makalah integumen

23
A. Virus Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam selhidup untuk diproduksi. Untuk menyebabkan penyakit virus harus memasuki inang,mengadakan kontak dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel.Banyak yang belum diketahui tentang proses ini pada beberapa infeksi virus, tetapi studi-studi genetika dan biokimia mungkin sekali akan menuntun pada pengertian pathogenesisvirus pada level molekuler. Pengertian seperti itu penting untuk mendisain strategi antivirus yang benar benar efektif dan spesifik B. Bakteri Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bias

Upload: serimentari

Post on 06-Aug-2015

209 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH INTEGUMEN

A. Virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang  menginfeksi  sel  organisme

biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya

dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel

makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi

sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi

tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri

atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan

diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik

maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk

dalam selhidup untuk diproduksi. Untuk menyebabkan penyakit virus harus memasuki

inang,mengadakan kontak dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan

sel.Banyak yang belum diketahui tentang proses ini pada beberapa infeksi virus, tetapi

studi-studi genetika dan biokimia mungkin sekali akan menuntun pada pengertian

pathogenesisvirus pada level molekuler. Pengertian seperti itu penting untuk mendisain

strategi antivirus yang benar – benar efektif dan spesifik

B. Bakteri

Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri

dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri

bias masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda

matilainnya. Infeksi bakteri meliputi permulaan awal dari proses infeksi hingga

mekanismetimbulnya tanda dan gejala penyakit. Cirri-ciri bakteri pathogen yaitu

kemampuan untuk menularkan, melekat pada sel inang, menginvasi sel inang dan

jaringan, mampu untuk meracuni, dan mampu untuk menghindar dari system kekebalan

inang. Beberapa gejalaatau asimptomatik. Penyakit terjadi jika bacteria atau reaksi

imunologi yang ditimbulkannya menyebabkan suatu bahaya bagi seseorang.

C. Jamur

Berbagai jamur menyerang kulit. Biasanya jamur hidup di lapisan keratin

bagian atas dan menyebar ke luar pada cincin dermatitis eritematosa bersisik yang sering

disebut ringworm. Pada bagian lainnya paparan lesi tampak berbeda: di antara jari kaki

terlihat seperti kaki atlet dan di lipat paha seperti tinea kruris. Organisme yang

Page 2: MAKALAH INTEGUMEN

menyebabkan infeksi ini bermacam-macam tetapi yang paling sering adalah berbagai jenis

spesies Trikofiton. Spesies Pitirosporum menyebabkan berbagai infeksi jamur superficial

pada kulit yang paling sering ialah tinea versikolor yang perubahan pigmen sangat khas.

Jenis organisme lain yang berbeda yaitu, Kandida, berupa ragi. Ia menyebabkan gangguan jamur

lainnya, terutama pada daerah mukosa dan daerah sekitarnya. Infeksi inimenimbulkan

keadaan klinis yang disebut thrush yang sering ditemukan pada mulut bayi dan vagina.

Apabila infeksi menyebar ke kulit sekitarnya akan timbul erupsi bula yangterasa nyeri

dan tidak segera dapat diketahui sebagai rash akibat fungi. Walaupun jarang,kandidia

dapat mengenai kuku; yang akan menimbulkan deformitas yang sangat sulituntuk

disembuhkan.

Infeksi jamur jarang dibiopsi karena biasanya didiagnosis secara klinis.

Gambaran histologynya sering menunjukkan sebagai gambaran yang sangat tidak

berbentuk padapewarnaan rutin. Jamur hanya akan terlihat apabila dilakukan pewarnaan yang

bereaksidengan dinding sel, seperti pewarnaan perak atau pewarnaan untuk polisakarida

netral. Dalam keadaan ini diagnosis ditegakkan hanya jika spesialis patologi diberi

keterangan mengenai riwayat klinis, disertai gambaran seluruh detail klinis yang penting

padaseluruh biopsy.Infeksi fungi yang dalam cenderung menimbulkan abses kronis, sering

disertaidestruksi berat. Sering ditemukan pada kondisi tropical tetapi sering juga terdapat

terutama sebagai infeksi oportunistik pada individu dengan immunosupresi.

Blastomikosis, aktinomikosis, dan nokardia sekarang dapat ditemukan diluar

daerahendemic tradisional biasanya akibat dari perjalanan orang luar atau imunosupresi.

Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini

tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur

superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua

yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi.

Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak

memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra.

PROSES INFEKSI

Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkatinfeksi,

patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan prosesperawatan yang tepat,

maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkanpenyakit. Perkembangan infeksi

mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yangdiberikan. Pada beberapa keadaan,

komponen-komponen baik respon spesifik maupunnonspesifik bisa gagal dan hal tersebut

Page 3: MAKALAH INTEGUMEN

mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes.Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan

oleh defisiensi dalam pertahanandari segi hospesnya disebut hospes yang melemah.

Sedangkan orang-orang dengankerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik

disebut hospes yangterimunosupres. Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan

pertahananhospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum

yangberkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik,

ruamkulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap

kankertertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut:

a. Periode inkubasi

Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala

pertama.Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 harib.

b. Tahap prodromal

Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,

keletihan)sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh

danberkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.

c. Tahap sakit

Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.

Contoh:demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan

dengansakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.

d. Pemulihan

Interval saat munculnya gejala akut infeksi

Penyakit-Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus, Bakteri, dan Jamur

1. herpes Zoster

A.        Definisi

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang

menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah

infeksi primer.

B.        Etiologi

Page 4: MAKALAH INTEGUMEN

Herpes zoster terjadi karena reaktivasi dari virus varicella (cacar air). Frekuensi meningkat

pada pasien dengan imunitas yang lemah dan menderita malignitas;seperti leukemia dan

limfoma.

Cara penularan:

1.      Kontak langsung dengan lesi aktif

2.      Sekresi pernafasan.

Umur:

Dewasa lebih sering dibanding anak-anak.

Jenis kelamin : pria = wanita

Musim/iklim : tidak tergantung musim.

Reaktivasi virus varisela zoster

C.        Patofisiologi

Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan ganglion kranalis kelainan

kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion

tersebut. Kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranalis

sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.

D.        Tanda dan Gejala

Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada pria

dan wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.

Sebelum timbul gejala kulit terhadap gejala prodromal baik sistemik seperti demam, pusing,

malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Setelah timbul

eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit

yang eritema dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna

abu-abu) dapat menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut

herpes zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus

dengan penyembuhan berupa sikatriks.

Page 5: MAKALAH INTEGUMEN

Massa tunasnya 7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul

berlangsung kurang lebih 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga  dijumpai

pembesaran kelenjar geth bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan

bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul

kelainan motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur

ganglion kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi

gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus

trigeminus atas nervus fasialis dan otikus.

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang-cabang pertana nervus trigeminus.

Sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga

menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan

oleh gangguan nervus fasalis dan otikus sehingga menyebabkan pengelihatan ganda paralisis

otot muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persyarafan, tinnitus

vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan. Herpes zoster

abortif artinya penyakit ini berlangsnug dalam waktu yang singkat dan kelainan kulit hanya

berupa vesikel dan eritema. Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan 

segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa vesikel yang

solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca laterpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada

daerah bekas penyembuhan. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan

bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Hal ini cenderung dijumpai pada usia

lebih dari 40 tahun.

E.        Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan percobaan Tzanck dapat ditemukan sel datia berinti banyak. Tzanck’s

smear dan punch biopsy: adanya sel raksasa berinti banyak dan sel epitel mangandung badan

inklusi eosinofilik, yang tidak terdapat pada lesi yang lain, kecuali virus herpes simpleks.

Isolasi virus: cairan vesikel, darah, cairan serebrospinalis, jaringan terinfeksi, antigen VVZ.

F.         Komplikasi

Pada usia lanjut lebih dari 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetik.

G.        Penatalaksanaan

Page 6: MAKALAH INTEGUMEN

Terapi sistemik umumnya bersifat simtonatik, untuk nyerinya diberikan analgetik, jika

disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.

Pada herpes zoster oftalmikus mengingat komplikasinya diberikan obat antiviral atau

imunostimulator. Obat-obat ini juga dapat diberikan pada penderita dengan defisiensi

imunitas.

Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus

sedini-dininya untuk mencegah terjadinya parasialis. Terapi seirng digabungkan dengan obat

antiviral untuk mencegah fibrosis ganglion.

Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak

dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder

bila erosit diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.

ASUHAN KEPERAWATAN

 

A.        Pengkajian

1.       Data Subyektif

Demam, pusing, malaise, nyeri otot-tulang, gatal dan pegal, hipenestesi.

