analisis implementasi sistem manajemen keselamatan

21
Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor Pada Kontraktor Di PT Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor Tahun 2014 Delisa Sri Winatri Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Banyaknya industri yang memperkerjakan tenaga luar (outsourcing) atau kontraktor dalam aktifitas kerjanya dan berisiko besar dalam kecelakaan sehingg diperlukan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor yang menggunakan tenaga kerja kontraktor dalam melakukan sebagian besar proses kerjanya membuatnya harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi sistem manajemen keselamatan kontraktor pada kontraktor di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. Sampel penelitian merupakan salah satu kontraktor tambang UBPE Pongkor yaitu PT Karya Sakti Purnama menggunakan studi evaluasi berdasarkan standar New South Wales Mines pada checklist Contractor OHS Assessment Tools. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, telaah dokumen dan observasi lapangan jika diperlukan oleh pihak UBPE Pongkor maupun PT KSP. Berdasarkan keseluruhan elemen (5 elemen) dalam checklist PT KSP telah memenuhi kriteria 83% (total nilai 83/100 total) dari keseluruhan sistem yang telah dijalankan pada Proyek kerja UBPE Pongkor. Nilai yang dicapai pada masing-masing elemen, sistem Kebijakan K3 bernilai 17 dari 20 subtotal, sistem Perencanaan K3 bernilai 15 dari 20 subtotal, sistem Implementasi K3 19 dari 20 subotal, sistem Monitoring dan hasil 14 dari 20 subtotal, sistem Peningkatan berkelanjutan 18 dari 20 subtotal. Peneliti memberikan rekomendasi untuk mempertahankan kriteria-kriteria yang telah terpenuhi dan memperbaiki beberapa kriteria yang belum sesuai dan belum terpenuhi berdasarkan standar New South Wales pada Checklist Contractor OHS Assessment Tools. Kata Kunci : Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor, SMK3, Kontraktor. Analysis Implementation of Contractor Safety Management System at Contractor in PT Antam (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor 2014 Many of industries employ external source (outsourcing) or contractor in his activities have major risk of accidents that required Implementation of Contractor Safety Management System. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor use external labor/contractors in performing most of their work. That’s why,UBPE Pongkor should implement Safety Management Systems Contractor. This study aims to analyze the implementation of Safety management systems contractor at the contractor PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. This study is an evaluation research in one of UBPE’s mining contractor PT Karya Sakti Purnama using New South Wales Mines standard in Contractor OHS Assessment Tools checklist. Data was collected through interviews, document review and field observations. Based on all the elements (5 elements) in the checklist PT KSP has complies 83% (83 from 100total) of the whole system that has been run on Project work UBPE Pongkor. Compliance requirement in each element, Policies system is worth to 17 from 20 subtotal, Planning system is worth to 15 from 20 subtotal, implementation system is worth to 19 from 20 subtotal, monitoring and results system is worth to 14 from 20 subtotal, Continuous Improvement system is worth to 18 from 20 subtotal. Researchers give some recommendations to sustain Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor Pada Kontraktor Di PT Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas

(UBPE) Pongkor Tahun 2014

Delisa Sri Winatri

Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Banyaknya industri yang memperkerjakan tenaga luar (outsourcing) atau kontraktor dalam aktifitas kerjanya dan berisiko besar dalam kecelakaan sehingg diperlukan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor yang menggunakan tenaga kerja kontraktor dalam melakukan sebagian besar proses kerjanya membuatnya harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi sistem manajemen keselamatan kontraktor pada kontraktor di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. Sampel penelitian merupakan salah satu kontraktor tambang UBPE Pongkor yaitu PT Karya Sakti Purnama menggunakan studi evaluasi berdasarkan standar New South Wales Mines pada checklist Contractor OHS Assessment Tools. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, telaah dokumen dan observasi lapangan jika diperlukan oleh pihak UBPE Pongkor maupun PT KSP. Berdasarkan keseluruhan elemen (5 elemen) dalam checklist PT KSP telah memenuhi kriteria 83% (total nilai 83/100 total) dari keseluruhan sistem yang telah dijalankan pada Proyek kerja UBPE Pongkor. Nilai yang dicapai pada masing-masing elemen, sistem Kebijakan K3 bernilai 17 dari 20 subtotal, sistem Perencanaan K3 bernilai 15 dari 20 subtotal, sistem Implementasi K3 19 dari 20 subotal, sistem Monitoring dan hasil 14 dari 20 subtotal, sistem Peningkatan berkelanjutan 18 dari 20 subtotal. Peneliti memberikan rekomendasi untuk mempertahankan kriteria-kriteria yang telah terpenuhi dan memperbaiki beberapa kriteria yang belum sesuai dan belum terpenuhi berdasarkan standar New South Wales pada Checklist Contractor OHS Assessment Tools. Kata Kunci : Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor, SMK3, Kontraktor.  

Analysis Implementation of Contractor Safety Management System at Contractor

in PT Antam (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor 2014

Many of industries employ external source (outsourcing) or contractor in his activities have major risk of accidents that required Implementation of Contractor Safety Management System. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor use external labor/contractors in performing most of their work. That’s why,UBPE Pongkor should implement Safety Management Systems Contractor. This study aims to analyze the implementation of Safety management systems contractor at the contractor PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. This study is an evaluation research in one of UBPE’s mining contractor PT Karya Sakti Purnama using New South Wales Mines standard in Contractor OHS Assessment Tools checklist. Data was collected through interviews, document review and field observations. Based on all the elements (5 elements) in the checklist PT KSP has complies 83% (83 from 100total) of the whole system that has been run on Project work UBPE Pongkor. Compliance requirement in each element, Policies system is worth to 17 from 20 subtotal, Planning system is worth to 15 from 20 subtotal, implementation system is worth to 19 from 20 subtotal, monitoring and results system is worth to 14 from 20 subtotal, Continuous Improvement system is worth to 18 from 20 subtotal. Researchers give some recommendations to sustain

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 2: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

2    

the criKriteria yang belum terpenuhi yaitu PT KSP belum melakukan Kriteria yang belum terpenuhi yaitu PT KSP belum melakukan teria (requirements) that have been met and improve that haven’t based on the New South Wales Standards on OHS Contractor Checklist Assessment Tools. Keyword: Contractor Safety Management System, SMK3, Contractor. Pendahuluan

Pertambangan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menggali

kekayaan Indonesia dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Operasi maupun eksplorasi di pertambangan pada umumnya terletak di daerah terpencil

di kawasan Indonesia dengan didukung oleh teknologi canggih yang terus berkembang

serta investasi yang sangat besar. Akan tetapi, hal ini juga sebanding dengan risiko

terhadap bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yang dihadapi perusahaan maupun

pekerja. Oleh karena itu peran serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat

penting diterapkan dalam kehidupan bekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja

mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja merupakan masalah yang tidak pernah lepas

dalam proses kerja industri dan selalu menjadi tantangan terbesar dalam mengatasinya.

