jurnal eksis ed.2
TRANSCRIPT
Volume 1 No.2 April 2013
ISSN 2302 – 1489
EKSIS
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN
i
PENGANTAR REDAKSI
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas terbitnya Jurnal Eksis No.2 Edisi April 2013. Jurnal Eksis diterbitkan oleh Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan tentunya masih memerlukan penyempurnaan untuk masa masa yang akan datang, dan kami sangat terbuka menerima kritikan atau saran saran yang bersifat membangun.
Redaksi juga menerima jurnal jurnal ilmiah dari kalangan dosen Politeknik Negeri Medan ataupun perguruan tinggi lainnya, dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh redaksi tentunya.
April 2013
Redaksi EKSIS
ii
DEWAN REDAKSI
Pembina : M. Syahruddin, S.T., MT.
Pengawas : Nursiah Fitri S.E., M.Si.
Editor / Penanggung Jawab : Agus Edy Rangkuti SE., M.Si.
Editor Ahli : 1. Edy Syahputra Sitepu SE., M.Si.
2. Desri Wiana SS., M.Hum
3. Erwinsyah S.Kom. M.Kom
Alamat Redaksi:
Jl. Almamater No. 1 (Kompleks USU) Lt 2 Gedung Jurusan Administrasi Niaga. Politeknik Negeri Medan Email: [email protected].
iii
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi ………………………………………………………. i Dewan Redaksi …………………………………………………………… ii Daftar Isi …………………………………………………………………. iii Hubungan Antara Turnover Intention dengan Komitmen Organisasional di PT. X. Medan Cipta Dharma SE. M.S . ..…………………………………………………….. 1-9 Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Minat Berkunjung Kembali pada Café Café yang Berada di Sepanjang Jalan dr. Mansyur Medan Jumjuma S.E., M.Si………………………………………………………………. 10-18 Analisa Pengaruh Ketidakamanan Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Kontrak PT. Bank X Medan) Faulina SE., M.Si…………………………………………………………………. 19-30 Motivasi Kerja Guru Honorer SMA Swasta Kota Medan Aplikasi Teori Dua Faktor Herzberg (Sebuah Studi Kualitatif) Drs. Martolop Sinambela.M.Hum …………………………………………… 31-41 Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Abdul Rahman Dalimunthe SE. M.Si. …………………………………….. 42-56 Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Capital Adequacy Ratio terhadap Market Value Saham Enda Yunitas S SE. M.Si ………………………………………………………. 57-69 Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Medan Melalui Pengelolaan Organisasi Filantropi Suri Purnami SE. MA …………………………………………………… 70-81 Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan Rismawati S. SE. M.Si …………………………………………………………… 82-94
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 1
HUBUNGAN ANTARA TURNOVER INTENTION DENGAN
KOMITMEN ORGANISASIONAL DI PT. X. MEDAN
CIPTA DHARMA
Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT
Turnover intention has a negative impact on the organization as it creates
volatility in the labor conditions, reduced employee productivity, which is not
conducive working atmosphere and also have an impact on the rising cost of
human resources. Management of the company needs to obtain a commitment
from employees the organization because of employee commitment to the
organization will support the achievement of organizational goals. The goal of
this research is to analize the correlation between turnover intention and
organizational commitment of the outsourcing employees of PT. X in Medan.
The sample was outsourced employees of PT. X Medan, the number of 30
people. Research data estimated by correlation test.
Estimation results of the data showed Pearson correlation coefficient of -
0.47, these results indicate a negative relationship between turnover intention
sufficient to organizational commitment, this means an increase in turnover
intention will lead to lower organizational commitment, or a decrease in turnover
intention will increase organizational commitment.
Keywords: turnover intention, organizational intention
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Sumber Daya Manusia dalam sebuah organisasi selalu memiliki berbagai
masalah, salah satu permasalahan yang sering muncul dan menghambat kinerja
perusahaan diantaranya adalah turnover. Turnover intention adalah derajat
kecenderungan sikap yang dimiliki oleh karyawan untuk mencari pekerjaan baru
di tempat lain atau adanya rencana untuk meninggalkan perusahaan dalam masa
tiga bulan yang akan datang, enam bulan yang akan datang, satu tahun yang akan
datang dan dua tahun yang akan datang (Low et al, 2001). Turnover intention
memiliki dampak negatif bagi organisasi karena menciptakan ketidakstabilan
terhadap kondisi tenaga kerja, menurunnya produktifitas karyawan, suasana kerja
yang tidak kondusif dan juga berdampak pada meningkatnya biaya sumber daya
manusia.
Keinginan untuk berpindah kerja berbeda di negara maju dengan negara
Indonesia, di negara maju, karyawan ingin berpindah kerja karen banyaknya
tawaran kerja yang ditawarkan di luar perusahaan tempat bekerja, sementara di
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 2
Indonesia penawaran kerja di luar perusahaan sangat sedikit, tetapi tetap saja
banyak karyawan yang ingin berpindah kerja.
Penelitian ini dilakukan pada PT. X. yang merupakan sebuah perusahaan
milik pemerintah (BUMN) di kota Medan, karyawan di PT. X terbagi atas dua
jenis yaitu karyawan tetap dan karyawan outsourcing. PT. X yang bergerak di
bidang yang sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat, dan dalam rangka
memenuhi pelayanan terhadap masyarakat tersebut PT. X banyak sekali memiliki
karyawan, karyawan outsourcing banyak ditempatkan pada bidang pelayanan
masyarakat.
Karyawan outsourcing yang bekerja di PT. X tentunya tidak memiliki
fasilitas yang sama dengan karyawan tetap, hal karena karyawan outsourcing
melakukan aktivitas perusahaan yang didelegasikan padanya yang terikat dalam
suatu kontrak kerja sama, tetapi kenyataan yang penulis lihat di lapangan banyak
sekali karyawan outsourcing ini bekerja pada bidang bidang yang vital khususnya
yang berhubungan dengan pelayanan. Pertanyaan yang muncul tentulah
bagaimana komitmen organisasional karyawan outsourcing ini kepada PT. X,
karena sementara mereka sendiri merupakan karyawan yang bersifat kontrak dan
bisa kapanpun diberhentikan oleh perusahaan.
Permasalahan komitmen organisasional karyawan outsourcing tidak hanya
di PT. X, permasalahan ini juga timbul pada perusahaan perusahaan yang banyak
mempekerjakan karyawan outsourcing. Berdasarkan hal inilah peneliti ingin
meneliti bagaimana hubungan antara turnover intention dengan komitmen
organisasional.
B. PERMASALAHAN PENELITIAN
Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka
penelitian ini akan mengkaji permasalahan: “bagaimana hubungan turnover
intention dengan komitmen organisasional karyawan outsourcing di PT. X
Medan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana hubungan turnover
intention dengan komitmen organisasional di PT. X Medan.
D. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian ini di inspirasi oleh penelitian Widodo (2010) yang berjudul:
Analisis Pengaruh Keamanan Kerja Dan Komitmen organisasional Terhadap
Turnover intention Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan Outsourcing (Studi
Pada PT. PLN Persero APJ Yogyakarta), penelitian ini mengambil dua buah
variabel dari penelitian Widodo (2010) yaitu komitmen organisasional dan
turnover intention, pengolahan data penelitian juga berbeda dengan Widodo
(2010).
E. TINJAUAN PUSTAKA
Keinginan untuk pindah atau turnover intention adalah kecenderungan
sikap atau tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk
meninggalkan organisasi atau mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaanya
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 3
(Bluedorn, 1982 dalam Grant et al., 2001). Lebih lanjut menurut Mobley (1979),
Horner dan Hollingsworth, 1978 dalam Grant et al., 2001) keinginan untuk pindah
dapat dijadikan gejala awal terjadinya turnover dalam sebuah perusahaan.
Menurut Mobley (1979) dalam Muchinsky (1993) tentang employee
turnover, pikiran untuk berhenti bekerja dimulai dari adanya pikiran dan intensi
untuk berhenti bekerja serta melakukan usaha-usaha untuk mencari pekerjaan
baru. Turnover menurut Dalton & Todor (2000) dalam Feinsten & Harrah (2002)
dapat mengganggu proses komunikasi, produktifitas serta menurunkan kepuasan
bagi karyawan yang masih bertahan
Menurut Bedian dan Achilles (1981); Netemeyer et al, (1990); Sager
(1994) dalam Grant et al., (2001), semakin tinggi kepuasan kerja dan komitmen
organisasional diharapkan akan menurunkan maksud dan tujuan karyawan untuk
meninggalkan organisasi. Lebih lanjut, karyawan yang tidak puas dengan aspek
aspek pekerjaannya dan tidak memiliki komitmen terhadap organisasinya akan
lebih mungkin mencari pekerjaan pada organisasi yang lain.
Menurut Harnoto (2002): “Turnover intentions ditandai oleh berbagai hal
yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain: (1). Absensi yang meningkat.
Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai
dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab karyawan
dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya. (2). Mulai malas
bekerja. Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih
malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat lainnya yang
dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan karyawan bersangkutan. (3).
Peningkatan terhadap pelanggaran tatatertib kerja. Berbagai pelanggaran terhadap
tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan karyawan yang akan
melakukan turnover. Karyawan lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika
jam-jam kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya. (4).
Peningkatan protes terhadap atasan. Karyawan yang berkinginan untuk
melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap kebijakan-
kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya
berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan
keinginan karyawan. (5). Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya.
Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif. Karyawan ini
mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan, dan jika
perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya justru
menunjukkan karyawan ini akan melakukan turnover.
Dampak turnover bagi organisasi adalah: (a). Biaya penarikan karyawan.
Menyangkut waktu dan fasilitas untuk wawancara dalam proses seleksi karyawan,
penarikan dan mempelajari penggantian. (b). Biaya latihan. Menyangkut waktu
pengawas, departemen personalia dan karyawan yang dilatih. (c). Apa yang
dikeluarkan buat karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan karyawan baru
tersebut. (d). Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi.
(e). Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan. (f). Peralatan
produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya. (g). Banyak pemborosan karena
adanya karyawan baru. (h). Perlu melakukan kerja lembur, kalau tidak akan
mengalami penundaan penyerahan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 4
Turnover yang tinggi pada suatu bidang dalam suatu organisasi,
menunjukkan bahwa bidang yang bersangkutan perlu diperbaiki kondisi kerjanya
atau cara pembinaannya.
Tingkat turnover intentions bisa dinyatakan dengan berbagai rumusan.
Umumnya laju turnover intentions dinyatakan dalam persentase yang mencakup
jangka waktu tertentu. Andaikata suatu perusahaan memiliki rata-rata 800 tenaga
kerja per bulan, di mana selama itu terjadi 16 kali karyawan keluar (accession)
dan 24 kali pemecatan (separation). Maka accession rate adalah 16/800 x 100% =
2%, sedang separation rate adalah 24/800 x 100% = 3%. Dengan demikian tingkat
replacement (penggantian) atau replacement rate adalah sama dengan accession
rate yakni 2%. Sebab replacement (penggatian) atau replacement rate selalu harus
seimbang dengan accession rate-nya. Hal ini berarti bahwa dengan keluarnya
seorang pegawai/karyawan misalnya, harus segera diganti dengan seorang
pegawai/karyawan baru sebagai penggantian (replacement).
Tingkat replacement tersebut sering pula disebut net labour turnover, yang
menekankan pada biaya perputaran tenaga kerja untuk menarik dan melatih
karyawan pengganti.
Secara umum variabel turnover intention adalah kecenderungan atau
tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk meninggalkan
perusahaan. Indikator yang dipergunakan untuk mengetahui intensi turnover
dikembangkan dari hasil penelitian Chen & Francesco (2000) yang meliputi:
1. Pikiran untuk keluar
2. Keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain
3. Adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi dalam beberapa bulan
mendatang
Komitmen organisasional merupakan usaha mendefinisikan dan melibatkan diri dalam organsasi dan tidak ada keinginan meninggalkannya
(Robbins, 2006). Steers dan Porter (1987) mendefinisikan komitmen merupakan
sikap seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi beserta
nilai-nilai dan tujuannya serta keinginan untuk tetap menjadi anggota untuk
mencapai tujuan. Komitmen organisasional menunjuk pada pengidentifikasian
dengan tujuan organisasi, kemampuan mengarahkan segala daya untuk
kepentingan organisasi, dan ketertarikan untuk tetap menjadi bagian organisasi
(Mowday, Steers & Porter, 1979). Mowday, dkk (1982) dalam Luthans (2006)
menjelaskan bahwa sebagai sikap, komitmen organisasional paling sering
didefinisikan sebagai 1) keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi
tertentu, 2) keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, dan 3)
keyakinan tertentu, penerimaan nilai, dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini
merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan
proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya
terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.
Komitmen menurut Miner (1980) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Komitmen sikap (attitudinal commitment). Komitmen sikap adalah derajat
keterikatan relatif dari individu kepada organisasinya dan derajat keterlibatan
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 5
dalam organisasi tersebut. Komitmen sikap ini secara konsep dapat dicirikan
dengan tiga faktor, yaitu (1) kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap
nilai-nilai dan tujuan organisasi, (2) kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin
demi keberhasilan organisasi, dan (3) keinginan yang kuat untuk tetap menjadi
anggota organisasi.
2. Komitmen perilaku (behavioral commitment). Dalam kategori perilaku,
komitmen merupakan ketergantungan pegawai terhadap aktifitas di masa lalu
dalam perusahaan yang tidak dapat ditinggalkan karena alasan tertentu, seperti
misalnyapegawai akan kehilangan hal-hal yang telah diperolehnya selama ini
dari organisasi / perusahaan. Dengan demikian, tetap tinggal sebagai anggota
organisasi merupakan pertimbangan yang utama bagi pegawai.
Menurut Porter (19876) terdapat beberapa faktor penentu komitmen
seseorang terhadap organisasinya. (1) komitmen dipengaruhi oleh beberapa aspek
dalam lingkup pekerjaan itu sendiri yang disebut faktor organisasi. Faktor ini akan
membentuk sikap bertanggung jawab terhadap kuLerhasilan tugas yang diemban.
(2) komitmen organisasi dipengaruhi oleh alternatif kesempatan kerja yang
dimiliki pekerja yang disebut faktor non-organisasi. Semakin besar peluang untuk
berpindah kerja dan semakin besar hasratnya terhadap alternatif pekerjaan di
tempat lain, komitmen pekerja pada organisasinya cenderung semakin rendah. (3)
komitmen pekerja pada organisasinya dipengaruhi oleh faktor karakteristik diri
pekerja. Faktor ini membentuk komitmen inisial, yaitu komitmen awal yang
timbul pada saat pekerja baru saja mulai masuk sebagai anggota organisasi.
Seseorang yang mempunyai komitmen tinggi, pada saat mulai bekerja mempunyai
kecenderungan untuk tidak berpindah pekerjaan untuk jangka waktu relatif lama.
Termasuk faktor ini adalah kepuasan kerja, usia senioritas, dan lama bekerja.
Semakin usia tua pekerja atau semakin lama bekerja dan semakin senior, serta
semakin tinggi kepuasan terhadap pekerjaannya orang tersebut cenderung
memiliki komitmen yang lebih tinggi.
Model tentang faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya kadar
komitmen terhadap organisasi di atas kemudian dikembangkan lagi dengan model
yang menekankan perlunya perhatian terhadap pekerja sebagai manusia yang utuh
dalam membentuk dan membina komitmen pekerja. Model tersebut menekankan
pentingnya proses kognisi, yaitu proses yang membentuk komitmen organisasi.
Dalam proses kognisi tersebut melibatkan tiga faktor, yaitu faktor
eksternal, faktor interaksi, dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi
kewenangan, pengaruh kelompok kerja: imbalan, serta insentif eksternal.
Komitmen pekerja pada organisasinya cenderung naik bila pekerja tersebut
memiliki tingkat kewenangan yang lebih besar dalam menyelesaikan tugasnya.
Interaksi dan kerjasama yang terjadi dalam kelompok kerja sangat menentukan
terbentuknya komitmen pekerja atas tugas dan pekerjaannya. Program dan
kebijakan untuk mengelola imbalan eksternal yaitu imbalan yang berupa gaji,
upah, dan bonus dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yang selanjutnya juga
mempengaruhi komitmen pekerja. Faktor internal meliputi harapan untuk sukses
dan persepsi pekerja tentang pengelolaan imbalan yang adil. Tingkat harapan
terhadap keberhasilan menentukan kadar komitmen pekerja. Imbalan internal
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 6
melipud kesempatan, untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
kesempatan untuk mengembangkan diri, dan diberikannya keleluasaan dalam cara
penyelesaian tugas serta diakuinya suatu prestasi. Faktor interaksi meliputi
partisipasi dan kompetisi. Partisipasi dapat meningkatkan rasa ikut memiliki pada
pekerja terhadap organisasinya, yang selanjutnya akan mempengaruhi tinggi
rendahnya komitmen pekerja pada organisasinya. Hal yang berkaitan dengan
kompetisi dijelaskan bahwa, subyek dalam lingkungan yang lebih kompetitif
secara signifikan menunjukkan komitmen yang lebih tinggi daripada subyek yang
berada pada lingkungan yang kurang kompetitif.
Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan
komitmen. Setiap pendekatan yang digunakan sesuai dengan kondisi pola
hubungan kerja yang berlaku pada organisasi yang bersangkutan. Secara umum,
pola hubungan kerja yang berlaku pada organisasi terbagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Hubungan kerja kontraktual. Dalam hubungan kerja kontraktual, yang
menjadi dasar kerja adalah kontrak kerja, dimana hak pekerja untuk menerima
upah dan hak pemberi kerja untuk menuntut agar pegawainya mematuhi
segala peraturan yang ditetapkan telah disepakati dalam kontrak kerja.
Hubungan kerja ini memberikan kejelasan tentang besarnya tanggung jawab
akan tugas, kejelasan wewenang, dan upah yang diterima. Hubungan kerja
juga memberikan dampak yang kurang menguntungkan, dimana terhambatnya
mobilitas individu dalam proses penyelesaian tugas yang selanjutnya akan
menghambat munculnya daya inovatif dan kreatifitas pegawai.
2. Hubungan kerja holistik. Dasar hubungan kerja holistik adalah adanya
perasaan saling percaya antar semua pihak yang terlibat dalam organisasi.
Dalam hal ini, pegawai diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, dipandang
sebagai pribadi yang patut dihargai, dapat dibina, dan dimotivasi sehingga
dapat mengembangkan potensi terpendamnya. Pada hubungan kerja ini
dikembangkan dengan tujuan untuk membentuk dan membina kedisiplinan,
dedikasi, dan loyalitas yang tinggi, serta membutuhkan inovasi dan kreatifitas
pegawai.
Variabel komitmen organisasional yang diteliti dalam penelitian ini secara
operasional didefinisikan sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan
pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi
mengekspresikan perhatiannya terhadaporganisasi dan keberhasilan serta
kemajuan yang berkelanjutan. Untuk mengukur variabel komitmen
organisasional, digunakan empat indikator yang dikembangkan oleh Mowday,
dkk (1982) dalam Luthans (2006), yaitu :
1. Keinginan kuat tetap sebagai anggota
2. Keinginan berusaha keras
3. Penerimaan nilai organisasi
4. Penerimaan tujuan organisasi
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 7
F. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama dua minggu (Februari 2013) di sebuah
BUMN di kota Medan. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka
variabel variabel dalam penelitian ini adalah: (1) turnover intention sebagai
variabel bebas dengan indikator: (a) adanya pikiran untuk keluar, (b) keinginan
untuk mencari lowongan pekerjaan lain, (c) adanya keinginan untuk
meninggalkan organisasi dalam beberapa bulan mendatang. (2) komitmen
organisasional sebagai variabel terikat, dengan indikator: (a) Keinginan kuat tetap
sebagai anggota, (b) Keinginan berusaha keras, (c) Penerimaan nilai organisasi,
dan (d) Penerimaan tujuan organisasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan outsourcing disalah
satu unit PT. X Medan yang berjumlah 150 orang, pemilihan populasi ini
disebabkan karyawan di unit inilah melakukan demostrasi (September 2012) ke
DPRD Sumut, yang menuntut adanya kenaikan dana kesejahteraan kepada
mereka. Menurut Arikunto (2003) apabila subjek penelitian kurang dari
100orang, lebih baik diambil semua, jika jumlahnya kurang dari 100 orang maka
dapat diambil antara 10 – 25 persen. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak
20 persen dari populasi, maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
orang. Untuk penentuan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling.
Kuesioner penelitian sebelum diberikan kepada sampel terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner terhadap 30 orang yang tidak
termasuk sampel penelitian. Untuk menghindari adanya pilihan yang termasuk
dalam daerah abu abu, maka kuesioner hanya memberikan 4 buah opsi kepada
setiap pernyataan yaitu (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).
Dalam rangka menganalisis data agar sesuai dengan tujuan penelitian ini,
maka pendekatan analisis yang digunakan adalah: (1) analisis deskriptif, (2)
analisis kuantitatif, berupa perhitungan untuk melihat hubungan turnover
intention dengan komitmen organisasional, analisis korelasi dibantu dengan
software SPSS.
Analisa korelasi sederhana digunakan untuk meneliti hubungan dan
bagaimana eratnya hubungan linier antara dua variabel atau lebih, tanpa melihat
bentuk hubungan. Jika kenaikan didalam satu variabel diikuti dengan kenaikan
variabel yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel mempunya
korelasi positif, tetapi jika kenaikan didalam suatu variabel diikuti penurunan
variabel lainnya maka kedua variabel mempunyai korelasi negatip. Jika tidak ada
perubahan, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan (uncorrelated).
(Suharyadi dan Purwanto, 2004) Ukuran yang digunakan untuk mengukur derajat
hubungan (korelasi) linier disebut dengan koefisien korelasi yang dinyatakan
dengan “r” dan sering disebut dengan koefisien korelasi Pearson. Menurut
Sarwono (2006), besar kecilnya angka koefisien korelasi menentukan kuat atau
lemahnya hubungan kedua variabel, patokan angkanya adalah sebagai berikut:
0 – 0,25 : korelasi sangat lemah
0,26 – 0,50 : korelasi cukup
0,51 – 0,76 : korelasi kuat
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 8
0,76 – 0,1 : korelasi sangat kuat
G. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas reponden berjenis kelamin
pria (87%), hal ini disebabkan mayoritas karyawan outsourcing merupakan
karyawan yang bekerja di lapangan sebagai pencatat meteran. Usia karyawan
outsourcing mayoritas berusia 26 – 30 tahun (48,3%). Berdasarkan pendidikan
mayoritas karyawan outsourcing berlatar belakang pendidikan SMA (89,4%).
Masa kerja outsourcing mayoritas berada pada 3 – 6 tahun (48,8%).
Pilihan responden untuk variabel turnover intention mayoritas tidak setuju
untuk memikirkan untuk keluar dari PT. X. Hasil ini tentu saja sangat berbeda
sekali dengan kebiasaan, karena status karyawan outsourcing bukanlah karyawan
tetap, tetapi setelah peneliti melakukan wawancara dengan responden penelitian,
alasan mereka memilih jawaban tersebut, karena mereka sangat berharap untuk
dapat diangkat sebagai karyawan tetap di PT. X yang juga salah satu BUMN, hal
ini didukung juga oleh upaya upaya yang sedang dilakukan Menteri BUMN
Bapak Dahlan Iskan untuk mencoba mengakomodir para karyawan outsourcing
ini, dan ini telah memberikan harapan yang sangat besar bgi mereka. Pilihan
responden untuk komitmen organisasional mayoritas sangat setuju untuk adanya
keinginan yang kuat untuk selalu tetap menjadi anggota organisasi (PT. X).
Hasil estimasi data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi
Pearson sebesar - 0,47, hasil ini menunjukkan adanya hubungan negatip yang
cukup antara turnover intention dengan komitmen organisasional, hal ini berarti
adanya peningkatan dalam turnover intention akan mengakibatkan penurunan
komitmen organisasional, atau adanya penurunan turnover intention akan
meningkatkan komitmen organisasional.
