fix gas.docx
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana telah diketahui bahwa perkembangan yang sedang
dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dilaksanakan dalam segenap bidang
kehidupan. Oleh karena itu, pembangunan tidak saja dilaksanakan dalam
bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang industri, baik industri besar
maupun industri kecil. Pembangunan industri yang semakin cepat akan
diikuti dengan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, rekayasa teknologi
harus disesuaikan dengan manusia itu sendiri dan jangan sampai
menimbulkan gangguan kesehatan bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Seiring penggunaan teknologi yang maju akan menghasilkan suatu
hasil sisa yang biasa disebut dengan limbah. Limbah merupakan buangan
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung
bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya.
Beberapa kriteria dari limbah berbahaya dan beracun telah
ditetapkan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan
reduktor, iritasi bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk
dan lain-lain. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya
dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan
lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam
lingkungan.
Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun dan berbahaya
pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang
batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh
lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun pemakai.
2
Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan
nilai ambang batasnya.
Salah satu media pencemar limbah gas adalah Udara. Limbah gas
atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara
alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan
lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami
akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih rnungkin
terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut, dan fume.
Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya dapat dirasakan melalui
penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara
lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain. Untuk beberapa bahan
tertentu zat pencemar ini berbentuk padat dan cair. Karena suatu kondisi
temperatur ataupun tekanan tertentu bahan padat atau cair itu dapat berubah
menjadi gas. Baik partikel maupun gas membawa akibat terutama bagi
kesehatan, manusia seperti debu batubara, asbes, semen, belerang, asap
pembakaran, uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-lain.
Kenaikan konsentrasi partikel dan gas dalam udara di beberapa kota
besar dan daerah industri banyak menimbulkan pengaruh, misalnya gangguan
jarak pandang oleh asap kendaraan bermotor, gangguan pernafasan dan
timbulnya beberapa jenis penyakit tertentu. Sumber pencemaran udara dapat
pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur yang berupa asap. Menurut
beberapa penelitian pencemaran udara yang bersumber dari dapur telah
memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA. Dari hasil
penelitian pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan yang dilakukan
oleh FKM UI tahun 1987 terhadap spesimen darah pekerja jalan tol Jagorawi,
menunjukkan kadar Timah Hitam adalah 3,92-7,59 ug/dl. Kemudian pada
pengemudi dan petugas polantas diatas 40 ug/dl. Sedangkan kadar timah
hitam di udara kota Jakarta berkisar antara 0,2-1,8 ug/m3. Diperkirakan 1
3
ug/dl timbal di udara sudah dapat menyebabkan tercemarnya darah oleh
timbal sekitar 2,5- 5,3 ud/dl.
Jika tenaga kerja bekerja pada industri yang lingkungannya
mengandung gas yang bersifat polutan dan beracun, maka resiko terkena
gangguan fungsi paru-paru pada tenaga kerja sangat tinggi. Gangguan fungsi
paru-paru dapat mengakibaykan penurunan produktifitas pekerja yang akan
berdampak pada kelangsungan kegiatan produksi suatu perusahaan. Oleh
karena itu, gas di lingkungan kerja harus dikendalikan.
Jenis parameter pencemar udara berdasarkan baku mutu udara
ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi :
Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2),
Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah
Hitam), Dustfall (debu jatuh). Pada laporan ini akan dibahas tentang limbah
gas CO secara lebih terperinci.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum penentuan kadar Gas CO adalah :
1. Untuk mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) dari suatu gas.
2. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan untuk mengukur kadar gas.
3. Untuk menganalisa bahaya penyakit yang ditimbulkan akibat gas.
4. Untuk menganalisa cara pencegahan/pengendalian terhadap gas yang
melebihi NAB.
C. Manfaat
1. Bagi Praktikan
a. Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) dari suatu gas.
b. Dapat mengetahui alat-alat yang digunakan untuk mengukur kadar
gas.
c. Dapat menganalisa bahaya penyakit yang ditimbulkan akibat gas.
d. Dapat menganalisa cara pencegahan/pengendalian terhadap gas yang
melebihi NAB.
