gambaran kualitas hidup lanjut usia dengan...
TRANSCRIPT
i
GAMBARAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA
DENGAN MASALAH PRURITUS SENILIS DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDHI MULYA
3 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep)
Oleh
Firdiana Destiawati
NIM: 1112104000011
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/2016M
ii
iii
iv
v
vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI TUGAS AHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Firdiana Destiawati
NIM : 1112104000011
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya
dengan judul:
Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia dengan Masalah Pruritus Senilis di
Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3 Jakarta Selatan
Untuk di publikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu digital
library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan s publikasi saya buat dengan sebenarnya.
Ciputat, Juni 2016
Firdiana Destiawati
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Firdiana Destiawati, NIM: 1112104000011
Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia dengan Masalah Pruritus Senilis di Panti
Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 03 Margaguna Jakarta Selatan
xviii+ 93 Halaman + 11 Tabel + 2 Bagan + 6 Lampiran
ABSTRAK
Pruritus senilis merupakan masalah fisik yang sering dialami lanjut usia yang
bersifat subyektif dan dipengaruhi oleh aspek emosional, fisiologis, lingkungan.
Aspek tersebut juga merupakan aspek yang berperan dalam kualitas hidup lanjut
usia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas hidup
lansia dengan masalah pruritus senilis di PSTW Budhi Mulya 03 Jakarta Selatan.
Jumlah sample dalam penelitian ini adalah 56 lansia yang terdiri dari 19 orang
lansia laki-laki dan 37 orang lansia perempuan. Pengambilan sample
menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner World Health Organisation
Quality Of Life (WHOQOL) yang kemudian dianalisa dengan menggunakan
analisis univariat. Hasil penelitian diperoleh hasil rata-rata diperoleh bahwa lansia
dengan kualitas hidup umum baik 89,3%. Lansia dengan persepsi kesehatan
umum buruk 50% dan kesehatan umum baik 50%. Lansia dengan dimensi
kesehatan fisik buruk atau 50% dan lansia dengan dimensi kesehatan fisik baik
50%. Lansia dengan dimensi psikologis baik 51,8%. Lansia dengan dimensi
hubungan sosial buruk 50% dan lansia dengan dimensi hubungan sosial baik 50%.
Lansia dengan dimensi lingkungan baik 55,4%. Gambaran Kualitas hidup lansia
dengan masalah pruritus senilis pada umumnya baik, namun pada aspek kesehatan
umum, dimensi kesehatan fisik, dan dimensi hubungan sosial memiliki kualitas
yang seimbang. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengetahui
efektivitas penanganan farmakologi dan non farmakologi terhadap kualitas hidup
lanjut usia dengan masalah pruritus senilis.
Kata Kunci: Kualitas Hidup, Pruritus Senilis, Lansia
Daftar Bacaan : 90 (1991-2015)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STUDY PROGRAM OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) Syarif Hidayatullah
JAKARTA
Thesis, June 2016
Firdiana Destiawati, NIM: 1112104000011
Description of Quality of Life in Elder with Senile Pruritus Problems In Social
Institutions Budi Mulya 03 Tresna Werdha Margaguna South Jakarta
xviii+ 93 Pages + 11 Tables+ 2 Figures + 6 Appendixes
ABSTRACT
Senile pruritus is a common problem among elderly people which is usually
subjective and affected by emotional, physiological, and environmental aspect.
Those aspect influence the quality of future life. This research aims at knowing
description of the quality of life of elderly with pruritus senile at PSTW Budhi
Mulya 03 South Jakarta. The sample of this research are 56 elderly consisting of
19 males and 37 females. The samples were teken by using purposive sampling
technique based on inclusive and exclusive criteria. The instrument is a
questionnaire by World Health Organisation Quality Of Life (WHOQOL) which
then analyzed by using univariate analysis. The results showed that the average
quality of life of elderly with good quality of life was 89.3%. The percentage of
elderly with bad general health perception was 50% and those with good general
health perception 50%. The number of the elderly with bad physical health
dimension was 50% and those with good physical health dimensions of was 50%.
Futher, the elderly with good psychological dimensions was 51.8% in precentage.
The elderly with bad social relationships was 50% of the respondents and those
with good social relations was 50%. In addition, it was noticeable that 55.4% of
elderly had good environmental dimension. The description of elderly with
pruritus senile was generally good, however, for their general health aspect,
physical helath dimension, and social relationship dimension had balance
qualities. Futher study can be conducted in the area of effectiveness of
pharmacological and nonpharmacological treatment on quality of life of elderly
with pruritus senile.
Keyword: Quality of Life, Pruritus Senile, Elderly
Reading List: 90 (1991-2015)
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟alamiin, tiada kata yang indah untuk diucapkan
selain pujian kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal dengan
judul “ Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia dengan Masalah Pruritus Senilis di
Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan”.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami
kesulitan dan tantangan , namun berkat pertolongan-Mu Ya Rabbi serta bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Arif Sumantri, S.KM.,M.Kes., selaku dekan fakultas
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc., Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB selaku sekretaris
program studi ilmu keperawatan
3. Ibu Maftuhah P.hD selaku Pembimbing akademik yang senantiasa
membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun perkuliahan
berlangsung di program studi ilmu keperawatan.
4. Bapak Jamaludin, S.Kp.,M.Kep dan Ibu Ratna Pelawati, S.Kp.,M.Biomed
selaku dosen pembimbing. Terimakasih telah meluangkan waktu serta
x
memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada saya selama proses
pembuatan skripsi ini.
5. Bapak Karyadi, S.kep,M.kep,PhD dan Ibu Puspita Palupi, S,kep. M.Kep.
Ns,Sp.Mat selaku dosen penguji yang telah membantu menyempurnakan skripsi
ini.
6. Seluruh jajaran dosen, laboran, admin Program Studi Ilmu Keperawatan
yang telah memberi ilmu dan pengalaman yang tak ternilai serta seluruh
staf dan karyawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang tua saya, Bapak Izun Faizun dan Ibu Sudarmini yang telah
mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo‟akan keberhasilan,
memberi bantuan moril dan materiil yang tak terhingga kepada saya. Tak
lupa Adiku Muhamad Sokhib Daulah.
8. Keluarga besar Sudirman, Budhe Sukaryani, Budhe Suwarni,Budhe
Rusmini,Paman Rusmadi, Budhe Sariyah, Ibu Umiyati yang telah banyak
membantu baik secara moril maupun materil selama proses perkuliahan
saya berlangsung.
9. Sahabat terbaiku Iis Dahlia, ka Rizal Khoerul Haq, ka Sri Henny,Irma
Putri Ananda, Vini Nurul Inayah, Hizah Septi Kurniati, Nurhidayati, Nur
Indah Ritonga, Nur Cita Qomariah, Puji Rahma Pratami, Nurhidiyati,
Sabrina Salsabila, Muthoharoh, Miftahul Ulya, Yuli Sri Mulyani, ka Qoys
M. Iqbal, Ka Rusmanto, Angga yang selalu memberi support dan berbagi
ilmu dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Saudara seperjuangan PSIK 2012 yang mau berteman dengan saya dalam
4 tahun terakhir serta mewarnai kehidupan perkuliahan saya.
xi
11. Sahabat Komda FKIK 2014 angkatan As-Syam tempat berjuang mencari
jati diri dan Al-Qolam yang banyak memberi masukan kehidupan
beragama yang baik.
12. Sahabat BEM PSIK dan HMPSIK yang telah memberikan banyak
pengalaman besar selamamasa perkuliahan di Ilmu Keperawatan ini.
13. Sahabat HIMARI (Himpunan Alumni SMAN 1Cipari) yang juga
memberikan dukungan dan semangat selama masa perkuliahan ini.
14. Segenap managemen, rekan guru dan murid lembaga pendidikan
„Gemilang‟, Bapak Fatah, Ibu Diyah, Ka Amrina, Ka Ami, Ka Indah, Ka
Aan yang banyak menginspirasi dan memberi pengalaman besar selama
melaksanakan perkuliahan di Ilmu Keperawatan ini
15. Sahabat „Waroeng Sehat‟, Pak Iman Santoso Bapak Faisal Ramlih, Bu
Ratih, Ahmad Macan, Yun Retnowati, Sahabat Costumer Service Sehat
yang telah memberi banyak pengalaman dan pelatihan sebagai bekal
kehidupan dimasa depan.
16. Seluruh pihak yang telah mendukung pembuatan skripsi ini hingga selesai.
Atas bantuan serta dukungan yang diberikan, semoga Allah SWT
senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Semoga skripsi ini dapat
bemanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita semua senantiasa
diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang tak
terhingga oleh Allah SWT.
Ciputat, Juni 2016
Firdiana Destiawati
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI TUGAS AHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
F. Ruang Lingkup Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. Kualitas Hidup .......................................................................................... 9
1. Definisi Kualitas Hidup ........................................................................ 8
2. Aspek Dalam Kualitas Hidup................................................................ 8
3. Kualitas Hidup Dalam Keperawatan ..................................................... 12
xiii
4. Pengukuran kualitas Hidup Menggunakan WHOQOL-BREEF ........... 14
B. Lansia ........................................................................................................ 18
1. Definisi Lansia ...................................................................................... 18
2. Tugas Perkembangan Lansia ................................................................ 19
3. Perubahan Pada Lansia ......................................................................... 19
4. Perubahan Pada SIstem Integumen ....................................................... 27
C. Pruritus Senilis .......................................................................................... 30
1.Definisi Pruritus Senilis ......................................................................... 30
2.Etiologi ................................................................................................... 30
3. Patofisiologi .......................................................................................... 31
4. Penanganan ........................................................................................... 32
D. Penelitian Terkait ...................................................................................... 32
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 34
A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 34
B. Definisi Operasional .................................................................................. 35
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 38
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 38
C. Populasi dan Sample ................................................................................. 39
D. Instrumen Penelitian ................................................................................. 40
E. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 42
G. Pengolahan Data ...................................................................................... 45
H. Analisa Data .............................................................................................. 45
I. Etika Penelitian ........................................................................................... 46
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 48
A. Gambaran Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3 Margaguna Jakarta
Selatan.......................................................................................................... 48
B. Skrining Lansia dengan Masalah Pruritus Senilis ....................................... 50
C. Karakteristik Responden .............................................................................. 51
D. Distribusi Kualitas Hidup Lansia ................................................................ 53
xiv
1. Gambaran Kualitas Hidup Umum Lansia Berdasarkan Karakteristik Jenis
Kelamin, Lama Pruritus dan Penanganan Pruritus ................................. 54
2. Gambaran Kesehatan Umum Lansia Berdasarkan Karakteristik Jenis
Kelamin, Lama Pruritus dan Penanganan Pruritus ................................. 56
3. Gambaran Dimensi Kesehatan Fisik Lansia Berdasarkan Karakteristik
Jenis Kelamin, Lama Pruritus dan Penanganan Pruritus ........................ 57
4. Gambaran Dimensi Psikologis Lansia Berdasarkan Karakteristik Jenis
Kelamin, Lama Pruritus dan Penanganan Pruritus ................................. 62
5. Gambaran Dimensi Hubungan Sosial Lansia Berdasarkan Karakteristik
Jenis Kelamin, Lama Pruritus dan Penanganan Pruritus ........................ 64
6. Gambaran Dimensi Lingkungan Lansia Berdasarkan Karakteristik Jenis
Kelamin, Lama Pruritus dan Penanganan Pruritus ................................. 67
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 70
A. Gambaran Masalah Pruritus Senilis ............................................................ 70
B. Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan Masalah Pruritus Senilis .......... 71
1. Gambaran Kualitas Hidup Umum Lansia................................................ 71
2. Gambaran Kesehatan Umum Lansia ....................................................... 74
3. Gambaran Dimensi Kesehatan Fisik Lansia ............................................ 77
4. Gambaran Dimensi Psikologis Lansia ..................................................... 79
5. Gambaran Dimensi Hubungan Sosial Lansia .......................................... 81
6. Gambaran Dimensi Lingkungan Lansia .................................................. 83
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 86
A.Kesimpulan ................................................................................................... 86
B. Saran ............................................................................................................ 87
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 88
LAMPIRAN .......................................................................................................... 89
xv
DAFTAR BAGAN
1.1 Kerangka Teori............................................................................. 33
1.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 34
xvi
DAFTAR TABEL
2.1 Perubahan Fisik Pada Lansia .......................................................................... 20
2.2 Perbahan Pada Epidermis ................................................................................ 25
3.1 Definisi Operasional........................................................................................ 35
5.1 Hasil Skrining lansia dengan masalah pruritus senilis .................................... 50
5.2 Karakteristik Responden ................................................................................. 51
5.3 Distribusi Kualitas Hidup Umum Lansia Dengan Masalah Pruritus Senilis .. 53
5.4 Distribusi Kesehatan Umum Lansia Dengan Masalah Pruritus Senilis .......... 54
5.5 Distribusi Dimensi Kesehatan Fisik Lansia Dengan Masalah Pruritus Senilis
............................................................................................................................... 59
5.6 Distribusi Dimensi Psikologis Lansia Dengan Masalah Pruritus Senilis ....... 62
5.7 Distribusi Dimensi Hubungan Sosial Lansia Dengan Masalah Pruritus Senilis
............................................................................................................................... 64
5.8 Distribusi Dimensi Lingkungan Lansia Dengan Masalah Pruritus Senilis ..... 67
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Prosedur Penelitian
Lampiran 1 Lembar Inform consent
Lampiran 2 Kuisioner Data Demografi
Lampiran 3 Kuisioner WHOQOL-BREEF
Lampiran 4 Lembar Skrining Lansia
Lampiran 5 Lampiran Hasil SPSS
Lampiran 6 Terjemahan Dari Pusat Bahasa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7 Perizinan
xviii
DAFTAR SINGKATAN
QOL : Quality of Life
Lansia : Lanjut Usia
PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha
GDP : Gula Darah Sewaktu
DHEA : Dehydroepiandosteron
HR : Heart Rate
SA : Sinus Atrial
ANP :Atrial Noment Peptide
PaO2 : Tekanan Oksigen
Nitrit Oksida
BMR : Basal Metabolik Rate
IL : Interleukin
UV : Ultra Violet
SSRIs : Selective Serotonik Reuptake Inhibitor
RSUD : Rumah Sakit Umur Daerah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
World Health Organisation (WHO) mendefinisikan kualitas hidup
sebagai persepsi individu pada kehidupanya dalam konteks budaya dan
nilai sistem dimana mereka tinggal dan hubungannya dengan tujuan,
harapan, standar dan kekhawatiran. Konsep ini dipengaruhi oleh kesehatan
fisik seseorang, keadaan psikologis, kemandirian, hubungan sosial,
keyakinan pribadi dan lingkungan tempat tinggal (WHO, 1997). Usia
lanjut merupakan tahap terakhir dari kehidupan, dimana seorang telah
melewati berbagai tahap kehidupan dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa
sampai lansia dan biasanya berkisar antara usia 65 dan 75 tahun (Potter &
Perry, 2012).
Sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik tahun 2010,
menjelaskan bahwa terdapat sekitar 36.087.424 lansia di Indonesia (Badan
Pusat Statistik, 2010). Jumlah kelompok usia ini akan terus meningkat,
pada tahun 2013 jumlah lansia meningkat 8,9% di Indonesia dan 25,3% di
dunia, tahun 2050 diperkirakan terjadi peningkatan 21,4% di Indonesia
dan 25,3% di dunia serta pada tahun 2100 diperkirakan terjadi
peningkatan 41% di Indonesia dan 35,1% di dunia.
Jumlah lansia yang terus meningkat akan mempengaruhi
kesejahteraan lansia (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Kesuksesan, kesejahteraan, dan kepuasan dalam kehidupan lansia
1
berkaitan erat dengan kualitas hidupnya (Fogari dan Zoppi dalam Kustanti,
2012). Kualitas hidup juga terdiri atas penilaian subyektif seseorang
mengenai sejauh mana berbagai dimensi mampu memenuhi kebutuhannya.
Komponen yang terdapat dalam kualitas hidup diantaranya adalah
komponen lingkungan, material, fisik, mental dan sosial (Yulianti, 2014).
Lansia yang memiliki kualitas hidup yang baik cenderung mampu
meningkatkan produktivitas, dan memiliki semangat dalam menjalani
kehidupan dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi (Brockopp, 1999).
Bastable (2002) menyatakan bahwa lansia memiliki masalah yang krusial
dalam masanya sehingga mampu menurunkan kualitas hidupnya. Masalah
tersebut merupakan penurunan pada aspek fisik, aspek psikologis dan
aspek sosial lansia.
Gallo ett all, (1998 dalam Jafar et all, 2011) juga mengatakan
bahwa lansia merupakan subjek yang rentan terhadap besarnya stressor
kehidupan dan lansia merupakan populasi yang rentan terhadap penyakit.
Kerentanan ini dipicu oleh adanya penurunan fisik pada lansia, termasuk
penurunan fungsi sistem integumen. Salah satu masalah yang dihadapi
lansia adalah pruritus senilis (Yulianti, 2014).
Pruritus senilis pada lansia terjadi dikarenakan lansia mengalami
penurunan produksi imunoglobulin dan peningkatan sensitivitas tubuh
sehingga lansia mudah terserang penyakit termasuk gatal-gatal atau
pruritus. Pruritus termasuk masalah kulit yang paling sering terjadi pada
lansia, berupa sensasi tidak nyaman di kulit yang memicu lanjut usia untuk
menggaruknya. Kondisi akut memungkinkan masih dapat diatasi oleh
sesorang, namun dalam kondisi kronis pruritus senilis sudah menjadi suatu
masalah yang teramat mengganggu (Fatmah, 2006). Gejala pruritus sama
halnya seperti nyeri yang bersifat subyektif dan umumnya dipengaruhi
oleh emosional, fisiologis, lingkungan, kognitif dan faktor sosial yang
memberikan rasa tidak nyaman pada lansia (Ryan, 2004).
Prevalensi pruritus senilis diberbagai negara semakin meningkat
seiring bertambahnya usia seseorang. Penelitian di Prancis pada 7.500
responden lansia mengalami pruitus dari total 10.000 populasi lansia yang
mengikuti penelitian, sedangkan di Amerika Serikat 7 miliyar pasien yang
mengunjungi layanan kesehatan mengeluh mengalami gatal-gatal atau
pruritus, dan 1,8 miliyar diantaranya adalah lansia yang berusia diatas 65
tahun. Negara Turki mencatat lansia dengan pruritus senilis mencapai 20%
dan 12% diantaranya mengalami pruritus senilis kronik (Cohen, 2012;
Berger, 2011). Studi kepustakaan yang dilakukan peneliti mendapatkan
data pada penelitian yang dilakukan Suyasa (2014) menjelaskan bahwa
10% dari jumlah populasi 200 lansia mengeluh mengalami gatal-gatal
(pruritus senilis).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Mulya 03 Margaguna, Jakarta Selatan mendapatkan data
bahwa terdapat hampir 175 orang lansia dari jumlah keseluruhan 230
lansia yang mengalami masalah pruritus dan sebagian dari mereka
mengalami masalah pruritus senilis.
Pruritus senilis merupakan masalah yang sering dialami lansia dan
kemungkinan mampu mempengaruhi kesejahteran hidup lansia
sebagaimana dijelaskan dalam teori King dan Peplau (1994; Plumer ett all
2009) tentang konsep kualitas hidup pengaruh dari masalah gatal terhadap
kualitas hidupnya belum bisa diketahui apabila tidak dilakukan riset terkait
gambaran kualitas hidup pada lansia dengan gatal-gatal atau pruritus
senilis (Erturk, 2012). Perawat memiliki kepentingan untuk mengetahui
bagaimana gambaran kualitas hidup lansia dengan masalah pruritus
senilis.
B. Rumusan Masalah
Lanjut usia banyak mengalami keluhan gatal (pruritus) seiring
dengan peningkatan usia mereka. Masalah pruritus senilis merupakan
masalah yang timbul akibat penurunan fisik pada lansia. Kondisi fisik
seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. Gambaran kualitas hidup lanjut usia dengan masalah pruritus
senilis perlu diketahui sebagai dasar untuk mengurangi masalah pruritus
senilis pada lansia dan melihat aspek dalam kualitas hidup (Kesehatan
umu, kesehatan fisik, psikologi, hubungan sosial) yang memburuk akibat
adanya masalah pruritus senilis.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran kualitas hidup lansia dengan masalah
pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3
Margaguna Jakarta Selatan?
2. Bagaimanakah gambaran kesehatan umum lansia dengan masalah
pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3
Margaguna Jakarta Selatan?
3. Bagaimanakah kualitas kesehatan fisik lansia dengan masalah pruritus
senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3 Margaguna
Jakarta Selatan?
4. Bagaimanakah kualitas kesehatan psikologis lansia dengan masalah
pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3
Margaguna Jakarta Selatan?
5. Bagaimanakah kualitas hubungan sosial lansia dengan masalah
pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3
Margaguna Jakarta Selatan?
6. Bagaimanakah kualitas lingkungan sekitar lansia dengan masalah
pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3
Margaguna Jakarta Selatan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Tentang
Kualitas Hidup Lansia dengan Masalah Pruritus Senilis Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budhi Mulya 03 Mergaguna Jakarta Selatan.
Tujuan khusus :
1. Diketahuinya data demografi lansia dengan masalah pruritus senilis
di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3 Margaguna Jakarta
Selatan.
2. Diketahuinya gambaran kesehatan umum lansia dengan masalah
pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3
Margaguna Jakarta Selatan?
3. Diketahuinya gambaran kualitas kesehatan fisik lansia dengan
masalah pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya
3 Margaguna Jakarta Selatan.
4. Diketahuinya gambaran kualitas kesehatan psikologis lansia dengan
masalah pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya
3 Margaguna Jakarta Selatan.
5. Diketahuinya gambaran kualitas hubungan sosial lansia dengan
masalah pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya
3 Margaguna Jakarta Selatan.
6. Diketahuinya gambaran kualitas lingkungan lansia dengan masalah
pruritus senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3
Margaguna Jakarta Selatan.
E. Manfaat Penelitian :
1. Bagi ilmu pengetahuan.
Diharapkan penelitian ini berkontribusi dalam memperluas
pengetahuan dalam ilmu gerontologi dan sebagai dasar dalam
mengembangkan derajat kesehatan lansia.
2. Bagi keperawatan.
Diharapkan penelitian ini memberikan tambahan informasi dan
referensi dalam peningkatan dan pedoman tindakan keperawatan dalam
mengatasi masalah kesehatan lansia terutama masalah pruritus senilis
di dalam komunitas panti sosial.
3. Bagi perawat.
Diharapkan penelitian ini memberi masukan dalam
mengembangkan perencanaan asuhan keperawatan lansia di komunitas
dalam hal ini komunitas panti sosial.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia dengan
Masalah Pruritus Senilis di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 3
Margaguna Jakarta Selatan di lakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Mulya 03 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini
dilakukan dengan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Metode
pengambilan data berupa penyebaran kuisioner kepada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualitas Hidup
1. Definisi Kualitas Hidup
World Health Organisation (WHO) mendefinisikan kualitas
hidup sebagai persepsi individu pada kehidupanya dalam konteks
budaya dan nilai sistem dimana mereka tinggal dan hubunganya
dengan tujuan, harapan, standar dan kekhawatiran (WHO, 1997).
