komparasi bank konvensional dan bank syariah di indonesia
TRANSCRIPT
1
Universitas Indonesia
Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia: Model Bisnis, Efisiensi, Kualitas Aset, Stabilitas
Gregy Aditya Hartono, Imam Wahuydi
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, 16324
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membandingkan bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan regresi logistik. Data dalam penelitian ini terdiri dari 107 bank umum konvensional dan 11 bank umum syariah Indonesia selama periode 2011-2014. Rasio FBI dan LDR digunakan sebagai indikator model bisnis. Rasio CIR dan OC digunakan sebagai indikator efisiensi. Rasio LLP dan NPL digunakan sebagai indikator kualitas aset. Rasio ROA, ETA, dan nilai ZSCORE digunakan sebagai indikator stabilitas. Hasilnya adalah bank konvensional dan bank syariah di Indonesia berbeda dilihat dari indikator model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas. Bank konvensional lebih efisien dan memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah, namun bank syariah memiliki kualitas aset yang lebih baik dan juga lebih stabil.
Segmentation Analysis of Young Hijabers Based on Shopping Orientation, Brand Preference, and Product Preference on Women Muslim Wear
Abstract
This study compares conventional and Islamic banks in Indonesia by using logistic regression. The data in this study consist of 107 conventional commercial banks and 11 islamic commercial banks in Indonesia during period of 2011-2014. FBI and LDR ratio are used as indicator of business model. CIR and OC ratio are used as indicator of efficiency. LLP and NPL ratio are used as indicator of asset quality. ROA, EAR, and ZSCORE score are used as indicator of stability. The results are conventional and Islamic can be distinguished by business model, efficiency, asset quality, and stability indicators. Conventional banks are more efficient and more profitable than Islamic banks, but Islamic banks have better asset quality and more stable.
Keywords: Conventional bank, Islamic bank, business model, efficiency, asset quality, stability
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
2
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Krisis global pada tahun 2008 memunculkan keraguan terhadap fungsi perbankan
konvensional. Tidak hanya itu, krisis tersebut juga meningkatkan perhatian terhadap bank
syariah karena tingkat stabilitas yang lebih baik dibandingkan bank konvensional selama masa
krisis (Hasan dan Dridi, 2010). Selain itu produk bank syariah juga lebih diminati oleh
beberapa negara yang menuntut layanan keuangan yang sejalan dengan kepercayaan mereka
(Beck et al, 2013). Secara global pertumbuhan industri perbankan syariah cukup tinggi
dengan tingkat rata-rata pertumbuhan dari tahun 2009 hingga 2014 sebesar 16,10% (Global
Islamic Finance Report, 2015).
Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsinya menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan lalu menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk pinjaman
(Kasmir, 2008). Baik bank konvensional dan bank syariah keduanya memiliki fungsi yang
sama, namun yang membedakan keduanya adalah dari segi prinsipnya, di mana bank
konvensional menggunakan prinsip interest-based sedangkan bank syariah menggunakan
prinsip free interest-based (Chong dan Liu, 2009). Seluruh produk dan layanan bank
konvensional tidak lepas dari bunga, seperti giro, simpanan, deposito berjangka, dan pinjaman
yang diberikan. Hal ini berbeda dengan bank syariah yang mengharamkan adanya bunga atau
riba. Terdapat 3 prinsip produk dan layanan yang diberikan oleh bank syariah berdasarkan
Hussain et al (2015), yaitu principle of equity, principle of participation, dan principle of
ownership. Selain itu, bank syariah juga melarang spekulasi karena adanya ketidakpastiaan
(gharar) dan juga melakukan aktivitas pendanaan pada bisnis yang haram seperti rokok, babi,
alkohol, judi yang melibatkan uang dan selain uang (maysir), pornografi, dan senjata (Hussain
et al, 2015). Hal ini secara jelas membedakan bank konvensional dan bank syariah dari segi
pendanaan dan aktivitasnya.
Bank konvensional dan bank syariah mungkin saja berbeda bentuknya, namun secara
substansial sebenarnya serupa dan tidak memiliki keunggulan efisiensi dan stabilitas (Kuran,
2004). Sampai sejauh ini, belum ada teori yang dapat memprediksi apakah seharusnya bank
syariah lebih efektif dalam mengelola biaya atau lebih stabil daripada bank konvensional.
Prinsip equity-based bisa saja meningkatkan insentif deposan untuk memonitor dana mereka
di bank, namun di sisi lain justru membuat bank relatif kurang untuk memonitor dana deposan
karena mereka terhindar dari ancaman deposan yang menarik dana mereka secara tiba-tiba
atau yang disebut dengan rush. Oleh karena itu, monitoring dan screening cost bank syariah
menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini membuat
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
3
Universitas Indonesia
permasalahan agensi bank syariah lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Pembatasan
prinsip syariah cenderung meningkatkan konsentrasi aset dan membatasi penggunaan
instrumen hedging bagi bank. Hal ini memunculkan ambiguitas terkait efisiensi bank syariah.
