komparasi bank konvensional dan bank syariah di indonesia

18
1 Universitas Indonesia Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia: Model Bisnis, Efisiensi, Kualitas Aset, Stabilitas Gregy Aditya Hartono, Imam Wahuydi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16324 Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini membandingkan bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan regresi logistik. Data dalam penelitian ini terdiri dari 107 bank umum konvensional dan 11 bank umum syariah Indonesia selama periode 2011-2014. Rasio FBI dan LDR digunakan sebagai indikator model bisnis. Rasio CIR dan OC digunakan sebagai indikator efisiensi. Rasio LLP dan NPL digunakan sebagai indikator kualitas aset. Rasio ROA, ETA, dan nilai ZSCORE digunakan sebagai indikator stabilitas. Hasilnya adalah bank konvensional dan bank syariah di Indonesia berbeda dilihat dari indikator model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas. Bank konvensional lebih efisien dan memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah, namun bank syariah memiliki kualitas aset yang lebih baik dan juga lebih stabil. Segmentation Analysis of Young Hijabers Based on Shopping Orientation, Brand Preference, and Product Preference on Women Muslim Wear Abstract This study compares conventional and Islamic banks in Indonesia by using logistic regression. The data in this study consist of 107 conventional commercial banks and 11 islamic commercial banks in Indonesia during period of 2011-2014. FBI and LDR ratio are used as indicator of business model. CIR and OC ratio are used as indicator of efficiency. LLP and NPL ratio are used as indicator of asset quality. ROA, EAR, and ZSCORE score are used as indicator of stability. The results are conventional and Islamic can be distinguished by business model, efficiency, asset quality, and stability indicators. Conventional banks are more efficient and more profitable than Islamic banks, but Islamic banks have better asset quality and more stable. Keywords: Conventional bank, Islamic bank, business model, efficiency, asset quality, stability Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

1

Universitas Indonesia

Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia: Model Bisnis, Efisiensi, Kualitas Aset, Stabilitas

Gregy Aditya Hartono, Imam Wahuydi

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16324

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membandingkan bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan regresi logistik. Data dalam penelitian ini terdiri dari 107 bank umum konvensional dan 11 bank umum syariah Indonesia selama periode 2011-2014. Rasio FBI dan LDR digunakan sebagai indikator model bisnis. Rasio CIR dan OC digunakan sebagai indikator efisiensi. Rasio LLP dan NPL digunakan sebagai indikator kualitas aset. Rasio ROA, ETA, dan nilai ZSCORE digunakan sebagai indikator stabilitas. Hasilnya adalah bank konvensional dan bank syariah di Indonesia berbeda dilihat dari indikator model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas. Bank konvensional lebih efisien dan memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah, namun bank syariah memiliki kualitas aset yang lebih baik dan juga lebih stabil.

Segmentation Analysis of Young Hijabers Based on Shopping Orientation, Brand Preference, and Product Preference on Women Muslim Wear

Abstract

This study compares conventional and Islamic banks in Indonesia by using logistic regression. The data in this study consist of 107 conventional commercial banks and 11 islamic commercial banks in Indonesia during period of 2011-2014. FBI and LDR ratio are used as indicator of business model. CIR and OC ratio are used as indicator of efficiency. LLP and NPL ratio are used as indicator of asset quality. ROA, EAR, and ZSCORE score are used as indicator of stability. The results are conventional and Islamic can be distinguished by business model, efficiency, asset quality, and stability indicators. Conventional banks are more efficient and more profitable than Islamic banks, but Islamic banks have better asset quality and more stable.

Keywords: Conventional bank, Islamic bank, business model, efficiency, asset quality, stability

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 2: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

2

Universitas Indonesia

Pendahuluan

Krisis global pada tahun 2008 memunculkan keraguan terhadap fungsi perbankan

konvensional. Tidak hanya itu, krisis tersebut juga meningkatkan perhatian terhadap bank

syariah karena tingkat stabilitas yang lebih baik dibandingkan bank konvensional selama masa

krisis (Hasan dan Dridi, 2010). Selain itu produk bank syariah juga lebih diminati oleh

beberapa negara yang menuntut layanan keuangan yang sejalan dengan kepercayaan mereka

(Beck et al, 2013). Secara global pertumbuhan industri perbankan syariah cukup tinggi

dengan tingkat rata-rata pertumbuhan dari tahun 2009 hingga 2014 sebesar 16,10% (Global

Islamic Finance Report, 2015).

Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsinya menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan lalu menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk pinjaman

(Kasmir, 2008). Baik bank konvensional dan bank syariah keduanya memiliki fungsi yang

sama, namun yang membedakan keduanya adalah dari segi prinsipnya, di mana bank

konvensional menggunakan prinsip interest-based sedangkan bank syariah menggunakan

prinsip free interest-based (Chong dan Liu, 2009). Seluruh produk dan layanan bank

konvensional tidak lepas dari bunga, seperti giro, simpanan, deposito berjangka, dan pinjaman

yang diberikan. Hal ini berbeda dengan bank syariah yang mengharamkan adanya bunga atau

riba. Terdapat 3 prinsip produk dan layanan yang diberikan oleh bank syariah berdasarkan

Hussain et al (2015), yaitu principle of equity, principle of participation, dan principle of

ownership. Selain itu, bank syariah juga melarang spekulasi karena adanya ketidakpastiaan

(gharar) dan juga melakukan aktivitas pendanaan pada bisnis yang haram seperti rokok, babi,

alkohol, judi yang melibatkan uang dan selain uang (maysir), pornografi, dan senjata (Hussain

et al, 2015). Hal ini secara jelas membedakan bank konvensional dan bank syariah dari segi

pendanaan dan aktivitasnya.

