katarak senilis imatur - irma
DESCRIPTION
dffaTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
IDENTITAS
- Nama : Tn. D
- Umur : 70 tahun
- Jenis kelamin : Laki - laki
- Alamat : Purbolinggo, Lampung Timur
ANAMNESA (Autoanamnesa 25 Mei 2005 )
- Keluhan utama :
Penglihatan kabur dan seperti melihat asap pada kedua mata sejak ± 6 bulan.
- Keluhan tambahan:
Tidak ada
- Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan penglihatan yang kabur dan seperti melihat asap
pada kedua matanya sejak ± 2 tahun yang lalu ( menurut pasien keluhan dirasakan
secara bersamaan ). Keluhan tersebut dirasakan bertambah dimana penglihatan
pada kedua matanya semakin tidak jelas dan buram sehingga mengganggu
aktifitas sehari-hari terutama pada 6 bulan terakhir ini. Pasien belum pernah
berobat untuk keluhan ini. Riwayat sakit kepala yang hilang timbul dan memakai
kacamata untuk melihat jauh disangkal.
ـ Riwayat penyakit dahulu:
Darah tinggi, kencing manis dan trauma pada kedua mata disangkal oleh pasien.
- Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini.
1
PEMERIKSAAN FISIK( 25-5-2005,pkl.08.00)
Status present
- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 130/70 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
- Suhu : afebris
Status generalis
- Kepala
Bentuk : Simetris
Mata : Lihat status oftalmologis
Hidung : Tidak ada kelainan
Telinga : Tidak ada kelainan
Mulut : Tidak ada kelainan
- Toraks
Jantung : Dalam batas normal
Paru : Dalam batas normal
- Abdomen
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
- Ekstremitas
Tidak ada kelainan
2
STATUS OFTALMOLOGIS
1/60 VISUS 3/60Tidak dilakukan KOREKSI Tidak dilakukanTidak dilakukan SKIASKOPI Tidak dilakukanTidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Kedudukan Normal BULBUS OCULI Kedudukan Normal Tidak ada kelainan SUPERSILIA Tidak ada kelainanTidak ada kelainan PARESE/PARALISE Tidak ada kelainanTidak ada kelainan PALPEBRA SUPERIOR Tidak ada kelainanTidak ada kelainan PALPEBRA INFERIOR Tidak ada kelainan
Tenang CONJUNGTIVAPALPEBRA
Tenang
Tenang CONJUNGTIVA FORNICES
Tenang
Tenang CONJUNGTIVA BULBI Tenang
Anikterik SCLERA AnikterikJernih, arcus senilis (+) CORNEA Jernih, arcus senilis (+)
Sedang CAMERA OCULIANTERIOR
Sedang
Gambaran kripti baik IRIS Gambaran kripti baikBulat,sentral,RC (+) PUPIL Bulat, sentral, RC(+)
Keruh, shadow test (+) LENSA Keruh. Shadow test (+ )
Tidak dilakukan FUNDUS REFLEKS Tidak dilakukanTidak dilakukan CORPUS VITREUM Tidak dilakukanNormal (palpasi) TENSIO OCULI Normal (palpasi)
Normal SISTEM CANALISLACRIMALIS
Normal
3
OCULUS DEKSTRA OCULUS SINISTRA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah lengkap
Hb : 12,9 gr %
Masa perdarahan : 2 menit
Masa pembekuan : 10 menit
Urea : 31 mg/dl
Creatinin : 0,9 mg/dl
GDS : 113 mg/dl
- Konsul spesialis radiologi :
Hasil konsul :
Foto toraks :
Cardiomegali ringan ( CTR 53 % )
- Konsul spesialis jantung :
Hasil Konsul :
Klinis baik, tidak ada kelainan
- Konsul spesialis anestesi :
Hasil konsul :
Setuju untuk ECCE + IOL dengan anastesi local
RESUME
4
Pasien laki-laki 70 tahun , datang ke RSUAM dengan keluhan penglihatan yang kabur
dan seperti melihat asap pada kedua matanya sejak ± 2 tahun yang lalu. Keluhan
dirasakan semakin bertambah pada 6 bulan terakhir ini. Riwayat sakit kepala yang
hilang timbul, memakai kacamata untuk melihat jauh, trauma pada kedua mata,
kencing manis dan darah tinggi disangkal. Pada pemeriksaan status generalis dalam
batas normal. Status Oftalmologis VOD = 1/60, VOS = 3/60, lensa OD = keruh,
shadow test (+), lensa OS = keruh, shadow test (+)
PEMERIKSAAN ANJURAN
Funduscopy
Tonometri
Slit lamp
DIAGNOSIS BANDING
Katarak Senilis Immature ODS
DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Immature ODS
PENATALAKSANAAN
5
ـ Ekstraksi katarak ekstrakapsular ODS + pemasangan lensa intraocular dengan
anestesi local pada tanggal 25 Mei 2005.
