bank syari’ah vs bank konvensional

32
Bank Syari’ah VS Bank Konvensional

Upload: krilekz

Post on 14-Jun-2015

4.700 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bank syari’ah vs bank konvensional

Bank Syari’ah VS Bank

Konvensional

Page 2: Bank syari’ah vs bank konvensional

Disusun Oleh

EKO PURWANTO TAMBA100732403686

Page 3: Bank syari’ah vs bank konvensional

Latar Belakang

• Aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan lainnya.

• Dibangun dengan tiga pilar, pertama: aqidah secara akal (aqidah aqliyyah), kedua: spirit ibadah (ibadah ruhiyah) dan ketiga: peraturan, hukum dan UU (nizhom qonuni qodhoi).

• Memiliki enam karakteristik utama: robbaniyah (theistic), insaniyah (humanistic), syumul (comprehensive), akhlaqiyah (ethics), waqi’iyah (realistic), tanasuq (regularity).

Page 4: Bank syari’ah vs bank konvensional

Karakteristik Utama Ekonomi Syariah

• Robbaniyah (Theistic), bersifat religius, diyakini sebagai hukum yang paling adil dan sempurna serta selaras dengan kebaikan serta dapat mencegah segala kerusakan.

• Insaniyah (Humanistic), diciptakan agar manusia derajatnya terangkat, jasmani dan rohani terjaga dan terpelihara.

• Syumul (Comprehensive), mengatur seluruh aspek dan bidang kehidupan. Baik aspek ibadah, aspek keluarga, perdagangan dan ekonomi, hukum dan peradilan, politik dan hubungan antar negara.

• Akhlaqiyah (Ethics), menegakkan tatanan sosial dan mewujudkan keteladanan dalam kehidupan manusia, memelihara nilai-nilai rohani dan etika.

• Waqi’iyah (Realistic), perhatian terhadap moral tidak menghalangi untuk memperhatikan realitas yang terjadi dan menetapkan syariat yang menyelesaikan masalah, sesuai dengan perubahan zaman, tempat, kebiasaan dan kondisi.

• Tanasuq (Regularity), bekerjanya semua individu dengan teratur dan saling bersinergi untuk mencapai tujuan bersama dalam keseimbangan.

Page 5: Bank syari’ah vs bank konvensional

Motif Ekonomi Syariah

• Mashlahah (Public Interest), merupakan motif yang dominan diantara ketiga motif yang ada, mashlahah adalah parameter perilaku yang bernuansa altruisme (kepentingan bersama).

• Kebutuhan (Needs), merupakan sebuah motif dasar (fitrah), dimana manusia memang memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

• Kewajiban (Obligation), merupakan representasi entitas utama motif ekonomi yaitu ibadah. Ketiga motif ini saling menguatkan dan memantapkan peran motif ibadah dalam perekonomian.

Page 6: Bank syari’ah vs bank konvensional

Sejarah Perkembangan

Bank Syari’ahperbankan syariah dimulai pada tahun 1975 dengan didirikannya

dubai Islamic bank

Bank syariah berdiri pertama kali di Indonesia sekitar tahun

1992

Page 7: Bank syari’ah vs bank konvensional

Pengertian

Bank Syariah

•bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW.

Bank Konvensi

onal

•Konvensi berasal dari kata convention yang artinya pertemuan dalam bank konvesnsional berarti operasional perbankan yang disepakati dalam sebuah konvensi dan arti lainnya adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Page 8: Bank syari’ah vs bank konvensional

Tujuan Bank Syariah

Mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam kehidupan masyarkat .

Mencegah capital flight (pelarian modal) karena hal ini akan memperlemah pertumbuhan ekonomi

Jaminan sosial dan pemerataan kekayaan. Dengan adanya pengelolaan zakat yang efektif dan efisien.

Prinsip operasional perbankan syariah menggunakan nilai-nilai syariah sehingga memungkinkan untuk menciptakan kemaslahatan (manfaat) bagi kehidupan masyarakat.

Meberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan bisnis yang halal

Page 9: Bank syari’ah vs bank konvensional

Fungsi Perbankan Syariah

Membantu pembangunan negar dengan memudahkan investasi modal

Meningkatkan investasi (penanaman modal) swasta asing serta jaminan investasi tersebut

Mengatur pinjaman yang dijamin dalam hubungan dengan pinjaman internasional

Memberi saran teknik tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pinjaman

Memberikan jasa bagi persengketaan ekonomi di negara-negara Islam

Page 10: Bank syari’ah vs bank konvensional

Prinsip Bank Syariah

Prinsip Titipan atau Simpanan

(Al-Wadiah)

Prinsip Bagi Hasil (Profit

Sharing)

Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Prinsip Jasa (Fee-Based

Service)

Page 11: Bank syari’ah vs bank konvensional

Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakia. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipanb. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan.

Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

Page 12: Bank syari’ah vs bank konvensional

Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

a) Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Akad Mudharabah ada dua yaitu:

1). Mudharabah Muthlaqah Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.2). Mudharabah Muqayyadah Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

Page 13: Bank syari’ah vs bank konvensional

Lanjutan prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

b) Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepak

Dua jenis al-musyarakah: 1) Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

2) Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

Page 14: Bank syari’ah vs bank konvensional

Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan . Adapun bagian dari prinsip ini antara lain:a) Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. b) Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat- syarat tertentu. c) Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual

Page 15: Bank syari’ah vs bank konvensional

Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.

Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

Page 16: Bank syari’ah vs bank konvensional

Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a. Al-Wakalah , Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

b. Al-Kafalah , Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang

ditanggung.

c. Al-Hawalah , Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.

d. Ar-Rahn , Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya

e. Al-Qardh , adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain

meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan

Page 17: Bank syari’ah vs bank konvensional

Perbedaan Sistim

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil.Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.

Bank Syariah

Pada sistem mekanisme operasionalnya bank konvensional lebih mengutamakan pada profit oriented

Tidak ada sistem penyertaan modal namun sistem meminjamkan atau memberikan kredit dengan penetapan bunga atau riba.

Bank Konvensi

onal

Page 18: Bank syari’ah vs bank konvensional

Konsep Transaksi Bank Syariah

• Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur.

• Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil antara bank dan nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (bank) menyediakan sebagian besar modal pada suatu usaha yang disepakati.

• Nisbah. Dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank bertindak sebagai pengelola keuangan (mudharib) yang akan menginvestasikan dana ke sektor -sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak bank sebelumnya dilakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

• Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara bank dengan nasabah di mana modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing.

• Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

Page 19: Bank syari’ah vs bank konvensional

Hal-hal yang harus dihindari dalam praktik Bank Syariah

1. Riba , Secara terang-terangan Allah SWT telah mengharamkan riba. ”Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS al-Baqarah 275).

2. Gharrar, (ketidakpastian) atau taghrir adalah praktik penipuan dengan melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa ilmu yang cukup, atau mengambil risiko dari perbuatan yang mengandung risiko tanpa memikirkan akibat yang bisa ditimbulkan terhadap orang lain.

3. Riswah, atau praktik suap menyuap merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Rasulullah dalam sebuah Hadis menyatakan bahwa Allah dan Rasul-Nya akan melaknat orang yang menyuap dan yang menerima suap. Dalam praktiknya, riswah biasanya dilakukan untuk melancarkan sebuah urusan, menutupi sesuatu, menghilangkan kecacatan, atau memudahkan sesuatu yang sebenarnya tidak mungkin.

4. Maysir, atau perjudian Praktik bisnis model ini masih ada hingga sekarang dengan berbagai variasi baru. Umumnya, dilakukan oleh orang-orang malas yang ingin mendapatkan keuntungan besar seketika. Islam melarang praktik ini karena tidak sehat dan lebih banyak mudharat-nya.

