keselamatan kerja bidang kebakaran

25

Click here to load reader

Upload: hanny-shabrina

Post on 21-Nov-2015

110 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Hal-hal yang menyangkut tentang keselamatan kerja bidang kebakaran

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran, untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran.

Penulis menyadari bahwa di dalam tugas makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Apabila ada kesalahan dalam hal teknis penulisan maupun materi. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini .Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 10 Desember 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah sehingga angka kecelakaan kerja yang mengakibatkan tenaga kerja mengalami cacat dan meninggal dunia cukup tinggi. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Sehubungan dengan perkembangan sektor industri yang semakin kompleks, terdapat banyak sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran.

Bahaya kebakaran adalah salah satu musuh utama pada setiap kegiatan produksi. Dengan memperhatikan banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh bahaya kebakaran baik yang diderita oleh pekerja maupun pengusaha maka dengan demikian sudah saatnya di lingkungan kerja menyediakan sarana keselamatan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja terutama di bidang industri yang rentan dengan risiko kebakaran. Namun kenyataan yang ada pada saat ini penggunaan berbagai macam material, mesin-mesin, alat-alat kerja, energi, proses kerja yang buruk, kurang keterampilan dan latihan kerja, serta tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya dalam industrialisasi berpotensi menimbulkan kebakaran. Dengan memperhatikan banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh bahaya kebakaran baik yang diderita oleh pekerja maupun pengusaha maka perlu diadakan suatu program khusus untuk penanggulangan kebakaran yang didalamnya terdapat organisasi penyelamat dan kelengkapan sarana keselamatan terhadap bahaya kebakaran guna menghindari kerugian yang lebih buruk.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Dasar Kebakaran1.1 Teori Api

Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa/reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran asap, panas, nyala dan gas- gas lainnya. Api juga dapat diartikan sebagai hasil dari reaksi pembakaran yang cepat (Pusdiklatkar, 2006). Untuk bisa terjadi api diperlukan 3 (tiga) unsur yaitu bahan bakar (fuel), udara (oksigen) dan sumber panas. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam suatu konsentrasi yang memenuhi syarat, maka timbullah reaksi oksidasi atau dikenal sebagai proses pembakaran (Siswoyo, 2007; IFSTA, 1993).1.2 Teori Segitiga Api (Fire Triangle)Secara sederhana susunan kimiawi dalam proses kebakaran dapat digambarkan dengan istilah Segitiga Api. Teori segitiga api ini menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya 3 unsur pokok, yaitu: bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2 yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator, dan panas yang cukup (materi pengawasan K3 penanggulangan Kebakaran Depnakertrans, 2008).

Gambar 2.1

Segitiga Api (Fire Triangle)Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila ketiga unsur di atas bertemu akan terjadi api. Namun apabila salah satu unsur tersebut tidak ada atau tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api ini dipakai sebagai dasar untuk mencegah kebakaran (mencegah agar api tidak terjadi) dan penanggulangan api yakni memadamkan api yang tak dapat dicegah (Karla, 2007; Sumamur, 1989).1.3 Kebakaran

Definisi umumnya adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab kebakaran

Penanggulangan bahaya kebakaran meliputi :

1. Fire Prevention

Pencegahan kebakaran untuk meniadakan terjadinya peristiwa kebakaran.

2. Fire Protection

Perlindungan terhadap bahaya kebakaran upaya melindungi jiwa manusia ataupun harta benda dari bahaya kebakaran.

3. Fire Fighting

Pemadaman kebakarab yaitu upaya melakukan tindakan dengan cepat dan cermat dalam memadamkan setiap terjadi kebakaran.

4. Fire Resque

Pertolongan dalam kebakaran yaitu upaya pertolongan secepat-cepatnya guna penyelamatan jiwa manusia serta menekan kerugian sekecil-kecilnya.

A. PENYEBAB KEBAKARAN

Panas merupakan salah sumber penyebab kebakaran. Panas adalah penyebab timbulnya kebakaran yang memnyebabkan perubahan temperatur hingga mencapai titik nyala dan terjadi kebakaran. Yang termasuk sumber-sumber panas adalah :

1. Sinar matahari

2. Listrik

3. Panas yang berasal dari energi mekanik (mesin)

4. Panas yang berasal dari reaksi kimia

5. Komperasi udara

Panas yang berasl dari sumber tersebut dipindahkan melalui 4 cara, yaitu :

1. Radiasi

: Perpindahan panas yang memancarkan ke segala arah.