Bank konvensional dan bank syariah mungkin saja berbeda bentuknya, namun secara

substansial sebenarnya serupa dan tidak memiliki keunggulan efisiensi dan stabilitas (Kuran,

2004). Sampai sejauh ini, belum ada teori yang dapat memprediksi apakah seharusnya bank

syariah lebih efektif dalam mengelola biaya atau lebih stabil daripada bank konvensional.

Prinsip equity-based bisa saja meningkatkan insentif deposan untuk memonitor dana mereka

di bank, namun di sisi lain justru membuat bank relatif kurang untuk memonitor dana deposan

karena mereka terhindar dari ancaman deposan yang menarik dana mereka secara tiba-tiba

atau yang disebut dengan rush. Oleh karena itu, monitoring dan screening cost bank syariah

menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini membuat

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 3: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

3

Universitas Indonesia

permasalahan agensi bank syariah lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Pembatasan

prinsip syariah cenderung meningkatkan konsentrasi aset dan membatasi penggunaan

instrumen hedging bagi bank. Hal ini memunculkan ambiguitas terkait efisiensi bank syariah.

Namun, tingginya kompleksitas bank syariah dapat menyebabkan tingginya biaya yang

menyebabkan tingkat efisiensi yang lebih rendah. Lebih lanjut, bank syariah yang relatif baru

dibandingkan dengan bank konvensional memungkinkan struktur biaya yang lebih tinggi

(Beck et al, 2013)

Perbedaan kualitas aset dan stabilitas antara bank konvensional dan bank syariah masih belum

jelas, apakah sistem pendanaan secara ekuitas pada bank syariah cukup untuk menilai dan

memonitor risiko serta mendisiplinkan peminjam. Peran risk-sharing pada bank syariah juga

merupakan faktor yang dapat menurunkan risiko bank syariah. Namun di sisi lain, profit-loss

financing dapat meningkatkan risiko secara keseluruhan pada neraca bank syariah karena

menggunakan ekuitas daripada risiko hutang (debt). Menurut Diamond dan Rajan (2001),

pendanaan berdasarkan ekuitas juga menyebabkan goyahnya stabilitas bank. Risiko

operasional bank syariah bisa jadi juga lebih tinggi dikarenakan kompleksitas aturan syariah,

termasuk risiko hukum dan kepatuhan. Pembatasan penggunaan aset bank terhadap beberapa

instrumen seperti instrumen hedging dan kurangnya aset likuid berkualitas seperti obligasi

pemerintah juga dapat meningkatkan risiko bank syariah. Sehingga, tidak jelas apakah bank

syariah seharusnya lebih stabil atau tidak dibandingkan bank konvensional (Beck et al, 2013)

Prinsip yang berbeda antara bank konvensional dan syariah berimplikasi terhadap model

bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas yang berbeda pula. Berdasarkan teori yang telah

dijelaskan, belum ada yang dapat memberikan jawaban yang jelas terhadap apa yang

membedakan model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas antara bank konvensional dan

bank syariah. Oleh karena itu, dengan ambiguitas teori yang tidak memberikan jawaban

terhadap perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah serta perbedaan hasil dari

penelitian sebelumnya maka penelitian ini ingin melihat dan menganalisis apakah model

bisnis antara bank konvensional dan bank syariah berbeda, apakah dengan model bisnis yang

secara teori berbeda juga akan memperlihatkan tingkat efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas

yang berbeda juga.

Penelitian ini sebelumnya juga pernah di lakukan di Indonesia oleh Utami (2012) dengan

menggunakan metode uji-t. Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode regresi

logistik, dengan metode tersebut dapat diketahui probabilitas bank syariah di Indonesia

beroperasi layaknya bank konvensional. Sehingga dengan adanya penelitian ini maka

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 4: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

4

Universitas Indonesia

diharapkan lebih memberikan manfaat kepada manajemen dan pengambil kebijakan untuk

menciptakan industri perbankan yang beragam dengan performa yang sama baiknya.