Tidak ada persetujuan umum terkait dengan kualitas hidup pada lansia
(Bowling , dalam Shea 2002 ). Sejauh ini masih belum ada definisi
yang universal mengenai kualitas hidup. Kualitas hidup seringkali
digambarkan sebagai kesejahteraan fisik, fungsional, emosional, dan
faktor sosial (Yenny dan Herwana, 2006).
Kualitas hidup lansia adalah tingkat kesejahteraan dan kepuasan
dengan peristiwa atau kondisi yang dialami lansia, yang dipengaruhi
penyakit atau pengobatan. Kualitas hidup lansia bisa di dapatkan dari
kesejahteraan hidup lansia, emosi, fisik, pekerjaan, kognitif dan
kehidupan sosial ( Fogari dan Zoppi dalam Kustanti, 2012). Definisi
QOL masih samar dan dianggap sebagai konsep yang sulit di
definisikan. Keith menjelaskan kebanyakan peneliti tidak
mendefiniskan QOL secara ekplisit dan kebanyakan peneliti memilih
untuk mempelajari berbagai aspek dan dimensi dalam kualitas hidup
(Keith, 2001; Galloway, 2006)
8
2. Aspek Dalam Kualitas Hidup
Definisi yang diberikan Cummins (1998; Glatzer, 2015)
menyatakan bahwa kualitas hidup adalah konstruksi universal dari
kedua definisi secara subyektif dan obyektif dimana pada domain
obyektif berupa kesehatan dan domain subyektif berupa kepuasan
yang kepentingnya pada setiap individu.
Netuveli dan Balne (2008; Glatzer, 2015) menyatakan bahwa
pembentuk kualitas hidup adalah dimensi subyektif dan obyektif yang
berupa kesehatan, psikologis, sosial dan dengan instrumen penelitian
yang umum dan spesifik.
Brown (2004 dalam Glatzer, 2015) mengemukakan bahwa
hubungan dengan keluarga, kontak dengan orang lain, kesehatan
emosional, spiritualitas, mobilitas,kemandirian, aktivitas sosial dan
komunitas, perekonomian, kesehatan pribadi, dan lainya merupakan
bagian dari komponen kualitas hidup.
Fernandez – Ballesteros (2011 dalam Glatzer, 2015)
mengklasifikasikan multidimensi dari kualitas hidup pada lansia
berdasarkan konteks yang berbeda ( Individual/ konteks tingkat mikro
versus populasi/ konteks tingkat makro) dan pendekatan ( kondisi
obyektif dan persepsi subyektif). Prespektif obyektif menunjukan pada
personal atau karakteristik lingkungan mandiri atau persepsi manusia,
termasuk demografi, lingkungan fisik, ekonomi, sosial, kesehatan,
fungsional dengan hasil komponen obyektif pada tingkat makro atau
mikro. Subyektif prespektif berhubungan dengan bagaimana individu
tersebut mengkaji domain kehidupanya (tingkat mikro) dan kondisi
serta stereotipe di komunitas.
Prespektif subyektif dari kualitas hidup dioperasionalkan dengan
jalan yang berbeda, menggukanan variasi indikator seperti
kebahagiaan, kepuasan hidup, moral, percaya diri, aspirasi, ekspektasi,
persepsi hubungan sosial dan dukungan (Glatzer, 2015).
Pengkahila (2007 dalam Kustanti, 2012) kualitas hidup lansia
meliputi :
a. Aspek fisik yang meliputi kenyamanan, energi, kelelahan, dan
istirahat.
b. Aspek psikososial yang meliputi perasaan positif dan negatif,
harga diri, citra tubuh dan penampilan diri.
c. Tingkat independensi meliputi aktivitas fisik, ketergantungan obat
dan kapasitas kerja.
d. Hubungan sosial meliputi hubungan pribadi, dukungan sosial,
aktivitas seksualitas.
e. Lingkungan : lansia berkesempatan mendapatkan informasi.
f. Spiritual.
Hardywinoto dalam purwanti (2009 dalam Kustanti, 2012)
menjelaskan Komponen – komponen yang mendukung kualitas hidup
lansia anatara lain :
a. Aspek demografi yaitu jenis kelamin, umur, harapan hidup,
pekerjaan, penghasilan dan lain – lain.
b. Aspek biologis meliputi sistem kekebalan tubuh, kerusakan sel
dan jaringan akibat radikal bebas.
c. Aspek sosial dan budaya yaitu kesejahteraan sosial lanjut usia
meliputi kesehatan, kesempatan kerja, bantuan sosial.
d. Aspek ekonomi yang mencakup kondisi sosial ekonomi lanjut
usia
e. Aspek hukum dan etika yaitu mencakup keterbatasan sumber
daya manusia dan hubungan dengan keluarga.
f. Aspek psikologi dan perilaku dipengaruhi oleh hal – hal yang
disadari bagi lansia.
g. Aspek agama dan rohani yaitu upaya bagi lansia mengatasi
kesulitan hidup dan percaya bahwa diciptakan oleh tuhan yang
maha esa.
h. Aspek kesehatan mempengaruhi kehidupan lanjut usia seperti
kesehatan fisik dan mental.
i. Aspek pembinaan kesehatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan pelayan kesehatan bagi perawatan lansia.
j. Aspek keperawatan lansia bertujuan mempertahankan kesehatan
dan semangat hidup lansia dengan meningkatkan perawatan
secara promotif, preventif dan kuratif (Kustanti, 2012).
Kualitas hidup biasanya dibagi dalam dimensi lingkungan fisik,
sosial, dan psikologis. Kualitas hidup juga terdiri atas penilaian
subjektif seseorang mengenai sejauh mana berbagai dimensi seperti
lingkungan, kondisi fisik, ikatan sosial, dan kondisi psikologis dirasa
memenuhi kebutuhanya (Sadli, 2010). Lawton (1983 dalam Schalock,
1997) mendefinisikan faktor yang berperan dalam kualitas hidup
sebagai “good life” bagi lansia yang terdiri dari empat sektor , yaitu :
a. Kompetensi tingkah laku : kesehatan, kesehatan fungsional,
kognitif, tingkah laku sosial.
b. Kesehatan psikologi
c. Penerimaan kualitas hidup
d. Lingkungan objektif.
Konsep kualitas hidup menurut WHO dipengaruhi oleh
kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, kemandirian, hubungan
sosial, keyakinan pribadi dan lingkungan tempat tinggal (WHO,
1997). Domain dalam WHOQOL-BREEF diantaranya:
1. Kesehatan fisik
Teori Felce dan Perry (1996 dalam Rohmah ett all, 2012)
mengemukakan bahwa kesejahteraan fisik difokuskan pada
kesehatan. Optimum aging didapatkan pada posisi dimana
fungsional lansia mencapai kondisi yang optimal atau maksimal.
Fisik yang berfungsi baik memungkinkan lanjut usia untuk
mencapai penuaan berkualitas. Ketidaksaiapan lansia menghadapi
kondisi tersebut berdampak pada rendahnya pencapaian kualitas
hidup. Fisik yang kurang berfungsi dengan baim akan menurunkan
kesempatan lansia untuk mengaktualisasikan dirinya.
Kesehatan fisik adalah aspek dasar yang menentukan
kualitas hidup. Kebebasan akibat dari kelemahan, penyakit dan
ketidakmampuan adalah pertimbangan penting. Keterbatasan fisik
dapat mengurangi kemandirian dan menghalangi kebiasaan,
aktivitas sosial dan pada tingkat yang lebih jauh akan menurunkan
kepuasan hidup (Rohmah ett all, 2012: Schalock, 1997).
WHO menjelaskan bahwa dalam domain kesehatan fisik
terdapat enam facet yang dijadikan indikator dalam menentukan
kualitas kesehatan fisik diantaranya:
a. Aktifitas sehari-hari
b. Ketergantungan terhadap obat-obatan
c. Energi dan kelelahan
d. Kemampuan gerak
e. Nyeri dan ketidaknyamanan
f. Tidur dan istirahat.
g. Kapasitas kerja. (Venkatesh, 2015)
2. Faktor psikologis
Kestabilan kesejahteraan psikologis menjadi faktor yaqng
berperan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis (Renwick
& Brown dalam Rohmah ett all, 2012). kesejahteraan psikologis
mengacu pada afek positif, spiritualitas, berfikir, belajar, memori
dan konsentrasi. Kesejahteraan psikologis menjadi salah satu faktor
yang menentukan kualitas hidup lansia.
Faktor psikologis merupakan faktor yang penting dalam
melakukan kontrol terhadap semua kejadian yang dialami dalam
hidup. Penurunan fungsi psikologis biasanya dipengaruhi oleh
penurunan fungsi fisiologis. Perubahan psikologis berasal dari
kesadaran tentang merosotnya perasaan rendah diri lansia apabila
dibandingkan dengan orang disekitarnya yang lebih muda.
Penurunan terhadap kecerdasan emosional menyebabkan lansia
menjadi mudah cemas, menyendiri, sering takut, merasa tidak
dicintai, merasa gugup, sedih dan cenderung mudah depresi. Hal ini
juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup
seseorang.
Kesehatan kognitif juga penting terhadap kualitas hidup
lansia. Dimensi ini memiliki persepsi tersendiri tentang kepuasan
hidup. Banyak peneliti mengatakan bahwa persepsi pribadi terkait
kesehatan kognitif berhubungan erat dengan faktor sosial ekonomi,
derajat interaksi sosial dan aspek situasi kehidupan (Larson dan
Schalock, 1997).
WHO menjelaskan dalam aspek psikologis seseorang
terdapat beberapa indikator yang menentukan kualitas psikologis
nya. Indikator tersebut dibagi dalam enam facet dalam WHOQOL-
BREEF, diantaranya:
a. Citra tubuh dan penampilan.
b. Perasaan negatif.
c. Perasaan positive.
d. Kepercayaandiri.
e. Keyakinan Personal.
h. Kemampuan berfikir, belajar, mengingat dan berkonsentrasi.
(Venkatesh, 2015)
3. Faktor sosial
Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi
rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang
memungkinkan lansia memenuhi kebutuhan dasar dengan sebaik-
baiknya. Blunden (1988) mencatat bahwa dimensi kesehatan sosial
merupakan element penting pada kehidupan kebanyakan orang.
Memiliki hubungan menjadikan seseorang mampu menentukan
pilihan, beraktivitas dan menjadi objek yang dihormati merupakan
komposisi penting dari kesehatan sosial (Rohmah ett all,
2012:Schalock, 1997).
WHO menjelaskan bahwa dalam domain hubungan sosial
terdapat tiga facet yang dijadikan indikator dalam menentukan
kualitas hubungan sosial diantaranya:
a. Hubungan personal.
b. Dukungan sosial.
c. Aktivitas seksual. (Venkatesh, 2015)
4. Faktor lingkungan
Tempat tinggal yang baik akan meningkatkan kualitas hidup
pada lansia. Lingkungan hidup lansia sebaiknya dalam suasana
yang tentram, damai, dan menyenangkan penghuninya sehingga
penghuni merasa betah. Salah satu aspek dalam kesejahteraan
lingkungan adalah kesehatan material.
Kesehatan material adalah kemampuan untuk mendapatkan
dan menggunakan kebebasan terkait dengan pendapatan, hidup
dengan sebagian kualitas fisik yang dapat diterima dan memiliki
kepemilikan materil adalah bagian dari kualitas dan kuantitas
(Rohmah ett all, 2012 : Schalock, 1997).
WHO menjelaskan bahwa dalam domain lingkungan
terdapat delapan facet yang dijadikan indikator dalam menentukan
kualitas lingkungan diantaranya:
a. Sumber keuangan.
b. Kebebasan, keamanan fisik, keamanan lingkungan.
c. Ketersedian dan kualitas layanan fisik dan sosial.
d. Lingkungan.
e. Kesempatan mendapatkan informasi.
f. Berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi.
g. Lingkungan fisik (Polusi,kebisingan).
h. Transportasi. (Venkatesh, 2015)
3. Kualitas hidup dalam keperawatan
Beberapa ahli keperawatan telah merumuskan konsep kualitas
hidup seseorang dalam berbagai versi. Studi kepustakaan yang
dilakukan Plumer (2009) menjelaskan konsep kualitas hidup menurut
para teoris keperawatan, diantaranya:
a. Hildegard Peplau
Kualitas hidup menurut teori keperawatan Peplau dijelaskan
sebagai persepsi subjektif pada kondisi tertentu yang sedang
dialami seseorang. Kualitas hidup dapat diartikan sebagai well-
being atau kesehatan fisik dan sering disamakan dengan kesehatan.
Hubungannya adalah kualitas hidup adalah sebuah hasil dan sangat
signifikan dengan teorinya. Kualitas hidup terus berubah sesuai
dengan kondisi kehidupan seseorang dan pada dasarnya
dipengaruhi oleh kesehatan, hubungan sosial (Pelpau, 1994 dalam
Plumer, 2009)
b. Martha Roger
Teori Roger menjelaskan bahwa manusia dan lingkungan
adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan tidak dapat
dipisahkan. Roger mengemukakan bahwa kualitas hidup diartikan
sebagai kepuasan hidup yang seantiasa berfluktuasi berdasarkan
interaksi dari individu dan lingkungan (Roger, 1994;Plumer, 2009)
c. Imogene King
King menjelaskan bahwa ada interaksi yang terjadi anatara
manusia dan lingkungan dengan mempresentasikanya sebagai tiga
sistem yang saling terkait diantaranya sistem personal, sistem
interpersonal dan sistem sosial. Kepuasan hidup dipengaruhi oleh
komunikasi, interaksi dan transaksi antar individu (King,
1994;Plumer, 2009).
d. Madeline Leininger
Kualitas hidup menurut teori Leininger adalah konstruksi
budaya dan fenomena yang abstrak. Kuallitas hidup dianggap
sebagai tentara yang kuat untuk mendampingi, menjaga,
mempromosikan kesehatan dalam sebuah budaya (Leininger,
1994;Plumer, 2009).
e. Rosemarie Rizzo Parse
Parse Mengatakan bahwa kualitas hidup diartikan sebagai
pandangan seseorang terhadap momen yang telah berubah sesuai
kondisinya. Kualitas hidup yang dijelaskan parse mengacu pada:
sebyektivitas, persepsi yang terlalu luas, persepsi dari tiap momen
yang dijalani. (Parse, 1994; Plumer, 2009)
4. Pengukuran Kualitas Hidup Menggunakan WHOQOL-BREEF
Pengukuran kualitas hidup yang dikembangkan oleh World
Health Organisation Quality Of Life Group (WHOQOL Group)
dengan 15 pusat penelitian yang terus mengembangkan pengkajian
kualitas hidup yang bisa lintas budaya yang selanjutnya
dikembangkan WHOQOL-BREEF dalam berbagai bahasa.
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi terhadap posisi
dalam kontek nilai, budaya yang tinggal dan saling berhubungan.
Sama halnya dengan kita mengartikan bahwa kualitas hidup lebih
kepada pandangan subyektif kaitanya dengan budaya, sosial dan
lingkungan.
WHOQOL-BREEF memiliki empat domain stuktur,
terdapat 24 item pertanyaan dengan pertanyaan pertama berupa
pertanyaan tentang kualitas hidup secara umum dan pertanyaan kedua
tentang persepsi individu tentang kesehatanya. Selanjutnya rata-rata
skor tiap domain dihitung dengan nilai domain. Pengkajian ini tidak
digunakan untuk mengetahui tetang kondisi fisik melainkan
mengetahui efek yang akan didapat dari intervensi yang tepat (Oerley,
1996).
B. Lanjut Usia (Lansia)
1. Definisi Lansia
Definisi secara umum, seorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto dalam Effendi, 2009).
Undang – undang nomor 13 tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat 2
yang berbunyi ,” Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun (enam puluh) tahun ke atas” (Effendi, 2009). Penuaan atau
proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan–lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang di
derita (Constntinides dalam Effendi, 2009). Lansia bukanlah suatu
penyakit melainkan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beadaptasi
dengan lingkungan (Pudjiastuti dalam Effendi, 2009).
2. Tugas Perkembangan Lansia
Seseorang dalam tumbuh kembangnya selalu dipengaruhi oleh
tumbuh kembang pada masa sebelumnya, usia lanjut biasanya
melanjutkan juga tahap perkembangan sebelumnya (Dewi, 2014).
Tugas perkembangan lansia diantaranya:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat
secara santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematianya dan kematian pasaangan.
3. Perubahan Sistem Tubuh Lansia
a. Perubahan fisik (Cassel, 2003)
Tabel 2.1
Perubahan Fisik Lansia
Organ atau
sistem organ
Perubahan yang terjadi
Sistem
endokrin
Kerusakan toleransi glukosa(GDP meningkat
1mg/dl/dekade.Prostprandial meningkat
10mg/dl/dekade)
Peningkatan serum insulin,peningkatan hormon
pertumbuhan dimalam hari mengalami penurunan
puncak,
Penurunan dehydroepiandrosteron (DHEA)
Penurunan testosterone
Penurunan T3
Organ atau
sistem organ
Penurunan fungsi
kardiovaskuler Perubahan nadi istirahat, penurunan maksimum
HR.
Kerusakan pengisian ventrikel kiri
Penurunan fungsi pacemaker di SA node
Peningkatan atrial sistole untuk pengisian
ventrikel
Hipertropi atrium kiri
Kontraksi dan relaksasi ventrikel yang
memanjang
Penurunan inotropik kronik,respon lusitropik
untuk stimulasi beta-adrenergik
Penurunan respon cardiac output
Penurunan respon hipertropi sebagai respon
volume atau tekanan yang berlebihan
Peningkatan serum Atrial Numeric Peptide
(ANP)
Penebalan arteri besar, lumen,panjang, distensi
berkurang.
Lapisan subendotel menebal dengan jaringan
penghubung
Ukuran dan bentuk sel endotel yang tidak teratur
Fragmentasi elastin di dinding arteri
Resistensi perifer meingkat.
Tekanan darah Peningkatan sistole, tidak berubahnya diastole.
Penurunan vasodilatasi mediasi beta-adrenergik.
Tidak berubahnya vasokontriksi alfa-adrenergik.
Kerusakan autoregulagi perfusi ke otak
Paru-paru Peningkatan volume residu
Batuk tidak efektif
Kurang efektifnya aksi silia
Perfusi-ventilasi kurang cocok disebabkan
penurunan PaO2 .
Peningkatan diameter trakea
Pembesaran saluran alveolar, kehilangan
elastisitas paru, penuruan permukaan parenkim.
Penurunan masa paru
Perluasan rongga thorax
Penurunan inpirasi dan ekspirasi maksimum
Penurunan difusi CO
Penurunan respon hiperkapnia
Organ atau
sistem organ
Penurunan fungsi
Renal Penuruan bersihan kreatinin dan GFR
10ml/dekade
Penurunan 25% masa ginjal, peningkatan perfusi
kortek dan sel juktaglomerulus
Penungkatan penyimpanan dan pengeluranan Na
Kerusakan pengeluran lemak
Penurunan NO
Penurunan ketergantungan renal prostaglandin
untuk mempertahankan perfusi
Penurunan aktivasi vitamin D
Genitourinaria Ereksi memanjang pada pria
Penurunan intensitas orgasme untuk laki-laki dan
perempuan
Pengosongan blader tidak tuntas dan peningkatan
residu
Penurunan sekresi prostat di urin
Penurunan sekresi protein faktor antiadherence
Tamm-Horsfall
Suhu Kerusakan pada respon menggigil
Regulasi Penurunan vasokontriksi dan vasodilatasi
Penurunan produksi urin
Tulang Lambatnya penyembuhan ketika fraktur
Penurunan masa tulang
Penurunan formasi osteoklas.
Sendi Gangguan matrik kartilago
Modifikasi poliglikan dan glikoaminoglikan
Sistem saraf
perifer
Kehilangan saraf motorik spinal
Penurunan sensasi terutama di kaki
Penurunan sensitivitas panas
Penurunan potensial amplitudo pada saraf
sensorik
Penurunan ukuran dan besar serat fibrin
Penurunan heterogenitas akson dan mielin
Sistem sarat
pusat
Penurunan masa otak
Penurunan aliran darah ke otak, gangguan
autoregulasi perfusi.
Proliferasi astrosit
Penurunan densitas koneksi pada dendrit
Peningkatan jumlah neurofibril
Peningkatan plak senilis
Penurunan myelin dan total lemak otak
Peningkatan aktivitas monoamin oksida
Peningkatan reseptor hipokaampal glukokortikoid
Organ atau
sistem organ
Penurunan fungsi
Gastrointesinal Penurunan ukuran liver dan aliran darah
Kerusakan pembersihan liver.
Penurunan induktivitas liver sebagai fubgsi
menggabungkan enzim oksidasi, penurunan
bilirubin
Penurunan sedang asam pada lambung
Kerusakan pada mukosa gastric.
Penurunan masa pankreas dan enzim nya
Penurunan efektifitas kontraksi kolon
Penurunan penyerapan kalsium
Penglihatan Gangguan pada adaptasi gelap
Kuning pada lensa
Kesulitan fokus pada jarak dekat
Penurunan sensitivitas kontas
Penurunan lakrimal
Penghidu Deteksi berkurang 50%
Haus Penurunan haus
Gangguan pengontrolan haus oleh endorpin
Keseimbangan Peningkatan respon vertibular
Penurunan jumlah sel organ korti.
Pendengaran Penurunan pemrosesan sentral
Kesulitan membedakan sumber bunyi
Sistem imun Penurunan mediasi sel imunitas
Rendahnya produksi antibodi
Peningkatan autoantibodi
Fasilitasi produksi anti-idiotypr antibodies
Peningkatan terjasinya MGUS (Monoclonal
Gammathopathy Of Unknownn Significance)
Penurunan delay hipersensitivitas
Penurunan fungsi makrofag (interferon agmma,
TGF-brta, TNF, IL-6,IL-1).
Penurunan sel proliferasi.
Atropi timus dan penurunan hormon tiroid
Akumulasi memori sel T
Peningkatan sirkulasi IL-6
Penurunan respon IL-2
Penurunan produksi sel B
Penuaan Sistem Integumen
Stanley (2006) menjelaskan bahwa hal-hal yang terjadi pada epidermis
lansia diantaranya:
a. Stratum korneum
Stratu Korneum merupakan lapisan luar epidermis yang terdiri
dari sel keratinosit. Jumlah sel dan lapisam secara esensial tidak
berubah namun kohesi sel mengalami penurunan. Perbaikan lapisan
sel menjadi lebih lambat, menghasilkan waktu penyembuh yang
lama. Penurunan kohesivan sel berhubungan dengan penggantian
sel. Pelembab pada stratum korneum berkurang tetapi status
perlindungan air tetap sehingga kulit lansia menjadi tampak kering
dan kasar.
b. Epidermis
Epidermis terjadi perlambatan dalam perbaikan sel, jumlah
basal yang lebih sedikit dan penurunan jumlah kedalaman rete ridge
yang dibentuk dari penonjolan epidermal dari lapisan basal yang
mengarah ke bawah. Pendataran rate ridge mengurangi area kontak
antara epidermis dan pemisahan antara lapisan kulit.
Penurunan kompetensi imun merupakan hasil keseluruhan
penurunan jumlah sel langerhans karena bertambahnya usia.
