komunitas lamun di perairan pesisir pulau yamdena, kabupaten

5
Vol. VII-1, April 2011 27 Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Rene Ch. Kepel 1 dan Sandra Baulu 2 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSRAT, Manado 95115. 2 Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat ABSTRACT This study was aimed at identifying the seagrass, and knowing the seagrass community structure in the coastal waters of Yamdena Island, West Southeast Maluku. This study was carried out from July to September 2007. The highest density was shown by C. rotundata in Olilit, T. hemprichii in Lauran and Kabiarat, and E. acoroides in Kabiarat and Watmasa. Furthermore, the highest abundance of seagrass occurred by C. rotundata in Olilit, H. pinifolia in Lauran, T. hemprichii in Kabiarat, and E. acoroides in Watsama. The highest occurrence was shown by C. rotundata in Olilit, E. acoroides in Lauran, T. hemprichii in Kabiarat and Lauran, and H. pinifolia dan H. ovalis in Watmasa. Keywords: Seagrass, community, Yamdena Island, West Southeast Maluku. PENDAHULUAN Lamun (seagrass) adalah satu-satu- nya kelompok tumbuhan berbunga yang hidup secara tetap di lingkungan perairan pantai yang dangkal dan merupakan kunci dalam peranan ekologis (Den Hartog, 1970). Lamun tersebar luas di perairan pantai di seluruh dunia yang substrat serta kedalamannya cocok bagi pertumbuhan- nya. Biasanya komunitas lamun tumbuh berbatasan dengan komunitas bakau di tepi pantai dan komunitas terumbu karang di laut. Kebanyakan spesies lamun mempu- nyai morfologi luar yang secara kasar ham- pir serupa karena memiliki rhizoma, daun dan akar. Perbedaannya dalam hal pemi- sahan struktur morfologi daun, tangkai, akar dan struktur reproduksi (bunga dan buah). Lamun memiliki daun-daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai salur- an-saluran air serta bentuk pertumbuhan- nya monopodial (Nybakken, 1992). Bagian lamun yang tumbuh menjalar di bawah per- mukaan dasar laut disebut rhizoma (Dahuri dkk, 1996). Semua lamun mempunyai rhi- zoma yang mirip silinder dan sebagian besar tidak berkayu, kecuali pada Thalassodendron ciliatum. Lamun ini memi- liki rhizoma tumbuh pula akar dan beberapa cabang pendek yang tumbuh tegak untuk menahan daun-daunnya. Purwanto dan Suryadi Putra (1984) dalam Ongkers (1990) mengemukakan bahwa komunitas lamun mempunyai peran ganda dalam pengontrolan atau perubahan ekosistem perairan, yaitu sebagai makanan hewan air, habitat biota epifit, produsen se- rasah melalui dekomposisi, pendaur zat or- ganik maupun anorganik dan penangkap serta stabilisator dasar perairan. Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki sumberdaya laut, termasuk lamun. Untuk itu sangat diperlukan suatu kegiatan penelitian menyangkut potensi sumberdaya lamun yang meliputi struktur komunitas sumberdaya tersebut. Tujuan yang ingin di- capai dalam penelitian ini yaitu identifikasi lamun serta struktur komunitasnya yang ada di perairan Kabupaten Maluku Tengga- ra Barat, Provinsi Maluku, khususnya di Pulau Yamdena. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini berlangsung dari Juli- September 2007. Tempat pelaksanaan pe- nelitian yaitu perairan Kabupaten Maluku Tenggara Barat di 4 lokasi pengamatan di Pulau Yamdena yaitu Desa Olilit, Desa Lauran, Desa Kabiarat, dan Desa Watmasa.

Upload: others

Post on 03-Feb-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Vol. VII-1, April 2011

27 Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

Rene Ch. Kepel1 dan Sandra Baulu2

1Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSRAT, Manado 95115. 2Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat

ABSTRACT

This study was aimed at identifying the seagrass, and knowing the seagrass

community structure in the coastal waters of Yamdena Island, West Southeast Maluku. This study was carried out from July to September 2007. The highest density was shown by C. rotundata in Olilit, T. hemprichii in Lauran and Kabiarat, and E. acoroides in Kabiarat and Watmasa. Furthermore, the highest abundance of seagrass occurred by C. rotundata in Olilit, H. pinifolia in Lauran, T. hemprichii in Kabiarat, and E. acoroides in Watsama. The highest occurrence was shown by C. rotundata in Olilit, E. acoroides in Lauran, T. hemprichii in Kabiarat and Lauran, and H. pinifolia dan H. ovalis in Watmasa.

Keywords: Seagrass, community, Yamdena Island, West Southeast Maluku.

PENDAHULUAN

Lamun (seagrass) adalah satu-satu-nya kelompok tumbuhan berbunga yang hidup secara tetap di lingkungan perairan pantai yang dangkal dan merupakan kunci dalam peranan ekologis (Den Hartog, 1970). Lamun tersebar luas di perairan pantai di seluruh dunia yang substrat serta kedalamannya cocok bagi pertumbuhan-nya. Biasanya komunitas lamun tumbuh berbatasan dengan komunitas bakau di tepi pantai dan komunitas terumbu karang di laut.

Kebanyakan spesies lamun mempu-nyai morfologi luar yang secara kasar ham-pir serupa karena memiliki rhizoma, daun dan akar. Perbedaannya dalam hal pemi-sahan struktur morfologi daun, tangkai, akar dan struktur reproduksi (bunga dan buah). Lamun memiliki daun-daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai salur-an-saluran air serta bentuk pertumbuhan-nya monopodial (Nybakken, 1992). Bagian lamun yang tumbuh menjalar di bawah per-mukaan dasar laut disebut rhizoma (Dahuri dkk, 1996). Semua lamun mempunyai rhi-zoma yang mirip silinder dan sebagian besar tidak berkayu, kecuali pada Thalassodendron ciliatum. Lamun ini memi-liki rhizoma tumbuh pula akar dan beberapa

cabang pendek yang tumbuh tegak untuk menahan daun-daunnya.

Purwanto dan Suryadi Putra (1984) dalam Ongkers (1990) mengemukakan bahwa komunitas lamun mempunyai peran ganda dalam pengontrolan atau perubahan ekosistem perairan, yaitu sebagai makanan hewan air, habitat biota epifit, produsen se-rasah melalui dekomposisi, pendaur zat or-ganik maupun anorganik dan penangkap serta stabilisator dasar perairan.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki sumberdaya laut, termasuk lamun. Untuk itu sangat diperlukan suatu kegiatan penelitian menyangkut potensi sumberdaya lamun yang meliputi struktur komunitas sumberdaya tersebut. Tujuan yang ingin di-capai dalam penelitian ini yaitu identifikasi lamun serta struktur komunitasnya yang ada di perairan Kabupaten Maluku Tengga-ra Barat, Provinsi Maluku, khususnya di Pulau Yamdena.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini berlangsung dari Juli-September 2007. Tempat pelaksanaan pe-nelitian yaitu perairan Kabupaten Maluku Tenggara Barat di 4 lokasi pengamatan di Pulau Yamdena yaitu Desa Olilit, Desa Lauran, Desa Kabiarat, dan Desa Watmasa.

Pengambilan sampel alga yang terdapat di perairan Pulau Yamdena dilakukan dengan menggunakan metode garis transek (line transect) dengan teknik sampling kuadrat (Krebs, 1999). Pengambilan sampel dilakukan pada 4 lokasi yang berbeda serta penempatan transek dibagi menjadi tiga transek sepanjang 100 m yang diletakkan tegak lurus terhadap garis pantai. Pengambilan sampel dilakukan pada saat air surut (pasang tinggi, surut terendahagar sampel alga dapat terlihat dengan jelas dan dengan mudah dilakukan pengambilan sampel.

Di setiap penempatan garis transek pada masing-masing lokasi penelitian diletakkan 10 buah kuadrat dengan jarak antar kuadrat 10 m dan jarak antar transek 50 Kemudian, semua individu makrofita lauyang terdapat di dalam kuadratdari substratnya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.

Sampel yang telah diambil, sebelum dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi, dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel, kemudian diberi larutan formalin 4% sebagai pengawet untuk menjaga agar sampel tidak mudah rusak. Sampel yang telah bersih tersebut dipisahkan menurut spesies masingselanjutnya spesies–spesies tersebut dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.

Untuk analisis data, formula yang digunakan yaitu analisis kepadatan dan kepadatan relatif dengan menggunakan formula menurut Krebs (1999) yaitu:a. Kepadatan spesies =

tiap spesies per luas wilayah contoh (m2) Kepadatan relatif = jumlah individu tiap spesies per jumlah individu seluruh spesies x 100%

b. Kelimpahan spesies = spesies A per jumlah kotak pengamatan tempat spesies A beradaKelimpahan relatif = kelimpahan suspesies per kelimpahan semua spesies x 100%

c. Frekuensi kehadiran = pengamatan pada suatu spesies ditemukan per total kotak pengamatanFrekuensi Kehadiran relatifkehadiran suatu spesieskehadiran semua spesies x 10

Komunitas Lamun

28

Pengambilan sampel alga yang ter-dapat di perairan Pulau Yamdena dilakukan dengan menggunakan metode garis tran-

) dengan teknik sampling engambilan sam-

pel dilakukan pada 4 lokasi yang berbeda serta penempatan transek dibagi menjadi tiga transek sepanjang 100 m yang diletak-kan tegak lurus terhadap garis pantai. Pengambilan sampel dilakukan pada saat air surut (pasang tinggi, surut terendah), agar sampel alga dapat terlihat dengan je-las dan dengan mudah dilakukan peng-

Di setiap penempatan garis transek masing lokasi penelitian dile-

takkan 10 buah kuadrat dengan jarak antar kuadrat 10 m dan jarak antar transek 50 m. Kemudian, semua individu makrofita laut yang terdapat di dalam kuadrat diangkat dari substratnya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.

Sampel yang telah diambil, sebelum dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi,

dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel, kemudian diberi larutan formalin 4% sebagai pengawet un-tuk menjaga agar sampel tidak mudah ru-sak. Sampel yang telah bersih tersebut di-pisahkan menurut spesies masing-masing,

sies tersebut diba-ratorium untuk diidentifikasi.

Untuk analisis data, formula yang di-gunakan yaitu analisis kepadatan dan ke-padatan relatif dengan menggunakan formula menurut Krebs (1999) yaitu:

= jumlah individu uas wilayah contoh

umlah individu tiap umlah individu seluruh

Kelimpahan spesies = jumlah individu umlah kotak pengamat-

an tempat spesies A berada elimpahan suatu

elimpahan semua spesies

= jumlah kotak pengamatan pada suatu spesies

otal kotak pengamatan Frekuensi Kehadiran relatif = frekuensi kehadiran suatu spesies per frekuensi kehadiran semua spesies x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil identifikasi spesies lamun di Olilit, Lauran, Kabiarat, dan Watmasa teridentifikasi sebanyak 7 spesies yaitu Enhalus acoroides, Halodule pinifolia, Thalassia hemprichiiSyringodium isoetifolium,rotundata dan Cymodocea serrulata

Kepadatan Spesies Lamun

Berdasarkan hasil analisis kepadatan lamun di 4 lokasi pengamatan di Pulau Yamdena menunjukkan bahwa di Olilit memiliki 6 spesies yaitu ovalis, C. rotundata, C. serrulatahemprichii dan H. pinifoliamemiliki kepadatan tertinggi adalah rotundata dengan nilai kepadatan sebesar 27,75 ind/m2 (26,96%), kepadatan terendah dimiliki oleh C. serrulata7,32/m2 (7,12%) (Gambar 1).

Gambar 1. Kepadatan Jenis

Di Lauran dengan jumlah 3 spesies yaitu E. acoroides, T. hemprichii pinifolia dengan kepadatan tertinggi dimiliki oleh T. hemprichii dan nilai kepadatan sebesar 3,33 ind/m2 (53,010%), sedangkan kepadatan terendah dimidengan nilai kepadatan 1,05 ind/m(16,698%) (Gambar 2).

Di Kabiarat dengan jumlah 2 spesies, yaitu T. hemprichii danngan kepadatan tertinggi dimiliki oleh hemprichii dengan nilai kepadatan sebesar 27,05 ind/m2 (51,59%), kepadatan terendah dimiliki oleh E. acoroidespadatan 25,38 ind/m2 (48,41%) (Gambar 3).

Di Watmasa dengan jumlah 5 spesies yaitu H. ovalis, S. isoetifolium, T. hemprichii, H. pinifolia

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil identifikasi spesies lamun di Olilit, Lauran, Kabiarat, dan Watmasa teridentifikasi sebanyak 7 spesies yaitu

, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii,

Syringodium isoetifolium, Cymodocea Cymodocea serrulata.

Kepadatan Spesies Lamun Berdasarkan hasil analisis kepadat-

an lamun di 4 lokasi pengamatan di Pulau Yamdena menunjukkan bahwa di Olilit me-miliki 6 spesies yaitu S. isoetifolium, H. ovalis, C. rotundata, C. serrulata, T.

