gigitan scolopendra
DESCRIPTION
KulitTRANSCRIPT
Gigitan Scolopendra: laporan kasus mengenai dua kasus dan tinjuan
dari literatur
Abstrak
Latar Belakang – Lipan adalah arthropoda yang berasal dari kelas Chilopoda. Kira-kira 3000
spesies telah ditemukan. Lipan ditemukan lebih sering pada Negara tropis dan subtropics.
Lipan memiliki taring yang beracun. Scolopendra merupakan genu dari lipan yang paling
dikenal.
Metode – Kami mendeskripsikan dua kasus dari reaksi kulit yang berat terhadap gigitan
Scolopendra subspinipes.
Hasil – Kedua pasien mengalami gigitan di tangan. Gambaran klinis yang khas adalah edema
dan eritema yang berat. Selain itu, satu pasien terdapat lepuh. Kedua pasien mengeluh nyeri
hebat. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis dan peningkatan laju endap
darah (LED). Remisi total dicapai dalam dua minggu dengan pemberian parasetamol dan
prednisone oral.
Kesimpulan – Ahli dermatologi dari Barat harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya
reaksi pada kulit yang berat yang disebabkan oleh gigitan lipan
Pengantar
Lipan merupakan artrhopoda yang berasal dari kelas Chilopoda. Kira-kira 3000
spesies telah ditemukan. Jumlah dan spesies dari lipan lebih banyak ditemukanpada Negara
tropis dan subtropics. Lipan memiliki mandibula yang kuat dan taring beracun, yang disebut
dengan forcipules, dimana merupakan akar dari pasangan kaki pertama. Spesies Scolopendra
(Scolopendromorpha: Scolopendriae) merupakan genus dari lipan yang paling dikenal.
Gigitan dari scolopendra dapat menyebabkan reaksi pada kulit. Namun jarang sekali
dilaporkan dalam literature dermatologis. Sejak 1998, kami telah memiliki kesempatan
untuk mengamati gigitan scolopendra pada tiga pasien, yang menunjukkan reaksi kulit lokal
yang berat.
Kami menjelaskan dua dari ketiga kasus ini dan tinjauan dari literature yang telah
dipublikasikan sejak tahun 1950.
1
Laporan Kasus
Pasien 1
Laki-laki usia 57 tahun datang dengan pembengkakan akut di tangan kanan. Pasien
mengutarakan bahwa pembengkakan sudah timbul sejak dua hari sebelumnya, saat
perjalanan di Malaysia dimana ia digigit oleh scolopendra, yang langsung ia bunuh. Pasien
membawa potongan dari lipan, yang kemudian setelah diidentifikasi merupakan
Scolopendra subspinipes.
Pemeriksaan dermatologis menujukkan edema eritematosa berat, berbentuk
bundar, berwarna merah terang, dengan diameter kira-kira 5 cm (Gambar.1). Pasien
mengeluh nyeri yang akut.
Pemeriksaan fisik umum tidak menandakan adanya kelainan.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis (11.300 sel darah putih/mm4)
dan peningkatan laju endap darah (LED) (jam pertama: 51 mm)
Pasien diterapi dengan parasetamol (2g/hari) dan prednisone oral dengan dosis awal
50 mg/ hari.
Peningkatan dari gambaran klinis dicapai dalam waktu lima hari. Remisi total dicapai
dalam dua minggu sejak pertama terapi dimulai.
Pasien 2
Laki-laki 43 tahun datang dengan pembengkakan akut pada punggung tangan kiri.
Pasien mengaku bahwa ia dalam kondisi kesehatan yang baik dan tidak sedang dalam
pengobatan. Ia juga mengatakan bahwa bengkak muncul sejak tiga hari yang lalu, saat
melakukan perjalanan ke Thailand, dimana ia digigit oleh scolopendra di desa tempat ia
singgah yang kemudian diidentifikasi oleh dokter sebagai lipan Vietnam, S. subspinipes.
(Gambar. 2)
Pemeriksaan dermatologis menunjukan adanya lepuh berbentuk bundar, dengan
diameter 1.5 cm, berisi cairan serosa bening. Veskel dikelilingi halo eritem sebesar 5 cm
(Gambar . 3). Pasien mengeluh rasa terbakar dan nyeri yang hebat.
Pemeriksaan fisik umum tidak menunjukkan adanya kelainan.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis (12.600 sel darah putih/mm3)
dan peningkatan LED (jam pertama: 59 mm).
Pemeriksaan bakteriologis dari vesikel didapatkan hasil negatif.
2
Pasien diterapi dengan parasetamol (2 g/hari) dan prednisone oral (dosis awal 50
mg/hari).
Perbaikan dari gambaran klinis dicapai dalam waktu lima hari. Remisi total dicapai
dalam waktu dua minggu sejak pertama terapi dimulai.
