan Hisab ‘Urf. 4 Hal ini menjadi suatu

perbedaan yang sering kali menuai kontroversi dikalangan umat islam,

khususnya di Indonesia.

Perbedaan penentuan awal bulan Ramadhan sejak dulu sudah menjadi

tradisi di kalangan beberapa Ormas yang berbasis keislaman di Indonesia.

Bukan hanya penentuan awal Bulan Ramadhan, tetapi juga penentuan awal

bulan Syawal. Dalam hal ini, penulis hanya akan memaparkan analisis

penentuan awal bulan Ramadhan oleh Syaikh Burhanuddin dan para

pengikutnya di daerah Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat, yang

disebut dengan Tarekat Syatariyah.5 Walaupun sebetulnya hal tersebut telah

terjadi berabad-abad lamanya, tetapi rasa-rasanya sangat mengetuk hati dan

fikiran. Apakah pada zaman sekarang ini dimana IPTEK sudah sedemikian

3Ibid., h. 2. 4Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, (Jakarta: PT. Amythas Publicita,

2007, h.205. 5 Diakses pada tanggal 30 Desember 2010 dari www.muchrojimahmad.blogspot.com Rabu,

03 September 2008.

Page 13: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

4

majunya, umat Islam masih kesulitan menentukan tanggal satu bulan

Qamariyah.

Letak perbedaan yang terjadi pada para pengikut Syaikh Burhanuddin

dengan penentuan awal bulan Ramadhan pada umumnya, bukan hanya pada

tataran metode dan analisis penentuannya saja. Sehingga dapat mempengaruhi

perbedaan dalam menentukan jatuhnya tanggal satu bulan Ramadhan. Para

pengikut Syaikh Burhanuddin sendiri dalam menetapkan awal bulan

Ramadhan lebih cenderung menggunakan metode Hisab dan Rukyat yang

dilakukan sejumlah Qadi, dan mereka telah melihat bulan terbit barulah

mereka mulai mengumumkan kepada para pengikut Thariqat Syathariyyah

dengan cara memukul beduk di berbagai Masjid dan Mushalla sehigga dapat

dikatakan pengidentifikasian ini tidak lazim bagi masyarakat umum6,

walaupun pada dasarnya mereka lebih berpegang kepada hadits yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. yang berbunyi :

صومو لرؤیتھ وأفطروا: عن أبى ھریرة أن النبي صل اهللا علیھ وسلم قال

7)رواه بخاري و مسلم ( .لرؤیتھ فان غبي علیكم فاكملواعدة شعبان ثالثین

Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. Bersabda: “puasalah kalian bila melihatnya (hilal) dan berbukalah kalian bila melihatnya. Bilamana terhalang dari (penglihatan) kalian, maka sempurnakanlah

6 Ibid. 7 Imam Ibn al-Husain Muslim bin al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusairi al-Nisaburi, al-Jami’u al-

Shahih al-Musamma Shahih Muslim Juz II, Semarang, Toha Putera , t.th, h 122.

Page 14: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

5

hitungan (bulan Sya’ban tiga puluh (hari). (H.R. Bukhary-Muslim)

Adapun kelemahan dari metode penentuan awal bulan Ramadhan

dengan menggunakan Rukyat bil Fi’li adalah ketika cuaca tidak mendukung,

seperti tertutupi oleh awan, atau mungkin dalam keadaan mendung. Dan

Rukyat bil Fi’li dalam pandangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi banyak

terdapat kelemahan, karena kurang memenuhi syarat yang dapat mendukung

kevalidan dalam menentukan awal bulan Hijriyah, terutama dalam penentuan

awal bulan Ramadhan. Adapun kelebihannya, pada jaman sekarang ini

metode Rukyat dapat menggunakan ilmu pengetahuan yaitu dengan

menggunakan alat teropong bulan .8 Sedangkan kelemahan melalui metode

Hisab ‘Urf adalah umur bulan ditentukan secara tradisional dan tidak

diketahui alasannya. Bulan gasal ditentukan berumur 30 hari, kecuali bulan

Dzulhijjah yang dapat berumur 29 hari dalam tahun Basithah, dan 30 hari

dalam tahun Kabisat. Sedangkan dalam Hisab Hakiki, perhitungan lebih

terjaga akurasinya, dan dapat dikategorikan lebih valid dibandingkan apabila

menggunakan Metode Hisab ‘Urf.

Hisab ini sangat prakis, namun perhitungan ini sama sekali tidak

melakukan perhitungan astronomis untuk menggambarkan posisi hilal pada

8 BJ Habibie, Rukyat denganTeknologi Jakarta: Gema Insani Press, 1994, h.59.

Page 15: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

6

setiap awal bulannya.9 Sehingga sulit untuk menentukan awal bulan Hijriyah

jika hanya dengan mengandalkan metode Hisab saja.

Dengan alasan tersebut diatas maka penulis sangat tertarik untuk

mengadakan penelitian kepada para pengikut Syaikh Burhanuddin yang mana

mereka lebih cenderung mengikuti para Qadi mereka daripada mengikuti

keputusan menteri agama di Indonesia dalam penentuan awal bulan

Ramadhan. Penulis berusaha mencari sebab terjadinya perbedaan metode yang

dipergunakan antara pemerintah dengan para pengikut Syeikh Burhanuddin.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul:

PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN MENURUT SYAIKH

BURHANUDDIN(Padang Pariaman, Sumatera Barat)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian ini dan tidak menimbulkan penafsiran

yang berbeda-beda, maka penulis memberikan batasan-batasan sebagai

berikut:

1. Penelitian dilakukan di Daerah Padang Pariaman, Sumatera Barat tempat

para pengikut Syaikh Burhanuddin menyebarkan ajarannya.

2. Pembahasan terbatas pada masalah metode dan argumen dari seorang

yang dianggap Qadi oleh pengikut Syaikh Burhanuddin dalam

menentukan awal bulan Ramadhan.

9 Ibid.

Page 16: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

7

3. Metode yang dimaksud adalah cara penentuan awal bulan ramadhan yang

digunakan oleh para Qadi di Daerah Padang Pariaman

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan

di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah metode penentuan awal bulan Ramadhan menurut Syaikh

Burhanuddin?

2. Apa landasan hukum yang digunakan Syaikh Burhanuddin dalam

menentukan awal bulan Ramadhan?

3. Bagaimanakah kesesuaiannya dengan metode yang digunakan oleh Badan

Hisab Rukyat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui metode yang digunakan Syakih Burhanuddin dalam

menentukan awal bulan Ramadhan.

2. Mengetahui landasan hukum yang digunakan oleh Syaikh Burhanuddin

dalam menentukan awal bulan Ramadhan.

3. Mengetahui kesesuaian metode yang digunakan oleh Syaikh Burhanuddin

dengan metde yang digunakan Badan Hisab Rukyat.

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Membuka wawasan kepada masyarakat terhadap perbedaan dalam

penentuan awal bulan Ramadhan.

Page 17: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

8

2 Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang proses terjadinya

argumen dalam penentuan awal bulan Ramadhan yang dilakukan oleh

Syaikh Burhanuddin

D. Review Studi Terdahulu

Hisab dan Rukyat merupakan metode penetapan awal bulan

Qomariyah. Kedua metode tersebut sering menyebabkan terjadinya perbedaan

pendapat dalam menentukan awal bulan qomariyah. Bahkan, tidak jarang

perbedaan terjadi di kalangaqn internal ahli hisab maupun ahli rukyat. Kajian

terhadap hisab rukyat dalam bentuk akademik, khususnya di lingkungan PTAI

(Perguruan Tinggi Agama Islam), hingga penelitian ini disusun paling tidak

bernumlah 3 (tiga) karya yang dituangkan dalam skripsi. Untuk lebih jelasnya,

data-data karya akademik tersebut penulis paparkan dalam bentuk diagram

berikut ini:

No. Judul karya akademik penyusun Tahun

1. Peranan Pemerintah dalam Penetapan awal

Bulan Qomariyah(Tinjauan kaidah

Fiqhiyah)10

Hiton

Bazawi

2009

2. Penentuan Awal Bualan dalam Perspektif al- Eka Sartika 2006

10 Hiton Bazawi, Peranan Pemerintah dalam Penetapan awal Bulan Qomariyah(Tinjauan

kaidah Fiqhiyah), skripsi, 2009.

Page 18: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

9

Marzukiyah(Studi Terhadap Kalangan al-

Marzukiyyah di Cipinang)11

3. Analisis Perbedaan Penetapan Idul Adha

Antara Indonesia dan Arab Saudi12

Ilmanudin 2005

Berdasrkan penelusuran yang peneliti lakukan terhadap karya

akademik diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hisab dan rukyat yang

dijelaskan oleh Hiton lebih cenderung kepada Kaidah fikihnya, yang dalam

hal ini di terapkan oleh pemerintah guna menetapkan awal bulan Qomariyah.

Sedangkan Eka dalam skripsinya menjelaskan metode penetapan awal

bulan Qomariyah dalam perspektif golongan al-Marzukiyah. Al-Marzukiyah

menggunakan metode Imkanurrukyah dalam penetapan awal bulan

Qomariyah. Golongan ini terbagi menjadi tiga wilayah (Rawa Bunga,

Cipinang Muara, dan Raya Kemang). Dari ketiga golongan tersebut, hanya

golongan yang berada di Cipinang Muara yang masih berpedoman pada

Imkanurrukyah, sedangkan yang lain sudah mengikuti keputusan pemerintah.

Berbeda dengan yang lain, Ilman mencoba menjelaskan perbandingan

antar Negara, yaitu Indonesia dengan Arab Saudi. Dimana keduanya

terkadang bahkan sering terjadi perbedaan dalam Hari Raya tersebut.

11 Eka Sartika, Penentuan Awal Bualan dalam Perspektif al-Marzukiyah(Studi Terhadap

Kalangan al-Marzukiyyah di Cipinang), Skripsi, 2006. 12 Ilman Hasjim, Analisis Perbedaan Penetapan Idul Adha Antara Indonesia dan Arab

Saudi,skripsi, 2004.

Page 19: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

10

Dari ketiga skripsi di atas, tidak ada tulisan yang membahas secara

jelas mengenai penentuan awal bulan Ramadhan oleh Syaik Burhanuddin.

Oleh karena itu, skripsi penulis difokuskan untuk membahas persoalan yang

tidak kalah menariknya dengan karya-karya lainyang membahas tentang

Hisab dan Rukyat.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan jalan untuk menciptakan suatu

kenyataan konseptual pengujian ilmiah dengan proses penelitian.13 Oleh

karena itu dalam melakukan penelitian penulis menggunakan beberapa

metode diantaranya:

1. Sumber Data

Dalam penyusunan ini penulis menggunakan dua jenis sumber data

yaitu:

a. Data Primer, data yang digunakan adalah wawancara langsung,

observasi, dan studi dokumentasi dengan Ulama-ulama Syathariyah

pengikut Syaikh Burhanuddin di Daerah Ulakan Tapakis, Pariaman,

Sumatera Barat.

b. Data Sekunder, data yang diperoleh dari buku dan sumber lainnya

yang berhubungan dengan skripsi ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

13 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Politik, Jakarta: Rineka Cipta, 1991,

Cet. Ke-1, hal.23.

Page 20: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

11

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dengan menggunakan

beberapa metode yaitu :

a). Wawancara langsung, yaitu penulis melakukan wawancara langsung

dengan ulama Syathariyah yang berada di daerah Ulakan, Ulakan

Tapakis, Padang Pariaman Sumatera Barat.

b). Observasi, yaitu penulis langsung mendatangi tempat penelitian yang

ada di daerah Ulakan, Padang Pariaman, Sumatera Barat.

c) Studi dokumentasi, yaitu dengan mempelajari kitab karangan Syaikh

Burhanuddin khususnya tentang penentuan awal bulan Ramadhan dan

buku-buku yang dijadikan sebagai objek penelitian.

3. Teknik Analisa Data

Seluruh data yang diperoleh kemudian dianalisa dan disusun secara

sistematis dengan menggunakan metode deskriptif analisis kemudian

menganalisanya dengan berpedoman kepada sumber-sumber tertulis.

Jika tidak ditemukan dalam sumber yang tertulis, maka penulis langsung

terjun ke lapangan dan mendatangi tempat menyebarnya ajaran Syaikh

Burhanuddin di Daerah Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat guna

mendapatkan data yang dibutuhkan.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi terdiri dari

lima bab, yang perinciannya sebadai berikut :

Page 21: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

12

Bab pertama berisi Pendahuluan yang mencakup latar belakang,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penulisan, review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi gambaran umum hisab rukyat yang mencakup

pengertian dan landasan hukum, sejarah, aliran-aliran, perkembangannya di

Indonesia, dan hisab rukyat dalam penentuan awal bulan Ramadhan.

Bab ketiga berisi tentang profil Syaikh Burhanuddin, ajaran-ajarannya

baik ilmu kalam, fikih, dan Tasawufnya yang hingga saat ini masih sangat

kental pengaruhnya di Daerah Pariaman khususnya, dan di Daerah Sumatera

pada umumnya.

Bab keempat berisi tentang metode yang digunakan oleh Syaikh

Burhanuddin dalam menentukan awal bulan Ramadhan, dasar hukum, dan

pandangan Syakih Burhanuddin terhadap penetapan awal bulan Ramadhan

oleh Pemerintah.

Bab kelima merupakan bagian akhir dari pembahasan ini yaitu penutup

yang berisi kesimpulan serta saran-saran.

Page 22: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

13

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN

A. Pengertian dan Landasan Hukum Hisab Rukyat

1. Pengertian Hisab

a. Secara Etimologi

Hisab berasal dari tata bahasa Arab yaitu hasaba, yakhsibu, hisaaban

yang memiliki arti “menghitung atau membilang”1. Dengan demikian definisi

ilmu hisab jika dikaitkan dengan perhitungan rotasi bulan dalam bahasa yang

sederhana merupakan ilmu untuk menghitung kedudukan bulan terhadap

bumi.

b. Secara Terminologi

Ilmu hisab dalam kamus-kamus istilah disamakan artinya dengan

aritmatic, yang memiliki pengertian suatu ilmu pengetahuan yang membahas

tentang perhitungan dalam menentukan awal bulan Qomariyah yang

didasarkan kepada peredaran bulan mengelilingi bumi2. Selain itu dalam

kitab Fath al-lathiif Al-Rahiim yang ditulis oleh Abdul Muhaimin bin Abdul

Lathiif dikatakan bahwa ilmu hisab memiliki makna yang sama dengan ilmu

1 Abd. Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia-Arab-Inggris, Jakarta, PT MUTIARA

Sumber Widya, 1998, Cet. Ke-11, h. 104. 2 Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta, Dirjen Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam, Cet. Ke-I, 1990, h. 3.