H. pinifolia. Spesies yang memiliki kepadatan tertinggi adalah C.

dengan nilai kepadatan sebesar (26,96%), kepadatan terendah C. serrulata dengan nilai

(7,12%) (Gambar 1).

n Jenis-jenis lamun di Olilit.

Di Lauran dengan jumlah 3 spesies T. hemprichii dan H.

dengan kepadatan tertinggi dimiliki dan nilai kepadatan se-(53,010%), sedangkan

kepadatan terendah dimiliki oleh H. pinifolia dengan nilai kepadatan 1,05 ind/m2 (16,698%) (Gambar 2).

Di Kabiarat dengan jumlah 2 spesi-dan E. acoroides de-

ngan kepadatan tertinggi dimiliki oleh T. dengan nilai kepadatan sebesar

51,59%), kepadatan terendah E. acoroides dengan nilai ke-

(48,41%) (Gambar 3). Di Watmasa dengan jumlah 5 spesi-

H. ovalis, S. isoetifolium, T. hemprichii, H. pinifolia dan E. acoroides.

Spesies yang memiliki kepadadalah E. acoroides dengan nilai kepadatan sebesar 64,05 ind/m2 (50,48%), kepadatan terendah diiliki oleh H. ovalis5,94 ind/m2 (4,68%) (Gambar 4).

Gambar 2. Kepadatan jenis-jenis lamun di Lauran

Gambar 3. Kepadatan jenis-jenis lamun di Kabiarat

Gambar 4. Kepadatan jenis-jenis

Dari hasil analisis kapadatan jenisjenis lamun di setiap lokasi penelitian, jenis yang memiliki kepadatan tertinggi yaitu acoroides, C. rotundata, dan Hal ini diduga oleh kemampuan ini pada substrat yang cocok dan mampu

29 Jurnal Perikanan dan Kelautan

Spesies yang memiliki kepadatan tertinggi dengan nilai kepadatan (50,48%), kepadatan

H. ovalis dengan nilai (4,68%) (Gambar 4).

jenis lamun di Lauran.

enis lamun di Kabiarat.

jenis lamun di Watmasa.

Dari hasil analisis kapadatan jenis-jenis lamun di setiap lokasi penelitian, jenis yang memiliki kepadatan tertinggi yaitu E.

dan T. hemprichii. duga oleh kemampuan hidup jenis

pada substrat yang cocok dan mampu

beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada sehingga memungkinkan spesiesspesies ini tumbuh. Untuk jenis yang memiliki kepadatan terendah yaitu H. pinifolia, dan H. ovalis, rendah diduga disebabkan oleh kondisi habitat yang kurang sesuai, kurangnya kemampuan berkompetisi dan kurangnya kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan habitat yang ada.

Kelimpahan Spesies Lamun

Berdasarkan hasil analisis an lamun di Olilit menunjukkan bahwa spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah C. rotundata dengan nilai kelimpahan sebesar 27,75 ind/mkan kelimpahan terendah dimiliki oleh serrulata dengan nilai 7,32 ind/m(Gambar 5).

Gambar 5. Kelimpahan jenis

Gambar 6. Kelimpahan jenis

Berdasarkan hasil analisis kelimpahan lamun di Lauran, spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah dengan nilai kelimpahan sebesar 6,29 ind/m2 (53,02%), sedangkan kelimpahan te

Vol. VII-1, April 2011

Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis

beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada sehingga memungkinkan spesies-spesies ini tumbuh. Untuk jenis yang memi-liki kepadatan terendah yaitu C. rotundata,

valis, kepadatan yang rendah diduga disebabkan oleh kondisi ha-bitat yang kurang sesuai, kurangnya ke-mampuan berkompetisi dan kurangnya ke-mampuan untuk beradaptasi dengan ling-kungan habitat yang ada.

Kelimpahan Spesies Lamun Berdasarkan hasil analisis kelimpah-

an lamun di Olilit menunjukkan bahwa spe-sies yang memiliki kelimpahan tertinggi

dengan nilai kelimpah-an sebesar 27,75 ind/m2 (29,96%), sedang-kan kelimpahan terendah dimiliki oleh C.

dengan nilai 7,32 ind/m2 (7,11%)

jenis-jenis lamun di Olilit.

Kelimpahan jenis-jenis lamun di Lauran.

Berdasarkan hasil analisis kelimpah-spesies yang memiliki

kelimpahan tertinggi adalah H. pinifolia ahan sebesar 6,29

(53,02%), sedangkan kelimpahan te-

rendah dimiliki oleh E. acoroidesnilai 1,91 ind/m2 (16,69%) (Gambar 6).