4
2. Bagi Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai pengukuran gas
bagi program studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Dapat membentuk sumber daya mahasiswa ahli K3 yang mampu
menanggulangi gas berbahaya bagi tenaga kerja.
c. Dapat memberikan bekal ilmu bagi mahasiswa yang dapat
diterapkan pada saat bekerja dalam suatu perusahaan sesuai dengan
Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
d. Dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit yang timbul akibat
terpapar gas yang berbahaya.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
Pencemaran lingkungan menurut pasal 1 angka 7 undang-undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke lingkungan dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya.
Klasifikasi pengertian pencemaran udara sangat banyak. Diantaranya,
menurut Chambers (1976 : 13 – 14) dan Masters (1991 : 270) pencemaran
udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam
lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat
dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat
memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu
pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh
karena masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer
tersebut (menurut Parker, 1980 : 82 – 83).
Menurut Kumar (1987 : 22), pencemaran udara adalah adanya bahan
polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu
keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan
lingkungannya.
Pengertian lain dari pencemaran udara adalah terdapat bahan
kontaminan di atmosfer karena ulah manusia. Hal ini untuk membedakan
dengan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat kerja
(Corman, 1971 : 7 , Kumar, 1987 : 83).
Asal pencemaran udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses yaitu
atrisi (attrition), penguapan (vaporization), dan pembakaran (combustion).
5
6
Dari ketiga proses tersebut, pembakaran merupakan proses yang sangat
dominan dalam kemampuannya menimbulkan bahan polutan (Corman, 1971 :
7 , Masters, 1991 : 270 – 271).
Berdasarkan buletin WHO yang dikutip Holzworth dan Cormick
(1976 : 690), penentuan tercemar atau tidaknya udara suatu daerah
berdasarkan parameter sebagai berikut :
Parameter Udara Bersih Udara Tercemar
1. Bahan partikel 0,01 – 0,02 mg/m3 0,07 – 0,7 mg/m3
2. SO2 0,003 – 0,02 ppm 0,02 – 2 ppm
3. CO < 1 ppm 5 – 200 ppm
4. NO2 0,003 – 0,02 ppm 0,02 – 0,1 ppm
5. CO2 310 – 330 ppm 350 – 700 ppm
6. Hidrokarbon < 1 ppm 1 – 20 ppm
Tabel 1. Parameter Udara
Pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas
beracun (hampir 90 %) dan partikel-partikel zat padat. Gas-gas beracun ini
berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan, dari industri dan dari rumah
tangga. Selain gas-gas beracun di atas, pembakaran bahan bakar kendaraan
juga menghasilkan partikel-partikel karbon dan timah hitam yang
berterbangan mencemari udara. Bentuk-bentuk zat pencemar yang sering
terdapat dalam atmosfer :
Asap : Padatan dalam gas yang berasal dari pembkaran tidak sempurna
Gas : Keadaan gas dari cairan atau bahan padatan.
Embun: Tetesan cairan yang sangat halus yang tersuspensi di udara.
Uap : Keadaan gas dari zat padat tempat volatil atau cairan.
Awan : Uap yang dibentuk pada tempat yang tinggi.
Kabut : Awan yang terdapat di ketinggian yang rendah.
Debu : Padatan yang tersuspensi dalam udara yang dihasilkan dari
pemecahan bahan.
“Haze”: Partikel-partikel debu atau gar am yang tersuspensi dalam
tetes air.
7
Gas-gas beracun hasil dari pembakaran bahan bakar ini biasanya
berupa oksida-oksida karbon (karbon dioksida, karbon monokisida) dan
nitrogen (nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, dinitrogen oksida) dan
senyawa-senyawa hidrokarbon. Bahan pencemar udara ini terdispersi dalam
udara, sehingga kadarnya menjadi kecil. Sampai kadar tertentu tidak
menimbulkan pencemaran, tetapi bila bahan pencemar ini mencapai NAB
(Nilai Ambang Batas) atau KTD (Kadar Tertinggi Diijinkan), maka
pencemaran udara tidak dapat dihindarkan lagi.
Gas adalah bentuk wujud zat yang tidak mempunyai bangun sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada suhu dan tekanan normal (Suma’mur,
1984).
