isolasi dan identifikasi newcastle disease pada … · dan menginduksi respon immunogenik....

27
1 KARYA ILMIAH ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA AYAM BURAS Oleh: DR. DRH. IDA BAGUS KADE SUARDANA M.SI I PUTU CAHYADI PUTRA, S.KH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Upload: voduong

Post on 02-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

1

KARYA ILMIAH

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA AYAM BURAS

Oleh:

DR. DRH. IDA BAGUS KADE SUARDANA M.SI

I PUTU CAHYADI PUTRA, S.KH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini tepat pada waktunya.

Karya Ilmiah yang berjudul ”Isolasi dan Identifikasi Newcastle Disease pada Ayam

buras” merupakan hasil studi lapangan dan studi laboratorium.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Virologi Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Udayana. Kepada semua pihak yang telah membantu

pelaksanaan penelitian ini penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan penelitian

ini ada manfaatnya.

Denpasar, 20- Januari - 2016

Penulis

Page 3: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… 3

RINGKASAN …………………………………………………………………. 4

SUMMARY ……………………………………………………………………. 5

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………….. 6

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………… 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………

6 7 7 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..…. 8

BAB 3 MATERI DAN METODE ……………………………………………… 15

3.1 Materi ……………………………….………………….…………… 15

3.2 Metode……………. ………………………………………………… 15

3.2.1 Pembuatan inokulum ………………………………………… 15

3.2.2 Isolasi Pada Ayam bertunas …….…………………………… 16

3.2.3 Pemanenan cairan allantois …………………………………… 16

3.2.4 Uji Rapid HA ……………………………..………………… 16

3.2.5 Uji HA Mikrotiter ……………………………………………. 16

3.2.6 Uji Rapid HI………………………………………………….. 17

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil ………………………………………………………………… 18

4.2 Pembahasan ………………………………………………………… 20

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan …………………………………………………………… 25

5.2 Saran ………………………………………………………………… 25

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 26

Page 4: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

4

RINGKASAN

Dalam upaya mengatasi kendala peternakan unggas di Indonesia terhadap penanganan penyakit maka dilakukan penelitian Isolasi dan Identifikasi Newcastle Disease pada Ayam buras. Spesimen penelitian berupa organ otak, paru – paru, proventrikulus, seka tonsil dan usus halus, diambil dari ayam buras berumur ± 6 bulan dengan bobot badan ± 1 kg, berjenis kelamin jantan berasal dari peternakan milik Bapak I Wayan Nuri yang beralamat di Banjar Semaon, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Dari 67 ekor ayam buras, 42 ekor dalam keadaan sakit dan 34 ekor dalam keadaan mati dalam kurun waktu 2 minggu, dengan status belum pernah divaksin ND.

Ayam menunjukkan gejala klinis suara ngorok, pial cyanosis, diare putih kehijauan, berjalan sempoyongan dan tortikolis. Ayam dipelihara dengan cara dilepas dibelakang rumah. Pakan yang diberikan berupa dedak, jagung dan nasi sisa dengan air minum berasal dari mata air. Isolasi virus dilakukan pada ayam bertunas (TAB) umur 9 hari dan cairan alantois diambil dari TAB yang mati 3 hari pasca inokulasi. Identifikasi virus menggunakan uji hambatan hemaglutinasi (HA) yang dikomfirmasi dengan uji hambatan hemaglutinasi (HI). Dari uji HA diperoleh hasil positip dengan titer 27 dan setelah dikonfirmasi dengan uji HI diperoleh hasil positip dengan menggunakan serum ND setandar. Dapat disimpulkan ayam buras tersebut terinfeksi virus Newcastle diseasse.

Page 5: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

5

SUMMARY

In an effort to overcome obstacles in Indonesian poultry against disease management research is conducted Isolation and Identification of Newcastle Disease in free-range chicken. Specimens of research in the form of organs of brain, lung, proventriculus, wipe the tonsils and small intestine, taken from a range hens aged ± 6 months with body weight ± 1 kg, male sex comes from a farm owned by Mr I Wayan Nuri is located at Banjar Semaon, Puhu village, District Payangan, Gianyar. Of 67 free-range chickens, 42 tails in sickness and 34 tails are turned off within 2 weeks, with the status had never been vaccinated against ND. Chickens showed clinical symptoms of snoring, wattle cyanosis, diarrhea, greenish white, staggered and torticollis. Chickens kept by means of a removable back of the house. Feed given in the form of bran, corn and rice the rest of the drinking water comes from springs. Isolation of the virus is done on chickens sprout (TAB) aged 9 days and allantoic fluid taken from TAB dead 3 days after the inoculation. Identification of the virus using barriers test hemagglutination (HA) test barriers which dikomfirmasi with hemagglutination (HI). Of a positive test result with the HA titer 27 and after being confirmed by the HI test positive results obtained by using serum ND setandar. It can be concluded that domestic poultry infected with Newcastle virus diseasse.

Page 6: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan unggas di Indonesia, sampai saat ini masih mengalami kendala

terutama dalam hal penanganan penyakit. Berbagai penyakit unggas setiap saat dapat

mengancam dan sangat merugikan peternak. Salah satu diantaranya adalah

Newcastle Disease (ND). Newcastle Disease disebabkan oleh Paramyxovirus-1

(PMV-1). Virus termasuk kedalam familia myxovirus. Newcastle Disease

merupakan salah satu penyakit menular yang sangat membahayakan peternak dan

bersifat endemik diseluruh Indonesia (Alexander dan senne, 2008).

Newcastle Disease menyerang unggas semua umur baik yang dipelihara

maupun yang hidup secara liar termasuk berbagai jenis burung. ND juga menyerang

manusia ditandai dengan konjungtivitas yang berlangsung satu hari dan limfadenitas

tetapi segera terjadi penyembuhan (Alexander, 2001). Penularan ND dapat terjadi

dari satu hewan ke hewan lain melalui kontak dengan hewan yang sakit dan bangkai

penderita. Penularan dari satu tempat ketempat lain dapat terjadi melalui

pengangkutan, pekerja kandang, debu, angin, serangga dan makanan yang tercemar.

( OIE, 2012). Di Indonesia peranan ayam buras masih menonjol dalam penyebaran

ND. Hal ini disebabkan karena sistem pemeliharaan yang kurang intensif, sehingga

sulit untuk di kontrol (Naipospos, 2004).

Gejala klinis yang dapat diamati, penderita umumnya menunjukkan depresi,

anorexia, tagih minum, ngorok, leleran hidung dari serus sampai purulen, gejala syaraf

ditandai dengan kelemahan anggota gerak, tortikolis, tremor, opistotonus dan melanjut

terjadi kelumpuhan. Ayam mengalami diare putih kehijauan dan dehidrasi. Dalam keadaan

ini biasanya segera terjadi kematian (Alexandes dan senne, 2008).

Newcastle Disease didiagnosa berdasarkan atas epizootologi, gejala klinins,

patologis, virologis serta pengukuhan diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium

dangan pemeriksaan serologis yaitu isolasi dan identifikasi. Kejadian ND pada

umumnya bersifat endemik dengan gejala klinis dan perubahan patologis sangat

bervariasi. Kehebatan penyakit bergantung dari galur virus, jenis dan umur hospes,

adanya infeksi sekunder dan faktor lingkungan (Alexander 2001; Adi et al., 2010).

Page 7: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

7

Nilai diagnosa secara serologis sangat bergantung dari pada status vaksinasi

atau infeksi alam. Adanya antibodi dalam serum atau tanpa diikuti gejala klinis

merupakan indikasi adanya infeksi ND. Secara umum uji serologis yang lazim

digunakan untuk deteksi ND dan sebagai indikator derajat kekebalan kelompok ayam

dalam suatu peternakan adalah uji hambatan hemaglutinasi (HI) secara beta prosedur

yaitu prosedur virus konstan dengan berbagai konsentrasi serum (Mahardika et al.,

2011).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, apakah agen penyakit ayam buras yang

menunjukkan gejala klinis newcastle disease dapat diisolasi dan diidentifikasi.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui agen penyakit pada ayam yang

menununjukan gejala klinis Newcastle disease.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat dipastikan agen penyakit secara pasti

berdasarkan epidemiologi, gejala klinis, perubahan patologi anatomi, isolasi dan

identifikasi.

Page 8: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epizotiologi

Newcastle Disease dilaporkan pertama kali di Jawa oleh Kraneveld pada

tahun 1926. Doyle pada tahun 1927 berhasil mengisolasi virusnya pada suatu wabah

yang terjadi di Newcastle Upon Tyne Inggris. ND merupakan penyakit endemik

hampir diseluruh dunia kecuali di Benua antartika (Alexander, 2001).

Wabah ND umumnya terjadi pada saat peralihan musim yaitu pada musim

panas ke musim penghujan atau sebaliknya. Perubahan musim yang tajam sering

terjadi di negara subtropis. Pada tahun 1973-1979 LPPH Bogor mengamati kejadian

ND di Indonesia, dimana pada bulan Mei-Juni yaitu pada pertengahan musim kering

tercatat paling rendah (10,6 %) kemudian naik sampai 24,2 % pada bulan November-

Desember atau permulaan musim hujan (OIE, 2012).

Kejadian ND yang dilaporkan kebanyakan disebabkan oleh virus ND tipe

velogenik, namun beberapa peternakan ayam di Australia di infeksi oleh virus ND

tipe lentogenik. Kematian akibat virus ND tipe velogenik atau tipe Asia paling

tinggi, sedangkan akibat velogenik tipe Amerika kematiannya 60-80% dan akibat

serangan tipe mesogenik sekitar 10% (Ghiamirad, 2010; Hewajuli dan Damayanti

2011).

Newcastle Disease menyerang unggas semua umur baik yang dipelihara

maupun yang hidup secara liar termasuk berbagai jenis burung. ND juga menyerang

manusia ditandai dengan konjungtivitas yang berlangsung satu hari dan limfadenitas

tetapi segera terjadi penyembuhan. Penularan ND dapat terjadi dari satu hewan ke

hewan lain melalui kontak dengan hewan yang sakit dan bangkai penderita.

Penularan dari satu tempat ketempat lain dapat terjadi melalui pengangkutan, pekerja

kandang, debu, angin, serangga dan makanan yang tercemar. Di Indonesia peranan

ayam buras masih menonjol dalam penyebaran ND. Hal ini disebabkan karena sistem

pemeliharaan yang kurang intensif, sehingga sulit untuk di kontrol (Naipospos, 2004

; Kencana 2012).

Page 9: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

9

2.2 Etilogi

Newcastle Disease disebabkan oleh paramyxovirus Virus ini termasuk

familia myxovirus dan satu genus dengan virus sendai, parainfluensa-1, 2 dan 3 serta

mumps. Pada dekade terakhir ini telah berhasil diungkapakn 9 serotipe

paramyxovirus dan virus ND termasuk paramyxovirus-1 (PMV-1) (Adi et al., 2010;

Kencana, 2012).

Bentuk virus bervariasi dari bulat dan oval dengan diameter 70-80 nm

(nanometer) sampai bentuk filamen dengan panjang 124-200nm. Sedangkan partikel

virus yang lengkap (virion) berukuran 120 sampai 300 nm, tetapi lazimnya

berukuran 180 nm. Virus ND tersusun atas asam inti ribo beruntai tunggal (ss-RNA)

dengan struktur helikal. Disebelah luar dari asam inti terdapat lapisan yang disebut

capsid. Kedua struktur ini disebut nucleocapsid dan dibungkus oleh amplop. Amplop

tersusun atas lipid, protein dan karbohidrat. Membran proteinnya terdiri dari

glikoprotein dan matriks protein yang berhubungan dengan aktivitas hemaglutinin

dan neuraminidase yang terletak pada satu peplomer. Glikoprotein memiliki ujung

glikosilat hidrofilik pada lapisan lemak Lapisan lemak dapat dirusak oleh pelarut

lemak sehingga dapat mengganggu virion (Alexander, 2001).

2.3 Sifat Fisiko-Kimiawi Virus

Resistensi virus ND terhadap agen kimia dan fisik ditentukan oleh perubahan

yang terjadi atas kemampuan virus mengaglutinasi eritrosit, menginfeksi sel hospes

dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat

dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat perlakuan fisik maupun kimia,

seperti pengaruh panas, sinar ultraviolet,sinar-X, proses oksidasi, perubahan PH dan

senyawa-senyawa kimia lainnya (Ghiamirad et al., 2010).

Virus ND secara cepat diinaktifkan oleh formalin, alkohol, pelarut lemak dan

lysol. Virus juga menjadi inaktif oleh potassium permanganat, kresol, lisol, asam

karbol, ether, metil dan etil alkohol, Natrium Hidroksida. Pengaruh inaktivasi zat-zat

kimia bergantung pada zat yang terlarut dalam medium. Jumlah protein dalam

Page 10: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

10

medium akan dapat mengurangi efek dari zat-zat kimia, sehingga dapat menghambat

inaktivasi virus ND (Ghiamirad et al., 2010).

Virus ND sangat peka terhadap panas. Virus segera rusak bila dipanaskan

pada suhu 1000C selama 1 menit dan inaktif pada suhu 560C. galur virus ND

velogenik, pada suhu 560C stabil selama 30-120 menit sedangkan galur lentogenik

dapat bervariasi dari 0-120 menit. Pada suhu 600C hemaglutinin stabil selama 5-30

menit, suhu 200C stabil selama beberapa minggu dan pada suhu 4-80C galur virus

termostabilitasnya telah diketahui seperti galur B1, La Sota dan F adalah 5 menit,

sedangkan V4 selama 2 jam (Sa’idul, 2007).

2.4 Sifat Biologis Virus

Virus ND memiliki beberapa sifat biologis yang dapat dibedakan dengan

virus lain baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Virus ND berdasarkan

virulensinya dapat diklasifikasikan kedalam 3 tipe yaitu tipe velogenik, mesogenink,

dan lentogenik ( Alexander dan Senne 2008). Virulensi virus tersebut dapat

debedakan berdasarkan :

1. Mean death Time (MDT)

Mean Death Time dinyatakan dalam jam yaitu rata-rata waktu yang

diperlukan oleh virus pada satu dosis letal minimum untuk dapat membunuh embrio

ayam umur 9 sampai 11 hari. MDT untuk virus ND dan galur V4 membutuhkan

waktu yang tidak terhingga atau jarang sekali, bahkan sama sekali tidak terjadi

kematian pada embrio ayam, sedangkan untuk virus ND galur F, B1, La Sota dan

Komarov berturut-turut adalah 119 jam, 117 jam, 103 jam dan 69 jam.

2. Intracerebral Pathogenecity Index (ICPI)

Intracerebral Pathogenecity Index adalah waktu yang diperlukan untuk

membunuh atau menunjukkan gejala penyakit pada anak-anak ayam umur sehari

setelah dilakukan inokulasi virus melalui intracerebral. Hasilnya dinyatakan dengan

sistem skor dengan harga nilai maksimal adalah 3 yang berarti mortalitas sebesar

100% dalam waktu 1 hari dan nilai minimum 0 yang berarti tidak tampak gejala

klinis setelah 8 hari. ICPI untuk virus ND tipe velogenik, mesogenik dan lentogenik

adalah 2, 0-3,0;0,4-1,9 dan 0,0-0,4. ICPI untuk virus ND galur V4, F,B1, La Sota

Page 11: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

11

(lentogenik) dan komarov (mesogenik) berturut-turut adalah 0,16; 0,25; 0,40; 0,15

dan 1,14.

3. Intravenous Pathogenecity Index

Intravenous Pathogenecity Index dapat ditentukan seperti halnya pada ICVI,

akan tetapi digunakan anak ayam umur 6 minggu. IVPI untuk virus ND tipe

velogenik, mesogenik dan lentogenik berturut-turut adalah 0,5-2,8; 0,0-0,5 dan 0,0.

Virus ND mempunyai kemampuan hemaglutinasi yang menyebakan

terjadinya adsorpsi antara hemaglutinin dan reseptor yang terdapat pada permukaan

eritrosit. Aktivitas hemaglutinin dapat dideteksi dengan uji hemaglutinasi (HA).

Pada proses hemaglutinasi pertama akan terjadi penempelan virus pada

subsatnsi reseptor eritrosit, kemudian diikuti perusakan substansi reseptor tersebut

oleh enzim neuraminidase, peristiwa ini disebut dengan elusi. Kecepatan elusi antara

galur virus sangat bervariasi. Galur B1dan F mempunyai tingkat elusi cepat yaitu 2

jam dan 20 jam, sedangkan untuk galur virus V4 dan La Sota mempunyai tingkat

elusi lambat, yaitu 120 jam.

Eritrosit hewan yang dapat diaglutinasi oleh virus ND adalah: sel darah

merah kambing, kerbau, kelinci, marmut, mencit, ayam, angsa, entok, itik, kalkun,

merpati, kakatua dan manusai golongan darah O. Namun saat ini sel darah merah

ayam digunakan sebagai standar uji aglutinasi.

2.5 Gejala Klinis

Gejala klinis yang dapat diamati, penderita umumnya menunjukkan depresi,

anorexia, tagih minum, ngorok, leleran hidung dari serus sampai purulen, gejala

syaraf ditandai dengan kelemahan anggota gerak, tortikolis, tremor, opistotonus dan

melanjut terjadi kelumpuhan. Ayam mengalami diare putih kehijauan dan dehidrasi.

Dalam keadaan ini biasanya segera terjadi kematian. Masa inkubasi penyakit pada

kasus alami bervariasi dari 12-15 hari atau dapat berlangsung lebih lama bergantung

dari galur virus, kepekaan unggas, status kekebalan dan cara penularan (Alexander,

2001).

Page 12: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

12

Berdasarkan gejala klinis dikenal 4 bentuk penyakit yaitu :

1. Bentuk Doyle

Bentuk penyakit ini bersifat akut dan mematikan ayam semua umur dengan

tingkat kematian mencapai 100%. Bentuk penyakit ini disebabkan oleh virus ND

velogenik atau disebut juga tipe Asia dan lebih dikenal dengan virus ND tipe

viscerotgropis velogenik (VVND). Secara klinis penderita memperlihatkan sesak

napas (dypsnoe), kebengkakan disekitar mata, leher, muka atau kepala, serta diare

putih kehijauan dan kadang-kadang terjadi dehidrasi. Suhu tubuh biasanya tinggi

pada awal infeksi dan turun menjelang kematian. Selain itu dapat pula diamati gejala

syaraf seperti tremor, tortikolis, opistotonus sampai paralisa anggota gerak.

2. Bentuk Beach

Bentuk penyakit ini disebabkan oleh virus ND neurotropik-velogenik.

Dilaporkan oleh Beach tahun 1994. penyakit bersifat akut dan sering mengakibatkan

kematian pada ayam semua umur. Bentuk penyakit ini ditandai dengan gejala sesak

napas, batuk-batuk, mengap-mengap, anorexia dan diikuti penurunan produksi telur

bahkan berhenti sama sekali. Gejala syaraf terlihat setelah 1-2 hari atau lebih, ayam

yang sakit sempoyongan, gemetar, kejang-kejang, tortikolis dan akhirnya lumpuh.

3. Bentuk Beaudett

Bentuk penyakit ini disebabkan oleh virus ND tipe mesogenik. Dilaporkan

oleh Beaudett tahun 1946. penyakit ditandai dengan gangguan pernapasan dan

kadang-kadang infeksi syaraf. Penyakit ini mengakibatkan kematian pada ayam

umur muda dan jarang pada umur yang lebih tua.

