fiswan isi
TRANSCRIPT
LAPORAN PERKEMBANGAN HEWAN
SEL DARAH MERAH DAN SEL DARAH PUTIH MENCIT
Oleh:
Joko Saryanto / A1D011025
Evi Yulianingsih / A1D011018
Widia Gustina /A1DO11O32
Ragil Tiara A/ A1DO11O22
Devi Mulyanti
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
SEL DARAH MERAH DAN SEL DARAH PUTIH MENCIT
BAB I : TUJUAN
1. Melihat struktur sel darah dan mengamati konsentrasi larutan terhadap
sel darah merah serta mengamati hemolisis sel darah merah dalam pelarut
organik
2. Mampu menghitung sel darah merah dan sel darah putih mencit di bawah
kamar hitung
BAB II : LANDASAN TEORI
1. Definisi Darah
Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% -
10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah
pada tiap - tiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan
jantung atau pembuluh darah. (Handayani dan Haribowo, 2008)
Darah merupakan bagian penting dari sistem transport, darah merupakan
jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma
darah (merupakan bagian cair dalam tubuh) dan bagian korpuskuli yakni benda -
benda darah yang terdiri dari sel darah putih atau leukosit, sel darah merah atau
eritrosit dan sel pembekuan darah atau trombosit. (Depkes, 1989)
2. Fungsi Darah
a. Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal - hal sebagai berikut ini.
1) Mengangkut gas karbondioksida (CO2) dari jaringan perifer kemudian
dikeluarkan melalui paru - paru untuk didistribusikan ke jaringan yang
memerlukan.
2) Mengangkut sisa - sisa / ampas dari hasil metabolisme jaringan berupa urea,
kreatinin, dan asam urat.
3) Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus untuk disebarkan
keseluruh jaringan tubuh.
4) Mengangkut hasil - hasil metabolism jaringan.
b. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
c. Mengatur panas tubuh.
d. Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh.
e. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
f. Mencegah perdarahan. (Handayani dan Haribowo, 2008)
3. Komponen-Komponen Darah
Darah terdiri atas 2 komponen utama:
a. Plasma darah : bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.
b. Butir - butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas:
1) Eritrosit: sel darah merah (SDM)- red blood cell (RBC)
2) Leukosit: sel darah putih (SDP)-white blood cell (WBC)
3) Trombosit: butir pembeku- platelet (Bakta I Made, 2006)
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Eritrosit atau sel darah merah adalah sel yang terbanyak dalam darah perifer.
Jumlahnya pada orang dewasa normal berkisar antara 4 - 6 juta seluler. Eritrosit
mempunyai bentuk bikonkaf , yang memberi gambaran seperti cincin pada
sediaan hapus darah tepi. Fungsi utama eritrosit adalah transport gas. (Kosasih
E.N. dan Kosasih A.S., 2008)
Eritrosit adalah satu - satunya sel dalam tubuh yang fungsinya lengkap tanpa suatu
nucleus dan juga unik yaitu mempunyai metabolisme aerobik yang minimal
( misalnya tidak mempunyai mitokondria ). Eritrosit diberkahi dengan sifat
fleksibilitas dan fluiditas untuk menjalankan peranannya dalam pertukaran gas ke
jaringan dan dari jaringan, berjalan melalui pembuluh darah yang mungkin kecil
(separuh dari ukuran eritrosit). (Isbister J.P. dan Pittiglio D.H., 1999)
Dengan menggunakan unit Internasional (SI), jumlah eritrosit dinyatakan
sebagai jumlah eritrosit per liter darah. Jadi jumlah eritrosit 5 juta/mm3
dinyatakan dalam SI adalah 5 x 1012 /L. (Widmann, 1989)
Nilai normal Satuan lama Satuan Baru (SI)
Pria: 4,50 - 5,90x106/ul 4,50 - 5,90x1012/L
Wanita : 4,00 - 5,20x106/ul 4,00 - 5,20x1012/L
(Kosasih E.N dan Kosasih A.S., 2008)
1. Pembentukan eritrosit (Eritropoisis)
Pematangan eritrosit dalam sumsum tulang berlangsung sekitar 7 hari. Dalam
peredaran darah perifer inti umumnya sudah hilang. Retikulosit adalah sel
termuda dalam darah perifer. Kira - kira 10% dari eritrosit dalam darah perifer
adalah retikulosit. Hal ini berarti hanya 1% dari jumlah jangka hidup eritrosit
adalah retikulosit. Sedangkan panjang masa hidup eritrosit setelah pelepasan dari
sumsum tulang kurang lebih 120 hari sampai mengalami penuaan dan destruksi .