Menurut Wisnu Arya Wardhana (1995), gas adalah udara tercemar
jika mengalami perubahan dari susunan normal dan mengganggu kehidupan.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup, Pencemaran Udara adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan
manusia atau proses alam sehingga kualitas udara menurun ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara menjadi berkurang atau tidak dapat berfungsi sesuai
peruntukkannya.
Gas-gas beracun dapat mengganggu kesehatan kita apabila masuk ke
dalam tubuh, jalan masuk ke tubuh yaitu melalui :
1. Inhalasi : masuk melalui mulut atau tertelan.
2. Digesti : diserap darah terus dibawa ke seluruh tubuh.
3. Absorbsi : penyerapan.
4. Injeksi : suntikan melalui pembuluh darah.
Gas adalah bentuk wujud yang tidak mempunyai bangun sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada suhu dan tekanan normal.
1. Karakteristik Limbah Gas dan Partikel
Pada umumnya limbah gas dari pabrik bersumber dari
penggunaan bahan baku, proses, dan hasil serta sisa pembakaran. Pada
saat pengolahan pendahuluan, limbah gas maupun partikel timbul karena
8
perlakuan bahan-bahan sebelum diproses lanjut. Limbah yang terjadi
disebabkan berbagai hal antara lain : karena reaksi kimia, kebocoran gas,
hancuran bahan-bahan dan lain-lain.
Pada waktu proses pengolahan, gas juga timbul sebagai akibat
reaksi kimia maupun fisika. Adakalanya limbah yang terjadi sulit
dihindari sehingga harus dilepaskan ke udara. Namun dengan adanya
kemajuan teknologi, setiap gas yang timbul pada rangkaian proses telah
dapat diupayakan pengendaliannya. Sebagian besar gas maupun partikel
terjadi pada ruang pembakaran, sebagai sisa yang tidak dapat dihindarkan
dan karenanya harus dilepaskan melalui cerobong asap. Banyak jenis gas
dan partikel gas lepas dari pabrik melalui cerobong asap ataupun
penangkap debu harus ditekan sekecil mungkin dalam upaya mencegah
kerusakan lingkungan.
Jenis gas yang bersifat racun antara lain SO2, CO, NO, timah
hitam, amoniak, asam sulfida dan hidrokarbon. Pencemaran yang terjadi
dalam udara dapat merupakan reaksi antara dua atau lebih zat pencemar.
Misalnya reaksi fotokimia, yaitu reaksi yang terjadi karena bantuan sinar
ultra violet dari sinar matahari. Kemudian reaksi oksidasi gas dengan
partikel logam dengan udara sebagai katalisator. Konsentrasi bahan
pencemar dalam udara dipengaruhi berbagai macam faktor antara lain:
volume bahan pencemar, sifat bahan, kondisi iklim dan cuaca, topografi.
a. Oksida Nitrogen
Oksida nitrogen lazim dikenal dengan NO. bersumber dari
instalasi pembakaran pabrik dan minyak bumi. Dalam udara, NO
dioksidasi menjadi NO2 dan bila bereaksi dengan hidrokarbon yang
terdapat dalam udara akan membentuk asap. NO2 akan berpengaruh
terhadap tanam-tanaman dan sekaligus menghambat pertumbuhan.
Pabrik yang menghasilkan NO di antaranya adalah pabrik pulp dan
rayon, almunium, turbin gas, nitrat, bahan peledak, semen, galas,
batubara, timah hitam, song dan peleburan magnesium.
9
b. Fluorida
Fluorida adalah racun bersifat kumulatif dan dapat
berkembang di atmosfer karena amat reaktif. Dalam bentuk fluorine,
zat ini tidak dihisap tanah tapi langsung masuk ke dalam daun-daun
menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan. Binatang yang
memakan daunan tersebut bias menderita penyakit gigi rontok.