Hasil ini sesuai dengan keadaan para karyawan outsourcing di PT. X, yang
tidak menginginkan untuk berhenti bekerja, yang mereka harapkan adalah
peningkatan status mereka menjadi karyawan tetap
H. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang negatip yang
cukup antara turnover intention dengan komitmen organisasional di PT. X. Saran
yang dapat diberikan adalah perlu bagi peneliti selanjutnya meneliti apakah
turnover yang rendah sudah pasti menjamin tingginya komitmen organisasional
karyawan suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Chen, Z. X. & Francesco, A. M. 2000. The relationship between the three
components of commitment and employee performance in China.
Journal of Vocational Behaviour, 62: 490-510
Grant Kent, David W. Cravens, George S. Low and William C. Moncrief, 2001,
“The Role of Satisfaction With Territory Design on the Motivation,
Attitudes, and Work Outcomes of Salespeople,”Journal of the
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 9
Academy of Marketing Science, Volumen 29, No. 2, P. 165-178Low
et al, 2001
Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Miner B, Johns, 1980, Theories of Organizational Behavior, USA: The Dryden
Press.
Mowday, RT., Steers, RM and Porter, LW., 1979., “The measurement of
organizational commitment”, Journal Of Vocational Behavor,,
Vol.14., p. 224-247
Mowday, R. T., Porter, L. W., and Steers R. M. 1982 Emploee Organization
Linkage: The Psychology of Commitment, Abseintism, and Turnover.
London Academin Press.
Muchinsky, Paul M, 1993. Psychology Applied to Work, (Fourth Edition), Brooks
Cole Publishing Company, New York.
Robbins, SP, 2006, Perilaku Organisasi, Edisi Indonesia, PT Indeks Kelompok
Gramedia, Indonesia.Suharyadi dan Purwanto, 2004
Widodo, Rohadi, 2010. Analisis Pengaruh Keamanan Kerja Dan Komitmen
Organisasional Terhadap Turnover Intention Serta Dampaknya Pada
Kinerja Karyawan Outsourcing (Studi Pada PT. PLN Persero APJ
Yogyakarta). Tesis, Program Pascasarjana, Magister Manajemen,
Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 10
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP MINAT
BERKUNJUNG KEMBALI PADA CAFÉ CAFÉ
YANG BERADA DI SEPANJANG
JALAN Dr. MANSYUR MEDAN
JUMJUMA
Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT
Culinary business in Medan is growing very fast, one of the culinary
centers in Medan is Jalan Dr. Mansyur, we can find various cafes with their
respective specialities. These cafes are certainly competing against each other, to
seize the market, the marketing mix is most often used in winning the
competition. This study aimed to examine the influence of marketing mix on the
customers’ interest to revisit the cafes located along Jalan Dr. Mansyur Medan.
Samples were taken using nonprobability method with accidental sampling
technique, and the samples are 27 people. Data were obtained using a
questionnaire, then data is processed using multiple linear regression.
The results showed product, price, promotion, and location had positive
and significant effect on interest to make a return visit to the café café located
along Jalan Dr. Mansour Medan, with a variable location that has the most impact
on interest to visit again
Keywords: marketing mix, revisited interest
A. Latar Belakang
Konsumen dalam melakukan sebuah kunjungan ke suatu tempat biasanya
memiliki alasan tertentu, alasan utama yang paling sering dipakai menjadi alasan
adalah kunjungan yang dilakukan memberi kepuasan dan manfaat bagi konsumen
itu sendiri. Sedangkan untuk melakukan kunjungan kedua konsumen juga
memiliki alasan yang sama yaitu adanya keinginan untuk memperoleh kepuasan
dan manfaat yang telah diterimanya pada saat kunjungan pertama
Pertumbuhan ekonomi, dan perubahan teknologi yang terjadi di kota
Medan, telah menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam di kota ini,
persaingan ini membuat setiap perusahaan harus memiliki trik trik tertentu untuk
memperoleh konsumen bagi produk produk yang mereka tawarkan. Penawaran
yang dilakukan pelaku bisnis telah berubah, dahulu pelaku bisnis selalu mencari
keuntungan, tetapi sekarang ini yang dicari adalah jumlah konsumen yang banyak
selain keuntungan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 11
Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, juga mengalami
perkembangan sama seperti kota besar lain di Indonesia, yaitu maraknya bisnis
kuliner. Bisnis kuliner ini memiliki beragam usaha, tampilan, dan harga. Selain
hal yang disebut sebelumnya, dalam hal penamaan bisnis kuliner di Medan juga
sangat beragam, salah satu penamaan yan paling populer adalah menggunakan
kata café didepan nama usaha yang mereka jalankan. Alasan utama penggunaan
café sebagai nama bisnis kuliner ini adalah nama tersebut dianggap lebih moderen
danpada saat ini nama tersebut diakui cukup disukai oleh konsumen
Pangsa pasar café dikota Medan terus meningkat, perkembangan ini
disebabkan adanya perubahan gaya hidup di masyarakat Medan, dimana
masyarakat cenderung untuk melakukan aktifitas diakhir harinya di café atau
masyakat menggunakan café untuk sekedar berkumpul dengan teman teman.
Salah satu lokasi tumbuhnya bisnis kafe adalah Jalan Dr.. Mansyur
Medan, dimana dapat dilihat dalam dua tahun terakhir ini tumbuh bisnis kuliner
atau café café dengan beragam bentuk dan produk yang ditawarkan. Café café
yang berada di sepanjang Jalan Dr.. Mansyur memiliki produk minuman kopi
yang sangat beragam dan makanan yang ditawarkan juga beragam. Keberhasilan
dalam mendatangkan pengunjung café dipengaruhi oleh inovasi dan kreasi café
tersebut, dan juga bagaimana café tersebut dapat memnfaatkan bauran pemasaran
sebagai perangkat alat pemasaran.
Penerapan bauran pemasaran yang baik akan menghasilkan keuntungan
yang baik pula, kegiatan bauran pemasaran terdiri dari beberapa komponen yaitu
produk, harga, lokasi dan promosi. Pada pengamatan awal, penulis melihat
hampir semua café yang berada di Jalan Dr. Mansyur selalu menekankan pada
bidang promosi dan harga, sementara lokasi dan produk tidak begitu dipedulikan
oleh para pengusaha café tersebut, hal ini dilihat dari beberapa kali penuli
mengunjungi café yang berada di sekitaran Jalan Dr. Mansyur, dimana produk
makanan dan minuman yang ditawarkan adalah hampir semuanya sama yang
berbeda adalah pemberian nama pada produk tersebut, demikian juga lokasi,
penulis melihat banyak café yang tidak begitu menjadikan lokasi sebagai
pertimbangan utama, hal ini dilihat dari lokasi café, parkir, dan lokasi yang tidak
strategis.
Fenomena yang cukup menarik yang terjadi mengenai café café yang
berada di Jalan Dr. Mansyur, walaupun terdapat hal hal yang telah penulis
kemukakan diatas, jumlah café yang tutup akibat kurangnya konsumen yang
berkunjung ke café tersebut adalah lebih sedikit dibandingkan dengan café café
yang terus bertahan, bahkan jumlah café ini terus bertambah. Berdasarkan hal ini
penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya pengaruh bauran pemasaran
terhadap minat berkunjung kembali pada café café yang berada di sepanjang Jalan
Dr.. Mansyur.
B. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukanan diatas maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah harga, lokasi, promosi, dan produk
sebagai bagian bauran pemasaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
minat berkunjung kembali ke café café yang berada di sepanjang Jalan Dr..
Mansyur?
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 12
C. Keaslian Penelitian
Penelitian ini diinspirasi oleh penelitian Lubis (2012) yang berjudul
Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi, dan Gaya Hidup terhadap Minat Berkunjung
Kembali ke Coffee Cangkir Dr.. Mansyur Medan. Penulis juga mengambil
beberapa bagian kutipan dari penelitian Lubis (2012) ini khususnya mengenai
tinjauan pustaka.
D. Tinjauan Pustaka
Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan masyarakat. Menurut Kotler (2007), pemasaran adalah
proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.
Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa kepada
masyarakat, khususnya kepada pembeli potensial (Ma’ruf, 2005). Pemasaran
dikembangkan sebagai suatu pola yang tertata dalam suatu sistem yang sering kali
disebut sebagai ilmu dan juga dikembangkan dengan cara masing masing pelaku
sehingga disebut improvisasi dan karenanya disebut seni.
Kotler dalam Tjiptono (2005) menyebutkan, jasa adalah setiap tindakan
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang ada pada dasarnya
bersifat tidak berwujud fisik dan tidak berhubungan dengan produk fisik maupun
yang menggunakan produk fisik. Secara umum pemasaran jasa terdiri atas
(Tjiptono, 2005): (1) intangibility (tidak berwujud) (2) inseparability (tidak
terpisahkan) (3) variability (keanekaragaman) (4) perishability (tidak tahan
lama) (5) lack of ownership
Bauran pemasaran adalah campuran dari variabel pemasaran yang dapat
dikendalikan dan digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat
penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari
empat unsur:
1. Produk. Menurut Kotler (2001) produk bisa diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok menurut daya tahan dan kenyataannya yaitu: (1) barang tahan lama,
merupakan barang nyata yang biasanya melayani banyak kegunaan dan
umumnya dapat digunakan cukup lama. Jenis barang ini seperti, pakaian,
lemari, dan perkakas mesin. Barang tahan lama biasanya lebih memerlukan
penjualan pribadi (personal selling) dan layanan, selain itu mensyaratkan laba
yang lebih tinggi dan lebih menuntut jaminan dari penjual. Bagi pemasar yang
menjual jenis barang seperti ini, sangat mengutamakan kualitas dari barang
yang akan dijual. Dan tentu barang tersebut memberikan keuntungan yang
lebih lama pada saat dikonsumsi. (2) Barang tidak tahan lama, merupakan
barang nyata yang biasanya dikonsumsi untuk satu atau beberapa kegunaan
lainnya. Contoh barang ini seperti, sabun, garam, dan makanan kaleng. Oleh
karena barang-barang ini cepat habis dikonsumsi dan sering dibeli, strategi
yang cocok adalah membuatnya tersedia di berbagai banyak lokasi. Pemasar
biasanya menetapkan sedikit keuntungan, dan diiklankan secara gencar
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 13
memberikan rasa keinginan untuk mencoba dan membangun preferensi setiap
konsumen (3) Jasa, merupakan kegiatan, manfaat, atau kegunaan yang
ditawarkan untuk dijual. Jasa memiliki ciri tidak berwujud, tidak dapat
dipisahkan, tidak tetap dan tidak dapat disimpan. Akibatnya pemasar lebih
mengutamakan pengendalian kualitas, kredibilitas, pemasok, dan dapat
disesuaikan dengan situasi. Dengan hal tersebut diharapkan konsumen dapat
merasakan kepuasan dan manfaat pada saat transaksi berlangsung
2. Harga. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, atau
jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat manfaat karena
memiliki atau menggunakan produk tersebut. Harga juga merupakan estimasi
penjual terhadap arti ekspresi nilai yang menyangkut kegunaan dan kualitas
produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi. Harga merupakan
salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan. Segala keputusan yang menyangkut
dengan harga akan sangat mempengaruhi aspek kegiatan suatu usaha baik
yang menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin
dicapai oleh suatu lini usaha. Jadi harga tidak sekedar perhitungan biaya biaya
ditambah sejumlah persentase tertentu sebagai tingkat keuntungan yang
diharapkan
3. Lokasi. Penampilan tempat usaha turut membantu menentukan citra tempat
usaha. Elemen dari lokasi adalah atmosphere atau kesan keseluruhan yang
disampaikan tata letak fisik, dan dekorasi dapat menciptakan perasaan satai
atau sibuk. Tata letak juga merupakan sangat penting, tata letak yang efektif
tidak hanya menjamin kenyamanan tetapi juga mempengaruhi pada pola lalu
lintas konsumen dan perilaku pembelian.
4. Promosi. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang bertujuan
untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk, dan / atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan. Menurut Rossiter dan Percy (Tjiptono, 2002:222)
mengklasifikasikan tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai
berikut: (1). Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan
(category need) (2). Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang
suatu produk kepada konsumen (brand awareness) (3). Mendorong pilihan
terhadap suatu produk (brand attitude) (4). Membujuk pelanggan untuk
membeli suatu produk (brandpurchase intention) (5). Mengimbangi
kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase fasilititation) (6).
Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning)
Perilaku konsumen merupakan interaksi antara afeksi dan kognisi,
perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran
dalam hidup mereka. Menurut Kotler dan Amstrong (2003) perilaku konsumen
adalah perilaku pemebelian konsumen yang mengacu pada pada perilaku
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 14
pembelian konsumen akhir (individu dan rumah tangga) yang membeli barang
atau jasa untuk konsumsi pribadi.
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Kotler &
Amstrong, 2003): (1) Faktor budaya, terdiri dari: budaya, sub budaya, dan kelas
social, (2) Faktor sosial, terdiri dari: kelompok acuan, keluarga, dan peran dan
status (3) Faktor pribadi, terdiri dari: umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian dan konsep diri, dan (4) Faktor
psikologi, terdiri dari: motivasi, persepsi, pemeblajaran, kepercayaan dan sikap.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), minat diartikan
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, atau keinginan yang kuat.
Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah
atau keinginan seseorang terhadap sesuatu. Berkunjung diartikan pergi atau
datang untuk melihat sesuatu (KBBI, 2005). Minat konsumen untuk berkunjung
ke suatu tempat tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut
dapat memberikan nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen
tersebut.
Ada tiga hal yang harus dikembangkan agar suatu tempat menjadi menarik
untuk dikunjungi (Yoeti, 1996), yaitu:
1. Adanya something to see, yaitu sesuatu yang menarik untuk dilihat
2. Adanya something to buy, yaitu adanya sesuatu yang menarik dan khas untuk
dibeli
3. Adanya something to do, yaitu adanya seuatu aktivitas yang dapat dilakukan
di tempat itu
Minat berkunjung kembali adalah prilaku yang muncul sebagai respon
terhadap objek. Minat berkunjung kembali menunjukkan keinginan untuk
melakukan kunjungan kembali untuk waktu yang akan datang (Tjiptono, 2005)
E. Kerangka Konseptual
Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah
pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini
merupakan jaringan hubungan antar variable yang secara logis diterangkan dan
dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses
wawancara, observasi, dan survey literatur (Kuncoro, 2003).
Menurut Kotler (2001) harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan
konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian penggunaan atas
kepemilikan barang atau jasa. Segala keputusan yang menyangkut dengan harga
akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan suatu usaha baik yang
menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai
oleh suatu lini usaha. Ini berarti harga menggambarkan nilai uang sebuah barang
atau jasa.
Produk (Product) merupakan keseluruhan objek atau proses yang
memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen dan akan membuat mereka
untuk melakukan pembelian kembali
Lokasi (Place), kemudahan akses terhadap lokasi usaha bagi semua para
pelanggan dan calon pelanggan potensial. Tempat yang menarik bagi konsumen
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 15
adalah tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan efisien (Suryana, 2001).
Memilih lokasi dekat dengan pelanggan perlu untuk mempertahankan daya saing.
Selain faktor kedekatan dengan pelanggan, faktor kenyamanan juga mutlak
diperhatikan.
Promosi (Promotion) merupakan fungsi pemberitahuan, pembujukan, dan
pengimbasan keputusan pembelian konsumen (Kotler, 2003). Promosi adalah
komunikasi dari pesan-pesan perusahaan yang didesain untuk menstimulus
terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan
tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk
atau jasa perusahaan (Kotler, 2003).
Adanya minat konsumen untuk berkunjung kembali ke suatu tempat
tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat memberikan
nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga, lokasi,
promosi, dan gaya hidup mempengaruhi keputusan berkunjung yang dapat
digambarkan pada suatu kerangka konseptual pada gambar 1 berikut ini:
PRODUK
HARGA
MINAT
BERKUNJUNG
ULANG
LOKASI
PROMOSI
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber: Tinjauan Pustaka Penelitian 2013
G. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanasi assosiatif. Yaitu penelitian
yang menghubungkan dua variabel atau lebih (Ginting & Situmorang, 2008).
Adapun variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah variabel produk
(X1), variabel harga (X2), variabel lokasi (X3), variabel promosi (X4) terhadap
minat berkunjung kembali (Y).
Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana elemen
unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan (Ginting dan
Simorangkir, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang
berkunjung ke café café yang berada di sepanjang Jalam Dr. Mansyur Medan.
Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan rancangan sampel nonprobabilitas
dengan teknik pengambilan accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan dan siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Ginting dan Simorangkir, 2008). Oleh
karena populasi yang sulit diketahui, maka penentuan jumlah minimum sampel
yang mewakili populasi adalah sebagai berikut (Supramono, 2003):
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 16
( ) ( )( )
Dimana:
Dan = jumlah sampel
p = estimator populasi
q = 1- p
Zα = harga standard normal yang besarnya tergantung pada nilai α,
dimana bila α=0,05 maka α=0,01 maka Z=1,96
D = penyimpangan yang ditolerir
Hasil prasurvei yang dilakukan terhadap 10 orang responden diketahui 7
orang yang berminat berkunjung kembali dengan tingkat signifikansi 5%.
Sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah:
( ) ( )( )
( )
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, sebelum
kuesioner diberikan kepada 27 orang sampel terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dan realibilitas terhadap kuesioner, hasil uji validitas dan realibilitas
menunjukkan 3 item untuk produk, 5 item untuk harga, 3 item untuk lokasi, 2
item untuk promosi, dan 2 item untuk minat berkunjung kembali.
Pengolahan data penelitian menggunakan regresi linier berganda, sebelum
dilakukan estimasi data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik berupa uji
normalitas, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas. Setelah dilakukan uji
asumsi klasik, selanjutnya dilakukan uji regresi linier berganda dimana dalam
regresi terdapat tiga kriteria ketepatan yaitu: (1) uji signifikansi parsial (2) uji
signifikansi simultan (3) dan koefisien determinasi.
H. Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini sebanyak 27 orang yang terdiri dari 17
orang pria dan 10 orang wanita, mayoritas responden berusia 17 – 25 tahun dan
memiliki profesi sebagai mahasiswa. Kunjungan responden terhadap café café
yang berada sepanjang Jalan Dr. Mansyur dalam sebulan mayoritas sekitar lebih
dari 4 kali.
Deskripsi jawaban responden untuk kuesioner yang diberikan dapat
dijelaskan sebagai berikut: (1) variabel produk mempunyai 3 item pertanyaan
dan nilai rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah mengenai produk
yang paling dicari oleh pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang adalah
adanya kenyamanan tempat, karena pada umumnya pengunjung yang datang ke
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 17
café adalah untuk waktu yang lama, sambil berdiskusi dengan teman teman, jadi
sangat penting bagi pengunjung mengenai kenyamanan. (2) variabel harga
mempunyai 5 item pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling
tinggi adalah mengenai harga yang menjadi penentu adalah adanya harga yang
murah (terjangkau) bagi pengunjung (3) variabel promosi mempunyai 2 item
pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah
mengenai kunjungan ke café bukan berasal dari promosi yang dilakukan oleh café
tersebut, tetapi berdasarkan ajakan teman atau orang lain. (4) variabel lokasi
mempunyai 3 item pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling
tinggi adalah mengenai lokasi café yang menyediakan tempat parkir yang mudah
dan aman, hal ini disebabkan mayoritas pengunjung memiliki kenderaan sendiri
(5) variabel minat berkunjung kembali mempunyai 2 item pertanyaan dan nilai
rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah responden akan melakukan
kunjungan kembali apabila disetujui oleh semua teman yang akan berkunjung,
bukan berdasarkan keinginan sendiri.
Hasil uji asumsi klasik adalah sebagai berikut: (1) uji normalitas bertujuan
untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati
distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik (grafik
normal PP plot regression standardized residual) dilihat dari titik yang menyebar
di sekitar garis diagonal, hasil uji data menunjukkan data menyebar di sekitar
garis normal, hal ini berarti data telah berdistribusi normal. (2) uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka terjadi
homokedastisitas. Jika berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Melalui analisis
gambar (scatter plot), suatu model regresi dianggap yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, hasil pengolahan data
memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola
tertentu yang jelas di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. hal ini
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga layak dipakai
untuk memprediksi minat berkunjung kembali konsumen, berdasarkan masukan
variabel independennya. (3) uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Gejala multikolonearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan
VIF(Variance Inflation Factor). Tolerance mengukur variabilitas independen
lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai tolerance > 0,1 atau nilai VIF
< 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang dan Lufti, 2011). Hasil
penelitian menunjukkan hasil semua nilai tolerance mendekati satu, dan VIF yang
lebih kecil dari 5.
Hasil uji signifikansi parsial menunjukkan semua variabel bebas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat, dengan variabel
lokasi memiliki pengaruh paling besar terhadap minat melakukan kunjungan
kembali. Uji simultan menunjukkan semua variabel bebas secara serentak
berpengaruh terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi yang disesuiakan
sebesar 0,764 atau 76,4 %, berarti hubungan variabel produk, harga, lokasi, dan
promosi terhadap minat berkunjung kembali sangat Erat, dan faktor-faktor minat
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 18
berkunjung kembali dapat dijelaskan oleh variabel bebas (produk, harga, lokasi,
dan promosi) sedangkan 23,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
I. KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini adalah variabel produk, harga, promosi, dan
lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat untuk melakukan
kunjungan kembali ke café café yang berada di sepanjang Jalan Dr.. Mansyur
Medan, dengan variabel lokasi yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
minat melakukan kunjungan ulang.
J. SARAN
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: kepada pemilik café
di Jalan Dr.. Mansyur hendaknya lebih memperhatikan lokasi letak café tersebut,
kemudian yang perlu diperhatikan juga adalah suasana nyaman harus diciptakan
dalam lokasi café disamping harga yang terjangkau, hal terjadi karena mayoritas
pengunjung adalah dari kalangan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Dian H. 2012 Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi, Dan Gaya Hidup
Terhadap Minat Berkunjung Kembali Ke Coffee Cangkir Dr. Mansyur
Medan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, Balai Pustaka, Jakarta.
Kotler, Philip 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Analisis, Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.
Kotler, Philip, 2007. Manajemen Pemasaran, Jilid Satu, Edisi Keduabelas, Indeks,
Jakarta.
Kuncoro, Mudrajat, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga,
Jakarta.
Ma’ruf, Handri, 2005. Pemasaran Ritel, Gramedia Pustaka, Jakarta.
Paham, Ginting dan Syafrizal, H Situmorang. 2008. Filsafat dan Metode
Riset.USU Press, Medan
Tjiptono, Fandy,2005. Pemasaran Jasa, Bayu Media, Malang.
Situmorang, H Syafrizal dan Lufti, Muslich, 2011. Analisis Data untuk Riset
Manajemen dan Bisnis, Edisi Kedua, USU Press, Medan
Supramono dan Haryanto, 2003. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran,
Andi. Yogyakarta
Suryana. 2001. Kewirausahaan. Salemba Empat, Jakarta
Yoeti, Oka A,1996. Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkas, Bandung.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 19
ANALISA PENGARUH KETIDAKAMANAN KERJA DAN KOMPENSASI
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
(Studi pada Karyawan Kontrak PT. Bank X Medan)
FAULINA
Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT
Hiring employees on basis of contracts is a trend in Indonesia nowadays,
and based on the previous studies, it can be seen that there is a strong influence of
the work insecurity and compensation on the performance of the contract
employees. The purpose of this study is to analize the influence of work
insecurity and compensation on the performance.
The population is all the contract employees of PT. Bank X, and there are
74 employees taken to be the samples of this study. Questionairres were
distributed to the samples in order to obtain the data, the estimated using multiple
linier regression.