1.    Data Obyektif

1. Eritema, vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan

edema. Vesikel berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-

abu) dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah,

dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan aleus dengan

penyembuhan berupa sikatrik.

2. Dapat pula dijumpai pembesaran kelenjar lympe regional. Lokalisasi penyakit

ini adalah unilateral dan bersifat dermafonal sesuai dengan tempat

persyarafan.

3. Paralitas otot muka

2. Data Penunjang

Page 7: MAKALAH INTEGUMEN

Pemeriksaan percobaan Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak.

B.        Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri s.d infeksi virus

2.      Gangguan integritas kulit s.d vesikel yang mudah pecah

3.      Cemas s.d adanya lesi pada wajah

4.      Potensial terjadi penyebaran penyakit s.d infeksi virus

C.        Rencana (Intervensi)

N

o

Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Rencana Keperawatan

1. Gangguan rasa

nyaman nyeri s.d

infeksi virus,

ditandai dengan :

DS : pusing, nyeri

otot, tulang, pegal

DO: erupsi kulit

berupa papul

eritema, vseikel,

pustula, krusta

Tujuan :

Rasa nyaman

terpenuhi setelah

tindakan keperawatan

Kriteria hsil :

Rasa nyeri

berkurang/hilang

Klien bias istirahat

dengan cukup

Ekspresi wajah tenang

Kaji kualitas &

kuantitas nyeri

Kaji respon klien

terhadap nyeri

Jelaskan tentang

proses penyakitnya

Ajarkan teknik

distraksi dan

relaksasi

Hindari rangsangan

nyeri

Libatkan keluarga

untuk menciptakan

lingkungan yang

teraupeutik

Kolaborasi

pemberian

analgetik sesuai

Page 8: MAKALAH INTEGUMEN

program

2. Gangguan

integritas kulit s.d

vesikel yang

mudah pecah,

ditandai dengan :

DS : -

DO: kulit eritem

vesikel, krusta

pustula

Tujuan :

Integritas kulit tubuh

kembali dalam waktu

7-10 hari

Kriteria hasil :

Tidak ada lesi baru

Lesi lama mengalami

involusi

Kaji tingkat

kerusakan kulit

Jauhkan lesi dari

manipulasi dan

kontaminasi

Kelola tx topical

sesuai program

Berikan diet TKTP

3. Cemas s.d adanya

lesi pada wajah,

ditandai dengan :

DS : klien

menyatakan takut

wajahnya cacat

DO : tampak

khawatir lesi pada

wajah

Tujuan :

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

cemas akan

hilang/berkurang

Kriteria hasil :

Pasien merasa yakin

penyakitnya akan

sembuh sempurna

Lesi tidak ada infeksi

sekunder

Kaji tingkat

kecemasan klien

Jalaskan tentang

penyakitnya dan

prosedur perawatan

Tingkatkan

hubungan

teraupeutik

Libatkan keluarga

untuk member

dukungan

4. Potensial terjadi

penyebaran

penyakit s.d infeksi

virus

Tujuan :

Setelah perawatan

tidak terjadi

penyebaran penyakit

Isolasikan klien

Gunakan teknik

aseptic dalam

perawatannya

Batasi pengunjung

dan minimalkan

kontak langsung

Page 9: MAKALAH INTEGUMEN

Jelaskan pada

klien/keluarga

proses

penularannya

Evaluasi

1.                  Keluhan nyeri berkurang.

2.                  Pasien memperoleh periode istirahat / tidur yang adekuat.

3.                  Kondisi integritas kulit dapat dipertahankan.

4.                  Tidak ada lesi yang pecah.

5.                  Kulit terlindungi dari bahan iritan.

6.                  Tidak ada tanda infeksi.

3.    FOLIKULITIS

1.    Pengertian

            Folikulitis merupakan radang folikel rambut yang biasanya disebabkan

Staphylococcus aureus.

            Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, biasanya oleh bakteri staphylococcus aereus.

Peradangan terjadi di folikel. Faktor resiko meliputi truma pada kulit dan higiene buruk.

            Folikulitis merupakan infeksi stapilococcus yang timbul dalam folikel rambut. Lesi

bisa bersifat superfisial atau dalam. Papula atau pustula yang tunggal atau multiple muncul

didekat folikel rambut. Folikulitis sering terlihat di daerah dagu pada laki-laki yang mencukur

jengggotnya dan pada tungkai wanita. Daerah lainnya adalah aksila, batang tubuh dan

bokong.