Kerusakan sel keratinosit dapat dilihat dari kulit yang mengalami
penuaan. Gangguan ini mungkin mencerminkan perubahan
kecepatan proliferasi sel.
Tabel 2.2
Perubahan Pada Epidermis
Perubahan Konsekuensi klinis
Waktu penggantian sel
meningkat
Waktu penyembuhan lama
Penurunan melanosit Perlindungan dari sinar UV kurang
Penurunan sel langerhans Respon terhadap pemeriksaan kulit
berkurang
Pendataran rate ridge Kulit mudah terpisah dan
mengalami kerusakan
Kerusakan nukleus
keratinosit
Kecenderungan kearah
pertumbuhan sel abnormal.
c. Dermis
Volume dermal mengalami penurunan, dermis mengalami
penurunan jumlah sel dan menjadi lebih tipis. Perubahan
degenerative dimulai sejak usia 30 tahun, serabut elastis dan
jaringan kolagen secara bertahap dihancurkan oleh enzim.
Elastisitas yang menurun membuat dermis meningkatkan
kemampuan perenggangganya, sehingga kulit melentur saat terkena
tekanan, turgor kulit hilang dan organisasi kolagen jadi tidak
teratur. Vaskularisasi menurun dengan lebih sedikit pembuluh
darah kecil. Demis jadi berisi sedikit fibroblas, makrofag, sel
batang. Kulit jadi kurang mampu mengatur termoregulasi.
d. Subkutis
Lapisan subkutis mengalami penipisan sehingga kulit tampak
lebih kendur dan menggantung siatas tulang rangka. Penuruna
lemak menimbulkan peningkatan resiko cedera. Lemak lebih
banyak terdistribusi di bagian perut dan paha sehingga
mengganggu citra tubuh lansia.
b. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan(hereditas), lingkungan , tingkat kecerdasan (Intelegensi
quotient–I.Q) dan kenangan (memory). Kenangan dibagi menjadi
dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam–jam sampai berhari–
hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka
pendek atau seketika (0-10 menit) biasanya berupa kenangan buruk
(Efendi, 2009).
c. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial yang terjasi terutama setelah seseorang
mengalami pensiun, berikut ini adalah hal –hal yang akan terjadi
pada masa pensiun
1. Kehilangan sumber fiannsial atau pemasukan (income)
berkurang
2. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya
3. Kehilangan teman atau realsi
4. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
5. Merasaakn atau kesadaran akan kematian (sense of awarness
of mortality) (Efendi, 2009).
C. Pruritus Senilis
1. Definisi Pruritus Senilis
Pruritus senilis merupakan gatal-gatal yang biasanya ringan dan
setempat atau menyeluruh dengan sebab yang tidak pasti pada lanjut
usia, diagnosa pruritus senilis biasa ditegakan dengan menyingkirkan
diagnosa lain yang menyebabkan gatal pada kulit lansia (Obraun,
1991).
2. Etiologi.
a. Penuaan dan sistem imun
Perubahan yang terjadi pada sistem imun disebut dengan
“immunosenescense”. Ada dua fenomena yang terjasi pada sistem
imun yang mengalami penuaan. Pertama adanya proinflamatory dan
kedua adanya abrasi yang signifikan dari sel T dan sel B. Beberapa
pasien juga mengalami respon “alergic” semu dengan Th2 dominan.
Adanya respon alergik semu disebabkan karena reaksi
proinflamatory dan Th2 dominan kehilangan sel T naiv. (Cohen,
2012).
b. Penuaan dan pelindung epidermal.
Penuaan menyebabkan perubahan pada pelindung epidermal.
Mendekati usia 55 tahun, permukaan pH epidermis menjadi lebih
asam. Enzim yang menerima proses pembentukan lemak pembentuk
pelindung epidermal air sedikit lebih asam sehingga menyebabkan
berkurangnya proses perbaikan pelindung. Pasien lansia lebih rentan
untuk teriritasi dan gatal yang berasal dari produk detergent dan
lebih sulit mentoleransi antigen daripada orang yang lebih muda.
Asam dan symphomyelinase alami, synthase ceramide dan asam
ceramides merupakan enzim yang berfungsi memproduksi ceramise
dengan struktur pelindung epidermal. Pada lansia ceramide
berkurang di lapisan dalam epidermis. Aquaporin-3 adalah gliserol
dan kanal membran air yang penting dalam hidrasi kulit dengan
memperkuat konsentrasi gliserol lapisan statum korneum. Gen
aquaporin-3 berkurang pada seseorang dengan usia lebih dari 60
tahun. Semua langkah yang terjadi dalam pelindung epidermal dan
hidrasi pada lansia menimbulkan xerosis.
Kerusakan pelindung mengakibatkan pertama gagalnya
pelindung untuk menurunkan resiko dermatitis karna rusaknya
pelindung menyebabkan mudahnya antigen masuk. Setelah
pelindung gagal, pengeluaran sitokin untuk menginduksi pelindung
untuk memperbaikinya juga menyebabkan dermatitis sehingga
menyebabkan masalah pada kulit (Berger, 2011)
3. Patofisiologi
Disebut dengan pruritus senilis ketika masalah penyakit kulit
seperti jamur, dermatitis, penyakit sistemik penyebab gatal, gatal
yang disebabkan reaksi obat disingkirkan. Pada peningkatan usia
seseorang menyebabkan peningkatan sentuhan rasa nyeri dan gatal
pada ambang batasnyadisebabkan adanya atropi dari sel saraf
perifer. Kehilangan input sentuhan dan nosiseptif menyebabkan
pada sistem saraf pusat tidak mampu menghambat adanya sensasi
gatal. Hal ini dianalogika dengan seseorang yang mengalami post
amputtasi tungkai, namun tiba-tiba merasakan tungkainya terasa
gatal atau ada sensasi gatal di bagian amputasinya.
Sensasi ini akan diterima oleh serabut C tak bermielin yang
selanjutnya akan di bawa ke otak melalui sum-sum tulang belakang
sampai ahirnya diterima oleh bagian hipotalamus lalu di bawa ke
korteks dan diterjemahkan sebagai gatal. Gatal yang dirasakan
lansia akan memicu bagian korteks untuk memerintahkan tubuh
menggaruk bagian yang gatal. Saat terjadi proses menggaruk,
gesekan tersebut akan menimbulkan luka yang selanjutnya memicu
tubuh mengeluarkan histamin. Pengeluaran histamin, prostaglansin
akan memicu saraf serabut C tak bermielin bekerja kembali untuk
mengirim respon gatal kembali (Khairina, 2013).
4. Penanganan
a. Pengobatan untuk kulit kering
1) Penggunaan omeolin tipis di permukaan kulit secara teratur
setelah mandi.
2) Hindari mandi air panas dalam waktu lama
3) Menggunakan sabun yang mengandung minyak
4) Menghindari sabun yang mampu mengiritasi kulit
5) Hindari pakaian yang mampu menimbulkan gesekan
6) Gunakan pengarur kelembabab bila perlu.
7) Menggunakan obat topikal untuk mengatasi inflamasi.
b. Terapi non-farmakologi
1) Stimulasi lapisan subkutan
2) Hipnosis
3) Terapi cahaya
4) Terapi ultraviolet
c. Terapi farmakologik
1) Topikal: menthol, Tacrolimus, Doxepin, Kortikosteroid,
Capsaisin
2) Sistemik: Cyclosporin, Doxepin, Oxatomide,
Aminotriptyline, Mirtazipine, SSRIs (Selectife serotonin
reuptake inhibitor), Ondansteron, Carbamazepine,
Gabapentin, Thalidormide, Opioid Anatgonis (Ward, 2005).
D. Penelitian Terkait
Penelitian Andreas Rantepadang tahun 2012 yang berjudul
Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Lansot
Kecamatan Tomohon Selatann it Metode yang digunakan peneliti adalah
kuantitatif deskriptif, korelasi dan regresi, dan dari hasil penelitian
tersebut, Ia menjelaskan bahwa sebagaian besar lansia di kelurahan Lansot
memiliki interaksi sosial yang baik dan memiliki kualitas hidup yang baik
pula. Kualitas hidup dilihat dalam tiga dimensi: yaitu dimensi biologi yang
berhubungan dengan fisik dengan nilai rata-rata 4,10, psikologi dengan
nilai rata-rata 3,72, spirital dengan rata-rata 4,75,. Terdapat hubungan yang
signifikan antar kualitas hidup dan interaksi sosial dengan nilai korelasi
0,690. Interaksi yang kuat juga terjadi antara dimensi biologis dengan
interaksi sosial lansia dengan nilai korelasi 0,673 (Rantepadang, 2012).
Penelitian Tessari, ett all. tahun 2009 dengan judul The Impact of
Pruritus on Quality of Life Patient Undergoing Dialysis: a Single-Center
Cohort Study. yang dilakukan pada 169 pasien yang menjalani
hemodialisa atau peritonial dialisa di Italia dapat diambil kesimpulan
bahwa adanya gejala pruritus atau gejala fisik lain mampu menurunkan
kualitas hidup seseorang. Adanya gangguan psikologis minor dialami oleh
orang-orang dengan masalah pruritus dan hal ini terjadi cukup signifikan,
gangguan yang diakibatkan masalah pruritus lainya adalah masalah
gangguan tidur (Tessari, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Yudianto, ett all tahun 2008 dengan
judul Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum
Daerah Cianjur, menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan dilakukan
terhadap 4 dimensi berhubungan dengan kualitas hidup penderita diabetes
di poli penyakit dalam RSUD Cianjur dengan responden sebanyak 50
orang. Kuisioner kualitas hidup menggunakan WHOQOL-BREEF dan
dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup penderita yang berobat di poli
penyakit dalam RSUD Cianjur secara keseluruhan baik dan persepsi
terhadap kesehatanya adalah memuaskan. Dimensi kesehatan fisik
responden merasa lebih pusa dengan kemampuan bergaulnya, dimensi
kesehatan psikologis memiliki perasaan negatif seperti cemas, putus asa
dan kesepian, dimensi hubungan sosial merasa lebih puas dengan
dukungan sosial, dimensi kesehatan lingkungan lebih puas dengan
kesempatan mendapat informasi (Yudianto, 2008)
Penelitian lainya tentang Status Gizi, Penyakit Kronis dan
Konsumsi Obat terhadap Kualitas Hidup Dimensi kesehatan Fisik Lansia
di Cilacap Utara tahun 2013 dilakukan oleh Sari. Metode penelitian ini
adalah metode analitik observasional dengan rancangan cross sectional
dengan jumlah responden 58 orang. Kejadian penyakit kronis dan
konsumsi obat-obatan berhubungan dengan menurunya kualitas hidup
dimensi kesehatan fisik pada lansia di wilayah kerja puskesmas Cilacap
Utara 1. Status gizi tidak memiliki hubungan dengan kualitas hidup
dimensi kesehatan fisik. Status gizi mengkin secara tidak langsung
mempengaruhi kualitas hidup melalui penurunan fisik (Sari, 2012).
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
v
Input :
(Lingkungan,
Kondisi Fisik)
Lansia
Penurunan
fungsi
tubuh
Masalah
pruritus
senilis
Throughput :
Individual Choice Aktivitas
sehari-hari
(Pola Hidup)
Penanganan
masalah
pruritus
Tinggal di
panti
(Hangerty, 2001)
Output :
Quality of Life
Quality of Life
King
(1994):
Kondisi
sehat,
kepuasan
hidup
Leininger
(1994):
Nilai,
Pola expresi,
Kepercayaan
Parse (1994):
Persepsi
subyektif,
persepsi global
terhadap
kehidupan
Roger
(1970):
kepuasan
hidup
Peplau
(1991):
Kesehatan
psikologis,
kesejahteraan
WHOQOL
Group (1993) :
Hubungan Sosial
Kesehatan Fisik
Kesehatan
Psikologis
Lingkungan
Hadowinoto
(2009) :
Aspek demografi
Aspek biologis Aspek sosial dan
budaya Aspek ekonomi Aspek hukum
Aspek psikologi Aspek agama Aspek kesehatan
Lawton (1993):
Kompetensi
tingkah laku Kesehatan
psikologi
Penerimaan
kualitas hidup
Lingkungan
objektif.
Pengkhahila
(2007) :
Aspek fisik Aspek psikososial
Tingkat
independensi Hubungan sosial
Lingkungan Spiritual
Domain Quality of Life
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah
yang akan diteliti. Kerangka konsep dibuat berdasarkan literature review
danteori yang sudah dipelajari variable dan masalah yang akan diteliti.
Tujuan dari kerangka konsep adalah menggambarkan hubungan
(Swarjana, 2012). Variable adalah atribut dari sekelompok obyek yang
akan diteliti dan mamiliki variasi di dalam kelompok tersebut. Penelitian
ini memiliki satu variabel penelitian yaitu kualitas hidup lanjut usia
dengan masalah pruritus senilis.
Bagan 3.1: Kerangka Konsep
Kualitas Hidup lansia dengan
masalah pruritus senilis:
1. Kesehatan fisik
2. Psikologis
3. Hubungan sosial
4. lingkungan
35
A. Definisi Operasional
Definisi operasional adaalh suatu definisi ketika variabel-variabel penelitian memiliki sifat operasional. Definisi dari
operasional menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel
tersebut (Wasis, 2006).
Variable Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Nama Identitas
responden. Bisa
berupa nama asli
atau inisial
Wawancara Kuisioner Nama responden atau inisial. Ordinal
Usia Lama waktu hidup
atau sejak dia di
lahirkan
(setiawan,2015)
Wawancara kuisioner Usia dalam tahun Nominal
Jenis
Kelamin
Pembagian dua
jenis kelamin yang
ditentukan secara
biologis (sudarma,
2008)
Wawancara Kuisioner 1: Laki-laki
2: Perempuan
Nominal
Lamanya
Tinggal di
panti
Waktu responden
sejak hari pertama
tinggal di panti
sampai peneliti
melakukan
wawancara
Wawancara Kuisioner Lamanya tinggal di panti
dalam tahun
Nominal
36
Lamanya
mengalami
pruritus
Waktu responden
sejak hari pertama
mengalami
pruritus sampai
peneliti melakukan
wawancara
Wawancara Kuisioner Akut: <6 minggu
Kronis: ≥6 minggu
Ordinal
Penanganan
yang telah
dilakukan
selama
mengalami
pruritus
Aktivitas yang
dilakukan lansia
dalam rangka
mengurangi atau
menghilangkan
gejala pruritus
Wawancara Kuisioner Jenis penanganan pruritus
1: Farmakologi
2:Non Farmakologi
3: Kombinasi keduanya
4:Tidak ditangani
Ordinal
Kualitas
Hidup
Persepsi seseorang
terhadap
kehidupanya
berdasarkan nilai
kepercayaan
personal (Dewi,
2014)
Wawancara Kuisioner WHOQOL-
BREEF yang terdiri
dari pertanyaan
kualitas hidup lansia
secara umum.
Hasil uji normalitas kualitas
hidup lansia dengan distribusi
data tidak normal
Value≥ Median (2,0) : Baik
Value< Median (2,0) : Buruk
(Harstono, 2007)
Ordinal
Aspek
kualitas
hidup
Faktor yang
mempengaruhi
kualitas hidup
seseorang
Wawancara Kuisioner WHOQOL-
BREEF yang berisi
pertanyaan persepsi
kesehatan fisik
Hasil uji normalitas kesehatan
umum lansia dengan
distribusi data tidak normal.
Value≥ Median (2,5) : Baik
Value< Median (2,5) : Buruk
(Harstono, 2007)
Ordinal
Kuisioner WHOQOL-
BREEF yang berisi
pertanyaan domain
Kesehatan fisik
Hasil uji normalitas domain
Kesehatan fisik dengan
distribusi data normal
Value ≥ mean (22,1) : Baik
Ordinal
37
Value < mean (22,1): Buruk
(Harstono, 2007)
Kuisioner WHOQOL-
BREEF yang berisi
pertanyaan domain
psikologis
Hasil uji normalitas domain
psikologis dengan distribusi
data tidak normal
Value≥ Median (27): Baik
Value< Median (27): Buruk.
(Harstono, 2007)
Ordinal
Kuisioner WHOQOL-
BREEF yang berisi
pertanyaan domain
hubungan sosial
Hasil uji normalitas domain
hubungan sosial dengan
distribusi tidak normal
Value≥ Median (102): Baik
Value< Median (102): Buruk.
(Harstono, 2007)
Ordinal
Kuisioner WHOQOL-
BREEF yang berisi
pertanyaan domain
lingkungan
Hasil uji normalitas domain
lingkungan dengan distribusi
tidak normal
Value≥ Median (24): Baik
Value< Median (24): Buruk.
(Harstono, 2007)
Ordinal
38
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif
dan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah
penelitian yang menggambarkan secara sistematis dan akurat suatu
situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual. Tujuan
penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa
populasi saat ini (Sudarwan, 2003). Salah satu jenis penelitian
deskriptif kuantitatif adalah penelitian perkembangan yang merupakan
penelitian untuk mengetahui perkembangan subyek dengan metode
cross sectional yaitu hanya dengan satu waktu pengukuran terhadap
lansia dengan keluhan pruritus dalam jangka waktu yang berbeda beda
(Suhrsimi, 2010).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 di
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budhi Mulya 03 Margaguna
Jakarta Selatan karena ± 76% lansia di PSTW mengalami pruritus
secara umum dan belum ada penelitian terkait kualitas hidup lansia
dengan masalah pruritus di lokasi tersebut.
38
C. Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari. Tidak
semua penduduk atau orang yang berdomisili dikatakan sebagai
populasi dan sample. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada
pada obyek yang dipelajari melainkan karakteristik dari obyek tersebut
(Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut
usia yang memiliki keluhan pruritus senilis. Setelah dilakukan skrining
pada seluruh lansia di PSTW Budhi Mulya 3 Margaguna Jakarta
Selatan didapatkan hasil bahwa lansia dengan masalah pruritus senilis
berjumlah 56 orang.
2. Sample
Sample adalah bagian dari elemen populasi yang dari strategi
sampling. Sample yang diambil idealnya adalah sample yang mewakili
populasi. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah
menggunakan purposive sampling. Besarnya sample yang diambil,
peneliti menggunakan prinsip total sampling dimana peneliti
mengambil seluruh anggota populasi menjadi subyek penelitian sesuai
dengan kriteria inklusi (Swarjana, 2015). Kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008).
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Lanjut usia yang tinggal di panti werdha.
2. Sedang mengalami keluhan pruritus senilis.
3. Dapat berkomunikasi dengan baik.
4. Mau menjadi subyek penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data. Instrumen penelitian dibedakan menjadi dua jenis
yaitu instrumen penelitian survei dan instrumen penelitian non survei.
Instrumen disusun berdasarkan kebutuhan penelitian agar diperoleh data
yang sesuai. Data yang diperoleh nanti akan diolah menjadi informasi
yang akan menjelaskan suatu gejala atau hubungan antar gejala
(Sudarmawan, 2003). Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuisioner. Kuisioner yang digunakan terdiri dari 2 jenis yaitu
kuisioner data demografi dan kuisioner WHOQOL-BREEF. Kuisioner
data demografi berisi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,lama tinggal di
panti, lama mengalami keluhan pruritus. Kuisioner 2 menggunakan
WHOQOL-BREEF yang terdiri dari 4 domain dalam kualitas hidup
seseorang. Kuisioner WHOQOL-BREEF merupakan draft manual dari
World Health Organitation Quality Of Life Group (WHOQOL Group)
yang merupakan salah satu anggota WHOQOL group dan telah di
terjemahkan pada tahun 2004 oleh Dr Ratna Mardiati ett all. WHOQOL-
BREEF terdiri dari pertanyaan tentang kualitas hidup berupa pertanyaan
positive (dengan skor 1-5) dan kesehatan secara umum berupa pertanyaan
positive (dengan skor 1-5) serta keempat domain kualitas hidup berupa
domain kesehatan fisik yang terdiri dari 7 pertanyaan berupa dua
pertanyaan negative dan lima pertanyaan positive. Domain kedua adalah
psikologik yang terdiri dari 6 pertanyaan dengan 5 pertanyaan positive dan
satu pertanyaan negative. Domain ketiga adalah hubungan sosial yang
terdiri dari 3 pertanyaan dengan pertanyaan positive dan yang ke empat
adalah lingkungan terdiri dari 8 pertanyaan positive (Sudharma, 2007).
Penilaian pada WHOQOL_BREEF yaitu dengan memberikan
skor 1-5 pada pertanyaan positive dan skor 5-1 pada pertanyaan negative.
Nilai yang dihasilkan menunjukan kualitas hidup orang tersebut. Penialian
pada setiap domain dihitung dengan mengalikan rata-rata item dengan 4
(Sudharma, 2007). Menentukan Penggunaan Mean dan Median, peneliti
menggunakan uji normalitas kolmogorov-smirnov karena jumlah
responden lebih dari 50 lansia (Harsono, 2007).
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas adalah mengukur ke validan instrumen. Instrumen
yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid harus memiliki validitas
internal dan eksternal. Instrumen yang memiliki validitas internal berarti
kriteria yang ada dalam instrumen mencerminkan teori yang telah ada.
Validitas internal instrumen harus memenuhi validitas konstruksi
(Sugiyono, 2012). Uji Validitas Konstruksi yang dilakukan Sudharma
(2007) pada kuisioner WHOQOL-BREEF setiap item pertanyaan memiliki
nilai r berkisar antara 0,5 – 0,7. Artinya kuisioner WHOQOL-BREEF
merupakan kuisioner yang valid.
Reliabilitas adalah nilai yang menunjukan konsistensi alat ukur
dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Uji reliabilitas biasa
dilakukan dengan Cronbach’s Alpha dimana reliabilitas yang baik harus
memiliki naili Alpha >0,6 (Bahri, 20015). Nilai koefisien Cornbach’s alfa
setiap item pertanyaan pada penggujian reliabilitas dengan nilai R: 0,8756
(Wardhani, 2006).
Artinya seluruh domain bermakna untuk menjelaskan variasi
pertanyaan WHOQOL-BREEF. Artinya WHOQOL-BREEF merupakan
instrument yang valid dan reliable digunakan untuk mengukur kualitas
hidup lansia dengan penyakit tertentu (Sudharma, 2007).
F. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa
tahap:
1. Menentukan permasalahan
Pada awal proses penelitian, peneliti terlebih dahulu
menentukan permasalahan terkait dengan subyek penelitian, tempat
penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
2. Persiapan pengumpulan data
Sebagai langkah awal, peneliti melakukan persiapan berupa
mengajukan perizinan kepada pihak-pihak terkait seperti izin kepada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PSTP) Balai Kota Jakarta Selatan,
sampai PTSP Balai Kota Jakarta Selatan memberikan surat keterangan
bahwa peneliti diizinkan melakukan penelitian di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Mulya O3 Margaguna Jakarta Selatan. Surat yang
diberikan oleh PTSP Kota Administrasi Jakarta Selatan selanjutnya di
berikan kepada Dinas Sosial DKI Jakarta sebagai tembusan dan
diberikan pula kepada PSTW Budhi Mulya 03 Margaguna Jakarta
Selatan. PSTW Budhi Mulya 03 Jakarta Selatan akan memberikan
perizinan langsung setelah surat dari PTSP Jakarta selatan dan
pengantar kampus diberikan peneliti kepada PSTW Budhi Mulya 03
Margaguna Jakarta Selatan.
3. Melakukan skrining kepada seluruh lansia di panti sosial tresna werdha
budhi mulya 03 Margaguna Jakarta Selatan untuk menemukan lansia
dengan masalah pruritus senilis.
Tahapan skrining yang dilakukan peneliti antara lain:
1. Mencatat semua daftar nama lansia di PSTW Budhi Mulya 03
Margaguna Jakarta Selatan.
2. Melakukan wawancara kepada lansia. hal yang ditanyakan
peneliti diantaranya:
a. Gatal. Apakah pada saat itu lansia mengalami gatal? Jika lansia
menjawab iya maka peneliti melanjutkan ke pertanyaan
selanjutnya.
b. Apakah bagian yang gatal itu menimbulkan kemerahan atau
luka. Jika iya maka apakah kemerahan atau luka tersebut yang
menyebabkan sebelum gatal pada lansia atau luka tersebut
timbul setelah digaruk lansia.
c. Jika luka tersebut menyebabkan gatal pada lansia maka itu
bukan pruritus senilis (mungkin penyakit kulit lainya, lihat lagi
tanda gejalanya).
d. Jika luka tersebut timbul setelah digaruk, maka peneliti melihat
lagi apakah lansia memiliki penyakit yang dapat menyebabkan
gatal seperti diabetes melitus, masalah saraf, kelainan limpa,
leukimia, penyakit hodgkin,psikotik,dll. Lansia dengan
masalah tersebut tidak masuk dalam katagori pruritus senilis.
4. Proses Pengumpulan Data
Peneliti mendata seluruh lansia yang tinggal di PSTW Budhi
Mulya 03 Jakarta Selatan. Proses skrining dilakukan kepada seluruh
lansia dengan mewawancarai lansia dan meninjau data sekunder
berupa penyakit yang di derita lansia. Seluruh lansia yang sesuai
dengan kriteria pruritus senilis di data oleh peneliti dan ditindaklanjuti
dengan memberikan inform consent kepada calon responden tersebut.
Peneliti akan menemui calon responden dan memberikan lembar
inform consent dengan sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih
dahulu identitas peneliti dan tujuan penelitian. Calon responden yang
setuju akan diberikan kuisioner dan akan dijelaskan cara mengisi
kuisioner.
Peneliti memberikan kesempatan pada responden untuk
bertanya kepada peneliti jika belum jelas dengan kuisioner yang
diberikan. Peneliti juga akan membantu responden yang mengalami
keterbatasan dalam membaca atau menulis dengan menuliskan
jawaban kuisioner sesuai dengan informasi dari responden. Kuisioner
yang telah diisi oleh responden akan di cek ulang oleh peneliti untuk
menghindari adanya pertanyaan yang tidak terjawab.
G. Teknik Pengolahan Data
1. Editing, yaitu kegiatan mengoreksi jawaban yang telah diberika
responden. Peneliti segera melengkapi apabila terdapat ke
tidaklengkapan data atau tulisan yang sulit dipahami (Sumantri, 2011).
2. Coding, yaitu pengkodean terhadap beberapa variabel yang akan
diteliti. Koding sangat berguna dalam memasukan data. Peneliti
memberi kode jawaban pada kuisioner (Sumantri, 2011). Jawaban
pertanyaan positif bernilai 1-5 dan pertanyaan negatif bernilai 5-1
3. Entry data, yaitu memasukan semua jawaban setiap responden dalam
bentuk kode kedalam program komputer. Software yang digunakan
adalah SPSS 21 for windows (Sumantri, 2011).
4. Cleaning yaitu pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang
mungkin terjadi, dalam hal ini tidak diikutsertakan nilai hilang
(missing value) dalam analisis data yang tidak sesuai atau diluar range
penelitian (Sumantri, 2011).
H. Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis
univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai
distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variable yang diteliti baik
variable bebas ataupun variable terikat. Analisis univariat berfungsi
menjelaskan atau mendeskripsikan variabel penelitian (Sumantri, 2011).
I. Etika Penelitian
Prinsip etik menurut ANA yang berkaitan dengan peran perawat sebagai
seorang peneliti adalah sebagai berikut :
1. Otonomi, berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan
nasibnya sendiri (independent). Hak untuk memilih apakah disertakan
atau tidak dalam penelitian dengan memberi persetujuanya atau tidak
memberi persetujuanya dalam inform consent (Wasis, 2006) peneliti
akan memberikan kebebasan kepada calon responden untuk memilih
apakah calon responden bersedia atau tidak untuk menjadi responden.
Dasar informasi bagi persetujuan kedua belah pihak, dalam hal ini
peneliti dan responden adalah sebagai berikut :
a. Jujur dalam menerangkan prosedur , tujuan , termasuk menyabutkan
setiap prosedur yang bersifat eksperimental.
b. Mendeskripsikan keadaan yang akan terjadi, yang tidak
menyenangkan, dan resiko yang memungkinkan akan terjadi
c. Menjelaskan manfaat dari penelitian yang sedang di laksanakan
d. Menjelaskan setiap prosedur alternatif yang cocok dan mungkin
lebih menguntungkan subjek penelitian.
e. Memberi kesempatan pada subjek untuk bertanya mengenai prosedur
yang telah dijelaskan.
f. Memberikan kesempatan kepada informan untuk berfikir mengenai
keikutsertaan dalam proyek penelitian ini (Wasis, 2006).
2. Beneficence merupakan prinsip berbuat baik kepada responden dan
semuanya demi kebaikan responden dalam batas hubungan yang wajar
(Wasis, 2006). Peneliti akan berbuat baik dalam hal yang wajar kepada
responden dan tidak membeda-bedakan.
3. Nonmaleficience artinya dalam penelitian tidak mengandung unsur
bahaya atau merugikan responden (Wasis, 2006). Penelitian tidak
melukai responden atau memberikan kerugian baik secara fisik maupun
materi.
4. Confidenttiality menganjurkan peneliti untuk merahasiakan data – data
yang sudah dikumpulkanya. Jawaban tanpa nama dapat dipakai dan
sangat dianjurkan subjek penelitian yang tidak menyebutkan
identitasnya (Wasis, 2006). Hanya peneliti dan responden yang
mengetahui jawaban responden dan peneliti memperbolehkan
responden untuk hanya memberikan inisial saja pada saat responden
menulis nama.
5. Veracity dalam proyek penelitian yang dilakukan oleh perawat
hendaknya dijelaskan secara jujur tentang manfaatnya, efeknya dan apa
yang di dapat jika pasien dilibatkan dalam proyek tersebut (Wasis,
2006). Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian dan manfaat
yang akan diterima calon responden bila turut serta berpartisipasi dalam
penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan pada bulan Februari 2016 sampai
bulan April 2016. Penelitian dilakukan kepada lansia yang tingal dan
menjadi Warga Binaan Sosial di PSTW Budhi Mulya 3 dengan usia ≥ 60
tahun dan memiliki masalah pruritus senilis berdasarkan hasil skrining.
A. Gambaran Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 03 Margaguna
Jakarta Selatan
Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 03 Margaguna Jakarta
Selatan merupakan unit pelayanan teknis dinas dan kesos dalam pelayanan
kesejahteraan sosial usia terlantar. PSTW dipimpin oleh seorang kepala
panti yang bertanggungjawab kepada kepala dinas. PSTW memiliki tugas
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
terlantar yang meliputi identifikasi dan assasement, perawatan, bimbingan
dan penyaluran serta bina lanjut.
PSTW Budhi Mulya 03 Margaguna terdiri dari:
1. Kepala panti.
2. Sub bagian tata usaha.
3. Seksi perawatan.
4. Seksi bimbingan dan penyaluran.
5. Subkelompok jabatan fungsional.
48
PSTW Budhi Mulya 03 Margaguna Jakarta Selatan memiliki beberapa
program kegiatan, diantaranya:
1. Bimbingan Rohani (Islam 4kali per minggu, Kristen 1kali per minggu)
2. Olahraga senam lansia 2kali per minggu
3. Bimbingan Keterampilan (Menjahit,Membuat keset, Membuat Bunga,
Menyulam Taplak)
4. Pelayanan kesehatan
5. Kesenian (Qasidahan, Angklung, Karaoke)
6. Rekreasi
7. Penyaluran (Kembali ke keluarga, Pemakaman)
Lansia yang tinggal di PSTW Budhi Mulya 03 Margaguna disebut
sebagai Warga Binaan Sosial yang selanjutnya disingkat WBS di PSTW
Budhi Mulya 03 Margaguna Jakarta selatan yang berjumlah 232. WBS berasal
dari berbagai daerah, sebagian mereka ada yang dititipkan keluarganya, ada
juga yang berasal dari jalan raya yang dibawa oleh dinas keamanan kota
Jakarta. Para WBS tinggal di ruangan yang telah di sediakan panti. Ada 14
ruangan yang tersedia di panti yaitu ruangan Melati, Mawar, Cempaka,
Kenanga, Tulip, Lili, Rajawali, Merpati, Susi, Observasi, Cendrawasih,
Kutilang dan Anggrek. Pembagian WBS di ruanganya berdasarkan
kemandirian lansia yang dibagi menajdi kategori, Katagori Mandiri (Melati,
Lili, Tulip, Merpati, Rajawali, Susi, Cempaka, Gardena) Katagori Renta
(Kutilang,Cendrawasih,Anggrek, Kenanga, Mawar) dan ruang Observasi bagi
lansia yang baru datang dan di bawa oleh satpol PP. WBS yang tinggal di
PSTW Budhi Mulya 03 Margaguna adalah lansia dengan rentang usia 55
tahun–105 tahun dengan lamanya tinggal di panti berkisar antara 2 minggu
sampai 25 tahun. Setiap harinya mereka mendapat makan besar sebanyak 3
kali sehari dan camilan 1 kali sehari.
B. Skrining Lansia dengan Masalah Pruritus Senilis
Sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti melakukan skrining
untuk menemukan lansia dengan masalah pruritus senilis karena
sebelumnya data tentang lansia dengan masalah pruritus senilis belum
tersedia. Sebelum melaksanakan skrining, peneliti terlebih dahulu
berkonsultasi kepada expert dalam hal ini kepada Dokter Devi Arofah
SpKK. Setelah menjalani dua kali pertemuan untuk membahas panduan
skrining maka peneliti mulai melaksanakan skrining. Setelah dilakukan
skrining terhadap 232 lansia, maka peneliti mendapatkan hasil bahwa
terdapat 56 lansia yang sesuai dengan kriteria mengalami masalah pruritus
senilis.
Tabel 5.1.
Hasil Skrining Lansia dengan Masalah Pruritus Senilis
Variabel Frekuensi Presentase
Pruritus Senilis 56 24%
Bukan Pruritus Senilis 176 76%
Total 232 100%
Masalah pruritus senilis di PSTW Budhi Mulya 03 Margaguna
dialami oleh 56 responden dengan presentase 24% dari seluruh responden
total. Dari ke-56 lansia dengan masalah pruritus senilis, semuanya diberi
lembar inform consent dan semua lansia bersedia untuk menjadi
responden.
C. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan terhadap 56 sample penduduk lansia yang
dipilih melalui skrining sesuai pengidentifikasian lansia dengan masalah
pruritus senilis. Penggambilan data dilakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Mulya 03 Margaguna Jakarta Selatan. Pengumpulan data
dilaksanakan pada bulan Maret–April 2016.
Tabel 5.2.
Karakteristik Responden
D
ata yang diperoleh dari penelitian diketahui bahwa usia responden berada
pada rentang usia 60 tahu sampai 105 tahun. Lamanya lansia yang tinggal
dipanti berkisar antara 1 bulan sampai 25 tahun, mayoritas responden
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 37 lansia dan presentase 66,1%.
No Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
19
37
33,9%
66,1%
2. Lama Pruritus
Akut
Kronik
38
18
67,9%
32,1%
3. Penanganan Pruritus
Farmakologis
Non Farmakologis
Kombinasi Keduanya
Tidak Ditangani
17
15
9
15
30,4%
26,8%
16,1%
26,8%
Total 56 100%
Responden laki-laki berjumlah 19 lansia dengan 33,9%. Ditinjau dari
lamanya lansia mengalami pruritus senilis, lansia yang mengalami pruritus
akut sebanyak 38 orang atau 67,9% dari total responden. Lansia yang
mengalami pruritus kronik sebanyak 18 orang atau 32,1% dari total
responden. Masalah pruritus yang dialami lansia menyebabkan lansia
berespon untuk menangani masalah tersebut dengan berbagai cara.
Sebanyak 17 atau 30,4% dari total responden menangani masalah pruritus
dengan obat-obatan baik obat yang dikonsumsi atau obat yang dioleskan
pada lokasi yang gatal. Responden yang menangani masalah pruritus
senilisnya dengan terapi non-farmakologis dengan cara memberikan
kompres air hangat atau pemberian lotion pada lokasi gatal terdapat 15
orang atau 26,8% dari total responden. Responden yang mengombinasikan
kedua terapi ini sebanyak 9 orang atau 16,1% dari total responden dan
responden lain yang mengatakan tidak memberikan penanganan khusus
pada pruritusnya sebanyak 15 orang atau 26,8% dari total responden.
D. Distribusi Kualitas Hidup Lansia
1. Gambaran Kualitas Hidup Umum Lansia berdasarkan karakteristik
jenis kelamin,lama pruritus dan penanganan pruritus.
Tabel. 5.3
Distribusi Kualitas Hidup Umum Lansia berdasarkan karakteristik jenis
kelamin,lama pruritus dan penanganan pruritus.
Berdasarkan distribusi responden menurut kualitas hidupnya,
secara umum responden memiliki kualitas hidup yang baik dengan jumlah
Variable Kualitas hidup
umum
Total
Buruk Baik
Jenis
Kelamin
Laki-laki 4 (21%) 15 (79%) 19 (100%)
Perempuan 2 (5,4%) 35
(94,6%)
37 (100%)
Lama
mengalam
i Pruritus
Akut<6 minggu 3 (7,9%) 35
(92,1%)
38 (100%)
Kronis>6minggu 3
(16,7%)
15
(83,3%)
18 100%
Penangan
gan
Pruritus
Farmakologi 3
(17,6%)
14
(82,4%)
17 (100%)
Nonfarma-kologi 0 15
(100%)
15 (100%)
Kombinasi 3
(33,3%)
6
(66,7%)
9 (100%)
Tidak Ditangani 0 15
(100%)
15 (100%)
Total 6
(10,7%)
50
(89,3%)
56 (100%)
responden 50 orang atau 89,3% dari total responden. Responden yang
kualitas hidup umumnya buruk frekuensinya 6 orang atau 10,7% dari total
responden. Karakteristik lansia berdasarkan jenis kelamin dibagi mejadi
dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Responden laki-laki berjumlah 19
orang, yang memiliki kualitas hidup buruk sebanyak 4 orang atau 21% dari
jumlah responden laki-laki secara keseluruhan. Responden laki-laki
dengan kualitas hidup umum yang baik sebanyak 15 orang atau 79% dari
total laki-laki. Untuk responden perempuan dengan jumlah total responden
37 orang, terdapat 2 orang responden yang memiliki kualitas hidup buruk
atau 5,4% dari total responden wanita. Responden yang memiliki kualitas
hidup .baik berjumlah 35 orang atau 94,6% dari total responden wanita.
Karakteristik lansia berdasarkan lamanya lansia mengalami
pruritus senilis dibagi mejadi dua, yaitu akut (Lansia yang menderita
pruritus ≤6 minggu) dan kronik (Lansia dengan masalah pruritus senilis >6
minggu). Responden yang menderita pruritus senilis akut berjumlah 38
orang, dan lansia yang memiliki kualitas hidup umum buruk dengan
masalah pruritus senilis akut berjumlah 3 orang atau 7,9% dari total
responden dengan masalah pruritus senilis akut. Responden yang
menderita pruritus senilis akut dengan kualitas hidup umum yang baik
sebanyak 35 orang atau 92,1% dari total responden dengan masalah
pruritus senilis akut. Responden dengan masalah prurtus senilis kronik
sejumlah total responden 18 orang, terdapat 3 orang responden yang
memiliki kualitas hidup buruk atau 16,7% dari total responden dengan
masalah pruritus senilis kronik. Responden yang memiliki kualitas hidup
.baik berjumlah 15 orang atau 83,3% dari total responden dengan masalah
pruritus senilis kronik.
Karakteristik lansia berdasarkan penanganan masalah pruritus
senilis dibagi mejadi empat, yaitu penanganan farmakologis (lansia yang
menangani pruritusnya dengan obat-obatan ), nonfarmakologis (Lansia
yang menangani pruritusnya dengan penanganan diluar obat seperti
kompres air hangat), kombinasi keduanya (Lansia yang menangani
pruritusnya dengan menggabungkan penanganan farmakologis dan non-
farmakologi), tidak ditangani artinya lansia tersebut tidak menangani
masalah pruritusnya. Responden yang menangani pruritusnya dengan
terapi farmakologi berjumlah 17 orang, dan lansia yang memiliki kualitas
hidup umum buruk dengan penanganan farmakologi berjumlah 3 orang
atau 17,6% dari total responden dengan penanganan farmakologi.
Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi farmakologi dan
memiliki kualitas hidup umum yang baik sebanyak 14 orang atau 82,4%
dari total responden dengan penanganan farmakologi. Responden yang
menangani pruritusnya dengan terapi nonfarmakologi berjumlah 15, dan
semuanya memiliki kualitas hidup umum yang baik dengan presentase
100% dari total responden dengan penanganan non-farmakologi.
Responden yang menangani pruritusnya dengan kombinasi terapi
farmakologi dan non-farmakologi berjumlah 9 orang, terdapat 3 orang
responden yang memiliki kualitas hidup buruk atau 33,3% dari total
responden dengan penanganan kombinasi antara terapi farmakologi dan
non farmakologi. Responden yang memiliki kualitas hidup baik berjumlah
6 orang atau 66,7% dari total responden dengan penanganan kombinasi
antara terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Responden yang
menangani pruritusnya dengan kombinasi terapi farmakologi dan non-
farmakologi berjumlah 15 orang atau 100% dari responden yang tidak
melakukan penanganan pruritus senilisnya dan semuanya memiliki
kualitas hidup umum yang baik.
2. Distribusi Kesehatan Umum Lansia
Tabel. 5.4.
Distribusi kesehatan umum berdasarkan karakteristik jenis kelamin,lama
pruritus dan penanganan pruritus.
Kesehatan umum lansia yang menjadi responden memiliki
distribusi yang seimbang antara responden yang merasa kesehatan
umumnya baik dan buruk yaitu sebanyak 28 orang atau masing-masing
50% dari total responden. Responden laki-laki berjumlah 19 orang, yang
memiliki persepsi kesehatan umum buruk sebanyak 14 orang atau 73,7%
Variable Kesehatan umum Total
Buruk Baik
Jenis
Kelamin
Laki-laki 14 (73,7%) 5 (26,3%) 19 (100%)
Perempuan 14 (46,7%) 23 (62,3%) 37
(100%)
Lama
mengalami
Pruritus
Akut<6 minggu 20 (52,6%) 18 (47,4%) 38 (100%)
Kronis> 6minggu 8(44,4%) 10 (55,6%) 18 100%
Penangangan
Pruritus
Farmakologi 9 (52,9%) 8(47,1%) 17 (100%)
Nonfarmakologi 5 (33,3%) 10 (66,6%) 15 (100%)
Kombinasi 5 (55,6%) 4(44,4%) 9 (100%)
Tidak Ditangani 9 (60%) 6 (40%) 15 (100%)
Total 28 (50%) 28 (50%) 56 (100%)
dari total responden laki-laki. Responden laki-laki dengan persepsi
kesehatan umum yang baik sebanyak 5 orang atau 26,3% dari total
responden laki-laki. Untuk responden perempuan dengan jumlah total
responden 37 orang, terdapat 14 orang responden yang memiliki kualitas
hidup buruk atau 46,7% dari total responden peempuan. Responden yang
memiliki kualitas hidup .baik berjumlah 23 orang atau 62,3% dari total
responden wanita.
Responden yang menderita pruritus senilis akut berjumlah 38
orang, dan lansia yang memiliki persepsi kesehatan umum buruk dengan
masalah pruritus senilis akut berjumlah 20 orang atau 52,6% dari yang
menglami masalah pruritus akut. Responden yang mengalami pruritus
senilis akut dengan persepsi kesehatan umum yang baik sebanyak 18 orang
atau 47,4% dari total responden yang menglami masalah pruritus akut.
Responden dengan masalah prurtus senilis kronik sejumlah total responden
18 orang, terdapat 8 orang responden yang memiliki kesehatan umum
buruk 8 orang atau 44,4% dari total responden yang menglami masalah
pruritus kronik. Responden yang memiliki kesehatan umum baik
berjumlah 10 orang atau 55,5% dari total responden yang menglami
masalah pruritus kronik.
Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi
farmakologi berjumlah 17 orang, dan lansia yang memiliki kualitas
kesehatan umum buruk dengan penanganan farmakologi berjumlah 9
orang atau 52,9% dari total responden dengan penanganan farmakologi.
Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi farmakologi dan
memiliki kualitas kesehatan umum yang baik sebanyak 8 orang atau
47,1% dari total responden dengan penanganan farmakologi. Untuk
responden yang menangani pruritusnya dengan terapi nonfarmakologi
berjumlah 15, dan yang memiliki persepsi kesehatan umum yang buruk
berjumlah 5 orang atau 33,3% dari responden dengan penanganan non-
farmakologi dan yang memiliki persepsi kesehatan fisik baik sebanyak 10
orang atau 66,7% dari total responden dengan penanganan non-
farmakologi. Responden yang mengombinasikan penanganan pruritus
dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi berjumlah 9 orang,
diantara para responden tersebut yang memliki persepsi kesehatan umum
baik sebanyak 5 orang dengan presentase 55,6% dari total responden
dengan penanganan kombinasi dan responden dengan persepsi kesehatan
umum baik berjumlah 4 orang dengan presentase 44,4% dari total
responden dengan penanganan kombinasi. Responden yang tidak
melakukan penanganan pada pruritusnya sebanyak 15 orang atau 26,8%
dari jumlah responden total dengan persepsi kesehatan umum yang buruk
berjumlah 9 orang atau 60 % dari total responden yang tidak menangani
pruritus senilisnya dan lansia dengan kesehatan umum baik berjumlah 6
orang atau 40% dari semua responden yang tidak menangani pruritus
senilisnya.
3. Distribusi Dimensi Kesehatan Fisik
Tabel. 5.5.
Distribusi dimensi kesehatan fisik lansia berdasarkan karakteristik jenis
kelamin,lama pruritus dan penanganan pruritus.