Namun, tingginya kompleksitas bank syariah dapat menyebabkan tingginya biaya yang
menyebabkan tingkat efisiensi yang lebih rendah. Lebih lanjut, bank syariah yang relatif baru
dibandingkan dengan bank konvensional memungkinkan struktur biaya yang lebih tinggi
(Beck et al, 2013)
Perbedaan kualitas aset dan stabilitas antara bank konvensional dan bank syariah masih belum
jelas, apakah sistem pendanaan secara ekuitas pada bank syariah cukup untuk menilai dan
memonitor risiko serta mendisiplinkan peminjam. Peran risk-sharing pada bank syariah juga
merupakan faktor yang dapat menurunkan risiko bank syariah. Namun di sisi lain, profit-loss
financing dapat meningkatkan risiko secara keseluruhan pada neraca bank syariah karena
menggunakan ekuitas daripada risiko hutang (debt). Menurut Diamond dan Rajan (2001),
pendanaan berdasarkan ekuitas juga menyebabkan goyahnya stabilitas bank. Risiko
operasional bank syariah bisa jadi juga lebih tinggi dikarenakan kompleksitas aturan syariah,
termasuk risiko hukum dan kepatuhan. Pembatasan penggunaan aset bank terhadap beberapa
instrumen seperti instrumen hedging dan kurangnya aset likuid berkualitas seperti obligasi
pemerintah juga dapat meningkatkan risiko bank syariah. Sehingga, tidak jelas apakah bank
syariah seharusnya lebih stabil atau tidak dibandingkan bank konvensional (Beck et al, 2013)
Prinsip yang berbeda antara bank konvensional dan syariah berimplikasi terhadap model
bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas yang berbeda pula. Berdasarkan teori yang telah
dijelaskan, belum ada yang dapat memberikan jawaban yang jelas terhadap apa yang
membedakan model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas antara bank konvensional dan
bank syariah. Oleh karena itu, dengan ambiguitas teori yang tidak memberikan jawaban
terhadap perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah serta perbedaan hasil dari
penelitian sebelumnya maka penelitian ini ingin melihat dan menganalisis apakah model
bisnis antara bank konvensional dan bank syariah berbeda, apakah dengan model bisnis yang
secara teori berbeda juga akan memperlihatkan tingkat efisiensi, kualitas aset, dan stabilitas
yang berbeda juga.
Penelitian ini sebelumnya juga pernah di lakukan di Indonesia oleh Utami (2012) dengan
menggunakan metode uji-t. Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode regresi
logistik, dengan metode tersebut dapat diketahui probabilitas bank syariah di Indonesia
beroperasi layaknya bank konvensional. Sehingga dengan adanya penelitian ini maka
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
4
Universitas Indonesia
diharapkan lebih memberikan manfaat kepada manajemen dan pengambil kebijakan untuk
menciptakan industri perbankan yang beragam dengan performa yang sama baiknya.
Tinjauan Pustaka
Definisi dan Fungsi Bank
Pada dasarnya bank merupakan lembaga intermediaris yang berfungsi untuk menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Pada
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 telah dijelaskan fungsi bank sebagai lembaga
penghimpun dan penyalur dana. Kasmir (2008) lebih lanjut menjelaskan bahwa bank sebagai
lembaga intermediaris keuangan berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat berupa
simpanan lalu menyalurkan kembali ke masyarakat berupa pinjaman atau kredit dan
memberikan jasa bank lainnya untuk memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat. Sesuai
dengan definisi perbankan, maka bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai
agent of trust di mana bank dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat untuk menitipkan dan
mengelola uang mereka, agent of development di mana bank menjalankan fungsinya untuk
mendorong kegiatan perekonomian, dan agent of services yang mana bank selain
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat juga memberikan layanan lainnya yang tidak
terlepas dari kegiatan perekonomian. (Budisantoso dan Sigit, 2006)
Prinsip Dasar Keuangan Syariah
Sistem keuangan syariah merupakan integrasi sosial, ekonomi, dan sistem keuangan
berdasarkan atas prinsip yang memberikan nilai positif terhadap aktivitas perekonomian yang
menyeimbangkan antara kebutuhan materi dan rohani (Wahyudi et al, 2015). Berdasarkan
pengertian tersebut, sistem keuangan islam memiliki tujuan untuk menyeimbangkan
kebutuhan materi dan rohani. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk menyeimbangkan
kebutuhan tersebut maka perlu dipahami kontrak pada sistem keuangan islam yang terbagi
atas akad atau kontrak li-tabarru’ dan kontrak li-tijari.