            Pseudofolikulitis barbae (shaving bumps) merupakan reaksi inflamasi wajah pada

laki-laki berambut keriting yang terjadi karena pertumbuhan rambut kedalam yang menusuk

kulit dan memicu reaksi iritatif. Rambut yang keriting memiliki akar yang melengkung dan

tumbuh dengan sudut  yang lebih lancip. Keadaan ini menjadi masalah yang umum dijumpai

diantara laki-laki Afroamerika kendati dapat pula terjadi pada etnik lainnya. Terapi awalnya

adalah dengan menghindari mencukur rambut dan membiarkan pertumbuhan rambut janggut.

Jika hal ini tidak mungkin dilakukan, sikat rambut dapat digunakan pada wajah untuk

membebaskan rambut yang terperangkap itu secara mekanis. Bila pasien  ingin

membersihkan wajahnya dari rambut, pemakaian krim perontok rambut dapat membantu.

Page 10: MAKALAH INTEGUMEN

2.    Gambaran klinis

            Pustul-pustul permukaan yang ditandai oleh kemerahan, nyeri dan pembengkakan.

3.    Diagnosis

            Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan hasil pemeriksaan fisik.

4.    Komplikasi

            Dapat terbentuk bisul, juga disebut furunkel apabila folikel yang meradang pecah dan

menyebarkan bakteri ke dermis. Nyeri dan peradangan memburuk. Dapat terjadi pengeluaran

pus dan selulitis.

5.    Penetalaksanaan

a)    Air dan sabun serta antibiotik topikal.

b)    Mungkin diperlukan kompres hangat dan insisi lesi.

c)    Antibiotik sistemik.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Folikulitis, Furunkel, Dan Karbunkel

1.  Pengkajian

a)  Data subyektif :

Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka

pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak

mengetahui tentang penyakitnya.

b)    Data obyektif :

Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis, menggaruk-

garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri, porsi makan tidak

dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien bertanya tentang penyakitnya

2.  Diagnosa Keperawatan

Page 11: MAKALAH INTEGUMEN

a)  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

b)  Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit

c)  Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

d)  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

e)  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit dan

cara menangani kelainan kulit

f)   Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

g)  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Rencana Keperawatan

a)  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

Hasil yang diharapkan : pasien dapat mempertahankan integritas kulit

Rencana tindakan keperawatan

a.    Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka

Rasional : Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi

b.    Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali

Rasional :Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi

c.    Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi

Rasional : Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan

kelainan primer

d.    Kolaborasi dalam pemberian obat topical

Rasional : Mencegah atau mengontrol infeksi

b)  Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit

Hasil yang diharapkan : nyeri terkontrol/teratasi

Rencana tindakan keperawatan :

a.  Kaji skala nyeri

Rasional : Perubahan karakter, lokasi, intensitas nyeri dapt mengindikasikan komplikasi

b.  Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri

Rasional : Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan

mekanisme koping

c.  Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, massage, guiding imajenery

Rasional : Memfokuskan kembali pehatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa

control yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis

d.  Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan kondisi dan usia pasien

Page 12: MAKALAH INTEGUMEN

Rasional : Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali

perhatian

e.  Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Rasional : Perubahan metode untuk penghilangan nyeri

c)  Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

Hasil yang diharapkan : kebutuhan tidur pasien terpenuhi

Rencana tindakan :

a.    Kaji tingkat tidur pasien

Rasional : Untuk mengetahui kualitas tidur pasien

b.    Anjurkan pasien untuk menghindari minuman yang mengandung cafein menjelang tidur

malam hari

Rasional : Cafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi

c.    Anjurkan pasien untuk melakukan gerak badan secara teratur

Rasional : Memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilakukan pada sore hari

d.    Anjurkan melakukan hal-hal ritual rutin menjelang tidur

Rasional : Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan tidur

e.    Kolaborasi pemberian obat antihistamin

Rasional : Memberikan obat diharapkan pasien dapat tidur

d)    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

Hasil yang diharapkan : pengembangan peningkatan penerimaan diri

Rencana tindakan keperawatan :

a.    Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien

Rasional : Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak

nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep

diri

b.    Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan dengan cara terbuka dan tidak

menghakimi untuk mengekspresikan perasaan.

Rasional : Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami

c.    Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan

mengenali diri serta mengatasi masalah.

