implementasi kebijakan sistem manajemen keselamatan dan...

22
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT ESCO KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: KURNIA AFRIANTI NIM : 110563201111 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Upload: nguyenkhue

Post on 06-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA DI PT ESCO KABUPATEN BINTAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

KURNIA AFRIANTI

NIM : 110563201111

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

1

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA DI PT ESCO KABUPATEN BINTAN

KURNIA AFRIANTI

Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pegawai merupakan salah satu aspek

perlindungan ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari setiap tenaga kerja.

Pemikiran dasar kebijakan ini adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para

pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian semua

bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Kabupaten Bintan

adalah salah satu lokasi industri besar setelah Batam sehingga di wilayah Bintan

banyak berdiri perusahaan yang mempekerjakan karyawan dari Indonesia khususnya

dari daerah setempat. Salah satu Perusahaan yang mengalami permasalahan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah PT Esco, terkait masalah keselamatan kerja

karyawan yang masih jauh dari standar saat dilakukan sidak, juga akan mengajukan

pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Setelah terbit

sertifikat ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pekerja yang telah diikutsertakan

pelatihan mendapatkan sertifikat ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja umum yang

diterbitkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Implementasi Kebijakan Sistem Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Di Kabupaten Bintan. Informan yang digunakan adalah 5 orang

dengan teknik analisa data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka

dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi Kebijakan Sistem Manajemen

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Kabupaten Bintan Pada PT Esco sudah

berjalan dengan baik walaupun masih ada hambatan berkaitan dengan pelaksanaan

kebijakan ini di PT.ESCO yaitu Sosialisasi belum langsung di lakukan kepada

karyawan, hanya perwakilan dari perusahaan sehingga belum tepat sasaran, dan

banyak karyawan yang akhirnya tidak memahami. Selama ini pengawasan yang

dilakukan belum terjadwal dengan baik sehingga masih banyak perusahaan termasuk

PT ESCO yang baru menerapkan Implementasi Kebijakan Sistem Manajemen

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja setelah adanya permasalahan atau teguran dari

pihak dinas.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

2

A B S T R A C T

Workplace safety and Health Officer is one of the aspects of employment

protection and is a basic right of any labor. The basic idea of this policy is to protect

the safety and health of workers in the exercise of his employment, through the

efforts of controlling all forms of potential dangers that exist in the workplace

environment. Bintan Regency is one of the major industries in the region so that after

Batam Bintan many stood firm that hires employees from Indonesia specifically from

the local area. One of the companies that are experiencing problems of safety and

occupational health are PT Esco, related employee safety issues is far from

standardized inspection done, will also propose the establishment of a Committee of

Trustees Work safety and health. After the publication of the expert's certificate of

safety and occupational health, workers who have included the training of certified

experts Work general safety and health, published by the Ministry of Employment.

The purpose of this research is to know the implementation of the policy on safety

and health management systems Work In Ortigas. The informant used is 5 people

with a descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the research results

then can be drawn the conclusion that the implementation of the policy on safety and

health management system in the County Work in PT Esco Bintan is already going

well even though there are still obstacles with regard to the implementation of this

policy in the PT. ESCO i.e. Socialization has not directly done to employees, only

representatives from the company so that it has not been right on target, and many

employees who eventually did not understand. During this surveillance conducted

scheduled yet so well that there are still many companies including PT ESCO

implements the new Policy implementation of safety and health management systems

Work after the existence of the problem or reprimand from party Office.

Keywords: Implementation, policy, safety and occupational health

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perlindungan terhadap tenaga

kerja dimaksudkan untuk menjamin

hak-hak dasar pekerja dan menjamin

kesamaan serta perlakuan tanpa

diskriminasi atas dasar apapun untuk

mewujudkan kesejahteraan pekerja

dan keluarganya dengan tetap

memperhatikan perkembangan

kemajuan dunia usaha dan

kepentingan pengusaha. Resiko

kecelakaan kerja bisa terjadi kapan

saja. Untuk itu, kesadaran mengenai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

menjadi sangat diperlukan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

adalah suatu kondisi dalam pekerjaan

yang sehat dan aman baik itu bagi

pekerjaannya, perusahaan maupun

bagi masyarakat dan lingkungan

sekitar pabrik atau tempat kerja

tersebut. Keselamatan dan kesehatan

kerja juga merupakan suatu usaha

untuk mencegah setiap perbuatan

atau kondisi tidak selamat, yang

dapat mengakibatkan kecelakaan.

Berdasarkan Undang-undang

nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan. Undang- Undang ini

menyatakan bahwa secara khusus

perusahaan berkewajiban

memeriksakan kesehatan badan,

kondisi mental dan kemampuan fisik

pekerja yang baru maupun yang akan

dipindahkan ke tempat kerja baru,

sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan

yang diberikan kepada pekerja, serta

pemeriksaan kesehatan secara

berkala. Sebaliknya para pekerja juga

berkewajiban memakai alat

pelindung diri (APD) dengan tepat

dan benar serta mematuhi semua

syarat keselamatan dan kesehatan

kerja yang diwajibkan. Undang-

undang nomor 23 tahun 1992, pasal

23 Tentang Kesehatan Kerja juga

menekankan pentingnya kesehatan

kerja agar setiap pekerja dapat

bekerja secara sehat tanpa

membahayakan diri sendiri dan

masyarakat sekelilingnya hingga

diperoleh produktifitas kerja yang

optimal. Karena itu, kesehatan kerja

meliputi pelayanan kesehatan kerja,

pencegahan penyakit akibat kerja

dan syarat kesehatan kerja.

Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Pegawai atau K3 merupakan

salah satu aspek perlindungan

ketenagakerjaan dan merupakan hak

dasar dari setiap tenaga kerja.

Pemikiran dasar dari K3 adalah

melindungi keselamatan dan

kesehatan para pekerja dalam

menjalankan pekerjaannya, melalui

upaya-upaya pengendalian semua

bentuk potensi bahaya yang ada di

lingkungan tempat kerjanya.

Pengusaha harus menyadari bahwa

manajemen K3 bukan beban

perusahaan tapi merupakan bagian

manajemen yang penting

diperhatikan karena berhubungan

dengan aspek vital perusahaan yakni

tenaga kerja. Ketika ada pekerja

yang mengalami kecelakaan kerja

atau gangguan kesehatan karena

kerja maka yang dirugikan tetap

perusahaan karena mengurangi

produktivitas kerja.