Kontrak li-tijari adalah kontrak yang memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Contoh
dari kontrak li-tijari adalah penjualan (bay’), rent dan lease (ijarah), partnership (syirkah),
dan pengolahan agrikultur (musaqat). Kontrak li-tabarru’ adalah kontrak yang bertujuan
untuk memberi bantuan kepada pihak yang membutuhkan. Contoh dari kontrak li-tabarru’
adalah pinjaman (qardh), penitipan (wadhiah), perwakilan (wakalah), pinjaman (dayn), dan
transfer hutang antar orang yang berhutang (hawalah). (Wahyudi et al, 2015). Berdasarkan
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
5
Universitas Indonesia
penjelasan tersebut, keuangan Islam benar-benar menyeimbangkan kebutuhan materi melalui
kontrak li-tijari dan juga kebutuhan rohani melalui kontrak li-tabarru’. Untuk itu pada
kontrak li-tibarru’ tidak diperkenankan untuk mengambil keuntungan.
Kedua jenis kontrak di atas pada dasarnya memiliki prinsip di mana dalam menjalankan
keuangan syariah, prinsip tersebut menjaga agar pelaksanaan keuangan syariah tidak
menyimpang dari yang telah ditetapkan. Prinsip tersebut terdiri principle of equity, principle
of participation, dan principle of ownership (Hussain et al, 2015). Yang dimaksud dengan
principle of equity adalah terkait dengan pelarangan bentuk riba yang bertujuan untuk
melindungi pihak yang lebih lemah dalam transaksi keuangan. Peningkatan kekayaan yang
tidak terkait dengan aktivitas yang menghasilkan sesuatu dalam aturan Islam adalah terlarang.
Prinsip ini juga merupakan dasar terhadap larangan ketidakpastian yang berlebihan (gharar)
yang dimanifestasikan oleh ambiguitas kontrak. Pihak yang melakukan transaksi
berkewajiban untuk mengungkap informasi sebelum melakukan kontrak, sehingga tidak
terjadi informasi asimetris. Prinsip ekuitas dan distribusi kekayaan juga mengatur tentang
zakat, di mana muslim yang memenuhi tingkat pendapatan tertentu wajib untuk membantu
orang lain yang membutuhkan bantuan. Principle of participation yaitu meskipun keuangan
syariah dikenal sebagai keuangan bebas bunga bukan berarti keuntungan dilarang dalam
Islam. Keuntungan datang dengan adanya pengambilan risiko, sehingga modal yang telah
dikeluarkan bisa kembali serta mengambil untung dengan adanya risiko yang diambil serta
upaya nyata. Peningkatan kekayaan harus diiringi oleh kegiatan yang produktif. Principle of
ownership yaitu larangan untuk menjual sesuatu yang tidak dimiliki. Keuangan syariah
dikenal sebagai pembiayaan berbasis aset, pihak yang melakukan kontrak harus menghormati
hak milik serta menjunjung tinggi kewajiban kontrak. (Hussain et al, 2015)
Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder yang berasal dari laporan
keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
Jumlah periode yang diambil yaitu 16 periode yang dimulai dari kuartal 1 tahun 2011 sampai
dengan kuartal 4 tahun 2014. Data berupa rasio-rasio bank yang akan digunakan untuk
melakukan perbandingan antara bank umum konvensional dan bank umum syariah. Sampel
yang digunakan untuk penelitian ini harus memenuhi beberapa kriteria yang terdiri dari:
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
6
Universitas Indonesia
1. Ketersediaan data yang lengkap dari tahun 2011 kuartal 1 sampai dengan tahun 2014
kuartal 4
2. Tidak melakukan merger dan akuisi selama periode yang digunakan
Metode yang digunakan untuk menganalisis perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional di Indonesia yaitu model regresi logistik. Model regresi logistik digunakan
untuk mengetahui variabel apa saja yang signifikan yang berguna untuk membedakan antara
bank konvensional dan bank syariah dilihat dari model bisnis, efisiensi, kualitas aset, dan
tingkat stabilitas.
Model persamaan yang digunakan yaitu:
𝑙𝑜𝑔 !!!!
= ∝ + 𝛽!𝐹𝐵𝐼 + 𝛽!𝐿𝐷𝑅 + 𝛽!𝐶𝐼𝑅 + 𝛽!𝑂𝐶 + 𝛽!𝐿𝐿𝑃 + 𝛽!𝑁𝑃𝐿 + 𝛽!𝑅𝑂𝐴 +
𝛽!𝐸𝑇𝐴 + 𝛽!𝑍𝑆𝐶𝑂𝑅𝐸 + 𝜀!
Pada model di atas p adalah probabilitas munculnya bunga, nilai 1 merupakan probabilitas
munculnya bunga pada bank sehingga bank tersebut adalah bank konvensional, sedangkan
jika nilainya 0 adalah bank syariah yang tidak menggunakan prinsip bunga. FBI adalah
variabel rasio fee based income, LDR adalah variabel loan to deposit ratio, CIR adalah
variabel cost to income ratio, OC adalah variabel overhead cost, LLP adalah variabel loan
loss provision, NPL adalah variabel non-performing loan, ROA adalah variabel return on
assets, ETA adalah variabel equity to assets, dan ZSCORE adalah variabel z-score.
