jurnal eksis ed.2

98

Click here to load reader

Upload: farid-rachmad

Post on 24-Oct-2015

191 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Eksis Ed.2

Volume 1 No.2 April 2013

ISSN 2302 – 1489

EKSIS

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Page 2: Jurnal Eksis Ed.2

i

PENGANTAR REDAKSI

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas terbitnya Jurnal Eksis No.2 Edisi April 2013. Jurnal Eksis diterbitkan oleh Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan tentunya masih memerlukan penyempurnaan untuk masa masa yang akan datang, dan kami sangat terbuka menerima kritikan atau saran saran yang bersifat membangun.

Redaksi juga menerima jurnal jurnal ilmiah dari kalangan dosen Politeknik Negeri Medan ataupun perguruan tinggi lainnya, dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh redaksi tentunya.

April 2013

Redaksi EKSIS

Page 3: Jurnal Eksis Ed.2

ii

DEWAN REDAKSI

Pembina : M. Syahruddin, S.T., MT.

Pengawas : Nursiah Fitri S.E., M.Si.

Editor / Penanggung Jawab : Agus Edy Rangkuti SE., M.Si.

Editor Ahli : 1. Edy Syahputra Sitepu SE., M.Si.

2. Desri Wiana SS., M.Hum

3. Erwinsyah S.Kom. M.Kom

Alamat Redaksi:

Jl. Almamater No. 1 (Kompleks USU) Lt 2 Gedung Jurusan Administrasi Niaga. Politeknik Negeri Medan Email: [email protected].

Page 4: Jurnal Eksis Ed.2

iii

DAFTAR ISI

Pengantar Redaksi ………………………………………………………. i Dewan Redaksi …………………………………………………………… ii Daftar Isi …………………………………………………………………. iii Hubungan Antara Turnover Intention dengan Komitmen Organisasional di PT. X. Medan Cipta Dharma SE. M.S . ..…………………………………………………….. 1-9 Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Minat Berkunjung Kembali pada Café Café yang Berada di Sepanjang Jalan dr. Mansyur Medan Jumjuma S.E., M.Si………………………………………………………………. 10-18 Analisa Pengaruh Ketidakamanan Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Kontrak PT. Bank X Medan) Faulina SE., M.Si…………………………………………………………………. 19-30 Motivasi Kerja Guru Honorer SMA Swasta Kota Medan Aplikasi Teori Dua Faktor Herzberg (Sebuah Studi Kualitatif) Drs. Martolop Sinambela.M.Hum …………………………………………… 31-41 Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Abdul Rahman Dalimunthe SE. M.Si. …………………………………….. 42-56 Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Capital Adequacy Ratio terhadap Market Value Saham Enda Yunitas S SE. M.Si ………………………………………………………. 57-69 Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Medan Melalui Pengelolaan Organisasi Filantropi Suri Purnami SE. MA …………………………………………………… 70-81 Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan Rismawati S. SE. M.Si …………………………………………………………… 82-94

Page 5: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 1

HUBUNGAN ANTARA TURNOVER INTENTION DENGAN

KOMITMEN ORGANISASIONAL DI PT. X. MEDAN

CIPTA DHARMA

Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan

ABSTRACT

Turnover intention has a negative impact on the organization as it creates

volatility in the labor conditions, reduced employee productivity, which is not

conducive working atmosphere and also have an impact on the rising cost of

human resources. Management of the company needs to obtain a commitment

from employees the organization because of employee commitment to the

organization will support the achievement of organizational goals. The goal of

this research is to analize the correlation between turnover intention and

organizational commitment of the outsourcing employees of PT. X in Medan.

The sample was outsourced employees of PT. X Medan, the number of 30

people. Research data estimated by correlation test.

Estimation results of the data showed Pearson correlation coefficient of -

0.47, these results indicate a negative relationship between turnover intention

sufficient to organizational commitment, this means an increase in turnover

intention will lead to lower organizational commitment, or a decrease in turnover

intention will increase organizational commitment.

Keywords: turnover intention, organizational intention

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Sumber Daya Manusia dalam sebuah organisasi selalu memiliki berbagai

masalah, salah satu permasalahan yang sering muncul dan menghambat kinerja

perusahaan diantaranya adalah turnover. Turnover intention adalah derajat

kecenderungan sikap yang dimiliki oleh karyawan untuk mencari pekerjaan baru

di tempat lain atau adanya rencana untuk meninggalkan perusahaan dalam masa

tiga bulan yang akan datang, enam bulan yang akan datang, satu tahun yang akan

datang dan dua tahun yang akan datang (Low et al, 2001). Turnover intention

memiliki dampak negatif bagi organisasi karena menciptakan ketidakstabilan

terhadap kondisi tenaga kerja, menurunnya produktifitas karyawan, suasana kerja

yang tidak kondusif dan juga berdampak pada meningkatnya biaya sumber daya

manusia.

Keinginan untuk berpindah kerja berbeda di negara maju dengan negara

Indonesia, di negara maju, karyawan ingin berpindah kerja karen banyaknya

tawaran kerja yang ditawarkan di luar perusahaan tempat bekerja, sementara di

Page 6: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 2

Indonesia penawaran kerja di luar perusahaan sangat sedikit, tetapi tetap saja

banyak karyawan yang ingin berpindah kerja.

Penelitian ini dilakukan pada PT. X. yang merupakan sebuah perusahaan

milik pemerintah (BUMN) di kota Medan, karyawan di PT. X terbagi atas dua

jenis yaitu karyawan tetap dan karyawan outsourcing. PT. X yang bergerak di

bidang yang sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat, dan dalam rangka

memenuhi pelayanan terhadap masyarakat tersebut PT. X banyak sekali memiliki

karyawan, karyawan outsourcing banyak ditempatkan pada bidang pelayanan

masyarakat.

Karyawan outsourcing yang bekerja di PT. X tentunya tidak memiliki

fasilitas yang sama dengan karyawan tetap, hal karena karyawan outsourcing

melakukan aktivitas perusahaan yang didelegasikan padanya yang terikat dalam

suatu kontrak kerja sama, tetapi kenyataan yang penulis lihat di lapangan banyak

sekali karyawan outsourcing ini bekerja pada bidang bidang yang vital khususnya

yang berhubungan dengan pelayanan. Pertanyaan yang muncul tentulah

bagaimana komitmen organisasional karyawan outsourcing ini kepada PT. X,

karena sementara mereka sendiri merupakan karyawan yang bersifat kontrak dan

bisa kapanpun diberhentikan oleh perusahaan.

Permasalahan komitmen organisasional karyawan outsourcing tidak hanya

di PT. X, permasalahan ini juga timbul pada perusahaan perusahaan yang banyak

mempekerjakan karyawan outsourcing. Berdasarkan hal inilah peneliti ingin

meneliti bagaimana hubungan antara turnover intention dengan komitmen

organisasional.

B. PERMASALAHAN PENELITIAN

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka

penelitian ini akan mengkaji permasalahan: “bagaimana hubungan turnover

intention dengan komitmen organisasional karyawan outsourcing di PT. X

Medan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana hubungan turnover

intention dengan komitmen organisasional di PT. X Medan.

D. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian ini di inspirasi oleh penelitian Widodo (2010) yang berjudul:

Analisis Pengaruh Keamanan Kerja Dan Komitmen organisasional Terhadap

Turnover intention Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan Outsourcing (Studi

Pada PT. PLN Persero APJ Yogyakarta), penelitian ini mengambil dua buah

variabel dari penelitian Widodo (2010) yaitu komitmen organisasional dan

turnover intention, pengolahan data penelitian juga berbeda dengan Widodo

(2010).

E. TINJAUAN PUSTAKA

Keinginan untuk pindah atau turnover intention adalah kecenderungan

sikap atau tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk

meninggalkan organisasi atau mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaanya

Page 7: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 3

(Bluedorn, 1982 dalam Grant et al., 2001). Lebih lanjut menurut Mobley (1979),

Horner dan Hollingsworth, 1978 dalam Grant et al., 2001) keinginan untuk pindah

dapat dijadikan gejala awal terjadinya turnover dalam sebuah perusahaan.

Menurut Mobley (1979) dalam Muchinsky (1993) tentang employee

turnover, pikiran untuk berhenti bekerja dimulai dari adanya pikiran dan intensi

untuk berhenti bekerja serta melakukan usaha-usaha untuk mencari pekerjaan

baru. Turnover menurut Dalton & Todor (2000) dalam Feinsten & Harrah (2002)

dapat mengganggu proses komunikasi, produktifitas serta menurunkan kepuasan

bagi karyawan yang masih bertahan

Menurut Bedian dan Achilles (1981); Netemeyer et al, (1990); Sager

(1994) dalam Grant et al., (2001), semakin tinggi kepuasan kerja dan komitmen

organisasional diharapkan akan menurunkan maksud dan tujuan karyawan untuk

meninggalkan organisasi. Lebih lanjut, karyawan yang tidak puas dengan aspek

aspek pekerjaannya dan tidak memiliki komitmen terhadap organisasinya akan

lebih mungkin mencari pekerjaan pada organisasi yang lain.

Menurut Harnoto (2002): “Turnover intentions ditandai oleh berbagai hal

yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain: (1). Absensi yang meningkat.

Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai

dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab karyawan

dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya. (2). Mulai malas

bekerja. Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih

malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat lainnya yang

dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan karyawan bersangkutan. (3).

Peningkatan terhadap pelanggaran tatatertib kerja. Berbagai pelanggaran terhadap

tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan karyawan yang akan

melakukan turnover. Karyawan lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika

jam-jam kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya. (4).

Peningkatan protes terhadap atasan. Karyawan yang berkinginan untuk

melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap kebijakan-

kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya

berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan

keinginan karyawan. (5). Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya.

Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif. Karyawan ini

mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan, dan jika

perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya justru

menunjukkan karyawan ini akan melakukan turnover.

Dampak turnover bagi organisasi adalah: (a). Biaya penarikan karyawan.

Menyangkut waktu dan fasilitas untuk wawancara dalam proses seleksi karyawan,

penarikan dan mempelajari penggantian. (b). Biaya latihan. Menyangkut waktu

pengawas, departemen personalia dan karyawan yang dilatih. (c). Apa yang

dikeluarkan buat karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan karyawan baru

tersebut. (d). Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi.

(e). Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan. (f). Peralatan

produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya. (g). Banyak pemborosan karena

adanya karyawan baru. (h). Perlu melakukan kerja lembur, kalau tidak akan

mengalami penundaan penyerahan.

Page 8: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 4

Turnover yang tinggi pada suatu bidang dalam suatu organisasi,

menunjukkan bahwa bidang yang bersangkutan perlu diperbaiki kondisi kerjanya

atau cara pembinaannya.

Tingkat turnover intentions bisa dinyatakan dengan berbagai rumusan.

Umumnya laju turnover intentions dinyatakan dalam persentase yang mencakup

jangka waktu tertentu. Andaikata suatu perusahaan memiliki rata-rata 800 tenaga

kerja per bulan, di mana selama itu terjadi 16 kali karyawan keluar (accession)

dan 24 kali pemecatan (separation). Maka accession rate adalah 16/800 x 100% =

2%, sedang separation rate adalah 24/800 x 100% = 3%. Dengan demikian tingkat

replacement (penggantian) atau replacement rate adalah sama dengan accession

rate yakni 2%. Sebab replacement (penggatian) atau replacement rate selalu harus

seimbang dengan accession rate-nya. Hal ini berarti bahwa dengan keluarnya

seorang pegawai/karyawan misalnya, harus segera diganti dengan seorang

pegawai/karyawan baru sebagai penggantian (replacement).

Tingkat replacement tersebut sering pula disebut net labour turnover, yang

menekankan pada biaya perputaran tenaga kerja untuk menarik dan melatih

karyawan pengganti.

Secara umum variabel turnover intention adalah kecenderungan atau

tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk meninggalkan

perusahaan. Indikator yang dipergunakan untuk mengetahui intensi turnover

dikembangkan dari hasil penelitian Chen & Francesco (2000) yang meliputi:

1. Pikiran untuk keluar

2. Keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain

3. Adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi dalam beberapa bulan

mendatang

Komitmen organisasional merupakan usaha mendefinisikan dan melibatkan diri dalam organsasi dan tidak ada keinginan meninggalkannya

(Robbins, 2006). Steers dan Porter (1987) mendefinisikan komitmen merupakan

sikap seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi beserta

nilai-nilai dan tujuannya serta keinginan untuk tetap menjadi anggota untuk

mencapai tujuan. Komitmen organisasional menunjuk pada pengidentifikasian

dengan tujuan organisasi, kemampuan mengarahkan segala daya untuk

kepentingan organisasi, dan ketertarikan untuk tetap menjadi bagian organisasi

(Mowday, Steers & Porter, 1979). Mowday, dkk (1982) dalam Luthans (2006)

menjelaskan bahwa sebagai sikap, komitmen organisasional paling sering

didefinisikan sebagai 1) keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi

tertentu, 2) keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, dan 3)

keyakinan tertentu, penerimaan nilai, dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini

merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan

proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya

terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.

Komitmen menurut Miner (1980) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Komitmen sikap (attitudinal commitment). Komitmen sikap adalah derajat

keterikatan relatif dari individu kepada organisasinya dan derajat keterlibatan

Page 9: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 5

dalam organisasi tersebut. Komitmen sikap ini secara konsep dapat dicirikan

dengan tiga faktor, yaitu (1) kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap

nilai-nilai dan tujuan organisasi, (2) kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin

demi keberhasilan organisasi, dan (3) keinginan yang kuat untuk tetap menjadi

anggota organisasi.

2. Komitmen perilaku (behavioral commitment). Dalam kategori perilaku,

komitmen merupakan ketergantungan pegawai terhadap aktifitas di masa lalu

dalam perusahaan yang tidak dapat ditinggalkan karena alasan tertentu, seperti

misalnyapegawai akan kehilangan hal-hal yang telah diperolehnya selama ini

dari organisasi / perusahaan. Dengan demikian, tetap tinggal sebagai anggota

organisasi merupakan pertimbangan yang utama bagi pegawai.

Menurut Porter (19876) terdapat beberapa faktor penentu komitmen

seseorang terhadap organisasinya. (1) komitmen dipengaruhi oleh beberapa aspek

dalam lingkup pekerjaan itu sendiri yang disebut faktor organisasi. Faktor ini akan

membentuk sikap bertanggung jawab terhadap kuLerhasilan tugas yang diemban.

(2) komitmen organisasi dipengaruhi oleh alternatif kesempatan kerja yang

dimiliki pekerja yang disebut faktor non-organisasi. Semakin besar peluang untuk

berpindah kerja dan semakin besar hasratnya terhadap alternatif pekerjaan di

tempat lain, komitmen pekerja pada organisasinya cenderung semakin rendah. (3)

komitmen pekerja pada organisasinya dipengaruhi oleh faktor karakteristik diri

pekerja. Faktor ini membentuk komitmen inisial, yaitu komitmen awal yang

timbul pada saat pekerja baru saja mulai masuk sebagai anggota organisasi.

Seseorang yang mempunyai komitmen tinggi, pada saat mulai bekerja mempunyai

kecenderungan untuk tidak berpindah pekerjaan untuk jangka waktu relatif lama.

Termasuk faktor ini adalah kepuasan kerja, usia senioritas, dan lama bekerja.

Semakin usia tua pekerja atau semakin lama bekerja dan semakin senior, serta

semakin tinggi kepuasan terhadap pekerjaannya orang tersebut cenderung

memiliki komitmen yang lebih tinggi.

Model tentang faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya kadar

komitmen terhadap organisasi di atas kemudian dikembangkan lagi dengan model

yang menekankan perlunya perhatian terhadap pekerja sebagai manusia yang utuh

dalam membentuk dan membina komitmen pekerja. Model tersebut menekankan

pentingnya proses kognisi, yaitu proses yang membentuk komitmen organisasi.

Dalam proses kognisi tersebut melibatkan tiga faktor, yaitu faktor

eksternal, faktor interaksi, dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi

kewenangan, pengaruh kelompok kerja: imbalan, serta insentif eksternal.

Komitmen pekerja pada organisasinya cenderung naik bila pekerja tersebut

memiliki tingkat kewenangan yang lebih besar dalam menyelesaikan tugasnya.

Interaksi dan kerjasama yang terjadi dalam kelompok kerja sangat menentukan

terbentuknya komitmen pekerja atas tugas dan pekerjaannya. Program dan

kebijakan untuk mengelola imbalan eksternal yaitu imbalan yang berupa gaji,

upah, dan bonus dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yang selanjutnya juga

mempengaruhi komitmen pekerja. Faktor internal meliputi harapan untuk sukses

dan persepsi pekerja tentang pengelolaan imbalan yang adil. Tingkat harapan

terhadap keberhasilan menentukan kadar komitmen pekerja. Imbalan internal

Page 10: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 6

melipud kesempatan, untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,

kesempatan untuk mengembangkan diri, dan diberikannya keleluasaan dalam cara

penyelesaian tugas serta diakuinya suatu prestasi. Faktor interaksi meliputi

partisipasi dan kompetisi. Partisipasi dapat meningkatkan rasa ikut memiliki pada

pekerja terhadap organisasinya, yang selanjutnya akan mempengaruhi tinggi

rendahnya komitmen pekerja pada organisasinya. Hal yang berkaitan dengan

kompetisi dijelaskan bahwa, subyek dalam lingkungan yang lebih kompetitif

secara signifikan menunjukkan komitmen yang lebih tinggi daripada subyek yang

berada pada lingkungan yang kurang kompetitif.

Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan

komitmen. Setiap pendekatan yang digunakan sesuai dengan kondisi pola

hubungan kerja yang berlaku pada organisasi yang bersangkutan. Secara umum,

pola hubungan kerja yang berlaku pada organisasi terbagi menjadi dua bagian,

yaitu :

1. Hubungan kerja kontraktual. Dalam hubungan kerja kontraktual, yang

menjadi dasar kerja adalah kontrak kerja, dimana hak pekerja untuk menerima

upah dan hak pemberi kerja untuk menuntut agar pegawainya mematuhi

segala peraturan yang ditetapkan telah disepakati dalam kontrak kerja.

Hubungan kerja ini memberikan kejelasan tentang besarnya tanggung jawab

akan tugas, kejelasan wewenang, dan upah yang diterima. Hubungan kerja

juga memberikan dampak yang kurang menguntungkan, dimana terhambatnya

mobilitas individu dalam proses penyelesaian tugas yang selanjutnya akan

menghambat munculnya daya inovatif dan kreatifitas pegawai.

2. Hubungan kerja holistik. Dasar hubungan kerja holistik adalah adanya

perasaan saling percaya antar semua pihak yang terlibat dalam organisasi.

Dalam hal ini, pegawai diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, dipandang

sebagai pribadi yang patut dihargai, dapat dibina, dan dimotivasi sehingga

dapat mengembangkan potensi terpendamnya. Pada hubungan kerja ini

dikembangkan dengan tujuan untuk membentuk dan membina kedisiplinan,

dedikasi, dan loyalitas yang tinggi, serta membutuhkan inovasi dan kreatifitas

pegawai.

Variabel komitmen organisasional yang diteliti dalam penelitian ini secara

operasional didefinisikan sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan

pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi

mengekspresikan perhatiannya terhadaporganisasi dan keberhasilan serta

kemajuan yang berkelanjutan. Untuk mengukur variabel komitmen

organisasional, digunakan empat indikator yang dikembangkan oleh Mowday,

dkk (1982) dalam Luthans (2006), yaitu :

1. Keinginan kuat tetap sebagai anggota

2. Keinginan berusaha keras

3. Penerimaan nilai organisasi

4. Penerimaan tujuan organisasi

Page 11: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 7

F. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama dua minggu (Februari 2013) di sebuah

BUMN di kota Medan. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka

variabel variabel dalam penelitian ini adalah: (1) turnover intention sebagai

variabel bebas dengan indikator: (a) adanya pikiran untuk keluar, (b) keinginan

untuk mencari lowongan pekerjaan lain, (c) adanya keinginan untuk

meninggalkan organisasi dalam beberapa bulan mendatang. (2) komitmen

organisasional sebagai variabel terikat, dengan indikator: (a) Keinginan kuat tetap

sebagai anggota, (b) Keinginan berusaha keras, (c) Penerimaan nilai organisasi,

dan (d) Penerimaan tujuan organisasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan outsourcing disalah

satu unit PT. X Medan yang berjumlah 150 orang, pemilihan populasi ini

disebabkan karyawan di unit inilah melakukan demostrasi (September 2012) ke

DPRD Sumut, yang menuntut adanya kenaikan dana kesejahteraan kepada

mereka. Menurut Arikunto (2003) apabila subjek penelitian kurang dari

100orang, lebih baik diambil semua, jika jumlahnya kurang dari 100 orang maka

dapat diambil antara 10 – 25 persen. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak

20 persen dari populasi, maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30

orang. Untuk penentuan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling.

Kuesioner penelitian sebelum diberikan kepada sampel terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner terhadap 30 orang yang tidak

termasuk sampel penelitian. Untuk menghindari adanya pilihan yang termasuk

dalam daerah abu abu, maka kuesioner hanya memberikan 4 buah opsi kepada

setiap pernyataan yaitu (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).

Dalam rangka menganalisis data agar sesuai dengan tujuan penelitian ini,

maka pendekatan analisis yang digunakan adalah: (1) analisis deskriptif, (2)

analisis kuantitatif, berupa perhitungan untuk melihat hubungan turnover

intention dengan komitmen organisasional, analisis korelasi dibantu dengan

software SPSS.

Analisa korelasi sederhana digunakan untuk meneliti hubungan dan

bagaimana eratnya hubungan linier antara dua variabel atau lebih, tanpa melihat

bentuk hubungan. Jika kenaikan didalam satu variabel diikuti dengan kenaikan

variabel yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel mempunya

korelasi positif, tetapi jika kenaikan didalam suatu variabel diikuti penurunan

variabel lainnya maka kedua variabel mempunyai korelasi negatip. Jika tidak ada

perubahan, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan (uncorrelated).

(Suharyadi dan Purwanto, 2004) Ukuran yang digunakan untuk mengukur derajat

hubungan (korelasi) linier disebut dengan koefisien korelasi yang dinyatakan

dengan “r” dan sering disebut dengan koefisien korelasi Pearson. Menurut

Sarwono (2006), besar kecilnya angka koefisien korelasi menentukan kuat atau

lemahnya hubungan kedua variabel, patokan angkanya adalah sebagai berikut:

0 – 0,25 : korelasi sangat lemah

0,26 – 0,50 : korelasi cukup

0,51 – 0,76 : korelasi kuat

Page 12: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 8

0,76 – 0,1 : korelasi sangat kuat

G. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas reponden berjenis kelamin

pria (87%), hal ini disebabkan mayoritas karyawan outsourcing merupakan

karyawan yang bekerja di lapangan sebagai pencatat meteran. Usia karyawan

outsourcing mayoritas berusia 26 – 30 tahun (48,3%). Berdasarkan pendidikan

mayoritas karyawan outsourcing berlatar belakang pendidikan SMA (89,4%).

Masa kerja outsourcing mayoritas berada pada 3 – 6 tahun (48,8%).

Pilihan responden untuk variabel turnover intention mayoritas tidak setuju

untuk memikirkan untuk keluar dari PT. X. Hasil ini tentu saja sangat berbeda

sekali dengan kebiasaan, karena status karyawan outsourcing bukanlah karyawan

tetap, tetapi setelah peneliti melakukan wawancara dengan responden penelitian,

alasan mereka memilih jawaban tersebut, karena mereka sangat berharap untuk

dapat diangkat sebagai karyawan tetap di PT. X yang juga salah satu BUMN, hal

ini didukung juga oleh upaya upaya yang sedang dilakukan Menteri BUMN

Bapak Dahlan Iskan untuk mencoba mengakomodir para karyawan outsourcing

ini, dan ini telah memberikan harapan yang sangat besar bgi mereka. Pilihan

responden untuk komitmen organisasional mayoritas sangat setuju untuk adanya

keinginan yang kuat untuk selalu tetap menjadi anggota organisasi (PT. X).

Hasil estimasi data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi

Pearson sebesar - 0,47, hasil ini menunjukkan adanya hubungan negatip yang

cukup antara turnover intention dengan komitmen organisasional, hal ini berarti

adanya peningkatan dalam turnover intention akan mengakibatkan penurunan

komitmen organisasional, atau adanya penurunan turnover intention akan

meningkatkan komitmen organisasional.

Hasil ini sesuai dengan keadaan para karyawan outsourcing di PT. X, yang

tidak menginginkan untuk berhenti bekerja, yang mereka harapkan adalah

peningkatan status mereka menjadi karyawan tetap

H. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang negatip yang

cukup antara turnover intention dengan komitmen organisasional di PT. X. Saran

yang dapat diberikan adalah perlu bagi peneliti selanjutnya meneliti apakah

turnover yang rendah sudah pasti menjamin tingginya komitmen organisasional

karyawan suatu perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Chen, Z. X. & Francesco, A. M. 2000. The relationship between the three

components of commitment and employee performance in China.

Journal of Vocational Behaviour, 62: 490-510

Grant Kent, David W. Cravens, George S. Low and William C. Moncrief, 2001,

“The Role of Satisfaction With Territory Design on the Motivation,

Attitudes, and Work Outcomes of Salespeople,”Journal of the

Page 13: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 9

Academy of Marketing Science, Volumen 29, No. 2, P. 165-178Low

et al, 2001

Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Miner B, Johns, 1980, Theories of Organizational Behavior, USA: The Dryden

Press.

Mowday, RT., Steers, RM and Porter, LW., 1979., “The measurement of

organizational commitment”, Journal Of Vocational Behavor,,

Vol.14., p. 224-247

Mowday, R. T., Porter, L. W., and Steers R. M. 1982 Emploee Organization

Linkage: The Psychology of Commitment, Abseintism, and Turnover.

London Academin Press.

Muchinsky, Paul M, 1993. Psychology Applied to Work, (Fourth Edition), Brooks

Cole Publishing Company, New York.

Robbins, SP, 2006, Perilaku Organisasi, Edisi Indonesia, PT Indeks Kelompok

Gramedia, Indonesia.Suharyadi dan Purwanto, 2004

Widodo, Rohadi, 2010. Analisis Pengaruh Keamanan Kerja Dan Komitmen

Organisasional Terhadap Turnover Intention Serta Dampaknya Pada

Kinerja Karyawan Outsourcing (Studi Pada PT. PLN Persero APJ

Yogyakarta). Tesis, Program Pascasarjana, Magister Manajemen,

Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan

Page 14: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 10

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP MINAT

BERKUNJUNG KEMBALI PADA CAFÉ CAFÉ

YANG BERADA DI SEPANJANG

JALAN Dr. MANSYUR MEDAN

JUMJUMA

Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan

ABSTRACT

Culinary business in Medan is growing very fast, one of the culinary

centers in Medan is Jalan Dr. Mansyur, we can find various cafes with their

respective specialities. These cafes are certainly competing against each other, to

seize the market, the marketing mix is most often used in winning the

competition. This study aimed to examine the influence of marketing mix on the

customers’ interest to revisit the cafes located along Jalan Dr. Mansyur Medan.

Samples were taken using nonprobability method with accidental sampling

technique, and the samples are 27 people. Data were obtained using a

questionnaire, then data is processed using multiple linear regression.

The results showed product, price, promotion, and location had positive

and significant effect on interest to make a return visit to the café café located

along Jalan Dr. Mansour Medan, with a variable location that has the most impact

on interest to visit again

Keywords: marketing mix, revisited interest

A. Latar Belakang

Konsumen dalam melakukan sebuah kunjungan ke suatu tempat biasanya

memiliki alasan tertentu, alasan utama yang paling sering dipakai menjadi alasan

adalah kunjungan yang dilakukan memberi kepuasan dan manfaat bagi konsumen

itu sendiri. Sedangkan untuk melakukan kunjungan kedua konsumen juga

memiliki alasan yang sama yaitu adanya keinginan untuk memperoleh kepuasan

dan manfaat yang telah diterimanya pada saat kunjungan pertama

Pertumbuhan ekonomi, dan perubahan teknologi yang terjadi di kota

Medan, telah menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam di kota ini,

persaingan ini membuat setiap perusahaan harus memiliki trik trik tertentu untuk

memperoleh konsumen bagi produk produk yang mereka tawarkan. Penawaran

yang dilakukan pelaku bisnis telah berubah, dahulu pelaku bisnis selalu mencari

keuntungan, tetapi sekarang ini yang dicari adalah jumlah konsumen yang banyak

selain keuntungan.

Page 15: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 11

Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, juga mengalami

perkembangan sama seperti kota besar lain di Indonesia, yaitu maraknya bisnis

kuliner. Bisnis kuliner ini memiliki beragam usaha, tampilan, dan harga. Selain

hal yang disebut sebelumnya, dalam hal penamaan bisnis kuliner di Medan juga

sangat beragam, salah satu penamaan yan paling populer adalah menggunakan

kata café didepan nama usaha yang mereka jalankan. Alasan utama penggunaan

café sebagai nama bisnis kuliner ini adalah nama tersebut dianggap lebih moderen

danpada saat ini nama tersebut diakui cukup disukai oleh konsumen

Pangsa pasar café dikota Medan terus meningkat, perkembangan ini

disebabkan adanya perubahan gaya hidup di masyarakat Medan, dimana

masyarakat cenderung untuk melakukan aktifitas diakhir harinya di café atau

masyakat menggunakan café untuk sekedar berkumpul dengan teman teman.

Salah satu lokasi tumbuhnya bisnis kafe adalah Jalan Dr.. Mansyur

Medan, dimana dapat dilihat dalam dua tahun terakhir ini tumbuh bisnis kuliner

atau café café dengan beragam bentuk dan produk yang ditawarkan. Café café

yang berada di sepanjang Jalan Dr.. Mansyur memiliki produk minuman kopi

yang sangat beragam dan makanan yang ditawarkan juga beragam. Keberhasilan

dalam mendatangkan pengunjung café dipengaruhi oleh inovasi dan kreasi café

tersebut, dan juga bagaimana café tersebut dapat memnfaatkan bauran pemasaran

sebagai perangkat alat pemasaran.

Penerapan bauran pemasaran yang baik akan menghasilkan keuntungan

yang baik pula, kegiatan bauran pemasaran terdiri dari beberapa komponen yaitu

produk, harga, lokasi dan promosi. Pada pengamatan awal, penulis melihat

hampir semua café yang berada di Jalan Dr. Mansyur selalu menekankan pada

bidang promosi dan harga, sementara lokasi dan produk tidak begitu dipedulikan

oleh para pengusaha café tersebut, hal ini dilihat dari beberapa kali penuli

mengunjungi café yang berada di sekitaran Jalan Dr. Mansyur, dimana produk

makanan dan minuman yang ditawarkan adalah hampir semuanya sama yang

berbeda adalah pemberian nama pada produk tersebut, demikian juga lokasi,

penulis melihat banyak café yang tidak begitu menjadikan lokasi sebagai

pertimbangan utama, hal ini dilihat dari lokasi café, parkir, dan lokasi yang tidak

strategis.

Fenomena yang cukup menarik yang terjadi mengenai café café yang

berada di Jalan Dr. Mansyur, walaupun terdapat hal hal yang telah penulis

kemukakan diatas, jumlah café yang tutup akibat kurangnya konsumen yang

berkunjung ke café tersebut adalah lebih sedikit dibandingkan dengan café café

yang terus bertahan, bahkan jumlah café ini terus bertambah. Berdasarkan hal ini

penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya pengaruh bauran pemasaran

terhadap minat berkunjung kembali pada café café yang berada di sepanjang Jalan

Dr.. Mansyur.

B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukanan diatas maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah harga, lokasi, promosi, dan produk

sebagai bagian bauran pemasaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

minat berkunjung kembali ke café café yang berada di sepanjang Jalan Dr..

Mansyur?

Page 16: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 12

C. Keaslian Penelitian

Penelitian ini diinspirasi oleh penelitian Lubis (2012) yang berjudul

Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi, dan Gaya Hidup terhadap Minat Berkunjung

Kembali ke Coffee Cangkir Dr.. Mansyur Medan. Penulis juga mengambil

beberapa bagian kutipan dari penelitian Lubis (2012) ini khususnya mengenai

tinjauan pustaka.

D. Tinjauan Pustaka

Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan manusia dan masyarakat. Menurut Kotler (2007), pemasaran adalah

proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa

yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.

Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa kepada

masyarakat, khususnya kepada pembeli potensial (Ma’ruf, 2005). Pemasaran

dikembangkan sebagai suatu pola yang tertata dalam suatu sistem yang sering kali

disebut sebagai ilmu dan juga dikembangkan dengan cara masing masing pelaku

sehingga disebut improvisasi dan karenanya disebut seni.

Kotler dalam Tjiptono (2005) menyebutkan, jasa adalah setiap tindakan

yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang ada pada dasarnya

bersifat tidak berwujud fisik dan tidak berhubungan dengan produk fisik maupun

yang menggunakan produk fisik. Secara umum pemasaran jasa terdiri atas

(Tjiptono, 2005): (1) intangibility (tidak berwujud) (2) inseparability (tidak

terpisahkan) (3) variability (keanekaragaman) (4) perishability (tidak tahan

lama) (5) lack of ownership

Bauran pemasaran adalah campuran dari variabel pemasaran yang dapat

dikendalikan dan digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat

penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari

empat unsur:

1. Produk. Menurut Kotler (2001) produk bisa diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok menurut daya tahan dan kenyataannya yaitu: (1) barang tahan lama,

merupakan barang nyata yang biasanya melayani banyak kegunaan dan

umumnya dapat digunakan cukup lama. Jenis barang ini seperti, pakaian,

lemari, dan perkakas mesin. Barang tahan lama biasanya lebih memerlukan

penjualan pribadi (personal selling) dan layanan, selain itu mensyaratkan laba

yang lebih tinggi dan lebih menuntut jaminan dari penjual. Bagi pemasar yang

menjual jenis barang seperti ini, sangat mengutamakan kualitas dari barang

yang akan dijual. Dan tentu barang tersebut memberikan keuntungan yang

lebih lama pada saat dikonsumsi. (2) Barang tidak tahan lama, merupakan

barang nyata yang biasanya dikonsumsi untuk satu atau beberapa kegunaan

lainnya. Contoh barang ini seperti, sabun, garam, dan makanan kaleng. Oleh

karena barang-barang ini cepat habis dikonsumsi dan sering dibeli, strategi

yang cocok adalah membuatnya tersedia di berbagai banyak lokasi. Pemasar

biasanya menetapkan sedikit keuntungan, dan diiklankan secara gencar

Page 17: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 13

memberikan rasa keinginan untuk mencoba dan membangun preferensi setiap

konsumen (3) Jasa, merupakan kegiatan, manfaat, atau kegunaan yang

ditawarkan untuk dijual. Jasa memiliki ciri tidak berwujud, tidak dapat

dipisahkan, tidak tetap dan tidak dapat disimpan. Akibatnya pemasar lebih

mengutamakan pengendalian kualitas, kredibilitas, pemasok, dan dapat

disesuaikan dengan situasi. Dengan hal tersebut diharapkan konsumen dapat

merasakan kepuasan dan manfaat pada saat transaksi berlangsung

2. Harga. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, atau

jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat manfaat karena

memiliki atau menggunakan produk tersebut. Harga juga merupakan estimasi

penjual terhadap arti ekspresi nilai yang menyangkut kegunaan dan kualitas

produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi. Harga merupakan

salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan

yang ingin dicapai oleh perusahaan. Segala keputusan yang menyangkut

dengan harga akan sangat mempengaruhi aspek kegiatan suatu usaha baik

yang menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin

dicapai oleh suatu lini usaha. Jadi harga tidak sekedar perhitungan biaya biaya

ditambah sejumlah persentase tertentu sebagai tingkat keuntungan yang

diharapkan

3. Lokasi. Penampilan tempat usaha turut membantu menentukan citra tempat

usaha. Elemen dari lokasi adalah atmosphere atau kesan keseluruhan yang

disampaikan tata letak fisik, dan dekorasi dapat menciptakan perasaan satai

atau sibuk. Tata letak juga merupakan sangat penting, tata letak yang efektif

tidak hanya menjamin kenyamanan tetapi juga mempengaruhi pada pola lalu

lintas konsumen dan perilaku pembelian.

4. Promosi. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang bertujuan

untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk, dan / atau

mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia

menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang

bersangkutan. Menurut Rossiter dan Percy (Tjiptono, 2002:222)

mengklasifikasikan tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai

berikut: (1). Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan

(category need) (2). Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang

suatu produk kepada konsumen (brand awareness) (3). Mendorong pilihan

terhadap suatu produk (brand attitude) (4). Membujuk pelanggan untuk

membeli suatu produk (brandpurchase intention) (5). Mengimbangi

kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase fasilititation) (6).

Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning)

Perilaku konsumen merupakan interaksi antara afeksi dan kognisi,

perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran

dalam hidup mereka. Menurut Kotler dan Amstrong (2003) perilaku konsumen

adalah perilaku pemebelian konsumen yang mengacu pada pada perilaku

Page 18: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 14

pembelian konsumen akhir (individu dan rumah tangga) yang membeli barang

atau jasa untuk konsumsi pribadi.

Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Kotler &

Amstrong, 2003): (1) Faktor budaya, terdiri dari: budaya, sub budaya, dan kelas

social, (2) Faktor sosial, terdiri dari: kelompok acuan, keluarga, dan peran dan

status (3) Faktor pribadi, terdiri dari: umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan,

situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian dan konsep diri, dan (4) Faktor

psikologi, terdiri dari: motivasi, persepsi, pemeblajaran, kepercayaan dan sikap.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), minat diartikan

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, atau keinginan yang kuat.

Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah

atau keinginan seseorang terhadap sesuatu. Berkunjung diartikan pergi atau

datang untuk melihat sesuatu (KBBI, 2005). Minat konsumen untuk berkunjung

ke suatu tempat tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut

dapat memberikan nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen

tersebut.

Ada tiga hal yang harus dikembangkan agar suatu tempat menjadi menarik

untuk dikunjungi (Yoeti, 1996), yaitu:

1. Adanya something to see, yaitu sesuatu yang menarik untuk dilihat

2. Adanya something to buy, yaitu adanya sesuatu yang menarik dan khas untuk

dibeli

3. Adanya something to do, yaitu adanya seuatu aktivitas yang dapat dilakukan

di tempat itu

Minat berkunjung kembali adalah prilaku yang muncul sebagai respon

terhadap objek. Minat berkunjung kembali menunjukkan keinginan untuk

melakukan kunjungan kembali untuk waktu yang akan datang (Tjiptono, 2005)

E. Kerangka Konseptual

Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah

pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini

merupakan jaringan hubungan antar variable yang secara logis diterangkan dan

dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses

wawancara, observasi, dan survey literatur (Kuncoro, 2003).

Menurut Kotler (2001) harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan

konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian penggunaan atas

kepemilikan barang atau jasa. Segala keputusan yang menyangkut dengan harga

akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan suatu usaha baik yang

menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai

oleh suatu lini usaha. Ini berarti harga menggambarkan nilai uang sebuah barang

atau jasa.

Produk (Product) merupakan keseluruhan objek atau proses yang

memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen dan akan membuat mereka

untuk melakukan pembelian kembali

Lokasi (Place), kemudahan akses terhadap lokasi usaha bagi semua para

pelanggan dan calon pelanggan potensial. Tempat yang menarik bagi konsumen

Page 19: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 15

adalah tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan efisien (Suryana, 2001).

Memilih lokasi dekat dengan pelanggan perlu untuk mempertahankan daya saing.

Selain faktor kedekatan dengan pelanggan, faktor kenyamanan juga mutlak

diperhatikan.

Promosi (Promotion) merupakan fungsi pemberitahuan, pembujukan, dan

pengimbasan keputusan pembelian konsumen (Kotler, 2003). Promosi adalah

komunikasi dari pesan-pesan perusahaan yang didesain untuk menstimulus

terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan

tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk

atau jasa perusahaan (Kotler, 2003).

Adanya minat konsumen untuk berkunjung kembali ke suatu tempat

tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat memberikan

nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga, lokasi,

promosi, dan gaya hidup mempengaruhi keputusan berkunjung yang dapat

digambarkan pada suatu kerangka konseptual pada gambar 1 berikut ini:

PRODUK

HARGA

MINAT

BERKUNJUNG

ULANG

LOKASI

PROMOSI

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber: Tinjauan Pustaka Penelitian 2013

G. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanasi assosiatif. Yaitu penelitian

yang menghubungkan dua variabel atau lebih (Ginting & Situmorang, 2008).

Adapun variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah variabel produk

(X1), variabel harga (X2), variabel lokasi (X3), variabel promosi (X4) terhadap

minat berkunjung kembali (Y).

Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana elemen

unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan (Ginting dan

Simorangkir, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang

berkunjung ke café café yang berada di sepanjang Jalam Dr. Mansyur Medan.

Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan rancangan sampel nonprobabilitas

dengan teknik pengambilan accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan dan siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Ginting dan Simorangkir, 2008). Oleh

karena populasi yang sulit diketahui, maka penentuan jumlah minimum sampel

yang mewakili populasi adalah sebagai berikut (Supramono, 2003):

Page 20: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 16

( ) ( )( )

Dimana:

Dan = jumlah sampel

p = estimator populasi

q = 1- p

Zα = harga standard normal yang besarnya tergantung pada nilai α,

dimana bila α=0,05 maka α=0,01 maka Z=1,96

D = penyimpangan yang ditolerir

Hasil prasurvei yang dilakukan terhadap 10 orang responden diketahui 7

orang yang berminat berkunjung kembali dengan tingkat signifikansi 5%.

Sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah:

( ) ( )( )

( )

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, sebelum

kuesioner diberikan kepada 27 orang sampel terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan realibilitas terhadap kuesioner, hasil uji validitas dan realibilitas

menunjukkan 3 item untuk produk, 5 item untuk harga, 3 item untuk lokasi, 2

item untuk promosi, dan 2 item untuk minat berkunjung kembali.

Pengolahan data penelitian menggunakan regresi linier berganda, sebelum

dilakukan estimasi data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik berupa uji

normalitas, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas. Setelah dilakukan uji

asumsi klasik, selanjutnya dilakukan uji regresi linier berganda dimana dalam

regresi terdapat tiga kriteria ketepatan yaitu: (1) uji signifikansi parsial (2) uji

signifikansi simultan (3) dan koefisien determinasi.

H. Hasil Penelitian

Responden dalam penelitian ini sebanyak 27 orang yang terdiri dari 17

orang pria dan 10 orang wanita, mayoritas responden berusia 17 – 25 tahun dan

memiliki profesi sebagai mahasiswa. Kunjungan responden terhadap café café

yang berada sepanjang Jalan Dr. Mansyur dalam sebulan mayoritas sekitar lebih

dari 4 kali.

Deskripsi jawaban responden untuk kuesioner yang diberikan dapat

dijelaskan sebagai berikut: (1) variabel produk mempunyai 3 item pertanyaan

dan nilai rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah mengenai produk

yang paling dicari oleh pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang adalah

adanya kenyamanan tempat, karena pada umumnya pengunjung yang datang ke

Page 21: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 17

café adalah untuk waktu yang lama, sambil berdiskusi dengan teman teman, jadi

sangat penting bagi pengunjung mengenai kenyamanan. (2) variabel harga

mempunyai 5 item pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling

tinggi adalah mengenai harga yang menjadi penentu adalah adanya harga yang

murah (terjangkau) bagi pengunjung (3) variabel promosi mempunyai 2 item

pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah

mengenai kunjungan ke café bukan berasal dari promosi yang dilakukan oleh café

tersebut, tetapi berdasarkan ajakan teman atau orang lain. (4) variabel lokasi

mempunyai 3 item pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling

tinggi adalah mengenai lokasi café yang menyediakan tempat parkir yang mudah

dan aman, hal ini disebabkan mayoritas pengunjung memiliki kenderaan sendiri

(5) variabel minat berkunjung kembali mempunyai 2 item pertanyaan dan nilai

rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah responden akan melakukan

kunjungan kembali apabila disetujui oleh semua teman yang akan berkunjung,

bukan berdasarkan keinginan sendiri.

Hasil uji asumsi klasik adalah sebagai berikut: (1) uji normalitas bertujuan

untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati

distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik (grafik

normal PP plot regression standardized residual) dilihat dari titik yang menyebar

di sekitar garis diagonal, hasil uji data menunjukkan data menyebar di sekitar

garis normal, hal ini berarti data telah berdistribusi normal. (2) uji

heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka terjadi

homokedastisitas. Jika berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Melalui analisis

gambar (scatter plot), suatu model regresi dianggap yang baik adalah yang

homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, hasil pengolahan data

memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola

tertentu yang jelas di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. hal ini

berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga layak dipakai

untuk memprediksi minat berkunjung kembali konsumen, berdasarkan masukan

variabel independennya. (3) uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Gejala multikolonearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan

VIF(Variance Inflation Factor). Tolerance mengukur variabilitas independen

lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai tolerance > 0,1 atau nilai VIF

< 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang dan Lufti, 2011). Hasil

penelitian menunjukkan hasil semua nilai tolerance mendekati satu, dan VIF yang

lebih kecil dari 5.

Hasil uji signifikansi parsial menunjukkan semua variabel bebas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat, dengan variabel

lokasi memiliki pengaruh paling besar terhadap minat melakukan kunjungan

kembali. Uji simultan menunjukkan semua variabel bebas secara serentak

berpengaruh terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi yang disesuiakan

sebesar 0,764 atau 76,4 %, berarti hubungan variabel produk, harga, lokasi, dan

promosi terhadap minat berkunjung kembali sangat Erat, dan faktor-faktor minat

Page 22: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 18

berkunjung kembali dapat dijelaskan oleh variabel bebas (produk, harga, lokasi,

dan promosi) sedangkan 23,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

I. KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini adalah variabel produk, harga, promosi, dan

lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat untuk melakukan

kunjungan kembali ke café café yang berada di sepanjang Jalan Dr.. Mansyur

Medan, dengan variabel lokasi yang memiliki pengaruh paling besar terhadap

minat melakukan kunjungan ulang.

J. SARAN

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: kepada pemilik café

di Jalan Dr.. Mansyur hendaknya lebih memperhatikan lokasi letak café tersebut,

kemudian yang perlu diperhatikan juga adalah suasana nyaman harus diciptakan

dalam lokasi café disamping harga yang terjangkau, hal terjadi karena mayoritas

pengunjung adalah dari kalangan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Dian H. 2012 Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi, Dan Gaya Hidup

Terhadap Minat Berkunjung Kembali Ke Coffee Cangkir Dr. Mansyur

Medan

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, Balai Pustaka, Jakarta.

Kotler, Philip 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Analisis, Perencanaan,

Implementasi, dan Pengendalian, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Kotler, Philip, 2007. Manajemen Pemasaran, Jilid Satu, Edisi Keduabelas, Indeks,

Jakarta.

Kuncoro, Mudrajat, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga,

Jakarta.

Ma’ruf, Handri, 2005. Pemasaran Ritel, Gramedia Pustaka, Jakarta.

Paham, Ginting dan Syafrizal, H Situmorang. 2008. Filsafat dan Metode

Riset.USU Press, Medan

Tjiptono, Fandy,2005. Pemasaran Jasa, Bayu Media, Malang.

Situmorang, H Syafrizal dan Lufti, Muslich, 2011. Analisis Data untuk Riset

Manajemen dan Bisnis, Edisi Kedua, USU Press, Medan

Supramono dan Haryanto, 2003. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran,

Andi. Yogyakarta

Suryana. 2001. Kewirausahaan. Salemba Empat, Jakarta

Yoeti, Oka A,1996. Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkas, Bandung.

Page 23: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 19

ANALISA PENGARUH KETIDAKAMANAN KERJA DAN KOMPENSASI

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Studi pada Karyawan Kontrak PT. Bank X Medan)

FAULINA

Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan

ABSTRACT

Hiring employees on basis of contracts is a trend in Indonesia nowadays,

and based on the previous studies, it can be seen that there is a strong influence of

the work insecurity and compensation on the performance of the contract

employees. The purpose of this study is to analize the influence of work

insecurity and compensation on the performance.

The population is all the contract employees of PT. Bank X, and there are

74 employees taken to be the samples of this study. Questionairres were

distributed to the samples in order to obtain the data, the estimated using multiple

linier regression.

The result showed : (1) insecurity has positive and significant influence

on performance (2) compensation has positive and significant influence on

performance (3) simultaneously insecurity and compensation have influence on

performance, and the value of the adjusted r-square is very little, it can be implied

that in the case of PT. Bank X there are other factors that have larger influence on

the performance of the contract employees

Keywords: work insecurity, compensation, performance

A. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang akan

menghadapi tantangan yang berat dalam era globalisasi ini. Hal ini terjadi karena

dalam era ini negara-negara berkembang berhadapan secara langsung dengan

negara-negara maju yang memiliki keunggulan hampir di segala aspek, mulai dari

teknologi, modal dan sumber daya manusia. Ketiganya mempunyai arti yang

sangat penting, khususnya sumber daya manusia.

Sumber daya manusia dipandang sebagai aset organisasi yang sangat

penting, karena manusia merupakan sumber daya yang dinamis dan selalu

dibutuhkan dalam proses produksi barang maupun jasa. Mengingat bahwa faktor

manusia sangat dibutuhkan dalam perusahaan maka muncul suatu ilmu

manajemen yang mempelajari masalah-masalah ketenagakerjaan atau

kepegawaian yang disebut Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut

Simamora (2004) manajemen sumber daya manusia (human resource

management) adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas

jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.

Sumber daya manusia adalah modal utama dan berharga yang dimiliki

oleh PT. Bank X dan sudah sepatutnya mendapatkan perhatian yang lebih dan

Page 24: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 20

dikelola dengan baik sehingga mampu mendukung semua kegiatan operasional

kerja dan membantu pencapaian tujuan dan sasaran (target) yang ingin dicapai

perusahaan. Untuk itu agar membantu tercapainya tujuan dan target perusahaan

maka dibutuhkan banyak karyawan. Tetapi, kendala yang dihadapi untuk

mempekerjakan lebih banyak tenaga lagi adalah masalah dana untuk menggaji

karyawan. Salah satu upaya yang terbaik dengan meminimalkan pengeluaran

perusahaan adalah mempekerjakan karyawan dengan sistem kontrak.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis, PT. Bank X adalah salah

satu bank yang paling banyak menggunakan tenaga kontrak untuk menunjang

operasional perusahaannya, setelah melakukan wawancara dengan beberapa

tenaga kontrak yang berada di perusahaan tersebut, bahwa sistem kontrak

menimbulkan rasa ketidak amanan dalam bekerja, khususnya pada akhir sebuah

periode kontrak apakah diperpanjang atau tidak oleh PT. Bank X. Terkait dengan

waktu bekerja yang telah ditetapkan serta apabila masa kontrak berakhir maka

dapat diperpanjang atau diakhiri oleh instansi yang bersangkutan. Karyawan

kontrak bisa diangkat menjadi karyawan tetap jika menunjukkan kinerja yang

baik.

Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt (1989 dalam Wening, 2005)

ketidakamanan kerja (job insecurity) merupakan kondisi ketidakberdayaan untuk

mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam situasi kerja yang

mengancam. Perasaan tidak aman akan membawa dampak pada job attitudes

karyawan, bahkan keinginan untuk turnover yang semakin besar. Persepsi

ketidakamanan kerja (job insecurity) memunculkan dampak dalam aspek

psikologis. Di antara aspek psikologis yang muncul antara lain berupa penurunan

kepuasan kerja, penurunan kreativitas, perasaan murung dan bersalah,

kekhawatiran bahkan kemarahan (Band dan Tustin, 1999).

Setiap karyawan atau individu yang bekerja dalam suatu perusahaan

mempunyai keinginan untuk mendapatkan gaji yang sesuai dan cocok dengan

harapannya. Jika mereka mendapatkan gaji yang sesuai maka mereka akan lebih

bersemangat dalam bekerja. Pada saat tanda tangan kontrak, karyawan kontrak

tidak mengalami masalah apapun namun dengan berjalannya waktu timbul rasa

ketidakpuasan terhadap gaji yang diberikan oleh perusahaan. Dari beberapa unsur

yang ada, jumlah gaji merupakan unsur yang paling jelas dalam kepuasan

kompensasi (Harnanik, 2005). Menurut undang-undang no 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan, upah adalah hak karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atas suatu pekerjaan atau jasa yang

telah atau akan dilakukan, diterapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian

kerja, kesepakatan kerja atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan

bagi karyawan dan keluarganya.

Menurut Handoko (2000), mengatakan Departemen Personalia merancang

dan mengadministrasikan kompensasi karyawan. Bila kompensasi yang diberikan

secara benar, para karyawan lebih terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai

sasaran organisasi. Bila para karyawan memandang kompensasi tidak memadai,

prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan akan turun secara dramatis.

Menurut Sulistyani dan Rosidah (2003) kompensasi akan meningkatkan

kinerja karyawan. Hal ini disebabkan karena setiap karyawan mempunyai harapan

Page 25: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 21

untuk memiliki kehidupan yang lebih baik sesuai pengorbanan dan tanggung

jawab yang dibebankan karyawan didalam melakukan pekerjaannya. Kompensasi

sebagai penghargaan atas keberhasilan seseorang yang menunjukkan kinerja dari

seorang karyawan dalam menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan jabatan

yang dipangkunya sekarang, sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan

potensi yang bersangkutan dalam menduduki posisi yang lebih tinggi disuatu

organisasi. Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003) perusahaan harus dapat

menetapkan kompensasi yang paling tepat, sehingga dapat menopang tercapainya

tujuan perusahaan secara lebih efektif dan lebih efisien

Menurut teori Maslow tentang lima tingkat kebutuhan, kompensasi

mendasari kelima tingkat kebutuhan manusia, dari mulai kebutuhan fisiologis

hingga tingkat kebutuhan yang paling tinggi yaitu self-actualization (perwujudan

diri). Tanpa adanya kompensasi, kebutuhan-kebutuhan lanjutan tidak dapat

berfungsi sesuai kaidah Maslow bahwa kebutuhan yang lebih tinggi hanya dapat

berfungsi jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Sistem kompensasi

tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan fisik melainkan juga merupakan

pengakuan dan rasa mencapai sesuatu.

Simamora (2004) menyatakan bahwa kompensasi yang baik adalah sistem

kompensasi yang tanggap terhadap situasi dan sistem yang dapat memotivasi

karyawan-karyawan. Sistem kompensasi hendaknya memuaskan kebutuhan

karyawan, memastikan perlakuan adil terhadap mereka dalam hal kompensasi dan

memberikan imbalan terhadap kinerja mereka. Apabila sistem kompensasi telah

mampu menciptakan kondisi seperti di atas maka karyawan akan senang hati

memenuhi permintaan pihak manajemen untuk bekerja secara optimal. Secara

sederhana kepuasan kompensasi akan menimbulkan peningkatan kinerja bagi

karyawan. Dalam pemberian kompensasi, ada dua filosofi yang mendasar, yang

dapat dilihat sebagai titik berlawanan dari suatu garis lurus yaitu filosofi

kelayakan dan pada titik lainnya adalah filosofi berorientasi kinerja (Mathis and

Jackson, 2000). Filosofi kelayakan ini dapat dilihat di banyak organisasi yang

secara tradisional telah memberikan kenaikan otomatis kepada karyawannya

setiap tahun dan masih memperhatikan senioritas dalam kenaikan gaji. Rivai

(2005) mengemukakan bahwa kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan

kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan sebagai upaya meningkatkan

kesejahteraan para karyawan.

Setiap karyawan harus memberikan kontribusi terbaiknya dan mengetahui

tanggung jawab yang diberikan dalam pelaksanaan kerja dan tingkat kinerja yang

ingin dicapai dengan mengukur keadaan dan kemampuan yang ada dalam dirinya.

Pihak manajemen perusahaan harus banyak memberikan perhatian dan usahanya

untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan karyawan. Pengelolaan SDM yang

baik akan memberikan kemajuan yang signifikan bagi perusahaan.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang masalah di muka dan memperhatikan data

kinerja karyawan kontrak yang semakin menurun, tidak dipungkiri bahwa akan

berimplikasi pada kinerja perusahaan. Pada karyawan kontrak PT. Bank X cabang

Medan terdapat indikasi pengaruh ketidakamanan kerja dan kepuasan kompensasi

terhadap kinerja karyawan dalam prosesnya, karyawan kontrak seringkali merasa

Page 26: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 22

tidak puas akan kompensasi yang mereka terima. Berdasarkan hal tersebut

permasalahan yang dikaji adalah bagaimana variabel ketidakamanan kerja dan

kepuasan kompensasi mempengaruhi kinerja karyawan kontrak PT. Bank X

Cabang Medan. Dari masalah penelitian tersebut maka dapat disimpulkan

kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pengaruh ketidakamanan kerja terhadap kinerja karyawan?

2. Apakah pengaruh kepuasan kompensasi terhadap kinerja karyawan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh ketidakamanan kerja terhadap kinerja karyawan

2. Menganalisis pengaruh kepuasan kompensasi terhadap kinerja karyawan

D. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Nugraha (2010) yang

berjudul: Analisis Pengaruh Ketidakamanan Kerja Dan Kepuasan Kompensasi

Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan kontrak PT Bank Rakyat

Indonesia cabang Semarang Patimura dan unit kerjanya ). Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian Nugraha (2010) adalah lokasi penelitian, sampel penelitian,

dan tahun penelitian.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Ketidakamanan Kerja (job insecurity)

Greenhalgh dan Rosenblatt (1989) dalam Wening, 2005) mendefinisikan

ketidakamanan kerja (job insecurity) sebagai ketidakberdayaan untuk

mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja yang

terancam. Sementara Smithson dan Lewis (2000 dalam Yuniar, 2008)

mengartikan ketidakamanan kerja (job insecurity) sebagai kondisi psikologis

seseorang (karyawan) yang menunjukkan rasa binggung atau merasa tidak aman dikarenakan kondisi lingkungan yang berubah-ubah (perceived impermanance).

Kondisi ini muncul karena banyaknya jenis pekerjaan yang sifatnya sesaat atau

pekerjaan kontrak. Makin banyaknya jenis pekerjaan dengan durasi waktu yang

sementara atau tidak permanen, menyebabkan banyaknya karyawan yang

mengalami ketidakamanan kerja (job insecurity) (Smithson & Lewis, 2000 dalam

Yuniar, 2008).

Menurut Bryson dan Hervey (2000 dalam Yuniar, 2008) rasa tidak aman

dalam bekerja dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni subyektif dan

obyektif. Rasa tidak aman yang sifatnya obyektif umumnya dikaitkan dengan

indikator yang jelas seperti job tenure, untuk mengetahui kestabilan karyawan

dalam organisasi. Sementara rasa aman yang subyektif relatif sulit diamati secara

langsung karena indikator yang digunakan adalah ancaman terhadap

hilangnya pekerjaan dan konsekuensi dari bersangkutan.

Kurangnya rasa percaya akan berpengaruh terhadap moral dan motivasi

karyawan. Hilangnya kekuatan (power) yang dimiliki atas pekerjaan yang

dilakukan ataupun kesempatan-kesempatan yang ditawarkan oleh pekerjaan

tersebut seperti status atau promosi. (Burchell, Day & Hudson, 2000 dalam

Yuniar, 2008).

Page 27: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 23

Ada beberapa tingkatan situasi yang dirasa tidak aman diantara karyawan.

Ada karyawan yang merasa tidak aman (insecure) namun digaji tinggi karena

keahliannya yang jarang dimiliki orang. Individu semacam ini memiliki high

employment security yang tinggi dalam definisi senngenberger, namun job

securitynya rendah. Ada pula karyawan yang memiliki kontrak kerja namun

merasa tidak aman akan seberapa lama kontrak itu bisa diperpanjang lagi. Kondisi

impermanance serta adanya keserbatidakpastiaan semacam ini membuat

ketidakamanan kerja (job insecurity) mempengaruhi karyawan, utamanya

yang masih muda (Smithson & Lewis , 2000 dalam Yuniar, 2008).

Dari hasil beberapa studi yang dilakukan (Greenglass, Burke &

Fiksenbaum, 2002 dalam Yuniar, 2008), ditemukan adanya pengaruh

ketidakamanan kerja (job insecurity) terhadap karyawan diantaranya :

1. Meningkatkan ketidakpuasan dalam bekerja

2. Meningkatnya gangguan fisik

3. Meningkatnya gangguan psikologis

4. Karyawan cenderung menarik diri dari lingkungan kerjanya

5. Makin berkurangnya komitmen organisasional

6. Peningkatan jumlah karyawan yang berpindah (employee turnover)

2. Kompensasi

Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai

pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi

merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan

semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam

melakukan tugas keorganisasian (Rivai, 2005). Tanpa adanya kompensasi,

kebutuhan-keburuhan lanjutan tidak dapat berfungsi sesuai dengan kaidah

Maslow bahwa kebutuhan yang yang lebih tinggi hanya dapat berfungsi jika

kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Sistem kompensasi tidak

hanya memuaskan kebutuhan fisik melainkan juga merupakan pengakuan dan

rasa mencapai sesuatu. Berbagai jenis kebutuhan manusia akan dicerminkan

dari berbagai keingianan para karyawan terhadap pekerjaannya, termasuk

diantaranya keinginan untuk memperoleh upah yang layak (Ranupandjoyo dan

Husnan, 1983).

Simamora (2004) menyatakan bahwa kompensasi yang baik adalah sistem

kompensasi yang tanggap terhadap situasi dan sistem yang dapat memotivasi

karyawan-karyawan. Sistem kompensasi hendaknya memuaskan kebutuhan

karyawan. Memastikan perlakuan adil terhadap mereka dalam hal kompensasi

telah mampu menciptakan kondisi seperti di atas maka karyawan akan

dengan senang hati memenuhi permintaan pihak manajemen untuk bekerja secara

optimal. Gomes (2003) mengemukakan bahwa nilai hak-hak perorangan

mempengaruhi imbalan karena setiap orang ingin digaji berdasarkan “a fair day’s

pay for a fair day’s work”. Jadi karena standar keadilan per orang berbeda maka

diperlukan beberapa metode untuk menyamakan kontribusi dari para

karyawan menurut karakteristiknya.

Page 28: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 24

3. Kinerja

Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan

kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil.

sedangkan menurut Bernadin (1993) dalam Istiningsih mendefinisikan kinerja

sebagai hasil prestasi kerja yang telah dicapai seorang karyawan sesuai

dengan fungsi tugasnya. Kinerja karyawan mengacu pada prestasi seseorang yang

diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2004) kinerja merupakan hasil kerja baik

secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kesediaan

dan ketrampilan seorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaiamana

mengerjakannya. Dessler (1997) memberikan pengertian tentang kinerja yaitu

merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar

kerja yang ditetapkan dan kinerja itu sendiri lebih memfokuskan pada hasil

kerjanya, sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002) kinerja pada dasarnya

apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan. Kinerja

karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi

kepada organisasi.

F. KERANGKA DAN HIPOTESA PENELITIAN

Untuk lebih memperjelas arah dari penelitian yang menunjukkan

bahwa adanya pengaruh antara ketidakamanan kerja dan kepuasan

kompensasi yang mempengaruhi kinerja karyawan maka dalam penelitian ini

dapat diambil suatu jalur pemikiran yang diterjemahkan dalam diagram struktur

seperti pada Gambar 1 berikut:

Ketidakamanan Kerja

Kinerja Karyawan

Kompensasi

Gambar 1. Kerangka Penelitian

Sumber: Tinjauan Pustaka

Kerangka penelitian yang disajikan diatas menjelaskan bahwa faktor

ketidakamanan kerja dan kepuasan kompensasi mempengaruhi kinerja karyawan.

Kerangka penelitian dimuka menjelaskan bahwa :

H1: Terdapat pengaruh negatif dari ketidakamanan kerja terhadap kinerja

karyawan

H2: Terdapat pengaruh positif dari kepuasan kompensasi terhadap kinerja

karyawan.

Page 29: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 25

G. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kantor Cabang Bank X yang terletak di Jalan Putri

Hijau Medan. Populasi penelitian ini adalah karyawan kontrak di kantor cabang

PT. Bank X yang berjumlah sekitar 90 orang. Pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2005)

( ) , dimana N

= Ukuran populasi, n = Ukuran sampel, e = margin of error, yaitu persen

kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih

dapat ditolerir sebesar 5%. Sehingga jumlah sampel adalah sebanyak

( )

Kuesioner pada penelitian ini tidak perlu lagi dilakukan uji validitas dan

reliabilitas karena sudah diuji sebelumnya oleh Nugraha (2010). Estimasi data

penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu uji asumsi klasik yang terdiri dari uji

normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolineritas. Setelah semua data

terbebas dari permasalahan asumsi klasik maka dilakukan regresi berganda.

H. HASIL PENELITIAN

Data penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada

sampel penelitian terdiri dari masing masing 5 item pernyataan untuk variabel

ketidakamanan, kompensasi, dan kinerja. Hasil jawaban responden dapat dilihat

pada Tabel 1. Berikut ini:

Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian

VARIABEL KETIDAKAMANAN

74 74 74 74 74

0 0 0 0 0

2.6216 2.5541 3.6486 3.0676 3.7297

2.0000 2.0000 4.0000 3.0000 4.0000

.85533 .76107 .58362 .70868 .44713

1.094 1.346 .242 .378 -1.056

.279 .279 .279 .279 .279

.046 1.428 -.658 .258 -.910

.552 .552 .552 .552 .552

Valid

Missing

N

Mean

Median

Std. Dev iation

Skew ness

Std. Error of Skew ness

Kurtos is

Std. Error of Kurtos is

x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 x1.5

VARIABEL KOM PENSASI

74 74 74 74 74

0 0 0 0 0

4.1216 3.8378 3.9595 3.9459 3.9459

4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000

.64005 .66264 .71076 .46499 .43453

-.110 -.101 .058 -.200 -.301

.279 .279 .279 .279 .279

-.529 -.078 -.978 1.776 2.454

.552 .552 .552 .552 .552

Valid

Missing

N

Mean

Median

Std. Dev iation

Skew ness

Std. Error of Skew ness

Kurtos is

Std. Error of Kurtos is

x2.1 x2.2 x2.3 x.2.4 x2.5

Page 30: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 26

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat sebagai berikut:

1. Rata rata terkecil terdapat pada variabel ketidakamanan kerja (2,5541), dan

terbesar terdapat pada variabel kompensasi (4,1216)

2. Titik tengah data (median) terkecil adalah 2, dan tertinggi adalah 4.

3. Standar Deviasi atau Simpangan baku merupakan variasi sebaran data,

semakin kecil nilai sebarannya berarti variasi nilai data makin sama Jika

sebarannya bernilai 0, maka nilai semua datanya adalah sama. Semakin besar

nilai sebarannya berarti data semakin bervariasi. Berdasarkan Tabel 1 terlihat

nilai standar deviasi terbesar terdapat pada variabel ketidakamanan kerja

(0,85533), dan terkecil terdapat pada variabel kompensasi (0,43453)

Pengolahan data statistik mengharuskan dipenuhinya kriteria Best Linear

Unbiased Estimator (BLUE). BLUE dapat dicapai bila memenuhi asumsi klasik.

Asumsi klasik tersebut antara lain adalah: (1) model regresi dispesifikasikan

dengan benar (2) Error menyebar normal dengan rataan nol dan memiliki suatu

ragam (variance) tertentu (3) tidak terjadi heteroskedastisitas pada ragam error (4)

tidak terjadi multikolinieritas antara peubah bebas (5) error tidak mengalami

autokorelasi (error tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri). Uji asumsi klasik

terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolineritas. Hasil

uji asumsi klasik dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

VARIABEL KINERJA

74 74 74 73 74

0 0 0 1 0

3.8378 3.7973 3.8919 3.8493 3.7703

4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000

.68300 .68205 .63175 .70062 .60923

.216 .278 .086 -.032 -1.334

.279 .279 .279 .281 .279

-.821 -.819 -.456 -.392 2.327

.552 .552 .552 .555 .552

Valid

Missing

N

Mean

Median

Std. Dev iation

Skew ness

Std. Error of Skew ness

Kurtos is

Std. Error of Kurtos is

y1 y2 y3 y4 y5

Page 31: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 27

Tabel 2. Hasil Uji Asumsi Klasik (Normalitas, Heteroskedastisitas,

Multikolinearitas)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan Tabel 1. Dapat dilihat: (1) data menyebar disepanjang haris

diagonal sehingga disimpulkan data sudah terdistribusi secara normal (2) data

menyebar diatas dan dibawah titik nol sehingga disimpulkan data terbebas dari

heteroskedastisitas (3) Nilai tolerance sebesar 0,983 < 1 dan nilai VIF 1,017 > 1,

disimpulkan tidak terdapat permasalahan multikolinearitas.

Hasil pengolahan data dengan metode analisis regresi berganda (Tabel 1)

dapat dibuat garis persamaan regresi yaitu:

Berdasarkan persamaan tersebut: (1) Nilai konstanta sebesar 9,386,

menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu ketidakamanan

dan kompensasi, maka perubahan nilai kinerja yang dilihat dari nilai Y tetap

sebesar 9,386. (2) Koefisien regresi variabel ketidakamanan kerja sebesar 0,182

menunjukkan bahwa setiap kenaikan ketidakamanan sebesar 1 satuan, maka

perubahan kinerja akan bertambah sebesar 0,182 dengan asumsi variabel lain

dianggap tetap. (3) Koefisien regresi variabel kompensasi sebesar 0,347

Observed Cum Prob

1.00.80.60.40.20.0

Expecte

d Cum

Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: kinerja

Regression Standardized Predicted Value

3210-1-2-3

Regre

ssion

Stud

entize

d Resi

dual

4

2

0

-2

Scatterplot

Dependent Variable: kinerja

Coefficientsa

9.386 2.620 3.582 .001

.182 .080 .248 2.265 .027 .983 1.017

.347 .108 .352 3.217 .002 .983 1.017

(Constant)

ketidakamanan

kompensasi

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coeff icients

Beta

Standardized

Coeff icients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statis tics

Dependent Variable: kinerjaa.

Page 32: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 28

menunjukkan bahwa setiap kompensasi sebesar 1 satuan, maka kinerja dilihat dari

nilai Y akan naik sebesar 0,347 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

Uji parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).

Berdasarkan hasil pengujian statistik t pada tabel 2 dapat dijelaskan sebagai

berikut: (1) pengaruh ketidakamanan terhadap kinerja, nilai signifikansi = 0,027

menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual (parsial) lebih kecil dari (<)

0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara

t-hitung dengan t-tabel (t-hit 2,265 > t-tab 1,993) maka ketidakamanan secara

parsial memiliki pengaruh terhadap kompensasi. (2) pengaruh kompensasi

terhadap kinerja, nilai signifikansi = 0,002 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk

uji t individual (parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil

pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel (3,217 >

1,993) maka kompensasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja.

Uji simultan atau uji F ini dilakukan untuk melihat seberapa besar

pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Tabel 3: Uji Simultan (Uji F)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Hasil uji F yang ditampilkan dalam tabel 3 menunjukkan bahwa nilai F-

hitung adalah 6,904 dengan tingkat signifikansi 0,002 (< 0,05). Dengan

mengunakan tabel F diperoleh nilai F-tabel sebesar 2,735. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai Fhitung > Ftabel yang berarti bahwa ketidakamanan dan kompensasi

secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja.

Tabel 4: Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Pengujian koefisien determinasi dilakukan dengan melihat nilai r-square

adjusted (Tabel 4), dimana nilainya adalah sebesar 0,139 atau 13,9%

mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independen mampu

menjelaskan variasi dependen sebesar 13,9% dan sisanya 86,1 % dijelaskan oleh

faktor-faktor lain.

ANOV Ab

35.225 2 17.612 6.904 .002a

181.113 71 2.551

216.338 73

Regress ion

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predic tors: (Constant), kompensas i, ketidakamanana.

Dependent Variable: kinerjab.

Mode l Summaryb

.404a

.163 .139 1.59715 2.296

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predic tors: (Constant), kompensasi, ketidakamanana.

Dependent Variable: kinerjab.

Page 33: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 29

J. KESIMPULAN PENELITIAN

Kesimpulan penelitian ini adalah (1) ketidakamanan memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja (2) kompensasi memiliki pengaruh positip

dan signifikan terhadap kinerja (3) secara bersama sama ketidakamanan dan

kompensasi memiliki pengaruh terhadap kinerja, walaupun nilai pengaruhnya

kecil, hal ini berarti untuk kasus di Bank X terdapat faktor lain yang memiliki

pengaruh terhadap kinerja karyawan kontrak

DAFTAR PUSTAKA

Band, D.C., dan Tustin, C. M., 1999. “Strategic Downsizing”, Management

Decision, 33 (8):36

Bernadin, 1993. Pengertian Prestasi Kerja http://www.damandiri.co.id

Dessler, G, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa : Benyamin

Molan, Jakarta: PT. Prenhallindo.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Andi Offset.

Hani, Handoko, 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Edisi 2.

Yogyakarta: BPFE.

Harnanik. 2005. “Analisis Hubungan Kepuasan dan Kemajuan Karir, Kepuasan

atas Beban Kerja, Kepuasan Atas Kelas dan Kepuasan atas

Supervisi dengan Kepuasan Kompensasi”. EKOBIS, Vol.6, No. 2

Hal 153-165. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan, Bandung: Remajaresdakarya.

Mathis, R,L, dan Jackson, J.H., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 9.

Jakarta: Salemba Empat.

Nugraha, Adhian, 2010. Analisis Pengaruh Ketidakamanan Kerja Dan Kepuasan

Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan kontrak

PT Bank Rakyat Indonesia cabang Semarang Patimura dan unit kerjanya)

Ranupandjoyo, Heidjrachman dan Suad Husnan, 1983. Manajemen Personalia,

Cetakan ke-2, Yogyakarta: BPFE.

Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.

Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: STIE

YKPN.

Sulistyani, Teguh dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya

Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Umar, H,. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta:

Gramendia Pustaka Utama.

Page 34: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 30

Wening, Nur. 2005. “Pengaruh Ketidakamanan Kerja Sebagai Dampak

Restrukturisasi Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan

Intensi Keluar Survivor”. KINERJA, Vol. 9, No. 2, Hal 135-147.

Yogyakarta: STIE Widya Wiwaha.

Yuniar, Mizar. 2008. “Pengaruh Faktor Ketidakamanan Kerja (Job Insecurity) dan

Kepuasan Kerja Terhadap Niat Pindah (Turnover Itention) Dengan

Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening”. Semarang:

Tesis. Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Page 35: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 31

MOTIVASI KERJA GURU HONORER SMA SWASTA KOTA MEDAN

APLIKASI TEORI DUA FAKTOR HERZBERG

(SEBUAH STUDI KUALITATIF)

MARTOLOP SINAMBELA

Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan

ABSTRAK

Motivation is a factor that drives a person to do a particular act or activity.

According to the theory of two factors that affect motivation proposed by

Herzberg, work motivation is influenced by hygiene factors and motivation

factors. This study tried to assess qualitatively whether the motivation to work of

part-time teachers in private high school in Medan in accordance with the two-

factor theory proposed by Herzberg.

This study was conducted for one month, and the number of samples

successfully interviewed 54 people in part-time teachers from 23 private high

school in the city of Medan.

The results showed motivation to work of part-time teachers in Medan

private high schools is not in accordance with what was said by the Herzberg

motivation theory with two approaches, namely: (1). Hygiene factor, a factor that

does not support the existence of motivation to work, but in this study the working

conditions, school policies, and supervisors working group as part of the survey

respondents considered hygiene factors do not affect the work motivation or in

other words there is or not will not increase their work motivation, and the salary

was the most inhibiting. (2). Motivational factors, a factor that supports the work

motivation, of all the factors stated Herzberg turns are all factors that can support

or lead to motivation for part-time teachers in private high school in Medan.

Keywords: Motivation, two factors theory, part-time teacher

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai

butir-butir tujuan pendidikan tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan

yang memadai. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka semua

aspek yang dapat mempengaruhi belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh

positif bagi diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas

pendidikan.

Page 36: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 32

Guru yang bekerja di berbagai sekolah, baik negeri maupun swasta,

berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Guru Honorer. Guru Tidak Tetap

yang bekerja pada beberapa sekolah negeri maupun swasta, sampai saat ini

belum memiliki standar gaji yang menitik beratkan pada bobot jam pelajaran,

tingkatan jabatan, dan tanggung jawab masa depan siswanya. Apalagi untuk

guru yang mengajar di tingkat SMA. Banyak diantara mereka yang bekerja

melebihi dari imbalan yang mereka terima. Dengan kata lain, insentif atau gaji

yang mereka terima tidak sebanding dengan pekerjaan yang mereka

laksanakan dan tanggung jawab yang mereka terima terhadap masa depan

siswanya, berhasil atau tidaknya menyelesaikan program pendidikan di

sekolah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi ataupun masuk ke dunia kerja,

bergantung pada kapabilitas guru SMA ini.

Tingginya tuntutan yang diberikan kepada guru guru honorer di SMA ini

tidak sebanding dengan penghasilan yang mereka terima, disatu sisi seorang

guru harus menambah kapasitas akademis pembelajaran dengan terus

memperbarui dan berinovasi dengan media, metode pembelajaran, dan kapasitas

dirinya. Di sisi lain, sebagai efek demonstrasi dari minimnya kesejahteraan,

seorang guru dituntut memenuhi kesejahteraannya dengan melakukan usaha

atau kegiatan lain yang bisa menghasilkan uang agar dapat terus bertahan dalam

kehidupannya.

Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk meneliti bagaimana

sebenarnya motivasi kerja guru honorer walaupun dalam keadaan serba

kekurangan dari segi material.

B. PERMASALAHAN PENELITIAN

Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah

motivasi kerja guru honorer di SMA Swasta kota Medan sesuai dengan teori dua

faktor yang dikemukakan oleh Herzberg?

C. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian seperti ini sudah pernah dilakukan oleh Gunawan (2010) dengan

judul Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap Di Berbagai SMA Swasta Di Kota

Semarang, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gunawan (2010) adalah

adanya perbedaan lokasi penelitian, teori motivasi kerja yang dipakai, objek

penelitian, tahun penelitian, dan metode pengolahan data.

D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Profesi Guru

Paradigma tentang guru yang berkembang di tengah masyarakat, bahkan

oleh sebagian guru itu sendiri, bahwa yang lebih dahulu harus ditinggkatkan

adalah gaji guru. Jika gaji guru tinggi dipahami bahwa secara otomatis

mutu, komitmen dan tanggung jawab guru juga akan tinggi. Tuntutan yang

sudah lama menggaung ini sulit dipenuhi oleh pemerintah dengan alasan

klasik bahwa keuangan negara sangat terbatas. Konsep berpikir seperti ini

telah melemahkan posisi bargaining guru. Akibatnya, guru selalu setia menjadi

korban dari political will pemerintah yang tidak berpihak pada nasib guru. Akan

Page 37: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 33

tetapi, kesadaran guru menjadi korban kadangkala terlambat muncul bahkan

tidak disadari oleh guru, karena sebagian “rasa korban” itu adalah kenikmatan.

2. Profesionalisme Guru

Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam

bidang yang digeluti. Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi

profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal

penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan

kualitas kerja (Reminsa, 2008).

Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi

yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan

berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas dan lulus ujian. Masyarakat

modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari

keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru

terhadap perubahan dan inovasi.

Menurut Reminsa (2008), menjadi guru mungkin semua orang bisa.

Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar

perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas,

untuk menjadi guru profesional seperti yang dimaksud standar minimal yang

harus dimiliki adalah:

Memiliki kemampuan intelektual yang memadai

Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan

Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran

Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan

Kemampuan mengorganisir dan problem solving

Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Seorang ahli,

tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua

Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya

persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam

perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu

kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan

dengan skill atau keahliannya.

Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas

pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,

melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Guru yang profesional

tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, menguasai metode yang tepat,

mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan

wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Guru yang profesional juga harus

memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakekat manusia, dan masyarakat.

Page 38: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 34

1. Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu

movere, yang berarti “mengerahkan”. Martoyo dalam Elqorni (2008) motive atau

dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan

sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang

melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi

kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak

termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep

motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual.

Dengan demikian motivasi atau motivation berarti pemberian motiv, penimbulan

otiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan

dorongan.

Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang mendorong

orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Martoyo dalam Elqorni, 2008).

Manusia dalam aktivitas kebiasaannya memiliki semangat untuk mengerjakan

sesuatu asalkan dapat menghasilkan sesuatu yang dianggap oleh dirinya memiliki

suatu nilai yang sangat berharga, yang tujuannya jelas pasti untuk melangsungkan kehidupannya, rasa tentram, rasa aman dan sebagainya.

Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (dalam Elqorni, 2008) motivasi

adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan

atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai

faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan yang dilakukan oleh

seorangmanusia pasti memiliki sesuatu faktor yang mendorong perbuatan

tersebut. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan

antusias mencapai hasil yang optimal (Wahyuddin, 2010).

2. Teori dua Faktor Herzberg

Frederick Herzberg adalah seorang professor dari Case western Reserve

University dan Utah university, kelahiran Lynn-Massachusetts dan menyelesaikan

Master dan Phd di University of Pittsburg, dimana beliau mengklasifiksikan area

permasalahan tentang Job attitudes di hampir 2000 tulisan yg dipublikasikan

antara 1900 1955. dalam literaturnya Herzberg meformulasikan opini tentang

satisfiers dan dissatisfiers , dan dari hipotest yg berjudul Mental Health is Not the

Opposite of Mental Illness., Herzberg menarik dasar hypothess untuk penelitian

yg di publikasikan 1959 dengan judul The Motivation to Work, dimana penelitian

tersebut menghasilkan teori yg dikenal dengan Motivation Hygiene . Dari dasar

penelitian ini juga tahun 1968 muncullah artikel yang sangat boming terjual jutaan

copy yang dipulikasikan oleh Harvard Business Review dengan judul One More

Time; How Do You Motivation Your Employees?

Menurut teori ini ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi kondisi pekerjaan

seseorang, yaitu :

a. Faktor-faktor yang akan mencegah ketidakpuasan (faktor higine), yang

terdiri dari gaji, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, penyeliaan kelompok

kerja.

Page 39: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 35

b. Faktor-faktor yang memberikan kepuasan (motivator factor) yang terdiri

dari kemajuan, perkembangan, tanggung jawab, penghargaan, prestasi,

pekerjaan itu sendiri.

3. Metode Penelitian Kualitatif

Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah

konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif

dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap

individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat

ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya

dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi

yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk

memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan

demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan

instrumen kunci (Sugiyono, 2005), ada lima ciri pokok karakteristik metode

penelitian kualitatif yaitu:

1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data

Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber

data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian

utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan

mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat

kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat

hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh

pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak

lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung.

2. Memiliki sifat deskriptif analitik

Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh

seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen,

catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam

bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan

memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola

atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis

data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk

uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-

pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti

dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat

memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data.

3. Tekanan pada proses bukan hasil

Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan

informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan

bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang

dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan

pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran

Page 40: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 36

frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan,

prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di

mana dan pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi

tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan

keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi

angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu

proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori

sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.

4. Bersifat induktif

Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai

dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun

ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami,

mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-

kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas

tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak

mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat.

Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan

dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif

yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.

5. Mengutamakan makna

Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar

pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran

kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian pada

pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi

dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan

membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal

dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari

informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai

mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari

partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat

menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.

Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan

berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan

konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan

angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi

yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi

terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu

berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan

bahwa bahwa ciri-ciri metode penelitian kualitatif ada lima, yaitu:

a. Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data

langsung, dan peneliti sebagai instrumen kunci.

b. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif. Data yang dikumpulkan

lebih banyak kata-kata atau gambar-gambar daripada angka

Page 41: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 37

c. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini

disebabkan oleh cara peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau

hubungan antar bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila

diamati dalam proses.

d. Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif: Peneliti tidak

mencari data untuk membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum mulai

penelitian, namun untuk menyusun abstraksi.

e. Penelitian kualitatif menitikberatkan pada makna bukan sekadar perilaku yang

tampak.

E. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kota Medan. Penelitian ini bersifat kualitatif

dimana penulis hanya ingin mengetahui bagaimana respon dari para guru honorer

yang ada di kota Medan atas teori motivasi kerja model 2 pendekatan yang

dikemukakan oleh Herzberg.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak menggunakan metode

tertentu, disini penulis hanya melakukan interview kepada beberapa orang guru

honorer yang penulis temui di beberapa sekolah swasta yang ada di kota Medan.

Selama periode April 2013 (satu bulan) penulis berhasil mengunjungi 23 SMA

swasta di kota Medan dan berhasil mewawancarai 54 orang guru honorer.

Dalam penelitian ini penulis juga mencoba mengambil beberapa data

pribadi para responden yang terdiri dari : jenis kelamin, pendidikan terakhir, status

perkawinan, jumlah tanggungan, dan masa kerja, kemudian penulis menanyakan

faktor higiene dan motivasi Herzberg kepada responden, disini penulis hanya

mengambil jawaban YA atau TIDAK dari para responden penelitian, kemudian

mencoba menguraikan jawaban para responden tersebut kedalam sebuah statistik

sederhana.

Page 42: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 38

E. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian

jenis kelamin pria= 22 wanita= 32

pendidikan terakhir S1=45 S2= 9

status perkawinan menikah = 54

jumlah tanggungan 1=13, 2=24, 3=7 ≥4=10

masa kerja ≤5= 14 6-8=29 9-10=8

>10=3

Faktor Higine Jawaban YA Jawaban

TIDAK

TOTAL

gaji 49 5 54

kondisi kerja 25 29 54

kebijakan sekolah 17 37 54

penyeliaan kelompok

kerja

12 42 54

Faktor Motivator Jawaban YA Jawaban

TIDAK

Total

kemajuan 36 18 54

perkembangan 28 26 54

tanggung jawab 42 12 54

penghargaan 46 8 54

prestasi 32 22 54

pekerjaan itu sendiri 41 13 54

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dijabarkan:

1. Jenis kelamin mayoritas guru honorer dalam penelitian ini adalah wanita.

2. Pendidikan guru honorer mayoritas adalah tamatan sarjana (S1)

3. Keseluruhan responden sudah menikah

4. Mayoritas jumlah tanggungan (anak) dari guru honorer adalah dua orang

5. Mayoritas guru honorer telah bekerja antara 6 – 8 tahun

Pembahasan penelitian ini dilakukan berdasarkan dua faktor yang

dikemukakan oleh Herzberg, yaitu:

Page 43: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 39

1. Faktor Higiene.

Guru guru honorer di kota Medan cukup transparan dalam menyatakan

pendapatnya khususnya mengenai gaji yang mereka terima setiap bulannya masih

terlalu kecil, dan mereka menyatakan faktor gaji merupakan faktor utama yang

menambah motivasi kerja mereka di SMA swasta, alasan utama yang mereka

utamakan adalah tingginya biaya hidup di kota Medan mengakibatkan gaji yang

mereka terima hampir tidak artinya untuk membiayai keluarga mereka, untungnya

para guru honorer ini mengatakan bahwa pasangan mereka juga memiliki

penghasilan untuk membiayai kehidupan keluarga mereka. Dan yang tak kalah

penting lagi mayoritas dari guru honorer juga memiliki side jobs untuk

menambah pendapatan keluarga.

Kondisi kerja ternyata tidak begitu membawa pengaruh terhadap motivasi

kerja para guru honorer, dari sebaran jawaban yang diberikan, penulis melihat

bahwa sebenarnya kondisi kerja juga sangat penting tetapi akibat adanya

kekurangan honor mengajar mengakibatkan mereka tidak begitu peduli, karena

mereka cukup datang, kemudian mengajar, dan terus pergi ketempat lain untuk

menambah income.

Kebijakan sekolah juga sangat tidak mendukung akan adanya peningkatan

motivasi kerja para guru honorer, karena menurut para guru honorer sekolah

tempat mereka mengajar sebenarnya telah berubah menjadi perusahaan, dimana

para pemilik sekolah baik itu yayasan maupun perorangan selalu membuat

kebijakan untuk mendatangkan keuntungan untuk sekolah bukan untuk para guru

honorer. Bahkan menurut beberapa guru honorer mengatakan ada beberapa

kebijakan sekolah yang dikeluarkan sekolah cenderung untuk menekan guru

honorer.

Supervisi kelompok juga hampir tidak membawa pengaruh apapun bagi

motivasi guru honorer, bahkan di beberapa sekolah swasta yang dikunjungi

penulis tidak terdapat kegiatan penyeliaan kelompok, yang ada adalah guru

honorer datang dan mengajar sesuai jumlah jam yang diberikan kepadanya, dan

kemudian dibayar.

2. Faktor Motivasi

Kemajuan sekolah ternyata turut meningkatkan motivasi guru honorer,

kemajuan disini yang dimaksud para guru honorer adalah penyedian fasilitas

belajar dan mengajar yang terus ditingkatkan oleh pihak sekolah.

Perkembangan baik sekolah maupun kepada guru guru honorer akan dapat

meningkatkan motivasi para guru honorer, berdasarkan wawancara dengan guru

honorer, perkembangan yang sangat mereka inginkan adalah berupa adanya

penambahwa dari segi keilmuan atau wawasan yang diberika sekolah baik itu

berupa pelatihan atau seminar yang diberikan kepada guru atau guru dikirim ke

tempat lain untuk mengikutinya.

Tanggung jawab sebagai seorang guru ternyata masih tetap menjadi

prioritas utama dari guru honorer, walaupun gaji yang kecil sebagai imbalan,

tetapi dari sisi jawaban sebagian yang tidak menetapkan tanggung jawab sebagai

motivasi, mengatakan mereka hanya mengajar hanya sebatas menjalankan

pekerjaan yaitu mengajar, dan mengajarpun tanpa ada motivasi yang untuk

Page 44: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 40

memberikan yang lebih bagi para murid murid SMA tersebut, hal ini menurut

mereka tanggung jawab juga disesuaikan dengan pendapatan yang diterima.

Penghargaan sangat memberikan motivasi bagi para guru honorer,

terutama ketika ditanya apa jenis penghargaan menurut mereka yang akan dapat

meningkatkan motivasi dalam bekerja adalah berupa adanya kenaikan honor

mengajar secara berkala, serta adanya penambahan tunjangan mengajar.

Prestasi dapat menambah motivasi bekerja tetapi prestasi juga tidak akan

dapat menambah motivasi karena menurut sebagian guru, kebanyakan sekolah

swasta di Medan bukan mengejar prestasi dibidang akademik atau non akademik

yang paling utama, sekolah hanya menekankan bagaiman terus berusaha

menambah pendapatannya dengan terus berupaya meningkatkan jumlah murid,

tetapi menurut pengamatan penulis ini hanya terjadi untuk SMA yang berada di

pinggiran kota Medan atau SMA yang memang kurang memiliki begitu banyak

murid.

Pekerjaan sebagai guru merupakan penambah motivasi, berdasarkan

wawancara, mereka bertahan dalam bidang pengajaran, karena mereka

menganggap bekerja sebagai guru sudah merupakan profesi mereka, walaupun

pekerjaan ini tidak begitu memberi kelebihan bagi mereka dari sisi materi, dan

mereka juga mengatakan bahwa memang mengajar sebagai guru sudah

merupakan panggilan jiwa mereka, sehingga dapat bertahan selama bertahun

tahun menekuni bidang tersebut. Menurut beberapa orang responden pada tahun

tahun awal bekerja sebagai guru memang sangat berat hanya mengandalkan

pendapatan dari mengajar, tetapi setelah beberapa tahun mereka sudah

menanamkan atau ikhlas menerimanya sebagai sebuah profesi, tentunya juga

mereka juga harus memiliki ekstra income untuk menyokong keluarga mereka.

F. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini yang dapat penulis katakan ialah: motivasi

kerja guru honorer SMA swasta di kota Medan tidak sesuai dengan apa yang di

katakan oleh Herzberg dalam teori motivasi dengan dua pendekatan, yaitu:

1. Faktor higiene, merupakan faktor yang tidak mendukung adanya motivasi

kerja, tetapi dalam penelitian ini kondisi kerja, kebijakan sekolah, dan

penyelia kelompok kerja sebagai bagian dari faktor higiene dianggap

responden penelitian tidak ada efek terhadap motivasi kerja atau dengan kata

lain ada atau tidak tidak akan menambah motivasi kerja mereka, dan yang

paling menghambat hanyalah gaji.

2. Faktor motivator, merupakan faktor yang mendukung adanya motivasi kerja,

dari semua faktor yang dinyatakan Herzberg ternyata semuanya merupakan

faktor faktor yang dapat mendukung atau menimbulkan motivasi kerja bagi

para guru Honorer di SMA swasta Kota Medan.

Page 45: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 41

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan dan Biklen, 1992. Qualitatif Riserch Of Education: An Introduction

Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung : Pustaka Setia

Elqorny, Ahmad. 2008. “The Management Lecture Resume: Motivasi Kerja”. n.p,

http://elqorni.wordpress.com/2008/05/03/motivasi-kerja, diakses

tanggal 7 April 2010.

Gunawan, Ikhsan. 2010. Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap Di Berbagai Sma

Swasta Di Kota emarang. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro Semarang. Tidak Dipublikasikan

Reminsa, Desi. 2010. http://e-smartschool.co.id/index.php?option=com_

content&task= view&id=907& Itemid=39. Diakses 29 April 2013.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.

Wahyuddin. M, Djumino. A. “Analisis Kepemimpinan dan Motivasi

TerhadapKinerja Pegawai Pada Kantor Kesatuan Bangsa dan

PerlindunganMasyarakat (KESBANG dan LINMAS) di Kabupaten

Wonogiri”.http://eprints.ums.ac.id/126/1/Djumino.pdf, diakses tanggal

8 April 2010.

Page 46: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 42

PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI

TERHADAP DIVIDEN PADA PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG TERDAFTAR PADA

BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

ABDUL RAHMAN DALIMUNTHE

Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan

Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari

kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan, dalam menentukan dividen

kas yang akan diberikan kepada pemegang saham tergantung dari laba bersih

perusahaan dan aktivitas operasi perusahaan yang menghasilkan arus kas operasi.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisi pengaruh laba bersih dan arus kas

operasi terhadap pembagian dividen pada perusahaan Perbankan yang terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 - 2010.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive

Sampling, dan berhasil diperoleh sebanyak 10 sampel. Data penelitian diolah

dengan regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan (1) laba bersih memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap dividen (2) arus kas operasi memiliki pengaruh negatip

dan tidak signifikan terhadap dividen (3) secara bersama sama laba bersih dan

arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap dividen Pada Perusahaan Perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kata kunci: laba bersih, arus kas operasi, dividen

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan kegiatan

operasionalnya, modal ini bisa berasal dari dalam perusahaan (berupa modal yang

disetor pemilik) dan berasal dari luar perusahaan (berupa pinjaman), tetapi

perusahaan juga membutuhkan modal dengan melakukan penjualan saham kepada

masyarakat. Masyarakat yang membeli saham (investor) tentunya berharap untuk

mendapatkan keuntungan (dividen) dari perusahaan yang sahamnya dibeli oleh

masyarakat tersebut, dan tentunya keuntungan yang diharapkan ini juga memiliki

kriteria, yaitu keuntungan yang nilainya lebih besar dari obligasi pemerintah atau

bunga deposito.

Rencana pembagian dividen yang dibayarkan perusahaan tentunya

tergantung kepada kebijakan dividen masing masing perusahaan. Ada beberapa

faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen oleh sebuah perusahaan: (1)

profitabilitas (2) stabilitas dividen (3) likuiditas dan cash flow (4) investasi, dan

(5) pembiayaan (Parthington, 1989). Profitabilitas merupakan faktor utama dalam

faktor penentu pembagian dividen, tetapi laba bersih yang diperoleh suatu

perusahaan dalam kegiatan operasionalnya belumlah mencerminkan jumlah kas

Page 47: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 43

atau likuiditas perusahaan yang sebenarnya, karena pendapatan maupun penjualan

tidak sepenuhnya diterima dalam bentuk kas tetapi masih berupa piutang yang

akan diterima kemudian, kondisi ini tentunya mempengaruhi perusahaan dalam

membagikan dividen kepada pemegang saham.

Jumlah pembayaran dividen berbeda oleh setiap perusahaan berbeda setiap

tahunnya, terkadang saat laba perusahaan menurun, tetapi dividen yang diberikan

perusahaan justru lebih besar dari tahun sebelumnya, sehingga untuk inilah

diperlukan adanya sebuah Dividend Payout Ratio (DPR). Untuk membayar

dividen suatu perusahaan harus dipertimbangkan faktor faktor yang

mempengaruhi alokasi laba untuk dividen atau disebut juga dengan laba ditahan,

faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah adanya ketersediaan kas, karena

walaupun perusahaan memperoleh laba namun persediaan uang kas tidak

mencukupi maka ada kemungkinan perusahaan akan menahan laba tersebut untuk

diinvestasikan kembali bukan diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk

dividen.

Krisis ekonomi global yang terjadi di tahun 2008 menimbulkan dampak

yang signifikan terhadap semua usaha yang ada diseluruh dunia, krisis ini dimulai

dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat yang

menimbulkan anjloknya harga saham dunia sejak awal tahun 2008. Krisis ini juga

dirasakan di Indonesia yaitu tidak hanya melemahnya nilai Rupiah tetapi juga

terasa di sektor sektor perekonomian lainnya, tetapi untuk di Indonesia perbankan

tetap masih bisa memberikan kredit, dan hampir semua indikator perbankan pada

tahun 2008 menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun 2007, dan ini terus

berlangsung, dimana untuk tahun 2009 perolehan laba bersih perbankan

mengalami peningkatan

Sebagian para ahli menyatakan bahwa laporan arus kas mempunyai

hubungan jumlah pembayaran dividen dalam satu tahun setelah arus kas

bermanfaat bagi pemegang saham. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas

operasi merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi

perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi hutang,

memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan

investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendapatan.

Laba bersih yang diperoleh perusahaan pada dasarnya dimasukkan dalam

dua akun, yakni sebagai dividen kepada pemegang saham dan laba yang ditahan

(return earning). Sebagai dividen, sudah tentu harus dibagikan kepada pemegang

saham, sedangkan untuk return earning, laba perusahaan tetap berada pada

perusahaan agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan ekspansi maupun

operasional perusahaan, semakin besar return earning maka semakin kuat

keuangan perusahaan sehingga perusahaan memiliki ruang lebih lebar untuk

merencanakan ekspansi.

Return earning tentunya berkaitan erat dengan arus kas perusahaan. Jika

arus kas perusahaan dinilai kurang kuat, kurang memadai untuk langkah langkah

ekspansi, maka perusahaan tentunya membutuhkan tambahan likuiditas. Dari sini

jelas terlihat bahwa jika perusahaan membutuhkan arus kas lebih kuat salah satu

alternatifnya adalah meningkatkan laba ditahan, jika perusahaan harus

memperkuat arus kas dengan menambah nilai laba ditahan mau tidak mau sebagai

Page 48: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 44

konsekwensinya adalah mengurangi bagian laba yang akan dibagikan sebagai

dividen.

Bagi perusahaan, arus kas adalah hal utama yang harus dipenuhi dan

dijaga, jangan sampai arus kas lemah, atau sampai minus, atau jangan sampai

perusahaan di satu sisi memberikan DPR dalam jumlah besar, tapi di sisi lain

menghadapi problem likuiditas di internal perusahaan. Kondisi inilah yang harus

dijaga oleh manajemen.

Oleh karena itu arus kas perusahaan jangan sampai dikorbankan demi

DPR (dividend payout ratio) yang besar. Kondisi arus kas cukup menentukan

dalam penentuan kebijakan dividen. Semakin kuat arus kas perusahaan, semakin

besar kemungkinan untuk membayar DPR dengan porsi yang tinggi, dan begitu

juga sebaliknya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen

kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah laba bersih perusahaan memiliki pengaruh terhadap dividen kas pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

2. Apakah arus kas operasi perusahaan memiliki pengaruh terhadap dividen kas

pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?

3. Apakah laba bersih dan arus kas operasi perusahaan secara bersama sama

memiliki pengaruh terhadap dividen kas perusahaan perbankan yang terdaftar

di BEI?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Menguji secara empiris pengaruh laba bersih perusahaan terhadap dividen kas

pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

2. Menguji secara empiris pengaruh arus kas operasi perusahaan terhadap

dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?

3. Menguji secara empiris pengaruh laba bersih dan arus kas operasi perusahaan

secara bersama sama memiliki terhadap dividen kas perusahaan perbankan

yang terdaftar di BEI?

D. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Sari (2011) yang berjudul

Analisis Hubungan Antara Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Dengan Dividen

Kas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI),

perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sari (2011) adalah: cara pengolahan

data, dan tahun data penelitian.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Page 49: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 45

Menurut Dyckman et al (2001) “dividen merupakan distribusi laba kepada

para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit,

sedangkan Stice et al (2004) dividen adalah pembagian kepada pemegang saham

dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham

yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

Distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang

sahamnya disebut dividen tunai (cash dividend). Biasanya sebuah korporasi harus

memenuhi tiga kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen tunai: 1).

Laba ditahan yang mencukupi, 2). Kas yang memadai, 3). Tindakan formal dari

dewan komisaris.

Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham terbagi

dalam beberapa jenis dividen. Dividen yang paling disukai oleh para

pemegangsaham adalah dividen tunai atau dividen kas. Jenis dividen (Dyckman,

2001) adalah sebagai berikut: 1). Paling umum dipakai: a). dividen tunai, yaitu

distrisbusi laba dalam bentuk kas oleh subuah korporasi kepada pemegang

sahamnya, b). dividen properti, yaitu dividen dalam bentuk aktiva non kas, berupa

sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perseroan, real estate, barang dagang,

atau setiap aktiva non kas lainnya. c). dividen saham, yaitu distribusi

proporsional atas tambahan saham biasa atau saham preferen perseroan kepada

pemegang saham. 2). Dividen khusus a). dividen likuidasi, yaitu pengembalian

tambahan modal disetor dan bukan modal ditahan, b). dividen skrip atau wesel,

yaitu dividen yang diberikan dalam bentuk wesel promes kepada pemegang

saham dimana kondisi perseroan mengalami kekurangan kas.

Prosedur pembayaran dividen tergantung pada tanggal yang berkaitan

dengan dividen adalah declaration date, date of record, ex-dividend date, date of

payement.

1. declaration date, tanggal dimana dewan direksi mengumumkan dividen.

Pada tanggal ini, pembayaran dividen akan merupakan kewajiban yang

legal dari korporasi.

2. date of record, tanggal dimana pemegang saham berhak untuk menerima

dividen.

3. ex-dividend date, tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham. Hak

atas dividen dari saham sampai 4 hari sebelum date of record.

Pengertiannya, pada 4 hari sebelum date of record, hak atas dividen tidak

lagi ada pada saham dan penjual bukan lagi pemilik saham tersebut, yang

seharusnya orang yang akan menerima dividen. Harga pasar saham

mempengaruhi kenyataan dan telah berlalu dan akan turun kira-kira

sejumlah dividen tersebut.

4. date of payment, merupakan tanggal dimana korporasi akan membayarkan

dengan membagikan cheque dividen kepada pemegang saham.

Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berkaitan dengan keputusan

untuk membagikan dividen atau menahan dividen yang berkaitan dengan

pendanaan perusahaan. Penahanan laba dalam bentuk retained earnings tampak

dalam dividend payout ratio.

Page 50: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 46

Menurut Keown et al (2005) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kebijakan dividen yang meliputi hal-hal seperti di bawah ini:

1. Pembatasan Hukum. Pembatasan hukum merupakan salah satu faktor yang

turut mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Pembatasan hukum

dapat terbagi menjadi dua kategori. Pertama, pembatasan hukum menurut

undang-undang dan kedua, pembatasan hukum karena kebijakan perusahaan

itu sendiri untuk membatasi pembagian dividen saham biasa.

2. Posisi Likuiditas. Posisi likuiditas menggambarkan seberapa banyak aset

lancar yang tersedia. Guna memenuhi pembagian dividen dalam berbagai

jenis dividen salah satunya adalah ketersediaan kas yang digunakan untuk

membayar dividen kas kepada para investor. Ketersediaan kas mempunyai

pengaruh yang penting dalam kebijakan membagikan dividen dalam bentuk

kas selain posisi laba ditahan yang cukup besar. Hal itu didasari karena laba

ditahan yang cukup besar kurang menjamin ketersediaan perusahaan untuk

membayar dividen dalam bentuk kas jika kas yang tersedia kurang memadai.

3. Tidak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain. Perusahaan besar relatif

mempunyai pendanaan eksternal guna melakukan pembayaran dividen kas

sedangkan pada perusahaan kecil pendanaan perusahaan hanya berasal dari

pihak internal sehingga jika ketersediaan dana internal kurang memadai maka

akan berdampak pada kebijakan dividen yang diambil.

4. Kemampuan peramalan laba. Kemampuan peramalan laba menjadi salah satu

faktor karena perusahaan yang mampu meramalkan pendapatnya pada masa

yang akan datang relatif dapat meramalkan kebijakan dividen seperti apa yang

akan diambil. Jika perusahaan mempunyai tren pendapatan yang stabil maka

jumlah dividen dalam bentuk kas yang dibayarkan akan besar dan sebaliknya.

5. Kontrol kepemilikan. Kontrol kepemilikan berpengaruh terhadap kebijakan

dividen yang diambil oleh suatu perusahaan. Hal itu didasari dengan

ketersediaan dana yang digunakan dalam perluasan perusahaan. Perusahaan

yang relatif kecil, kontrol kepemilikan merupakan skala prioritas. Hal ini

berkaitan dengan perluasan perusahaan yang memerlukan dana yang besar.

Jika perusahaan tidak mempunyai sumber pendanaan di luar perusahaan maka

perusahaan akan menerbitkan utang guna mendanai perluasan tersebut. Selain

itu dana juga didapat dari alokasi laba sehingga berdampak pada jumlah yang

akan dibagikan dalam bentuk dividen.

6. Inflasi. Inflasi merupakan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu

perusahaan. Idealnya jika suatu aset tetap rusak dan usang, dana yang

dihasilkan dari depresiasi digunakan untuk mendanai penggantian. Karena

dalam periode inflasi terjadi kenaikan harga maka untuk mengganti aset yang

diperlukan dalam aktiva operasional perusahaan dibutuhkan pembatasan laba

dan ini berarti pengurangan jumlah laba yang akan dibagi dalam bentuk

dividen.

Page 51: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 47

Indikator untuk mengukur kebijakan dividen yang secara luas digunakan

ada dua macam. Pertama, hasil dividen (dividend yield). Dividend yield adalah

suatu rasio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan harga saham

biasa. Dividend yield secara matematis dapat diformulasikan sebagau berikut

(Warsono,2003):

Dalam PSAK No. 2 paragraf 12 (IAI:2002) dinyatakan bahwa jumlah arus

kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan

apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup

untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar

dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber

pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama

dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.

Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait laba. Aktivitas operasi meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal

dari aktivitas operasi terkait. Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba

rugi (dengan beberapa pengecualian kecil) dan dengan pos-pos operasi dalam

neraca, umumnya pos modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaran di

muka, utang dan beban akrual. Aktivitas operasi juga meliputi transaksi dan

peristiwa yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke dalam aktivitas investasi atau

aktivitas pendanaan.

Stice dan Skousen (2004) menjelaskan berbagai aktivitas yang termasuk

ke dalam aktivitas operasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Aktivitas Operasi

Kas diterima dari: Kas dikeluarkan untuk:

1. penjualan barang atau jasa, 1. pembelian persediaan,

2. penjualan efek yang diperdagangkan 2. gaji dan upah,

3. pendapatan bunga, 3. pajak,

4. pendapatan dividen. 4. beban bunga,

5. beban lainnya,

6. pembelian efek.

Sumber: Penelitian Sari (2011)

Page 52: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 48

F. KERANGKA KONSEPTUAL

Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari

kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan. Dalam menentukan dividen

kas yang akan diberikan kepada pemegang saham tentunya perusahaan akan

memperhatikan laba bersih yang diperoleh perusahaan karena dividen yang

dibagikan kepada pemegang saham merupakan bagian dari laba. Jika suatu

perusahaan bisa memperoleh laba yang semakin besar, maka secara teoritis

perusahaan akan mampu menetapkan dividen kas yang semakin besar.

Sebaliknya, semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan maka akan semakin

kecil pula dividen kas yang akan ditetapkan manajemen untuk dibagikan kepada

para pemegang saham.

Laba perusahaan biasanya dianggap sebagai determinan utama dari

dividen, tetapi dalam kenyataannya dividen lebih bergantung pada arus kas yang

mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, dibanding pada

laba, yang sangat dipengaruhi oleh praktek akuntansi serta hal-hal lain yang tidak

mencerminkan kemampuan untuk membayar dividen (Eugene dan Joel, 2001).

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan merupakan

indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat

menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar dividen yang telah ditetapkan

dalam kebijakan dividen.

Semakin besar arus kas operasi perusahaan maka semakin besar dividen

kas yang akan ditetapkan karena perusahaan memiliki kas untuk membayar

dividen dan semakin kecil arus kas yang dihasilkan perusahaan dari aktivitas

operasinya maka akan semakin kecil dividen kas yang akan ditetapkan

manajemen karena kurangnya kemampuan perusahaan untuk menyediakan uang

kas untuk membayar dividen. Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap

dividen kas yang akan dibagikan.

Laba bersih (X1)

Dividen Kas (Y)

Arus Kas Operasi (X2)

Gambar 1: Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber: Penelitian Sari (2011)

G. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara

logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan

yang dapat diuji (Sekaran, 2006). Berdasarkan kerangka konseptual yang telah

diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ho : Laba Bersih dan Arus Kas Operasi tidak memiliki hubungan signifikan

dengan dividen kas baik secara parsial maupun secara simultan.

Page 53: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 49

Ha : Laba Bersih dan Arus Kas Operasi memiliki hubungan signifikan dengan

dividen kas baik secara parsial maupun secara simultan.

H. METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan bentuk hubungan

kausal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh laba bersih dan arus kas

operasi terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) dengan rancangan penelitian yang dilihat dari aspek metode

pengumpulan data, aspek kemampuan memanipulasi variabel, dan aspek tujuan

penelitian (Sugihen, 2003)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan tahun

2010 yang terdiri atas 28 perusahaan. Metode pengambilan sampel dilakukan

dengan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu

kriteria tertentu dengan pertimbangan (judgement sampling) (Jogiyanto, 2004).

Setelah dilakukan penyortiran terdapat 10 buah perusahaan.

Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai

berikut :

1. perusahaan perbankan tersebut sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2007,

2. perusahaan perbankan tersebut telah membayar dividen pada tahun 2007-

2010,

3. perusahaan perbankan tersebut mempunyai laba bersih pada tahun 2007-2010,

4. perusahaan perbankan tersebut tidak keluar (delisting) dari BEI selama

periode penelitian (2007-2010).

Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau

memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang

diperlukan peneliti untuk pengukuran.

1. Laba Bersih. Laba bersih dihitung dari kelebihan pendapatan atas beban

termasuk gains dan losses. Laba bersih diukur dengan satuan Rupiah per

lembar saham.

2. Arus Kas Operasi. Arus kas operasi adalah selisih bersih antara penerimaan

dan pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi selama

satu tahun buku, sebagaimana tercantum dalam laporan arus kas (Pardhono,

2004).

3. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan proporsi laba yang dibayarkan

kepada pemegang saham dalam bentuk tunai selama tahun tertentu. DPR dapat

dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003)

Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi

klasik. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Setelah terbebas dari permasalahan asumsi klasik, selanjutnya dilakukan uji

analisis regresi linier berganda, dan uji hipotesis yang terdiri dari uji parsial,

simultan, dan koefisien determinasi.

Page 54: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 50

I. HASIL PENELITIAN

Data penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

LB AKO DEV

Mean 3.66E+12 -1.90E+11 -4.42E+12

Median 1.52E+12 -2.60E+10 -3.44E+11

Maximum 5.78E+13 2.40E+13 -2.00E+09

Minimum 1.93E+09 -1.98E+13 -1.42E+14

Std. Dev. 9.15E+12 7.67E+12 2.23E+13

Gambar 2. Data Penelitian

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Berdasarkan gambar 1 diatas dapat dilihat :

0.0E+00

1.0E+13

2.0E+13

3.0E+13

4.0E+13

5.0E+13

6.0E+13

5 10 15 20 25 30 35 40

LB

-3.0E+13

-2.0E+13

-1.0E+13

0.0E+00

1.0E+13

2.0E+13

3.0E+13

5 10 15 20 25 30 35 40

AKO

-1.60E+14

-1.40E+14

-1.20E+14

-1.00E+14

-8.00E+13

-6.00E+13

-4.00E+13

-2.00E+13

0.00E+00

5 10 15 20 25 30 35 40

DEV

Page 55: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 51

1. Laba bersih bank yang paling tinggi diperoleh oleh Bank BCA, perolehan laba

oleh Bank BCA ini sangat signifikan sekali, hal ini disebabkan BCA berhasil

memanfaatkan kuatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung dengan

posisi neraca yang sehat, keunggulan di bidang perbankan transaksional

memungkinkan BCA untuk terus meningkatkan volume transaksi dan

melakukan ekspansi kredit, serta aktivitas penyaluran kredit meningkat di

seluruh segmen didukung tingkat suku bunga rendah dan tingginya

permintaan kredit dari nasabah.

2. Rata rata laba bersih adalah 3,6 trilyun Rupiah, arus kas operasi memiliki rata

rata negatip 190 milyar, dan negatip 4,4 trilyun

3. Titik tengah atau median laba bersih sebesar 1,5 trilyun, arus kas operasi

negatip 26 milyar Rupiah, dan Dividen negatip 344 milyar Rupiah.

4. Nilai terendah untuk laba bersih adalah 1,9 milyar Rupiah, arus kas operasi

negatip 19,8 trilyun Rupiah, dan dividen negatip 142 trilyun Rupiah.

5. Nilai Maksimum untuk laba bersih adalah 57,8 trilyun Rupiah, arus kas

operasi 24 trilyun Rupiah, dan dividen negatip 2 milyar Rupiah.

6. Standar deviasi yang mengukur sebaran nilai nilai data, terbagi atas untuk laba

bersih adalah 9,1 trilyun Rupiah, arus kas operasi 7,6 trilyun Rupiah, dan

dividen 22,3 trilyun Rupiah.

Berdasarkan data penelitian terdapat nilai negatip, khususnya untuk

variabel arus kas operasi dan dividen, maka terlebih dahulu dilakukan

transformasi data, untuk menghilangkan nilai negatip tersebut sebelum dilogkan

menjadi log natural terlebih dahulu nilai tertinggi data ditambahkan dengan satu

poin, baru kemudian dikurangi dengan data. Hasil transformasi data terlihat pada

Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Uji Normalitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat data penelitian menyebar disekitar garis

diagonal, sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal.

Observed Cum Prob

1.00.80.60.40.20.0

Expect

ed Cu

m Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: devln

Page 56: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 52

Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi

dapat dilihat dari: 1) nilai tolerance dan lawannya, 2) variance Inflation Factor

(VIF), Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinearitas adalah dengan VIF < 5 dan tolerance < 1 (Ghozali, 2005).

Tabel 3: Uji Multikolinearitas

Sumber: Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari

adanya multikolinearitas. Hal ini membandingkan dengan nilai tolerance dan VIF.

Masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai

tolerance yang lebih kecil dari 1. Jika dilihat dari VIF-nya, bahwa masing-masing

variabel bebas lebih kecil dari 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi gejala multikolinearitas dalam variabel bebasnya.

Ghozali (2005) menyatakan, “uji heterokedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas

atau terjadi homokedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala

heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari

pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusan

menurut Ghozali (2005) adalah sebagai berikut: 1) jika ada pola tertentu, seperti

titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit), maka mengidikasikan telah terjadi heterokedastisitas, 2)

jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Coefficientsa

2.348 19.518 .120 .905

.920 .066 .916 13.860 .000 .890 1.124

-.039 .619 -.004 -.063 .950 .790 1.266

(Constant)

lbln

akoln

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coeff icients

Beta

Standardized

Coeff icients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statis tics

Dependent Variable: devlna.

Page 57: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 53

Tabel 4: Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Pengolahan Data Penelitian

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak

dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heterokedastisitas.

Uji otokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear

ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada

perode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari

autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya

time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah

dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan uji Durbin-Watson. Menurut

Sunyoto (2009), Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah: 1)

Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2) Angka D-W diantara -

2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) Angka D-W di atas +2 berarti ada

autokorelasi negatif.

Tabel 5: Uji Autokorelasi

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Tabel 5 menunjukkan hasil autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan

hasil pengujian diperoleh bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan

pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar

1,804. Angka tersebut berada diantara -2 dan +2, artinya bahwa angka DW lebih

Regression Standardized Predicted Value

210-1-2-3

Regr

essio

n Stud

entiz

ed R

esidu

al4

2

0

-2

Scatterplot

Dependent Variable: devln

Mode l Summaryb

.917a

.840 .831 1.04022 1.804

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predic tors: (Constant), akoln, lblna.

Dependent Variable: dev lnb.

Page 58: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 54

besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 < 1,804 <+2). Jadi dapat disimpulkan

bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.

Berdasarkan Hasil analisis regresi berganda ditunjukkan pada tabel 3 dapat

dibuat persamaan untuk melihat pengaruh laba bersih dan arus kas operasi

terhadap dividen, sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan tersebut:

1. Nilai konstanta sebesar 2,348, menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai

variabel bebas yaitu laba bersih dan arus kas operasi, maka perubahan nilai

dividen kas yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 2,348.

2. Koefisien regresi variabel laba bersih sebesar 0,920 menunjukkan bahwa

setiap kenaikan laba bersih sebesar 1 satuan, maka perubahan dividen kas

akan bertambah sebesar 0,920 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

3. Koefisien regresi variabel arus kas operasi sebesar negatip 0,039 menunjukkan

bahwa setiap kenaikan arus kas operasi sebesar 1 satuan, maka perubahan

dividen kas dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,039 dengan asumsi

variabel lain dianggap tetap.

Uji parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).

Berdasarkan hasil pengujian statistik t pada tabel 3 dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. pengaruh laba bersih terhadap dividen kas

a. nilai signifikansi = 0,000 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t

individual (parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan

hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan

t-tabel yaitu laba bersih secara parsial memiliki hubungan dengan

dividen kas.

b. Variabel pengaruh laba bersih memiliki t-hitung 13,860 dengan nilai

signifikansi 0,000 (< 0,05). Dengan menggunakan tabel t, diperoleh t-

tabel sebesar 2.023. Hal ini menunjukkan t-hitung > t-tabel (13,860

> 2,023), yang berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak artinya laba

bersih secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

2. pengaruh arus kas operasi terhadap dividen kas.

a. nilai signifikansi = 0,950 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t

individual (parsial) lebih besar dari (>) 0,05. Hal ini sesuai dengan

hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan

t-tabel yaitu arus kas operasi secara parsial tidak memiliki hubungan

dengan dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

Page 59: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 55

b. Variabel pengaruh arus kas operasi memiliki t-hitung -0,063 dengan

nilai signifikansi 0,950 (> 0,05). Dengan menggunakan tabel t ,

diperoleh t-tabel sebesar 2,023. Hal ini menunjukkan t-hitung < t-

tabel (-0,063 < 2,023), yang berarti bahwa H0 diterima dan Ha ditolak

artinya arus kas operasi secara parsial tidak memiliki hubungan dengan

dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Uji simultan atau uji F ini dilakukan untuk melihat seberapa besar

pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Tabel 6: Uji Simultan (Uji F)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Hasil uji F yang ditampilkan dalam tabel 6 menunjukkan bahwa nilai F-

hitung adalah 97,108 dengan tingkat signifikansi 0,000 (< 0,05). Dengan

mengunakan tabel F diperoleh nilai F-tabel sebesar 3.2519 Hal ini menunjukkan

bahwa nilai Fhitung > Ftabel yang berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak,

artinya variabel bebas laba bersih dan arus kas operasi secara simultan memiliki

pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Pengujian koefisien determinasi dilakukan dengan melihat nilai r-square

adjusted (Tabel 5), dimana nilainya adalah sebesar 0,831 atau 83,1%

mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independen mampu

menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 83,1% dan sisanya 16,9 %

dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

J. KESIMPULAN PENELITIAN

Hasil penelitian ini adalah (1) laba bersih memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap dividen (2) arus kas operasi memiliki pengaruh negatip dan

tidak signifikan terhadap dividen (3) secara bersama sama laba bersih dan arus kas

operasi memiliki pengaruh terhadap dividen Pada Perusahaan Perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Sari (2011),

walaupun telah ditambahkan satu tahun data penelitian, hal ini menunjukkan

bahwa dunia perbankan di Indonesia tidak begitu banyak mengalami perubahan.

ANOV Ab

210.155 2 105.077 97.108 .000a

40.036 37 1.082

250.191 39

Regress ion

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predic tors: (Constant), akoln, lblna.

Dependent Variable: dev lnb.

Page 60: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 56

DAFTAR PUSTAKA

Dyckman et al (2001) Dyckman, R.Thomas, Roland E.Dukes and Charles J.Davis,

2001. Intermediate Accounting, Alih Bahasa Herman Wibowo, Akuntansi

Intermediate, EdisiKetiga, Jilid II, Erlangga, Jakarta.

Eugene F., Joel F. Houston, 2001. Fundamentals of Financial Management, Eight

Edition, Alih Bahasa Herman Wibowo, Manajemen Keuangan, Edisi

Kedelapan, Jilid II, Erlangga, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,

Badan Penerbit Universtitas Diponegoro, Semarang.

Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,

BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Keown, Arthur J., et al, 2000. Basic Financial Management, Alih Bahasa Chaerul

D. Djakman dan Dwi Sulisyorini, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi

ketujuh, Buku II, PT Selemba Empat, Jakarta.

Pardhono dan Yulius Jogi Christiawan, 2004. “Pengaruh EVA, RI, Earnings, dan

Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”,

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, November, hal 140-165.

Santoso, Singgih, 2002. Buku latihan SPSS Statistik Parametrik, edisi pertama,

PT Elex Media Computindo, Jakarta.

Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi Keempat, Buku

Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Stice, Earl K., James D, Stice Fred Skousen, 2004. Akuntansi Keuangan

Menengah, Jilid I, PT Salemba Empat, Jakarta.

Sugihen, Syafruddin Ginting, 2003. Desertasi: Pengaruh Struktur Modal terhadap

Produktivitas Aktiva dan Kinerja Keuangan serta Nilai Perusahaan Industri

Manufaktur terbuka di Indonesia, Desertasi, Program Pasca Sarjana

Universitas Erlangga, Yogyakarta.

Sunyoto, Danang, 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, edisi pertama, Media

Pressindo, Yogyakarta.

Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Ketiga, Jilid I,

Bayumedia, Malang.

Parthington, 1989

Sari, Weni Artika, 2011. Analisis Hubungan Antara Laba Bersih Dan Arus Kas

Operasi Dengan Dividen Kas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Tidak dipublikasikan.

Page 61: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 57

PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO, DEBT TO EQUITY

RATIO, DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP

MARKET VALUE SAHAM

ENDA YUNITA S.

Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan

ABSTRAK

The purpose of this study is to analize the effect of liquidity, profit, and

solvability on share price of banking industry in Indonesian Stock Exchange

simultaneously and partially. This study is an causal association study.

The population of this study is 30 members of banking industry listed in

Indonesia Stock Exchange from 2007 - 2009. Samples are 19 members of of

banking industry listed in Indonesia Stock Exchange, they are taken using

purposive sampling. Data are estimated using Multiple Linear Regression.

The study showed that simultaneously Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt

to Equity Ratio (DER) and Capital Adequacy Ratio (CAR) did not have

significant effect on share price, partially LDR, DER, and CAR did not have

effect on share market value

Keywords: liquidity, profit, solvability, share market value

A. Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini mencoba melihat beberapa faktor yang mempengaruhi harga

saham berdasarkan market value dari emiten perbankan di Indonesia, kemudian

melihat pengaruh beberapa aspek yang memungkinkan dapat mempengaruhi

market value (nilai pasar). Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan yang bergerak dalam bidang industri

perbankan. Industri perbankan dipilih karena beberapa alasan antara lain karena

industri ini sampai saat ini masih belum stabil atau dengan kata lain sejak diterpa

masalah pada tahun 1997 dan sampai saat ini industri perbankan masih bertopang

pada BLBI dan alasan lainnya karena adanya isu yang mengatakan bahwa

perusahaan perbankan milik pemerintah (BUMN) akan melakukan merger pada

waktu dekat ini sehingga perusahaan perbankan pemerintah menjadi hanya dua.

Likuidasi, pengambilalihan dan restrukturisasi perbankan mencerminkan betapa

tidak sehat kondisi perbankan nasional sebelum krisis. Bahkan Bank Indonesia

sebagai bank sentral digambarkan sebagai sarang penyamun. Kondisi tidak sehat

ini bisa juga dikatakan akibat pengaruh dari rezim orde baru dimana pada saat itu

ada kebijakan untuk mempermudah pendirian bank.

Page 62: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 58

Jika dilihat dari overview kinerja perbankan maka beberapa tahun setelah

terjadinya krisis ekonomi hingga akhir tahun 2004 kinerja sektor perbankan

menunjukkan trend yang terus membaik yang tercermin antara lain dari

meningkatnya pertumbuhan dan kredit perbankan, meningkatnya Loan to Deposit

Ratio (LDR), menurunnya Non Performing Loan (NPL) serta meningkatnya profitabilitas. Perbaikan kinerja sektor perbankan pada waktu itu tidak lepas dari

dukungan kondisi makro yang terus membaik yang dapat dilihat dari meningkatnya laju

pertumbuhan ekonomi, menurunnya laju inflasi dan tingkat bunga dalam negeri serta

semakin stabilnya tingkat rupiah, namun demikian memasuki tahun 2005 khususnya

pada pertengahan tahun 2005 tekanan yang terjadi pada stabilitas ekonomi makro

telah membawa pengaruh negative pada perkembangan kinerja sektor perbankan

dan kemungkinan juga akan berlanjut di tahun 2006. Beberapa indikator kinerja

perbankan mulai menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan

yang tercermin antara lain dari meningkatnya kembali NPL, menurunnya NIM,

menurunnya profitabilitas, menurunnya CAR, serta meningkatnya rasio biaya

terhadap pendapatan (BOPO).

Ditengah-tengah perkembangan yang kurang menggembirakan inilah maka

setiap perbankan berlomba-lomba untuk meningkatkan rasio profitabilitasnya dengan

berbagai cara misalnya dengan menarik nasabah sebanyak mungkin dari pelayanan

yang ditingkatkan dan meningkatkan kualitas dari produk perbankan,

meningkatkan aktiva produktifnya yakni dengan mengurangi aktiva bermasalah

seperti kredit macet serta ditingkatkannya sifat kehati-hatian dalam pemberian kredit

terhadap nasabah tetapi tetap mendahulukan pelayanan mereka. Mencoba membuat

beberapa kebijakan untuk penyesuaian terhadap tingkat suku bunga SBI yang masih

tinggi sehingga tidak menghambat kinerja perbankan untuk lebih maju dan lebih

dapat meningkatkan LDRnya. Interest rate yang merupakan aspek makro juga

perlu diperhatikan karena selain ingin mendapatkan laba perusahaan dari rasio

profitabilitas dan meningkatkan LDR maka interest rate yang berlaku di

Indonesia sangat berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan.

Dari sisi DPK, pertumbuhan dana masyarakat sepanjang 2009 juga kurang

menunjukkan peningkatan yang tinggi jika dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya. Sepanjang tahun 2009, peningkatan DPK hanya sebesar Rp 220

triliun atau rata-rata meningkat sebesar Rp 18 triliun per bulan. Kondisi tersebut

menurun jika dibandingkan rata-rata peningkatan DPK per bulan di tahun 2008

sebesar Rp 20 triliun dan Rp 19 triliun di tahun 2007. Ke depan, dengan

membaiknya kondisi pasar finansial di luar perbankan, diperkirakan akan berat

bagi perbankan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat agar tetap

menyimpan dananya di bank. Diperlukan strategi yang inovatif bagi perbankan

dalam usahanya meningkatkan DPK khususnya dana yang memiliki biaya yang

rendah (dana tabungan dan giro).

Dilihat dari komposisi DPK yang ada, dimana porsi deposito masih

memiliki share yang cukup besar (pada 2008 share deposito mencapai 47% dan

pada 2009 sebesar 46%) membuat kemampuan perbankan untuk menekan biaya

dana menjadi terbatas, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan suku

bunga kredit menjadi kurang optimal. Kondisi tersebut yang antara lain dapat

melemahkan fungsi intermediasi perbankan terhadap sektor riil.

Page 63: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 59

Pada 2010 perbankan Indonesia diharapkan dapat kembali meningkatkan

perannya sebagai lembaga intermediasi secara optimal dengan momentum

recovery dari krisis finansial. Banyak kalangan, khususnya kalangan dunia usaha

dan pemerintah mengharapkan kontribusi perbankan yang lebih besar dalam

menggerakkan perekonomian. Sepanjang tahun 2009, banyak kalangan menilai

perbankan kurang optimal dalam menjalankan fungsi intermediasi, hal tersebut

berdasarkan penilaian dari berbagai pihak bahwa perbankan menerapkan strategi

suku bunga yang tinggi untuk dapat mempertahankan tingkat keuntungan.

Sebelum menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap sektor perbankan, ada baiknya

melihat kondisi perbankan di tahun 2009 dan ekspektasi perbaikan perekonomian

di tahun 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah

sebagai berikut :

“Bagaimana likwiditas yang diproksikan dengan Loan to Deposite Ratio (LDR),

Profitabilitas yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan

solvabilitas yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh

signifikan terhadap market value saham baik secara simultan maupun parsial ?”

C. TINJAUAN PUSTAKA

1. Market Value Saham

Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh

manajemen selaku pengelola bisnis untuk kepentingan public khususnya investor

dan kreditor. Informasi laporan keuangan itu disusun sesuai dengan prinsip dan

standar akuntansi yang sudah baku yang telah dirumuskan sejak dahulu oleh para

ahli akuntan serta standard setter. Prinsip ini harus dikuasai untuk bisa

menyajikan informasi tentang perusahaan. Prinsip akuntansi itu telah dibahas dan

diidentifikasi oleh berbagai hasil penelitian seperti APB Statement No.4,

Trueblood Committee, FASB, IASC, bahkan IAI juga telah merumuskannya

dalam berbagai PSAK, khususnya PSAK No.1 tahun1999.

Dalam pengambilan keputusan diperlukan informasi. Informasi ini

biasanya di supply oleh data dari transaksi yang terjadi di masa lalu. Data ini

diolah disusun dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi apa yang

mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Nilai buku (book value) suatu

perusahaan merupakan konsep dari akuntansi konvensional yang secara sederhana

dapat dihitung secara menyeluruh atau per saham. Para analis sering

menggunakan nilai buku sebagai pengganti nilai likuiditas misalnya untuk

memperkirakan batas bawah harga saham yang ditolerir. Karena dasar nilai buku

ini dianggap sebagai batas aman atau ukuran safety plan dalam berinvestasi.

Penggunaan nilai buku untuk mengukur secara langsung nilai aktiva lancar

dan liabilities dianggap mudah karena dianggap tepat, namun untuk menaksir nilai

aktiva tetap dinilai mengalami kesulitan karena nilai bukunya selalu jauh berbeda

dengan harga pasarnya. Book value sebenarnya dapat menggambarkan nilai

minimum perusahaan, dan nilai tersebut dianggap sebagai gambaran dari

historical cost yang tidak mencerminkan inflasi (konsep Conservatisme).

Page 64: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 60

Pada dasarnya dapat dilihat bahwa hubungan antara book value dan

market value dapat dipengaruhi oleh sifat assets, accounting reporting method,

profitability dan kondisi ekonomi. Manajemen dalam memilih metode pelaporan

selalu mementingkan kepentingannya dan akhirnya dapat menimbulkan perbedaan

antara book value dan market value. Dalam hal ini ada kaitannya dengan

pencatatan intangible assets misalkan goodwill yang sering tidak dicatat dan

menimbulkan perbedaan dengan nilai pasarnya.

Dalam hal ini sebenarnya sudah banyak yang menyorot dan mengkritik

nilai histories yang dinilai tidak relevan dan kurang berguna bagi pengambilan

keputusan manajemen, sehingga muncul ide pengukuran yang baru yaitu

menggunakan market value misalnya current cost, replacement cost, net

realizable value dan lain-lain. Menurut beberapa teori ada yang menemukan

fenomena penurunan nilai dari informasi laporan keuangan yang ditunjukkan oleh

hubungan yang semakin lemah antara nilai pasar modal (stock market value) dan

informasi akuntansi (book value, earnings dan cash flow).

Di negara maju yang pasar sahamnya sudah efisien dan persentase saham

public sudah cukup signifikan, harga saham dipakai sebagai salah satu tolok ukur

menilai kinerja direksi suatu perusahaan public, termasuk bank. Kian baik kinerja

suatu bank, akan semakin tinggi harga sahamnya dan semakin besar pula nilai

kapitalisasi pasarnya. Artinya, mengukur kinerja bank bukan melihat dari

besarnya total asset, tetapi dilihat rasio laba dan besarnya kapitalisasi pasar yang

ada.

2. Likwiditas

Likwiditas berhubungan erat dengan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.sedangkan kekuatan

membayar dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu adalah terlihat pada

jumlah dari alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki perusahaan itu.

Kemampuan membayar pada sutu perusahaan merupakan kekuatan membayarnya

dalam memenuhi semua kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.

Kemampuan membayar suatu perusahaan baru dapat diketahui setelah

membandingkan kekuatan membayar perusahaan di satu pihak dengan kewajiban-

kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi dilain pihak.

Likwiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio

(LDR). Loan to Deposite Ratio yang dikenal di industri perbankan adalah rasio

yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang merupakan

perbandingan antara dana yang dipinjamkan dengan deposito yang diterima dari

masyarakat. Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang

disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio ini semakin besar jumlah

dana yang diberikan ke masyarakat dan semakin besar opportunity mendapatkan

hasil melalui aktiva produktif. Apabila terlalu tinggi juga menunjukkan bahwa

bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid karena hanya berfokus pada

aktivanya. Batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah 110% maka jika

lebih dari standar tersebut maka likuiditas bank sama dengan nol atau tidak baik.

Ini diharapkan akan menaikkan profitabilitas dan akhirnya akan menaikkan Book

Value dan Market Value perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Page 65: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 61

LDR = ihakKetigaTotalDanaP

tTotalKredi 100%

(Bastian dan Suharjono, 2006 : 302)

3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan

sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan

keuntungan bagi perusahaaan.Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar

kebijakan dan keputusan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber dana

perusahaann. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Debt to

Equity Ratio. Debt to equity ratio melihat struktur keuangan perusahaan dengan

meningkatkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Rumus untuk

menghitung debt to equity ratio ini mengindikasikan sejauh mana perusahaan

dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya.

Dalam hal terjadi likuidasi, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan

pemegang saham, kreditor memiliki hak pertama atas asset perusahaan. Dari sudut

pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat

dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat asset yang

memadai untuk menutup klaim pihak lain.

Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang akan dihadapi

oleh perusahaan. Resiko yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri

yang rendah untuk membiayai aktiva. Semakin rendah rasionya, maka semakin

sedikit kewajiban perusahaan dimasa yang akan datang. Menurut Fraser (1988)

debt to equity ratio mengukur tingkat resiko yang terdapat pada struktur hutang

dimana rasio DER yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain

relatif lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya,

meningkatkan resiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup

secara penuh bilamana terjadi likuidasi.

Adapun persamaan dari debt to equity ratio adalah :

Debt to Equity Ratio = %100xPemilikEquitasJumlah

KewajibanJumlah

4. Solvabilitas

Solvabilitas adalah perbandingan antara dana-dana yang yang dipakai

untuk membelanjai/membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang

diperoleh dari ekstern perusahaan (dari kreditur-kreditur) dengan dana yang

disediakan pemilik perusahaan. Solvabilitas perbankan menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajibannya dalam jangka panjang ataupun ketika

suatu entitas perbankan dilikuidasi.Solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan

dengan Capital Aequacy Ratio. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio

keuangan bank yang berguna untuk membandingkan antara jumlah modal bank

dengan seluruh aktiva yang dimiliki. Melalui rasio ini akan diketahui kemampuan

menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal

bank. Semakin tinggi rasio ini semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi

Page 66: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 62

penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah.

Dari pernyataan diatas, Capital Adequacy Ratio merupakan salah satu rasio

perbankan yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada di

suatu bank untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan

dan perdagangan surat-surat berharga. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio

kecukupan modal. Capital Adequacy Ratio dapat di formulakan :

BerhargaSurat Pinjaman Total

Tetap Aktiva - Sendiri Modal

CAR %100x

D. REVIEW PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008) dengan judul Pengaruh Kinerja

Bank terhadap Harga Saham pada Bank yang Go Public periode 2000-2006.Pada

penelitian tersebut digunakan CAR, KAP, BOPO dan LDR sebagai variabel

independen dan harga saham sebagai variabel dependen.Hasil penelitian

menunjukkan secara simultan CAR,KAP, BOPO dan LDR tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial KAP berpengaruh

signifikan terhadap harga saham, sedangkan CAR, BOPO,dan LDR tidak

berpengaruh signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sianipar (2005) dengan judul Pengaruh

Faktor Fundamental terhadap harga saham Industri Perbankan di Indonesia. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara simultan CAR, ROA,ROE, NIM, LDR

NPATEA dan EPS mempunyai pengaruh terhadap harga saham, sedangkan secara

parsial CAR,ROE, NIM, dan EPS berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan

ROA, LDR dan NPATEA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

Alexandri (2000) melakukan penelitian tentang hubungan antara kinerja

perusahaan dengan harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian dilakukan terhadap perusahaan di industri rokok di Bursa Efek Jakarta

(BEJ) periode 1993-1997. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian

tersebut antara lain EVA, Debt to Equity Ratio (DER), dan Return on Investment

(ROI). Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan di industri rokok

yang telah menjual sahamnya melalui BEJ untuk periode 1993 sampai dengan

1997, yaitu PT.British American Tobacco Company (BAT) Indonesia Tbk,

PT.Gudang Garam Tbk, dan PT.Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna Tbk. Sampel

dianalisis dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yaitu EVA, DER, dan ROI

memiliki hubungan dan pengaruh yang tinggi terhadap harga sahamnya.

Nainggolan (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh variabel

fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEI. Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DER,ROE dan

BVS sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil pengujian

menyimpulkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen tidak

mempengaruhi pembentukan harga saham. Secara parsial hanya BVS yang berpengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah dibuat gambar kerangka konsep

sebagai berikut :

Page 67: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 63

Gambar 1. Kerangka Konseptual

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Dari kerangka konseptual dan uraian teoritis tersebut, maka hipotesis yang

diajukan sebagai berikut : Debt to Equity Ratio, Capital Adequacy Ratio dan

Loan to Deposite Ratio berpengaruh signifikan terhadap market value saham.

F. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif causal yang bertujuan

untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposite Ratio, Debt to

Equity Ratio, dan Capital Adequacy Ratio sebagai variable bebas (independen)

serta market value saham sebagai variable terikat (dependen).

Populasi (N) pada penelitian ini adalah seluruh emiten perbankan yang

terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sejumlah 30 emiten perbankan. Sampel yang

digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono,2004). Pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah

berdasarkan kriteria berikut :

1. Lembaga Perbankan yang terdaftar secara terus menerus di BEI pada tahun

2007 hingga tahun 2009.

2. Memiliki laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik yang

dipublikasikan dan opini yang diperoleh adalah unqualified opinion.

Sampel yang terpilih dari penelitian ini sejumlah 19 emiten perbankan x 3

tahun = 57 observasi.

Variabel yang digunakan oleh peneliti meliputi variabel dependen

(terikat) dan variabel independen (bebas).

1. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah market value saham emiten

perbankan pada harga rata-rata yang terdaftar di BEI periode 2007-2009.

2. Variabel independen (bebas)

LDR (X1)

Market

Value

Saham

(Y)

Debt to

Equity

Ratio

(X2)

CAR (X3)

Page 68: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 64

Yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Yang termasuk

variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel yang diproksikan

dengan rasio-rasio likuiditas yaitu LDR , profitabilitas berupa DER dan

solvabilitas bank dan CAR

Defenisi operasional dan pengukuran untuk masing-masing variabel dalam

penelitian ini adalah :

a. Market value saham (Y) adalah nilai pasar harga saham yang tercatat setiap

hari pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek

Indonesia.Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai pasar

saham rata-rata yang dipublikasikan di laporan keuangan pada periode

pengamatan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

b. Loan to Deposite Ratio (X1) yang dikenal di industri perbankan adalah rasio

yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang merupakan

perbandingan antara dana yang dipinjamkan dengan deposito yang diterima

dari masyarakat. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

c. Debt to Equity Ratio (X2), dimana rasio ini mengindikasikan sejauh mana

perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan

kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi likuidasi, kreditor mempunyai

prioritas klaim dibandingkan dengan pemegang saham, kreditor memiliki hak

pertama atas aset perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala

rasio.

d. Capital Adequacy Ratio (X3)Rasio ini menunjukkan kemampuan

permodalan yang dimiliki oleh suatu bank untuk menciptakan bisnis baru

dengan earning assets yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio ini dapat

diukur dengan memperhatikan beberapa tingkat resiko yang dihadapi oleh

bank. Perhitungan CAR pada penelitian ini, diperoleh dari perhitungan CAR

oleh masing-masing bank. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala

rasio.

Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah dengan analisis regresi berganda (multiple regression

analysis). Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh indpenden

terhadap variabel dependen yang akan diteliti. Teknik analisis data menggunakan

alat bantu software SPSS ( Statistical Package Social Science). Peneliti melakukan

uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis.

Untuk menentukan besarnya pengaruh antara variabel independen yaitu

LDR,DER, dan CAR terhadap market value saham.Model regresi linier berganda

yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = α + βX1 + βX2 + βX3 +ε

Dimana :

Y = Market Value saham

α = Konstanta

β = koefisien regresi

Page 69: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 65

X1 = LDR

X2 = DER

X3 = CAR

e = Error (variabel pengganggu)

G. HASIL PENELITIAN

Sebelum melakukan pengujian hipotesa penulis terlebih dahulu melakukan

uji asumsi klasik data. Hasil uji normalitas terlihat data tidak terdistribusi secara

normal

Tabel 1. Uji Normalitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Berdasarkan Tabel 1, nilai p unstandardized residual dari variabel variabel

penelitian 0,034 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan data tidak terdistribusi secara

normal, kemudian dilakukan transformasi data kedalam bentuk log natural, tetapi

masih terdapat nilai negatif sehingga diperlukan penambahan nilai satu kepada

yang tertinggi baru menguranginya dengan nilai nilai yang ada, hal ini dilakukan

terhadap variabel x1 dan x3.

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat:

1. Nilai p = 0,543 > 0,05 sehingga disimpulkan data terdistribusi secara normal

2. Data pada scatter plot menyebar secara merata diatas ataupun dibawah nilai 0

maka disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada data penelitian

3. Multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance < 1 dan nilai 1 < VIF < 5, pada

tabel diatas semua memenuhi kriteria sehingga terbebas dari multikolinearitas

4. Otokorelasi dilihat dari nilai -2 < DW < +2, nilai DW sebesar 1,965 maka tida

terdapat otokorelasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes t

57

.0000000

2605.703773

.189

.189

-.122

1.430

.034

N

Mean

Std. Dev iation

Normal Parameters a,b

Absolute

Pos itive

Negative

Most Extreme

Dif ferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated f rom data.b.

Page 70: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 66

Tabel 2. Uji Asumsi Klasik (Normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan otokorelasi

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Deskripsi data penelitian dilihat dari data sebenarnya atau data yang belum

ditransformasikan, yaitu: Tabel 3. Deskripsi Data Penelitian

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes t

57

.0000000

1.05000679

.106

.075

-.106

.801

.543

N

Mean

Std. Dev iation

Normal Parameters a,b

Absolute

Pos itive

Negative

Most Extreme

Dif ferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated f rom data.b.

Page 71: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 67

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Tabel 3 menunjukkan:

1. Jumlah item dalam penelitian untuk masing masing variabel adalah 57 buah.

2. Rata rata harga saham adalah Rp. 2650, nilai tertinggi Rp. 9200, nilai terendah

Rp. 180, dengan standar deviasi 2779.

3. Rata rata LDR adalah 0,76%, nilai tertinggi 1,08%, nilai terendah 0,43%,

dengan standar deviasi 0,17498%.

4. Rata rata DER adalah 10,3%, nilai tertinggi 16,86%, nilai terendah 3,75%,

dengan standar deviasi 2,92676%.

5. Rata rata CAR adalah 0,2%, nilai tertinggi 0,54%, nilai terendah 0,09%,

dengan standar deviasi 0,085%.

Model penelitian dapat ditulis berdasarkan Tabel 3 adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut , maka pengaruh

masing-masing variabel independen tersebut terhadap market value saham dapat

diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta sebesar 4,942 artinya apabila nilai variabel independen LDR

(X1), DER (X2), dan CAR (X3), bernilai nol, maka nilai market value saham

adalah sebesar 8.725.

2. Koefisien regresi LDR (X1) sebesar 0.878 memberikan pengertian bahwa

perubahan LDR (X1) sebanyak 1% akan memberikan dampak terhadap

kenaikan kemarket value saham (Y) sebesar 0.878 % dengan arah yang sama.

