pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai

Upload: harry-d-fauzi

Post on 11-Oct-2015

682 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Skripsi Ilmu Pemerintahan, Manajemen, SDM yang berkaitan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai

TRANSCRIPT

  • PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA TERMINAL

    PENUMPANG UMUM KENDAL GOROWONG KABUPATEN KARANG TUMARITIS

    SKRIPSI

    Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan

    oleh BUDAK BANGOR

    NPM. 10010296

    PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP)

    SYAMSUL ULUM KARANG TUMARITIS 2014

  • 2

    ABSTRAK BUDAK BANGOR (10010296) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis Sekolah Tinggi Imu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (STISIP) Syamsul Ulum Karang Tumaritis Pembimbing:

    Penelitian ini dilaksanakan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis, (2) pengaruh Budaya Organisasi pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis, dan (3) Besarnya pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pegawai di Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 32 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Budaya Organisasi dan kepuasan nasabah menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.

    Hasil penelitian menunjukkan: (1) kepuasan kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis berada pada tingkat yang sedang atau kualitasnya cukup baik dengan persentasi sebesar 78,36%. (2) Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis tergambar dalam keadaan cukup baik yang ditunjukkan dengan tanggapan responden sebesar 70,93%. (3) Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung (2,613) yang lebih besar daripada nilai ttabel (1,613) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 32-2=30. (4) Budaya Organisasi berpengaruh sebesar 63,20 % terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong. Sedangkan sisanya sebesar 36,80 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  • 3

    ABSTRAK

    BUDAK BANGOR (10010296) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis Sekolah Tinggi Imu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (STISIP) Syamsul Ulum Karang Tumaritis Pembimbing:

    Penelitian ini dilaksanakan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis, (2) pengaruh Budaya Organisasi pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis, dan (3) Besarnya pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pegawai di Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 32 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Budaya Organisasi dan kepuasan nasabah menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.

    Hasil penelitian menunjukkan: (1) kepuasan kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis berada pada tingkat yang sedang atau kualitasnya cukup baik dengan persentasi sebesar 78,36%. (2) Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis tergambar dalam keadaan cukup baik yang ditunjukkan dengan tanggapan responden sebesar 70,93%. (3) Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung (2,613) yang lebih besar daripada nilai ttabel (1,613) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 32-2=30. (4) Budaya Organisasi berpengaruh sebesar 63,20 % terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong. Sedangkan sisanya sebesar 36,80 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Sumber daya manusia merupakan aset terpenting organisasi karena

    perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional

    organisasi. Agar organisasi tetap eksis maka harus berani menghadapi

    tantangan dan implikasinya yaitu menghadapi perubahan dan memenangkan

    persaingan. Sumber daya yang dimiliki oleh organisasi seperti modal, metode

    dan mesin tidak bisa memberikan hasil yang optimum apabila tidak didukung

    oleh sumber daya manusia yang mempunyai kinerja yang optimum. Flippo

    menjelaskan bahwa organisasi membutuhkan pegawai yang mempunyai

    kinerja (job performance) yang tinggi.1

    Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan

    nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku

    anggota-anggotanya. Budaya organisasi dapat menjadi instrumen keunggulan

    kompetitif yang utama, yaitu bila budaya organisasi mendukung strategi

    organisasi, dan bila budaya organisasi dapat menjawab atau mengatasi

    tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat.

    Banyak pakar menyebutkan bahwa budaya organisasi dapat menjadi

    basis adaptasi dan kunci keberhasilan organisasi sehingga banyak penelitian

    1 Flippo, Edwin B. Manajemen Personalia, Edisi Keempat. (Jakarta: Erlangga. 2003) p. 27

  • 5

    dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai atau norma-norma perilaku yang

    bisa memberikan kontribusi besar bagi keberhasilan organisasi.2 Namun,

    relatif sedikit yang mencoba menghubungkan budaya organisasi dengan

    variabel-variabel sumber daya manusia yang penting, khususnya kepuasan

    kerja pegawai.

    Kinerja pegawai yang merupakan hasil olah pikir dan tenaga dari

    seorang pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dapat berujud,

    dilihat, dihitung jumlahnya, akan tetapi dalam banyak hal hasil olah pikiran

    dan tenaga tidak dapat dihitung dan dilihat, seperti ide-ide pemecahan suatu

    persoalan, inovasi baru suatu produk barang atau jasa, bisa juga merupakan

    penemuan atas prosedur kerja yang lebih efisien.

    Kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi. Dari

    budaya organisasi yang kondusif akan terbentuk tingkat kepuasan kerja

    pegawai yang lebih baik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja para

    pegawai. Kinerja pegawai yang efektif dan efisien selain akan mencerminkan

    kinerja organisasi juga akan membentuk citra organisasi. Untuk menunjang

    upaya membangun budaya organisasi, maka diperlukan perubahan praktek-

    praktek sumber daya manusia. Robbins mengemukakan organisasi yang

    berbudaya kuat akan memiliki ciri khas tertentu sehingga dapat memberikan

    daya tarik bagi individu untuk bergabung, berpikir, bertindak dan berperilaku

    2 Abdul Rashid Moten, A Guide To Research Proposal and Report Writing, (Selangor:

    International Islamic University, 2003) p. 54

  • 6

    sesuai dengan nilai-nilai organisasi.3 Kesesuaian antara budaya organisasi

    dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota organisasi akan menimbulkan

    kepuasan kerja, sehingga mendorong individu untuk bertahan pada satu

    perusahaan dan berkarir dalam jangka panjang. Dengan adanya perubahan

    budaya yang antara lain dengan pemberian renumerasi yang lebih tinggi serta

    penerapan kode etik, diharapkan akan mengubah dan membentuk budaya baru

    yang lebih baik dan mengurangi bahkan menghilangkan budaya KKN serta

    meningkatkan kinerja pegawai.

    Dari budaya organisasi yang dimiliki Terminal Penumpang Umum

    Kendal Gorowong dimana salah satunya berorientasi pada kepuasan

    penumpang, dapat dipertanyakan apakah budaya organisasi dapat

    mempengaruhi kinerja pegawai Terminal Penumpang Umum Kendal

    Gorowong Karang Tumaritis? Terdapat aspek dalam nilai-nilai budaya

    organisasi yang mampu memenuhi harapan karyawan, sehingga para

    karyawan dan anggota organisasi mendapatkan kepuasan kerja dalam

    kerjanya, aspek tersebut bisa berujud inovasi yang dihargai tinggi dalam

    budaya perusahaan tersebut, penghargaan akan kesamaan derajat di antara

    semua pegawai yang dipegang teguh oleh semua anggota perusahaan, atau

    juga nilai-nilai hubungan antara pimpinan dan bawahan yang tidak

    diskriminatif.

    Pembahasan tentang kepuasan kerja pegawai tidak bisa dilepaskan dari

    kenyataan bahwa kepuasan kerja pegawai dapat dicapai apabila semua 3 Robbins, Stephen. P. Perilaku organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. (Jakarta: Gramedia. 2006) p.

    134

  • 7

    harapannya dapat dipenuhi dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

    Kepuasan kerja merupakan refleksi dari perasaan dan sikap individu terhadap

    pekerjaannya, yang merupakan interaksi antara yang bersangkutan dengan

    lingkungan kerjanya. Individu dengan kepuasan kerja diharapkan akan

    mengeluarkan seluruh kemampuan dan energi yang dimiliki untuk

    menyelesaikan pekerjaan, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang optimal

    bagi perusahaan. Ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja selain sebagai

    variabel bebas juga dapat sebagai variabel tidak bebas (terpengaruh). Luthans

    menyatakan ada lima faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:

    penghasilan, rekan kerja, kesempatan berkembang, pekerjaan itu sendiri serta

    supervisi.4

    Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian Pengaruh

    Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal

    Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis.

    B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, teridentifikasi

    beberapa permasalahan yang berkaitan dengan budaya organisasi dan

    kepuasan kerja pegawai pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong

    Kabupaten Karang Tumaritis sebagai berikut.

    4 Luthans, Fred. Perilaku Organisasi 10 th , Edisi Indonesia. Yogyakarta: Andi. 2006) p. 27

  • 8

    1. Apakah budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja

    pegawai pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten

    Karang Tumaritis?

    2. Seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja

    pegawai pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten

    Karang Tumaritis?

    C. Maksud dan Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan

    untuk menggambarkan atau mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

    1. Pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai pada

    Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang

    Tumaritis.

    2. Besarnya pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai

    pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang

    Tumaritis.

    D. Kegunaan Penelitian

    1. Kegunaan Praktis

    Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan

    bagi pihak manajemen Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong

    Karang Tumaritis, bagaimana membangun budaya organisasi yang kuat, di

    mana dengan budaya organisasi yang kuat tersebut dapat meningkatkan

  • 9

    kinerja organisasi dan kepuasan kerja karyawan, sehingga loyalitas dan

    produktivitas kerja meningkat. Dengan demikian diharapkan fungsi

    pelayanan publik dan sumber pendapatan asli daerah dapat ditingkatkan.