Hipotesis Penelitian
1. Perbedaan Model Bisnis Bank Konvensional dan Bank Syariah
Beck et al (2013) pada penelitiannya menggunakan variabel fee based income dan loan to
deposit ratio untuk melihat perbedaan orientasi bisnis antara bank syariah dan bank
konvensional, berdasarkan penelitian tersebut bahwa orientasi bisnis antara bank syariah dan
bank konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Mirza et al (2015) juga
menggunakan fee based income dan loans to deposit ratio sebagai variabel yang digunakan
untuk melihat dinamika bisnis bank syariah, bank konvensional, dan instusi keuangan selain
bank di Pakistan. Mirza et al (2015) menemukan bahwa bank syariah dan bank konvensional
memiliki kemiripan pola pendanaan, sehingga tidak dapat dibedakan berdasarkan dinamika
bisnis. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya penelitian ini ingin menguji
hipotesis sebagai berikut:
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
7
Universitas Indonesia
H1a: Model bisnis antara bank syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio
FBI
H1b: Model bisnis antara bank syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio
LDR
2. Perbedaan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah
Metwally (1997) melakukan penelitian terhadap 15 bank dengan prinsip bebas bunga dan 15
bank konvensional periode 1992-1994 untuk melihat perbedaan karakteristik bank dengan
prinsip bebas bunga dan bank konvensional di Eropa. Pada penelitiannya tersebut bank
dengan prinsip bebas bunga dan bank konvensional tidak dapat dibedakan secara tingkat
efisiensinya. Hal ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Mirza et al (2015) yang
juga menemukan bahwa terdapat kesamaan efisiensi biaya antara bank syariah dan
konvensional. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Beck et al (2013) yang menemukan
bahwa bank konvensional lebih efisien dibandingkan bank syariah, namun bank syariah
memiliki rasio intermediasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Olson
dan Zoubi (2008) juga menemukan bahwa bank konvensional lebih efisien dibandingkan
dengan bank syariah. Berdasarkan tinjauan penelitian tersebut maka hipotesis yang dibentuk
yaitu:
H2a: Efisiensi antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio CIR
H2b: Efisiensi antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio OC
3. Perbedaan Kualitas Aset Bank Konvensional dan Bank Syariah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Beck et al (2013), bank syariah memiliki
kualitas aset yang lebih baik dan juga kapitalisasi yang lebih baik dibandingkan dengan bank
konvensional. Hal ini juga memberikan dampak selama masa krisis sehingga bank syariah
lebih unggul selama masa krisis dibandingkan dengan bank konvensional. Hasil penelitian
Mirza et al (2015) juga menemukan bahwa kualitas aset bank syariah lebih baik dibandingkan
dengan bank syariah. Menurut Mirza et al (2015) hal ini dikarenakan bank syariah memiliki
tingkat pemberian pinjaman yang moderat, menargetkan pasar yang memiliki risiko yang
rendah, dan kemungkinan bangkrut yang lebih rendah dibandingkan bank konvensioanl.
Namun Olson dan Zoubi (2008) memiliki hasil yang berbeda di mana bank syariah memiliki
kualitas aset yang lebih rendah dibandingkan dengan bank syariah. Olson dan Zoubi (2008)
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
8
Universitas Indonesia
mengatakan bahwa bank syariah lebih berisiko karena bank syariah mengelola cadangan
kontingensi yang lebih kecil yang disebabkan oleh ijarah dan skema leasing lainnya yang
memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional sehingga
cadangan yang dibutuhkan lebih rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penelitian
ini membangun hipotesis sebagai berikut:
H3a: Kualitas aset antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio LLP
H3b: Kualitas aset antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio NPL
4. Perbedaan Stabilitas Bank Konvensional dan Bank Syariah
Hasil penelitian Beck et al (2013) menemukan bahwa bank syariah lebih stabil pada saat krisis
dibandingkan dengan bank konvensional. Sejalan dengan hasil penelitian Beck et al (2013),
Mirza et al (2015) juga menemukan bahwa bank syariah lebih stabil dengan kapitalisasi yang
lebih baik dibandingkan bank konvensional. Tingginya stabilitas bank syariah secara
signifikan dicerminkan oleh Z-score yang muncul karena kapitalisasi yang unggul dan juga
kualitas aset yang lebih baik. Čihák dan Hesse (2008) pada penelitiannya terkait stabilitas
bank syariah dan bank konvensional di 18 negara pada periode 1993-2004 menemukan bahwa
bank syariah kecil cenderung lebih stabil dibandingkan bank konvensional kecil, namun bank
syariah besar tidak sebaik bank syariah kecil di mana bank syariah kecil lebih dibandingkan
bank syariah besar. Bank konvensional besar lebih stabil dibandingkan bank syariah besar.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, hipotesis yang dibentuk pada penelitian ini yaitu:
H4a: Stabilitas antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui ROA
H4b: Stabilitas antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio ETA
H4c: Stabilitas antara syariah dan bank konvensional dapat dibedakan melalui rasio ZSCORE
Hasil Penelitian
Analisis Hasil Regresi
Analisis hasil regresi dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dibangun untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang dirumuskan. Hasil dari regresi akan dilihat tingkat signifikansi dan
arahnya sehingga bisa diketahui apakah terdapat perbedaan antara bank konvensional dan
bank syariah.