Menurut Frank Bird dalam proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi

yaitu People, Equipment, Material dan Environment yang saling berinteraksi.  

Menurut International Labour Organization (ILO) dalam Ramli (2013), setiap tahun

terjadi sebanyak 337 juta kecelakaan kerja di berbagai negara yang mengakibatkan

sekitar 3 juta orang pekerja kehilangan nyawa (Ramli, 2013). Di Indonesia angka

kecelakaan kerja juga tinggi. Menurut data dari jamsostek, angka kecelakaan kerja

tahun 2011 lalu mencapai 99.491 kasus. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun-

tahun sebelumnya. Adapun angka kecelakaan yang terjadi di sektor pertambangan

Mineral dan Batu bara menurut Direktorat Jendral Mineral dan Batubara masih cukup

tinggi dalam tiga tahun terakir dimana tahun 2011 terdapat 217 kecelakaan; tahun 2012

terdapat 216 kasus kecelakaan. Sedangkan, pada tahun 2013 menurut data tahun 2013

pertanggal 6 Desember 2013 menunjukkan 194 kasus kecelakaan.

Melihat data kecelakaan diatas, permasalahan kecelakaan dalam K3 perlu segera

diatasi sehingga diperlukan suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 3: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

3    

yang menyeluruh dan terintergrasi di tempat kerja. Pada tahun 1950an, berkembang

konsep Safety Management, yang dimotori oleh ahli keselamatan kerja seperti Dan

Petersen, Frank Bird, dan James Tye yang mengemukakan bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja harus dikelola dengan menerapkan konsep manajemen modern yang

disebut sebagai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Adapun hal lain yang penting untuk menjadi perhatian seperti, banyak perusahaan

yang menggunakan tenaga dari luar (out sourcing) untuk berbagai kegiatan dalam

perusahaan. Sehingga penggunaan tenaga luar baik outsourcing maupun penggunaan

kontraktor memiliki potensi besar untuk menyebabkan kecelakaan yang berpengaruh

terhadap kreadibilitas perusahaan. Karenanya, perusahaan wajib mengelola tenaga luar

maupun kontraktor agar pekerjaan berjalan dengan aman dan tidak membahayakan

operasi perusahaan, aset, pekerja termasuk kontraktor. Kemudian, berbagai peraturan

dan standar dikeluarkan oleh lembaga-lembaga international maupun pemerintah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh

campur tangan tenaga luar maupun kontraktor. Salah satu nya ialah Sistem Manajemen

Keselamatan Kontraktor yang merupakan salah satu implementasi SMK3 di kontraktor.  

PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor merupakan perusahan yang bergerak

dalam industri pertambangan emas yang memiliki risiko tinggi dari segi finansial,

teknologi, maupun ketenagakerjaan. Selain itu, PT Antam (Persero) Tbk. UBPE

Pongkor juga menggunakan tenaga kerja kontraktor dalam melakukan proses kerjanya.

Dalam menjalankann aktifitas kerjanya, PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor

memperkerjakan kurang lebih 20 kontraktor dengan jumlah seluruh tenaga kerjanya

sebanyak 1359 pekerja dimana pekerja UBPE Pongkor pada April 2014 berjumlah 684

pekerja (Data Jumlah Pekerja PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor April 2014).

Hal ini menunjukkan bahwa pekerja kontraktor lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah pekerja tetap PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor sehingga potensi

kecelakaan lebih besar terjadi pada pekerja kontraktor.

Disamping itu, berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi pada PT Antam

(Persero) Tbk. UBPE Pongkor, terdapat perbedaan jumlah yang signifikan antara

jumlah kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kontraktor lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah kecelakaan yang dilakukan oleh pekerja PT Antam (Persero) Tbk. UBPE

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 4: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

4    

Pongkor dimana kecelakaan yang disebabkan oleh kontraktor pada tahun 2013

berjumlah 24 kecelakaan dan kecelakaan yan disebabkan oleh pekerja UBPE Pongkor

berjumlah 13 kecelakaan.

Melihat data yang telah dipaparkan diatas, perlu adanya implementasi

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja khususnya pada kontraktor yang

terintegrasi dalam menerapkan aspek K3 dan menurunkan risiko kerja yang ada. Oleh

karena itu, perlu adanya penelitian untuk melihat gambaran manajemen keselamatan

kerja pada kontraktor PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor serta analisis

implementasi dan tingkat pemenuhan elemen-elemen Sistem Manajemen Keselamatan

Kontraktor yang telah dipenuhi oleh kontraktor PT Antam (Persero) Tbk. UBPE

Pongkor untuk perusahaan.

Tinjauan Teoritis

Menurut standar pertambangan New South Wales, setiap indutri tambang harus

mempunyai sistem resmi dalam mengatur risiko pekerjaan yang dihadapi dan

ditimbulkan setiap aktifitas pekerjaan. Begitu pula sebuah perusahaan kontraktor harus

mempunyai sistem yang sama dalam mengendalikan risiko kerja mereka. Artinya,

secara keseluruhan semua pekerja tambang bertanggung jawab terhadap aspek

keselamatan dan kesehatan kerja. Maka dari itu, perusahaan perlu menjamin sistem

kontraktor bersinergi dengan sistem K3 perusahaan. Dalam implementasinya,

perusahaan perlu membantu kontraktor untuk membuat, mengimplementaskan dan

mengatur sistem K3 kontraktor (NSW Safety Advisory Council, 2008).

New south wales mine Safety advisory council mengembangkan penilaian K3

kontraktor untuk membantu mengevaluasi sistem untuk mengendalikan risiko dan.

Instrument ini sinergis dan mengacu standar Australia AS 4801 dan AS 4804 - Sistem

manajemen K3 yang digunakan oleh undang-undang dan pertambangan australia.