Gambaran kesehatan fisik lansia yang menjadi responden
memiliki distribusi yang seimbang antara responden yang merasa
kesehatan umumnya baik dan buruk yaitu sebanyak 28 orang atau masing-
masing 50% dari total responden. Aspek dimensi kesehatan fisik menjadi
suatu hal yang penting untuk diketahui mengingat aspek kesehatan fisik
masuk kedalam komponen dalam kualitas hidup seseorang. Jumlah
respoden dengan persepsi kualitas kesehatan fisik yang baik berjumlah 28
Variable Kesehatan Fisik Total
Buruk Baik
Jenis Kelamin Laki-laki 8 (42,1%) 11
(57,9%)
19
(100%)
Perempuan 20(54,1%) 17
(45,9%)
37
(100%)
Lama
mengalami
Pruritus
Akut<6 minggu 13(34,2%) 25
(65,8%)
38
(100%)
Kronis>6minggu 15(83,3%) 3 (16,4%) 18 100%
Penangangan
Pruritus
Farmakologi 8 (47%) 9(53%) 17
(100%)
Nonfarmakologi 8 (53,3%) 7 (46,7%) 15
(100%)
Kombinasi 6 (66,7%) 3(33,3%) 9 (100%)
Tidak Ditangani 6 (40%) 9 (60%) 15
(100%)
Total 28 (50%) 28 (50%) 56
(100%)
orang atau 50% dari responden total dan responden dengan kualitas
kesehatan umum yang buruk berjumlah 28 orang atau 50% dari jumlah
responden.
Responden laki-laki berjumlah 19 orang, yang memiliki persepsi
dimensi kesehatan fisik umum buruk sebanyak 8 orang atau 42,1% dari
total responden laki-laki. Responden laki-laki dengan dimensi kesehatan
fisik yang baik sebanyak 11 orang atau 57,9% dari total responden laki-
laki. Responden perempuan dengan jumlah total responden 37 orang,
terdapat 20 orang responden yang memiliki dimensi kesehatan fisik buruk
atau 54,1% dari total responden perempuan. Responden yang memiliki
dimensi kesehatan fisik baik berjumlah 17 orang atau 54,9% dari total
responden perempuan.
Responden yang menderita pruritus senilis akut berjumlah 38
orang, dan lansia yang memiliki dimensi kesehatan fisik buruk dengan
masalah pruritus senilis akut berjumlah 13 orang atau 34,2% dari total
responden dengan masalah pruritus senilis akut. Responden yang
menderita pruritus senilis akut dengan persepsi kesehatan fisik yang baik
sebanyak 25 orang atau 65,8% dari total responden dengan masalah
pruritus senilis akut. Responden dengan masalah pruritus senilis kronik
sejumlah total responden 18 orang, terdapat 15 orang responden yang
memiliki dimensi kesehatan fisik buruk atau 83,3% dari total responden
dengan masalah pruritus senilis kronik. Responden yang memiliki dimensi
kesehatan fisik baik berjumlah 3 orang 16,4% dari total responden dengan
masalah pruritus senilis kronik.
Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi
farmakologi berjumlah 17 orang, dan lansia yang memiliki kesehatan fisik
buruk dengan penanganan farmakologi berjumlah 8 orang atau 47% dari
total responden dengan penanganan farmakologi. Responden yang
menangani pruritusnya dengan terapi farmakologi dan memiliki kesehatan
fisik yang baik sebanyak 9 orang atau 53% dari total responden dengan
penanganan farmakologi. Responden yang menangani pruritusnya dengan
terapi non-farmakologi berjumlah 15 orang dan yang memiliki dimensi
kesehatan fisik yang buruk berjumlah 8 orang atau 53,3% dari responden
dengan penanganan nonfarmakologi dan yang memiliki dimensi kesehatan
fisik baik sebanyak 7 orang atau 46,6% dari total responden dengan
penanganan nonfarmakologi. Responden yang mengombinasikan
penanganan pruritus dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi
berjumlah 9 orang, diantara para responden tersebut yang memliki
dimensi kesehatan fisik baik sebanyak 6 orang dengan presentase 66,7%
dari total responden dengan penanganan kombinasi dan responden dengan
dimensi kesehatan fisik baik berjumlah 3 orang dengan presentase 33,3%
dari total responden dengan penanganan kombinasi. Responden yang tidak
melakukan penanganan pada pruritusnya sebanyak 15 orang dengan
dimensi kesehatan fisik yang buruk berjumlah 6 orang atau 40 % dari total
responden yang tidak melakukan penanganan khusus dan lansia dengan
kesehatan fisik baik berjumlah 9 orang atau 60% dari semua responden
yang tidak melakukan penanganan khusus.
4. Distribusi Dimensi Psikologis
Tabel. 5.6.
Distribusi dimensi lansia berdasarkan karakteristik jenis kelamin,lama
pruritus dan penanganan pruritus.
D
D
imensi psikologis menjadi aspek yang juga berpengaruh dalam kualitas
hidup seseorang, berdasarkan dara hasil penelitian didapatkan bahwa
lansia dengan kualitas kesehatan psikologis yang baik berjumlah 29 orang
atau 51,8% dari total responden dan lansia dengan dimensi psikologis
yang buruk berjumlah 27 orang atau 48,2% Responden laki-laki berjumlah
19 orang, yang memiliki persepsi dimensi kesehatan psikologis buruk
sebanyak 9 orang atau 47,4% dari total responden laki-laki. Responden
laki-laki dengan persepsi kesehatan psikologis yang baik sebanyak 10
orang atau 52,6% dari total responden laki-laki. Responden perempuan
Variable Dimensi Psikologis Total
Buruk Baik
Jenis Kelamin Laki-laki 9(47,4%) 10 (52,6%) 19 (100%)
Perempuan 18(48,6%) 19(51,3%) 37
(100%)
Lama
mengalami
Pruritus
Akut<6 minggu 14(36,9%) 24 (63,1%) 38 (100%)
Kronis>6mingg
u
13(72,2%) 5 (27,8%) 18 100%
Penangangan
Pruritus
Farmakologi 5(29,4%) 12(70,6%) 17 (100%)
Nonfarmakologi 8 (53,3%) 7 (46,7%) 15 (100%)
Kombinasi 4 (44,4%) 5(55,6%) 9 (100%)
Tidak Ditangani 10
(66,7%)
5 (33,3%) 15 (100%)
Total 27(51,8%) 29 (48,2%) 56 (100%)
dengan jumlah total responden 37 orang, terdapat 18 orang responden
yang memiliki kualitas hidup buruk atau 48,6% dari total responden
perempuan. Responden yang memiliki kualitas hidup .baik berjumlah 19
orang atau 51,3% dari total responden perempuan.
Responden yang menderita pruritus senilis akut berjumlah 38
orang, dan lansia yang memiliki persepsi kesehatan psikologis buruk
dengan masalah pruritus senilis akut berjumlah 14 orang atau 36,9% dari
total responden dengan masalah pruritus akut. Responden yang menderita
pruritus senilis akut dengandimensi kesehatan psikologis yang baik
sebanyak 24 orang atau 63,1% dari total responden laki-laki. Responden
dengan masalah pruritus senilis kronik sejumlah total responden 18 orang,
terdapat 13 orang responden yang memiliki kesehatan psikologis buruk
atau 72,2% dari total responden perempuan. Responden yang memiliki
kesehatan psikologis .baik berjumlah 5 orang atau 27,8% dari total
responden perempuan.
Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi
farmakologi berjumlah 17 orang, dan lansia yang memiliki kesehatan
psikologis buruk dengan penanganan farmakologi berjumlah 5 orang atau
29,4% dari total responden dengan penanganan farmakologi. Responden
yang menangani pruritusnya dengan terapi farmakologi dan memiliki
kesehatan psikologis yang baik sebanyak 12 orang atau 70,6% dari total
responden dengan penanganan farmakologi. Responden yang menangani
pruritusnya dengan terapi non-farmakologi berjumlah 15 dan yang
memiliki persepsi kesehatan psikologis yang buruk berjumlah 8 orang atau
53,3% dari responden dengan penanganan nonfarmakologi dan yang
memiliki dimensi kesehatan psikologis baik sebanyak 7 orang atau 46,7%
dari total responden dengan penanganan nonfarmakologi. Responden yang
mengombinasikan penanganan pruritus dengan terapi farmakologi dan
non-farmakologi berjumlah 9 orang, diantara para responden tersebut yang
memliki persepsi kesehatan psikologis buruk sebanyak 4 orang dengan
presentase 44,4% dari total responden dengan penanganan kombinasi total
dan responden dengan dimensi psikologis baik berjumlah 5 orang dengan
presentase 55,6% dari total responden dengan penanganan kombinasi.
Responden yang tidak melakukan penanganan pada pruritusnya sebanyak
15 orang atau 26,8% dari jumlah responden total dengan persepsi
kesehatan psikologis yang buruk berjumlah 10 orang atau 66,7 % dari total
responden yang tidak mengatasi pruritusnya dan lansia dengan kesehatan
psikologis baik berjumlah 5 orang atau 33,3% dari semua responden yang
tidak mengatasi pruritusnya.
5. Distribusi Dimensi Hubungan Sosial
Tabel. 5.7.
Distribusi dimensi hubungan sosial lansia berdasarkan karakteristik jenis
kelamin,lama pruritus dan penanganan pruritus.
Variable Dimensi Hubungan
Sosial
Total
Buruk Baik
Jenis
Kelamin
Laki-laki 8(42,1%) 11 (57,9%) 19 (100%)
Perempuan 17(45,9%) 20(54,1%) 37 (100%)
Lama
mengalami
Pruritus
Akut<6 minggu 11(28,9%) 27 (71,1%) 38 (100%)
Kronis>6minggu 14(77,8%) 4(22,2%) 18 (100%)
Penanganga Farmakologi 7(41,1%) 10(58,9%) 17 (100%)
Lansia dengan dimensi kualitas hubungan social yang buruk
sebanyak 27 orang atau 44,6%. Lansia dengan dimensi kualitas hubungan
social yang baik berjumlah 31 orang atau 55,4% dari total responden.
Responden laki-laki berjumlah 19 orang, yang memiliki persepsi dimensi
kesehatan fisik umum buruk sebanyak 8 orang atau 42,1% dari total
responden laki-laki. Responden laki-laki dengan persepsi kesehatan fisik
yang baik sebanyak 11 orang atau 57,9% dari total responden laki-laki.
Responden perempuan dengan jumlah total responden 37 orang, terdapat
17 orang responden yang memiliki kualitas hidup buruk atau 45,9% dari
total responden perempuan. Responden yang memiliki kualitas hidup .baik
berjumlah 20 orang atau 54,1% dari total responden perempuan.
Responden yang menderita pruritus senilis akut berjumlah 38
orang, dan lansia yang memiliki dimensi hubungan sosial buruk dengan
masalah pruritus senilis akut berjumlah 11 orang atau 28,9% dari total
responden dengan masalah pruritus senilis akut. Responden yang
menderita pruritus senilis akut dengan dimensi hubungan sosial yang baik
sebanyak 27 orang atau 71,1% dari total responden dengan masalah
pruritus senilis akut. Responden dengan masalah pruritus senilis kronik
sejumlah total responden 18 orang, terdapat 14 orang responden yang
memiliki dimensi hubungan sosial buruk atau 77,8% dari total responden
n Pruritus Nonfarmakologi 7 (46,7%) 8 (53,3%) 15 (100%)
Kombinasi 6 (66,7%) 3(33,3%) 9 (100%)
Tidak Ditangani 5 (33,3%) 10 (66,7%) 15 (100%)
Total 28
(55,4%)
28 (54,6%) 56 (100%)
dengan masalah pruritus senilis kronik. Responden yang memiliki dimensi
hubuangan social.baik berjumlah 4 orang atau 22,2% dari total responden
dengan masalah pruritus senilis kronik.
Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi
farmakologi berjumlah 17 orang, dan lansia yang memiliki dimensi
hubungan sosial buruk dengan penanganan farmakologi berjumlah 7 orang
atau 41,1% dari total responden dengan penangangan farmakologi.
Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi farmakologi dan
memiliki dimensi hubungan sosial yang baik sebanyak 10 orang atau
58,9% dari total responden dengan penangangan farmakologi. Untuk
responden yang menangani pruritusnya dengan terapi nonfarmakologi
berjumlah 15 dan yang memiliki dimensi hubungan sosial yang buruk
berjumlah 7 orang atau 46,7% dari respon dengan penangangan
nonfarmakologi den total dan yang memiliki dimensi hubungan sosial baik
sebanyak 8 orang atau 53,3% dari total responden dengan penangangan
non-farmakologi. Responden yang mengombinasikan penanganan pruritus
dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi berjumlah 9 orang,
diantara para responden tersebut yang memliki dimensi hubungan sosial
buruk sebanyak 6 orang dengan presentase 66,7% dari total responden
dengan penangangan kombinasi dan responden dengan dimensi hubungan
sosial baik berjumlah 3 orang dengan presentase 33,3% dari total
responden dengan penangangan kombinasi. Responden yang tidak
melakukan penanganan pada pruritusnya sebanyak 15 orang dengan
dimensi hubungan sosial yang buruk berjumlah 5 orang atau 33,3 % dari
total responden tidak menangani masalah pruritusnya dan lansia dengan
dimensi hubungan sosial baik berjumlah 10 orang atau 66,7% dari semua
responden yang tidak menangani masalah pruritusnya.
6. Dimensi Lingkungan
Tabel. 5.8.
Distribusi dimensi lingkungan lansia berdasarkan karakteristik jenis
kelamin,lama pruritus dan penanganan pruritus.
Aspek lain yang juga berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia
adalah lingkungan, dapat dilihat dari kondisi tempat tinggal, tingkat
keamanan, transportasi. Responden dengan persepsi kualitas lingkungan
yang baik sejumlah 31 orang atau 55,4% dan lansia dengan persepsi
kualitas lingkungan yang buruk berjumlah 27 orang atau 44,6% dari
seluruh responden.
Variable Dimensi Lingkungan Total
Buruk Baik
Jenis
Kelamin
Laki-laki 8(42,1%) 11
(57,9%)
19 (100%)
Perempuan 17(45,9%) 20(54,1%) 37 (100%)
Lama
mengalami
Pruritus
Akut<6 minggu 17(44,7%) 21
(55,3%)
38 (100%)
Kronis>6
minggu
8(44,4%) 10(55,6%) 18 (100%)
Penangangan
Pruritus
Farmakologi 9(52,9%) 8(47,1%) 17 (100%)
Nonfarmakologi 4 (26,7%) 11
(73,3%)
15 (100%)
Kombinasi 4 (44,4%) 5(55,6%) 9 (100%)
Tidak Ditangani 8 (53,3%) 7 (46,7%) 15 (100%)
Total 25(55,4%) 31
(44,6%)
56 (100%)
Responden laki-laki berjumlah 19 orang, yang memiliki persepsi
dimensi kesehatan lingkungan buruk sebanyak 8 orang atau 42,1% dari
total responden laki-laki. Responden laki-laki dengan persepsi kesehatan
lingkungan yang baik sebanyak 11 orang atau 57,9% dari total responden
laki-laki. Untuk responden perempuan dengan jumlah total responden 37
orang, terdapat 17 orang responden yang memiliki persepsi kesehatan
lingkungan buruk atau 45,9% dari total responden perempuan. Responden
yang memiliki pesepsi kesehatan lingkungan .baik berjumlah 20 orang
atau 45,9% dari total responden perempuan.
Responden yang menderita pruritus senilis akut berjumlah 38
orang, dan lansia yang memiliki dimensi lingkungan buruk dengan
masalah pruritus senilis akut berjumlah 17 orang atau 44,7% dari total
responden dengan masalah pruritus senilis akut. Responden yang
menderita pruritus senilis akut dengan dimensi lingkungan yang baik
sebanyak 21 orang atau 55,3% dari total responden dengan masalah
pruritus senilis akut. Responden dengan masalah pruritus senilis kronik
sejumlah total responden 18 orang, terdapat 8 orang responden yang
memiliki dimensi hubungan sosial buruk atau 44,4% dari total responden
dengan masalah pruritus senilis kronik. Responden yang memiliki dimensi
lingkungan baik berjumlah 10 orang atau 55,6% dari total responden
dengan masalah pruritus senilis kronik.
Responden yang menangani pruritusnya dengan terapi
farmakologi berjumlah 17 orang, dan lansia yang memiliki dimensi
lingkungan buruk dengan penanganan farmakologi berjumlah 9 orang atau
52,9% dari total responden dengan penanganan farmakologi. Responden
yang menangani pruritusnya dengan terapi farmakologi dan memiliki
dimensi lingkungan yang baik sebanyak 8 orang atau 47,1% dari total
responden dengan penanganan farmakologi. Responden yang menangani
pruritusnya dengan terapi non-farmakologi berjumlah 15 dan yang
memiliki dimensi lingkungan yang buruk berjumlah 4 orang atau 26,7%
dari responden dengan penanganan non-farmakologi dan yang memiliki
dimensi lingkungan baik sebanyak 11 orang atau 73,3% dari total
responden dengan penanganan nonfarmakologi. Responden yang
mengombinasikan penanganan pruritus dengan terapi farmakologi dan
nonfarmakologi berjumlah 9 orang, diantara para responden tersebut yang
memliki dimensi lingkungan buruk sebanyak 4 orang dengan presentase
26,7% dari total responden dengan penanganan kombinasi total dan
responden dengan dimensi lingkungan baik berjumlah 5 orang dengan
presentase 55,6% dari total responden dengan penanganan kombinasi.
Responden yang tidak melakukan penanganan pada pruritusnya sebanyak
15 orang dengan dimensi lingkungan yang buruk berjumlah 8 orang atau
53,3 % dari total responden dengan penanganan kombinasi dan lansia
dengan dimensi lingkungan baik berjumlah 7 orang atau 46,7% dari
semua responden yang tidak menangani pruritusnya
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Gambaran Masalah Pruritus Senilis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa lansia wanita lebih banyak
mengalami pruritus daripada lansia pria. Jumlah lansia yang mengalami
pruritus senilis akut lebih banyak dibandingkan lansia dengan pruritus
senilis kronik. Penelitian menunjukan bahwa penanganan nonfarmakologis
lebih banyak dilakukan lansia dari pada penanganan farmakologis. Dalam
jumlah yang sama banyak juga lansia yang memilih untuk tidak
memberikan penanganan khusus pada pruritus senilisnya. Sejalan dengan
penelitian Ferm (2010) yang menggambarkan bahwa lansia wanita dengan
masalah pruritus tanpa sebab yang diketahui lebih banyak presentasinya
dibandingkan dengan laki-laki. Masih dalam penelitian yang sama,
sebagian besar responden juga mengalami pruritus kronik bahkan lebih
dari 5 tahun. Berbeda dengan penanganan pruritus yang diberikan, pada
penelitian Ferm (2010) lansia diberi penanganan farmakologis seperti anti
hitamin untuk mengurangi gatal.
Masalah pruritus senilis merupakan masalah yang sering dihadapi
lansia. Lansia wanita lebih banyak mengalami pruritus dibandingkan
lansia laki-laki karena setelah seorang wanita mengalami menopause, ia
akan banyak mengalami penurunan fungsi organ termasuk sistem imun.
Penyebab gatal yang belum diketahui secara pasti membuat masalah ini
sulit disembuhkan sampai ke akarnya, selama ini pengobatan pruritus
senilis hanya dibarikan sesuai gejala dan pencegahan terhadap gatal yaitu
dengan pemberian anti histamin, pemberian omeolin atau biasanya di
PSTW Budhi Mulya 03 mendapatkan lotion atau kayu putih untuk
mengurangi sensasi gatalnya.
B. Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Masalah Pruritus Senilis
1. Gambaran Kualitas Hidup Umum Pada Masalah Pruritus Senilis
Gambaran kualitas hidup umum lansia dengan masalah
pruritus senilis secara umum baik pada semua karakteristik lansia.
Kualitas hidup umum lansia dilihat dari penanganan pruritus
senilisnya juga menunjukan bahwa sebagian besar lansia memiliki
kualitas hidup yang baik, bahkan untuk mereka yang mengaku tidak
melakukan penanganan khusus terhadap pruritusnya juga memiliki
kualitas hidup umum yang baik. Sesuai dengan penelitian Ertruck
tahun 2012 yang menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara pruritus dan kualitas hidup (P>0.05).
Kualitas hidup umum dilihat dari persepsi tentang kehidupan
yang sedang dialaminya dilihat dari aspek kesehatan umum, kesehatan
fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Kualitas hidup
70
yang baik didapatkan dari persepsi baik seseorang terhadap aspek
kualitas hidup diatas (Venkatesh, 2015).
Berdasarkan karakteristik jenis kelaminya peneliti
menemukan bahwa kualitas hidup umum lansia laki-laki dengan
masalah pruritus senilis yang buruk cenderung lebih besar jumlah dan
presentasenya dibandingkan dengan perempuan. Berbeda dengan
penelitian Pradono dkk (2009) yang menyatakan bahwa jenis kelamin
laki-laki cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik
dibandingkan lansia perempuan. Sumarni (2015) menjelaskan bahwa
tidak ada hubunganya antara jenis kelamin dan gambaran kualitas
hidup .
Gambaran kualitas hidup umum seseorang mengalami
pruritus akut lebih baik dibandingkan dengan lansia dengan masalah
pruritus senilis kronik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Ertruck (2005) bahwasanya Pruritus kronik dapat menurunkan
kualitas hidup. Pruritus senilis kronik lebih menunjukan gejala yang
persisten dan semakin memburuk sehingga hal ini semakin
memperburuk kualitas hidup seseorang
Pada penanganan masalah pruritus senilis sebenarnya
dijelaskan dalam penelitian Ishak (2011) bahwa penanganan
farmakoterapi bagi lansia mampu untuk meningkatkan kualitas hidup
seseorang (Ishak, 2011). Teori adaptasi Roy juga menjelaskan
bahwasanya seseorang yang memiliki mekanisme koping yang baik
dalam menangani stressor (dalam hal ini masalah pruritus senilis akan
memikirkan cara untuk mengatasi masalahnya tersebut (Misalkan
dengan menggunakan penanganan farmakologi atau non farmakologi
dalam mengatasi masalah pruritus) (Nursalam, 2008), ketika
permasalahan tersebut telah terselesaikan seseorang akan cenderung
memiliki persepsi bahagia sehingga mampu untuk meningkatkan
kualitas hidupnya (Dewi, 2014).
Lansia umumnya memang mengalami masalah penurunan
fisik terutama pada kulit dan saraf yang menyebabkan masalah
pruritus senilis, namun masalah tersebut tidak mengubah kualitas
hidup umum mereka. Lansia umumnya merasa kualitas hidupnya
masih baik meski mereka merasakan gatal yang tidak diketahui
sebabnya tersebut.
Aktivitas menggaruk yang dilakukan lansia ketika mengalami
masalah pruritus senilis mengakibatkan adanya respon inflamasi yang
memicu pengeluaran sitokin. Proses inflamasi menyebabkan
peningkatan penanda perifer kerusakan oksidatif lipid, protein dan
DNA serta rendahnya tingkat antioksidan sehingga menyebabkan
peningkatan kadar stress oksidatif. Terjadi peningkatan IL-6, TNF α
dan IL-1β. Kondisi ini ahirnya diterima otak sebagai
ketidakseimbangan spesies oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species,
ROS). Adanya peningkatan ROS akan mengaktifkan sifat pro-
inflamasi mengaktifkan HPA aksis, perubahan yang terjadi pada
neurotransmiter (5-HT,NE, dopamin, glutamat) dan perubahan pasa
sinyal saraf hipokampus sehingga menimbulkan persepsi negatif pada
lansia bahkan depresi sehingga mampu menurunkan kualitas hidup
lansia dengan masalah pruritus senilis (Miller dan Raison, 2015).
