hubungan budaya organisasi dengan kinerja pegawai …
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA PEGAWAI DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI
PROVINSI SULAWESI SELATAN
SAGU
Nomor Stambuk : 105610485314
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
SAGU. Hubungan Budaya Organisai Dengan Kinerja Pegawai Di Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. (Dibimbing oleh
Muhammadiah dan Hafiz Elfyansya Parawu).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan budaya organisasi dengan
kinerja pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan. Penelitian ini bersifat asosiatif dimana dengan mengukur hubungan budaya
organisasi dengan kinerja pegawai dan menjelaskan hubungan antar variabel yang
diteliti dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder kemudian unit analisisnya adalah pegawai
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil dari
analisis data terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y dengan keeratan
hubungan 723. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi dari model regresi
menunjukkan bahwa nilai korelasi dari hubungan variabel (X) budaya organisasi
dengan variabel (Y) kinerja pegawai adalah 0,723. Itu di tandai dengan adanya nilai
R, yaitu ,723.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidaya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja Pegawai
Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahman Rahim, MM selaku Rektor Universitas Muhammadyah
Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihlyani Malik, S.Sos, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadyah Makassar.
3. Dr. H. Muhammadiah, M.M. dan Dr. Hafiz Elfiansya Parawu, M.Si selaku
dosen pembimbing yang dengan sabar mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
vii
4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos, MPA selaku Ketua jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadyah
Makassar.
5. Para Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang selama
ini memberikan ilmunya kepada penulis serta dorongan dan semangat selalu
diberikan.
6. Orang tua yang selalu mendoakan hingga penulis sampai pada tahap ini
hingga saudara - saudariku yang selalu memberikan dukungan dan bantuan
materi.
7. Seluruh staff bagian pegawai di rumah sakit Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan yang telah memberikan bantuan dan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada Muh. Kadafit S.Pd selaku kepala desa tobalu yang senantiasa
memberikan sumbangsi pemikiran berupa motipasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Kepada kawan - kawan seperjuangan iwan, ewing, samsuddin, malik, luter,
ide, herman,suridwan, gaffar, aswan dll. Yang selalu memberikan suport,
candatawa kepada penulis.
viii
10. Kepada Saparuddin/Om Bobo dan kakanda Muh. Yusuf SE, M.Si yang selalu
memberikan suntikan motiv asi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini
11. Kepada teman - teman mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara
khususnya Kelas A 2014 yang selalu setia menjadi teman lawakan mulai dari
kita dipertemukan di semester 1 sampai kita harus dipisahkan oleh kesibukan
masing - masing disemester 8 tapi kita tetap satu.
12. Kepada orang yang tidak bisa disebutkan namanya terimakasih atas
dukungan support dan candanya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaannya skripsi ini. Atas segala kekurangan yang ada, penulis memohon
maaf
Makassar, juli 2019
Sagu
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………..… ii
Halaman Persetujuan …………………………………………………… iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ………………………….. iv
Abstrak …………………………………………………………………... v
Kata Pengantar ………………………………………………………….. vi
Daftar Isi ………………………………………………………………… ix
Daftar Tabel ……………………………………………………………… xii
Daftar Gambar ………………………………………………………….. xiii
Daftar Lampiran ………………………………………………………... xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 9
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 10
D. Manpaat Penelitian ………………………………………………. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep, Definisi dan Teori ……………………………………… 11
1. Konsep Budaya Organisasi ……………………………….… 11
2. Konsep Kinerja pegawai ………………………………….… .. 23
B. Definisi Oprasional ……………………………………………… 38
C. Hipotesis …………………………………………………………. 39
x
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian …………………...………………… 40
B. Jenis dan Tipe Penelitian ……………………….………………… 40
C. Populasi dan Sampel ……………………….……………………... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ………………….…………………… 43
E. Teknik Analisis Data ……………………….…………………….. 44
F. Teknik Pengabsahan Data ……………………….………………... 47
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian………………………………………. 52
B. Karakteristik Responden ………………………………….…..… 59
C. Hasil Penelitian………………………………………………….. . 63
D. Hasil Analisis Korelasi Sederhana……………………..…….…… 79
E. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………….….….. .. 79
V. PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….… 89
B. Saran……………………………………………………………… 89
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 ……………………………………………………………… 30
TABEL 2.2………………………………………………………………. 37
TABEL 3.1 ……………………………………………………………… 44
TABEL 3.2 ……………………………………………………………… 45
TABEL 3.4………………………………………………………………. 47
TABEL 3.5 ……………………………………………………………… 48
TABEL 4.1 ……………………………………………………………… 60
TABEL 4.2 ……………………………………………………………… 61
TABEL 4.3 ……………………………………………………………… 62
TABEL 4.4 ……………………………………………………………… 63
TABEL 4.5 ……………………………………………………………… 64
TABEL 4.6 ……………………………………………………………... .66
TABEL 4.7 ……………………………………………………………… 68
TABEL 4.8 ……………………………………………………………… 70
TABEL 4.9 ………………………………………………………………. 71
TABEL 4.10…………………………………………………………….. .73
TABEL 4.11 …………………………………………………………….. 75
TABEL 4.12 …………………………………………………………….. 76
TABEL 4.13 …………………………………………………………….. 78
TABEL 4.14 …………………………………………………………….. 79
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ……………………………………………………………... 37
Gambar 3.6 ……………………………………………………………… 50
Gambar 3.7………………………………………………………………. 50
LAMPIRAN
xiii
Lampiran 1 : Kuisioner
Lampiran 2 : 1. Tabulasi Budaya Organisasi
2 Tabulasi Kinerja Pegawai
Lampiran 3 : 1. Hasil Uji Validitas
2 Hasil Uji Reabilitas
Lampiran 4 : Analisi Data
Lampiran 5 : Dokumentasi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi merupakan elemen kemasyarakatan, yang terdiri dari
sekumpulan orang yang saling bekerjasama untuk bagaimana kemudian dapat
menjangkau tujuan yang sistematis atau terstruktur sebagaimana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Seperti halnya dengan inti daripada kemasyarakatan,
organisasi atau lembaga yang terdiri dari beberapa individu dan konteks sosial
ekonomi, budaya, dan motivasi yang berbeda. Pertemuan budaya dan
dorongan orang-orang dari berbagai konteks yang berselisih paham yang
dapat mengajak kepribadian perseorangan dan melahirkan masalah dalam dari
jalannya kelembagaan, kerena dapat membawa dampak terjadinya kontroversi
nilai-nilai perseorangan yang dapat merupakan penyebab terganggunya suatu
upaya meraih daripada orientasi organisasi tersebut. Oleh sebab itu dari setiap
organisasi perlu melahirkan nilai-nilai dan norma yang di anut bersama untuk
mengembangkan potensi didalam organisasi untuk menyamakan penafsiran
dan perbuatan serta mengubah pola fikir perseorangan ke tingkah laku
organisasi. Organisasi sebagai wadah dimana orang-orang menyatuh, kolektif
secara rasional dan sistematis, dalam mengakomodir sumber daya organisasi
secara efisien dan efektif untuk mencapai orientasi organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
1
2
Sebuah organisasi dibentuk untuk bisa mencapai suatu tujuan. Tujuan
merupakan sesuatu yang diharapkan organisasi, Tujuan organisasi dapat
berupa perbaikan pelayanan, peningkatan kualitas produk atau jasa,
peningkatan daya saing dan peningkatan kinerja organisasi. Keberhasilan
untuk mencapai tujuan tersebut, sangat di pengaruhi oleh kinerja pegawai
dalam mengoperasikan unit-unit kerja yang terdapat dalam sebuah
organisasi.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil negara (ASN) merupakan salah satu peraturan
yang menjadi titik tolak untuk berubahnya wajah birokrasi di indonesia.
Pada UU telah ditetapkan beberapa nilai dasar Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang harus dipatuhi, yakni tercantum dalam BAB II Pasal 4 yaitu
pertanggug jawaban tindakan dan kinerjanya kepada publik, memberikan
layanan kepada publik secara jujur, tanngap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna dan santun, mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
kerjasama yang tersusun tersebut dibuat untuk mengambil contoh dari
pada pola hubungan antara setiap perseorangan dan kelompok untuk saling
berhubungan di dalam atau ke luar organisasi. Contoh dari pada hubungan
tertulis diselaraskan dengan bermacam-macam ketentuan, pegangan,
norma-norma tersendiri seperti halnya penetapan dalam organisasi pola
hubungan atau interaksi tercatat dalam waktu untuk mengubah suatu
budaya secara kolektif atau menjadikan budaya di dalam organisasi yang
3
selalu mengkordinasi peserta organisasi, dengan begitu budaya organisasi
yang kuat ialah sesuatu yang dapat membentuk kinerja organisasi yang
berintegritas.
Membahas budaya organisasi adalah sesuatu fundamental bagi suatu
lembaga atau instansi dan juga termasuk rumah sakit, karena budaya
organisasi yaitu budaya-budaya yang terbentuk didalam hirarki
keorganisasian yang mewakili norma-norma pola fikir, karakter dan dianut
oleh para anggota organisasi. Prioritas budaya organisasi yaitu pengendali
roda organisasi dan arah atau tujuan dalam mengubah karakter manusia
yang membawa diri atau terlibat dalam aktivitas organisasi.
Budaya organisasi akan mengubah keadaan psikologis bagi seluru
keanggotaan, sebagaimana anggota dalam melakukan pekerjaan, dan
beradabtasi langsung dengan pimpinan maupun rekan kerja dan
mekanisme apa untuk menanggulangi dinamika, Ialah bagaimana
eksistensi dari budaya yang khas untuk setiap lembaga organisasi.
Di dalam budaya organisasi ditemukan beberapa kompromi yang
mengarah pada suatu sistem dari defenisi yang berhubungan erat,
dipercayai dari warga lembaga dan sebagai bentuk identitas lembaga
organisasi yang satu dengan yang lainnya. Budaya organisasi terdiri dari
beberapa komponen atau elemen, budaya organisasi dengan organisasi
yang lain, Dengan ini bisa dilihat dari segi komponen atau elemen budaya
organisasi atau instansi. komponen yang berkepribadian idealisme dan
4
komponen yang kepribadian.
Komponen atau elemen terdiri dari elemen penentu atau determinan
karateristik budaya organisasi dan menjadi fundamental untuk menilai
sosok budaya organisasi dan menganalogikan organisasi dengan organisasi
yang lain, dalam artian bahwa budaya organisasi adalah suatu kepercayaan
disetiap individu di dalam organisasi dimana dari setiap perseorangan yang
menurut ideologi dapat membentengi keberadaan organisasi yang
produktif kedalam dan demi mengikat dengan bersimpul pada lembaga
dan tumbuh bagaikan personalitas sekalian menjadi kapasitas untuk
beradaptasi dengan berbagai posisi atau status yang diperadapkan dengan
lembaga organisasi yang tampak dari kelakuan anggota organisasi seperti
halnnya yang tercermin dalam aktivitas keseharian di dalam ruang lingkup
organisasi.
Budaya organisasi yang kokoh merupakan budaya-budaya yang dapat
menjadi suatu ikatan untuk segenap anggotanya. Budaya berperan
semacam sistem yang wajar dan sebagai bentuk esensial pada setiap
lembaga atau organisasi dalam hal ini budaya yang menjelma menjadi
milik bersama-sama dari sekujur organisasi. Budaya organisasi ialah suatu
nilai yang dipercayai segenap warga lembaga organisasi, dipelajari,
ditumbuh kembangkan, dan bisa menjadi acuan untuk berkepribadian
didalam organisasi untuk menggapai orientasi lembaga yang sudah
direncanakan sebelumnya.
5
Budaya organisasi kuat digambarkan dari nilai pokok oleh organisasi
yang dipercayai dapat berpengaruh, diatur dengan efisien, dan dinikmati
bersama-sama secara umum. Budaya organisasi secara signifikan
mempengaruhi pekerjaan negara, penguasa dan pengelolah dan
pemerintahan daerah, setiap budaya organisasi berganti 100% maka
hendak mengikuti metamorphosis, perkembangan dalam pekerjaan
pemerintahan secara desentralisasi sebesar 20%. Arti dari substansial
penemuan ini yaitu untuk lebih memajukan pekerjaan pemerintahan yang
secara desentralisasi (untuk bisa melahirkan pemerintahan yang baik)
bahwa patut di benahi daya serap tujuan daripada budaya organisasi.
Analisis keterkaitan budaya organisasi dengan prestasi organisasi,
memprediksi atau sebagai acuan dengan menjelaskan secara spesifik apa
fungsi dari budaya organisasi sebagai tolak ukur untuk menentukan haluan
lembaga organisasi dengan memusatkan pada jalan apa untuk
mendistribusikan dan membenahi sumber daya organisasi, dan menjadi
tolak ukur untuk membahas dan memecahkan dinamika-dinamika
organisasi dengan penuh harapan di lingkungan organisasi.
Permasalahannya dengan cara apa budaya organisasi di Indonesia karena
dengan masyarakat paternalistik yang lebih banyak bergantung pada
pemimpinnya. Menurut Moeljono (2005:57) sector dunia usaha, Budaya
untuk memeriksa keleluasaan dalam tata usaha ruang masuk ke
pemerintah/pengelolah masih adanya cara pemonopolian. ketika
pemasaran atau penjualan perusahaan nasional, khususnya swasta kepada
6
asing yang selalu bekerja dengan otentik seharusnya memberikan
cerminan tehadap bagaimana lembaga organisasi pada bidang usaha di
Indonesia belum memiliki budaya lembaga organisasi yang belum
memuaskan atau beritegritas. Perusahaan multinasional (BUMN)
dihinggapi penyakit birokrasi yang condong membengkak, lambat,
congkak, dan menghiraukan kepada customer, dengan keperluan negara
yang condong mendominasi.
Di sector pemerintahan, Dalam hal kasus di Indonesia tersebut, masih
perlu di dalami secara lebih intensif pemerintahan. Hal ini sebagai hal
yang pokok atau sesuatu yang substansial apalagi dalam rangka
mengembangkan lembaga organisasi dengan itu tujuan dari pada
organisasi tersebut bisa tercapai dengan metode untuk menguatkan
kapasitas dari individu atau perseorangan secara khusus dan pada internal
organisasi pada umumnya . Kesadaran para pegawai ataupun pimpinan
akan sangat berpengaruh terhadap respon positif dari budaya organisasi
terhadap nilai produktif organisasi akan memberi dorongan yang
berpengaruh untuk membentengi, menjaga, dan menumbuhkan budaya
organisasi yang dimiliki, sehingga ini menjadi motivasi yang memberi
pengaruh untuk memajukan organisasi. Seperti yang ditemukan Kotter dan
Hesket dan Lainnya, menggambarkan bahwa organisasi berintegritas
karena di angkat oleh nilai-nilai budaya organisasi yang sangat
berpengaruh.
7
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji terkenal dengan
pelayanan yang tidak memuaskan pasien. Untuk itu, salah satu pejabat
Gubernur Sulsel Soni Sumarsono, meminta kepada Direktur RSUD
Labuang Baji untuk meningkatkan pelayanannya.Apalagi, setelah RSUD
Labuang Baji tersebut direnovasi dengan pembangunan tiga gedung baru.
Untuk itu, Soni Soemarsono pun mengharapkan Rumah Sakit Labuang
Baji bisa terus berkembang soal fasilitas dan pelayanan. Terutama, pada
sistem pengelola manajemennya karna dari segi pendaftarannya yang
terlalu lama. Maka teknik prosedurnya mau tidak mau makin terampil
daripada itu, kata Dirjen kedaulatan Daerah
Kemendagri,(Rakyatku.Com,Makassar,2018).
Sementara itu, Direktur RSUD Labuang Baji, Mappatoba mengatakan,
dengan di bangunnya gedung baru tersebut, dapat mengukuhkan RSUD
Labuang Baji sebagai rumah sakit terbaik di Sulsel. Bahkan jadi acuan
dibagian Kawasan Timur Indonesia.Dan juga sebagai catatan bagaimana
menorehkan kedisiplinan setiap pegawai di RSUD Labuang Baji Makassar
untuk lebih mewujudkan Rumah Sakit yang mandiri dengan pelayanan
kesehatan yang paripurna, profesional menggunakan teknologi tepat guna
untuk mencapai kepuasan bersama, Di sisi lain pelayanan yang bermutu
dapat terjangkau oleh masyarakat untuk lebih menambah pelayanan bagi
kesehatan masyarakat di RSUD labuang baji Makassar.