2. Konduksi

: Perpindahan panas melalui benda (perambatan panas).

3. Konveksi

: Perpindahan panas yang menyebabkan perbedaan tekanan udara.

4. Loncatan buga api : Suatu reaksi energi panas dengan udara (O2).Selain panas, api juga merupakan sumber penyebab kebakaran. Adapun jenis-jenis api penyebab kebakaran adalah :

1. Api kelas A, adalah api yang berasal dari bahan yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, plastik, tekstil dll. Alat pemadam yang digunakan adalah air, busa, cairan penguap, dan bubuk kering.

2. Api kelas B, adalah nyala api dari bahan minyak tanah, bensol, dll. Alat pemadam yang digunakan adalah busa, cairan penguap, karbondioksida, dan bubuk kering.

3. Api kelas c, adalah nyala api yang berasal dari arus listrik. Alat pemadam yang digunakan adalah bubuk kering.

4. Api kelas D, adalah nyala api yang berasal dari bahan logam seperti titanium, sodium, aliminium, dll. Alat pemadam yang digunakan adalah bubuk kering.

B. BAHAYA KEBAKARAN

Peristiwa terbakar adalah reaksi hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat yang asam yang menimbulkan panas. Kebakaran terjadi apada ada 3 unsur terdapat secara bersamaan, unsur tersebut merupakan zat asam (oksigen), panas, dan bahan yang dapat terbakar. Bahaya kebakaran dapat timbul akibat :

1. Merokok

2. Zat cair yang mudah terbakar

3. Nyala api yang terbuka

4. Ketatrumahtangaan yang buruk

5. Mesin-mesin yang tidak terawat dan menjadikannya panas

6. Kabel-kabel listrik

7. Kelistrikan statis

8. Alat-alat las

Peristiwa yang mengakibatkan terjadinya kebakaran adalah :

1. Nyala api dan bahan-bahan pijar

Sumber bersentuhan dengan benda mudah terbakar.

Jika suatu benda diletakkan pada nyala api, suhu akan naik terbakar, menyala terus-menerus sampai habis.

Kemungkinan terbakar atau tidak, tergantung dari sifat, besar, keadaan, dan cara menyalakan zat padat.

2. Penyinaran

Sumber panas berupa gelombang elektronik yang mengenai panas akan membakar suatu bahan yang mudah terbakar tanpa bersentuhan, contohnya sinar infra merah.

3. Peledakan uap atau gas

Campuran uap atau gas yang mudah terbakar dalam batas untuk menyala/meledak) dengan udara akan menyebar dengan cepat.

Cepatnya penyebaran tergantung kepada sifat zat, suhu, dan tekanan udara yaitu 1 2000 m/s.

4. Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair

Proses terjadinya sama dengan peledakan uap atau gas.

Debu dari zat mudah terbakar/noktah cair berupa suspensi diudara yang dapat menimbulkan ledakan.5. Percikan api

Percikan api dengan temperatur tinggi mampu menyebabkan terbakarnya campuran gas, uap ataupun debu dan udara yang dapat menyala.

Percikan api terjadi akibat pemutusan arus dan kelistrikan statis akibat pergesekan 2 benda bergerak. Contohnya penggerindaan logam bukan besi seperti gelas flint yang ringan.

6. Terbakar sendiri

Dapat terjadi pada onggokan bahan bakar mineral yang padat atau organis.

Dipercepat oleh tingkat kelembaban.

Bahan mineral bertindak sebagai katalisator dalam proses tersebut dan bahan organik menggunakan bakteri.

Kebakaran minyak mudah teroksidasi dan cepat menyebar melalui benda yang menyerap minyak tersebut.

7. Reaksi kimiawi

Zat kimia yang bereaksi dengan udara bisa menimbulkan kebakaran. Contohnya fosfor kuning (teroksidasi dengan cepat di udara), kalsium karbida (mengurai secara seksotermis dengan air dan membebaskan gas asetilen penyebab kebakaran.

8. Peristiwa-peristiwa lain akibat gesekan antara 2 benda yang koefisiennya lebih besar dari koefisien gesekan panas.

C. ZAT-ZAT YANG MUDAH TERBAKAR DAN MELEDAK

Risiko yang timbul akibat kebakaran dipengaruhi oelh titik nyala (flash point), suhu menyala senditi, sifat terbakar karena proses pemanasan sendiri, berat jenis dan perbandingan berat uap terhadap udara, sifat bercampur dengan air, dan keadaan fisik.