(Kosasih E.N dan Kosasih A.S., 2008)
Eritroblast
Normoblast basofil
Sumsum tulang Normoblast polikhromatik
Normoblast asidofil
Rintangan(barrier) ……………………………………………
Retikulosit
Darah perifer
Eritrosit
Gambar 1: Skema Perkembangan Dari Eritroblast Menjadi Eritrosit (Wagener, 1980)
2. Proses pembentukan eritrosit memerlukan;
a. Sel induk : CFU-E, BFU-E, normoblast (eritroblast)
b. Bahan pembentuk eritrosit: besi, vitamin B12, asam folat, protein,
c. Mekanisme regulasi: faktor pertumbuhan hemopoetik dan hormon
eritropoitin. (Bakta I Made, 2006)
3. Penghancuran Eritrosit
Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proses penuaan (senescence) dan
proses patologis (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan
mengakibatkan terurainya komponen - komponen emoglobin menjadi dua
komponen sebagai berikut.
a. Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembangkan ke pool protein
dan dapat digunakan kembali.
b. Komponen hame akan dipecah menjadi dua, yaitu:
1) Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang;
2) Bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu. (Handayani dan
Haribowo, 2008)
4.Fungsi eritrosit
Fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru kejaringan
tubuh dan mengangkut karbondioksida dari jaringan ke paruparu. (Depkes RI,
1989)
Eritrosit merupakan pembawa hemoglobin. Hb ini mempunyai daya tarik yang
besar bagi oksigen, sehingga darah itu dengan jalan Hb mengikat O2 dapat
mengangkut oksigen 100x lebih besar dibandingkan dengan O2 yang terdapat
khusus larut secara fisik didalam darah. Hemoglobin ini tidak berada dalam
keadaan bebas didalam darah, tetapi di dalam eritrosit. (Haanen C., 1980)
Pemeriksaan Eritrosit
1. Metode Pemeriksaan Eritrosit
a. Cara manual (Hemositometer)
Hemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah sel darah dan
terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet. Mutu kamar
hitung serta pipet-pipet harus memenuhi syaratsyarat ketelitian tertentu.
1) Kamar hitung.
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis bagi “improved
Neubauer”. “Luas seluruh bidang yang dibagi” adalah 9 mm2 dan bidang ini
dibagi menjadi Sembilan “bidang besar” yang luasnya masingmasing 1 mm2.
Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 ”bidang sedang” yang luasnya masing-
masing 1/4 x 1/4 mm2. Bidang besar yang letaknya di tengah-tengah berlainan
pembaginya: ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu dibagi lagi menjadi
16 “bidang kecil”. Dengan demikian jumlah bidang kecil itu seluruhnya 400
buah, masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm2. Tinggi kamar hitung, yaitu jarak
antara permukaan yang bergarisgaris dan kaca penutup yang berpasangan adalah
1/10 mm.
Maka volume diatas tiap-tiap bidang menjadi sbb;
1 bidang kecil `= 1/20x 1/20 x1/10 =1/4000 mm3
1 bidang sedang = 1/4 x 1/4 x 1/10 =1/160 mm3
1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 1/10 mm3
Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm3
2) Kaca penutup.
Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan bagi kamar
hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedangkan ia dibuat dengan
sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca penutup biasa boleh dipakai.
Kaca penutup untuk menghitung jumlah trombosit dengan tehnik fasekontrast
lebih tipis daripada yang dipakai untuk mikroskop biasa.
3) Pipet.