Page 23: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

14

Irshad (penelitian), ilmu falak, ilmu miiqaat (ilmu untuk mengetahui waktu-

waktu), ilmu Hai’ah (ilmu untuk mengetahui tingkah laku seseorang), ilmu

astronomi dan perbintangan3. Berkaitan dengan dengan istilah hisab ini,

dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan perbintangan saja, melainkan juga

terdapat ilmu menghitung lain, yakni dikenal dengan sebutan “ilmu mawaris

atau faraidh”. Ilmu faraidh ini termasuk dalam ilmu hisab dikarenakan

adanya persamaan substansi, dimana kedua ilmu tersebut secara prinsip

menggunakan perhitungan-perhitungan dan proses perumusan secara pasti4.

Di Indonesia, pada umumnya umat Islam hanya mengenal ilmu falak

sebagai ilmu hisab, dalam konteks inipun ilmu hisab yang dimaksud adalah

ilmu falak yang digunakan umat Islam untuk melaksanakan praktek-praktek

ibadah dengan cara mengetahui dan mempelajari benda-benda langit tentang

fisik, gerak, ukuran, dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.

Benda langit yang dipergunakan oleh umat Islam untuk kepentingan

hisab adalah matahari, bulan, dan bumi, itupun terbatas kepada status

posisinya saja sebagai akibat oleh adanya pergerakan benda-benda langit

3 Abd. Al-Muhaimin Bin Abd. Lathiif, Fath Al-Lathiif Al-Rahiim Fi Al-Falq Bijadwaali Al-

Lughortiimiyyah Libni Lathiif, Cibeber-Banten, Mathbah Tsaniyah, 1986, h. 1. 4 Ilmanudin, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif NU dan Muhammadiyah Suatu

Komparasi, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, t.p., 2003, h. 11.

Page 24: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

15

yang disebut Astromekanika5. Dalam perkembangan ilmu hisab, selanjutnya

menggunakan perhitungan modern yang mempunyai tingkat akurasi lebih

tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan, ilmu tersebut adalah ilmu ukur

segitiga bola Special Trigonometri6. Sebagai pendukung yang lain, ilmu hisab

juga menggunakan informasi data yang dikontrol observasi setiap saat.

2. Pengertian Rukyat

a. Secara Etimologi

Secara etimologi rukyat berasal dari bahasa Arab ra’aa, yara’a,

ru’yatan yang berarti melihat mengerti, menduga, dan mengira7. Dalam

khazanah fikih, kata rukyat kata rukyat lazim disertai dengan kata hilal

sehingga menjadi “ru’yatul hilal” yang berarti melihat hilal (bulan baru).

Rukyat hilal ini berkaitan dengan erat dengan masalah ibadah, terutama

ibadah puasa8.

b. Secara Terminologi

Rukyat secara terminologi adalah melihat hilal pada saat matahari

terbenam pada tanggal 29 bulan qomariyah. Jika hilal berhasil dirukyat, maka

sejak matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, jika tidak terlihat

5 Astromekanika adalah bagian dari ilmu astronomi yang mempelajari gerak dan gaya tarik benda-benda langit dengan menggunakan cara dan teori mekanika. Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1990, Cet. Pertama, h. 375.

6 Ilmanudin, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif NU dan Muhammadiyah Suatu

Komparasi, h.11. 7 Abd. Bin Nuh dan Oemar Bakry, KAMUS Indonesia-Arab-Inggris, h. 165. 8 Maskufa, Ilmu Falak , Jakarta, Gaung Persada, 2009, h.149.

Page 25: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

16

maka malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan

dengan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari9. Rukyat dimaksudkan untuk

menentukan awal bulan Ramadhan, bulan Syawal, dan juga awal bulan

Dzulhijjah.

3. Landasan Hukum Hisab Rukyat

a. Al-Qur’an

Ayat-ayat dalam Al-Qur’an banyak mengungkapkan hal-hal yang

berkaitan dengan gerak dan keadaan benda-benda langit, terutama bulan dan

matahari yang sangat penting guna menentukan awal bulan, baik awal bulan

Masehi maupun Hijriyah10.

Adapun salah satu ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hisab rukyat

diantaranya surat Yunus ayat : 5 sebagai berikut :

Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu

9 Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, h.15. 10Departemen Agama RI, Pedoman Tekhnik Rukyat, Jakarta, Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995, h.3.

Page 26: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

17

melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. Yunus: 5)

Dari ayat tersebut, kata )وقدره منازل ) disambung dengan kata ) لتعلموا

)عدد السنین menunjukkan bahwa bilangan yang dimaksud oleh ayat tersebut

adalah tahun qomariyah (lunar calendar) sebagai rangkaian dari bulan-bulan

qomariyah11.

Selain ayat tersebut, dalam surat Yasin ayat 39 juga disebutkan

bahwa Allah menjadikan manzilah-manzilah bulan, sehingga setelah bulan

menduduki manzilah terakhir, ia kembali kepada bentuk seperti tanda tua

(bulan sabit)12.

Sebagaimana diketahui bahwa bentuk bulan yang terlihat di bumi,

setiap hari mengalami perubahan. Mula-mula kecil, membesar, dan setengah

lingkaran, kemudian Purnama, kemudian mengecil kembali, lalu menghilang

dan akhirnya muncul kembali muncul kembali berbentuk seperti tanda tua

yang digambarkan dalam surat Yasin ayat 3913. Periode perubahan bentuk

bulan tersebut diakibatkan oleh perpindahan penelusuran satu manzilah ke

manzilah lainnya dan merupakan periode pergantian waktu bulan qomariyah.

Ayat Al-Qur’an lainnya yang berkaitan dengan benda-benda langit

dan penetapan awal bulan qomariyah adalah Al-Baqarah : 189, Al-Isra : 12,

11Ibid., h. 4. 12 Ibid. 13 Ibid.

Page 27: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

18

At-Taubah : 36, An-Nahl : 16, Al-Hijr : 16, Al-Anbiya’ : 33, Al-An’am : 96-

97, Yasin : 39-40, Ar-Rahman : 5 dan 33, dan lain-lain.

b. Hadits

عن ابن عمر رضي اهللا عنھما حدثنا یحي بن یحي قال قرات على مالك عن نافع

نھ ذكر رمضان فقال التصوموا حتى ترواالھاللانبي صلى اهللا علیھ وسلم العن

14)رواه بخاري و مسلم ( .والتفطروا حتى تروه فان اغمى علیكم فاقدروالھ

Artinya :Telah datang menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya berkata saya telah membacakan kepada Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar semoga Allah midloi keduanya dari Nabi Saw., bahwasannya Nabi Saw. Telah menuturkan Ramadhanmaka Beliau Bersabda : Janganlah kamu berpuasa sebelum kamu melihat hilal (Ramadhan) dan janganlah kamu berbuka sebelum kamu melihat hilal (Syawal). Jika tertutup atas kalian maka taqdirkanlah (HR. Muslim dari Ibnu Umar).

حدثنا عبد الرحمن بن سالم الجمحي حدثننا الربیع یعنى ابن مسلم عن محمد وھو

ابن زیاد عن ابى ھریرة رضي اهللا عنھ ان النبى صلى اهللا علیھ وسلم قال صوموا

15)رواه مسلم( لرؤیتھ وافطروا لرؤیتھ فان غمى علیكمم فاكملوا العدد

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bib Sallam al-Jumahiy, telah menceritakan kepada kami al-Rabii’ (Ibn Muslim), dari Muhammad (Ibn Jiyad), dari Abu Hurairah, semoga Allah meridhoinya, sesungguhnya Nabi saw. bersabda: Berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah kamu karena melihat hilal.Bila kamu tertutupi oleh mendung, maka sempurnakanlah bilangan (menjadi tiga puluh hari). (HR. Muslim)

14 Imam Ibn al-Husain Muslim bin al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusairi al-Nisaburi, al-Jami’u al-

Shahih al-Musamma Shahih Muslim Juz II, Semarang, Toha Putera , t.th, h 122. 15 Imam Ibnu al-Husen Muslim Ibn al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusyairy al-Nisaaburi, Al-Jami’

al-Shahih al-Musamma Shahih Muslim Juz II, Semarang : Toha Putera, t. Th, h. 124.

Page 28: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

19

Berdasarkan hadits-hadits di atas, sebagian Fuqoha menetapkan

bahwa melaksanakan ru’yatul hilal untuk menentukan awal bulan Ramadhan

dan Syawal adalah fardlu kifayah. Sedangkan sebagian Fuqoha lainnya

menetapkan bahwa perihal penetapan awal bulan tidaklah demikian16.

Disamping itu, sebagian Fuqoha memandang bahwa rukyah merupakan salah

satu cara dalam penetapan awal bulan qomariyah, yang selain itu dapat

ditempuh dengan cara hisab17.

Berkaitan dengan landasan hukum hisab rukyat ini, selain riwayat

Bukhari dan Muslim, juga terdapat riwayat lainnya, seperti yang terkumpul

dalam kitab Kutubu Al-Sittah (Abu Daud, Ibnu Majjah, At-Tirmidzi, dan An-

Nasa’i) dan beberapa kitab karangan Ulama lainnya.

B. Sejarah Hisab Rukyat, Aliran-aliran, dan Perkembangannya di Indonesia

1. Sejarah Hisab Rukyat secara Umum

Sebelum Islam datang orang-orang Arab Jahiliyah telah memiliki

pengetahuan pengetahuan dasar tentang astronomi. Namun pengetahuan yang

mereka miliki belum berbentuk rumusan-rumusan ilmiah sehingga belum

pantas untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan. Pada masa Bani Umayyah

ilmu astronomi telah muncul, namun buku-buku tentang itu belum pernah

ditemukan.

16 Departemen Agama RI, Pedoman Tekhnik Rukyat , h. 6. 17 Ibid.

Page 29: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

20

Di dalam kitabnya “Taarikhul Hadlaarah al-Islamiyyah fil ‘Ushuuri

al-Qushtha”, Abdul Mun’im Majid mengatakan , “prinsip-prinsip ilmu

astronomi telah dimiliki oleh orang-orang Arab maju, seperti orang-orang

Arab Yaman dan Kaldea. Pada orang-orang Arab Badawi pengembara, ilmu

astronomi terbatas pada pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa alam yang

berpindah antara satu kepada yang lain melalui turun-temurun. Dalam

kasidah-kasidah syiir Arab Jahiliyah, kita dapat membaca nama-nama

bintang. Namun secara terumuskan, ilmu astronomi Arab baru muncul pada

pertengahan abad ke-2 Hijriyah pada masa pemerintahan Bani Abbas. Hal itu

terjadi berkat hubungan mereka dengan berbagai macam kebudayaan dunia

yang mereka salin dari kitab-kitab klasik karangan orang-orang India dan

Yunani18.

Pada masa Abbasiyah, orang-orang Arab kaum Muslimin menjadi

gudang ilmu pengetahuan se-dunia. Abul Abbas As Saffah, Si penumpah

darah, memegang tampuk pimpinan hanya dua tahun. Penggantinya Al

Mansur yang masih saudaranya, adalah seorang negarawan kelas satu. Ia pula

pecinta ilmu yang memberikan kesempatan yang luas bagi para ilmuwan

untuk berkembang maju.

Dari pembahasan di atas, meskipun ilmu falak atau hisab baru terlihat

setelah Islam ada, namun sebagaimana telah disebutkan dalam setiap

18 Ahmad Thoha, Astronomi dalam Islam, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1983, h.12.

Page 30: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

21

muqaddimah kitab-kitab falak, bahwa penemu pertama ilmu hisab atau

astronomi adalah Nabi Idris AS19., hal ini menunjukkan bahwa wacana hisab

rukyat sudah ada sejak waktu itu, atau bahkan lebih awal dari itu.

Berkaitan dengan sejarah hisab ini, sejauh pelacakan Ahmad Izzudin

didapatkan bahwa sekitar abad ke-28 SM, embrio ilmu falak mulai tampak.

Pada waktu itu falak digunakan untuk menentukan waktu saat-saat

penyembahan berhala. Keadaan seperti ini sudah tampak di beberapa negara

seperti di Mesir (untuk menyembah Dewa Orisis, Isis dan Amon), di

Babilonia dan Mesopotania untuk menyembah Dewa Astoroth dan Baal20.

Meskipun embrio falak tampak pada abad ke-28 SM, namun

pengetahuan mengenai nama-nama hari dalam seminggu sudah ada sejak

5.000 tahun sebelum Masehi yang masing-masing diberi nama dengan nama-

nama benda langit21. Pada abad XX SM, di negeri Tionghoa telah ditemukan

alat untuk mengetahui gerak matahari dan benda-benda langit lainnya yang

19 Sebagaimana telah disebutkan oleh Zubair Umar al-Jailani dalam kitab Al-Khulasotul

Wafiyyah yang dikuatkan oleh Al-Susy. Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyat Di Indonesia ; upaya Penyatuan Madzhab Rukyat dengan Madzhab Hisab, Yogyakarta, Logung Pustaka, 2003, Cet. I, h.41.

20 Ibid, h. 42. 21 Rahmat Taufik Hidayat, dkk., Almanak Alam Islami : Sumber Rujukan Keluarga Muslim

Milenium Baru, Jakarta, Pustaka Jaya, 2000, Cet. I, h.166.

Page 31: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

22

sekaligus mereka pulalah yang mula-mula dapat menentukan terjadinya

gerhana matahari22.

Setelah berlanjut pada asumsi Pythagoras (580-500 SM), bahwa bumi

berbentuk bulat bola, yang dilanjutkan Heraklius dari Pontus (388-315 SM)

mengemukakan bahwa bumi berputar pada sumbunya, merkurius dan venus

mengelilingi matahari dan matahari mengelilingi bumi23. Penemuan ini

diperkuat dengan hasil dari Aristarchus dari Samos (310-230 SM) mengenai

hasil pengukuran jarak antara bumi dan matahari, dan pernyataanya bumi

beredar mengelilingi matahari. Selain itu juga dari Mesir bernama

Eratosthenes telah mendapatkan perhitungan keliling bumi.

Dari semua penemuan di atas, sebagaimana diungkapkan oleh Ahmad

Izzudin bahwa dia menduga persoalan hisab rukyat telah nampak sejak

sebelum Masehi, meskipun dalam kemasan yang berbeda.24

Pada masa sesudah Masehi terlihat dengan penemuan Claudius

Ptolomeus (140 M) berupa catatan-catatan tentang bintang-bintang yang

22 Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyat Di Indonesia ; upaya Penyatuan Madzhab Rukyat

dengan Madzhab Hisab Yogyakarta : Logung Pustaka, 2003, cet.I; h. 42. 23 Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, Cet. Ke-5, h.331. 24 Izzudin, Fiqh Hisab; h. 42.

Page 32: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

23

diberi nama Tabril Magesthi, dan berasumsi bahwa semesta alam ini

berbentuk geosentris25.

Kemudian pada masa Islam datang (masa Nabi Muhammad Saw),

ilmu hisab memang belum masyhur di kalangan ummat Islam, meskipun

sebenarnya ada juga yang mahir dalam perhitungan. Dengan demikian

realitas persoalan hisab rukyat pada masa itu tentu saja sudah ada meskipun

dari sisi hisabnya belum begitu masyhur. Hal ini ditandai dengan adanya

penggunaan perhitungan tahun Hijriyah oleh Nabi sendiri ketika Beliau

menulis surat pada kaum Nasrani Bani Najran, tertulis ke V Hijriyah, namun

di dunia Arab lebih mengenal peristiwa-peristiwa yang terjadi dijadikan

sebagai nama tahun atau tanggalan, seperti tahun Gajah, tahun Izin, tahun

Amar, tahun Zilzal dan sebagainya26.

Secara formal, pada masa itu wacana hisab rukyat baru tampak dengan

adanya penetapan hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah, yang dijadikan

sebagai fondasi dasar kalender Hijriyah yang dilakukan oleh sahabat Umar

bin Khattab, yakni tepatnya pada tahun ketujuh belas Hijriyah. Dan dengan

25 Ibid.

26 Rahmat Taufik Hidayat, dkk., Almanak Alam Islami : Sumber Rujukan Keluarga Muslim

Milenium Baru, Jakarta, Pustaka Jaya, 2000, Cet. I, h. 183.

Page 33: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

24

berbagai pertimbangan yang matang bulan Muharram sebagai awal bulan

Hijriyah27.

Persoalan hisab rukyat ini, mulai mendapatkan masa keemasannya

pada masa Dinasti Abbasiyah. Hal ini terlihat pada masa Khalifah Abu Ja’far

al-Manshur, ilmu astronomi mendapat perhatian khusus, salah satunya adanya

upaya menterjemahkan kitab Sindihind dari India28.

Kemudian pada masa Khalifah al-Makmun, naskah Tabril Magesthi

diterjemahkan dalam bahasa Arab. Dan dari sinilah lahir istilah ilmu hisab

sebagai salah satu dari cabang ilmu ke-Islaman dan tumbuhnya ilmu hisab

mengenai penetapan awal waktu shalat. Penentuan gerhana, awal bulan

Qamariyah dan penentuan arah kiblat29. Selain itu pada masa Khalifah ini,

observatorium telah didirikan di Sinyart dan Junde Shahfur Bagdad.

Masa kejayaan hisab rukyat ditandai oleh lahirnya beberapa tokoh

yaitu Al-Farghani seorang ahli falak, yang oleh barat dipanggil Farganus.

Kemudian Maslamah Ibnu al-Marjiti di Andalusia telah mengubah tahun

Persi dengan tahun Hijriyah. Disamping itu ada juga pakar ilmu falak

kenamaan lainnya seperti; Mirza Ulugh bin Timur Lank yang terkenal dengan

27 Ibid, h. 184. 28 Izzudin, Fiqh Hisab; h. 44. 29 Ibid.

Page 34: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

25

Ephemerisnya, Ibnu Yunus (9500-1000 M), Nasruddin (1201-1274 M), dan

Ulugh Beik (1344-1449 M) yang terkenal dengan landasan ijtima’ dalam

penentuan awal bulan Qamariyah.30

Di Bashrah, Abu Ali al-Hasan bin al-Haytam (965-1039 M) seorang

pakar falak yang terkenal dengan bukunya Kitabul Manadhir dan tahun 1572

diterjemahkan dengan nama Optics yang merupakan penemuan baru tentang

refraksi (sinar bias). Tokoh-tokoh tersebut sangat mempengaruhi ilmu falak

di dunia Islam pada masanya masing-masing. Meskipun masih terkesan

bernuansa Ptomoleus31.

Pada pertengahan abad XIII M, setelah umat Islam menampakkan

kemajuan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka ummat Islam

mengadakan ekspansi intelektualitas ke Eropa melalui Spanyol. Pada waktu

itu Eropa sedang dilanda oleh tumbuhnya isme-isme baru seperti Humanisme,

Rasionalisme dan Renaisans yang merupakan reaksi dari filasafat Skolastik di

masa itu, dimana adanya larangan penggunaan rasio atau berpaham

kontradiksi dengan paham gereja. Kemudian muncul Nicolass Copernicus

(1473-1543 M) yang berupaya membongkar Teori Geosentris yang

dikembangkan oleh Claudius Ptolomeus. Teori yang dikembangkannya

adalah bukan bumi yang dikelilingi matahari, tetapi sebaliknya, serta planet-

30 Ibid. 31Ibid, h. 45.

Page 35: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

26

planet beserta satelit-satelit yang mengelilingi matahari. Teori ini kemudian

dinamakan Teori Heliosentris32.

Perdebatan mengenai teori tersebut berkembang sampai pada abad

XVIII, dinamakan penyelidikan Galilleo Galilei dan John Keppler

menyatakan pembenaran Teori Heliosentris. Mekipun antara John Keppler

dan Copernicus berbeda dalam hal lintasan planet mengelilingi matahari ,

dimana menurut Copernicus berbentuk bulat, sedangkan menurut John

Keppler berbentuk elips (bulat telur). Hal ini pada masa sesudahnya banyak

ditemukan penemuan-penemuan yang berkaitan dengan kosmografi33.

Berkaitan dengan kedua teori di atas, dalam wawancara historitas

hisab rukyat Islam, bahwa tokoh yang pertama kali melakukan kritik tajam

terhadap teori Geosentris adalah al-Biruni dengan asumsi tidak masuk akal

bila langit yang besar dan luas dengan bintang-bintangnya dinyatakan

mengelilingi bumi sebagai pusat tata surya34. Dari penemuan ini dapat

diambil kesimpulan bahwa al-Biruni lah peletak dasar Teori Heliosentris.

Fenomena di atas menjadi pernyataan para peneliti modern, mereka

berselisih pendapat mengenai orisinalitas kontribusi dan peranan orang-orang

Islam. Bertrand Russel, sebagaimana dikutip Nurcholis Madjid misalnya,

32 Ensiklopedi Islam, h. 331. 33 Izzudin, Fiqh Hisab; h. 46. 34 Ibid.

Page 36: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

27

cenderung meremehkan tingkat orisinalitas kontribusi Islam di bidang

filasafat, namun tetap mengisyaratkan adanya tingkat orisinalitas yang tinggi

di bidang matematika, termasuk di dalamnya astronomi35.

Kembali kepada penemuan Ulughul Beik (1344-1449) berupa jadwal

Ulughul Beik. Jadwal ini pada tahun 1650 M diterjemahkan dalam bahasa

Inggris oleh J. Greaves dan Thyde, dan oleh Saddilet disalin dalam bahasa

Perancis. Kemudian sekitar tahun 1857-1861 di Nautical Al-Manac Amerika,

Simon New Comb (1835-1909 M) berhasil membuat jadwal astronomi.

Jadwal itu terkenal dengan nama Almanac Nautica36.

Kedua jadwal itulah yang selama ini mewarnai tipologi metode hisab

di Indonesia. Dimana tipologi hisab klasik dengan diwakili oleh kitab

“Sullamun Nayyirain” sebagaimana telah diakui sendiri oleh Mansur al-

Batawi dalam kitabnya, bahwa jadwal yang digunakan adalah bersumber

kepada Ulughul Beik. Sedangkan tipologi hisab modern sebagai mana telah

berkembang dalam wacana hisab rukyat dan tekhnik hisab, bahwa Almanac

Nautica diklasifikasikan dalam tipologi hisab (hakiki) kontemporer37. Dengan

demikian di Indonesia memiliki dua metode hisab rukyat yakni metode klasik

dan metode modern.

35 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina,

1992, Cet. I, h.135-136. 36Izzudin, Fiqh Hisab; h. 47. 37 Ibid.

Page 37: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

28

2. Aliran-aliran Hisab

Pada dasarnya sejarah pemikiran Islam sejak awal pertumbuhannya

adalah sejarah aliran, mazhab atau firqah. Dengan demikian, sejarah

pemikiran hisab tidak bisa lepas pula dari persoalan aliran dan mazhab.

Pada zaman modern, ketika umat Islam dihadapkan pada tantangan

modernitas dalam segala aspek dan seginya, persoalan hisab menjadi semakin

penting untuk dikaji dan ditelaah ulang.

Sebagai kajian yang berkaitan dengan persoalan aliran atau pola

pemikiran (paradigma), terlebih dahulu perlu ditinjau aliran-aliran hisab yang

ada. Sehubungan dengan hal itu, ada dua masalah besar. Pertama, nama

aliran yang digunakan oleh para pengkaji cukup beragam. Pada umumnya,

nama aliran yang sering digunakan ialah hisab urfi, hakiki, imkanur rukyat

dan hisab astronomi38. Perbedaan aliran ini menimbulkan masalah kedua,

yaitu perbedaan-perbedaan definisi. Akibatnya timbul perbedaan penilaian

terhadap masing-masimg aliran.

Untuk mengatasi dua pokok masalah tersebut, maka kajian ini

membatasi pada aliran yang mewakili pemikiran hisab di Indonesia, yakni

hisab Urfi dan hisab Hakiki.

a. Hisab Urfi

Hisab urfi merupakan sistem perhitungan dalam penanggalan yang

didasarkan pada perhitungan rata-rata bulan mengelilingi bumi dan ditetapkan

38Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta, Lazuardi, 2001, Cet. I, h.92.

Page 38: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

29

secara konvensional, dimana ditentukan dengan aturannya yang tetap dan

berurutan yakni dimulai dari Muharram yang mempunyai jumlah hari 30,

Safar 29 dan begitu seterusnya kecuali tahun kabisat yang terjadi 11 kali

dalam satu daur yakni 30 tahun, maka khusus untuk bulan Dzulhijjah 30 hari,

yang seharusnya 29 hari berdasarkan perhitungan secara Urfi. Dengan

demikian untuk hisab Urfi ini merupakan sistem selang seling antara 30 dan

29 hari mulai dari bulan Muharram hingga seterusnya (untuk bulan ganjil 30

hari dan bulan genap 29 hari), kecuali Dzulhijjah pada tahun kabisat.

Hisab Urfi dalam perhitungannya masih bersifat tradisional yakni

hanya dengan membuat anggapan-anggapan dalam menentukan perhitungan,

tentunya dengan mendasarkan pada beberapa prinsip39. Yaitu :

1) Ditetapkan awal bulan Hijriyah baik tanggal, bulan, tahun, dan

persesuaiannya dengan tanggal Masehi, dalam hal ini ditentukan

bahwa tanggal satu Muharrram merupakan satu Hijriyah,

bertepatan dengan hari kamis tanggal 15 juli 622 M atau hari

Jum’at tanggal 16 juli 622 M.

2) Ditetapkan pula bahwa satu tahun itu umumnya 354 hari sehingga

dalam 30 tahun atau daur terdapat 11 tahun, panjang dan 19 tahun

pendek.

39 Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah, Jakarta Direktorat

Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995, h.14-15.

Page 39: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

30

3) Tahun panjang ditetapkan umurnya 355 hari sedangkan tahun

pendek ditetapkan 354 hari.

4) Tahun panjang terletak pada deretan tahun ke-2, 5, 7, 10, 13, 15

(namun sebagian ulama menyatakan ke-16), 18, 21, 24, 26 dan ke-

29. Sedangkan deretan lainnya sebagai lainnya sebagai tahun

pendek. Hal ini terkumpul dalam kalimat :

خل حبھ فصانھ كف الخلیل كفھ دیانھ عن كل

Keterangan : Dari kalimat diatas, huruf Hijaiyyah yang ada

titiknya merupakan penunjukan jatuhnya urutan dari tahun

panjang, sedangkan huruf Hijaiyyah yang tidak ada titiknya

merupakan jatuhnya urutan tahun pendek.

5) Bulan-bulan gasal umurnya ditetapkan 30 hari sedangkan bulan-

bulan genap umumnya 29 hari dengan keterangan untuk tahun-

tahun panjang bulan yang ke-12 (Dzulhijjah) ditetapkan 30 hari.

b. Hisab Haqiqi

Hisab haqiqi merupaka hisab yang didasarkan kepada peredaran bulan

dan bumi yang sebenarnya, yaitu penentuan kedudukan bulan pada saat

matahari terbenam. Menurut sistem ini umur bulan tidaklah tetap dan tidak

beraturan, terkadang dua bulan berurutan umurnya 29 atau 30 hari dan

kadang-kadang berganti seperti halnya menurut perhitungan hisab urfi. Hisab

Page 40: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

31

haqiqi masuk pada kategori hisab modern, karena sudah menggunakan

kaidah-kaidah ilmu ukur bola sperical trigonometri40. Sebagai mana hisab

urfi, hisab haqiqi juga menggunakan beberapa cara atau metode yang

dijadikan sebagai prinsip penerapannya, yaitu :

1) Menentukan terjadinya ghurub41 matahari untuk suatu tempat.

2) Dengan berdasarkan ghurub matahari tadi hisab haqiqi menghitung

longitude matahari dan bulan serta data lain dengan koordinat ekleptika.

3) Selanjutnya atas dasar longitude ini mereka menghitung terjadinya

ijtima’42.

4) Kedudukan matahari dan bulan yang ditentukan dengan sistem koordinat

ekleptika diproyeksikan ke equator dengan koordinat equator. Dengan ini

dapat diketahui mukuts (jarak sudut lintasan matahari dan bulan pada saat

matahari terbenam).

5) Kedudukan matahari dengan sistem koordinat equator itu diproyeksikan

lagi ke vertikal sehingga menjadi koordinat horizon, dengan demikian

dapat ditentukan berapa tinggi bulan pada saat matahari terbenam dan

berapa azimutnya.

40Spherical Trigonometri adalah segitiga yang digambarkan pada kulit bola dengan pegertian yang khusus. Rumusan ini digunakan untuk melakukan transformasi dari sistem koordinat equator ke sistem koordinat azimutal (menghitung jarak sudut antara dua tempat dan menghitung arah suatu tempat), Ibid, h.8.

41 Apabila matahari dan bulan bersinggungan pada piringan atasnya (uper limb) dengan kaki

langit, dalam pengertian astronomi dikatakan terbenam jika jarak zenitnya sama dengan 90 derajat lebih semidiameter ditambah refraksi dikurangi paralaks. Ibid.

42Disebut pula iqtiran yaitu; jika bulan dan matahari berada pada bujur ekliptika yang sama

(konjungsi), Ibid.

Page 41: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

32

Pandangan ahli hisab dalam menentukan awal bulan baru berbeda-

beda yang pada intinya menyebabkan hasil perhitungan hisab yang berbeda-

beda pula. Dari beberapa perbedaan ini melahirkan beberapa aliran

pemahaman dalam menentukan masuknya bulan baru mempergunakan sistem

hisab haqiqi ini. Misalnya, Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama,

pada dasarnya terdiri dari dua golongan yaitu golongan yang berpedoman

kepada ijtimak semata dan golongan yang berpedoman kepada posisi bulan di

atas ufuk pada saat matahari terbenam. Kedua golongan tersebut terpecah lagi

menjadi beberapa golongan, bagi golongan yang berpedoman ijtimak semata

terpecah menjadi dua, yaitu golongan yang meyakini ijtimak qabla al-ghurub

dan ijtimak qabla al-fajri43.

