hubungan dukungan keluarga dan efikasi diri …eprints.ums.ac.id/73368/1/naskah publikasi.pdf ·...

14
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERCULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Oleh : EGITHA SUNDA F.100 150 004 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: buibao

Post on 01-Jul-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI

DIRI DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA

PASIEN TUBERCULOSIS DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

EGITHA SUNDA

F.100 150 004

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI

DIRI DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA

PASIEN TUBERCULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BANDARHARJO SEMARANG

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

EGITHA SUNDA

F.100 150 004

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Setia Asyanti., S.Psi., M.Si., Psikolog

NIK/NIDN. 915/0613017602

Page 3: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI

DIRI DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA

PASIEN TUBERCULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BANDARHARJO SEMARANG

OLEH:

EGITHA SUNDA

F.100150004

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Selasa, 7 Mei 2019

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Setia Asyanti., S.Psi., M.SI., Psi (....................................)

( Ketua Dewan Penguji )

2. Siti Nurina Hakim, S.Psi., M.Si, Psikolog (....................................)

( Anggota I Dewan Penguji )

3. Wisnu Sri Hertinjung, S.Psi., M.Psi, Psikolog (....................................)

( Anggota II Dewan Penguji )

Dekan,

(Susatyo Yuwono., S.Psi., M.Si., Psikolog)

NIK.838/0624067301

Page 4: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis di

acu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Adapun kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,

maka akan saya pertanggung jawabkan.

Surakarta, 2 Mei 2019

Penulis

EGITHA SUNDA

F.100150004

Page 5: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

1

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI DENGAN

KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERCULOSIS DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARHARJO SEMARANG

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan efikasi

diri dengan kepatuhan pengobatan pada pasien Tuberculosis di Puskesmas

Bandarharjo Semarang. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu ada

hubungan antara dukungan keluarga dan efikasi diri dengan kepatuhan pengobatan

Tuberculosis. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif (correlasional).

Pengumpulan data menggunakan penskalaan respon yaitu skala Likert. Instrumen

penelitian ini terdiri dari skala dukungan keluarga, skala efikasi diri dan skala

kepatuhan pengobatan yang sebelumnya pada skala tersebut sudah melalui validitas isi

dengan cara expert judgement. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah

purposive sampling, yaitu salah satu teknik pengambilan sampel nonprobability

sampling. Subjek pada penelitian ini sebanyak 62 orang dengan kriteria menderita

penyakit Tuberculosis, sedang menjalani pengobatan Tuberculosis, berada pada

rentang usia 18-70 tahun, dan bersedia mengisi skala. Peneliti melakukan pengambilan

data dengan langsung menemui pasien Tuberculosis di Puskesmas dan datang ke

rumah pasien Tuberculosis bersama dengan kader Tuberculosis. Berdasarkan hasil

analisis data penelitian dengan menggunakan analisis Parametric Regresi, diperoleh

hasil hipotesis mayor sebesar R= 0,686 dan taraf signifikansi p= 0,000 yang artinya

ada hubungan antara dukungan keluarga dan efikasi diri dengan kepatuhan

pengobatan. Pada uji hipotesis minor antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

pengobatan, memiliki nilai r=0,562 dan taraf Signifikansi (1-tailed) sebesar 0,000

yang berarti ada hubungan positif. Sedangkan pada uji hipotesis antara efikasi diri

dengan kepatuhan, memiliki nilai r=0,547 dan taraf Signifikansi (1-tailed) sebesar

0,000 yang berarti ada hubungan positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis

yang diajukan peneliti, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan

keluarga dan efikasi diri yang dimiliki oleh pasien Tuberculosis, maka semakin tinggi

pula kepatuhan pengobatan yang dilakukan oleh pasien Tuberculosis.

Kata Kunci : dukungan keluarga, kepatuhan pengobatan, pasien tuberculosis, efikasi

diri.