Penilaian evaluasi menggunakan informasi dalam checklist Contractor OHS

Assessment Tools –yang mencangkup pekerja kontraktor, peralatan dan bahan serta

proses/prosedur kerja. Checklist ini bertujuan untuk menilai tingkatan kematangan

kontraktor dalam mengendalikan risiko kerja yang terdapat dalam kontrak—semakin

tinggi risiko kerja, semakin tinggi kemampuan yang dimiliki kontraktor. Minimum nilai

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 5: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

5    

penilaian yaitu, Kontrak Risiko Rendah minimal pencapaian 50%; Kontrak Risiko

Medium minimal pencapaian 60%; Kontrak Risiko Tinggi minimal pencapaian 80%.

Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian studi evaluasi dengan pendekatan analisis

semi-kuantitatif terhadap pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor pada

kontraktor di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. Sampel penelitian yang

digunakan hanya 1 (satu) kontraktor (dari 20 kontraktor) kategori kontraktor tambang

(8 dari 20 kontraktor) PT Karya Sakti Purnama dengan proyek kerja yang diteliti ialah

proyek Tunneling. Pemilihan sampel tersebut diambil berdasarkan tingkat risiko dimana

PT Karya Sakti Purnama merupakan salah satu kontraktor dengan risiko kerja high risk

dan memiliki kinerja K3 yang cukup baik di tahun 2013 (dibuktikan berdasarkan data

record kinerja K3 PT KSP tiap bulannya di tahun 2013). Pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui wawancara menggunakan checklist contractor OHS Assessment

Tools dari pertambangan New South Wales, Australia yang disertai dengan telaah

dokumen. Pemilihan checklist ini sebagai penyesuaian dengan lokasi penelitian yaitu

pertambangan emas (mineral) dimana checklist ini digunakan di pertambangan mineral

open cut, underground dan kuari. Checklist ini dibuat oleh dan untuk professional

dimana dalam penetapan penilaian diperlukan professional judgement. Oleh karena itu,

peneliti melakukan penyesuaian terhadap checklist sebagai bentuk upaya menghindari

subjektifitas dan professional judgment peneliti dalam menetapkan penilaian.

Pengelolaan data dan analisis data dilihat berdasarkan pemenuhan terhadap

kriteria yang terdapat diantara masing-masing elemen dan sub-elemen. Adapun elemen

yang dilihat mencangkup Kebijakan K3, Perencanaan K3, Implementasi K3,

Monitoring dan Hasil K3, serta Peningkatan Berkelanjutan dimana masig-masiing

elemen melihat 4 (empat) sub-elemen manajemen lingkungan kerja, peralatan dan

bahan, pekerja (kontraktor dan sub-kontraktor), proses kerja (dan prosedur).

Adapun Penyesuaian penelitian dilakukan terhadap Kriteria penilaian per-sub

elemen menggunakan persentase dimana,

% =pemenuhan  kriteria  yang  telah  diterapkan  (ya/ada)

total   jumlah  kriteria  secara  keseluruhan  x  100%

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 6: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

6    

Selanjutnya, hasil dari persentase penilaian digunakan sebagai justifikasi dalam

penetapan penilaian di masing-masing sub-elemen. Berikut Penyesuaian kriteria

penilaian pada sub-elemen Contractor OHS Assessment Tools terhadap penelitian dalam

menjustifikasi penilaian:

Tabel 1. Penyusuaian kriteria penilaian Range Persentase 0% 0 Tidak Ada (Absent)

Range Persentase 1% – 20% 1 Sistem baru terbentuk, pengalaman masih sedikit

Range Persentase 21% – 40% 2 Sistem mulai terbentuk Range Persentase 41% – 60% 3 Sistem berkembang baik dan cukup memadai

Range Persentase 61% – 80% 4 Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja dan kinerja

Range Persentase 81% – 100% 5 Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya

Adapun proses pengelolaann data dalam penelitian ini sebagai berikut,

Tabel 2. Pengelolaan Data Pada Masing-Masing Elemen Penelitian No Elemen Sub-Elemen Skor Skor Maksimal

1. Kebijakan K3 − Manajemen

Lingkungan Kerja

− Peralatan dan Bahan

− Pekerja (termasuk Kontraktor dan Sub-Kontraktor)

− Proses kerja (dan prosedur)

0—20 Penjumlahan dari nilai yang diperoleh pada masing-masing sub-elemen

20 subtotal

2. Perencanaan K3 0—20 Penjumlahan dari nilai yang diperoleh pada masing-masing sub-elemen

20 subtotal

3. Implementasi K3 0—20 Penjumlahan dari nilai yang diperoleh pada masing-masing sub-elemen

20 subtotal

4. Monitoring dan Hasil K3

0—20 Penjumlahan dari nilai yang diperoleh pada masing-masing sub-elemen

20 subtotal

5. Peningkatan Berkelanjutan

0—20 Penjumlahan dari nilai yang diperoleh pada masing-masing sub-elemen

20 subtotal

Skor Total 100

Skor total yang diperoleh dari perhitungan masing-masing elemen kemudian

dijadikan persentase untuk selanjutnya dilihat standar minimal yang harus dipenuhi

berdasarkan risiko kontrak dimana, Low-Risk Contract: min 50%; Medium-Risk

Contract: Min 60%; High-Risk Contract: Min 80%.

Nilai total yang diperoleh pada pemenuhan elemen didapat pada

penjumlahanmasing-masing nilai yang dperoleh pada sub-elemen di masing-masing

elemen, pengelolaan data pada masing-masing sub-elemen sebagai berikut,

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 7: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

7    

Tabel 3. Pengelolaan Data Pada Masing-Masing Sub-elemen Penelitian No Sub-elemen Pertanyaan Skor Skor Maksimal

1. Manajemen Lingkungan Kerja

(Pertanyaan/kriteria standar yang harus dilihat/dipenuhi)

0—5 Berdasakan persentase pemenuhan yang dicapai pada pertanyaan/kriteria standar

5

2. Peralatan dan Bahan

(Pertanyaan/kriteria standar yang harus dilihat/dipenuhi)

0—5 Berdasakan persentase pemenuhan yang dicapai pada pertanyaan/kriteria standar

5

3. Pekerja (termasuk kontraktor dan sub-kontraktor)

(Pertanyaan/kriteria standar yang harus dilihat/dipenuhi)

0—5 Berdasakan persentase pemenuhan yang dicapai pada pertanyaan/kriteria standar

5

4. Proses kerja (dan prosedur)

(Pertanyaan/kriteria standar yang harus dilihat/dipenuhi)

0—5 Berdasakan persentase pemenuhan yang dicapai pada pertanyaan/kriteria standar