5. Ikhtikar, atau monopoli tidak diperbolehkan dalam Islam, karena siapapun berhak untuk melakukan jual beli di pasar. Pengertian ikhtikar di sini juga mengandung arti mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi.

6. Bai’ Najasi, (permintaan palsu) diharamkan karena penjual melakukan praktik bisnis dengan cara menyuruh orang lain memuji-muji kualitas dan kuantitas barangnya. Orang tersebut nantinya akan membeli barangnya itu dengan harga tinggi. Akibatnya, orang lain yang melihat akan terpengaruh dan tertipu dengan harga tersebut. Padahal, orang yang memuji dan membeli barang itu tak lain adalah temannya sendiri

7. Tadlis, (penyembunyian) adalah praktik bisnis yang dilakukan oleh seseorang dengan cara menyembunyikan informasi harga dari orang lain. Tujuannya, agar ada celah baginya untuk menipu orang yang tidak tahu harga barang sebenarnya. Praktik tadlis ini dimungkinkan untuk mengelabui pihak-pihak yang tidak mengetahui informasi dari suatu harga. Akibatnya, pihak yang tidak mengetahui informasi bisa dirugikan.

8. Tallaqi Rukban, biasanya banyak dilakukan oleh orang kota yang memiliki informasi lebih lengkap tentang harga suatu barang. Kemudian, ia membeli barang dari para petani atau produsen yang tidak memiliki informasi lengkap tentang barang tersebut, dengan tujuan untuk mendapatkan harga barang yang lebih murah dari harga sebenarnya.

Page 20: Bank syari’ah vs bank konvensional

Riba (sistem bunga) dalam Islam

Orang-orang yang makan (mengambil riba) tidak dapat berdiri melainkan seperti berdiriya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah ) kepada Allah . Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;mereka kekal di dalamnya (Al-Baqarah;275)

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memakan riba degan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (Ali-Imran:130)

Hai orang-rang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha penyayang kepadamu.

Page 21: Bank syari’ah vs bank konvensional

Kelemahan sistem riba atau suku bunga

Tabungan yang direncanakan tidak selalu sama dengan investasi yang direncanakan

Suku bunga bukan faktor yang menjamin untuk menyamakan tingkat tabungan dengan tingkat investasi melainkan tingkat pendapatan

Perilaku spekulasi atau suku bunga akan mempenrahi tingkat ketidakstabilan ekonomi karena bergantung pada tingkat suku bunga

Suku bunga juga mempunyai imbas bagi terjadinya inflasi, jika suku bunga turun maka akan terjadi jumlah uang beredar yang banyak sehingga menyebabkan terjadinya inflasi atau keadaan dimana semua barang mahal dan langka

Page 22: Bank syari’ah vs bank konvensional

Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

Page 23: Bank syari’ah vs bank konvensional

Akad dan Aspek Legalitas

Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.

Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.

Page 24: Bank syari’ah vs bank konvensional

Lembaga Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah.

Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

Page 25: Bank syari’ah vs bank konvensional

Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

Page 26: Bank syari’ah vs bank konvensional

Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

Page 27: Bank syari’ah vs bank konvensional

Lingkungan dan Budaya Kerja

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work (kerjasama dalam tim) dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh).

Page 28: Bank syari’ah vs bank konvensional

Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional secara umum

NO

BANK SYARIAH NO BANK KONVENSIONAL

Melakukan investasi-investasi dan kegiatan perbankan yang halal saja.

Investasi yang halal dan haram

Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.

Memakai perangkat bunga atau sistem riba.

Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan falah (kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat)

Profit oriented (berorientasi atau motif keuntungan)

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan peminjam dan yg meminjamkan atau debitur-kreditur

Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

Tidak terdapat dewan sejenis.

