koma diabetikum pada diabetes mellitus

Upload: andy-santoso-hioe

Post on 08-Jul-2018

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

     Latar Belakang 

    Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinis kelainan metabolik, ditandai oleh

    adanya hiperglikemik yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau

    keduanya.1

    World Health Organiation (WHO) memperkirakan, pre!alensi global diabetes

    melitus tipe " akan meningkat dari 1#1 juta orang pada "$$$ menjadi %&& juta tahun "$%$.

    WHO memperkirakan 'ndonesia menduduki ranking ke di dunia dalam hal jumlah

     penderita diabetes setelah *hina, 'ndia dan +merika erikat. -ada tahun "$$$, jumlah

     penderita diabetes menapai /, juta dan diperkirakan pada tahun "$%$ jumlah penderita

    diabetes di 'ndonesia akan berjumlah "1,% juta. 0etapi, hanya $2 dari penderita diabetes di

    'ndonesia menyadari bah3a mereka menderita diabetes, dan hanya %$2 dari penderita

    melakukan pemeriksaan seara teratur."

    -eningkatan insidensi diabetes melitus di 'ndonesia tentu akan diikuti oleh

    meningkatnya kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes melitus. 4omplikasi diabetesmellitus terdiri dari komplikasi akut dan komplikasi kronis. 4omplikasi akut meliputi

    ketoasidosis diabetik (4+D), hiperosmolar nonketotik (HO54), dan hipoglikemia.

    edangkan untuk komplikasi kronis meliputi katarak, retinopati diabetik, nefropati diabetik,

     penyakit jantung koroner, penyakit arterial perifer, dan lainlain.  Oleh karena itu, penting

    dalam mengetahui gejalagejala komplikasi akut dari diabetes mellitus.% 

     Epidemiologi

    Data komunitas di +merika erikat, 6ohester, menunjukkan bah3a insiden 4+D

    sebesar /71$$$ pasien DM per tahun unutk semua kelompok umur, sedangkan untuk 

    kelompok umur kurang dari %$ tahun sebesar 1%,71$$$ pasien DM per tahun. umber lain

    menyebutkan insiden 4+D sebesar ,&/71$$$ pasien DM per tahun. 4+D dilaporkan

     bertanggung ja3ab untuk lebih dari 1$$.$$$ pasien yang dira3at per tahun di +merika

    erikat. Walaupun data komunitas di 'ndonesia belum ada, agaknya insiden 4+D di

    'ndonesia tidak sebanyak di 5egara barat, mengingat pre!alensi DM tipe 1 yang rendah.

    1

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    2/24

    8aporan insiden 4+D di 'ndonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan terutama

     pada pasien DM tipe ".

    +ngka kematian pasien dengan 4+D di 5egara maju kurang dari 2 pada banyak 

     pusat kesehatan, beberapa sumber lain menyebutkan 1$2, "1$2, atau 91$2. edangkan

    di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian dapat menapai "

    $2. +ngka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai 4+D,

    seperti sepsis, syok berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa

    darah a3al yang tinggi, uremia dan kadar keasaman darah yang rendah. 4ematian pada

     pasien 4+D usia muda umumnya dapat dihindari dengan diagnosis epat, pengobatan yang

    tepat dan rasional sesuai dengan patofisiologinya. -ada pasien kelompok usia lanjut,

     penyebab kematian lebih sering dipiu oleh faktor penyakit dasarnya.

    4ebanyakan kasus HO54 ditemukan pada pasien usia lanjut dengan diabetes tipe ":

    namun, dilaporkan pula pada anak dan de3asa muda. 4eseluruhan tingkat mortalitas

    diperkirakan sebesar "$2, dimana sekitar 1$2 lebih tinggi daripada tingkat mortalitas pasien

    4+D.

    Hipoglikemia biasanya ditemukan pada pasien diabetes melitus. ekitar 9$2 dari

    semua pasien yang menerima insulin mengalami episode hipoglikemia. 4ejadianhipoglikemia sangat ber!ariasi, namun pada umumnya penderita diabetes mellitus tipe 1

    memiliki ratarata episode hipoglikemia simtomatik per minggu dan per tahun. Diperkirakan

    "2 dari mortalitas akibat diabetes melitus dikaitkan dengan hipoglikemia.&

    ;rekuensi hipoglikemia lebih rendah pada orang dengan diabetes mellitus tipe "

    dibandingkan tipe 1. tudi di 'nggris menunjukkan bah3a pada pasien dengan diabetes

    mellitus tipe " risiko hipoglikemia berat rendah dalam beberapa tahun pertama (#2) dan

    meningkat menjadi "2 dalam perjalanan diabetes. 5amun pre!alensi diabetes mellitus tipe

    " adalah sekitar dua puluh kali lipat lebih tinggi dari diabetes mellitus tipe 1 dan banyak 

     pasien dengan diabetes mellitus tipe " akhirnya memerlukan pengobatan insulin, sehingga

    sebagian besar episode hipoglikemia terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe ". &

    2

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    3/24

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Diabetes Mellitus

    Menurut +merian Diabetes +ssoiation (+D+) "$$, Diabetes melitus merupakan

    suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

    kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya. edangkan menurut WHO 19/$

    dikatakan bah3a diabetes melitus sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimia3i

    yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau

    relatif dan gangguan fungsi insulin.

    4lasifikasi Diabetes Melitus menurut +merian Diabetes +ssoiation (+D+), "$$,

    yaitu1<

    1) Diabetes Melitus 0ipe 1

    DM ini disebabkan oleh kekurangan insulin dalam darah yang terjadi akibat kerusakan

    dari sel beta pankreas. =ejala yang menonjol adalah sering kening (terutama malam

    hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya

    normal atau kurus. >iasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur 

    hidup.1

    ") Diabetes Melitus 0ipe "

    DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat

    normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa

    tidak ada atau kurang. +kibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi

    hiperglikemia, dan #2 dari penderita DM type '' ini dengan obesitas atau kegemukan

    dan biasanya diketahui DM setelah usia %$ tahun.1

    %) Diabetes Melitus 0ipe lain1

    a. Defek genetik pada fungsi sel beta b. Defek genetik pada kerja insulin

    . -enyakit eksokrin pankreas

    d. ?ndokrinopati

    e. Diinduksi obat atau at kimia

    f. 'nfeksi

    g. 'munologi

    ) DM =estasional

    World Health Organization  (WHO) memperkirakan, pre!alensi global diabetes

    melitus tipe " akan meningkat dari 1#1 juta orang pada "$$$ menjadi %&& juta tahun "$%$.WHO memperkirakan 'ndonesia menduduki ranking ke di dunia dalam hal jumlah

    3

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    4/24

     penderita diabetes setelah *hina, 'ndia dan +merika erikat. -ada tahun "$$$, jumlah

     penderita diabetes menapai /, juta dan diperkirakan pada tahun "$%$ jumlah penderita

    diabetes di 'ndonesia akan berjumlah "1,% juta. 0etapi, hanya $2 dari penderita diabetes di

    'ndonesia menyadari bah3a mereka menderita diabetes, dan hanya %$2 dari penderita

    melakukan pemeriksaan seara teratur."