Tinjauan Pustaka

Definisi dan Fungsi Bank

Pada dasarnya bank merupakan lembaga intermediaris yang berfungsi untuk menghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Pada

Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 telah dijelaskan fungsi bank sebagai lembaga

penghimpun dan penyalur dana. Kasmir (2008) lebih lanjut menjelaskan bahwa bank sebagai

lembaga intermediaris keuangan berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat berupa

simpanan lalu menyalurkan kembali ke masyarakat berupa pinjaman atau kredit dan

memberikan jasa bank lainnya untuk memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat. Sesuai

dengan definisi perbankan, maka bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai

agent of trust di mana bank dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat untuk menitipkan dan

mengelola uang mereka, agent of development di mana bank menjalankan fungsinya untuk

mendorong kegiatan perekonomian, dan agent of services yang mana bank selain

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat juga memberikan layanan lainnya yang tidak

terlepas dari kegiatan perekonomian. (Budisantoso dan Sigit, 2006)

Prinsip Dasar Keuangan Syariah

Sistem keuangan syariah merupakan integrasi sosial, ekonomi, dan sistem keuangan

berdasarkan atas prinsip yang memberikan nilai positif terhadap aktivitas perekonomian yang

menyeimbangkan antara kebutuhan materi dan rohani (Wahyudi et al, 2015). Berdasarkan

pengertian tersebut, sistem keuangan islam memiliki tujuan untuk menyeimbangkan

kebutuhan materi dan rohani. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk menyeimbangkan

kebutuhan tersebut maka perlu dipahami kontrak pada sistem keuangan islam yang terbagi

atas akad atau kontrak li-tabarru’ dan kontrak li-tijari.

Kontrak li-tijari adalah kontrak yang memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Contoh

dari kontrak li-tijari adalah penjualan (bay’), rent dan lease (ijarah), partnership (syirkah),

dan pengolahan agrikultur (musaqat). Kontrak li-tabarru’ adalah kontrak yang bertujuan

untuk memberi bantuan kepada pihak yang membutuhkan. Contoh dari kontrak li-tabarru’

adalah pinjaman (qardh), penitipan (wadhiah), perwakilan (wakalah), pinjaman (dayn), dan

transfer hutang antar orang yang berhutang (hawalah). (Wahyudi et al, 2015). Berdasarkan

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 5: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

5

Universitas Indonesia

penjelasan tersebut, keuangan Islam benar-benar menyeimbangkan kebutuhan materi melalui

kontrak li-tijari dan juga kebutuhan rohani melalui kontrak li-tabarru’. Untuk itu pada

kontrak li-tibarru’ tidak diperkenankan untuk mengambil keuntungan.

Kedua jenis kontrak di atas pada dasarnya memiliki prinsip di mana dalam menjalankan

keuangan syariah, prinsip tersebut menjaga agar pelaksanaan keuangan syariah tidak

menyimpang dari yang telah ditetapkan. Prinsip tersebut terdiri principle of equity, principle

of participation, dan principle of ownership (Hussain et al, 2015). Yang dimaksud dengan

principle of equity adalah terkait dengan pelarangan bentuk riba yang bertujuan untuk

melindungi pihak yang lebih lemah dalam transaksi keuangan. Peningkatan kekayaan yang

tidak terkait dengan aktivitas yang menghasilkan sesuatu dalam aturan Islam adalah terlarang.

Prinsip ini juga merupakan dasar terhadap larangan ketidakpastian yang berlebihan (gharar)

yang dimanifestasikan oleh ambiguitas kontrak. Pihak yang melakukan transaksi

berkewajiban untuk mengungkap informasi sebelum melakukan kontrak, sehingga tidak

terjadi informasi asimetris. Prinsip ekuitas dan distribusi kekayaan juga mengatur tentang

zakat, di mana muslim yang memenuhi tingkat pendapatan tertentu wajib untuk membantu

orang lain yang membutuhkan bantuan. Principle of participation yaitu meskipun keuangan

syariah dikenal sebagai keuangan bebas bunga bukan berarti keuntungan dilarang dalam

Islam. Keuntungan datang dengan adanya pengambilan risiko, sehingga modal yang telah

dikeluarkan bisa kembali serta mengambil untung dengan adanya risiko yang diambil serta

upaya nyata. Peningkatan kekayaan harus diiringi oleh kegiatan yang produktif. Principle of

ownership yaitu larangan untuk menjual sesuatu yang tidak dimiliki. Keuangan syariah

dikenal sebagai pembiayaan berbasis aset, pihak yang melakukan kontrak harus menghormati

hak milik serta menjunjung tinggi kewajiban kontrak. (Hussain et al, 2015)

Metode Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder yang berasal dari laporan

keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

Jumlah periode yang diambil yaitu 16 periode yang dimulai dari kuartal 1 tahun 2011 sampai

dengan kuartal 4 tahun 2014. Data berupa rasio-rasio bank yang akan digunakan untuk

melakukan perbandingan antara bank umum konvensional dan bank umum syariah. Sampel

yang digunakan untuk penelitian ini harus memenuhi beberapa kriteria yang terdiri dari:

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 6: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

6

Universitas Indonesia

1. Ketersediaan data yang lengkap dari tahun 2011 kuartal 1 sampai dengan tahun 2014

kuartal 4

2. Tidak melakukan merger dan akuisi selama periode yang digunakan

Metode yang digunakan untuk menganalisis perbedaan antara bank syariah dengan bank

konvensional di Indonesia yaitu model regresi logistik. Model regresi logistik digunakan

untuk mengetahui variabel apa saja yang signifikan yang berguna untuk membedakan antara

bank konvensional dan bank syariah dilihat dari model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan

tingkat stabilitas.

Model persamaan yang digunakan yaitu:

𝑙𝑜𝑔 !!!!