    2. Kegunaan Teoretis

    Secara teoretis penelitian ini diharapkan memuliki kegunaan

    sebagai berikut.

    a. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan khasanah ilmu

    pengetahuan, artinya dapat memperkuat teori-teori tentang telaah

    budaya organisasi, kinerja organisasi, dan kepuasan kerja

    karyawan, maupun untuk merespon penelitian terdahulu.

    b. Menambah referensi bagi peneliti lain, yang ingin meneliti tentang

    kemungkinan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap

    kinerja organisasi dan kepuasan kerja karyawan terutama dalam

    pelayanan jasa terminal penumpang umum.

    E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

    1. Kerangka Pemikiran

    Dalam beberapa literatur pemakaian istilah corporate culture biasa

    diganti dengan istilah organization culture. Beberapa definisi budaya

    organisasi dikemukakan oleh para ahli. Abdul Rashid menyatakan bahwa

    budaya korporat atau budaya manajemen atau juga dikenal dengan istilah

    budaya kerja merupakan nilai-nilai dominan yang disebar luaskan didalam

  • 10

    organisasi dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan.5 Suharto memberi-

    kan definisi budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang menjadi pedoman

    sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan

    usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing

    anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana

    mereka harus bertindak atau berperilaku.6

    Robbins mendefinisikan budaya organisasi (organizational

    culture) sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-

    anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang

    lain.7 Lebih lanjut, Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan

    bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan

    organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat

    karakter kunci dari nilai-nilai organisasi ("a system of shared meaning

    held by members that distinguishes the organization from other

    organization. This system of shared meaning is, on closer examination, a

    set of key characteristics that the organization values").8

    Robbins memberikan karakteristik budaya organisasi sebagai

    berikut:

    5 Abdul Rashid, M.Z., M. Sambasivan & J. Johari (2003), The influence of corporate culture

    and organizational commitment on performance, Journal of Management Development, Vol. 22, No. 8, pp. 708-728

    6 Suharto. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Universitas Semarang, Semarang. 2005. p. 69

    7 Robbins, Stephen. P. Op.Cit. p. 248 8 Ibid

  • 11

    (1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk taking),

    adalah sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap

    inovatif dan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana

    organisasi menghargai tindakan pengambilan risiko oleh karyawan

    dan membangkitkan ide karyawan;

    (2) Perhatian terhadap detil (Attention to detail), adalah sejauh mana

    organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan,

    analisis dan perhatian kepada rincian. Penerapan dalam organisasi

    terminal penumpang umum antara lain : dilakukan pencatatan jumlah

    arus kendaraan dan penumpang yang keluar masuk terminal,

    memeriksa kelengkapan adminstrasi persyaratan teknis dan laik jalan

    kendaraan;

    (3) Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation), adalah sejauh mana

    manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian

    pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.

    Penerapan dalam organisasi terminal penumpang umum antara lain:

    melaksanakan penjualan TPR pangkalan, pemungutan retribusi,

    menganalisa dan mengevaluasi pelaksanaan tugas;

    (4) Berorientasi kepada manusia (People orientation), adalah sejauh

    mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada

    orang-orang di dalam organisasi. Penerapan dalam organisasi

    terminal penumpang umum antara lain: mendorong karyawan yang

  • 12

    menjalankan ide-ide mereka, memberikan penghargaan kepada

    karyawan yang berhasil menjalankan ide-ide;

    (5) Berorientasi tim (Team orientation), adalah sejauh mana kegiatan

    kerja diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-

    individu untuk mendukung kerjasama. Penerapan dalam organisasi

    terminal penumpang umum antara lain: dukungan manajemen pada

    karyawan untuk bekerja sama dalam satu tim, dukungan manajemen

    untuk menjaga hubungan dengan rekan kerja di anggota tim lain;

    (6) Agresivitas (Aggressiveness), adalah sejauh mana orangorang dalam

    organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya

    organisasi sebaik-baiknya. Penerapan dalam organisasi terminal

    penumpang umum antara lain: persaingan yang sehat antar karyawan

    dalam bekerja, karyawan didorong untuk mencapai produktivitas

    optimal;

    (7) Stabilitas (Stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi

    menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.9

    Penerapan dalam organisasi terminal penumpang umum antara

    lain: manajemen mempertahankan karyawan yang berpotensi, evaluasi

    penghargaan dan kinerja oleh manajemen ditekankan kepada upaya-upaya

    individual, walaupun senioritas cenderung menjadi factor utama dalam

    menentukan gaji atau promosi.

    9 Ibid. pp. 249-251

  • 13

    Kepuasan kerja atau job satisfaction adalah keadaan emosional

    yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para

    karyawan memandang pekerjaannya.10 Kepuasan kerja merupakan

    cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak

    dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapi dan

    lingkungannya. Sebaliknya, karyawan yang tidak puas akan bersikap

    negatif terhadap pekerjaan dan bentuk yang berbeda-beda satu dengan

    yang lainnya. Adanya ketidakpuasan kerja karyawan seharusnya dapat

    dideteksi oleh perusahaan.

    Menurut Malthis dan Jackson, variabel-variabel yang dapat

    dijadikan indikasi menurunnya kepuasan kerja adalah absenteeism,

    turnover, and job performance.11 Mengutip pendapat tersebut Asad

    menjelaskan bahwa variabel yang dapat dijadikan indikasi menurunnya

    kepuasan kerja adalah tingginya tingkat absensi (absenteeism), tingginya

    keluar masuknya karyawan (turnover), menurunnya produktivitas kerja

    atau prestasi kerja karyawan (performance).12 Apabila indikasi menurun-

    nya kepuasan kerja karyawan tersebut muncul kepermukaan, maka

    hendaknya segera ditangani supaya tidak merugikan perusahaan.

    Mengacu pada pendapat Handoko dan Asad di atas, dapat

    disimpulkan bahwa dampak kepuasan kerja perlu dipantau dengan

    mengaitkannya pada output yang dihasilkan, yaitu produktivitas kerja

    10 Handoko, T. Hani. Manajemen. (Yogyakarta : BPFE. 2003) p. 193 11 Malthis, R.L dan Jackson. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Salemba Empat. 2001)

    p. 424 12 Asad, Moh. Produktivitas Kerja Karyawan. ED 4. (Yogyakarta: Liberti. 2003) p. 103

  • 14

    menurun, turn over meningkat, dan efektivitas lainnya seperti menurunnya

    kesehatan fisik mental, berkurangnya kemampuan mempelajari pekerjaan

    baru, dan tingginya tingkat kecelakaan.

    Untuk mengetahui indikator apa saja yang mempengaruhi

    kepuasan kerja, menurut Luthans13 terdiri dari atas lima indikator, yaitu:

    (1) Pembayaran, seperti gaji dan upah. Karyawan menginginkan system

    upah dan kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak

    meragukan dan segaris dengan pengharapannya. Bila upah dilihat

    sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat

    ketrampilan individu, dan standar pengupahan komunitas

    kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan;

    (2) Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung lebih menyukai

    pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk mengunakan

    kemampuan dan ketrampilannya, kebebasan, dan umpan balik

    mengenai betapa baik mereka bekerja. Karakteristik ini membuat

    kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang

    menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang juga

    dapat menciptakan frustasi dan perasaan gagal;

    (3) Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan kerja juga mengisi

    kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan

    bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung menghantar

    ke kepuasan kerja yang meningkat; 13 Luthans, Fred. Op.Cit. pp. 431-432

  • 15

    (4) Promosi pekerjaan. Promosi terjadi pada saat seorang karyawan

    berpindah dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi,

    dengan tanggung jawab dan jenjang organisasionalnya. Pada saat

    dipromosikan karyawan umumnya menghadapi peningkatan tuntutan

    dan keahlian, kemampuan dan tanggung jawab. Sebagian besar

    karyawan merasa positif karena dipromosikan. Promosi memungkin-

    kan perusahaan untuk mendayagunakan kemampuan dan keahlian

    karyawan setinggi mungkin;

    (5) Kepenyeliaan (supervisi). Supervisi mempunyai peran yang penting

    dalam manajemen. Supervisi berhubungan dengan karyawan secara

    langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaan-

    nya. Umumnya karyawan lebih suka mempunyai supervisi yang adil,

    terbuka dan mau bekerjasama dengan bawahan.

    Paradigma pemikiran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut.

  • 16

    Gambar 1.1 Kerangka pemikiran penelitian

    Masalah: 1. Apakah budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap

    kepuasan kerja pegawai pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis?

    2. Seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis?

    Budaya Organisasi Kepuasan Kerja Pegawai

    1. Inovasi dan keberanian mengambil risiko.

    2. Perhatian terhadap detil.

    3. Berorientasi kepada hasil

    4. Berorientasi kepada manusia

    5. Berorientasi tim 6. Agresivitas 7. Stabilitas

    (Robin, 1998)

    1. Pembayaran gaji dan upah

    2. Pekerjaan itu sendiri 3. Rekan kerja 4. Promosi pekerjaan 5. Kepenyeliaan

    (supervisi). Luthans (1997: 431)

    Hipotesis: Terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong

    Kabupaten Karang Tumaritis.