    -atofisiologi diabetes mellitus tipe 1 adalah pada saat diabetes mellitus tergantung

    insulin munul, sebagian besar sel pankreas sudah rusak. -roses perusakan ini hampir pasti

    karena proses autoimun, meskipun riniannya masih samar. 'khtisar sementara urutan

     patogenetiknya adalah< pertama, harus ada kerentanan genetik terhadap penyakit ini. 4edua,

    keadaan lingkungan seperti infeksi !irus diyakini merupakan satu mekanisme pemiu, tetapi

    agen noninfeksius juga dapat terlibat. 0ahap ketiga adalah insulitis, sel yang menginfiltrasi

    sel pulau adalah monosit7makrofag dan limfosit 0 terakti!asi. 0ahap keempat adalah

     perubahan sel beta sehingga dikenal sebagai sel asing. 0ahap kelima adalah perkembangan

    respon imun. 4arena sel pulau sekarang dianggap sebagai sel asing, terbentuk antibodi

    sitotoksik dan bekerja sama dengan mekanisme imun seluler. Hasil akhirnya adalah

     perusakan sel beta dan penampakan diabetes.&

    -asien DM tipe " mempunyai dua defek fisiologik < sekresi insulin abnormal dan

    resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran (target). +bnormalitas yang utama

    tidak diketahui. eara deskriptif, tiga fase dapat dikenali pada urutan klinis yang biasa.

    -ertama, glukosa plasma tetap normal 3alaupun terlihat resistensi insulin karena kadar 

    insulin meningkat. -ada fase kedua, resistensi insulin enderung memburuk sehingga

    meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa dalam bentuk 

    hiperglikemia setelah makan. -ada fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi

    insulin menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa dan diabetes yang nyata.&

    >erdasarkan keluhan klinik, biasanya pasien Diabetes Melitus akan mengeluhkan apa

    yang disebut - < polifagi dengan penurunan berat badan, polidipsi dengan poliuri, juga

    keluhan tambahan lain seperti sering kesemutan, rasa baal dan gatal di kulit. 1 

    Kriteria diagnostik Diabetes Mellitus:1

    • =ejala klasik DM ditambah =ula Darah e3aktu @"$$ mg7dl. =ula darah se3aktu

    merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan 3aktu

    makan terakhir, atau

    • 4adar =ula Darah -uasa @ 1"& mg7dl dengan keluhan klasik. -uasa diartikan pasien

    4

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    5/24

    tidak mendapat kalori tambahan sedikit nya / jam, atau

    • 4adar gula darah " jam pada 00=O @"$$ mg7dl. 00=O dilakukan dengan standard

    WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan # gram glukosa anhidrus

    yang dilarutkan dalam air.

    • A-emeriksaan Hb+1 (&,2) oleh +D+ "$11 sudah dimasukkan menjadi salah satu

    riteria diagnosis DM jika dilakukan pada sarana laboratorium yang sudah

    terstardisasi dengan baik.

    4omplikasi akut dari diabetes mellitus adalah ketoasidosis diabeti, hipeosmolar non

    ketotik, dan hipoglikemia. Hal ini dapat menyebabkan pasien dalam keadaan koma dan

     berujung pada kematian. Hal ini akan dibahas kemudian.1,%

    4omplikasi kronik dari diabetes mellitus meliputi penyakit mikorangiopati dan

    makroangiopati. -enyakit mikroangiopati meliputi retinopati diabeti, nefropati diabeti dan

    neuropati diabeti, sedangakan pada penyakit makroangiopati meliputi acute coronary

     syndrome, stroke, klaudikasio, maupun ulkus iskemik.1,%

    0ujuan pengobatan dari diabetes mellitus adalah menegah komplikasi akut dan

    kronik, meningkatkan kualitas hidup dengan menormalkan gula darah plasma, dan dikatakan

     penderita DM terkontrol sehingga sama dengan orang normal. -ilar penatalaksanaan Diabetes

    Mellitus meliputi

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    6/24

    0erapi gii medik merupakan ssalah satu dari terapi non farmakologik yang sangat

    direkomendasikan bagi penyandang diabetes. 0erapi ini pada prinsipnya melakukan

     pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gii diabetes dan melakukan modifikasi

    diet berdasarkan kebutuhan indi!idual. etiap penyandang diabetes sebaiknya mendapatkan

    terapi gii medik sesuai dengan kebutuhannya guna menapai sasaran terapi.#

    -rinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran

    makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan

    kalori dan at gii masingmasing indi!idu. -ada penyandang diabetes perlu ditekankan

     pentingnya keteraturan makan dalam hal jad3al makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama

     pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.#

    4egiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani seara teratur (% kali seminggu

    selama kurang lebih %$ menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes

    mellitus tipe ". 4egiatan seharihari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga,

     berkebun harus tetap dilakukan. 8atihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

    menurunkan berat badan dan memperbaiki sensiti!itas insulin, sehingga akan memperbaiki

    kendali glukosa darah. 8atihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

    aerobi seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. 8atihan jasmani

    sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Bntuk mereka yang

    relati!e sehat, intensitas latihan jasmani bias ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat

    komplikasi diabetes mellitus dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak 

    atau bermalasmalasan.#

    'nter!ensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum terapai

    degan pengaturan makanan dan latihan jasmani.%,#

    1. obat hipoglikemik oral

    a. Insulin secretagogue <

    ulfonilurea < meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Merupakan obat

     pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurangm namun masih boleh

    diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. *ontohnya glibenklamid.%,#

    6

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    7/24

    =linid bekerja epat, merupakan prandial gluose regulator. -enekanan pada

     peningkatan sekresi insulin fase pertama.obat ini berisiko terjadinya hipoglikemia.

    *ontohnya < repaglinid, nateglinid. %,#

     b.  Insulin Sensitizers

    0hiaolindinedion. Mensensitisasi insulin dengan jalan meningkatkan efek insulin

    endogen pada target organ (otot skelet dan hepar). Menurunkan resistensi insulin dengan

    meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga ambilan glukosa di perifer 

    meningkat. +gonis --+6C yang ada di otot skelet, hepar dan jaringan lemak.%,#

    . Gluconeogenesis Inhibitor 

    Metformin. >ekerja mengurangi glukoneogenesis hepar dan juga memperbaiki

    uptake glukosa perifer. 0erutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. 4ontraindikasi

     pada pasien dengan gangguan ginjal dan hepar dan pasien dengan keenderungan

    hipoksemia.%,#

    d. 'nhibitor absorbsi glukosa

    -enghambat glukosidase (aarbose) bekerja menghambat absorbsi glukosa di usus

    halus sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Obat ini

    tidak menimbulkan efek hipoglikemia. %,#

    Halhal yang harus diperhatikan <

    OHO dimulai dengan dosis keil dan ditingkatkan seara bertahap sesuai respon

    kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis maksimal. ulfonilurea generasi ' dan ''

    1%$ menit sebelum makan. =limepirid sebelum7sesaat sebelum makan. 6epaglinid,

     5ateglinid sesaat7sebelum makan. Metformin sesaat7pada saat7sebelum makan. -enghambat

    glukosidase bersama makan suapan pertama. 0hiaolidindion tidak bergantung jad3al

    makan.%,#

    ". 'nsulin

    • ekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi insulin basal dan sekresi insulin prandial.