Pabrik yang menjadi sumber fluor antara lain pabrik pengecoran
aluminium pabrik pupuk, pembakaran batubara, pengecoran baja dan
lainnya.
c. Sulfurdioksida
Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya
menjadi kuning kecoklatan atau merah kecoklatan dan berbintik-
bintik. Gas ini juga menyebabkan hujan asam, korosi pada
permukaan logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain. Gas SO2
menyebabkan terjadinya kabut dan mengganggu reaksi fotosintesa
pada permukaan daun. Dengan air, gas SO2 membentuk asam sulfat
dan dalam udara tidak stabil. Sumber gas SO2 adalah pabrik
belerang, pengecoran biji logam, pabrik asam sulfat, pabrik semen,
peleburan tembaga, timah hitam dan lain-lain. Dalam konsentrasi
melebihi nilai ambang batas dapat mematikan.
d. Ozon
Ozon dengan rumus molekul O3 disebut oksidan merupakan
reaksi foto kimiawi antara NO2 dengan hidrokarbon karena pengaruh
ultra violet sinar matahari. Sifat ozon merusak daun tumbuh-
tumbuhan, tekstil dan melunturkan warna. Reaksi pembentukan ozon
sebagai berikut:
NO2 ultra violet NO + On
O2 + On O3
NO + On NO2
10
Peroksil asetil nitrat merupakan reaksi NO2 dalam fotosintesa
merusakkan tanaman.
e. Amonia
Gas amonia dihasilkan pabrik pencelupan, eksplorasi
minyak dan pupuk. Gas ini berbahaya bagi pemanfaatan dan baunya
sangat merangsang. Pada konsentrasi 25% mudah meledak.
f. Partikel
Partikel merupakan zat dispersi terdapat dalam atmosfer,
berbagai larutan, mempunyai sifat fisis dan kimia. Partikel dalam
udara terdiri dari:
1) Asap, merupakan hasil dari suatu pembakaran.
2) Debu, partikel kecil dengan diameter 1 mikron.
3) Kabut, partikel cairan dengan garis tengah tertentu.
4) Aerosol merupakan inti dari kondensasi uap. Fume, merupakan
hasil penguapan.
g. Karbonmonoksida
Karbon monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa, termasuk gas yang beracun. karbon
monoksida terdiri dari satu atom karbon dan satu atom oksigen yang
memiliki ikatan kovalen koordinasi.
Berat molekul = 28.01
Titik didih (760 mmHg) = -191.5 oC (-312.7 oF)
Titik beku = -205 oC (-337 oF)
Spesifik gravitasi (air=1) = 1.25 pada 0 oC (32 oF)
Massa jenis uap = 0.97
Tekanan uap = 20 oC (68 oF), lebih dari 1 atm (760
mmHg)
Kelarutan = di dalam air, ethanol, methanol,
dan beberapa senyawa organic
Karbon monoksida dapat berasal dari alam secara alamiah
dan dapat pula berasal dari kegiatan manusia. Karbon monoksida
11
yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di
atmosfir,pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam.
Sedangkan sumber yang berasal dari kegiatan manusia dapat pula
disebut sumber buatan dapat berasal dari sumber yang bergerak dan
tidak bergerak. Contoh sumber bergerak antara lain kendaraan
bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin.
Sedangkan contoh sumber yang tidak bergerak adalah
pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran
sampah domestic. Estimasi jumlah karbon monoksida dari sumber
buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari
jumlah ini berasal dari sumber buatan yang bergerak dan
sepertinganya berasal dari sumber tidak bergerak.Didalam laporan
WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari karbon monoksida
diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu
asap rokok juga mengandung karbon monoksida, sehingga para
perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang
dihisapnya.
2. Dampak
Gas tertentu yang lepas ke udara dalam konsentrasi tertentu akan
membunuh manusia. Konsen trasi fluorida yang diperkenankan dalam
udara 2,5 mg/meter kubik. Fluorida dan persenyawaannya adalah racun
dan mengganggu metabolism kalsium dan enzim. Sedangkan hidrogen
fluorida sangat initatif terhadap jaringan kulit, merusak paru-paru dan
menimbulkan penyakit pneumonia.
Asam sulfida, garam sulfida dan karbon disulfida adalah
persenyawaan yang mengandung sulfur. Persenyawaan sulfida dapat
terurai dan lepas ke udara menyebabkan kerusakan pada sel susunan
saraf. Dalam kadar rendah tidak berbau dan bila kadar bertambah
menyebabkan bau yang tidak enak gejalanya cepat menghebat
menimbulkan pusing, batuk dan mabuk.
12
Uap yaitu bentuk gas dari zat tertentu tidak kelihatan dan dalam
ruangan berdifusi mengisi seluruh ruang. Yang harus diketahui adalah
jenis uap yang terdapat dalam ruangan karena untuk setiap zat
berbeda.daya reaksinya. Zat-zat yang mudah menguap adalah amoniak,
chlor, nitrit, nitrat, dan lain-lain.