Dalam rangka perlindungan

tenaga kerja maka pemerintah

Indonesia mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 50 tahun 2012

tentang Sistem Manajemen

Keselematan dan Kesehatan Tenaga

Kerja. PP tersebut merupakan

peraturan pelaksanaan dari pasal 87

UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. PP Nomor 50

tahun 2012 menyatakan perusahaan

Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

4

yang memiliki karyawan lebih dari

seratus atau kurang dari seratus tetapi

memliki potensi bahaya kecelakaan

kerja cukup tinggi, maka wajib

menerapkan SMK3. Penerapan

SMK3 di perusahaan akan di audit

oleh badan independen yang ditunjuk

oleh pemerintah. Sistem Manajemen

Keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) adalah bagian dari sistem

manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien dan produktif

Kabupaten Bintan adalah

salah satu lokasi industri besar

setelah Batam sehingga di wilayah

Bintan banyak berdiri perusahaan

yang mempekerjakan karyawan dari

Indonesia khususnya dari daerah

setempat. Permasalahan berkaitan

dengan ketenaga kerjaan masih

sangat sering terjadi, termasuk dalam

permasalahan K3. Padahal sesuai

dengan aturan perundang-undangan

Pelaksanaan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) adalah salah

satu bentuk upaya untuk

menciptakan tempat kerja yang

aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat

mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja.

Permasalahan di Kabupaten

Bintan adalah masih adanya

perusahaan yang belum

melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan

ketenagakerjaan disebabkan antara

lain kurangnya intensitas

pemeriksaan Norma Umum dan

Norma K3 yang dilakukan oleh

pihak Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Bintan terhadap

perusahaan, sehingga perusahaan

kurang menerapkan norma tersebut

dan berakibat pada intensitas

kecelakaan kerja. Persentase

kecelakaan kerja yang menyebabkan

luka berat dan kematian cenderung

meningkat dari tahun 2011 sampai

dengan 2014 namun masih dibawah

angka 1 seperti yang ditargetkan.

Pada tahun 2014 angka kecelakaan

kerja yang menyebabkan luka berat

dan kematian sebesar 0,08% dengan

rincian jumlah kecelakaan yang

menyebabkan luka berat dan

kematian sebanyak 13 (tigabelas)

orang dari jumlah tenaga kerja

15.905 orang. (Sumber : Laporan

Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

Kabupaten Bintan 2014)

Kemudian Dari hasil

inspeksi mendadak (sidak) yang

dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja

(Disnaker) Bintan terhadap lima

Perusahaan Milik Asing (PMA) di

Kawasan Industri Bintan (KIB)

Lobam, PT Esco Bintan ditemukan

beberapa kesalahan manajemen

perusahaan. Selain melakukan sidak,

juga terungkap pihak perusahaan

masih mengabaikan masalah

keselamatan kerja karyawannya.

Salah satu Perusahaan yang

mengalami permasalahan K3 adalah

PT Esco, terkait masalah

keselamatan kerja karyawan yang

masih jauh dari standar saat

dilakukan sidak, juga akan

mengajukan pembentukan Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (P2K3). Setelah terbit sertifikat

ahli K3, pekerja yang telah

diikutsertakan pelatihan

mendapatkan sertifikat ahli k3 umum

Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

5

(AK3U) yang diterbitkan oleh

Kementerian Ketenagakerjaan.

(Sumber : http://batamtoday.com

terbit Selasa, 14-06-2016)

Maka dari itu dalam

penelitian ini diambil sebuah judul

penelitian yaitu IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN SISTEM

MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA DI

KABUPATEN BINTAN (Studi

Kasus Pada PT Esco)

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

maka dalam hal ini penulis mencoba

menarik perumusan masalah yaitu:

Bagaimana Implementasi Kebijakan

Sistem Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Di Kabupaten

Bintan?

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini

adalah : Untuk mengetahui

Implementasi Kebijakan

Sistem Manajemen

Keselamatan Dan Kesehatan

Kerja Di Kabupaten Bintan.

2. Kegunaan Penelitian a. Secara Akademik

Bahwa penelitian ini dapat

menjadi referensi bagi

peneliti yang ingin

mengkaji permasalahan

yang sama secara lebih

mendalam.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi

acuan bagi pemerintah

dalam Implementasi

Kebijakan Sistem

Manajemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja Di

Kabupaten Bintan

Kerangka Berfikir

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini

merupakan penelitian

deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, sebagian pendapat

mengatakan bahwa menuru

Sugiyono (2012:11)

penelitian deskriptif adalah

“Penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui variabel

mandiri, baik satu variabel

atau lebih tanpa membuat

perbandingan atau

menghubungkan antara satu

variabel dengan variabel yang

lain”. Dalam hal ini

diuraikanlah hal-hal yang

memerlukan suatu penjelasan

ataupun gambaran yang

mencari informasi yang

bersifat deskriptif,

selanjutnya Sugiyono

(2005:14) menjelaskan “Data

kualitatif adalah data yang

berbentuk kata, kalimat,

skema dan gambar”.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini

dilakukan di Kabupaten

Bintan. Kabupaten Bintan

adalah salah satu lokasi

Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

6

industri besar setelah Batam

sehingga di wilayah Bintan

banyak berdiri perusahaan

yang mempekerjakan

karyawan dari Indonesia

khususnya dari daerah

setempat. Permasalahan

berkaitan dengan ketenaga

kerjaan masih sangat sering

terjadi, termasuk dalam

permasalahan K3 khususnya

di PT Esco.

3. Informan

Informan adalah objek

penting dalam sebuah

penelitian. Informan adalah

orang-orang dalam latar

penelitian yang

dimanfaatkan untuk

memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi

latar penelitian. Adapun

informan dalam adalah

pegawai yang bekerja pada

bagian Pengawasan Tenaga

Kerja di Dinas Tenaga kerja

Kabupaten Bintan.

Kemudian diambil pekerja

serta orang dari perusahaan

yang ada di Kabupaten

Bintan.

4. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang

digunakan dalam

penelitian ini meliputi :

a. Data Primer

Data yang

diperoleh dari

penelitian ini bersifat

data primer karena

data yang diperoleh

adalah langsung

dilapangan dengan

melakukan

wawancara dengan

pihak terkait, yaitu

dengan dengan

informan.

b. Data Sekunder

Data sekunder

merupakan data yang

telah tersedia,

dibutuhkan dalam

penelitian ini sebagai

data pendukung

meliputi data tentang

Implementasi

Kebijakan Sistem

Manajemen

Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Di

Kabupaten Bintan

5. Teknik dan Alat

Pengumpulan Data

Dalam Pengumpulan data

teknik yang digunakan

dalam penelitian ini

adalah :

a. Observasi

Dalam

penelitian ini penulis

mengadakan

pengamatan langsung

di lapangan.

Observasi ini berguna

untuk memperoleh

data tentang

Implementasi

Kebijakan Sistem

Manajemen

Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Di

Kabupaten Bintan.