    0erapi insulin diupayakan mampu meniru pada sekresi insulin yang fisiologis.%,#

    • Defisiensi insulin mungkin hanya berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial atau

    keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia pada keadaan

    7

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    8/24

     puasa, sedangkan defisiensi nsulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah

    makan.%,#

    • 0erapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap defisiensi

    yang terjadi.%,#

    • 0erapi insulin dapat diberikan seara tunggal berupa insulin kerja epat (rapid insulin),

    kerja pendek ( short acting ), kerja menengah (intermediate acting ) atau insulin ampuran

    tetap ( premixed insulin)%,#

    'nsulin diperlukan dalam keadaan < penurunan berat badan yang epat, hiperglikemia

    yang berta disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar non ketotik,

    hiperglikemia dengan asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO dengan dosis yang

    hampir maksimal, stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, 'M+, stroke), kehamilan

    dengan DM7DM =estasional yang tidak terkendali dengan perenanaan makan, gangguan

    fungsi hepar atau ginjal yang berat, kontraindikasi atau alergi OHO.%,#

    %. 0erapi 4ombinasi

    -emberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah untuk kemudian

    dinaikkan seara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah. Bntuk kombinasi OHO

    dengan insulin, yang banyak dipakai adalah kombinasi OHO dan insulin basal (kerja

    menengah atau kerja lama) yang diberikan pada malam hari atau menjelang tidur. Dengan

     pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa yag baik dengan

    dosis insulin yang ukup keil. Dosis a3al insulin kerja menengah adalah &1$ unit yang

    diberikan sekitar jam "".$$, kemudian dilakukan e!aluasi dosis tersebut dengan menilai

    kadar gula darah puasa keesokan harinya. >ila dengan ara seperti ini kadar gula darah

    sepanjang hari masih tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan insulin.%,#

    Definisi

    4oma diabetik merupakan koma yang terjadi akibat komplikasi dari berlebihnya

    kadar glukosa dalam darah maupun turunnya kadar glukosa dalam darah. Dalam hal ini,

    koma diabetik merupakan komplikasi akut dari diabetes mellitus. 4oma diabetik dapat terjadi

    akibat dari ketoasidosis diabetik, hiperosmolar nonketotik, maupun hipoglikemia.%,/

    8

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    9/24

    4etoasidosis diabetik adalah keadaan dekompensiasi kekaauan metabolik yang

    ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi

    insulin absolut atau relatif.% edangkan hiperglikemia nonketotik merupakan sindroma yang

    ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolalitas, dan dehidrasi dengan tidak adanya

    ketoasidosis.&

    Menurut +D+ (+merian Diabetes +ssoiation), hipoglikemia didefiniskan sebagai

    kadar glukosa plasma kurang lebih atau sama dengan #$ mg7d8. 0anda hipoglikemia dapat

    dikenali dengan trias Whipple, yaitu< (1) gejala konsisten dengan hipoglikemia, (")

    konsentrasi glukosa plasma yang rendah diukur dengan metode yang tepat, dan (%) hilangnya

    gejala setelah glukosa plasma meningkat.9

    Etiologi

    ?tiologi dari koma diabetikum adalah berlebihnya kadar glukosa darah dalam tubuh

    (ketoasidosis diabetik dan hiperosmolar nonketotik) atau kurangnya kadar glukosa darah

    (hipoglikemia). Masingmasing dari gangguan ini mempunyai beberapa faktor risiko.

    -enyebab 4+D dituliskan dalam tabel. ;aktor presipitasi paling umum yang

    menyebabkan 4+D adalah infeksi, diikuti dengan ketidakpatuhan penggunaan insulin.1$

    0abel 1. -enyebab 4etoasidosis Diabetik.1$

    Penebab Ketoasidosis Diabetik 

    Penebab u!u! berdasarkan

    frekuensi

    Infeksi" teruta!a #neu!onia"

    infeksi saluran ke!i$" dan

    se#sis

    Penatalaksanaan insulin

    inadekuat atau ketidak

    #atu$an

    Diabetes onset%a&al

    Penakit kardio'askular"

    teruta!a !iokard infark 

    Penebab Lain

    +kantosis nigrians

    +kromegali

    0rombosis arteri, termasuk

    mesenterika dan iliaka

    =angguan erebro!askular 

    Hemokromatosis

    Hipertiroidisme

    -ankreatitis

    4ehamilan

    Medikasi

    +gen antipsikotik atipikal

    4ortikosteroid

    0akrolimus

    =lukagon

    'nterferon

    +gen simpatomimetik, termasuk

    albuterol, dopamine,

    dobutamin, terbutalin, dan

    ritodrin

    -enyebab dari timbulnya gejala dari hiperosmolar nonketotik adalah faktorfaktor 

     penetus terjadinya penurunan kadar insulin dalam darah atau pengaktifan hormon

    9

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    10/24

    kontraregulasi insulin. ;aktor penetus tersebut dapat dibagi menjadi enam kategori< infeksi,

     pengobatan, nonompliane, diabetes tak terdiagnosis, penyalahgunaan at, dan penyakit

    komorbid. 'nfeksi merupakan penyebab utama terjadinya hiperosmolar nonketotik, dengan

    infeksi yang paling umum adalah pneumonia, tersering =ramnegatif, diikuti dengan infeksi

    saluran kemih dan sepsis.11

    Diabetes yang tak terdiagnosis sering berhubungan dengan hiperosmolar nonketotik 

    karena kegagalan untuk mengenali gejala a3al dari penyakit. 'nfark miokard, keelakaan

    erebro!askular, emboli pulmonal dan thrombosis mesenterika telah diiidentifikasi sebagai

     penyebab hiperosmoloar nonketotik. -ada suatu penelitian pada populasi masyarakat dengan

    hiperosmolar nonketotik, tiga penyebab hal ini adalah ompliane buruk terhadap medikasi,

    ingesti etanol, dan penggunaan kokain.1"

    0abel ". ;aktor -resipitasi Hiperosmolar 5on4etotik.11

    (aktor #resi#itasi $i#eros!olar non%ketotik 

    -enyakit penyerta

    Miokard infark akut

    0umor pemroduksi hormon adreno

    kortikotropik 

    =angguan erebro!askular 

    indrom *ushing

    Hipertermia

    Hipotermia

    0hrombosis mesenterika

    -ankreatitis

    ?mboli pulmonal

    =agal =injal

    8uka bakar berat

    0irotoksikosis

    ObatObatan

    alcium channel blockers

    +gen kemoterapeutik 

    4lorpromain

    imetidin

    DiaoEid

    =lukokortikoid

    Diuretik loop

    Olanapin

    -ropranolol

    0iaid

    !otal "arenteral #utrition

    'nfeksi

    elulitis

    'nfeksi dental

    -neumonia

    epsis'nfeksi saluran kemih

     5onompliane

    -enyalahgunaan at

    +lkohol

    4okain

    Diabetes tak terdiagnosis

    10

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    11/24

    ;aktor risiko terjadinya hipoglikemia pada pasien diabetes antara lain pasien dengan

    insufisiensi ginjal, pasien tua, pasien dengan ketidaksadaran akan hipoglikemia dan

    kegagalan otonomik terkaithipoglikemia.1"

    0erapi antidiabetik, perorangan dan penggunaan kombinasi, ber!ariasi dalam risiko

    hipoglikemia. Dalam satu metaanalisis intesifikasi setelah kegagalan monoterapi metformin

    maksimal, semua medikasi noninsulin lini kedua menyediakan perbaikan yang sama dalam

    ontrol glikemik, tetapi berbeda dalam menyebabkan hipoglikemia. ulfonilurea terutama

    dapat menyebabkan hipoglikemia dibandingkan agena antidiabetik oral lainnya.1"

    Patofisiologi

     "ato$isiologi %etoasidosis &iabetik '%(&)

    4etoasidosis diabetik terjadi karena defisiensi insulin realtif atau absolut bersamaan

    dengan pengeluaran berlebih hormon kontraregulasi (glukagon, katekolamin, kortisol, dan

    hormon pertumbuhan. Defisiensi insulin dan glukagon berlebih merupakan hal yang penting

    untuk terjadinya ketoasidosis diabetik. 0urunnya nilai rasio insulin terhadap glukagon

    meetuskan glukoneogenesis, glikogenolisis, dan pembentukan badan keton dalam hepar, danmeningkatkan pengiriman substrat dari jaringan lemak dan otot (asam lemak bebas dan asam

    amino) ke dalam hepar. -enanda inflamasi (sitokin, *reati!e protein) juga meningkat.%

    4ombinasi dari defisiensi insulin dan hiperglikemia mengurangi kadar fruktosa",&

    difosfatase, yang mengganggu akti!itas dari fosfofruktokinase dan fruktosa1,&difosfatase.

    >erlebihnya glukagon mengurangi akti!itas dari piru!at kinase, dimana defisiensi insulin

    meningkatkan akti!itas fosfoenolpiru!at karboksikinase. -erubahan akti!itas ini mengubah

    metabolism piru!at untuk sintesis glukosa. -eningkatan kadar glukagon dan katekolamin

    dengan kadar insulin rendah menetus glikogenolisis. Defisiensi insulin juga mengurangi

     jumlah transporter glukosa =8B0, yang mengganggu masukan glukosa ke dalam otot lurik 

    dan jaringan lemak dan mengurangi metabolism glukosa intraseluler.%,/

    4etosis terjadi akibat penigkatan pelepasan asam lemak bebas dari adiposity, yang

    menghasilkan sintesis badan keton dalam hepar. -engurangan kadar insulin, dengan

     peningkatan katekolamin dan hormon pertumbuhan, meningkatkan lipolisis dan pelepasan

    asam lemak bebas. eara normal, asam lemak bebas ini diubah menjadi trigliserida atau

    11

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    12/24

    F8D8 dalam hepar. 5amun, dalam ketoasidosis diabetik, hiperglukagonemia mengganggu

    metabolism hepatik dan menetus pembentukan badan keton, melalui akti!asi enim karnitin

     palmitoiltransferase '. ?nim ini berperan penting dalam meregulasi transport asam lemak ke

    dalam mitokondria, dimana oksidasi beta dan perubahan menjadi badan keton terjadi. -ada

     pH fisiologis, badan keton terdapat sebagai asam keton, yang dinetralisasi oleh bikarbonat.

    aat adangan bikarbonat berkurang, terjadilah asidosis metabolik. -eningkatan asam laktat

     juga berkontribusi dalam asidosis. -eningkatan asam lemak bebas juga meningkatkan

     produksi trigliserida dan F8D8. >ersihan F8D8 juga berkurang karena akti!itas lipoprotein

    lipase sensiti!einsulin pada otot dan jaringan lemak berkurang. Hipertrigliseridemia dapat

    sangat parah untuk menyebabkan pankreatitis.%,/

    4etoasidosis diabetik sering terjadi akibat peningkatan kebutuhan insulin, yang terjadi

    saat adanya penyakit yang lain. =agalnya menambahkan terapi insulin juga menambah

    masalah yang ada. -asien yang menggunakan alat infus insulin dengan insulin kerjapendek 

    dapat mengalami ketoasidosis diabetik, saat terjadi gangguan pada pengiriman insulin.%,/

     "ato$isiologi Hiperosmolar #on*%etotik 

    Defisiensi insulin relatif dan asupan airan inadekuat merupakan penyebab dasar 

    terjadinya HO54. Defisiensi insulin meningkatkan produksi glukosa hepatik (melaluiglikogenolisis dan glukoneogenesis) dan mengganggu penggunaan glukosa di otot lurik.

    Hiperglikemia menginduksi diuresis osmotik yang mengakibatkan deplesi !olume

    intra!askular, yang diperparah dengan penggantian airan inadekuat. 0idak adanya ketosis

     pada HO54 belum dapat dijelaskan. 4emungkinan, defisiensi insulin hanya bersifat relatif 

    dan kurang berat dari 4+D. -ada beberapa penelitian, dalam HO54 ditemukan kadar 

    hormon kontraregulasi yang rendah dibandingkan dengan 4+D. Dapat memungkinkan

     bah3a hepar kurang dapat menyintesis badan keton atau rasio insulin7glukagon tidak 

    menyebabkan ketogenesis.%,/

     "ato$isiologi Hipoglikemia

    =lukosa merupakan bahan bakar metabolik obligat bagi otak dalam kondisi fisiologis.

    Otak tidak mampu menyintesis glukosa atau menyimpannya dalam beberapa menit sebagai

    glikogen dan oleh sebab itu membutuhkan suplai glukosa terusmenerus melalui sirkulasi

    arterial. 4etika konsentrasi glukosa plasma arterial turun di ba3ah nilai normal, transportasi

    glukosa darahotak menjadi terganggu untuk menunjang fungsi dan metabolism energy otak.

    12

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    13/24

     5amun, mekanisme kontraregulasi glukosa seara normal menegah atau seara epat

    memperbaiki hipoglikemia.9

    4onsentrasi plasma glukosa seara normal dijaga dalam kisaran sempit, sekitar #$

    11$ mg7d8 dalam keadaan puasa dengan sedikit kenaikan setelah makan. Di antara 3aktu

    makan dan saat puasa, kadar glukosa plasma dijaga dengan produksi glukosa endogen, yaitu

    glikogenolisis hepatik dan glukoneogenesis hepatik (dan renal). Meskipun simpanan glikogen

    hati biasanya ukup untuk menjaga kadar glukosa plasma untuk sekitar / jam, periode 3aktu

    ini dapat berkurang jika penggunaan glukosa meningkat oleh olahraga atau jika adangan

    glikogen berkurang oleh penyakit atau kelaparan.9

     5ormalnya glukoneogenesis membutuhkan kadar insulin rendah dan adanya hormon

    kontraregulasi, bersamaan dengan suplai prekursor dari jaringan otot dan lemak menuju hati.

    Otot memproduksi laktat, piru!at, alanin, glutamin, dan asam amino lain. 0rigliserida pada

     jaringan lemak dipeah menjadi asam lemak dan gliserol, yang merupakan prekurosor 

    glukoneogenik.9

    4eseimbangan glukosa sistemik G penjagaan konsentrasi glukosa plasma normal G 

    terjadi oleh kerjasama hormon, sinyal neural, dan efek substrat yang meregulasi produksi

    glukosa endogen dan utilisasi glukosa oleh jaringan selain otak. Di antara semua faktor regulasi, insulin meainkan peranan penting. aat kadar glukosa plasma turun dalam kisaran

    fisiologis dalam keadaan puasasekresi insulin oleh sel beta panreas menurun, sehingga

    meningkatkan glikogenolisis dan glukoneogenesis hepatik. 4adar insulin rendah juga

    mengurangi penggunaan glukosa pada jaringan perifer menetuskan lipolisis dan proteolisis,

    sehingga melepaskan preursor glukoneogenetik. Oleh karena itu, penurunan sekresi insulin