1) Ijtimak qabla al-ghurub

Golongan yang berpedoman kepada ijtimak qabla al-ghurub

berpendapat, bahwa jika ijtima’ itu terjadi sebelum matahari terbenam, maka

malam harinya sudah dianggap bulan baru. Sedangkan, jika ijtimak terjadi

setelah matahari terbenam, maka malam itu dan keesokan harinya ditetapkan

sebagai tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung. Sistem ini sama sekali

tidak memperhitungkan rukyat, juga tidak memperhitungkan posisi hilal dari

ufuk, asalkan sebelum matahari terbenam sudah terjadi ijtimak. Golongan

yang berpedoman pada ijtima qabla al-ghurub walaupun hilal berada di

bawah ufuk, malam hari itu juga sudah masuk bulan baru.

43 Ilmanudin, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif NU dan Muhammadiyah, h. 15.

Page 42: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

33

Sistem ini lebih menitik beratkan pada penggunaan astronomi

murni yang dalam ilmu astronomi dikatakan bahwa bulan baru terjadi

sejak matahari dan bulan dalam keadaan ijtimak(konjungsi)44. Sistem ini

menghubungkan ijtimak dengan saat matahari terbenam, sebab sistem ini

mempunyai anggapan bahwa hari menurut Islam adalah dimulai dari

terbenam matahari sampai terbit pada keesokan harinya hingga matahari

terbenam kembali. Konsep yang dipegang di sini adalah malam

mendahului siang.

Menurut sistem ini, dapat dikatakan bahwa ijtimak adalah pemisah

diantara dua bulan Qomariyah. Namun karena hari menurut Islam dimulai

sejak terbenam matahari, maka ketika ijtimak terjadi sebelum terbenam

matahari, malam itu sudah dianggap masuk bulan baru. Jika ijtimak terjadi

setelah terbenam matahari, maka malam itu masih merupakan bagian dari

bulan yang sedang berlangsung.

2) Ijtimak qabla al-fajri

Golongan yang berpedoman pada ijtimak qabla al-fajri berpendapat

bahwa permulaan bulan Qomariyah ditentukan oleh ijtimak sebelum fajar.45.

Menurut sistem ini, jika ijtimak terjadi sebelum terbit fajar, maka

malam itu sudah termasuk bulan baru walaupun pada saat matahari terbenam

44 Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan, h. 9. 45 Ibid.

Page 43: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

34

pada malam itu belum terjadi ijtimak. Pendapat ini berdasarkan arti dari

perintah dimulainya puasa secara harian46, sebagaimana Firman Allah SWT.

dalam surat Al-Baqarah ayat 187:

Artinya : Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.(QS. Al-Baqarah : 187)

46 Ibid, h.10.

Page 44: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

35

Di Indonesia belum diketahui secara pasti adanya para ahli yang

berpegang kepada ijtimak qabla al-fajri ini. Hanya saja pendapat ini

ditemukan digunakan oleh pemerintah Saudi Arabia. Hal ini terlihat pada

penentuan hari raya ‘Idul Adha di tahun 1395 H atau 1975 M47.

Dari beberapa keterangan diatas, semuanya itu merupakan

golongan yang memegang ijtimak semata. Sebagaimana telah disinggung

di atas, bahwa badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI, pada

dasarnya terdiri dari dua golongan yaitu golongan yang berpegang kepada

ijtimak semata dan golongan yang berpedoman kepada posisi bulan di atas

ufuk pada saat matahari terbenam. Adapun golongan yang berpedoman

pada posisi hilal di atas ufuk terbagi pada golongan posisi bulan di atas

ufuk haqiqi, ufuk Hissi, ufuk mar’i, dan golongan Imkan ar-rukyat.

1) Ufuk haqiqi

Golongan ini berpendapat bahwa ketentuan bulan baru haruslah

didasarkan kepada penampakan hilal yang benar yakni hilal harus berada

diatas ufuk haqiqi48. Sistem ini tidak memperhitungkan pengaruh tinggi

tempat si peninjau, dengan demikian jari-jari bulan, parralaks dan refraksi

tidak turut diperhitungkan. Sistem ini memperhitungkan bulan bukan

untuk dilihat. Berbeda dengan perhitungan matahari terbenam, golongan

47 Ibid. 48 Ufuk haqiqi adalah bidangt datar yang ditarik melalui pusat bumi tegak lurus pada garis

Vertikal. Ibid, h.10.

Page 45: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

36

ini memperhitungkan unsure-unsur di atas, sebab mereka mempergunakan

pengertian terbenam matahari seperti apa yang dilihat.

Dengan demikian menurut sistem ini setelah terjadi ijtimak dan

hilal sudah berada di atas ufuk haqiqi pada saat matahari terbenam, maka

malam itu juga sudah dianggap bulan baru49.

2) Ufuk Hissi

Golongan ini berpedoman kepada posisi hilal berada di atas ufuk

Hissi50, berpendapat bahwa jika pada saat matahari terbenam telah terjadi

ijtimak dan hilal sudah berada di atas ufuk Hissi, maka sudah dianggap

bulan baru.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa letak perbedaan diantara

keduanya adalah titik pengukuran yang dilihat si peninjau. Jika pada ufuk

haqiqi si peninjau melihatnya dari titik pusat bumi, sedangkan pada ufuk

hissi dilihat dari atas permukaan bumi.

Golongan yang berpegang kepada ufuk hissi memang kurang

popular, sehingga banyak para ahli yang kurang mementingkan sistem ini.

Namun system ini cukup diakui di Indonesia, meskipun penganutnya tidak

terlihat banyak dan kurang terkenal.51

49 Ibid. 50 Ufuk Hissi adalah bidang datar mata peninjau yang sejajar dengan ufuk haqiqi.

Departemen Agama RI, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariah, h. 11. 51 Ibid.

Page 46: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

37

3) Ufuk Mar’i

Selain berpegang kepada ufuk haqiqi dan ufuk hissi, juga juga

terdapat golongan yang berpegang kepada ufuk Mar’i. Ufuk mar’i ini

masih tergantung kepada ketinggian mata pengamat dari permukaan air

laut. Dimana jika ketinggian berubah, maka berubah pula horizon yang

dilihatnya. Dan jika mata peninjau dari permukaan air laut, maka letak

horizon yang sebenarnya merupakan ufuk haqiqi52.

Pada sistem ini bukan hanya berpedoman kepada ufuk mar,i yang

memperhatikan kerendahan ufuk saja, tetapi juga memperhatikan

semidiameter, parralaks, dan refraksi. Dengan perkataan lain, sistem ini

memperhitungkan posisi hilal untuk dapat dirukyat (hilal mar’i), bukan

memperhitungkan posisi hilal yang sesungguhnya (hilal haqiqi).

4) Imkan ar-rukyat

Golongan ini berpendapat bahwa pada saat matahari terbenam

setelah terjadinya ijtimak, hilal harus memiliki posisi yang sedemikian

rupa sehingga memungkinkan untuk dapat dilihat. Para ahli yang termasuk

dalam golongan ini tidak sependapat tentang berapa ukuran ketinggian

hilal yang mungkin dapat dirukyat. Dalam hal ini ada yang berpendapat 8o,

7o, 6o, 5o, dan lain sebagainya53.

52 Ilmanudin, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif NU dan Muhammadiyah, h. 20. 53 Ibid, h.14.

Page 47: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

38

Berkaitan dengan hal ini, pada tahun 1978 telah diadakan

konferensi Internasional di Turki yang telah menetapkan bahwa untuk

dapat terlihatnya hilal terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu

ketinggian hilal di atas ufuk tidak kurang dari 5o derajat dan sudut pandang

Angular Distance antara hilal dan matahari tidak kurang dari 8o54.

3. Perkembangan Hisab Di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah hisab rukyat di Indonesia sudah barang tentu

tidak akan terlepas dari sejarah masuknya Islam itu sendiri di Indonesia.

Dalam catatan sejarah dikatakan bahwa sebelum kedatangan agama Islam, di

Indonesia telah terdapat suatu perhitungan tahun yang ditempuh menurut

kalender Jawa Hindu atau tahun Soko55. Tahun Soko ini didasarkan kepada

peredaran matahari, dimulai pada saat penobatan Prabu Syali Wahono (Adji

Soko) pada hari sabtu tanggal 14 Maret 78 M, tetapi tahun ke-I dimulai

setelah satu tahun kemudian.

Tahun Soko tersebut pada tahun 1633 M digabungkan dengan tahun

Hijriyah (yang didasarkan pada peredaran bulan) oleh Sultan Agung Prabu

Anyokro Kusumo, tetapi tahunnya tetap tahun 1555 dengan daur atau

windunya berumur 8 tahun bukan 30 tahun seperti tahun Hijriyah56.

54 Ibid. 55 Maskufah, Memahami Tarikh Masehi dan Hijri : Suatu perbandingan, makalah yang

disampaikan pada seminar Ilmu Falak I pada tanggal 14 Desember 2004 di gedung theater lantai II., h.73.

56 Ibid.

Page 48: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

39

Ketetapan itu merupakan gabungan dari penanggalan Hindu Jawa dengan

penanggalan Hijriyah. Dengan demikian, sejak saat itu tahun Jawa yang

berlaku adalah Jawa Islam57.

Dengan adanya penggunaan kalender Hijriyah sebagai kalender resmi

pada zaman berkuasanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, maka sudah

sangat jelas bahwa hal itu sebagai tanda umat Islam di Indonesia telah terlibat

dalam pemikiran hisab rukyat dan sekaligus sebagai tanda adanya perubahan

kemasyarakatan dari kehinduan menjadi masyarakat yang keislaman.

Pada perkembangan selanjutnya penggunaan kalender Hijriyah ini

diubah menjadi kalender Masehi oleh penjajah Belanda sebagai kalender

resmi pemerintahan. Namun meski demikian, umat Islam tetap menggunakan

kalender Hijriyah, khususnya segala penetapan yang berkaitan dengan

persoalan ibadah diserahkan kepada kerajaan-kerajaan Islam, seperti

penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah58.

Setelah Indonesia merdeka, secara berangsur-angsur mulai terjadi

perubahan. Setelah terbentuknya Departemen Agama pada tanggal 3 Januari

194659, persoalan-persoalan hari libur yang berkaitan dengan ibadah

diserahkan kepada Departemen ini sesuai dengan PP tahun 1946 No.

57 Satu tahun ditetapkan sama yaitu 12 bulan, yakni Suro, Sapar, Mulud, Bakdo Mulud,

Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Syawal, Dulkongidah, dan Besar. 58 Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyat Di Indonesia ; upaya Penyatuan Madzhab Rukyat

dengan Madzhab Hisab, Yogyakarta, Logung Pustaka, 2003, cet.I, h. 49. 59 Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, Cet. I, Jakarta, Djambatan, 1992, h.211.

Page 49: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

40

1/Um.7/Um.9/um jo keputusan Presiden No. 25 tahun 1967 No. 148 tahun

1968 dan No. 10 tahun 1971.

Meskipun penetapan hari libur telah diserahkan pada Departemen

Agama, namun secara praktis sampai saat ini terkadang masih belum

seragam. Hal ini sebagai dampak adanya perbedaan pemahaman antara

beberapa pemahaman yang ada dalam wacana hisab rukyat.

Dengan adanya fenomena tersebut Departemen Agama berinisiatif

membentuk Badan Hisab Rukyat Departemen Agama guna mempertemukan

perbedaan-perbedaan tersebut, meskipun dalam kenyataannya masih belum

terwujud. Hal ini dapat terlihat seringkali terjadi perbedaan awal Ramadhan,

Idul Fitri dan Idhul Adha.

Melihat fenomena tersebut Ahmad Izzudin mengemukakan bahwa,

persoalan hisab rukyat ini masih terkesan formalitas, belum membumi dan

belum menyeluruh pada akar penyatuan yang baik. Sehingga wajar kiranya di

masa pemerintahan Gus Dur, sebagaimana disampaikan Wahyu Widiana

ketika menjadi Key Note Speech dalam acara Work Shop Nasional mengkaji

ulang metode penetapan awal shalat yang diselenggarakan UII Yogyakarta,

pada tanggal 7 April 2001 bahwa badan hisab rukyat ini akan dikembalikan

pada masyarakat (Umat Islam Indonesia)60. Namum meski demikian

eksistensi badan hisab rukyat di Indonesia ini telah memberikan warna

60 Ibid, h.51 dan 69.

Page 50: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

41

tersendiri dalam dinamika penetaapan awal bulan Qomariyah khususnya awal

bulan Ramadhan di Indonesia.

C. Hisab Rukyat Dalam Penentuan Awal Bulan Ramadhan

Dalam Islam, banyak sekali ibadah-ibadah yang berkaitan erat dengan

waktu, sehingga suatu ibadah tersebut tidak dapat dilaksanakan tanpa

mengetahui waktu-waktu syari’at terlebih dahulu. Salah satunya adalah ibadah

Puasa Ramadhan, untuk melaksanakan ibadah tersebut sangat diperlukan adanya

suatu penetapan bagi pelaksanaannya. Dengan demikian guna mendapatkan

ketetapan tersebut perlu kiranya suatu perhitungan atau hisab bagi permulaan

dan akhir bulan khususnya bulan Ramadhan, yang mana hal ini akan menjadi

fondasi awal dalam pelaksanaan ibadah Puasa.

Perhitungan atau hisab yang didasarkan kepada peredaran bulan ini akan

memungkinkan ahli hisab dalam mengetahui posisi bulan dalam jangka waktu

tertentu, sehingga mereka dapat mengetahui awal dan akhir bulan Ramadhan

jauh sebelum waktunya. Hal ini akan sangat berguna bagi masyarakat Islam

untuk lebih meyakinkan diri mereka dalam melaksanakan ibadah puasa.

Penentuan awal bulan kalender Islam, khususnya awal bulan Ramadhan

dan Syawal sering menimbulkan problematika yang kompleks bagi ummat

Islam. Problematika ini muncul akibat dari adanya beberapa faktor61 ,

diantaranya :

61 Kardiman, dkk., Garis Tanggal Kalender Islam 1421 H, Bogor, BAKOSURTANAL,

2001, h.6.

Page 51: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

42

1. Perbedaan pendapat mengenai bagaimana seharusnya menentukan awal bulan

Hijriyah, khususnya awal bulan Ramadhan.

2. Perbedaan antara hasil-hasil pengamatan lapangan.

3. Perbedaan antara berbagai macam metode perhitungan.

4. Perbedaan antara pengamatan dan perhitungan.

Dari beberapa faktor diatas, pokok permasalahan lahirnya perbedaan

tersebut adalah ketika seseorang menelaah lebih mendalam akan maksud hadits-

hadits yang berkaitan dengan awal bulan Ramadhan sebagaimana hadits-hadits

di atas. Adapun hasil telaah untuk menentukan awal bulan Ramadhan itu dapat

dikategorikan sebagai berikut62:

1. Rukyat

a. Rukyat praktis

Secara praktis, keberadaan hilal dapat dibuktikan dengan melakukan

pengamatan langsung di lapangan sesaat setelah matahari terbenam pada

tanggal 29 bulan Sya’ban. Untuk mengurangi kesalahan hasil pengamatan,

tentulah harus dilakukan persiapan-persiapan yang matang, seperti memilih

lokasi rukyat yang strategis, pengamat yang jujur, adil, dan mengetahui tata

cara merukyat dan sebagainya. Dalam rukyat praktis ini hasil pengamatan

hilal akan berbeda dan akan menghasilkan penentuan awal bulan Ramadhan

yang berbeda pula ketika faktor-faktor pendukung rukyat praktis berbeda,

baik dari segi pemilihan lokasi (geografis dan kestrategisannya), pengaruh

62 Ibid, h.9.

Page 52: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

43

cuaca, menggunakan alat atau mata telanjang, keahlian dan kejujuran

pengamat dan lain-lain. Dengan demikian meskipun umat Islam di Indonesia

secara serempak setuju menggunakan kategori ini akan tetap menimbulkan

perbedaan awal bulan Ramadhan juga.

b. Rukyat Teoritis

Rukyat teoritis merupakan rukyat yang didasarkan pada perhitungan-

perhitungan keberadaan hilal dengan ilmu falak atau astronomi. Metode

perhitungan ini dikenal dengan istilah metode hisab. Sampai saat ini banyak

sekali metode yang digunakan umat Islam. Masing-masing mengklaim

metode yang digunakannya yang paling benar dan paling akurat. Bukan

hanya sampai di sini, namun juga perbedaan metode yang ada telah

mengakibatkan perbedaan hasil hisab, sehingga penentuan awal bulannya

juga mengalami perbedaan.

2. Istikmal

a. Istikmal Praktis

Istikmal praktis merupakan penyempurnaan bulan Hijriyah atau

dengan kata lain menggenapkan bulan Hijriyah menjadi 30 hari ketika

seseorang harus merukyat hilal pada tanggal 29 bulan Sya’ban, terdapat awan

yang menghalangi pelaksanaan rukyat. Hal ini didasarkan kepada peredaran

bulan mengelilingi bumi dengan memperhitungkan pengaruh peredaran bumi

mengelilingi matahari, memakan waktu rata-rata 29,5 hari. Dengan demikian

Page 53: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

44

jumlah hari dalam setiap bulan kalender Hijriyah hanya memiliki dua

kemungkinan yakni 29 dan 30 hari.

b. Istikmal Teoritis

Pada istikmal teoritis, penggenapan bulan menjadi 30 hari dilakukan

tanpa adanya merukyat terlebih dahulu, namun penggenapan ini dilakukan

dengan melakukan hisab atau perhitungan keberadaan hilal, sehingga melalui

perhitungan ini akan dapat diketahui hilal dapat dilihat atau tidak.

Dari beberapa kategori di atas, pada hakikatnya akan bermuara pada

penentuan bulan Ramadhan secara hisab dan rukyat. Kedua sistem ini sangat

berperan penting dalam penetapan awal bulan Ramadhan, yang keduanya

saling melengkapi satu sama lain dan sekaligus sama-sama memiliki

kelebihan dan kekurangan. Dengan demikian perbedaan akan semakin

meruncing apabila kita membandingkan metode yang jelas akarnya berbeda.

Meskipun rukyat praktis dan rukyat teoritis (hisab) masing-masing sudah

dilakukan dengan baik, namun perbedaan hasil tidak sepenuhnya dapat

dihindari. Di satu pihak orang meyakini metodenya sebagai paling sah yang

didukung dalil yang kuat dan pihak lain bersikukuh dengan perhitungannya

yang diklaimnya lebih obyektif, jujur, dan akurat. Kalau saja masing-masing

pihak mau menyadari kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, tentu ada jalan

keluar untuk mencari titik temu dari perbedaan-perbadaan itu.

Page 54: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

45

BAB III

SEKILAS TENTANG SYAIKH BURHANUDDIN

A. Profil Syaikh Burhanuddin

Syaikh Burhanuddin dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Puteri Cukuep

Bilang, dan ayahnya bernama Pampak Sakti Karimun Merah. Kedua orang tuanya

adalah orang terpandang di dalam masyarakat. Tidak ada yang tahu secara pasti

tanggal, bulan, dan tahun ia dilahirkan, diperkirakan sekitar abad ke-17M. Nama

kecilnya adalah “Buyung Pono” yang diambilkan dari gelarnya “samparono” yang

artinya sempurna.1

Sejak kecil, Pono bekerja sebagai penggembala kerbau. Dalam

penggembalaan itulah dia bertemu dengan Idris yang nantinya diberi gelar dengan

Khatib Majalelo, Idris ini yang menjadi teman setianya ketika kembali dari Aceh

dan menjadi tulang punggung penyiaran Islam di Ulakan. Dari Idris itulah Pono

mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih luas tentang Tuanku

Madinah/Syaikh Abdullah Arif di Tapakis. Sejak saat itu pula ia mulai belajar

agama sekaligus menggembalakan ternaknya2.

Setelah lama menimba ilmu agama kepada Tuanku Madinah, kemudian pada

tahun 1043 H ia melanjutkan menuntut ilmu kepada Syaikh Abdul Ra’uf di

Singkil, Aceh, seorang ulama besar di Aceh pada masa itu selama kurang-lebih 23

1 Tuanku Nan Elok, Seorang tokoh ulama Tarekat Syatariyah yang berperan di Tapakis

Ulakan Pariaman, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 2 2 Duski Samad, Shekh Burhanuddin dan Islamisasi di Minangkabau, Syarak mandaki adat

manurun, Jakarta : TMF 2002 , h. 23.

Page 55: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

46

tahun. Setelah mendalami ilmu agama, maka ia diberi gelar Syaikh Burhanuddin

yang artinya Penyuluh Agama. Setelah itu, ia kembali ke Daerah Pariaman,

tepatnya daerah Sungai Gimbal, ia mendirikan sebuah pesantren sehingga semakin

banyaklah orang-orang yang datang kesana. Ajarannya yang selalu terngiang di

hati masyarakat Ulakan adalah “Adat berpangku Syara’, Syara’ berpangku

kitabullah”. Selama kurang lebih 45 tahun ia berhasil mencetak ulama di Daerah

Minangkabau khususnya dan di Pulau Sumatera serta Semenanjung Melayu pada

Umumnya.

Selama hidupnya ia tidak pernah berkeluarga sehingga ia tidak memiliki

keturunan. Setelah ia meninggal, jabatan khalifah turun-temurun kepada murid dan

keluarganya sampai sekarang untuk menjaga peninggalan dan warisannya.3

Syakih Burhanuddin wafat pada hari Rabu tanggal 10 Syafar tahun 1111 H.

dalam usia 85 tahun, sekarang sudah menjadi tradisi setiap hari Rabu di atas

tanggal 10 Syafar setiap tahun orang ramai berkunjung ke Ulakan dengan

semboyan “Pergi Bersyafar ke Ulakan Pariaman”

B. Pengikut Syaikh Burhanuddin

Tidak banyak diketahui tentang Guru Syaikh Burhanuddin, akan tetapi Guru Syaikh

Burhanudin yang terkenal ada dua yaitu Syaikh Abdullah Arif dan Syaikh Abdul Ra’uf.

Syaikh Abdullah Arif adalah seorang Ulama dari Madinah yang menyebarkan agama

Islam di Daerah Ulakan Tapakis, Pariaman. Dan Beliaulah yang menjadi guru pertama

3 Ibid, h. 149.

Page 56: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

47

Syaikh Burhanuddin. Sedangkan Syaikh Abdul Ra’uf adalah guru yang berasal dari

Daerah Singkil, Aceh. Dari Beliaulah Pono mendapat gelar Syaikh Burhanuddin4.

Sedangkan temannya yang setia menemani ketika ia kembali dari Aceh dan menjadi

tulang punggung penyiar Islam di Ulakan adalah Idris yang diberi gelar Khatib Majalelo.

Disamping menjadi juru bicara Syaikh Burhanuddin, Khatib Majalelo juga menjadi

perantara pertemuan Syaikh Burhanuddin dengan Basa Ampek Balai di pusat kekuasaan

Raja Minangkabau. Lebih dari itu, Khatib Majalelo juga memberi dukungan material yang

tidak sedikit demi suksesnya perjuangan Syaikh Burhanuddin, seperti mendirikan Surau di

tanah Ulayatnya di Desa Tanjung Medan Ulakan.5

C. Pemikiran-pemikiran Syaikh Burhanuddin

Syaikh Burhanuddin dianggap oleh jamaah Tharikat Syatariyah sebagai pendiri

Tharikat Syatariyah di daerah Ulakan, Padang Pariaman. Sehingga pemikirannya sangat

berkaitan dengan pemikiran para Ulama Syatariyah Padang Pariaman saat ini. Adapun

pemikiran Syaikh Burhanuddin yang mempengaruhi pemikiran ulama Syatariyah sampai

saat ini antara lain:

4 Tuanku Kadi, Seorang tokoh ulama Tarekat Syatariyah yang berperan di Tapakis Ulakan

Pariaman, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 5 Duski Samad, Shekh Burhanuddin...., h.43.

Page 57: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

48

1. Pemikiran Kalam

Ulama Tarekat Syatariyah di Ulakan Pariaman dalam hal pemikiran

kalamnya menganut paham itikaq ahlusunnah waljamaah, sesuai dengan

penjelasan Tuanku Aminuddin.6

“Pemahaman keagamaan ajaran Islam yang kami yakini adalah bermazhab

Syafi’I, ber Itiqat ahlusunnah waljamaah, bertarekat Syathariyah, jadi aqidah yang

benar itu adalah ahlusunnah waljamaah, yang pemahaman keagamaan yang

dulunya ajaran ini karena dikembangkan oleh Asy’ariyah, yang ajarannya

mengikuti Sunnah Rasulullah SAW. Selain dari paham ahlusunnah waljamaah

adalah aliran yang menyimpang dari paham Islam, seperti mu’tazilah, jabariah dan

qadariyah.” 7

Dari penjelasan tuanku di atas menunjuk paham ahlusunnah waljamaah

yang dianutnya itu adalah paham yang benar, dan menyalahkan paham diluar

pahamnya. Dalam hal tersebut tuanku menunjukan kefanatikannya, namun

menurut penulis sikap seperti itu akan hanya membuat sempit pemahaman

keagamaan.

Dalam Islam terdapat ajaran dasar adalah aqidah (keimanan) yang tertuang

dalam ilmu kalam atau ilmu tauhid. Harun Nasution menjelaskan bahwa ilm al-

kalam atau ilm tauhid disebut juga dengan ilmu teologi. Kalau yang dimaksud

6Tuanku Aminuddin adalah ssalah seorang kadi di Nagari Ulakan, Ulakan Tapakis. 7Tuanku Syahril, wawancara langsung, 29 Desember 2010.

Page 58: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

49

dengan kalam ialah kata-kata manusia maka teologi dalam Islam disebut ilm al-

kalam, karena kaum teolog Islam besilat dengan kata-kata dalam

mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Teolog dalam Islam

memang diberi nama mutakalimin yaitu ahli debat yang pintar memakai kata-kata.

Kalau yang dimaksud dengan kalam ialah sabda Tuhan maka teologi dalam Islam

disebut ilm al-kalam; karena soal kalam, sabda Tuhan atau al-Qur’an pernah

menimbulkan pertentangan-pertentangan keras di kalangan umat Islam di Abad

IX dan X Masehi, sehingga timbul penganiayaan dan pembunuhan-penbunuhan

terhadap sesama muslim di waktu itu. Serta timbulnya berbagai aliran kalam

dalam dunia Islam seperti qadhariyah, jabariah, mutazilah, ahlusunnah

waljamaah8

Menurut Harun Nastion, pada hakikatnya semua aliran tersebut, tidaklah

keluar dari Islam, tetapi tetap dalam Islam. Dengan demikia tiap orang Islam

bebas memilih salah satu dari aliran-aliran teologi tersebut, yaitu aliran yang

mana sesuai dengan jiwa dan pendapatnya. Hal ini tidak ubahnya pula dengan

kebebasan tiap orang Islam memilih mazhab fiqh mana yang sesuai dengan jiwa

dan kecenderungannya. Di sinilah kelihatan hikmat ucapan Nabi Muhammad

SAW: “ perbedaan paham di kalangan umatku membawa rahmat,”9

8 Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI-

Press 2008, h. Ix. 9 Ibid, h.152.

Page 59: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

50

Selanjutnya kaum mu’tazilah tidak begitu banyak berpegang pada sunnah

atau tradisi, bukan karena mereka tidak percaya pada tradisi nabi dan para

sahabat, tetapi karena mereka ragu akan keoriginalan hadis-hadis mengandung

sunnah atau trasisi itu. Oleh karena itu mereka dapat dipandang sebagai golongan

yang tidak berpegang teguh pada sunnah.10 Mungkin inilah yang menimbulkan

term ahlusunnah waljamaah yaitu golongan yang berpegang pada sunnah lagi

merupakan mayoritas, sebagai golongan mu’tazilah yang bersifat minoritas dan

tak kuat berpegang pada sunnah.11

Tentang perkataan ahlussunnah, kadang-kadang disebut orang dengan

sunny, yang mana faham itu telah dikembangkan Ismail bin Abi Basar bin Ishaq

bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Bilai bin Abi Burdah Bin Abi

Musa Bin Al-Asy’ary. Abi Musa al-Asy’ari ini adalah seorang sahabat nabi yang

terkenal dalam sejarah. Justru itu untuk jelasnya siapa Syaikh Abu Hasan itu

penulis terangkan secara ringkas riwayat beliau. Adapun Syaikh Abu Hasan itu di

hidup di negeri Basrah pada tahun 270 H yaitu 55 tahun setelah meninggalnya

Imam Syafi’i (pembangunan mazhab Syafi’i). Pada mulanya beliau ini adalah

seorang murid oleh bapak tirinya bernama “Syaikh Abu Ali Muhammad Bin

Abdul Wahab al-Jabai “seorang ulama serta pembangun faham mu’tazilah yang

telah meninggal pada tahun 303 H pada abad ke III Hijriah banyak ulama

10 Ibid, h. 64. 11 Ibid, h. 65.

Page 60: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

51

mu’tazilah yang duduk mengajar di negeri Basrah, Kuffah, Bagdad, lebih-lebih

lagi para ulama mu’tazilah itu mendapat sokongan dari khalifah-Khalifah

Abbasiyah yang sedang memerintah dan berkuasa.12

Ajaran Asyariah itu masuk dalam dunia Tarikat Syathariyah yaitu

mengakui bahwa Allah memiliki sifat. Adanya sifat dua puluh yang diyakini oleh

ajaran Tarekat Syathariyah. Ajaran itu yang berkembang sampai sekarang. Al-

Sinkili yang membawa ajaran tarekat itu ke dunia melayu Indonesia. Sehingga

ajaran itu sampai kepulau Jawa, Sumatra seperti Aceh dan Sumatera Barat.

