fenomena pemberitaan hoax pada media whatsapp …
TRANSCRIPT
17
FENOMENA PEMBERITAAN HOAX PADA MEDIA WHATSAPP
TENTANG BERITA TERLAMBAT DARI BANDUNG
(Pemikiran Hermeneutika Paul Riceour)
Agus Budiana
Universitas Satya Negara Indonesia
Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. No. 11
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Prodi Ilmu Komunikasi
ABSTRAK
Tulisan ini merupakan hasil penelitian teks media dan lapangan didalam mensikapi dan
mencermati pemberitaan hoax. Merebaknya pemberitaan Hoax pada media sosial merupakan hal yang
sangat mengkhawatirkan semua orang, karena efeknya sangat luar biasa dapat menimbulkan berbagai kegaduhan, keributan bahkan peperangan sekalipun. Permasalahan dalam penelitian ini adalah tulisan
pemberitaan Whatsapp dengan judul : Berita Terlambat dari Bandung, secara khusus menyangkut
pembelian PT Dirgantara Indonesia oleh negara Cina. Dalam tulisan tersebut memuat singgungan hal-hal yang sensitif, menyangkut Ras Cina. Upaya penguatan dapat dilakukan dengan melihat
pemikiran Hermeneutika Paul Riceour.Pemikiran ini memberikan pemahaman bahwa tidak semua
manusia dapat dipengaruhi oleh penulis teks, siapapun yang membaca tulisan berita / teks dapat dikondisikan secara sederajat oleh manusia dengan melihat latar belakang yang dimiliki. Pengalaman,
wawasan, pengetahuan, ilmu maupun referensi.adalah pembeda utama yang dimiliki oleh manusia
untuk senantiasa aktif didalam memaknai tulisan-tulisan berita / teks. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Semiotika Sosial Max Halliday, aspek instrument yang digunakan meliputi tiga aspek : Medan wacana, Sarana wacana dan Pelibat wacana dengan menggunakan
kombinasi Focus GroupDiscusion dengan tujuan disatu sisi untuk memperolah latar belakang
pembuat pesan dan di sisi lain untuk melihat kognisi kelompok masyarakat yang membaca pemberitaan tersebut. Hasil analisis dari penelitian ini diperoleh : Bahwa Penulis berita dalam berita
hoax Whatsapp lebih cenderung menggunakan kepentingan-kepentingan sesaat yang mengiinginkan
suasana gaduh, heboh dan terkesan menciptakan chaos baik didalam masyarakat maupun dalam
tingkat pemerintah. Pemberitaan Hoax Whatsapp : Berita terlambat dari Bandung, diagendakan secara tertentu oleh sipenulis untuk menciptakan suasana gaduh, namun pembaca mempunyai potensi
internal yang melekat dalam dirinya, berupa nilai-nilai yang merupakan prinsip hidup serta kebiasaan-
kebiasaan selalu skeptis terhadap berbagai informasi berita apapun. Dari 10 informan yang terlibat dalam Focus Group Disscussion, 7 informan berpendapat berita tersebut Hoax, 3 informan
berpendapat berita faktual objektif.
Kata kunci :Berita, Hoax, Hermeneutika
ABSTRACT
This paper is the result of media and field text research in give an attitude and look at hoax
news. Widespread news of Hoax on social media is a very worrying thing for everyone, because the
effect is extraordinary can cause various noise, commotion and even war. The problem in this research is whatsapp's report entitled: Late News from Bandung, specifically concerning the
purchase of PT Dirgantara Indonesia by the Chinese state. In the article contains allusions that are
sensitive, concerning the Chinese race. Reinforcement efforts can be done by looking at the thought of Hermeneutika Paul Riceour. This thought provides an understanding that not all humans can be
influenced by the author of the text, anyone who reads news / texts can be conditioned equally by
humans by looking at the background possessed.Experience, insight, , science and references. is the
18
main differentiator that is owned by man to always active in interpreting the writings of news / text.
The method used in this research is the method of Social Semiotics Max Halliday, aspects of the instrument used includes three aspects: Discourse field, Discourse and Discourse discourse by using
a combination of Focus GroupDiscusion with the aim of one side to get the background of the
message maker and on the other hand to see the cognition of community groups who read the news.
The results of the analysis of this study obtained: That the authors news in hoax news Whatsapp is more likely to use the interests of momentary who want to rowdy atmosphere, excited and impressed
to create chaos both within the community and within the government level. Newsletters Hoax
Whatsapp: The late news from Bandung, scheduled for certain by the author to create a rowdy atmosphere, but the reader has internal potential inherent in him, in the form of values that are the
principles of life and habits are always skeptical of any news information. Of the 10 informants
involved in the Focus Group Disscussion, 7 informants argue the news Hoax, 3 informants argue
objective factual news.