4. Bentuk Hitchner

Bentuk penyakit ini disebabkan oleh virus ND tipe lentogenik. Dilaporkan

oleh Hitchner tahun 1948 dan 1950. penyakit ditandai dengan infeksi ringan atau

infeksi saluran pernafasan yang sub klinis.

Page 13: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

13

2.6 Diagnosa

Newcastle Disease didiagnosa berdasarkan atas epizootologi, gejala klinins,

patologis, virologis serta pengukuhan diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium

dangan pemeriksaan serologis yaitu isolasi dan identifikasi. Kejadian ND pada

umumnya bersifat endemik dengan gejala klinis dan perubahan patologis sangat

bervariasi. Kehebatan penyakit bergantung dari galur virus, jenis dan umur hospes,

adanya infeksi sekunder dan faktor lingkungan (Tabbu, 2000).

Nilai diagnosa secara serologis sangat bergantung dari pada status vaksinasi

atau infeksi alam. Adanya antibodi dalam serum atau tanpa diikuti gejala klinis

merupakan indikasi adanya infeksi ND. Secara umum uji serologis yang lazim

digunakan untuk deteksi ND dan sebagai indikator derajat kekebalan kelompok ayam

dalam suatu peternakan adalah uji hambatan hemaglutinasi (HI) secara beta prosedur

yaitu prosedur virus konstan dengan berbagai konsentrasi serum (Mohhamed et al.,

2013; Mahardika et al., 2015).

Peranan uji HI sebagai salah satu uji serologis cukup penting, karena cukup

sederhana, murah dan efisien. Hasil uji ini mempunyai korelasi positip dengan hasil

uji tantangan mempergunakan virus ND yang ganas. Dalam uji HI antibodi

menghambat proses hemaglutinasi dengan cara menyelimuti virus. Telah diketahui

pula bahwa immunoglobulin (Ig) yang memegang peran utama dalam uji HI untuk

paramyxovirus adalah Ig G sedangkan Ig M disini tidaklah penting (Mohhamed et

al., 2013; Mahardika et al., 2015).

Pada uji HI titer HI didapatkan dari antibodi yang mengikat secara langsung

hemaglutinin virus. Pada uji HI secara efektif yang berpengaruh adalah fragmen

antibodi univalen, sehingga diperlukan sejumlah antibodi per virion, untuk dapat

menyelimuti seluruh virion yang berperan dalam adsorpsi. Inti pengujian ini terletak

pada kemampuan antibodi setelah diencerkan untuk menghalangi penggumpalan sel-

sel darah merah dengan antigen. Bila terdapat antibodi yang cukup maka akan

menetralkan antigen sehingga terjadi sedikit atau sama sekali tidak terjadi

penggumpalan pada setiap lubang (Abbas, 2005; Mahardika et al., 2015).

Page 14: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

14

Titer HI dinyatakan sebagai kebalikan pengenceran serum tertinggi yang

dapat menghambat hemaglutinasi 100%. Pada pengenceran serum kelipatan dua titer

HI pada umumnya dinyatakan sebagai logaritma berbaris dua dan pada uji HI yang

diulang beberapa kali untuk mendapatkan suatu nilai yang lebih mendekati

ketepatan, digunakan rata-rata titer geometrik atau Geometgric Mean Titer (GMT)

yaitu rata-rata logaritma beberapa ulangan yang ada (Mahardika et al., 2015).

2.7 Diagnosa Banding

Penyakit ND sangat mirip dengan penyakit Avian influenza (AI) dan

beberapa penyakit lain yang dapat mengelirukan diagnosa ND yaitu penyakit yang

disertai gangguan pernafasan dan reproduksi seperti Infectious bronchitis (IB),

infectious laryngotracheitis (ILT), chronic respiratory disease (CDC). Penyakit

dengan gangguan saraf yaitu avian encephalomyelitis (AE). Penyakit bakteri seperti

fowl cholera, mikoplasmosis, salmonellosis dan penyakit jamur aspergilosis

(Alexandre, 2001; Kencana, 2012).

Page 15: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

15

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

Ayam buras berumur ± 6 bulan dengan bobot badan ± 1 kg, berjenis

kelamin jantan berasal dari peternakan milik Bapak I Wayan Nuri yang beralamat di

Banjar Semaon, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Dari 67 ekor

ayam buras, 42 ekor dalam keadaan sakit dan 34 ekor dalam keadaan mati dalam

kurun waktu 2 minggu, dengan status belum pernah divaksin ND. Ayam

menunjukkan gejala klinis suara ngorok, pial cyanosis, diare putih kehijauan,

berjalan sempoyongan dan tortikolis. Ayam dipelihara dengan cara dilepas

dibelakang rumah. Pakan yang diberikan berupa dedak, jagung dan nasi sisa. Sumber

air minum berasal dari mata air.

Spesimen penelitian diambil dari organ otak, paru – paru, proventrikulus,

seka tonsil dan usus halus.

3.2 Metode

Isolasi virus diawali dengan pembuatan inokulum dari spesimen organ,

penanaman inokulum pada Telur Ayam Bertunas, pemanenan cairan Alantois dan

identifikasi menggunakan uji Rapid HA, uji Hemaglutinasi (HA) dan uji Rapid

Hambatan Hemaglutinasi (HI).

3.2.1 Pembuatan Inokulum

Kira – kira satu gram jaringan yang diambil tersebut dipotong kecil dengan

gunting atau pisau bedah. Pengerjaan inokulum harus dilakukan secara aseptic.

Potongan jaringan tersebut digerus sambil menambahkan PBS/NaCl fisiologis ke

dalamnya sedikit demi sedikit sampai konsentrasi suspense mencapai 10%-20% .

Penggerusan dilakukan sampai jaringan menjadi halus. Suspensi jaringan kemudian

dipindahkan ke dalam tabung pemusing steril (eppendorf) dan dipusingkan dengan

kecepatan 2500 rpm selama 10 – 15 menit. Pisahkan supernatant dari endapannya.

Kedalam suspensi selanjutnya diberi antibiotika penisilin dan streptomisin dengan

dosis masing – masing 1000 – 5000 IU/ml dan 1000 – 5000 ug/ml. campuran

supernatant dan antibiotika tersebut selanjutnya dieramkan pada suhu 37oC selama

30 menit dan siap diinokulasikan.

Page 16: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

16

3.2.2 Isolasi pada Telur Ayam Bertunas (TAB)

Inokulasi dilakukan pada telur ayam bertunas (TAB) yang berusia 9 hari.