Abstract

This study aims to determine the relationship between family support and self-efficacy

with medication adherence of tuberculosis patients in Bandarharjo Public Health

Center, Semarang. Study proposed that there is a relationship between family support

and self-efficacy with medication adherence of tuberculosis patients. Quantitative

method applied through data (correlational). Respon scalling with Likert scale used for

data collection. Instrument used in this study consist of a family support scale, a self-

efficacy scale, and a medication adherence scale that had previously been validated

through expert judgement. Purposive sampling which is one of the nonprobability

sampling techniques applied, resulting 62 subjects with the criteria of suffering

tuberculosis, were undergoing medication for tuberculosis, in the age range of 18-70

years old, and were willing to fill the scale obtained. Data collection carried out

directly by researcher in Public Health Center and following tuberculosis patients to

Page 6: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

2

their home. Parametric Regression Analysis showed the result of the major hypothesis

R=0.686 with significance of p=0.000 which means there is a relationship between

family support and self-efficacy with medication adherence. Minor hypothesis

between family support and medication adherence showed r=0.562 with significance

(1-tailed) of 0.000 which means there is a positive relationship. Furtheremore, the

hypothesis test between self-efficacy and medication adherence showed r=0.547 with

significance (1-tailed) of 0.000 which also means there is a positive relationship.

Result in this study are in accordance with hypothesis proposed by the researcher,

which by means can be conclude that the higher family support and self-efficacy

perceived by tuberculosis patients, the higher medication adherence carried out by

tuberculosis patients themselves.

Keywords: family support, medication adherence, tuberculosis patient, self-efficacy.

1. PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan suatu hal yang pokok bagi masyarakat ditengah perkembangan zaman yang

serba modern. Memiliki tubuh yang sehat adalah suatu harapan dan keinginan dari setiap manusia.

Tubuh yang sehat merupakan dasar untuk menjalankan aktivitas sehari-hari guna membangun

tujuan dan bertahan hidup bagi setiap individu. Sehat memiliki arti dimana keadaan seseorang tidak

sedang mengidap penyakit baik jasmani dan rohani.

Penyakit Tuberculosis merupakan salah satu penyakit populer yang menular dan berbahaya.

Tuberkulosis Paru didefinisikan sebagai suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh kuman

Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) dan dapat menular secara langsung. Sebagian besar

dari kuman Tuberkulosis tersebut menyerang paru, namun tidak menutup kemungkinan juga

dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman tersebut memiliki bentuk berupa batang yang

bersifat khusus yaitu dapat bertahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh sebab itu biasa

disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA) (Depkes RI, 2008).

Menurut data World Health Organization (WHO) (2015), diperkirakan terdapat kasus

Tuberculosis sebayak 10,4 juta yang meningkat dari sebelumnya sebanyak 9,6 juta jiwa. Akibatnya

terdapat sebanyak 3 juta kasus kematian diseluruh dunia yang diakibatkan oleh Tuberkulosis Paru.

Diperkirakan bahwa didunia terlebih pada negara berkembang terdapat 95 persen kasus penyakit

Tuberkulosis Paru dan 98 persen kasus kematian yang diakibatkan oleh penyakit Tuberkulosis Paru

(Depkes RI, 2008). Menurut Negin, Abimbola & Marais (2015) menjelaskan di beberapa negara

dengan masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah terdapat kasus Tuberculosis dengan beban

yang tinggi dan tidak terdiagnosis. Hal tersebut umumnya terjadi pada orang dewasa atau lanjut

usia.

Menurut data dari WHO tahun 2016, menyatakan bahwa negara Indonesia dengan jumlah

penduduk 254.831.222 jiwa, berada pada posisi kedua dengan beban kasus Tuberkulosis Paru

paling tinggi di dunia. Tuberkulosis di Indonesia adalah penyebab kematian nomor empat setelah

Page 7: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

3

kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah

satu provinsi yang memiliki kasus Tuberkulosis Paru tertinggi di Indonesia dengan keseluruhan

jumlahnya yakni sebesar 35.743 kasus dan jumlah kasus baru BTA positif sebanyak 16.908 kasus

pada tahun 2016. Di wilayah Jawa Tengah, untuk Kabupaten/kota dengan jumlah kasus

Tuberkulosis Paru tertinggi pada tahun 2016 adalah kota Semarang dengan sebanyak 3.175 kasus

(Ramadhayanti, Cahyo, Widagdo, 2018).

Berdasarkan data Global Tuberculosis Report WHO 2017, angka keberhasilan pengobatan TB

di dunia sebesar 83 persen terlihat masih belum sempurna karena standar yang dikeluarkan oleh

WHO untuk tingkat keberhasilan TB adalah ≥90 persen. Dikutip dari Kompas.com, bahwa di

Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) pada tahun 2016 ditemukan 700 kasus TB. Dari jumlah

tersebut yang melakukan pengobatan sampai selesai hanya sekitar 40-50 persen. Hal ini disebabkan

karena kepatuhan minum obat rendah ditunjukkan dengan pasien hanya minum obat selama dua

bulan dan merasa sembuh lalu pengobatan dihentikan. Penelitian yang dilakukan oleh

Ramadhayanti, Cahyo, Widagdo (2018), menyebutkan bahwa Kota Semarang pada tahun 2016

memiliki angka penemuan kasus TB sebesar 76,6 persen melebihin target cakupannya yaitu sebesar

75 persen dan dari angka penemuan kasus tersebut memiliki angka keberhasilan pengobatan

(Success rate) sebesar 83 persen mendekati target yang telah dibuat yaitu sebesar 90 persen.

Penyakit Tubercolosis dapat disembuhkan melalui pengobatan yang dilakukan secara teratur

selama enam sampai delapan bulan, atau bahkan selama lebih dari satu tahun. Beberapa alasan

individu mangkir dan Drop Out dari pengobatannya itu malas berobat, sibuk bekerja, merasakan

efek samping dari pengobatan yang dilakukan, hingga masalah keuangan. Sehingga hal tersebut

membuat lupa untuk berobat dan mengkonsumsi obat (Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang,

2011). Kegagalan pengobatan Tubercolosis sebagian besar disebabkan karena pasien Tuberkulosis

Paru tidak taat melakukan pengobatan secara teratur dan hal tersebut menimbulkan angka Drop Out

(DO) (Kementrian Kesehatan RI, 2010).

Menurut Tola, dkk (2016), pasien yang menjalani pengobatan Tuberkulosis cenderung patuh

untuk berobat jika berada pada lima kondisi, yaitu yang pertama, penderita Tuberkulosis memiliki

tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis untuk dapat sembuh dari

Tuberkulosis. Kedua, penderita Tuberkulosis harus menganggap bahwa diri mereka memiliki

kerentanan terhadap penyakit Tuberkulosis dan mereka juga harus diyakinkan bahwa Tuberkulosis

merupakan suatu permasalahan kesehatan dan penyakit yang serius. Ketiga, pasien juga harus

diyakinkan untuk patuh melakukan pengobatan Tuberkulosis dan kepatuhan tersebut efektif guna

menyembuhkan Tuberkulosis. Keempat, motivasi internal atau rangsangan eksternal, disebut

sebagai isyarat untuk bertindak, yang memicu perilaku kesehatan pasien seperti minum obat

Page 8: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

4

Tuberkulosis. Kelima, keyakinan self-efficacy pasien untuk secara ketat mengikuti pengobatan