Pembahasan
Lipan hidup lebih sering di Negara tropis dan subtropis. Namun, setidaknya tujuh
spesies dari scolopendra dapat ditemukan di Italia (Scolopendra canidens, Scolopendra
cingulate, Scolopendra clavipes, Scolopendra cretica, Scolopendra dalmatica, Scolopendra
oraniensis, dan Scolopendra valida). Banyak dari spesies scolopendra dapat menggigit dan
menyebabkan reaksi pada kulit; yaitu Cryptos sp., Ethmostigmus rubripes, Otostigmus sp.,
Scolopendra angulate, Scolopendra gigantean, Scoloendra heros, Scolopendra morsitans, S.
subspinipes, S. subspinipes multidens, S. subspinipes mutilans, dan Scolopendra viridicornis
nigra. Kasus dari gigitan lipan ditemukan juga di Turki, Israel, India, Kepulauan Andaman,
Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Filipina, Hawaii, Australia, Amerika, dan Brazil.
Lipan biasanya menggigit pada malam hari pada tangan atau kaki. Kasus mengenai
tertelannya lipan baik disengaja maupun tidak sengaja juga pernah ditemukan.
Manifestasi pada kulit dapat timbul dalam menit, jam, atau hari setelah gigitan. Satu
pasien menunjukkan tanda dan gejala pada kulit beberapa hari setelah gigitan.
Gigitan lipan diikuti dengan timbulnya eritema dan edema. Vesikel hemoragik,
lepuh, pustul, dan nekrosis juga dapat terbentuk.
Pada beberapa kasus, walaupun jarang, dapat terjadi baal setempat, parestesi di
tempat gigitan, dan superinfeksi bakteri dengan limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, kasus
dengan sindroma Wells yang dicetuskan oleh gigitan lipan pernah dilaporkan.
Nyeri merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan. Beberapa pasien juga
mengeluh sensasi terbakar, dan gatal. Meskipun jarang, dapat juga terjadi manifestasi
sistemik berupa perikoronitis, nausea, vomitus, sakit kepala, keringan tingin, cemas, pusing,
pandangan kabur, penurunan kesadaran, neuropati multipel pada ekstermitas atas, demam,
dispneu, hipotensi, bradikardia, denyut nadi irregular, iskemi coroner akut, infark miokard,
rhabdomiolisis, proteinuria, gagal ginjal akut, dan kelainan dalam koagulasi. Pernah
dilaporkan anak perempuan Filipina meninggal akibat gigitan S. subspinipes di kepala.
3
Diagnosis banding dari gigitan lipan adalah gigitan dan sengatan artrhopoda
(Paederus sp., hymenoptera dan laba-laba). Herpes simpleks, herpes zoster, impetigo,
erysipelas, dermatitis kontak akut, dan phytophotodermatitis juga dapat dipertimbangkan.
Literatur memiliki data yang terbatas mengenai komposisi biokimia dari racun
scolopendra. Racun telah diteliti pada S. morsitans, S. subspinipes mutilans, dan S.
viridicornis. Racun dari S. morsitans mengandung 14 protein, tiga lipoprotein, dan beberapa
lipid (phospholipid, kolesterol dan kolesterol ester, asam lemak bebas, trigliserida, dan
squalen), dan enzim (esterase, asam dan alkalin fosfatase, naphthylamidase). Racun dari S.
subspinipes mutilans mengandung scolopendrine, alkaloid quinolone yang menunjukkan
aktivitas terhadap bakteria gram positif dan negatif, termasuk jamur. Efek ini mungkin
datang dari aktivitas scolopendrin I, rantai peptide dengan masa molekul 4498 Da. Racun
dari S. viridicornis mengandung 5-hydroxytryptamine. Efek sitotoksik dari racun lipan telah
diteliti menggunakan sel kultur dari satu serangga (Sf9) dan dua mamalia (murine
neuroblastoma dan human osteosarcoma). Telah diketahui bahwa racun dari S. subspinipes
dehaani menginduksi pelepasan histamine. Histologi dari racun Ethmostigmus rubripes telah
diteliti oleh Menez et al.
Penatalaksanaan dari gigitan lipan adalah berdasarkan penggunaan analgesic
intralesi dan/atau sistemik, kortikosteroid topikal dan/atau sistemik, antihistamin, dan
antibiotic sistemik pada pasien dengan superinfeksi bakteri. Penggunaan biscoclaurin
alkaloid juga dapat dipertimbangkan. Karena racun dari lipan sensitive terhadap
temperature tinggi dan rendah, penggunaan kompres es dan merendam dengan air panas
dapat membantu, termasuk dengan melakukan elevasi ekstremitas. Profilaksis dari tetanus
juga dianjurkan. Masih belum ada antivenom untuk racun dari lipan.
Ahli dermatologi dari Barat harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya reaksi
pada kulit yang berat yang disebabkan oleh gigitan Scolopendra sp.
4
5