self efficacy (efikasi diri)

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap dalam lika-liku perjalanan hidup, manusia memiliki tantangan dari tantangan yang kecil sampai ke tantangan yang besar. Tantangan ini sangat penting agar manusia dapat bertahan hidup , serta bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya untuk itu manusia perlu memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melewati rintangan tersebut dengan keyakinan tersebut ia dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ia hadapi. Diantara cara kita menyelesaikan tantangan tersebut dengan memiliki self efficacy, karna self efficacy dapat menumbuhkan kepercayaan diri dalam diri kita yang terbentuk dalam proses pembelajaran dengan interaksi lingkungan sekitar kita. Seseorang yang memiliki efficacy self yang tinggi cenderung akan sukses melewati rintangan- rintangan yang ia hadapi. Menurut bandura (1993) individu yang memiliki self-efficiacy yang rendah akan menghindari semua tugas dan menyerah dengan mudah ketika muncul, serta mudah depresi. Hal ini menyebabkan usaha yang dilakukan menurun dan daya tahan suatu masalah menjadi rendah. B. Rumusan Masalah 1. Seperti apakah deskripsi konseptual mengenai self efficacy? 2. Bagaimana self efficacy mempengarui prestasi seseorang? 1

Upload: ikha-mardiyah

Post on 16-Apr-2017

405 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Self Efficacy (Efikasi Diri)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap dalam lika-liku perjalanan hidup, manusia memiliki tantangan dari

tantangan yang kecil sampai ke tantangan yang besar. Tantangan ini sangat penting

agar manusia dapat bertahan hidup , serta bisa beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya untuk itu manusia perlu memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melewati

rintangan tersebut dengan keyakinan tersebut ia dapat menyelesaikan permasalahan-

permasalahan yang ia hadapi.

Diantara cara kita menyelesaikan tantangan tersebut dengan memiliki self

efficacy, karna self efficacy dapat menumbuhkan kepercayaan diri dalam diri kita yang

terbentuk dalam proses pembelajaran dengan interaksi lingkungan sekitar kita.

Seseorang yang memiliki efficacy self yang tinggi cenderung akan sukses melewati

rintangan-rintangan yang ia hadapi. Menurut bandura (1993) individu yang memiliki

self-efficiacy yang rendah akan menghindari semua tugas dan menyerah dengan mudah

ketika muncul, serta mudah depresi. Hal ini menyebabkan usaha yang dilakukan

menurun dan daya tahan suatu masalah menjadi rendah.

B. Rumusan Masalah

1. Seperti apakah deskripsi konseptual mengenai self efficacy?

2. Bagaimana self efficacy mempengarui prestasi seseorang?

3. Bagaimana pengaruh model dalam pembentukan self effficacy?

4. Bagaimana hubungan ketrampilan motorik dengan self efficacy?

5. Seperti apa penjelasan instruksional self efficacy?

C. Tujuan

1. Menjelaskan deskripsi konseptual mengenai self efficacy

2. Menjelaskan bagaimana pengaruh self efficacy mempengarui prestasi seseorang

3. Menjelaskan pengaruh model dalam pembentukan self effficacy

4. Menjelaskan hubungan ketrampilan motorik dengan self efficacy

5. Menjelaskan instruksional self efficacy

1

Page 2: Self Efficacy (Efikasi Diri)

BAB 2

PEMBAHASAN

1. Deskripsi Konseptual mengenai self efficiancy

Bandura (1997) menambahkan satu elemen penting kognitif lain ke dalam

teorinnya : self-efficacy. Self efficacy adalah ekspektasi- keyakinan (harapan) tentang

seberapa jauh seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu.

Self-efficacy yang positif adalah keyakinan untuk mampu melakukan perilaku yang

dimaksud.

Dalam buku Alwisol berpendapat, efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat

melakukan tindakan yang baik atau buruk , tepat atau salah, bisa atau tidak bisa

mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi

(cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya(dapat

dicapai) sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri.

Tanpa self-efficacy (keyakinan tertentu yang sangat situsional), orang bahkan

enggan mencoba melakukan suatu perilaku. Menurut Bandura, self-efficacy

menentukan apakah kita akan menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apakah kita akan

menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apa kita dapat bertahan saat menghadapi

kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan dalam suatu tugas

tertentu mempengaruhi perilaku kita dimasa depan. Konsep self-efficacy berbeda

dengan lokus kontrol karena self-efficacy adalah keyakinan bahwa kita mampu

melakukan suatu perilaku dengan baik sementara lokus kontrol adalah keyakinan

mengenai kemungkinan suatu perilaku tertentu mempengaruhi hasil akhir.