Ajaran yang dikemukakan oleh al-Asy’ari di dalam ketiga buku utamanya

itu betul-betul memperlihatkan upaya-upaya konfrontasi terhadap paham-paham

mu’tazilah. Hal ini semua dilakukannya juga demi mengagungkan dan

mensucikan Tuhan. Dalam masalah sifat-sifat Tuhan umpamanya, Syariat secara

tegas mengatakan bahwa Tuhan memang miliki sifat dan sifat itu adalah sifat

bukan zat, mustahil kata al-asy’ari, Tuhan mengetahui dengan zat-Nya, karena

dengan demikian zat-Nya adalah pengetahuan dan Tuhan sendiri tentulah

pengetahuan. Padahal Tuhan bukan pengetahuan mengetahui dan pengetahuan-

Nya bukan zat-Nya.13

Dan Tuanku Basa memberikan pandangannya tetang pemahaman itikaq

ahlusunnah waljamaah.

12 Duski Samad, Shekh Burhanuddin...., h. 68-69. 13 Ibid, h.57.

Page 61: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

52

“ Pemahaman kita haru benar yaitu bukan air yang melepaskan haus

dahaga, bukan makan yang mengenyangkan akan tetapi pada hakikatnya

adalah Allah SWT. Begitulah pemahaman dan keyakinan kita kepada

Allah”.14

Penjelasan Tuanku Basa tersebut, diketahui bahawa paham ahlusunnah

waljamaah yang dikemungkakan mirip corak pemikiran kalam al-Ghazali (1058-

1111) yaitu bahwa Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan. Dan daya

untuk berbuat yang terdapat dalam diri manusia lebih dekat menyerupai

impontensi.15

Bahwa aqidah Tarekat Syathariyah mengikuti aqidah kaum ahlusunnah.

Kaum ahlusunnah ialah orang yang mengikuti jejak rasulullah dan mengikuti

jejak para sahabat, tidak hanya para sahabat Khulafaur Rasisydin yang empat (

Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali), tetapi juga mengikuti jejak para sahabat

lainnya, seperti Saidatina Asyah Ra, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud,

dan lain-lainnya.

Tarikat Syatariyah merupakan suatu jalan yang diyakini untuk sampai

kepada Allah atau marifahtullah. Keyakinan atau aqidah yang tidak terlepas dari

al-Qur’an dan Hadis Nabi. Ahlussunnah yang ajaran itu berasal dari ajaran al-

14Tuanku Kadi, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 15 Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI-

Press 2008, h. 73.

Page 62: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

53

Asy’ari muncul karena ketidak puasan terhadap ajaran Wasil Bin Atha’ yaitu

mu’tazilah. Jadi Asy’ari dulunya beliau seorang yang menganut paham

mu’tazilah dan kemudian ia memisahkan diri dari paham mu’tazilah. bahwa

faktor penyebab keluarnya al-Asy’ari dari al-Jubai adalah karena kondisi al-

Asy’ari sendiri yang sudah lama ragu dengan tesis-tesis yang dikembangkan

mu’tazilah karena diselimuti ragu itu, maka al-Asy’ari pergi mengasingkan diri

dari paham mu’tazilah.16

Maka pemikiran keagamaan tuanku dalam bidang aqidah menganut

paham ahlusunnah waljamaah, yang dahulunya paham ini dikembangkan oleh

Abu Hasan al-Asyarii. Tuanku menganut paham ahlusunnah yang mereka yakini

benar. Maka paham ini masuk dalam dunia terekat yaitu ajaran sifat dua puluh.

Dan tuanku memberikan pandangan terhadap aliran kalam lain seperti mutazilah,

jabariah dan qadariah dianggap paham yang telah sesat. Menurut penulis bahwa

dengan pemahaman keagamaan tuanku yang hanya membenar satu aliran saja,

akan mengakibatkan sulitnya masyarakat Ulakan Pariaman menerima pembaruan

dalam Islam.

2. Pemikiran Fiqh

Bagaimana pemikiran tuanku di Ulakan Pariaman, Pemikiran tuanku

dalam fiqh berdasarkan mazhab Syafi’i sesuai dengan penjelasan Tuanku Kadi;

16 Alkhedra, Pemikiran Kalam, Bandung : Alfabeta, 2003, h.57.

Page 63: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

54

”Bahwa dalam Tarekat Syathariyah mazhab yang dipakai adalah mazhab

Syafi’i, bukan banyak mazhab yang seperti pemahaman keagamaan lain

yang memakai banyak mazhab atau yang memilih mazhab sesuka hati“.17.

Jadi jelas bahwa Tarekat Syathariyah yang dikembangkan tuanku hanya

memakai Mazhab Syafi’i dalam hukum fiqhnya. Kitab fiqh yang dipakai kaum

Tarekat Syathariyah yaitu kitab atau surat perukunan yang bertulisan Arab

Melayu yang isinya tatacara ibadah do’a dan zikir menurut mazhab Syafi’i.

Ada empat mazhab yang dikenal sekarang yaitu mazhab Hanafi, mazhab

Maliki dan mazhab Syafi’i sedangkan mazhab yang satu lagi ialah mazhab

Hambali yang didirikan oleh Ahmad Ibn Hambal. Dalam pemikiran hukum

masing-masing mereka terdapat perbedaan, yaitu Hanifah dalam pemikiran

hukumnya bahwa dalam pemakaian sunnah sebagai sumber ia bersikap hati-hati

betul, ia hanya memakai sunnah yang betul-betul diyakininya sunnah yang

orisinal dan bukan sunnah buatan. Oleh karena itu mazhabnya dikenal sebagai

mazhab ahl al-ra’y. Ia pernah mengatakan: pertama-pertama saya cari dalam

Sunnah Nabi dan kalau tidak ada juga saya pelajari fatwa-fatwa para sahabat dan

saya pilih mana yang saya rasa terkuat kalau orang mengadakan ijtihad saya

mengadakan ijtihad pula”. Tetapi Abu Hanifah tidak bersikap fanatik terhadap

pendapatnya. Ia selalu mengatakan: “inilah pendapat saya dan kalau ada orang

lain membawa pendapat yang lebih kuat, maka pendapatnya itulah yang lebih

17 Tuanku Kadi, wawancara langsung, 29 Desember 2010 di Ulakan Pariaman.

Page 64: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

55

benar”. 18 Dalam pemikiran hukum Malik banyak berpegang pada Sunnah, ia

berpegang pada tradisi yang berlaku di masyarakat Madinah, karena ia

berpendapat bahwa tradisi ini berasal dari sahabat, dan tradisi sahabat lebih kuat

untuk dipakai sumber hukum. Kalau ia tidak dapat memeroleh dasar hukum

dalam al-Qur’an dan sunnah, ia memakai qias dan al-masalih al-mursalah, yaitu

maslahat umum.19

Dalam pemikiran hukumnya Al-Syafi’i berpegang pada lima, sumber, al-

Qur’an, Sunnah Nabi, ijma’ atau konsensus, pendapat sebagian sahabat yang tidak

diketahui adanya perselisihan mereka didalamnya, pendapat yang dalamnya

terdapat perselisihan dan qias atau analogi. Berlainan dengan Abu Hanifah, Al-

Syafi’I banyak memakai sunnah sebagai sumber hukum, bahkan membuat sunnah

dekat sederajat dengan al-Qur’an. Istihsan yang dibawa Abu Hanifah dan al-

masalih al-mursalha yang ditimbulkan Malik, ditolak oleh Al-Syafi’i sebagai

sumber hukum.20 Dalam pada itu, Al-Syafi’i, ilmu tentang dasar-dasar hukum

dalam Islam, sebagai terkandung dalam buku Al-Risalah.

Dalam pemikiran hukumnya, Ahmad Ibn Hambal memakai lima sumber,

al-Quran, sunnah, pendapat sahabat yang diketahui tidak mendapat tantangan dari

18 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, Jakarta: UI Press, 2008,

h.7. 19 Ibid, h. 10. 20 Ibid, h. 11.

Page 65: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

56

sahabat lain, pendapat seorang atau beberapa sahabat, dengan syarat sesuai

dengan al-Quran serta sunnah, hadis mursal, dan qias, tetapi hanya dalam keadaan

terpaksa.21

Di Indonesia pada umumnya hanya dikenal mazhab Syafi’i, begitu juga

yang terdapat pada keagaman masyarakat Ulakan Pariaman yang dikembangkan

Tuanku hanya bermazhabkan Syafi’i tetapi di dunia Islam lain mazbab-mazhab

lain juga dikenal serta dianut, dan keempat mazhab itu hidup berdampingan

secara damai. Disana telah terdapat toleransi bermazhab. 22

3. Pemikiran Tasawuf

Islam Indonesia mulai dalam masa ketika tasawuf merupakan corak

pemikiran yang dominan di dunia Islam. Pemikiran-pemikran para sufi terkemuka

Ibn Al-‘Arabi dan Abu Hamid Al-Ghazali sangat berpengaruh terhadap

pengarang-pengarang muslim generasi pertama di Indonesia.23 Corak reformasi

tasawuf yang dilancarkan pada abad ke 5 H. ialah mengembalikan tasawuf yang

didasarkan kepada al-Quran dan as-Sunnah serta bertujuan untuk hidupan

sederhana, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral dan melepaskan pengaruh ajaran

luar seperti filsafat dan budaya luar. Corak aliran tasawuf ini menamakan dirinya

dengan tasawuf ahlussunnah wal jama’ah (sunni). Secara relatif, tarekat

21 Ibid, h. 12. 22 Ibid, h. 25. 23 Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung : Mizan 1992,

h.15.

Page 66: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

57

merupakan tahap paling akhir dari perkembangan tasawuf, tetapi menjelang

penghujung abad 13, ketika orang Indonesia mulai berpaling kepada Islam,

tarekat justru sedang berada di puncak kejayaannya. Tarekat yang berkembang

tersebut memiliki system dan cirikas tertentu, bisa dilihat dari adanya amal-amal

khusus dan simbol-simbol tertentu.

Bagaimana kita mengenal pemikiran sufistik dari tuanku yang menganut

Tarekat Syathariyah di Ulakan Pariaman. Dengan cara mengenal pemikiran

Abdurauf Al-Sinkili. Beliau adalah seorang ulama Tarekat Syathariyah yang

besar pengaruh di nunsantara dan memiliki sisilah juga dengan ulama besar di

Minangkabau yaitu Syekh Burhanuddin Ulakan. Syekh Abdurauf Al-Sinkili

mengekspresikan pemikirannya dalam tulisan. Di antara tulisannya termuat dalam

kitab Kitab Tarjuman al-Mustafid adalah Tafsir pertama dalam bahasa melayu

yang isi mengenai tasawuf, sehingga lahir juga kitab Umdah al-Muhtajin, kifayat

al-Muhtajin dan Daqaiq al-Huruf.24 Tiga kitab terakhir menjadi rujukan utama

dalam kajian Tarekat Syathariyah yang disadur oleh Syekh Burhanuddin Ulakan

Pariaman kemudian diwariskan secara turun temurun sampai sekarang masih

dalam bentuk manuskrip, yang seolah-seolah disakralkan. Kewajiban Abdur Rauf

Al-Sinkili sebagai mufti juga menjadi modal baginya untuk merendam konflik

paham keagamaan antara paham wujudiah dengan syehudiyah. Diskursus

rekonsialisasi syari’ah dan tasawuf yang dikembangkan Al-Sinkili kemudian

24 Duski Samad, Syekh Burhanuddin....., h. 44.

Page 67: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

58

secara signifikan menjadi tema utama pula dalam pemikiran murid-murid

dibelakangnya, termasuk dalamnya Syekh Burhanuddin Ulakan. Ketiga pokok

pemikiran tersebut adalah masalah keTuhanan dan hubungan dengan alam, insan

kamil dan jalan menuju Tuhan (tarekat).25

25 Ibid.

Page 68: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

59

BAB IV

KAJIAN PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN

MENURUT SYAIKH BURHANUDDIN

A. Penetapan Awal Bulan Ramadhan Menurut Syaikh Burhanuddin

Sebagaimana telah diungkapkan pada permulaan tulisan ini bahwa di

Indonesia hampir selalu terjadi perbedaan di dalam memahami dan

mengaplikasikan penentuan awal bulan Qomariyah, khususnya Ramadhan,

Syawal, dan Dzulhijjah. Implikasi lebih jauh dengan adanya perbedaan tersebut

munculnya tiga arus yang dominan di Indonesia, yaitu Pertama, mazhab rukyat

yang dipresentasikan oleh organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia

yaitu NU. Kedua, mazhab hisab dengan sponsor utama Muhammadiyah, dan

ketiga, mazhab imkanurukyat, yang digunakan oleh “Pemerintah”. Dari ketiga

arus tersebut, Syaikh Burhanuddin memiliki metode yang hampir sama dengan

ke-tiga metode di atas, akan tetapi prakteknya yang berbeda. Adapun Syaikh

Burhanuddin memiliki ketentuan-ketentuan dan tata cara perhitungan dalam

menetapkan awal bulan sebagai berikut :

Page 69: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

60

1. Ketentuan Dasar Penentuan Awal Bulan

Penetapan awal bulan yang digunakan oleh Syaikh Burhanuddin

merupakan penetapan metode hisab Taqwim kamsiyah1 menurut keyakinan

Beliau benar-benar berasal dari Nabi dengan menggunakan rumus yang di

kutip dari Kitab Insan ‘Uyun yang ditulis oleh Syaikh Nuruddin. Mengenai

umur bulan, ditentukan secara berselang-seling antara 30(tiga puluh)dan

29(dua puluh sembilan) hari. Akan tetapi khusus untuk awal bulan Ramadhan

harus menggunakan rukyat.2 Adapun ketentuan-ketentuan lain dalam

menetapkan awal bulan Ramadhan menurut syaikh Burhanuddin di antaranya

:

a. Tinggi hilal di atas ufuk

Penetapan awal bulan Ramadhan akan dilakukan setelah diketahui

terlebih dahulu hilal dapat dilihat atau tidak pada akhir Sya’ban yaitu pada

tanggal 29 (dua puluh sembilan) malam. Tidak ada ketentuan berapa derajat

dalam melihat hilal, menurutnya yang pasti dapat dilihat oleh mata, maka

jatuhlah besoknya tanggal 1 (satu) Ramadhan.