8
Pemilihan tempat atau lokasi penelitian ini di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Labuang Baji, dengan alasan bahwa visi dan misi rumah
sakit tersebut disatu sisi bertujuan untuk berlaba dan juga berfungsi
sebagai fungsi daripada kehidupan sosial. Dan alasan yang lain, objek
yang di peradabkan dengan rumah sakit adalah orng-orng yang
berhubungan dengan karakter dengan berbagai tarapan nilai moral dan
anggapan. Mengenai alasan pemilihan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai
lokasi observasian adalah, berdasarkan hasil observasi fasilitas negara dari
3 (tiga) lembaga (Bappenas, KPK, dan ICW), menempatkan Sulawesi
Selatan terburuk di Indonesia dalam dalam hal pelayanan public, dan
termasuk pula dalam pelayanan rumah sakit umum daerah kelas B (Nilai
4,75 dari skor tertinggi 10) (Harian Fajar, 23 Desember 2009 Halaman 1),
sehingga ini merupakan hal yang memikat untuk merupakan objek
tinjauan dalam hal ini RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan,
karena pelayanan memperlihatkan bagian atau dimensi privat lembaga,
yaitu integritas fungsionaris dan sistem yang berjalan didalam lembaga.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji membutuhkan
sejumlah tenaga medis untuk lebih mengajarkan total atau kuantitas unit
baru, Direktur RSUD Labuang Baji, Andi mappatoba membahasakan,
pihaknya memerlukan penambahan dokter spesialis bedah dikarenakan
total bagian ruang operasi kian lebih. Dari pihak yang memohon kepada
9
Biro Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan untuk mengakomodasi dari
kemampuan dokter yang mempunyai pengalaman sebelum penempatan di
RSUD Labuang Baji (SULSELSATU.com, MAKASSAR: 2018).
Disamping itu RSUD Labuang Baji masih kurang mengenai tenaga medis
misalnya Dokter speialis Atau Dokter ahli bedah dan juga dari segi
pelayanan yang harus di tingkatkan dan harus lebih baik lagi. Ujar Mantan
Gubernur Sul-Sel, Syahrul Yasin Limpo. Maka dengan pertimbangan di
atas maka pelitian ini mempokuskan pada bagian tenaga kerja atau tenaga
medis.
Berdasarkan uraian diatas untuk itu penulis akan melaksanakan
penelitian dengan tajuk “Hubungan Budaya Organisasi dengan kinerja
pegawai Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi
Sulawesi Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Budaya Organisasi di RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulawesi Selatan ?
2. Bagaimana kinerja pegawai di RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulawesi Selatan ?
3. Seberapa erat hubungan Budaya Organisasi dengan kinerja
pegawai di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan ?
10
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas maka,
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui budaya organisasi di RSUD Labuang Baji
makassar Sulawesi Selatan
2. Untuk mengetahui kinerja pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji makassar Sulawesi Selatan
3. Untuk mengetahui hubungan budaya organisasi dengan kinerja
pegawai di RSUD labuang baji Sulawesi Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah di uraikan di atas maka,
manfaat penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat bagi
pengembangan ilmu Administrasi Negara khususnya pada tugas
dan fungsi pegawai di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan dalam meningkatkan kinerja pegawai yang profesional.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pegawai mengenai pentingnnya budaya organisasi untuk kinerja
pegawai yang lebih profesional.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep, Definisi dan Teori
1. Konsep Budaya Organisasi
Konsep budaya organisasi bisa dikatakan masih relatif baru, Perubahan
berkisar awal tahun 1980-an kata Budaya Organisasi menginjak kepopopuleran.
Selain artikel ilmiah dan buku ilmyah, dua jurnal ilmiah yaitu Administrative
Science Quarterly (ASQ) dan Organizational Dynamic (OD) tahun 1983
melahirkan cetakan spesifik yang mengandung beberapa karya tentang budaya
organisasi serta memperkenalkan kata Budaya Organisasi dengan memakai kata
organizational culture, corporate culture,. Konsep ini, diakui teoritis organisasi,
diambil pada konsepsi kebiasaan yang kian awal mengembangkan terkait dengan
bidang antropologi.
karena, kesepakatan tentang penafsiran budaya organisasi dengan bidang
antropologi akan berkaitan dengan kerukunan penafsiran kebiasaan/budaya
dengan bidang keorganisasian. penafsiran tradisi atau budaya sudah ada yang
diinterprestasikan dari berbagai pakar tradisi atau organisasi. Menurut Susanto
(1997:25) Budaya Oganisasi merupakan suatu nilai –nilai yang menjadi pedoman
sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota
organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus
bertindak dan bertingkah laku.
10
12
Prof.Dr.H.Edy Sutrisno,M.Si. (2010) budaya organisasi merupakan suatu
kekuatan sosial yang tidak tampak,yang dapat menggerakkan orang-orang dalam
suatu organisasi untuk melakukan aktivitas yang dilahirkan, didapatkan dan di
tumbuh kembangkan oleh kumpulan orang-orang yang baru dengan mekanisme
untuk mencerna, memperhatikan, dan terlibat didalam dinamika-dinamika
tersebut. Gibson (1994:28) Memberikan pengertian budaya organisasi adalah cara
mempengaruhi orang didalam bertingkah laku, cara menggambarkan
pekerjaannya, cara bekerja dengan koleganya dan memandang masa depannya
dengan wawasan yang luas yang ditentukan oleh norma, nilai, dan
kepercayaannya.
Keterkaitan budaya organisasi dengan keektifan organisasi dikemukakan
Denison (1990:5) kalau keektifan organisasi diakibatkan oleh gabungan dari
norma-norma dan kepercayaan, aturan dan praktek dan juga pengaruhnya tersebut.
Kombinasi dari ke tiga aspek dapat di ketahui den gan kata budaya organisasi
antara lain : involvement (keterlibatan), consistency (konsistensi) dan adaptability
(adaptabilitas), dengan itu Denison (1990:15) juga berpendapat kalau organisasi
yang menampakkan kombinasi dari sifat keterlibatan, konsistensi kemampuan
beradaptasi memperlihatkan hubungan yang besar terhadap keektifan organisasi.
Budaya perusahaan yang di maksudkan Denison mempunyai pengaruh besar
terhadap keektifan kinerja suatu organisasi, dalam tiga aspek sebagai berikut :
Involvement (Keterlibatan) tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi dari
kariawan akan lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan mempunyai rasa
kepemilikan yang tinggi sehingga terbentuknya rasa kebersamaan /kolektifitas di
13
dalam suatau perusahaan.
Consistency (konsistensi) konsistensi ini menekankan adanya pengaruh positif
dengan budaya yang kuat atau yang besar terhadap keektifan perusahaan, dengan
asumsi bahwa didalam organisasi harusnya ada penekanan tertentu dan salah
satunya adalah para pegawai merasa terikat dengan nilai-nilai inti sebagai kunci
dengan adanya kejelasan yang sifatnya substansial yang harus dilakukan tersebut.
Adaptability (adaptabilitas) adabtabilitas yaitu bagaimana menempatkan
lingkungan sebagai efek yang berhubungan terhadap keektifan suatu perusahaan,
karena perusahaan tersebut dituntut untuk menyesuaikan dengan tercapainya
sasaran/tujuan perusahaan tersebut.
a. Elemen Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah nilai atau norma dari organisasi yang menjadikan
kepribadian individu didalam organisasi untuk menuju sasaran perusahaan
tersebut, dengan pengertian yang besar kepada aspek-aspek menata organisasi
dengan kepercayaan, norma, atau adat istiadat. Makin unsur-unsur organisasi
mengerti,menghormati, dan merealisasikan kepercayaan, norma atau adat istiadat,
maka semakin besar tingkatan pemahaman mereka, budaya organisasi akan
tumbuh dan mengembang. Artinya budaya organisasi yaitu kepercayaan individu
didalam organisasi akan kepribadian dengan idealistik bisa memperbesar
keberadaan organisasi baik kedalam sebagai pedoman entitas dan keluar sebagai
logo juga sebagai kemampuan untuk berhubungan dengan keadaan organisasi.
Budaya organisasi memiliki beberapa aspek, perbedaan budaya organisasi
dengan organisasi yang lain yakni pada aspek budaya organisasi, sehingga setiap
14
aspek membutuhkan kamampuan tertentu supaya adanya pemahaman terhadap
terhadap kebiasaan yang berintegritas. Beberapa pakar mendefinisikan aspek
budaya organisasi, seperti Denison (1990) norma, kepercayaan dan prinsip dasar,
dengan praktek-praktek manajemen serta perilaku. Gibson (1994) bertingkah laku,
bekerja dengan koleganya, ditentukan dasar nilai dan norma, Schein (1992) pola
asumsi dasar bersama, norma dan cara memandang, menganalisa dan
mengenangkan. Chatab (2007:112) penggerak pola perilaku, peningkat nilai
tambah, pengganti formalitas, dan mekanisme adaptasi terhadap perubahan.
Kreitner dan Kinicki (2007:112) identitas organisasi, komitmen kolektif.
Terlepas dengan adanya ketidak sepahaman dari berbagai aspek kebiasaan
perusahaan dari setiap ilmuwan, secara umum aspek budaya organisasi terdapat
dua aspek penting yakni aspek yang sifatnya idealistik dan aspek yang sifatnya
tata tingkah laku.
1. Elemen idealistik
Dari kedua aspek tersebut pada pada dasarnya tidak jelas, bagi organisasi yang
masih kecil melekat disetiap individu sebagai pengaruh, pandangan hidup, dan
norma-norma perorangan atau fungsionaris dari organisasi dan menjadi landasan
untuk menetapkan sasaran yang akan dilakukan sehari-hari di dalam organisasi.
Elemen idealistic ini dikatakan secara formalitas dalam bentuk visi atau misi
organisasi, dengan sasaran supaya ideologi organisasi selalu berkembang.
Luthans (2007:110) aspek idealistik ini harus disesuaikan dengan keteratuan
perilaku, norma, nilai, filosofi, aturan dan iklim o rganisasi, hal ini sebagai faktor
15
pendukung dan kepercayaan menjadi pedoman di ruang lingkup organisasi, dan
Robbins (2003:110) menyebutkan sebagai berinovasi dan berani mengambil
resiko menjaga status kuo dan orientasi pada manfaat. Sementara Jerald Greeberg
dan Robert A. Baron (2007:110) mengungkapkan aspek idealistik memberikan
gambaran bagi setiap individu yang harus kreatif dan mendapatkan ide baru, dapat
diperkirakan dan beriorentasi pada norma, menghargai disetiap hak individual dan
yang paling penting ialah kerja sama/ team work . Itulah sebabnya Liliweri
(1997:122) organisasi akan sukses setelah mengalami proses perubahan yang
direncanakan dengan seksama sehingga muncul kesimpulan bahwa organisasi
yang dapat melakukan perubahan dengan baik adalah organisasi yang mengikuti
proses dengan mekanisme yang sistematis/ terstruktur. Aspek ini tidak nampak
kedaratan, aspek ini sering disebut esensial di dalam budsaya organisasi yang
berisi kesungguhan ideologi tersebut kenapa organisasi dibangun/didirikan.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Victor Tan (2002:111) mengungkapkan
aspek ideal budaya organisasi memiliki unsur-unsur sebgai berikut, mindset,
emotional ground dan motivational roots. Mindset identic dengan nilai-nilai
organisasi yaitu cara padang organisasi terhadap lingkungan yang menentukan apa
yang dianggap benar dan apa yang dianggap keliru. Akan tetapi pekerja didorong
mengambil resiko, menjaga agresif dengan itu organisasi mampu menciptakan
sasaran yang jelas dan menetapkan target kinerja dengan bekerja yang secara
terkordinasi. Meskipun beberapa anggota memiliki pandangan yang beda terkait
dengan aspek idealistik budaya organisasi, dan mereka pada hakekatnya setuju
kalau didalam aspek idealistik yaitu esensial bagi budaya organisasi (core of
16
culture), dan arena itu pula budaya organisasi selalu disebutkan sebagai ruh
organisasi karena karakter dari sebuah organisasi bergantung dengan aspek
tersebut.
2. Elemen Behavioural
Behavioral adalah aspek yang tampak muncul di atas daratan didalam
kepribadian keseharian para anggota-anggota organisasi tersebut, identitas,
beradabtasi, cara berpakaian, atau cara melakukan yang dapat dimengerti pada
eksternal organisasi. Dan wujud yang lain seperti desain dan arsitektur organisasi.
Bagi orang luar organisasi, aspek ini selalu dikatan sebagai representasi dari
kebiasaan sebuah organisasi sebab aspek ini mudah di lihat, dimengerti dan
diinterpretasikan, meski interpretasinya kadang-kadang tidak sama dengan
interpretasi orang-orang yang terhubung langsung dengan organisasi.
Ketika orang luar organisasi mencoba mengidentifikasikan dan memahami
budaya sebuah organisasi, dilakukan dengan cara melihat bagaimana pegawai
perusahaan dengan tata perilaku dan budaya-budaya lain yang mereka kerjakan.
Syamsuddin (2006:75) menemukan 3 (tiga) faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja didalam organisasi ialah sebagai berikut : keterampilan, pengalaman, dan
kesanggupan. Termasuk pandangan Pasalog (2008:75) budaya yang muncul
dengan bentuk praktek-praktek pengelolaan, apakah organisasi makin bertujuan
pada kinerja untuk mencapai keektifan, dan memiliki karakteristik kompetensi,
kejelasan tujuan dan keamanan dengan lebih peduli pada kemauan pegawai, lebih
17
professional, lebih terbuka atau tertutup; dan lebih pragmatis atau normative,
sebagai tujuan organisasi kedepan.
Sementara Robbins (2003:110) mengungkapkan budaya keseharian muncul
dalam bentuk artefak, termasuk adanya kepribadian pegawai perusahaan.
Eksistensi aspek ini digambarkan pada garis vertical dua arah pada gambar
sebelah kiri, anggapan yang mendasar yang diterima apa adanya secara berturut-
turut akan berp[engaruh dengan norma-norma organisasi yang bisa diterima baik
oleh ruang lingkup internal maupun ruang lingkup eksternal organisasi.
Selanjutnya, norma-norma organisasi akan berpengaruh pada artefak dan kreasi
orang di dalam ruang lingkup internal organisasi. Dan sebaliknya artefak dan
kreasi manusia juga akan berpengaruh terhadap norma-norma organisasi dengan
tidak langsung akan berpengaruh pada anggapan yang mendasar.
Elemen budaya organisasi dan menganalisa dari dimensinya yang
menjadikannya, Schein (1992:19) mengatakan dalam 3 level:
a. Level 1 Artifacts adalah produk-produk nyata dari kelompok seperti
arsitektur lingkungan fisik, bahasa, teknologi, kreasi artistic, tata ruang, cara
berpakaian, cara berbicara, cara mengungkapkan perasaan, cerita tentang
mitos dan histori keorganisasian, daftar nilai-nilai yang dipublikasikan,
kegiatan ritual dan seremonial, serta perilaku. Untuk sasaran analisis dari
tingkatan tersebut termasuk tata kelakuan yang nampak dari gabungan dan
proses keorganisasian yang dilaksanakan secara rutin.
18
b. Level 2 values yaitu apa yang secara ideal menjadi alasan untuk bertingkah
laku. Nilai/values adalah sesuatu yang berharga untuk dimengerti, dan
dilakukan sebagai hakekat dari konsistensi organisasi. Nilai-nilai biasa
didapatkan oleh penggagas organisasi seperti perencanaan, orientasi, filosofi
serta mekanisme didalam mencapai orientasi tersebut. Bentuk nyata dari
nilai-nilai dapat berupa: filosofi; visi; disiplin kerja; sistem balas jasa; cara
berhubungan.
c. Level 3 basic underlying assumptions adalah apa yang tidak disadari, tetapi
secara aktual menetapkan terkait dengan unsur organisasi menganalisa,
berpikir, berperilaku.
Inti budaya organisasi yaitu saling berhubungan antara aspek-aspek yang
bersifat ideational dan behavioral, dimana budaya organisasi terjadi bukan
semata-mata karena hubungan salah satu aspek dengan aspekyang lain tetapi
merupakan pola dari interaksi keduanya, karena substansi kedua ide tersebut tidak
berbeda. Persamaan ini terbentuk ketika para peneliti budaya organisasi
beranggapan kalau budaya organisasi dapat dimengerti melalui komponen-
komponennya. Pengunaan komponen sebagai mekanisme untuk mengetahui
lingkup internal organisasi sudah sejak semula telah digunakan seperti Schein
(1992), dan Robbin (2003:110) juga Denison (1990) didalam penelitian budaya
organisasi, melalui kajian hubungan antara budaya organisasi dengan keektifan
organisasi dengan menganlisa budaya organisasi dalam empat dimensi yakni:
involvement, consistency, adaptability, dan mission. Bila diambil secara terpisah,
19
masing-masing komponen dari beberapa pendefinisian tersebut menggambarakan
konsep sentral tentang ukuran-ukuran kebiasaan dan keberhasilan organisasi.
Sistem yang berorientasi kearah adabtabilitas dan keterlibatan akan lebih
banyak persamaan, lebih banyak input, dan lebih jalan keluarnnya kepada kondisi
tersebut. Dengan sasaran konsisten dan tujuan yang besar untuk mengurangi
persamaan dan memberi penekanan yang lebih besar pada control dan stabilitas.
Orientasi menuju sasaran dan stabilitas ini dapat melayani dengan baik kondisi
dimana di dalam organisasi memberikan sekumpulan respon yang terbatas namun
tepat dan disesuaikan dengan lingkungan yang stabil. Padahal Robbins (1994:106)
mengartikan budaya sebagai asumsi dan sistem peran aliran aktivitas dan proses
(pola hubungan kerja) dan melibatkan orang sebagai pelaksana tugas, yang di
rancang untuk menjalankan tujuan bersama.
Meskipun dari berbagai ke empat komponen dalam kerangka ini mewakili jalur
terpisah dimana budaya organisasi mempunyai dampak positif pada keberhasilan
organisasi, namun kerangka ini beranggapan kalau kebiasaan yang efektif harus
mengafirmasikan ke empat komponen tersebut, budaya yang sama bersifat
adpaptif, tetapi lebih komitmen, merespon terhadap keterlibatan individual , tetapi
didalam konteks misi bersama yang kuat, akan menjadi paling efektif (Denison,
1990:15). Fokus dari penelitian ini didasarkan pada model budaya organisasi
dengan keempat sifat budaya yang daslam beberapa literature memiliki hubungan
dengan keektifan organisasi, antara lain: keterlibatan, konsistensi, beradaptasi,
20
(Denison 1990; Denison dan Mishra, 1995; Brown, 1995; Sorensen, 1999; Kotter
dan Heskett, 1992; Brown, 1995; Alveson, 2001).
b. Budaya Organisasi Kuat
Robbins (2001) berpendapat kalau tipe-tipe organisasi yang mempunyai
budaya organisasi yang besar yakni:
1. Unsur-unsur organisasi komitmen terhadap organisasi, mengetahui jelas
apa orientasi organisasi serta mengetahui tata perilaku yang dilihat baik
dan tidak baik.
2. Acuan untuk berperilaku bagi anggota-anggota di dalam organisasi dilihat
dengan jelas, dipahami, ditaati dan dilakukan oleh anggot-anggota didalam
keorganisasian sehingga anggota-anggota kerja kolektif.
3. Nilai-nilai yang diyakini organisasi tidak bergantung pada identitas, tetapi
dianalisa dan diaktualkan dalam kepribadian keseharian secara komitmen
oleh anggota-anggota yang melakukan pekerjaan di keorganisasian, dari
jabatan yang paling di bawah dengan manejer teratas.
4. Organisasi mengasihi tempat khusus pimpinan-pimpinan organisasi yang
tersusun dan melahirkan berbagai tingkatan dari kepemimpinan.
5. Dijumpai banyak ritual, dari yang penuh kesederhaan sampai pada ritual
yang besar mewah. Manager perusahaan selalu meluangkan waktu untuk
hadiri di kegiatan-kegiatan ritual ini
21
6. Mempunyai jejaring kebudayaan yang menambah cerita kehebatan para
pahlwannya.
S.P. Robbins (1997) budaya organisasi yang besar dimana nilai-nilai organisasi
dipgang secara intensif dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi dan
akan menopang keorganisasian dengan memberi kejelasan untuk seluruh anggota-
anggota di dalam organisasi untuk berkemajuan dengan organisasi dan
kolektivitas untuk menambahkan aktivitas usaha dalam berhadapan dengan
saingan, akan tetapi tingkat pertumbuhan dari anggota-anggota sangat bermacam-
macam.
S.P. Robbins (1997) memberikan tipe-tipe kebiasaan yang besar antara lain:
a. Menurun dari segi tingkatan keluarnya pegawai
b. Ada persetujuan yang besar di lingkup pegawai terkait dengan dipertahankan
oleh organisasi
c. Ada bimbingan khusus, kesetiaan, dan konsisten organisasi
c. Fungsi Budaya Organisasi
Tujuan budaya organisasi terkait dengan tujuan kebiasaan organisasi,yaitu
sebagai berikut:
1. Stephen P.Robbins (2001) dalam bukunya Organizational Behavior
membagi lima tujuan budaya organisasi, yakni :
a. Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, artinya budaya
menciptakan perbedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan
organisasi lain.
22
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Memudahkan mendatangkan konsisten yang besar dari pada kemauan
perorangan.
d. Mengembangkan kestabilan sistem sosial sebagai alat sosial yang
menjadikan persatuan organisasi.
e. Sebagai cara untuk mengontrol, rasional, membentuk sikap serta
perilaku pegawai.
2. Schein dalam bukunya Organizational Culture and Leadership membagi peran
budaya organisasi berdasarkan tahapan pengembangan, yaitu :
a. Tipe pertama adalah tahapan pertumbuhan suatu organisasi Pada tahapan
ini, peran budaya organisasi pada pembeda, baik dengan lingkungan
maupunkepada organisasi lain.
b. Fase pertengahan hidup organisasi Pada fase ini, budaya organisasi
berfungsi sebagai integratorkarena munculnya sub-sub budaya baru sebagai
penyelamat krisisidentitas dan memberikan waktu untuk mengarah pada
pertumbuhan budaya organisasi.
c. Fase dewasa Pada fase ini, budaya organisasi bisa menghambat dalam
berinofasi karena bertujuan pada kebesaran masa lalu dan sebagai hasil nilai
untuk kepuasan diri.
3. Robert Kreitner dan Angelo Kinicki dalam bukunya Organizational Behavior
membagi empat tujuan budaya organisasi, yaitu:
23
a. Memberikan identitas organisasi pada pegawainya.
b. Mempermudah komitmen kolektif.
c. Mempromosikan stabilitas sistem sosial.
d. Melahirkan kepribadian dengan membantu pemimpin merasakan
keberadaanya.
2. Konsep Kinerja Pegawai
Konsep Kinerja Pegawai adalah deretan prestasi yang diperoleh seorang
didalam melaksanakan tanggung jawabnya. Menurut Robbins (2003) kinerja
pegawai merupakan peran dari hubungan antara kapasitas dan daya dorong.
Dalam studi pengelolaan kerja, karyawan ada yang membutuhkan asumsi sangat
bagus karena kinerja seseorang karyawan dalam organisasi adalah bagian dari
aktivitas organisasi, Menurut Pasalog (2010:175) konsep kinerja pada dasarnya
dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (individu) dan kinerja organisasi,
aktivitas organisasi dan aktivitas organisasi mempunyai hubungan yang erat.
Istilah kinerja berasal dari kata Job performans yaitu keektifan aktivitas di
capai dari seseorang.Performans di terjemahkan menjadi kinerja, juga berarti
prestasi kerja,pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja penampilan
kerja (Organisasi Administrasi Negara :1992). Pada umumnya, kinerja diberi
batasan kemampuan karyawan di dalam melakukan aktivitas. Prawirosentono
(1999), berpendapat kinerja pegawai merupakan suatu keberhasilan yang dicapai
oleh karyawan di dalam perusahaan, sesuai dengan amanah, masing-masing,
dalam rangka upaya untuk menuju sasaran organisasi legalitas, melanggar hukum,
dan sesuai dengan moral maupun etika.
24
Menurut Miner (2001), kinerja merupakan upaya karyawan dengan harapan
bisa berperan dan berkepribadian seperti dengan amanah yang telah diberikan.
Setiap harapan terkait dengan pegawai untuk bertingkah laku didalam melakukan
tanggung jawab, dan memperlihatkan suatu fungsi didalam organisasi tersebut.
Suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi privat dalam
menggapai sasaran di tetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang
di gerakkan oleh sekelompok orang yang berinisiatif sebagai pelaku (actors)
dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi atau organisasi bersangkutan
(Suyadi Prawirosantono (1999). tercapainya suatu tujuan karna adanya
keterlibatan daripada pelaku/anngota dengan suatu organisasi tersebut. Dalam ini
menunjukkan kalau ada keterkaitan yang bagus antara kinerja individual
(individual performance) dan kinerja organisasi.
Irianto (2001:171), mengemukakan kinerja pegawai adalah prestasi yang di
dapatkan karyawan didalam menjalankan tugasnya. Keberhasilan organisasi
tergantung kinerja para actor organisasi yang bersangkutan. Sedangkan Cormick
dan Tiffin (1980), mengemukana kinerja adalah kuantitas,kualitas, dan waktu
yang digunakan dalam menjalankan tugas. Kuantitas merupakan jumlah yang
terdapat di dalam organisasi untuk berproses secara sistematis. Sedangkan
Kualitas merupakan segala macam bentuk daripada satuan ukuran jumlah hasil
kerja yang bisa dinyatakan dalam ukuran angka. Waktu kerja adalah waktu untuk
melakukan pekerjaan yang dapat dilaksanakan pada siang dan malam hari dan
tergantung di dalam aturan organisasi atau perusahaan. Dari definisi-defenisi
tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja
25
karyawan merupakan tingkat pencapain karyawan dilihat pada aspek
kuantitas,kualitas, waktu kerja dan kerja sama untuk mencapai ssasaran yang telah
di sepakati di dalam organisasi.
Miner (1990), berpendapat secara umum bisa dibagi ke dalam empat
komponen dari kinerja, yaitu sebagai berikut :
1. Kualitas didapatkan dari berbagai proses, terkait dengan perolehan ataupun
hasil kerja.
2. Kuantitas sesuatu yang berhubungan dengan jumlah atau populasi terkait
dengan perusahaan atau organisasi baik dari segi jumlah pegawai atau
dari segi jumlah penghasilan.
3. Waktu kerja, menggambarkan jumlah absen,keterlambatan serta masa kerja
yang telah di jalani seorang karyawa tersebut
4. Kerja sama, menggambarkan keharusan dari setiap pegawai terlibat
langsung dengan pekerjaan ataukah menjadi individu yang diperbudak
atas dasar kepentingan.
Menurut Robbins (1996), kinerja perolehan yang didapatkan dari anggota-
anggota di dalam organisasi. Kinerja digunakan untuk mengevaluasi dari proses
kerja sampai pada prestasi kerja dengan beberapa pertimbangan tertentu. dan
sistem adalah sumber kekuatan besar untuk mempengaruhi karyawa, Penilaian
kinerja mempunyai tujuan untuk memotivasi para karyawan dalam dalam
mencapai sasaran organisasi dalam memenuhi perilaku yang telah tentukan
sebelumnya.
26
Pendapat dari beberapa pakar di atas dapat diketahui bahwa kinerja
merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan
gambaran mengenai jalannya suatu organisasi menuju sasaran atau kinerja
merupakan salah satu tingkat keektifan sasaran dari kegiatan yang dilakukan
dibandingkan dengan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya.
Gibson (1984:38) mengatakan ada beberapa tahapan pendekatan kinerja
karyawan yaitu:
Pendekatan sasaran, untuk mengartikan dengan menindak lanjuti hingga
sampai pada tahap efektivitas adalah pendekatan yang sering dipakai. Karena
pendekatan tersebut, keadaan organisasi untuk bagaimana dalam mencapai
orientasi. Pendekatan ini menekankan peranan sentral dari keektifan
sasaransebagai ciri didalam menilai kinerja dan memiliki hubungan yang besar
dengan m,engembangkan konsep dan aktualisasi pengelolaan kondisi internal
organisasi, tetapi sulit didalam mengaktualisasikan. Alternatif terhadap
pendekatan sasaran ini adalah konsep sistem.
Pendekatan Teori Sistem. Konsep sistem menegaskan pada pengembangan
aspek dasar dengan adanya perencanaa-aktualisasi-pengeluaran dengan upaya
berhubungan dengan ruang lingkup yang besar yang menjadi dorongan organisasi.
Konsep ini menjelaskan pengaruh organisasi dengan sistem yang tinggi, dimana
organisasi terlibat didalamnya. Konsep organisasi merupakan suatu sistem yang
berhubungan dengan sistem yang lebih besar memperkenalkan tentang arti
penting pet back untuk menuju informasi menggambarkan suatu kinerja dari
27
aktualisasi atau tindakan oleh individu maupun kelompok dari suatu organisasi.
Konsep sistem juga menegaskan arti penting timbal balik dengan adanya
komunikasi.
Konsep sistem menyimpulkan: (1) Kriteria kinerja harus memberikan contoh
siklus dari masuk-proses-keluar, bukan keluaran yang sederhana, (2) Kriteria
kinerja memberikan gambaran antara pengaruh antara organisasi dan ruang
lingkup yang besar dengan kondisi organisasi tersebut. Jadi: (3) Kinerja
perusahaan yaitu konsep pembahasan yang besar termasuk jumlah teori
komponen. (4) Tugas manajerial adalah menjaga keseimbangan optimal antara
komponen dan bagiannya.
Pendekatan tercapainya sasaran (goal attainment approach), Pendekatan ini
melihat tentang tercapainya sasaran organisasi dan juga tercapainya sasaran (ends)
daripada cara atau mekanisme (means). Kriteria pendekatan yang selalu
digunakan yaitu memaksimalkan laba, memenangkan persaingan dan lain
sebaginya.
Metode manajemen yang terkait dengan pendekatan ini dekenal dengan
Manajemen By Objectives (MBO) yaitu falsafah manajemen yang menilai
keefektifan kinerja perusahaan dan pegawainya dengan cara menilai seberapa jauh
mereka mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Pendekatan system, Pendekatan ini menegaskan bagaimana untuk
mengembangkan pola kehidupan organisasi, dan baik untuk memperhatikannya
28
yaitu potensi dari orang-orang tersebut, loyalitas didalam internal organisasi dan
memperbaiki struktur organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat
berintegrasi dengan lingkungan yang darinya organisasi tersebut memerlukan
dukungan terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.
Pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan tujuan didasarkan pada
pandangan organisasi diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam teori
sistem, organisasi dipandang sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lain. Organisasi akan berjalan terarah jika
memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan memberikan motivasi untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan organisasi
mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara
menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan
diwujudkan oleh organisasi. Untuk menilai apakah organisasi itu efektif atau
tidak, secara keseluruhan ditentukan oleh apakah tujuan organisasi itu tercapai
atau tidak.
Akan tetapi, dalam kenyataan akan sangatlah sulit untuk meilhat atau
mempersamakan kinerja organisasi dengan tingkat keberhasilan dengan
pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan selain karena selalu ada penyesuain dengan
target yang akan dicapai, juga dalam proses pencapaiannya sering kali ada
tekanan dari keadaan skeliling. Kenyataan tersebut selanjutnya menyebabkan
jarang sekali target dapat dicapai secara keseluruhan. Dengan melihat organisasi
sebagai sistem, pengertian kinerja sedikit mengalami pergeseran, yaitu selain
29
berkaitan dengan aspek intern organisasi, juga berhubungan dengan aspek luar
organisasi, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan
keadaan sekeliling. Baik aspek intern organisasi (efisiensi) maupun perubahab
tersebut haruslah berkaitan dengan dinamika hubungan antar-personal suatu
sistem secara keseluruhan.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Organisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi harus mendapat perhatian yang
seriuas apabila ingin mewujudkan suatu efektivitas kinerja pegawai. Richard M
Steers (1998) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kinerja,
yaitu:
Tabel 1.1
Faktor-faktor yang menunjang kinerja organisasi Krakteristik Organisasi
Struktur
Desentrelisasi
Spesialisasi
Formulasi
Karesteristik Lingkungan
Exteren
Kekomplekan
Kestabilan
Ketidak stabilan
30
Rentang Kendali
Besarnya Organisasi
Teknologi
Besarnya unit kerja
Operasi
Bahan
Pengetahuan
Intern
Orentasi pada kerja
Pekerja sinteris
Oremtasi pada imbalan
hukum
Keaman versus resiko
Keterbukaan versus
pertahanan
Kateristik Pekerja
Keterkaitan pada organisasi
Ketertsrikan
Pemntapan kerja
Keikatan
Prestasi Kerja
Motivasi tujuan pada
organisasi
Kemampuan
Kejelasn peran
Kebijakan Dan Praktek
Manajemen
Penyusunan tujuan strategis
Pencairan dan pemanfaatan
atas sumber daya
Proses komunikasi
Kepemimpinan dan
pengambilan keputusan
Inovasi dan adaptasi
organisai
Sumber : Richard M Steers (1985:8)
Struktur merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka
menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan sebagai
bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan pola
31
interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas. Karakteristik Lingkungan,
mencakup dua aspek.
Aspek pertama adalah lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di
luar batas organisasi dan sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam
pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan
intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara
keseluruhan dalam lingkungan organisasi.
Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
kinerja. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan
tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu rganisasi menginginkan
keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan tujuan individu
dengan tujuan organisasi.
Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang
dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi sehingga
kinerja. tercapai. Kebijakan dan praktek manajemen merupakan alat bagi
pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi.
Dalam melaksanakan kebijakan dan praktek manajemen harus memperhatikan
manusia, tidak hanya mementingkan strategi dan mekanisme kerja saja.
Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan
atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses komunikasi,
32
kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan
lingkungan inovasi organisasi.
Suatu organisasi tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja organisasi, akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuannya tetapi
apabila suatu perusahaan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka tujuan yang
ingin dicapai dapat lebih mudah tercapai hal itu dikarenakan kinerja akan selalu
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Tercapainya tingkat kinerja yang tinggi perlu memperhatikan kriteria-kriteria
kinerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:46) sebagai
berikut: (1) Produktivitas. (2) Kemampuan berlaba. (3) Kesejahteraan pegawai.
Secara operasional, Suyadi prawirosentono (1999), juga mengemukakan “ kinerja
pegawai dalam suatu organisasi akan tercapai apabila kinerja pegawai dalam suatu
organisasi tersebut memenuhi kriteria mampu beradaptasi, berintegrasi, memiliki
motivasi, dan melaksanakan produksi dengan baik dan juga bertanggung jawab
dengan nilai etika dan moralitas untuk mencapai tujuan organisasi.
Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang
dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi sehingga
kinerja tercapai. Kebijakan dan praktek manajemen merupakan alat bagi pimpinan
untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam
melaksanakan kebijakan dan praktek manajemen harus memperhatikan manusia,
tidak hanya mementingkan strategi dan mekanisme kerja saja. Mekanisme ini
meliputi penyusunan tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan atas sumber
33
daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan
pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan inovasi
organisasi. Suatu organisasi tidak memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja organisasi, akan mengalami kesulitan dalam mencapai
tujuannya tetapi apabila suatu perusahaan memperhatikan faktor-faktor tersebut
maka tujuan yang ingin dicapai dapat lebih mudah tercapai hal itu dikarenakan
kinerja akan selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Dengan pemikiran kriteria kinerja pegawai tersebut maka kriteria pengukuran
kinerja pegawai yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria kinerja yang
dikemukakan oleh Suyadi (2008: 27) yaitu : Efektivitas, Tanggung Jawab,
Disiplin dan Inisiatif. Maka akan di jabarkankan sebagai berikut :
Efektivitas, menggambarkan tingkat penggunaan sumber daya manusia
(tenaga,uang,teknologi,bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan
hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya, dikatakan efektif jika
berhasil memenuhi kebutuhan para kliennya dan Rumah Sakit itu efisien jika jika
ia dapat hal itu dengan biaya yang rendah.Robbins (2005: 27)
Tanggung Jawab, Hak karyawan untuk menjalankan mesin sesuai dengan job
deksnya, Orang yang terlibat dalam organisasi adalah mereka yang mengaanut
paham tentang tanggung jawab kepada diri maupun kepada orang lain terutama
dalam lingkup organisasi.
Disiplin, Merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang di
yang telah menjadi aturan dan harus memiliki kemampuan menaati aturan tersebut
34
demi terwujudnya kedisiplinan terutama pada rana organisasi atau perusahaan,
lebih mengacu juga pada disiplin karyawan untuk menaati dan menghormati
perjanjian dengan perusahaan, atau borganisasi dimana dia bekerja.
Inisiatif, adalah hal yang berkaitan dengan kreativitas dalam bentuk suatu ide
dengan berhubungan langsung dengan perusahaan. Inisiatif karyawan merupakan
daya dorong kemajuan dan mempengaruhi kinerja dari pada karyawan tersebut
dan juga pada kinerja organisasi/perusahaan, inisiatif seseorang berkaitan dengan
daya fikir dan identik kreativitas, dan seharusnya inisiatif mendapat perhatian atau
tanggapan positif dari atasan, kalau memang dia atasan yang baik.
4. Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja
Budaya organisasi kerap kali digunakan sebagai alat dan kunci untuk
keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian strategi usaha organisasi. Dengan
kata lain, terdapat kecenderungan pada budaya organisasi sebagai suatu tonggak
atau pondasi yang harus dimiliki organisasi, dimana budaya organisasi akan
menentukan kontinuitas kinerja organisasi dalam jangka panjang maupun jangka
pendek. Manfaat besarnya adanya budaya organisasi adalah dimana anggotanya
atau karyawan dapat terfokuskan dan tercurahkan segala perhatian pada system
nilai-nilai yang ada dan berlaku di dalam organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut
akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja, sehingga
akan menjadi kinerja individual. Hal ini telah dinyatakan sebelumnya oleh
Robbins (2005) budaya organisasi yang kuat sangat diperlukan untuk memastikan
bahwa semua orang yang berada di dalam organisasi diarah kan kesuatu
35
pandangan arah yang sama. Selain itu Luthans (2006) melihat budaya organisasi
memberikan arah dan memperkuat standar perilaku untuk mengendalikan pelaku
organisasi agar melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektiv
dan efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah disepakati
bersama.
Budaya organisasi yang kondusif menciptakan kinerja pegawai yang unggul,
karena budaya yang kuat berkaitan tingkat motivasi yang tinggi dalam diri
anggota organisasi, memberikan struktur dan control yang dibutuhkan, juga
mendorong semua anggota organisasi mempunyai komitmen terhadap kemajuan
organisasi. Penelitian oleh Denison 1990; Janovics et al., 2006; dan Roldan and
Bay, 2009, menyajikan empiris penelitian untuk mencirikan fenomena budaya
organisasi dan dampaknya terhadap proses dan hasil organisasi, terutama pada
kinerja pegawai dalam berbagai konteks organisasi.
Denison (1990), dan Kotter dan Heskett (1992), keberhasilan perusahaan
bukan sekedar mempunyai budaya yang kuat tetapi budaya yang kuat tersebut
harus cocok dengan lingkungannya. Pendapat ini didukung oleh Schein (1992:51)
bahwa peran budaya adalah untuk mengintegrasikan lingkungan internal dan
beradaptasi dengan lingkungan eksternal, dan secara internal budaya organisasi
harus selaras dengan strategi, struktur dan teknologi, sistem dan nilai-nilai dan
individu dari anggota organisasi, sehingga dapat menciptakan hubungan budaya
organisasi dengan kinerja yang mengedepakan nilai-nilai suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut.
36
a. Kerangka Pikir
Tabel 1.2
Kerangka Pikir
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan
Indikator : Budaya Organisasi
(Desion: 1990: 5)
1. (Keterlibatan) involvement
2. (Konsistensi) consistency
3. (Adaptabilitas) adabtability
Indikator : Kinerja
(Suyadi: 2008: 27)
1. Efektivitas
2. Tanggung Jawab
3. Disiplin
4. Inisiatif
Peningkatan Kinerja Pegawai di RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan
37
B. Definisi Operasional
1. Variabel Budaya Organisasi ( X )
Budaya organisasi adalah sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values),
keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (asumption), atau norma-
norma yang telah lama berlaku di sepakati dan di ikuti seluruh anggota
organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah di
dalam organisasi.Dengan indikator sebagai berikut :
a. Involvement (Keterlibatan) adalah salah satu variabel yang dapat
digunakan untuk memprediksi kondisi di dalam organisasi, seperti
tingkat absenteeism dan turnover.
b. Consistency (Konsistensi) adalah fokus pada suatau bidang yang mana
kita tidak akan berpindah menuju bidang lain sebelum pondasi bidang
pertama benar-benar kuat.
c. Adabtability (Adaptabilitas) adalah tingkat keefektifan budaya organisasi
dalam menghadapi tantangan - tantangan yang ada dan merespon
perubahan- perubahan yang akan di lakukan.
2. Variabel Kinerja Pegawai ( Y )
Kinerja Pegawai adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
amanah, tanggung jawab yang di bebankan kepadanya.Dengan beberapa
indikator sebagai berikut :
38
a. Efektivitas merupakan hasil dari pencapaian dari suatu organisasi yang
sudah terencana sebelumnya dengan menopang proses untuk lebih
mewujudkan dari pada tujuan organisasi.
b. Tanggung Jawab atau wewenang adalah sesuatu yang berupa amanah
yang telah didelegasikan dengan baik sehingga tidak tumpang tindih di
dalam mengemban tugas pegawai atau tugas karyawan apa yang menjadi
hak dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
c. Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri
pegawai atau karyawan terhadap peraturan dan ketetapan yang berlaku di
perusahaan atau rumah sakit.
d. Inisiatif adalah hal yang berkaitan dengan ide dimana ide ini membentuk
suatu kreatifitas yang berupa kontribusi karyawan atau pegawai kepada
perusahaan ataupun organisasi
C. Hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai di
Rumah Sakit Daerah Labuang Baji Sulawesi Selatan
Ha = Ada hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai di
Rumah Sakit Daerah Labuang Baji Sulawesi Selatan.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan.
Sedangkan lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Jalan. Dr. Samratulangi No. 81 Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan
lokasi penelitian tersebut dengan asumsi bahwa tujuan daripada Rumah sakit
tersebut disatu sisi bertujuan berlaba dan di sisi lain berperan sosial, Dengan
pertimbangan yang lain, objek yang di hadapi Rumah Sakit adalah orang-orang
yang berhubungan langsung dengan kepribadian sebagai produk dari nilai dan
asumsi. Dan berdasarkan hasil survey pelayanan publik dari 3 (tiga) lembaga
Bappenas, KPK, dan ICW, dalam (Harian Fajar, 23 Desember 2009 Halaman 1)
menempatkan Sulawesi Selatan kurang baik dalam hal pelayanan publik,
termasuk pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan publik di rumah sakit
labuang baji sulawesi selatan. Sehingga ini menjadi hal yang menarik untuk
menjadi objek kajian karena pelayanan menunjukkan aspek internal organisasi,
yaitu perilaku aparat dan proses yang berlangsung dalam organisasi.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian
survey. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya organisasi dan kinerja
pegawai dengan hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai di
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Sulawesi Selatan. Sekaligus pula guna
40
40
menguji teori-teori terkait dengan budaya organisasi dan kinerja pegawai
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan filsafat
positivisme sebagai dasarnya, untuk meneliti jumlah populasi dan sampel,
menggunakan instrument penelitian dalam pengumpulan datanya demi menguji
hipotesis yang terdapat didalamnya.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah secara keseluruhan yang meliputi objek maupun
subjeknya yang memiliki kualitas serta karakteristik yang tentunya dapat
diterapkan dalam penelitian ini yang kemudian dapat ditarik sebuah
kesimpulannya. Jumlah populasi pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang
Baji Provinsi Sulawesi Selatan adalah berjumlah 773 orang.
Sampel ialah sebagian dari banyaknya jumlah atau karakteristik yang ada
didalam populasi. Sampel diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian.
Sampel diambil dengan pertimbangan bahwa populasi yang diambil terlalu besar
dan tidak mungkin diambil secara keseluruhan mengingat kurangnya dana, tenaga
dan waktu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro
Yamane :
41
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Persentasi kelonggaran ketelitian karena kesalahan penetapan sampel.
Jumlah sampel yang akan peneliti pilih adalah 89 orang, Dengan teknik sampling
yang dipakai berjenis Simple Random Sampling karena anggota yang dijadikan
sampel yang diambil dari jumlah keseluruhan populasi diambil secara acak tanpa
mengatur strata yang ada didalam populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung atau melakukan
pengamatan tentang objek yang akan diteliti, melihat dan mencatat langsung
kejadian yang nyata yang telah diamati, serta waktu dan tempat melakukan
observasi tersebut.
2. Kuesioner (Angket)
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan atau berupa pernyataan yang ditulis
guna mendapatkan informasi dari responden. Kuesioner berupa pertanyaan atau
pernyataan yang digunakan oleh penelitian ini demi membantu 89 orang
responden untuk menjawab dan mengisi kuisioner dengan mudah dan cepat, serta
memudahkan peneliti untuk mengalisis datanya terhadap kuisioner yang telah
terkumpul nantinya. Kuisioner didalam penelitian ini menggunakan bentuk
checklist atau memberikan tanda centang () dikolom yang telah disediakan.
42
Peneliti membuat 2 (dua) buah kuesioner untuk penelitian ini, satu kuisioner
untuk memperoleh data terkait profesionalisme (variabel X) dan satu kuesioner
untuk memperoleh data terkait kinerja pegawai (variabel Y). Kedua kuisioner
tersebut peneliti berikan kepada 89 orang responden yang berada di RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi salah satu teknik untuk mengumppulkan data yang diperoleh
dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian dan
yang berkaitan terhadap masalah yang akan diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Data yang didapatkan dari kuesioner (angket) akan diolah dengan
menggunakan statistik sebagai alat analisis data. Dalam teknik analisis, data yang
dihasilkan dari lapangan dengan mengandalkan instrument yang telah disiapkan
oleh peneliti. Nilai variabel yang diukur menggunakan sebuah instrument yang
sudah ditetapkan dan dapat dinyatakan dalam wujud angka yang hasilnya akurat,
efisien, dan komukatif.
Skala likert yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi 89 orang responden di rumah sakit Labuang Baji Makassar tentang
masalah kebiasaan lembaga dengan kinerja pegawai. Ada 5 (lima) pilihan jawaban
pada setiap item pertanyaan yaitu :
a. Sangat setuju : 5
b. Setuju : 4
c. Ragu – ragu : 3
43
d. Tidak setuju : 2
e. Sangat tidak setuju : 1
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis data, yaitu:
1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ialah penjabaran atau penggambaran terhadap nilai statistik
yang digunakan dalam mengalisis tanpa adanya sebuah kesimpulan yang bersifat
umum atau generalisasi. Termasuk dalam statistik deskriptif adalah berupa tabel
tentang perhitungan modus, median, mean, perhitungan penyebaran data melalui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, serta perhitungan persentase (%).
Penentuan persentase dari perolehan data hasil kuesioner dari masing-masing
variabel menggunakan rumus perhitungan persentase:
% = x 100%
Keterangan rumus:
n = Skor yang diperoleh
N = Skor ideal
% = Persentase
Data yang sudah dipersentasekan kemudian diartikan dengan menggunakan
kalimat yang sesuai dengan bahasa kuantitatif, berikut penggolongannya dalam
Tabel 3.1:
44
Tabel 3.1
Kriteria Jawaban Responden
Persentase Jawaban Tafsiran Kualitatif
80% - 100%
60% - <80%
40% - <60%
20% - < 40%
0% - < 20%
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Tidak Baik
Sumber : Arikunto, 2010
2. Teknik Analisis Korelasi Sederhana
Rumusan masalah dan hipotesis dalam penelitian ini dapat dikategorikan
assosiatif, sehingga dapat dianalisis melalui teknik analisis korelasi sederhana
dengan menggunakan rumusan korelasi Pearson Product Moment (Pearson
Correlation), guna mengukur eratnya hubungan yang ada diantara hasil
pengamatan yang didapatkan dari populasi yang memiliki dua variabel (bivariate),
yaitu variabel budaya organisasi dan kinerja pegawai.
Analisis korelasi dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan software
SPSS version 20. Guna memberi interpretasi terhadap kuatnya korelasi yang
terjadi maka digunakan pedoman sebagaimana yang tertera pada Tabel 3.2:
45
Tabel 3.2
Interpretasi Koefisien Kolerasi Nilai
Interval Koefisien Tingkat Korelasi 0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono, 2013
F. Teknik Pengabsahan Data
Adapun teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ialah :
1. Uji Validitas
Validitas konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity) akan
dilakukan oleh penenliti utnuk menguji apakah konstruk atau karakteristiki
(variabel laten) dalam penelitian ini yaitu variabel budaya organisasi dan kinerja
pegawai dapat diukur secara akurat oleh indikator-indikatornya. Peneliti akan
melakukan uji validitas dengan menggunakan bantuan software SPSS version 20.
Disasarkan bahwa responden penelitian ini adalah berjumlah 89 orang
responden yang diambil secara acak, maka pengujian validitas cukup dengan
membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel product Moment (terlampir).
Jika nilai rhitung ≥rtabel maka indikator atau pernyataan kuisioner dikatakan
valid, begitu pula sebaliknya.
Adapun hasil uji validitas dari variabel budaya organisasi (X) dan variabel
kinerja pegawai (Y) sebagai berikut :
1. Uji validitas
46
Uji validitas digunakan melihat bagaimana ketepatan alat pengukur dapat
mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Dalam analisis ini item
dikatakan valid pasti reliabel. 24 item tersebut semua valid. Untuk mengetahui
tingkat validitas dapat dilihat korelasi antara skor item dengan skor total item
(nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung lebih besar
dari nilai r tabel atau r hitung > nilai r tabel ( pada taraf signifikansi 5% ) maka
item tersebut adalah valid (Riduwan dan Sunarto, 2015). Pengujian validitas dapat
dilihat pada tabel 3.4 secara lengkap berikut ini :
a. Hasil uji validitas variabel budaya organisasi (X)
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Variabel Budaya(X)
No Variabel r hitung r tabel Keterangan
1. B1 0,71 >0,17 Valid
2. B2 0,75 >0,17 Valid
3. B3 0,37 >0,17 Valid
4. B4 0,65 >0,17 Valid
5. B5 0,49 >0,17 Valid
6. B6 0,68 >0,17 Valid
7. B7 0,68 >0,17 Valid
8. B8 0,76 >0,17 Valid
9. B9 0,43 >0,17 Valid
10. B10 0,57 >0,17 Valid
11. B11 0,62 >0,17 Valid
12. B12 0,73 >0,17 Valid
Sumber: data primer yang diolah 2019
47
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen dari kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan variabel
budaya organisasi yaitu dinyatakan valid.
b. Hasil uji validitas variabel kinerja pegawai (Y)
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja (Y)
No Variabel kinerja r hitung r tabel Keterangan
1. K1 0,53 >0,17 Valid
2. K2 0,65 >0,17 Valid
3. K3 0,60 >0,17 Valid
4. K4 0,53 >0,17 Valid
5. K5 0,68 >0,17 Valid
6. K6 0,67 >0,17 Valid
7. K7 0,43 >0,17 Valid
8. K8 0,49 >0,17 Valid
9. K9 0,59 >0,17 Valid
10. K10 0,68 >0,17 Valid
11. K11 0,56 >0,17 Valid
12. K12 0,32 >0,17 Valid
Sumber: data primer diolah 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rhitung > rtabel maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen dari kuesioner yang digunakan untuk menjelaskan
variabel kinerja pegawai yaitu dinyatakan valid.
48
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas konsistensi internal (internal consistency) akan dilakukan oleh
peneliti untuk menguji konsistensi butir-butir yang ada pada kuesioner penelitian
dengan teknik Bela Dua (Split Half) dari Sperman Brown. Peneliti akan
melakukan uji reliabilitass dengan menggunakan bantuan software SPSS version
20. Pengujian realibilitas cukup dengan membandingkan ralpha dengan nilai 0,70.
Jika ralpha > 0,70 maka indikator atau pernyataan kuisioner dikatakan reliabel,
begitu pula sebaliknya.
Adapun hasil uji reliabilitas dari variabel budaya organisasi (X) dan variabel
kinerja pegawai (Y) sebagai berikut:
1. Uji reliabilitas
a. Hasil uji reliabilitas variabel budaya organisasi (X) Tabel 3.6
Hasil Uji Realibilitas Variabel Budaya (X)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,864 12
Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha dari semua
variabel > 0,70 maka ditarik kesimpulan bahwa instrumen dari kuesioner yang
digunakan untuk menjelaskan variabel budaya dinyatakan handal atau dapat di
percaya.
49
b. Hasil uji reliabilitas variabel kinerja (Y)
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliability variabel Kinerja
Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s Alpha dari semua
variabel > 0,70 maka ditarik kesimpulan bahwa instrumen dari kuesioner yang
digunakan untuk menjelaskan variabel kinerja dinyatakan handal atau dapat di
percaya.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,809 12
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan
terletak di jalan Dr. Ratulangi No. 81 Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
dengan luas tanah ± 14.402 m2 (Hasil pengukuran BPN, tanggal 1 Desember 2004
sesuai sertifikat) dan luas bangunan 22.738,1 m2.
1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan
Rumah sakit umum labuang baji didirikan oleh Zending Gereja Geroformat
Surabaya, Malang dan Semarang sebagai Rumah Sakit Zending, yang diresmikan
pasa tanggal 12 juni 1938 dengan kapasitas 25 buah tempat tidur. Tahun 1946-
1948 Rumah Sakit Umum Labuang Baji mendapat bantuan dari Pemerintah
Indonesia Timur (NIT), dengan merahibilitasi gedung-gedung yang hancur akibat
perang, dan digunakan untuk penampungan korban akibat perang tersebut. Sejak
tahun 1955 Rumah Sakit Labuang Baji dibiayai oleh Pemerintah Daerah Tingkat I
Sulawesi Selatan dan dikelola oleh dinas kesehatan Provinsi Dati I Sulawesi
Selatan dengan klasifikasi Rumah Sakit Kelas C. Terhitung mulai tanggal 16
Januari 1996 melalui peraturan Daerah Propinsi Dati I Sulawesi Selatan Nomor 2
Tahun 1996 kelas Rumah Sakit ditingkatkan menjadi Rumaha Sakit Kelas B
NonPendidikan.Peraturan tersebut disahkan oleh Menteri Dalam Negeri pada
tanggal 7 Agustus 1996.
52
53
2. Visi – Misi, Tujuan, Motto, Falsafah, dan Nilai pada Rumah Sakit
Umum Labuang Baji
1. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji “Rumah Sakit
Unggulan se-Sulawesi Selatan”
2. Misi Rumah Sakit Umum Labuang Baji
a. Mewujudkan Frofesionalisme SDM
b. Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit
c. Meberikan Pelayanan Prima
d. Efisiensi Biaya Rumah Sakit
e. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan
3. Tujuan Rumah Sakit Umum Labuang Baji
Memberikan Kepuasan kepada Semua pelanggan agar tercipta citra baik
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji.
4. Motto Rumah Sakit Umum Labuang Baji
S I P A K A B A J I” : Siap Dengan Pelayanan Komunikatif, Bermutu,
Aman, Jujur dan Ikhlas.
5. Falsafah Rumah Sakit Umum Labuang Baji
Bahwa kesehatan Jasmani maupun Rohani merupakan hak setiap
orang; oleh karena itu rumah sakit berusaha untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik kepada masyarakat, baik bersifat penyembuhan,
pemulihan, pencegahan maupun peningkatan serta ditunjang oleh kualitas
daya manusia yang memadai.”
6. Nilai-nilai pada Rumah Sakit Umum Labuang Baji
54
a. Kejujuran
b. Kerjasama
c. Tanggung jawab
d. Kesetiaan
e. Disiplin
3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Labuang Baji
a. Kedudukan
RSUD Labuang Baji adalah lembaga teknis daerah yang dipimpin oleh
seorang Direktur, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah.
b. Tugas Pokok RSUD Labuang Baji mempunyai tugas:
a) Melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan
berhasilgunadengan mengutmakan upaya penyembuhan,
pemulihan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya
peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.
b) Melaksankan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan
Rumah Sakit.
c. Susunan organisasi Badan RSUD Labuang Baji terdiriatas:
i. Direktur
ii. Wakil direktur Medik dan Keperawatan
iii. Wakil Direktur Umum, Sumber Daya Manusia & Pendidikan
iv. Wakil Direktur Keuangan
v. Bidang Pelayanan Medik
55
vi. Bidang pelayan Keperawatan
vii. Bidang Fasilitas Medik dan Keperawatan
viii. BagianUmum
ix. Bagian Sumber Daya Manusia
x. Bagian Pendidikan danPenlitian
xi. Bagian Perencanaan DanAnggaran
xii. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana
xiii. Bagian Akutansi
xiv. Sub Bagian
xv. Seksi
4. Masalah serta Langkah dan Kebijakan yang dilakukan pada Rumah
Sakit Umum Daerah Labuang Baji
1. Adapun masalah pokok yang perlu ditindaklajuti pada RSUD Labuang
Baji mendatang diantaranya:
a. Sarana dan Prasarana rumah saki yang masih sangat terbatas
b. Kualitas sumber daya manusia yang masih perlu ditingkatkan
2. Berdasarkan urutan prioritas masalah diatas, maka diambil langkah
dan kebijakan sebagai berikut:
i. Peningkatan saran dan prasarana rumah sakit berupa
penambahan ruang perawatan dan perluasan ruang administrasi
serta melengkapi peraltan medis dan non medis yang telahada.
ii. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan jalan
mengikut sertakan petugas/tenaga kesehatan dalam pendidikan
56
dan pelatihan dan seminar/simposium dengan harapan petugas
dapat menjalankan tugas lebih profesional dengan memberikan
pelayanan prima dan maksimal kepada masyarakat pengguna
jasapelayanan.
5. Upaya Pelayanan Kesehatan pada RSUD Labuang Baji
1. Ketatausahaan
a . Pelayanan Administrasi yaitu pelayanan yang dilakukan dalam
hal persuratan dan pendataan terhadap pasien yang akan
menggunakan jasa layanan pada RSUD Labuang Baji serta
hal-hal yang berkaitan dengan proses administrasi itusendiri.
b. Pengembangan Sumber Daya Manusia yang biasa di
laksanakan dalam bentuk pemberian pelatihan bagi pegawai
yang berada dalam rumah sakit baik tenaga medis maupun
nonmedis
c. Pemantapan Administrasi dan Manajemen, dalam hal ini
pemantapan jalur koordinasi antar pegawai dalam struktur
organisasi di rumahsakit
d. Pelaksanaan Protap secarautuh
2. Pelayanan Dasar
a. Pelayanan pokok,antara lain:
i. Pelayanan pada poliklinik spesialistik yaitu pelayanan kepada
pasien di RSUD Labuang Baji (Rawat Jalan). Fasilitas
57
pelayanan medik untuk intstalsi rawat jalan dalam hal ini
poliklinik terdiri ata 18 bagianpoliklinik.
ii. Pelayanan Rawat Inap yaitu pelayanan yang diberikan
kepada pasien yang dirawat/opname di RSUD Labuang Baji.
Kapasitas Perawatan Rawat Inap di RSUD Labuang Baji
terdiri dari 14 ruangan perawatan umum dan 6 ruangan
perawatan khusus (Ruang Bedah Sentral, Bedah
Kebidanan/Kandungan, Perawatan/ RPK, Rawat Intensif,
Hemodialisa, Kamar Bersalin.
iii. Pelayanan Rawat Darurat. Instalasi Rawat Darurat (IRD) melayani
penderita yang tergolong rawat darurat selama 24 jam, namun
tidak menutup kemungkinan merawat penderita yang bukan gawat
darurat. IRD dipimpin oleh seorang dokter Spesialisasi Bedah dan
dibantu oleh dua orang dokter umumsebagai kepala unit bedah dan
kepala unit non-bedah. Ruang Instalasi Rawat Darurat (IRD) terdiri
dari 13 ruangan perawatan medis yang sesuai dengan fungsinya
masing- masing.
iv. Pelayanan Intensif (ICU). Ruangan Instalasi Rawat Intensif
saat ini tersedia kapasitas tempat tidur sebanyak 8 (delapan)
buah tempat tidur, dengan komposisi tenaga yang menangani
pelayanan perawatan intensif yaitu sebanyak: 1 (satu) orang
dokter ahli anastesi, 7 (tujuh) orang perawat terlatih rawat
intensif dan 1(satu) orangperawat.
b. Pelayanan Penunjang antara lain:
58
i. Pelayanan Laboratorium merupakan bagian teknis rumah sakit
yang melayani masalah hasil pemeriksaan dari pasien baik
dari segi klinik maupun anatomi dari hasil proses bedah.
Instalasi laboratorium terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu bagian
patologi klinik dan bagian patologianatomi.
ii. Pelayanan Radiologi atau Instalasi Radiologi memberikan
pelayanan selama 24 jam. Jenis pelayanan yang dapat
diberikan berupa: Rontgen Photo dengan atau tanpa Kontras,
UGD, Dental Photo dan CT-Scan.
iii. Pelayanan Farmasi atau Instalasi Farmasi mempunyai
kegiatan peracikan, penyimpanan dan penyaluran obat-
obatan, gas medis serta bahan kimia. Selain itu instalasi ini
pun senantiasa melakukan penyimpanan, dan penyaluran alat
kedoteran, alat perawatan dan alat-alat kesehatan yang
dilkukan oleh tenaga/ pegawai dalam jabatan fungsional.
Pelayanan Farmasi oleh Instalasi Farmasi diberikanselama
jam kerja. Diluar jam kerja, kebutuhan obat bagi pasien
dilayani oleh Apotik Rawat Jalan/IRD.
iv. Instalasi Gizi, melayani proses penediaan makanan mulai dari
bahan mentah hingga siap dikonsumsi baik oleh pasien
maupun karyawan rumah sakit. Kegiatan di Instalasi Gizi
terdiri atas kegiatan pengadaan makanan, kegiatan
59
penyuluhan dan konsultasi gizi serta kegiatan pelayanan gizi
di ruang perawatan.
v. Instalasi Pemeliharan Sarana Rumah Sakit (IPSRS), bertujuan
dalam hal pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana
rumah sakit.
vi. Intalasi Sanitasi lingkungan guna menunjang prasarana air
baik dari PAM, sumur BOR, dan sumur artesis. Selain itu
instalasi ini juga mengurusi tentang ketersediaan tenaga
kelistrikan dari PLN maupun yang dikelola oleh rumah sakit
itu sendiri (diesel/genset).
vii. Instalasi Limbah, yang ditujukan untuk pengolahan sisa dari
pemakaian di rumah sakit termasuk sampah dan septitank.
B. Karakteristik Responden
Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh selama
penelitian yang telah dilakukan di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan. Data ini diperoleh melalui kusioner yang di distribusikan kepada 89
orang sebagai responden di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
Penyajian data meliputi data-data tentang identitas responden dan distribusi
jawaban pegawai terhadap pertanyaan yang akan diajukan yang akan diuraikan
dalam tabel frekuensi.
1. Deskripsi Data identitas Responden
60
Pada penelitian ini yang menjadi responden yaitu 89 responden
yang mewakili dari populasi di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan.
a) Responden pegawai
1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan responden yang merupakan
bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi yang adadi RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan, Hal ini bisa di lihat dari tabel
4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Kategori Frekuensi Persentase(%)
1. Laki-laki 31 35.00
2. Perempuan 58 65.00
Total 89 100
Sumber: data primer,2019
Dari data pada tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pegawai laki-
laki yang menjadi responden adalah 31 orang (35%) dan pegawai
perempuan sebanyak 58 orang (65%).
2. Identitas Berdasarkan Umur
61
Pada penelitian ini, pegawai yang menjadi responden berada pada
tingkatan umur yang berbeda-beda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2
Distribusi Responden berdasarkan Umur
No. Kategori Frekuensi Persentase(%)
1. 20-25 8 9,0
2. 26-30 33 37.0
3. 31-35 17 19,0
4. 36-40 23 26.0
5. >45 8 9.0
Total 89 100 Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel diatas, pegawai yang paling banyak adalah pegawai
yang berada pada kelompok umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 33 orang (37,0%),
kemudian kelompok umur 36-40 tahun yaitu sebanyak 23 orang (26,0%),
sedangkan kelompok umur 31-35 tahun sebanyak 17 orang (19,0%) dan
kelompok umur 20-25 sebanyak 8 orang (9,0%), dan >45 ke atas sebanyak 8
orang (9,0).
3. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan
Pegawai yang menjadi responden dalam penelitian ini berasal dari latar
belakang yang berbeda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatable 4.3
berikut ini:
62
Tabel 4.3:
Distribusi Responden Berdaarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang) Presentase (%)
1. SMA/Sederajat 18 32
2. Diploma 2 4
3. Sarjana 33 59
4. Pasca Sarjana 3 5
Jumlah 89 100
Sumber: data primer,2019
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahawa pegawai yang
menjadi responden dalam penelitian ini dengan tingkat pendidikan sarjanan
adalah 33 orang (59%), kemudian tingkat SMA/Sederajat adalah 18 orang (32%),
dan tingkat pendidikan diploma adalah 2 orang (4%), serta tingkat pendidikan
dengan pasca sarjana adalah sebanyak 3 orang (5%).
4. Identitas Berdasarkan Golongan
Pada penelitian ini, pegawai yang menjadi responden berada pada
tingkatan umur yang berbeda-beda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.4dibawah ini:
63
Tabel 4.4
Tenaga PNS Menurut Golongan
No. Golongan Jml. Tenaga 1 Ia-Id 23
2 IIa-Iid 227
3 IIIa-IIId 430
4 IVa-Ivd 93
Total 773
Sumber: Data Primer,2019
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa pegawai di RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan mayoritas berada pada golongan
tingkat IIIa-IIId yaitu sebanyak 430 orang, kemudian pada golongan IIa-IId
sebanyak 227 orang , dan pada golongan Iva-Ivd sebanyak 93 orang, serta
untuk pegawai pada tingkat golongan Ia-Id sebanyak 23 oraang.
C. Hasil Penelitian
1. Hasil analisis deskriptif varaibel budaya organisasi (X)
Budaya organisasi yaitu suatu sistem pembagian nilai dan kepercayaan
yang berinteraksi dengan anggota di dalam lembaga, susunan lembaga, dengan
sistem mengatur dan mendapatkan nilai dan kepribadian. Dalam penellitian ini
telah diuraikan secara keseluruhan data yang telah diperoleh, maka tahap
selanjutnya akan dilakukan analisis data tentang variabel budaya organisasi, maka
dari itu terdapat beberapa indikator dari variabel budaya organisasi yaitu,
64
keterlibatan, konsistensi, dan adabtabilitas, dimana tiap-tiap indikator tersebut
masing-masing memiliki item pernyataan yang akan di uraikan sebagai berikut:
a. Hasil analisis deskriptif indikator Keterlibatan
Indikator pertama dari budaya organisasi dalam penelitian ini adalah
keterlibatan yang diukur melalui 4 (empat) pernyataan. Untuk
memberikan deskripsi tentang pernyataan dari 89 reponden terhadap
indikator tersebut, maka dapat dilihat pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5
Pernyataan Responden Menyangkut tentang keterlibatan
ITEM-ITEM INSTRUMEN
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUM.
(%)
1. Keterlibatan dalam memberikan pelayanan
2. Penyelesaian proses pengurusan dengan tepat waktu.
3. Penanganan keluhan yang di sampaikan oleh masyarakat
4. Tingkat kepuasan masyarakat setelah adanya komplain
20,2
40,4
13,5
39,9
65,2
40,4
78,7
51,4
5,6
14,6
6,7
5,3
9,0
4,5
1,1
3,4
0
0
0
0
100
100
100
100
65
Rata-rata (%)
28,5%
58,9%
8,0%
4,5%
0
100
Sumber: data primer, 2019
Dari hasil analisis deskriptif yang menyangkut tentang keterlibatan,
Mendapat penilaian rata-rata dari responden sebesar 28,5% sangat setuju, 58,9%
setuju, 8,0% ragu-ragu, 4,5% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel 4.5, maka kualitas keterlibatan dari RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan yang menyangkut tentang dimensi
keterlibatan mendapat 4 (empat) pernyataan penilaian rata-rata dari 89 (delapan
puluh sembilan) responden, yaitu 28,5% atau 25 (dua puluh lima) orang
responden yang memberikan pernyataan sangat setuju, 58,9% atau 51 (lima puluh
satu) orang responden yang memberikan pernyataan setuju, 8% atau 9 (sembilan)
orang responden yang memberikan pernyataan ragu-ragu dan 4,5% atau 4 (empat)
orang responden yang memberikan pernyataan tidak setuju. Atas keterlibatan
yang dimiliki oleh RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini mendeskripsikan bahwa secara umum pihak RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan telah memiliki (keterlibatan) yang sangat memuaskan
dalam aktualisasi pemberian pelayanan yang profesional kepada masyarakat, yaitu
dengan adanya penilaian rata-rata responden sebesar 58,9% yang memberikan
pernyataan setuju/baik.
66
b. Hasil analisis deskriptif indikator Konsistensi
Indikator kedua dari budaya organisasi dalam penelitian ini adalah
konsistensi yang diukur melalui 4 (empat) pernyataan. Untuk memberikan
deskripsi tentang pernyataan dari 89 (delapan puluh sembilan) reponden
terhadap indikator tersebut, maka dapat dilihat pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6
Pernyataan Responden Menyangkut tentang Konsistensi
ITEM-ITEM INSTRUMEN
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUM.
(%)
1. Pelaksanaan jam kerja
operasional yang di berikan 2. Pelayanan yang telah di
sediakan dengan harapan masyarakat
3. Atasan menempatkan pasien sebagai pelanggan
4. Pelayanan yang di berikan setelaha danya komplain masyarakat
32,6
20,2
37,1
27,0
57,3
58,4
47,2
55,1
9,0
19,1
10,1
13,5
1,1
2,2
5,6
4,5
0
0
0
0
100
100
100
100
Rata-rata (%)
29,2%
54,5%
12,9%
3,3%
0
100
Sumber: data primer yang diolah 2019
67
Dari hasil analisis deskriptif yang menyangkut tentang konsistensi,
Mendapat penilaian rata-rata dari responden sebesar 29,2% sangat setuju, 54,5%
setuju, 12,9% ragu-ragu, 3,3% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel 4.6, maka kualitas konsistensi dari RSUD Labuang
Baji Provinsi Sulawesi Selatan yang menyangkut tentang dimensi konsistensi
mendapat 4 (empat) pernyataan penilaian rata-rata dari 89 (delapan puluh
sembilan) responden, yaitu 29,2% atau 25 (dua puluh lima) orang responden yang
memberikan pernyataan sangat setuju, 54,5% atau 48 (empat puluh delapan)
orang responden yang memberikan pernyataan setuju, 12,9% atau 13 (tiga belas)
orang responden yang memberikan pernyataan ragu-ragu dan 3,3% atau 3 (tiga)
orang responden yang memberikan pernyataan tidak setuju. Atas konsistensi yang
dimiliki oleh RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini mendeskripsikan bahwa secara umum pihak RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan telah memiliki (konsistensi) yang sangat memuaskan
dalam aktualisasi pemberian pelayanan yang profesional kepada masyarakat, yaitu
dengan adanya penilaian rata-rata responden sebesar 54,5% yang memberikan
pernyataan setuju/baik.
c. Hasil analisis deskriptif indikator adabtabilitas
Indikator ketiga dari budaya organisasi dalam penelitian ini adalah
adabtabilitas yang diukur melalui 4 (empat) pernyataan. Untuk
memberikan deskripsi tentang pernyataan dari 89 (delapan puluh
68
sembilan) reponden terhadap indikator tersebut, maka dapat dilihat pada
tabel 4.7 :
Tabel 4.7
Pernyataan Responden Menyangkut tentang
Adabtabilitas
ITEM-ITEM INSTRUMEN
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUM
(%)
1. Kesesuaian jadwal pelayanan
dengan ketetapan pelaksanaanya 2. Kejelasan dari informasi
pelayanan 3. Komunikasi antara pegawai
terhadap keluhan masyarakat 4. Merespon ketika menerima
keluhan dari masyarakat
19,1
16,9
27.0
40,4
71,9
68,5
56,2
48,3
7,9
7,9
15,7
11,2
1,1
6,7
1,1
0
0
0
0
0
100
100
100
100
Rata-rata (%)
25,8%
61,3%
10,7%
2,2%
0
100
Sumber: data primer, 2019
Dari hasil analisis deskriptif yang menyangkut tentang konsistensi,
Mendapat penilaian rata-rata dari responden sebesar 25,8% sangat setuju, 61,3%
setuju, 10,7% ragu-ragu, 2,2% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju.
69
Berdasarkan data pada tabel 4.7 maka kualitas konsistensi dari RSUD Labuang
Baji Provinsi Sulawesi Selatan yang menyangkut tentang dimensi konsistensi
mendapat 4 (empat) pernyataan penilaian rata-rata dari 89 (delapan puluh
sembilan) responden, yaitu 25,8% atau 25 (dua puluh lima) orang responden yang
memberikan pernyataan sangat setuju, 61,3% atau 48 (empat puluh delapan)
orang responden yang memberikan pernyataan setuju, 10,7% atau 13 (tiga belas)
orang responden yang memberikan pernyataan ragu-ragu dan 2,2% atau 3 (tiga)
orang responden yang memberikan pernyataan tidak setuju. Atas konsistensi yang
dimiliki oleh RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini mendeskripsikan bahwa secara umum pihak RSUD Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan telah memiliki (konsistensi) yang sangat memuaskan
dalam aktualisasi pemberian pelayanan yang profesional kepada masyarakat, yaitu
dengan adanya penilaian rata-rata responden sebesar 61,3% yang memberikan
pernyataan setuju/baik.
Setelah menguraikan hasil analisis deskriptif dan pembahasan tentang 3
(tiga) indikator pada budaya organisasi di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan, berikut dengan beberapa instrumenya masing-masing, maka selanjudnya
perlu menyatuhkan nilai rata-rata dari masing-masing indikator agar dapat
memberikan deskripsi tentang pernyataan dari responden secara umum dan
menyeluruh terhadap 3 (tiga)indikator budaya organisasi yang di gunakan pada
penelitian ini untuk variabel X (budaya organisasi), sekaligus pula untuk melihat
bagaimana hasil budaya organisasi yang di RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulawesi Selatan. Untuk melihat hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8:
70
Tabel 4.8
Kumulatif Pernyataan Responden terhadap 3 (tiga) Dimensi
Budaya Organisasi
DIMENSI PENELITIAN
S
(%)
SS
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUM.
(%)
1. Keterlibatan
2. Konsistensi
3. Adabtabilitas
28,5
29,2
25,8
58,9
54,5
61,3
8,0
12,9
10,7
4,5
3,3
2,2
0
0
0
100
100
100
Rata-rata (%) 27,8%
58,3%
10,6% 3,3%
0
100
Sumber: data primer, 2019
Berdasarkan data pada tabel 4.8, kualitas budaya organisasi di RSUD
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan dengan 3 (tiga) indikator yang dimiliki,
mendapat 3 (tiga) pernyataan penilaian kumulatif rata-rata dari 89 (delapan
puluhsembilan) responden, yaitu 27,8% atau 26 (dua puluh enam) orang
71
responden yang memberikan pernyataan sangat setuju, 58,3% atau 51 (lima puluh
satu) orang responden yang memberikan pernyataan setuju, 10,6% atau 9
(sembilan) orang responden yang memberikan pernyataan ragu-ragu, 3,3% atau 3
(tiga) orang responden yang memberikan pernyataan tidak setuju. Dengan kualitas
budaya organisasi yang di anut oleh RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan.
1. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kinerja (Y)
Kinerja pegawai adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan amanah
/tanggung jawab yang di bebankan kepadanya. Dalam penellitian ini telah
diuraikan secara keseluruhan data yang telah diperoleh, maka tahap selanjutnya
akan dilakukan analisis data tentang variabel kinerja pegawai, maka dari itu
terdapat beberapa indikator dari variabel kinerja pegawai yaitu, efektivitas,
tanggung jawab, disiplin, dan inisiatif. dimana tiap-tiap indikator tersebut masing-
masing memiliki item pernyataan yang akan di uraikan sebagai berikut:
a. Hasil analisis deskriptif indikator efektivitas
Indikator pertama dari kinerja pegawai dalam penelitian ini adalah
efektivitas yang diukur melalui 3 (tiga) pernyataan. Untuk memberikan
deskripsi tentang pernyataan dari 89 (delapan puluh sembilan) reponden
terhadap indikator tersebut, maka dapat dilihat pada tabel 4.9 :
72
Tabel 4.9
Pernyataan Responden terhadap dimensi efektivitas
ITEM – ITEM INSTRUMEN
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUM.
(%)
1. Kemudahan dalam memahami prosedur pelayanan
2. Prosedur yang sederhana,tidak kaku dan berbelit-belit
3. Kompleksitas alur pelayanan yang di sediakan Rumah Sakit
7,9
16,9
11,2
59,6
59,9
73,0
27,0
23,6
11,2
5,6
5,6
4,5
0
0
0
100
100
100
Rata-rata (%) 12%
64,1%
20,6%
5,2% 0 100
Sumber: data primer, 2019
Hasil analisis deskriptif kualitas kinerja pegawai dengan dimensi
efektivitas mendapat penilaian rata-rata dari responden sebesar 12% sangat
setuju, 64,1% setuju, 20,6% ragu-ragu, 5,2% tidak setuju, dan 0% sangat
tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel 4.9, maka kualitas kinerja pegawai yang
ada di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan dengan dimensi
efektivitas mendapat 4 (empat) pernyataan penilaian rata-rata dari 89
73
(delapan puluh sembilan) responden, yaitu 12% atau 10 (sepuluh) orang
responden yang memberikan pernyataan sangat setuju, 64,1% atau 57
(lima puluh tujuh) orang responden yang memberikan pernyataan setuju,
20,6% atau 18 (delapan belas) orang responden yang memberikan
pernyataan ragu-ragu, 5,2% atau 4 (empat) orang responden yang
memberikan pernyataan tidak setuju. Dengan efektivitas yang dimiliki
oleh RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini mendeskripsikan bahwa seacara umum di RSUD Labuang Baji
Provinsi sulawesi selatan sudah memiliki efektivitas yang sangat
memuaskan dalam aktualisasi pemberian kinerja pegawai yang berkualitas
kepada masyarakat, yaitu dengan adanya nilai rata-rata responden sebesar
64,1% yang memberikan pernyataan setuju.
b. Hasil analisis deskriptif indikator tanggung jawab
Indikator kedua dari kinerja pegawai dalam penelitian ini adalah
tanggung jawab yang diukur melalui 3 (tiga) pernyataan. Untuk
memberikan deskripsi tentang pernyataan dari 89 (delapan puluh
sembilan) reponden terhadap indikator tersebut, maka dapat dilihat pada
tabel 4.10 :
74
Tabel 4.10
Pernyataan Responden terhadap tanggung jawab
Sumber: data primer,2019
Hasil analisis deskriptif kualitas kinerja pegawai dengan dimensi
efektivitas mendapat penilaian rata-rata dari responden sebesar 13,8%
sangat setuju, 63,3% setuju, 20,3% ragu-ragu, 2,6% tidak setuju, dan 0%
sangat tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel 4.10, maka kualitas kinerja pegawai yang
ada di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan dengan dimensi
ITEM – ITEM INSTRUMEN
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUM.
(%)
1. Melayani masyarakat dengan tepat waktu
2. Komitmen dengan aturan
3. Pelayanan dengan tepat waktu
11,2
14,6
15,7
78,7
60,7
50,6
7,9
22,8
30,3
2,2
2,2
3,4
0
0
0
100
100
100
Rata-rata (%)
13,8%
63,3%
20,3%
2,6% 0 100
75
efektivitas mendapat 4 (empat) pernyataan penilaian rata-rata dari 89
(delapan puluh sembilan) responden, yaitu13,8% atau 13 (tiga belas) orang
responden yang memberikan pernyataan sangat setuju, 63,3% atau . 56
(lima puluh enam) orang responden yang memberikan pernyataan setuju,
20,3% atau 18 (delapan belas) orang responden yang memberikan
pernyataan ragu-ragu, 2,6% atau 2 (dua) orang responden yang
memberikan pernyataan tidak setuju. Dengan efektivitas yang dimiliki
oleh RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini mendeskripsikan bahwa seacara umum di RSUD Labuang Baji
Provinsi sulawesi selatan sudah memiliki efektivitas yang sangat
memuaskan dalam aktualisasi pemberian kinerja pegawai yang berkualitas
kepada masyarakat, yaitu dengan adanya nilai rata-rata responden sebesar
63,3% yang memberikan pernyataan setuju.
c. Hasil analisis deskriptif indikator disiplin
Indikator ketiga dari kinerja pegawai dalam penelitian ini adalah
disiplin yang diukur melalui 3 (tiga) pernyataan. Untuk memberikan
deskripsi tentang pernyataan dari 89 (delapan puluh sembilan) reponden
terhadap indikator tersebut, maka dapat dilihat pada tabel 4.11:
76
Tabel 4.11
Pernyataan Responden terhadap disiplin
ITEM – ITEM INSTRUMEN
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUM.
(%)
1. Kedisiplinan pegawai terhadap pelayanan
2. Tidak ada keluhan pada jam kerja
3. Biaya sesuai dengan aturan terhadap pelayanan
15,7
9,0
14,6
65,2
64,0
67,4
19,1
23,6
14,6
0
3,4
3,4
0
0
0
100
100
100
Rata-rata (%) 13,1%
65,5%
19,1%
2.2% 0 100
Sumber: data primer,2019
Hasil analisis deskriptif kualitas kinerja pegawai dengan dimensi
efektivitas mendapat penilaian rata-rata dari responden sebesar 13,1%
sangat setuju, 65,5% setuju, 19,1% ragu-ragu, 2,2% tidak setuju, dan 0%
sangat tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel 4.11, maka kualitas kinerja pegawai yang
ada di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan dengan dimensi
77
efektivitas mendapat 4 (empat) pernyataan penilaian rata-rata dari 89
(delapan puluh sembilan) responden, yaitu 13,1% atau 13 (tiga belas)
orang responden yang memberikan pernyataan sangat setuju, 65,5% atau
59 (lima puluh sembilan) orang responden yang memberikan pernyataan
setuju, 19,1% atau 16 (enam belas) orang responden yang memberikan
pernyataan ragu-ragu, 2,2% atau 1 (satu) orang responden yang
memberikan pernyataan tidak setuju. Dengan efektivitas yang dimiliki
oleh RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini mendeskripsikan bahwa seacara umum di RSUD Labuang Baji
Provinsi sulawesi selatan sudah memiliki efektivitas yang sangat
memuaskan dalam aktualisasi pemberian kinerja pegawai yang berkualitas
kepada masyarakat, yaitu dengan adanya nilai rata-rata responden sebesar
65,5% yang memberikan pernyataan setuju.
d. Hasil analisis deskriptif indikator inisiatif
Indikator ke empat dari kinerja pegawai dalam penelitian ini adalah
inisiatif yang diukur melalui 3 (tiga) pernyataan. Untuk memberikan
deskripsi tentang pernyataan dari 89 (delapan puluh sembilan) reponden
terhadap indikator tersebut, maka dapat dilihat pada tabel 4.12 :
78
Tabel 4.12
Pernyataan Responden terhadap dimensi inisiatif
ITEM – ITEM INSTRUMEN
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUM
(%)
1. Bertanggung jawab ketika ada keluhan dari masyarakat
2. Kesesuaian aturan kerja yang di keluarkan Rumah Sakit
3. Berinisiatif terhadap pelayanan
19,1
15,7
16,9
60,7
65,2
60,7
16,9
18,0
21,3
3,4
1,1
1,1
0
0
0
100
100
100
Rata-rata (%)
17,2%
62,2%
19,1%
1,8%
0
100
Sumber: data primer,2019
Hasil analisis deskriptif kualitas kinerja pegawai dengan dimensi
efektivitas mendapat penilaian rata-rata dari responden sebesar 17,2%
79
sangat setuju, 62,2% setuju, 19,1% ragu-ragu, 1,8% tidak setuju, dan 0%
sangat tidak setuju.
Berdasarkan data pada tabel 4.12, maka kualitas kinerja pegawai yang
ada di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan dengan dimensi
efektivitas mendapat 4 (empat) pernyataan penilaian rata-rata dari 89
(delapan puluh sembilan) responden, yaitu17,2% atau 15 (lima belas)
orang responden yang memberikan pernyataan sangat setuju, 62,2% atau
56 (lima puluh enam) orang responden yang memberikan pernyataan
setuju, 19,1% atau 16 (enam belas) orang responden yang memberikan
pernyataan ragu-ragu, 1,8% atau 1 (satu) orang responden yang
memberikan pernyataan tidak setuju. Dengan efektivitas yang dimiliki
oleh RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini mendeskripsikan bahwa seacara umum di RSUD Labuang Baji
Provinsi sulawesi selatan sudah memiliki efektivitas yang sangat
memuaskan dalam aktualisasi pemberian kinerja pegawai yang berkualitas
kepada masyarakat, yaitu dengan adanya nilai rata-rata responden sebesar
62,2% yang memberikan pernyataan setuju.
Setelah menguraikan hasil analisis deskriptif dan pembahasan tentang
4 (empat) indikator pada kinerja pegawai di RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulawesi Selatan, berikut dengan beberapa instrumenya masing-masing,
maka selanjudnya perlu menyatuhkan nilai rata-rata dari masing-masing
dimensi agar dapat memberikan deskripsi tentang pernyataan dari
80
responden secara umum dan menyeluruh terhadap 4 (empat) dimensi
kinerja pegawai yang di gunakan pada penelitian ini untuk variabel (Y)
kinerja pegawai, sekaligus pula untuk melihat bagaimana hasil kinerja
pegawai yang terdapat di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
Untuk melihat hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13 :
Tabel 4.13
Kumulatif Pernyataan Responden terhadap 4 (empat) Dimensi
Kinerja pegawai
DIMENSI PENELITIAN
SS
(%)
S
(%)
RR
(%)
TS
(%)
STS
(%)
JUM.
(%)
1. Efektivitas
2. Tanggung Jawab
3. Disiplin
4. Inisiatif
28,5
29,2
25,8
17,2
58,9
54,5
59,9
62,2
8,0
12,9
11,3
19,1
4,5
3,3
2,5
1,8
0
0
0
0
100
100
100
100
Rata-rata (%) 27,8%
57,7%
10,7% 3,8%
0
100
81
Sumber: data primer,2019
Berdasarkan data pada tabel 4.13, kualitas kinerja pegawai di RSUD Labuang
Baji Provinsi Sulawesi Selatan dengan 4 (empat) dimensi yang dimiliki, mendapat
4 (empat) pernyataan penilaian kumulatif rata-rata dari 89 responden (delapan
puluh sembilan) responden, yaitu 27,8% atau 25 (dua puluh lima) orang
responden yang memberikan pernyataan sangat setuju, 57,7% atau 52 (lima puluh
dua) orang responden yang memberikan pernyataan setuju, 10,7% atau 9
(sembilan) orang responden yang memberikan pernyataan ragu-ragu, 3,8% atau 3
(tiga) orang responden yang memberikan pernyataan tidak setuju. atas kualitas
kinerja pegawai dari RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
C. Hasil Analisis Korelasi Sederhana
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .723a .522 .517 1.23377
a. Predictors: (Constant), Variabel X
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi dari model Summary pada tabel
4.14 menunjukkan bahwa nilai korelasi dari hubungan variabel (X) budaya
82
organisasi dengan variabel (Y) kinerja pegawai adalah 0,723. Berdasarkan
pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut, Sugiyono (2013). Maka hal ini
dapat di tarik kesimpulan bahwa hubungan budaya organisasi dengan kinerja
pegawai masuk dalam kategori kuat yakni berada pada 0.60 – 0.799.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Budaya Organisasi (X)
Seperti yang telah diketahui bahwa budaya organisasi dapat didefinisikan
sebagai perangkat sistem nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, atau norma-norma
yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi
sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masala-masalah orgnisasi.
Budaya organisasi yang kuat dan positif mendukung tercapainya keberhasilan
organisasi. Sebaliknya, jika ada nilai-nilai negatif yang berkembang tentu akan
berakibat merusak tujuan organisasi. Misalnya, budaya malas, budaya mangkir,
budaya lamban kerja, apalagi budaya korupsi.Akan tetapi ada penenkanan
tersendiri untuk orang-orang di dalam organisasi, hal ini sudah dibahas
sebelumnya sebagaimana yang di kemukakan oleh Denison(1990:5) tercapainya
suatu organisasi di akibatkan oleh gabungan dari norma-norma dan kepercayaan
aturan dan praktek juga termasuk pengaruh yang sifatnya bernilai positif terhadap
organisasi. Dan ada beberapa indikator sebagai penunjang keberhasilan suatu
organisasi dan sebagaimana yang di praktekan dalam penelitian tersebut dimana
indikatornya sebagai berikut:
a. Hasil penelitian dari indikator Keterlibatan yaitu cukup baik. Jadi
Tentunya dari indikator keterlibatan sudah menjalankan dari nilai-nilai
83
budaya organisasi sebagaimana yang di kemukakan oleh Schein (1992),
bahwa budaya organisasi merupakan suatu model dengan anggapan
mendasar yang di lahirkan untuk menumbuh kembangkan dari kumpulan
orang-orang dengan mekanisme untuk bagaimana mencerna,
memperhatikan yang secara terlibat di dalam dinamika-dinamika
organisasi untuk kemudian dapat menopang nilai-nilai budaya organisasi
dalam hal ini adalah keterlibatan dengan harapan agar bisa mencapai
tujuan organisasi.dari hasil penelitian indikator keterlibatan tersebut sudah
menjalankan nilai nilai yang ada di dalam budaya organisasi akan tetapi
belum sangat memuaskan.
b. Hasil penelitian indikator konsistensi yaitu cukup baik. ini merujuk pada
suatu tanggung jawab sebagaimana yang telah di bahas sebelumya, bahwa
konsistensi ini adalah upaya untuk mengajak individu di dalam orgnisasi
untuk memfokuskan pada suatu bidang tertentu terkait dengan bidang
masing-masing perindividu, Dengan demikian konsistensi ini agar
bagaimana orang-orang di dalam organisasi mudah mendatangkan
kosnsistensi yang besar daripada kemauan perorangan dan juga
mengembangkan kestabilan sosial sebagai alat sosial yang menjadikan
persatuan dalam organisasi, hal ini sebagaimana yang di kemukakan
sebelumnya oleh Robbins tentang tujuan organisasi. tentunya hal ini
menjadi penekanan tersendiri terhadap orang-orang di dalam lingkup
organisasi untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan organisasi. Dari
hasil penelitian indikator konsistensi tersebut sudah menjalankan nilai-
84
nilai konsistensi di dalam budaya orgnisasi akan tetapi belum sepenuhnya
atau belum sangat memuaskan.
c. Hasil penelitian adabtabilitas yaitu baik, dari hasil penelitian indikator
adabtabilitas di atas sudah mampu menjalankan nilai-nilai adabtabilitas
didalam buday a organisasi, untuk bagaimana memecahkan masalah di
dalam organisasi sebagaimana yang di kemukakan oleh para ahli yaitu
Hofstede (2005), dan Schein (1992), bahwa orang-orang di dalam
organisasi belajar untuk bagaimana memecahkan masala-masalah yang
terjadi didalam organisasi.Tentunya ini akan memberikan peluang dalam
upaya merespon perubahan-perubahan dalam organisasi tersebut.
Dari penjelasan ketiga dimensi dari budaya organisasi di atas menunjukkan
bahwa budaya organisasi yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan. Dan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
budaya organisasi di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan (cukup baik).
Ini ditandai dari skor rata-rata pada bagaian budaya organisasi sebagaimana yang
telah di bahas sebelumnya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar pegawai pada RSUD Labuang
Baji Provinsi Selatan dapat menjaga dan melaksanakan nilai-nilai, atau
keyakinan-keyakinan yang dianggap sebagai pedoman dalam menjalankan tugas-
tugas dalam organisasi, akan tetapi belum sepenuhnya mampu untuk di jalankan.
Proses keterlibatan dalam organisasi dianggap karyawan sebagai hal yang
mutlak dilaksanakan. Adanya sikap konsisten terhadap tanggung jawab diberikan
serta kemampuan beradaptasi organisasi secara umum dan pegawai secara khusus
85
dianggap sebagai suatu proses pelestarian budaya organisasi. namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa masih ada beberapa pegawai pada RSUD Labuang Baji Provinsi
Sulawesi Selatan yangbelum mampu menerapkan secara penuh hal-hal yang
dianggap sebagai nilai-nilai inti dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Kinerja Pegawai (Y)
Secara umum bahwa kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang secara
kualitas dan kuantitas yang di capai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan amanah atau tanggung jawab yang telah di bebankan kepadanya,
hal ini sesuai yang di kemukakan oleh Irianto (2001), bahwa kinerja pegawai
adalah prestasi yang didapatkan karyawan didalam menjalankan tugasnya, dan
keberhasilan organisasi pada umumnya diukur darikinerja pegawai. namun
seringkali kinerja hanya dikaitkan dengan tujuan organisasi, yaitu laba, yang
cenderung mengabaikan aspek terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu
sumber daya manusia. Dalam penelitian tentang kinerja pegawai, sumber daya
manusia dan perilaku manusia muncul menjadi fokus primer, dan usaha-usaha
untuk meningkatkan kinerja pegawai, Dan ada beberapa yang menjadi kriteria-
kriteria yang menjadi ukuran kinerjapegawai, yaitu sebagai berikut :
a. Hasil penelitian dari indikator efektivitas yaitu cukup baik. salah satu
pencapaian dari suatu organisasi yang sudah terencana sebelumnya
dengan menopang proses untuk lebih mewujudkan tujuan organisasi,
efektivitas menggambarkan tentang tingkat penggunaan sumber daya
manusia (SDM), tentunya hal ini dimaksimalkan dengan maksud untuk
menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya, dan
86
dikatakan efektif jika berhasil memenuhi kebutuhan para kliennya dan
Rumah Sakit itu efisien jika mendapat biaya dengan renda sebagaimana
yang di kemukakan oleh Robbins (2005). Dari hasil penelitian indikator
efektivtitas tersebut sudah di jalankan namun belum sepenuhnya sangat
memuaskan.
b. Hasil penelitian tanggung jawab yaitu cukup baik. Dari hasil penelitian
indikator tanggung jawab tersebut memang sudah di jalankan namun
belum sepenuhnya sangat memuaskan, akan tetapi tentunya ini menjadi
penekanan tersendiri untuk orang-orang di dalam organisasi untuk lebih
menanamkan komitmen atas tanggung jawab dari perindividu,
sebagaimana yang di kemukakan oleh Hober (1982), yaitu setiap
karyawan di dalam organisasi bagaimana menjalankan roda organisasi
sesuai job deksnya yang secara terlibat dalam organisasi dengan
pemahaman tentang tanggung jawab kepada diri sendiri maupun kepada
orang lainterutama didalam lingkup organisasi.
c. Hasil penelitian indikator disiplin yaitu cukup baik. Hal ini menunjukkan
bahwa suatu kondisi atau sikap hormat yang melekat pada diri pegawai
atau karyawan terhadap peraturan dan ketetapan yang berlaku di dalam
organisasi teruma pada Rumah Sakit, hal ini lebih mengarah pada
perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang telah menjadi aturan dan
suatu keharusan untuk memiliki kemampuan menaati aturan tersebut demi
terwujudnya kedisiplinan para pegawai di dalam organisasi, hal ini
sebagaimana yang di kemukakan oleh Robbins (2005), dimana nilai dan
87
keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka
di dalam bekerja, sehingga ini selanjudnya akan menjadi kebiasaan dari
setiap pegawai untuk menaati aturan untuk menciptakan organisasi yang
profesional. Dari hasil penelitian indikator disiplin tersebut sudah di
jalankan namun belum sepenuhnya sangat memuaskan.
d. Hasil penelitian indikator Inisiatif yaitu baik, hal ini menunjukkan bahwa
niali-nilai inisiatif di Rumah sakit tersebut mampu di jalankan dengan
baik, dan pada dasarnya tolak ukur untuk bagaimana organisasi itu
berhasil atau tidak yang menjadi penilaian mendasarnya adalah
bagaimana kinerja pegawai tersebut, dan berangkat dari daya kreativitas
pegawai selain menanamkan nilai-nilai dan norma dalam organisasi,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Irianto (2001), bahwa keberhasilan
organisasi tergantung pada kinerja pegawai dalam organisasi tersebut,
tentunya inisiatif ini penting dari seorang pegawai dan bersinergi dalam
membangun organisasi, dan pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar sudah
menjalankan nilai - nilai dan norma sesuai aturan yang terdapa di Rumah
Sakit tersebut.
3. Hubungan Budaya Organisasi (X) Dengan Kinerja Pegawai (Y)
Budaya organisasi kerap kali digunakan sebagai alat dan kunci untuk
keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian strategi usaha organisasi. Dengan
kata lain, terdapat kecenderungan pada budaya organisasi sebagai suatu tonggak
atau pondasi yang harus dimiliki organisasi, dimana budaya organisasi akan
88
menentukan kontinuitas kinerja organisasi dalam jangka panjang maupun jangka
pendek. Manfaat besarnya adanya budaya organisasi adalah dimana anggotanya
atau karyawan dapat terfokuskan dan tercurahkan segala perhatian pada system
nilai-nilai yang ada dan berlaku di dalam organisasi.
Nilai dan keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian
mereka dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual. Hal ini telah
dinyatakan sebelumnya oleh Robbins (2005) budaya organisasi yang kuat sangat
diperlukan untuk memastikan bahwa semua orang yang berada di dalam
organisasi diarah kan kesuatu pandangan arah yang sama. Selain itu Luthans
(2006) melihat budaya organisasi memberikan arah dan memperkuat standar
perilaku untuk mengendalikan pelaku organisasi agar melaksanakan tugas dan
tanggung jawab mereka secara efektiv dan efisien untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasi yang telah disepakati bersama.
Budaya organisasi yang kondusif menciptakan kinerja pegawai yang unggul,
karena budaya yang kuat berkaitan tingkat motivasi yang tinggi dalam diri
anggota organisasi, memberikan struktur dan control yang dibutuhkan, juga
mendorong semua anggota organisasi mempunyai komitmen terhadap kemajuan
organisasi.
Kuatnya budaya organisasi sehingga dapat berpengaruh dalam menentukan
kinerja pegawai, bukan karena sebagai budaya an sich, yaitu sebagai seperangkat
nilai-nilai yang dijadikan pedoman bersama para anggota organisasi, melainkan
lebih dari pada itu, yaitu adanya sinergi dalam berbagai hal. Jika kita mengatakan
89
bahwa suatu budaya organisasi ini kuat, hal ini sudah mengandung beberapa
pengertian sperti : Nilai-nilai inti yang saling menjalin sebagai pedoman perilaku
yang tersosialisasikan dan menginternalisasi, perilaku-perilaku karyawan yang
terkendalikan dan terkoordinasikan oleh kekuatan yang informal, serta budaya
organisasi yang dianggap berpengaruh terhadap strategi. Dari pembahasan di atas
mengenai hubungan budaya organisasi dengan kinerja pegawai bahwa dari nilai-
nilai budaya organisasi dan nilai-nilai kinerja pegawai yang ada di Rumah Sakit
Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan sudah mampu menerapakan nilai-nilai
tersebut dengan adanya sinergi untuk menjadikan organisasi yang lebih baik.
BAB V
90
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa:
i. Budaya organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan, dengan melihat hasil penelitian bahwa
budaya organisasi berada pada persentase jawaban 40% - 60% dan
di dalam tafsiran kuantitatif cukup baik.
ii. Kinerja pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Provinsi Sulawesi Selatan, dengan melihat hasil penelitian bahwa
kinerja pegawai berada pada persentase jawaban 40% - 60% dan di
dalam tafsiran kuantitatif cukup baik.
iii. Budaya organisasi dengan kinerja pegawai di Rumah Sakit Umum
Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan, memiliki keeratan
hubungan yang berada dalam kategori kuat (baik), yaitu berada
pada rentang penafsiran 60% -<80%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas, maka ada beberapa hal
yang menjadi masukan, antara lain:
90
91
i. Pada budaya organisasi dengan indikator keterlibatan dan konsistensi
di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan, belum maksimal jadi tentunya ini agar bagaimana keterlibatan
dan konsistensi harus di tingkatkan lagi dengan upaya untuk bisa
mencapai tujuan organisasi sebagaimana yang di harapkan, terutama
pada proses adabtasi organisasi perlu di tingkatkan seiring dengan
perkembangan yang terjadi baik dari faktor internal organisasi maupun
faktor eksternal. Karna inisalah satu tolak ukur dari kerberhasilan
organisasi dimana untuk lebih meneanamkannilai-nilai inti dalam
organisasi dalam menjalankan tugas.
ii. Pada kinerja pegawai dengan indikator tanggung jawab dan disiplin, di
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan,
juga belum maksimal jadi perlu kita ketahui bersama bahwa tanggung
jawab dan disiplin pada suatu organisasi itu sangat penting dan
sekalian menjadi tolak ukur dari keberhasilan organisasi, karna pada
dasarnya organisasi akan berhasil ketika pegawai mampu menjalankan
tugas dengan baik dan menjalankan nilai, norma dan tanggung jawab
sebagaimana yang di atur didalam UU Nomor 5 tahun 2014 tentang
(ASN). Dan tentunya tanggung jawab dan di siplin kiranya harus
ditingkatkan lagi dalam rangka peningkatan efektivitas organisasi dan
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka peningkatan
92
efektivitas organisasi, selain dari faktor budaya organisasi dan kinerja
pegawai yang merupakan instrument yang penting di era informasi
saat ini.
iii. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian pada
Rumah Sakit Umum Daerah LabuangBajiPovinsi Sulawesi Selatan,
disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
peningkatan efektivitas organisasi.
93
DAFTAR PUSTAKA
Agus Irianto. 2010. Statistika konsep, dasar, aplikasi, dan pengembangannya. Kencana prenada media group: Jakarta
Chatab, Nevizond. 2007. Profil Budaya Organisasi. Penerbit Alfabeta: Bandung.
Denison, Denison R. 1990. Corporate Culture and Organizational effectiveness. New York: John Wiley & Sons.
Edgar H. Schein. 1992. Organizational culture and leadership. Jossey-Bass
Luthans, 2006. Perilaku organisasi. Pelapak gumexstore buku: Bandung
Gibson, 1994. Organisasi: Perilaku Struktur, Proses Organisazationals. Binarupa Aksara, Jakarta.
Kotter, Jhon P. James L. Heskett. 1992 . Corporate culture and performance, the fress: new york
Miner, Handayani. 2001. Komitmen organisasi dalam bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Osborne, David dan Peter Plastrik. 1997. Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha, Penerbit PPM,Jakarta
Prawirosentono Suyadi,1999. Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta
Richard H. 2006. Tujuan dan Efektivitas dalam Implementasi Manajemen Stratejik: Kebijakan dan Proses (A. Usman editor) Amara Books, Yogyakarta.
Robbins, Stephen P. 2005. Perilaku Organisasi. Index. Jakarta.
Steers, Richard M. 1998. Efektifitas Organisasi. Erlangga, Jakarta.
Sutrisno edy, 2010. Budaya Organisasi. PRNAMEDIA GROUP: Jakarta.
94
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.
Syarif Makmur. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan
Efektivitas Organisasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, (ASN).
91
LAMPIRAN
92
Lampiran 3
3. Uji Validitas Budaya Organisasi
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 Jumlah
P1
Pearson
Correlation 1 .640** .119 .396** .236* .595** .218* .584** .110 .287** .363** .694** .715**
Sig. (2-tailed) .000 .265 .000 .026 .000 .040 .000 .303 .006 .000 .000 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P2
Pearson
Correlation .640** 1 -.018 .318** .391** .589** .469** .603** .137 .378** .249* .707** .757**
Sig. (2-tailed) .000 .865 .002 .000 .000 .000 .000 .201 .000 .019 .000 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P3
Pearson
Correlation .119 -.018 1 .315** -.136 .233* .259* .203 .641** .283** .255* .029 .373**
Sig. (2-tailed) .265 .865 .003 .205 .028 .014 .057 .000 .007 .016 .789 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P4
Pearson
Correlation .396** .318** .315** 1 .338** .177 .618** .369** .308** .368** .481** .239* .654**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .003 .001 .098 .000 .000 .003 .000 .000 .024 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P5
Pearson
Correlation .236* .391** -.136 .338** 1 .066 .511** .529** -.054 .190 .264* .277** .499**
Sig. (2-tailed) .026 .000 .205 .001 .537 .000 .000 .617 .074 .013 .008 .000
93
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P6
Pearson
Correlation .595** .589** .233* .177 .066 1 .227* .427** .359** .390** .482** .588** .682**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .028 .098 .537 .033 .000 .001 .000 .000 .000 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P7
Pearson
Correlation .218* .469** .259* .618** .511** .227* 1 .528** .192 .274** .377** .374** .682**
Sig. (2-tailed) .040 .000 .014 .000 .000 .033 .000 .072 .009 .000 .000 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P8
Pearson
Correlation .584** .603** .203 .369** .529** .427** .528** 1 .044 .263* .338** .714** .762**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .057 .000 .000 .000 .000 .685 .013 .001 .000 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P9
Pearson
Correlation .110 .137 .641** .308** -.054 .359** .192 .044 1 .396** .366** .144 .436**
Sig. (2-tailed) .303 .201 .000 .003 .617 .001 .072 .685 .000 .000 .178 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P10
Pearson
Correlation .287** .378** .283** .368** .190 .390** .274** .263* .396** 1 .278** .265* .576**
Sig. (2-tailed) .006 .000 .007 .000 .074 .000 .009 .013 .000 .008 .012 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P11
Pearson
Correlation .363** .249* .255* .481** .264* .482** .377** .338** .366** .278** 1 .318** .622**
Sig. (2-tailed) .000 .019 .016 .000 .013 .000 .000 .001 .000 .008 .002 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
94
P12
Pearson
Correlation .694** .707** .029 .239* .277** .588** .374** .714** .144 .265* .318** 1 .730**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .789 .024 .008 .000 .000 .000 .178 .012 .002 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
Jumlah
Pearson
Correlation .715** .757** .373** .654** .499** .682** .682** .762** .436** .576** .622** .730** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Budaya Organisasi No. Instrumen r Hitung r Tabel Keputusan
1. 0,71 >0,17 Valid
2. 0,75 >0,17 Valid
3. 0,37 >0,17 Valid
4. 0,65 >0,17 Valid
5. 0,49 >0,17 Valid
95
6. 0,68 >0,17 Valid
7. 0,68 >0,17 Valid
8. 0,76 >0,17 Valid
9. 0,43 >0,17 Valid
10. 0,57 >0,17 Valid
11. 0,62 >0,17 Valid
12. 0,73 >0,17 Valid
Kinerja Pegawai
96
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 JML
P1
Pearson
Correlation 1 .192 .426**
.358*
* .235*
.39
8** .030 .157
.428*
* .180 .152 .054
.534*
*
Sig. (2-tailed)
.072 .000 .001 .027 .00
0 .780 .142 .000 .092 .155 .613 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P2
Pearson
Correlation .192 1 .383**
.297*
*
.349*
*
.42
3**
.332*
*
.307*
* .244*
.483*
*
.313*
* .043
.658*
*
Sig. (2-tailed) .072
.000 .005 .001 .00
0 .001 .003 .021 .000 .003 .689 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P3
Pearson
Correlation
.426*
* .383** 1 .266*
.348*
*
.29
6** .234*
.368*
* .177 .169 .221* .232*
.602*
*
Sig. (2-tailed) .000 .000
.012 .001 .00
5 .027 .000 .096 .114 .037 .028 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P4
Pearson
Correlation
.358*
* .297** .266* 1 .187
.25
1* -.001 .092
.357*
*
.391*
*
.342*
* .194
.530*
*
Sig. (2-tailed) .001 .005 .012
.080 .01
8 .991 .393 .001 .000 .001 .069 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P5 Pearson
Correlation .235* .349** .348** .187 1
.46
9**
.304*
*
.383*
*
.395*
*
.468*
*
.369*
* .110
.683*
*
97
Sig. (2-tailed) .027 .001 .001 .080 .00
0 .004 .000 .000 .000 .000 .303 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P6
Pearson
Correlation
.398*
* .423** .296** .251*
.469*
* 1 .138 .187
.436*
*
.413*
*
.397*
* .087
.678*
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .005 .018 .000 .198 .080 .000 .000 .000 .419 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P7
Pearson
Correlation .030 .332** .234* -.001
.304*
*
.13
8 1 .247* .199
.322*
* .089 .082
.431*
*
Sig. (2-tailed) .780 .001 .027 .991 .004 .19
8
.019 .061 .002 .409 .444 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P8
Pearson
Correlation .157 .307** .368** .092
.383*
*
.18
7 .247* 1 .073
.302*
* .146 .100
.494*
*
Sig. (2-tailed) .142 .003 .000 .393 .000 .08
0 .019
.497 .004 .173 .352 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P9
Pearson
Correlation
.428*
* .244* .177
.357*
*
.395*
*
.43
6** .199 .073 1
.461*
* .217* .042
.594*
*
Sig. (2-tailed) .000 .021 .096 .001 .000 .00
0 .061 .497
.000 .041 .693 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P10 Pearson
Correlation .180 .483** .169
.391*
*
.468*
*
.41
3**
.322*
*
.302*
*
.461*
* 1
.385*
* .067
.688*
*
98
Sig. (2-tailed) .092 .000 .114 .000 .000 .00
0 .002 .004 .000
.000 .531 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P11
Pearson
Correlation .152 .313** .221*
.342*
*
.369*
*
.39
7** .089 .146 .217*
.385*
* 1 .273**
.569*
*
Sig. (2-tailed) .155 .003 .037 .001 .000 .00
0 .409 .173 .041 .000
.010 .000
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
P12
Pearson
Correlation .054 .043 .232* .194 .110
.08
7 .082 .100 .042 .067
.273*
* 1
.325*
*
Sig. (2-tailed) .613 .689 .028 .069 .303 .41
9 .444 .352 .693 .531 .010
.002
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
Jumlah
Pearson
Correlation
.534*
* .658** .602**
.530*
*
.683*
*
.67
8**
.431*
*
.494*
*
.594*
*
.688*
*
.569*
* .325** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .00
0 .000 .000 .000 .000 .000 .002
N 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
99
*. Correlation is significant at the 0.05
level (2-tailed).
Kinerja Pegawai
No. Instrumen Variabel
kinerja
r
Hiting
r
Tabel
Keputu
san
1. K1 0,53 >0,1
7
Valid
2. K2 0,65 >0,1
7
Valid
3. K3 0,60 >0,1
7
Valid
4. K4 0,53 >0,1 Valid
100
7
5. K5 0,68 >0,1
7
Valid
6. K6 0,67 >0,1
7
Valid
7. K7 0,43 >0,1
7
Valid
8. K8 0,49 >0,1
7
Valid
9. K9 0,59 >0,1
7
Valid
10. K10 0,68 >0,1 Valid
101
7
11. K11 0,56 >0,1
7
Valid
12. K12 0,32 >0,1
7
Valid
4. Uji Reabilitas
Variabel X Variabel Y
Reliability Statistics
102
Cronbach's
Alpha N of Items
,864 12
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,809 12
103
Lampira 4
5. Analisis Data
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .723a .522 .517 1.23377
a. Predictors: (Constant), Variabel X
i
i
Lampiran 5
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LABUANG BAJI PROVINSI
SULAWESI SELATAN
Pengisian Kuisioner
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
RIWAYAT HIDUP
Sagu. Lahir pada tanggal 10 juli 1994 di desa Lapin, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang. Ia anak ke delapan dari sebelas bersaudara, buah cinta dari pasangan Rading dan Hadiang. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN 97 Tobalu mulai tahun 2002 sa,pai tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjudkan pendidikan di SMPN 1 Anggeraja dan tamat pada tahun 2011. Kemudian pada tahun 2011 , penulis melanjudkan
pendidikan di SMAN 1 Baraka dan tamat pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2014 penulis melanjudkan pendidikan di perguruan tinggi tepatnya di Universitas Muhammadyah Makassar pada jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik strata 1 (S1). Pada tahun 2019 penulis berhasil mempertanggung jawabkan hasil karya ilmiah di depan penguji yang berjudul “Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja Pegawai Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan” dan mendapatkan gelar S.Sos