The result showed : (1) insecurity has positive and significant influence
on performance (2) compensation has positive and significant influence on
performance (3) simultaneously insecurity and compensation have influence on
performance, and the value of the adjusted r-square is very little, it can be implied
that in the case of PT. Bank X there are other factors that have larger influence on
the performance of the contract employees
Keywords: work insecurity, compensation, performance
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang akan
menghadapi tantangan yang berat dalam era globalisasi ini. Hal ini terjadi karena
dalam era ini negara-negara berkembang berhadapan secara langsung dengan
negara-negara maju yang memiliki keunggulan hampir di segala aspek, mulai dari
teknologi, modal dan sumber daya manusia. Ketiganya mempunyai arti yang
sangat penting, khususnya sumber daya manusia.
Sumber daya manusia dipandang sebagai aset organisasi yang sangat
penting, karena manusia merupakan sumber daya yang dinamis dan selalu
dibutuhkan dalam proses produksi barang maupun jasa. Mengingat bahwa faktor
manusia sangat dibutuhkan dalam perusahaan maka muncul suatu ilmu
manajemen yang mempelajari masalah-masalah ketenagakerjaan atau
kepegawaian yang disebut Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut
Simamora (2004) manajemen sumber daya manusia (human resource
management) adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas
jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.
Sumber daya manusia adalah modal utama dan berharga yang dimiliki
oleh PT. Bank X dan sudah sepatutnya mendapatkan perhatian yang lebih dan
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 20
dikelola dengan baik sehingga mampu mendukung semua kegiatan operasional
kerja dan membantu pencapaian tujuan dan sasaran (target) yang ingin dicapai
perusahaan. Untuk itu agar membantu tercapainya tujuan dan target perusahaan
maka dibutuhkan banyak karyawan. Tetapi, kendala yang dihadapi untuk
mempekerjakan lebih banyak tenaga lagi adalah masalah dana untuk menggaji
karyawan. Salah satu upaya yang terbaik dengan meminimalkan pengeluaran
perusahaan adalah mempekerjakan karyawan dengan sistem kontrak.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis, PT. Bank X adalah salah
satu bank yang paling banyak menggunakan tenaga kontrak untuk menunjang
operasional perusahaannya, setelah melakukan wawancara dengan beberapa
tenaga kontrak yang berada di perusahaan tersebut, bahwa sistem kontrak
menimbulkan rasa ketidak amanan dalam bekerja, khususnya pada akhir sebuah
periode kontrak apakah diperpanjang atau tidak oleh PT. Bank X. Terkait dengan
waktu bekerja yang telah ditetapkan serta apabila masa kontrak berakhir maka
dapat diperpanjang atau diakhiri oleh instansi yang bersangkutan. Karyawan
kontrak bisa diangkat menjadi karyawan tetap jika menunjukkan kinerja yang
baik.
Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt (1989 dalam Wening, 2005)
ketidakamanan kerja (job insecurity) merupakan kondisi ketidakberdayaan untuk
mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam situasi kerja yang
mengancam. Perasaan tidak aman akan membawa dampak pada job attitudes
karyawan, bahkan keinginan untuk turnover yang semakin besar. Persepsi
ketidakamanan kerja (job insecurity) memunculkan dampak dalam aspek
psikologis. Di antara aspek psikologis yang muncul antara lain berupa penurunan
kepuasan kerja, penurunan kreativitas, perasaan murung dan bersalah,
kekhawatiran bahkan kemarahan (Band dan Tustin, 1999).
Setiap karyawan atau individu yang bekerja dalam suatu perusahaan
mempunyai keinginan untuk mendapatkan gaji yang sesuai dan cocok dengan
harapannya. Jika mereka mendapatkan gaji yang sesuai maka mereka akan lebih
bersemangat dalam bekerja. Pada saat tanda tangan kontrak, karyawan kontrak
tidak mengalami masalah apapun namun dengan berjalannya waktu timbul rasa
ketidakpuasan terhadap gaji yang diberikan oleh perusahaan. Dari beberapa unsur
yang ada, jumlah gaji merupakan unsur yang paling jelas dalam kepuasan
kompensasi (Harnanik, 2005). Menurut undang-undang no 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, upah adalah hak karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atas suatu pekerjaan atau jasa yang
telah atau akan dilakukan, diterapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan kerja atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan
bagi karyawan dan keluarganya.
Menurut Handoko (2000), mengatakan Departemen Personalia merancang
dan mengadministrasikan kompensasi karyawan. Bila kompensasi yang diberikan
secara benar, para karyawan lebih terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai
sasaran organisasi. Bila para karyawan memandang kompensasi tidak memadai,
prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan akan turun secara dramatis.
Menurut Sulistyani dan Rosidah (2003) kompensasi akan meningkatkan
kinerja karyawan. Hal ini disebabkan karena setiap karyawan mempunyai harapan
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 21
untuk memiliki kehidupan yang lebih baik sesuai pengorbanan dan tanggung
jawab yang dibebankan karyawan didalam melakukan pekerjaannya. Kompensasi
sebagai penghargaan atas keberhasilan seseorang yang menunjukkan kinerja dari
seorang karyawan dalam menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan jabatan
yang dipangkunya sekarang, sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan
potensi yang bersangkutan dalam menduduki posisi yang lebih tinggi disuatu
organisasi. Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003) perusahaan harus dapat
menetapkan kompensasi yang paling tepat, sehingga dapat menopang tercapainya
tujuan perusahaan secara lebih efektif dan lebih efisien
Menurut teori Maslow tentang lima tingkat kebutuhan, kompensasi
mendasari kelima tingkat kebutuhan manusia, dari mulai kebutuhan fisiologis
hingga tingkat kebutuhan yang paling tinggi yaitu self-actualization (perwujudan
diri). Tanpa adanya kompensasi, kebutuhan-kebutuhan lanjutan tidak dapat
berfungsi sesuai kaidah Maslow bahwa kebutuhan yang lebih tinggi hanya dapat
berfungsi jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Sistem kompensasi
tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan fisik melainkan juga merupakan
pengakuan dan rasa mencapai sesuatu.
Simamora (2004) menyatakan bahwa kompensasi yang baik adalah sistem
kompensasi yang tanggap terhadap situasi dan sistem yang dapat memotivasi
karyawan-karyawan. Sistem kompensasi hendaknya memuaskan kebutuhan
karyawan, memastikan perlakuan adil terhadap mereka dalam hal kompensasi dan
memberikan imbalan terhadap kinerja mereka. Apabila sistem kompensasi telah
mampu menciptakan kondisi seperti di atas maka karyawan akan senang hati
memenuhi permintaan pihak manajemen untuk bekerja secara optimal. Secara
sederhana kepuasan kompensasi akan menimbulkan peningkatan kinerja bagi
karyawan. Dalam pemberian kompensasi, ada dua filosofi yang mendasar, yang
dapat dilihat sebagai titik berlawanan dari suatu garis lurus yaitu filosofi
kelayakan dan pada titik lainnya adalah filosofi berorientasi kinerja (Mathis and
Jackson, 2000). Filosofi kelayakan ini dapat dilihat di banyak organisasi yang
secara tradisional telah memberikan kenaikan otomatis kepada karyawannya
setiap tahun dan masih memperhatikan senioritas dalam kenaikan gaji. Rivai
(2005) mengemukakan bahwa kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan
kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan sebagai upaya meningkatkan
kesejahteraan para karyawan.
Setiap karyawan harus memberikan kontribusi terbaiknya dan mengetahui
tanggung jawab yang diberikan dalam pelaksanaan kerja dan tingkat kinerja yang
ingin dicapai dengan mengukur keadaan dan kemampuan yang ada dalam dirinya.
Pihak manajemen perusahaan harus banyak memberikan perhatian dan usahanya
untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan karyawan. Pengelolaan SDM yang
baik akan memberikan kemajuan yang signifikan bagi perusahaan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah di muka dan memperhatikan data
kinerja karyawan kontrak yang semakin menurun, tidak dipungkiri bahwa akan
berimplikasi pada kinerja perusahaan. Pada karyawan kontrak PT. Bank X cabang
Medan terdapat indikasi pengaruh ketidakamanan kerja dan kepuasan kompensasi
terhadap kinerja karyawan dalam prosesnya, karyawan kontrak seringkali merasa
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 22
tidak puas akan kompensasi yang mereka terima. Berdasarkan hal tersebut
permasalahan yang dikaji adalah bagaimana variabel ketidakamanan kerja dan
kepuasan kompensasi mempengaruhi kinerja karyawan kontrak PT. Bank X
Cabang Medan. Dari masalah penelitian tersebut maka dapat disimpulkan
kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah pengaruh ketidakamanan kerja terhadap kinerja karyawan?
2. Apakah pengaruh kepuasan kompensasi terhadap kinerja karyawan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh ketidakamanan kerja terhadap kinerja karyawan
2. Menganalisis pengaruh kepuasan kompensasi terhadap kinerja karyawan
D. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Nugraha (2010) yang
berjudul: Analisis Pengaruh Ketidakamanan Kerja Dan Kepuasan Kompensasi
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan kontrak PT Bank Rakyat
Indonesia cabang Semarang Patimura dan unit kerjanya ). Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian Nugraha (2010) adalah lokasi penelitian, sampel penelitian,
dan tahun penelitian.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Ketidakamanan Kerja (job insecurity)
Greenhalgh dan Rosenblatt (1989) dalam Wening, 2005) mendefinisikan
ketidakamanan kerja (job insecurity) sebagai ketidakberdayaan untuk
mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja yang
terancam. Sementara Smithson dan Lewis (2000 dalam Yuniar, 2008)
mengartikan ketidakamanan kerja (job insecurity) sebagai kondisi psikologis
seseorang (karyawan) yang menunjukkan rasa binggung atau merasa tidak aman dikarenakan kondisi lingkungan yang berubah-ubah (perceived impermanance).
Kondisi ini muncul karena banyaknya jenis pekerjaan yang sifatnya sesaat atau
pekerjaan kontrak. Makin banyaknya jenis pekerjaan dengan durasi waktu yang
sementara atau tidak permanen, menyebabkan banyaknya karyawan yang
mengalami ketidakamanan kerja (job insecurity) (Smithson & Lewis, 2000 dalam
Yuniar, 2008).
Menurut Bryson dan Hervey (2000 dalam Yuniar, 2008) rasa tidak aman
dalam bekerja dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni subyektif dan
obyektif. Rasa tidak aman yang sifatnya obyektif umumnya dikaitkan dengan
indikator yang jelas seperti job tenure, untuk mengetahui kestabilan karyawan
dalam organisasi. Sementara rasa aman yang subyektif relatif sulit diamati secara
langsung karena indikator yang digunakan adalah ancaman terhadap
hilangnya pekerjaan dan konsekuensi dari bersangkutan.
Kurangnya rasa percaya akan berpengaruh terhadap moral dan motivasi
karyawan. Hilangnya kekuatan (power) yang dimiliki atas pekerjaan yang
dilakukan ataupun kesempatan-kesempatan yang ditawarkan oleh pekerjaan
tersebut seperti status atau promosi. (Burchell, Day & Hudson, 2000 dalam
Yuniar, 2008).
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 23
Ada beberapa tingkatan situasi yang dirasa tidak aman diantara karyawan.
Ada karyawan yang merasa tidak aman (insecure) namun digaji tinggi karena
keahliannya yang jarang dimiliki orang. Individu semacam ini memiliki high
employment security yang tinggi dalam definisi senngenberger, namun job
securitynya rendah. Ada pula karyawan yang memiliki kontrak kerja namun
merasa tidak aman akan seberapa lama kontrak itu bisa diperpanjang lagi. Kondisi
impermanance serta adanya keserbatidakpastiaan semacam ini membuat
ketidakamanan kerja (job insecurity) mempengaruhi karyawan, utamanya
yang masih muda (Smithson & Lewis , 2000 dalam Yuniar, 2008).
Dari hasil beberapa studi yang dilakukan (Greenglass, Burke &
Fiksenbaum, 2002 dalam Yuniar, 2008), ditemukan adanya pengaruh
ketidakamanan kerja (job insecurity) terhadap karyawan diantaranya :
1. Meningkatkan ketidakpuasan dalam bekerja
2. Meningkatnya gangguan fisik
3. Meningkatnya gangguan psikologis
4. Karyawan cenderung menarik diri dari lingkungan kerjanya
5. Makin berkurangnya komitmen organisasional
6. Peningkatan jumlah karyawan yang berpindah (employee turnover)
2. Kompensasi
Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai
pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi
merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan
semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam
melakukan tugas keorganisasian (Rivai, 2005). Tanpa adanya kompensasi,
kebutuhan-keburuhan lanjutan tidak dapat berfungsi sesuai dengan kaidah
Maslow bahwa kebutuhan yang yang lebih tinggi hanya dapat berfungsi jika
kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Sistem kompensasi tidak
hanya memuaskan kebutuhan fisik melainkan juga merupakan pengakuan dan
rasa mencapai sesuatu. Berbagai jenis kebutuhan manusia akan dicerminkan
dari berbagai keingianan para karyawan terhadap pekerjaannya, termasuk
diantaranya keinginan untuk memperoleh upah yang layak (Ranupandjoyo dan
Husnan, 1983).
Simamora (2004) menyatakan bahwa kompensasi yang baik adalah sistem
kompensasi yang tanggap terhadap situasi dan sistem yang dapat memotivasi
karyawan-karyawan. Sistem kompensasi hendaknya memuaskan kebutuhan
karyawan. Memastikan perlakuan adil terhadap mereka dalam hal kompensasi
telah mampu menciptakan kondisi seperti di atas maka karyawan akan
dengan senang hati memenuhi permintaan pihak manajemen untuk bekerja secara
optimal. Gomes (2003) mengemukakan bahwa nilai hak-hak perorangan
mempengaruhi imbalan karena setiap orang ingin digaji berdasarkan “a fair day’s
pay for a fair day’s work”. Jadi karena standar keadilan per orang berbeda maka
diperlukan beberapa metode untuk menyamakan kontribusi dari para
karyawan menurut karakteristiknya.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 24
3. Kinerja
Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan
kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil.
sedangkan menurut Bernadin (1993) dalam Istiningsih mendefinisikan kinerja
sebagai hasil prestasi kerja yang telah dicapai seorang karyawan sesuai
dengan fungsi tugasnya. Kinerja karyawan mengacu pada prestasi seseorang yang
diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2004) kinerja merupakan hasil kerja baik
secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kesediaan
dan ketrampilan seorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa
pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaiamana
mengerjakannya. Dessler (1997) memberikan pengertian tentang kinerja yaitu
merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar
kerja yang ditetapkan dan kinerja itu sendiri lebih memfokuskan pada hasil
kerjanya, sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002) kinerja pada dasarnya
apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan. Kinerja
karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi
kepada organisasi.
F. KERANGKA DAN HIPOTESA PENELITIAN
Untuk lebih memperjelas arah dari penelitian yang menunjukkan
bahwa adanya pengaruh antara ketidakamanan kerja dan kepuasan
kompensasi yang mempengaruhi kinerja karyawan maka dalam penelitian ini
dapat diambil suatu jalur pemikiran yang diterjemahkan dalam diagram struktur
seperti pada Gambar 1 berikut:
Ketidakamanan Kerja
Kinerja Karyawan
Kompensasi
Gambar 1. Kerangka Penelitian
Sumber: Tinjauan Pustaka
Kerangka penelitian yang disajikan diatas menjelaskan bahwa faktor
ketidakamanan kerja dan kepuasan kompensasi mempengaruhi kinerja karyawan.
Kerangka penelitian dimuka menjelaskan bahwa :
H1: Terdapat pengaruh negatif dari ketidakamanan kerja terhadap kinerja
karyawan
H2: Terdapat pengaruh positif dari kepuasan kompensasi terhadap kinerja
karyawan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 25
G. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kantor Cabang Bank X yang terletak di Jalan Putri
Hijau Medan. Populasi penelitian ini adalah karyawan kontrak di kantor cabang
PT. Bank X yang berjumlah sekitar 90 orang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2005)
( ) , dimana N
= Ukuran populasi, n = Ukuran sampel, e = margin of error, yaitu persen
kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih
dapat ditolerir sebesar 5%. Sehingga jumlah sampel adalah sebanyak
( )
Kuesioner pada penelitian ini tidak perlu lagi dilakukan uji validitas dan
reliabilitas karena sudah diuji sebelumnya oleh Nugraha (2010). Estimasi data
penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolineritas. Setelah semua data
terbebas dari permasalahan asumsi klasik maka dilakukan regresi berganda.
H. HASIL PENELITIAN
Data penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada
sampel penelitian terdiri dari masing masing 5 item pernyataan untuk variabel
ketidakamanan, kompensasi, dan kinerja. Hasil jawaban responden dapat dilihat
pada Tabel 1. Berikut ini:
Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian
VARIABEL KETIDAKAMANAN
74 74 74 74 74
0 0 0 0 0
2.6216 2.5541 3.6486 3.0676 3.7297
2.0000 2.0000 4.0000 3.0000 4.0000
.85533 .76107 .58362 .70868 .44713
1.094 1.346 .242 .378 -1.056
.279 .279 .279 .279 .279
.046 1.428 -.658 .258 -.910
.552 .552 .552 .552 .552
Valid
Missing
N
Mean
Median
Std. Dev iation
Skew ness
Std. Error of Skew ness
Kurtos is
Std. Error of Kurtos is
x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 x1.5
VARIABEL KOM PENSASI
74 74 74 74 74
0 0 0 0 0
4.1216 3.8378 3.9595 3.9459 3.9459
4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000
.64005 .66264 .71076 .46499 .43453
-.110 -.101 .058 -.200 -.301
.279 .279 .279 .279 .279
-.529 -.078 -.978 1.776 2.454
.552 .552 .552 .552 .552
Valid
Missing
N
Mean
Median
Std. Dev iation
Skew ness
Std. Error of Skew ness
Kurtos is
Std. Error of Kurtos is
x2.1 x2.2 x2.3 x.2.4 x2.5
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 26
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat sebagai berikut:
1. Rata rata terkecil terdapat pada variabel ketidakamanan kerja (2,5541), dan
terbesar terdapat pada variabel kompensasi (4,1216)
2. Titik tengah data (median) terkecil adalah 2, dan tertinggi adalah 4.
3. Standar Deviasi atau Simpangan baku merupakan variasi sebaran data,
semakin kecil nilai sebarannya berarti variasi nilai data makin sama Jika
sebarannya bernilai 0, maka nilai semua datanya adalah sama. Semakin besar
nilai sebarannya berarti data semakin bervariasi. Berdasarkan Tabel 1 terlihat
nilai standar deviasi terbesar terdapat pada variabel ketidakamanan kerja
(0,85533), dan terkecil terdapat pada variabel kompensasi (0,43453)
Pengolahan data statistik mengharuskan dipenuhinya kriteria Best Linear
Unbiased Estimator (BLUE). BLUE dapat dicapai bila memenuhi asumsi klasik.
Asumsi klasik tersebut antara lain adalah: (1) model regresi dispesifikasikan
dengan benar (2) Error menyebar normal dengan rataan nol dan memiliki suatu
ragam (variance) tertentu (3) tidak terjadi heteroskedastisitas pada ragam error (4)
tidak terjadi multikolinieritas antara peubah bebas (5) error tidak mengalami
autokorelasi (error tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri). Uji asumsi klasik
terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolineritas. Hasil
uji asumsi klasik dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
VARIABEL KINERJA
74 74 74 73 74
0 0 0 1 0
3.8378 3.7973 3.8919 3.8493 3.7703
4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000
.68300 .68205 .63175 .70062 .60923
.216 .278 .086 -.032 -1.334
.279 .279 .279 .281 .279
-.821 -.819 -.456 -.392 2.327
.552 .552 .552 .555 .552
Valid
Missing
N
Mean
Median
Std. Dev iation
Skew ness
Std. Error of Skew ness
Kurtos is
Std. Error of Kurtos is
y1 y2 y3 y4 y5
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 27
Tabel 2. Hasil Uji Asumsi Klasik (Normalitas, Heteroskedastisitas,
Multikolinearitas)
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 1. Dapat dilihat: (1) data menyebar disepanjang haris
diagonal sehingga disimpulkan data sudah terdistribusi secara normal (2) data
menyebar diatas dan dibawah titik nol sehingga disimpulkan data terbebas dari
heteroskedastisitas (3) Nilai tolerance sebesar 0,983 < 1 dan nilai VIF 1,017 > 1,
disimpulkan tidak terdapat permasalahan multikolinearitas.
Hasil pengolahan data dengan metode analisis regresi berganda (Tabel 1)
dapat dibuat garis persamaan regresi yaitu:
Berdasarkan persamaan tersebut: (1) Nilai konstanta sebesar 9,386,
menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu ketidakamanan
dan kompensasi, maka perubahan nilai kinerja yang dilihat dari nilai Y tetap
sebesar 9,386. (2) Koefisien regresi variabel ketidakamanan kerja sebesar 0,182
menunjukkan bahwa setiap kenaikan ketidakamanan sebesar 1 satuan, maka
perubahan kinerja akan bertambah sebesar 0,182 dengan asumsi variabel lain
dianggap tetap. (3) Koefisien regresi variabel kompensasi sebesar 0,347
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Expecte
d Cum
Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: kinerja
Regression Standardized Predicted Value
3210-1-2-3
Regre
ssion
Stud
entize
d Resi
dual
4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: kinerja
Coefficientsa
9.386 2.620 3.582 .001
.182 .080 .248 2.265 .027 .983 1.017
.347 .108 .352 3.217 .002 .983 1.017
(Constant)
ketidakamanan
kompensasi
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statis tics
Dependent Variable: kinerjaa.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 28
menunjukkan bahwa setiap kompensasi sebesar 1 satuan, maka kinerja dilihat dari
nilai Y akan naik sebesar 0,347 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
Uji parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
Berdasarkan hasil pengujian statistik t pada tabel 2 dapat dijelaskan sebagai
berikut: (1) pengaruh ketidakamanan terhadap kinerja, nilai signifikansi = 0,027
menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual (parsial) lebih kecil dari (<)
0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara
t-hitung dengan t-tabel (t-hit 2,265 > t-tab 1,993) maka ketidakamanan secara
parsial memiliki pengaruh terhadap kompensasi. (2) pengaruh kompensasi
terhadap kinerja, nilai signifikansi = 0,002 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk
uji t individual (parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil
pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel (3,217 >
1,993) maka kompensasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja.
Uji simultan atau uji F ini dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Tabel 3: Uji Simultan (Uji F)
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Hasil uji F yang ditampilkan dalam tabel 3 menunjukkan bahwa nilai F-
hitung adalah 6,904 dengan tingkat signifikansi 0,002 (< 0,05). Dengan
mengunakan tabel F diperoleh nilai F-tabel sebesar 2,735. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai Fhitung > Ftabel yang berarti bahwa ketidakamanan dan kompensasi
secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja.
Tabel 4: Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Pengujian koefisien determinasi dilakukan dengan melihat nilai r-square
adjusted (Tabel 4), dimana nilainya adalah sebesar 0,139 atau 13,9%
mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independen mampu
menjelaskan variasi dependen sebesar 13,9% dan sisanya 86,1 % dijelaskan oleh
faktor-faktor lain.
ANOV Ab
35.225 2 17.612 6.904 .002a
181.113 71 2.551
216.338 73
Regress ion
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predic tors: (Constant), kompensas i, ketidakamanana.
Dependent Variable: kinerjab.
Mode l Summaryb
.404a
.163 .139 1.59715 2.296
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predic tors: (Constant), kompensasi, ketidakamanana.
Dependent Variable: kinerjab.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 29
J. KESIMPULAN PENELITIAN
Kesimpulan penelitian ini adalah (1) ketidakamanan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja (2) kompensasi memiliki pengaruh positip
dan signifikan terhadap kinerja (3) secara bersama sama ketidakamanan dan
kompensasi memiliki pengaruh terhadap kinerja, walaupun nilai pengaruhnya
kecil, hal ini berarti untuk kasus di Bank X terdapat faktor lain yang memiliki
pengaruh terhadap kinerja karyawan kontrak
DAFTAR PUSTAKA
Band, D.C., dan Tustin, C. M., 1999. “Strategic Downsizing”, Management
Decision, 33 (8):36
Bernadin, 1993. Pengertian Prestasi Kerja http://www.damandiri.co.id
Dessler, G, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa : Benyamin
Molan, Jakarta: PT. Prenhallindo.
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Andi Offset.
Hani, Handoko, 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Edisi 2.
Yogyakarta: BPFE.
Harnanik. 2005. “Analisis Hubungan Kepuasan dan Kemajuan Karir, Kepuasan
atas Beban Kerja, Kepuasan Atas Kelas dan Kepuasan atas
Supervisi dengan Kepuasan Kompensasi”. EKOBIS, Vol.6, No. 2
Hal 153-165. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Bandung: Remajaresdakarya.
Mathis, R,L, dan Jackson, J.H., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 9.
Jakarta: Salemba Empat.
Nugraha, Adhian, 2010. Analisis Pengaruh Ketidakamanan Kerja Dan Kepuasan
Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan kontrak
PT Bank Rakyat Indonesia cabang Semarang Patimura dan unit kerjanya)
Ranupandjoyo, Heidjrachman dan Suad Husnan, 1983. Manajemen Personalia,
Cetakan ke-2, Yogyakarta: BPFE.
Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: STIE
YKPN.
Sulistyani, Teguh dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya
Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Umar, H,. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta:
Gramendia Pustaka Utama.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 30
Wening, Nur. 2005. “Pengaruh Ketidakamanan Kerja Sebagai Dampak
Restrukturisasi Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan
Intensi Keluar Survivor”. KINERJA, Vol. 9, No. 2, Hal 135-147.
Yogyakarta: STIE Widya Wiwaha.
Yuniar, Mizar. 2008. “Pengaruh Faktor Ketidakamanan Kerja (Job Insecurity) dan
Kepuasan Kerja Terhadap Niat Pindah (Turnover Itention) Dengan
Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening”. Semarang:
Tesis. Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 31
MOTIVASI KERJA GURU HONORER SMA SWASTA KOTA MEDAN
APLIKASI TEORI DUA FAKTOR HERZBERG
(SEBUAH STUDI KUALITATIF)
MARTOLOP SINAMBELA
Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRAK
Motivation is a factor that drives a person to do a particular act or activity.
According to the theory of two factors that affect motivation proposed by
Herzberg, work motivation is influenced by hygiene factors and motivation
factors. This study tried to assess qualitatively whether the motivation to work of
part-time teachers in private high school in Medan in accordance with the two-
factor theory proposed by Herzberg.
This study was conducted for one month, and the number of samples
successfully interviewed 54 people in part-time teachers from 23 private high
school in the city of Medan.
The results showed motivation to work of part-time teachers in Medan
private high schools is not in accordance with what was said by the Herzberg
motivation theory with two approaches, namely: (1). Hygiene factor, a factor that
does not support the existence of motivation to work, but in this study the working
conditions, school policies, and supervisors working group as part of the survey
respondents considered hygiene factors do not affect the work motivation or in
other words there is or not will not increase their work motivation, and the salary
was the most inhibiting. (2). Motivational factors, a factor that supports the work
motivation, of all the factors stated Herzberg turns are all factors that can support
or lead to motivation for part-time teachers in private high school in Medan.
Keywords: Motivation, two factors theory, part-time teacher
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai
butir-butir tujuan pendidikan tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan
yang memadai. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka semua
aspek yang dapat mempengaruhi belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh
positif bagi diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 32
Guru yang bekerja di berbagai sekolah, baik negeri maupun swasta,
berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Guru Honorer. Guru Tidak Tetap
yang bekerja pada beberapa sekolah negeri maupun swasta, sampai saat ini
belum memiliki standar gaji yang menitik beratkan pada bobot jam pelajaran,
tingkatan jabatan, dan tanggung jawab masa depan siswanya. Apalagi untuk
guru yang mengajar di tingkat SMA. Banyak diantara mereka yang bekerja
melebihi dari imbalan yang mereka terima. Dengan kata lain, insentif atau gaji
yang mereka terima tidak sebanding dengan pekerjaan yang mereka
laksanakan dan tanggung jawab yang mereka terima terhadap masa depan
siswanya, berhasil atau tidaknya menyelesaikan program pendidikan di
sekolah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi ataupun masuk ke dunia kerja,
bergantung pada kapabilitas guru SMA ini.
Tingginya tuntutan yang diberikan kepada guru guru honorer di SMA ini
tidak sebanding dengan penghasilan yang mereka terima, disatu sisi seorang
guru harus menambah kapasitas akademis pembelajaran dengan terus
memperbarui dan berinovasi dengan media, metode pembelajaran, dan kapasitas
dirinya. Di sisi lain, sebagai efek demonstrasi dari minimnya kesejahteraan,
seorang guru dituntut memenuhi kesejahteraannya dengan melakukan usaha
atau kegiatan lain yang bisa menghasilkan uang agar dapat terus bertahan dalam
kehidupannya.
Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
sebenarnya motivasi kerja guru honorer walaupun dalam keadaan serba
kekurangan dari segi material.
B. PERMASALAHAN PENELITIAN
Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah
motivasi kerja guru honorer di SMA Swasta kota Medan sesuai dengan teori dua
faktor yang dikemukakan oleh Herzberg?
C. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian seperti ini sudah pernah dilakukan oleh Gunawan (2010) dengan
judul Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap Di Berbagai SMA Swasta Di Kota
Semarang, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gunawan (2010) adalah
adanya perbedaan lokasi penelitian, teori motivasi kerja yang dipakai, objek
penelitian, tahun penelitian, dan metode pengolahan data.
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Profesi Guru
Paradigma tentang guru yang berkembang di tengah masyarakat, bahkan
oleh sebagian guru itu sendiri, bahwa yang lebih dahulu harus ditinggkatkan
adalah gaji guru. Jika gaji guru tinggi dipahami bahwa secara otomatis
mutu, komitmen dan tanggung jawab guru juga akan tinggi. Tuntutan yang
sudah lama menggaung ini sulit dipenuhi oleh pemerintah dengan alasan
klasik bahwa keuangan negara sangat terbatas. Konsep berpikir seperti ini
telah melemahkan posisi bargaining guru. Akibatnya, guru selalu setia menjadi
korban dari political will pemerintah yang tidak berpihak pada nasib guru. Akan
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 33
tetapi, kesadaran guru menjadi korban kadangkala terlambat muncul bahkan
tidak disadari oleh guru, karena sebagian “rasa korban” itu adalah kenikmatan.
2. Profesionalisme Guru
Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam
bidang yang digeluti. Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi
profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal
penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan
kualitas kerja (Reminsa, 2008).
Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi
yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan
berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas dan lulus ujian. Masyarakat
modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru
terhadap perubahan dan inovasi.
Menurut Reminsa (2008), menjadi guru mungkin semua orang bisa.
Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar
perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas,
untuk menjadi guru profesional seperti yang dimaksud standar minimal yang
harus dimiliki adalah:
Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
Kemampuan mengorganisir dan problem solving
Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Seorang ahli,
tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua
Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya
persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam
perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu
kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan
dengan skill atau keahliannya.
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas
pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Guru yang profesional
tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, menguasai metode yang tepat,
mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan
wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Guru yang profesional juga harus
memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakekat manusia, dan masyarakat.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 34
1. Motivasi Kerja
Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu
movere, yang berarti “mengerahkan”. Martoyo dalam Elqorni (2008) motive atau
dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan
sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang
melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi
kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak
termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep
motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual.
Dengan demikian motivasi atau motivation berarti pemberian motiv, penimbulan
otiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan
dorongan.
Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang mendorong
orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Martoyo dalam Elqorni, 2008).
Manusia dalam aktivitas kebiasaannya memiliki semangat untuk mengerjakan
sesuatu asalkan dapat menghasilkan sesuatu yang dianggap oleh dirinya memiliki
suatu nilai yang sangat berharga, yang tujuannya jelas pasti untuk melangsungkan kehidupannya, rasa tentram, rasa aman dan sebagainya.
Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (dalam Elqorni, 2008) motivasi
adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan
atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai
faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan yang dilakukan oleh
seorangmanusia pasti memiliki sesuatu faktor yang mendorong perbuatan
tersebut. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan
antusias mencapai hasil yang optimal (Wahyuddin, 2010).
2. Teori dua Faktor Herzberg
Frederick Herzberg adalah seorang professor dari Case western Reserve
University dan Utah university, kelahiran Lynn-Massachusetts dan menyelesaikan
Master dan Phd di University of Pittsburg, dimana beliau mengklasifiksikan area
permasalahan tentang Job attitudes di hampir 2000 tulisan yg dipublikasikan
antara 1900 1955. dalam literaturnya Herzberg meformulasikan opini tentang
satisfiers dan dissatisfiers , dan dari hipotest yg berjudul Mental Health is Not the
Opposite of Mental Illness., Herzberg menarik dasar hypothess untuk penelitian
yg di publikasikan 1959 dengan judul The Motivation to Work, dimana penelitian
tersebut menghasilkan teori yg dikenal dengan Motivation Hygiene . Dari dasar
penelitian ini juga tahun 1968 muncullah artikel yang sangat boming terjual jutaan
copy yang dipulikasikan oleh Harvard Business Review dengan judul One More
Time; How Do You Motivation Your Employees?
Menurut teori ini ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi kondisi pekerjaan
seseorang, yaitu :
a. Faktor-faktor yang akan mencegah ketidakpuasan (faktor higine), yang
terdiri dari gaji, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, penyeliaan kelompok
kerja.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 35
b. Faktor-faktor yang memberikan kepuasan (motivator factor) yang terdiri
dari kemajuan, perkembangan, tanggung jawab, penghargaan, prestasi,
pekerjaan itu sendiri.
3. Metode Penelitian Kualitatif
Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah
konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif
dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap
individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat
ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya
dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi
yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan
demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan
instrumen kunci (Sugiyono, 2005), ada lima ciri pokok karakteristik metode
penelitian kualitatif yaitu:
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber
data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian
utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan
mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat
kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat
hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh
pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak
lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung.
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh
seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen,
catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam
bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan
memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola
atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis
data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk
uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-
pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti
dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat
memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data.
3. Tekanan pada proses bukan hasil
Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan
informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang
dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan
pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 36
frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan,
prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di
mana dan pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi
tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi
angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu
proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori
sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.
4. Bersifat induktif
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai
dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun
ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami,
mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-
kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas
tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak
mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat.
Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan
dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif
yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.
5. Mengutamakan makna
Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar
pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran
kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian pada
pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi
dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan
membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal
dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari
informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai
mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari
partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat
menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan
berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan
konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan
angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi
yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi
terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu
berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan
bahwa bahwa ciri-ciri metode penelitian kualitatif ada lima, yaitu:
a. Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data
langsung, dan peneliti sebagai instrumen kunci.
b. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif. Data yang dikumpulkan
lebih banyak kata-kata atau gambar-gambar daripada angka
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 37
c. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini
disebabkan oleh cara peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau
hubungan antar bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila
diamati dalam proses.
d. Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif: Peneliti tidak
mencari data untuk membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum mulai
penelitian, namun untuk menyusun abstraksi.
e. Penelitian kualitatif menitikberatkan pada makna bukan sekadar perilaku yang
tampak.
E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kota Medan. Penelitian ini bersifat kualitatif
dimana penulis hanya ingin mengetahui bagaimana respon dari para guru honorer
yang ada di kota Medan atas teori motivasi kerja model 2 pendekatan yang
dikemukakan oleh Herzberg.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak menggunakan metode
tertentu, disini penulis hanya melakukan interview kepada beberapa orang guru
honorer yang penulis temui di beberapa sekolah swasta yang ada di kota Medan.
Selama periode April 2013 (satu bulan) penulis berhasil mengunjungi 23 SMA
swasta di kota Medan dan berhasil mewawancarai 54 orang guru honorer.
Dalam penelitian ini penulis juga mencoba mengambil beberapa data
pribadi para responden yang terdiri dari : jenis kelamin, pendidikan terakhir, status
perkawinan, jumlah tanggungan, dan masa kerja, kemudian penulis menanyakan
faktor higiene dan motivasi Herzberg kepada responden, disini penulis hanya
mengambil jawaban YA atau TIDAK dari para responden penelitian, kemudian
mencoba menguraikan jawaban para responden tersebut kedalam sebuah statistik
sederhana.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 38
E. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian
jenis kelamin pria= 22 wanita= 32
pendidikan terakhir S1=45 S2= 9
status perkawinan menikah = 54
jumlah tanggungan 1=13, 2=24, 3=7 ≥4=10
masa kerja ≤5= 14 6-8=29 9-10=8
>10=3
Faktor Higine Jawaban YA Jawaban
TIDAK
TOTAL
gaji 49 5 54
kondisi kerja 25 29 54
kebijakan sekolah 17 37 54
penyeliaan kelompok
kerja
12 42 54
Faktor Motivator Jawaban YA Jawaban
TIDAK
Total
kemajuan 36 18 54
perkembangan 28 26 54
tanggung jawab 42 12 54
penghargaan 46 8 54
prestasi 32 22 54
pekerjaan itu sendiri 41 13 54
Sumber: Hasil Wawancara Penelitian
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dijabarkan:
1. Jenis kelamin mayoritas guru honorer dalam penelitian ini adalah wanita.
2. Pendidikan guru honorer mayoritas adalah tamatan sarjana (S1)
3. Keseluruhan responden sudah menikah
4. Mayoritas jumlah tanggungan (anak) dari guru honorer adalah dua orang
5. Mayoritas guru honorer telah bekerja antara 6 – 8 tahun
Pembahasan penelitian ini dilakukan berdasarkan dua faktor yang
dikemukakan oleh Herzberg, yaitu:
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 39
1. Faktor Higiene.
Guru guru honorer di kota Medan cukup transparan dalam menyatakan
pendapatnya khususnya mengenai gaji yang mereka terima setiap bulannya masih
terlalu kecil, dan mereka menyatakan faktor gaji merupakan faktor utama yang
menambah motivasi kerja mereka di SMA swasta, alasan utama yang mereka
utamakan adalah tingginya biaya hidup di kota Medan mengakibatkan gaji yang
mereka terima hampir tidak artinya untuk membiayai keluarga mereka, untungnya
para guru honorer ini mengatakan bahwa pasangan mereka juga memiliki
penghasilan untuk membiayai kehidupan keluarga mereka. Dan yang tak kalah
penting lagi mayoritas dari guru honorer juga memiliki side jobs untuk
menambah pendapatan keluarga.
Kondisi kerja ternyata tidak begitu membawa pengaruh terhadap motivasi
kerja para guru honorer, dari sebaran jawaban yang diberikan, penulis melihat
bahwa sebenarnya kondisi kerja juga sangat penting tetapi akibat adanya
kekurangan honor mengajar mengakibatkan mereka tidak begitu peduli, karena
mereka cukup datang, kemudian mengajar, dan terus pergi ketempat lain untuk
menambah income.
Kebijakan sekolah juga sangat tidak mendukung akan adanya peningkatan
motivasi kerja para guru honorer, karena menurut para guru honorer sekolah
tempat mereka mengajar sebenarnya telah berubah menjadi perusahaan, dimana
para pemilik sekolah baik itu yayasan maupun perorangan selalu membuat
kebijakan untuk mendatangkan keuntungan untuk sekolah bukan untuk para guru
honorer. Bahkan menurut beberapa guru honorer mengatakan ada beberapa
kebijakan sekolah yang dikeluarkan sekolah cenderung untuk menekan guru
honorer.
Supervisi kelompok juga hampir tidak membawa pengaruh apapun bagi
motivasi guru honorer, bahkan di beberapa sekolah swasta yang dikunjungi
penulis tidak terdapat kegiatan penyeliaan kelompok, yang ada adalah guru
honorer datang dan mengajar sesuai jumlah jam yang diberikan kepadanya, dan
kemudian dibayar.
2. Faktor Motivasi
Kemajuan sekolah ternyata turut meningkatkan motivasi guru honorer,
kemajuan disini yang dimaksud para guru honorer adalah penyedian fasilitas
belajar dan mengajar yang terus ditingkatkan oleh pihak sekolah.
Perkembangan baik sekolah maupun kepada guru guru honorer akan dapat
meningkatkan motivasi para guru honorer, berdasarkan wawancara dengan guru
honorer, perkembangan yang sangat mereka inginkan adalah berupa adanya
penambahwa dari segi keilmuan atau wawasan yang diberika sekolah baik itu
berupa pelatihan atau seminar yang diberikan kepada guru atau guru dikirim ke
tempat lain untuk mengikutinya.
Tanggung jawab sebagai seorang guru ternyata masih tetap menjadi
prioritas utama dari guru honorer, walaupun gaji yang kecil sebagai imbalan,
tetapi dari sisi jawaban sebagian yang tidak menetapkan tanggung jawab sebagai
motivasi, mengatakan mereka hanya mengajar hanya sebatas menjalankan
pekerjaan yaitu mengajar, dan mengajarpun tanpa ada motivasi yang untuk
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 40
memberikan yang lebih bagi para murid murid SMA tersebut, hal ini menurut
mereka tanggung jawab juga disesuaikan dengan pendapatan yang diterima.
Penghargaan sangat memberikan motivasi bagi para guru honorer,
terutama ketika ditanya apa jenis penghargaan menurut mereka yang akan dapat
meningkatkan motivasi dalam bekerja adalah berupa adanya kenaikan honor
mengajar secara berkala, serta adanya penambahan tunjangan mengajar.
Prestasi dapat menambah motivasi bekerja tetapi prestasi juga tidak akan
dapat menambah motivasi karena menurut sebagian guru, kebanyakan sekolah
swasta di Medan bukan mengejar prestasi dibidang akademik atau non akademik
yang paling utama, sekolah hanya menekankan bagaiman terus berusaha
menambah pendapatannya dengan terus berupaya meningkatkan jumlah murid,
tetapi menurut pengamatan penulis ini hanya terjadi untuk SMA yang berada di
pinggiran kota Medan atau SMA yang memang kurang memiliki begitu banyak
murid.
Pekerjaan sebagai guru merupakan penambah motivasi, berdasarkan
wawancara, mereka bertahan dalam bidang pengajaran, karena mereka
menganggap bekerja sebagai guru sudah merupakan profesi mereka, walaupun
pekerjaan ini tidak begitu memberi kelebihan bagi mereka dari sisi materi, dan
mereka juga mengatakan bahwa memang mengajar sebagai guru sudah
merupakan panggilan jiwa mereka, sehingga dapat bertahan selama bertahun
tahun menekuni bidang tersebut. Menurut beberapa orang responden pada tahun
tahun awal bekerja sebagai guru memang sangat berat hanya mengandalkan
pendapatan dari mengajar, tetapi setelah beberapa tahun mereka sudah
menanamkan atau ikhlas menerimanya sebagai sebuah profesi, tentunya juga
mereka juga harus memiliki ekstra income untuk menyokong keluarga mereka.
F. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini yang dapat penulis katakan ialah: motivasi
kerja guru honorer SMA swasta di kota Medan tidak sesuai dengan apa yang di
katakan oleh Herzberg dalam teori motivasi dengan dua pendekatan, yaitu:
1. Faktor higiene, merupakan faktor yang tidak mendukung adanya motivasi
kerja, tetapi dalam penelitian ini kondisi kerja, kebijakan sekolah, dan
penyelia kelompok kerja sebagai bagian dari faktor higiene dianggap
responden penelitian tidak ada efek terhadap motivasi kerja atau dengan kata
lain ada atau tidak tidak akan menambah motivasi kerja mereka, dan yang
paling menghambat hanyalah gaji.
2. Faktor motivator, merupakan faktor yang mendukung adanya motivasi kerja,
dari semua faktor yang dinyatakan Herzberg ternyata semuanya merupakan
faktor faktor yang dapat mendukung atau menimbulkan motivasi kerja bagi
para guru Honorer di SMA swasta Kota Medan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 41
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan dan Biklen, 1992. Qualitatif Riserch Of Education: An Introduction
Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung : Pustaka Setia
Elqorny, Ahmad. 2008. “The Management Lecture Resume: Motivasi Kerja”. n.p,
http://elqorni.wordpress.com/2008/05/03/motivasi-kerja, diakses
tanggal 7 April 2010.
Gunawan, Ikhsan. 2010. Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap Di Berbagai Sma
Swasta Di Kota emarang. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang. Tidak Dipublikasikan
Reminsa, Desi. 2010. http://e-smartschool.co.id/index.php?option=com_
content&task= view&id=907& Itemid=39. Diakses 29 April 2013.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.
Wahyuddin. M, Djumino. A. “Analisis Kepemimpinan dan Motivasi
TerhadapKinerja Pegawai Pada Kantor Kesatuan Bangsa dan
PerlindunganMasyarakat (KESBANG dan LINMAS) di Kabupaten
Wonogiri”.http://eprints.ums.ac.id/126/1/Djumino.pdf, diakses tanggal
8 April 2010.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 42
PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI
TERHADAP DIVIDEN PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR PADA
BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
ABDUL RAHMAN DALIMUNTHE
Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari
kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan, dalam menentukan dividen
kas yang akan diberikan kepada pemegang saham tergantung dari laba bersih
perusahaan dan aktivitas operasi perusahaan yang menghasilkan arus kas operasi.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisi pengaruh laba bersih dan arus kas
operasi terhadap pembagian dividen pada perusahaan Perbankan yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 - 2010.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive
Sampling, dan berhasil diperoleh sebanyak 10 sampel. Data penelitian diolah
dengan regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan (1) laba bersih memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap dividen (2) arus kas operasi memiliki pengaruh negatip
dan tidak signifikan terhadap dividen (3) secara bersama sama laba bersih dan
arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap dividen Pada Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kata kunci: laba bersih, arus kas operasi, dividen
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya, modal ini bisa berasal dari dalam perusahaan (berupa modal yang
disetor pemilik) dan berasal dari luar perusahaan (berupa pinjaman), tetapi
perusahaan juga membutuhkan modal dengan melakukan penjualan saham kepada
masyarakat. Masyarakat yang membeli saham (investor) tentunya berharap untuk
mendapatkan keuntungan (dividen) dari perusahaan yang sahamnya dibeli oleh
masyarakat tersebut, dan tentunya keuntungan yang diharapkan ini juga memiliki
kriteria, yaitu keuntungan yang nilainya lebih besar dari obligasi pemerintah atau
bunga deposito.
Rencana pembagian dividen yang dibayarkan perusahaan tentunya
tergantung kepada kebijakan dividen masing masing perusahaan. Ada beberapa
faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen oleh sebuah perusahaan: (1)
profitabilitas (2) stabilitas dividen (3) likuiditas dan cash flow (4) investasi, dan
(5) pembiayaan (Parthington, 1989). Profitabilitas merupakan faktor utama dalam
faktor penentu pembagian dividen, tetapi laba bersih yang diperoleh suatu
perusahaan dalam kegiatan operasionalnya belumlah mencerminkan jumlah kas
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 43
atau likuiditas perusahaan yang sebenarnya, karena pendapatan maupun penjualan
tidak sepenuhnya diterima dalam bentuk kas tetapi masih berupa piutang yang
akan diterima kemudian, kondisi ini tentunya mempengaruhi perusahaan dalam
membagikan dividen kepada pemegang saham.
Jumlah pembayaran dividen berbeda oleh setiap perusahaan berbeda setiap
tahunnya, terkadang saat laba perusahaan menurun, tetapi dividen yang diberikan
perusahaan justru lebih besar dari tahun sebelumnya, sehingga untuk inilah
diperlukan adanya sebuah Dividend Payout Ratio (DPR). Untuk membayar
dividen suatu perusahaan harus dipertimbangkan faktor faktor yang
mempengaruhi alokasi laba untuk dividen atau disebut juga dengan laba ditahan,
faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah adanya ketersediaan kas, karena
walaupun perusahaan memperoleh laba namun persediaan uang kas tidak
mencukupi maka ada kemungkinan perusahaan akan menahan laba tersebut untuk
diinvestasikan kembali bukan diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen.
Krisis ekonomi global yang terjadi di tahun 2008 menimbulkan dampak
yang signifikan terhadap semua usaha yang ada diseluruh dunia, krisis ini dimulai
dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat yang
menimbulkan anjloknya harga saham dunia sejak awal tahun 2008. Krisis ini juga
dirasakan di Indonesia yaitu tidak hanya melemahnya nilai Rupiah tetapi juga
terasa di sektor sektor perekonomian lainnya, tetapi untuk di Indonesia perbankan
tetap masih bisa memberikan kredit, dan hampir semua indikator perbankan pada
tahun 2008 menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun 2007, dan ini terus
berlangsung, dimana untuk tahun 2009 perolehan laba bersih perbankan
mengalami peningkatan
Sebagian para ahli menyatakan bahwa laporan arus kas mempunyai
hubungan jumlah pembayaran dividen dalam satu tahun setelah arus kas
bermanfaat bagi pemegang saham. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas
operasi merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi
perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi hutang,
memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan
investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendapatan.
Laba bersih yang diperoleh perusahaan pada dasarnya dimasukkan dalam
dua akun, yakni sebagai dividen kepada pemegang saham dan laba yang ditahan
(return earning). Sebagai dividen, sudah tentu harus dibagikan kepada pemegang
saham, sedangkan untuk return earning, laba perusahaan tetap berada pada
perusahaan agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan ekspansi maupun
operasional perusahaan, semakin besar return earning maka semakin kuat
keuangan perusahaan sehingga perusahaan memiliki ruang lebih lebar untuk
merencanakan ekspansi.
Return earning tentunya berkaitan erat dengan arus kas perusahaan. Jika
arus kas perusahaan dinilai kurang kuat, kurang memadai untuk langkah langkah
ekspansi, maka perusahaan tentunya membutuhkan tambahan likuiditas. Dari sini
jelas terlihat bahwa jika perusahaan membutuhkan arus kas lebih kuat salah satu
alternatifnya adalah meningkatkan laba ditahan, jika perusahaan harus
memperkuat arus kas dengan menambah nilai laba ditahan mau tidak mau sebagai
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 44
konsekwensinya adalah mengurangi bagian laba yang akan dibagikan sebagai
dividen.
Bagi perusahaan, arus kas adalah hal utama yang harus dipenuhi dan
dijaga, jangan sampai arus kas lemah, atau sampai minus, atau jangan sampai
perusahaan di satu sisi memberikan DPR dalam jumlah besar, tapi di sisi lain
menghadapi problem likuiditas di internal perusahaan. Kondisi inilah yang harus
dijaga oleh manajemen.
Oleh karena itu arus kas perusahaan jangan sampai dikorbankan demi
DPR (dividend payout ratio) yang besar. Kondisi arus kas cukup menentukan
dalam penentuan kebijakan dividen. Semakin kuat arus kas perusahaan, semakin
besar kemungkinan untuk membayar DPR dengan porsi yang tinggi, dan begitu
juga sebaliknya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen
kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah laba bersih perusahaan memiliki pengaruh terhadap dividen kas pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
2. Apakah arus kas operasi perusahaan memiliki pengaruh terhadap dividen kas
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?
3. Apakah laba bersih dan arus kas operasi perusahaan secara bersama sama
memiliki pengaruh terhadap dividen kas perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Menguji secara empiris pengaruh laba bersih perusahaan terhadap dividen kas
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
2. Menguji secara empiris pengaruh arus kas operasi perusahaan terhadap
dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?
3. Menguji secara empiris pengaruh laba bersih dan arus kas operasi perusahaan
secara bersama sama memiliki terhadap dividen kas perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI?
D. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Sari (2011) yang berjudul
Analisis Hubungan Antara Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Dengan Dividen
Kas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI),
perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sari (2011) adalah: cara pengolahan
data, dan tahun data penelitian.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 45
Menurut Dyckman et al (2001) “dividen merupakan distribusi laba kepada
para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit,
sedangkan Stice et al (2004) dividen adalah pembagian kepada pemegang saham
dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham
yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
Distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang
sahamnya disebut dividen tunai (cash dividend). Biasanya sebuah korporasi harus
memenuhi tiga kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen tunai: 1).
Laba ditahan yang mencukupi, 2). Kas yang memadai, 3). Tindakan formal dari
dewan komisaris.
Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham terbagi
dalam beberapa jenis dividen. Dividen yang paling disukai oleh para
pemegangsaham adalah dividen tunai atau dividen kas. Jenis dividen (Dyckman,
2001) adalah sebagai berikut: 1). Paling umum dipakai: a). dividen tunai, yaitu
distrisbusi laba dalam bentuk kas oleh subuah korporasi kepada pemegang
sahamnya, b). dividen properti, yaitu dividen dalam bentuk aktiva non kas, berupa
sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perseroan, real estate, barang dagang,
atau setiap aktiva non kas lainnya. c). dividen saham, yaitu distribusi
proporsional atas tambahan saham biasa atau saham preferen perseroan kepada
pemegang saham. 2). Dividen khusus a). dividen likuidasi, yaitu pengembalian
tambahan modal disetor dan bukan modal ditahan, b). dividen skrip atau wesel,
yaitu dividen yang diberikan dalam bentuk wesel promes kepada pemegang
saham dimana kondisi perseroan mengalami kekurangan kas.
Prosedur pembayaran dividen tergantung pada tanggal yang berkaitan
dengan dividen adalah declaration date, date of record, ex-dividend date, date of
payement.
1. declaration date, tanggal dimana dewan direksi mengumumkan dividen.
Pada tanggal ini, pembayaran dividen akan merupakan kewajiban yang
legal dari korporasi.
2. date of record, tanggal dimana pemegang saham berhak untuk menerima
dividen.
3. ex-dividend date, tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham. Hak
atas dividen dari saham sampai 4 hari sebelum date of record.
Pengertiannya, pada 4 hari sebelum date of record, hak atas dividen tidak
lagi ada pada saham dan penjual bukan lagi pemilik saham tersebut, yang
seharusnya orang yang akan menerima dividen. Harga pasar saham
mempengaruhi kenyataan dan telah berlalu dan akan turun kira-kira
sejumlah dividen tersebut.
4. date of payment, merupakan tanggal dimana korporasi akan membayarkan
dengan membagikan cheque dividen kepada pemegang saham.
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berkaitan dengan keputusan
untuk membagikan dividen atau menahan dividen yang berkaitan dengan
pendanaan perusahaan. Penahanan laba dalam bentuk retained earnings tampak
dalam dividend payout ratio.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 46
Menurut Keown et al (2005) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen yang meliputi hal-hal seperti di bawah ini:
1. Pembatasan Hukum. Pembatasan hukum merupakan salah satu faktor yang
turut mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Pembatasan hukum
dapat terbagi menjadi dua kategori. Pertama, pembatasan hukum menurut
undang-undang dan kedua, pembatasan hukum karena kebijakan perusahaan
itu sendiri untuk membatasi pembagian dividen saham biasa.
2. Posisi Likuiditas. Posisi likuiditas menggambarkan seberapa banyak aset
lancar yang tersedia. Guna memenuhi pembagian dividen dalam berbagai
jenis dividen salah satunya adalah ketersediaan kas yang digunakan untuk
membayar dividen kas kepada para investor. Ketersediaan kas mempunyai
pengaruh yang penting dalam kebijakan membagikan dividen dalam bentuk
kas selain posisi laba ditahan yang cukup besar. Hal itu didasari karena laba
ditahan yang cukup besar kurang menjamin ketersediaan perusahaan untuk
membayar dividen dalam bentuk kas jika kas yang tersedia kurang memadai.
3. Tidak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain. Perusahaan besar relatif
mempunyai pendanaan eksternal guna melakukan pembayaran dividen kas
sedangkan pada perusahaan kecil pendanaan perusahaan hanya berasal dari
pihak internal sehingga jika ketersediaan dana internal kurang memadai maka
akan berdampak pada kebijakan dividen yang diambil.
4. Kemampuan peramalan laba. Kemampuan peramalan laba menjadi salah satu
faktor karena perusahaan yang mampu meramalkan pendapatnya pada masa
yang akan datang relatif dapat meramalkan kebijakan dividen seperti apa yang
akan diambil. Jika perusahaan mempunyai tren pendapatan yang stabil maka
jumlah dividen dalam bentuk kas yang dibayarkan akan besar dan sebaliknya.
5. Kontrol kepemilikan. Kontrol kepemilikan berpengaruh terhadap kebijakan
dividen yang diambil oleh suatu perusahaan. Hal itu didasari dengan
ketersediaan dana yang digunakan dalam perluasan perusahaan. Perusahaan
yang relatif kecil, kontrol kepemilikan merupakan skala prioritas. Hal ini
berkaitan dengan perluasan perusahaan yang memerlukan dana yang besar.
Jika perusahaan tidak mempunyai sumber pendanaan di luar perusahaan maka
perusahaan akan menerbitkan utang guna mendanai perluasan tersebut. Selain
itu dana juga didapat dari alokasi laba sehingga berdampak pada jumlah yang
akan dibagikan dalam bentuk dividen.
6. Inflasi. Inflasi merupakan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu
perusahaan. Idealnya jika suatu aset tetap rusak dan usang, dana yang
dihasilkan dari depresiasi digunakan untuk mendanai penggantian. Karena
dalam periode inflasi terjadi kenaikan harga maka untuk mengganti aset yang
diperlukan dalam aktiva operasional perusahaan dibutuhkan pembatasan laba
dan ini berarti pengurangan jumlah laba yang akan dibagi dalam bentuk
dividen.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 47
Indikator untuk mengukur kebijakan dividen yang secara luas digunakan
ada dua macam. Pertama, hasil dividen (dividend yield). Dividend yield adalah
suatu rasio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan harga saham
biasa. Dividend yield secara matematis dapat diformulasikan sebagau berikut
(Warsono,2003):
Dalam PSAK No. 2 paragraf 12 (IAI:2002) dinyatakan bahwa jumlah arus
kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup
untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber
pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama
dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait laba. Aktivitas operasi meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal
dari aktivitas operasi terkait. Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba
rugi (dengan beberapa pengecualian kecil) dan dengan pos-pos operasi dalam
neraca, umumnya pos modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaran di
muka, utang dan beban akrual. Aktivitas operasi juga meliputi transaksi dan
peristiwa yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke dalam aktivitas investasi atau
aktivitas pendanaan.
Stice dan Skousen (2004) menjelaskan berbagai aktivitas yang termasuk
ke dalam aktivitas operasi adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Aktivitas Operasi
Kas diterima dari: Kas dikeluarkan untuk:
1. penjualan barang atau jasa, 1. pembelian persediaan,
2. penjualan efek yang diperdagangkan 2. gaji dan upah,
3. pendapatan bunga, 3. pajak,
4. pendapatan dividen. 4. beban bunga,
5. beban lainnya,
6. pembelian efek.
Sumber: Penelitian Sari (2011)
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 48
F. KERANGKA KONSEPTUAL
Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari
kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan. Dalam menentukan dividen
kas yang akan diberikan kepada pemegang saham tentunya perusahaan akan
memperhatikan laba bersih yang diperoleh perusahaan karena dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham merupakan bagian dari laba. Jika suatu
perusahaan bisa memperoleh laba yang semakin besar, maka secara teoritis
perusahaan akan mampu menetapkan dividen kas yang semakin besar.
Sebaliknya, semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan maka akan semakin
kecil pula dividen kas yang akan ditetapkan manajemen untuk dibagikan kepada
para pemegang saham.
Laba perusahaan biasanya dianggap sebagai determinan utama dari
dividen, tetapi dalam kenyataannya dividen lebih bergantung pada arus kas yang
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, dibanding pada
laba, yang sangat dipengaruhi oleh praktek akuntansi serta hal-hal lain yang tidak
mencerminkan kemampuan untuk membayar dividen (Eugene dan Joel, 2001).
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan merupakan
indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar dividen yang telah ditetapkan
dalam kebijakan dividen.
Semakin besar arus kas operasi perusahaan maka semakin besar dividen
kas yang akan ditetapkan karena perusahaan memiliki kas untuk membayar
dividen dan semakin kecil arus kas yang dihasilkan perusahaan dari aktivitas
operasinya maka akan semakin kecil dividen kas yang akan ditetapkan
manajemen karena kurangnya kemampuan perusahaan untuk menyediakan uang
kas untuk membayar dividen. Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap
dividen kas yang akan dibagikan.
Laba bersih (X1)
Dividen Kas (Y)
Arus Kas Operasi (X2)
Gambar 1: Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber: Penelitian Sari (2011)
G. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan
yang dapat diuji (Sekaran, 2006). Berdasarkan kerangka konseptual yang telah
diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ho : Laba Bersih dan Arus Kas Operasi tidak memiliki hubungan signifikan
dengan dividen kas baik secara parsial maupun secara simultan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 49
Ha : Laba Bersih dan Arus Kas Operasi memiliki hubungan signifikan dengan
dividen kas baik secara parsial maupun secara simultan.
H. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan bentuk hubungan
kausal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh laba bersih dan arus kas
operasi terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan rancangan penelitian yang dilihat dari aspek metode
pengumpulan data, aspek kemampuan memanipulasi variabel, dan aspek tujuan
penelitian (Sugihen, 2003)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan tahun
2010 yang terdiri atas 28 perusahaan. Metode pengambilan sampel dilakukan
dengan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu
kriteria tertentu dengan pertimbangan (judgement sampling) (Jogiyanto, 2004).
Setelah dilakukan penyortiran terdapat 10 buah perusahaan.
Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai
berikut :
1. perusahaan perbankan tersebut sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2007,
2. perusahaan perbankan tersebut telah membayar dividen pada tahun 2007-
2010,
3. perusahaan perbankan tersebut mempunyai laba bersih pada tahun 2007-2010,
4. perusahaan perbankan tersebut tidak keluar (delisting) dari BEI selama
periode penelitian (2007-2010).
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau
memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang
diperlukan peneliti untuk pengukuran.
1. Laba Bersih. Laba bersih dihitung dari kelebihan pendapatan atas beban
termasuk gains dan losses. Laba bersih diukur dengan satuan Rupiah per
lembar saham.
2. Arus Kas Operasi. Arus kas operasi adalah selisih bersih antara penerimaan
dan pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi selama
satu tahun buku, sebagaimana tercantum dalam laporan arus kas (Pardhono,
2004).
3. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan proporsi laba yang dibayarkan
kepada pemegang saham dalam bentuk tunai selama tahun tertentu. DPR dapat
dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003)
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi
klasik. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Setelah terbebas dari permasalahan asumsi klasik, selanjutnya dilakukan uji
analisis regresi linier berganda, dan uji hipotesis yang terdiri dari uji parsial,
simultan, dan koefisien determinasi.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 50
I. HASIL PENELITIAN
Data penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
LB AKO DEV
Mean 3.66E+12 -1.90E+11 -4.42E+12
Median 1.52E+12 -2.60E+10 -3.44E+11
Maximum 5.78E+13 2.40E+13 -2.00E+09
Minimum 1.93E+09 -1.98E+13 -1.42E+14
Std. Dev. 9.15E+12 7.67E+12 2.23E+13
Gambar 2. Data Penelitian
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)
Berdasarkan gambar 1 diatas dapat dilihat :
0.0E+00
1.0E+13
2.0E+13
3.0E+13
4.0E+13
5.0E+13
6.0E+13
5 10 15 20 25 30 35 40
LB
-3.0E+13
-2.0E+13
-1.0E+13
0.0E+00
1.0E+13
2.0E+13
3.0E+13
5 10 15 20 25 30 35 40
AKO
-1.60E+14
-1.40E+14
-1.20E+14
-1.00E+14
-8.00E+13
-6.00E+13
-4.00E+13
-2.00E+13
0.00E+00
5 10 15 20 25 30 35 40
DEV
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 51
1. Laba bersih bank yang paling tinggi diperoleh oleh Bank BCA, perolehan laba
oleh Bank BCA ini sangat signifikan sekali, hal ini disebabkan BCA berhasil
memanfaatkan kuatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung dengan
posisi neraca yang sehat, keunggulan di bidang perbankan transaksional
memungkinkan BCA untuk terus meningkatkan volume transaksi dan
melakukan ekspansi kredit, serta aktivitas penyaluran kredit meningkat di
seluruh segmen didukung tingkat suku bunga rendah dan tingginya
permintaan kredit dari nasabah.
2. Rata rata laba bersih adalah 3,6 trilyun Rupiah, arus kas operasi memiliki rata
rata negatip 190 milyar, dan negatip 4,4 trilyun
3. Titik tengah atau median laba bersih sebesar 1,5 trilyun, arus kas operasi
negatip 26 milyar Rupiah, dan Dividen negatip 344 milyar Rupiah.
4. Nilai terendah untuk laba bersih adalah 1,9 milyar Rupiah, arus kas operasi
negatip 19,8 trilyun Rupiah, dan dividen negatip 142 trilyun Rupiah.
5. Nilai Maksimum untuk laba bersih adalah 57,8 trilyun Rupiah, arus kas
operasi 24 trilyun Rupiah, dan dividen negatip 2 milyar Rupiah.
6. Standar deviasi yang mengukur sebaran nilai nilai data, terbagi atas untuk laba
bersih adalah 9,1 trilyun Rupiah, arus kas operasi 7,6 trilyun Rupiah, dan
dividen 22,3 trilyun Rupiah.
Berdasarkan data penelitian terdapat nilai negatip, khususnya untuk
variabel arus kas operasi dan dividen, maka terlebih dahulu dilakukan
transformasi data, untuk menghilangkan nilai negatip tersebut sebelum dilogkan
menjadi log natural terlebih dahulu nilai tertinggi data ditambahkan dengan satu
poin, baru kemudian dikurangi dengan data. Hasil transformasi data terlihat pada
Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Uji Normalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat data penelitian menyebar disekitar garis
diagonal, sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal.
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Expect
ed Cu
m Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: devln
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 52
Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi
dapat dilihat dari: 1) nilai tolerance dan lawannya, 2) variance Inflation Factor
(VIF), Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah dengan VIF < 5 dan tolerance < 1 (Ghozali, 2005).
Tabel 3: Uji Multikolinearitas
Sumber: Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari
adanya multikolinearitas. Hal ini membandingkan dengan nilai tolerance dan VIF.
Masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai
tolerance yang lebih kecil dari 1. Jika dilihat dari VIF-nya, bahwa masing-masing
variabel bebas lebih kecil dari 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala multikolinearitas dalam variabel bebasnya.
Ghozali (2005) menyatakan, “uji heterokedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas
atau terjadi homokedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala
heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari
pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusan
menurut Ghozali (2005) adalah sebagai berikut: 1) jika ada pola tertentu, seperti
titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengidikasikan telah terjadi heterokedastisitas, 2)
jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Coefficientsa
2.348 19.518 .120 .905
.920 .066 .916 13.860 .000 .890 1.124
-.039 .619 -.004 -.063 .950 .790 1.266
(Constant)
lbln
akoln
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statis tics
Dependent Variable: devlna.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 53
Tabel 4: Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Pengolahan Data Penelitian
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
Uji otokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
perode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya
time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan uji Durbin-Watson. Menurut
Sunyoto (2009), Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah: 1)
Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2) Angka D-W diantara -
2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) Angka D-W di atas +2 berarti ada
autokorelasi negatif.
Tabel 5: Uji Autokorelasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Tabel 5 menunjukkan hasil autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan
hasil pengujian diperoleh bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan
pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar
1,804. Angka tersebut berada diantara -2 dan +2, artinya bahwa angka DW lebih
Regression Standardized Predicted Value
210-1-2-3
Regr
essio
n Stud
entiz
ed R
esidu
al4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: devln
Mode l Summaryb
.917a
.840 .831 1.04022 1.804
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predic tors: (Constant), akoln, lblna.
Dependent Variable: dev lnb.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 54
besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 < 1,804 <+2). Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.
Berdasarkan Hasil analisis regresi berganda ditunjukkan pada tabel 3 dapat
dibuat persamaan untuk melihat pengaruh laba bersih dan arus kas operasi
terhadap dividen, sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan tersebut:
1. Nilai konstanta sebesar 2,348, menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai
variabel bebas yaitu laba bersih dan arus kas operasi, maka perubahan nilai
dividen kas yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 2,348.
2. Koefisien regresi variabel laba bersih sebesar 0,920 menunjukkan bahwa
setiap kenaikan laba bersih sebesar 1 satuan, maka perubahan dividen kas
akan bertambah sebesar 0,920 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
3. Koefisien regresi variabel arus kas operasi sebesar negatip 0,039 menunjukkan
bahwa setiap kenaikan arus kas operasi sebesar 1 satuan, maka perubahan
dividen kas dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,039 dengan asumsi
variabel lain dianggap tetap.
Uji parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
Berdasarkan hasil pengujian statistik t pada tabel 3 dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. pengaruh laba bersih terhadap dividen kas
a. nilai signifikansi = 0,000 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t
individual (parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan
hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan
t-tabel yaitu laba bersih secara parsial memiliki hubungan dengan
dividen kas.
b. Variabel pengaruh laba bersih memiliki t-hitung 13,860 dengan nilai
signifikansi 0,000 (< 0,05). Dengan menggunakan tabel t, diperoleh t-
tabel sebesar 2.023. Hal ini menunjukkan t-hitung > t-tabel (13,860
> 2,023), yang berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak artinya laba
bersih secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. pengaruh arus kas operasi terhadap dividen kas.
a. nilai signifikansi = 0,950 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t
individual (parsial) lebih besar dari (>) 0,05. Hal ini sesuai dengan
hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan
t-tabel yaitu arus kas operasi secara parsial tidak memiliki hubungan
dengan dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 55
b. Variabel pengaruh arus kas operasi memiliki t-hitung -0,063 dengan
nilai signifikansi 0,950 (> 0,05). Dengan menggunakan tabel t ,
diperoleh t-tabel sebesar 2,023. Hal ini menunjukkan t-hitung < t-
tabel (-0,063 < 2,023), yang berarti bahwa H0 diterima dan Ha ditolak
artinya arus kas operasi secara parsial tidak memiliki hubungan dengan
dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Uji simultan atau uji F ini dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Tabel 6: Uji Simultan (Uji F)
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Hasil uji F yang ditampilkan dalam tabel 6 menunjukkan bahwa nilai F-
hitung adalah 97,108 dengan tingkat signifikansi 0,000 (< 0,05). Dengan
mengunakan tabel F diperoleh nilai F-tabel sebesar 3.2519 Hal ini menunjukkan
bahwa nilai Fhitung > Ftabel yang berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak,
artinya variabel bebas laba bersih dan arus kas operasi secara simultan memiliki
pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Pengujian koefisien determinasi dilakukan dengan melihat nilai r-square
adjusted (Tabel 5), dimana nilainya adalah sebesar 0,831 atau 83,1%
mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independen mampu
menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 83,1% dan sisanya 16,9 %
dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
J. KESIMPULAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini adalah (1) laba bersih memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap dividen (2) arus kas operasi memiliki pengaruh negatip dan
tidak signifikan terhadap dividen (3) secara bersama sama laba bersih dan arus kas
operasi memiliki pengaruh terhadap dividen Pada Perusahaan Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Sari (2011),
walaupun telah ditambahkan satu tahun data penelitian, hal ini menunjukkan
bahwa dunia perbankan di Indonesia tidak begitu banyak mengalami perubahan.
ANOV Ab
210.155 2 105.077 97.108 .000a
40.036 37 1.082
250.191 39
Regress ion
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predic tors: (Constant), akoln, lblna.
Dependent Variable: dev lnb.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 56
DAFTAR PUSTAKA
Dyckman et al (2001) Dyckman, R.Thomas, Roland E.Dukes and Charles J.Davis,
2001. Intermediate Accounting, Alih Bahasa Herman Wibowo, Akuntansi
Intermediate, EdisiKetiga, Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Eugene F., Joel F. Houston, 2001. Fundamentals of Financial Management, Eight
Edition, Alih Bahasa Herman Wibowo, Manajemen Keuangan, Edisi
Kedelapan, Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Badan Penerbit Universtitas Diponegoro, Semarang.
Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Keown, Arthur J., et al, 2000. Basic Financial Management, Alih Bahasa Chaerul
D. Djakman dan Dwi Sulisyorini, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi
ketujuh, Buku II, PT Selemba Empat, Jakarta.
Pardhono dan Yulius Jogi Christiawan, 2004. “Pengaruh EVA, RI, Earnings, dan
Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, November, hal 140-165.
Santoso, Singgih, 2002. Buku latihan SPSS Statistik Parametrik, edisi pertama,
PT Elex Media Computindo, Jakarta.
Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi Keempat, Buku
Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Stice, Earl K., James D, Stice Fred Skousen, 2004. Akuntansi Keuangan
Menengah, Jilid I, PT Salemba Empat, Jakarta.
Sugihen, Syafruddin Ginting, 2003. Desertasi: Pengaruh Struktur Modal terhadap
Produktivitas Aktiva dan Kinerja Keuangan serta Nilai Perusahaan Industri
Manufaktur terbuka di Indonesia, Desertasi, Program Pasca Sarjana
Universitas Erlangga, Yogyakarta.
Sunyoto, Danang, 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, edisi pertama, Media
Pressindo, Yogyakarta.
Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Ketiga, Jilid I,
Bayumedia, Malang.
Parthington, 1989
Sari, Weni Artika, 2011. Analisis Hubungan Antara Laba Bersih Dan Arus Kas
Operasi Dengan Dividen Kas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
Tidak dipublikasikan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 57
PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO, DEBT TO EQUITY
RATIO, DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP
MARKET VALUE SAHAM
ENDA YUNITA S.
Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRAK
The purpose of this study is to analize the effect of liquidity, profit, and
solvability on share price of banking industry in Indonesian Stock Exchange
simultaneously and partially. This study is an causal association study.
The population of this study is 30 members of banking industry listed in
Indonesia Stock Exchange from 2007 - 2009. Samples are 19 members of of
banking industry listed in Indonesia Stock Exchange, they are taken using
purposive sampling. Data are estimated using Multiple Linear Regression.
The study showed that simultaneously Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt
to Equity Ratio (DER) and Capital Adequacy Ratio (CAR) did not have
significant effect on share price, partially LDR, DER, and CAR did not have
effect on share market value
Keywords: liquidity, profit, solvability, share market value
A. Latar Belakang Penelitian
Penelitian ini mencoba melihat beberapa faktor yang mempengaruhi harga
saham berdasarkan market value dari emiten perbankan di Indonesia, kemudian
melihat pengaruh beberapa aspek yang memungkinkan dapat mempengaruhi
market value (nilai pasar). Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan yang bergerak dalam bidang industri
perbankan. Industri perbankan dipilih karena beberapa alasan antara lain karena
industri ini sampai saat ini masih belum stabil atau dengan kata lain sejak diterpa
masalah pada tahun 1997 dan sampai saat ini industri perbankan masih bertopang
pada BLBI dan alasan lainnya karena adanya isu yang mengatakan bahwa
perusahaan perbankan milik pemerintah (BUMN) akan melakukan merger pada
waktu dekat ini sehingga perusahaan perbankan pemerintah menjadi hanya dua.
Likuidasi, pengambilalihan dan restrukturisasi perbankan mencerminkan betapa
tidak sehat kondisi perbankan nasional sebelum krisis. Bahkan Bank Indonesia
sebagai bank sentral digambarkan sebagai sarang penyamun. Kondisi tidak sehat
ini bisa juga dikatakan akibat pengaruh dari rezim orde baru dimana pada saat itu
ada kebijakan untuk mempermudah pendirian bank.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 58
Jika dilihat dari overview kinerja perbankan maka beberapa tahun setelah
terjadinya krisis ekonomi hingga akhir tahun 2004 kinerja sektor perbankan
menunjukkan trend yang terus membaik yang tercermin antara lain dari
meningkatnya pertumbuhan dan kredit perbankan, meningkatnya Loan to Deposit
Ratio (LDR), menurunnya Non Performing Loan (NPL) serta meningkatnya profitabilitas. Perbaikan kinerja sektor perbankan pada waktu itu tidak lepas dari
dukungan kondisi makro yang terus membaik yang dapat dilihat dari meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi, menurunnya laju inflasi dan tingkat bunga dalam negeri serta
semakin stabilnya tingkat rupiah, namun demikian memasuki tahun 2005 khususnya
pada pertengahan tahun 2005 tekanan yang terjadi pada stabilitas ekonomi makro
telah membawa pengaruh negative pada perkembangan kinerja sektor perbankan
dan kemungkinan juga akan berlanjut di tahun 2006. Beberapa indikator kinerja
perbankan mulai menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan
yang tercermin antara lain dari meningkatnya kembali NPL, menurunnya NIM,
menurunnya profitabilitas, menurunnya CAR, serta meningkatnya rasio biaya
terhadap pendapatan (BOPO).
Ditengah-tengah perkembangan yang kurang menggembirakan inilah maka
setiap perbankan berlomba-lomba untuk meningkatkan rasio profitabilitasnya dengan
berbagai cara misalnya dengan menarik nasabah sebanyak mungkin dari pelayanan
yang ditingkatkan dan meningkatkan kualitas dari produk perbankan,
meningkatkan aktiva produktifnya yakni dengan mengurangi aktiva bermasalah
seperti kredit macet serta ditingkatkannya sifat kehati-hatian dalam pemberian kredit
terhadap nasabah tetapi tetap mendahulukan pelayanan mereka. Mencoba membuat
beberapa kebijakan untuk penyesuaian terhadap tingkat suku bunga SBI yang masih
tinggi sehingga tidak menghambat kinerja perbankan untuk lebih maju dan lebih
dapat meningkatkan LDRnya. Interest rate yang merupakan aspek makro juga
perlu diperhatikan karena selain ingin mendapatkan laba perusahaan dari rasio
profitabilitas dan meningkatkan LDR maka interest rate yang berlaku di
Indonesia sangat berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan.
Dari sisi DPK, pertumbuhan dana masyarakat sepanjang 2009 juga kurang
menunjukkan peningkatan yang tinggi jika dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Sepanjang tahun 2009, peningkatan DPK hanya sebesar Rp 220
triliun atau rata-rata meningkat sebesar Rp 18 triliun per bulan. Kondisi tersebut
menurun jika dibandingkan rata-rata peningkatan DPK per bulan di tahun 2008
sebesar Rp 20 triliun dan Rp 19 triliun di tahun 2007. Ke depan, dengan
membaiknya kondisi pasar finansial di luar perbankan, diperkirakan akan berat
bagi perbankan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat agar tetap
menyimpan dananya di bank. Diperlukan strategi yang inovatif bagi perbankan
dalam usahanya meningkatkan DPK khususnya dana yang memiliki biaya yang
rendah (dana tabungan dan giro).
Dilihat dari komposisi DPK yang ada, dimana porsi deposito masih
memiliki share yang cukup besar (pada 2008 share deposito mencapai 47% dan
pada 2009 sebesar 46%) membuat kemampuan perbankan untuk menekan biaya
dana menjadi terbatas, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan suku
bunga kredit menjadi kurang optimal. Kondisi tersebut yang antara lain dapat
melemahkan fungsi intermediasi perbankan terhadap sektor riil.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 59
Pada 2010 perbankan Indonesia diharapkan dapat kembali meningkatkan
perannya sebagai lembaga intermediasi secara optimal dengan momentum
recovery dari krisis finansial. Banyak kalangan, khususnya kalangan dunia usaha
dan pemerintah mengharapkan kontribusi perbankan yang lebih besar dalam
menggerakkan perekonomian. Sepanjang tahun 2009, banyak kalangan menilai
perbankan kurang optimal dalam menjalankan fungsi intermediasi, hal tersebut
berdasarkan penilaian dari berbagai pihak bahwa perbankan menerapkan strategi
suku bunga yang tinggi untuk dapat mempertahankan tingkat keuntungan.
Sebelum menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap sektor perbankan, ada baiknya
melihat kondisi perbankan di tahun 2009 dan ekspektasi perbaikan perekonomian
di tahun 2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
“Bagaimana likwiditas yang diproksikan dengan Loan to Deposite Ratio (LDR),
Profitabilitas yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan
solvabilitas yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
signifikan terhadap market value saham baik secara simultan maupun parsial ?”
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Market Value Saham
Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh
manajemen selaku pengelola bisnis untuk kepentingan public khususnya investor
dan kreditor. Informasi laporan keuangan itu disusun sesuai dengan prinsip dan
standar akuntansi yang sudah baku yang telah dirumuskan sejak dahulu oleh para
ahli akuntan serta standard setter. Prinsip ini harus dikuasai untuk bisa
menyajikan informasi tentang perusahaan. Prinsip akuntansi itu telah dibahas dan
diidentifikasi oleh berbagai hasil penelitian seperti APB Statement No.4,
Trueblood Committee, FASB, IASC, bahkan IAI juga telah merumuskannya
dalam berbagai PSAK, khususnya PSAK No.1 tahun1999.
Dalam pengambilan keputusan diperlukan informasi. Informasi ini
biasanya di supply oleh data dari transaksi yang terjadi di masa lalu. Data ini
diolah disusun dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi apa yang
mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Nilai buku (book value) suatu
perusahaan merupakan konsep dari akuntansi konvensional yang secara sederhana
dapat dihitung secara menyeluruh atau per saham. Para analis sering
menggunakan nilai buku sebagai pengganti nilai likuiditas misalnya untuk
memperkirakan batas bawah harga saham yang ditolerir. Karena dasar nilai buku
ini dianggap sebagai batas aman atau ukuran safety plan dalam berinvestasi.
Penggunaan nilai buku untuk mengukur secara langsung nilai aktiva lancar
dan liabilities dianggap mudah karena dianggap tepat, namun untuk menaksir nilai
aktiva tetap dinilai mengalami kesulitan karena nilai bukunya selalu jauh berbeda
dengan harga pasarnya. Book value sebenarnya dapat menggambarkan nilai
minimum perusahaan, dan nilai tersebut dianggap sebagai gambaran dari
historical cost yang tidak mencerminkan inflasi (konsep Conservatisme).
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 60
Pada dasarnya dapat dilihat bahwa hubungan antara book value dan
market value dapat dipengaruhi oleh sifat assets, accounting reporting method,
profitability dan kondisi ekonomi. Manajemen dalam memilih metode pelaporan
selalu mementingkan kepentingannya dan akhirnya dapat menimbulkan perbedaan
antara book value dan market value. Dalam hal ini ada kaitannya dengan
pencatatan intangible assets misalkan goodwill yang sering tidak dicatat dan
menimbulkan perbedaan dengan nilai pasarnya.
Dalam hal ini sebenarnya sudah banyak yang menyorot dan mengkritik
nilai histories yang dinilai tidak relevan dan kurang berguna bagi pengambilan
keputusan manajemen, sehingga muncul ide pengukuran yang baru yaitu
menggunakan market value misalnya current cost, replacement cost, net
realizable value dan lain-lain. Menurut beberapa teori ada yang menemukan
fenomena penurunan nilai dari informasi laporan keuangan yang ditunjukkan oleh
hubungan yang semakin lemah antara nilai pasar modal (stock market value) dan
informasi akuntansi (book value, earnings dan cash flow).
Di negara maju yang pasar sahamnya sudah efisien dan persentase saham
public sudah cukup signifikan, harga saham dipakai sebagai salah satu tolok ukur
menilai kinerja direksi suatu perusahaan public, termasuk bank. Kian baik kinerja
suatu bank, akan semakin tinggi harga sahamnya dan semakin besar pula nilai
kapitalisasi pasarnya. Artinya, mengukur kinerja bank bukan melihat dari
besarnya total asset, tetapi dilihat rasio laba dan besarnya kapitalisasi pasar yang
ada.
2. Likwiditas
Likwiditas berhubungan erat dengan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.sedangkan kekuatan
membayar dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu adalah terlihat pada
jumlah dari alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki perusahaan itu.
Kemampuan membayar pada sutu perusahaan merupakan kekuatan membayarnya
dalam memenuhi semua kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.
Kemampuan membayar suatu perusahaan baru dapat diketahui setelah
membandingkan kekuatan membayar perusahaan di satu pihak dengan kewajiban-
kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi dilain pihak.
Likwiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Loan to Deposite Ratio yang dikenal di industri perbankan adalah rasio
yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang merupakan
perbandingan antara dana yang dipinjamkan dengan deposito yang diterima dari
masyarakat. Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang
disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio ini semakin besar jumlah
dana yang diberikan ke masyarakat dan semakin besar opportunity mendapatkan
hasil melalui aktiva produktif. Apabila terlalu tinggi juga menunjukkan bahwa
bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid karena hanya berfokus pada
aktivanya. Batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah 110% maka jika
lebih dari standar tersebut maka likuiditas bank sama dengan nol atau tidak baik.
Ini diharapkan akan menaikkan profitabilitas dan akhirnya akan menaikkan Book
Value dan Market Value perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 61
LDR = ihakKetigaTotalDanaP
tTotalKredi 100%
(Bastian dan Suharjono, 2006 : 302)
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan
sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan
keuntungan bagi perusahaaan.Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar
kebijakan dan keputusan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber dana
perusahaann. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Debt to
Equity Ratio. Debt to equity ratio melihat struktur keuangan perusahaan dengan
meningkatkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Rumus untuk
menghitung debt to equity ratio ini mengindikasikan sejauh mana perusahaan
dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya.
Dalam hal terjadi likuidasi, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan
pemegang saham, kreditor memiliki hak pertama atas asset perusahaan. Dari sudut
pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat
dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat asset yang
memadai untuk menutup klaim pihak lain.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang akan dihadapi
oleh perusahaan. Resiko yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri
yang rendah untuk membiayai aktiva. Semakin rendah rasionya, maka semakin
sedikit kewajiban perusahaan dimasa yang akan datang. Menurut Fraser (1988)
debt to equity ratio mengukur tingkat resiko yang terdapat pada struktur hutang
dimana rasio DER yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain
relatif lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya,
meningkatkan resiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup
secara penuh bilamana terjadi likuidasi.
Adapun persamaan dari debt to equity ratio adalah :
Debt to Equity Ratio = %100xPemilikEquitasJumlah
KewajibanJumlah
4. Solvabilitas
Solvabilitas adalah perbandingan antara dana-dana yang yang dipakai
untuk membelanjai/membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang
diperoleh dari ekstern perusahaan (dari kreditur-kreditur) dengan dana yang
disediakan pemilik perusahaan. Solvabilitas perbankan menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajibannya dalam jangka panjang ataupun ketika
suatu entitas perbankan dilikuidasi.Solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan
dengan Capital Aequacy Ratio. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio
keuangan bank yang berguna untuk membandingkan antara jumlah modal bank
dengan seluruh aktiva yang dimiliki. Melalui rasio ini akan diketahui kemampuan
menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal
bank. Semakin tinggi rasio ini semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 62
penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah.
Dari pernyataan diatas, Capital Adequacy Ratio merupakan salah satu rasio
perbankan yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada di
suatu bank untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan
dan perdagangan surat-surat berharga. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio
kecukupan modal. Capital Adequacy Ratio dapat di formulakan :
BerhargaSurat Pinjaman Total
Tetap Aktiva - Sendiri Modal
CAR %100x
D. REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008) dengan judul Pengaruh Kinerja
Bank terhadap Harga Saham pada Bank yang Go Public periode 2000-2006.Pada
penelitian tersebut digunakan CAR, KAP, BOPO dan LDR sebagai variabel
independen dan harga saham sebagai variabel dependen.Hasil penelitian
menunjukkan secara simultan CAR,KAP, BOPO dan LDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial KAP berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, sedangkan CAR, BOPO,dan LDR tidak
berpengaruh signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sianipar (2005) dengan judul Pengaruh
Faktor Fundamental terhadap harga saham Industri Perbankan di Indonesia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara simultan CAR, ROA,ROE, NIM, LDR
NPATEA dan EPS mempunyai pengaruh terhadap harga saham, sedangkan secara
parsial CAR,ROE, NIM, dan EPS berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan
ROA, LDR dan NPATEA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Alexandri (2000) melakukan penelitian tentang hubungan antara kinerja
perusahaan dengan harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian dilakukan terhadap perusahaan di industri rokok di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) periode 1993-1997. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
tersebut antara lain EVA, Debt to Equity Ratio (DER), dan Return on Investment
(ROI). Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan di industri rokok
yang telah menjual sahamnya melalui BEJ untuk periode 1993 sampai dengan
1997, yaitu PT.British American Tobacco Company (BAT) Indonesia Tbk,
PT.Gudang Garam Tbk, dan PT.Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna Tbk. Sampel
dianalisis dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yaitu EVA, DER, dan ROI
memiliki hubungan dan pengaruh yang tinggi terhadap harga sahamnya.
Nainggolan (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh variabel
fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEI. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DER,ROE dan
BVS sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil pengujian
menyimpulkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen tidak
mempengaruhi pembentukan harga saham. Secara parsial hanya BVS yang berpengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah dibuat gambar kerangka konsep
sebagai berikut :
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 63
Gambar 1. Kerangka Konseptual
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Dari kerangka konseptual dan uraian teoritis tersebut, maka hipotesis yang
diajukan sebagai berikut : Debt to Equity Ratio, Capital Adequacy Ratio dan
Loan to Deposite Ratio berpengaruh signifikan terhadap market value saham.
F. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif causal yang bertujuan
untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposite Ratio, Debt to
Equity Ratio, dan Capital Adequacy Ratio sebagai variable bebas (independen)
serta market value saham sebagai variable terikat (dependen).
Populasi (N) pada penelitian ini adalah seluruh emiten perbankan yang
terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sejumlah 30 emiten perbankan. Sampel yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono,2004). Pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah
berdasarkan kriteria berikut :
1. Lembaga Perbankan yang terdaftar secara terus menerus di BEI pada tahun
2007 hingga tahun 2009.
2. Memiliki laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik yang
dipublikasikan dan opini yang diperoleh adalah unqualified opinion.
Sampel yang terpilih dari penelitian ini sejumlah 19 emiten perbankan x 3
tahun = 57 observasi.
Variabel yang digunakan oleh peneliti meliputi variabel dependen
(terikat) dan variabel independen (bebas).
1. Variabel dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah market value saham emiten
perbankan pada harga rata-rata yang terdaftar di BEI periode 2007-2009.
2. Variabel independen (bebas)
LDR (X1)
Market
Value
Saham
(Y)
Debt to
Equity
Ratio
(X2)
CAR (X3)
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 64
Yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Yang termasuk
variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel yang diproksikan
dengan rasio-rasio likuiditas yaitu LDR , profitabilitas berupa DER dan
solvabilitas bank dan CAR
Defenisi operasional dan pengukuran untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini adalah :
a. Market value saham (Y) adalah nilai pasar harga saham yang tercatat setiap
hari pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek
Indonesia.Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai pasar
saham rata-rata yang dipublikasikan di laporan keuangan pada periode
pengamatan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
b. Loan to Deposite Ratio (X1) yang dikenal di industri perbankan adalah rasio
yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang merupakan
perbandingan antara dana yang dipinjamkan dengan deposito yang diterima
dari masyarakat. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
c. Debt to Equity Ratio (X2), dimana rasio ini mengindikasikan sejauh mana
perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan
kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi likuidasi, kreditor mempunyai
prioritas klaim dibandingkan dengan pemegang saham, kreditor memiliki hak
pertama atas aset perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
rasio.
d. Capital Adequacy Ratio (X3)Rasio ini menunjukkan kemampuan
permodalan yang dimiliki oleh suatu bank untuk menciptakan bisnis baru
dengan earning assets yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio ini dapat
diukur dengan memperhatikan beberapa tingkat resiko yang dihadapi oleh
bank. Perhitungan CAR pada penelitian ini, diperoleh dari perhitungan CAR
oleh masing-masing bank. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
rasio.
Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini adalah dengan analisis regresi berganda (multiple regression
analysis). Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh indpenden
terhadap variabel dependen yang akan diteliti. Teknik analisis data menggunakan
alat bantu software SPSS ( Statistical Package Social Science). Peneliti melakukan
uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Untuk menentukan besarnya pengaruh antara variabel independen yaitu
LDR,DER, dan CAR terhadap market value saham.Model regresi linier berganda
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = α + βX1 + βX2 + βX3 +ε
Dimana :
Y = Market Value saham
α = Konstanta
β = koefisien regresi
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 65
X1 = LDR
X2 = DER
X3 = CAR
e = Error (variabel pengganggu)
G. HASIL PENELITIAN
Sebelum melakukan pengujian hipotesa penulis terlebih dahulu melakukan
uji asumsi klasik data. Hasil uji normalitas terlihat data tidak terdistribusi secara
normal
Tabel 1. Uji Normalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 1, nilai p unstandardized residual dari variabel variabel
penelitian 0,034 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan data tidak terdistribusi secara
normal, kemudian dilakukan transformasi data kedalam bentuk log natural, tetapi
masih terdapat nilai negatif sehingga diperlukan penambahan nilai satu kepada
yang tertinggi baru menguranginya dengan nilai nilai yang ada, hal ini dilakukan
terhadap variabel x1 dan x3.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat:
1. Nilai p = 0,543 > 0,05 sehingga disimpulkan data terdistribusi secara normal
2. Data pada scatter plot menyebar secara merata diatas ataupun dibawah nilai 0
maka disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada data penelitian
3. Multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance < 1 dan nilai 1 < VIF < 5, pada
tabel diatas semua memenuhi kriteria sehingga terbebas dari multikolinearitas
4. Otokorelasi dilihat dari nilai -2 < DW < +2, nilai DW sebesar 1,965 maka tida
terdapat otokorelasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes t
57
.0000000
2605.703773
.189
.189
-.122
1.430
.034
N
Mean
Std. Dev iation
Normal Parameters a,b
Absolute
Pos itive
Negative
Most Extreme
Dif ferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 66
Tabel 2. Uji Asumsi Klasik (Normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan otokorelasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Deskripsi data penelitian dilihat dari data sebenarnya atau data yang belum
ditransformasikan, yaitu: Tabel 3. Deskripsi Data Penelitian
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes t
57
.0000000
1.05000679
.106
.075
-.106
.801
.543
N
Mean
Std. Dev iation
Normal Parameters a,b
Absolute
Pos itive
Negative
Most Extreme
Dif ferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 67
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Tabel 3 menunjukkan:
1. Jumlah item dalam penelitian untuk masing masing variabel adalah 57 buah.
2. Rata rata harga saham adalah Rp. 2650, nilai tertinggi Rp. 9200, nilai terendah
Rp. 180, dengan standar deviasi 2779.
3. Rata rata LDR adalah 0,76%, nilai tertinggi 1,08%, nilai terendah 0,43%,
dengan standar deviasi 0,17498%.
4. Rata rata DER adalah 10,3%, nilai tertinggi 16,86%, nilai terendah 3,75%,
dengan standar deviasi 2,92676%.
5. Rata rata CAR adalah 0,2%, nilai tertinggi 0,54%, nilai terendah 0,09%,
dengan standar deviasi 0,085%.
Model penelitian dapat ditulis berdasarkan Tabel 3 adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut , maka pengaruh
masing-masing variabel independen tersebut terhadap market value saham dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Nilai konstanta sebesar 4,942 artinya apabila nilai variabel independen LDR
(X1), DER (X2), dan CAR (X3), bernilai nol, maka nilai market value saham
adalah sebesar 8.725.