Debu yaitu partikel zat padat yang timbul pada proses industri
sepeti pengolahan, penghancuran dan peledakan, baik berasal dari bahan
organik maupun dad anorganik. Debu karena ringan akan melayang di
udara dan turun karena gaya tarik bumi. Debu yang membahayakan
adalah debu kapas, debu asbes, debu silicosis, debu stannosis pada pabrik
timah putih, debu siderosis, debu yang mengandung Fe2O3. Penimbunan
debu dalam paru-paru akibat lingkungan mengandung debu yaitu pada
manusia yang ada di sekitarnya bekerja atau bertempat tinggal.
Kerusakan kesehatan akibat debu tergantung pada lamanya kontak,
konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan lain-lain.
Asap adalah partikel dari zat karbon yang keluar dari cerobong
asap industri karena pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang
mengandung karbon. Asap bercampur dengan kabut atau uap air pada
malam hari akan turun ke bumi bergantungan pada daun-daunan ataupun
berada di atas atap rumah. Bahan yang bersifat partikel menurut sifatnya
akan menimbulkan:
a. Ransangan saluran pernafasan.
b. Kematian karena bersifat racun.
c. Alergi.
d. Fibrosis.
e. Penyakit demam.
Bahan yang bersifat gas dan uap menurut sifat-sifatnya akar berakibat:
a. Merangsang penciuman seperti : HCl, H2S, NH3
b. Merusak alat-alat dalam tubuh, misalnya CaCI
c. Merusak susunan saraf : uap plumbum, fluoride
d. Merusak susunan darah : benzena
13
Untuk menghindari dampak yang diakibatk'an limbah melalui
udara selain menghilangkan sumbernya juga dilakukan pengendalian
dengan penetapan nilai ambang batas. Nilai ambang batas adalah kadar
tertinggi suatu zat dalam udara yang diperkenankan, sehingga manusia
dan makhluk lainnya tidak mengalami gangguan penyakit atau menderita
karena zat tersebut. Di samping itu masih ada rumusan lain yang
diberikan khusus bagi para pekerja dalam lingkungan itu. Karena waktu
kerja manusia pada umumnya 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, maka
nilai ambang batas bagi mereka berbeda dengan nilai ambang batas pada
umumnya. Suatu zat yang sama akan berbeda penerapannya terhadap
kedua obyek yang berbeda, misalnya antara manusia dan hewan, antara
manusia dengan manusia sendiri dalam dua lingkungan yang berbeda.
Kehadiran karbon monoksida di udara bebas yang melebihi
kadarnya memiliki beberapa dampak terhadap makhluk hidup dan
lingkungannya. Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status
kesehatanseseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang
berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO
dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang
yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah
apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%. Pengaruh CO kadar
tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah
banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan sehat
terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang,
masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus
mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil
dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan
terus menerus, dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang
berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar
ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35
14
mg/m3). Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena kemungkinan
sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.
Karbon monoksida (CO) jika terhisap ke dalam paru-paru akan
ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigenyang
dibutuhkan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun
metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah. Seperti
halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) :
Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO –> COHb (karboksihemoglobin)
Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap
aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm
apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan
mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia tidak
sama dengan manusia yang satu dan yang lain. Karakteristik biologik
yang paling penting dari CO adalahkemampuannya untuk berikatan
dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen
keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan
karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif
lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut
dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini
bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan
keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler
juga dapatterganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut.
Dampatkeracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita
gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Di udara,karbon monoksida (CO) terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di perkotaan dengan lalu lintas
yang padat konsentrasi gas CO antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama
diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat
menyebabkan gangguan pada ekosistem dan lingkungan kita. Pada
15
hewan, dampak dari kadar karbon monoksida yang berlebihan hamper
menyerupai dampak yang terjadi pada manusia, dapat menyebabkan
kematian. Bagi Tumbuhan, kadar CO 100ppm pengaruhnya hamper tidak
ada khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200ppm dengan
waktu kontak 24 jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen
oleh bakteri bebas terutama yang terdapat pada akar tumbuhan. Pada
material, dampak pencemaran udara oleh karbon monoksida adalah
menghitamnya benda-benda pada daerah yang telah tercemar oleh karbon
monoksida.