1. Titik nyala api

Suhu terendah zat cair menyebabkan cukup uap untuk membentuk campuran yang dapat menyalakan api.

2. Suhu menyala

Suhu terendah zat padat, cair, an gas yang mampu menyala sendiri tanpa adanya bunga api atau nyala api yang dipengaruhi keadaan fisik zat tersebut.

3. Sifat terbakar

Terjadi karena proses pemanasan sendiri : zat tertentu (minyak biji-bijian, arang, dan logam bentuk bubuk halus), terbakar karena fermentasi dan oksidasi (jerami, biji-bijian).

4. Berar jenis dan perbandingan berat uap terhadap udara

Mempengaruhi pemiliahn bahan pemadam kebakaran.

5. Sifat bercampur dengan air

Dapat terjadi karena titik nyala api akan naik jika mampu bercampur dengan air secara baik.

6. Keadaan fisik

Keadaan fisik dari suatu zat pata tidak berhubungan dengan kondisi komposisi kimiawi zat padat tersebut, contohnya magnesium, jika berbenbentuk percikan mungkin bisa menimbulkan terbakar pada debunya, tetapi jika magnesium berukuran besar tidak akan mudah terbakar.

Peledakan merupakan suatu peristiwa sebagai akibat bebasnya energi secara cepat dan tanpa dikendalikan, sumber tenaganya adalah reaksi kimiawi. Tiga syarat pemicu terjadinya peledakan adalah :

1. Bahan yang mudah terbakar

2. Udara atau unsur penunjang lain yang menyebabkan terjadinya pembakaran

3. Sumber terjadinya nyala/suhu diatas temperatur suatu zat terbakar2. Peraturan Perundangan Kebakaran1. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 16 tahun 2009 mengenai standar kualifikasi aparatur pemadam kebakaran daerah

2. KEPMEN No 186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

3. PERMEN No 4 Tahun 1980

4. Intruksi Menteri Tenaga Kerja No 11 tahun 19973. Standar Operating Procedures pemadam kebakaran

Kode

: SOP-A4-15/PW.18/1/2008

Kegiatan : Penanggulangan Kebakaran serta Penyelamatan diri

A. UMUM

1. Penanggulangan

Sediakan alat pemadam kebakaran di Kantor anda. Apabila anda bisa membelinya, siapkanlah selimut pemadam (fire blanket) disetiap ruangan.

Sebagai pengganti fire blanket, sediakan karung goni (karung beras yang terbuat dari serat manila hennep). Basahi karung goni sebelum dipakai untuk memadamkan api. Panggil pemadam kebakaran apabila masih sempat. Pasang nomor penting dekat telephone, atau program telephon untuk nomor-nomor penting. Ingat bahwa mereka tidak akan datang dalam waktu singkat, kemungkinan api telah berkobar lebih besar.1.2 Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana kebakaran

Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana kebakaran adalah :

1. Cepat dan tepat

2. Prioritas

3. koordinasi dan keterpaduan

4. berdaya guna dan berhasil guna5. kemitraan

6. pemberdayaan

7. nondiskriminatif1.3 Tujuan penanggulangan bencana

Penanggulangan bencana bertujuan untuk :

1. Memberikan perlindungan kepada pegawai dari ancaman bencana

2. Menyelaraskan peaturan perundang-undangan yang sudah ada

3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh

4. Menghargai budaya local

5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta

6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan

7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyrakat, berbangsa, dan bernegara.2. Penyelamatan diriApabila karyawan/karyawati kantor sudah melakukan pengenalan dan pengecekan Kantor dengan seksama maka :1. Buat rencana penyelamatan diri bersama dengan menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap ruangan. Ini bisa melalui pintu ataupun jendela, jadi perhatikan apakah teralis kantor akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri di kantor bersama seluruh karyawan.

2. Persiapkan lampu senter di dekat tempat tidur bagi petugas Satpam.3. Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan tidak dapat bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau menunduk di bawah, tutup mulut dan hidung dengan kain yang dibasahi.

4. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman. Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat, demikian pula jika harus melalui jendela.

5. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila tidak ada jalan keluar menerobos kobaran api.B. PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT

1. Pegawai yang bersangkutan2. SATPAM3. Petugas yang menangani kebakaran4. Pemadam kebakaran

5. Kabag TU / Kasubag Umum6. Kepala perwakilan

C. PROSEDUR

No.ProsedurJangka waktu maksimal penyelesaian

01.Bila terjadi kebakaran karyawan dan tamu menyelamatkan diri ditempat aman dan jangan panik.3 menit

02.Penanggungjawab ruangan memberi informasi sumber kebakaran kepada petugas yang diberi tanggung jawab2 menit

03.Bila sumber kebakaran dan penyebab kebakaran diketahui maka petugas mematikan sakelar pemutus arus listrik atau putuskan arus listrik melalui panel MCB/zekering3 menit

04.Bila memungkinkan padamkan kebakaran tersebut dengan alat pemadam api dengan bahan pemadam yang sesuai (Tabung Pemadam, fire blanket, Karung Goni dsb)15 menit/selesai

05. (a)

(b)Namun bila ternyata kebakaran cukup besar segera hubungi dinas pemadam kebakaran dan PLN

Lingkungan sekitar perlu dirapihkan / sterilkan

sehingga mudah dicapai oleh pemadam kebakaran5 menit

5-10 menit

06. (a)

(b)Sambil menunggu petugas pemadam kebakaran. Satgas Kebakaran Perwakilan BPKP mempersiapkan peralatan pemadam /hydrant/genset.

Satgas / petugas yang ditunjuk mengambil posisi yang telah ditentukan7-10 menit

5-10 menit

07.Melakukan pemadaman sumber kebakaran / api

30 menit sd selesai

08.Lakukan penyelamatan dokumen-dokumen serta peralatan kantor30 menit/selesai

4. Contoh Kasus

Human Error Pemicu Kebakaran Pabrik Swallow

"Saat mesin dinyalakan, tiba-tiba keluar lidah api yang mengenai bahan kimia dan karet." Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta mensinyalir penyebab kebakaran pabrik sandal Swallow di Jalan Kamal Raya No 34, Kalideres, Jakarta Barat akibat human error. Menurut Kepala Dinas Pemadam Kebakaran

dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Paimin Napitupulu, berdasarkan penyelidikan

yang dilakukan dan keterangan korban luka, kebakaran diakibatkan forklip yang terbakar.

"Saat mesin dinyalakan, tiba-tiba keluar lidah api yang mengenai bahan kimia dan karet di dekatnya," ujarnya di Jakarta, Selasa, 16 Maret 2010. Sementara itu, kemarin, petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI yang melakukan penyisiran di lokasi kembali menemukan tubuh yang telah menempel dengan bahan plastik dan karet. Setelah diidentifikasi, ternyata itu adalah bagian tubuh jenazah Parngat, petugas keamanan yang telah ditemukan sebelumnya."Indikatornya dari cincin, kunci motor dan kunci loker. Mungkin tubuhnya terbelah saat proses evakuasi menggunakan esvakator, ujar Paimin. Dijelaskan Paimin, hingga kini jenazah yang ditemukan di lokasi kebakaran berjumlah empat orang. Keempat korban masing-masing bernama Andrew Anggrayani (29) yang diketahui tengah hamil lima bulan, Liana yang merupakan staf administrasi, Rusli (70) kepala gudang, dan Parngat (60) petugas keamanan. Petugas sampai sekarang masih melakukan pendingin di lokasi, karena masih adanya beberapa titik api. Petugas juga masih menyiagakan alat berat untuk mempermudah proses evakuasi. Dalam kesempatan yang sama, Paimin menyesalkan kurangnya sistem pemadaman kurang baik. Hal itu, diperparah sikap manajemen perusahaan yang kurang kooperatif, termasuk pendataan jumlah karyawan. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Boy Rafli Amar menuturkan, penyelidikan yang rencananya dilakukan Puslabfor Mabes Polri akan dilakukan setelah pemadaman api ataupun bara di lokasi dinyatakan telah selesai. Anton, Manajer HRD PT Sinar Jaya Prakarsa mengakui adanya keteledoran. Pasalnya, pada waktu kebakaran pintu darurat yang seharusnya digunakan untuk menyelamatkan diri saat itu, dalam kondisi terkunci sehingga menyulitkan karyawan keluar. "Keteledoran itu kami akui, tapi soal penyebab kebakaran akan dilakukan penyelidikan,katanya. Dia juga minta maaf kepada keluarga korban karena sampai hari ini belum dapat mengevakuasi seluruh korban yang tewas. Dia mengungkapkan perusahaan bukan tidak peduli, tapi terbentur dengan kebijakan direksi. "Bukannya kami menghindar, tapi kami belum mendapat kejelasan tentang identitas korban,"katanya. Terkait sistem keamanan kerja dan penanggulangan kebakaran, Anton mengatakan pabriknya memiliki 20 titik hidran di lahan seluas 2 hektar persegi, dan 216 alat pemadam ringan (apar). Bahkan, ada sejumlah tenaga kerja yang ditarik berasal dari petugas pemadam. "Ini peristiwa keempat dan kami sudah mengantisipasi dengan menyiapkan kebutuhan dalam penanganan kebakaran. Ini musibah," katanyaAnalisis Kasus