Tabel 1. Regresi Logit
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
9
Universitas Indonesia
Jumlah observasi 1872
LR chi2(9) 822.99
Prob > chi2 0.0000
Log likelihood = -172.0710
Pseudo R2 0.7051
* signifikan pada α 1%
Sumber: olahan peneliti
Tabel 2. Ringkasan Hasil Regresi Logit
Indikator Variabel Signifikansi Hasil Arah Hasil Hipotesis
Model Bisnis FBI signifikan + (positif) tidak sesuai
LDR signifikan + (positif) tidak sesuai
Efisiensi CIR signifikan + (positif) sesuai
OC signifikan - (negatif) tidak sesuai
Kualitas Aset LLP tidak signifikan - (negatif) tidak sesuai
y Coef. Std. Err. z P>z [95% Conf. Interval]
fbi 3.833846 1.225946 3.13 0.0020* 1.431035 6.236657
ldr 0.375923 0.113128 3.32 0.0010* 0.154195 0.59765
cir 22.30983 1.571277 14.2 0.0000* 19.23019 25.38948
oc -34.1539 4.579628 -7.46 0.0000* -43.1298 -25.178
llp -4.19372 12.11501 -0.35 0.7290 -27.9387 19.55126
npl -26.337 9.008002 -2.92 0.0030* -43.9924 -8.68167
roa 156.138 17.86406 8.74 0.0000* 121.125 191.1509
eta -1.78546 1.302261 -1.37 0.1700 -4.33785 0.766923
zscore -0.03825 0.006044 -6.33 0.0000* -0.0501 -0.02641
_cons -11.9016 1.090234 -10.92 0.0000* -14.0384 -9.76478
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
10
Universitas Indonesia
NPL signifikan - (negatif) sesuai
Stabilitas
ROA signifikan + (positif) sesuai
ETA tidak signifikan - (negatif) sesuai
ZSCORE signifikan - (negatif) sesuai
Sumber: olahan peneliti
Indikator Model Bisnis
Terdapat perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah dengan melihat model bisnis.
Hal ini berarti bank syariah di Indonesia berbeda dengan bank konvensional dan secara
teoritis bank syariah memang berbeda dengan bank konvensional. Produk syariah yang
ditawarkan oleh bank syariah secara jelas memperlihatkan perbedaan antara bank
konvensional dan bank syariah, selain itu pelaporan neraca dan laporan keuangan keduanya
juga berbeda (Beck et al, 2013). FBI bank syariah secara rata-rata lebih rendah daripada bank
konvensional dikarenakan bank syariah mengandalkan pendanaan dengan sistem bagi hasil.
Walaupun bank syariah tidak menggunakan bunga pada seluruh produknya, namun tingkat
jasa yang diberikan oleh bank syariah juga mengkonfirmasi hasil temuan ini, karena dengan
melihat tingkat FBI bank syariah yang lebih rendah dibandingkan bank konvensional maka
dapat dikatakan bahwa produk jasa bank syariah masih di bawah bank konvensional.
Pendapatan terbesar bank syariah paling tinggi yaitu dari pendapatan margin murabahah
dengan rata-rata mencapai lebih dari 50% pendapatan operasional bank syariah.
Grafik 1. Perbandingan FBI Bank Konvensional dan Bank Syariah
0.0000
0.0500
0.1000
0.1500
0.2000
0.2500
2011Q1 2011Q3 2012Q1 2012Q3 2013Q1 2013Q3 2014Q1 2014Q3
FeeBasedIncome
BankKonvensional BankSyariah
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
11
Universitas Indonesia
Sumber: olahan peneliti
Rasio FBI bank syariah selalu berada di bawah bank konvensional, kecuali tahun 2012 dan
2014. Hal ini disebabkan oleh produk perbankan syariah yang lebih sempit dibandingkan
perbankan konvensional. Selain itu bank konvensional juga masuk pada pasar uang, pasar
saham, dan pasar derivatif, yang mana tidak diperbolehkan oleh prinsip syariah. Oleh sebab
itu pendapatan yang bersumber dari jasa pada perbankan syariah lebih rendah dibandingkan
bank konvensional.