B. Perundang-undangan
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Pasal 3 ayat1 (g) ”Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran.”
2. SE Menaker No. SE-01/MEN/1997 tentang NAB Faktor Kimia di Udara
Lingkungan Kerja.
3. SE Menaker No. SE-02/MEN/1978 tentang NAB Bahan Kimia di
Tempat Kerja.
4. PMP No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan
Penerangan di Tempat Kerja.
5. Kepmenaker No. Kep-187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
6. Permenaker No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja
16
BAB III
HASIL
A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran
1. Gambar Alat
CO Meter GCO-2008
Fungsi : mengukur kadar gas CO pada ruangan tertentu
Keterangan :
a. Sensor = untuk mendeteksi adanya gas CO.
b. Power = untuk menghidupkan dan mematikan alat.
c. Hold Esc = untuk menghentikan hasil pengukuran.
d. Rec Enter = untuk merekam hasil pengukuran dan mengetahui nilai
max dan min hasil pengukuran.
e. Set = untuk menyeting ketika akan digunakan untuk
mengukur gas lain.
17
f. Alarm = untuk menyeting waktu alarm ketika untuk
pengukuran.
2. Cara Kerja
CO Meter GCO-2008
a. Tekan tombol Power untuk mengaktifkan alat.
b. Seluruh instrumen aktif ditandai munculnya segmen digital pada
display.
c. Tekan tombol rec enter untuk merekam hasil pengukuran.
d. Tunggu selama 5 menit untuk mendapatkan hasil pengukuran.
e. Tekan tombol esc hold setelah itu catat hasil pengukuran.
f. Tekan tombol rec enter untuk mengetahuii hasil minimal
pengukuran.
g. Tekan tombol power untuk menonaktifkan alat.
3. Prosedur Pengukuran
a. Kalibrasi alat.
b. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik.
B. Hasil Pengukuran
Berdasarkan pengukuran gas CO di Lampu Lalu Lintas Jalan Kolonel
Sutarto Solo pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 13.35-13.40 WIB
didapatkan kadar CO max adalah 28 ppm, dan CO min adalah 0 ppm, pada
suhu 37,3 oC.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengukuran gas CO di Lampu Lalu Lintas Jalan Kolonel
Sutarto Solo pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 13.35-13.40 WIB didapatkan
kadar CO max adalah 28 ppm, dan kadar CO min adalah 0 ppm, pada suhu 37,3 oC.
1. Perbandingan dengan NAB (Nilai Ambang Batas)
Kadar ini belum melebihi NAB yang ada. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang
batas faktor fisika dan kimia di tempat kerja bahwa NAB gas karbon
monoksida (CO) adalah 25 bds atau 29 ppm. Jadi sudah jelas bahwa tampat
pengambilan sampel kadar gas CO belum melebihi NAB. Namun angka yang
ditunjukkan CO Meter hampir sama dengan NAB, sehingga diperkirakan
dapat melebihi NAB apabila dilakukan selama 8 jam kerja. Oleh sebab itu,
perlu adanya penangan segera mengenai bagaimana caranya agar pekerja
yang bekerja di sekitar tempat pengambilan sampel tidak mengalami
keracunan Gas CO. Apabila pekerja mengalami sesak nafas segera untuk
dilakukan tindakan pertolongan pertama secara medis agar tidak terjadi
kematian.
2. Gejala Keracunan
a. 100 bds : dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, kelelahan.
250 bds : kehilangan kesadaran.
1000 bds : kematian cepat.