    merupakan pertahanan pertama dalam mela3an hipoglikemia.9

    aat glukosa plasma menurun sedikit di ba3ah kisaran fisiologis, hormon

    kontraregulasi glukosa dilepaskan. Di antara semua hormon, sel alpha pangkreas glukoagon,

    dimana menstimulasi glikogenolisis hepatik, terutama bekerja. =lukagon merupakan

     pertahanan kedua mela3an hipoglikemia. ?pinefrin adrenomedular, yang menstimulasi

    glikogenolisis hepatik dan glukoneogenesis, tidak terlalu berarti. 5amun, hormon ini menjadi

     penting ketika glukagon berkurang. ?pinefrin menjadi pertahanan ketiga mela3an

    hipoglikemia. 4etika hipoglikemia memanjang melampaui jam, kortisol dan hormon

     pertumbuhan juga membantu produksi glukosa dan membatasi penggunaan glukosa.9

    13

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    14/24

    aat glukosa plasma turun di kisaran rendah, gejala hipoglikemia mendorong perilaku

    untuk menegah hipoglikemia, termasuk ingesti makanan.9

    4etika berlebihnya insulin sendiri dapt menyebabkan hipoglikemia, hipoglikemia

    iatrogeni pada diabetes merupakan hasil dari lebihnya insulin terapeutik relatif atau absolut

    dan terganggunya pertahanan fisiologis dan perilaku terhadap turunnya glukosa plasma.

    =angguan kontraregulasi glukosa menurunkan pertahanan fisiologis dan ketidaksadaran akan

    hipoglikemia (hypoglycemia una+areness) menurunkan pertahanan perilaku.9

    Dalam keadaan defisiensi insulin endogen, kadar insulin tidak menurun saat glukosa

     plasma menurun: pertahanan pertama mela3an hipoglikemia hilang. 8ebih lanjut,

    kemungkinan karena penurunan sekresi insulin intraislet seara normal merupakan sinyal

    untuk menstimulasi sekresi glukagon, kadar glukagon tidak meningkat saat glukosa plasma

    turun: pertahanan kedua mela3an hipoglikemia hilang. +khirnya, peningkatan epinefrin,

    salam respons terhadap hipoglikemia menjadi terganggu. Dalam keadaan tidak adanya

     penurunan insulin dan peningkatan glukagon, peningkatan epinefrin menyebabkan sindroma

    klinis dari gangguan kontraregulasi glukosa.9

    >erkurangnya respons simpatoadrenal terhadap hipoglikemia menyebabkan sindroma

    klinis dari ketidaksadaran akan hipoglikemia (hypoglycemia una+areness), karena hilangnya peringatan dari gejala adrenergik dan kolinergik yang sebelumnya memperingati pasien

    terhadap tandatanda hipoglikemia dan menghilangkan episode dengan ara ingesti

    karbohidrat. -asien seperti ini mempunyai & kali lipat peningkatan risiko hipoglikemia

    iatrogenik berat saat terapi glikemik agresif.9

    )e*ala Klinis

    Ge,ala %linis %etoasidosis &iabetik 

    Manifestasi klinik dari ketoasidosis diabetik biasanya dimulai dari poliuria dan

     polidipsia satu atau beberapa hari sebelumnya dengan rasa lelah, mual dan muntah. +khirnya,

    stupor terjadi dan dapat berkembang menjadi koma. -ada pemeriksaan fisik, bukti adanya

    dehidrasi pada pasien stupor dengan pernapasan yang epat dan dalam ditambah dengan bau

    14

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    15/24

    aseton pada pernapasan seara kuat mengarah pada diagnosis. 5yeri dan nyeri tekan perut

    dapat terjadi, dan hipotermia ringan biasanya terjadi./

    Ge,ala %linis Hiperosmolar #on*%etotik 

    Onset dari hiperosmolar nonketotik dapat terjadi diamdiam, dia3ali dengan gejala

    kelemahan, poliuria, dan polidipsia beberapa hari atau minggu. 6i3ayat berkurangnya asupan

    airan biasa ditemukan, oleh karena penderita tidak merasa haus, gangguan gastrointestinal,

    atau kurangnya mendapatkan airan pada orang tua atau pasien tirah baring. 6i3ayat

    memakan banyak airan mengandung glukosa dapat juga ditemukan./

    -emeriksaan fisik yang dapat ditemukan adalah tanda dehidrasi yang jelas. -asien

    dapat letargik, delirium, atau koma. -ernapasan 4ussmaul tidak ditemukan keuali faktor 

     presipitasi hiperosmolar nonketotik juga berkembang menuju asidosis metabolik./

    Ge,ala %linis Hipoglikemia

    =ejala neuroglikopenik dari hipoglikemia merupakan hasil langsung dari kurangnya

    glukosa pada susunan saraf pusat. =ejala meliputi perubahan perilaku, linglung, kelelahan,

    kejang, kehilangan kesadaran, dan, bila hipoglikemia parah dan memanjang, menyebabkan

    kematian. =ejala neurogenik dari hipoglikemia merupakan persepsi perubahan fisiologisyang disebabkan oleh rangsangan simaptoadrenal dimediasi- akibat hipoglikemia. =ejala

    meliputi gejala adrenergik seperti palpitasi, tremor, dan emas. =ejala juga meliputi gejala

    kolinergik seperti berkeringat, rasa lapar, dan parestesia. 5amun, hal ini bukan merupakan

    gejala spesifik. =ejalagejala tersebut membutuhkan hubungan antara konsentrasi glukosa

     plasma yang rendah dan resolusinya ketika glukosa plasma meningkat.9

    0anda umum dari hipoglikemia termasuk diaforesis dan puat. ;rekuensi nadi dan

    tekanan darah sistolik dapat meningkat namun dapat tidak meningkat pada indi!idu dengan

    episode hipoglikemik berulang. Manifestasi neuroglikopenik sering terlihat. Defisit

    neurologis fokal sementara kadang terjadi. Defisit neurologis permanen sangat jarang terjadi.

    9

    Pe!eriksaan Penun*ang

     "emeriksaan "enun,ang %etoasidosis &iabetik 

    15

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    16/24

    4etoasidosis diabetik ditandai dengan hiperglikemia, ketosis, dan asidosis metabolik 

    (peningkatan anion gap) bersamaan dengan beberapa gangguan metabolik sekunder.

    0erkadang, glukosa serum hanya sedikit meningkat. >ikarbonat serum biasanya 1$

    mmol78, dan pH arterial berkisar antara &,/ dan #,%, bergantung pada derajat keparahan

    asidosis. Meskipun terdapat defisit kalium tubuhtotal, kalium serum dapat sedikit meningkat,

    sekunder akibat asidosis. impanan natrium, klorida, fosfor dan magnesium tubuh berkurang

     pada k+D tapi tidak seara akurat menggambarkan kadar mereka dalam serum karena

    dehidrasi dan hiperglikemia. -eningkatan blood urea nitrogen (>B5) dan kadar kreatinin

    serum menunjukkan deplesi !olume intra!askular. 8eukositosis, hipertrigliseridemia dan

    hiperlipoproteinemia ubiasanymumnya ditemukan pula pada 4+D. Hiperamilasemia dapat

    menunjukkan diagnosis pankreatitis, terutama ketika disertai dengan nyeri abdomen. 5amun,

     pada 4+D, amilase biasanya berasal dari kelenjar sali!a dan tidak diagnostik untuk 

     pankreatitis. 8ipase serum harus dinilai jika diurigai adanya pankreatitis./

     5atrium serum terukur (measured serum sodium) berkurang sebagai konsekuensi

    hiperglikemia (1,& m?I pengurangan nartium serum untuk setiap 1$$ mg7d8 kenaikan

    glukosa serum). 5atrium serum normal pada kondisi 4+D menunjukkan adanya defisit

    airan yang jelas. Osmolalitas serum biasanya meningkat ringan atau sedang. /

    Calculated serumosmolality (mOsmkg   )=2 ( Na+ K )+ plasmaglucose(

    mg

    dL )