Di dalam kasus kebakaran yang terjadi di pabrik Swallow disebabkan karena human error,berdasarkan penyelidikan yang dilakukan dan keterangan korban luka, kebakaran diakibatkan forklip yang terbakar.

Lokasi : pabrik sandal Swallow di Jalan Kamal Raya No 34, Kalideres,Jakarta Barat

Waktu : Selasa, 16 Maret 2010

Korban : 4 orang.

Masalah : Petugas tidak mengidentifikasi tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya, karena kebakaran pada pabrik swallow ini disebabkan oleh forklip yang tebakar. Selain itu, sikap manajemen perusahaan yang kurang kooperatif, termasuk pendataan jumlah karyawan. Pada kasus ini terjadi pelanggaran pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. KEP.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja :

1. Pasal 7 ayat 1 :Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat a mempunyai tugas :

a. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan kebakaran;

b. Memadamkan kebakaran pada tahap awal;

c. Mengarahkan evakuasi orang dan barang;

d. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait;

e. Mengamankan lokasi kebakaran

2. Pasal 2 ayat 2

Kewajiban mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran di tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melipti:

a. Pengendalian setiap bentuk energi;

b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi;

c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;

d. Pembentukan unit penanggulangan

3. Pasal 3

Pembentukan unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran.

Pelanggaran pasal 3, dikarenakan perusahan tidak mendata jumlah karyawan sehingga perusahaan tidak dapat memperkirakan jumlah alat pemadam kebakaran sesuai dengan yang dimaksud dalam pasal 3. Pada kasus ini juga terdapat adanya keteledoran,dimana pada waktu kebakaran pintu darurat yang seharusnya digunakan untuk menyelamatkan diri saat itu, dalam kondisi terkunci sehingga menyulitkan karyawan keluar. Dan sistem pemadaman kurang baik dimana alat- alat pemadam api yang dimiliki Pabrik Swallow tidak berfungsi dengan baik karena peletakan dan pemeliharaan yang kurang tepat. Dalam hal ini melanggar PERMEN No. 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan pasal 4 ayat 1 dan pasal 11 ayat 1.

Pasal 4 ayat 1

Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.

Pasal 11 ayat 1

Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu :

a. Pemeriksaan dalam jangka 6 bulan

b. Pemeriksaan dalam jangka 12 bulan5. Kondisi nyata pada industri

Kebakaran yang terjadi dalam kasus di atas adalah kurangnya pelatihan dan edukasi terhadap para perkerja tentang bahaya kebakran.

Masih adanya perusahaan yang tidak mempunyai manajemen kebkaran pada perusahaan contohnya pada kasus satu persushaan tidak memiliki hydrant air untuk kebakran .

Pendataan pada pekerja harusnya lebih akurat sehinnga pada saat ada bahaya pendataan akan lebih mudah.

Harusnya perusahaan lebih banyak menempelkan peringatan pada mesin maupun bahan yang dapt menyebabkan bahaya kebakaran .

6. Kerugian

Hilang penghasilan

Biaya pengobatan

Premi asuransi dan administrasi

Kerusakan alat

Hilang produksi

7. Dampak

Cedera

Kerugian

Kehilangan tempat kerja

Kehilangan pekerjaan

8. Saran Untuk Pemadam Kebakaran dan Perusahaan

Saran untuk pemadam kebakaran :

Alat perlindungan khusus bagi petugas pemadam kebakaran

Gunakan alat bantu pernapasan SCBA

Cegah air dari pemadam kebakaran mengontaminasi air permukaan atau sistim tanah

Saran untuk perusahaan :

Perusahaan harus membuat perencanaan darurat kebakaran

Memiliki unit/organisasi penanggulangan kebakaran (ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis)

Memiliki jalur/ tempat evakuasi

Memiliki fasilitas dan peralatan dalam menangani kebakaran

Pembinaan dan pelatihan mengenai kebakaran

Pemeriksaan dan pengawasan yang teratur terhadap kemungkinan kebakaran9. Pencegahan

Usaha atau upaya untuk mencegah dan mengurangi kerugian / kehancuran akibat kebakaran baik sebelum atau pada waktu terjadi kebakaran.