Dilihat dari kategori lamanya lansia mengalami masalah pruritus
senilis. Lansia dengan masalah pruritus senilis kronik akan lebih
sering mengalami masalah istirahat, masalah dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari. Istirahat yang terganggu dapat meningkatkan
kinerja organ lain dan semakin memforsir organ tersebut sehingga
mudah mengalami kelelahan organ yang selanjutnya akan semakin
meingkatkan masalah kesehatan fisik lansia. Aktivitas sehari-hari
yang terganggu juga dapat berpengaruh pada masalah fisik secara
langsung serta masalah psikologis karena lansia tidak puas akan
dirinya sendiri. Masalah hubungan sosial karena lansia banyak
menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri dan masalah gatal yang
dialaminya serta masalah lingkungan. Masalah yang disebutkan tadi
dapat secara langsung menurunkan kualitas hidup lansia.
2. Gambaran Persepsi Kesehatan Umum pada Masalah Pruritus
Senilis.
Kesehatan umum pada lansia dengan masalah pruritus senilis
menunjukan gambaran yang sama besar dimana antara kualitas
kesehatan umum yang baik jumlahnya sama dengan mereka yang
memiliki kesehatan umum yang buruk. Dilihat dari katagori
responden berdasarkan jenis kelamin, di dapatkan hasil bahwa lansia
laki-laki dengan masalah pruritus senilis memiliki kualitas kesehatan
umum yang lebih buruk.
Presentase kesehatan umum yang buruk lebih banyak pada
lansia laki-laki daripada wanita meskipun jumlah lansia yang memiliki
kesehatan umum buruk antara laki-laki dan perempuan jumlahnya
sama. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rimbawan
(2007) bahwasanya kualitas kesehatan umum lansia laki-laki tidak
mengalami banyak perbedaan dengan persepsi kesehatan umum lansia
perempuan.
Masalah kesehatan umum pada lansia dengan pruritus senilis
akut presentasenya lebih besar dibandingkan masalah pada lansia
dengan pruritus senilis kronik. Dibandingkan lansia yang tidak
melakukan penanganan terhadap pruritus, persepsi kesehatan umum
lansia dengan penanganan pruritus baik secara farmakologi, non
farmakologi ataupun kombinasi keduanya memiliki presentase yang
lebih baik dari segi kesehatan umum lansia.
Kondisi akut umumnya berkembang sangat cepat dan gejala
umum yang dirasa tidak begitu lama. Lansia dengan masalah pruritus
senilis kronik memiliki persepsi kesehatan umum yang cederung baik
(Dewi, 2014). Bagi lansia yang sebelumnya tidak mengalami pruritus
senilis akan merasa pruritus senilis sebagai suatu stressor atau suatu
masalah yang mengganggu persepsi mereka terhadap
kesehatanya(Cahyono,2008). Lansia dengan masalah pruritus senilis
kronik beranggapan bahwa pruritus yang sudah lama mereka alami
merupakan suatu hal yang biasa, umumnya mereka telah beradaptasi
dengan masalah pruritusnya (Sunaryo, 2004).
Adaptasi terhadap stressor mungkin belum terbentuk ketika
lansia baru saja mengalami pruritus senilis, meski penanganan
farmakologi atau penanganan non farmakologi dilakukan lansia,
namun dari segi psikologis lansia yang baru mengalami pruritus masih
berada dalam tahap denial sampai ke bergaining. Setelah hampir ±3
minggu, lansia akan menemukan pola dalam mengatasi masalahnya
ataupun menerima kondisi yang dihadapinya.
Persentase yang diperoleh 66% dari total lansia yang tidak
menangani pruritusnya mengalami kesehatan umum yang buruk.
Masalah pruritus senilis adalah masalah gatal yang terjadi pada lansia
yang disebabkan karena kulit kering, penuaan atopik, pruritus senilis
dianggap sebagai salah satu masalah agen yang menyebabkan
kesehatan umum seseorang berubah karena pruritus senilis sendiri
merupakan salah satu permasalahan fisik terutama pada kulit yang
menimbulkan ketidakseimbangan aspek fisik khususnya serta dapat
menimbulkan masalah pada aspek psikologis dan sosial (Ilyas, 2003).
Kondisi pruritus yang tidak ditangani akan menyebabkan
masalah pruritus yang semakin parah, sensasi gatal yang semakin
hebat sehingga menyebabkan sensasi menggaruk yang semakin kuat.
Garukan yang kuat akan memicu perlukaan dan mengeluarkan
mediator inflamasi salah satunya adalah histamin. Pengeluaran
histamin dapat memicu gatal berulang dan menyebabkan tubuh
semakin gatal. Hal inilah yang menyebabkan persepsi kesehatan
umum lansia dengan masalah pruritus senilis pada lansia yang tidak
menangani pruritusnya cenderung buruk.
3. Gambaran Persepsi Kesehatan Fisik pada Masalah Pruritus
Senilis
Secara umum gambaran dimensi kesehatan fisik lansia dengan
masalah pruritus senilis seimbang sama antara baik dan buruknya.
Dari seluruh responden yang diteliti, 50% responden menunjukan
bahwa kualitas kesehatan fisik mereka baik dan 50% menujukan
bahwa kualitas kesehatan mereka buruk.
Lansia dengan masalah pruritus senilis kronik dengan
kesehatan fisik yang buruk berjumlah 83,3% dari total lansia dengan
masalah pruritus senilis kronik. Kualitas kesehatan fisik lansia dengan
masalah pruritus senilis yang tidak ditangani cenderung lebih baik
dibandingkan dengan mereka yang menangani pruritus senilisnya.
Terdapat 60% dari total lansia yang tidak menangani pruritusnya
memiliki kualitas hidup yang baik.
Jika ditinjau dari katagori jenis kelamin lansia, hasil penelitian
menunjukan bahwa wanita dengan kualitas dimensi kesehatan yang
buruk lebih banyak. Penurunan fungsi organ pada wanita terjadi
secara drastis akibat tidak adanya hormon estrogen. Berbeda dengan
lansia pria, lansia laki-laki memiliki kualitas kesehatan fisik yang baik
lebih banyak jumlahnya dibandingkan lansia wanita (BKKBN, 2012).
Dilihat dari aktivitas seseorang, kebutuhan seseorang akan
obat-obatan, vitalitas tubuh seseorang, kepuasan istirahat, kepuasan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik adalah setiap
gerakan tubuh yang memerlukan energi untuk mengerjakanya
(Farizati, 2002:Khomarun, 2013).
Kondisi kronik merupakan penyakit yang berkepanjangan dan
jarang sembuh sempurna. Kualitas hidup domain fisik pada lansia
dengan penyakit kronik lebih rendah secara bermakna dibandingkan
lansia dengan lansia yang tidak memiliki penyakit kronik (Yenny,
2006). Walaupun tidak semua penyakit mengancam jiwa termasuk
pruritus senilis, namun hal ini dapat bermasalah pada kondisi
psikologis, sosial, medis, ganguan terhadap aktivitas.
Karakteristik lansia perempuan yang menjadi responden
berada dalam fase senium yaitu lansia dengan usia diatas 60 tahun.
Umumnya pada perempuan, mereka sudah beradaptasi dengan tidak
adanya jumlah estrogen dalam tubuhnya, namun beberapa masalah
fisik mulai timbul termasuk dalam masalah penurunan fungsi organ
dan aktivitas serta pola istirahat (Manuba, 2007).
Lansia juga memiliki resiko tinggi untuk mengalami
penurunan kualitas tidur karena berbagai faktor. Penelitian yang
dilakukan menunjukan bahwa lansia mengalami ganguan tidur dan
penurunan kualitas tidur akibat gatal yang dialaminya. Penurunan
kualitas tidur terjadi ketika seseorang mengalami penurunan
kesadaran namun aktivitas otak tetap memainkan peranya untuk
melakukan pengaturan tubuh seperti pengaturan pada fungsi cerna,
aktivitas jantung dan pembuluh darah dan fungsi kekebalan. Lansia
akan mengalami perubahan ritme sirkandian apabila mereka
mengalami masalah istirahat dan akan berdampak pada aktivitas
lainya.
Umumnya lansia banyak terganggu pada aktivitas fisik dan
kualitas tidurnya.Pruritus senilis yang lebih dari enam bulan berimbas
pada tergangunya kesehatan terutama pada kesehatan fisik lansia.
Pruritus kronik menyebabkan keinginan menggaruk pada lansia,
proses menggaruk ini akan semakin meningkatkan aktivitas histamin
yang semakin menyebabkan sensasi gatal yang hebat. Proses
menggaruk juga akan meningkatkan resiko infeksi pada lansia yang
semakin menurunkan aspek kesehatan fisik lansia.
4. Gambaran Persepsi Kesehatan Psikologis pada Masalah Pruritus
Senilis
Penelitian yang dilakukan menggambarkan bahwa dimensi
kesehatan psikologis lansia dengan masalah pruritus senilis sebagian
besar baik. Secara umum presentase kualitas kesehatan psikologis
lansia laki-laki dan perempuan sama. Berdasarkan katagori lamanya
lansia mengalami pruritus senilis dapat digambarkan bahwa lansia
dengan pruritus senilis kronik lebih banyak merasakan kualitas
kesehatan psikososial yang buruk. Lansia yang berusaha menangani
masalah pruritus senilisnya memiliki kualitas kesehatan psikologis
yang secara umum baik dibandingkan dengan merak yang tidak
melakukan penanganan.
Beberapa faktor yang dihadapi lansia dan mampu
mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
penurunan kodisi fisik, penurunan dan fungsi potensi seksual,
perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan
pekerjaan, penurunan kondisi fisik (Kartinah dkk, 2008). Kondisi
pruritus senilis kronik juga bisa berpengaruh pada konsep diri
seseorang, sebagaimana penelitian Zulfitri (2015) menyimpulkan
bahwa kondisi kronis mampu mempengarui konsep diri seseorang.
Lansia dengan masalah pruritus senilis akut sebagian besar memiliki
kualitas psikologis yang baik (Widakdo, Giri dan Basal : 2013).
Dalam kualitas hidup seseorang, dimensi kesehatan
psikolgis dapat dilihat dari persepsi lansia terhadap kenikmatan
hidupnya, rasa berarti dalam hidupnya, kemampuanya untuk
berkonsentrasi, kepuasan terhadap dirinya dan perasan negative yang
muncul pada lansia tersebut. Adanya kondisi kronik menyebabkan
seseorang cenderung memiliki ketidakstabilan emosi dan resiko
masalah pada kesehatan psikologisnya, seiring dengan bertambahnya
usia, penurunan fungsi fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan
psikologis. Konsep diri seseorang dengan masalah pruritus senilis
kronis juga menjadi lebih menurun. Proses adaptasi yang dialami
lansia akibat kondsi kroniknya menyebabkan lansia tersebut
meminimalkan harapanya untuk mengatasi masalah pruritus
senilisnya. Hal ini juga semakin menurunkan konsep diri dan kualitas
psikologis seorang lansia.
Usaha yang dilakukan lansia dalam upaya menangani
pruritusnya, secara perlahan akan mempengaruhi kesehatan fisiknya
dan selanjutnya juga akan berdampak pada kesehatan sosial. Dengan
melakukan penanganan, masalah ketidaknyamanaan yang dirasakan
lansia juga sedikit berkurang dibandingkan dengan mereka yang tidak
melakukan penanganan.
5. Gambaran Persepsi Hubungan Sosial pada Masalah Pruritus
Senilis
Data hasil penelitian disebutkan bahwa sebagian besar lansia
memiliki kualitas hubungan sosial yang baik dengan presentase 55%
dan lansia yang mengalami hubungan sosial yang buruk sebanyak
45%. Pada katagori penanganan pruritus juga digambarkan
bahwasanya lansia dengan penanganan ataupun tanpa penanganan
pruritus memiliki kualitas hubungan sosial yang baik. Dilihat dari
katagori lamanya lansia mengalami pruritus senilis dapat
digambarkan bahwa sebagian besar lansia dengan masalah pruritus
senilis kronis memiliki kualitas hubungan sosial yang buruk, sekitar
77% persen dari total responden dengan masalah pruritus senilis
kronik.
Gambaran serupa juga nampak pada katagori jenis kelamin
lansia dimana sebagian besar lansia laki-laki dan perempuan
memiliki kualitas hubungan sosial yang baik. Dibandingkan dengan
lansia laki-laki, presentase lansia wanita dengan kualitas dimensi
hubungan sosial yang buruk lebih banyak dibandingkan laki-laki hal
ini dikarenakan pada lansia wanita lebih rentan dalam mengalami
kesepian dibandingkan dengan lansia laki-laki (Sanjaya:Rusdi,
2012). Banyak diantara responden wanita yang lebih senang
menyendiri daripada berkumpul dan berbincang dengan wanita
lainya. Lansia wanita lebih cenderung tenggelam dalam kesendirian
terutama apabila mereka telah ditinggalkan orang-orang yang
mereka sayangi. Adanya masalah pruritus senilis semakin membuat
lansia merasa segan untuk berkumpul dengan teman lainya karena
untuk mengaruk di depan umum, lansia wanita masih merasa malu.
Kehidupan lansia di panti sosial adalah kehidupan lansia
yang jauh dari angota keluarganya terutama anak dan cucu,
kecenderungan lansia untuk mengisolasi diri, engan bergaul dengan
yang lainya menyebabkan lansia sangat rentan mengalami ganguan
fisik dan psikis akibat perasan terpingirkan dalam kelompok (Sari,
2012). Lansia dan proses penuaan yang dialaminya akan
menyebabkan lansia tersebut menghindari proses interaksi dengan
keluarga, teman sebaya hingga ahirnya menjalani kehidupanya
sendiri (Heiken Et all, 1995; Amalia, 2013).
Gatal yang sering dirasa oleh lansia menyebabkan mereka
tidak memiliki kepercayan diri ketika bersama temanya, seringkali
mereka harus menyembunyikan rasa gatalnya atau menahan gatal
ketika lansia tersebut sedang berinteraksi dengan lainya. Hal ini
sejalan dengan penelitian Nurhidayah (2013) bahwasanya lansia
dengan permasalahan penyakit kronik memiliki kecenderungan
untuk mengalami kesepian karena lansia cenderung untuk menutup
diri dari lingkungan disekitarnya.
Pruritus senilis dan kondisi lansia menyebabkan
kecenderungan lansia untuk menutup diri dari lansia lainya atau
orang sekitarnya. Secara umum masalah pruritus senilis tidak
menyebabkan kualitas hubungan sosial lansia memburuk karena
banyak lansia yang berangapan bahwa gatal yang mereka rasakan
tidak menggangu hubungan mereka dengan orang lain, namun
sebagian kecil lansia menyatakan kondisi pruritus membuat
kepercayan diri mereka untuk bergaul menjadi menurun. Dengan
tidak adanya orang terdekat dalam kehidupan mereka, lansia
cenderung mengalami kesepian yang aman apabila hal ini terus di
biarkan maka akan berdampak pada masalah fisik dan psikologisnya.
6. Gambaran Dimensi Lingkungan pada Masalah Pruritus Senilis
Berdasarkan data penelitian, digambarkan bahwa secara umum
kualitas lingkungan lansia berada dalam kondisi baik atau sekitar 55%
dari total responden. Aspek lingkungan dapat dilihat dari segi
kesehatan lingkungan tempat tingal, keamanan tempat tingal, layanan
klinik, Dimensi lingkungan pada penelitian ini melihat tentang sisi
keuangan lansia, penelitian yang didapatkan lansia memiliki keuangan
yang sangat sedikit 42,9% dan keuangan sedikit sebanyak 78,6% dari
respondn total. Sejalan dengan penelitian Haris (2014) yang
mengatakan bahwa hampir 67% dari total respondn lansia memiliki
pendapatan dibawah UMR DKI jakarta. Meski demikian, kebutuhan
dasar lansia di PSTW seperti makanan, pakaian masih ditanggung
oleh pihak panti.
Dimensi lingkungan erat kaitanya dengan tempat tinggal
lansia. Renwick dan Brown (2000) menjelaskan bahwa tempat dimana
individu atau lansia tinggal merupakan tempat untuknya
melaksanakan kehidupan sehari-hari. Lingkungan adalah kondisi
yang berada di sekitar lansia termasuk di dalamnya unsur keamanan,
kebebasan, keselamatan fisik, sumber keuangan, transportasi, layanan
keehatan, kesehatan tempat tinggal (Rosyiani, 2015).
Fasilitas untuk panti jompo diatur dalam peraturan perundang-
undangan dan Penyelenggaraan Penyandang Cacat Pasal 12, pasal 13,
pasal 14 dan pasal 15 yang mencakup akses dari dalam bangunan,
pintu, tangga, lift, tempat parkir, toilet dan beberapa lainya aksebilitas
pada bangunan umum. Secara umum PSTW Budhi Mulya 03
Margaguna Jakarta Selatan memiliki lingkungan yang standar untuk
lansia dimana menurut UU Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002
tentang prasyarat bangunan Gedung, paragraf 4 pasal 26 ayat (1) dan
pasal 16 ayat (1) sampai (6) meliputi kenyamanan ruang gerak,
hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta
tingkat getaran dan kebisingan (Isfiaty, 2011).
Beberapa point yang disebutkan tadi merupakan syarat
minimal sebuah bangunan sehingga dikatakan bangunan tersebut
aman dan layak digunakan menurut undang-undang. PSTW Budhi
Mulya 03 Margaguna Jakarta selatan memiliki ruang gerak yang
cukup bagi lansia baik di dalam kamar lansia maupun di luar ruangan.
Akses menuju tempat umum seperti masjid, ruang keterampilan, aula,
dapur, dan sebagainya pun cukup baik, dimana antara ruangan
tersebut terdapat kanopi lantaran antara ruangan satu dan lainya tidak
berada dalam satu gedung.
Lingkungan yang baik bagi lansia sebaiknya merupakan
lingkungan yang mengandung efek terapeutik dimana lingkungan
tersebut mampu memberikan efek terapi pada lansia. Lansia
merupakan golongan yang mulai mengalami penurunan fungsi organ
pada tubuh mereka, adanya lingkungan yang terapeutik diharapkan
mampu memberikan efek penyembuhan atau minimla mencegah
kecacatan pada lansia. lingkungan yang terapeutik dapat menjadi
lingkungan yang melatih kemapuan, mengurangi unsur frustasi
dengan memberi dukungan terhadap aktivitas fisik, kemampuan sosial
dan kognitif.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pelaksanaanya yang
dapat mempengaruhi hasil penelitian, keterbatasan tersebut adalah kondisi
lansia yang sulit untuk membaca dan menulis menyebabkan peneliti
membacakan kuisioner satu-persatu pada setiap responden yang
menyebabkan adanya sedikit subyektifitas peneliti dalam melakukan
penelitian.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik lansia yang menjadi responden penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budhi Mulya 3 Margaguna Jakarta selatan sebagian
besar berjenis kelamin wanita. Sebagian besar lansia mengalami
masalah pruritus senilis akut. Sebagian besar responden menangani
maslaah pruritusnya dengan terapi farmakologi, terapi non-farmakologi
dan kombinasi dari kedua terapi tersebut.
2. Gambaran Kualitas hidup umum lansia dengan masalah pruritus senilis
sebagian besar baik.
3. Gambaran pesepsi kesehatan umum lansia dengan masalah pruritus
senilis sama besar antara lansia dengan persepsi kesehatan umum baik
dan lansia dengan persepsi kesehatan umum buruk.
4. Gambaran dimensi kesehatan fisik lansia dengan masalah pruritus
senilis sama besar antara lansia dengan dimensi kesehatan fisik baik
dan lansia dengan dimensi kesehatan fisik buruk ditinjau dari aktivitas
fisik aktivitas sehari-hari, ketergantungan terhadap obat-obatan, energi
dan kelelahan, mobilitas, nyeri dan ketidaknyamanan, istirahat dan
tidur, kapasitas kerja.
5. Gambaran kesehatan psikologis lansia dengan masalah pruritus senilis
sebagian besar baik, meskipun selisih antara kesehatan psikologis yang
baik dan buruk tidak terlalu banyak ditinjau dari gambaran citra tubuh,
perasan negatif, perasaan positif, kepercayan diri, kepercayaan
personal, kemampuan berfikir, berkonsentrasi.
6. Gambaran dimensi kesehatan sosial lansia dengan masalah pruritus
senilis sebagian besar baik, pada katagori lamanya pruritus dimana pada
lansia dengan masalah pruritus kronik dimensi hubungan sosial lansia
cenderung buruk ditinjau dari hubungan personal, dukungan sosial,
aktivitas sosial.
7. Gambaran dimensi lingkungan lansia dengan masalah pruritus senilis
sebagian besar baik ditinjau dari sumber keuangan, kebebasan,
keamanan, ketersediaan dan kualitas layanan sosial dan kesehatan,
kesemptan mendapatkan informasi, partisipasi dan kesempatan untuk
rekreasi, lingkungan fisik (polusi, kebisingan), transportasi.
B. Saran
Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 03 Margaguna Jakarta
Selatan
1. Diharapkan petugas mengingatkan lansia tentang pola hidup bersih
dan sehat, keteraturan untuk menangani masalah pruritus senilis
ataupun penyakit lain.
2. Diharapkan petugas lebih memperhatikan lansia yang cenderung
menyendiri serta menemani lansia tersebut agar lansia tersebut tidak
mengalami kesepian sehingga memunculkan permasalahan lainya.
Bagi Lansia
1. Lansia dengan keluhan gatal sebaiknya segera melaporkan kejadian
gatal kepada petugas klinik di PSTW Budhi Mulya 03 Margaguna
Jakarta Selatan.
2. Lansia dengan masalah pruritus senilis diharapkan melakukan
penangananterhadap masalah pruritus senillisnya.
3. Lansia yang sudah melakukan penanganan diharapkan tetap rutin
dalam penanganan yang dilakukanya sampaimasalah pruritus
senlisnya hilang.
Profesi Keperawatan
1. Diharapkan perawat rutin melakukan pengkajian terhadap lansia
terutama pengkajian fisik, psikologis dan sosial.
2. Diharapkan perawat berperan aktif dalam memberikan pelayanan
terapeutik untuk lansia.
Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti menyarankan bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti
efektifitas penanganan farmakologi dan nonfarmakologi pada lansia
dengan masalah pruritus senilis .
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Ayu Diah. Kesepian dan Isolasi Sosial Yang Dialami Lanjut Usia:
Tinjauan dari Prespektif Sosiologis. Available from: Puslit.kemensos.go.id.
Acces In: 02/05/2016 at 01.21. 2013
Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Menurut Provinsi. Retrived
07/02/2016. From: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267 . 2010
Bahari,Syamsul.Model Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM-
Amos.Yogyakarta:deepublish. 2015
Bastable,Sudan B. Perawat Sebagai pendidik. Jakarta : EGC. 2002
Berger,Timothy ett all. Pruritus in Elderly Patient-Eruptions of
Senescence.Retrived: 07/02/2016. From:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3694596/. 2011.
Bernhard, Jeffrey. Willan’s Itch and Other Causes of Pruritus in The Elderly.
Available From:www.researchgate.net/publication/7925483. Access in
04/26/2016 at 11.53. 2005.
Brockopp,Dorothy Young. Dasar – Dasar Riset keperawatan. Jakarta : EGC.
1999
Brown,Graham Robbin. Dermatologi: Catatan Kuliah. Jakarta:Erlangga. 2005
Budiarto,Eko.Metodologi Penelitian Kedokteran.Jakarta:EGC. 2003
Cahyawati, Ratna. Perbedaan Makna Hidup Lansia Yang Tinggal Di panti
Werdha dengan yang tinggal bersama keluarga. Retrived 19/11/15 from :
http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi-
00320144.pdf. 2014.