  • 17

    2. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang

    diteliti dan diuji kebenarannya secara empiris. Oleh karena itu hipotesis masih

    dugaan yang dianggap benar untuk sementara dan perlu dibuktikan

    kebenarannya. Suatu hipotesis akan diterima jika benar setelah diadakan

    penelitian dan akan ditolak jika ternyata salah setelah dibuktikan secara

    empiris.

    Oleh sebab itu, penulis membuat asumsi mengenai permasalahan yang

    sedang dibahas dalam penelitian ini dengan hipotesis penelitian sebagai

    berikut.

    HO = O Tidak terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan

    kerja pegawai pada Terminal Penumpang Umum Kendal

    Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis.

    HA O Terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja

    pegawai pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong

    Kabupaten Karang Tumaritis.

    X Y

    BUDAYA ORGANISASI

    KEPUASAN KERJA

  • 18

    F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

    1. Metode Penelitian

    Penelitian tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan

    Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong

    Kabupaten Karang Tumaritis ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam

    penelitian. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam

    menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan pendekatan ini sudah

    terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai

    objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam

    bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan validitas

    merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan

    pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil

    penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model

    penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya

    hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan

    berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan

    digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungan-

    nya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan

    kulturalnya.

  • 19

    Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan bagaimana

    penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang bagaimana.

    Dalam penelitian tentang Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan

    Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum Kendal Gorowong

    Kabupaten Karang Tumaritis ini digunakan metode deskriptif verifikasi

    dengan menggunakan teknik survei. Singarimbun mengemukakan bahwa

    penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi

    dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.14

    Sementara itu, Sugiyono mengemukakan bahwa menurut tingkat

    eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif.15

    Penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari pengaruh antara satu

    variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini

    adalah (1) Budaya Organisasi dan (2) Kepuasan Kerja Pegawai.

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data merupakan instrumen

    ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan

    dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan,

    serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus penelitian yang sedang

    diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di atas, teknik

    14 Masri Singarimbun & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES. 2003) p. 3 15 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfa Beta. 2001) p. 11

  • 20

    pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama ada dua

    macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.16

    a. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

    mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

    yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada

    pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk

    memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,

    laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan

    fokus penelitian.

    b. Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

    sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

    disebarkan seluruhnya adalah sebanyak sampel yang ditentukan untuk

    penelitian. Pemilihan dengan model angket ini didasarkan atas alasan

    bahwa (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-

    pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan, (b) setiap

    responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas

    pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan dalam

    16 Ibid

  • 21

    memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau

    keterangan dari banyak responden dalam waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala

    Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap,

    pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu

    fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian

    produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu,

    penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

    Tabel 1.1 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

    G. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Terminal Penumpang Umum Kendal

    Gorowong Karang Tumaritis, yang berlokasi di Jl. Ubrad Jenong, Kendal

    Gorowong, Kabupaten Karang Tumaritis. Penelitian ini dilaksanakan selama 6

  • 22

    bulan, yakni dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Juli 2014. Rincian

    pelaksanaan penelitian dapat dijelaskan melalui tabel berikut.

    Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    No Kegiatan Februari 2014 Maret 2014

    April 2014

    Mei 2014

    Juni 2014

    Juli 2014

    1 Kegiatan Prapenelitian X X X

    2 Pengumpulan Data X X X

    3 Analisis Data X X X X X

    4 Penyusunan Laporan X X X X

    5 Bimbingan dan Perbaikan X X X X

    6 Sidang Skripsi X

    H. Sistematika Penulisan Skripsi

    Secara sistematis, karya tulis ini dikembangkan dalam lima bagian

    sebagai berikut.

    1. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

    pemikiran dan hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, serta sistematika

    pengembangan skripsi.

    2. Bagian kedua merupakan tinjauan teoretis yang berisi tentang pembahasan

    budaya organisasi dan kepuasan kinerja pegawai.

  • 23

    3. Bagian ketiga merupakan pembatasan mengenai metode penelitian yang

    membahas tentang latar penelitian, metode dan teknik penelitian, metode

    dan teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan data.

    4. Pembahasan hasil penelitian yang berisi deskripsi, analisis, serta pem-

    bahasan hasil penelitian serta pembuktian hipotesis.

    5. Bagian kelima merupakan kesimpulan atas seluruh hasil analisis data yang

    diperoleh dalam penelitian serta saran yang dapat dikemukakan

    berdasarkan temuan-temuan pada saat penelitian.

  • 24

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Budaya Organisasi

    1. Pengertian Budaya Organisasi

    Budaya organisasi merupakan terjemahan dari organization culture

    yang didefenisikan dalam berbagai pengertian. Beberapa defenisi budaya

    organisasi dikemukan oleh para ahli, Susanto17, memberikan defenisi

    budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya

    manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian

    integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota

    organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka

    harus bertindak atau berperilaku.

    Davis18 menyatakan bahwa Budaya organisasi merupakan pola

    keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai, dan

    dipraktikkan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti

    tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi.

    Sedangkan Schein19 mendefenisikan budaya organisasi adalah asumsi-

    asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan, dan dikembangkan oleh suatu

    kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau

    17 Susanto (1997:3) 18 Davis, Keith & Newstrom, John W. 1985. Perilaku Dalam Organisasi (Jilid 2). Jakarta: Erlangga. hal. 181 19 Schein, Edgar, H. 2001. The Role of Founder in Creating Organization Culture, sychological Dimensionsof Organizational Behavior. (Macmillan Publishing Company,. Singapura) hal. 5

  • 25

    menangani masalah-masalah yang timbul akibat adaptasi eksternal dan

    integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik, sehingga perlu

    diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk

    memahami, memikirkan, dan merasakan berkenaan dengan masalah-

    masalah tersebut.

    Mondy & Noe20 menyatakan budaya organisasi adalah sistem dari

    shared values, keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi

    yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk mendapatkan

    norma-norma perilaku. Budaya organisasi juga mencakup nilai-nilai dan

    standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku organisasi dan

    menentukan arah organisasi secara keseluruhan. Selanjutnya Luthans21

    mengatakan budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai

    yang mengarahkan perilaku anggota organisasi dimana setiap anggota

    akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh

    lingkungannya.

    Kreitner dan Kinicki22 menyatakan budaya organisasi dikonsepsi-

    kan sebagai pemahaman bersama terhadap hal-hal yang penting yang

    dimanifestasikan dalam perkataan yang diucapkan bersama, pekerjaan

    yang dilakukan bersama, serta perasaan yang dirasakan bersama.

    Selanjutnya Kreitner dan Kinicki23, memberi batasan bahwa budaya

    20 Mondy & Noe (1996) 21 Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi 10 th , Edisi Indonesia. Yogyakarta: Andi. Hal 122. 22 Kreitner, Robert dan Angelo Kinichi, 2005, Perilaku Organisasi: Organizational Behavior, Jakarta: Salemba Empat. Hal. 83 23 Ibid, hal. 68

  • 26

    organisasi sebagai nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas

    organisasi yang berfungsi sebagai pemberi rasa identitas kepada anggota,

    mempromosikan komitmen, kolektif, meningkatkan stabilitas sistem

    sosial, serta mengendalikan perilaku para anggota.

    Pendapat Robbins24 bahwa budaya organisasi sebagai suatu sistem

    makna bersama terhadap nilai-nilai primer yang dianut bersama dan

    dihargai oleh organisasi, yang berfungsi menciptakan pembedaan yang

    jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa

    identitas bagi para anggota organisasi, mempermudah timbulnya

    komitmen kolektif terhadap organisasi, meningkatkan kemantapan sosial,

    serta menciptakan mekanisme pembuat makna dan kendali, yang

    membantu membentuk sikap dan perilaku para anggota organisasi.

    Beberapa pendapat ahli secara umum menekankan, bahwa dalam

    budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai

    pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk

    berperilaku. Dan pedoman dalam mengatasi masalah integrasi internal dan

    adaptasi eksternal, dapat diatasi dengan asumsi dasar keyakinan yang

    dianut bersama anggota organisasi.

    Sedangkan peran budaya organisasi adalah sebagai alat untuk

    menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan

    yang tidak boleh dilakukan, bagaimana mengalokasikan sumber daya

    24 Robbins, Stephen. P. Perilaku organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. 2006, hal. 223

  • 27

    organisasional, dan juga sebagai alat untuk menghadapi masalah dan

    peluang dari lingkungan internal dan eksternal.

    Jadi kesimpulan dari penulis menyatakan bahwa budaya organisasi

    sebagai nilai-nilai, pola keyakinan, sistem dari shared values, dan norma-

    norma, yang dapat berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun

    kelompok dalam organisasi untuk berperilaku. Dan pedoman dalam

    mengatasi masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal, dapat diatasi

    dengan asumsi dasar keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi.

    yang berfungsi untuk menciptakan pembedaan yang jelas antara satu

    organisasi dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para

    anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap

    organisasi, meningkatkan kemantapan sosial, serta menciptakan

    mekanisme pembuat makna dan kendali, yang membantu membentuk

    sikap dan perilaku para anggota organisasi.

    2. Karakteristik Budaya Organisasi

    Robbins25 memberikan tujuh karakteristik Budaya Organisasi,

    ketujuh karakteristik tersebut sebagai berikut :

    a. Inovasi dan keberanian pengambilan resiko

    Inovasi adalah suatu gagasan baru yang ditetapkan untuk

    memprakarsai atau memperbaiki suatu produk, proses atau jasa.