5

Skor sub-total 20 subtotal

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian melihat identifikasi risiko pada project tunneling di PT Karya

Sakti Purnama dan selanjutnya berdasarkan identifikas risiko tersebut dilakukan

penilaian evaluasi menggunakan checklist Contractor OHS Assessmet Tools dari

pertambangan New South Wales, Australia. Berikut merupakan ringkasan Identifikasi

Risiko Proyek Tunneling PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor,

Tabel 4. Identifikasi Risiko Pekerjaan Proyek Tunneling

NO AKTIVITAS RISIKO 1. Aktivitas Drilling menggunakan Jack Leg H 2. Transportasi bahan peledak H 3. Charging bahan peledak H 4. Blasting H 5. Washing/Scalling H 6. Smoke Clearing H 7. Mobilisasi LHD H 8. Mucking H 9. Dumping H 10. Loading H 11. Supporting: Pemasangan steel support/H-Beam H 12. Supporting: Pemasangan timber set H 13. Supporting: Pemasangan Cribbing/Stek H 14. Pemasangan ground support dengan Jack Leg di MHL H 15. Service: Pemasangan pipa galvanize/poly pipe L 16. Operasi rocker shovel H 17. Pemasangan jaringan ventilasi: pemasangan fan H 18. Pemasagan jaringan ventilasi: pemasangan flexible H 19. Operasi john deere H

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 8: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

8    

Sumber: Dokumen IBPR/IALK3 PT Antam tbk. UBPE Pongkor

Proses penetapan risiko kerja pada tabel diatas dibuat oleh PT Antam Tbk. UBPE

Pongkor pada awal perencanaan Proyek Tunneling. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya

Proyek Tunneling ini dilemparkan/dipegang oleh mitra kerja yang memenangkan

tender. Ketika pelaksanaannya UBPE Pongkor akan memberikan copy dokumen

IBPR/IALK3 ini kepada mitra kerja terkait yang berfungsi sebagai pedoman dalam

melaksanakan tugas/aktifitas kerja dan penetapan program terkait aspek K3 dan

lingkungan.

Adapun terkait sistem penilaian evaluasi, PT Antam (Persero) Tbk. UBPE

Pongkor belum melakukan penilaian terhadap kematangan sistem manajemen K3 mitra

kerja ketika pelaksanaan tender/sebelum penunjukan pemenang. Selain itu, bedasarkan

pemaparan Asisten Manajer departemen Safety PT Antam (Persero) Tbk. UBPE

Pongkor, UBPE Pongkor juga belum melakukan penilaian terhadap sistem manajemen

keselamatan kontraktor pada mitra kerjanya baik sebelum pelaksanaan tender ataupun

ketika pelaskanaan pekerjaan yang berbentuk audit. Penilaian K3 mitra kerja yang

dilakukan oleh UBPE Pongkor melihat aspek performance K3L (FR dan SR), program

K3L dan komitmen K3 dalam mengimplementasikan program. Kemudian, audit yang

dilakukan oleh departemen safety ketika pelaksanaan pekerjaan diadakan mengacu pada

pedoman teknis pengelolaan K3 kontraktor. Oleh karena itu, berikut merupakan hasil

penilaian kematanan sistem K3 pada kontraktor PT Karya Sakti Purnama dengan

menggunakan checklist Contractor OHS Assessment Tools, New South Wales Mines,

Australia:

1. Pemenuhan elemen Kebijakan K3 PT KSP

Tabel 5. Pemenuhan keseluruhan Sub-elemen dalam Kebijakan K3 Sub-Elemen Persentase Pemenuhan Kriteria Nilai/Skor

Manajemen Lingkungan Kerja 80% 4 Peralatan dan Bahan yang digunakan 100% 5 Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor 100% 5 Proses kerja (dan prosedur) 100% 5

Sub-total /20 kriteria 19

Berdasarkan sub-elemen manajemen lingkungan kerja, PT KSP telah memenuhi

kriteria-kriteria seperti telah memiliki tujuan yan jelas untuk meningkatkan aspek K3,

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 9: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

9    

PT KSP menerapkan Budaya tidak saling menyalahkan (‘No-Blame’ Culture)dalam

pelaksanaan proses kerjanya, PT KSP telah memiliki komitmen penih secara tertulis

dan didukung tindakan terkait aspek K3 selama pelaksanaan proyek Tunneling di

wilayah UBPE Pongkor yang tercantum dalam dokumen kebijakan PT KSP dan nilai

kinerja PT KSP tiap bulnnya, serta PT KSP telah memiliki Susunan resmi untuk

konsultasi dan komunikasi yaitu safety meeting yang diadakan tiap bulannya, safety talk

yang dilakukan setiap awal shift serta safety committee yang dilakukan setiap satu

bulan dan difasilitasi oleh UBPE Pongkor. Kriteria yang belum terpenuhi yaitu PT KSP

belum melakukan

Sistem peralatan dan bahan yang digunakan pada elemen Kebijakan K3, PT KSP

bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya

Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya. Pada sub-

elemen ini seluruh kriteria telah terpenuhi oleh PT KSP dalam menjalankan aktifitas

kerjanya di wilayah UBPE Pongkor seperti, PT KSP dalam Pemilihan peralatan dan

bahan telah secara tepat dan mempertimbangkan manajemen risiko serta Peralatan dan

Bahan Tepat sasaran (fit for purpose), user friendly, dan dapat di maintaince secara

tepat.

Sistem pekerja (termasuk kontraktor dan sub-kontraktor) yang digunakan pada

elemen Tujuan dan Kebijakan K3, PT KSP bernilai 5 (lime) berdasarkan kriteria

Contractor OHS Assessment Tools yang artinya Sistem telah memiliki kematangan dan

pengalaman dalam pelaksanaannya. Aspek dalam sub-elemen ini telah terpenuhi

semuanya oleh PT KSP seperti pekerja PT KSP berkompeten dan berkomitmen

terhadap tujuan K3, pekerja PT KSP terlatih berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, dan

pekerja PT KSP terorganisir dan terawasi, serta komunikasi baik diantaranya

dikembangkan.

Kemudian, sistem pekerja (termasuk kontraktor dan sub-kontraktor) yang

digunakan pada elemen Tujuan dan Kebijakan K3, PT KSP bernilai 5 (lima)

berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya Sistem telah

memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya dimana PT KSP telah

memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan dalam sub-elemen ini seperti Pekerjaan

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 10: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

10    

direncanakan, tugas digambarkan dan dikomunikasikan secara efektif dan Proses kerja

mempertimbangkan ‘Corporate Memory’.