3. Koefisien regresi variabel DER (X2) sebesar 0,847 bermakna jika variabel

DER (X2) meningkat 1 %, maka akan menaikkan satu satuan market value

saham (Y) sebesar 0.847% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama

dengan nol.

4. Koefisien regresi CAR (X3) sebesar -0.368 memberikan pengertian bahwa

perubahan variabel (X3) sebanyak 1% akan memberikan dampak penurunan

market value saham sebesar 0.368% dengan arah yang berlawanan.

Uji statistik t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel LDR,DER, dan

CAR secara parsial terhadap market value saham perbankan di BEI dengan

asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan atau sama dengan nol. Hasil uji

statistik t dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 diatas :

a. Variabel LDR mempunyai nilai positif pada t hitung sebesar 1,437 dengan

nilai signifikan sebesar 0,157. Karena nilai signifikansi LDR yaitu 0,157

lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa LDR tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap market value saham perbankan di

Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.

b. Variabel DER bernilai positif pada t hitung sebesar 1,611 dengan nilai

signifikansi 0,113. Karena nilai signifikansi LnDER yaitu 0,113 lebih

Page 72: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 68

besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel DER tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap market value saham perbankan di

Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.

c. Variabel CAR mempunyai nilai negatif pada t hitung sebesar -0,794

dengan nilai signifikan sebesar 0,431. Karena nilai signifikansi CAR yaitu

0,431 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa CAR tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap market value saham perbankan di

Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.

Hasil uji hipotesis untuk secara serentak dilakukan dengan melihat nilai F

Tabel 4. Uji Serentak

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian

Nilai F-hitung sebesar 1,937 dengan nilai signifikan 0,135 > 0,05 maka

disimpulkan bahwa semua variabel bebas secara serempak tidak mempengaruhi

harga saham.

Untuk meyakinkan kekuatan hubungan antar variabel, dapat dilihat pada

tabel 3 : nilai adjusted r-square 0,048, hal ini menunjukkan bahwa 4,8 % variabel

market value saham dapat dijelaskan oleh variabel LDR,DER, dan CAR. Sisanya

sebesar 95,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model

penelitian ini.

Kecilnya nilai adjusted r-square menunjukkan bahwa memang semua

variabel bebas dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh terhadap variabel

terikat.

H. KESIMPULAN PENELITIAN

Kesimpulan penelitian ini adalah secara simultan likwiditas yang

diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR), profitabilitas yang

diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan solvabilitas yang diproksikan

dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap

market value saham. Secara parsial variabel LDR, DER, dan CAR tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap market value saham

Page 73: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 69

DAFTAR PUSTAKA

Alexandri, Mohammad Benny. 2000. Hubungan Kinerja dengan Harga Saham di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal Empirika, Vol. 5 No. 2, Juni 2001.

Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Penerbit Selemba

Empat. Jakarta.

Fraser, Lyn.1988. Understanding Financial Statement (second edition). Prentice

Hall, Englecliffs, New Jersey.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, buku 1, per 1

Januari 2004, Salemba Empat, Jakarta.

Munawir. S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Nainggolan, Susan Grace. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap

Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI, tesis Program

Pascasarjana USU, Medan.

Santoso, Singgih. 2002. Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT

Elexmedia Komputindo, Jakarta.

Sari, Dwi Merita.2008. Pengaruh Kinerja Bank terhadap Harga Saham, pada

Bank Go Publik Periode 2000-2006. Tesis Program Pascasarjana

Universitas Kristen Petra.

Sianipar, Ardin. 2005. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham

Industri Perbankan di Indonesia. Tesis Program Pascasarjana USU,

Medan. (tidak dipublikasikan).

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh, Alfabeta, Bandung.

Page 74: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 70

PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN KOTA MEDAN

MELALUI PENGELOLAAN ORGANISASI FILANTROPI

SURI PURNAMI

Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan

ABSTRACT

Difficulties of life at this time was still making group of people to act as a

catalyst in addressing various issues of poverty that exist to foster the spirit of

philanthropy. This study aims to determine how the forms of community

development projects in Medan with case studies Rumah Zakat Medan.

Research type is descriptive quantitative. The population in this study

were all respondents receiving community development projects which are

managed by the city of Medan Alms Houses, amounting to 91 people.

The result is the fourth community development projects (Program Cake

House, Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi), Sarana Usaha Mandiri, dan

Empowering Center) that have been and are being implemented by the Zakat

House Field has a lot of benefits that have been perceived by the participants of

the program are in 3 districts in the city of Medan Medan Labuan district, sub-

district and district Medan Medan Tembung Sunggal who is the respondent in this

study.

Keywords: community empowerment, poverty

A. LATAR BELAKANG

Sifat kedermawanan sosial yang berjamaah merupakan sebuah

keniscayaan yang muncul bak oase di tengah gersangnya kondisi kehidupan

perekonomian yang sangat sulit dan terasakan oleh sebagian masyarakat. Karena

ternyata ditengah sulitnya kehidupan tersebut masih ada sekelompok warga

masyarakat yang mau berperan sebagai katalisator dalam mengatasi beragam

persoalan kemiskinan yang ada dengan menumbuhkembangkan jiwa filantropi

(kedermawanan sosial).

Tidak mengherankan jika eksistensi organisasi-organisasi filantropi seperti

ini menjadi tumbuh subur, seperti: Organisasi Amil Zakat (LAZ), Rumah Zakat,

Serikat Tolong Menolong (STM), Organisasi Gereja, dan lain-lain. Semakin lama

posisi dan peran organisasi-organisasi ini demikian terasa kuat dan sangat

dirasakan manfaatnya bagi masyarakat luas khususnya masyarakat yang dianggap

sebagai masyarakat kurang mampu. Selain itu mereka juga menjadi penjembatan

bagi warga lainnya yang merasa memiliki kelebihan rejeki dan ingin berbagi

kepada yang kurang beruntung tetapi dengan tetap mendapatkan kenyamanan dan

kepastian pengelolaan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Page 75: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 71

Atas dasar uraian di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk mengkaji

bagaimana “Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Medan melalui

Pengelolaan Organisasi Filantropi” yang dilakukan oleh organisasi filantropi

keagamaan “Rumah Zakat” yang memiliki wilayah kerja di Kota Medan. Salah

satu alasan mengapa organisasi filantropi Rumah Zakat yang peneliti jadikan

sebagai studi kasus karena organisasi ini telah cukup dikenal keprofessionalan dan

keamanahannya dalam mengelola dana-dana yang dizakatkan masyarakat dan

juga karena peneliti tertarik dengan salah satu misi besar mereka yaitu

membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara produktif.

B. PERUMUSAN MASALAH

Penelitian-penelitian yang terkait dengan kemiskinan, subordinasi,

marginalisasi dan ketidakberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan. Seiring

dengan perubahan pola-pola kehidupan yang semakin dinamis, maka setiap

manusia selalu mencipta dan mengembangkan tradisi filantropi untuk membantu

sesama manusia yang membutuhkan bantuan. Namun kurun waktu belakangan

ini, potensi filantropi diapresiasi dalam berbagai bentuk pengelolaan yang

terorganisir melalui organisasi keagamaan. Perubahan-perubahan dalam

pengelolaan filantropi belum banyak dipahami dan dimanfaatkan masyarakat

sebagai sarana dalam pengentasan kemiskinan, menghilangkan marginalisasi

maupun subordinasi.

Berdasar alasan dan latar belakang di atas, peneliti sangat berkeinginan

mengetahui: ”Bagaimana bentuk-bentuk program pemberdayaan masyarakat

miskin kota Medan dengan studi kasus Rumah Zakat Medan?”

C. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengelolaan Filantropi

Potensi filantropi (kedermawanan sosial) pada hakekatnya telah menjadi

kebiasaan dan tradisi masyarakat Indonesia. Kebiasaan ini merupakan manifestasi

dari ajaran agama dan nilai-nilai budaya yang sudah terimplementasi sejak ratusan

tahun lalu di berbagai etnis di Indonesia dalam bentuk dan nama yang berbeda.

Misalnya tradisi jimpitan yang dikenal di kalangan Etnis Jawa, dimana tradisi ini

menyisihkan beras untuk disumbangkan pada kegiatan sosial. Tradisi semacam ini

juga ditemukan pada Etnis Batak, Minang, Toraja dan etnis lainnya dengan nama

yang berbeda (Saidi, 2003: 115).

Pemaparan beberapa contoh di atas, memperlihatkan bahwa potensi

filantropi menjadi wacana penting untuk diangkat dan disosialisasikan dalam

membantu orang-orang yang membutuhkan. Filantropi dapat dimaknai sebagai

kesediaan untuk berbagi dan menolong sesama yang hidupnya kurang beruntung.

Dengan menyumbang sejumlah uang untuk sekelompok fakir miskin yang sedang

membutuhkan, maka perbuatan menolong orang yang sedang membutuhkan

adalah tindakan mulia (Saidi, 2003: 144). Bantuan-bantuan yang diberikan kepada

orang-orang yang kurang mampu tidak hanya dalam bentuk material, tetapi juga

bantuan teknis yang bersifat karitas (charity).

Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, bantuan-bantuan yang bersifat

karitas ini menjadi pendorong munculnya ide-ide pengembangan masyarakat

(Community Development). Pada hakekatnya pemberdayaan masyarakat bertujuan

Page 76: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 72

untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial, budaya,

ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, sehingga

masyarakat diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan

kesejahteraan yang lebih baik (Budimanta dalam Rudito, 2003: 40).

Aspek sukarela dan saling percaya memegang peranan penting dari

keberlanjutan organisasi karitas dalam menjalankan kegiatan-kegiatan sosial, baik

secara individu maupun keorganisasian non-profit yang bertujuan untuk

menghimpun dana atau memberi dukungan kepada orang-orang yang kurang

mampu di masyarakat. Pemberdayaan sebenarnya sangat terkait dengan konsep

pembangunan alternatif. Konsep ini menuntut adanya demokrasi, pertumbuhan

ekonomi yang menjamin kepentingan rakyat banyak, kesamaan gender, keadilan

antar generasi serta melalui proses belajar secara sosial (Suparjan, 2003: 42).

Sebagai kota yang masyarakatnya majemuk, dan memiliki beragam etnis,

budaya serta agama, Kota Medan dinilai sangat berpotensi melakukan kegiatan-

kegiatan yang bernuansa filantropi. Dari hasil survei yang pernah dilakukan oleh

salah satu LSM Nasional tentang tradisi berderma melalui zakat pada sebelas kota

di Indonesia menemukan bahwa nilai zakat yang dibayarkan masyarakat Kota

Medan pertahun menempati posisi nomor dua terbesar setelah Manado pada tahun

2002.

2. Filantropi Sebagai Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat

Melihat esensi filantropi dalam relasi sosial tidak dapat dipisahkan dalam

bingkai modal sosial yang menjadi katalisator untuk menolong sesama manusia.

Putnam (1993) dalam Hasbulllah (2006) menjelaskan bahwa aspek trust (saling

percaya) dalam sebuah institusi menjadi sumber kekuatan modal sosial (social

capital) untuk mempertahankan keberlangsungan hidup yang dinamis dan efektif.

Suatu masyarakat yang kehilangan rasa percaya akan menjadi lemah dan sulit

untuk keluar dari berbagai kesulitan hidup yang dihadapinya. Dinamika

kehidupan masyarakat menjadi tumpul, kegiatan organisasi-organisasi yang

terbentuk di tengah masyarakat akan kehilangan orientasi serta jati diri dalam

menjalankan berbagai kegiatannya secara efisien dan efektif.

Pemberdayaan (empowering) sebagai suatu upaya untuk mereduksi

kemiskinan yang dialami oleh suatu komunitas menurut Kartasasmita (1996)

dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu: 1) Menciptakan suasana atau iklim

yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling) dengan

memperkenalkan bahwa setiap masyarakat memiliki potensi (budaya) untuk

berkembang; 2) Memperkuat posisi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat

dengan menyediakan input serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang

akan membuat masyarakat menjadi berdaya dalam memanfaatkan peluang; 3)

Melindungi masyarakat yang lemah dalam proses pemberdayaan agar tidak

menjadi semakin lemah oleh kekurang berdayaannya dalam menghadapi yang

kuat.

Adapun program-program pemberdayaan masyarakat yang telah dan

sedang dilakukan oleh Rumah Zakat kota Medan dan diberi nama program

”Senyum Mandiri” yang antara lain adalah:

Page 77: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 73

1. Program Cake House yaitu program pelatihan dan pendampingan kepada

para ibu rumah tangga untuk mahir membuat kue-kue kering dan basah

dengan salah satu target terbesar agar para peserta mampu mandiri

berwirausaha dalam memproduksi dan memasarkan kue-kue tersebut.

2. Program Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi), yaitu pemberian kredit

kepada masyarakat miskin untuk kegiatan produktif dengan tingkat bagi

hasil atau bunga 0%, dan biasanya peserta sebagian besar merupakan

alumni dari program Cake House atau member program Rumah Zakat

lainnya.

3. Program Sarana Usaha Mandiri yaitu program pemberdayaan masyarakat

miskin di bidang wirausaha yang bersifat muatan lokal seperti penyediaan

modal usaha dalam bentuk barang modal, gerobak jualan, dan lain-lain.

4. Empowering Center yaitu program pemberdayaan masyarakat miskin yang

bersifat pengadaan pelatihan-pelatihan dan workshop yang kontiniu dan

aplikatif sesuai dengan muatan potensi lokal seperti budi daya ikan lele,

kepiting, jamur tiram, kerajian seni dan menyulam, menjahit, membuat

payet, dan lain-lain.

D. METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Kuncoro (2003)

penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang meliputi pengumpulan data

untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status akhir dari

suatu subyek penelitian.

Sifat penelitian adalah menjelaskan (deskriptif eksplanatory) fenomena

yang terjadi di objek penelitian mengenai bagaimana bentuk-bentuk program

pemberdayaan masyarakat miskin kota Medan yang telah dan sedang dilakukan

oleh Rumah Zakat Medan.

2. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa kecamatan di kota Medan yaitu di

kecamatan Medan Labuhan, kecamatan Medan Sunggal dan kecamatan Medan

Tembung yang menjadi lokasi para responden menerima dan melaksanakan

program-program pemberdayaan ini. Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan

September sampai dengan awal Oktober 2011.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh responden penerima

program pemberdayaan masyarakat miskin yang dikelola oleh Rumah Zakat kota

Medan yang berjumlah N= 91 orang. Karena ini merupakan penelitian dengan

jumlah responden secara total yang tidak banyak serta agar lebih dicapai

keakuratannya, maka peneliti mengambil metode sensus sebagai teknik

pengumpulan data dari responden.

Page 78: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 74

Tabel 1. Nama Program dan Populasi

NO PROGRAM

PEMBERDAYAAN

JUMLAH

POPULASI (orang)g)

1 Cake House 20

2 Kredit Usaha Kecil Mandiri

(KUKMi) 11

3 Sarana Usaha Mandiri 10

4 Empowering Center 50

Total 91

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden dan Bentuk-bentuk Program Pemberdayaan

Masyarakat yang telah dan sedang dilakukan oleh Rumah Zakat Medan

Karakteristik responden pada penelitian ini terbagi menjadi empat

klasifikasi responden sesuai program pemberdayaan yang masing-masing mereka

ikuti. Syarat untuk dapat menjadi peserta program adalah harus member atau telah

menjadi anggota dari salah satu program kegiatan di Rumah Zakat seperti

misalnya ibu yang pernah melahirkan secara gratis di program Rumah Bersalin

Gratis (RBG) Rumah zakat, atau anaknya bersekolah di program Rumah Juara di

Rumah Zakat, atau juga misalnya orang tua yang anaknya mendapat beasiswa dari

Rumah Zakat dan lain sebagainya.

Usia para responden yang merupakan peserta program pemberdayaan ini

sekitar 30-50an tahun dengan jenis kelamin bervariasi tergantung pada program

yang mereka ikuti. Adapun keempat program pemberdayaan masyarakat miskin

yang telah dan sedang dilakukan oleh Rumah Zakat kota Medan dimana mulai

terlaksana sejak tahun 2008 hingga sekarang antara lain adalah:

1. Program Pemberdayaan Cake House

Program ini memiliki peserta sebanyak 20 orang yang terbagi

kedalam dua kelompok dan masing-masingnya berjumlah 10 orang serta

tersebar di dua kecamatan yaitu kecamatan Medan Tembung dan

kecamatan Medan Sunggal. Dalam 1 tahun terdiri dari 3 periode yang

0

20

40

60

Cake House KUKMi Sarana UsahaMandiri

EmpoweringCenter

Populasi

Populasi

Page 79: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 75

masing-masingnya mulai dari pelatihan, hingga pemasaran dan

pengembalian atau pelunasan dana modal kerja yang tanpa bunga atau

bagi hasil selama 100 hari kerja.

Pihak Rumah Zakat menyediakan segala peralatan dan bahan-

bahan pelatihan berupa tepung, telur, mentega dan lain sebagainya

termasuk menghadirkan pelatih, pendamping hingga sampai pencatatan

keuangan yang baik pada saat pemasaran dan pengembalian modal dana

berupa cicilan hingga sampai kepada pelunasan bantuan modal yang tanpa

bunga sama sekali (0%) atau bagi hasil nol.

2. Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi)

Program ini memiliki peserta untuk periode pelatihan terakhir

sebanyak 11 orang yang merupakan hasil seleksi dari beberapa program

pemberdayaan lainnya yang telah dinilai layak mendapatkan dana

pinjaman untuk berproduksi dan melakukan pengembangan dari hasil

pelatihan. Adapun jumlah dana yang digulirkan ke masing-masing peserta

sejumlah 500-1.500.000 rupiah sesuai dengan proposal dan kelayakan

usaha yang akan dijalaninya. Setelah usaha berjalan dengan pendampingan

terus menerus selama 100 hari dari pihak Rumah Zakat dan dianggap

mampu mengembalikan cicilan pinjaman secara lancar tanpa macet maka

si peserta berhak mendapat pinjaman modal kembali dengan nilai yang

lebih besar.

3. Sarana Usaha Mandiri

Program Pemberdayaan ini merupakan salah satu jenis program

yang menyediakan peralatan modal kerja berupa barang seperti gerobak

untuk berjualan maupun peralatan lainnya yang dapat dicicil

pembayarannya tanpa dikenakan margin ataupun bunga. Lamanya waktu

menyicil antara 2-3 bulan berdasarkan kemampuan si peserta atau

responden.

4. Empowering Center

Program pemberdayaan ini merupakan program dengan jumlah

peserta terbanyak yaitu 50 peserta dan tersebar di 3 kecamatan yang ada

seperti di kecamatan Medan Labuhan, Medan Sunggal dan Medan

Tembung dengan pengaplikasian masing-masing potensi lokal yang ada.

Seperti untuk di kecamatan Medan Labuhan tepatnya di desa Sei Mati,

terdapat beberapa pemberdayaan potensi lokal yang dilakukan bersama

dengan peserta program yaitu budi daya kepiting, ikan lele dan jamur

tiram.

Dari mulai pelatihan, hingga pendanaan dan pemasaran hasil

produksi telah sangat dirasakan manfaatnya oleh para peserta dan keluarga

mereka. Begitu juga yang dirasakan oleh para peserta program yang

berada di kelurahan Sunggal kecamatan Medan Sunggal dan di kelurahan

Bantan kecamatan Medan Tembung seperti Pendampingan untuk pelatihan

menjahit, kerajinan tangan, membuat payet, kue, sulam pita dan lainnya

telah betul-betuk terasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Page 80: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 76

2. Pemaparan Hasil Pengumpulan Data

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Jenis Kelamin Responden (N=91)

Jenis Kelamin Responden

Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan

Cake House

Kredit Usaha Kecil Mandiri

Sarana Usaha Mandiri

Empowering Center Jumlah

Prosentasi (%)

Pria 0 4 6 15 25 36%

Wanita 20 7 4 35 76 64%

Jumlah 20 11 10 50 91 100%

Sumber: Pengolahan Data

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

0

5

10

15

20

25

30

35

Cake House KUKMi Sarana UsahaMandiri

EmpoweringCenter

Pria

Wanita

0

10

20

30

40

50

Cake House KUKMi SaranaUsaha

Mandiri

EmpoweringCenter

<30 Tahun

>30 Tahun

Page 81: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 77

Tabel 3.

Usia Responden

Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan

Cake House

Kredit Usaha Kecil Mandiri

Sarana Usaha Mandiri

Empowering Center Jumlah

Prosentasi (%)

< 30 Tahun 0 0 0 0 0 0%

> 30 Tahun 20 11 10 50 47 100%

Jumlah 20 11 10 50 47 100%

Sumber: Pengolahan Data

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4.

Jenis Kelamin Responden

Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan

Cake House

Kredit Usaha Kecil Mandiri

Sarana Usaha Mandiri

Empowering Center Jumlah

Prosentasi (%)

SD-SMP 14 8 7 39 68 72%

SMA 6 3 3 11 23 28%

Jumlah 20 11 10 50 91 100%

Sumber: Pengolahan Data

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Cake House KUKMi Sarana UsahaMandiri

EmpoweringPower

SD-SMP

SMA

Page 82: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 78

Tabel 5.

Status Pernikahan Responden

Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan

Cake House

Kredit Usaha Kecil Mandiri

Sarana Usaha Mandiri

Empowering Center Jumlah

Prosentasi (%)

Menikah 12 4 7 34 57 62,6%

Janda/Duda 8 7 3 16 34 37,4%

Jumlah 20 11 10 50 91 100%

Sumber: Pengolahan Data

0

5

10

15

20

25

30

35

Cake House KUKMi SaranaUsaha

Mandiri

EmpoweringCenter

Menikah

Janda/Duda

Page 83: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 79

Karakteristik Persepsi Responden terhadap Manfaat yang Diterima sebagai

Peserta Program Pemberdayaan

Tabel 6.

Manfaat yang diterima sebagai peserta?

Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan

Cake House

Kredit Usaha Kecil Mandiri

Sarana Usaha Mandiri

Empowering Center Jumlah

Prosentasi (%)

Banyak 18 10 9 48 85 91%

Sedikit 2 1 1 2 6 9%

Jumlah 20 11 10 50 91 100%

Sumber: Pengolahan Data

F. ESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa :

a. Ada 4 program pemberdayaan masyarakat miskin yang telah dan sedang

dilakukan oleh Rumah Zakat kota Medan sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang, yaitu:

1. Program Cake House

2. Program Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi)

3. Program Sarana Usaha Mandiri

4. Program Empowering Center

b. Salah satu syarat untuk bisa menjadi peserta program pemberdayaan

masyarakat ini adalah telah menjadi member dari Rumah Zakat

sebelumnya.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Cake House KUKMi SaranaUsaha

Mandiri

EmpoweringCenter

Byk Manfaat

Sedikit Manfaat

Page 84: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 80

c. Keempat program pemberdayaan masyarakat miskin yang telah dan

sedang dilaksanakan oleh Rumah Zakat Medan memiliki banyak manfaat

yang telah dirasakan oleh para peserta program yang berada di 3

kecamatan di kota Medan yakni kecamatan Medan Labuhan, kecamatan

Medan Tembung dan kecamatan Medan Sunggal yang merupakan

responden pada penelitian ini.

d. Rata-rata usia responden adalah antara 30-50an tahun dengan jumlah

responden wanita lebih banyak daripada responden pria.

e. Sebagian besar responden berstatus janda atau duda dengan tingkat

pendidikan terakhir terbanyak adalah SD-SMP sejumlah 72% dari total

responden.

2. Saran

Setelah beberapa kesimpulan yang ada, maka beberapa saran yang juga

dapat peneliti berikan antara lain adalah:

a. Agar Rumah Zakat kota Medan menambah jumlah peserta program

pemberdayaan masyarakat berikut dengan lokasi penyebarannya.

b. Agar Rumah Zakat kota Medan juga menambah nominal bantuan dana

yang diberikan sebagai modal usaha dan modal kerja bagi peserta program

pemberdayaan.

c. Agar Rumah Zakat tidak hanya menjadikan member menjadi satu-satunya

syarat untuk menjadi peserta dalam program pemberdayaan masyarakat

miskin ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,2007. Manajemen Penelitian. Jakarta.Rineka Cipta

Cary. L. J. (ed) Community Development as A Process. Columbia: University of

Missouri Press Dalam Sanders, I. T. 1970. The Concept of Community

Development.

Hasbullah, J. 2006. Social Capital. Menuju Keunggulan Budaya Manusia

Indonesia, Jakarta: MR-United Press.

Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan

dan Pemerataan, Jakarta: CIDES.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga.

Jakarta.

Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Ruditio et al (ed) Akses Peran Serta Masyarakat. Lebih Jauh Memahami

Community Development, Jakarta: Indonesia Center for Sustainable

Development (ICSD) dan Pustaka Sinar Harapan Dalam Budimanta, A.

2003. Prinsip Pengelolaan Community Development di Dunia

Pertambangan.

Page 85: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 81

Saidi, Z. Zamzami (ed). 2003. Pola dan Strategi Penggalangan Dana Sosial di

Indonesia. Pengalaman Delapan Belas Organisasi Sosial, Jakarta:

Piramedia.

Suparjan. Suyatno, H. 2003. Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan

Sampai Pemberdayaan, Yogyakarta: Aditya Media

Umar, Husein. 2001. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi

Baru. Cetakan Keempat. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.

Page 86: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 82

ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP

KEPUTUSAN MAHASISWA MEMILIH PROGRAM STUDI

ADMINISTRASI BISNIS POLITEKNIK NEGERI MEDAN

RISMAWATI S.

Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of the marketing mix on student's

decision in selecting Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis Politeknik

Negeri Medan, and find out which of the seven elements of the marketing mix

has the most dominant influence.

This study is a survey study from a population and use the documentation

and questionnaire to collect the data on factors related to the study variables. The

nature of research is explanatory research. The approach used in this research is

descriptive quantitative with multiple regression analysis techniques.

Conclusion of the research is that seven existing marketing mix,

empirically variable product, price, promotion, place, people, process and physical

evidence together, have an influence on the decision of students select Jurusan

Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan . Of the seven

independent variables studied, the most dominant variables that influence the

student's decision is a variable place, followed in sequence variable physical

evidence, people, process, product, promotion, and price. This means the product,

price, promotion, place, people, process and physical evidence of a very real

effect on decision of selecting Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis

Politeknik Negeri Medan.

Keywords: marketing mix, decision of selecting

I. Latar Belakang

Program pendidikan Politeknik adalah salah satu jalur pendidikan vokasi

(kejuruan) pada tingkat perguruan tinggi, yang membekali siswanya untuk

terampil dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang didukung

oleh pengetahuan dosen yang cukup dan disiplin yang tinggi. Dengan bekal ini,

mahasiswa diharapkan dapat berkembang menjadi tenaga profesional dalam

bidang khusus yang sesuai dengan kebutuhan industri. Untuk menyikapi

perkembangan tersebut mahasiswa dituntut untuk dapat memilih bidang

pengetahuan apa yang diinginkannya agar tercapai tujuan akhir dari

pendidikannya.

Agar mahasiswa dapat secara tepat menentukan pilihannya akan tempat

dia menuntut ilmu, Politeknik sebagai perusahaan jasa harus melakukan

pemasaran yang juga mempunyai pengaruh untuk menentukan berhasil tidaknya

Page 87: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 83

dalam memasarkan produknya. Apabila pemasaran yang dilaksanakan Politeknik

tersebut mampu memasarkan produknya dengan baik, hal ini akan berpengaruh

terhadap tujuan Politeknik itu sendiri.

Pemasaran merupakan salah satu ilmu ekonomi yang telah lama

berkembang, dan sampai pada saat sekarang ini pemasaran sangat mempengaruhi

keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa bertahan di dalam pangsa pasar. Salah

satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran. Tidak

dapat dipungkiri lagi bahwa menurut Kotler (2002) bagi perusahaan jasa, terdapat

tujuh komponen dari bauran pemasaran, yaitu: Produk (Products), Harga (Price),

Promosi (Promotion), Tempat (Place), Manusia (People), Bukti fisik dan yang

mewakili (Physical Evidence and Presentation), dan. Proses (Process). Strategi

bauran pemasaran yang telah disebutkan diatas adalah salah satu strategi yang

diperlukan bagi mahasiswa dalam memilih bidang studi yang akan ditekuninya.

Keberhasilan Politeknik dalam memilih dan mengkombinasikan variabel bauran

pemasarannya akan bisa membantu mahasiswa dalam memilih produk yang dia

perlukan.

Atas dasar tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

berhubungan dengan hal diatas, dengan mengambil judul Analisis Pengaruh

Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Mahasiswa dalam memilih Program Studi

Administrasi Bisnis di Politeknik Negeri Medan (Polmed).

II. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan mahasiswa dalam

memilih Program Studi Administrasi Bisnis di Politeknik Negeri Medan?

2. Yang mana dari ke tujuh unsur bauran pemasaranitu yang paling dominan?

III. Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Sebagaimana kita ketahui bahwa produk ataupun jasa yang dihasilkan oleh

perusahaan tidak mungkin dapat mencari sendiri pembeli ataupun peminatnya.

0leh karena itu, produsen dalam kegiatan pemasaran produk atau jasanya pasti

membutuhkan konsumen untuk produk atau jasa yang dihasilkannya. Salah satu

cara yang digunakan produsen dalam bidang pemasaran untuk tujuan

meningkatkan permintaan terhadap produk yang ditawarkan adalah dengan

strategi bauran pemasaran.

Bauran pemasaran merupakan strategi yang dijalankan perusahaan

berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan dan menawarkan

produknya pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarannya.

Bauran pemasaran (Marketing mix) merupakan kombinasi variabel atau kegiatan

yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel mana dapat dikendalikan

oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar

sasarannya. Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan

dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin, dalam melakukan kegiatan

pemasarannya. Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar memiliki

kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasikan

Page 88: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 84

berbagai variabel marketing mix tersebut, untuk melaksanakan program

pemasaran secara efektif. Diharapkan dengan cara demikian konsumen akan

benar-benar mengenal produk yang akan dipilih.

Menurut Stanton (1986) pengertian marketing mix secara umum adalah

”istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti

sistem pemasaran sebuah organisasi”. Keempat unsur tersebut adalah penawaran

produk/jasa, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.

B. Unsur-unsur Bauran Pemasaran Jasa (Marketing Mix)

Keempat variabel bauran pemasaran (Marketing mix) atau yang disebut

four p's adalah: 1. Strategi Produk 2. Strategi Harga 3. Strategi Penyaluran /

Distribusi 4. Strategi Promosi

Namun pada akhirnya Kotler (2002) menambahkan tiga komponen dari

bauran pemasaran tradisional “4P”, sehingga pada pemasaran jasa terdapat 7

(tujuh) unsur, yaitu: 1. Produk: Produk atau jasa yang sedang ditawarkan. 2.

Harga: Jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli sebuah 3.

produk. Promosi: Program komunikasi yang berhubungan dengan pemasaran

produk atau jasa. 4. Tempat: Fungsi distribusi dan logistik yang dilibatkan dalam

rangka menyediakan produk dan jasa sebuah perusahaan. 5.Orang: Proses seleksi,

pelatihan, dan pemotivasian karyawan, yang nantinya dapat digunakan sebagai

pembedaan perusahaan dalam memenuhi kepuasan pelanggan. 6. Bukti fisik:

Bukti fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada konsumen

sebagai usulan nilai tambah konsumen. 7. Proses: Proses penyajian jasa.

IV. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri

Medan Jalan Almamater No. 1 Kampus USU, Medan. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh mahasiswa semester 1 program D3 Jurusan Administrasi Niaga

Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Proportionate Stratified

Random Sampling, karena sampel akan diambil dari 7 kelas yang ada. Untuk

menentukan responden dari setiap kelas akan dilakukan secara acak atau random.

Jumlah populasi seluruhnya adalah 179 orang. Menurut Arikunto (2002), apabila

subjeknya lebih besar dari 100 orang, maka sampel yang diambil antara 10 -15%

atau 20 – 25% atau lebih. Karena populasi dari penelitian ini lebih besar dari 100,

maka sampel dalam penelitian ini ditentukan sebesar 20% dari populasi dengan

pertimbangan populasi diketahui jumlahnya dan bersifat homogen serta masih

dalam batas yang disarankan. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini

adalah 20% x 179 = 44,75 ≈ 45 orang.

Penelitian ini adalah penelitian survei dari suatu populasi dan

menggunakan studi dokumentasi dan kuesioner sebagai alat pengumpulan data

mengenai faktor terkait dengan variabel penelitian. Sifat penelitian adalah

penelitian explanatory Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kuantitatif yaitu penelitian terhadap masalah berupa fakta saat ini yang

pengujiannya memakai statistik.

Page 89: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 85

Variabel Bebas (X) pada penelitian ini adalah:

1. Produk atau Jasa (Product) sebagai X1 2. Harga (Price) sebagai X2 3. Promosi

(Promotion) sebagai X3 4. Tempat (Place) sebagai X4 5. Orang (People)

sebagai X5 6. Proses (Process) sebagai X6 7. Bukti Fisik yang Mewakili

(Physical of Evidence) sebagai X7

Variabel Terikat (Y) pada penelitian ini adalah: keputusan memilih.

Skala yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel adalah Skala

Likert dengan 5 kategori: sangat tidak setuju (nilai 1), tidak setuju (nilai 2), ragu-

ragu (nilai 3), setuju (nilai 4), dan sangat setuju (nilai 5), yang akan mengukur

tingkat persetujuan atau ketidak setujuan responden terhadap serangkaian

pernyataan yang mengukur suatu objek (Istijanto: 2005).

Data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan satuan

pengukuran skala likert, diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji

reliabilitas. Selanjutnya juga dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa

alat uji regresi linear berganda telah dapat digunakan atau tidak. Untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal atau tidak akan dilakukan uji Normalitas. Uji Heteroskedastisitas

juga dilakukan dalam penelitian ini, untuk melihat apakah dalam suatu model

regresi itu terjadi perbedaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain. Sebuah model analisis regresi yang baik adalah yang homokedastisitas, atau

tidak tejadi heteroskedastisitas, yang artinya varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya tidak tetap atau berbeda.

Uji multikolinieritas juga digunakan untuk mengetahui apakah dalam

model regressi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar varibel bebas

(independen). Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas.

Dalam model regressi yang baik, seharusnya tidak terjadi multikolinieritas.

Pengujian Goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model

regresi, yang dilihat dari koefisien determinasi (R Square).

Menjawab hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan analisis data

berupa analisis deskripsi untuk menentukan deskriptif data mengenai bauran

pemasaran dan keputusan memilih bentuk frekuensi dan prosentase serta uji

statistik regresi ganda dan korelasi ganda

V. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan melalui analisa grafik yang

dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Dari gambar pola grafik

dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan menunjukkan indikasi normal

karena titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya

mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi ini layak untuk dipakai. Hasil

pengujian normalitas data dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Page 90: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 86

Gambar 1: Hasil Uji Normalitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka

terdapat masalah multikolinieritas sehingga model regresi tidak dapat digunakan.

Hasil pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada dibawah

ini:

Tabel 10

Hasil Uji Multikolinieritas

_________________________________________

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

_________________________________________

(Constant)

Produk .520 1.789

Harga .550 1.818

Promosi .653 1.531

Tempat .661 1.513

Orang .663 1.509

Proses .733 1.364 Bukti Fisik .544 1.839 __________________________________________ A Dependent Variabel: Keptsn Memilih

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel diatas terlihat bahwa tidak

terjadi multikolinieritas dalam variabel karena nilai VIF disekitar angka 1, dan

angka tolerance mendekati 1.

Untuk melihat gejala heteroskedastisitas dapat dilihat pada scatter plot

yang dihasilkan oleh program SPSS yang terlihat pada gambar berikut ini:

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

Dependent Variable: Keptsn

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Page 91: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 87

Gambar 2: Hasil Uji heteroskedastisitas

Pada gambar diatas terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak

membentuk pola tertentu yang jelas serta menyebar baik di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model

regresi sehingga model layak dipakai.

Pengujian Goodness of Fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu

model regresi, yang dilihat dari koefisien determinasi (R Square).

Tabel 11

Hasil Uji Goodness of Fit

Model Summary(b)

odel R R Square Adjusted R Square

Std. Error

of the

Estimate

1 .875(a) .766 .721 .41032

a Predictors: (Constant), B.Fisik, Proses, Produk, Promosi, Tempat, Orang, Harga

b Dependent Variable: Keptsn Memilih

Nilai R Square pada tabel di atas sebesar 0,766. Hal ini berarti bahwa

76,6% variabel keputusan memilih (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Produk

(X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti

Fisik (X7) , sedangkan sisanya sebesar 23,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

Pengujian hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan uji F

dengan ketentuan Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya

apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sedangkan pengujian

secara parsial pada masing-masing variabel independen dimaksudkan untuk

mengetahui apakah secara individual variabel produk, harga, promosi, tempat,

orang, proses dan bukti fisik mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap

keputusan memilih mahasiswa. Pengujian secara parsial dilakukan dengan uji t

dengan ketentuan bahwa apabila hasil thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1

diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak.

3210-1-2

Regression Standardized Predicted Value

2

1

0

-1

-2

-3

Reg

ressio

n S

tud

en

tized

Resid

ual

Dependent Variable: Keptsn

Scatterplot

Page 92: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 88

Berdasarkan hasil regresi dari data primer yang diolah dengan

menggunakan alat bantu SPSS maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 12

Persamaan Regresi Linier Berganda

Berdasarkan Tabel tersebut di atas maka persamaan regresi linier

berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = 0,783 + 0,095 X1 +0,015 X2 + 0,049 X3 + 0,146 X4 + 0,178 X5 + 0,117 X6 +

0,086 X7 + e

Koefisien regresi X1 (produk) bernilai positif (0,095) artinya bahwa

pengaruh variabel ini searah dengan keputusan mahasiswa. Dengan kata lain

produk berpengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan Adm.

Niaga Prodi Adm. Bisnis. Bila produk semakin baik yang mencakup cukup

dikenal di lingkungan dunia pendidikan, memiliki peluang kerja yang besar, sudah

terakreditasi, dan sudah memiliki sertifikat ISO 9001 : 2008, maka keputusan

memilih akan semakin baik.

Koefisien regresi X2 (harga) bernilai positif (0,015). Hal ini menunjukkan

bahwa pengaruh harga adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti

harga memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata

lain apabila semakin baik harga yang ditawarkan, maka jumlah mahasiswa yang

berminat kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik

Negeri Medan akan semakin meningkat.

Koefisien regresi X3 (promosi) bernilai positif (0,049) artinya bahwa

pengaruh variabel ini searah dengan keputusan mahasiswa. Dengan kata lain

promosi berpengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan

Adm. Niaga Prodi Adm. Bisnis. Bila promosi semakin gencar dilaksanakan,

maka keputusan memilih akan semakin baik.

Koefisien regresi X4 (tempat) bernilai positif (0,146). Hal ini menunjukkan

bahwa pengaruh tempat adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti

tempat memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata

lain apabila semakin strategis lokasi belajar yang ditawarkan, maka jumlah

Coefficients a

.783 1.442 .543 .590

.095 .068 .225 2.399 .000

.015 .045 .056 .4.324 ..001

.049 .027 .180 2.794 .000

.146 .025 .565 5.714 .000

.178 .046 .386 3.883 .000

.117 .032 .340 3.690 .001

.086 .021 .414 4.017 .000

(Constant) Produk Harga Promosi Tempat Orang Proses B.Fisik

Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta

Standardized Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Keptsn a.

Page 93: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 89

mahasiswa yang berminat kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm.

Bisnis Politeknik Negeri Medan akan semakin meningkat.

Koefisien regresi X5 (orang) bernilai positif (0,178) artinya bahwa

pengaruh variabel ini searah dengan keputusan mahasiswa. Dengan kata lain

orang berpengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan Adm.

Niaga Prodi Adm. Bisnis. Bila orang semakin baik yang mencakup tenaga

edukatif, pihak manajemen, staf administrasi, dan laboran, maka keputusan

memilih akan semakin baik.

Koefisien regresi X6 (proses) bernilai positif (0,117). Hal ini menunjukkan

bahwa pengaruh proses adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti

proses memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata

lain apabila prosedur penerimaan, pendaftaran, testing, serta daftar ulang

dilaksanakan dengan proses yang profesional, makaa jumlah mahasiswa yang

berminat kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik

Negeri Medan akan semakin meningkat.

Koefisien regresi X7 (bukti fisik) bernilai positif (0,086). Hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh bukti fisik adalah searah dengan keputusan

memilih, yang berarti proses memberikan pengaruh positif terhadap keputusan

memilih. Dengan kata lain apabila sikap, tingkah laku dan fasilitas yang diberikan

oleh staf edukatif, staf administrasi, pihak manajemen, laboran, serta fasilitas

gedung laboratorium, ruang belajar, aula, perpustakaan diperhatikan dengan baik,

maka jumlah mahasiswa yang memutuskan untuk memilih kuliah di Jurusan

Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan akan semakin

meningkat.

Dari tabel sebelumnya diketahui Nilai R Square adalah sebesar 0,766. Hal

ini berarti bahwa 76,6% variabel keputusan memilih (Y) dapat dijelaskan oleh

variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Proses

(X6), dan Bukti Fisik (X7) , sedangkan sisanya sebesar 23,4% dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

Pengaruh variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4),

Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti Fisik (X7) terhadap keputusan memilih dapat

dilihat pada tabel berikut:

Page 94: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 90

Tabel 13

Hasil Uji Serempak (Uji F)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh Fhitung sebesar 17.265. Dengan

menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05), diperoleh nilai Ftabel 2,68.

Karena Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya secara bersama-

sama (serempak) variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4),

Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti Fisik (X7) mempunyai pengaruh high

significant terhadap keputusan memilih Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm.

Bisnis Politeknik Negeri Medan (Y). Hal ini juga dapat dilihat tingkat signifikansi

0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05.

Produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik memberikan

pengaruh yang sangat nyata terhadap keputusan memilih Jurusan Adm. Niaga,

Program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan. Dengan kata lain jika

produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik tidak dikelola

dengan baik oleh Politeknik Negeri Medan, maka keputusan memilih akan

menurun dan sebaliknya jika Produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan

bukti fisik dikelola semakin baik di Politeknik Negeri Medan maka akan

meningkatkan jumlah mahasiswa yang akan memilih Jurusan Adm. Niaga.

Uji pengaruh variabel motivasi kerja dan budaya organisasi secara parsial

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

ANOVA b

1.134.348 7 2.907 17.265 .000 a

.1390 37 .168

1.273 44

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), B.Fisik, Proses, Produk, Promosi, Tempat, Orang, Harga a.

Dependent Variable: Keptsn b.

Page 95: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 91

Tabel 14

Hasil Uji Parsial (Uji t)

a. Pengaruh variabel produk (X1) terhadap variabel keputusan memilih (Y)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel

produk terhadap keputusan memilih memiliki signifikansi 0,000. Hal ini

berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung

produk sebesar 2,399. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α

= 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih

besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa variabel produk mempunyai

pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Dari hasil uji parsial

tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh produk terhadap keputusan memilih.

b. Pengaruh variabel harga (X2) terhadap keputusan memilih (Y)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel

harga terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,001. Hal ini

berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung

harga sebesar 4.324. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α =

0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih

besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa harga mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima).

c. Pengaruh variabel promosi (X3) terhadap variabel keputusan memilih (Y)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel

promosi terhadap keputusan memilih memiliki signifikansi 0,000. Hal ini

berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung

promosi sebesar 2,794. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α

= 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih

besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa variabel promosi mempunyai

Coefficients a

.783 1.442 .543 .590

.095 .068 .225 2.399 ..000

.015 .045 .056 .4.324 .001

.049 .027 .180 2.794 ..000

.146 .025 .565 5.714 .000

.178 .046 .386 3.883 .000

.117 .032 .340 3.690 .001

.086 .021 .414 4.017 .000

(Constant)

Produk

Harga

Promosi

Tempat

Orang

Proses

B.Fisik

Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta

Standardized Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Keptsn a.

Page 96: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 92

pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Dari hasil uji parsial

tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh promosi terhadap keputusan memilih.

d. Pengaruh variabel tempat (X4) terhadap keputusan memilih (Y)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel

tempat terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,000. Hal ini

berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung

harga sebesar 5.714. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α =

0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1.98. Karena thitung lebih

besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa tempat mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima).

e. Pengaruh variabel orang (X5) terhadap variabel keputusan memilih (Y)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel

orang terhadap keputusan memilih memiliki signifikansi 0,000. Hal ini

berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung

produk sebesar 3,883. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α

= 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih

besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa variabel produk mempunyai

pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Dari hasil uji parsial

tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh orang terhadap keputusan memilih.

f. Pengaruh variabel proses (X6) terhadap keputusan memilih (Y)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel

proses terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,001. Hal ini

berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung

harga sebesar 3,690. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α =

0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih

besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa proses mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima).

g. Pengaruh variabel bukti fisik (X7) terhadap keputusan memilih (Y)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel

bukti fisik terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,000. Hal

ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai

thitung harga sebesar 4,017. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95%

(α = 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih

besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa bukti fisik mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima).

Standardized beta coefficient digunakan untuk menentukan variabel bebas

yang paling menentukan dalam mempengaruhi dependen variabel dalam suatu

model regresi linier. Secara keseluruhan pengaruh variabel independen yang

paling dominan terhadap variabel dependen adalah variabel tempat. Hal ini dapat

Page 97: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 93

dilihat dari hasil nilai Standardized Coefficient yang menunjukkan bahwa variabel

tempat memiliki nilai tertinggi yaitu 0,565.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa secara empiris variabel produk, harga, promosi, tempat, orang,

proses dan bukti fisik secara bersama-sama, mempunyai pengaruh terhadap

keputusan mahasiswa memilih Jurusan Administrasi Niaga Program Studi

Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan. Dari ke tujuh variabel bebas yang

diteliti, maka variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap keputusan

mahasiswa adalah variabel tempat, kemudian diikuti secara berurutan variabel

bukti fisik, orang, proses, produk, promosi, dan harga. Hal ini berarti faktor

tempat Polmed yang berada di lokasi yang sama dengan Universitas Sumatera

Utara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa

memilih belajar di Prodi Adm. Bisnis, Polmed.

VII. Saran

Untuk meningkatkan keputusan mahasiswa memilih kuliah di Program

Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan, maka dibuat beberapa saran

antara lain:

1. Sebaiknya Program D3 Jurusan Administrasi Niaga Program Studi

Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan mempertahankan dan

meningkatkan perhatian yang lebih besar terhadap strategi bauran pemasaran

yang mampu memberikan pengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa

memilih kuliah di Program D3 Jurusan Administrasi Niaga Program Studi

Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan.

2. Dari hasil kuesioner terdapat kesimpulan bahwa dari tujuh varibel yang ada,

ternyata variabel harga adalah variabel yang memiliki pengaruh yang terkecil

dibandingkan variabel-variabel lainnya. Dari sisi lembaga, hal ini bisa

menjadi masukan agar di waktu yang akan datang, biaya yang dikenakan

kepada mahasiswa dapat ditinjau ulang atau dengan kata lain dinaikkan,

disesuaikan dengan kondisi terakhir. Hal ini diharapkan bisa menaikkan honor

dosen, dan staf administrasi dari yang diberikan sekarang ini, sehingga

motivasi kerja bisa meningkat dan akan berdampak pada peningkatan kinerja

seluruh civitas akademika Politeknik Negeri Medan.

Page 98: Jurnal Eksis Ed.2

Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489

Volume 1 No. 2 A p r i l 2013 94

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,, Suharsini. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. 2002.

Desler, Garry, Manajemen Strategis Dan Kebijakan Perusahaan, Erlangga,

Jakarta, 2001.

Gitosudanno, Indriyo, Manajemen Pemasaran, BPFE Yogyakarta, 1994.

Ghozali, Imam. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro. Semarang. 2005.

Istijanto, Riset Sumbe Daya Manusia, PT Gtamedia Pustaka Utama, 2005.

Luthan, Fred dan Davis, Keith, Organizational Behaviour, Seventh Edition,

McGraw-Hill, United States Of America, 1996.

Mc. Donald, Malcom H.B. Rencana Pemasaran, Arcan, Jakarta, 1995

Phillip Kotler, Marketing Management, Prentice Hall, New Jersey, 2000

Robbins, Stephen, P. Organizational Behaviour Concept, Controversies, and

Applications, Fifth Edition, Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall, New Jersey,

2001.

Santoso, Singgih. SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara

Profesional. Cetakan Ketiga. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta.

2002.

Stanton, William, J, Prinsip Pemasaran, Erlangga, 1986.

Sugiyono dan Wibowo, F. Statistik Penelitian. Alfabeta. Bandung. 2005.

Sutojo Siswanto, Kerangka Dasar Manajemen Pemasaran, LPPM, 1981