    18

    -ada 4+D, badan keton, Jhidroksibutirat, disintesis tiga kali lipat dari pada asam

    asetoasetat.: namun, asetosetat dapat dideteksi dengan pendeteksi ketosis yang biasa

    digunakan (reagen nitroprusida). >eberapa obat seperti aptopril atau penisilamin dapat

    menyebabkan positif palsu pada pemeriksaan ini. -emeriksaan asam Jhidroksibutirat serum

    lebih dipilih karena lebih akurat menunjukkan nilai keton tubuh./

     "emeriksaan "enun,ang Hiperosmolar #on*%etotik 

    Hiperglikemia berat ditemukan pada HO54, dengan kadar glukosa darah berkisar 

    dari &$$"$$ mg7d8. -ada kasus ringan, dimana dehidrasi yang terjadi ringan, hiponatremia

    delusional dan hilangnya natrium urin dapat mengurangi natrium serum sekitar 1"$1"

    m?I78, hal ini berfungsi sebagai perlindungan trerhadap hiperosmolalitas ekstrem. 4etosis

    16

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    17/24

     biasanya tidak ada atau ringan: namun, derajat keil ketonuria dapat terjadi jika pasien tidak 

    makan karena suatu penyakit./

     "emeriksaan "enun,ang Hipoglikemia

    -emeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pengukuran kadar glukosa

    darah. Hipoglikemia ditandai dengan kadar glukosa darah mg7d8 dengan gejala yang

    hilang dengan pemberian glukosa dapat dikatakan hipoglikemia. Walaupun demikian

     berbagai studi fisiologis menunjukan bah3a gangguan fungsi otak sudah dapat terjadi pada

    kadar glukosa darah mg7dl (% mmol78). 8ebih lanjut diketahui bah3a kadar glukosa darah

    mg7dl (% mmol78) yang terjadi berulang kali dapat merusak mekanisme proteksi endogen

    terhadap hipoglikemia yang lebih berat.9

    Diagnosis

    etelah penanganan kega3atdaruratan, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

     pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis. -asien dengan koma dalam

    dari HO54 atau hipoglikemia biasanya lemah ( $laccid ) dan bernapas seara tenang. >erbeda

    dengan pasien asidosis dimana pernapasannya epat dan dalam bila pH darah arterial turun

    menjadi #,1 atau lebih rendah. 4etika hipoglikemia menjadi penyebab koma, hipotermia

     biasanya terjadi, dan keadaan hidrasi biasanya normal./

    Penatalaksanaan

     "enatalaksanaan %etoasidosis &iabetik 

    Kika diagnosis ketoasidosis diabetik sudah ditegakkan, pemberian setidaknya " airan

    isotoni (larutan $,92 5) pada pasien de3asa dalam "% jam pertama diperlkan untuk 

    membantu mengembalikan !olume plasma dan menstabilkan tekanan darah ketika

    mengurangi keadaan hiperosmolar. ebagai tambahan, dengan membaiknya aliran plasma

    ginjal, penggantian airan juga mengembalikan kapasitas renal untuk mengekskresi ion

    hydrogen, sehingga mengeliminasi asidosis pula. egera setelah dimulainya penggantian

    airan, bolus epat $,% B7kg>> insulin regular diberikan seara intra!ena. Hal ini menegah

    glukoneogenesis dan ketogenesis ketika memulai utilisasi glukosa dan asam keto. Kika pH

    darah arterial # atau kurang, bikarbonat dapat diberikan seara intra!ena. -emasangan naso

    gastri tube direkomendasikan pada pasien koma untuk menegah muntah dan aspirasi yang

    17

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    18/24

    dapat terjadi karena atonia gaster. -emasangan kateter urin dan entral !enous atheter 

    diperlukan bila ada indikasi./

    'nsulin yang digunakan adalah insulin regular. -emberian loading dose $,% B7kg>>

    diberikan a3al sebagai bolus intra!ena. etelah itu pemeberian dosis insulin $,1 B7kg>>

    diberikan setiap jam dengan ara drip intra!ena lambat G atau meskipun dioberikan seara

    intramusular G efektif pada beberapa kasus, dan lebih aman. 4etika infuse kontinu insulin

    digunakan, " unit insulin manusia regular dilarutkan dalam "$ m8 larutan isotoni dan $

    m8 pertama dialirkan ke selang sebelum diberikan seara intra!ena. Kika kadar glukosa

     plasma gagal untuk turun setidaknya 1$2 pada satu jam pertama, ulangi pemberian loading

    dose. -ada kejadian yang jarang, pasien dapat mengalami resistensi insulin. Dalam hal ini

    dibutuhkan penggandaan dosis insulin tiap " jam jika hiperglikemia parah tidak membaik 

    setelah dua dosis insulin pertama dan penggantian airan. 0erapi insulin tetap diteruskan

    sampai pH darah arterial kembali ke kisaran normal./

    -ada kebanyakan pasien de3asa, defisit airan yang terjadi sekitar 8. -ada

     pemberian a3al, airan isotoni lebih dipilih untuk mengembalikan !olume plasma dan

    diberikan dengan keepatan 1 87jam dalam 3aktu 1" jam. etelah " 8 pertama, airan

    diganti dengan $,2 airan saline dengan keepatan %$$$$ m87jam, karena kehilangan

    airan melebihi kehilangan natrium pada diabetes tak terkontrol dengan diuresis osmotik.

    4egagalan dalam memberikan pengganti airan (setidaknya % 8 dalam / jam) untuk 

    mengembalikan perfusi normal merupakan salah satu hal yang membahayakan. ama halnya

     bila pemberian airan berlebih (L 8 dalam / jam) dapat menyebabkan acute respiratory

    distress syndrome  atau edema erebri. 4etika kadar glukosa plasma turun mendekati "$

    mg7d8, airan harus diganti dengan larutan glukosa 2 untuk menjaga glukosa plasma

    dalam kisaran "$%$$ mg7d8. Hal ini menegah terjadinya hipoglikemia dan juga

    mengurangi keenderungan terjadinya edema erebri, dimana dapat dihasilkan dari

     penurunan epat dari glukosa darah./

    -enggunaan natrium bikarbonat dalam penatalaksanaan ketoasidosis diabetik 

    dipertanyakan karena tidak ada keuntungan klinis dan karena konsekuensi merugikannya,

    yaitu< 1. 0erjadinya hipokalemia karena pergeseran epat kalium ke dalam sel bila asidosis

    o!erkoreksi, ". +noksia jaringan dari pengurangan disosiasi oksigen dari hemoglobin ketika

    asidosis seara epat diperbaiki, dan %. +sidosis serebral yang dihasilkan dari rendahnya pH

    18

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    19/24

    airan erebrospinal. Kika terjadi asidosis parah, natrium bikarbonat dapat diberikan jika pH

    darah diba3ah # dengan pengamatan yang baik untuk menegah o!erkoreksi./

    atu sampai dua ampul natrium bikarbonat (satu ampul mengandung m?I7$ m8)

    ditambahkan dalam 1 8 $,2 saline. 8arutan ini diberikan seara epat (dalam satu jam

     pertama). Dapat diulang sampai pH arterial menapai #,1. Kangan diberikan bila pH darah

    arterial mele3ati #,1 , karena penambahan bikarbonat dapat meningkatkan terjadinya

    alkalosis metabolik saat keton dimetabolisme. +lkalosis menyebabkan perpindahan kalium

    dari serum ke sel, menyebabkan aritmia jantung./

    Hilangnya kalium tubuh total dari poliuria dan muntah dapat menapai "$$ m?I.