Hasil analisis kelimpahan lamun di Kabiarat menunjukkan bahwa spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah hemprichii dengan nilai kelimpahan sebesar 27,05 ind/m2 (51,59%), kelimpahan terendah dimiliki oleh E. acoroidesnilai 25,38 ind/m2 (48,41%) (Gambar 7).

Gambar 7. Kelimpahan jenis-jenis lamun

Hasil analisis kelimpahan lamun di Watmasa menunjukkan bahwa spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah E. acoroides dengan nilai kelimpahan sebesar 64,05 ind/m2 (50,48%), kelimpahan terendah dimiliki oleh H. ovalis5,94 ind/m2 (4,68%) (Gambar 8).

Gambar 8. Kelimpahan jenis-jenWatsama.

Frekuensi Kehadiran LamunBerdasarkan hasil analisis frekuensi

kehadiran di Olilit spesies yang memiliki frekuensi kehadiran tertinggi adalah rotundata dengan nilai frekuensi kehadiran sebesar 0,67 ind/m2 (19,42%), frekuensi kehadiran terendah dimserrulata dengan nilai 0,47 ind/m(Gambar 9).

Komunitas Lamun

30

E. acoroides dengan (16,69%) (Gambar 6).

Hasil analisis kelimpahan lamun di Kabiarat menunjukkan bahwa spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah T.

dengan nilai kelimpahan sebesar (51,59%), kelimpahan

E. acoroides dengan (48,41%) (Gambar 7).

jenis lamun Kabiarat.

Hasil analisis kelimpahan lamun di unjukkan bahwa spesies

yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah dengan nilai kelimpahan sebe-

(50,48%), kelimpahan te-H. ovalis dengan nilai

(4,68%) (Gambar 8).

jenis lamun di

Frekuensi Kehadiran Lamun Berdasarkan hasil analisis frekuensi

kehadiran di Olilit spesies yang memiliki frekuensi kehadiran tertinggi adalah C.

dengan nilai frekuensi kehadiran (19,42%), frekuensi

miliki oleh C. dengan nilai 0,47 ind/m2 (13,59%)

Gambar 9. Frekuensi kehadiran jenisOlilit.

Berdasarkan hasil analisis frekuensi kehadiran pada lokasi Lauranyang memiliki frekuensi kehadiran tadalah E. acroides dengan nilai frekuensi kehadiran sebesar 0,7 ind/m2 (33,87%), frekuensi kehadiran terendah dimiliki oleh nilai 0,67 ind/m2 (32,26 %) (Gambar 10).

Gambar 10. Frekuensi kehadiran jenisLauran.

Berdasarkan hasil analisis frekuensi kehadiran di Kabiarat bahwa spesies yang memiliki frekuensi kehadiran tertinggi adalah T. hemprichii dengan nilai frekuensi kehadiran sebesar 0,52 ind/mfrekuensi kehadiran terendah dimilikiE. acoroides dengan nilai 0,48 ind/m(48,41%) (Gambar 11).

Berdasarkan hasil analisis frekuensi kehadiran di Watmasa,liki frekuensi kehadiran tertinggi adalah pinifolia dan H. ovalis dengan nilai frekuensi kehadiran sebesar 0,frekuensi kehadiran terendah dimiliki oleh S. isoetifolium dan T. hemprichiinilai 0,6 ind/m2 (18,36%) (Gambar 12).

kehadiran jenis-jenis lamun di

Berdasarkan hasil analisis frekuensi kehadiran pada lokasi Lauran, spesies yang memiliki frekuensi kehadiran tertinggi

E. acroides dan T. hemprichii dengan nilai frekuensi kehadiran sebesar

(33,87%), frekuensi kehadiran terendah dimiliki oleh H. pinifolia dengan

(32,26 %) (Gambar 10).

kehadiran jenis-jenis lamun di

Berdasarkan hasil analisis frekuensi kehadiran di Kabiarat bahwa spesies yang memiliki frekuensi kehadiran tertinggi

dengan nilai frekuensi kehadiran sebesar 0,52 ind/m2 (51,59%), frekuensi kehadiran terendah dimiliki oleh

dengan nilai 0,48 ind/m2 (48,41%) (Gambar 11).