Telur ayam bertunas terlebih dahulu diamati menggunakan teropong (candling)

untuk mengetahui keadaan embrio dan batas dari daerah kantung udara. Batas

kantong udara dan embrio ditandai dengan pensil, kemudian dilakukan penusukan

dengan menggunakan alat penusuk/bor telur pada cangkang telur di daerah atas dari

garis perbatasan antara kantung udara dan daerah embrio. Disuntikan inokulum pada

lubang bekas tusukan kedalam ruang alantois menggunakan spuit 1 ml dengan dosis

0,1 ml pada setiap butir telur. Tutup lubang pada cangkang telur tersebut

menggunakan kutek dan diberikan label. Selanjutnya telur diinkubasikan pada suhu

39º C. Pengamatan dilakukan setiap hari dan pemanenan dilakukan segera setelah

kematian embrio terjadi. Pada pengujian ini, pemanenan dilakukan pada hari ke-3

pasca inokulasi.

3.2.3 Pemanenan Cairan Alantois

Telur ayam bertunas yang akan dipanen, terlebih dahulu di teropong

(candling). Sebelum dipanen telur tersebut dimasukan kedalam lemari pendingin

yang bertujuan untuk mengurangi perdarahan saat melakukan pembukaan cangkang

telur. Pemanenan dilakukan dengan membuka cangkang telur di daerah kantong

udara dengan gunting lalu cairan alantois diambil dengan menggunakan mikropipet

dan ditampung pada tabung eppendorf. Cairan allantois yang sudah ditampung pada

tabung eppendorf kemudian disentrifuge dan supernatan diambil lalu ditampung

kembali pada tabung eppendorf yang baru kemudian disimpan untuk uji serologi.

3.2.4 Uji Rapid Hemaglutinasi (HA)

Uji rapid HA dilakukan dengan menambahkan 0,025 ml PBS/NaCl fisiologis

pada sumuran mikroplate, lalu ditambahkan antigen virus dan 0,5 ml suspensi sel

darah merah 1% lalu diayak selama 30 detik. Reaksi positif ditandai dengan tidak

terjadinya pengendapan pada dasar sumuran yang menunjukkan bahwa sel darah

diaglutinasi oleh antigen virus.

3.2.5 Uji Hemaglutinasi (HA) Mikrotiter

Lubang pada plat mikro diisi masing – masing 0,025 ml PBS/NaCl fisiologis

dengan menggunakan penetes mikro/mikro pipet. Pada lubang pertama dan lubang

kedua ditambahakan suspensi antigen yang akan diuji dan selanjutnya dibuat

Page 17: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

17

pengenceran seri kelipatan dua mulai dari lubang kedua sampai lubang kesebelas

dengan menggunakan pengencer mikro. Ditambahkan 0,025 ml PBS/NaCl fisiologis

ke dalam tiap – tiap lubang (1-12) dan selanjutnya diaduk dengan pengocok mikro.

Pada tiap lubang masing – masing ditambahkan suspensi sel darah merah 1%

sebanyak 0,05 ml dan diayak kembali selama 30 menit. Pengamatan hasil dilakukan

pada suhu kamar tiap 15 menit selama satu jam. Titer HA virus dinyatakan sebagai

kebalikan dari pengencer tertinggi virus yang masih mampu menimbulkan reaksi

aglutinasi secara sempurna.

3.2.6 Uji Rapid Hambatan Hemaglutinasi (HI)

Uji Rapid HI dilakukan untuk mengidentifikasi virus penyebab dari kasus

yang diperiksa. Dalam uji HI dibutuhkan serum yang mengandung antibodi spesifik

dengan antigen ND dan AI. Langkah kerja dari uji ini adalah pada lubang 1 – 4

ditambahkan 0,025 ml PBS dengan pipet mikro. Lubang pertama diisi serum positif

AI, lubang kedua diisi serum positif ND masing – masing sebanyak 0,025 ml.

Kemudian pada lubang 1, 2, dan 3 ditambahkan antigen virus 4 unit HA sebanyak

0,025 ml. Shacker selama 30 detik selanjutnya dieramkan selam 30 menit pada suhu

ruang. Selanjutnya pada lubang 1 – 4 ditambahkan suspensi sel darah merah 1%

sebanyak 0,05 ml kemudian diayak 30 detik. Selanjutnya eramkan plat mikro pada

suhu ruang sambil diamati tiap 15 menit. Lubang ke-3 merupakan kontrol positif dan

lubang ke-4 merupakan kontrol sel darah merah (PBS+sel darah merah 1%).

Pengamatan dapat dilakukan jika lubang ke-4 telah terjadi aglutinasi. Reaksi positif

pada lubang 1 dan 2 ditandai dengan adanya endapan pada lubang. Hal ini

disebabkan karena serum antibodi spesifik menghambat reaksi aglutinasi sel darah

merah oleh antigen.

Page 18: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Data Epidemiologi

Data epidemiologi seperti terlihat pada pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Data Epidemiologi ayam buras

Dewasa Muda Total Populasi keseluruhan

53 14 69

Sakit 31 11 42 Mati 25 9 34 Morbiditas 58,49% 78,57% 60,87% Mortalitas 47,17% 64,29% 49,28% Case fatality rate 80,65% 81,81% 80,95%

Keterangan : Morbiditas = Jumlah hewan yang sakit/jumlah populasi kasus x 100% =42/69 x 100% = 60,87% Mortalitas = Jumlah hewan yang mati /jumlah populasi kasus x 100% = 34/69 x 100% = 49,28% Case fatality rate (CFR) = Jumlah hwan yang mati/jumlah hewan yang sakit x 100% = 34/42 x 100% = 80,95%

4.1.2. Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi

Hasil pemeriksaan patologi anatomi seperti terlihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)

Sistem Organ Perubahan Patologi Anatomi

Sistem Syaraf Kongesti pada otak Sistem Kardiovaskuler Kongesti pada jantung Sistem Respirasi Hemoragi pada paru – paru Sistem Gastrointestinal Pernarahan ekimose pada proventrikulus,

perdarahan ptekie pada ventrikulus, Nekrosis ulseratif pada seka tonsil, hemoragi dan erosi pada usus dan kongesti pada pankreas

Sistem Urinaria Kongesti pada ginjal Sistem Reproduksi Relatif normal Sistem Integumen Relatif normal Sistema Otot,Tendon, Tulang dan Persendian

Relatif normal

Page 19: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

19

4.1.3. Hasil Isolasi dan Identifikasi Virus

Hasil Isolasi dan Identifikasi virus seperti terlihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3. Hasil Isolasi dan Identifikasi virus

No. Pengujian Spesimen Hasil/Keterangan

1. Isolasi Virus : Telur Ayam Bertunas (TAB) umur 9 hari. Inokulasi melalui ruang alantois.

Paru – paru, limpa, otak, usus.

TAB dipanen pada hari ke 3 pascainokulasi. Embrio dalam keadaan mati saat pemanenan.