Page 29: Bank syari’ah vs bank konvensional

Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional secara rinci

NO Aspek Bank Syariah Konvensional

Sumber Al’quran Daya pikir manusia

Motif Ibadah Rasional Materialisme

Paradigma Syariah Pasar

Pondasi dasar Muslim Manusia Ekonomi

Landasan filosofi Falah Utilitarian Individualisme

Harta Pokok Kehidupan Asset

Investasi Bagi hasil Bunga

Distribusi Kekayaan Zakat, infaq, shadaqah, hibah, hadiah, wakaf dan warisan

Pajak dan Tunjangan

Produksi-Konsumsi Mashlahah, Kebutuhan, Kewajiban Ego dan Rasional

Mekanisme Pasar Bebas dan dalam pengawasan DPS Bebas

Pengawas Pasar Dewan Syariah Nasional Hanya tergantung situasi

Fungsi Negara Penjamin kebutuhan minimal dan pendidikan

Penentu kebijakan melalui departemen

Bangunan Ekonomi Bercorak perekonomian riil Dikotomi Sektor Ekonomi Riil dan Moneter

Page 30: Bank syari’ah vs bank konvensional

Kelebihan dan Kekurangan

• Sistem bagi hasil terbukti lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem bunga yang dianut bank konvensional (review pada waktu krisis ekonomi-moneter),

• Return atau keuntungan yang diberikan kepada nasabah pemilik dana bank syariah lebih besar daripada bunga deposito bank konvesional,

• Bank syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi bekerja sama atas dasar kemitraan,

• Prinsip laba bagi Bank Syariah bukan satu-satunya tujuan karena Bank Syariah lebih mengupayakan bagaimana memanfaatkan sumber dana yang ada untuk membangun kesejahteraan masyarakat,

• Luasnya pasar yang dianggap belum digarap secara maksimal, • Sosialisasi prinsip dan konsep yang masih kurang,• Profesionalisme layanan yang masih belum memadai.

Page 31: Bank syari’ah vs bank konvensional

Strategi Kendala-Kendala dalam Perbankan Syariah

Peningkatan Kualitas sumber daya manusia dibidang perbankan syariah. Salah satunya perlu mengembangkan pendidikan baik terori maupun praktik mengenai perbankan syariah.

Perlunya upaya-upaya yang lebih progresif dari semua pihak yang berkewajiban terhadap keberadaan dan pengembangan bank syariah baik dari kalangan pemerintah, ulama, praktisi perbankan terutama dari kalangan akademisi

Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada perbankan konvensional untuk membuka kantor cabang syariah yang mampu secara legalitas maupun materi

Page 32: Bank syari’ah vs bank konvensional

Pilihan Terbaik

Kinerja pertumbuhan pembiayaan bank syariah tetap tinggi sampai posisi Februari 2009 dengan kinerja pembiayaan yang baik (NPF, Net Performing Financing di bawah 5%). Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah per Februari 2009 secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 33,3% pada Februari 2008 menjadi 47,3% pada Februari 2009. Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp.40,2 triliun.

Sekali lagi industri perbankan syariah menunjukkan ketangguhannya sebagai salah satu pilar penyokong stabilitas sistem keuangan nasional. Dengan kinerja pertumbuhan industri yang mencapai rata-rata 46,32% dalam lima tahun terakhir, iB (baca ai-Bi, Islamic Bank) di Indonesia diperkirakan tetap akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun 2009

Dengan demikian sebagai sebuah lembaga praktik keuangan di masyarakat, maka keberadaan bank syariah di Indonesia masih perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Oleh karena itu keterlibatan Dewan Syariah Nasional maupun Dewan Pengawas Syariah merupakan strategi yang paling efektif . karena terlihat dari fakta-fakta yang ada bahwa perbankan syariah merupakan instrumen perekonomian yang mampu menghadapi krisis berbekal pada prinsip-prinsip syariah yang tertanam di dalamnya, maka perbankan syariah merupakan pilihan terbaik jika ingin berinvestasi atau melakukan kegiatan operasional perbankan dengan sistem yang halal dan mampu meningkatkan stabilitas perekomian