= ∝ + 𝛽!𝐹𝐵𝐼 + 𝛽!𝐿𝐷𝑅 + 𝛽!𝐶𝐼𝑅 + 𝛽!𝑂𝐶 + 𝛽!𝐿𝐿𝑃 + 𝛽!𝑁𝑃𝐿 + 𝛽!𝑅𝑂𝐴 +

𝛽!𝐸𝑇𝐴 + 𝛽!𝑍𝑆𝐶𝑂𝑅𝐸 + 𝜀!

Pada model di atas p adalah probabilitas munculnya bunga, nilai 1 merupakan probabilitas

munculnya bunga pada bank sehingga bank tersebut adalah bank konvensional, sedangkan

jika nilainya 0 adalah bank syariah yang tidak menggunakan prinsip bunga. FBI adalah

variabel rasio fee based income, LDR adalah variabel loan to deposit ratio, CIR adalah

variabel cost to income ratio, OC adalah variabel overhead cost, LLP adalah variabel loan

loss provision, NPL adalah variabel non-performing loan, ROA adalah variabel return on

assets, ETA adalah variabel equity to assets, dan ZSCORE adalah variabel z-score.

Hipotesis Penelitian

1. Perbedaan Model Bisnis Bank Konvensional dan Bank Syariah

Beck et al (2013) pada penelitiannya menggunakan variabel fee based income dan loan to

deposit ratio untuk melihat perbedaan orientasi bisnis antara bank syariah dan bank

konvensional, berdasarkan penelitian tersebut bahwa orientasi bisnis antara bank syariah dan

bank konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Mirza et al (2015) juga

menggunakan fee based income dan loans to deposit ratio sebagai variabel yang digunakan

untuk melihat dinamika bisnis bank syariah, bank konvensional, dan instusi keuangan selain

bank di Pakistan. Mirza et al (2015) menemukan bahwa bank syariah dan bank konvensional

memiliki kemiripan pola pendanaan, sehingga tidak dapat dibedakan berdasarkan dinamika

bisnis. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya penelitian ini ingin menguji

hipotesis sebagai berikut:

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 7: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

7

Universitas Indonesia

H1a: Model bisnis antara bank syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio

FBI

H1b: Model bisnis antara bank syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio

LDR

2. Perbedaan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah

Metwally (1997) melakukan penelitian terhadap 15 bank dengan prinsip bebas bunga dan 15

bank konvensional periode 1992-1994 untuk melihat perbedaan karakteristik bank dengan

prinsip bebas bunga dan bank konvensional di Eropa. Pada penelitiannya tersebut bank

dengan prinsip bebas bunga dan bank konvensional tidak dapat dibedakan secara tingkat

efisiensinya. Hal ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Mirza et al (2015) yang

juga menemukan bahwa terdapat kesamaan efisiensi biaya antara bank syariah dan

konvensional. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Beck et al (2013) yang menemukan

bahwa bank konvensional lebih efisien dibandingkan bank syariah, namun bank syariah

memiliki rasio intermediasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Olson

dan Zoubi (2008) juga menemukan bahwa bank konvensional lebih efisien dibandingkan

dengan bank syariah. Berdasarkan tinjauan penelitian tersebut maka hipotesis yang dibentuk

yaitu:

H2a: Efisiensi antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio CIR

H2b: Efisiensi antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio OC

3. Perbedaan Kualitas Aset Bank Konvensional dan Bank Syariah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Beck et al (2013), bank syariah memiliki

kualitas aset yang lebih baik dan juga kapitalisasi yang lebih baik dibandingkan dengan bank

konvensional. Hal ini juga memberikan dampak selama masa krisis sehingga bank syariah

lebih unggul selama masa krisis dibandingkan dengan bank konvensional. Hasil penelitian

Mirza et al (2015) juga menemukan bahwa kualitas aset bank syariah lebih baik dibandingkan

dengan bank syariah. Menurut Mirza et al (2015) hal ini dikarenakan bank syariah memiliki

tingkat pemberian pinjaman yang moderat, menargetkan pasar yang memiliki risiko yang

rendah, dan kemungkinan bangkrut yang lebih rendah dibandingkan bank konvensioanl.

Namun Olson dan Zoubi (2008) memiliki hasil yang berbeda di mana bank syariah memiliki

kualitas aset yang lebih rendah dibandingkan dengan bank syariah. Olson dan Zoubi (2008)

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 8: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

8

Universitas Indonesia

mengatakan bahwa bank syariah lebih berisiko karena bank syariah mengelola cadangan

kontingensi yang lebih kecil yang disebabkan oleh ijarah dan skema leasing lainnya yang

memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional sehingga

cadangan yang dibutuhkan lebih rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penelitian

ini membangun hipotesis sebagai berikut:

H3a: Kualitas aset antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio LLP

H3b: Kualitas aset antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio NPL

4. Perbedaan Stabilitas Bank Konvensional dan Bank Syariah

Hasil penelitian Beck et al (2013) menemukan bahwa bank syariah lebih stabil pada saat krisis

dibandingkan dengan bank konvensional. Sejalan dengan hasil penelitian Beck et al (2013),