Pipet Thoma untuk pengenceran eritrosit (pipet eritrosit) terdiri dari sebuah pipa
kapiler yang bergaris - bagi dan membesar pada salah satu ujung menjadi bola.
Dalam bola itu terdapat sebutir kaca merah. Pada pertengahan pipa kapiler itu ada
garis bertanda angka ”0,5” dan ada bagian atasnya, yaitu dekat bola, terdapat
garis bertanda “1,0”. Di atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada garis tanda “101”.
Perhatikan bahwa angka - angka itu bukanlah menandakan satu volume yang
mutlak melainkan perbandingan volume. Yang penting dan menentukan ialah
pengenceran darah yang terjadi dalam pipet itu. Seandainya lebih dulu diisap
darah sampai garis-tanda “0,5” kemudian cairan pengencer sampai garis-tanda
“101”, maka darah dalam bola pipet itu diencerkan 200 kali.
(Gandasoebrata R., 2007)
4) Perhitungan jumlah eritrosit
Eritrosit dihitung dalam 5 bidang sedang yang terletak dibidang besar paling
tengah.5 bidang tersebut terdiri dari 4 bidang dipinggir dan 1 bidang ditengan
(bertanda R) tiap-tiap bidang ini dibagi lagi menjadi 16 petak-petak kecil yang
masing-masing luasnya adalah 1/400 mm2. Dengan demikian eritrosit dihitung
dalam 80 petak-petak kecil, luas keseluruhan ialah 80 x 1/400 mm2 = 1/5 mm2.
(Depkes RI., 1989)
Gambar 2: Kamar Hitung Improved Neubaur Keterangan
W : kotak untuk hitung jumlah lekosit
R : kotak untuk hitung jumlah eritrosit
Gambar 3: Cara Menghitung Eritrosit Didalam Kamar Hitung Keterangan :
tidak dihitung
dihitung
Cara menghitung eritrosit didalam kamar hitung improved Neubaur dapat
dilihat pada gambar 4. Mulai menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan;
kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri; lalu turun lagi ke bawah dan
mulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada 5 bidang sedang
tersebut. Semua sel yang menyentuh garis batas sebelah atas dan kiri, dianggap
masuk ke dalam ruangan dan dihitung. Sedangkan sel yang
menyentuh garis batas sebalah kanan dan bawah dianggap tidak masuk dan tidak
dihitung. (Depkes RI, 1989)
Hitung jumlah eritrosit dapat diperoleh dari perhitungan:
Luas 80 petak kecil=80x1/400 mm2 = 1/5 mm2
Tinggi kaca penutup 1/10 mm.
Jadi isi 80 petak kecil = /5x1/10=1/50 mm3 yang didalamnya terdapat N eritrosit.
Pengenceran 200x
Jadi rumus perhitungan jumlah eritrosit :
eritrosit per mm3 = N x 50 x 200 = N x 10000/µl darah = N x 104/µl darah=
0,01 N x 1012/L (Depkes RI, 1989)
Kesalahan - Kesalahan pada Tindakan Menghitung Eritrosit
a. Menghitung jumlah eritrosit memakai lensa obyektif kecil, yaitu 10x,
sehingga sangat tidak teliti hasilnya.
b. Jumlah darah yang diisap ke dalam pipet tidak tepat jika,
1) Bekerja terlalu lambat ada kebekuan darah.
2) Tidak mencapai garis-tanda 0,5.
3) Membaca dengan paralaks
4) Memakai pipet basah.
5)Mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karana melewati
garis tanda 0,5.
c. Pengenceran dalam pipet
1) Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali ke dalam
botol berisi larutan Hayem.
2) Tidak mengisap larutan Hayem tepat sampai garis 101.
3) Terjadi gelembung udara didalam pipet pada waktu mengisap
larutan Hayem.
4) Terbuang sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau pada
waktu mencabut karet pengisap dari pipet.
5) Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan Hayem.
6) Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung.
7) Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar
hitung (Gandasoebrata R., 2007)
Ketiga jenis sel darah, lekosit, eritrosit, dan trombosit dihitung jumlahnya per
satuan volume darah dengan terlebih dulu membuat pengenceran darah yang
diperiksa. Pada laboratorium besar yang beban kerjanya besar pula, upaya itu
biasanya dilakukan dengan menggunakan alat penghitung elektronik. Pada
dasarnya alat semacam itu yang lazimnya dipakai bersama alat pengencer
otomatik memberi hasil yang sangat teliti dan tepat. Sering alat penghitung
elektronik dikaitkan dengan komputer kecil yang dapat memberi data mengenai
volume eritrosit rata - rata dan nilai hemoglobin rata - rata. (Gandasoebrata R.,
2007)
Kekurangan dan Kelebihan Hitung Jumlah Eritrosit
1.Kekurangan cara manual
a. Menghitung jumlah eritrosit dalam volume yang kecil dan
pengenceran tinggi memakan waktu dan tidak teliti.(Widmann F.K.
1989)
b.Tindakan menghitung eritrosit dengan kamar hitung jauh lebih sukar
daripada menghitung leukosit, ketelitian untuk orang yang cermat
bekerja dan yang telah mahir ialah ± 15%. (Gandasoebrata R, 2007)
3. Kelebihan cara manual
a. Cara - cara menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet
dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting dalam laboratorium
klinik. (Gandasoebrata R., 2007)
b. Hitung cara manual menggunakan Hemositometer dapat dilakukan tanpa
menggunakan aliran listrik.
c. Didalam kamar hitung sel yang dihitung benar - benar sel eritrosit karena
pengenceran menggunakan larutan hayem yang membuat bentuk -
bentuk eritrosit terlihat jelas sedangkan lekosit dan trombosit tidak tampak.
BAB III: METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat:
1) kaca objek
2) cover glass
3) pipet tetes
4) mikroskop
5) lanset
6) hemositometer
Bahan:
1) darah manusia
2) darah mencit
3) larutan hayem
4) larutan turk
B. Cara Kerja
Melihat struktur sel darah merah dan putih
Kaca objek dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat.
Diteteskan sedikit darah ke kaca objek. Kemudian ditambahkan 3
tetes larutan NaCl 0,9 %
Ditutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop.
Menghitung jumlah sel darah merah
1. Disediakan sample darah. Dihisap sample dengan pipet Tahoma
hingga mencapai angka 0,5. Dihisap larutan pengencer dengan
pipet yang sama hingga mencapai angka 101 lalu dikocok sampai
homogen. Dibuang 1 - 2 tetes suspensi pada pipet Tahoma.
Dibersihkan kamar hitung. Diletakkan cover glass sedemikian rupa
diatas kamar hitung. Diteteskan suspensi pada bagian pinggir
coverglass. Dihitung jumlah sel darah merah dalam 5 kotak
menengah. Dihitung jumlah sel darah merah dengan rumus :
2.
NE x P0,02
3. NE = Jumlah sel darah merah dalam 5 kotak menengah
4. P = Pengenceran
5. 0,02 = Total volume darah pada 5 kotak menengah
Menghitung jumlah sel darah putih
1. Disediakan sampel darah. Dihisap larutan pengencer dengan pipet
yang sama hingga mencapai angka 11 lalu dikocok sampai homogen.
Dibuang 1-2 tetes suspensi pada pipet Tahoma. Dibersihkan kamar
hitung. Diletakkan cover glass sedemikian rupa diatas kamar hitung.
Diteteskan suspensi pada bagian pinggir coverglass. Dihitung jumlah
sel darah putih dalam 4 kotak besar. Dihitung jumlah sel darah putih
dengan rumus :
2.