    Melalui inovasi dapat diketahui seberapa jauh anggota organisasi

    25 Ibid, hal 248

  • 28

    didorong untuk menemukan cara-cara baru yang lebih baik, tingkat

    kreativitas, dorongan untuk melakukan terobosan-terobosan baru

    dalam bekerja dan dorongan untuk mengembangkan kemampuan.

    Pengambilan resiko merupakan dorongan kepada anggota organisasi

    untuk melaksanakan gagasan baru dalam bekerja dan dorongan untuk

    tanggap dalam memanfaatkan peluang yang ada.

    b. Perhatikan ke rincian

    Seberapa besar pegawai diberikan wewenang dalam menjalankan

    tugasnya, kepercayaan untuk bertanggung jawab, tuntutan untuk

    bertanggung jawab dan kebebasan memiliki cara penyelesaian

    pekerjaan sesuai dengan fungsinya.

    c. Orientasi hasil

    Bagaimana manajemen memfokuskan pada hasil bukannya pada teknik

    dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil, meliputi : kejelasan

    informasi keberhasilan kerja pegawai, tingkat efisiensi dan tingkat

    efektivitas.

    d. Orientasi orang/individu

    Seberapa jauh keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-

    hasil pada orang-orang di dalam organisasi itu melalui pemberdayaan

    organisasi, ada tidaknya persetujuan atasan, kesempatan yang

    diberikan atasan untuk belajar terus menerus, diperbolehkan atau tidak

  • 29

    diperbolehkan adanya kritik dan saran satu dengan yang lainnya, serta

    sistem penghargaan yang jelas.

    e. Orientasi pada tim

    Bagaimana unit-unit di dalam organisasi didorong melakukan

    kegiatannya dalam suatu koordinasi yang baik. Seberapa jauh

    keterkaitan dan kerjasama ditekankan dalam pelaksanaan tugas dan

    seberapa dalam interdependensi antar anggota ditanamkan.

    f. Agresivitas

    Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya

    santai-santai dalam penyelesaian pekerjaan dan persaingan kerja.

    g. Stabilitas

    Kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai

    kontras dari pertumbuhan. Tiap karakteristik ini berlangsung pada

    suatu kontinum (suatu kesatuan) dari rendah ke tinggi. Maka dengan

    menilai organisasi berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh

    gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi

    dasar bagi anggota organisasi untuk memahami organisasi itu,

    bagaimana penyelesaian di dalamnya, dan cara para anggota

    diharapkan berperilaku.26

    Budaya organisasi memiliki karakteristik yang penerapannya

    mendukung pencapaian sasaran organisasi. Karakteristik ini merupakan

    26 Ibid, hal. 248

  • 30

    ciri utama budaya organisasi yang tidak dapat dipisahkan satu sama

    lainnya, juga berlaku pada semua jenis organisasi baik yang berorientasi

    kepada jasa atau produk.

    Selanjutnya Luthans27 memaparkan bahwa budaya organisasi

    memiliki beberapa karakteristik :

    a. Perarturan-perarturan perilaku yang harus dipenuhi

    b. Norma-norma

    c. Nilai-nilai yang dominan

    d. Filosofi

    e. Aturan-aturan

    f. Iklim organisasi

    Karakteristik budaya organisasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

    lainnya. Artinya unsur-unsur tersebut mencerminkan budaya yang berlaku

    dalam suatu jenis organisasi baik yang berorientasi pada pelayanan jasa

    atau organisasi yang menghasilkan produk barang.

    3. Kekuatan Budaya Organisasi

    Luthans (1989) dalam (Pabundu Tika, 2006:109)28 mengatakan

    bahwa faktor-faktor utama yang menentukan budaya organisasi adalah :

    a. Kebersamaan yaitu sejauhmana anggota organisasi mempunyai nilai-

    nilai inti yang dianut secara bersama. Derajat kebersamaan dipengaruhi

    27 Luthans, Op.Cit. hal. 123 28 Tika, Prabundu H, Moh. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara. hal. 109

  • 31

    oleh unsur orientasi dan imbalan. Orientasi dimaksudkan pembinaan

    kepada anggota-anggota baru khususnya melalui program-program

    pelatihan. Sedangkan imbalan dapat berupa kenaikan gaji, jabatan

    (promosi), hadiahhadiah, dan tindakan-tindakan lainnya yang

    memperkuat nilai-nilai budaya organisasi.

    b. Intensitas merupakan suatu hasil dari struktur imbalan. Keinginan

    pegawai untuk melaksanakan nilai-nilai budaya dan bekerja semakin

    meningkat apabila mereka diberi imbalan. Oleh karena itu pimpinan

    organisasi perlu memperhatikan dan mentaati struktur imbalan yang

    diberikan kepada anggota-anggota organisasi guna menanamkan nilai-

    nilai inti budaya organisasi.

    Robbins29 menyatakan bahwa ciri-ciri organisasi yang memiliki

    budaya organisasi kuat antara lain :

    a. Menurunnya tingkat keluarnya karyawan

    b. Adanya kesepakatan yang tinggi dikalangan anggota organisasi

    mengenai apa yang harus dipertahankan oleh organisasi.

    c. Sehingga membina kekohesifan, kesetiaan, dan komitmen organisasi.

    Dipertegas oleh Sathe (1985)30 bahwa tiga ciri khas budaya kuat

    yaitu :

    a. Kejelasan nilai-nilai dan keyakinan

    29 Robbins, Op. Cit, hal. 244 30 Prabundu Tika, Op.Cit. hal. 109

  • 32

    b. Penyebarluasan nilai-nilai dan keyakinan

    c. Intensitas pelaksanaan nilai-nilai inti

    Killman et.al menyatakan budaya organisasi yang kurang didukung

    secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan akan berpengaruh

    negatif pada organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para

    karyawannya.31 Jika hal ini terjadi pada suatu perusahaan, maka tugas-

    tugas tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat dari kurangnya

    motivasi atau semangat kerja, timbul kecurigaan-kecurigaan, komunikasi

    yang kurang lancar, lunturnya loyalitas atau kesetiaan pada tugas

    utamanya dan komitmen karyawan pada perusahaan. Akibatnya,

    perusahaan menjadi tidak efektif dan kurang kompetitif. Dengan kata lain,

    perusahaan menjadi kurang mampu menyelesaikan masalah integrasi

    internal dan adaptasi eksternal.

    Budaya kuat menunjukkan suatu tingkat persetujuan antara

    anggota-anggota organisasi mengenai kepentingan dari nilai-nilai yang

    spesifik. Jika konsensus menghadirkan kepentingan dari nilai-nilai budaya

    menjadi kohesif dan kuat, tetapi jika persetujuan kurang maka budaya

    menjadi lemah, Daft.32 Budaya yang kuat harus diimbangi dengan

    kemampuan beradaptasi dengan lingkungan luar. Di mana organisasi

    merupakan sistem terbuka yang dapat mempengaruhi, tetapi dapat juga

    dipengaruhi oleh lingkungan yang merupakan sistem yang dinamis. Untuk

    31 Ibid. hal. 111 32 Daft (1998:373)

  • 33

    bisa sukses dalam lingkungan yang senantiasa berubah, organisasi harus

    tanggap terhadap kemungkinankemungkinan yang akan terjadi, dapat

    membaca kecenderungan-kecenderungan penting, dan dapat melakukan

    penyesuaian secara cepat. Saat ini terdapat kecenderungan ke arah

    globalisasi, dunia bisnis mengalami persaingan yang semakin kuat dan

    sumber kekuatan organisasi akan lebih terpusat pada sumber daya manusia

    dan informasi teknologi.

    Penjelasan budaya organisasi yang adaptif dan non adaptif seperti

    pada tabel 2.1:

    Tabel 2.1 Adaptif dan Non Adaptif Budaya Organisasi33

    Budaya organisasi yang adaptif Budaya organisasi yang tidak adaptif

    Nilai inti

    Manajer sangat peduli pada konsumen, pemegang saham, dan karyawan, juga mempunyai nilai yang tinggi terhadap orang dan proses yang dapat menciptakan perubahan yang berguna. Contohnya kepemimpinan inisiatif ke atas dan ke bawah dalam hirarki manajemen.

    Manajer peduli pada dirinya sendirinya, kelompok kerjanya, atau beberapa produk (atau teknologi) yang berhubungan dengan kelompok kerja.

    Perilaku

    umum

    Manajer menutup perhatian pada semua pilihan, kecuali konsumen dan perubahan yang diperlukan untuk menguatkan kepentingan, meskipun mendatangkan beberapa resiko.

    Manajer cenderung agak tertutup, menurut paham publik, birokrasi, sebagai hasilnya mereka tidak melakukan perubahan strategi dengan cepat untuk menyesuaikan atau untuk mengambil keuntungan dari perubahan tersebut dalam

    33 Daft (1998:373)

  • 34

    lingkungan bisnisnya.

    Budaya organisasi yang adaptif yaitu mempunyai pola perilaku dan

    nilai-nilai berbeda, jika dibandingkan dengan budaya yang tidak adaptif.

    Di dalam budaya yang adaptif perhatian para manajer kepada pelanggan

    dan karyawan, dimana mereka betul-betul menghargai proses perubahan

    yang bermanfaat. Perilaku fleksibel, dimana para manajer memulai

    perubahan ketika diperlukan, sekalipun akan membawa resiko. Di dalam

    suatu budaya organisasi yang tidak adaptif, para manajer lebih

    memperhatikan diri sendiri. Mereka takut terhadap resiko dan perubahan.

    Hakekat budaya dalam segi-segi nilai dan perilaku-perilaku yang

    umum, menegaskan bahwa tidak ada resep umum untuk menyatakan

    seperti apa hakekat budaya yang baik itu. Budaya yang baik hanya jika

    cocok dengan konteksnya. Maksud konteks disini berupa kondisi

    objektif dari industrinya, segmen industrinya yang dispesifikasi oleh

    strategi perusahaan atau strategi bisnis itu sendiri.

    Perspektif memiliki keabsahan atau valid, konsep utamanya

    tentang kecocokan, Nampaknya bermanfaat, khususnya dalam menjelas-

    kan perbedaan-perbedaan dalam kinerja jangka pendek dan menengah.

    Konsep ini juga memiliki implikasi penting untuk perusahaan-perusahaan

    multi bisnis. Konsep itu mengatakan bahwa suatu budaya yang seragam

    tidak akan berfungsi, beberapa variasi dibutuhkan untuk mencocokkan

    tuntutan-tuntutan spesifik dari bisnisbisnis yang berbeda itu.

  • 35

    Budaya kuat akan mampu memberikan dorongan kepada karyawan

    untuk mempunyai keinginan untuk maju bersama perusahaan. Sebaliknya,

    jika organisasi mempunyai budaya yang lemah tidak akan mampu

    memberikan dorongan kepada karyawan untuk keinginan maju bersama

    perusahaan.

    4. Mengukur Kekuatan Budaya Organisasi

    Pendapat Robbins sama dengan Sathe yang mengatakan a strong

    culture is characterized by organizations core values being intensely

    held, clearly ordered, and widely shared. Berdasarkan pendapat kedua

    tokoh budaya organisasi di atas, Taliziduhu mendefinisikan bahwa budaya

    organisasi kuat sebagai budaya organisasi yang dipegang semakin insentif

    (semakin dasar dan kokoh), semakin luas dianut, semakin jelas

    disosialisasikan, dan diwariskan.

    Taliziduhu membuat metoda pengukuran budaya organisasi kuat

    dimana tiap unsur diberi skor berupa rendah (R), sedang (S), dan tinggi

    (T). Kekuatan budaya organisasi sangat ditentukan oleh jumlah jenis skor

    dari ketiga unsur tersebut. Untuk memudahkan mengukur kekuatan budaya

    organisasi, digunakan skala likert pada setiap pertanyaan yang diajukan di

    setiap unsure budaya organisasi kuat.34 Skala Likert yang dimaksud :

    a. Sangat kuat (SK)

    b. Kuat (K)

    34 Taliziduhu Ndraha. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta : PT Rineka Cipta hal. 115

  • 36

    c. Sedang (S)

    d. Lemah (L)

    e. Sangat lemah (SL)

    Setiap unsur skala diberi skor sesuai dengan derajat atau

    tingkatannya seperti sangat kuat diberi skor 5; kuat 4; sedang 3; lemah 2;

    sangat lemah 1.

    5. Fungsi Budaya Organisasi

    Budaya organisasi meliputi garis-garis pedoman yang kukuh yang

    membentuk perilaku. Robbins, mengemukakan lima fungsi budaya dalam

    organisasi yaitu :

    a. Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas. Artinya budaya

    menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan

    organisasi lainnya

    b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi

    c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih

    luas daripada kepentingan diri individu seseorang

    d. Budaya merupakan perekat sistem sosial yang membantu

    mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar

    yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para

    karyawan

  • 37

    e. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali

    yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.35

    Kreitner dan Kinicki menyebutkan empat fungsi budaya organisasi

    yaitu :

    a. Memberikan identitas organisasi kepada karyawannya. Fungsi

    identitas ini didukung dengan mengadakan penghargaan yang

    mendorong inovasi

    b. Memudahkan komitmen kolektif.

    c. Dalam fungsi ini setiap karyawan akan merasa bangga menjadi bagian

    dari organisasi sehingga setiap karyawan merasa menjadi bagian yang

    tidak terpisahkan dari organisasi tersebut karena adanya pengakuan

    dan kesempatan untuk mengembangkan diri

    d. Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Stabilitas sistem sosial

    mencerminkan taraf lingkungan kerja yang dirasakan positif dan

    mendukung; konflik serta perubahan diatur dengan efektif. Strategi ini

    membantu mempertahankan lingkungan kerja yang positif dalam

    menghadapi kesulitan

    e. Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan

    keberadaannya.36

    35 Robbins, Op. Cit. Hal. 253 36 Kreitner dan Kinicki. Op.Cit. hal. 83

  • 38

    Fungsi budaya ini membantu para karyawan memahami mengapa

    organisasi melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana

    perusahaan bermaksud mencapai tujuan jangka panjang.

    Fungsi budaya organisasi penting dalam kehidupan organisasi.

    Dimana budaya organisasi berfungsi sebagai sarana untuk mempersatukan

    kegiatan para anggota organisasi yang terdiri dari sekumpulan individu

    dengan latar belakang yang berbeda.

    6. Pembentukan Budaya Organisasi

    Seluruh sumber daya manusia yang ada di dalam suatu perusahaan

    harus dapat memahami dengan benar budaya perusahaan yang ada.

    Pemahaman ini sangat berkaitan dengan setiap gerak langkah, setiap

    kegiatan yang dilakukan, baik perencanaan yang bersifat strategis dan

    taktikal maupun kegiatan dari implementasi perencanaan. Disamping itu

    untuk memberikan dukungan kepada sumber daya manusia di dalam usaha

    memahami budaya organisasi/perusahaan perlu diketahui terlebih dahulu

    bagaimana budaya organisasi/perusahaan itu dibentuk.

    Budaya organisasi pertama kali berasal dari pendiri (founder) atau

    pimpinan paling atas (Top management) dari organisasi sebagai perintis.

    Pendiri ini memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan

    organisasi dan menetapkan suatu cara tersendiri yang dijalankan dalam

    organisasinya.

  • 39

    Setiap organisasi terutama organisasi formal mempunyai budaya

    tersendiri dan menjadi ciri khas organisasinya. Efektifitas dan keberhasilan

    suatu organisasi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan motivasi

    karyawan atau manajer, tetapi juga diukur oleh bagaimana orang-orang di

    dalam kelompok dapat bekerja sama. Oleh karena itu kedua faktor tersebut

    merupakan faktor yang penting dalam pencapaian keberhasilan organisasi.

    Kemampuan pendiri dalam menciptakan budaya tidak dibatasi oleh

    nilainilai dan ideologi sebelumnya. Mereka dapat dengan mudah

    menerapkan keyakinan mereka pada organisasi untuk mencapai nilai-nilai

    yang diinginkan, namun lambat laun nilai-nilai ini akan terseleksi dengan

    sendirinya untuk melakukan sejumlah penyesuaian terhadap perubahan.

    Hasil akhirnya akan muncul budaya organisasi yang diinginkan.

    Mcshane dan Glinow37 membagi tingkat budaya dan interaksinya

    dalam tiga tingkatan yaitu :

    1) Artifacts yaitu elemen budaya perusahaan yang paling luar dari budaya

    perusahaan sebab dapat dilihat secara kongkrit.

    2) Beliefs value and attitudes yaitu elemen dasar budaya perusahaan yang

    mengarahkan perilaku, kendati elemen ini tidak tampak tetapi sangat

    berpengaruh terhadap perilaku orang.

    37 McShane, Steven L. & Von Glinow, Mary Ann. (2008). Organizational behavior (fourth edition). USA : McGRAW hill-International. Hal. 449

  • 40

    3) Basic assumption yaitu bagian yang paling dalam dari budaya

    perusahaan yang mendasari nilai, sikap dan keyakinan para anggota

    perusahaan.

    Uraian diatas dapat diketahui bahwa proses pembentukan budaya

    organisasi dapat terlihat pada skema gambar 2.1

    Gambar 2.1 Skema pembentukan Budaya Organisasi38

    Keterangan pada gambar 2.1 :

    a. Interaksi antar pimpinan atau pendiri organisasi dengan

    kelompok/perorangan dalam organisasi

    b. Interaksi ini menimbulkan ide yang ditransformasikan menjadi artifak,

    nilai, dan asumsi

    c. Artifak, nilai, dan asumsi kemudian diimplementasikan sehingga

    menjadi budaya organisasi

    38 Pabundu Tika. Op.Cit. hal. 21

  • 41

    d. Untuk mempertahankan budaya organisasi lalu dilakukan

    pembelajaran (learning) kepada anggota baru dalam organisasi.

    Pendapat Robbins39 bahwa suatu budaya organisasi tidak begitu

    saja terbentuk, tetapi kebanyakan berasal dari yang telah dilaksanakan

    sebelumnya. Tingkat usaha yang telah dilakukan yang bersumber dari

    para pendiri organisasi dan menjadikannya sebagai budaya awal

    organisasi tersebut.

    7. Menciptakan dan Mempertahankan Budaya

    Sekali suatu budaya terbentuk, praktik-praktik di dalam organisasi

    bertindak untuk mempertahankannya dengan memberikan kepada para

    karyawannya seperangkat pengalaman yang serupa. Misalnya, praktek

    sumber daya manusia yang memperkuat budaya organisasi melalui proses

    seleksi, criteria evaluasi kinerja, praktik pemberian imbalan, kegiatan

    pelatihan, dan pengembangan karir dan prosedur promosi memastikan

    bahwa mereka yang dipekerjakan cocok dalam budaya itu.

    Tiga kekuatan memainkan bagian sangat penting dalam

    mempertahankan suatu budaya. Menurut Robbins40 ada tiga kekuatan

    untuk mempertahan suatu budaya organisasi yaitu :

    a. Praktik seleksi

    Proses seleksi mempunyai tujuan :

    39 Robbins, Op.Cit. hal. 583 40 Ibid. hal. 255

  • 42

    1) Upaya memastikan kecocokan calon-calon karyawan dengan nilai-

    nilai organisasi

    2) Memberikan informasi kepada calon-calon karyawan mengenai

    keadaan organisasi/perusahaan

    b. Tindakan manajemen puncak

    Tindakan manajemen puncak mempunyai dampak besar pada budaya

    organisasi. Apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka

    berperilaku, eksekutif senior menegakan norma-norma yang

    berpengaruh terhadap anggota organisasi.

    c. Sosialisasi

    Organisasi berpotensi membantu karyawan baru menyesuaikan diri

    dengan budaya organisasi. Proses penyesuaian ini disebut dengan

    sosialisasi. Tahap sosialisasi yang paling kritis adalah pada saat

    memasuki organisasi tersebut.

    Sosialisasi menurut Robbins41 dapat dikonsepkan sebagai suatu

    proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu :

    a. Tahap prakedatangan

    Tahap dimana semua pembelajaran yang terjadi sebelum seorang

    anggota baru bergabung dengan organisasi itu.

    41 Ibid. hal. 258

  • 43

    b. Tahap perjumpaan

    Tahap dimana seorang karyawan baru melihat seperti apakah

    organisasi itu sebenarnya dan menghadapi kemungkinan bahwa

    harapan dan kenyataan dapat berbeda.

    c. Tahap metamorphosis

    Tahap ini terjadi perubahan yang relatif tahan lama. Karyawan baru

    akan menguasai ketrampilan yang diperlukan untuk pekerjaannya

    dengan berhasil melakukan perannya, dan melakukan penyesuaian ke

    nilai dan norma kelompok kerjanya.

    Proses tiga tahap ini akan berdampak pada produktivitas kerja,

    komitmen pada tujuan organisasi dan keputusan akhir untuk tetap bersama

    organisasi itu. Robbins42 mengatakan bahwa ada beberapa media yang

    dapat digunakan dalam proses pembentukan dan pewarisan budaya

    organisasi yaitu :

    a. Cerita merupakan suatu narasi peristiwa pimpinan organisasi, pendiri

    organisasi, keputusan-keputusan penting yang memberi dampak

    terhadap jalannya organisasi di masa yang akan datang dan mengenai

    manajemen puncak saat ini

    b. Ritual merupakan kegiatan periodik yang mengungkapkan dan

    memperkuat nilai-nilai utama organisasi, tujuan apakah yang paling

    42 Ibid. hal. 261

  • 44

    penting, orang-orang manakah yang penting dan mana yang dapat

    dikorbankan.

    c. Simbol material dapat berupa desain serta pemanfaatan fisik ruangan

    dan gedung, perabot kantor, kebiasaan eksekutif, cara berpakaian, dan

    sebagainya.

    d. Bahasa sebagai suatu cara untuk mengidentifikasi anggota suatu

    budaya atau anak budaya.

    B. Kepuasan kerja

    Sesuai dengan kodratnya, kebutuhan manusia sangat beraneka ragam,

    baik jenis maupun tingkatannya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang

    cenderung tak terbatas. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu

    yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang

    berbeda-beda, sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin

    tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan kenginginan

    individu, makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut.

    Kepuasan kerja (Job satisfaction) merupakan hal yang penting yang

    dimiliki oleh setiap orang dalam bekerja. Dengan tingkat kepuasan kerja yang

    tinggi mereka akan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga tujuan

    organisasi dapat tercapai dengan baik. Sifat kepuasan kerja adalah dinamis.

    Artinya, rasa puas bukan keadaan yang tetap karena dapat dipengaruhi dan

    diubah-ubah oleh kekuatan-kekuatan baik dari dalam maupun dari luar

    lingkungan kerja.

  • 45

    Pandangan karyawan terhadap kondisi lingkungan kerjanya dengan

    perasaan puas atau tidak puas terhadap kondisi tersebut akan sangat

    mempengaruhi perilaku mereka dalam bekerja. Kebijaksanaan perusahaan

    dalam memperhatikan tingkat kebutuhan hidup karyawan merupakan hal

    terpenting dalam pengukuran tingkat kepuasan. Melalui tingkat kepuasan

    inilah semua tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai.

    1. Pengertian Kepuasan Kerja

    Defenisi mengenai kepuasan kerja atau job satisfaction dari para

    ahli manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi

    mengungkapkan sudut pandang yang berbeda-beda, namun makna yang

    terkandung dari defenisi atau konsep tersebut umunya relatif sama.

    Beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.

    Robbins menyatakan bahwa istilah kepuasan kerja adalah weve

    previously define satisfaction as an individuals general attitude toward

    his or her job.43 Pernyataan tersebut merupakan pengertian kepuasan

    kerja secara umum yang menggambarkan bahwa kepuasan kerja

    merupakan hubungan antara individu dengan pekerjaan dan

    lingkungannya.

    Istilah kepuasan kerja adalah sikap umum seorang individu

    terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi

    menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan itu, seseorang yang

    43 Robbins. Op.Cit. hal. 184

  • 46

    tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap negatif terhadap

    pekerjaan itu.44

    Dipertegas oleh Yukl45 bahwa kepuasan kerja adalah suatu cara

    seorang pegawai merasakan kepuasan tentang pekerjaannya. Luthans46,

    dengan mengutip tulisan Locke bahwa job satisfaction as a pleasure or

    positive emosional scale resulting form the appraisal of one job or job

    experience.

    Hal ini dipahami bahwa kepuasan kerja sebagai keadaan emosional

    yang positif yang dihasilkan dari penghargaan atas pekerjaan seseorang

    atau pengalaman kerja seseorang. Lebih lanjut Luthans menegaskan,

    bahwa kepuasan kerja merupakan hasil persepsi para karyawan tentang

    seberapa baik pekerjaan seseorang dalam memberikan segala sesuatu yang

    dipandang sebagai suatu yang penting melalui hasil kerjanya. Istilah

    kepuasan kerja merujuk pada sikap (reaksi emosional) seorang individu

    terhadap pekerjaannya.

    Cherrington mengungkapkan kepuasan kerja secara umum akan

    muncul jika seseorang menyukai pekerjaan dan lingkungannya, sebaliknya

    timbul rasa tidak puas dalam diri seseorang karyawan apabila ia tidak

    menyukai pekerjaannya.47

    44 Ibid. hal. 139 45 Yukl, Gary A. 2002. Managerial Leadership: A Review of Theory and Research. Journal of Management. Vol 15. No. 2. 251-289 hal. 129 46 Luthans. Op.Cit. hal. 230 47 Cherrington (1998:304)

  • 47

    Davis dan Newstorm lebih lanjut mengatakan bahwa kepuasan

    kerja merupakan bagian dari kepuasan hidup. Sifat dari pengaruh

    lingkungan kerja yang dirasakan seseorang pada saat bekerja.

    Sebagaimana halnya sebuah pekerjaan adalah bagian penting dari

    kehidupan, maka kepuasan kerja dapat mempengaruhi kepuasan hidup

    seseorang secara umum.48

    Defenisi para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja

    merupakan bagian kepuasan hidup yang berhubungan dengan perasaan

    dan sikap seseorang karyawan terhadap pekerjaannya dan berperan

    penting dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.

    Jadi kesimpulan dari penulis menyatakan bahwa kepuasan kerja

    secara umum menggambarkan hubungan antara individu dengan pekerjaan

    dan lingkungannya, keadaan emosional yang positif dapat dihasilkan dari

    penghargaan atas pekerjaan seseorang atau pengalaman kerja seseorang,

    biasanya Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan

    sikap yang positif terhadap pekerjaan itu, dan sebaliknya akan timbul rasa

    tidak puas dalam diri seseorang karyawan apabila ia tidak menyukai

    pekerjaannya.

    2. Teori-Teori Kepuasan Kerja

    Beberapa teori kepuasan kerja yang membahas dimensi kepuasan

    kerja di antaranya adalah

    48 Davis dan Newstorm. Op.Cit. hal. 99

  • 48

    a. Teori keadilan

    Teori keadilan dikembangkan oleh J.Stacy Adam,49. Komponen utama

    dalam teori ini adalah

    Input yaitu semua nilai yang diterima karyawan yang dapat menunjang dalam melaksanakan pekerjaan.

    Outcomes yaitu semua nilai yang diterima karyawan dan diperoleh dari pekerjaannya.

    Comparison person yaitu seorang karyawan dalam organisasi yang sama atau organisasi yang berbeda dan dari dirinya sendiri di

    pekerjaan sebelumnya.

    Equity-inequity yaitu keadilan/keseimbangan.

    Menurut teori ini puas atau tidak puas seorang pegawai

    merupakan hasil dari perbandingan antara input-outcome dirinya

    dengan input outcome orang lain, jika perbandingan dirasakan

    seimbang maka karyawan tersebut akan merasakan puas, tetapi apabila

    terjadi ketidakseimbangan dapat menyebabkan dua kemungkinan yaitu

    ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya atau ketidak-

    seimbangan yang menguntungkan karyawan lain yang menjadi

    pembanding.

    49 Ernie, 2002:30

  • 49

    b. Teori perbedaan

    Porter sebagai pelopor teori ini berpendapat bahwa mengukur

    kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa

    yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan karyawan.

    c. Teori pemenuhan kebutuhan

    Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja karyawan bergantung

    pada terpenuhinya atau tidak kebutuhan karyawan.

    d. Teori Pandangan Kelompok

    Menurut teori ini kepuasan kerja karyawan bukan bergantung pada

    pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat tergantung pada pandangan

    dan pendapat kelompok yang oleh para karyawan dianggap sebagai

    kelompok acuan.

    e. Teori pengharapan

    Teori ini dikembangkan oleh Vroom yang kemudian diperluas oleh

    Porter dan Laurer. Menurut teori ini motivasi dari akibat suatu hasil

    yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan

    bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya

    itu.

    f. Teori Motivasi Dua Faktor

    Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha

    adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan

    keahlian dan peluang untuk mengembangkan keahlian.

  • 50

    3. Faktor-faktor Kepuasan Kerja

    Griffin dan Moorhead50 berpendapat bahwa ada lima faktor utama

    yang menyebabkan kepuasan dan ketidakpuasan kerja yaitu :

    a. Gaji

    b. Kesempatan untuk promosi

    c. Jenis pekerjaan

    d. Kebijaksanaan dan prosedur dan

    e. Kondisi kerja

    Faktor-faktor yang mendukung kepuasan kerja menurut Robbins51

    yaitu :

    a. Kerja yang secara mental menantang

    Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan

    yang kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu

    banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada

    kondisi tantangan yang sedang kebanyakan karyawan akan mengalami

    kesenangan dan kepuasan.

    b. Ganjaran yang pantas

    Para karyawan cenderung menginginkan sistem upah dan kebijakan

    promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan

    segaris dengan pengharapan mereka.

    50 Griffin dan Moorhead (1992:63) 51 Op.Cit. hal. 149

  • 51

    c. Kondisi kerja yang mendukung

    Karyawan peduli akan lingkungan kerja, baik untuk kenyamanan

    pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas dengan baik.

    Kenyamanan menjadi kunci utama dalam mempengaruhi kepuasan

    kerja karyawan di mana mereka bekera

    d. Rekan sekerja yang mendukung

    Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi

    yang berwujud dari pekerjaan mereka. Bagi kebanyakan karyawan,

    kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial.

    Maman Kuzman52 menyebutkan bahwa faktor kepuasan kerja

    karyawan biasanya bersumber pada :

    a. Pekerjaan itu sendiri

    b. Lingkungan kerja karyawan yang bersangkutan

    c. Proses kerja dan hasil kerja

    Lima karakteristik dikemukakan Luthans53 yang meliputi:

    a. Pekerjaan itu sendiri

    b. Pembayaran, seperti gaji dan upah

    c. Promosi pekerjaan

    d. Kepenyeliaan (supervisi) yang berhubungan dengan karyawan

    langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan

    pekerjaannya.

    52 Maman Kuzman (1991:8) 53 Op.Cit. hal. 230

  • 52

    e. Rekan kerja

    Kelima karakteristik ini digunakan dalam penelitian ini.

    4. Pendekatan untuk Mengukur Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu

    terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan

    sekerja, atasan, dan mengikuti aturan kebijakan organisasi untuk

    memenuhi standar kinerja dan hidup pada kondisi kerja yang kurang dari

    ideal.

    Dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan

    kerja menurut Robbins54, yaitu :

    a. Pendekatan angka nilai global tunggal

    Mengukur tingkatan kepuasan kerja yang dilakukan terhadap masing-

    masing aspek atau faktor pekerjaan secara utuh

    b. Pendekatan skor penjumlahan

    Mengukur tingkat kepuasan kerja yang dilakukan dengan cara menjumlahkan skor kepuasan atas faktor-faktor pekerjaan/aspek

    kerja sehingga nantinya akan diperoleh nilai kepuasan kerja total

    seorang pekerja

    Metode angka nilai global meminta individu-individu untuk menjawab suatu pertanyaan

    Metode penjumlahan fase pekerjaan 54 Robbins. Op.Cit. hal. 69

  • 53

    Konsep yang dikemukakan oleh Davis dan Newstorm55, bahwa

    pengukuran tingkat kepuasan kerja ada dua yaitu

    a. Survei objektif

    Digunakan dengan cara memberikan pertanyaan dan sekaligus

    memberikan alternatif jawaban.

    b. Survei deskriptif

    Survei ini dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada

    responden, guna mendapat respon dari karyawan dengan kata-kata

    sendiri.

    5. Dampak Kepuasan Kerja

    Faktor-faktor yang merupakan dampak yang ditimbulkan oleh

    kepuasan kerja atau yang dipengaruhinya diuraikan oleh Robbins56,

    sebagai berikut.

    a. Kepuasan dan Produktivitas

    Kepuasan kerja dan produktivitas memiliki hubungan yang positif,

    artinya apabila kepuasan kerja tinggi maka cenderung akan

    meningkatkan produktivitas karyawan. Hubungan tersebut akan kuat

    apabila tidak dipengaruhi oleh faktor lain seperti mesin. Tingkat

    pekerjaan mempengaruhi pula kekuatan hubungan tersebut. Ini terlihat

    dari hasil penelitian bahwa tingkat pekerjaan yang tinggi

    55 Davis dan Newstorm. Loc.Cit. 56 Robbins, Op.Cit. hal. 151

  • 54

    mempengaruhi kuatnya hubungan antara kepuasan kerja dan

    produktivitas

    b. Kepuasan dan kemangkiran

    Hubungan antara kepuasan kerja dan tingkat absensi memiliki

    hubungan negatif, namun apabila kepuasan kerja tinggi maka

    kecenderungan tingkat kemangkirannya rendah.

    c. Kepuasan dan Turnover/tingkat keluar masuknya karyawan

    Kepuasan kerja dengan Turnover memiliki hubungan yang negatif

    dengan kekuatan yang moderat. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    hubnungan antara keduanya adalah usia, komitmen terhadap

    organisasi, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pasar tenaga

    kerja. Robbins mengungkapkan faktor kinerja karyawan sebagai salah

    satu variabel di antara variabel tersebut, Karena organisasi cenderung

    akan mempertahankan karyawan yang berkinerja baik dengan cara

    memberikan kompensasi tinggi.

    6. Mengungkapkan Ketidakpuasan Kerja

    Ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dalam sejumlah cara.

    Misalnya daripada berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh,

    mencuri milik organisasi, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab

    kerja. Ada empat respon yang berbeda satu sama lain sepanjang dua

    dimensi.

    a. Konstruktif/Destruktif

    b. Aktif/Pasif

  • 55

    Di mana respon dapat didefenisikan sebagai berikut :

    a. Eksit, perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi

    mencakup. Mencakup pencarian suatu posisi baru maupun meminta

    berhenti

    b. Suara, dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi.

    Mencakup saran perbaikan, membahas problem-problem dengan

    atasan, dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh

    c. Kesetiaan, pasif tetapi optimis menunggu membaiknya kondisi.

    Mencakup berbicara membela organisasi menghadapi kritik luar dan

    mempercayai organisasi dan manajemen untuk melakukan hal yang

    tepat

    d. Pengabdian, secara pasif membiarkan kondisi memburuk, termasuk

    kemangkiran atau datang terlambat secara kronis, upaya yang

    dikurangi, dan tingkat kekeliruan yang meningkat.

    Gambar 2.2 Respon terhadap Ketidakpuasan Kerja57

    57 Robbins. Op.Cit. hal. 154

  • 56

    BAB III

    OBJEK PENELITIAN

    A. Deskripsi Latar Penelitian

    Karang Tumaritis merupakan kota kabupaten yang memiliki akses ke

    berbagai daerah di Jawa Barat. Ke arah barat merupakan jalur yang menuju

    arah kabupaten Bogor dan kawasan Puncak. Ke arah timur menuju Bandung,

    utara ke arah wilayah Cikalongkulon, serta ke selatan menuju daerah-daerah

    selatan kabupaten Karang Tumaritis.

    Guna menunjang mobilitas penduduknya dan struktur ekonomi yang

    ada maka transportasi mempunyai peran penting sebagai urat nadi

    pembangunan yang merupakan kebutuhan pokok pembangunan disegala

    sektor. Untuk mendukung hal tersebut fungsi terminal sebagai simpul

    transportasi terbesar di kota Karang Tumaritis, diharapkan dapat berfungsi

    optimal sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dari

    dan ke berbagai tujuan.

    Terminal Kendal Gorowong Karang Tumaritis merupakan terminal

    baru yang diharapkan mampu menampung kendaraan-kendaraan umum ke

    berbagai wilayah di Jawa Barat dan kabupaten Karang Tumaritis.

  • 57

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna

    variabel yang sedang diteliti. Singarimbun (2003:46-47) memberikan pe-

    ngertian tentang definisi operasional sebagai unsur penelitian yang memberi-

    tahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional dapat

    juga dikatakan sebagai informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain

    yang akan menggunakan variabel yang sama. Dengan demikian, definisi

    operasional dalam sebuah penelitian harus dapat diukur dan spesifik serta

    dapat dipahami oleh orang lain.

    Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan, variabel penelitian

    ini dapat didefinisikan sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

    Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian

    Variabel Dimensi Indikator Item Skala

    Inovasi dan keberanian mengambil risiko

    1. Organisasi selalu melakukan pembaharuan

    1, 2 Ordinal

    Perhatian terhadap detil

    2. Detil pekerjaan menjadi hal penting dalam pelaksanaan tugas

    3 Ordinal

    Berorientasi kepada hasil

    3. Hasil maksimal merupakan target

    4, 5 Ordinal

    Berorientasi kepada manusia

    4. Pelayanan manusia menjadi prioritas

    6 Ordinal

    Berorientasi tim 5. Kerja dilaksanakan sebagai tim

    7 Ordinal

    Budaya Organisasi (Robin, 1998)

    Agresivitas 6. Proaktif dalam 8, 9 Ordinal

  • 58

    Variabel Dimensi Indikator Item Skala

    melaksanakan tugas

    Stabilitas 7. Stabilitas organisasi menjadi hal penting yang harus dijaga.

    10 Ordinal

    Pembayaran gaji dan upah

    8. Gaji dan upah dibayar tepat waktu.

    9. Gaji sesuai dengan kapasitas kerja

    11, 12, 13

    Ordinal

    Pekerjaan itu sendiri

    10. Pekerjaan menjadi hal menantang

    11. Pekerjaan menjadi tujuan utama

    14, 15 Ordinal

    Rekan kerja 12. Rekan kerja menjadi partner yang baik

    16 Ordinal

    Promosi pekerjaan

    13. Atasan memberikan promosi jabatan

    17, 18 Ordinal

    Kepuasan Kerja Pegawai Luthans (1997: 431)

    Kepenyeliaan (supervisi)

    14. Dilakukan pengawasan yang berkesinambungan

    15. Evaluasi dilakukan secara berkala.

    19, 20 Ordinal

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi Penelitian

    Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan

    sampel yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni

    (2008: 41) adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun

    kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan

    jelas. Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari

    populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan

  • 59

    dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen.

    Menurut Sugiyono (2004:4) populasi adalah wilayah generalisasi yang

    terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

    tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulan.

    Populasi penelitian tentang Pengaruh Budaya Organisasi

    Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Terminal Penumpang Umum

    Kendal Gorowong Kabupaten Karang Tumaritis ini adalah seluruh

    pegawai di terminal penumpang umum Kendal Gorowong Karang

    Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 31 orang.

    2. Sampel Penelitian

    Pada penelitian ini digunakan teknik sampling berupa probability

    sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama

    bagi semua anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel

    (Sugiyono, 2004: 92). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

    stratified random sampling di mana populasi mempunyai anggota yang

    tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

    Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada

    pendapat Arikunto (1988:94) yang menyatakan bahwa untuk sekedar

    ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil

    semuanya. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar, dapat diambil

    antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %.

  • 60

    Berdasarkan pendapat di atas, untuk mendapatkan sampel yang

    representatif dan berukuran sesuai dengan kebutuhan, maka seluruh

    populasi (sebanyak 31 orang) dijadikan sampel atau menggunakan sampel

    populasi. Penentuan kelas ini sebagai sampel dilakukan karena

    diasumsikan seluruh populasi homogen.

    D. Langkah-langkah Pengumpulan Data

    Menurut Neuman, W. Lawrence (2006: 209-219) terdapat tujuh

    langkah dasar dalam melakukan sebuah penelitian survey sebagai berikut.

    1) Perencanaan

    Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

    penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dang

    menganalisa data bagi penelitian itu.

    2) Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian

    Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Disini

    disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian,

    hipotesis serta metode.

    3) Pengambilan contoh (sampling)

    Proses pemilihan sejumlah unsur dari suatu populasi guna mewakili

    seluruh populasi itu.

  • 61

    4) Penyusunan daftar pertanyaan

    Proses penerjemahan tujuan-tujuan studi kedalam bentuk pertanyaan

    untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan.

    5) Kerja lapangan

    Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan

    dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara.

    6) Editing dan Coding

    Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar

    pertanyaan ke dalam berbagai kelompok jawaban yang disusun dalam

    angka dan ditabulasi.

    7) Analisis dan Laporan

    Meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula

    dalam suatu proses penelitian.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Menurut Nasir (2003:328), teknik pengumpulan data merupakan

    instrumen ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data

    yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis,

    informasi lisan, serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus

    penelitian yang sedang diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di

    atas, teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama

    ada dua macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.

  • 62

    1. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

    dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan

    mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

    yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada

    pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk

    memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,

    laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan

    fokus penelitian.

    2. Teknik Angket

    Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden

    sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang

    disebarkan seluruhnya adalah 31 perangkat angket. Pemilihan dengan

    model angket ini didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki

    waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan

    yang diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara

    pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden

    mempunyai kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan

    untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dalam

    waktu yang cepat dan tepat.

    Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala

    Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur

  • 63

    sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang

    suatu fenomena sosial. Permasalahan budaya organisasi dan kepuasan

    kerja pegawai dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena

    itu, penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.

    Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    Tabel 3.2 Penskoran Skala Likert

    Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

    Penilaian

    Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

    Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

    Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

    Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

    Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

    F. Langkah-langkah Pengolahan Data

    1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

    Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur

    persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah

    peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang

    telah ditetapkan oleh peneliti. Pengolahan data secara deskriptif adalah

    dengan cara memperoleh hasil perkalian dari jumlah responden dengan

    skor pilihan jawaban yang diberikan. Seluruh hasil perkalian dari jumlah

  • 64

    responden pada masing-masing pilihan jawaban ini (pada masing-masing

    item) dijadikan dasar penafsiran data hasil penelitian secara deskriptif.

    Untuk menentukan tingkat tanggapan responden, dilakukan

    perhitungan persentase dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan

    oleh Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006: 122) dalam menyusun

    penskalaan dengan metode Likerts Summated Rating yang ditentukan

    oleh skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap

    responden.

    z z z z z

    2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dalam kerangka

    pengembangan instrumen penelitian. Langkah-langkah yang akan

    ditempuh dalam pengembangan instrumen penelitian secara garis besarnya

    adalah sebagai berikut.

    1) Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga

    masing-masing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek

    dan subaspek yang akan diukur serta indikatornya masing-masing.

    2) Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam

    penulisan butir-butir pertanyaan.

    Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

    20 40 60 80 100

  • 65

    3) Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabaran konsep

    instrumen penelitian yang telah ditetapkan.

    4) Mendiskusikan perangkat instrumen dengan pembimbing untuk men-

    dapatkan masukan dan pertimbangan mengenai kelayakan konstruksi,

    lingkup dan redaksi dari setiap pernyataan.

    5) Menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dengan tujuan

    untuk mengukur valid tidaknya instrumen itu.

    a) Teknik analisis yang dipergunakan adalah teknik r Product

    Moment, yaitu hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria

    validitas yaitu suatu butir pernyataan dinyatakan valid jika

    koefesien rhitung lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi = 0,05. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

    rxy = ( )( )

    ( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]2222 YYn XXn X - XYn Y

    Keterangan:

    rxy : Koefisien korelasi

    n : jumlah responden

    X : Jumlah skor setiap item

    Y : Jumlah skor total seluruh item

    (X)2 : Kuadrat jumlah skor item X

    X2 : Jumlah kuadrat skor item X

    (Y)2 : Kuadrat jumlah skor item Y

  • 66

    (X)2 : Jumlah kuadrat skor item Y

    b) Menata ulang instrumen pernyataan sesuai dengan butir-butir

    pernyataan yang valid (sahih).

    c) Uji reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan

    koefesien reliabilitas dari Alpha Cornbach.

    =

    2

    iS

    2Si11k

    k

    Keterangan :

    = nilai koefisien reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

    Si2 = mean kuadrat kesalahan Si2 = varians total

    Hasil yang diperoleh dari ini selanjutnya dikonsultasikan

    dengan tabel r product moment pada taraf signifikansi 5% dan N = 31

    (Lihat lampiran Tabel Nilai-nilai r Product Moment).

    Instrumen sebagai alat pengumpul data dalam pene