2. Pemenuhan elemen Perencanaan K3 PT KSP

Tabel 6. Pemenuhan keseluruhan Sub-elemen dalam Perencanaan K3

Sub-Elemen Persentase Pemenuhan Kriteria Nilai/Skor

Manajemen Lingkungan Kerja 60% 3 Peralatan dan Bahan yang digunakan 75% 4 Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor 66,67% 4 Proses kerja (dan prosedur) 40% 2

Sub-total /20 kriteria 13

Sistem Manajemen lingkungan pekerjaan pada elemen perencanaan K3, PT KSP

bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya

Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja dan kinerja.

Dalam sub-elemen ini kriteria yang telah terpenuhi seperti tiap proses Pengendalian

telah secara adekuat dikomunikasikan secara dua arah antara kontraktor dan user (Dept

MPD UBPE Pongkor) untuk mengembangkan pemahaman yang baik dalam monitoring

dan respon, PT KSP juga telah memiliki Program kesejahteraan yan terfokus pada

kesehatan yang dibentuk berdasaran kesepakatan/konsultasi serta Pengembangan

perencanaan awal peningkatan K3 berdasarka fakta lapangan. Kemudian, kriteria yang

belum terpenuhi seperti PT KSP belum melakukan proses Identifikasi Hazard dan

pelaporan Hazard serta belum melakukan Penilaian dan pengendalian risiko melalui

proses kerja yang sesuai. Dikarenakan, aspek ini tidak diwajibkan oleh pihak user

(UBPE Pongkor) ketika melaksanakan proyek di UBPE Pongkor dan mengacu pada

UBPE Pongkor dan mengacu pada manajemen risiko UBPE Pongkor berbentuk

dokumen IBPR (Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko) yang diberikan oleh

UBPE Pongkor pada seluruh mitra kerja.

Sistem peralatan dan bahan yang digunakan pada elemen perencanaan K3, PT

KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Toolsyang

artinya Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja dan

kinerja. Kriteria-kriteria pada aspek peralatan dan bahan di perencanaan K3 seperti telah

adanya standar untuk peralatan dan bahan ditentukan melalui keterlibatan pekerja yang

relevan sebagai bentuk pengendalian risiko yaitu keterlibatan chief mechanic, safety

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 11: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

11    

officer dan operator. PT KSP juga telah melakukan pembuatan spesifikasi pengadaan

dan dokumentasi pemeriksaan awal alat dan bahan ketika di lapangan. Selain itu PT

KSP juga mempunyai jadwal peninjauan service dan stok peralatan dan bahan yang

dilakukan secara rutin tiap satu bulan sekali. Namun, kriteria yang belum terpenuhi oleh

PT KSP di sub-elemen ini yaitu PT KSP tidak melakukan pendaftaran terhadap material

safety data sheet bahan yang digunakan. Biasnya, MSDs bahan PT KSP m eminta

UBPE Ponkor untuk membuatkannya.

Sistem pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor) pada elemen

perencanaan K3, PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS

Assessment Tools yang artinya Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus

terhadap isi, proses kerja dan kinerja. Kriteria-kriteria yang telah terpenuhi seperti

mengenai penerimaan tenaga kerja telah mempertimbangkan risiko pekerjaan,

lingkungan, peralatan dan bahan yang digunakan serta proses kerja. Namun, kriteria yan

belum terpenuhi seperti PT KSP belum Penilaian dan pengembangan kompetensi setiap

pekerja dan manajemen Sub-Kontraktor.

Sistem proses kerja (dan prosedur kerja) pada elemen perencanaan K3, PT KSP

bernilai 2 (dua) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya

Sistem sudah terbentuk namun belum berkembang. Kriteria yang telah terpenuhi di PT

KSP seperti Pekerja memahami peran dan tanggung jawabnya serta Prosedur kerja

terdokumentasi, tersedia dan dikomunikasikan secara efektif. Namun PT KSP belum

memenuhi kriteria seperti PT KSP tidak melakukan perencanaan Keadaan Darurat

untuk mengantisipasi situasi berbahaya secara tepat karena aspek ERG dilakukan dan

mengacu oleh UBPE Pongkor. Kemudian, PT KSP tidak mempunyai prosedur isolasi

energy dikarenakan UBPE Pongkor pun tidak menerapkan prosedur terkait serta belum

efektifnya aspek pengendalian dokumen di PT KSP.

3. Pemenuhan elemen Implementasi K3 PT KSP

Tabel 7. Pemenuhan Keseluruhan sub-elemen dalam Implementasi K3 Sub-Elemen Persentase Pemenuhan Kriteria Nilai/Skor

Manajemen Lingkungan Kerja 83,33% 5 Peralatan dan Bahan yang digunakan 100% 5 Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor 83,33% 5

Proses kerja (dan prosedur) 66,67% 4 Sub-total /20 kriteria 19

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 12: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

12    

Sistem Manajemen lingkungan pekerjaan pada elemen Implementasi K3 PT KSP

bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya

Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya. Hal

tersebut dilatarbelakangi berdasarkan kriteria-kriteria yang telah terpenuhi seperti telah

adanya Inseksi tempat kerja yang sesuai dengan perencanaan dan reaksi terhadap

pelaporan Hazard, Program K3 dibentuk berdasarkan komitmen K3 yang sesuai dengan

risiko kerja, terdapat penunjukan dan pelatihan manajer kontrak, Akuntabilitas diterima

dan dihargai sebagai pengawasan kontrak kerja serta PT KSP telah melakukan

Observasi terhadap pengendalian akses lapangan. Namun, kriteria yang belum terpenuhi

seperti PT KSPbelum melakukan surveilans kesehatan dan program kesejahteraan yang

didukung semua pekerja.

Sistem peralatan dan bahan yang digunakan pada elemen Implementasi K3, PT

KSP bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang

artinya Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya. Hal

tersebut dilatarbelakangi berdasarkan telah dilakukannya penyesuaian pekerjaan dengan

level risiko terhadap Peralatan dan bahan, peralatan dan bahan baru dilakukan

pemeriksaan ketika tiba di lapangan, pemeliharaan terencana dilakukan sebagai

tambahan terhadap pemeliharaan kerusakan dan telah dilakukan peninjauan ulang bahan

yang digunakan di lapangan.