Cahyono, Suharjo B. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta:Kanisius.
2008.
Cassel,Christine. Geriatric Medicine An Evidence Based Approach.New
York:Springer-Verlag. 2003
Cohen, Kenneth ett all. Pruritus In Elderly,Clinical Approach to the Improvement
of Quality of Life .Retrived07/02/2015.From:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3694596/. 2012
Departemen Sosial Republik Indonesia (DEPSOS RI). Kebijakan dan program
pelayanan sosial lanjut usia di indonesia. Retrived: 15/01/2016.
From: http://www.bkkbn.go.id/arsip/Documents/Perpustakaan/ALIH%20ME
DIA%202012/002/9.Kebijakan%20dan%20Program%20Pelayanan%20Sosial
%20Lansia.pdf. 2003.
Dewi,Sofia Rosma. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : Deepublish. 2014.
Douglass. Lecturer Dermatology. India: Jain Publisher. 2001.
Efendi, Ferry dan Makhfudi. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2009.
Effendi, Ferry dan Makhfudi. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:
Salemba Medika. 2009.
Effendy, Nasrul. Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC. 1998.
Ertruck, Irem Eren dkk. Effect of The Pruritus on The Quality of Life A
Preliminary Study. Available From: http//dx.doi.org/10.5021/ad.2012.24.4.406.
Access in 25/4/2016 at 10.54. 2005
Erturk, Irem Eren. Effect of the Pruritus on the Quality of Life: A Preminary
Study. Retrived:06/02/2016. From:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3505770/pdf/ad-24-406.pdf.
2012.
Fatmah. Respon Imunitas Yang Rendah Pada Tubuh Lansia.Retrived:
02/02/2016.From:http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/169/1
65. 2006.
Ferm, Ingela. Somatic and Psychiatric Comorbidity in Patient with Chronic
Pruritus. Available from:
http://www.medicaljournals.se/acta/content/download.php?doi=10.2340/00015
555-0864. Access in 16/05/2016 at07.28. 2015.
Glasglow,Susan. Quality of Life and Well-Being: Measuring the Benefit of
Culture and Sport: Literature Review and Thinkpiece.Retrived: 20/02/2016.
From: http://www.gov.scot/Publications/2006/01/13110743/0. Access in
20/02/2016 at 2.34. 2006.
Glatzer, Wolfgang et all. Global Handbook of Quality of Life : Exploration of
Well- Being of Nations and Continent. New York : Springer Dordrecht
Heidelberg. 2015.
Haris, esther Rita. Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Gangguan Kognitif dan
Mental: Studi Cross Sectional di Kelurahan Kalianyar, Jakarta Barat.
Available from: ojs.atmajaya.ac.id/index.php/damianus/article/view/240/194.
Access in 10/05/2016 at 07.21. 2014.
Harsono,Sutanto Priyo. Analisa Data Kesehatan. Depok: Perpus UI. 2007.
Herjulianti,Eliza. dkk. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.
http://www.jakarta.go.id/v2/produkhukum/download/1058/005a7da79328db3661
c2cf82d0c42a3c.pdf. 2001.
Ilyas, Hafiz Muhamad. Olive Oil: A Good Remedy for Pruritus Senilis. Available
From: http//pakjp.pk/articles/2309201184926.pdf. Access in: 30/04/2016 at
23:24. 2012.
Indriana,Yeniar. Tingkat Stres lansia di Panti Wredha “Pucang Gading”
Semarang. Retived 19/11/2015 at 00:40 from :
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/2953/2639.
2010
Isfiati, Tiara. Tinjauan Kenyamanan Ruang Keluarga Panti Jompo di Bandung.
Available From: http://di.unikom.ac.id/isi_jompo.pdf. Access in 09/05/2016 at
23.51. 2011.
Ishak WW,dkk. The Impact of Psychoterapy, Pharmachoterapy, and Their
Combination in Depression. Available from: www.ncbi.nih.gov. Accesss in
30/04/2016. At 22.20. 2011.
Ismail,Andar. Selamat Berkiprah: 33 Renungan Tentang Kesaksian. Jakarta :
Gunung Mulia. 2008.
Jafar,Nurhidayat ett all. Pengalaman Lanjut Usia Mendapatkan Dukungan
Keluarga. Retrived 20/12/2015 at 02.36 WIB. From:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/137160-T%20Nuurhidayat%20Jafar.pdf.
2011.
Kartinah dan Sudaryanto, Agus. Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia.
Available From: Publikasi
Ilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/486/2h.pdf. Access in 02/05/2016 at
00.27.
Kementrian Kesehatan Repiblik Indonesia (Kemenkes RI).Info Datin
Lansia. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infoda
tin-lansia.pdf.2012
Khairina. Pruritus Senilis. Avalilable From:
Respository.usu.ac.id/bitstream/12345678/40784/1/pruritus%20senilis.pdf.
Access in: 12/04/2016. at 12.45. 2013
Khomarun. Pengaruh Aktivitas Fisisk Jalan Pagi Terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Lansia dengan Hipertensi Stadium I di Posyandu Lansia Desa
Makam Haji.Available From: http://www.poltekkes-
solo.ac.id/attachments/225_PENGARUH%20AKTIVITAS%20FISIK%20JAL
AN%20PAGI%20TERHADAP%20PENURUNAN%20TEKANAN%20DAR
AH%20PADA%20LANSIA%20DENGAN%20HIPERTENSI%20STADIUM
%20I%20DI%20POSYANDU%20LANSIA%20DESA%20MAKAM%20HAJ
I.pdf . Access in 07/05/2016 at 06:07
Kirkup, Maggie. Itching in Elderly People. Geriatric Meedicine.United
Kingdom:Mildlife Beyond. 2008.
Kustanti, Norma. Kualitas Hidup lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas KarangMalang Kabupaten Sragen. Retrived in 18/11/2015 at 15:40
WIB from :
http://eprints.ums.ac.id/21955/15/02._NASKAH_PUBLIKASI_NORMA.pdf .
2012.
Manuba, Ida Bagus Gede. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:EGC. 2007
Margareth,et all. Helath Related Quality of Life Among the Elderly: a Population
–based study SF-36 Survey. Retrived in 01/11/15 From
:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19851616 . 2009
Maulana, Heri. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009.
McCollough,Chaterine Plyna. Pruritus and Quality of Life. Available
From: http://www.bdng.org.uk/wp-content/uploads/2015/08/8_4_32.pdf.
Access in: 06/05/2016 at 01.05
Miller, Andrew H dan Raison, Charles L. The Role of Inflamation in Depression:
From Evolutionary Imperative to Modern Treatment Target. Available from:
http://www.nature.com/nri/journal/v16/n1/full/nri.2015.5.html Access in
13/06/2016 at 3.21. 2015
Nurhidayah, Mimin. Hubungan Penyakit Kronis dan Kesepian dengan Tingkat
Depresi pada Lanjut Usia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading
Semarang. Available from:
http://Jurma.unimus.ac.id/Index.php/perawat/article/viewFile/211/211.pdf.
Access in: 02/05/2016 at 01.44. 2013.
Nursalam.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.Jakarta:Salemba Mediaka.2008
OBraun-Falco,Plewig H.H. Wolf: Dermatologic. Berlin: Newgorh Heildelberg.
1991
Oerley, John..WHOQOL-BREEF: Introducttion, Administration, Scoring.
Retrived 02/02/2016.
From:http://www.who.int/mental_health/media/en/76.pdf. 1996
Patel, Tejesh dan Yosipovitch,Gil. The Management of Chronic Pruritus in the
Elderly. Available From: http://www.skintherapyletter.com/2010/15.8/2.html.
Acces in 08/05/2016 at 08.15. 2010.
Plumer,M ett all. Quality of Lfe in Contemporary Nursing Theory. Available
From: https://era.library.ualberta.ca/downloads/j9602186x. Access in
24/02/2016 at 14.00. 2009.
Potter,Patricia A. Buku Ajar Keperawatan : Konsep ,Proses dan Praktik. Jakarta :
EGC. 2012.
Pradono dkk. Kualitas Hidup Penduduk Indonesia menurut Internasional
Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) dan Faktor Yang
Mempengaruhinya. Available From: ejournal.litbang.depkes.go.id Access in
30/04/2016 at 21:14. 2009.
Risdianto. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Di
Desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. Retrived in 01/11/15. From:
http://eprints.ums.ac.id/4434/1/J210050036.pdf. 2009.
Rohmah ett all.Kualitas Hidup Lansia.Retrived 06/02/2016. From:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/2589/3234.
2012.
Rosita. Stressor Sosial Biologi Lansia di panti Werdha Usia dan Lansia Tinggal
Bersama Keluarga.Retrived06/02/2016.from:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-04%20Rosita----
Lansia%20di%20Panti%20Werdha%20Usia%20dan%20Lansia%20Tinggal%2
0Bersama%20Keluarga.pdf. 2012.
Rosyiani, Yunia Eka.Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia yang Mengalami
Sakit Asam Urat (Gout) Posyandu Lanjut Usia Desa Palemgadung
Karangmalang Sragen. Available From:
http://eprints.ums.ac.id/36520/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf . Access in:
09/05/2016 at 21.18
Ryan,Shioban ett all. Skin Disease, An Approach to the Ithcy Older Adult. 2004
Sadli, Saprinah.2010. Berbeda Tetapi Setara : Pemikiran Tentang Kajian
Perempuan. Jakarta : Kompas Media Nusantara. 2004
Sanjaya,Agung dan Rusdi, Iwan. Hubungan Interaksi sosial dengan Kesepian
Pada Lansia. Available From:
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkh/article/view/313. Access in 09/05/2016 at
07.01. 2012.
Saraswati, Mila dan Widiyaningsih Kia. Rule Of Wishdhom. Bandung:Grafindo
Media Utama. 2008.
Sari, Retno. Hubungan Bentuk Interaksi Osial dengan Kualitas Hidup Lansia.
Available From: http://digilib.umpo.ac.id/download.php?id=194. Aces in
:09/05/2016 at 07.3. 2012.
Sawitri, Elis dkk. Kulit dan Menopause Manifestasi dan Pelaksanaan. Available
From:Journal.unair.ac.id/filerPDF/Menopause%20Vol%2012%20No%201.pdf
Access in:4/26/2016 at 10.51. 2009.
Schalock, Robert L. Quality of Life : Aplication to person with disabillities ,
volume 2. 1997
Shea, Eamon. Improving The Quality of Life of Elderly Persons in Situation of
Dependency. Eurpe : Council of Europe publishing. 2002.
Stanley,Mickey. 2006.Buku Ajar Keperawatan Geriatri. Jakarta: EGC. 2006
Sudarmawan,Danim.Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi.Jakarta:EGC.
2003
Sudharma,Novi I dkk. Validitas dan Reliabilitas World Health Organisation
Quality of Life-BREEF untuk Mengukur Kualitas Hidup Lanjut Usia.
Retrived:02/02/2016. From: http://www.univmed.org/wp-
content/uploads/2012/04/Oktavianus.pdf. 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung:AlfaBeta.
2012.
Suharsmi,Arikunto. Management Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.
Sumantri,Arif.2011.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Kencana Prenada
Media Group. 2010.
Sumarni, Sri. Faktor yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Penderita
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sigeri. Available From:
http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/360/--srisumarni-17978-1-
jurnals-a.pdf. Access in 12/05/2016 at 12.15. 2015.
Sunaryo. Psikologi. Jakarta:EGC. 2004.
Sutarto,Tito dan Cokro, Ismul. Pensiun Bukan Ahir segalanya. Jakarta : Gramedia
Pustaka. 2008.
Suyasa, I Gede Putu Darma. Keluhan-Keluhan Lanjut Usia yang Datang Ke
pengobatan Gratis di Salah Satu Wilayah Pedesaan Bali. Retrived:
02/02/2016. From : http://lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/8-
I_Suyasa-KL-1.pdf. 2014.
Swarjana, I Ketut. Metodologi Penellitian Kesehatan.Yogyakarta:ANDI. 2015.
Syaefudin. Gambaran Kualitas Hidup Pada Wanita Lanjut Usia Di Panti Sosial
Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung . Retrived: 15/2/2016.
From:http://repository.upi.edu/15731/6/TA_PKR_115587_Chapter3.pdf. 2014.
Tamher dan Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Selemba Media. 2009.
Tenazinha, Eduarda. The quality life of elderly people : A case study at a
University Senior. Retrived in 10/11/15. From : http://eloa2012.pedagogika-
andragogika.com/uploads/2/4/0/1/2401961/tenazinha.pdf. 2012.
Tessari, Gianpaolo, ett all. The Impact of Pruritus on Quality of Life of Patient
Undergoing Dialysis: a Single-Center Cohort Study. Retrived: 15/2/2016.
From:http://www.sin-
italy.org/web%5Ceventi%5CSIN%5Carchivio%5Cjn%5C2009%5Cjnephrol_2
009_2%5C241-248%20TESSARI_low%20.pdf. 2009.
Venkatesth. WHOQOL-BREEF: Introduction, Administration, Scoring and
generic version of thr ad Generic Version of The Assessement. Available From:
http://www.who.int/mental_health/media/en/76.pdf. Access in: 13/06/2016 at
04.00
Ward. Willan’s Itch and Other Causes of Pruritus in The Elderly. Available From:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15811075. Access in 38/4/2016 at 20.12. 2005
Wardhani. Gambaran Kualitas Hidup Dewasa Muda Berstatus Lajang Melalui
Adaptasi Instrumen WHOQOL-BREEF dan SRPB. Depok: Universitas
Indonesia. 2006.
Wasis. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.2006
Widakdo, Giri dan Basal. Efek Penyakit Kronis Terhadap Gangguan Mental
Emosional. Available from:
download.portalgaruda.org/Article.php?Article=26981&Val=7113&title=Efek
%Penyakit%Kronis%Terhadap%Gangguan%Mental%Emosional.pdf. Acces in
02/05/2016/ at 00.51. 2013.
World Helath Organitation (WHO). WHOQOL Measuring Quality of Life.
Available From: http://www.who.int/mental_health/media/68.pdf. Access in
13/06/2016 at 04.04
Yenny dan Herwana, Elly. Prevalensi penyakit Kronik dan Kualitas Hidup pada
Lanjut Usia di Jakarta Selatan. http://www.univmed.org/wp-
content/uploads/2012/04/Yenny.pdf . 2006.
Yudianto, Kurniawan ett all. Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Umum Daerah Cianjur. Available From:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=23645&val=1401. Access
in 03/04/2016 at 13.56
Yulianti, Amalia. Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas
dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Retrived in 10/11/15. From
:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=160540&val=5039&title
=Perbedaan%20Kualitas%20Hidup%20Lansia%20yang%20Tinggal%20di%2
0Komunitas%20dengan%20di%20Pelayanan%20Sosial%20Lanjut%20Usia%2
0%20(The%20Different%20of%20Quality%20of%20Life%20Among%20the
%20Elderly%20who%20Living%20at%20Community%20and%20Social%20
Services). 2014.
Zulfitri,Reni. Konsep Diri dan Gaya Hidu Lansia yang Mengalami Penyakit
kronis di panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Pekanbaru.
Available from:
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/jni/article/download/636/629. Access in
08/5/2016 at 09.15. 2015.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Permohonan Menjadi Partisipan
Kepada Yth,
Bapak/Ibu
Di tmpat
Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Firdiana Destiawati
NIM : 1112104000011
Status : Mahasiswa Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
Dengan ini memohon kepada Bapak/Ibu untuk bersedia menjadi
partisipan pada penelitian yang saya lakukan yang berjudul “Gambaran
Kualitas Hidup Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya 03
Margaguna Jakarta Selatan”
Demikian saya sampaikan, atas perhatian dan ketersediaan Bapak/Ibu ucapkan
terimakasih.
Hormat Saya
Firdiana Destiawati
Lampiran 2
Lembar Persetujuan
Setelah membaca surat permohohonan dan mendapat penjelasan
tentang penelitian yang dilakukan, saya dapat memahami tujuan, manfaat, dan
prosedur penelitian yanga dialkukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti
akan menghormati hak dan kerahasian saya sebagai partisipan. Dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak maupun, saya bersedia
menandatangani lembar persetujuian untuk menjadi partisipan peneliti ini.
Jakarta,............ 2016
Tanda tangan dan Nama jelas Responden
Lampiran 4
Kuisioner Data Demografi dan Riwayat Pengobatan
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap Pertanyaan ini dengan cermat
2. Isi dan lingkarilah setiap pertanyaan dengan jujur
3. Tanyakan pada peneliti/asisten peneliti apabila ada pertanyaan yang kurang
dipahami oleh Bapak/Ibu
1. Nama :.....................................................................
2. Usia :.......................... tahun
3. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan
2. Lama Tinggal di Panti :
3. Lama mengalami gatal-gatal : a. <6 Bulan b. >6 Bulan
4. Penanganan gatal yang telah dilakukan:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............................................................................(Sebutkan)
KUISIONER KUALITAS HIDUP LANJUT USIA
Pilihlah jawaban sesuai dengan apa yang Anda rasakan saat ini dengan memberi
tanda ceklist (V) pada kolom yang telah disediakan. Setiap pertanyaan dijawab
dengan satu pilihan jawaban.
No Pertanyaan Sangat
Buruk
Buruk Biasa
Saja
Baik Sangat baik
1 Bagaimana menurut
anda kualitas hidup anda
Sangat tidak
memuaskan
Tidak
memuas
kan
Biasa
saja
Memua
skan
Sangat
memuaskan
2 Seberapa Puas anda
terhadap kesehatan anda
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal berikut dalam
empat minggu terakhir?
Tdk sama
sekali
Sedikit Dlm
jumlah
sedang
Sangat
sering
Dlm
jumlah
berlebih
3 Seberapa jauh rasa sakit
fisik anda mencegah
anda dalam beraktivitas
sesuai kebutuhan anda?
4 Seberapa sering anda
membutuhkan terapi
medis untuk dapat
berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari
anda?
5 Seberapa jauh anda
menikmati hidup anda?
6 Seberapa jauh anda
merasa hidup anda
sangat berarti?
7 Seberapa jauh anda
mampu berkonsentrasi?
8 Secara umum, seberapa
aman anda rasakan
dalam kehidupan anda
sehari-hari?
9 Seberapa sehat
lingkungan dimana anda
tinggal (Berkaiitan
dengan sarana dan
prasarana)
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut dalam 4
minggu terakhir?
Tdk sama
sekali
sedikit sedang seringkal
i
Sepenuhnya
dialami
10 Apakah anda memiliki
vitalitas yang cukup
untuk beraktivitas
sehari-hari?
11 Apakah anda dapat
menerima penampilan
tubuh anda?
12 Apakah anda memiliki
cukup uang untuk
memenuhi kebutuhan
anda?
13 Seberapa jauh
ketersediaan informasi
bagi kehidupan anda
dari hari ke hari
14 Seberapa sering anda
memiliki kesempatan
untuk bersenang-
senang/rekreasi?
Sangat
buruk
buruk Biasa-
biasa saja
baik Sangat baik
15 Seberapa baik
kemampuan anda dalam
bergaul?
Sangat tdk
memuaskan
Tdk
memuaskan
Biasa
saja
Memuas
kan
Sangat
memuaskan
16 Seberapa puakah anda
dengan kemampuan
untuk menampilkan
aktivitas kehidupan
anda sehari-hari?
17 Seberapa puaskah anda
dg kemampuan anda
untuk menampilkan
aktivitas kehidupan
anda sehari-hari.
18 Seberapa puaskah anda
dengan kemampuan
anda untuk bekerja?
19 Seberapa puaskah anda
terhadap diri anda?
20 Seberapa puaskah anda
dengan hubungan
personal/sosial anda?
21 Seberapa puaskah anda
dengan kehidupan
seksual anda?
22 Seberapa puaskah anda
dengan dukungan yang
anda peroleh dari teman
anda?
23 Seberapa puaskah anda
dengan kondisi tempat
tinggal anda saa ini?
24 Seberapa puaskah anda
dengan akses anda pada
layanan kesehatan?
25 Seberapa puaskah anda
dengan transportasi
yang harus anda jalani?
Pertanyaan berikut merujut pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal
berikut dalam empat minggu tekahir?
Tdk pernah jarang Cukup
sering
Sangat
sering
Selalu
26 Seberapa sering anda
memiliki perasaan
negatif seperti “feeling
blue’’ (kesepian), putus
asa, cemas, dan depresi?