Grafik 2. Pertumbuhan LDR Bank Konvensional dan Bank Syariah
Sumber: olahan peneliti
Tanda positif pada variabel LDR memperlihatkan bahwa LDR bank konvensional lebih tinggi
dibandingkan bank syariah dikarenakan bank konvensional lebih banyak menyalurkan
pinjaman kepada masyarakat dibandingkan dengan dana yang dihimpun. Bank konvensional
lebih agresif menyalurkan pinjaman karena sumber pendapatan utama bank konvensional
adalah bunga yang dihasilkan dari kredit atau pinjaman yang disalurkan. Terlebih bank
konvensional memiliki kewajiban untuk menjaga spread bunga yang dibayarkan kepada
nasabahnya. Secara rata-rata bank-bank di Indonesia memiliki tingkat LDR yang cukup
tinggi, melebihi batasan yang telah ditetapkan pada PBI No. 17/11/PBI/2015 tentang Giro
Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah Dan valuta Asing Bagi Bank Umum
Konvensional yaitu tidak lebih dari 92% dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Hal ini dapat
meningkatkan risiko gagal bayar yang lebih tinggi.
Pertumbuhan rasio LDR bank syariah mengalami fluktuasi yang cukup tajam yang terjadi
setiap kuartal ketiga tiap tahunnya. Hal ini berarti setiap kuartal ketiga pada tahun 2011-2014
-0.4000-0.3000-0.2000-0.10000.00000.10000.20000.3000
PertumbuhanLDR
banksyariah bankkonvensional
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
12
Universitas Indonesia
bank syariah tidak meningkatkan tingkat pembiayaannya, bank syariah berfokus untuk
melakukan pembagian keuntungan dengan nasabah.
Indikator Efisiensi
Kedua rasio yang digunakan sebagai indikator efisiensi yang membedakan antara bank
konvensional dan bank syariah secara statistik signifikan membedakan. Tanda positif pada
variabel CIR dan tanda negatif pada variabel OC mengindikasikan bahwa bank syariah di
Indonesia lebih efisien dibandingkan bank konvensional dalam pengelolaan beban
operasional. Dari grafik 4.3 terlihat bahwa bank konvensional memiliki CIR yang lebih tinggi
dibandingkan bank syariah. Hal ini mengkonfirmasi hasil dari regresi logistik.
Grafik 3. Perbandingan CIR Bank Konvensional dan Bank Syariah
Sumber: olahan peneliti
Namun penggunaan biaya overhead yang digunakan sebagai aset lebih tinggi pada bank
syariah. Secara umum berarti bank syariah masih lebih efisien dalam mengelola biayanya
dibandingkan bank konvensional. Hal ini berbeda dengan hipotesis serta hasil temuan
penelitian sebelumnya yang justru menemukan bahwa secara efisiensi kedua jenis bank tidak
dapat dibedakan. Hasil tersebut dikarenakan bank syariah di Indonesia tidak seagresif bank
konvensional. Bank konvensional lebih agresif dengan memberikan tingkat pengembalian
bunga yang tinggi untuk menarik masyarakat sehingga menyebabkan beban bunga yang
tinggi, namun di sisi lain bank syariah juga bank syariah lebih mampu untuk menekan biaya
operasionalnya yang ditunjukkan dengan rasio CIR yang lebih rendah. Selain itu, bank
0.00000.10000.20000.30000.40000.50000.60000.70000.80000.9000
CosttoIncomeRaKo
BankKonvensional BankSyariah
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
13
Universitas Indonesia
konvensional di Indonesia juga memberikan pelayanan transaksi derivatif yang memerlukan
biaya yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah karena pada prinsip syariah sesuatu yang
tidak pasti (gharar) dilarang, sehingga menyebabkan biaya operasional pada bank
konvensional lebih tinggi.
Indikator Kualitas Aset
Grafik 4. Perbandingan NPL Bank Konvensional dan Bank Syariah
Sumber: olahan peneliti
Tanda negatif pada rasio NPL memperlihatkan bahwa bank syariah memiliki tingkat NPL
yang lebih tinggi dibandingkan bank konvensional. Hal ini berarti bahwa kualitas aset bank
konvensional lebih baik dibandingkan bank syariah dilihat dengan rasio NPL. Sedangkan
rasio LLP tidak signifikan membedakan kedua jenis bank. Hasil ini berbeda dengan temuan
sebelumnya yang menemukan bahwa bank syariah memiliki kualitas aset yang lebih baik. Hal
ini berarati bank syariah di Indonesia memiliki risiko kredit yang lebih tinggi dibandingkan
bank konvensional, sehingga perlu perketatan aturan terhadap penyaluran pendanaan pada
bank syariah untuk menjaga agar kualitas aset bank syariah lebih baik. Tingginya tingkat NPL
disebabkan oleh biaya dana bank syariah cenderung tinggi, selain itu juga bank syariah
memiliki produk yang tidak seperti bank konvensional yang dapat mengambil margin
keuntungan yang tinggi. Oleh sebab itu kualitas aset bank konvensional masih lebih baik
dibandingkan bank syariah.