Mirza et al (2015) juga menemukan bahwa bank syariah lebih stabil dengan kapitalisasi yang

lebih baik dibandingkan bank konvensional. Tingginya stabilitas bank syariah secara

signifikan dicerminkan oleh Z-score yang muncul karena kapitalisasi yang unggul dan juga

kualitas aset yang lebih baik. Čihák dan Hesse (2008) pada penelitiannya terkait stabilitas

bank syariah dan bank konvensional di 18 negara pada periode 1993-2004 menemukan bahwa

bank syariah kecil cenderung lebih stabil dibandingkan bank konvensional kecil, namun bank

syariah besar tidak sebaik bank syariah kecil di mana bank syariah kecil lebih dibandingkan

bank syariah besar. Bank konvensional besar lebih stabil dibandingkan bank syariah besar.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, hipotesis yang dibentuk pada penelitian ini yaitu:

H4a: Stabilitas antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui ROA

H4b: Stabilitas antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio ETA

H4c: Stabilitas antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio ZSCORE

Hasil Penelitian

Analisis Hasil Regresi

Analisis hasil regresi dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dibangun untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang dirumuskan. Hasil dari regresi akan dilihat tingkat signifikansi dan

arahnya sehingga bisa diketahui apakah terdapat perbedaan antara bank konvensional dan

bank syariah.

Tabel 1. Regresi Logit

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 9: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

9

Universitas Indonesia

Jumlah observasi 1872

LR chi2(9) 822.99

Prob > chi2 0.0000

Log likelihood = -172.0710

Pseudo R2 0.7051

* signifikan pada α 1%

Sumber: olahan peneliti

Tabel 2. Ringkasan Hasil Regresi Logit

Indikator Variabel Signifikansi Hasil Arah Hasil Hipotesis

Model Bisnis FBI signifikan + (positif) tidak sesuai

LDR signifikan + (positif) tidak sesuai

Efisiensi CIR signifikan + (positif) sesuai

OC signifikan - (negatif) tidak sesuai

Kualitas Aset LLP tidak signifikan - (negatif) tidak sesuai

y Coef. Std. Err. z P>z [95% Conf. Interval]

fbi 3.833846 1.225946 3.13 0.0020* 1.431035 6.236657

ldr 0.375923 0.113128 3.32 0.0010* 0.154195 0.59765

cir 22.30983 1.571277 14.2 0.0000* 19.23019 25.38948

oc -34.1539 4.579628 -7.46 0.0000* -43.1298 -25.178

llp -4.19372 12.11501 -0.35 0.7290 -27.9387 19.55126

npl -26.337 9.008002 -2.92 0.0030* -43.9924 -8.68167

roa 156.138 17.86406 8.74 0.0000* 121.125 191.1509

eta -1.78546 1.302261 -1.37 0.1700 -4.33785 0.766923

zscore -0.03825 0.006044 -6.33 0.0000* -0.0501 -0.02641

_cons -11.9016 1.090234 -10.92 0.0000* -14.0384 -9.76478

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 10: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

10

Universitas Indonesia

NPL signifikan - (negatif) sesuai

Stabilitas

ROA signifikan + (positif) sesuai

ETA tidak signifikan - (negatif) sesuai

ZSCORE signifikan - (negatif) sesuai

Sumber: olahan peneliti

Indikator Model Bisnis

Terdapat perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah dengan melihat model bisnis.

Hal ini berarti bank syariah di Indonesia berbeda dengan bank konvensional dan secara

teoritis bank syariah memang berbeda dengan bank konvensional. Produk syariah yang

ditawarkan oleh bank syariah secara jelas memperlihatkan perbedaan antara bank

konvensional dan bank syariah, selain itu pelaporan neraca dan laporan keuangan keduanya

juga berbeda (Beck et al, 2013). FBI bank syariah secara rata-rata lebih rendah daripada bank

konvensional dikarenakan bank syariah mengandalkan pendanaan dengan sistem bagi hasil.

Walaupun bank syariah tidak menggunakan bunga pada seluruh produknya, namun tingkat

jasa yang diberikan oleh bank syariah juga mengkonfirmasi hasil temuan ini, karena dengan

melihat tingkat FBI bank syariah yang lebih rendah dibandingkan bank konvensional maka

dapat dikatakan bahwa produk jasa bank syariah masih di bawah bank konvensional.

Pendapatan terbesar bank syariah paling tinggi yaitu dari pendapatan margin murabahah

dengan rata-rata mencapai lebih dari 50% pendapatan operasional bank syariah.

Grafik 1. Perbandingan FBI Bank Konvensional dan Bank Syariah

0.0000

0.0500

0.1000

0.1500

0.2000

0.2500

2011Q1 2011Q3 2012Q1 2012Q3 2013Q1 2013Q3 2014Q1 2014Q3

FeeBasedIncome

BankKonvensional BankSyariah

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 11: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

11

Universitas Indonesia

Sumber: olahan peneliti

Rasio FBI bank syariah selalu berada di bawah bank konvensional, kecuali tahun 2012 dan

2014. Hal ini disebabkan oleh produk perbankan syariah yang lebih sempit dibandingkan

perbankan konvensional. Selain itu bank konvensional juga masuk pada pasar uang, pasar

saham, dan pasar derivatif, yang mana tidak diperbolehkan oleh prinsip syariah. Oleh sebab

itu pendapatan yang bersumber dari jasa pada perbankan syariah lebih rendah dibandingkan

bank konvensional.