Tuberkulosis harus dipertahankan sampai periode perawatan akhir.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lusiatun, Mudigdo & Murti (2016), didapatkan hasil

bahwa kepatuhan berobat akan memberikan pengaruh terhadap status kesehatan pasien. Pasien yang

rutin dalam melakukan atau menjalankan pengobatan akan mempunyai status kesehatan yang

semakin baik dibandingkan pasien yang tidak rutin dalam menjalankan pengobatan. Hal tersebut

didukung dengan adanya fakta di masyarakat bahwa penyebab dari penderita Tuberkulosis Paru

tidak cepat dalam proses untuk sembuh dari sakit dan sakit yang diderita semakin lama disebabkan

karena penderita tidak mengkonsumsi obat dengan teratur, malas untuk berobat, dan karena kurang

adanya dukungan yang diperoleh dari keluarga (Media, 2011). Hal tersebut sejalan dengan

penelitian oleh Pratita dan penelitian oleh Rahayu, Lestari, Purwandari (dalam Pertiwi 2014),

bahwa terdapat beberapa buah faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap kepatuhan berobat,

diantaranya yaitu adanya faktor dukungan sosial keluarga yang berasal dari pasangan hidup dan

faktor efikasi diri.

Menurut Feuer Stein et al (dalam Niven, 2002) terdapat beberapa faktor yang dapat memberikan

pengaruh terhadap kepatuhan pasien, termasuk pula dalam kepatuhan guna menjalankan atau

melaksanakan program diet yaitu diantaranya berupa faktor pemahaman perihal instruksi, kualitas

interaksi dengan lingkungan, dukungan sosial yang berasal dari keluarga, serta keyakinan yang

dimiliki pasien, sikap dan kepribadian dari pasien. Dukungan keluarga sebagai pengawas minum

obat (PMO) memiliki peran dalam memunculkan kualitas hubungan yang dapat mempengaruhi dan

mendorong kesembuhan pasien Tubercolosis (Hendiani, Sakti, Widayanti, 2014).

Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian dari Puspitasari, Mudigdo, Adriani (2017),

menjelaskan bahwa dukungan keluarga memiliki pengaruh yang positif secara tidak langsung

terhadap kesembuhan pengobatan pada penderita TB paru terkait dengan kepatuhan berobat dan

status/asupan gizi. Hal tersebut dinyatakan memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik.

Adanya dukungan keluarga yang tinggi dapat meningkatkan kemungkinan bahwa status gizi dari

penderita lebih baik dan berobat dengan lebih teratur. Pasien Tuberkulosis Paru yang merasa

memperoleh dukungan sosial dari individu-individu di sekitar akan merasa dihargai diperhatikan,

dan dicintai. Oleh karena itu, beban psikologis pasien Tuberkulosis Paru yang terkait dengan

penyakit Tuberkulosis Paru akan berkurang, hubungan sosial serta komunikasi pasien Tuberkulosis

Paru akan membaik, dan ketahanan tubuh pasien Tuberkulosis Paru pun juga akan meningkat

(Ratnasari, 2003).

Keberhasilan pengobatan Tuberculosis bergantung pada upaya dari diri sendiri dan dukungan

yang diperoleh dari keluarga. Kurang adanya upaya yang dilakukan oleh diri pasien serta kurangnya

motivasi yang diberikan keluarga guna memberikan dukungan untuk melakukan pengobatan secara

Page 9: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

5

tuntas, maka dapat memberikan pengaruh terhadap kepatuhan pasien untuk melakukan pengobatan

dan mengkonsumsi obat. Jika perihal tersebut tidak ditindak lanjuti dan penderita Tuberkulosis

berhenti untuk mengkonsumsi obat, maka akan berdampak pada munculnya kuman Tuberkulosis

yang resisten terhadap obat. Sehingga pengendalian terhadap obat Tuberculosis akan semakin sulit

pula untuk dilakukan dan akan terjadi peningkatan terhadap angka kematian yang diakibatkan oleh

penyakit Tuberculosis (Amin dan Bahar, 2007). Disisi lain, upaya diri sendiri atau motivasi tersebut

dapat ditingkatkan melalui keyakinan dari diri individu sendiri. Dalam dunia psikologi, keyakinan

individu bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu hal disebut dengan istilah

efikasi diri atau self efficacy (Rahayu, Lestari, & Purwandari, 2006).