Bandura juga telah mempraktekan konstruk self-efficacy dalam bidang kesehatan.

self-efficacy juga terkait dengan aspek fisiologi kesehatan : orang yang tidak memiliki

self-efficacy mengalami stress yang berdampak pada kesehatan dan sistem imunnya.

self-efficacy juga terkait dengan potensi individu untuk berprilaku sehat: orang yang

tidak yakin bahwa mereka dapat melakukan suatu perilaku yang dapat menunjang

kesehatan akan cenderung enggan mencobanya (Bandura,1992,1998). Walaupun self-

efficacy adalah karakteristik internal yang mempengaruhi perilaku dan reaksi dalam

cara yang relatif kostan dan terprediksi, self-efficacy juga ditentukan oleh situasi. Untuk

2

Page 3: Self Efficacy (Efikasi Diri)

mengembangkan contoh diatas, seseorang memiliki self-efficacy tertentu tentang

kemampuannya untuk melakukan perilaku sehat tertentu. Mary percaya bahwa ia dapat

berolahraga setiap hari untuk menurunkan berat badannya, namun ia yakin bahwa ia

tidak dapat melawan godaan untuk memakan es krim; Menurut Bandura, Mary

memiliki self-efficacy yang tinggi pada bidang olahraga tetapi memiliki self-efficacy

yang rendah pada kebiasaan makannya.Di lain pihak, Bandura juga mengemukakan

bahwa seeorang mungkin memiliki self-efficacy yang lebih tinggi atau rendah pada

aspek yang lebih luas dan umum. Contohnya, seorang siswa memiliki keyakinan umum

bahwa ia dapat sukses di bidang akademis, walaupun pada saat yang bersamaan ia

memiliki self-efficacy yang rendah dalam bidang sejarah. Self-efficacy juga dapat

dipandang sebagai sesuatu yang muncul dari interaksi struktur pengetahuan (apa yang

diketahui orang tentang dirinya dan dunia) dan proses penilaian di masa seseorang terus

menerus mengevaluasi situasinya (Cervone, 2004).

A. Sumber Efikasi Diri

A.1 Pengalaman performasi

Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa lalu. Sebagai sumber,

performasi masal alu pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya.

Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedang

kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilann akan memberi

dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya :

1) Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin

tinggi.

2) Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok,

dibantu orang lain.

3) Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang sudah merasa berusaha

sebaik mungkin.

4) Kegagalan dalam suasana emosional atau stress, dampaknya tidak

seburuk kalau kondisinya optimal.

5) Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat,

dampaknya tidak seburuk kalau kalau kegagalan itu terjadi pada

3

Page 4: Self Efficacy (Efikasi Diri)

orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.

6) Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.

A.2 Pengalaman Vikarius

Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati

keberhasilan orang lain sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang

yang kira-kira kemampuannya sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur

yang diamati beda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarius tidak besar.

Sebaliknya ketika mengamati figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang

tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya

itu dalam jangka waktu yang lama.

A.3 Persuasi Sosial

Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui

persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat

persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa

percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.

A.4 Keadaan Emosi

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi

di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress dapat mengurangi

efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi ( yang tidak berlebihan) dapat

meningkatkan efikasi diri.

Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau sumber ekspektasi efikasinya

berubah . Pengubahan self-efficacy banyak dipakai untu memperbaiki kesulitan

dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral

Keempat sumber itu diubah dengan berbagai strategi yang diringkas dalam

tabel berikut.

Sumber Cara Induksi

Pengalaman

Performansi

Participant modelling Meniru model yang berprestasi

Performance desenzation Menghilangkan pengaruh buruk prestasi

4

Page 5: Self Efficacy (Efikasi Diri)

masa lalu

Performance exposure Menonjolkan keberhasilan yang pernah

diraih

Selfinstructed performance Melatih diri untuk melakukan yang

terbaik

Pengalaman

Vikarius

Live modeling Mengamati model yang nyata

Symbolic modelling Mengamati model

simbolik,film,komik,cerita.