Sistem pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor) pada elemen

Implementasi K3, PT KSP bernilai 5 (lima) berdasarkan Contractor OHS Assessment

Tools yang artinya Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam

pelaksanaannya. Hal tersebut dilatarbelakangi berdasarkan telah terpenuhinya kriteria

seperti adanya Safety Induction terhadap pekerja ketika bekerja di lapangan, tugas kerja

dialokasikan berdasarkan kompetensi dan kapasitas pekerja, Supervisor/pengawas

lapangan menjalankan sistem yang diwajibkan, Toolbox Talk dilakukan secara rutin dan

terdokumentasi serta Pengamatan terhadap pekerjaan memberikan feed back yang baik.

Namun, masih terdapat kriteria yang beum terpenuhi seperti Induction tidak diilakukan

penyesuaian dengan level risiko.

Sistem proses kerja (dan prosedur kerja) pada elemen Implementasi K3, PT KSP

bernilai 4 (empat) kriteria Contractor OHS Assessment Toolsyang artinya Sistem telah

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 13: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

13    

berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja dan kinerja. Hal tersebut

dilatarbelakangi berdasarkan telah dilakukannya penerapan JSA (atau sejenisnya) yang

terdokumentasi dan terjangkau oleh pekerja serta telah ada Work Permit terkait

pekerjaan high risk dan clearence given untuk pekerjaan spesifik. Namun, PT KSP

belum melakukan implemetasi dan uji coba Sistem tanggap darurat dikarenakan system

tangap darurat dibawah komandi ERG UBPE Pongkor.

4. Pemenuhan elemen Monitoring dan Hasil K3 PT KSP

Tabel 8. Pemenuhan Keseluruhan Sub-elemen dalam Monitoring dan Hasil K3

Sub-Elemen Persentase Pemenuhan Kriteria Nilai/Skor

Manajemen Lingkungan Kerja 80% 4 Peralatan dan Bahan yang digunakan 75% 4 Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor 50% 3 Proses kerja (dan prosedur) 66,67% 4 Sub-total /20 kriteria 15

Sistem Manajemen lingkungan pekerjaan pada elemen monitoring dan hasil K3,

PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang

artinya Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja dan

kinerja. Kriteria yang telah dilakukan seperti pelaporan Hazard ditinjau ulang dan close

out secara tepat, diadakan audit untuk peningkatan kualitas system, Pengecekan

terhadap ‘budaya’ sesekali dilakukan berdasarkan proses kerja yang tepat, Tindakan

disiplin terdokumentasi. Namun, PT KSP belum ada Terdapat tinjauan ulang terkait

pengawasan kesehatan kerja.

Sistem peralatan dan bahan yang digunakan pada elemen monitoring dan hasil

K3, PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools

yang artinya Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja

dan kinerja. Kriteria yang telah dilakukan yaitu dokumentasi pemeriksaan pre-start

checklist dan servis alat ditinjau ulang, Kerusakan alat dan bahan, modifikasi dan

inovasi terdokumentasi dan ditinjau ulang, Peralatan yang tersedia teridentifikasi,

namun PT KSP belum ada peninjauan ulang terhadap identifikasi risiko bahan untuk

mengurangi tingkat risiko.

Sistem pekerja (termasuk kontraktor dan sub-kontraktor) yang digunakan pada

elemen monitoring dan hasil K3, PT KSP bernilai 3 (tiga) berdasarkan kriteria

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 14: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

14    

Contractor OHS Assessment Tools yang artinya Sistem berkembang baik dan cukup

memadai. Kriteria yang telah dilakukan yaitu Kecelakaan dan laporan investigasi

ditinjau ulang (termasuk Near Miss). Namun PT KSP belum ada peninjauan ulang

terhadap lisensi, penilaian kompetensi dan evaluasi tingkat pengetahuan.

Sistem proses kerja (dan prosedur) yang digunakan pada elemen monitoring dan

hasil K3, PT KSP bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment

Tools yang Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya.

Kriteria yang telah terpenuhi yaitu Umpan balik dari toolbox Safety membantu

peninjauan ulang terhadap pekerjaan dan prosedur kerja serta pelaporan (termasuk

pelaporan menurut undang-undang dan pelaporan non-conformance) tepat waktu,

informatif dan bertujuan untuk peningkatan berkelanjutan. Namun PT KSP belum

melakukan pengujian dan peninjauan ulang terkait perencanaan tanggap darurat.

5. Pemenuhan elemen Peningkatan berkelanjutan K3 PT KSP

Tabel 9. Pemenuhan Keseluruhan Sub-elemen Peningkatan Berkelanjutan Sub-Elemen Persentase Pemenuhan Kriteria Nilai/Skor

Manajemen Lingkungan Kerja 75% 4 Peralatan dan Bahan yang digunakan 33,33% 2 Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor 66,67% 4 Proses kerja (dan prosedur) 100% 5 Sub-total /20 kriteria 16

Sistem manajemen lingkungan kerja yang digunakan pada elemen peningkatan

berkelanjutan K3, PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS

Assessment Toolsyang Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi,

proses kerja dan kinerja. Kriteria yang telah terpenuhi seperti Komunikasi dan

konsultasi dilihat sebagai poin vital dalam mencapai tujuan perencanaan, Mekanisme

terbuka terhadap feedback, dan penghargaan terhadap pelaporan Hazard serta

‘penyebab’ bahaya diidentifikasikan secara transparan. Namun kriteria yang belum

terpenuhi seperti tidak adanya ‘management of change’ disetujui dan

diimplementasikan.

Sistem peralatan dan bahan kerja yang digunakan pada elemen peningkatan

berkelanjutan K3, PT KSP bernilai 2 (dua) berdasarkan kriteria Contractor OHS

Assessment Tools yang artinya Sistem sudah terbentuk namun belum berkembang.

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 15: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

15    

Kriteria yang telah terpenuhi yaitu Perbaikan terhadap spesifikasi fungsi penggunaan

alat dan bahan. Namun PT KSP belum memiliki tim review untuk meninjau pemilihan

alat dan bahan dan standar alat untuk mengurangi tingkat risiko serta tidak bekerja sama

dengan pabrik peralatan dan bahan (untuk mendukung inovasi, modifikasi dan

peningkatan kualitas standar).