Alat pengumpulan

data berupa catatan

harian

b. Wawancara

Teknik

pengumpulan data

dengan cara

berhadapan langsung /

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

7

tatap muka antara

peneliti dengan

responden. Jenis

wawancara yang

digunakan adalah

wawancara tidak

terstruktur dan

mendalam. Menurut

Arikunto (2006:227)

pedoman wawancara

tidak terstruktur

adalah pedoman

wawancara yang

hanya memuat garis

besar yang akan

dtanyakan. Adapun

alat pengumpulan

datanya berupa

pedoman wawancara

(interview quide)

G. Teknik Analisis Data

Proses analisa data dimulai

dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber yaitu

sumber dari hasil observasi dan

wawancara. Analisis data yang

digunakan adalah deskriptif

kualitatif. Analisis data yang

digunakan untuk menganalisa data-

data yang didapat dari penelitian ini

adalah analisis deskriptif kualitatif,

yaitu upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari

dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang

dipelajari dan memutuskan apa yang

dapat diceritakan kepada orang lain,

(Moleong, 2011:248).

Teknik keabsahan data yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah triangulasi. Menurut Moleong

(2011: 330), triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.

Jenis triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah triangulasi dengan metode.

Pada triangulasi dengan metode,

Patton dalam Moleong (2011: 331)

menjelaskan terdapat dua strategi,

yaitu:

1. pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil

penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan

2. pengecekan derajat

kepercayaan beberapa

sumber data dengan metode

yang sama.

Triangulasi ini dilakukan untuk

melakukan pengecekan terhadap

penggunaan metode pengumpulan

data, apakah informasi yang didapat

dengan metode interview sama

dengan metode observasi, atau

apakah hasil observasi sesuai dengan

informasi yang diberikan ketika di-

interview. Begitu pula teknik yang

dilakukan untuk menguji sumber

data, apakah sumber data ketika di-

interview dan diobservasi akan

memberikan informasi yang sama

atau berbeda. Apabila berbeda maka

peneliti harus dapat menjelaskan

perbedaan itu, tujuannya adalah

untuk mencari kesamaan data dengan

metode yang berbeda. (Bungin,

2011: 265)

LANDASAN TEORITIS

Kebijakan

Klein dan Murphy (Syafarudin

2008:76) “Kebijakan berarti

seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-

prinsip serta peraturan-peraturan

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

8

yang membimbing sesuatu

organisasi, kebijakan dengan

demikian mencakup keseluruhan

petunjuk organisasi. Berdasarkan

pendapat diatas menunjukan bahwa

kebijakan berarti seperangkat tujuan-

tujuan, prinsip-prinsip serta

peraturan-peraturan yang

membimbing sesuatu organisasi.

Kebijakan dengan demikian

mencakup keseluruhan petunjuk

organisasi. Dengan kata lain,

kebijakan adalah hasil keputusan

manajemen puncak yang dibuat

dengan hati-hati yang intinya berupa

tujuan-tujuan, prinsip-prinsip dan

aturan-aturan yang mengarahkan

organisasi melangkah ke masa

depan. Secara ringkas ditegaskan

bahwa hakikat kebijakan sebagai

petunjuk dalam organisasi. Menurut

Merilee S. Grindle (Nugroho

2012:174) isi dari kebijakan

mencakup :

1. kepentingan yang

terpengaruhi oleh kebijakan,

2. jenis manfaat yang akan

dihasilkan

3. derajat perubahan yang

diinginkan ,

4. kedudukan pembuat

kebijakan,

5. (siapa) pelaksana

program,

6. Sumberdaya yang

dikerahkan,

Sementara itu konteks

implementasinya adalah :

1. kekuasaan, kepentingan

dan strategi actor yang

terlibat

2. karakteristik lembaga dan

penguasa

3. kepatuhan dan daya

tanggap

Berdasarkan pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa isi dari

sebuah kebijakan harus mencakup

kepentingan yang terpengaruhi oleh

kebijakan, manfaat yang dihasilkan,

perubahan yang diinginkan dari

kebijakan tersebut. Dalam sebuah

kebijakan tersebut harus lah

diberikan penjelasan tentang

pelaksana kebijakan tersebut seperti

sumber daya yang terlibat untuk

melaksanakan kebijakan tersebut

serta lembaga atau instansi yang

akan menjalankan kebijakan.

Kebijakan publik mengandung

tiga konotasi yaitu pemerintah,

masyarakat, dan umum. Menurut

Syafarudin (2008:78) kebijakan

publik adalah kebijakan pemerintah

yang dengan kewenangannya dapat

memaksa masyarakat mematuhinya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa kebijakan publik

adalah hasil pengambilan keputusan

oleh manajemen puncak baik berupa

tujuan, prinsip, maupun aturan yang

berkaitan dengan hal-hal strategis

untuk mengarahkan manajer dan

personel dalam menentukan masa

depan organisasi yang berimplikasi

bagi kehidupan masyarakat. Suatu

kebijakan publik yang telah diterima

dan disahkan (adapted) tidaklah akan

ada artinya apabila tidak

dilaksanakan. Untuk itu

implementasi kebijakan publik

haruslah berhasil, malahan tidak

hanya implementasinya saja yang

berhasil, akan tetapi tujuan (goal)

yang terkandung dalam kebijakan

publik itu haruslah tercapai yaitu

terpenuhinya kepentingan

masyarakat (public inters).

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

9

Kebijakan publik adalah sebagai

kebijakan yang dibuat oleh badan-

badan pemerintah dan para aktor

politik yang bertujuan untuk

menyelesaikan masalah publik.

Menurut Dye (Subarsono:2008:2)

kebijakan publik adalah apapun

pilihan pemerintah untuk melakukan

atau tidak melakukan. Dari pendapat

diatas dijelaskan bahwa kebijakan

publik mencakup sesuatu yang tidak

dilakukakan oleh pemerintah

disamping yang dilakukan oleh

pemerintah. Ketika pemerintah

menghadapi suatu masalah publik.

suatu kebijakan harus dilakukan dan

apakah manfaat bagi kehidupan

bersama harus menjadi pertimbangan

yang holistik agar kebijakan tersebut

mengandung manfaat yang besar

bagi warganya dan berdampak kecil

dan sebaiknya tidak menimbulkan

persoalan yang merugikan, walaupun

demikian pasti ada yang diuntungkan

dan ada yang dirugikan, disinilah

letaknya pemerintah harus bijaksana

dalam menetapkan suatu kebijakan.

Suatu kebijakan yang telah diterima

dan disahkan tidaklah akan ada

artinya apabila tidak dilaksanakan.

Kebijakan itu merupakan

rumusan suatu tindakan yang

dikembangkan dan diputuskan oleh

instansi atau pejabat pemerintah

guna mengatasi atau

mempertahankan suatu kondisi.

Sedangkan menurut Friedich

(Agustino:2010:7) kebijakan adalah

serangkaian tindakan atau kegiatan

yang diusulkan oleh seseorang,

kelompok, atau pemerintah, dalam

suatu lingkungan tertentu dimana

terdapat hambatan-hambatan atau

kesulitan-kesulitan dan

kemungkinan-kemungkinan dimana

kebijakan itu diusulkan agar berguna

dalam mengatasinya untuk mencapai

tujuan yang dimaksud.