Grafik 2. Pertumbuhan LDR Bank Konvensional dan Bank Syariah

Sumber: olahan peneliti

Tanda positif pada variabel LDR memperlihatkan bahwa LDR bank konvensional lebih tinggi

dibandingkan bank syariah dikarenakan bank konvensional lebih banyak menyalurkan

pinjaman kepada masyarakat dibandingkan dengan dana yang dihimpun. Bank konvensional

lebih agresif menyalurkan pinjaman karena sumber pendapatan utama bank konvensional

adalah bunga yang dihasilkan dari kredit atau pinjaman yang disalurkan. Terlebih bank

konvensional memiliki kewajiban untuk menjaga spread bunga yang dibayarkan kepada

nasabahnya. Secara rata-rata bank-bank di Indonesia memiliki tingkat LDR yang cukup

tinggi, melebihi batasan yang telah ditetapkan pada PBI No. 17/11/PBI/2015 tentang Giro

Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah Dan valuta Asing Bagi Bank Umum

Konvensional yaitu tidak lebih dari 92% dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Hal ini dapat

meningkatkan risiko gagal bayar yang lebih tinggi.

Pertumbuhan rasio LDR bank syariah mengalami fluktuasi yang cukup tajam yang terjadi

setiap kuartal ketiga tiap tahunnya. Hal ini berarti setiap kuartal ketiga pada tahun 2011-2014

-0.4000-0.3000-0.2000-0.10000.00000.10000.20000.3000

PertumbuhanLDR

banksyariah bankkonvensional

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 12: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

12

Universitas Indonesia

bank syariah tidak meningkatkan tingkat pembiayaannya, bank syariah berfokus untuk

melakukan pembagian keuntungan dengan nasabah.

Indikator Efisiensi

Kedua rasio yang digunakan sebagai indikator efisiensi yang membedakan antara bank

konvensional dan bank syariah secara statistik signifikan membedakan. Tanda positif pada

variabel CIR dan tanda negatif pada variabel OC mengindikasikan bahwa bank syariah di

Indonesia lebih efisien dibandingkan bank konvensional dalam pengelolaan beban

operasional. Dari grafik 4.3 terlihat bahwa bank konvensional memiliki CIR yang lebih tinggi

dibandingkan bank syariah. Hal ini mengkonfirmasi hasil dari regresi logistik.

Grafik 3. Perbandingan CIR Bank Konvensional dan Bank Syariah

Sumber: olahan peneliti

Namun penggunaan biaya overhead yang digunakan sebagai aset lebih tinggi pada bank

syariah. Secara umum berarti bank syariah masih lebih efisien dalam mengelola biayanya

dibandingkan bank konvensional. Hal ini berbeda dengan hipotesis serta hasil temuan

penelitian sebelumnya yang justru menemukan bahwa secara efisiensi kedua jenis bank tidak

dapat dibedakan. Hasil tersebut dikarenakan bank syariah di Indonesia tidak seagresif bank

konvensional. Bank konvensional lebih agresif dengan memberikan tingkat pengembalian

bunga yang tinggi untuk menarik masyarakat sehingga menyebabkan beban bunga yang

tinggi, namun di sisi lain bank syariah juga bank syariah lebih mampu untuk menekan biaya

operasionalnya yang ditunjukkan dengan rasio CIR yang lebih rendah. Selain itu, bank

0.00000.10000.20000.30000.40000.50000.60000.70000.80000.9000

CosttoIncomeRaKo

BankKonvensional BankSyariah

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 13: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

13

Universitas Indonesia

konvensional di Indonesia juga memberikan pelayanan transaksi derivatif yang memerlukan

biaya yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah karena pada prinsip syariah sesuatu yang

tidak pasti (gharar) dilarang, sehingga menyebabkan biaya operasional pada bank

konvensional lebih tinggi.

Indikator Kualitas Aset

Grafik 4. Perbandingan NPL Bank Konvensional dan Bank Syariah

Sumber: olahan peneliti

Tanda negatif pada rasio NPL memperlihatkan bahwa bank syariah memiliki tingkat NPL

yang lebih tinggi dibandingkan bank konvensional. Hal ini berarti bahwa kualitas aset bank

konvensional lebih baik dibandingkan bank syariah dilihat dengan rasio NPL. Sedangkan

rasio LLP tidak signifikan membedakan kedua jenis bank. Hasil ini berbeda dengan temuan

sebelumnya yang menemukan bahwa bank syariah memiliki kualitas aset yang lebih baik. Hal

ini berarati bank syariah di Indonesia memiliki risiko kredit yang lebih tinggi dibandingkan

bank konvensional, sehingga perlu perketatan aturan terhadap penyaluran pendanaan pada

bank syariah untuk menjaga agar kualitas aset bank syariah lebih baik. Tingginya tingkat NPL

disebabkan oleh biaya dana bank syariah cenderung tinggi, selain itu juga bank syariah

memiliki produk yang tidak seperti bank konvensional yang dapat mengambil margin

keuntungan yang tinggi. Oleh sebab itu kualitas aset bank konvensional masih lebih baik

dibandingkan bank syariah.