Persuasi

Verbal

Suggestion Mempengaruhi dengan kata-kata berdasar

kepercayaan

Exhortation Nasihat,peringatan yang

mendesak/memaksa.

Self-instruction Memerintah diri sendiri

Interpretive treatment Interpretasi baru memperbaiki

interpretasi lama yang salah

Pembangkita

n Emosi

Attribution Mengubah atribusi, penanggungjawab

suatu kejadian emosional

Relaxation biofeedback Relaksasi

Symbolic desensitization Menghilangkan sikap emosional dengan

modeling simbolik

Symbolic exposure Memunculkan emosi secara simbolik

B. Efikasi Diri sebagai Prediktor Tingkah Laku

Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara

lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang

penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai

prestasi, akan menjadi penentu tingkah laku mendatang yang penting. Berbeda dengan

konsep-diri (Rogers) yang bersifat kesatuan umum, efikasi diri bersifat fragmental.

Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda,

tergantung kepada :

5

Page 6: Self Efficacy (Efikasi Diri)

1. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu.

2. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu.

3. Keadaan fisiologis dan emosional ; kelelahan, kecemasan, apatis, murung.

Dari empat, informasi tersebut, pengalaman kita sendiri adalah sumber informasi

terpenting. Selanjutnya, secara berurutan, ialah vicarious experience, persuasi verbal

dan reaksi emosi emosional. Kita menggunakan empat sumber informasi tersebut untuk

menentukan apakah kita kompeten melakukan perilaku tertentu. Hal ini adalah

karakteristik kepribadian terpenting karena merupakan determinan utama perilaku kita.

Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang

responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah

laku (Tabel)

Table Kombinasi Efikasi dengan Lingkungan sebagai Prediktor Tingkahlaku

Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku

Tinggi Responsif Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan

kemampuannya

Rendah Tidak responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang

dianggapnya sulit

Tinggi Tidak responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi

responsif, melakukan protes, aktivitas social, bahkan

memaksakan perubahan.

Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu

C. Efikasi Kolektif (Collective Efficacy)

Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat

menghasilkan perubahan social tertentu, disebut efikasi kolektif. Ini bukan ‘jiwa

kelompok’ tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari banyak orang yang bekerja bersama.

Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya

melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Misalnya, dalam

bidang kesehatan, orang memiliki efikasi diri yang tinggi untuk berhenti merokok atau

melakukan diet, tetapi mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah dalam hal

6

Page 7: Self Efficacy (Efikasi Diri)

mengurangi polusi lingkungan, bahaya tempat kerja, dan penyakit infeksi. Efikasi diri

dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup

manusia. Efikasi kolektif timbul berkaitan dengan masalah-masalah perusakan hutan,

kebijakan perdagangan internasional, perusakan ozone, kemajuan teknologi, hukum dan

kejahatan, birokrasi, perang, kelaparan, bencana alam, dan sebagainya.

2. Self efficacy dalam situasi prestasi

Bandura meletakkan penekanan tertentu pada peran yang dimainkan oleh efikasi

diri. Kepercayaan mengenai kapabilitas personal seseorang. Efiksasi diri mendasari

keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka untuk melakukan tugas tertentu

atau menghasilkan hasil yang diinginkan. Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi

memiliki aspirasi yang lebih tinggi dan kegigihan yang lebih kuat dalam bekerja untuk

mencapai tujuan serta akhirnya mencapai keberhasilan yang lebi h tinggi

daripada ,ereka dengan efikasi yang rendah ( Bandura & Locke, 2003; Glicker, 2006;

Betz, 2007)

Bagaimana kita mengebangkan efikasi diri? Salah satu caranya adalah

memperhatikan keberhasilan dan kegagalan kita terdahulu. Jika kita melakukan ski

diatas salju dan tidak berhasil, maka kita kemungkinan kecil akan mencobanya lagi;

Meskipun demikian , jika usaha awal kelihatan menjanjikan, akan lebih besar

kemungkinan kita untuk mencobanya kembali. Penguatan secara langsung dan

dorongan dari orang lain juga memainkan peraan dalam mengembangkan efikasi diri

(Devonport & Lane, 2006; Buchanan & Selmon, 2008).