Sistem pekerja termasuk kontraktor dan sub-kontraktor) yang digunakan pada

elemen peningkatan berkelanjutan K3, PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria

Contractor OHS Assessment Toolsyang artinya Sistem telah berjalan dengan standar

yang bagus terhadap isi, proses kerja dan kinerja. Kriteria yang telah dilakukan yaitu

peningkatan transparansi terhadap kecelakaan dilakukan bersama-sama dengan pihak

K3 terkait sebagai bentuk konsekuensi serta pengembangan kualitas pekerja (termasuk

namun tidak terbatas pada pelatihan) dilakukan secara kontinu dan berdasarkan pada

pengawasan/hasil pada suatu area tertentu. Namun PT KSP belum memiliki Mekanisme

pelaporan hasil tinjauan Konsultasi dan komunikasi untuk menentukan tindakan

perbaikan..

Sistem proses kerja (dan prosedur) yang digunakan pada elemen peningkatan

berkelanjutan K3, PT KSP bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS

Assessment Tools yang artinya Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman

dalam pelaksanaannya. Hal tersebut dilatarbelakangi berdasarkan,kriteria yang telah

dilakukan yaitu telah ada Mekanisme konsultasi dan komunikasi (khususnya Safety

Meeting yang melibatkan perusahaan dan kontraktor) membantu meninjau ulang

kembali proses dan prosedur sebagai bentuk pembaharuan dan penyesuaian.

6. Total Penjumlahan Seluruh Nilai Elemen sistem K3 Kontraktor

Tabel 10. Pemenuhan Keseluruhan Elemen Sistem K3 Kontraktor Elemen K3 Nilai/Skor

Tujuan dan Kebijakan K3 19/20 subtotal Perencanaan K3 13/20 Subtotal Implementasi K3 19/20 subtota Monitoring dan hasil 15/20 subtotal Perbaikan berkelanjutan 16/20 Subtotal

Total 82/100 total

Sistem manajemen K3 Kontraktor pada PT KSP berdasarkan penilaian

menggunakan Contractor OHS Assessment Tools New South Wales Mines, Australia

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 16: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

16    

mendapatkan nilai 82 dari total 100. Artinya, telah terpenuhi sebesar 82% sistem

manajemen K3 Kontraktor PT KSP dalam menjalankan Proyek kerja di PT Antam

(Persero) UBPE Pongkor.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi pemenuhan kematangan sistem elemen manajemen

keselamatan kontraktor pada kontraktor di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor,

PT Karya Sakti Purnama dapat disimpulkan,

1. Pemenuhan keseluruhan sistem manajemen keselamatan kontraktor PT KSP

menggunakan standar Contractor OHS Assessment Toolss, New South Wales Mines

yaitu 82% (Proyek Tunneling kontraktor PT Karya Sakti Purnama telah memenuhi

standar persentase minimal 80% Proyek high risk yang harus dipenuhi oleh

kontraktor).

2. Sistem tujuan dan kebijakan K3 kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek

Tunneling PT Antam Tbk. UBPE Pongkor bernilai 19 dari Nilai maksimal yang

harus terpenuhi yaitu 20. Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum melakukan

proses manajemen risiko secara mandiri.

3. Sistem Perencanaan K3 Kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek Tunneling PT

Antam Tbk. UBPE Pongkor bernlai 13 dari Nilai maksimal yang harus terpenuhi

yaitu 20. Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum adanya pembuatan identifikasi

Hazard secara mandiri/peninjauan terhadap identifikasi Hazard pada dokumen yang

telah ada, belum adanya penilaian risiko melalui proses kerja yang sesuai,

pendaftaran terhadap akses MSDs bahan, belum ada manajemen sub-kontraktor serta

belum adanya pengendalian dokumen yang efektif.

4. Sistem Implementasi K3 kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek Tunneling

PT Antam Tbk. UBPE Pongkor 19 kriteria dari 20 kriteria total yang harus terpenuhi.

Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum adanya implementasi surveilans

kesehatan pekerja.

5. Sistem Monitoring dan Hasil Kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek

Tunnneling PT Antam Tbk. UBPE Pongkor telah memenuhi 15 kriteria dari 20

kriteria total yang harus terpenuhi. Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 17: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

17    

adanya tinjauan ulang terhadap kesehatan kerja (tinjauan manajemen), belum adanya

peninjauan terkait identifikasi risiko bahan secara periodik serta peninjauan ulang

terhadap kompetensi dan evaluasi tingkat pengetahuan pekerja.

6. Sistem Peningkatan Berkelanjutan K3 Kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek

Tunneling PT Antam Tbk. UBPE Pongkor telah memenuhi 16 kriteria dari 20 kriteria

total yang harus terpenuhi. Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum adanya

mekanisme management of change yang dibuat oleh PT KSP, belum adanya tim

review untuk meninjau pemilihan dan standar alat dan bahan serta belum adanya

mekanisme pelaporan hasil peninjauan konsultasi dan komunikasi untuk menentukan

tindakan perbaikan (tinjauan manajemen).

Saran

Saran Untuk Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Perlu dibuat Pedoman Tata Kelola Pengelolaan K3 Kontraktor untuk sector

industry mineral dan batu bara seperti Pedoman Tata Kelola dari BP Migas yang dapat

digunakan sebagai acuan dan pedoman oleh perusahaan mineral dan batu bara dalam

menerapkan sistem manajemen keselamatan kontraktor.

Saran Untuk PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor

1. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor perlu membuat pedoman sistem

manajemen keselamatan kontraktor sebagai pedoman dalam melakukan pengelolaan

manajemen kontraktor dengan standar berdasarkan keputusan manajemen.

2. Dalam perekrutan mitra kerja untuk Proyek high risk tambang PT Antam Tbk. UBPE

Pongkor perlu mempertimbangkan kematangan sistem K3 secara keseluruhan yang

dimiliki oleh calon mitra kerja dalam proses evaluasi.

3. Pelaksanaan audit eksternal oleh PT Antam Tbk. UBPE Pongkor perlu dilakukan

secara rutin dan periodic misalnya 1 tahun sekali untuk masing-masing kontraktor

yang jadwal pelaksnaannya disesuaikan dengan manajemen UBPE Pongkor.

Saran Untuk PT Karya Sakti Purnama

1. PT Karya Sakti Purnama perlu membuat sistem mannajemen keselamatan

kontraktor untuk sub-kontraktor maupun yang dapat digunakan ketika perusahaan

utama (klien) mensyaratkan hal tersebut baik pada proyek di PT Antam (Persero)

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 18: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

18    

Tbk. UBPE Pongkor atau ketika hendak melaksanakan proyek pekerjaan di

perusahaan lain.