Praktek melihat bulan di fokuskan pada tiga titik, yaitu Koto Tuo

(Padangpanjang), Agam, dan Sijungjung di Pesisir Selatan. Jika bulan tidak

terlihat di pantai Ulakan Tapakis, maka dilakukan koordinasi terhadap para

1 Taqwim Kamsiyah adalah metode untuk menentukan jatuhnya awal bulan dengan perhitungan tertentu dan hasil dari perhitungan tersebut dimulai hari kamis. Tuanku Nan Elok, wawancara langsung, 29 Desember 2010.

2 Tuanku Kadi, Seorang tokoh ulama Tarekat Syatariyah yang berperan di Tapakis Ulakan

Pariaman, wawancara langsung, 29 Desember 2010

Page 70: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

61

kadi yang berada di berbagai titik tempat melihat bulan lainnya. Kalau bulan

tidak tampak di Ulakan Tapakis, maka ulama Syatariyah akan lakukan kontak

koordinasi kepada kadi di daerah lainnya, jika bulan dapat dilihat pada satu

titik tempat, maka akan dilakukan sidang di mesjid Syekh Burhanuddin. Jika

bulan tidak terlihat, maka bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30(tiga puluh) hari.3

b. Penggunaan teropong

Penggunaan teropong dalam melihat hilal merupakan sesuatu yang

tidak dianjurkan oleh Syara’, karena ketentuan melihat hilal sesuai dengan

hadits-hadits Nabi Muhammad saw., adalah dengan mata telanjang atau mata

sederhana.4 Dengan demikian dalam melihat hilal sangat mengandalkan

ketajaman mata si saksi dan hilal yang dapat dilihat oleh mata sederhana

adalah hilal yang memiliki ketinggian tujuh derajat di atas ufuk.

c. Syarat-syarat saksi melihat hilal

Syarat-syarat saksi melihat hilal diantaranya:

1) Adanya dua orang saksi yang melihatnya.

2) Orang yang mengaku melihat hilal harus Islam, baligh, berakal, laki-

laki, adil, dan memiliki pengetahuan Taqwim kamsiyah.

3 Tuanku Sultan Syahril, wawancara langsung, 29 Desember 2010. 4 Alma Fredi, Pengurus masjid Syaikh Burhanuddin, wawancara langsung, 30 Desember

2010.

Page 71: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

62

3) Kesaksian yang diberikan dapat diterima sesuai adat, syara’, dan akal.5

2. Tata cara Penetapan Awal Bulan

Tata cara perhitungan penentuan awal bulan yang digunakan oleh

Syaikh Burhanuddin adalah dengan menggunakan Taqwim Kamsiyah yang

diambil dari sejarah bahwa menurut hisab, Nabi Muhammad melakukan

Hijrah dari Mekkah ke Madinah pada hari Kamis. Sehingga

perhitungannyapun dimulai dari hari kamis setiap tanggal satu pada setiap

bulannya.6 Sebagaimana ditulis dalam kitab Insan ‘Uyun yang ditulis oleh

Syaikh Nuruddin. Akan tetapi saat ini kitab tersebut sudah sangat langka

sehingga penulis kesulitan untuk menemukannya. Adapun rumusan dalam

perhitungan penentuan awal bulan masih berada pada Tuanku Kadi Ali Imran.

Untuk memudahkan memahami tata cara perhitungan awal bulan,

hendaknya terlebih dahulu mengetahui istilah-istilah yang akan digunakan

yang berada dalam rumusan di bawah ini :

a. Rumusan tahun

Rumusan tahun dilambangkan dengan huruf Hijaiyyah yang masing-

masing hurufnya memiliki angka.yaitu :

a. أ (Alif) memiliki nilai atau angka 1(satu)

b. ه (Ha) memiliki nilai atau angka 5(lima)

5 Roni Faslah, jama’ah Syatariyah , merujuk kepada kitab Insan ‘uyun yang ditulis oleh

Syaikh Nuruddin, akan tetapi kitabnya sudah tidak diketemukan lagi, wawancara langsung, 29 Desember 2010.

6 Tuanku Kadi, wawancara langsung, 29 Desember 2010.

Page 72: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

63

c. ج (Ja) memiliki nilai atau angka 3(tiga)

d. ز (Za) memiliki nilai atau angka 7(tujuh)

e. I د (dal I) memiliki nilai atau angka 4(empat)

f. ب (Ba) memiliki nilai atau angka 2(dua)

g. و (Wau) memiliki nilai atau angka 6(enam)

h. II د (Dal II) memiliki nilai atau angka 4(empat)

Menurut Syaikh Burhanuddin, Tahun pertama Hijriyah yang

bertepatan dengan Hijrahnya Nabi Muhammad saw. jatuh pada bilangan

Tahun أ (alif), sehingga jika diurutkan sampai sekarang yaitu tahun 1432

H. jatuh pula pada tahun أ (alif).7

b. Rumusan bulan

Tidak berbeda dengan rumusan tahun, perhitungan bulanpun memiliki

lambang huruf hijaiyyah dan angka, untuk lebih jelasnya lihat tabel

dibawah ini;

No

Nama bulan Hijriyyah

Huruf

(hijaiyyah)

Angka

1. Muharram ز (Za) 7 (tujuh)

7 Tuanku Kadi Ali Imran, wawancara langsung via telepon , 16 Januari 2011.

Page 73: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

64

2. Safar ب (Ba) 2 (dua)

3. Robi’ul Awal ج (Ja) 3 (tiga)

4. Robi’ul Akhir ه (Ha) 5 (lima)

5. Jumadil Awal و (Wau) 6 (enam)

6. Jumadil Akhir أ (Alif) 1 (satu)

7. Rajab ب (Ba) 2 (dua)

8. Sya’ban د (Dal) 4 (empat)

9. Ramadhan ه (Ha) 5 (lima)

10. Syawal ز (Za) 7 (tujuh)

11. Dzulqa’dah أ (Alif) 1 (satu)

12. Dzulhijjah ج (Ja) 3 (tiga)

Setelah mengetahui rumusan di atas, selanjutnya lakukan langkah-

langkah berikut:

a. Ketahui dahulu awal bulan yang akan dihitumg jatuh pada huruf

apa.

b. Bulan yang akan dihitung juga harus diketahui terlebih dahulu

huruf dan angkanya.

Page 74: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

65

c. Jika sudah diketahui ke-duanya, jumlahkan angka tahun dan angka

bulan (AT+AB).

d. Hasil dari penjumlahan itulah dapat diketahui jatuhnya tanggal 1

bulan hijriyah pada hari apa, dengan syarat hasil penjumlahan

tersebut diurutkan yang dimulai dari hari kamis.

Contoh:

Kita akan menentukan awal bulan Ramadhan Tahun 1450 H.

Langkahya adalah 1450 H. jatuh pada urut/rumusan huruf ج (ja)

yang mempunyai angka 3 (tiga). Sedangkan Ramadhan

mempunyai rumusan huruf ه (Ha) yang memiliki angka 5 (lima). 3

+ 5 = 8. Dari hasil ini, kita hitung 8(delapan) hari ke depan yang

dimulai dari hari kamis. Yaitu, Kamis(1), Jum’at(2), Sabtu(3),

Ahad(4), Senin(5), Selasa(6), Rabu(7), Kamis(8). Jadi kita sudah

dapat mengetahui bahwa jatuh awal bulan Ramadhan pada tanggal

1(satu) bulan Ramadhan 1450 H. adalah hari kamis.

B. Dasar Hukum Syaikh Burhanuddin dalam Menetapkan Awal Bulan

Ramadhan

Penetapan awal bulan Ramadhan yang dilakukan oleh Syaikh Burhanuddin

didasarkan pada dalil-dalil Qath’i dan kitabkitab berikut ini:

1. Al-Qur’an

Page 75: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

66

Diantara ayat-ayat Al-Dur’an yang dijadikan dasar dalam menetapkan

awal bulan oleh Syaikh Burhanuddin diantaranya surat Yasin ayat 39-40

sebagai berikut:

Artinya: Dan Telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga

(Setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia

sebagai bentuk tandan yang tua.(QS. Yasin : 39)

Artinya: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan

malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing

beredar pada garis edarnya.(QS. Yasin : 40)

Berdasarkan ayat al-Qur’an di atas, Syaikh Burhanuddin memandang

bahwa bulan beredar dari satu manzilah ke manzilah yang lain. Satu

manzilah membutuhkan waktu sehari semalam dengan besar derajat

sebanyak 13 derajat.8

8 Diakses pada 27 Desember 2010 dari www.muchrojimahmad.blogspot.com Rabu, 03

September 2008.

Page 76: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

67

2. Hadis

حدثنا عبد الرحمن بن سالم الجمحي حدثننا الربیع یعنى ابن مسلم عن محمد وھو ابن

صلى اهللا علیھ وسلم قال صوموا لرؤیتھ زیاد عن ابى ھریرة رضي اهللا عنھ ان النبى

9)رواه مسلم( وافطروا لرؤیتھ فان غمى علیكمم فاكملوا العدد

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bib Sallam al-Jumahiy, telah menceritakan kepada kami al-Rabii’ (Ibn Muslim), dari Muhammad (Ibn Jiyad), dari Abu Hurairah, semoga Allah meridhoinya, sesungguhnya Nabi saw. bersabda: Berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah kamu karena melihat hilal.Bila kamu tertutupi oleh mendung, maka sempurnakanlah bilangan (menjadi tiga puluh hari). (HR. Muslim)

حدثنا یحي بن یحي قال قرات على مالك عن نافع عن ابن عمر رضي اهللا عنھما عن

والھالل وال علیھ وسلم انھ ذكر رمضان فقال ال تصوموا حتى ترالنبى صلى اهللا

10)رواه مسلم (تفتروا حتى تروه فان اغمى علیكم فاقدروالھ Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya berkata saya

telah membacakan kepada Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar semoga Allah meridloi ke-duanya dari Nabi saw. bahwasannya Beliau telah menuturkan Ramadhan, maka Beliau bersabda: “Janganlah kamu berpuasa sebelum kamu melihat hilal (Ramadhan) dan janganlah kamu berbuka sebelum kamu melihat hilal (Syawal). Jika tertutup atas kalian maka taqdirkanlah (HR. Muslim dari Ibnu Umar).

بن یزید قال حدثنا سفیان عن عمرو بن دینار عن محمد بن بن عبداهللا اخبرنا محمد

عن ابن عباس قال عجبت ممن یتقدم الشھر وقد قال رسول اهللا صلى اهللا علیھ حنین

9 Imam Ibnu al-Husen Muslim Ibn al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusyairy al-Nisaaburi, Al-Jami’ al-

Shahih al-Musamma Shahih Muslim Juz II, Semarang : Toha Putera, t. Th, h. 124. 10 Ibid, h. 122. Dalam Buku kumpulan Hadis Shahih “al-Jami’u al-Shahih” karangan Husein

Bahreisj dikatakan bahwa hadis ini merupakan riwayat Bukhari dan Muslim.

Page 77: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

68

وسلم اذا رایتم الھالل فصوموا واذا رایتموه فافطروا فان غم علیكم فاكملوا العدة

11.ثالثینArtinya : Telah mengabarkan kepada kami Muhammad Ibn Abdillah Ibn

Yazid berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru Ibn Dinar dari Muhammad Ibn Hunain dari Ibnu Abbas berkata aku heran akan orang yang memulai puasa, lalu telah Bersabda Rasulullah saw. apabila kamu sekalian melihat hilal, maka berpuasalah, dan apabila kamu sekalian melihat hilal, maka berbukalah. Jika tertutup awan atas kamu sekalian, maka genapkanlah menjadi tiga puluh hari. (HR. Jalaludin As-Suyuti).

Berdasarkan hadis-hadis di atas telah jelas bahwa ibadah puasa dan

‘Idul Fitri akan dilakukan setelah hilal dapat dilihat. Jika hilal tersebut tidak

dapat dilihat atau tertutup awan, maka bulan sebelumnya (Sya’ban dan

Ramadhan) digenapkan menjadi tiga puluh hari.

C. Perbandingan Penentuan Awal Bulan Antara Syaikh Burhanuddin

Dengan Pemerintah

Secara umum, penentuan awal bulan yang dilakukan oleh Syaikh

Burhanuddin dengan pemerintah terdapat selisih hari, walaupun ada juga

yang bersamaan. Akan tetapi khusus untuk bulan Ramadhan selalu

berbeda.

Untuk lebih jelasnya penulis akan membandingkan antara Syaikh

Burhanuddin dengan Pemerintah 5(lima) tahun terakhir dan 1(satu) tahun

yang akan datang. Yaitu dari tahun 1427 H. s/d 1432 H. Penulis

11 Al-Hafidz Jalaludin As-Suyuti, Sunan al-Nasa'i Juz IV, Semarang : Toha Putera, 1930, h.

135.

Page 78: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

69

mengambil sampel 4(empat) bulan yang dianggap penting, yaitu tangal

1(satu) Muharram, tanggal 1(satu) Ramadhan, tanggal 1(satu) Syawwal,

dan tanggal 10(sepuluh) Dzulhijjah.Lihat tabel di bawah ini :

Hijriyah

Bertepatan dengan Masehi

Syaikh Burhanuddin

(Taqwim Kamsiyah)

Pemerintah

1427

(Th. Za)

1 Muharram

1 Ramadhan

1 Syawal

10 Dzulhijjah

Rabu, 01 Februari 2006

Senin, 25 September 2006

Rabu, 25 Oktober 2006

Sabtu, 29 Desember 2006

Selasa, 31 Januari 2006

Ahad, 24 September 2006

Selasa, 24 Oktober 2006

Ahad, 30 Desember 2006

Page 79: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

70

1428

(Th. Dal I)

1 Muharram

1 Ramadhan

1 Syawal

10 Dzulhijjah

Ahad, 21 Januari 2007

Jum’at, 14 September 2007 Ahad, 14 Oktober 2007 Rabu, 19 Desember 2007

Sabtu, 20 Januari 2007

Kamis, 13 September 2007

Sabtu, 13 Oktober 2007

Kamis, 20 Desember 2007

1429

(Th. Ba)

1 Muharram

1 Ramadhan

1 Syawal

10 Dzulhijjah

Jum’at, 11 Januari 2008

Rabu, 3 September 2008

Jum’at, 3 Oktober 2008

Senin, 8 Desember 2008

Kamis, 10 Januari 2008

Senin, 1 September 2008

Rabu, 1 Oktober 2008

Senin, 8 Desember 2008

1430

(Th. Wau)

1 Muharram

1 Ramadhan

1 Syawal

10 Dzulhijjah

Selasa, 30 Desember 2008

Ahad, 23 Agustus 2009

Selasa, 22 September 2009

Jum’at, 27 November 2009

Senin, 29 Desember 2008

Sabtu, 22 Agustus 2009

Senin, 21 September 2009

Jum’at, 27 November 2009

Page 80: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

71

1431

(Th. Dal II)

1 Muharram

1 Ramadhan

1 Syawal

10 Dzulhijjah

Ahad, 20 Desember 2009

Jum’at, 13 Agustus 2010

Ahad, 12 September 2010

Rabu, 17 November 2010

Jum’at, 18 Desember 2009

Rabu, 11 Agustus 2010

Jum’at, 10 September 2010

Rabu, 17 November 2010

1432

(Th. Alif)

1 Muharram

1 Ramadhan

1 Syawal

10 Dzulhijjah

Kamis, 9 Desember 2010

Selasa, 2 Agustus 2011

Kamis, 1 September 2011

Ahad, 6 November 2011

Selasa, 7 Desember 2010

Senin, 1 Agustus 2011

Selasa, 30 Agustus 201112

Ahad, 6 November 201113

Keterangan:

1. Hampir setiap awal bulan antara Syaikh Burhanuddin yang menggunakan

takwim kamsiyah selalu berbeda dengan Pemerintah.