0.00000.00500.01000.01500.02000.02500.03000.03500.04000.0450
Non-PerformingLoan
BankKonvensional BankSyariah
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
14
Universitas Indonesia
Indikator Stabilitas
Grafik 5. Perbandingan ROA dan ETA Bank Konvensional dan Bank Syariah
Sumber: olahan peneliti
Tanda positif pada ROA memperlihatkan bahwa ROA bank syariah lebih rendah
dibandingkan bank konvensional. Hal ini karena bank syariah tidak seagresif bank
konvensional, selain itu diversifikasi produk bank syariah yang lebih banyak menyebabkan
pendapatan bank syariah tidak terkonsentrasi yang menyebabkan bank syariah tidak bisa
memaksimumkan pendapatan pada sektor yang lebih menghasilkan profit. Tanda negatif pada
ETA dan ZSCORE memperlihatkan bahwa bank syariah lebih kuat dibandingkan bank
konvensional. Krisis moneter pada tahun 1998 yang menimpa sejumlah bank di Indonesia
tidak terlalu berpengaruh pada bank syariah, hal ini menjelaskan kenapa bank syariah lebih
stabil dibandingkan bank konvensional.
Grafik 4.6 Perbandingan Z-score Bank Konvensional dan Bank Syariah
Sumber: olahan peneliti
0.0000
0.0100
0.0200
0.0300
2011Q1 2012Q1 2013Q1 2014Q1
ReturnonAsset
BankKonvensional BankSyariah
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
2011Q1 2012Q1 2013Q1 2014Q1
EquitytoAssetRaKo
BankKonvensional BankSyariah
0.0000
10.0000
20.0000
30.0000
40.0000
50.0000
60.0000
70.0000
Z-score
BankKonvensional BankSyariah
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
15
Universitas Indonesia
Pada grafik 4.6 terlihat bahwa bank syariah memiliki nilai z-score yang lebih tinggi
dibandingkan bank konvensional, grafik 4.6 mengkonfirmasi hasil dari regresi logistik. Bank
konvensional memiliki tingkat stabilitas yang lebih rendah dikarenakan adanya pengaruh yang
terjadi pada krisis global pada tahun 2008, sedangkan bank syariah tidak terkena dampak
karena eksposur pembiayaan bank syariah masih terbatas pada aktivitas perekonomian
domestik sehingga belum memiliki tingkat integrase yang tinggi dengan sistem ekonomi
global.
Kesimpulan
Indikator model bisnis dapat membedakan antara bank konvensional dan bank syariah di
Indonesia. Variabel FBI dengan nilai signikansi 0.002 dan variabel LDR dengan nilai
signifikansi 0.001 memperlihatkan bahwa FBI dan LDR dapat digunakan sebagai proksi
model bisnis untuk membedakan antara bank konvensional dan bank syariah. Hal ini berbeda
dengan hasil temuan Beck et al (2013) yang mana bank konvensional dan bank syariah tidak
dapat dibedakan melalui indikator model bisnis. Indikator efisiensi juga memperlihatkan
bahwa variabel CIR dan OC dapat membedakan antara bank konvensional dan bank syariah
dengan nilai signifikansi 0.000 dan 0.000. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bank
syariah lebih efisien dibandingkan bank konvensional. Beck et al (2013) dan Olson dan Zoubi
(2008) menemukan bahwa bank konvensional lebih efisien dibandingkan bank syariah.
Indikator kualitas aset dapat membedakan antara bank konvensional dan bank syariah dilihat
dari variabel NPL dengan nilai signifikansi 0.003. Tingkat non-performing loan bank syariah
lebih rendah dibandingkan bank konvensional, sehingga bisa disimpulkan bahwa bank syariah
memiliki kualitas aset yang lebih baik dan risiko kredit yang lebih rendah dibandingkan bank
konvensional. Indikator stabilitas juga dapat membedakan antara bank konvensional dan bank
syariah dilihat dari variabel ROA dan ZSCORE dengan nilai signifikansi 0.0000 dan 0.0000.
Tanda positif pada variabel ROA memperlihatkan bank konvensional memiliki tingkat
profitabilitas yang lebih tinggi namun nilai z-score yang lebih rendah dibandingkan bank
syariah. Sehingga dapat dikatakan bahwa bank syariah lebih stabil dibandingkan bank
konvensional. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Mirza et al (2015).
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
16
Universitas Indonesia
Daftar Referensi Abedifar, P., Molyneux, P., & Tarazi, A. (2013). Risk in Islamic Banking Review of
Finance, 17(6), 2035-2096.
Ade Arthesa dan Edia Handiman. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta:
PT. Indeks
Al-Harran, S. (1999). Cases in Islamic Finance. Arab LQ, 14, 193.
Beck, T., Demirgüç-Kunt, A., & Merrouche, O. (2013). Islamic vs. conventional banking:
Business model, efficiency and stability. Journal of Banking & Finance, 37(2), 433-
447.
Berger, A. N., Hancock, D., & Humphrey, D. B. (1993). Bank efficiency derived from the
profit function. Journal of Banking & Finance, 17(2), 317-347.
Borio, C. E., & Drehmann, M. (2009). Assessing the risk of banking crises–revisited. BIS
Quarterly Review, March.
Brooks, C. (2008). Introductory economics for finance. Cambridge University Press, UK.
Budisantoso, T dan Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat.