     5amun, karena terjadinya pergeseran kalium dari sel menuju airan ekstraseluer sebagai

    konsekunsi dari asidosis, kalium serum biasanya normal atau sedikit meningkat bergantung

    terhadap penatalaksanaan. aat asidosis diperbaiki, kalium kembali menuju sel, dan

    hipokalemia dapat terjadi bila pemberian kalium tidak dilakukan. Kika pasien tidak uremia

    dan urine output adekuat, kalium klorida dengan dosis 1$"$ m?I7jam perlu diberikan dalam

    " sampai % jam setelah memulai terapi saat asidosis mulai mereda. -enggantian perlu dimulai

     jika kadar kalium serum a3al normal atau rendah dan perlu ditunda bila kalium serum gagal

     berespon terhadap terapi inisial dan tetap diatas m?I78, dalam kasus insufisiensi ginjal.

    -asien kooperatif dengan ketoasidosis ringan dapat menerima kalium seara oral. /

    -emberian fosfat jarang dibutuhkan dalam penaganan ketoasidosis diabetik. 5amun,

     bila hipofosfatemia parah terjadi (kurang dari 1 mg7d8) saat terapi insulin, sedikit fosfat dapat

    diberikan per jam. 4oreksi hipofosfatemia membantu mengembalikan kapasitas buffer 

     plasma, yang memfasilitasi ekskresi hydrogen renal. ;osfat juga memperbaiki disosiasi

    oksigen dari hemoglobin dengan meregenerasi ",% difosfogliserat. Bntuk menimilaisasi risko

    menetuskan tetani dari penggantian fosfat yang terlalu epat, defisit rerata $$ mmol

    fosfat digantikan dengan keepatan % mmol7jam seara intra!ena pada orang dengan berat

     badan &$#$ kg./

     "enatalaksanaan Hiperosmolar #on*%etotik 

    -emberian airan merupakan hal terpenting dalam menangani hiperosmolar non

    ketotik. >ila terjadi kolaps sirkulasi, terapi airan harus dimulai dengan airan isotoni. -ada

     beberapa kasus, pemberian inisial dengan airan hipotonik (biasanya $,2) lebih disukai,

    karena pasien dalam keadaan hiperosmolar dengan kehilangan airan tubuh dan kelebihan at

    19

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    20/24

    terlarut dalam kompartemen !asular. ebanyak & 8 airan dapat dibutuhkan dalam /1$

     jam pertama. -emantauan yang ermat dalam jumlah dan jenis airan, urine output, tekanan

    darah, dan nadi sangat esensial. -engukuran central -enous pressure  diperlukan untuk 

    memantau penggantian airan, terutama bila pasien lebih tua atau mempunyai gangguan

    ginjal atau jantung. 4arena terapi insulin mengurangi glukosa plasma dan osmolalitas serum,

     pengubahan menjadi airan isotoni diperlukan saat penatalaksanaan untuk menjaga tekanan

    darah adekuat dan urine output setidaknya $ ml7jam. 4etika gula darah menapai "$

    mg7d8, 2 dekstrosa dalam $, atau $,92 airan saline disubsitusikan dengan airan bebas

    gula. 4etika kesadaran kembali, berikan airan peroral./

    Hiperkalemia tidak terlalu berarti, dan kebanyakan kalium hilang melalui urine saat

    diuresis osmotik dari HO54 daripada 4+D. Oleh karena itu, hanya diperlukan sedikit

     pemberian kalium untuk menjadi normal kembali. 5amun, karena kalium serum a3al

     biasanya tidak meningkat dan karena menurun seara epat saat terapi insulin dimulai,

    direkomendasikan pada penderita HO54 untuk diberikan kalium pengganti di a3al

     penatalaksanaan< 1$ m?I kalium klorida dapat ditambahkan pada airan a3al bila kalium

    serum a3al tidak meningkat dan bila pasien mengeluarkan urin. 4etika fosfat serum menurun

    di ba3ah 1 mg7d8 saat pemberian insulin, pemberian fosfat dapat diberikan seara intra!ena

    dengan beberapa pertimbangan. Kika pasien sadar dan kooperatif, penggantian kalium danfosfat dapat diberikan seara oral total atau sebagian./

    eara umum, sedikit insulin dibutuhkan untuk mengurangi hiperglikemia pada

     pasien HO54 daripada pasien 4+D. 4enyataannya, penggantian airan sendiri dapat

    menurunkan kadar glukosa darah. Dosis inisial 1 unit insulin regular diberikan seara

    intra!ena dan 1 unit diberikan seara intramusular biasanya ukup efektif dalam

    menurunkan glukosa darah. -ada kebanyakan kasus, dosis selanjutnya diberikan tidak 

    melebihi 1$" unit per hari tiap jam. >eberapa pasien G terutama mereka yang sakit parah

    karena penyakit penyerta G memerlukan pemberian insulin intra!ena kontinu dengan

     pengamatan ketat./

     "enatalaksanaan Hipoglikemia

    -emberian tablet glukosa atau airan mengandungglukosa, permen atau makanan

    dapat diaplikasikan bila pasien dapat dan mau menerimanya. Dosis a3alnya adalah "$ g

    glukosa. *ontoh makanan atau minuman dengan kadar glukosa tersebut adalah 1$"$$ m8

     jus buah (jus jeruk) atau % sendok the penuh gula yang diampur dengan air. Kika pasien

    20

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    21/24

    tidak dapat dan tidak mau oleh karena neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan. =lukosa

    intra!ena (" g) diberikan dan diikuti dengan infus glukosa diiringi dengan pengukuran

    glukosa plasma serial. Kika terapi intra!ena tidak dapat dilakukan, glukagon subkutan atau

    intramusular (1.$ mg pada de3asa), terutama pada pasien DM tipe 1. 4arena aksinya

    menstimulasi glikogenolisis, glukagon kurang efektif pada pasien deplesiglikogen

    (ontohnya pada hipoglikemia terinduksialkohol). =lukagon menstimulasi sekresi insulin

    dan oleh karena itu kurang berguna untuk DM tipe dua. -enanganan ini bersifat sementara,

    dan pasien harus makan seepatnya untuk meningkatkan simpanan glikogen.9,1%

    -ada pasien yang sadar, berorientasi baik dan dapat menelan, setelah pemberian

    glukosa peroral, ulangi pengukuran glukosa darah kapiler 1$1 menit kemudian, jika masih

    kurang dari #$ mg7d8, ulangi pemberian glukosa peroral sampai tiga kali. Kika setelah tiga

    kali pengulangan kadar glukosa darah masih di ba3ah #$ mg7d8, siapkan glukagon 1 mg 'M

    atau berikan infus glukosa 1$2 intra!ena dengan keepatan 1$$ m87jam. Folume perlu

    ditentukan berdasarkan keperluan klinis. Kika kadar glukosa darah sudah di atas #$ mg7d8

    dan pasien telah pulih, berikan karbohidrat pada pasien bila mungkin. *ontoh karbohidrat

    yang dapat diberikan adalah dua keping bisuit, satu lapis roti, "$$%$$ m8 susu (bukan susu

    kedelai), atau porsi makanan biasa. etelah itu, dokumentasikan keadaan pasien. -antau

    glukosa darah pasien dalam " sampai / jam kemudian.9,1%

    -ada pasien yang tidak sadar dan7atau mengalami kejang dan7atau sangat agresif, ek 