Banyak fenomena mahasiswa dalam memenuhi ketentuan - ketentuan

akademiknya , nampak kurang yakin dengan kemampuannya yang ditunjukan

kurangnya usaha keras dari mahasiswa dan cepat menyerah dengan masalah – masalah

yang ada , kurang serius dalam perkuliahan , cepat merasa puas dengan hasil yang

dicapai dengan kata lain ciri-ciri ini menunjukan mahasiwa memiliki self efficacy

rendah. Menurut colins (1982) mahasiswa yang memiliki ciri-ciri seperti tersebut di

atas dikatakan mahasiswa yang memiliki keyakinan akan kemampuannya rendah

dengan kata lain self-efficacy – nya rendah .Apabila mahasiswa memiliki self-efficiacy

yang tinggi akan lebih merasa sukses dan memiliki kinerja yang lebih besar dalam

mencapai prestasi di bandingkan dengan mahasiswa yang memiliki self-efficiacy

rendah. Hasil penelitian parent dan larivee ( 1991, dalam maehar & pintrich )

7

Page 8: Self Efficacy (Efikasi Diri)

dibuktikan bahwa mahasiswa dengan self-efficiacy yang tinggi menggunakan strategi

pengaturan diri lebih effektik terhadadap kemampuan yang dimilikinya. Memahami

materi kuliah merupakan salah satu tujuan yang hendak di capai guna mencapai prestasi

akademik yang tinggi, dan tentunya untuk mencapai prestasi yang tinggi juga perlu

didukung kemampuan daya ingat yang baik, untuk menunjang kemampuan ingatan ini

self-efficiacy juga dapat mempertinggi penampilan daya ingat dengan mempertinggi

daya tahan ( Berry, 1987 maehar & pintrich). Studi ini menunjukkan self-efficiacy yang

tinggi mempengaruhi persistensi akademik yang di perlukan untuk memelihara prestasi

akademik yang tinggi ( Lent, Brown, & larkin, 1984,1986 dalam maehar & pintrich).

Prestasi akademik yang tinggi menunjukkan mahasiswa dalam pendidikan yang di

ikutinya berarti semakin tinggi self-efficiacy yang di miliki , semakin besar kesempatan

untuk berhasil mencapai prestasi akademi yang tinggi pula. Dalam hasil analisis path

juga di jelaskan bahwa self-efficiacy terdapat hubungan kausal secara langsung dan tak

langsung dengan prestasi akademik mahasiswa, yang artinya bahwa mahasiswa yang

memiliki tingkat self-efficiacy tinggi akan menyebabkan prestasi akademiknya secara

langsung maupun tak langsung melalui penyesuaian akademiknya. Hal ini sejalan

dengan penelitian zymmerman & bandura (1994) yang menyatakan bahwa self-efficiacy

mempengaruhi prestasi secara langsung dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya

atas tujuan yang telah ditetapkan.

Namun demikian diingat bahwa self-efficacy bersifat spesifik dalam tugas dan

situasi yang di hadapi . Seseorang dapat memiliki keyakinan yang tinggi pada suatu

tugas atau situsasi tertentu , namun pada situsasi dan tugas yang lain tidak . self-

efficacy juga bersifat kontekstual, artinya tergantung pada konteks yang di hadapi .

umumnya

3. Model dan self efficiancy

Vicarious Experience dapat disebut modelling. Seperti yang telah dijelaskan

diatas. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain sebaliknya

efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kira-kira kemampuannya sama

dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati beda dengan diri sipengamat,

pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati figur yang setara dengan

dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur

yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.

8

Page 9: Self Efficacy (Efikasi Diri)

Dalam buku B.R.Hergenhahn dan Matthew H.Olson menyebutkan modelling

sama juga dengan belajar observasional. Bandura menyebutkan empat proses

mempengaruhi belajar observasional :

a) Proses Atensional

Sebelum sesuatu dapat dipelajari oleh model, model itu harus diperhatikan.

Proses perhatian ini dikarenakan karena beberapa sebab. Pertama, kapasitas

sensoris seseorang akan mempengaruhi attentional process. Jelas stimuli

modeling yang digunakan untuk mengajari orang tunanetra atau tunarungu

akan berbeda dengan yang digunakan untuk mengajari orang yang normal

penglihatan dan pendengarannya. Perhatian selektif pengamat bisa

dipengaruhi oleh penguatan di masa lalu. Misalnya, jika aktivitas yang lalu

yang dipelajari lewat observasi terbukti berguna untuk mendapatkan suatu

penguatan, maka perilaku yang sama akan diperlihatkan pada situasi

modeling berikutnya. Dengan kata lain, penguat sebelumnya dapat

menciptakan tata-situasi perseptual dalam diri pengamat yang akan

memengaruhi observasi selanjutnya. Berbagai karakteristik model juga

akan memengaruhi sejauh mana mereka akan diperhatikan.

b) Proses Retensional

Bandura berpendapat bahwa ada retentional process (proses retensional) di

mana informasi disimpan secara simbolis melalui dua cara, secara imajinal

(imajinatif) dan secara verbal. Simbol-simbol yang disimpan secara

imajinatif adalah gambaran tentang hal-hal yang dialam oleh model, yang

dapat diambil dan dilaksanakan sesudah belajar observasionalJenis

simbolisasi yang lebih penting menurut Bandura, adalah verbal:

Karena fleksibiltas simbol verbal yang luar biasa, kerumitan perilaku bisa

ditangkap dengan baik dalam wadah kata-kata. Misalnya, detail rute yang

dilalui seorang model dapat disimpan dan diingat untuk dipakai lagi nanti

secara lebih akurat dengan mengubah informasi visual ke kode verbal

Meskipun dimungkinkan untuk mendiskusikan symbol imajinal dan verbal

secara terpisah, keduanya sering tidak bisa dipisahkan saat kejadian

direpresentasikan dalam memori

9

Page 10: Self Efficacy (Efikasi Diri)

c) Proses Pembentukan Perilaku

P roses pembentukan perilaku menentukan sejauh mana hal-hal yang telah

dipelajari akan diterjemahkan ke dalam tindakan atau performa. Seseorang

mungkin mempelajari sesuatu secara kognitif namun dia tak mampu

menerjemahkan informasi itu ke dalam perilaku karena ada keterbatasan..

Menurut Bandura, simbol yang didapat dari modeling akan bertindak sebagai

template (“cetakan”) sebagai pembanding tindakan. Selama proses latihan ini

individu mengamati perilaku mereka sendiri dan membandingkannya dengan

representasi kognitif dari pengalaman si model.

d) Proses Motivasional

Dalam teori Bandura, penguatan memiliki dua fungsi utama. Pertama, ia

menciptakan ekspektasi dalam diri pengamat bahwa jika mereka bertindak

seperti model yang dilihatnya diperkuat untuk aktivitas tertentu, maka

mereka akan diperkuat juga. Kedua, ia bertindak sebagai insentif untuk

menerjemahkan belajar ke kinerja. Kedua fungsi penguat itu adalah fungsi

informasional. Satu fungsi menimbulkan ekspektasi dalam diri pengamat

bahwa jika mereka bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu,

mereka mungkin akan diperkuat. Fungsi lainnya, motivational processes

(proses motivasional) menyediakan motif untuk menggunakan apa-apa yang

telah dipelajari.

Menurut Bandura, bukan hanya penguatan itu tidak diperlukan agar belajar

terjadi, tetapi pengalaman langsung juga tak selalu perlu. Seorang pengamat

dapat belajar cukup dengan mengamati konsekuensi dari perilaku orang lain,

menyimpan informasi itu secara simbolis, dan menggunakannya jika perilaku

itu bisa bermanfaat baginya.

4. Keterampilan motorik

10

Page 11: Self Efficacy (Efikasi Diri)

A) Pengertian Ketrampilan Motorik

Motorik merupakan terjemahan dari kata motor yang artinya ’dasar mekanika

yang menyebabkan terjadinya suatu gerak’. Gerak (movement) adalah suatu aktivitas

yang didasari oleh proses motorik. Proses motorik ini melibatkan sebuah sistem pola

gerakan yang terkoordinasi (otak, saraf, otot, dan rangka) dengan proses mental yang

sangat kompleks, yang disebut sebagai proses cipta gerak. Keempat unsur tersebut tidak

bisa bekerja secara sendiri-sendiri, tetapi selalu terkoordinasi. Apabila salah satu unsur

mengalami gangguan, gerak yang dilakukan dapat mengalami gangguan pula. Dengan

kata lain, gerakan yang dilakukan oleh anak secara sadar dipengaruhi oleh stimulus dari

lingkungannya (informasi verbal atau lisan, gambar, dan alat lainnya) yang dapat

direspons oleh anak.

B) Hubungan Ketrampilan Motorik dengan Self Efficacy.

Jika seseorang memiliki self efficacy yang tinggi sangat memungkinkan

seseorang itu memberi energi terhadap tubunhnya untuk menggerakkan dirinya dalam

mencapai tujuan yang diinginkannya karna dalam proses kognitif seseorang dijelaskan

oleh Bandura (1997:116) bahwa serangkaian tindakan yang dilakukan pada manusia

awalnya dikonstruk dalam pikirannya. Pemikiran ini kemudian menjadi arahan bagi

tindakan yang dilakukan manusia. Seseorang yang memiliki self efficacy rendah

cenderung tidak mampu menghadapi situasi tersebut dan meyakini dia akan gagal

sedangkan seseorang memiliki efficacy tinggi cenderung produktif dalam

kesehariaannya.

Menurut Bandura (1997:122) menjelaskan motivasi manusia dibangkitkan secara

kognitif. Melalui kognitifnya, manusia memotivasi dirinya mengarahkan tindakan

berdasarkan informasi yang dimiliki sebelumnya. Seseorang membentuk mengenai

keyakinan yang dapat dilakukan, dihindari, dan tujuan yang dicapai. Keyakinan ini

akan memotivasi individu untuk membentuk suatu hal

5. Instruksional self efficiancy

11

Page 12: Self Efficacy (Efikasi Diri)

Instruksional dalam arti dalam KBBI ialah bersifat pengajaran; mengandung

pelajaran (petunjuk, penerangan). Dalam perkembangan self efficacy, dalam tiap fase

perkembangan dibutuhkan kompetensi dari individu untuk berhasil melalui tiap fase

perkembangan tersebut. Nah dalam melalui fase-fase ini terdapat pengalaman individu

individu untuk belajar . Meskipun, tahap perkembangan yang dilalui individu tidaklah

sama. Namun, keyakinan akan kemampuan diri secara konsisten akan memberikan

pengaruh dalam tiap tahap perkembangan. Teori sosial kognitif memberikan analisis

mengenai perubahan perkembangan self efficacy sepanjang rentang hidup manusia.

Bandura (1997, hal. 164-211, dalam Mustaqim, 2011, hal. 29) membedakan fase-fase

perkembangan self efficacy menjadi beberapa tahapan :

A. Masa awal perkembangan. Pada awal perkembangannya, manusia dilahirkan tanpa

merasakan sesuatu mengenai diri (self). Bayi menjelajah pengalaman seperti melihat

dirinya menghasilkan dampak dengan tindakan yang mereka lakukan, menyediakan

dasar awal untuk mengembangkan rasa efficacy. Tangisan menghadirkan orang tua,

menggoyangkan bel, menghasilkan bunyi, dan menendang dapat menggoyangkan

tempat tidurnya. Dengan mengamati secara berulang-ulang bahwa kejadian di

lingkungannya terlihat dengan tindakan, tetapi tidak dalam ketidakhadirannya, bayi

belajar mengenai tindakan menghasilkan dampak. Bayi yang memiliki pengalaman

sukses dalam mengontrol kejadian di lingkungan membuatnya lebih memberi

perhatian terhadap perilakunya dan lebih kompeten dalam mempelajari respon

efficacy, dari pada bayi yang tidak memerdulikan bagaimana mereka berperilaku.

Perkembangan efficacy personal membutuhkan lebih dari sekedar menyadari tindakan

menghasilkan dampak. Tapi tindakan tersebut harus dianggap sebagai bagian dari diri.

Diri menjadi berbeda dari orang lain melalui pengalaman yang berbeda. Sejalan

dengan bayi yang mulai menjadi anak-anak, mereka yang berada di sekitarnya

memerhatikan dan memerlakukannya sebagai orang yang berbeda. Berdasarkan

pertumbuhan seseorang dan pengalaman sosial, mereka membentuk representasi

simbolik dari diri mereka sebagai diri yang berbeda.

B. Sumber-sumber kerluarga terhadap self efficacy. Anak kecil harus mendapatkan

pengetahuan diri (self-knowledge) mengenai kemampuan dalam area fungsi yang

lebih luas. Mereka harus membangun, menilai, dan melakukan tes terhadap

kemampuan fisik, kemampuan sosial, keahlian bahasa, dan keahlian kognitif dalam

12

Page 13: Self Efficacy (Efikasi Diri)

memahami dan mengelola banyak situasi yang mereka hadapi setiap hari.

Pengembangan bahasa mendorong anak-anak memahami pengertian simbolik untuk

merefleksikan pengalaman dan apa yang orang lain ceritakan kepada mereka,

mengenai kemampuannya, dan juga memperluas pengetahuan diri mengenai apa yang

bisa dan tidak bisa mereka lakukan. Awal pengalaman efficacy berpusat pada

keluarga. Keluarga menjadi tempat awal seorang anak mengetahui perbedaan antara

individu baik dari segi usia, perbedaan jenis kelamin, dan modelling.

C. Memperluas self efficacy melalui pengaruh teman sebaya. Pengalaman pengujian

efficacy anak-anak berubah secara substansial sejalan perpindahan mereka menuju

komunitas yang lebih besar. Dalam hubungan dengan teman sebaya, mereka

memperluas pengetahuan diri mengenai kemampuannya. Teman sebaya menyediakan

fungsi efficacy yang penting. Mereka yang paling berpengalaman dan berkompeten

menjadi model efficacy dalam berpikir dan berperilaku.

D. Pertumbuhan self efficacy melalui pengalaman transisional remaja, setiap periode

perkembangan membawa serta tantangan baru untuk coping efficacy, sebagai remaja

yang mendekati tuntutan dewasa, mereka harus belajar untuk memikul tanggung

jawab terhadap diri mereka sendiri dalam setiap dimensi kehidupan. Hal ini

memerlukan penguasaan benyak keahlian dan cara untuk berintegrasi dalam

masyarakat dewasa. Belajar bagaimana menghadapi perubahan pubertas, menjalin

hubungan secara emosional, dan persoalan seksual menjadi masalah yang sangat

penting. Tugas untuk memilih perkerjaan apa yang akan dikejar juga tampak dalam

periode ini. Remaja memperluas dan memperkuat rasa efficacy mereka dengan belajar

bagaimana untuk sukses dalam berhadapan dengan masalah yang belum mereka

hadapi dengan baik.

E. Self efficacy dalam masa dewasa. Masa dewasa awal merupakan periode ketika

seseorang harus belajar untuk menangani banyak tuntutan baru yang muncul dari

hubungan persahabatan, hubungan pernikahan, kedudukan sebagai orang tua, dan

karir pekerjaan. Seperti dalam tugas penguasaan yang lebih dulu, sebuah bentuk rasa

self efficacy berperan penting terhadap pencapaian kemampuan dan pencapaian

kesuksesan lebih lanjut. Mereka yang memasuki kedewasaan dengan sedikit dibekali

keahlian dan terganggu oleh ketidakyakinan diri menemukan banyak aspek dalam

13

Page 14: Self Efficacy (Efikasi Diri)

hidupnya penuh stress dan kemurungan. Memulai karir pekerjaan yang produktif

memberikan tantangan transisional dalam masa dewasa awal. Terdapat banyak cara

keyakinan self efficacy menyumbang terhadap pengembangan karir dan kesuksesan

dalam menguasai suatu keahlian. Pada fase awal self efficacy menentukan seberapa

baik mereka mengembangkan dasar kognisi, manajemen diri, dan keahlian

interpersonal. Keahlian psikososial menyumbang dorongan lebih kepada kesuksesan

dalam karir daripada dalam keahlian keterampilan yang bersifat teknis.

F. Menilai kembali self efficacy dalam usia lanjut, isu self efficacy dalam usia lebih tua

berpusat pada reappraisal dan misappraisal mengenai kemampuan mereka.

Bandura (1997, hal. 42, dalam Mustaqim 2008, hal. 37)  menyebutkan bahwa ada tiga

dimensi self efficacy, yaitu magnitude, generality, dan strength.

1.     Magnitude

Dimensi magnitude ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas. Apabila tugas-

tugas yang dibebankan pada individu disusun menurut tingkat kesulitannya, maka

perbedaan self efficacy secara individual mungkin terbatas pada tugas-tugas yang

sederhana, menengah atau tinggi. Individu akan melakukan tindakan yang

dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan akan tugas-tugas yang diperkirakan

di luar batas kemampuan yang dimilikinya.