Maka dapat disimpulkan bahwa

kebijakan itu merupakan serangkaian

tindakan atau kegiatan yang

diusulkan oleh seseorang atau

pemerintah, untuk mengatasi suatu

persoalan atau permasalahan yang

terdapat dalam masyarakat, sehingga

dengan kebijakan ini diharapkan

akan dapat mengatasi permasalahan

yang terdapat dalam masyarakat,

sehingga dengan kebijakan ini

diharapkan akan dapat mengatasi

permasalahan tersebut.

Menurut Dwiyanto (2009: 140):

“Proses politik kebijakan adalah

proses melegitimasi kebijakan publik

dengan menyandarkan pada proses

pembahasan kebijakan di lembaga

politik yang diakui sebagai

representative publik. Jika lembaga

politik yang representative dari

kebijakan benar-benar menampung

aspirasi publik, maka kebijakan yang

direkomendasikan tidak mengalami

hambatan untuk dilegitimasikan

menjadi sebuah kebijakan “

Edwards III dan Sharkansky

dalam Hariyoso (2002: 62)

mengartikan bahwa kebijakan publik

adalah pernyataan pilihan tindakan

pemerintah yang berupa tujuan dan

program pemerintah. Sedangkan

Thomas R. Dye (dalam Sumaryadi,

2005 :19). berpendapat bahwa

kebijaksanaan negara ialah pilihan

tindakan apapun yang dilakukan atau

tidak yang dilakukan oleh

pemerintah.

Kebijakan merupakan suatu

tindakan yang mengarah pada tujuan

yang diusulkan dalam lingkungan

tertentu sehubungan dengan adanya

hambatan-hambatan tertentu untuk

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

10

mencapai tujuan atau mewujudkan

sasaran yang diinginkan.

Pada dasarnya kebijakan publik

dapat berupa aturan atau ketentuan

yang mengatur kehidupan

masyarakat yang mana aturan-aturan

tersebut disusun dalam beberapa

bentuk kebijakan. “Kebijakan publik

mempunyai sifat paksaan yang

secara potensial sah dilakukan,

sehingga kebijakan publik menuntut

ketaatan atau kepatuhan yang luas

dari masyarakat” (Winarno,

2012:21).

Implementasi Kebijakan

Nugroho (2012:158)

mengemukakan bahwa implementasi

kebijakan pada prinsipnya adalah

cara agar sebuah kebijakan dapat

mencapai tujuannya. Dari kedua

pendapat ahli ini yang perlu

ditekankan adalah bahwa tahap

implementasi kebijakan tidak akan

dimulai sebelum tujuan-tujuan dan

sasaran-sasaran ditetapkan atau

diidentifikasikan oleh keputusan-

keputusan kebijaksanaan.

Keberhasilan implementasi

kebijakan akan ditentukan oleh

banyak variabel dan faktor dan

variabel tersebut saling berhubungan

satu sama lain, menurut Edwards III

(Subarsono 2008:90-92) ada empat

variabel dalam implementasi

kebijakan publik yaitu :

1. Komunikasi. Keberhasilan

Implementasi Kebijakan

mensyaratkan agar

implementor mengetahui apa

yang harus dilakukan. Apa

yang menjadi tujuan dan

sasaarn kebijakan harus

ditransmisikan kepada

kelompok sasaran (target

group) sehingga akan

mengurangi distorsi

implementasi.

2. Sumber Daya Sumber daya

dapat berwujud sumber daya

manusia, yakni kompetensi

implementor dan sumber

daya financial, sumber daya

adalah factor penting untuk

mengimplementasi kebijakan

agar efektif.

3. Disposisi. Disposisi adalah

watak dan karakteristik yang

dimiliki oleh implementor,

seperti komitmen, kejujuran,

sifat demokratis

4. Struktur Birokrasi. Birokrasi

merupakan salah satu badan

yang paling sering bahkan

secara keseluruhan menjadi

pelaksana kebijakan. Kerja

sama yang baik dalam

birokrasi dan struktur yang

kondusif akan membuat

pelaksanaan kebijakan

efektif.

Dari pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa agar kebijakan

itu berhasil dalam pencapaian

tujuannya, maka serangkaian usaha

perlu dilakukan diantaranya perlu

dikomunikasikan secara terbuka,

jelas, dan transparan kepada sasaran.

Perlunya sumber daya yang

berkualitas untuk pelaksanaannya

dan perlunya dirampungkan struktur

pelaksana kebijakan

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

11

GAMBARAN UMUM

PENELITIAN

Sejak tahun 1978, Esco telah

muncul sebagai pemimpin dalam

pengembangan laboratorium, solusi

peralatan medis dan farmasi. Produk

yang dijual di lebih dari 100 negara

termasuk lemari keamanan hayati,

inkubator laboratorium dan oven,

inkubator CO2, lemari asam,

kerudung ductless asam, lemari

aliran laminar, freezer suhu ultra-

rendah, isolator farmasi rumah sakit,

penahanan / produk farmasi, lemari

PCR, termal cyclers, workstation

penahanan hewan, peralatan ART

dan bubuk berat kandang

keseimbangan.

Esco didirikan di Singapura

dan mulai merintis teknologi

Cleanroom di Asia Tenggara. Esco

didirikan untuk memberikan solusi

udara bersih untuk ilmu industri dan

kehidupan industri teknologi tinggi.

Sejak awal nya Esco telah

mendapatkan reputasi untuk inovasi

dalam industri laboratorium dan

Cleanroom seluruh dunia. Dari

kantor pusat di Singapura, Esco

mengarahkan penelitian,

pengembangan produk, manufaktur

dan layanan pelanggan program yang

sangat efisien. Dengan kantor global

dalam delapan lokasi tambahan,

produk Esco yang dijual di lebih dari

100 negara melalui lebih dari 300

mitra distribusi independen. Esco

adalah pemimpin dunia dalam lemari

keamanan hayati, menawarkan

berbagai produk terluas industri,

dengan ribuan instalasi di

laboratorium terkemuka di seluruh

dunia. Pelanggan kami adalah

terkemuka penyedia dunia ilmu

kehidupan, rumah sakit, lembaga

biomedis dan farmasi, dan

universitas.

Hari ini, dengan orang-orang

yang berdedikasi penuh dengan

energi dan optimisme, Esco melayani

pasar ini, berencana untuk pasar

masa depan, dan memperkuat posisi

kami sebagai kekuatan global dalam

teknologi peralatan udara dan

laboratorium bersih. prestasi paling

membanggakan kami bukan hanya

rangkaian lengkap solusi peralatan

lingkungan yang terkendali yang

mencakup Keamanan Hayati

Kabinet, Fume Hood, General

Purpose Oven dan Inkubator,

Inkubator CO2, Pondok Daun

Downflow, ULT Freezer, dan

banyak lagi; itu sebenarnya fasilitas

manufaktur state-of-the-art baru.

lokasi pabrik baru ini tidak hanya

mewakili seberapa jauh kita sudah

datang sejak aliran laminar pertama

bangku bersih. Ini juga sekilas mana

tuju besok.