2. Koefisien regresi LDR (X1) sebesar 0.878 memberikan pengertian bahwa
perubahan LDR (X1) sebanyak 1% akan memberikan dampak terhadap
kenaikan kemarket value saham (Y) sebesar 0.878 % dengan arah yang sama.
3. Koefisien regresi variabel DER (X2) sebesar 0,847 bermakna jika variabel
DER (X2) meningkat 1 %, maka akan menaikkan satu satuan market value
saham (Y) sebesar 0.847% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama
dengan nol.
4. Koefisien regresi CAR (X3) sebesar -0.368 memberikan pengertian bahwa
perubahan variabel (X3) sebanyak 1% akan memberikan dampak penurunan
market value saham sebesar 0.368% dengan arah yang berlawanan.
Uji statistik t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel LDR,DER, dan
CAR secara parsial terhadap market value saham perbankan di BEI dengan
asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan atau sama dengan nol. Hasil uji
statistik t dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 diatas :
a. Variabel LDR mempunyai nilai positif pada t hitung sebesar 1,437 dengan
nilai signifikan sebesar 0,157. Karena nilai signifikansi LDR yaitu 0,157
lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa LDR tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap market value saham perbankan di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.
b. Variabel DER bernilai positif pada t hitung sebesar 1,611 dengan nilai
signifikansi 0,113. Karena nilai signifikansi LnDER yaitu 0,113 lebih
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 68
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel DER tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap market value saham perbankan di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.
c. Variabel CAR mempunyai nilai negatif pada t hitung sebesar -0,794
dengan nilai signifikan sebesar 0,431. Karena nilai signifikansi CAR yaitu
0,431 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa CAR tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap market value saham perbankan di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.
Hasil uji hipotesis untuk secara serentak dilakukan dengan melihat nilai F
Tabel 4. Uji Serentak
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Nilai F-hitung sebesar 1,937 dengan nilai signifikan 0,135 > 0,05 maka
disimpulkan bahwa semua variabel bebas secara serempak tidak mempengaruhi
harga saham.
Untuk meyakinkan kekuatan hubungan antar variabel, dapat dilihat pada
tabel 3 : nilai adjusted r-square 0,048, hal ini menunjukkan bahwa 4,8 % variabel
market value saham dapat dijelaskan oleh variabel LDR,DER, dan CAR. Sisanya
sebesar 95,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model
penelitian ini.
Kecilnya nilai adjusted r-square menunjukkan bahwa memang semua
variabel bebas dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
terikat.
H. KESIMPULAN PENELITIAN
Kesimpulan penelitian ini adalah secara simultan likwiditas yang
diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR), profitabilitas yang
diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan solvabilitas yang diproksikan
dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap
market value saham. Secara parsial variabel LDR, DER, dan CAR tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap market value saham
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 69
DAFTAR PUSTAKA
Alexandri, Mohammad Benny. 2000. Hubungan Kinerja dengan Harga Saham di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Empirika, Vol. 5 No. 2, Juni 2001.
Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Penerbit Selemba
Empat. Jakarta.
Fraser, Lyn.1988. Understanding Financial Statement (second edition). Prentice
Hall, Englecliffs, New Jersey.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, buku 1, per 1
Januari 2004, Salemba Empat, Jakarta.
Munawir. S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Nainggolan, Susan Grace. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap
Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI, tesis Program
Pascasarjana USU, Medan.
Santoso, Singgih. 2002. Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT
Elexmedia Komputindo, Jakarta.
Sari, Dwi Merita.2008. Pengaruh Kinerja Bank terhadap Harga Saham, pada
Bank Go Publik Periode 2000-2006. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Kristen Petra.
Sianipar, Ardin. 2005. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham
Industri Perbankan di Indonesia. Tesis Program Pascasarjana USU,
Medan. (tidak dipublikasikan).
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh, Alfabeta, Bandung.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 70
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN KOTA MEDAN
MELALUI PENGELOLAAN ORGANISASI FILANTROPI
SURI PURNAMI
Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT
Difficulties of life at this time was still making group of people to act as a
catalyst in addressing various issues of poverty that exist to foster the spirit of
philanthropy. This study aims to determine how the forms of community
development projects in Medan with case studies Rumah Zakat Medan.
Research type is descriptive quantitative. The population in this study
were all respondents receiving community development projects which are
managed by the city of Medan Alms Houses, amounting to 91 people.
The result is the fourth community development projects (Program Cake
House, Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi), Sarana Usaha Mandiri, dan
Empowering Center) that have been and are being implemented by the Zakat
House Field has a lot of benefits that have been perceived by the participants of
the program are in 3 districts in the city of Medan Medan Labuan district, sub-
district and district Medan Medan Tembung Sunggal who is the respondent in this
study.
Keywords: community empowerment, poverty
A. LATAR BELAKANG
Sifat kedermawanan sosial yang berjamaah merupakan sebuah
keniscayaan yang muncul bak oase di tengah gersangnya kondisi kehidupan
perekonomian yang sangat sulit dan terasakan oleh sebagian masyarakat. Karena
ternyata ditengah sulitnya kehidupan tersebut masih ada sekelompok warga
masyarakat yang mau berperan sebagai katalisator dalam mengatasi beragam
persoalan kemiskinan yang ada dengan menumbuhkembangkan jiwa filantropi
(kedermawanan sosial).
Tidak mengherankan jika eksistensi organisasi-organisasi filantropi seperti
ini menjadi tumbuh subur, seperti: Organisasi Amil Zakat (LAZ), Rumah Zakat,
Serikat Tolong Menolong (STM), Organisasi Gereja, dan lain-lain. Semakin lama
posisi dan peran organisasi-organisasi ini demikian terasa kuat dan sangat
dirasakan manfaatnya bagi masyarakat luas khususnya masyarakat yang dianggap
sebagai masyarakat kurang mampu. Selain itu mereka juga menjadi penjembatan
bagi warga lainnya yang merasa memiliki kelebihan rejeki dan ingin berbagi
kepada yang kurang beruntung tetapi dengan tetap mendapatkan kenyamanan dan
kepastian pengelolaan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 71
Atas dasar uraian di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk mengkaji
bagaimana “Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Medan melalui
Pengelolaan Organisasi Filantropi” yang dilakukan oleh organisasi filantropi
keagamaan “Rumah Zakat” yang memiliki wilayah kerja di Kota Medan. Salah
satu alasan mengapa organisasi filantropi Rumah Zakat yang peneliti jadikan
sebagai studi kasus karena organisasi ini telah cukup dikenal keprofessionalan dan
keamanahannya dalam mengelola dana-dana yang dizakatkan masyarakat dan
juga karena peneliti tertarik dengan salah satu misi besar mereka yaitu
membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara produktif.
B. PERUMUSAN MASALAH
Penelitian-penelitian yang terkait dengan kemiskinan, subordinasi,
marginalisasi dan ketidakberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan. Seiring
dengan perubahan pola-pola kehidupan yang semakin dinamis, maka setiap
manusia selalu mencipta dan mengembangkan tradisi filantropi untuk membantu
sesama manusia yang membutuhkan bantuan. Namun kurun waktu belakangan
ini, potensi filantropi diapresiasi dalam berbagai bentuk pengelolaan yang
terorganisir melalui organisasi keagamaan. Perubahan-perubahan dalam
pengelolaan filantropi belum banyak dipahami dan dimanfaatkan masyarakat
sebagai sarana dalam pengentasan kemiskinan, menghilangkan marginalisasi
maupun subordinasi.
Berdasar alasan dan latar belakang di atas, peneliti sangat berkeinginan
mengetahui: ”Bagaimana bentuk-bentuk program pemberdayaan masyarakat
miskin kota Medan dengan studi kasus Rumah Zakat Medan?”
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengelolaan Filantropi
Potensi filantropi (kedermawanan sosial) pada hakekatnya telah menjadi
kebiasaan dan tradisi masyarakat Indonesia. Kebiasaan ini merupakan manifestasi
dari ajaran agama dan nilai-nilai budaya yang sudah terimplementasi sejak ratusan
tahun lalu di berbagai etnis di Indonesia dalam bentuk dan nama yang berbeda.
Misalnya tradisi jimpitan yang dikenal di kalangan Etnis Jawa, dimana tradisi ini
menyisihkan beras untuk disumbangkan pada kegiatan sosial. Tradisi semacam ini
juga ditemukan pada Etnis Batak, Minang, Toraja dan etnis lainnya dengan nama
yang berbeda (Saidi, 2003: 115).
Pemaparan beberapa contoh di atas, memperlihatkan bahwa potensi
filantropi menjadi wacana penting untuk diangkat dan disosialisasikan dalam
membantu orang-orang yang membutuhkan. Filantropi dapat dimaknai sebagai
kesediaan untuk berbagi dan menolong sesama yang hidupnya kurang beruntung.
Dengan menyumbang sejumlah uang untuk sekelompok fakir miskin yang sedang
membutuhkan, maka perbuatan menolong orang yang sedang membutuhkan
adalah tindakan mulia (Saidi, 2003: 144). Bantuan-bantuan yang diberikan kepada
orang-orang yang kurang mampu tidak hanya dalam bentuk material, tetapi juga
bantuan teknis yang bersifat karitas (charity).
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, bantuan-bantuan yang bersifat
karitas ini menjadi pendorong munculnya ide-ide pengembangan masyarakat
(Community Development). Pada hakekatnya pemberdayaan masyarakat bertujuan
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 72
untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial, budaya,
ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, sehingga
masyarakat diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan yang lebih baik (Budimanta dalam Rudito, 2003: 40).
Aspek sukarela dan saling percaya memegang peranan penting dari
keberlanjutan organisasi karitas dalam menjalankan kegiatan-kegiatan sosial, baik
secara individu maupun keorganisasian non-profit yang bertujuan untuk
menghimpun dana atau memberi dukungan kepada orang-orang yang kurang
mampu di masyarakat. Pemberdayaan sebenarnya sangat terkait dengan konsep
pembangunan alternatif. Konsep ini menuntut adanya demokrasi, pertumbuhan
ekonomi yang menjamin kepentingan rakyat banyak, kesamaan gender, keadilan
antar generasi serta melalui proses belajar secara sosial (Suparjan, 2003: 42).
Sebagai kota yang masyarakatnya majemuk, dan memiliki beragam etnis,
budaya serta agama, Kota Medan dinilai sangat berpotensi melakukan kegiatan-
kegiatan yang bernuansa filantropi. Dari hasil survei yang pernah dilakukan oleh
salah satu LSM Nasional tentang tradisi berderma melalui zakat pada sebelas kota
di Indonesia menemukan bahwa nilai zakat yang dibayarkan masyarakat Kota
Medan pertahun menempati posisi nomor dua terbesar setelah Manado pada tahun
2002.
2. Filantropi Sebagai Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat
Melihat esensi filantropi dalam relasi sosial tidak dapat dipisahkan dalam
bingkai modal sosial yang menjadi katalisator untuk menolong sesama manusia.
Putnam (1993) dalam Hasbulllah (2006) menjelaskan bahwa aspek trust (saling
percaya) dalam sebuah institusi menjadi sumber kekuatan modal sosial (social
capital) untuk mempertahankan keberlangsungan hidup yang dinamis dan efektif.
Suatu masyarakat yang kehilangan rasa percaya akan menjadi lemah dan sulit
untuk keluar dari berbagai kesulitan hidup yang dihadapinya. Dinamika
kehidupan masyarakat menjadi tumpul, kegiatan organisasi-organisasi yang
terbentuk di tengah masyarakat akan kehilangan orientasi serta jati diri dalam
menjalankan berbagai kegiatannya secara efisien dan efektif.
Pemberdayaan (empowering) sebagai suatu upaya untuk mereduksi
kemiskinan yang dialami oleh suatu komunitas menurut Kartasasmita (1996)
dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu: 1) Menciptakan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling) dengan
memperkenalkan bahwa setiap masyarakat memiliki potensi (budaya) untuk
berkembang; 2) Memperkuat posisi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
dengan menyediakan input serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang
akan membuat masyarakat menjadi berdaya dalam memanfaatkan peluang; 3)
Melindungi masyarakat yang lemah dalam proses pemberdayaan agar tidak
menjadi semakin lemah oleh kekurang berdayaannya dalam menghadapi yang
kuat.
Adapun program-program pemberdayaan masyarakat yang telah dan
sedang dilakukan oleh Rumah Zakat kota Medan dan diberi nama program
”Senyum Mandiri” yang antara lain adalah:
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 73
1. Program Cake House yaitu program pelatihan dan pendampingan kepada
para ibu rumah tangga untuk mahir membuat kue-kue kering dan basah
dengan salah satu target terbesar agar para peserta mampu mandiri
berwirausaha dalam memproduksi dan memasarkan kue-kue tersebut.
2. Program Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi), yaitu pemberian kredit
kepada masyarakat miskin untuk kegiatan produktif dengan tingkat bagi
hasil atau bunga 0%, dan biasanya peserta sebagian besar merupakan
alumni dari program Cake House atau member program Rumah Zakat
lainnya.
3. Program Sarana Usaha Mandiri yaitu program pemberdayaan masyarakat
miskin di bidang wirausaha yang bersifat muatan lokal seperti penyediaan
modal usaha dalam bentuk barang modal, gerobak jualan, dan lain-lain.
4. Empowering Center yaitu program pemberdayaan masyarakat miskin yang
bersifat pengadaan pelatihan-pelatihan dan workshop yang kontiniu dan
aplikatif sesuai dengan muatan potensi lokal seperti budi daya ikan lele,
kepiting, jamur tiram, kerajian seni dan menyulam, menjahit, membuat
payet, dan lain-lain.
D. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Kuncoro (2003)
penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang meliputi pengumpulan data
untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status akhir dari
suatu subyek penelitian.
Sifat penelitian adalah menjelaskan (deskriptif eksplanatory) fenomena
yang terjadi di objek penelitian mengenai bagaimana bentuk-bentuk program
pemberdayaan masyarakat miskin kota Medan yang telah dan sedang dilakukan
oleh Rumah Zakat Medan.
2. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa kecamatan di kota Medan yaitu di
kecamatan Medan Labuhan, kecamatan Medan Sunggal dan kecamatan Medan
Tembung yang menjadi lokasi para responden menerima dan melaksanakan
program-program pemberdayaan ini. Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan
September sampai dengan awal Oktober 2011.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh responden penerima
program pemberdayaan masyarakat miskin yang dikelola oleh Rumah Zakat kota
Medan yang berjumlah N= 91 orang. Karena ini merupakan penelitian dengan
jumlah responden secara total yang tidak banyak serta agar lebih dicapai
keakuratannya, maka peneliti mengambil metode sensus sebagai teknik
pengumpulan data dari responden.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 74
Tabel 1. Nama Program dan Populasi
NO PROGRAM
PEMBERDAYAAN
JUMLAH
POPULASI (orang)g)
1 Cake House 20
2 Kredit Usaha Kecil Mandiri
(KUKMi) 11
3 Sarana Usaha Mandiri 10
4 Empowering Center 50
Total 91
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden dan Bentuk-bentuk Program Pemberdayaan
Masyarakat yang telah dan sedang dilakukan oleh Rumah Zakat Medan
Karakteristik responden pada penelitian ini terbagi menjadi empat
klasifikasi responden sesuai program pemberdayaan yang masing-masing mereka
ikuti. Syarat untuk dapat menjadi peserta program adalah harus member atau telah
menjadi anggota dari salah satu program kegiatan di Rumah Zakat seperti
misalnya ibu yang pernah melahirkan secara gratis di program Rumah Bersalin
Gratis (RBG) Rumah zakat, atau anaknya bersekolah di program Rumah Juara di
Rumah Zakat, atau juga misalnya orang tua yang anaknya mendapat beasiswa dari
Rumah Zakat dan lain sebagainya.
Usia para responden yang merupakan peserta program pemberdayaan ini
sekitar 30-50an tahun dengan jenis kelamin bervariasi tergantung pada program
yang mereka ikuti. Adapun keempat program pemberdayaan masyarakat miskin
yang telah dan sedang dilakukan oleh Rumah Zakat kota Medan dimana mulai
terlaksana sejak tahun 2008 hingga sekarang antara lain adalah:
1. Program Pemberdayaan Cake House
Program ini memiliki peserta sebanyak 20 orang yang terbagi
kedalam dua kelompok dan masing-masingnya berjumlah 10 orang serta
tersebar di dua kecamatan yaitu kecamatan Medan Tembung dan
kecamatan Medan Sunggal. Dalam 1 tahun terdiri dari 3 periode yang
0
20
40
60
Cake House KUKMi Sarana UsahaMandiri
EmpoweringCenter
Populasi
Populasi
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 75
masing-masingnya mulai dari pelatihan, hingga pemasaran dan
pengembalian atau pelunasan dana modal kerja yang tanpa bunga atau
bagi hasil selama 100 hari kerja.
Pihak Rumah Zakat menyediakan segala peralatan dan bahan-
bahan pelatihan berupa tepung, telur, mentega dan lain sebagainya
termasuk menghadirkan pelatih, pendamping hingga sampai pencatatan
keuangan yang baik pada saat pemasaran dan pengembalian modal dana
berupa cicilan hingga sampai kepada pelunasan bantuan modal yang tanpa
bunga sama sekali (0%) atau bagi hasil nol.
2. Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi)
Program ini memiliki peserta untuk periode pelatihan terakhir
sebanyak 11 orang yang merupakan hasil seleksi dari beberapa program
pemberdayaan lainnya yang telah dinilai layak mendapatkan dana
pinjaman untuk berproduksi dan melakukan pengembangan dari hasil
pelatihan. Adapun jumlah dana yang digulirkan ke masing-masing peserta
sejumlah 500-1.500.000 rupiah sesuai dengan proposal dan kelayakan
usaha yang akan dijalaninya. Setelah usaha berjalan dengan pendampingan
terus menerus selama 100 hari dari pihak Rumah Zakat dan dianggap
mampu mengembalikan cicilan pinjaman secara lancar tanpa macet maka
si peserta berhak mendapat pinjaman modal kembali dengan nilai yang
lebih besar.
3. Sarana Usaha Mandiri
Program Pemberdayaan ini merupakan salah satu jenis program
yang menyediakan peralatan modal kerja berupa barang seperti gerobak
untuk berjualan maupun peralatan lainnya yang dapat dicicil
pembayarannya tanpa dikenakan margin ataupun bunga. Lamanya waktu
menyicil antara 2-3 bulan berdasarkan kemampuan si peserta atau
responden.
4. Empowering Center
Program pemberdayaan ini merupakan program dengan jumlah
peserta terbanyak yaitu 50 peserta dan tersebar di 3 kecamatan yang ada
seperti di kecamatan Medan Labuhan, Medan Sunggal dan Medan
Tembung dengan pengaplikasian masing-masing potensi lokal yang ada.
Seperti untuk di kecamatan Medan Labuhan tepatnya di desa Sei Mati,
terdapat beberapa pemberdayaan potensi lokal yang dilakukan bersama
dengan peserta program yaitu budi daya kepiting, ikan lele dan jamur
tiram.
Dari mulai pelatihan, hingga pendanaan dan pemasaran hasil
produksi telah sangat dirasakan manfaatnya oleh para peserta dan keluarga
mereka. Begitu juga yang dirasakan oleh para peserta program yang
berada di kelurahan Sunggal kecamatan Medan Sunggal dan di kelurahan
Bantan kecamatan Medan Tembung seperti Pendampingan untuk pelatihan
menjahit, kerajinan tangan, membuat payet, kue, sulam pita dan lainnya
telah betul-betuk terasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 76
2. Pemaparan Hasil Pengumpulan Data
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden (N=91)
Jenis Kelamin Responden
Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center Jumlah
Prosentasi (%)
Pria 0 4 6 15 25 36%
Wanita 20 7 4 35 76 64%
Jumlah 20 11 10 50 91 100%
Sumber: Pengolahan Data
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
0
5
10
15
20
25
30
35
Cake House KUKMi Sarana UsahaMandiri
EmpoweringCenter
Pria
Wanita
0
10
20
30
40
50
Cake House KUKMi SaranaUsaha
Mandiri
EmpoweringCenter
<30 Tahun
>30 Tahun
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 77
Tabel 3.
Usia Responden
Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center Jumlah
Prosentasi (%)
< 30 Tahun 0 0 0 0 0 0%
> 30 Tahun 20 11 10 50 47 100%
Jumlah 20 11 10 50 47 100%
Sumber: Pengolahan Data
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.
Jenis Kelamin Responden
Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center Jumlah
Prosentasi (%)
SD-SMP 14 8 7 39 68 72%
SMA 6 3 3 11 23 28%
Jumlah 20 11 10 50 91 100%
Sumber: Pengolahan Data
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Cake House KUKMi Sarana UsahaMandiri
EmpoweringPower
SD-SMP
SMA
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 78
Tabel 5.
Status Pernikahan Responden
Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center Jumlah
Prosentasi (%)
Menikah 12 4 7 34 57 62,6%
Janda/Duda 8 7 3 16 34 37,4%
Jumlah 20 11 10 50 91 100%
Sumber: Pengolahan Data
0
5
10
15
20
25
30
35
Cake House KUKMi SaranaUsaha
Mandiri
EmpoweringCenter
Menikah
Janda/Duda
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 79
Karakteristik Persepsi Responden terhadap Manfaat yang Diterima sebagai
Peserta Program Pemberdayaan
Tabel 6.
Manfaat yang diterima sebagai peserta?
Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center Jumlah
Prosentasi (%)
Banyak 18 10 9 48 85 91%
Sedikit 2 1 1 2 6 9%
Jumlah 20 11 10 50 91 100%
Sumber: Pengolahan Data
F. ESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa :
a. Ada 4 program pemberdayaan masyarakat miskin yang telah dan sedang
dilakukan oleh Rumah Zakat kota Medan sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang, yaitu:
1. Program Cake House
2. Program Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi)
3. Program Sarana Usaha Mandiri
4. Program Empowering Center
b. Salah satu syarat untuk bisa menjadi peserta program pemberdayaan
masyarakat ini adalah telah menjadi member dari Rumah Zakat
sebelumnya.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Cake House KUKMi SaranaUsaha
Mandiri
EmpoweringCenter
Byk Manfaat
Sedikit Manfaat
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 80
c. Keempat program pemberdayaan masyarakat miskin yang telah dan
sedang dilaksanakan oleh Rumah Zakat Medan memiliki banyak manfaat
yang telah dirasakan oleh para peserta program yang berada di 3
kecamatan di kota Medan yakni kecamatan Medan Labuhan, kecamatan
Medan Tembung dan kecamatan Medan Sunggal yang merupakan
responden pada penelitian ini.
d. Rata-rata usia responden adalah antara 30-50an tahun dengan jumlah
responden wanita lebih banyak daripada responden pria.
e. Sebagian besar responden berstatus janda atau duda dengan tingkat
pendidikan terakhir terbanyak adalah SD-SMP sejumlah 72% dari total
responden.
2. Saran
Setelah beberapa kesimpulan yang ada, maka beberapa saran yang juga
dapat peneliti berikan antara lain adalah:
a. Agar Rumah Zakat kota Medan menambah jumlah peserta program
pemberdayaan masyarakat berikut dengan lokasi penyebarannya.
b. Agar Rumah Zakat kota Medan juga menambah nominal bantuan dana
yang diberikan sebagai modal usaha dan modal kerja bagi peserta program
pemberdayaan.
c. Agar Rumah Zakat tidak hanya menjadikan member menjadi satu-satunya
syarat untuk menjadi peserta dalam program pemberdayaan masyarakat
miskin ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,2007. Manajemen Penelitian. Jakarta.Rineka Cipta
Cary. L. J. (ed) Community Development as A Process. Columbia: University of
Missouri Press Dalam Sanders, I. T. 1970. The Concept of Community
Development.
Hasbullah, J. 2006. Social Capital. Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia, Jakarta: MR-United Press.
Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan
dan Pemerataan, Jakarta: CIDES.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga.
Jakarta.
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ruditio et al (ed) Akses Peran Serta Masyarakat. Lebih Jauh Memahami
Community Development, Jakarta: Indonesia Center for Sustainable
Development (ICSD) dan Pustaka Sinar Harapan Dalam Budimanta, A.
2003. Prinsip Pengelolaan Community Development di Dunia
Pertambangan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 81
Saidi, Z. Zamzami (ed). 2003. Pola dan Strategi Penggalangan Dana Sosial di
Indonesia. Pengalaman Delapan Belas Organisasi Sosial, Jakarta:
Piramedia.
Suparjan. Suyatno, H. 2003. Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan
Sampai Pemberdayaan, Yogyakarta: Aditya Media
Umar, Husein. 2001. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi
Baru. Cetakan Keempat. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 82
ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP
KEPUTUSAN MAHASISWA MEMILIH PROGRAM STUDI
ADMINISTRASI BISNIS POLITEKNIK NEGERI MEDAN
RISMAWATI S.
Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of the marketing mix on student's
decision in selecting Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis Politeknik
Negeri Medan, and find out which of the seven elements of the marketing mix
has the most dominant influence.
This study is a survey study from a population and use the documentation
and questionnaire to collect the data on factors related to the study variables. The
nature of research is explanatory research. The approach used in this research is
descriptive quantitative with multiple regression analysis techniques.
Conclusion of the research is that seven existing marketing mix,
empirically variable product, price, promotion, place, people, process and physical
evidence together, have an influence on the decision of students select Jurusan
Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan . Of the seven
independent variables studied, the most dominant variables that influence the
student's decision is a variable place, followed in sequence variable physical
evidence, people, process, product, promotion, and price. This means the product,
price, promotion, place, people, process and physical evidence of a very real
effect on decision of selecting Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis
Politeknik Negeri Medan.
Keywords: marketing mix, decision of selecting
I. Latar Belakang
Program pendidikan Politeknik adalah salah satu jalur pendidikan vokasi
(kejuruan) pada tingkat perguruan tinggi, yang membekali siswanya untuk
terampil dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang didukung
oleh pengetahuan dosen yang cukup dan disiplin yang tinggi. Dengan bekal ini,
mahasiswa diharapkan dapat berkembang menjadi tenaga profesional dalam
bidang khusus yang sesuai dengan kebutuhan industri. Untuk menyikapi
perkembangan tersebut mahasiswa dituntut untuk dapat memilih bidang
pengetahuan apa yang diinginkannya agar tercapai tujuan akhir dari
pendidikannya.
Agar mahasiswa dapat secara tepat menentukan pilihannya akan tempat
dia menuntut ilmu, Politeknik sebagai perusahaan jasa harus melakukan
pemasaran yang juga mempunyai pengaruh untuk menentukan berhasil tidaknya
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 83
dalam memasarkan produknya. Apabila pemasaran yang dilaksanakan Politeknik
tersebut mampu memasarkan produknya dengan baik, hal ini akan berpengaruh
terhadap tujuan Politeknik itu sendiri.
Pemasaran merupakan salah satu ilmu ekonomi yang telah lama
berkembang, dan sampai pada saat sekarang ini pemasaran sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa bertahan di dalam pangsa pasar. Salah
satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran. Tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa menurut Kotler (2002) bagi perusahaan jasa, terdapat
tujuh komponen dari bauran pemasaran, yaitu: Produk (Products), Harga (Price),
Promosi (Promotion), Tempat (Place), Manusia (People), Bukti fisik dan yang
mewakili (Physical Evidence and Presentation), dan. Proses (Process). Strategi
bauran pemasaran yang telah disebutkan diatas adalah salah satu strategi yang
diperlukan bagi mahasiswa dalam memilih bidang studi yang akan ditekuninya.
Keberhasilan Politeknik dalam memilih dan mengkombinasikan variabel bauran
pemasarannya akan bisa membantu mahasiswa dalam memilih produk yang dia
perlukan.
Atas dasar tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
berhubungan dengan hal diatas, dengan mengambil judul Analisis Pengaruh
Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Mahasiswa dalam memilih Program Studi
Administrasi Bisnis di Politeknik Negeri Medan (Polmed).
II. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan mahasiswa dalam
memilih Program Studi Administrasi Bisnis di Politeknik Negeri Medan?
2. Yang mana dari ke tujuh unsur bauran pemasaranitu yang paling dominan?
III. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Sebagaimana kita ketahui bahwa produk ataupun jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan tidak mungkin dapat mencari sendiri pembeli ataupun peminatnya.
0leh karena itu, produsen dalam kegiatan pemasaran produk atau jasanya pasti
membutuhkan konsumen untuk produk atau jasa yang dihasilkannya. Salah satu
cara yang digunakan produsen dalam bidang pemasaran untuk tujuan
meningkatkan permintaan terhadap produk yang ditawarkan adalah dengan
strategi bauran pemasaran.
Bauran pemasaran merupakan strategi yang dijalankan perusahaan
berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan dan menawarkan
produknya pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarannya.
Bauran pemasaran (Marketing mix) merupakan kombinasi variabel atau kegiatan
yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel mana dapat dikendalikan
oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar
sasarannya. Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan
dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin, dalam melakukan kegiatan
pemasarannya. Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar memiliki
kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasikan
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 84
berbagai variabel marketing mix tersebut, untuk melaksanakan program
pemasaran secara efektif. Diharapkan dengan cara demikian konsumen akan
benar-benar mengenal produk yang akan dipilih.
Menurut Stanton (1986) pengertian marketing mix secara umum adalah
”istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti
sistem pemasaran sebuah organisasi”. Keempat unsur tersebut adalah penawaran
produk/jasa, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.
B. Unsur-unsur Bauran Pemasaran Jasa (Marketing Mix)
Keempat variabel bauran pemasaran (Marketing mix) atau yang disebut
four p's adalah: 1. Strategi Produk 2. Strategi Harga 3. Strategi Penyaluran /
Distribusi 4. Strategi Promosi
Namun pada akhirnya Kotler (2002) menambahkan tiga komponen dari
bauran pemasaran tradisional “4P”, sehingga pada pemasaran jasa terdapat 7
(tujuh) unsur, yaitu: 1. Produk: Produk atau jasa yang sedang ditawarkan. 2.
Harga: Jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli sebuah 3.
produk. Promosi: Program komunikasi yang berhubungan dengan pemasaran
produk atau jasa. 4. Tempat: Fungsi distribusi dan logistik yang dilibatkan dalam
rangka menyediakan produk dan jasa sebuah perusahaan. 5.Orang: Proses seleksi,
pelatihan, dan pemotivasian karyawan, yang nantinya dapat digunakan sebagai
pembedaan perusahaan dalam memenuhi kepuasan pelanggan. 6. Bukti fisik:
Bukti fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada konsumen
sebagai usulan nilai tambah konsumen. 7. Proses: Proses penyajian jasa.
IV. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri
Medan Jalan Almamater No. 1 Kampus USU, Medan. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh mahasiswa semester 1 program D3 Jurusan Administrasi Niaga
Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Proportionate Stratified
Random Sampling, karena sampel akan diambil dari 7 kelas yang ada. Untuk
menentukan responden dari setiap kelas akan dilakukan secara acak atau random.
Jumlah populasi seluruhnya adalah 179 orang. Menurut Arikunto (2002), apabila
subjeknya lebih besar dari 100 orang, maka sampel yang diambil antara 10 -15%
atau 20 – 25% atau lebih. Karena populasi dari penelitian ini lebih besar dari 100,
maka sampel dalam penelitian ini ditentukan sebesar 20% dari populasi dengan
pertimbangan populasi diketahui jumlahnya dan bersifat homogen serta masih
dalam batas yang disarankan. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini
adalah 20% x 179 = 44,75 ≈ 45 orang.
Penelitian ini adalah penelitian survei dari suatu populasi dan
menggunakan studi dokumentasi dan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
mengenai faktor terkait dengan variabel penelitian. Sifat penelitian adalah
penelitian explanatory Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif yaitu penelitian terhadap masalah berupa fakta saat ini yang
pengujiannya memakai statistik.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 85
Variabel Bebas (X) pada penelitian ini adalah:
1. Produk atau Jasa (Product) sebagai X1 2. Harga (Price) sebagai X2 3. Promosi
(Promotion) sebagai X3 4. Tempat (Place) sebagai X4 5. Orang (People)
sebagai X5 6. Proses (Process) sebagai X6 7. Bukti Fisik yang Mewakili
(Physical of Evidence) sebagai X7
Variabel Terikat (Y) pada penelitian ini adalah: keputusan memilih.
Skala yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel adalah Skala
Likert dengan 5 kategori: sangat tidak setuju (nilai 1), tidak setuju (nilai 2), ragu-
ragu (nilai 3), setuju (nilai 4), dan sangat setuju (nilai 5), yang akan mengukur
tingkat persetujuan atau ketidak setujuan responden terhadap serangkaian
pernyataan yang mengukur suatu objek (Istijanto: 2005).
Data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan satuan
pengukuran skala likert, diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji
reliabilitas. Selanjutnya juga dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa
alat uji regresi linear berganda telah dapat digunakan atau tidak. Untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau tidak akan dilakukan uji Normalitas. Uji Heteroskedastisitas
juga dilakukan dalam penelitian ini, untuk melihat apakah dalam suatu model
regresi itu terjadi perbedaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Sebuah model analisis regresi yang baik adalah yang homokedastisitas, atau
tidak tejadi heteroskedastisitas, yang artinya varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya tidak tetap atau berbeda.
Uji multikolinieritas juga digunakan untuk mengetahui apakah dalam
model regressi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar varibel bebas
(independen). Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas.
Dalam model regressi yang baik, seharusnya tidak terjadi multikolinieritas.
Pengujian Goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model
regresi, yang dilihat dari koefisien determinasi (R Square).
Menjawab hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan analisis data
berupa analisis deskripsi untuk menentukan deskriptif data mengenai bauran
pemasaran dan keputusan memilih bentuk frekuensi dan prosentase serta uji
statistik regresi ganda dan korelasi ganda
V. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan melalui analisa grafik yang
dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Dari gambar pola grafik
dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan menunjukkan indikasi normal
karena titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi ini layak untuk dipakai. Hasil
pengujian normalitas data dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 86
Gambar 1: Hasil Uji Normalitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
terdapat masalah multikolinieritas sehingga model regresi tidak dapat digunakan.
Hasil pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada dibawah
ini:
Tabel 10
Hasil Uji Multikolinieritas
_________________________________________
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
_________________________________________
(Constant)
Produk .520 1.789
Harga .550 1.818
Promosi .653 1.531
Tempat .661 1.513
Orang .663 1.509
Proses .733 1.364 Bukti Fisik .544 1.839 __________________________________________ A Dependent Variabel: Keptsn Memilih
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel diatas terlihat bahwa tidak
terjadi multikolinieritas dalam variabel karena nilai VIF disekitar angka 1, dan
angka tolerance mendekati 1.
Untuk melihat gejala heteroskedastisitas dapat dilihat pada scatter plot
yang dihasilkan oleh program SPSS yang terlihat pada gambar berikut ini:
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: Keptsn
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 87
Gambar 2: Hasil Uji heteroskedastisitas
Pada gambar diatas terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak
membentuk pola tertentu yang jelas serta menyebar baik di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi sehingga model layak dipakai.
Pengujian Goodness of Fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu
model regresi, yang dilihat dari koefisien determinasi (R Square).
Tabel 11
Hasil Uji Goodness of Fit
Model Summary(b)
odel R R Square Adjusted R Square
Std. Error
of the
Estimate
1 .875(a) .766 .721 .41032
a Predictors: (Constant), B.Fisik, Proses, Produk, Promosi, Tempat, Orang, Harga
b Dependent Variable: Keptsn Memilih
Nilai R Square pada tabel di atas sebesar 0,766. Hal ini berarti bahwa
76,6% variabel keputusan memilih (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Produk
(X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti
Fisik (X7) , sedangkan sisanya sebesar 23,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
Pengujian hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan uji F
dengan ketentuan Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya
apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sedangkan pengujian
secara parsial pada masing-masing variabel independen dimaksudkan untuk
mengetahui apakah secara individual variabel produk, harga, promosi, tempat,
orang, proses dan bukti fisik mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap
keputusan memilih mahasiswa. Pengujian secara parsial dilakukan dengan uji t
dengan ketentuan bahwa apabila hasil thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1
diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak.
3210-1-2
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2
-3
Reg
ressio
n S
tud
en
tized
Resid
ual
Dependent Variable: Keptsn
Scatterplot
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 88
Berdasarkan hasil regresi dari data primer yang diolah dengan
menggunakan alat bantu SPSS maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 12
Persamaan Regresi Linier Berganda
Berdasarkan Tabel tersebut di atas maka persamaan regresi linier
berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y = 0,783 + 0,095 X1 +0,015 X2 + 0,049 X3 + 0,146 X4 + 0,178 X5 + 0,117 X6 +
0,086 X7 + e
Koefisien regresi X1 (produk) bernilai positif (0,095) artinya bahwa
pengaruh variabel ini searah dengan keputusan mahasiswa. Dengan kata lain
produk berpengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan Adm.
Niaga Prodi Adm. Bisnis. Bila produk semakin baik yang mencakup cukup
dikenal di lingkungan dunia pendidikan, memiliki peluang kerja yang besar, sudah
terakreditasi, dan sudah memiliki sertifikat ISO 9001 : 2008, maka keputusan
memilih akan semakin baik.
Koefisien regresi X2 (harga) bernilai positif (0,015). Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh harga adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti
harga memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata
lain apabila semakin baik harga yang ditawarkan, maka jumlah mahasiswa yang
berminat kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik
Negeri Medan akan semakin meningkat.
Koefisien regresi X3 (promosi) bernilai positif (0,049) artinya bahwa
pengaruh variabel ini searah dengan keputusan mahasiswa. Dengan kata lain
promosi berpengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan
Adm. Niaga Prodi Adm. Bisnis. Bila promosi semakin gencar dilaksanakan,
maka keputusan memilih akan semakin baik.
Koefisien regresi X4 (tempat) bernilai positif (0,146). Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh tempat adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti
tempat memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata
lain apabila semakin strategis lokasi belajar yang ditawarkan, maka jumlah
Coefficients a
.783 1.442 .543 .590
.095 .068 .225 2.399 .000
.015 .045 .056 .4.324 ..001
.049 .027 .180 2.794 .000
.146 .025 .565 5.714 .000
.178 .046 .386 3.883 .000
.117 .032 .340 3.690 .001
.086 .021 .414 4.017 .000
(Constant) Produk Harga Promosi Tempat Orang Proses B.Fisik
Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
Standardized Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keptsn a.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 89
mahasiswa yang berminat kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm.
Bisnis Politeknik Negeri Medan akan semakin meningkat.
Koefisien regresi X5 (orang) bernilai positif (0,178) artinya bahwa
pengaruh variabel ini searah dengan keputusan mahasiswa. Dengan kata lain
orang berpengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan Adm.
Niaga Prodi Adm. Bisnis. Bila orang semakin baik yang mencakup tenaga
edukatif, pihak manajemen, staf administrasi, dan laboran, maka keputusan
memilih akan semakin baik.
Koefisien regresi X6 (proses) bernilai positif (0,117). Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh proses adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti
proses memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata
lain apabila prosedur penerimaan, pendaftaran, testing, serta daftar ulang
dilaksanakan dengan proses yang profesional, makaa jumlah mahasiswa yang
berminat kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik
Negeri Medan akan semakin meningkat.
Koefisien regresi X7 (bukti fisik) bernilai positif (0,086). Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh bukti fisik adalah searah dengan keputusan
memilih, yang berarti proses memberikan pengaruh positif terhadap keputusan
memilih. Dengan kata lain apabila sikap, tingkah laku dan fasilitas yang diberikan
oleh staf edukatif, staf administrasi, pihak manajemen, laboran, serta fasilitas
gedung laboratorium, ruang belajar, aula, perpustakaan diperhatikan dengan baik,
maka jumlah mahasiswa yang memutuskan untuk memilih kuliah di Jurusan
Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan akan semakin
meningkat.
Dari tabel sebelumnya diketahui Nilai R Square adalah sebesar 0,766. Hal
ini berarti bahwa 76,6% variabel keputusan memilih (Y) dapat dijelaskan oleh
variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Proses
(X6), dan Bukti Fisik (X7) , sedangkan sisanya sebesar 23,4% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
Pengaruh variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4),
Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti Fisik (X7) terhadap keputusan memilih dapat
dilihat pada tabel berikut:
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 90
Tabel 13
Hasil Uji Serempak (Uji F)
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh Fhitung sebesar 17.265. Dengan
menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05), diperoleh nilai Ftabel 2,68.
Karena Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya secara bersama-
sama (serempak) variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4),
Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti Fisik (X7) mempunyai pengaruh high
significant terhadap keputusan memilih Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm.
Bisnis Politeknik Negeri Medan (Y). Hal ini juga dapat dilihat tingkat signifikansi
0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05.
Produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap keputusan memilih Jurusan Adm. Niaga,
Program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan. Dengan kata lain jika
produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik tidak dikelola
dengan baik oleh Politeknik Negeri Medan, maka keputusan memilih akan
menurun dan sebaliknya jika Produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan
bukti fisik dikelola semakin baik di Politeknik Negeri Medan maka akan
meningkatkan jumlah mahasiswa yang akan memilih Jurusan Adm. Niaga.
Uji pengaruh variabel motivasi kerja dan budaya organisasi secara parsial
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
ANOVA b
1.134.348 7 2.907 17.265 .000 a
.1390 37 .168
1.273 44
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), B.Fisik, Proses, Produk, Promosi, Tempat, Orang, Harga a.
Dependent Variable: Keptsn b.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 91
Tabel 14
Hasil Uji Parsial (Uji t)
a. Pengaruh variabel produk (X1) terhadap variabel keputusan memilih (Y)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel
produk terhadap keputusan memilih memiliki signifikansi 0,000. Hal ini
berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung
produk sebesar 2,399. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α
= 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih
besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa variabel produk mempunyai
pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Dari hasil uji parsial
tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh produk terhadap keputusan memilih.
b. Pengaruh variabel harga (X2) terhadap keputusan memilih (Y)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel
harga terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,001. Hal ini
berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung
harga sebesar 4.324. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α =
0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih
besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa harga mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima).
c. Pengaruh variabel promosi (X3) terhadap variabel keputusan memilih (Y)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel
promosi terhadap keputusan memilih memiliki signifikansi 0,000. Hal ini
berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung
promosi sebesar 2,794. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α
= 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih
besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa variabel promosi mempunyai
Coefficients a
.783 1.442 .543 .590
.095 .068 .225 2.399 ..000
.015 .045 .056 .4.324 .001
.049 .027 .180 2.794 ..000
.146 .025 .565 5.714 .000
.178 .046 .386 3.883 .000
.117 .032 .340 3.690 .001
.086 .021 .414 4.017 .000
(Constant)
Produk
Harga
Promosi
Tempat
Orang
Proses
B.Fisik
Model
1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
Standardized Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keptsn a.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 92
pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Dari hasil uji parsial
tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh promosi terhadap keputusan memilih.
d. Pengaruh variabel tempat (X4) terhadap keputusan memilih (Y)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel
tempat terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,000. Hal ini
berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung
harga sebesar 5.714. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α =
0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1.98. Karena thitung lebih
besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa tempat mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima).
e. Pengaruh variabel orang (X5) terhadap variabel keputusan memilih (Y)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel
orang terhadap keputusan memilih memiliki signifikansi 0,000. Hal ini
berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung
produk sebesar 3,883. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α
= 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih
besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa variabel produk mempunyai
pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Dari hasil uji parsial
tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh orang terhadap keputusan memilih.
f. Pengaruh variabel proses (X6) terhadap keputusan memilih (Y)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel
proses terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,001. Hal ini
berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung
harga sebesar 3,690. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α =
0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih
besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa proses mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima).
g. Pengaruh variabel bukti fisik (X7) terhadap keputusan memilih (Y)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel
bukti fisik terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,000. Hal
ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai
thitung harga sebesar 4,017. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95%
(α = 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih
besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa bukti fisik mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima).
Standardized beta coefficient digunakan untuk menentukan variabel bebas
yang paling menentukan dalam mempengaruhi dependen variabel dalam suatu
model regresi linier. Secara keseluruhan pengaruh variabel independen yang
paling dominan terhadap variabel dependen adalah variabel tempat. Hal ini dapat
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 93
dilihat dari hasil nilai Standardized Coefficient yang menunjukkan bahwa variabel
tempat memiliki nilai tertinggi yaitu 0,565.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa secara empiris variabel produk, harga, promosi, tempat, orang,
proses dan bukti fisik secara bersama-sama, mempunyai pengaruh terhadap
keputusan mahasiswa memilih Jurusan Administrasi Niaga Program Studi
Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan. Dari ke tujuh variabel bebas yang
diteliti, maka variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap keputusan
mahasiswa adalah variabel tempat, kemudian diikuti secara berurutan variabel
bukti fisik, orang, proses, produk, promosi, dan harga. Hal ini berarti faktor
tempat Polmed yang berada di lokasi yang sama dengan Universitas Sumatera
Utara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa
memilih belajar di Prodi Adm. Bisnis, Polmed.
VII. Saran
Untuk meningkatkan keputusan mahasiswa memilih kuliah di Program
Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan, maka dibuat beberapa saran
antara lain:
1. Sebaiknya Program D3 Jurusan Administrasi Niaga Program Studi
Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan mempertahankan dan
meningkatkan perhatian yang lebih besar terhadap strategi bauran pemasaran
yang mampu memberikan pengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa
memilih kuliah di Program D3 Jurusan Administrasi Niaga Program Studi
Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan.
2. Dari hasil kuesioner terdapat kesimpulan bahwa dari tujuh varibel yang ada,
ternyata variabel harga adalah variabel yang memiliki pengaruh yang terkecil
dibandingkan variabel-variabel lainnya. Dari sisi lembaga, hal ini bisa
menjadi masukan agar di waktu yang akan datang, biaya yang dikenakan
kepada mahasiswa dapat ditinjau ulang atau dengan kata lain dinaikkan,
disesuaikan dengan kondisi terakhir. Hal ini diharapkan bisa menaikkan honor
dosen, dan staf administrasi dari yang diberikan sekarang ini, sehingga
motivasi kerja bisa meningkat dan akan berdampak pada peningkatan kinerja
seluruh civitas akademika Politeknik Negeri Medan.
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 94
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,, Suharsini. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. 2002.
Desler, Garry, Manajemen Strategis Dan Kebijakan Perusahaan, Erlangga,
Jakarta, 2001.
Gitosudanno, Indriyo, Manajemen Pemasaran, BPFE Yogyakarta, 1994.
Ghozali, Imam. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang. 2005.
Istijanto, Riset Sumbe Daya Manusia, PT Gtamedia Pustaka Utama, 2005.
Luthan, Fred dan Davis, Keith, Organizational Behaviour, Seventh Edition,
McGraw-Hill, United States Of America, 1996.
Mc. Donald, Malcom H.B. Rencana Pemasaran, Arcan, Jakarta, 1995
Phillip Kotler, Marketing Management, Prentice Hall, New Jersey, 2000
Robbins, Stephen, P. Organizational Behaviour Concept, Controversies, and
Applications, Fifth Edition, Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall, New Jersey,
2001.
Santoso, Singgih. SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara
Profesional. Cetakan Ketiga. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta.
2002.
Stanton, William, J, Prinsip Pemasaran, Erlangga, 1986.
Sugiyono dan Wibowo, F. Statistik Penelitian. Alfabeta. Bandung. 2005.
Sutojo Siswanto, Kerangka Dasar Manajemen Pemasaran, LPPM, 1981