0.00000.00500.01000.01500.02000.02500.03000.03500.04000.0450

Non-PerformingLoan

BankKonvensional BankSyariah

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 14: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

14

Universitas Indonesia

Indikator Stabilitas

Grafik 5. Perbandingan ROA dan ETA Bank Konvensional dan Bank Syariah

Sumber: olahan peneliti

Tanda positif pada ROA memperlihatkan bahwa ROA bank syariah lebih rendah

dibandingkan bank konvensional. Hal ini karena bank syariah tidak seagresif bank

konvensional, selain itu diversifikasi produk bank syariah yang lebih banyak menyebabkan

pendapatan bank syariah tidak terkonsentrasi yang menyebabkan bank syariah tidak bisa

memaksimumkan pendapatan pada sektor yang lebih menghasilkan profit. Tanda negatif pada

ETA dan ZSCORE memperlihatkan bahwa bank syariah lebih kuat dibandingkan bank

konvensional. Krisis moneter pada tahun 1998 yang menimpa sejumlah bank di Indonesia

tidak terlalu berpengaruh pada bank syariah, hal ini menjelaskan kenapa bank syariah lebih

stabil dibandingkan bank konvensional.

Grafik 4.6 Perbandingan Z-score Bank Konvensional dan Bank Syariah

Sumber: olahan peneliti

0.0000

0.0100

0.0200

0.0300

2011Q1 2012Q1 2013Q1 2014Q1

ReturnonAsset

BankKonvensional BankSyariah

0.0000

0.1000

0.2000

0.3000

2011Q1 2012Q1 2013Q1 2014Q1

EquitytoAssetRaKo

BankKonvensional BankSyariah

0.0000

10.0000

20.0000

30.0000

40.0000

50.0000

60.0000

70.0000

Z-score

BankKonvensional BankSyariah

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 15: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

15

Universitas Indonesia

Pada grafik 4.6 terlihat bahwa bank syariah memiliki nilai z-score yang lebih tinggi

dibandingkan bank konvensional, grafik 4.6 mengkonfirmasi hasil dari regresi logistik. Bank

konvensional memiliki tingkat stabilitas yang lebih rendah dikarenakan adanya pengaruh yang

terjadi pada krisis global pada tahun 2008, sedangkan bank syariah tidak terkena dampak

karena eksposur pembiayaan bank syariah masih terbatas pada aktivitas perekonomian

domestik sehingga belum memiliki tingkat integrase yang tinggi dengan sistem ekonomi

global.

Kesimpulan

Indikator model bisnis dapat membedakan antara bank konvensional dan bank syariah di

Indonesia. Variabel FBI dengan nilai signikansi 0.002 dan variabel LDR dengan nilai

signifikansi 0.001 memperlihatkan bahwa FBI dan LDR dapat digunakan sebagai proksi

model bisnis untuk membedakan antara bank konvensional dan bank syariah. Hal ini berbeda

dengan hasil temuan Beck et al (2013) yang mana bank konvensional dan bank syariah tidak

dapat dibedakan melalui indikator model bisnis. Indikator efisiensi juga memperlihatkan

bahwa variabel CIR dan OC dapat membedakan antara bank konvensional dan bank syariah

dengan nilai signifikansi 0.000 dan 0.000. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bank

syariah lebih efisien dibandingkan bank konvensional. Beck et al (2013) dan Olson dan Zoubi

(2008) menemukan bahwa bank konvensional lebih efisien dibandingkan bank syariah.

Indikator kualitas aset dapat membedakan antara bank konvensional dan bank syariah dilihat

dari variabel NPL dengan nilai signifikansi 0.003. Tingkat non-performing loan bank syariah

lebih rendah dibandingkan bank konvensional, sehingga bisa disimpulkan bahwa bank syariah

memiliki kualitas aset yang lebih baik dan risiko kredit yang lebih rendah dibandingkan bank

konvensional. Indikator stabilitas juga dapat membedakan antara bank konvensional dan bank

syariah dilihat dari variabel ROA dan ZSCORE dengan nilai signifikansi 0.0000 dan 0.0000.

Tanda positif pada variabel ROA memperlihatkan bank konvensional memiliki tingkat

profitabilitas yang lebih tinggi namun nilai z-score yang lebih rendah dibandingkan bank

syariah. Sehingga dapat dikatakan bahwa bank syariah lebih stabil dibandingkan bank

konvensional. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Mirza et al (2015).

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 16: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

16

Universitas Indonesia

Daftar Referensi Abedifar, P., Molyneux, P., & Tarazi, A. (2013). Risk in Islamic Banking Review of

Finance, 17(6), 2035-2096.

Ade Arthesa dan Edia Handiman. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta:

PT. Indeks

Al-Harran, S. (1999). Cases in Islamic Finance. Arab LQ, 14, 193.

Beck, T., Demirgüç-Kunt, A., & Merrouche, O. (2013). Islamic vs. conventional banking:

Business model, efficiency and stability. Journal of Banking & Finance, 37(2), 433-

447.

Berger, A. N., Hancock, D., & Humphrey, D. B. (1993). Bank efficiency derived from the

profit function. Journal of Banking & Finance, 17(2), 317-347.

Borio, C. E., & Drehmann, M. (2009). Assessing the risk of banking crises–revisited. BIS

Quarterly Review, March.