Perusahaan ini memiliki

sejarah yang unik dari inovasi,

termasuk: Penemu Cleanroom aliran

laminar vertikal Unit straddle untuk

produksi mikroelektronika. produsen

peralatan laboratorium pertama di

dunia untuk menggabungkan lapisan

antimikroba proprietary - ISOCIDE

™ - yang menghilangkan 99,99%

dari bakteri permukaan dalam waktu

24 jam, pada permukaan dilapisi

semua peralatan teknologi energi

yang efisien Mempelopori di lemari

keamanan hayati, termasuk

INNOVA ™ rotor eksternal motor

dan UV timer yang menyimpan

energi yang dibutuhkan untuk

dekontaminasi.

Memperkenalkan teknologi

filter ULPA untuk keselamatan dan

aliran laminar pasar kabinet biologis

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

12

utama di Amerika Utara. ULPA filter

beroperasi pada efisiensi> 99,999%,

unggul filter HEPA konvensional,

dan karena itu memberikan

perlindungan unggul. satu-satunya

produsen kabinet keamanan biologis

dunia dengan produk-produk

bersertifikat untuk semua standar

internasional terkemuka.

PEMBAHASAN DAN ANALISA

1. Komunikasi

Implemetasi kebijakan publik

agar dapat mencapai keberhasilan,

mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus

dilakukan secara jelas. Apa yang

menjadi tujuan dan sasaran kebijakan

harus diinformasikan kepada

kelompok sasaran (target group)

sehingga akan mengurangi distorsi

implementasi. Apabila penyampaian

tujuan dan sasaran suatu kebijakan

tidak jelas, tidak memberikan

pemahaman atau bahkan tujuan dan

sasaran kebijakan tidak diketahui

sama sekali oleh kelompok sasaran,

maka kemungkinan akan terjadi

suatu penolakan atau resistensi dari

kelompok sasaran yang

bersangkutan.

a. Transmisi

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan dapat dianalisa

bahwa sosialisasi sudah dilakukan

kepada masyarakat dan pihak terkait.

Perlindungan tenaga kerja adalah

upaya sistematis dan terpadu yang

dilakukan mencegah penyimpangan

yang dilakukan oleh perusahaan.

Tidak hanya itu setiap aturan berisi

tentang kewajiban dan hak dari

pekerja. Kesemuanya ini harus

disosialisasikan dengan baik oleh

para pekerja.

Dari observasi dilakukan

maka ditemukan kebenaran bahwa

sosialisasi memang pernah dilakukan

kepada pekerja ini dibuktikan dengan

beberapa foto dan laporan yang ada.

Hanya saja tidak semua peraturan

tentang pekerja dapat disampaikan

dengan baik. Menurut informan

keterbatasan biaya yang seringkali

membuat sebuah kebijakan tidak

dapat disosialisasikan dengan baik.

Sebelum dapat

mengimplementasikan suatu

kebijakan implementor harus

menyadari bahwa suatu keputusan

telah dikeluarkan, seringkali terjadi

kesalahpahaman terhadap keputusan

yang telah dikeluarkan agar tidak

terjadi kesalahpahaman harus

dilakukan sosialisasi terhadap

ketenagakerjaan. Baik sosialisasi

kepada pegawai Dinas Tenaga kerja

Kabupaten Bintan selaku

implementor serta sosialisasi yang

diberikan kepada pekerja dan pihak

swasta khususnya PT. ESCO.

Sosialisasi sebuah kebijakan

sangat penting di lakukan hal ini

senada dengan teori dari Edward III

(Subarsono : 2011 : 91) menjelaskan

bahwa Untuk menuju implementasi

kebijakan yang diinginkan, maka

pelaksana harus mengerti benar apa

yang harus dilakukan untuk

kebijakan tersebut. Selain itu yang

menjadi sasaran kebijakan harus

diberi informasikan mengenai

kebijakan yang akan diterapkan

mulai dari tujuan dan sasarannya.

Maka dari itu sosialisasi kebijakan

sangat diperlukan untuk menunjang

keberhasilan dari implementasi

kebijakan. Sosialisasi bisa dilakukan

dengan berbagai cara antara lain

dengan media masa, elektronik, dan

penyuluhan secara langsung.

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

13

b. Kejelasan

Berdasarkan hasil observasi

dapat dianalisa bahwa secara

keseluruhan isi dan tujuan

Kebijakan Sistem Manajemen

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

sudah jelas. Hal ini didukung dari

pernyataan para pegawai bahwa

sebagian pegawai mengetahui serta

memahami kebijakan tersebut.

Pengertian (Definisi) Sistem

Manajemen K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) menurut

Permenaker No 5 Tahun 1996

tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

ialah bagian dari sistem secara

keseluruhan yang meliputi struktur

organisasi, perencanaan, tanggung-

jawab, pelaksanaan, prosedur, proses

dan sumber daya yang dibutuhkan

bagi pengembangan, penerapan,

pencapaian, pengajian dan

pemeliharaan kebijakan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien dan produktif.

2. Sumber Daya

Dalam implementasi

kebijakan harus ditunjang oleh

sumberdaya baik sumberdaya

manusia, materi dan

metoda. Sasaran, tujuan dan isi

kebijakan walaupun sudah

dikomunikasikan secara jelas dan

konsisten, tetapi apabila implementor

kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, implementasi tidak

akan berjalan efektif dan efisien.

Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya

tinggal di kertas menjadi dokumen

saja tidak diwujudkan untuk

memberikan pemecahan masalah

yang ada di masyarakat dan upaya

memberikan pelayan pada

masyarakat. Sumberdaya tersebut

dapat berwujud sumberdaya

manusia, yakni kompetensi

implementor dan sumberdaya

finansial

a. Sumber daya manusia

Dari beberapa hasil

wawancara yang dilakukan maka

dapat dianalisa Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Bintan sudah membagi

tugas para pegawainya termasuk

dalam melaksanakan pengawasan

tersebut. Para pegawai diturunkan

untuk mengawasi, serta melakukan

peninjauan terhadap kegiatan yang

berhubungan dengan lingkungan.

Apabila terjadi penyimpangan para

pegawai wajib melaporkan dan

menindaklanjuti sesuai dengan

aturan yang berlaku.. Sumber daya

utama dalam implementasi kebijakan

adalah staf atau pegawai. Kegagalan

yang sering terjadi dalam

implementasi kebijakan, salah-

satunya disebabkan oleh

staf/pegawai yang tidak cukup

memadai, mencukupi, ataupun tidak

kompeten dalam bidangnya.