2. Identifikasi Virus : a. Uji Rapid HA

Cairan alantois dari TAB

Hasil pengujian positif yang ditandai dengan terjadinya hemaglutinasi sel darah merah pada TAB kedua

b. Uji Mikrotiter HA

Cairan alantois dari TAB

Hasil pengujian positif dengan titer 27 yang ditandai dengan adanya hemaglutinasi sel darah merah

c. Uji Rapid HI Cairan alantois dari TAB

Positif ND tidak terjadi hemaglutinasi sel darah merah ditandai dengan adanya endapan sel darah merah

Page 20: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

20

4.2. Pembahasan

Hasil sidik epidemiologi menunjukkan morbiditas 60,87%, mortalitas 49,28%

dan CFR 80,95%. Angka CFR yang tinggi menandakan virus ND yang menyerang

peternakan tersebut mengarahke galur velogenik (ganas). Mortalitas kasus pada

ayam muda (64,29%) lebih tinggi dari pada ayam dewasa (47,17%). Ayam muda

memiliki sistem pertahanan tubuh yang masih berkembang sehingga rentan terhadap

infeksi virus. Lama kejadian kasus di peternakan tersebut adalah ±2 minggu. Ayam

yang sakit selama 8 hari berarti penyakit telah berlangsung cukup lama dan bersifat

kronis. Secara umum masa inkubasi ND berkisar antara 2 – 15 hari dengan rata – rata

5 -6 hari (OIE, 2012).

Ayam buras milik bapak I Wayan Nuri yang beralamat di Banjar Semaon

Puhu Payangan Gianyar merupakan ayam buras yang dipelihara secara diliarkan.

Satu minggu sebelum ayamnya ditemukan sakit, di utara rumah Bapak I Wayan Nuri

terjangkit penyakit dengan gejala klinis yang sama, dari puluhan ekor ayam tersebut

hanya tersisa 13 ekor. Dari hasil kunjungan di sekitar daerah terjadinya kasus

diketahui bahwa sebulan yang lalu (akhir bulan Mei 2015) pernah terjadi kasus di

Banjar Semaon di rumah bapak Tutik, sekitar 2 km dari rumah I Wayan Nuri. Pada

minggu yang sama saat kasus diambil terjadi kasus yang sama di Banjar Ponggang (4

km dari kasus ditemukan) dan Banjar Bayad (5 km dari kasus ditemukan). Bapak I

Wayan Nuri pernah memasukkan ayam dari luar ke rumahnya. Ini menandakan

bahwa secara epidemiologi telah terjadi kontak atau penularan virus antara ayam

sakit dengan ayam sehat yang berasal dari ayam bapak Tutik.

Penyebaran virus ND dapat melalui kontak langsung, aserosol, feses, leleran

yang mengandung virus, serta pakan, air dan peralatan kandang yang tercemar feses

(Alexander dan Senne, 2008). Virus yang tercampur dalam lendir atau feses dan

urine mampu bertahan dua bulan, bahkan dalam keadaan kering tahan labih lama lagi

sampai beberapa bulan (Muharam dan Darmianto, 2005). Dalam kasus ini banyak

kemungkinan yang dapat terjadi mengingat bapak I Wayan Nuri meliarkan ayamnya

sehingga kemungkinan kontak dengan ayam tetangga yang terserang kasus sangat

tinggi. Disamping itu bapak I Wayan Nuri juga menyukai sabungan ayam sehingga

sering memasukkan ayam yang dibelinya tanpa melakukan vaksinasi. Tinggi dan

meluasnya kejadian kasus ND di Payangan menandakan penyebaran virus juga

Page 21: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

21

terjadi lewat aerosol. Status ayam yang belum divaksinasi memperparah kejadian

kasus, karena ayam tidak memiliki antibodi yang cukup untuk melawan virus.

Di Indonesia penyakit ND pertama kali dilaporkan pada tahun 1926 di Jakarta

dan hingga sekarang masih endemis di Indonesia (Tarmuji, 2005). Penyakit ND

bentuk velogenik mortalitas dan morbiditasnya dapat mencapai 100% pada ayam

yang tidak divaksinasi, sedangkan galur mesogenik dapat menyebabkan <10% (OIE,

2012). Galur velogenik dapat memiliki mortalitas bervariasi antara 80 – 90%

(Mohhamed et al., 2013). Kematian pada ayam muda umur ≤ 3 minggu akibat ND

dapat mecapai 25 – 90% (Tarmudji, 2005). Sejak tahun 1997 – 2003 telah dilaporkan

kejadian kasus ND di 25 provinsi di Indonesia (Naipospos, 2004). Dari anamnesa

pada kasus infeksi penyakit ND di Bali yang menyerang ayam muda umur 1-5 bulan

rata-rata kematiannya mencapai 50-60% (Adi et al., 2010). Kerugian akibat penyakit

ND disebabkan karena angka kesakitan (morbiditas) maupun angka kematian

(mortalitas) pada ternak unggas yang sangat tinggi. Mortalitas maupun morbiditas

dapat mencapai 50-100% akibat infeksi VND strain velogenik terutama pada

kelompok ayam yang peka, 50% pada strain mesogenik, dan 30% pada infeksi virus

strain lentogenik (Tabbu, 2000).

Dari hasil pengamatan gejala klinis ditemukan gejala klinis yaitu suara

ngorok, pial cyanosis, diare putih kehijauan, berjalan sempoyongan dan tortikolis.

Gejala klinis ND secara umum dapat menyerang sistem respirasi, pencernaan dan

saraf, namun ada juga yang tidak menimbulkan gejala klinis (OIE, 2012). Gejala

pernafasan diperlihatkan oleh ayam kasus yaitu suara ngorok dan pial cyanosis.

Suara ngorok terjadi karena ayam mengalami pneumonia sehingga hewan akan

kesulitan bernafas, kemudian akan diikuti oleh gejala pial pengalami cyanosis yang

disebabkan oleh asupan oksigen ke daerah kepala mengalami hambatan. Kesulitan

bernafas dapat ditimbulkan oleh penyumbatan paru – paru dan kerusakan pusat

pernafasan di otak (Ghiamirad et al., 2010).

Ditemukan gejala pencernaan yaitu diare putih kehijauan yang ditandai

adanya sisa feses di bulu sekitar kloaka. Diare terjadi akibat virus melakukan

replikasi di eptitel mukosa saluran pencernaan dan merusak vili usus. Hal tersebut

akan menggangu proses penyerapan nutrisi dan air. Warna feses putih kehijauan

diakibatkan terganggunya hati dan pankreas dalam memproduksi empedu dan ensim

Page 22: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

22

pencernaan. Replikasi virus ND terutama terjadi di saluran pencernaan bagian atas

yaitu esophagus, tembolok dan proventrikulus apabila infeksi virus melalui mulut,

sedangkan replikasi virus ND pada saluran pencernaan bagian bawah yaitu

duodenum, jejunum, ileum dan caecum terjadi sebagai akibat viremia. (Hewajuli

dan Dharmayanti, 2011).

Gejala saraf berupa ayam berjalan sempoyongan dan akhirnya mengalami

tortikolis (terpuntirnya kepala ke belakang), menandakan telah terjadi kerusakan

pada sel-sel otak akibat replikasi virus sehingga menggangu sistem saraf untuk

mengkoordinasikan alat gerak dan sistem keseimbangan tubuh. Menurut Alexander

(2001) gejala klinis ND sangat bervariasi dari gejala lesu, tidak nafsu makan, bulu

kusam, konjungtiva merah dan udema, diare cair yang berwarna kehijauan atau

keputihan, sianosis dan pembengkakan leher dan kepala, tremor, spasmus, paresis,

ataksia, paralisis sayap dan kaki, tortikolis serta gerakan berputar – putar. Gejala

tersebut sangat mengelirukan dengan penyakit Avian Influenza.

Dari hasil pengamatan patologi anatomi ditemukan perubahan kongesti pada

otak, jantung dan ginjal. Kongesti akan berdampak pada mekanisme transport

oksigen dan glukosa ke otak sehingga timbul gejala berupa tortikolis dan berjalan

sempoyongan. Pada paru – paru ditemukan perdarahan berakibat pada terganggunya

proses respirasi, hal tersebut dimanifestasikan dengan gejala ngorok dan pial

cyanosis. Saluran pencernaan mengalami banyak kerusakan yaitu nekrosis ulseratif

pada seka tonsil, proventrikulus mengalami pendarahan ekimose, ventrikulus

mengalami pendarahan ptekie, hemoragi dan erosi pada usus dan kongesti pada

pankreas. Perubahan patologi pada saluran pencernaan tersebut dapat

dimanifestasikan dengan gejala klinis diare putih kehijauan. Limpa mengalami

pembengkakan (Splenomegali). Virus memiliki sifat suka organ limfoid hal tersebut

mengakibatkan ditemukan lesi pada organ limfoid seperti pada limpa dan seka tonsil.

Ciri – ciri secara patologi anatomi tersebut sangat mirip dengan penyakit ND. Virus

ND bersifat pantropik yaitu menyukai semua organ sehingga lesi dapat ditemukan

hampir pada semua organ. Perubahan yang terjadi secara patologi anatomi akan

tercermin pada gejala klinis yang ditimbulkan oleh kerusakan organ tersebut.

Perubahan Patologi Anatomi (PA) yang menciri dari ND adalah perdarahan

ptekie sampai ekimose pada laring, trakea, esophagus, proventrikulus, ventrikulus

Page 23: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

23

dan sepanjang usus. Pada usus terjadi ulser dan nekrosis daerah mukosa. Kongesti

dan hemoragi mukosa trakea bagian belakang, limpa membesar tidak rata dan

berwarna gelap. Beberapa kasus ditemukan udema pada paru – paru dan nekrosis

pancreas. Pada ND yang kurang ganas biasanya ditemukan kongesti dan eksudat

mukoid yang ditemukan pada saluran pernafasan serta kekeruhan dan penebalan

kantong udara (Kencana, 2010). Nekrosis ulseratif pada usus dan seka tonsil serta

perdarahan ptekie pada proventrikulus merupakan perubahan menciri

(patognomonis) pada ND (Mohhamed et al., 2013).

Isolasi dan Idendifikasi virus menggunakan spesimen paru – paru, limpa,

otak dan usus. Organ digerus dalam PBS hingga konsentrasi 10 – 20% untuk

mengeluarkan virus dari sel inang. Penggerusan harus dilakukan hingga jaringan

benar – benar hancur. Kemudian dilanjutkan dengan sentrifugasi yang bertujuan

untuk mengendapkan sisa organ gerusan. Supernatan dari gerusan diambil karena

virus berada pada supernatan yang disebabkan oleh berat jenis virus lebih kecil

daripada air. Supernatan ditambahkan antibiotika penisilin-streptomisin untuk

membunuh bakteri yang mengkontaminasi, yang sebelumnya telah diinkubasikan

pada 37oC untuk mengaktifkan kerja antibiotika (Mahardika et al., 2015).

Inokulum diinokulasikan pada TAB umur 9 hari melalui ruang alantois.

Inokulasi bertujuan untuk mengisolasi dan memperbanyak virus. Mengisolasi

dimaksudkan untuk memisahkan virus dari agen lainnya melalui cara inokulasi

(Misalnya : virus ND dapat diinokulasi melalui ruang alantois sehingga tidak

memungkinkan untuk virus Pox tumbuh pada daerah tersebut karena sifat virus Pox

adalah epiteliotrofik). Virus ND memiliki sifat pantrofik sehingga dilakukan

inokulasi pada ruang alantois. Virus lain yang mungkin tumbuh pada ruang alantois

adalah virus IB, AI dan Parvovirus. Memperbanyak virus dimaksudkan untuk

meningkatkan titer virus dengan cara menumbuhkan virus pada sel hidup. Virus

bersifat obligat intraseluler sehingga mutlak membutuhkan sel hidup untuk proses

replikasinya. Selain TAB perbanyakan virus dapat dilakukan pada hewan percobaan

(dalam hal ini unggas) dan biakan sel. TAB yang telah diinokulasi diamati tiap hari

dengan chandling untuk menentukan apakah TAB hidup ataukah telah mati. Embrio

dipanen pada hari ke-3 pascainokulasi dan dipanen cairan alantoisnya. TAB yang

digunakan untuk isolasi pada penelitian ini berjumlah tiga butir dan semua embrio

Page 24: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

24

saat dipanen mengalami pendarahan dan kematian. Cairan alantois yang telah

dipanen digunakan untuk uji HA/HI (Mahardika et al., 2015).

Uji HA/HI merupakan uji baku dari OIE untuk meneguhkan diagnosa

sementara dari kasus ND. Uji HA digunakan untuk mendeteksi protein hemaglutinin

pada virus. Hemaglutinin (H) merupakan protein perlekatan virus ND yang berperan

dalam mengaglutinasi eritrosit. Virus yang memiliki protein hemaglutinin adalah AI

dan ND. Kegunaan lainnya dari uji HA adalah sebagai dasar untuk menentukan titer

virus Titer HA adalah pengenceran tertinggi yang masih dapat mengaglutinasi

eritrosit. HA sempurna ditandai dengan tidak terjadinya pengendapan sel darah

merah di dasar mikroplate, hal ini disebabkan karena aktivitas protein virus yang

mengikat sel darah merah (Mahardika et al., 2015).