Menurut Baron dan Byrne (dalam Ghufron, 2011), efikasi diri merupakan alat evaluasi bagi diri

seseorang tentang kompetensi atau kemampuan pada dirinya guna menjalankan suatu kegiatan atau

tugas, menyelesaikan suatu hambatan, serta mencapai tujuan tertentu dalam hidup. Hal tersebut

sesuai hasil penelitian dari Usri, Siswadi, Djunaidi & Iskandarsyah (2018), bahwa ketaatan pada

pengobatan tergantung pada kepercayaan atau keyakinan dari diri pasen dan persepsi pasien.

Dengan demikian, orang yang sakit atau pasien dengan efikasi diri yang tinggi dapat melakukan

suatu usaha guna bisa meningkatkan fungsi dari fisik, emosi, peran, kognitif dan sosialnya. Pasien

tersebut akan berpikir secara optimis terhadap penyakit yang dimilikinya dan selalu berusaha untuk

mengendalikan diri guna tetap kuat menghadapi masalah yang dimiliki (Lusiatun, Mudigdo &

Murti, 2016).

Dengan demikian, dukungan keluarga dan efikasi diri pasien Tuberculosis dengan kepatuhan

pengobatan bagi penderita tuberkulosis masih sangat rendah. Pasien penderita tuberkulosis sangat

membutuhkan dukungan keluarga. Apabila kurang adanya dukungan keluarga, terkadang penderita

Tuberculosis dapat memiliki efikasi diri yang rendah. Berdasarkan paparan dari latar belakang

diatas, maka dapat didapatkan rumuskan masalah, yaitu “Apakah ada hubungan dukungan keluarga

dan efikasi diri dengan kepatuhan pengobatan pada pasien tuberculosis di Puskesmas Bandarharjo

Semarang?”. Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu ada hubungan antara

dukungan keluarga dan efikasi diri dengan kepatuhan pengobatan tuberkulosis, ada hubungan

positif antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pengobatan, ada hubungan positif antara efikasi

diri dengan kepatuhan pengobatan.

2. METODE

Penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif karena pengambilan data berupa angka dan memakai

model penelitian correlasional (Neuman, 2000). Pengumpulan data menggunakan penskalaan

respon yaitu skala Likert. Instrumen penelitian ini terdiri dari skala dukungan keluarga, skala efikasi

diri dan skala kepatuhan pengobatan yang sebelumnya pada skala tersebut sudah melalui validitas

Page 10: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

6

isi dengan cara expert judgement. Subjek pada penelitian ini sebanyak 62 orang dengan kriteria

menderita penyakit Tuberculosis, sedang menjalani pengobatan Tuberculosis, berada pada rentang

usia 18-70 tahun, dan bersedia untuk mengisi skala. Peneliti melakukan pengambilan data dengan

terjun langsung menemui pasien Tuberculosis di Puskesmas dan datang ke rumah pasien

Tuberculosis bersama dengan kader Tuberculosis. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 April-19

April 2019 dengan waktu pengambilan data di Puskesmas Bandarharjo dimulai dari pukul 07.30

WIB - 10.30 WIB dengan jumlah pasien ±3 pasien setiap hari dan pengumpulan data di lapangan

wilayah kerja puskesmas dilaksanakan mulai pukul ±11.00 WIB – 15.30 WIB dengan jumlah

pasien ±5 pasien setiap hari. Teknik analisis data penelitian menggunakan Analisis Regresi yaitu