1. Memberi motivasi kepada karyawan2. Meyakinkan bahaya meluasnya kebakaran sebagai kerugian mereka juga.3. Melindungi teman kerja adalah tanggung jawab mereka karena mereka bekerja disitu dan untuk keselamatannya.4. Tercerminnya rasa memiliki untuk melindunginya.5. Kebanggaan bagi masyarakat bisa melindungi dan mencegah kehancuran tempat kerja mereka sebagai sumber penghasilan.6. Perencanaan / penempatan alat atau fasilitas pemadam, sehingga jika kebakaran terjadi dapat segera dipadamkan dan diatasi.7. Usaha penyelamatan dengan menyediakan sarana dari daerah atau tempat bahaya, sperti sirene/alarm, tangga dan pintu darurat (emergency door) serta membuat prosedur kebakaran dan penyelamatan.8. Usaha pencegahan kebakaran akibat bencana alam.9. Membuat penyekat-penyekat atau pemisah pada bangunan dan kamar-kamar mesin atau penyimpanan bahan-bahan berbahaya sperti dinding, pintu pemisah (fire wall, fire door) dan lain-lain

A. PENCEGAHAN KEBAKARAN SECARA KONSEPSIONAL

Dalam perencanaan bangunan, instalasi, pabrik telah dipikirkan bahaya-bahaya kebakaran dan penempatan atau pemasangan alat-alat pemadam kebakaran baik yang telah terpasang ataupun yang ditempatkan (portable).

Memberi pengetahuan dan melatih semua karyawan, anggota keluarga, masyarakat mengenai bahaya, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran dengan mengadakan latihan-latihan.

Menempatkan / memasang alat pemadam yang cocok sesuai dengan jenis / bahan serta aktifitas kerja dan bangunan yang ada.

Menata, memelihara dan menginspeksi ruang, tempat kerja, bangunan atau instalasi tempat kerja.

PENCEGAHAN KEBAKARAN SECARA TEKNIS

Pada prinsipnya mencegah tiga unsur kebakaran bersatu membentuk suatu proses kebakaran seperti dalam definisi, sehingga kebakaran tidak terjadi.

Sumber panas adalah faktor utama sebagai penyebab kebakaran, yaitu

BAHAN; jangan didekatkan dengan bahan-bahan yang mudah terbakar pada sumber panas, kemudian

OKSIGEN; pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari bahan-bahan panas dan juga sumber panas

PANAS; dijauhkan dari tempat penyimpanan bahan-bahan.

B. PERALATAN PENCEGAHAN KEBAKARAN

APAR / Fire Extinguishers / Racun Api

Alat pemadam api ringan (fire extinguisher)/APAR berfungsi mematikan api pada saat pertama kali muncul. Penggunaan APAR yang efektif akan mampu mencegah terjadinya bahaya kebakaran.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi efektifitas pencegahan kebakaran di tempat kerja. Bukan saja pemilihan jenis alat pemadam api yang harus tepat, akan tetapi harus diperhatikan pula faktor pemasangan dan pemeliharaannya.

Pemerintah Republik Indonesia, melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per-04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan (APAR), telah memberikan petunjuk teknis yang jelas mengenai hal tersebut.

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per-04/MEN/1980 tersebut dijelaskan mengenai hal-hal pokok yang berkaitan dengan cara pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.

Adapun beberapa hal penting yang tercantum dalam permen tersebut antara lain sebagai berikut:

Tanda untuk menyatakan tempat alat pemadam api ringan yang dipasang pada dinding.

Tanda untuk menyatakan tempat alat pemadam yang dipasang pada tiang kolom.

Kebakaran dan jenis alat pemadam api ringan yang dapat digunakan.

Jangka waktu pemeriksaan, pengisian kembali dan percobaan tekan.

Cara dan konstruksi pemasangan alat pemadam api.

Suhu maksimum tempat penyimpanan alat pemadam.

Checklist item pemeriksaan alat pemadam.

Prosedur pemeriksaan alat pemadam.

Prosedur pengisian kembali tabung alat pemadam api ringan.

Sanksi pidana yang akan dikenakan terhadap pihak-pihak yang tidak melaksanakan permen ini.

Hydran

Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.

Detektor Asap / Smoke Detector

Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.

Fire Alarm

Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat

Sprinkler

Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut