gigitan binatang
DESCRIPTION
kasus gigitan binatangTRANSCRIPT
GIGITAN ULAR
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan
Gigitan ular berbisa dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Famili Elipadae, terdiri dari :
Najabungarus (King Cobra), berwarna coklat hijau dan terdapat di Sumatra dan Jawa
Najatripudrat sputatrix (Cobra Hitam, ular sendok) panjangnya sekitar 1,5 meter terdapat di Sumatra dan di Jawa
Najabungarus Candida (Ular sendok berkaca mata) sangat berbahaya dan terdapat di India
Famili Viperidae, terdiri dari : Ancistrodon rodostom (Ular tanah) Lacheis Graninius (Ular hijau pohon) Micrurus Fulvius (Ular batu koral)
Famili Hydrophydae
Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular. Ular yang berbisa memiliki ciri- ciri : Bentuk kepala segiempat panjang Gigi taring kecil Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
Sedangkan ciri-ciri ular tidak berbisa seperti : Bentuk kepala segitiga Dua gigi taring besar di rahang atas Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring
MANISFESTASI KLINIS
Keluhan dan gejala tergantung pada jenis ular : Pada gigitan ular family elapidae keluhan dan gejala
berupa nyeri, edema, pitosis, sengau, kelumpuhan lidah dan faring, mual, muntah, salivasi, hematuri, melena, kelumpuhan leher dan kelumpuhan anggota gerak serta pernafasan
Gigitan ular family viperdae, keluhan dan gejalanya berupa nyeri, ekimosis, gagal ginjal akut, sputum bercampur darah
Gigitan ular hydrophydae, keluhan dan gejala berupa nyeri, kekakuan otot, nyeri pada otot sampai pada 1 jam setelah gigitan, kelumpuhan otot, oftalmoplegi, disfagia, mioglobinuri (3 sampai 6 jam setelah gigitan)
Klasifikasi keracunan akibat gigitan ular berbisa :
Derajat 0 Dengan tanda-tanda tidak keracunan, hanya ada bekas
taring dan gigitan ular, nyeri minimal dan terdapat edema dan eritema kurang dari 1 inci dalam 12 jam, pada umumnya gejala sistemik yang lain tidak ada.
Derajat 1 Terjadi keracunan minimal, terdapat bekas taring dan
gigitan, terasa sangat nyeri dan edema serta eritema seluas 1-5 inci dalam 12 jam, tidak ada gejala sistemik.
Derajat 2 Terjadi keracunan tingkat sedang terdapat bekas taring dan gigitan, terasa
sangat nyeri dan edema serta eritemayang terjadi meluas antara 6-12 inci dalam 12 jam. Kadang- kadang dijumpai gejala sistemik seperti mual, gejalaneurotoksi, syok, pembesaran kelenjar getah beningregional
Derajat 3 Terdapat gejala keracunan yang hebat, bekas taring dan gigitan, terasa
sangat nyeri, edema dan eritema yang terjadi luasnya lebih dari 12 inci dalam 12 jam. Juga terdapat gejala sistemik seperti hipotensi, petekhiae, dan ekimosis serta syok
Derajat 4 Gejala keracunan sangat berat, terdapat bekas taring dan gigitan yang
multiple, terdapat edema dan lokal pada bagian distal ekstremitas dan gejala sistemik berupa gagal ginjal, koma sputum berdarah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai hipoprototrombinemia, trombositopenia, hipofibrinogenemia dan anemia
Pada foto rontgen thoraks dapat dijumpai emboli paru dan atau edema paru
PENATALAKSANAAN
Cegah penyebaran bisa dari daerah gigitan
Pasang tourniquet didaerah proksimal daerah gigitan atau pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfe dan vena
Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari tubuh Boleh diberikan kompres es local Usahakan penderita setenang mungkin, bisa diberikan
analgetik untuk menghilangkan nyeri
Incisi luka pada 1 jam pertama setelah digigit akan mengurangi toksin 50%
IVFD RD 16 – 20 tpm. Penisillin Prokain (PP) 1 juta unit pagi dan sore ATS profilaksis 1500 iu ABU 2 flacon dalam NaCl diberikan per drip dalam
waktu 30 – 40 menit Heparin 20.000 unit per 24 jam Monitor diathese hemorhagi setelah 2 jam, bila tidak
membaik, tambah 2 flacon ABU lagi. ABU maksimal diberikan 300 cc (1 flacon = 10 cc)
Bila ada tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria atau hipotensi berikan adrenalin 0,5 mg IM, hidrokortisone 100 mg IV
GIGITAN ANJING
Gigitan Anjing, virus rabies yang bersifat neurotropik dan menyebabkan ensefalitis virus serta infeksi melalui saliva dan gigitan anjing, kucing, rubah, srigala, kelelawar yang menderita rabies
MANIFESTASI KLINIS
Terdiri dari beberapa stadium :
Stadium Prodromal
Pada stadium ini gejalanya tidak spesifik, nyeri kepala, demam yang kemudian diikuti dengan anoreksia, mual muntah, malaise, kulit hipersensitif, serak dan pembesaran kelenjar limfe regional
Masa Perangsangan Akut (Agitasi), stadium ini ditandai adanya kecemasan, berkeringat, gelisah oleh suara atau cahaya terang, salvias, insomnia, nervouseness, spasme otot kerongkongan, tercekik, sukar menelan cairan atau ludah, hidrofobia, kejang-kejang, kaku
Masa Kelumpuhan, terjadi akibat kerusakan sel saraf, penderita menjadi kebingungan, sering kejang-kejang, inkontinensiaurin, stupor, koma, kelumpuhan otot-otot dan kematian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pada manusia ditegakkan dengan tes antibodi netraslisasi rabies yang positif dan
Diagnosis pada hewan ditegakkan dengan pemeriksaan otak secara otopsi. Pada otopsi otak akan ditemukan badan inklusivirus (Negri’s bodies) didalam sel saraf
PENATALAKSANAAN
Luka dibersihkan dengan sabun dan air berulang-ulang Irigasi dengan larutan betadine, bila perlu lakukan
debridement Jangan melakukan anestesi infiltrasi local tetapi anestesi
dengan cara blok atau umum Balut luka secara longgar dan observasi luka 2 kali
sehari Berikan ATS
Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).