2.    Generality

Dimensi generality ini berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap

kemampuan diri dapat berbeda dalam hal generalisasi. Maksudnya seseorang

mungkin menilai keyakinan dirinya untuk aktivitas-aktivitas tertentu saja.

3.      Strength

Dimensi strength ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan seseorang

terhadap keyakinannya. Tingkat self efficacy yang lebih rendah mudah digoyahkan

oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya. Sedangkan, orang yang

memiliki self efficacy yang kuat akan tekun dalam meningkatkan usahanya

meskipun dijumpai pengalaman yang memperlemahnya. 

14

Page 15: Self Efficacy (Efikasi Diri)

BAB III

KESIMPULAN

Self efficacy adalah ekspektasi- keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh

seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu. Self-efficacy

yang positif adalah keyakinan untuk mampu melakukan perilaku yang dimaksud.

Ada beberapa sumber efikasi diri yaitu : pengalaman performasi, pengalaman

vikarius, persuasi sosial dan keadaan emosi. Efikasi diri dapat juga sebagai prediktor

tingkah laku individu dan efikasi kolektif yaitu keyakinan masyarakat.

Efikasi diri dapat mempengaruhi prestasi karena efiksasi diri mendasari

keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka untuk melakukan tugas tertentu

atau menghasilkan hasil yang diinginkan. Dan bandura juga meyakini modelling juga

dapat mempengaruhi efikasi seseorang melalu proses proses belajar observasional

diantaranya : Proses Atensional,Proses Retensional, Proses Pembentukan Perilaku, dan

Proses Motivasional.

Motorik merupakan terjemahan dari kata motor yang artinya ’dasar mekanika

yang menyebabkan terjadinya suatu gerak’. Self efficacy dapat mempengeruhi proses

kognitif serta motivasi seseorang untuk menyebabkan manusia bergerrak mencapai

tujuannya.

Instruksional dalam arti dalam KBBI ialah bersifat pengajaran; mengandung

pelajaran (petunjuk, penerangan). Dalam perkembangan self efficacy, dalam tiap fase

perkembangan dibutuhkan kompetensi dari individu untuk berhasil melalui tiap fase

perkembangan tersebut dari bayi sampai usia lanjut dan dalam fase perkembangan

tersebut dapat dipengeruhi oleh dimensi self efficacy, yaitu magnitude, generality, dan

strength.

15

Page 16: Self Efficacy (Efikasi Diri)

DAFTAR PUSTAKA

S.Friedman, Howard & W.Schustack, Miriam. 2006. KEPRIBADIAN Teori Klasik

dan Riset Modern. Edisi Ke 3. Jilid 1. Diterjemahkan oleh : Fransiska Dian Ikarini,

Maria Hany, Andreas Provita Prima. Jakarta : Erlangga

S.Feldman, Robert.2012. Pengantar Psikologi. Edisi Ke10. Buku 2. Diterjemahkan

oleh : Petty Gina Gayatri, Putri Nurdina Sofyan. Jakarta : Salemba Humanika

Hergenhahn, B.R & H.Olson, Matthew.2008. Theories Of Learning. Edisi Ke 7.

Diterjemahkan oleh : Triwibowo BS. Jakarta: Prenadamedia Group

Alwisol.2014. Psikologi Kepribadian edisi revisi . Malang : UMM Press

Qia, Zakiah. 2013. SELF EFFICACY "TEORI BANDURA".

http://zakkiah.blogspot.co.id/2013/06/self-efficacy-teori-bandura.html. SELF

EFFICACY "TEORI BANDURA" . Diakses pada tanggal 12 November 2016

Damanik,Erikson.2015. Pengertian Motorik Menurut Para Ahli. http://pengertian-

pengertian-info.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-motorik-menurut-ahli.html.

Diakses pad tanggal 16 November 2016

Warsito, Hadi. 2009. HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN

PENYESUAIAN AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK ( Studi Pada Mahasiswa

FIP Universitas Negeri Surabaya ). Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang Vol

9(1): 4:19.http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi. Diakses pada tanggal 16 November 2016

Masruroh, Latifatul (2012) EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPK TEKNIK

MODELING UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFIACAY AKADEMIK SISWA :

Studi Eksperimen Kuasi di Kelas X Sekolah Menengah Atas Laboratorium Unversitas

Pendidikan Indonesia Bandung. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

16