Berdasarkan hasil analisis frekuensi , spesies yang memi-

liki frekuensi kehadiran tertinggi adalah H. dengan nilai frekuen-

si kehadiran sebesar 0,7 ind/m2 (21,43%), frekuensi kehadiran terendah dimiliki oleh

T. hemprichii dengan (18,36%) (Gambar 12).

Gambar 11. Frekuensi kehadiran jenisKabiarat.

Gambar 12. Frekuensi kehadiran jenisWatmasa.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan pada perairan Pulau Yamdena secara keseluruhan, frekuensi kehadiran tertinggi yaitu E. acroides hemprichii, H. pinifolia danadaan ini berarti bahwa spesiesalga makro ini sering muncul dalam setiap unit pengamatan. Sebaliknya spesies yang memiliki frekuensi kehadiran terendah yaitu C. serrulata. Hal ini menunjukkan spesies lamun tersebut jarang muncul dalam setiap kotak pengamatan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penempat lokasi penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:1. Spesies-spesies lamun di Olilit, Lauran,

Kabiarat, dan Watmasa teridentifikasi

31 Jurnal Perikanan dan Kelautan

kehadiran jenis-jenis lamun di

kehadiran jenis-jenis lamun di

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan pada perairan Pulau Yamdena

frekuensi kehadiran E. acroides dan T.

dan H. ovalis. Ke-adaan ini berarti bahwa spesies-spesies

i sering muncul dalam setiap unit pengamatan. Sebaliknya spesies yang memiliki frekuensi kehadiran terendah yaitu

menunjukkan bahwa spesies lamun tersebut jarang muncul da-lam setiap kotak pengamatan.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dari ke-

empat lokasi penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

spesies lamun di Olilit, Lauran, Kabiarat, dan Watmasa teridentifikasi

sebanyak 7 spesies yaitu acoroides, Halophila ovalispinifolia, ThalassSyringodium isoetifolium,rotundata dan Cymodocea serrulata

2. Lamun yang ditemukan di Olilit sebanyak 6 spesies, di Lauran 3 spesies, di Kabiarat 2 spesies, dan di Watmasa 5 spesies. Hasil analisis kepadatan spesies lamun yang terdapenelitian, maka C. rotundatanilai kepadatan tertinggi dihemprichii di Lauran dan Kabiarat, acoroides di Kabiarat dan Watmasa. Kelimpahan tertinggi di Olilit yakni rotundata, di Lauran Kabiarat T. hemprichiiacoroides. Untuk frekuensi kehadiran tertinggi yaitu C. rotundataacroides di Lauran, Kabiarat dan Lauran, dan H. ovalis di Watmasa.

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R., J. Rais., S.P. GintinSitepu 1996. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradya Paramita. Jakarta. 299 hal.

Den Hartog, C. 1970. The Seagrasses of The World. Nort Holland Publishing Company. Amsterdam.

Krebs, C.J. 1999. Ecological Methodology. Second Edition. Addison Wesley Longman, Inc. New York.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 367 hal

Ongkers, O.T.S. 1990. Studi Kelimpahan Ikan Padang Lamun Tanjung Tiram Teluk Ambon Bagian Dalam. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Vol. VII-1, April 2011

Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis

sebanyak 7 spesies yaitu Enhalus Halophila ovalis, Halodule Thalassia hemprichii,

Syringodium isoetifolium, Cymodocea Cymodocea serrulata.

Lamun yang ditemukan di Olilit sebanyak 6 spesies, di Lauran 3 spesies, di Kabiarat 2 spesies, dan di Watmasa 5 spesies. Hasil analisis kepadatan spesies lamun yang terdapat di lokasi

C. rotundata memiliki nilai kepadatan tertinggi di Olilit, T.

di Lauran dan Kabiarat, E. di Kabiarat dan Watmasa.

Kelimpahan tertinggi di Olilit yakni C. , di Lauran H. pinifolia, di

hemprichii, di Watmasa E. . Untuk frekuensi kehadiran

C. rotundata di Olilit, E. di Lauran, T. hemprichii di

Kabiarat dan Lauran, dan H. pinifolia dan di Watmasa.

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R., J. Rais., S.P. Ginting dan M.J. Sitepu 1996. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradya Paramita. Jakarta. 299 hal.

Den Hartog, C. 1970. The Seagrasses of The World. Nort Holland Publishing Company. Amsterdam.

Krebs, C.J. 1999. Ecological Methodology. cond Edition. Addison Wesley

Longman, Inc. New York.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 367 hal

Ongkers, O.T.S. 1990. Studi Kelimpahan Ikan Padang Lamun Tanjung Tiram Teluk Ambon Bagian Dalam. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian