industri semen_kelompok 2_iiib.pdf
DESCRIPTION
Tugas MakalahTRANSCRIPT
-
1
INDUSTRI SEMEN
TUGAS PROSES INDUSTRI KIMIA
OLEH:
KELOMPOK II
KELAS III B
DAHLIA QADARI 331 11 005
WINDA ANGGRENI P. 331 11 007
MUH. REZKY NUGROHO 331 11 010
FERNIYANTI 331 11 032
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2013
-
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga makalah yang bertema Industri
Semen ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun berdasarkan teori-teori yang
telah ada sebelumnya dari berbagai narasumber yang kemudian disatukann
sehingga bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya untuk para pelajar
dan pelaku industri.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya lengkap dan
memiliki banyak kekurangan, baik dalam segi cara penyajian jenis alat, contoh
kasus, hukum-hukum yang berlaku dan lain-lain, penyusun meminta maaf.
Sehingga penyusun berhara kepada pembaca yang budiman agar dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini
lebih lanjut.
Dalam kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, baik
dalam hal penyediaan materi maupun dukungan moril sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Makassar, Oktober 2013
Penyusun
-
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................... 1
Kata Pengantar ....................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................ 3
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.3. Tujuan .................................................................................. 5
Bab II Pembahasan
2.1. Pengertian Semen .................................................................. 6
2.2. Bahan Baku dan Reaksi Pembentukan Semen ....................... 6
2.3. Jenis-jenis Semen ..................................................................... 7
2.4. Petunjuk Pemilihan Semen Masonry .................................... 13
2.5. Karateristik Material Semen .................................................. 14
2.6. Proses Pembuatan Semen ....................................................... 17
2.7. Alat-alat Pembuatan Semen ................................................... 20
2.8. Dampak Industri Semen ......................................................... 23
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan ............................................................................ 26
3.2. Saran ....................................................................................... 26
Daftar Pustaka ........................................................................................ 27
-
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal
bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur,
ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi
Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina
yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun
menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan
Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman
dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu
vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di
Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun
1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-
an M), John Smeaton, seorang insinyur asal Inggris menemukan kembali
ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan
memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara
suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas
dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains
material yaitu suatu cabang ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan
pengetahuan yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material
dengan sifat-sifat kegunaannya.semen termasuk material yang sangat akrab
dalam kehidupan kita sehari-hari.
-
5
1.2.Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan semen itu sendiri ?
b. Bagaimana pengaruh bahan penyusun terhadap jenis-jenis semen ?
c. Bagaimana proses pembuatan semen dalam industri semen ?
1.3.Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk:
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan semen
b. Mengetahui apa saja jenis-jenis semen
c. Mengetahui proses pembuatan semen dalam industri semen
-
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Semen
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang
mampu mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu
kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai
bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian
yang kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang
memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan.
Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang
bersifat hidrolis artinya jika dicampur dengan air dalam jumlah
tertentu akan mengikat bahan bahan lain menjadi satu kesatuan
massa yang dapat memadat dan mengeras. Secara umum semen
dapat didefenisikan sebagai bahan perekat yang dapat merekatkan
bagianbagian benda padat menjadi bentuk yang kuat kompak dan
keras.
Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara
membakar batu kapur dan tanah liat. Joseph Aspadain yang merupakan orang
inggris, pada tahun 1824 mencoba membuat semen dari kalsinasi campuran
batu kapur dengan tanah liat yang telah dihaluskan, digiling, dan dibakar
menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur
(CaCO3) menjadi batu tohor (CaO) dan karbon dioksida(CO2). Batu kapur
tohor (CaO) bereaksi dengan senyawa-senyawa lain membemtuk klinker
kemudian digiling sampai menjadi tepung yang kemudian dikenal dengan
Portland
-
7
2. 2. Bahan Baku dan Reaksi Pembentukan Semen
Bahan baku yang umum digunakan dalam proses pembuatan
semen yaitu: batu kapur (CaCO3), tanah liat (Al2O3.2SiO2.xH2O), pasir
besi (Fe2O3), dan pasir (SiO2).
Reaksi pembentukan semen:
CaCO3 + Al2O3.2SiO2.xH2O + Fe2O3 + SiO2 3CaO.SiO2 (C3S) +
2CaO.SiO2 (C2S) + 3CaO.Al2O3 (C3A) + 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF)
2. 3. Jenis-Jenis Semen
No. SNI Nama
SNI 15-0129-2004 Semen portland putih
SNI 15-0302-2004 Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement
(PPC)
SNI 15-2049-2004 Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
SNI 15-3500-2004 Semen portland campur
SNI 15-3758-2004 Semen masonry
SNI 15-7064-2004 Semen portland komposit
a) => Semen Portland
Semen portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak
dipakai serta merupakan jenis semen hidrolik yang terpenting.
Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan, plesteran,bahan
penambal, adukan encer (grout) dan sebagainya.Semen portland
dipergunakan dalam semua jenis beton struktural seperti tembok, lantai,
jembatan, terowongan dan sebagainya, yang diperkuat dengan tulangan
atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu digunakan dalam
segala macam adukan seperti fundasi,telapak, dam,tembok penahan,
perkerasan jalan dan sebagainya.Apa bila semen portland dicampur
-
8
dengan pasir atau kapur, dihasilkan adukan yang dipakai untuk pasangan
bata atau batu,atau sebagai bahan plesteran untuk permukaan tembok
sebelah luar maupun sebelah dalam.
Bilamana semen portland dicampurkan dengan agregat kasar (batu
pecah atau kerikil). dan agregat halus (pasir) kemudian dibubuhi air,maka
terdapatlah beton. Semen portland didefinisikan sesuai dengan ASTM
C150, sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker
yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang pada umumnya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama dengan bahan utamanya. Perbandingan-
perbandingan bahan utama dari semen portland adalah sebagai berikut:
Semen alam adalah sebuah semen hidrolik yang dihasilkan dengan
pembakaran batu kapur yang mengandung lempung, terdapat secara
alamiah, pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan dan kemudian
menggilingnya menjadi serbuk halus.Kadar silika, alumina dan oxida besi
cukup untuk mendapat gabungkan diri dengan kalsiumoxida sehingga
terjadi senyawa-senyawa kalsium silikat dan aluminat, yang dapat
dianggap mempunyai sifat-sifat hidrolik seperti semen alam. Kita kenal
dua jenis semen alam, jenis pertama pada umumnya dipergunakan dalam
konstruksi beton bersamasama dengan semen portland.Jenis kedua adalah
semen yang telah dibubuhi bahan pembantu yaitu udara, jenis semen
kedua ini fungsinya sama seperti yang telah diutarakan diatas. Semen alam
tidak boleh digunakan di tempat-tempat yang tidak terlindung terhadap
pengaruh cuaca langsung, akan tetapi dapat dipergunakan dalam adukan
atau beton yang tidak pernah akan mengalami tegangan tinggi, atau dalam
keadaan yang membutuhkan banyak bahan namun sama sekali tidak
memperhitungkan kekuatan bahan tersebut.
Tipe-tipe semen Prtland
Tipe I Ordinary Portland Cement adalah semen portland
yang dipakai untuk segala macam konstruksi apabila
-
9
tidak diperlukan sifatsifat khusus, misalnya ketahanan
terhadap sulfat, panas hiderasi dan sebagainya. Ordinary
Portland Cement mengandung 5 % MgO, dan 2,53 %
SO3. Sifatsifat Ordinary Portland Cement berada diantara sifat
sifat moderate heat semen dan high early strength portland cement.
Tipe II ( Moderate Heat Portland Cement ) Moderate Heat
Portland Cement adalah semen portland yang dipakai
untuk pemakaian konstruksi yang memerlukan ketahanan terhadap
sulfat dan panas hiderasi yang sedang, biasanya
digunakan untuk daerah pelabuhan dan bangunan sekitar
pantai.
Tipe III (High Early Strength Portland Cement ) High Early
Strength Portland Cement adalah semen portland
yang gunakan keadaankeadaan darurat dan musim dingin. Juga
dipakai untuk produksi beton tekan. High Early
Strength Portland Cement ini mempunyai kandungan C3S
lebih tinggi dibandingkan dengan semen tipe lainnya sehingga
lebih cepat mengeras dan cepat mengeluarkan kalor.
digunakan untuk pembangunan gedunggedung besar,
pekerjaan pekerjaan berbahaya, pondasi, pembetonan pada
udara dingin, dan pada prestressed coccretel, yang memerlukan
kekuatan awal yang tinggi.
Tipe IV ( Low Heat Portland Cement ) Low Heat Portland Cement
adalah semen portland yang digunakan untuk bangunan dengan
panas hiderasi rendah misalnya pada bangunan beton yang
besar dan tebal, baik sekali untuk mencegah keretakan.
Low Heat Portland Cement ini mempunyai kandungan C3S
dan C3A lebih rendah sehingga pengeluaran kalornya lebih
rendah. Semen ini biasa digunakan untuk pembuatan atau
keperluan hidraulik engineering yang memerlukan panas
hiderasi rendah.
-
10
Tipe V ( Shulphato Resistance Portland Cement ) Shulphato
Resistance Portland Cement adalah semen portland
yang mempunyai kekuatan tinggi terhadap sulfur dan memiliki
kandungan C3A lebih rendah bila dibandingkan dengan tipetipe
lainnya, sering digunakan untuk bangunan di daerah yang
kandungan sulfatnya tinggi, misalnya: pelabuhan,
terowongan, pengeboran di laut, dan bangunan pada
musim panas.
=> Semen Non Portland Semen Alam (Natural Cement) Semen alam merupakan semen
yang dihasilkan dari proses pembakaran batu kapur dan
tanah liat pada suhu 8501000 oC kemudian tanah yang
dihasilkan digiling menjadi semen halus.
Semen Alumina Tinggi (High Alumina Cement) Semen
Alumina Tinggi pada dasarnya adalah suatu semen
kalsium aluminat yang dibuat dengan meleburkan
campuran batu gamping, bauksit, dan bauksit ini
biasanya mengandung oksida besi, silika, magnesia, dan
ketidak murnian lainnya. Cirinya ialah bahwa kekuatan
semen ini berkembang dengan cepat, dan ketahananya
terhadap air laut dan air yang mengandung sulfat lebih baik.
Semen Portland Pozzolan. Semen Portland Pozzolan adalah bahan
yang mengandung senyawa silika dan alumina dimana bahan
pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen
akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air, maka
senyawa senyawa tersebut akan bereaksi membentuk
kalsium aluminat hidrat yang bersifat hidraulis. Semen portland
pozzolan merupakan suatu bahan pengikat hidraulis yang dibuat
dengan menggiling bersamasama terak semen portland dan bahan
-
11
yang mempunyai sifat pozzolan , atau mencampur secara
merata bubuk
Semen portland dan bubuk bahan lain yang mempunyai
sifat pozzolan.
Bahan pozolan yang ditambahkan besarnya antara 1540 %. Semen
Sorel. Semen Sorel adalah semen yang dibuat melalui reaksi
eksotermik larutan magnesium kloida 20 % terhadap suatu ramuan
magnesia yang didapatkan dari kalsinasi magnesit dan magnesia
yang didapatkan dari larutan garam Semen Sorel mempunyai
sifat keras dan kuat, mudah terserang air dan sangat
korosif. Penggunaannya terutama adalah semen lantai, dan sebagai
dasar pelantai dasar seperti ubin dan terazu.
Portland Blast Furnance Slag Cement. dalah semen yang dibuat
dengan cara menggiling campuran klinker semen portland
dengan kerak dapur tinggi (Blast Furnance Slag) secara
homogen. Kerak (slag) adalah bahan .non metal hasil samping dari
pabrik pengecoran besi dalam tanur (Dapur Tinggi) yang
mengandung campuran antara kapur (CaCO3 ) silika (SiO 2)
dan alumina. Sifat semen ini jika kehalusannya cukup,
mempunyai kuat tekan yang sama dengan semen portland,
betonnya lebih stabil dari beton semen portland ,
permeabilitinya rendah, pemuaian dan penyusutan dalam
udara kering sama dengan semen portland.
b) Semen masonry
semen hidrolis, yang digunakan terutama dalam pekerjaan
menembok dan memplester konstruksi, yang terdiri dari campuran dari
semen portland atau campuran semen hidrolis dengan bahan yang bersifat
menambah keplastisan (seperti batu kapur, kapur yang terhidrasi atau
kapur hidrolis) bersamaan dengan bahan lain yang digunakan untuk
meningkatkan satu atau lebih sifat seperti waktu pengikatan (setting time),
-
12
kemampuan kerja (workability), daya simpan air (water retention), dan
ketahanan (durability).
1) Semen masonry jenis N
semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan
pasangan, sehingga adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat
mutu adukan pasangan jenis N, atau bila ditambahkan semen portland
atau semen hidrolis, campuran dapat menghasilkan adukan pasangan
yang memenuhi syarat mutu jenis S atau M
2) Semen masonry jenis S
semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan
, sehingga adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu
jenis S atau bila ditambahkan semen portland atau semen hidrolis,
campuran dapat menghasilkan adukan pasangan yang memenuhi syarat
mutu jenis M
3) Semen masonry jenis M
semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan
pasangan, sehingga adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat
mutu jenis M
4) Semen portland campur
suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari
terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan organik
yang bersifat tidak bereaksi (inert)
5) Pasir standar Ottawa
pasir silika yang terdiri dari hampir seluruhnya kuarsa murni yang
dibulatkan secara alami dan digunakan untuk penyiapan mortar pada
pengujian semen hidrolis
-
13
6) Pasir gradasi
pasir standar Ottawa yang digradasi dengan menggunakan antara
ayakan 0,600 mm (No.30) dan ayakan 0,150 mm (No.100)
7) Pasir standar gradasi Ottawa 20 30
pasir standar yang sebagian besar lolos ayak 0,850 mm (No.20) dan
tertahan pada ayakan 0,600 mm (No.30)
2. 4. Petunjuk pemilihan semen masonry
Petunjuk dan pemilihan semen masonry dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini:
Tabel 1 Petunjuk pemilihan semen masonry
No Lokasi Jenis bangunan Jenis mortar
Disarankan Pilihan
1.
2.
Bangunan tidak
terlindungi cuaca
- Bangunan atas
- Bangunan bawah
Bangunan
terlindungi cuaca
- Dinding penahan
beban
- Dinding tidak
menahan
beban
- Dinding sandaran
Pondasi, penguat
lubang,selokan,trotoar,
teras
Dinding penahan beban
Partisi menahan beban
S
N
N
S
S
S
N
M
M atau S
S
M atau N
M
M
S atau M
-
14
Partisi tidak menahan
Beban
2. 5. Karakterisasi Material Semen
Sifat-Sifat Semen Portland:
a. Hiderasi Semen
Hiderasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen
dengan air. Untuk mengetahui hiderasi semen, maka harus mengenal
hiderasi dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam semen ( C2S, C3S,
C3A, C4AF)
b. Hiderasi Kalsium Silikat ( C2S, C3S)
Kalsium Silikat di dalam air akan terhidrolisa menjadi kalsium
hidroksidsa Ca(OH)2 dan kalsium silikat hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) pada
suhu 30oC
2 (3CaO.2SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3 Ca(OH)2
2 (3CaO.2SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.2H2O + Ca(OH)2
Kalsium Silikat hidrat (CSH) adalah silikat di dalam kristal yang tidak
sempurna, bentuknya padatan berongga yang sering disebut Tobermorite
Gel.
Adanya kalsium hidroksida akan membuat pasta semen bersifat basa
(pH= 12,5) hal ini dapat menyebabkan pasta semen sensitive terhadap
asam kuat tetapi dapat mencegah baja mengalami korosi.
c. Hiderasi C3A
Hiderasi C3A dengan air yang berlebih pada suhu 30oC akan
menghasilkan kalsium alumina hidrat (3CaO. Al2O3. 3H2O) yang mana
kristalnya berbentuk kubus di dalam semen karena adanya gypsum maka
hasil hiderasi C3A sedikit berbeda. Mula-mula C3A akan bereaksi dengan
gypsum menghasilkan sulfo aluminate yang kristalnya berbentuk jarum
-
15
dan biasa disebut ettringite namun pada akhirnya gypsum bereaksi semua,
baru terbentuk kalsium alumina hidrat (CAH).
Hiderasi C3A tanpa gypsum (30oC):
3CaO. Al2O3+ 6H2O 3CaO. Al2O3. 6H2O
Hiderasi C3A dengan gypsum (30oC):
3CaO. Al2O3 + 3 CaSO4+ 32H2O 3CaO.Al2O3 + 3 CaSO4 + 32H2O
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda
pengikatan, hal ini disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada
permukaan-permukaan Kristal C3A.
d. Hiderasi C4AF (30 H2O oC)
4CaO. Al2O3. Fe2O3+ 2Ca(OH)2+10H2O 4CaO.Al2O3.6H2O
+ 3CaO.Fe2O3.6H2O
e. Setting dan Hardening
Setting dan Hardening adalah pengikatan dan penerasan semen setelah
terjadi reaksi hiderasi. Semen apabila dicampur dengan air akan
menghasilkan pasta yang plastis dan dapat dibentuk (workable) sampai
beberapa waktu karakteristik dari pasta tidak berubah dan periode ini
sering disebut Dorman Period (period tidur).
Pada tahapan berikutnya pasta mulai menjadi kaku walaupun masih
ada yang lemah, namun suhu tidak dapat dibentuk (unworkable). Kondisi
ini disebut Initial Set, sedangkan waktu mulai dibentuk (ditambah air)
sampai kondisi Initial Set disebut Initial Setting Time (waktu pengikatan
awal). Tahapan berikutnya pasta melanjutkan kekuatannya sehingga
didapat padatan yang utuh dan biasa disebut Hardened Cement Pasta.
Kondisi ini disebut final Set sedangkan waktu yang diperlukan untuk
mencapai kondisi ini disebut Final Setting Time (waktu pengikatan akhir).
-
16
Proses penerasan berjalan terus berjalan seiring dengan waktu akan
diperoleh kekuatan proses ini dikenal dengan nama Hardening.
Waktu pengikatan awal dan akhir dalam semen dalam prakteknya
sangat penting, sebab waktu pengikatan awal akan menentukan
panjangnya waktu dimana campuran semen masih bersifat plastik. Waktu
pengikatan awal minimum 45 menit sedangkan waktu akhir maksimum 8
jam.
Reaksi pengerasan
C2S + 5H2O C2S. 5H2O
C3S + 5H2O C2S6. 5H2O + 13 Ca(OH)2
C3A+ 3Cs+ 32H2O C3A. 3Cs+.32H2O
C4AF + 7H2O C3A.6 H2O+ CF. H2O
MgO+ H2O Mg(OH)2
f. Panas Hiderasi
Panas hiderasi adalah panas yang dilepaskan selama semen
mengalami proses hiderasi. Jumlah panas hiderasi yang terajdi tergantung,
tipe semen, kehalusan semen, dan perbandingan antara air dengan semen.
Kekerasan awal semen yang tinggi dan panas hiderasi yang besar
kemungkinan terajadi retak-retak pada beton, hal ini disebabkan oleh
fosfor yang timbul sukar dihilangkan sehingga terajdi pemuaian pada
proses pendinginan.
g. Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi di dalam semen, diantaranya:
1) Drying Shringkage ( penyusutan karean pengeringan)
2) Hideration Shringkage (penyuautan karena hiderasi)
3) Carbonation Shringkage (penyuautan karena karbonasi)
Yang paling berpengaruh pada permukaan beton adalah Drying
Shringkage, penyusutan ini terjadi karena penguapan selama proses setting
dan hardening. Bial besaran kelembabannya dapat dijaga, maka keretakan
-
17
beton dapat dihindari. Penyusutan ini dioengaruhi juga kadar C3A yang
terlalu tinggi.
h. Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uaap air dan CO2 dan
dalam jumlah yang cukup banyak sehigga terjadi penggumpalan. Semen
yang menggumpal kualitasnya akan menurun karena bertambahnya Loss
On Ignition (LOI) dan menurunnya spesifik gravity sehingga kekuatan
semen menurun, waktu pengikatan dan pengerasan semakin lama, dan
terjadinya false set.
Loss On Ignation (Hilang Fajar)
Loss On Ignation dipersyaratkan untuk mencegah adanya mineral-mneral
yang terurai pada saat pemijaran, dimana proses ini menimbulkan
kerusakan pada batu setelah beberapa tahun kemudian.
i. Spesifik Gravity
Spesifik Gravity dari semen merupakan informasi yang sangat penting
dalam perancangan beton. Didalam pengontrolan kualitas Spesifik gravity
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kesempurnaan pembakaran
klinker, dan juga menetahui apakah klinker tercampur dengan impuritis.
j. False Set
Proses yang terjadi bila adonan mengeras dalam waktu singkat. False
Set dapat dihindari dengan melindungi semen dari pengaruh udara luar,
sehingga alkali karbonat tidak terbentuk didalam semen.
2. 6. Proses Pembuatan Semen
2. 6. 1. Proses Basah
Tahap-tahap dalam proses pembuatan semen adalah pemggilingan
(grinding), pencampuran (mixing), dan pembakaran (firing). Pada proses
basah, tahap penggilingan dan pencampuran dilakukan secara basah, yaitu
dengan kadar air 30-40%.
-
18
Tahap pembakaran (firing) dalam rotary kiln meliputi proses:
Drying: penguapan air (kadar umpan sekitar 35%)
Calcination: dissosiasi CaCO3 menjadi CaO dan CO2, serta
dekomposisi tanah liat Al2O3.2SiO2.xH2O menjadi Al2O3 +
SiO2 + H2O
Sintering: mulai melelehnya sebagian bahan baku
Reaction: terbentuknya C2S, C3S, C4AF, C3A, dan lain-lain.
Temperatur rotary kiln pada akhirnya sekitar 1643K, didinginkan
secara cepat dengan suatu alat pendingin, dan kemudian disimpan
dalam klinker storage. Akhirnya klinker ini ditambahkan dengan
sedikit gypsum dan digiling secra kering di dalam clinker grinding
mill menjadi semen. Gypsum ditambahkan 4-5% untuk
memperlambat pengerasan semen pada waktu pemakaian. Berikut
diagram alir pembuatan semen melalui proses basah:
Keuntungan proses basah:
Umpan lebih homogeny, semen yang diperoleh lebih baik
Efisiensi penggilingan lebih tinggi dan tidak memerlukan satu unit
homogenizer
-
19
Debu yang timbul relative sedikit
Kerugian proses basah :
Bahan bakar yang digunakan lebih banyak, butuh air yang cukup banyak
Tanur yang digunakan terlalu panjang karena memerlukan zona dehidrasi
yang lebih panjang untuk mengendalikan kadar air.
Biaya produksi lebih mahal
2. 6. 2. Proses Kering
Pada proses kering, bahan baku yang digunaka merupakan bahan
baku kering dimana seluruh bahan baku harus dikeringkan terlebih dahulu,
kemudian dicampur. Campuran bahan-bahan kering kemudian dijadikan
umpan kering ke dalam klinker. Tahap pembakaran dilakukan dalam
suspension preheater dan short rotary kiln dengan bagian-bagian sebagai
berikut:
Pengeringan: terjadi dalam suspension preheater kadar air dari 5%
menjadi 0,5-1%
Kalsinasi: terjadi dalam suspension preheater dan sebagian tetap
terjadi di dalam short rotary kiln
Sintering dan reaction: Terjadi dalam short rotary kiln
Proses selanjutnya sama dengan proses basah, yakni dilakukan
penambahan gypsum dan penggilingan akhir. Berikut adalah proses
pembuatan semen melalui proses kerig:
-
20
Keuntungan proses keering:
Tanur yang digunakan relative pendek
Panas yang dibutuhkan rendah, sehingga bahan bakar yang dipakai relative
sedikit, dan membutuhkan air yang relative sedikit pula
Kapasitas produksi lebih besar
Kerugian proses kering:
Kadar air sangat mengganggu proses, karena material menempel pada alat
Campuran umpan kurang homogeny
Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu.
2. 7. Alat-alat Pembuatan Semen
1) Unit Pengolahan Bahan (Raw Mill)
a. Rotary Dryer
Fungsinya untuk mengeringkan bahan baku. Pengeringan dilakukan
dengan mengalirkan gas panas sisa pembakaran dari kiln secara
cocurrent.
b. Double Roller Chrusher
-
21
Fungsinya adalah untuk memperkecil ukuran limestone, sand clay, sand
koreksi dan pasir besi setelah keluar dari dryer.
c. Hopper Raw Mix
Fungsinya adalah untuk mencampur dan menggiling bahan baku yang
akan diumpankan ke kiln.
d. Air Separator
Fungsinya untuk memisahkan material halus dengan material kasar
dimana material halus akan keluar sebagai produk, sedangkan material
kasar dihaluskan lagi di raw grinding mill.
e. Tetra Cyclone
Fungsi alat ini adalah untuk memisahkan material halus dengan
material kasar yang terbawa aliran gas keluar dari air separator.
f. Spray Tower
Fungsinya untuk mendinginkan gas panas hasil pembakaran di kiln
yang berlebih dari suspension preheater.
g. Weighing Feeder
Fungsinya untuk menimbang limestone yang keluar dari bin agar
konstan jumlahnya.
h. Raw Grinding Mill
Fungsi alat ini adalah untuk menggiling bahan baku yang
diumpankan ke kiln.
i. Raw Mill Fan
Fungsi alat ini adalah untuk menarik material dari raw mill yang sudah
halus untuk dibawa bersama aliran udara masuk ke cyclone.
-
22
j. Electrostatic Presipitator
Fungsinya adalah untuk menangkap debu yang ada dalam aliran gas
yang akan dibuang melalui cerobong sehingga tidak menimbulkan
polusi.
k. Raw Meal Silo
- Blending Silo : untuk homogenisasi raw meal dengan bantuan udara.
- Storage silo :untuk menyimpan raw meal sebelum diumpankan ke
kiln.
2) Unit Pembakaran
a. Suspention Prehater
Fungsinya adalah sebagai pemanas awal umpan rotary.
b. Rotary Kiln
Fungsinya untuk proses kalsinasi dan sinterisasi tepung baku menjadi
Clinker.
c. Kiln Feed Bin
Fungsinya adalah untuk menampung umpan kiln yang siap untuk
diumpankan.
d. Air Quenching Cooler
Fungsinya untuk mendinginkan Clinker secara mendadak dari 1400oC
menjadi 900-950oC pada chamber 1.
3) Unit Penggilingan Akhir
a. Clinker Storage Silo
Fungsinya adalah sebagai tempat penampungan Clinker.
-
23
b. Finish Grinding Mill
Fungsinya adalah untuk menggiling campuran Clinker dengan
Gypsum yang ditambahkan agar menjadi halus.
c. Air Separator
Fungsi alat ini adalah untuk memisahkan mineral halus dengan
mineral kasar dimana pertikel halus akan keluar sebagai produk
sedangakna partikel kasar keluar untuk dihaluskan kembali di finish
grinding mill.