Chapra, M. U. (1992). Islam and the economic challenge (No. 17). IIIT.
Chong, B. S., & Liu, M. H. (2009). Islamic banking: interest-free or interest-based?. Pacific-
Basin Finance Journal, 17(1), 125-144.
Čihák, M., & Hesse, H. (2008). Islamic banks and financial stability: An empirical analysis.
IMF Working Papers, 1-29.
Čihák, M., & Hesse, H. (2010). Islamic banks and financial stability: An empirical
analysis. Journal of Financial Services Research, 38(2-3), 95-113.
Demirgüç-Kunt, A., & Huizinga, H. (2010). Bank activity and funding strategies: The impact
on risk and returns. Journal of Financial Economics,98(3), 626-650.
Dendawijaya, L. (2005). Manajemen perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Diamond, D. W., & Rajan, R. G. (2001). Liquidity Risk, Liquidity Creation and Financial
Fragility: A Theory of Banking.” Journal of Political Economy 109.
Farrell, M. J. (1957). The measurement of productive efficiency. Journal of the Royal
Statistical Society. Series A (General), 120(3), 253-290.
Gujarati, D. N. (2009). Basic econometrics. Tata McGraw-Hill Education.
Hartono M, Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
17
Universitas Indonesia
Hasan, M. M., & Dridi, J. (2010). The effects of the global crisis on Islamic and conventional
banks: A comparative study. IMF Working Papers, 1-46.
Hussain, M. M., Shahmoradi, A., & Turk, R. (2015). An Overview of Islamic Finance (No.
15-120). International Monetary Fund.
Iqbal, M., & Llewellyn, D. T. (Eds.). (2002). Islamic banking and finance: new perspectives
on profit sharing and risk. Edward Elgar Publishing.
Iqbal, Z. (1997). Islamic financial systems. Finance and Development, 34, 42-45.
Ismail, Perbankan Syariah, 2011, Jakarta: Kencana Prenada Group
Kasmir. 2008.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Rajagrapindo Persada
Kasmir. S.E., M.M. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Khan, M. S., & Mirakhor, A. (1989). The financial system and monetary policy in an Islamic
economy. Journal of King Abdulaziz University: Islamic Economics, 1(1), 39-57.
Khediri, K. B., Charfeddine, L., & Youssef, S. B. (2015). Islamic versus conventional banks
in the GCC countries: A comparative study using classification techniques. Research
in International Business and Finance,33, 75-98.
Krasicka, M. O., & Nowak, S. (2012). What’s in it for Me? A Primeron Differences between
Islamic and Conventional Finance in Malaysia (No. 12-151). International Monetary
Fund.
Kuran, T. (2004). Islam and Mammon: The economic predicaments of Islamism. Princeton
University Press.
Kurnia, A. S. (2004). Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank Terbesar Indonesia
dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Bisnis Strategi, 13,
126-139.
Leon, B., & Ericson, S. (2007). Manajemen Aktiva Pasiva Bank Non Devisa.Jakarta:
Grasindo.
Maharani, F. (2012). Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan Menggunakan Pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA) dan Pengaruh Efisiensi Perbankan Terhadap Stock
Return pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2005-2010. Skripsi Universitas Indonesia.
Margaretha, F. (2007). Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa. PT Grasindo.
Metwally, M. M. (1997). Differences between the financial characteristics of interest-free
banks and conventional banks. European Business Review,97(2), 92-98.
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016
18
Universitas Indonesia
Mills, P. S., & Presley, J. R. (1999). The Prohibition of Interest in Western Literature (pp.
101-113). Palgrave Macmillan UK.
Mirza, N., Rahat, B., & Reddy, K. (2015). Business dynamics, efficiency, asset quality and
stability: The case of financial intermediaries in Pakistan.Economic Modelling, 46,
358-363.
Olson, D., & Zoubi, T. A. (2008). Using accounting ratios to distinguish between Islamic and
conventional banks in the GCC region. The International Journal of
Accounting, 43(1), 45-65.
Peraturan Bank Indonesia nomor 14/15/PBI/2012
Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum
Dalam Rupiah Dan valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional
PSAK No. 31 Bab I huruf A angka 03
Sexton, T. R., Silkman, R. H., & Hogan, A. J. (1986). Data envelopment analysis: Critique
and extensions. New Directions for Program Evaluation,1986(32), 73-105.
Srairi, S. A. (2010). Cost and profit efficiency of conventional and Islamic banks in GCC
countries. Journal of Productivity Analysis, 34(1), 45-62.
Sundararajan, V., & Errico, L. (2002). Islamic financial institutions and products in the global
financial system: Key issues in risk management and challenges ahead (Vol. 2).
International Monetary Fund.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008
UU RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Wahyudi, I., Rosmanita, F., Prasetyo, M. B., & Putri, N. I. S. (2015). Risk Management for
Islamic Banks: Recent Developments from Asia and the Middle East. John Wiley &
Sons.
Komparasi bank ..., Gregy Aditya Hartono, FEB UI, 2016