NL x P0,4
3. NL = jumlah sel darah putih dalam 4 kotak besar
4. P = Pengenceran
5. 0,02 = Total volume darah pada 4 kotak besar
BAB IV: HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Sel darah merah
0 1
2 3
4 5
Sel darah putih
0 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
1 4 15
B. Hasil Perhitungan
Sel darah merah
letak kamarjumlah sel darah merah jumlah keseluruhan
A 187
3.651.150 per mm³
B 168C 68D 148E 152
jumlah total 723
Sel darah putih
letak kamar Ajumlah sel darah putih Jumlah keseluruhan
A1 31 10.312,5 per mm³A2 21A3 30A4 32
jumlah total 144
letak kamar Bjumlah sel darah putih
B1 28B2 22B3 19B4 12
letak kamar Cjumlah sel darah putih
C1 15
16
C2 28C3 15C4 28
letak kamar Djumlah sel darah putih
D1 26D2 29D3 21D4 31
jumlah total 375
C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat di lihat bahwa sel darah
merah memiliki bentuk bulat sampai bikonkaf warna merah dan tidak memiliki
inti, jumlah sel darah mera lebih banyak di bandingkan dengan sel darah putih ini
sesuai dengan teori yg ada bahwa sel dara merah (eritrosit), “Merupakan bagian
utama pada sel darah. Bentuk dan ukuran darah tergantung jenis hewannya
dimana sel darah manusia ditemukan tidak berinti dengan bentuk bulat sampai
bikonkaf. Jumlah eritrosit pada manusia laki-laki adalah 5-5,5 juta per mm3 pada
wanita 4,5-5 juta per mm3. Menurut strukturnya eritrosit terdiri dari membrane sel
tersusun atas lipid dan protein, sel darah merah berisi bermacam-macam substansi
berupa glukosa, enzim dan garam organik dan anorganik” (Kimball, 1990).
Sedangkan sesuai dengan pengamatan yang dilakukan sel darah putih
(leukosit) memiliki inti,tdak memiliki warna/ bening, dan jumlahnya lebih sedikit
dibandngkan dengn sel darah merah.
Perhitungan sel darah merah
Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang kami lakukann di dapat bahwa
jumlah sel darah putih pada mencit adalah sebagai berikut :
-pada kamar A memiliki jumlah sel darah sebanyak 187
-pada kamar B memiliki jumlah sel darah sebanyak 168
-pada kamar C memiliki jumlah sel darah sebanyak 62
-pada kamar D memiliki jumlah sel darah sebanyak 148
-pada kamar E memiliki jumlah sel darah sebanyak 152
Dengan jumlah total dari seluruh kamar A,B,C,D, dan E adalah 723, sel
darah merah di hitung dengan menggunakan rumus :
NE x P0,02 dan di peroleh
jumlah keseluruhan darah 3.651.150 per mm³
Perhitungan Sel darah putih
Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang kami lakukann di dapat bahwa
jumlah sel darah merah pada mencit adalah sebagai berikut :
-pada kamar A memiliki jumlah sel darah sebanyak 144 dengan rincian
perhitungan kamar A1 = 31, A2 = 21, A3= 30, A4= 32
-pada kamar B memiliki jumlah sel darah sebanyak 81 engan rincian
perhitungan kamar B1=28, B2=22, B3= 19, B4=12
-pada kamar C memiliki jumlah sel darah sebanyak 86 dengan rincian
perhitungan kamar C1=155, C2=28, C3=15 C4=28
-pada kamar D memiliki jumlah sel darah sebanyak 107 Dengan rincian
perhitungan D1= 26, D2=29, D3=21, D4=31
Dengan jumlah total dari seluruh kamar A,B,C,D, dan E adalah 378, sel
darah merah di hitung dengan menggunakan rumus :
NE x P0,4 dan di peroleh
jumlah keseluruhan darah putih adalah 10.312,5 per mm³
Dari hasil ini terlihat bahwa jumlah sel darah merah memiliki jumleh sel
yang lebih banyak dibandingkan dengan sel darah putih, jika pada manusia
Jumlah eritrosit pada manusia laki-laki adalah 5-5,5 juta per mm3 pada wanita 4,5-
5 juta per mm3. (Kimball, 1990) maka tidak salah jika jumlah sel darah pada
mencit berkisar 3.651.150 per mm³ ini terjadi karena Bentuk dan ukuran darah
tergantung jenis hewannya dimana sel darah manusia ditemukan tidak berinti
dengan bentuk bulat sampai bikonkaf (Kimball, 1990), Jumlah eritrosit sangat
bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit
diperbanyak apabila terjadi perubahan dan atau pada waktu berada di daerah
tinggi dengan tujuan menormalkan pengangkutan O2 ke jaringan (Sugiyono.