Parametric Regresi dengan menggunakan program SPSS 16.0.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Analisis Regresi,

penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan peneliti, sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi dukungan keluarga dan efikasi diri yang dimiliki oleh pasien Tuberculosis, maka

semakin tinggi pula kepatuhan pengobatan yang dilakukan oleh pasien Tuberculosis. Data pada

penelitian ini telah memenuhi kriteria yaitu data harus normal dan linier, maka peneliti

menggunakan analisis Parametric Regresi dengan menggunakan program SPSS 16.0 diperoleh

hasil signifikansi p= 0,000 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dan efikasi diri dengan kepatuhan pengobatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pratita dan

penelitian dari Rahayu, Lestari, Purwandari dalam Pertiwi (2015), bahwa terdapat berbagai faktor

yang berpengaruh terhadap kepatuhan berobat, yaitu diantaranya adanya dukungan sosial keluarga

yang berasal dari pasangan hidup baik suami ataupun istri dan self efficasy.

Berdasarkan koefisien korelasi (Pearson Correlation) dukungan keluarga dengan kepatuhan

pengobatan sebesar korelasi sebesar 0.562 dengan taraf signifikan (Sig. 1-talied) sebesar p = 0.000,

yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan pengobatan yang artinya, semakin tinggi dukungan keluarga maka akan semakin tinggi

pula kepatuhan pengobatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Novita (2015), yang

menyebutkan bahwa terdapat adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan ketidakberhasilan

pengobatan Tuberkulosis Paru. Individu yang menderita penyakit yang tidak memilki dukungan

dari keluarga, maka memiliki risiko yang lebih tinggi dalam mengalami ketidakberhasilan

pengobatan Tuberkulosis dibandingkan dengan individu yang menderita Tuberkulosis dengan

keluarga yang mendukung pengobatan. Penelitian tersebut sesuai dengan penelitian dilakukan oleh

Fauziah (2010), yang menunjukkan hasil adanya motivasi yang didapatkan dari keluarga

berhubungan dengan drop out atas pengobatan yang dijalani oleh penderita Tuberkulosis paru.

Page 11: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

7

Selain itu, hasil penelitian dari Puspitasari, Mudigdo, Adriani (2017), juga menjelaskan bahwa

dukungan keluarga memiliki pengaruh yang positif secara tidak langsung terhadap kesembuhan

pengobatan pada penderita TB paru terkait dengan kepatuhan berobat dan status/asupan gizi.

Berdasarkan koefisien korelasi (Pearson Correlation) efikasi diri dengan kepatuhan

pengobatan sebesar korelasi sebesar 0.547 dengan taraf signifikan (Sig. 1-talied) sebesar p = 0.000,

yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan

kepatuhan pengobatan yang artinya, semakin tinggi efikasi diri maka akan semakin tinggi pula

kepatuhan pengobatan. Hal tersebut sejalan sesuai hasil penelitian dari Usri, Siswadi, Djunaidi &

Iskandarsyah (2018), bahwa ketaatan pada pengobatan tergantung pada kepercayaan atau keyakinan

dari diri pasen dan persepsi pasien.

Secara kesatuan, sumbangan efektif dukungan keluarga dan efikasi diri dengan kepatuhan

pengobatan dapat dilihat melalui R Square sebesar 0.471, sehingga diperoleh presentase 47,1%. Hal

ini menunjukkan bahwa hubungan dukungan keluarga dan efikasi diri dengan kepatuhan

pengobatan sebesar 47,1%, yang memiliki arti bahwa masih terdapat 52,9% pengaruh dari faktor-

faktor yang lain yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan namun tidak diteliti oleh peneliti.

Menurut Sunaryo (2004), perilaku kepatuhan pasien dalam pengobatan dapat dipengaruhi oleh

banyak faktor, antara lain : faktor pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, sikap, ketersediaan

fasilitas kesehatan dan faktor dukungan keluarga. Selain itu menurut Kamerrer, et al. (2007),

memaparkan bahwa terdapat beberapa faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-

program kesehatan atau medis, yaitu terdapat dukungan sosial yang berbentuk dukungan emosional

yang berasal dari anggota keluarga yang lain, teman atau rekan, waktu dan materi atau uang.