    +>*D? ( (ir+ay. Breathing. irculation. &isability dan Exposure). etelah itu dapat dipilih

     penatalaksanaan sesuai kondisi< (1) -emberian glukagon 1 mg 'M. =lukagon, yang

    membutuhkan 3aktu 1 menit untuk memberikan efek, memobilisasi glikogen dari hati dan

    kurang efektif pada mereka yang malnutrisi kronik atau pasien dengan periode kelaparan

     berkepanjangan dan kekurangan adangan glikogen atau mereka yang mempunyai penyakit

    hati berat. (") Kika akses intra!ena tersedia, berikan #/$ m8 glukosa "$2 (dalam 1$1

    menit). Kika infusion pump tersedia, gunakan dalam administrasi glukosa. >ila tidak, berikan

    langsung glukosa. Blangi pengukuran glukosa darah kapiler 1$ menit kemudian. >ila masih

    kurang dari #$ mg7d8, ulangi. (%) Kika akses intra!ena tersedia, berikan 1$1&$ m8 glukosa

    1$2 (dalam 1$1 menit). Kika infusion pump tersedia, gunakan dalam administrasi glukosa.

    >ila tidak, berikan langsung glukosa. Blangi pengukuran glukosa darah kapiler 1$ menit

    kemudian. >ila masih kurang dari #$ mg7d8, ulangi. Kika kadar glukosa darah sudah di atas

    #$ mg7d8 dan pasien telah pulih, berikan karbohidrat pada pasien bila mungkin. *ontoh

    21

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    22/24

    karbohidrat yang dapat diberikan adalah dua keping bisuit, satu lapis roti, "$$%$$ m8 susu

    (bukan susu kedelai), atau porsi makanan biasa.9,1%

    Prognosis

     "rognosis %etoasidosis &iabetik 

    -emberian insulin, airan dan elektrolit bersamaan dengan penga3asan ermat pada

    respons klinis terhadap terapi dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas pada

    ketoasidosis diabetik. 5amun, komplikasi ini masih menjadi anaman potensial, terutama

     pada pasien lanjut usia dengan penyakit kardio!askular. >ahkan di tempat rujukan, tingkat

    mortalitas dapat menapai 1$2. 0anda klinis yang perlu dilihat pada pasien termasuk 

    kegagalan perbaikan pada status mental setelah periode penatalaksanaan, berlanjutnya

    hiptensi dengan aliran urin minimal, atau ileus berkepanjangan. 4elainan hasil laboratorium

    termasuk kegagalan penurunan glukosa darah menjadi /$1$$ mg7d8 saat satu jam pertama

    terapi, kegaaglan peningkatan bikarbonat serum atau pH arteri, kalium serum diatas & atau di

     ba3ah ",/ m?I78, dan elektrokardiografi menunjukan aritmia jantung./

     "rognosis Hiperosmolar #on*%etotik 

    Mortalitas keseluruhan dari HO54 adalah lebih dari 1$ kali dari ketoasidosisdiabetik, dikarenakan insidensi yang lebih sering pada orang tua, yang mungkin mempunyai

    gangguan system kardio!askular atau penyakit penyerta lainnya./

     "rognosis Hipoglikemia

    4ebanyakan pasien yang sampai pada ruangan ga3at darurat sudah sadar penuh:

    namun, hipoglikemia berkepanjangan atau hambatan dalam penaganan dapat menyebabkan

    defisit neurologis permanen atau kematian. >erulangnya episode hipoglikemia dapat

    mempunyai efek samping kumulatif dari fungsi intelektual./

    22

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    23/24

    BAB III

    PENU+UP

     %esimpulan

    4oma diabetik merupakan koma yang terjadi akibat berlebihnya kadar glukosa dalam

    tubuh maupun rendahnya kadar glukosa dalam tubuh. 4oma diabetik merupakan komplikasi

    akut dari diabetes mellitus. Hal ini bermanifestasi akibat ketoasidosis diabetik, hiperosmolar 

    nonketotik, dan hipoglikemia. ?tiologi dari ketoasidosis diabetik dan hiperosmolar non

    ketotik biasanya dari penyakit penyerta berat yang lain dan karena ketidakpatuhan dalam

    minum obat diabetes mellitus, sedangkan pada hipoglikemia terjadi akibat minum agen

    hipoglikemia oral yang tidak disertai asupan makanan. =ejala klinis meliputi poliuria dan

     polidipsia, tandatanda dehidrasi dan7atau pernapasan 4ussmaul (pada ketoasidosis diabetik),

    disertai dengan penurunan kesadaran. edangkan pada hipoglikemia, gejala klinis meliputi

    gejala adrenergik dan kolinergik. -enatalaksanaan pada hiperglikemia dengan pemberian

    insulin, airan, dan koreksi kelainan metaboli. edangkan pada hipoglikemia adalah

     pemberian glukosa yang terpantau. -rognosis dari penyakit ini adalah dubia ad malam.

    23

  • 8/19/2019 Koma Diabetikum pada Diabetes Mellitus

    24/24

    DA(+A, PUS+AKA

    1. =usta!iani 6. Diagnosis dan 4lasifikasi Diabetes Melitus. Dalam < buku ajar ilmu

     penyakit dalam. udoyo +W, etiyohadi >, +l3i ' dkk, editor. Kilid '''. ?disi 'F.

    Kakarta < balai penerbit ;4B', "$$&: 1/#.". -ersi.;aktor 8ingkungan dan =aya Hidup >erperan >esar Memiu Diabetes."$$/

    diakses tanggal 1" Kanuari "$11N http< 77pdpersi.o.id

    %. -o3ers +*. Diabetes Mellitus. 'n< 8ongo D8, ;aui +, 4asper D8, Hauser 8,

    Kameson K8, 8osalo K. editors. Harrisons -riniples of 'nternal Mediine. 1/th ed.

    B+< 0he M=ra3Hill *ompanies: "$1".p. "9&/%$$%

    . oe3ondo -. 4etoasidosis Diabetik. Dalam< udoyo +W, etiyohadi >, +l3i ',

    imadibrata M, etiati . editor. >uku ajar ilmu penyakit dalam. ?d. . Kakarta< -usat

    -enerbitan Departemen 'lmu -enyakit Dalam ;4B': "$$&.p.1/9&9. -erkeni. *onsensus pengelolaan dan penegahan diabetes mellitus tipe " di 'ndonesia.

    Kakarta : "$11. H.1

    &. -asIuel ;K, Bmpiere =?. Hyperosmolar hyperglyemi state< a histori re!ie3 of the

    linial presentation, diagnosis, and treatment. Diabetes *are. "$1: %#(11)< %1"%1

    #. hafiee =, Mohajeri0ehrani M, -ajouhi M, 8arijani >. 0he importane of 

    hypoglyemia in diabetik patients. K Diabetes Metab Disord 'nternetN. "$1":11(1)