Sumber daya yang penting

menurut Edwards III (Winarno,

2008: 181) meliputi: staf yang

memadai serta keahlian-keahlian

yang baik untuk melaksanakan

tugastugas mereka, informasi,

wewenang dan fasilitas-fasilitas yang

diperlukan untuk menterjemahkan

usul-usul di atas kertas guna

melaksanakan pelayanan-pelayanan

publik. Staf merupakan sumber daya

utama dalam implementasi

kebijakan. Kegagalan yang sering

terjadi dalam implementasi, salah

satunya disebabkan oleh staf atau

pegawai yang tidak cukup memadai,

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

14

mencukupi, ataupun tidak kompeten

dalam bidangnya. Penambahan staf

atau implementator saja tidak cukup

menyelesaikan persoalan

implementasi kebijakan, tetapi

diperlukan sebuah kecukupan staf

dengan keahlian dan kemampuan

yang diperlukan (kompeten dan

kapabel) dalam

mengimplementasikan kebijakan.

b. Fasilitas

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan selama ini dinas

tenaga kerja sangat berperan dalam

memberikan perlindungan kepada

tenaga kerja namun memang dalam

pelaksanaannya pemerintah

membutuhkan BPJS kemudian

kerjasama dari serikat buruh. Untuk

tenaga kerja untuk melindungi dari

keselamatan jiwa dan kesejahteraan

karyawan, sedangkan bagi dunia

usaha dengan dijaminnya

keselamatan pekerjanya tentu akan

meningkatkan produktivitas

karyawan. Kemudian pihak dinas

juga bersama-sama instansi terkait

memberikan pembinaan agar para

pemberi kerja di semua sektor

industri wajib untuk membekali

tenaga kerjanya dengan BPJS

Ketenagakerjaan. Karena dengan

sudah dijaminkannya pekerja dengan

BPJS Ketenagakerjaan maka akan

timbul rasa aman dan nyaman para

pekerja dalam melaksanakan tugas

dan kewajibannya sehari-hari.

Sumber daya adalah hal

penting dalam pelaksanaan kebijakan

termasuk dalam melaksanakan

kebijakan tentang K3 ini, hal ini

sesuai dengan pendapat Edward III

(Subarsono : 2011 : 91) Selain

informasi yang mampu menjadikan

kebijakan berhasil adalah sumber

daya yang dimiliki oleh

implementator. Sumber daya

pendukung dapat berupa sumber

daya manusia, yakni kompetensi

implementor dan sumber daya

finansial. Tanpa adanya sumber daya

maka kebijakan tidak akan berjalan

dengan semestinya. Bahkan

kebijakan tersebut akan menjadi

dokumen saja.

3. Disposisi

Suatu disposisi dalam

implementasi dan karakteristik, sikap

yang dimilikioleh implementor

kebijakan, seperti komitmen,

kejujuran, komunikatif, cerdik dan

sifat demokratis. Implementor baik

harus memiliki disposisi yang baik,

maka dia akan dapat menjalankan

kebijakan dengan baik seperti apa

yang diinginkan dan ditetapkan oleh

pembuat kebijakan. Implementasi

kebijakan apabila memiliki sikap

atau perspektif yang berbeda dengan

pembuat kebijakan, maka proses

implementasinya menjadi tidak

efektif dan efisien. Disposisi adalah

watak dan karakteristik yang dimiliki

oleh implementor, seperti komitmen,

keejujuran, sifat demokratis.

Apabila implementor memiliki

disposisi yang baik, maka dia akan

menjalankan kebijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan.

a. Komitmen

Dari hasil wawancara yang

dilakukan dari beberapa informan

serta dari hasil wawancara dengan

key informan maka dapat dianalisa

bahwa dalam melakukan perbaikan

di setiap perusahaan yang ditemukan

temuan-temuan yang menyimpang

dan harus segera di perbaiki.

Biasanya hal tersebut terlihat jika

Dinas Tenaga kerja Kabupaten

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

15

Bintan melakukan pengawasan

dengan melihat laporan-laporan yang

ada. Maka petugas pengawas akan

memberikan suatu masukan agar

perusahaan yang mengalami

beberapa penyimpangan dan masalah

dalam laporan, kegiatan, maupun

pekerjanya akan melakukan tindakan

perbaikan guna meminimalisir

kesalahan-kesalahan tersebut

berulang kembali.

Dispoisisi adalah sikap dari

pelaksana kebijakan, jika pelaksana

kebijakan ingin efektif maka para

pelaksana kebijakan tidak hanya

harus mengetahui apa yang

dilakukan tetapi juga harus memiliki

kemampuan untuk melaksanakan

sehingga dalam praktiknya tidak

terjadi bias. Faktor-faktor mengenai

disposisi implementasi kebijakan

oleh George C. Edward III (dalam

Agustino, 2006: 152-153)

menjelaskan bahwa pelaksana yang

menjalankan haruslan komitmen dan

penuh kejujuran melaksanakan

kebijakan yang telah diterapkan, hal

ini bisa di dukung dengan pemilihan

atau pengangkatan personil untuk

melaksanakan kebijakan adalah

orang-orang yang memiliki dedikasi

pada kebijakan yang telah

ditetapkan, khususnya pada

kepentingan masyarakat.

b. Dukungan pemerintah jika ada

perusahaan yang tidak menjaga

keselamatan kerja pegawainya

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa pihak dinas dibantu

oleh BPJS dan serikat buruh untuk

mengawasi tindakan-tindakan yang

dapat membahayakan pekerja.

Dalam setiap panduan keselamatan

kerja, harus memuat informasi

tentang detail pekerjaan yang akan

dilakukan dan resiko kecelakaan

yang mungkin terjadi. Dijelaskan apa

saja hal yang harus dilakukan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan.

Setiap karyawan baru yang akan

bekerja di suatu perusahaan harus

dijelaskan tentang hal ini sejelas-

jelasnya. Karyawan harus dijelaskan

tentang bahaya yang dapat terjadi di

tempatnya bekerja, berbagai alat

pengamanan yang harus digunakan

dan cara melaksanakan pekerjaan

yang aman. Kemudian setiap

pekerjaan yang mengandung resiko

cukup besar, wajib menggunakan

berbagai alat pengaman. Pada

panduan keselamatan kerja, hal ini

dijelaskan pula secara lengkap.

Karyawan wajib menerapkan aturan-

aturan ini secara disiplin untuk

menghindari terjadinya kecelakaan

kerja saat bertugas.

4. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan struktur

yang bertugas untuk

mengimplementasikan kebijakan,

karena mempunyai pengaruh yang

besar untuk mewujudkan

keberhasilan kebijakan. Ada dua

karakteristik yang dapat

mendongkrak kinerja birokrasi

menurut George C Edward III

(dalam Agustino, 2006:153-154)

yaitu: Fragmentasi adalah upaya

penyebaran tanggung jawab kegiatan

atau aktivitas kerja kepada beberapa

pegawai dalam unit- unit kerja, untuk

mempermudah pekerjaan dan

memperbaiki pelayanan. Fragmentasi

merupakan pembagian

tanggungjawab sebuah bidang

kebijakan diantara unit-unit

organisasi. Konsekuensi paling

buruk dari fragmentasi birokrasi

adalah usaha untuk menghambat

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

16

koordinasi para birokrat karena

alasan-alasan prioritas dari badan-

badan yang berbeda mendorong

birokrat untuk menghindari

koordinasi dengan badan-badan lain.

Padahal penyebaran wewenang dan

sumber-sumber untuk melaksanakan

kebijakan yang kompleks

membutuhkan koordinasi.

Fragmentasi menyebabkan

pandangan-pandangan yang sempit

dari banyak lembaga birokrasi. Hal

ini akan menimbulkan dua

konsekuensi pokok yang merugikan

bagi implementasi kebijakan.

Pertama, tidak ada orang yang akan

mengakhiri implementasi kebijakan

dengan melaksanakan fungsi-fungsi

tertentu karena tanggung jawab bagi

suatu bidang kebijakan terpecah-

pecah. Kedua, pandangan-pandangan

yang sempit dari badan-badan

pelaksana mungkin juga akan

menghambat perubahan. Bila suatu

badan memiliki fleksibilitas yang

rendah dalam misi-misinya, maka

badan tersebut akan berusaha

mempertahankan esensinya dan

besar kemungkinan akan menentang

kebijakan-kebijakan baru yang

membutuhkan perubahan.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan, maka dapat

dianalisa bahwa dalam struktur

birokrasi sudah ada pembagian

khusus dalam menjalankan kebijakan

K3 ini. Melalui penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang dilaksanakan

dengan konsisten dan

berkesinambungan, kejadian yang

tidak diinginkan atau dapat

menimbulkan kerugian dapat di-

cegah. Hal ini sesuai dengan

Undang-Undang No 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, yang

menyatakan kewajiban pengusaha

melin-dungi tenaga kerja dari potensi

bahaya yang dihadapi.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat diambil kesimpulan

bahwa Implementasi Kebijakan

Sistem Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Di Kabupaten

Bintan Pada PT Esco sudah berjalan

dengan baik walaupun masih ada

hambatan berkaitan dengan

pelaksanaan kebijakan ini di

PT.ESCO, hal ini dapat dilihat dari :

1. Dimensi Komunikasi

diketahui bahwa Sosialisasi

sudah sering dilakukan oleh

pihak Dinas Tenaga kerja

Kabupaten Bintan. Dalam

melaksanakan sebuah

kebijakan termasuk kebijakan

K3 yang berhubungan

langsung dengan para pekerja

namun memang diakui jarang

sekali langusng ke pekerja

yang ada di perusahaan

seperti PT. ESCO, sosialisasi

lebih menyeluruh dan secara

umum, sosialisasi yang

selama ini dilakukan juga

hanya melibatkan pimpinan,

sebaiknya dilakukan berbagai

upaya untuk menyampaikan

isi tujuan dan sasaran dari

tersebut.

2. Dimensi Sumber daya

ditemukan bahwa Dalam

kebijakan ini pembagian

tugas sudah merata hal ini

dapat dilihat dari para

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

17

pegawai yang menangani

masalah ketenagakerjaan

adalah pegawai khusus yang

bekerja sesuai dengan surat

keputusan kepala kantor.

Tidak hanya itu untuk

menjalankan pengawasan dan

mengurus segala kebutuhan

para pegawai yang bertugas

juga dibekali pengetahuan

baik tentang peraturan

ketenagakerjaan. Kemudian

pemerintah bersama-sama

BPJS selama ini memberikan

pengawasan dan pembinaan.

Seperti BPJS yang khusus

menyediakan program bagi

tenaga kerja. Pengawasan

ketenagakerjaan dilakukan

oleh pegawai pengawas

ketenagakerjaan yang

mempunyai kompetensi dan

bersifat independen guna

menjamin pelaksanaan

peraturan perundang-

undangan di bidang

ketenagakerjaan. Dinas

tenaga kerja selalu mencari

solusi. Di Dinas ini

khususnya pada bagian

pengawasan, mereka

membuka kesempatan bagi

siapa saja pekerja yang

merasa dirugikan perusahaan

untuk mengadu ke Dinas

tenaga kerja untuk kemudian

diproses dan dicarikan

solusinya. pihak dinas

dibantu oleh BPJS dan serikat

buruh untuk mengawasi

tindakan-tindakan yang dapat

membahayakan pekerja.

Dalam setiap panduan

keselamatan kerja, harus

memuat informasi tentang

detail pekerjaan yang akan

dilakukan dan resiko

kecelakaan yang mungkin

terjadi. Dijelaskan apa saja

hal yang harus dilakukan

untuk mencegah terjadinya

kecelakaan. Setiap karyawan

baru yang akan bekerja di

suatu perusahaan harus

dijelaskan tentang hal ini

sejelas-jelasnya. Dan selama

ini pembagian dalam

kebijakan K3 sudah berjalan.

3. Dimensi Disposisi pihak

dinas dibantu oleh BPJS dan

serikat buruh untuk

mengawasi tindakan-tindakan

yang dapat membahayakan

pekerja. Dalam setiap

panduan keselamatan kerja,

harus memuat informasi

tentang detail pekerjaan yang

akan dilakukan dan resiko

kecelakaan yang mungkin

terjadi. Dijelaskan apa saja

hal yang harus dilakukan

untuk mencegah terjadinya

kecelakaan. Setiap karyawan

baru yang akan bekerja di

suatu perusahaan harus

dijelaskan tentang hal ini

sejelas-jelasnya.

4. Dimensi Struktur Birokrasi

ditemukan bahwa dalam

struktur birokrasi sudah ada

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

18

pembagian khusus dalam

menjalankan kebijakan K3

ini. Melalui penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang

dilaksanakan dengan

konsisten dan

berkesinambungan, kejadian

yang tidak diinginkan atau

dapat menimbulkan kerugian

dapat di-cegah. Hal ini sesuai

dengan Undang-Undang No

13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, yang

menyatakan kewajiban

pengusaha melindungi tenaga

kerja dari potensi bahaya

yang dihadapi.

Berdasarkan hasil temuan

dimensi maka dapat dianalisa bahwa

ada faktor yang menghambat

Implementasi Kebijakan Sistem

Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Di Kabupaten

Bintan Pada PT Esco yaitu :

1. Sosialisasi belum langsung di

lakukan kepada karyawan,

hanya perwakilan dari

perusahaan sehingga belum

tepat sasaran, dan banyak

karyawan yang akhirnya

tidak memahami.