Di udara,karbon monoksida (CO) terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di perkotaan dengan lalu lintas yang
padat konsentrasi gas CO antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama diketahui
bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat
menyebabkan gangguan pada ekosistem dan lingkungan kita. Pada
hewan, dampak dari kadar karbon monoksida yang berlebihan hamper
19
menyerupai dampak yang terjadi pada manusia, dapat menyebabkan
kematian. Bagi Tumbuhan, kadar CO 100ppm pengaruhnya hamper tidak
ada khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200ppm dengan
waktu kontak 24 jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen
oleh bakteri bebas terutama yang terdapat pada akar tumbuhan. Pada
material, dampak pencemaran udara oleh karbon monoksida adalah
menghitamnya benda-benda pada daerah yang telah tercemar oleh karbon
monoksida.
b. Pada penderita jantung dapat beresiko tinggi keracunan CO dapat
meyebabkan jantung tidak dapat beradaptasi cepat saat kekurangan O2.
c. Reaksi CO dengan Hb dalam darah dapat menyebabkan afinitas CO
terhadap Hb 200 kali lebih besar dari O2 dan pengaruh CO ditentukan
oleh konsentrasi COHb.
d. Menghirup udara mengandung CO rendah (5-6 bds) dalam jangka waktu
lama dengan gejala :
1) Sakit kepala, pening, berkunang-kunang.
2) Lemah dan ngilu persendian.
3) Mual dan muntah-muntah.
4) Sesak nafas, terutama pada waktu olah raga.
3. Patofisiologis (Cara Masuk ke Tubuh)
CO atau karbon monoksida adalah gas yang paling berbahaya bila
masuk ke tubuh dan bereaksi dengan darah. CO masuk ke dalam tubuh
melalui pernafasan atau inhalasi. Jika kadar CO sudah terakumulasi di dalam
alveoli maka CO akan ikut mengalir di pembuluh darah dan terakumulasi
juga bercampur dengan darah. CO akan mengikat hemoglobin darah sehingga
darah sudah tidak bisa mengikat O2. Reaksi CO dengan hemoglobin disebut
karboksihemoglobin. Afinitas CO terhadap Hb 200 kali lebih besar dari O2.
Pengaruh CO ditentukan oleh konsentrasi COHb. Jika terakumulasi di dalam
darah telah melebihi batas dapat menimbulkan kematian karena tubuh
kekurangan O2.
20
No
.
Konsentrasi
COHb dalam %
Pengaruh terhadap kesehatan
1. 0 – 10 Tidak ada gejala
2. 10 – 20 Leher seperti tercekik, sedikit sakit kepala
3. 20 – 30 Sakit kepala dan pening
4. 30 – 40 Sakit kepala yang sangat, lemah, mual, kolaps
5. 40 – 50 Kolaps sangat pasti, denyut nadi cepat
6. 50 – 60 Pulsus nadi dan respirasi meningkat
7. 60 – 70 Koma, mungkin kematian
8. 70 – 80 Nadi lemah, kematian dalam beberapa jam
9. 80 – 90 Kematian dalam waktu 1 jam
10. > 90 Kematian dalam waktu beberapa menit
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi COHb dalam % Terhadap Kesehatan
4. Penanganan Secara Khusus
a. Reaksi atmosfer menghilangkan 0,1% CO yang ada per jam.
b. Aktivitas mikroorganisme dalam tanah pada percobaan pot diisi tanah 2,8
kg ditempatkan dalam ruangan dengan waktu 120 bds CO, ternyata
dalam waktu 3 jam semua CO hilang di udara.
c. Mengontrol emisi CO
1) Modifikasi mesin pembakar.
2) Pengembangan reactor system exhaust.
3) Subtitusi bahan bakar untuk bensin.
4) Pengembangan sumber tenaga rendah polusi untuk menggantikan
mesin pembakaran yang ada.
5. Penanganan Lingkungan Untuk Mencegah Emisi Gas CO atau Korban
Pengendalian dan pencegahan terhadap pencemaran oleh gas karbon
monoksida dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Sumber bergerak.
1) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik.
2) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
3) Memasang filter pada knalpot.
21
b. Sumber tidak bergerak.
1) Memasang scruber pada cerobong asap.
2) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara
berkala.
3) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar
Sulfur rendah.
4) Ventilasi umum.
c. Bahan baku.
1) Pengelolaan bahan baku CO sesuai dengan prosedur pengamanan.
2) Subtitusi bahan baku.
d. Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi Baku Mutu
(365mg/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam) maka
untuk mencegah dampak kesehatan, dilakukan upaya-upaya:
1) Menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker gas dan
respirator.
a) Respirator yang memurnikan udara.