4) Unit Pengisian Packing
a. Cement Silo
Fungsinya adalah untuk menampung semen yang berasal dari finish
mill sebelum masuk ke unit packing.
b. Vibrating Screen
Fungsinya adalah untuk menyaring semen dari pengotor sebelum
masuk ke storage silo untuk pengepakan.
c. Storage Silo
Fungsinya adalah untuk menampung semen yang telah melewati
vibrating screen untuk selanjutnya diumpankan ke rotary packer.
d. Rotary Feeder
Fungsinya adalah untuk mengatur pengumpanan semen.
e. Valve Bag Packing Machines
Fungsinya adalah untuk memasukkan semen kedalam kantong semen
-
24
2. 8. Dampak dari Industri Semen
1) Eksplorasi yang terus menerus dan berlebihan, pasti akan mengganggu
keseimbangan lingkungan. Misalnya, berkurangnya ketersediaan air tanah.
2) Seiring dengan proses produksi semen, dihasilkan pula gas karbon
dioksida (CO2) dalam jumlah yang banyak sehingga sangat mempengaruhi
kondisi atmosfer dan mempercepat terjadinya pemanasan global.
Misalnya: Meningkatnya suhu udara perkotaan. Menurut International
Energy Authority: World Energy Outlook, produksi semen ortland
menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon dioksida yang
dihasilkan berbagai sumber.
3) Produksi semen juga menimbulkan dampak tersebarnya abu ke udara
bebas sehingga mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan. Studi
kesehatan lingkungan menyebutkan, bahwa debu semen merupakan debu
yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan
penyakit sementosis.
4) Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah
liat
5) Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk
minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan
kritis yang mudah terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan
dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada
musim hujan
6) Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi
pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di
tempat itu menjadi berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi
menipis, akibatnya persediaan ait tanah menjadi makin sedikit. Akibat
lanjutan adalah sungai menjadi kering pada musim kemarau dan
-
25
sebaliknya sungai akan banjir (debit air menjadi sangat tinggi) karena
tanah tidak mampu lagi menyerap air yang mengalir terlalu cepat
7) Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :
- Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,
- Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan
bahan baku,
- Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur
8) Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis
endemik, berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa.
9) Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan
langka). Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-
hewan tersebut
Penanggulangan
- Menerapkan pola produksi blended cement yang bisa menurunkan separuh
emisi CO2
- Mengganti sebagian bahan-bahan dalam pembuatan semen dengan bahan
yang lebih ramah lingkungan
-
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang
mampu mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu
kesatuan yang kokoh.
Beberapa jenis semen diantaranya semen portland putih, semen portland
pozolan, semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC), semen
portland campur, semen masonry, semen portland komposit.
Proses pembuatan semen terdiri atas proses basah dan proses kering
dimana perbedaan terjadi pada kandungan air pada umpan klinker
3.2 Saran
Penggalian dan pengolahan semen sangat mendukung kemajuan suatu
Negara, tetapi yang jangan dilupakan adalah masalah limbah. Untuk
mengatasi permasalah tersebut diperlukan kerjasama dari berbagai pihak,
diantaranya:
- Industri, diharapkan sebelum membuang limbah pabriknya harus
dimenetralisasinya atau mendaurnya.
- Pemerintah, diharapkan melakukan pengawasan yang ketat terhadap
industri-industri, terutama dalam masalah penanggulangan limbahnya.
- Masyarakat, diharapkan turut serta dalam melakukan pengawasan kinerja
industri-industri terutama masalah penanggulangan limbahnya.
-
27
DAFTAR PUSTAKA
- http://henrinurcahyo.wordpress.com/2007/08/05/pabrik-semen-dan-ancaman-
ekologis/
- http://nches.blogspot.com/2009/10/dampak-semen-dari-segi-positif-
maupun.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Semen#Jenis_semen
- http://henrinurcahyo.wordpress.com/2007/08/05/pabrik-semen-dan-ancaman
ekologis/
- http://nches.blogspot.com/2009/10/dampak-semen-dari-segi-positif-
maupun.html
- www.wikipedia.indutry-cement.com
- http://nurlailahcuteinfo.blogspot.com/2012/04/makalah-pembuatan-
semen.html
- http://mheea-nck.blogspot.com/2011/06/industri-pembuatan-semen.html