2. Awal bulan Ramadhan Syaikh Burhanuddin dari tahun 1427 H. s/d 1432 H.

selalu berbeda Pemerintah.

3. Persamaan jatuhnya tanggal dan hari hanya terdapat hampir di setiap 10

Dzulhijjah, inipun masih ada perbedaan pada tahun 1427 H. dan 1428 H.

12 Sebagaimana kebijakan yang berlaku, ketetapan 1 Syawal tetap menunggu hasil Itsbat yang

akan digelar kemudian. 13 Berdasarkan kalender yang diedarkan oleh Pemerintah dari Tahun 2006 s/d 2011.

Page 81: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

72

Dengan perbedaan yang terjadi di atas, pengikut Syaikh Burhanuddin

memiliki beberapa pandangan terhadap penetapan awal ramadhan, ‘idul fitri

dan ‘idul adha yang ditetapkan oleh pemerintah

Dalam hal pandangan Tharikat Syatariyah dibagi menjadi dua golongan,

yaitu;

1. Golongan Ulama Syathariyah

Dalam golongan ulama Syathariyah yang masih benar-benar menjaga

keaslian dari ajaran Syaikh Burhanuddin menganggap bahwa penetapan

awal bulan Ramadhan, ‘Idul Fitri, dan ‘Idul Adha yang dilakukan

pemerintah adalah tidak benar.

Mereka menganggap bahwa Pemerintah sudah melenceng dari ajaran

Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, karena menurut mereka sudah sangat

jelas dalilnya dan tidak perlu untuk dirubah-rubah lagi.14 Sehingga mereka

mengatakan bahwa Pemerintah harus kembali kepada Hujjah yang telah di

tetapkan dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah saw. Mereka berpendapat

seperti ini berdasarkan hadis :

صومو لرؤیتھ وأفطروا: عن أبى ھریرة أن النبي صل اهللا علیھ وسلم قال

14 Tuanku Sultan Syahril, wawancara langsung, 29 Desember 2010.

Page 82: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

73

15)رواه بخاري و مسلم ( .لرؤیتھ فان غبي علیكم فاكملواعدة شعبان ثالثین Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. Bersabda: “puasalah kalian

bila melihatnya (hilal) dan berbukalah kalian bila melihatnya. Bilamana terhalang dari (penglihatan) kalian, maka sempurnakanlah hitungan (bulan Sya’ban tiga puluh (hari). (H.R. Bukhary-Muslim)

Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim inilah yang menjadi

landasan mereka dalam menetapkan awal bulan Ramadhan, dan jika ada

instansi atau golongan yang tidak menggunakan hadis ini sebagai rujukan

dalam penentuan awal bulan Ramadhan, maka mereka telah tersesat.16

2. Golongan Masyarakat Akademisi

Perkembangan pendidikan Masyarakat Ulakan Tapakis, Pariaman

pada masa kini sudah sangat pesat. Dibuktikan dengan tidak sedikitnya para

pemuda yang berada di daerah tersebut telah menimba ilmu sampai dengan

perguruan tinggi. Mereka yang notabene mempunyai pendidikan formal

sampai dengan perguruan tinggi, memiliki pendapat lain tentang pandangan

mereka kepada Pemerintah dalam hal penentuan awal bulan Ramadhan.

Mereka berpendapat bahwa Pemerintah dalam hal ini adalah

Kementerian Agama adalah pengayom lingkup Negara, bukan daerah,

sehingga dalam penentuan awal bulan Ramadhan wajib kita patuhi. karena

mereka adalah Ulil Amri yang tidak sembarangan menggunakan wewenang

15 Imam Ibn al-Husain Muslim bin al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusairi al-Nisaburi, al-Jami’u al-Shahih al-Musamma Shahih Muslim Juz II, Semarang, Toha Putera , t.th, h 122.

16 Tuanku Kadi, Seorang tokoh ulama Tarekat Syatariyah yang berperan di Tapakis Ulakan Pariaman, wawancara langsung, 29 Desember 2010.

Page 83: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

74

dan yang pasti mereka itu ahli dalam bidang tersebut dan penetapannya

dapat dipertanggung jawabkan.17

Golongan ini mengikuti ketetapan dari Pemerintah, akan tetapi tidak

mau melakukannya secara terang-terangan, dengan alasan menghormati

Syaikh Burhanuddin.

Setidaknya, sikap mereka tampak terwakili oleh ungkapan salah

seorang yang tergolong kelompok ini, katanya “Kita tidak boleh menutup

mata dan telinga dengan kemajuan dan perkembangan zaman, jika kita

masih mempertahankan ketentuan yang lama, maka kita benar-benar akan

tertinggal.”18

Dari beberapa pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa Tharekat

Syathariyah Padang Pariaman yang masih memegang teguh prinsip-prinsip

penentuan awal bulan Ramadhan yang digunakan pada masa Syaikh

Burhanuddin adalah para Ulama-ulama Tharikat Syathariyah dan sebagian

Masyarakat yang memiliki keyakinan yang sama dengan ulama Syatariyah

saja, sedangkan jama’ah Syatariyah yang telah menempuh perguruan tinggi

telah mengakui menggunakan atau mengikuti ketentuan yang dilakukan oleh

Pemerintah. Walaupun mereka juga tidak begitu saja mengabaikan dengan

ketentuan yang dilakukan oleh Syaikh Burhanuddin. Karena mereka

17 Alma Fredi, Pengurus masjid Syaikh Burhanuddin, wawancara langsung, 30 Desember

2010. 18 Tuanku Nan Elok, wawancara langsung, 30 Desember 2010.

Page 84: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

75

beranggapan bahwa bagaimanapun Syaikh Burhanuddin adalah tokoh yang

sangat berjasa dalam perkembangan Islam di Pariaman, khususnya di daerah

Ulakan.

Pengikut Tharekat Syathariyah Padang Pariaman memiliki beberapa

asumsi tentang Penentuan awal bulan Ramadhan yang dilakukan Pemerintah,

diantaranya bahwa Pemerintah di Indonesia dianggap sesat karena tidak

mengikuti hadis Rasulullah saw. atau ketentuan Syariat. Padahal, kelompok

atau organisasi di luar Tharekat Syatariyah Padang Pariaman yang

berkecimpung dalam penentuan awal bulan Ramadhan juga menggunakan

dasar hadis, hanya saja penafsiran dari masing-masing Organisasi yang

berbeda.

Tharikat Syatariyah Padang Pariaman melakukan ru’yatul hilal dalam

penentuan awal bulan Ramadhan pada tanggal 29 bulan Sya’ban menurut

mereka berdasarkan perhitungan Taqwim kamsiyah, sedangkan jatuh tanggal 1

Sya’ban selalu bebeda dengan Pemerintah atau Organisasi Masyarakat yang

lain. Hal ini dibuktikan dengan selalu lebih lambatnya Tharikat Syatariyah dari

Pemerintah, ini dikarenakan cara perhitungannya sudah berbeda. Bisa jadi

dalam kalender Tharikat Syatariyah Padang Pariaman baru tanggal 29 Sya’ban,

dalam kalender Pemerintah atau Ormas lain sudah tanggal 1 atau 2 Ramadhan.

Metode Taqwim kamsiyah yang mereka pergunakan dalam menentukan

awal bulan bersifat statis, karena tidak mengenal konsep tahun pendek

(Basithoh) dan tahun panjang (Kabisat), sebagai akibat bahwa rata-rata

Page 85: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

76

peredaran bulan dalam satu tahun terdapat angka-angka pecahan yang

menentukan panjang-pendeknya umur bulan.

Page 86: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Adapun metode yang digunakan Syaikh Burhanuddin dalam penentuan awal

bulan Ramadhan adalah dengan metode Takwim kamsiyah, yaitu

penjumlahan antara Rumusan tahun dengan rumusan bulan, yang kemudian

dihitung mulai dari hari kamis. Dengan kata lain Syaikh Burhanuddin

menggunakan metode hisab ‘Urfi.

2. Adapun landasan hukum yang digunakan oleh Syaikh Burhanuddin dalam

penetapan awal bulan Ramadhan adalah al-Qur’an Surat Yasin ayat 39 s/d 40,

dan Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. tentang penyempurnaan

bilangan bulan Sya’ban jika tertutup mendung.

3. Adapun dalam hal kesesuaian dengan Pemerintah dalam hal penentuan awal

bulan Ramadhan, Syaikh Burhanuddin selalu lebih lambat dari Pemerintah,

sebagaimana yang telah dibandingkan lima tahun terakhir, dan selalu lebih

lambat satu hari dari ketetapan yang dilakukan oleh Pemerintah.

B. Saran-saran

1. Kepada Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Agama, sebaiknya

lebih memperhatikan tentang pembinaan dalam mempelajari ilmu falak agar

mereka (Tharikat Syatariyah) lebih mengetahui tentang perkembangan ilmu

falak pada saat ini.

Page 87: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

78

2. Kepada Tarikat Syatariyah sebaiknya lebih membuka diri untuk bisa

menerima metode-metode terkini yang telah banyak digunakan oleh berbagai

Ormas di Tanah Air, sehingga tidak jumud dalam satu metode saja

3. Kepada masyarakat umum hendaknya marilah kita hargai suatu perbedaan di

antara kita sebagai muslim. Karena perbedaan adalah suatu rahmah yang

diberikan oleh Allah SWT.

4. Kepada Fakultas Syariah dan Hukum hendaknya menyediakan fasilitas yang

lebih memadai khususnya dalam ilmu Falak, sehingga mahasiswa dapat lebih

mendalami ilmu falak yang dianggap sulit oleh sebagian mahasiswa.

Page 88: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

79

DAFTAR PUSTAKA

al-Qur’an al-karim. Ahshofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Alkhedra. Pemikiran Kalam. Bandung : Alfabeta, 2003. Azhari, Susikna. Ilmu Falak Teori dan Praktek, cet.I. Yogyakarta: Lazuardi, 2001. Bazawi, Hiton. “Peranan Pemerintah dalam Penetapan awal Bulan

Qomariyah(Tinjauan kaidah Fiqhiyah).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Bin Abd. Lathiif, Abd. Al-Muhaimin. Fath Al-Lathiif Al-Rahiim Fi Al-Falq

Bijadwaali Al-Lughortiimiyyah Libni Lathiif. Banten: Mathbah Tsaniyah, 1986. Bin Nuh, Abdul dan Bakry, Oemar. KAMUS Indonesia-Arab-Inggris. Cet.11. Jakarta:

PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1998. Burhan Bungin (Ed.). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007. Departemen Agama RI. Almanak Hisab Rukyat. Cet. Ke-1. Jakarta: Dirjen

Pembinaan Kelembagaan Islam, 1990. Departemen Agama RI. Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995.

Departemen Agama RI. Pedoman Tekhnik Rukyat. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995.

Ensiklopedi Islam. Cet. Ke-V. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999. Habibie, BJ. Rukyat dan Teknologi. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. Hasjim, Ilman. “Analisis Perbedaan Penetapan Idul Adha Antara Indonesia dan

Arab Saudi.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

http:// www.muchrojimahmad.blogspot.com.

Page 89: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

80

Ilmanudin. Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif NU dan Muhammadiyah Suatu

Komparasi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. t.p., 2003. Imam Ibn al-Husain Muslim bin al-Hajaj Ibn Muslim al-Qusairi al-Nisaburi, al-

Jami’u al-Shahih al-Musamma Shahih Muslim Juz II. Semarang: Toha Putera, t.th.

Izzudin, Ahmad. Fiqh Hisab Rukyat Di Indonesia ; upaya Penyatuan

Madzhab Rukyat dengan Madzhab Hisab,cet.I. Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003. Izzuddin, Ahmad. Fikih Hisab dan Rukyat “menyatukan NU dan Muhammadiyah

dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha”. Jakarta : Erlagga, 2007.

Jalaludin As-Suyuti, Al-Hafidz. Sunan al-Nasa'i Juz IV. Semarang : Toha Putera,

1930. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Politik. Jakarta: Rineka Cipta,

1991. Kardiman, dkk., Garis Tanggal Kalender Islam 1421 H. Bogor: BAKOSURTANAL,

2001. Madjid, Nurcholis. , Islam Doktrin dan Peradaban, cet.I Jakarta: Yayasan Wakaf

Paramadina, 1992. Maskufa. Ilmu Falak., Jakarta: Gaung Persada, 2009. Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab. Penerjemah Masykur A.B., dkk.

Jakarta: Lentera, 2008. Nasution, Harun. Ensiklopedia Islam Indonesia, Cet.I. Jakarta: Djambatan 1992. Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, Jakarta: UI Press,

2008. Nasution, Harun. Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan.

Jakarta : UI-Press 2008. Saksono, Tono. Mengkompromikan Hisab dan Rukyat. PT Amythas Publicita. 2007.

Page 90: KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4205/1/FASLUKI...konsentrasi perbandingan mazhab fikih program studi perbandingan

81

Samad, Duski. Shekh Burhanuddin dan Islamisasi di Minangkabau, Syarak mandaki adat manurun. Jakarta : TMF 2002.

Sartika, Eka. “Penentuan Awal Bualan dalam Perspektif al-Marzukiyah(Studi

Terhadap Kalangan al-Marzukiyyah di Cipinang).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Taufik Hidayat, Rahmat, dkk. Almanak Alam Islami : Sumber Rujukan Keluarga

Muslim Milenium Baru. Cet. Ke-1 Jakarta: Pustaka Jaya, 2000. Thoha, Ahmad. Astronomi dalam Islam. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1983. Van Bruinessen, Martin. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Bandung : Mizan 1992. Wawancara Pribadi dengan Alma Fredi. Pariaman. 29 Desember 2010. Wawancara Pribadi dengan Roni Faslah. Pariaman. 29 Desember 2010. Wawancara Pribadi dengan Tuanku Kadi Ali Imron. Pariaman. 29 Desember 2010 Wawancara Pribadi dengan Tuamku Nan Elok. Pariaman. 29 Desember 2010 Wawancara Pribadi dengan Tuamku Sultan Syahril. Pariaman. 29 Desember 2010