ـ Medikamentosa
Amoksisilin 500 mg 2x 1
Asam Mefenamat 500 mg 2 x 1
Optixitrol ED 1gtt/2 jam ODS
- Anjuran-anjuran untuk pasien setelah post OP
Tidak boleh menundukkan kepala selama 1 bulan.
Kedua mata tidak boleh terkena air selama 1 bulan.
Tidur terlentang.
Kedua mata tidak boleh digosok-gosok
Tidak boleh mengangkat benda berat selama 1 bulan.
PROGNOSIS
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad fungsionam : ad bonam
- Quo ad sanationam : ad bonam
FOLLOW UP
6
Tanggal 25 Mei 2005
Subjektif Kedua penglihatan sangat kabur
Objektif KU : Baik, compos mentis
TD : 130/70 mmHg
RR : 22 x/menit
Status Oftalmologis
Visus
Bulbus okuli
Palpebra superior
Palpebra inferior
Konjungtiva palpebra
Konjungtiva forniks
Konjungtiva bulbi
Sklera
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
OD
1/60
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tenang
Tenang
Tenang
Anikterik
Jernih, arcus senilis (+)
Sedang
Gambaran kripti baik
Bulat, central, RC (+)
Keruh,Shadow test(+)
OS
3/60
Kedudukan normal
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tenang
Tenang
Tenang
Anikterik
Jernih, arcus senilis (+)
Sedang
Gambaran kripti baik
Bulat, central, RC (+)
Keruh,Shadow test(+)
Tanggal 26 Mei 2005
Subjektif Penglihatan masih agak kabur
7
Objektif KU : Baik, compos mentis
TD : 130/70 mmHg
RR : 22 x/menit
Status Oftalmologis
Visus
Bulbus okuli
Palpebra superior
Palpebra inferior
Konjungtiva bulbi
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
Hecting
OD
1/60
Normal
Tenang
Tenang
Hiperemis
Jernih
Sedang, jernih
Gambaran kripti baik
Bulat, central, RC (+)
Pseudofakia
Baik
OS
2/60
Normal
Tenang
Tenang
Sedikit hiperemis
Jernih
Sedang, jernih
Gambaran kripti baik
Bulat,sentral,RC (+)
Pseudofakia
Baik
Terapi Cendoxitrol ED 1 tts/jam ODS
Asam Mefenamat 500 mg 2 x 1
Amoksisilin 500 mg 3 x 1
Tanggal 27 Mei 2005
Subjektif Penglihatan mulai jelas
Objektif KU : Baik, compos mentis
8
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 x/menit
Status Oftalmologis
Visus
Bulbus okuli
Konjungtiva bulbi
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
Hecting
OD
3/60
Normal
Hiperemis berkurang
Jernih
Sedang, jernih
Gambaran kripti baik
Bulat, central, RC (+)
Pseudofakia
Baik
OS
3/60
Normal
Hiperemis ( - )
Jernih
Sedang, jernih
Gambaran kripti baik
Bulat, central, RC (+)
Pseudofakia
Baik
Terapi Cendoxitrol 1 tts/jam
Asam Mefenamat 500 mg 2 x 1
Amoksisilin 500 mg 3 x 1
Keterangan Penglihatan pasien membaik dan pasien diizinkan untuk
pulang. Kontrol 3 hari kemudian ke poli mata
LAPORAN OPERASI
Tanggal : 10 Maret 2005
Operator : Dr . Paulus Dwimahdi, SpM
9
1. Pasien dalam posisi tidur telentang pada meja operasi dalam posisi supine.
2. Dilakukan aseptik dan antiseptik dengan memakai betadine pada daerah mata
kiri.