2. Kriteria-kriteria yang telah terpenuhi berdasarkan evaluasi Contractor OHS

Assessment Tools perlu dipertahankan.

3. Kriteria-kriteria yang belum memenuhi berdasarkan evaluasi Conractor OHS

Assessment Tool perlu diperbaiki dan ditingkatkan seperti,

- PT Karya Sakti Purnama perlu membuat manajemen risiko dalam yang meliputi

identifikasi risiko, penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mendukung

perencanaan proyek kerja yang akan dilakukan dikemudian hari atau melakukan

tinjauan ulang terhadap proses manajemen risiko dari perusahaan klien jika

mengacu pada manajemen risiko perusahaan klien.

- Perlu adanya peninjauan ulang terhadap MSDs bahan yang digunakan.

- Perlu adanya manajemen sub-kontraktor sebagai proses mengendalikan risiko

K3.

- PT Karya Sakti Purnama perlu membuat pengendalian dokumen terkait

dokumen perusahaan dengan aturan yang lebih sistematis dan tertulis.

- Perlu dilakukan surveilans kesehatan untuk mengetahui record dan track

kesehatan pekerja sehingga dapat dilakukan pengendaliian terhadap aspek

kesehatan pekerja ketika bekerja.

- PT Karya Sakti Purnama perlu mempertimbangkan untuk melakukan audit

internal.

- Perlu dilakukan program kesehatan kerja dan dilakukan tinjauan ulang

terhadapnya.

- Perlu adanya peninjauan ulang terhadap kompetensi dan evaluasi tingkat

pengetahuan pekerja yang dilakukan secara periodik.

- Perlu mempertimbangkan untuk membuat tim review untuk meninjau pemilihan

dan standar alat dan bahan.

- Perlu dilakukan tinjauan manajemen terhadap efektifitas mekanisme konsultasi

dan komunikasi.

- Perlu dibuat proses management of change terhadap manajemen PT KSP ketika

menghadapi suatu perubahan kondisi.

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 19: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

19    

Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem manajemen keselamatan

kontraktor dikarenakan banyaknya keterbatasan penelitian dalam penelitian ini.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan evaluasi lebih pada

satu kontraktor.

3. Setiap objek temuan yang diungkapkan dalam penelitian ini dapat dijadikan subjek

penelitian untuk peneliti lain yang hendak meneliti di PT Antam (Persero) Tbk.

UBPE Pongkor dan PT Karya Sakti Purnama.

Daftar Referensi Australian/New Zealand Standard. (2001). AS/NZS 4804: Occupational Health &

Safety Management System – General guidelines on Principals, System and Supporting Technique. Australia.

BP Migas. (2006). Kpts-13/BP00000/2006-S8: Pedoman Tata Kerja Pengelolaan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan Kontraktor. Jakarta.

BP Migas. (2011). Pedoman Tata Kerja 007, 2nd Ed. Jakarta. British Standards. (2007). BS OHSAS 18001:2007, Occupational Health and Safety

Management Systems – Requirements. United Kingdom: BSI. Elyzabeth, R. (2010). Evaluasi Penerapan SMK3 Mengacu OHSAS 18001:2007 Pada

Enam Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Indonesia Tahun 2010 – Thesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Falenshina, N. (2012). Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS) Terhadap Kontraktor Proyek TA Unit CD III PT Pertamina RU III Palembang – Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Hadi, TW. (2012). Identifikasi Faktor-faktor yang Menyebabkan Rendahnya Tingkat Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS) di PT X Unit Bisnis Geothermal Pada tahun 2011 – Thesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Hamzah. (2003). Studi Evaluasi Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Berhubungan dengan SMK3 Kontraktor di PT CNOOC Tahun 2003 – Thesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Health and Safety Executive. (2012). Health and Safety Executive: Annual Statistic Report 2011/2012. January 24, 2014. http://www.hse.gov.uk/statistic/source.htm

Jamsostek. (2011). Annual Report Jamsostek 2011. Jamsostek. (2012). Annual Report Jamsostek 2012. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2013). Draft Sistem Manajemen

Keselamatan Pertambangan (SMKP) Mineral dan Batubara. Jakarta. Kurniawidjaja, L. Meily. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI

PRESS. Lestari, Fatma. (2013). Training OHS Management System (OHSAS 18001:2007)

Introduction and Overview of OHS Management system. Depok: PKTK3.

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 20: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

20    

Lestari, Fatma. (2014). Strategi Peningkatan Keselamatan Kerja dan Keselamatan Publik di Indonesia melalui Pendekatan Sistematik Pencegahan Kecelakaan – Pidato Pengukuhan Guru Besar K3 FKM UI. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (1996). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER. 05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Indonesia.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Indonesia

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2012). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Indonesia

Menteri Pertambangan dan Energi. (1995). Keputusan Menteri 555/K/26/M.PE tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan. Indonesia.

NSWMC OHS Committee. (1998). Guidelines For Contractor Occupational Health anda Safety Management For New South Wales Mines. Australia.

NSW Mine Safety Advisory Council. (2008). Contractor OHS Assessment Tool: a Helpful Guide to Assiste in Asseesing a Contractor’OHS performance before engage them for work on your mine site. Australia.

PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. (2012). Term of Reference (TOR): Jasa Pekerjaan Tunneling Beserta Penyanggaannya Lokasi L.600 Tambang Ciurug Selama 1 Tahun. Pongkor, Bogor.

PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. (n.d.). Petunjuk Teknis Pelaksanaan K3 Kontraktor Terintegrasi. Pongkor, Bogor.

Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja: OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Ramli, Soehatman. (2013). Smart Safety: Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif. Jakarta: Dian Rakyat.

Rijanto, B. Boedi. (2011). Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri, 1st Ed. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rizkia, CT. (2013). Implementasi dan Tingkat Pemenuhan Contractor Safety Management System (CSMS) PT ABC Pada tahap Work In Progress Kegiatan Fabrikasi dan Penggantian Sulfur Stack 25-SK-101 yang Melibatkan PT XYZ di Lingkungan PT ABC pada Tahun 2012 – Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Safe Works Australia. (2011-2012). Mining Fact Sheet. January 24, 2014. http://www.swa.gov.au.

Suma’mur. (2001). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung Agung.

Yadi, Tirta. (2012). Identifikasi Faktor Input Keselamatan Pada Pengelolaan Keselamatan Kontraktor (CSMS) Terhadap Kinerja Keselamatan Kontraktor VICO Indonesia, Sanga-Sanga Tahun 2011 – Thesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Page 21: Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

21    

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014