Rasional : Menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi

Page 13: MAKALAH INTEGUMEN

d.    Dorong pasien untuk bersosialisasi dengan orang lain dan Bantu pasien kea rah penerimaan

diri

Rasional : Membantu dalam meningkatkan sosialisasi dan penerimaan diri

e)    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan kulit dan

cara menangani kelainan kulit

Hasil yang diharapkan : pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya,

pasien memahami tentang perawatan kulit.

Rencana tindakan keperawatan :

a.    Kaji tingkat pengetahuan pasien

Rasional : Memberikan data dasar untuk mengetahi tingkat pemahaman pasien

b.    Jaga agar pasien mendapat informasi yang benar, memperbaiki kesalahan informasi

Rasional : Pasien memiliki perasaan ada sesuatu yang mereka perbuat dan merasakan

manfaatnya

c.    Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan

pengolesan cream atau lotion

Rasional  : memerlukan air agar fleksibelitas kulit tetap terjaga. Pengolesan cream atau lotion

untuk mencegah agar kulit tidak menjadi kasar, retak dan bersisik

d.    Peragakan penerapan terapi yang diprogramkan : obat topical

Rasional : Memungkinkan pasien untuk memperoleh kesempatan untuk menunjukkan cara

yang tepat untuk melakukan terapi

f)     Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Hasil yang diharapkan : peningkatan suhu tubuh diatas rentang dermal

Rencana tindakan keperawatan :

a.    Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )

Rasional : Suhu 38,9-41oC menunjukkan proses infeksius

b.    Berikan kompres hangat

Rasional : Membantu mengurangi demam

c.    Anjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional : Membantu mengurangi demam

d.    Berikan antipiretik

Page 14: MAKALAH INTEGUMEN

Rasional :  Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

g)    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Hasil yang diharapkan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Rencana tindakan keperawatan

a.    Kaji status nutrisi secara kontinu

Rasional : Memberikan pilihan intervensi

b.    Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan

Rasional : Memantau kecenderungan dalam penurunan/penambahan berat badan

c.    Dokumentasikan pemasukan oral selama 24 jam

Rasional : Mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan

masukan actual

d.    Rujuk pada ahli gizi

Rasional : Membantu dalam identifikasi defisit nutrisi

Definisi

Radang folikel rambut, terutama disebabkan oleh S.aureus. Terdapat dua jenis yaitu

folikulitis superfisialis yaitu bila lesi hanya sampai di epidermis dan folikulitis profunda bila

lesi mencapai dermis.

Page 15: MAKALAH INTEGUMEN

Gambar. Folikulitis

Gejala

1. Ruam ( Kemerahan pada daerah kulit)

2. Pustula yang terletak di sekitar folikel rambut

3. Gatal di kulit 

Tatalaksana

* Umum : Atasi faktor predisposisi

* Medik : Antibiotik, terutama topikal yang efektif terhadap stafilokokus misalnya

gentamisin atau neomisin sulfat 3-4 kali sehari selama 7-10 hari. Antibiotik sistemik

digunakan bila lesi berjumlah banyak dan pada pasien immunocompromissed,

digunakan dari golongan aminopenisilin (Amoksisilin dengan dosis dewasa 3x500

mg, anak kurang dari 10 tahun 3x125-250 mg, diminum sesudah makan, atau

ampisilin 4x500 mg, anak kurang dari 10 tahun dosisnya setengah dari dosis dewasa

diminum 30 menit sebelum makan) atau eritromisin dengan dosis dewasa 4x500 mg,

anak kurang dari 10 tahun setengah dari dosis dewasa, sesudah makan. selain itu

anjurkan pasien untuk membersihkan lesi dengan sabun antiseptik (Betadine) 2 kali

sehari. Untuk mempercepat drainase, kompres dengan air hangat atau popidon iodion

Page 16: MAKALAH INTEGUMEN

1 % diencerkan (1:10) 2 kali sehari selama 15 menit, setelah itu baru dioleskan

antibiotik. Simtomatik, bila terasa sangat gatal dapat diberikan antihistamin sedatif

secara oral atau topikal yaitu hidrokortison cream 1 % dioleskan tipis kepermukaan

kulit yang gatal diatas antibiotik 2 kali sehari.

* Pencegahan : Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada folikulitis superfisialis

dan profunda tindakan yang perlu dilakkan adalah meminimalkan gesekan pakaian,

dan menjaga kebersihan kulit.