Berdasarkan nilai mean, menunjukkan bahwa nilai mean yang dimiliki oleh variabel

dukungan keluarga lebih tinggi daripada nilai mean efikasi diri. Nilai mean yang dimiliki oleh

variabel dukungan keluarga sebesar 111,15 sedangkan nilai mean pada variabel efikasi diri sebesar

82,35. Hal tersebut menujukkan bahwa variabel dukungan keluarga memiliki hubungan yang lebih

dominan apabila dibandingkan dengan variabel efikasi diri.

Berdasarkan hasil kategorisasi didapatkan bahwa kepatuhan pengobatan pada pasien

Tuberculosis tergolong sedang, hal ini ditunjukkkan dengan persentase sebesar 100% pada kategori

sedang. Yang artinya pasien Tuberculosis patuh terhadap pengobatan yang dijalani. Sedangkan

pada hasil kategorisasi dukungan keluarga pada pasien Tuberculosis tergolong sedang, hal ini

ditunjukkkan dengan persentase sebesar 87, 11% pada kategori sedang. Yang artinya pasien

Tuberculosis mendapatkan dukungan yang berasal dari keluarga atas pengobatan yang dijalani.

Kemudian berdasarkan hasil kategorisasi didapatkan bahwa efikasi diri pada pasien Tuberculosis

tergolong sedang, hal ini ditunjukkkan dengan persentase sebesar 74,20% pada kategori sedang.

Page 12: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

8

Yang artinya pasien Tuberculosis memiliki keyakinan keberhasilan atas pengobatan yang dijalani

dan keyakinan untuk sembuh dari Tuberculosis.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa: ada hubungan positif antara dukungan keluarga dan efikasi diri dengan

kepatuhan pengobatan Tuberculosis, ada hubungan positif antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan pengobatan Tuberculosis, ada hubungan positif antara efikasi diri dengan kepatuhan

pengobatan Tuberculosis, dukungan keluarga pada pasien Tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas

Bandarharjo Semarang tergolong sedang, efikasi diri pada pasien Tuberculosis di wilayah kerja

Puskesmas Bandarharjo Semarang tergolong sedang, kepatuhan pengobatan pasien Tuberculosis di

wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang tergolong sedang. Presentase sumbangan efektif

sebesar 47,1% hal tersebut menunjukan masih terdapat 52,9% pengaruh dari faktor–faktor yang lain

yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan selain dukungan keluarga dan efikasi diri.

Dari hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu subjek penelitian

diharapkan dapat meningkatkan hubungan kedekatan dengan anggota keluarga dengan menjaga

komunikasi dan sering mengobrol antar anggota keluarga sehingga mampu menghadapi rangkaian

pengobatan Tuberculosis. Kemudian pasien Tuberculosis diharapkan mampu menambah keyakinan

pada diri sendiri untuk cepat sembuh dan memiliki target untuk segera menyelesaikan rangkaian

pengobatan, Penulis juga menyarankan kepada pihak Fakultas Psikologi agar mengadakan pelatihan

dan penyuluhan ataupun kegiatan preventif terkait dengan penyakit Tuberculosis, sehingga pasien

Tuberculosis memiliki edukasi psikologi tentang penyakit Tuberculosis dan angka kesembuhan

pada pasien Tuberculosis dapat meningkat. Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan tema yang sama, penulis menyarankan untuk lebih memperluas

wilayah subjek dan mencoba variabel lain, serta menggunakan teknik pengambilan sampel lain dan

lebih memperhatikan instrumen yang digunakan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E. L. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Mengkonsumsi

Tablet Besi-Folat Selama Kehamilan. Gizi dan Pangan, 8, 63-70.