Dipakai dengan canisfer yang sesuai, untuk menghilangkan
kontaminan-kontaminan tertentu, tergantung jenis kontaminan
dalam udara (ditandai warna canisfer).
b) Respirator yang dihubungkan dengan supply udara.
Alat Pelindung Diri (APD) ini sangat penting untuk mengatasi
kemungkinan adanya kekurangan oksigen.
c) Respirator dengan supply oksigen.
Alat Pelindung Diri (APD) ini hampir sama dengan respirator
udara, demikian juga kegunaannya. Namun, oksigen untuk
pernafasan disediakan dari tabung yang berisi oksigen yang
dimampatkan atau oksigen cair.
d) Memakai masker.
22
Menggunakan masker dangan benar. Lebih baik lagi bila
menggunakan masker yang memiliki ketelitian tertentu.
2) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
Sedangkan cara-cara penanggulangannya terhadap pencemaran oleh gas
karbon monoksida dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1) Memperbaiki alat yang rusak.
2) Penggantian saringan atau filter.
3) Bila terjadi ataujatuh korban, maka lakukan:
a) Pindahkan korban ke tempat aman atau udara bersih.
b) Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
c) Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
4) Dalam keadaan darurat, pelembagaan prosedur pertolongan pertama
dan mengirim korban untuk mendapat pertolongan pertama atau
bantuan medis perlu dilengkapi. Apabila gas karbon monoksida
mengenai mata, cucilah mata dengan segera dengan air yang
secukupnya, diusahakan agar pelupuk mata sering dibuka dan
ditutup. Usahakan secepatnya untuk mendapatkan pengobatan.
Lensa kontak agar tidak dipakai apabila sedang atau menangani
bahan-bahan kimia ini. Bila tenaga kerja menghirup sejumlah besar
karbon dioksida, pindahkan dengan segera tenaga kerja tersebut
ditempat yang yang berudara segar. Apabila pernafasan berhenti,
segera usahakan dengan pernafasan buatan. Jaga agar tenaga kerja
yang terpapar tersebut tetap hangat dan pada keadaan istirahat.
Usahakan pengobatan dengan segera.
BAB V
23
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil praktikuum pengamatan dan pengukuran kadar gas CO di
tempat kerja dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Menurut Permenaker Nomor. Per.13/X/MEN/2011 tentang faktor fisika
dan kimia di tempat kerja NAB dari Gas CO selama paparan 8 jam kerja
perhari adalah 29 ppm atau 25 bds.
2. Alat untuk mengukur kadar Gas CO di tempat kerja adalah CO Meter
GCO-2008.
3. Hasil praktikum pengukuran kadar Gas CO di Lampu Lalu Lintas Jalan
Kolonel Sutarto Solo pada tanggal 15 April 2014 jam 13.35-13.40 kadar
max adalah 28 ppm, sedangkan kadar min adalah 0 ppm pada suhu 37,3 oC.
4. Bahaya penyakit yang ditimbulkan akibat kadar gas CO yang tinggi di
udara adalah sesak nafas, asfiksian, dan keracunan akibat gas CO yang
berikatan dengan Hb. Pencegahannya dapat dilakukan mulai dari sumber
emisi gas CO, lingkungannyya dengan reboisasi, bahan baku, dan
pekerjanya.
B. Saran
Adapun penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penguukuran secara berkala mengenai kadar gas CO
pada lokasi sampel tersebut untuk mengetahui validitas suatu hasil
pengukuran.
2. Perlu adanya pembinaan kepada para pekerja atau masyarakat yang
berada di sekitar area lokas sampel apabila kadar gas CO melebihi NAB.
3. Perlu adanya pengukuran kadar gas beracun lain yang ada di udara
seperti gas Nox, dan Sox sehingga diketahui kadar pencemaran udara di
sekitar area sampel.
24
4. Perlu adanya tindak lanjut pengendalian dari pemerintah setempat untuk
mengurangi kadar gas CO di sekitar lokasi sampel, seperti reboisasi atau
penambahan zona hijau.
DAFTAR PUSTAKA
25
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2011. Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: Depnaker RI.
Santoso. 2012. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: UNS Press.
Suma’mur, Dr. P.K., M.Sc. 1996. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Cetakan ke-3. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.
Tim Penyusun. 2014. Buku Pedoman Praktikum Semester IV. Surakarta : Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK UNS.