2011). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh,
variasi harian, dan keadaan stress. Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan
oleh ukuran sel darah itu sendiri (Widmann, FK. 1989.). sedangkan pada sel
darah putih pada manusia berkisar 6.000 - 9,000 sel darah untuk Seliap 1 mm3
darah putih(Prawirohartono, 1990), sedangkan pada mencit seuai dengan hasil
perhitungan 10.312,5 per mm³, dari hasil ini, terjadi keganjilan dalam hasil akhir
jarena jumlah sel darah putih mencit memiliki jumlah yang lebih banyak dari pada
manusia. Dalam hal ini mungkin terjadi kesalahan perhitungan oleh praktikan
sehingga hasil perhitungan sel darah putih pada mencit melebihi jumlah sel darah
putih pada manusia.
BAB V :
A. SIMPULAN
sel darah merah memiliki bentuk bulat sampai bikonkaf warna merah dan
tidak memiliki inti, jumlah sel darah mera lebih banyak di bandingkan
dengan sel darah putih, Jumlah eritrosit pada manusia laki-laki adalah 5-
5,5 juta per mm3 pada wanita 4,5-5 juta per mm3.
Sel darah putih (leukosit) memiliki inti,tdak memiliki warna/ bening, dan
jumlahnya lebih sedikit dibandngkan dengn sel darah merah.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang kami lakukann di dapat
bahwa jumlah sel darah putih pada mencit adalah sebagai berikut :
Dengan jumlah total dari seluruh kamar A,B,C,D, dan E adalah 723, sel
darah merah di hitung dengan menggunakan rumus :
NE x P0,02 dan di
peroleh jumlah keseluruhan darah 3.651.150 per mm³
Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang kami lakukann di dapat
bahwa jumlah sel darah merah pada mencit adalah sebagai berikut :
Dengan jumlah total dari seluruh kamar A,B,C,D, dan E adalah 378, sel
darah merah di hitung dengan menggunakan rumus :
NE x P0,4 dan di
peroleh jumlah keseluruhan darah putih adalah 10.312,5 per mm³
B. Saran
Praktikan harus paham dan teliti saat menghitung sel darah pada
kamar hitung
Gunakan jas leb dan alat pengaman lainnya seperti sarung tangan dan
masker saat kotk langsung dengan darah mencit
Lakukan praktikum dengan teliti dan sungguh-sungguh agar hasilnya
sesuai dengan yang diinginkan
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.1-2,9.11.
Depkes RI. 1989. Hematologi. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kerja. 1, 8, 14-5, 24-5,
27
Gandasoebrata, R. 2001. Penuntun Laboratorium Klinik. cetakan ke-10. Jakarta:
Dian Rakyat.1-3,7-8,15-21.
Handayani, Wiwik, dan Haribowo, Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika.1,5,15.
Haanen, C.,Wenegar. 1980. Pengantar Ilmu Penyakit Darah. cetakan pertama.
Bandung: Binacipta.3,23.
Isbister, James P. dan Pittiglio, D.Harmening, alih bahasa Devy H. Ronaldi. 1999.
Hematologi Klinik: pendekatan berorientasi masalah. Jakarta: Hipokates.
4.
Kosasih, E. N. dan Kosasih, A. S.2008.Tafsiran Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Klinik. Edisi ke-2. 58, 86,
Sacher, Ronald A. dan MePherson, Richard A., alih Bahasa Brahm U Pendit, Dewi
Wulandari. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi
ke-11. Jakarta: EGC. 2, 21, 42.
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Edisi ke-18. Bandung: Alfabeta.49,
57,138-39, 228,372.
Sukarini, Usi. Dkk. 2010. Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Klinik. Edisi
ke-1, Yogyakarta: Alfamedia dan Kanal Medika.
Widmann, FK. 1989. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi ke-9, Jakarta: EGC. 17-19.
Wirawan, Riadi. dkk. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana.
Jakarta: FKUI. 15