Amperaningsih, Y. (2011). Faktor-Faktoryang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu

Hamil Di Puskesmas Rawat Inap Kedaton Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Mitra

Lampung, 8(3), 1-7.

Bosworth, H. (2006). Improving Patient Treatment Adherence A Clinician's Guide. (Springer,

Penyunt.)

Page 13: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

9

Budiarni, W., & Subagio, H. W. (2013). Hubungan Pengetahuan, Sikap da Motivasi dengan

Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi Folat pada Ibu Hamil. E Journal Undip.

Darmayanti, E. (2012). Dukungan Keluarga Terhadap Lansia.

Feist, J., & Feist, G. J. (2016). Teori Kepribadian (7 ed.). Jakarta: Salemba Humanika.

Friedman, M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2013). Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, da

Praktik (5 ed.). Jakarta: EGC.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (7 ed.). Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghufron. (2011). Teori-Teori Psikologi. Jakarta.

Hendiani, N., Sakti, H., & Widayanti, C. G. (2014). Hubungan Antara Persepsi Dukungan Keluarga

Sebagai Pengawas Minum Obat dan Efikasi Diri Penderita Tuberkolosis di BKPM

Semarang.

Kamidah. (2015). Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi

Tablet Besi di Puskesmas Simo Boyolali. Gaster XII.

Kartikasari, N. D. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan da Sikap Tentang Anemia Dengan

Keteraturan Mengkonsumsi Fe Pada Ibu Hamil di BPS Sri Lumintu Surakarta. Surakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

Muchid, Wurjati, Chusun, Purnama, Masrul, Gustanti, et al. (2008). Pengaruh Pelayanan

Kefarmasian Residensial Terhadap Ketaatan dan Luaran Klinis Pasien Hipertensi. Jurnal

Farmasi Klinik Indonesia, 4(3).

Negin, Abimbola, & Marais. (2014). Tuberculosis Among Older Adults-Time To Take Notice.

International Joournal of Infectious Disease, 32, 135-137.

Neuman, W. (2000). Social Reasearch Methods : Qualitative and Quantitative Approach (4 ed.).

Boston: Allyn & Bacon.

Notoatmojo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Novita, P. P. (2015). Faktor yang Berhubungan dengan Drop Out Pengobatan pada Penderita TB

Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4).

Pender, N. J. (2006). Health Promotion in Nursing Practice (3 ed.). USA: Appleton & Lange.

Pertiwi, I. (2015). Hubungan Dukungan Pasangan dan Efikasi Diri Dengan Kepatuhan menjalani

Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II. Surakarta.

Prijarminto. (2007). Bentuk Kepatuhan dari Nilai Ketaatan. Bandung: PT Remaja Rosa.

Putri, F. D. (2016). Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Kepatuhan Pengobatan Pada

Penderita Diabetes Mellitus Puskesmas Rangkah Surabaya. Surabaya: UIN Sunan Ampel

Surabaya.

Page 14: HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN EFIKASI DIRI …eprints.ums.ac.id/73368/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyakit Tuberculosis, ... tingkat pengetahuan dan motivasi terhadap penyakit Tuberkulosis

10

Rahayu, E. P., Lestari, S., & Purwandari, E. (2006). Hubungan Antara Self Efficasy Dengan

Kepatuhan Menjalani Diet Pada Penderita Diabetes Millitus Tipe II. Indigenous, 8(2), 33-

40.

Rahma, A. N. (2011, Januari). HUbungan Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan Penyesuaian

Diri Remaja di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Islam, 8(2), 231-246.

Ramadhayanti, Cahyo, & Widagdo. (2018, April). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pencegahan

Kejadian Drop Out Tuberkulosis Pada Keluarga Di Seluruh Wilayah Kerja Puskesmas Kota

Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6.

Ratnasari, N. Y. (2012). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita

Tuberkulosis (TB Paru) Di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta Unit

Minggiran. Jurnal Tuberkulosis Indonesia, 8, 7-11.