Cairan alantois dari TAB positif rapid HA diuji dengan uji mikrotiter HA.

Tujuan dari pegujian itu adalah untuk mengethui titer dari virus yang diuji. Dari hasil

uji mikrotiter HA yang didapat ialah 27 HAU (Haemaglutination Unit) yang berarti

pada pengenceran seri kelipatan dua virus masih dapat menghemaglutinasi sel darah

merah pada sumuran ke tujuh. Hal tersebut mengindikasikan dengan sedikit virus

saja telah dapat menghemaglutinasi sel darah merah unggas yang berarti virus

memiliki tingkat keganasan yang tinggi. Kemudian akan diencerkan menjadi 22 HAU

untuk uji HI.

Prinsip uji HI adalah reaksi ikatan antara antibodi pada serum dengan antigen

virus sehingga menghambat perlekatan Hemaglutinin virus dengan asam sialat pada

sel darah unggas sehingga pada dasar sumuran mikroplate tidak terbentuk endapan

(OIE, 2012). Uji HI menggunakan serum ayam yang telah divaksinsi oleh vaksin ND

sehingga ayam tersebut memproduksi serum homolog ND yang digunakan untuk uji

HI. Dari hasil uji HI didapat bahwa tidak terbentuk endapan dengan menggunakan

serum ND sehingga hasil penelitian ini dinyatakan positf ND.

Uji HA/HI memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari uji ini adalah

relatif mudah, murah serta reagen dan RBC yang diperlukan untuk pengujian dapat

dipersiapkan dengan mudah oleh masing masing laboratorium, sedangkan

kekurangannya titrasi antigen harus dilakukan setiap pengujian, interpretasi hasil uji

memerlukan keahlian khusus serta adanya prosedur yang berbeda dari masing-

masing laboratorium dapat memberikan hasil yang berbeda (Selleck, 2007).

Page 25: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

25

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan sidik epidemiologi, gejala klinis, patologi anatomi, isolasi dan

identifikasi virus, kematian ayam didiagnosa terinfeksi virus Newcastle disease.

5.2 Saran

Perlu dilakukan tindakan vaksinasi dan biosekuriti disekitar peternak yang

terjangkit ND. Bagi peternak yang telah terjangkit perlu dilakukan pemisahan antara

unggas sakit dan sehat. Unggas yang mati hendaknya dibakar dan dikubur untuk

mencegah penyebaran penyakit. Untuk unggas sehat dapat diberikan terapi suportif

seperti antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder dan vitamin. Peternak

hendaknya mengandangkan unggas dan tidak memasukkan atau mengeluarkan

unggas tanpa disertai vaksinasi.

Page 26: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

26

DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK and Lichtman AH. 2005. Cellular and Molecular Immunology 5th Edition. Elseiver Inc. USA.

Adi, A.A.A., M. Astawa, N.M. Putra, K.S.A. Hayashi, and Y. Matsumoto. 2010. Isolation and characterization of a pathogenic newcastle disease virus from a natural case in Indonesia. J. Vet. Med. Sci. 72(3):313-319

Alexander DJ. 2001. Newcastle Disease. The Gordon Memorial Lecture. Br.Poult.Sci 42 : 117 – 128.

Alexander, DJ and DA Senne. 2008. Newcastle disease, other avian paramyxoviruses, and pneumovirus infections. In Diseases of Poultry, 12th ed. Y.M. Saif. et al. (ed.). Blackwell Publishing, Ames, Iowa.

Berata IK, Winaya IBO, Adi AAAM dan Adnyana IBW. 2011. Patologi Veteriner Umum. Swasta Nulus. Denpasar.

Etriwati. 2015. Kajian Patologi dan Imunohistokimia Kasus Lapang Newcastle Disease Pada Ayam. Thesis. Institut Pertanian Bogor.

Ghiamirad, M., A. Pourbakhsh, H. Keyvanfar, R. Momayez, S. Charkhkar and A. Ashtari, 2010. Isolation and characterization of Newcastle disease virus from ostriches in Iran. A.J.M.R., 4(23): 2492-2497.

Hewajuli DA dan Dharmayanti NLPI. 2011. Patogenesitas Virus Newcastle Disease pada Ayam. Wartazoa 21 (2) : 72 – 80.

Kencana, GAY. 2012. Penyakit Virus Unggas. Udayana University Press. Denpasar. Mahardika IGNK, Astawa INM, Kencana GAY, Suardana IBK dan Sari TK. 2015.

Teknik Lab Virus. Udayana Universuty Press. Denpasar. Mohammadamin M, Qubih. 2011. Histopathology of Virulent NDV in immune

broiler chickens treated with IMBO®. Iraqi J Vet Sci. 25(1):9-13. Mohhamed MH, Zahir AAH, Kadhim LI and Hasson MF. 2013. Conventional and

Molecular Detection of Newcastle Disease and Infectious Bursal Disease in Chickens. J Wourld’s Poult Res 3 (1) : 05-12.

Muharam, S. dan Darmianto. 2005. Kajian Newcastle Disease pada Itik dan Upaya Pengendaliannya. Wartazoa Vol. 15 No . 2 Th. 2005

Naipospos TSP . 2004. Situasi terkini penyakit unggas di tanah air . Seminar Nasional "Perdagangan Komoditi Peternakan dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit unggas" . Jakarta, 18 Mei 2004 . Poultry Indonesia. pp . 1-15

OIE (Office International des Epizooties. 2012. Terrestial Manual Chapter 2.3.14. Newcastle Disease Pp 1-19.

Sa’idul L, Abdul PA, Tekdek LB, Umoh JU, Usman M and Oladele SB. 2007. Newcastle Disease in Nigeria. Nigerian Veterinary Journal 27 (2) : 23 – 32.

Tabbu, C.R., 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangnnya, Penyakit Bakterial, Mikal, dan Viral, volume 1. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tarmudji. 2005. Penyakit Pernafasan Pada Ayam Ditinjau Dari Aspek Klinik dan Patologik Serta Kejadiannya Di Indonesia. Wartazoa 15 (2) : 72-83.

Selleck, P. (2007). Serological Tests for The Detection of Antibodies Againts Avian Influenza. CSIRO Australian Animal Health Laboratory, Geelong, Australia.

Page 27: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEWCASTLE DISEASE PADA … · dan menginduksi respon immunogenik. Kemampuan tersebut terbatas karena dapat dipengaruhi bahkan dirusak oleh berbagai tingkat

27