Lampiran 5
Lembar Skrining Lansia dengan Masalah Pruritus Senilis
Nama Lansia :
Usia :
Mengalami Keluhan Gatal : ya Tidak
(lihat Lokasi gatal)
Adakah luka bekas garukan: ya Tidak
Kapan Luka timbul: Setelah Gatal Sebelum gatal
Penyakit Penyebab Gatal (lihat di data klinik):
Hasil Skrining Lansia dengan Masalah Pruritus Senilis
No Nama gatal ada rash/lesi
lesi sebelum gatal
Penyakit penyebab gatal Jumlah Pruritus
1 Darkonah 0 0 0 0 0 1
2 Yanah 0 1 0 1 2 0
3 Heni 0 1 0 1 2 0
4 Yayah 1 0 0 0 1 0
5 Wenisari 1 0 0 1 2 0
6 Mujiwati 1 0 0 1 2 0
7 Untung 0 1 1 1 3 0
8 Hj Siti Rohan 0 0 0 0 0 1
9 Asniah 0 0 0 0 0 1
10 Eli Sumiati 0 0 0 0 0 1
11 Cantik 0 1 0 1 2 0
12 Amiroh 0 0 0 0 0 1
13 Kholilah 0 1 0 1 2 0
14 Rohimah 0 0 0 0 0 1
15 Ani 1 0 0 1 2 0
16 Nariman 1 0 0 1 2 0
17 Enung 0 0 0 0 0 1
18 Mumun 1 0 0 1 2 0
19 Rumsiti 0 1 0 1 2 0
20 Inah 1 0 0 1 2 0
21 Gagu 1 1 0 0 2 0
22 Narmah 0 0 1 1 2 0
23 Siti 0 0 1 1 2 0
24 Sani 1 1 0 1 3 0
25 Khotijah 1 1 0 1 3 0
26 Bayi 0 0 1 1 2 0
27 sanimah 0 0 1 1 2 0
28 Beti 0 0 1 1 2 0
29 Rani 0 0 1 1 2 0
30 Nasiatun 1 1 0 0 2 0
31 Umi soleha 1 1 0 1 3 0
32 Suwarni 1 0 1 1 3 0
33 Sani 1 1 0 1 3 0
34 Marni 1 1 0 0 2 0
35 Ririn 1 1 0 0 2 0
36 Maskani 1 1 0 0 2 0
37 Suyatmi 1 1 0 1 3 0
38 Yaniti 1 1 0 1 3 0
39 Maryati 0 0 1 1 2 0
40 Leni 1 1 0 1 3 0
41 Rutiah 1 1 0 0 2 0
42 Kustiah 1 1 0 1 3 0
43 siska 0 0 1 1 2 0
44 sumiati 1 1 0 0 2 0
45 atik 0 0 1 1 2 0
46 simon 1 0 0 1 2 0
47 Arifin 1 1 0 0 2 0
48 Akian 0 0 1 1 2 0
49 Iwan 1 1 0 1 3 0
50 Sutarya 1 1 0 0 2 0
51 Jasmin 0 0 1 1 2 0
52 Marzadi 1 0 0 1 2 0
53 Pardi 1 1 0 0 2 0
54 Abd Rosid 1 1 0 1 3 0
55 Mudakir 0 1 0 1 2 0
56 Hartono 1 1 0 0 2 0
57 Wagiman 0 0 1 1 2 0
58 Suyoto 0 0 1 1 2 0
59 Mahbud 0 0 0 1 1 0
60 Maulani 1 1 0 1 3 0
61 Husni 1 1 0 1 3 0
62 Pardi 0 0 0 1 1 0
63 Encep 0 0 0 1 1 0
64 Supardi 1 1 0 1 3 0
65 Nurhasyim 0 0 0 0 0 1
66 Toni 0 0 0 0 0 1
67 Mutaqir 0 0 0 0 0 1
68 Joko 0 0 0 0 0 1
69 Agus 0 0 1 1 2 0
70 Asmoro 0 0 0 1 1 0
71 Didi 0 0 0 1 1 0
72 Fredi 0 0 0 1 1 0
73 Paino 1 1 0 0 2 0
74 Waring 1 1 0 1 3 0
75 Adi barata 0 0 0 0 0 1
76 Kuswantoro 0 0 0 0 0 1
77 Jaya 0 0 1 1 2 0
78 Bambang 0 0 1 1 2 0
79 Mahfid 0 0 1 1 2 0
80 Ali 0 0 1 1 2 0
81 Yaman 0 0 1 1 2 0
82 Abdulah 1 1 0 1 3 0
83 Endang 0 0 1 1 2 0
84 Endum 1 0 0 1 2 0
85 Nanang 1 1 0 1 3 0
86 Tio giok 0 0 1 1 2 0
87 Rum 1 1 0 0 2 0
88 Lina 1 1 0 1 3 0
89 iti 1 0 0 1 2 0
90 Fera 1 1 0 1 3 0
91 Warni 1 1 0 1 3 0
92 Inah 0 0 0 0 0 1
93 Ngadinem 1 1 0 1 3 0
94 Maryam 1 1 0 0 2 0
95 Yuliyati 1 1 0 1 3 0
96 Ria 1 1 0 0 2 0
97 Nuryati 1 1 0 0 2 0
98 Murni 1 1 0 0 2 0
99 Ratni 0 0 0 0 0 1
100 Sri alimah 0 0 1 1 2 0
101 Maryani 1 1 0 1 3 0
102 Asimah 1 1 0 1 3 0
103 Sukeni 1 1 0 0 2 0
104 Ratmi 0 0 1 1 2 0
105 Yohana 0 0 1 1 2 0
106 Siti Kumala 1 1 0 1 3 0
107 Wati 0 0 1 1 2 0
108 Tuti 1 1 0 0 2 0
109 Mailus 1 1 0 1 3 0
110 Hamidah 0 0 1 1 2 0
111 Wainah 1 1 0 1 3 0
112 Pinah 1 1 0 1 3 0
113 Badriah 1 1 0 1 3 0
114 Yangyo 1 1 0 1 3 0
115 Aminah 0 0 0 0 0 1
116 Sukarsih 0 0 1 1 2 0
117 eli 1 1 0 1 3 0
118 Maisaroh 0 0 0 0 0 1
119 Nyai 0 0 1 1 2 0
120 Ngatinah 1 1 0 1 3 0
121 Suparti 0 0 1 1 2 0
122 Chelin 0 0 1 1 2 0
123 Rutiah 0 0 1 1 2 0
124 Saliyem 1 1 0 1 3 0
125 Maria 1 1 0 1 3 0
126 Lusi 0 1 0 1 2 0
127 Novi
Sutopo 1 1 0 1 3 0
128 Sisum 0 0 0 1 1 0
129 Tuti 1 1 0 1 3 0
130 Nyimas
Toto 1 1 0 1 3 0
131 Siti Aminah 1 1 0 1 3 0
132 Sarijem 1 1 0 1 3 0
133 Maryamah 1 1 0 0 2 0
134 Saugi 0 0 0 0 0 1
135 Martoyo 0 0 0 0 0 1
136 Edi 0 0 0 0 0 1
137 Karmiyati 0 0 0 0 0 1
138 Rositi 0 0 0 0 0 1
139 Sutiyem 0 0 0 0 0 1
140 Usman Yusuf 0 0 0 0 0 1
141 Suparni 0 0 0 0 0 1
142 Alimah 0 0 0 0 0 1
143 Setiyoso 1 1 1 0 3 0
144 Martin 1 1 1 0 3 0
145 Moh Nasir 0 0 0 0 0 1
146 Dulgani 0 0 0 0 0 1
147 Sofwan 0 0 0 0 0 1
148 Muslim 0 0 0 0 0 1
149 Upid 0 0 0 0 0 1
150 Suparno 1 1 1 0 3 0
151 Samoa 1 1 0 1 3 0
152 Romsiah 0 0 0 0 0 1
153 Rodhiyah 0 0 0 0 0 1
154 Asniah 1 1 1 0 3 0
155 Herni 0 0 0 0 0 1
156 Sukirman 1 1 0 1 3 0
157 Joanih 1 1 0 1 3 0
158 Wiji Yunarti 1 1 0 1 3 0
159 Saminah 1 1 0 1 3 0
160 Sainem 1 1 0 1 3 0
161 Ester 0 0 1 1 2 0
162 Jawiyah 0 0 0 1 1 0
163 Mulyana 0 0 0 0 0 1
164 Iman 0 0 0 0 0 1
165 Mista 1 1 0 0 2 0
166 Kasiman 1 1 0 1 3 0
167 Gindu 0 0 0 0 0 1
168 Buce jamu 1 1 0 1 3 0
169 Kaino 0 0 0 0 0 1
170 Iyan 1 1 0 1 3 0
171 Yasin 1 1 0 1 3 0
172 Bibah 1 1 0 1 3 0
173 Emi 1 1 0 0 2 0
174 Irma 1 1 0 1 3 0
175 Yonah 1 1 0 1 3 0
176 Aminah 0 0 0 0 0 1
177 Marlina 0 0 1 1 2 0
178 Sarmi 0 0 1 1 2 0
179 Sumiati 1 1 0 1 3 0
180 Rohani 0 0 0 0 0 1
181 Miserina 0 0 0 1 1 0
182 Juminah 0 0 0 0 0 1
183 Nasiatun 0 0 0 0 0 1
184 Sarumah 0 0 0 0 0 1
185 Lili Kurniasi 0 0 0 0 0 1
186 Rakinah 1 1 0 1 3 0
187 Isar 0 0 0 1 1 0
188 Aca 0 0 0 0 0 1
189 Ani 0 0 0 1 1 0
190 Tati 0 0 1 1 2 0
191 Elok 1 1 0 1 3 0
192 Manii 0 0 0 1 1 0
193 Maryam 1 1 0 1 3 0
194 Slamet 1 1 0 1 3 0
195 Sunjen 1 1 0 1 3 0
196 Tommy 1 1 0 1 3 0
197 Saminan 1 1 0 0 2 0
198 Warno 1 1 0 1 3 0
199 saminah 1 1 1 0 3 0
200 Ngadiyem 1 1 1 0 3 0
201 Maryam
Yuli 1 1 1 0 3 0
202 Maria 1 1 1 0 3 0
203 Sukainten 0 0 0 0 0 1
204 Sariah Sadria 0 0 0 0 0 1
205 Ijem Juariah 1 1 1 0 3 0
206 Tini 0 0 0 1 1 0
207 Seli 1 0 0 1 2 0
208 Niti 0 0 0 0 0 1
209 Atiek 0 0 1 1 2 0
210 Lina 0 0 0 1 1 0
211 siti 0 0 1 1 2 0
212 Esih 0 0 0 0 0 1
213 Nuryati 0 0 0 0 0 1
214 Nurhasanah 0 0 0 1 1 0
215 Muhani 1 0 0 1 2 0
216 Christin 0 0 0 0 0 1
217 Marsyatim 1 0 1 1 3 0
218 Mulia 0 0 0 0 0 1
219 Uni 0 0 0 0 0 1
220 Sri Badriyah 1 0 0 0 1 0
221 Yeni 0 0 0 1 1 0
222 Alisah 0 0 0 0 0 1
223 Sulastri 0 0 0 0 0 1
224 Suminten 0 0 1 1 2 0
225 yolita 1 0 0 1 2 0
225 Ririn 0 0 0 0 0 0
225 Sopiah 0 0 0 0 0 0
225 Saliyah 0 0 0 0 0 0
226 Tanaka 0 0 0 0 0 0
227 Kasim 0 0 0 0 0 0
228 Yunah 0 0 0 0 0 0
229 Murnah 0 0 0 0 0 1
Jumlah 56
Hasil Pengumpulan data
No
responden Usia JK
Lama di
panti prut Penanganan q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14 q15 q16 q17 q18 q19 q20 q21 q22 q23 q24 q25 q26
1 80 2 72 2 3 3 3 4 2 3 3 2 2 4 4 4 1 1 1 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 1 2
2 65 2 12 1 4 3 2 5 5 3 3 1 3 3 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 3 2 4 4 3 2
3 70 1 3 1 4 2 1 5 5 2 3 3 4 3 4 2 1 1 4 4 2 2 1 1 3 3 2 2 4 4 5
4 68 1 4 1 1 4 1 1 2 3 3 3 5 3 4 4 2 4 3 5 4 4 4 1 4 1 4 4 4 4 5
5 70 1 20 1 4 2 2 4 5 1 2 1 5 4 1 2 3 4 3 4 4 4 4 5 2 2 2 4 4 2 4
6 61 2 24 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 4 3 2 5 3 5 1 2 2 2 4 3 4 2 1 1 5
7 55 1 6 1 4 3 2 3 4 2 2 3 3 2 3 4 1 2 2 2 3 2 2 3 1 3 2 1 2 3 3
8 62 2 1 1 2 2 2 5 3 2 3 2 3 3 2 2 4 2 4 4 5 4 2 2 1 4 1 4 3 3 2
9 75 2 60 1 4 2 4 1 5 4 2 2 2 5 4 4 2 1 4 4 4 4 4 2 2 3 2 5 4 4 2
10 80 2 70 2 2 2 2 5 4 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 1 4 3 1 3 1 2 1 5
11 63 2 5 1 1 2 2 4 2 2 4 2 2 2 3 4 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
12 80 2 24 2 2 2 3 3 3 4 2 2 2 3 1 1 1 2 1 3 2 2 1 3 3 1 1 3 4 3 3
13 60 2 1 1 2 3 2 2 3 3 4 4 2 3 2 2 2 1 1 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3
14 86 1 36 1 1 4 1 2 4 4 4 2 4 4 4 1 1 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 1 4
15 60 1 36 2 1 2 1 2 2 1 3 3 4 2 2 3 3 4 3 5 2 2 2 2 4 3 4 3 3 1 2
16 60 2 60 2 3 3 4 2 1 2 3 4 2 1 4 2 2 5 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 2
17 60 2 12 2 3 1 2 2 2 1 3 2 3 3 3 2 1 5 2 5 1 2 3 3 5 3 5 5 4 1 3
18 75 1 9 1 3 2 2 4 3 3 2 1 3 2 1 5 2 2 2 3 1 4 3 4 2 3 1 4 4 1 3
19 78 2 3 1 2 3 4 4 5 3 2 2 3 4 2 5 2 1 1 2 2 3 3 3 2 1 2 4 2 2 5
20 66 2 14 1 1 4 3 3 3 3 2 2 5 3 3 5 1 2 2 4 2 4 4 4 4 1 4 4 3 1 5
21 75 2 2 2 1 3 3 4 5 3 2 2 5 3 3 5 1 1 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 1 5
22 75 2 12 2 3 4 4 3 2 3 3 2 3 3 4 4 2 3 1 4 2 4 4 4 4 3 3 5 3 3 5
23 78 2 36 1 1 3 2 3 4 3 2 3 3 2 4 5 1 2 2 3 4 4 3 4 3 1 2 4 2 1 5
24 65 2 14 1 2 4 3 3 4 4 3 2 4 4 3 2 2 3 4 5 2 3 4 3 4 3 4 4 2 1 5
25 85 1 36 1 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 4 5 2 5 4 4 5 1 4 4 2 4 5
26 71 2 24 1 2 3 4 5 2 4 4 2 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 4 3 4 1 3 4 2 3 3
27 76 2 5 1 1 4 4 2 3 2 4 2 3 4 5 3 3 2 1 5 3 3 4 4 4 1 3 4 4 3 5
28 82 2 24 1 4 4 3 5 1 1 2 4 4 4 4 4 1 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2
29 70 2 5 2 2 3 4 2 2 3 3 3 1 4 4 3 1 4 3 2 4 4 4 4 2 2 2 4 4 3 2
30 87 2 256 1 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 2 3 4
31 66 2 5 1 1 2 4 2 2 2 2 2 4 4 4 4 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
32 85 2 48 1 4 2 2 2 5 2 2 2 3 4 2 2 1 1 2 4 2 3 2 2 2 4 4 4 4 2 2
33 60 2 24 1 1 4 2 2 1 4 4 4 3 4 2 4 1 3 2 2 4 4 4 2 2 4 2 4 4 2 5
34 90 2 12 2 2 2 4 2 1 3 2 4 4 4 2 4 2 1 2 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2
35 70 2 1 1 4 2 3 2 5 2 2 2 4 4 3 4 1 1 2 4 2 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4
36 62 2 1 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2
37 70 2 24 2 4 2 2 4 5 2 2 2 4 3 4 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 3 4 4 4 3 2
38 70 2 300 1 1 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2
39 67 1 12 2 1 1 2 2 4 1 1 1 3 4 4 3 4 4 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2
40 74 1 60 1 1 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
41 68 1 48 1 3 1 2 1 1 1 1 1 4 3 2 4 1 4 3 4 4 2 4 2 2 4 2 4 2 3 2
42 78 1 84 2 4 2 2 1 5 2 2 4 2 1 2 4 3 3 3 2 2 4 4 3 2 3 2 2 2 3 2
43 99 2 120 1 2 3 4 5 2 3 3 4 4 5 2 4 1 3 1 3 1 4 4 4 3 3 3 4 4 2 5
44 77 1 60 1 1 1 1 4 4 1 1 1 4 4 2 4 2 3 2 2 3 4 2 2 2 4 2 2 4 4 2
45 58 1 36 2 1 3 4 1 3 4 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
46 60 2 1 1 4 2 4 5 5 4 4 2 4 5 5 2 1 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 5
47 62 2 24 1 2 2 2 2 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 2 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2
48 60 2 4 1 1 2 5 5 2 4 4 4 5 5 2 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2
49 105 1 2 1 4 4 4 5 5 4 4 2 3 4 3 4 1 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 2
50 82 1 12 1 4 2 4 5 5 4 4 2 3 4 4 4 1 3 2 5 4 5 5 4 4 4 2 4 4 3 5
51 62 1 24 1 4 2 2 2 5 4 4 3 2 4 3 2 2 4 2 3 2 4 4 4 4 4 2 4 2 3 4
52 88 2 17 1 3 2 2 4 3 2 2 2 4 5 5 2 3 3 4 5 1 2 4 4 3 4 4 4 2 3 4
53 58 1 12 2 3 1 2 5 1 4 4 2 1 5 4 1 1 1 2 5 1 1 2 1 4 4 2 5 5 3 5
54 60 1 4 1 4 2 2 2 5 2 2 2 2 1 4 4 2 5 2 1 4 4 4 2 2 2 2 2 4 3 2
55 65 2 5 2 2 2 4 3 1 2 2 2 3 4 2 4 2 4 2 2 2 3 4 2 3 3 1 2 4 3 2
56 80 2 36 2 2 3 4 4 1 2 2 2 4 4 2 3 1 4 2 3 4 4 2 2 4 3 2 2 4 3 2
FREQUENCIES VARIABLES=JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 02-MAY-2016 02:25:36
Comments
Input Data E:\R - Copy\Desti.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 56
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=JnisKelamin LmaPruritus
Penanganan
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,03
Statistics
JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
N Valid 56 56 56
Missing 0 0 0
Frequency Table
JnisKelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 19 33,9 33,9 33,9
perempuan 37 66,1 66,1 100,0
Total 56 100,0 100,0
LmaPruritus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid akut(<6 minggu) 38 67,9 67,9 67,9
Kronis(>6minggu) 18 32,1 32,1 100,0
Total 56 100,0 100,0
Penanganan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Farmakologis 17 30,4 30,4 30,4
non farmakologis 15 26,8 26,8 57,1
kombinasi keduanya 9 16,1 16,1 73,2
tidak sama sekali 15 26,8 26,8 100,0
Total 56 100,0 100,0
CROSSTABS
/TABLES=QOLumum1 BY JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 02-MAY-2016 02:24:45
Comments
Input Data E:\R - Copy\Desti.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 56
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=QOLumum1 BY
JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,03
Dimensions Requested 2
Cells Available 174734
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
QOLumum1 * JnisKelamin 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
QOLumum1 * LmaPruritus 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
QOLumum1 * Penanganan 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
QOLumum1 * JnisKelamin Crosstabulation
Count
JnisKelamin
Total laki-laki perempuan
QOLumum1 buruk 4 2 6
baik 15 35 50
Total 19 37 56
QOLumum1 * LmaPruritus Crosstabulation
Count
LmaPruritus
Total akut(<6 minggu)
Kronis(>6mingg
u)
QOLumum1 buruk 3 3 6
baik 35 15 50
Total 38 18 56
QOLumum1 * Penanganan Crosstabulation
Count
Penanganan
Total Farmakologis
non
farmakologis
kombinasi
keduanya
tidak sama
sekali
QOLumum1 buruk 3 0 3 0 6
baik 14 15 6 15 50
Total 17 15 9 15 56
CROSSTABS
/TABLES=Qkesumum BY JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 02-MAY-2016 02:24:15
Comments
Input Data E:\R - Copy\Desti.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 56
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Qkesumum BY
JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,03
Dimensions Requested 2
Cells Available 174734
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Qkesumum * JnisKelamin 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qkesumum * LmaPruritus 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qkesumum * Penanganan 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qkesumum * JnisKelamin Crosstabulation
Count
JnisKelamin
Total laki-laki perempuan
Qkesumum buruk 14 14 28
baik 5 23 28
Total 19 37 56
Qkesumum * LmaPruritus Crosstabulation
Count
LmaPruritus
Total akut(<6 minggu)
Kronis(>6mingg
u)
Qkesumum buruk 20 8 28
baik 18 10 28
Total 38 18 56
Qkesumum * Penanganan Crosstabulation
Count
Penanganan
Total Farmakologis
non
farmakologis
kombinasi
keduanya
tidak sama
sekali
Qkesumum buruk 9 5 5 9 28
baik 8 10 4 6 28
Total 17 15 9 15 56
CROSSTABS
/TABLES=Qfisik BY JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 02-MAY-2016 02:23:14
Comments
Input Data E:\R - Copy\Desti.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 56
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Qfisik BY JnisKelamin
LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,05
Dimensions Requested 2
Cells Available 174734
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Qfisik * JnisKelamin 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qfisik * LmaPruritus 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qfisik * Penanganan 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qfisik * JnisKelamin Crosstabulation
Count
JnisKelamin
Total laki-laki perempuan
Qfisik buruk 8 20 28
baik 11 17 28
Total 19 37 56
Qfisik * LmaPruritus Crosstabulation
Count
LmaPruritus
Total akut(<6 minggu)
Kronis(>6mingg
u)
Qfisik buruk 13 15 28
baik 25 3 28
Total 38 18 56
Qfisik * Penanganan Crosstabulation
Count
Penanganan
Total Farmakologis
non
farmakologis
kombinasi
keduanya
tidak sama
sekali
Qfisik buruk 8 8 6 6 28
baik 9 7 3 9 28
Total 17 15 9 15 56
CROSSTABS
/TABLES=Qpsikologis BY JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 02-MAY-2016 02:22:47
Comments
Input Data E:\R - Copy\Desti.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 56
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Qpsikologis BY
JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,06
Elapsed Time 00:00:00,05
Dimensions Requested 2
Cells Available 174734
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Qpsikologis * JnisKelamin 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qpsikologis * LmaPruritus 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qpsikologis * Penanganan 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qpsikologis * JnisKelamin Crosstabulation
Count
JnisKelamin
Total laki-laki perempuan
Qpsikologis buruk 9 18 27
baik 10 19 29
Total 19 37 56
Qpsikologis * LmaPruritus Crosstabulation
Count
LmaPruritus
Total akut(<6 minggu)
Kronis(>6mingg
u)
Qpsikologis buruk 14 13 27
baik 24 5 29
Total 38 18 56
Qpsikologis * Penanganan Crosstabulation
Count
Penanganan Total
Farmakologis
non
farmakologis
kombinasi
keduanya
tidak sama
sekali
Qpsikologis buruk 5 8 4 10 27
baik 12 7 5 5 29
Total 17 15 9 15 56
CROSSTABS
/TABLES=Qsosial BY JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 02-MAY-2016 02:22:17
Comments
Input Data E:\R - Copy\Desti.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 56
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Qsosial BY JnisKelamin
LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,06
Elapsed Time 00:00:00,05
Dimensions Requested 2
Cells Available 174734
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Qsosial * JnisKelamin 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qsosial * LmaPruritus 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qsosial * Penanganan 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qsosial * JnisKelamin Crosstabulation
Count
JnisKelamin
Total laki-laki perempuan
Qsosial buruk 8 17 25
baik 11 20 31
Total 19 37 56
Qsosial * LmaPruritus Crosstabulation
Count
LmaPruritus
Total akut(<6 minggu)
Kronis(>6mingg
u)
Qsosial buruk 11 14 25
baik 27 4 31
Total 38 18 56
Qsosial * Penanganan Crosstabulation
Count
Penanganan
Total Farmakologis
non
farmakologis
kombinasi
keduanya
tidak sama
sekali
Qsosial buruk 7 7 6 5 25
baik 10 8 3 10 31
Total 17 15 9 15 56
CROSSTABS
/TABLES=Qlingkungan BY JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 02-MAY-2016 02:21:23
Comments
Input Data E:\R - Copy\Desti.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 56
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Qlingkungan BY
JnisKelamin LmaPruritus Penanganan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,05
Dimensions Requested 2
Cells Available 174734
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Qlingkungan * JnisKelamin 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qlingkungan * LmaPruritus 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qlingkungan * Penanganan 56 100,0% 0 0,0% 56 100,0%
Qlingkungan * JnisKelamin Crosstabulation
Count
JnisKelamin
Total laki-laki perempuan
Qlingkungan buruk 8 17 25
baik 11 20 31
Total 19 37 56
Qlingkungan * LmaPruritus Crosstabulation
Count
LmaPruritus
Total akut(<6 minggu)
Kronis(>6mingg
u)
Qlingkungan buruk 17 8 25
baik 21 10 31
Total 38 18 56
Qlingkungan * Penanganan Crosstabulation
Count
Penanganan
Total Farmakologis
non
farmakologis
kombinasi
keduanya
tidak sama
sekali
Qlingkungan buruk 9 4 4 8 25
baik 8 11 5 7 31
Total 17 15 9 15 56