2. Selama ini pengawasan yang

dilakukan belum terjadwal

dengan baik sehingga masih

banyak perusahaan termasuk

PT ESCO yang baru

menerapkan Implementasi

Kebijakan Sistem

Manajemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja setelah

adanya permasalahan atau

teguran dari pihak dinas.

Saran

Adapun saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Untuk Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Bintan adalah

memperbanyak kegiatan

sosialisasi yang rutin dalam

setahun minimal 2 kali dalam

setahun dengan para

karyawan PT yang ada di

Kabupaten Bintan, agar

pengetahuan tentang K3

dapat diberikan secara

merata, kegiatan dapat

dilakukan misalnya dengan

mengadakan sosialisais

bertemakan K3, kemudian

pengetahuan tentang K3 dan

informasi mengenai

pelaksanaan kegiatan

sertifikasi K3 di Kabupaten

Bintan.

2. Kemudian Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Bintan

harus ada sanksi yang tegas

yang diberikan pihak Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten

Bintan kepada perusahaan

seperti PT ESCO yang masih

melalaikan kebijakan Sistem

Manajemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja hal ini

dapat dilakukan dengan

mencabut izin perusahaan

agar tidak dapat beroperasi

lagi.

3. Untuk PT. ESCO dapat

memperbaiki sistem

pengrekrutan karyawan

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

19

seperti salah satunya pegawai

yang dipekerjakan harus

memiliki sertifikat K3,

karena pekerja yang sudah

memiliki K3 lebih memahami

tentang resiko kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan

Publik Edisi Revisi. Jakarta:

Yayasan Pancur Siwah.

Agustino, Leo. 2010. Dasar-dasar

Kebijakan Publik. Bandung :

CV Alfabetha

Amri. Yousa. 2007. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Laboratorium Pengkajian

Penelitian dan

Pengembangan Administrasi

Negara. FISIP Universitas

Padjajaran, Bandung

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Badjuri, Abdulkahar & Yuwono,

Teguh, 2002, Kebijakan Publik

Konsep & Strategi, Undip

Press, Semarang

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi

Penelitian Kuantitatif. Jakarta :

Kencana.

Dunn, William N. 2003. Analisis

Kebijakan Publik.

Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press

Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik

Berbasis Dynamic Analiysis.

Gava Media: Yogyakarta.

Ekowati, Mas Roro Lilik, 2005,

Perencanaan, Implementasi

dan Evaluasi Kebijakan atau

Program, Edisi Revisi, PT

Rosdakarya, Bandung.

Hariyoso, S. 2002. Pembangunan.

Birokrasi dan Kebijakan

Publik. Bandung: Peradaban

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip

Perumusan Kebijaksanaan

Negara. Bumi Aksara: Jakarta

Keban, Yeremias T. 2008. Enam

Dimensi Strategis Administrasi

Publik: Konsep,. Teori, Dan

Isu. Yogyakarta: Gavamedia

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Nugroho, Riant D. 2012. Kebijakan

Publik Formulasi Implementasi

dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex

Media Komputindo

Pasolong, Harbani. 2010. Teori

Administrasi Publik.

Bandung: Alfabeta

Parsons, Wayne. 2005. Public

Policy: Pengantar Teori dan

Praktik Analisis Kebijakan.

Prenada Media: Jakarta.

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma

Kritis dalam Studi Kebijakan

Publik. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Purwanto, Irwan Agus dan Dyah

Ratih Sulistyastuti. 2012.

Implementasi Kebijakan

Publik: Konsep dan

Aplikasinya di

Indonesia.Gava Media,

Yokyakarta

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

20

Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan

Publik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung:

Alfabeta

Sumaryadi, I Nyoman. 2005.

Efektivitas Implementasi

Kebijkan Otonomi Daerah.

Jakarta : Citra Utama

Syafiie, Inu Kencana. 2006. Sistem

Administrasi publik Republik

Indonesia (SANKRI). Jakarta :

PT Bumi Aksara

Syafarudin. 2008. Efectivitas

Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003.

Implementasi Kebijakan

Publik. Yogyakarta: Lukman.

Tarwiyah Tuti. 2005. Kebijakan

pendidikan Era 0tonomi

Daerah. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Wahab, Solichin Abdul. 2002.

Analisis Kebijaksanaan: dari

Formula ke Implementasi

Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Jakarta: PT. Buku Kita.

Perundang-Undangan :

Undang-undang nomor 23 tahun

1992 Tentang Kesehatan Kerja

Undang-undang No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 50

tahun 2012 tentang Sistem

Manajemen Keselematan dan

kesehatan tenaga kerja

Dokumen :

Laporan Akuntabilitas Kinerja

Pemerintah Kabupaten Bintan 2014

Sumber lain :

Sumber : http://batamtoday.com

terbit Selasa, 14-06-2016)

Jurnal :

Pangkey, Febyana (2012) tentang

Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja

(SMK3) Pada Proyek

Konstruksi Di Indonesia

(Studi Kasus: Pembangunan

Jembatan Dr. Ir. Soekarno-

Manado). Jurnal Ilmiah

MEDIA ENGINEERING

Vol. 2, No. 2, Juli 2012 ISSN

2087-9334 (100-113)

Salafudin, Muhammad, Henry

Ananta, Subiyanto (2013)

tentang Implementasi Sistem

Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di PT PLN

(Persero) Area Pengatur

Distribusi Jawa Tengah &

D.I.Yogyakarta dalam Upaya

Peningkatan Mutu dan

Produktivitas Kerja

Karyawan. Jurnal Teknik

Elektro Vol. 5 No. 1 Januari -

Juni 2013

Muhammad Salafudin, Henry

Ananta, Subiyanto (2013)

tentang Implementasi Sistem

Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di PT PLN

(Persero) Area Pengatur

Distribusi Jawa Tengah &

D.I.Yogyakarta dalam Upaya

Peningkatan Mutu dan

Produktivitas Kerja

Karyawan. Jurnal Teknik

Sipil Vol. 1 No. 4 September

2012

Zulyanti, Noer Rafikah. 2013.

Komitmen Kebijakan

Keselamatan Dan Kesehatan

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

21

Kerja (K3) Sebagai Upaya

Perlindungan Terhadap

Tenaga Kerja (Sudi pada

Mitra Produksi Sigaret

(MPS) KUD Tani Mulyo

Lamongan). DIA, Jurnal

Administrasi Publik

Desember 2013, Vol. 11, No.

2, Hal. 264 – 275

Haryani, Nur (2014) tentang Sistem

Manajemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja

(SMK3) Di PT. PERTAMINA

(PERSERO) Unit Pemasaran

II Terminal Bahan Bakar

Minyak (TBBM) Jambi. S1

Ilmu Administrasi Negara,

FIS, UNESA

([email protected].

id)