3. Diberikan duk bolong dan duk steril pada mata kiri
4. Diberi anastesi subkonjungtiva dengan lidocaine 2 % 3cc & marcaine 0,5 % 2
cc.
5. Dilakukan message pada OS lalu dipasang speculo
6. Dibuat jahitan kendali pada musculus rectus superior dengan silk 4.0
7. Dibuat insisi pada limbus superior 120°, perdarahan dirawat dengan baik
8. Pada jam 12 limbus ditembus menuju COA
9. Dilakukan kapsulektomy anterior
10. Insisi limbus diperlebar pada tempat irisan
11. Limbus dibuka dengan gunting kornea
12. Nukleus lensa dikeluarkan dengan sendok lensa & hook musculus
13. Limbus dijahut dengan benang ethilon 10.0
14. dimasukkan Cairan Visco elastis dalam COA
15. Dimasukkan lensa buatan dengan kekuatan 20 D
16. Dilakukan irigasi masa lensa dengan alat simco
17. Limbus dijahit kembali dengan total 5 jahitan
18. Dimasukkan udara ke COA
19. Disuntikan Gentamycin 0,5 cc dan Dexametason 0,2cc pada konjungtiva
fornix,lalu diberikan Gentamycin salep,tutup dengan kasa steril.
20. Setelah itu dilakukan kembali pada mata kanan
21. Operasi selesai.
KATARAK SENILIS
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas 50
tahun. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama atau berbeda.
10
Pada katarak senilis akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan, tajam
penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur hingga tinggal proyeksi sinar saja.
Katarak senilis merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat
lensa akibat proses penuaan.
Penyebab katarak senilis hingga saat ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga
terjadi akibat :
Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk terlebih dahulu selalu
terdorong kearah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah akan
menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion calcium
dan sclerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada
keadaan ini lensa menjadi kurang hipermetrop.
Proses pada korteks
Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan
penimbunan ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak menjadi lebih miop.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katark senilis sebaiknya singkirkan
penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti Diabetes mellitus yang dapat
menyebabkan katarak komplikata.
Katarak senilis secara klinik dibagi dalam 4 stadium :
Katarak insipiens
Pada stadium ini terlihat hal-hal berikut :
Mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior
(katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks.
Katarak subskapular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subskapular
posterior celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipiens.
Kekeruhan ini mulai menimbulkan poliopia, karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk
waktu yang lama.
11
Katarak Immatur
Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga masih
ditemukan bagian-bagian yang jernih. Pada katarak immatur dapat
menyebabkan bertambahnya volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang cembung akan
dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi Glaukoma sekunder.
Katark matur
Pada katark matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyuiluruh. Bila katarak immatur
atau katarak intumesens tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar
sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
seluruh lensa yang bila lama akan menyebabkan kalsifikasi lensa. Bilik mata
depan akan berukuran kedalaman normal, tidak terdapat bayangan iris pada
lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut dapat menjadi keras atau
lembek atau mencair. Masa lensa berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam didalam
kortekslensa karena lebih berat, stadium katarak ini disebut katarak morgagni.
Pada stadium ini juga terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa
atau korteks lensa yang cair keluar dan masuk kedalam bilik mata depan.
Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea
berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik
mata sehingga menimbulkan Glaukoma fakolitik. Pada stadium hipermatur
akan terlihat lensa yang lebih kecil normal, yang akan mengakibatkan iris
tremulans dan bilik mata depan terbuka. Pada ujian bayangan iris terlihat
positif walaupun seluruh lensa telah keruh, sehingga pada stadium ini disebut
uji bayangan iris pseudopositif. Bayangan iris yang terbentuk pada kapsul
lensa anterior yang telah keruh dengan lensa yang mengecil
12
Perbedaan stadium katarak senilis
Insipiens Immatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Besar lensa Normal Lebih besar Normal Kecil
Cairan lensa Normal Bertambah
(air masuk)
Normal Berkurang
(air+massa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
(-) Glaukoma - Uveitis,
Glaukoma
Visus (+) < << <<<
Bayangan iris (-) (++) (-) (+/-)
Pengobatan Katarak Senilis
Tidak ada satupun obat yang dapat diberikan untuk katarak senilis kecuali tindakan
bedah. Tindakan bedah dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senilis,
seperti: katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum
matur, katarak matur, dan katarak yang telah menimbulkan penyulit glaukoma.
Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun. Apabila
diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan memperbaiki ketajaman lensa.
13
Persiapan operasi katarak :
1. Tidak ada infeksi pada mata, seperti : Keratitis, konjungtivitis, blefaritis,
hordeolum dan kalazion.
2. Tekanan bola normal atau tidak ada glaukoma.
3. Keadaan umum harus baik.
4. Tidak batuk, terutama saat pembedahan.
5. Fungsi retina harus baik, yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar, dimana
penderita dapat menentukan semua arah sinar yang menyinari.
Pemeriksaan sebelum operasi :
1. Gula darah.
2. Tekanan Darah.
3. Elektrokardiografi.
4. Riwayat alergi obat.
5. Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik
prabedah.
6. Tekanan bola mata.
7. Uji Anel.
8. Uji ultrasonografi scan A untuk mengukur panjang bola mata. Pada pasien
tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada
kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam
untuk mendapat kekuatan refraksi pascabedah.
9. Kelengkungan kornea dapat menentukan kekuatan lensa intraokuler yang akan
ditanam. Keratometri yaitu mengukur kelengkungan kornea dan bersama
pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan
ditanam.
Bedah katarak senilis dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular dan
ekstrakapsuler.
Ekstraksi Lensa Intrakapsuler (ICCE)
Mengeluarkan lensa secara bersama-sama dengan kapsul lensa. Penyulit pada saat
pembedahan yang dapat terjadi adalah :
14
1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-
sama kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsuler
tanpa rencana karena kapsul posterior akan tertinggal.
2. Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan.
Ekstraksi lensa Ekstrakapsuler (ECCE)
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan mengeluarkan nucleus lensa
dan korteks. Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan pada katarak senile bila
tidak mungkin dilakukan intrakapsular misal pada keadaan terdapatnya banyak
sinekhia posterior bekas suatu uveitis senhingga bila kapsul ditarik akan
mengakibatkan penarikan kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan.
Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan myopia tinggi untuk
mencegah mengalirnya badan kaca yang cair keluar., dengan meninggalkan
kapsul-kapsul posterior untuk menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih
dianjurkan pada katarak senilis untuk mencegah degenerasi macula pasca bedah.
Penyulit yang mungkin timbul pada waktu melakukan operasi katarak :
1. Perdarahan
2. prolaps iris
3. Prolaps badan siliar
Penyulit yang timbul setelah operasi adalah :
1. Pada hari pertama dapat timbul peradangan.
2. Udara yang dimasukkan untuk membentuk COA masuk kebelakang iris
sehingga COA menjadi dangkal.
3. Prolaps iris.
4. Ablasi retina apabila prolaps ini dibiarkan pada hari keempat sampai kelima
dapat menyebabkan COA dangkal.
5. Sesudah prolaps iris, bila dibiarkan pada hari keempat sampai kelima, dapat
menyebabkan COA dangkal, kemudian dapat timbul ablasi retina akibat badan
siliar kedepan.
Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi
Dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang
menggunakan getaran ultrasonic untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui
insisi limbus yang kecil sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi
15
Pada perjalanan katarak dapat terjadi punyulit. Yang tersering adalah glaukoma, yang
terjadi karena proses :
1. Fakotopik
2. Fakolitik
3. Fakotoksik
Penglihatan setelah pembedahan katarak
Bila lensa yang keruh telah dikeluarkan, maka diperlukan lensa pengganti untuk
memusatkan sinar kedalam mata. Jenis lensa pengganti dapat berupa lensa afakik atau
kacamata yang terletak didepan mata, lensa kontak, lensa intraokular.
Kacamata pascabedahKacamata ini sangat sederhana, aman dipergunakan dan tidak mahal. Memakai
kacamata ini memerlukan penyesuaian dahulu akibat dari sifat lensa yang
memperbesar bayangan 30%, penglihatan seakan-akan melihat dekat.
Kacamata ini sangat tebal dan berat, bahan plastik dapat dipergunakan untuk
mengurangi berat kacamata.
Lensa kontakLensa kontak dengan ukuran tertentu dapat digunakan sebagai pengganti lensa
mata untuk melihat jauh. Menggunakan lensa kontakdapat memberikan kesukaran,
seperti : penyimpanagan yang selamanya harus bersih, steril pemakaiannya,
menyimpan lensa harus dalam keadaan bersih.
Lensa ini sulit dipakai pada lansia, terutama lansia dengan tremor, parkinson
arthitis. Pada keadaan tertentu lensa ini tidak dapat dipergunakan seperti mata
sakit, merah, berair dan silau.
Lensa kontak lembut yang dapat dipakai lama selama 12 jam ataupun 2 – 4
minggu. Lensa kontak sebagai lensa pengganti dikeluarkan akan lebih bermanfaat
untuk penglihatan akan tetapi dalam pemasangannya akan sukar.
Lensa tanam intraokular Lensa jenis ini ditanam ke dalam mata. Pemasangan lensa ke dalam mata ini
memberikan beberapa keuntungan seperti :
Tidak perlu dibersihkan
Dilakukan satu kali pada saat pembedahan
16
Segera dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan karena lensa intraokular
menggantikan kedudukan lensa katarak yang dikeluarkan,
Pemasangan lensa intraokular tidak dianjurkan pada :
1. Anak yang terlalu kecil ( dibawah 3 tahun )
2. Uveitis menahun
3. Retinopati diabetik proliferatif berat
4. Glaukoma neovaskular
Perawatan Pasca Bedah
Segera setelah pembedahan, pasien akan diberi
Obat pengurang rasa sakit
Antibiotik
Pelindung untuk menutup mata
Selanjutnya diberi :
Obat tetes mata steroid, untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah
Obat tetes yang mengandung antibiotik
Mata akan ditutup selama paling lambat 1 minggu. Untuk mendapatkan kaca mata
pasca bedah sebaiknya menunggu 8 minggu.
Terdapat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah pembedahan.
Yang boleh dilakukan :
Memakai dan meneteskan obat seperti dianjurkan
Memakai penutup seperti yang dinasehatkan
Melakukan pekerjaan yang tidak berat
Yang tidak boleh dilakukan
Menggosok mata
Bungkuk terlalu dalam
Menggendong yang berat
Membaca yang berlebihan
Mengedan keras waktu buang air besar
Berbaring sisi mata yang baru dibedah
Terkena air
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Katarak dalam penuntun ilmu penyakit mata, Edisi ke-2, Cetakan
ulang 2003, Balai penerbit FKUI, Jakarta, 2003. hal 133 – 137
2. Ilyas S, Mailangkung, H.B.B Taim H, Saman R. Katarak dalam ilmu penyakit
mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran, Edisi ke-2, Cetakan
pertama. Penerbit CV Sagung Seto, Jakarta 2002. Hal 148 – 152
18
3. Nana Wijaya. Katarak dalam ilmu penyakit mata, Cetakan ke-6. Hal 192 –
211.
19