Brooks, C. (2008). Introductory economics for finance. Cambridge University Press, UK.

Budisantoso, T dan Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2. Jakarta: Salemba

Empat.

Chapra, M. U. (1992). Islam and the economic challenge (No. 17). IIIT.

Chong, B. S., & Liu, M. H. (2009). Islamic banking: interest-free or interest-based?. Pacific-

Basin Finance Journal, 17(1), 125-144.

Čihák, M., & Hesse, H. (2008). Islamic banks and financial stability: An empirical analysis.

IMF Working Papers, 1-29.

Čihák, M., & Hesse, H. (2010). Islamic banks and financial stability: An empirical

analysis. Journal of Financial Services Research, 38(2-3), 95-113.

Demirgüç-Kunt, A., & Huizinga, H. (2010). Bank activity and funding strategies: The impact

on risk and returns. Journal of Financial Economics,98(3), 626-650.

Dendawijaya, L. (2005). Manajemen perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Diamond, D. W., & Rajan, R. G. (2001). Liquidity Risk, Liquidity Creation and Financial

Fragility: A Theory of Banking.” Journal of Political Economy 109.

Farrell, M. J. (1957). The measurement of productive efficiency. Journal of the Royal

Statistical Society. Series A (General), 120(3), 253-290.

Gujarati, D. N. (2009). Basic econometrics. Tata McGraw-Hill Education.

Hartono M, Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama.

Yogyakarta: BPFE.

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 17: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

17

Universitas Indonesia

Hasan, M. M., & Dridi, J. (2010). The effects of the global crisis on Islamic and conventional

banks: A comparative study. IMF Working Papers, 1-46.

Hussain, M. M., Shahmoradi, A., & Turk, R. (2015). An Overview of Islamic Finance (No.

15-120). International Monetary Fund.

Iqbal, M., & Llewellyn, D. T. (Eds.). (2002). Islamic banking and finance: new perspectives

on profit sharing and risk. Edward Elgar Publishing.

Iqbal, Z. (1997). Islamic financial systems. Finance and Development, 34, 42-45.

Ismail, Perbankan Syariah, 2011, Jakarta: Kencana Prenada Group

Kasmir. 2008.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Rajagrapindo Persada

Kasmir. S.E., M.M. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Khan, M. S., & Mirakhor, A. (1989). The financial system and monetary policy in an Islamic

economy. Journal of King Abdulaziz University: Islamic Economics, 1(1), 39-57.

Khediri, K. B., Charfeddine, L., & Youssef, S. B. (2015). Islamic versus conventional banks

in the GCC countries: A comparative study using classification techniques. Research

in International Business and Finance,33, 75-98.

Krasicka, M. O., & Nowak, S. (2012). What’s in it for Me? A Primeron Differences between

Islamic and Conventional Finance in Malaysia (No. 12-151). International Monetary

Fund.

Kuran, T. (2004). Islam and Mammon: The economic predicaments of Islamism. Princeton

University Press.

Kurnia, A. S. (2004). Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank Terbesar Indonesia

dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Bisnis Strategi, 13,

126-139.

Leon, B., & Ericson, S. (2007). Manajemen Aktiva Pasiva Bank Non Devisa.Jakarta:

Grasindo.

Maharani, F. (2012). Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan Menggunakan Pendekatan Data

Envelopment Analysis (DEA) dan Pengaruh Efisiensi Perbankan Terhadap Stock

Return pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2005-2010. Skripsi Universitas Indonesia.

Margaretha, F. (2007). Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa. PT Grasindo.

Metwally, M. M. (1997). Differences between the financial characteristics of interest-free

banks and conventional banks. European Business Review,97(2), 92-98.

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016

Page 18: Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

18

Universitas Indonesia

Mills, P. S., & Presley, J. R. (1999). The Prohibition of Interest in Western Literature (pp.

101-113). Palgrave Macmillan UK.

Mirza, N., Rahat, B., & Reddy, K. (2015). Business dynamics, efficiency, asset quality and

stability: The case of financial intermediaries in Pakistan.Economic Modelling, 46,

358-363.

Olson, D., & Zoubi, T. A. (2008). Using accounting ratios to distinguish between Islamic and

conventional banks in the GCC region. The International Journal of

Accounting, 43(1), 45-65.

Peraturan Bank Indonesia nomor 14/15/PBI/2012

Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum

Dalam Rupiah Dan valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional

PSAK No. 31 Bab I huruf A angka 03

Sexton, T. R., Silkman, R. H., & Hogan, A. J. (1986). Data envelopment analysis: Critique

and extensions. New Directions for Program Evaluation,1986(32), 73-105.

Srairi, S. A. (2010). Cost and profit efficiency of conventional and Islamic banks in GCC

countries. Journal of Productivity Analysis, 34(1), 45-62.

Sundararajan, V., & Errico, L. (2002). Islamic financial institutions and products in the global

financial system: Key issues in risk management and challenges ahead (Vol. 2).

International Monetary Fund.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008

UU RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Wahyudi, I., Rosmanita, F., Prasetyo, M. B., & Putri, N. I. S. (2015). Risk Management for

Islamic Banks: Recent Developments from Asia and the Middle East. John Wiley &

Sons.

Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016