Keywords: News, Hoax, Hermeneutics
19
I. PENDAHULUAN
Berita secara ideal adalah
merupakan proses penyampaian informasi
berupa fakta mengenai suatu peristiwa
yang terjadi, secara objektif, berimbang
dan imparsialitas. Tuntutan pemberitaan
yang baik dan professional tentunya
berbicara mengenai konsep jurnalisme
yaitu keberadaan suatu berita dalam
tataran ideal dan normatif.Semua peristiwa
disajikan pada masyarakat dengan
berbagai data, fakta maupun sumber berita
yang ditampilkan. Jurnalisme juga
membahas tentang interaksi antara berita
dan masyarakat merupakan harapan bagi
semua pihak dalam rangka menumbuhkan
dan membangun suatu kelindan yang
saling mengisi dan menguatkan dalam
siklus kehidupan sosial, agar terciptanya
suatu peradaban kehidupan manusia
kearah yang lebih baik. Bill Kovach dan
Tom Rosentiel (2001:16) jurnalisme
adalah pengetahuan tentang sesuatu
memberi rasa aman, membuat mereka bisa
merencanakan dan mengatur hidup
mereka.Kekuatan berita dalam
sistempolitikpun, hendaknya menjadi
bandul penyeimbang diantara para pihak
yang menempati dan mengisi didalamnya,
baik pemerintah, kelompok kepentingan
maupun masyarakat.
Hal menarik adalah munculnya kekuatan
baru yang sedikitnya mampu menggeser
peran media-media mainstream.
Perkembangan teknologi komunikasi telah
memunculkan perkembangan media sosial
yang sanga luar biasa, Dengan fasilitas
teknologi yang difasilitasi oleh internet
media-media social lin imampu berperan
sangat signifikan didalam lalulintas
informasi maupun dinamika komunikasi
dalam kehidupan sosial. Andi dan Zulmi
Savitri (2015:101) Sosial media mengajak
siapa saja yang tertarik untuk
berpartisipasi dengan memberi kontribusi
dan feed back secara terbuka, memberi
komentar, serta membagi informasi dalam
waktu yang cepat dan tak terbatas. Hanya
dengan hitungan menit bahkan detik
peristiwa dapat langsung diakses dan
diterima oleh masyarakat, hal dasar yang
membedakan media socialdengan media
mainstream adalah dalam aspek kecepatan.
Media-media social dimaksud adalah
:Facebook, tweeter, path, media on line
dsb. Informasi media social yang kita
terima tampil dalam beragam bentuk
tulisan, audio visual, semuanya dikemas
dengan sangat menarik yang membuat
pandangan mata masyarakat tidak akan
pernah bosan untuk menkonsumsinya
sebagai media rujukan informasi
dibanding media-media mainstream
lainnya yang sudah lama eksis.Dari
tampilan informasi-informasi yang
disampaikan pada masyarakat ada
20
sejumlah lainnya yang memposisikan
sebagai informasi berita dan melakukan
fungsi layaknya suatu media berita. Secara
wajar seperti media-media mainstream,
namun secara hakikat kaidah jurnalistik
dan norma-norma berita tidak ditampilkan
secara objektif, berimbang dan
imparsialitas, tidak jelas pencantuman
sumber beritanya. Bahkan penyampaian
berita keberita sudah tidak terarah,
darimana sumber data utamanya, konsep
media sebagai pengelola beritapun untuk
saat ini tidak jelas. Adapula perorangan
yang mempunyai media social berupa
akun bahkan media on line sekalipun,
isinya informasi berita secara intens.
Memang secara konsep berita apabila
ditilik telaah jelas seperti berita karena
nilai-nilai yang terkandung dalam
penyampaian informasinya masuk pada
kategori orisinal nilai berita. Namun berita
yang disampaikan cenderung tendensius,
tidak jelas bahkan menyerang para pihak
manasaja, sehingga membuat suasana
gaduh dan tidak kondusif baik secara
system social maupun system politik.Hal
ini terjadi karena bebasnya system
demokrasi yang dianut oleh negara
Indonesia semenjak bergulirnya reformasi
tahun 1998. Dampaknya pada kebebasan
individu dalam berekpresi melalui media.
Tentunya dengan kondisi tersebut begitu
kentalnya nilai-nilai yang dianut oleh para
pemilik akun media didalam penggunaan
media sosia, sehingga tipis batasan antara
media-media sosial dengan media
mainstream didalam menjalankan
fungsinya sebagai media penyampai
informasi berita.
Selain nilai-nilai dominan yang
berpengaruh, hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah adanya kesamaan
ideologi, maupun orientasi hidup pada
suatu kelompok maupun individu yang
dirajut dalam suatu kepentingan yang
sama. Hal-hal inilah yang akan
membentuk tampilan seseorang dalam
bersikap. Semuanya akan berdampak pada
tampilan isi dari media yang ada.Udi
Rusadi (2015:82) Ideologi media
mengandung pengertian ideologi yang
dimiliki atau yang menjadi landasan hidup
mereka. Tentunya akan menimbulkan
kebingungan bagi masyarakat yang
mengkonsumsi atas apa yang mereka baca
terhadap media. Substansi kebenaran isi
informasi berita sebagai sumber kebenaran
informasi akan mengalami gradasi yang
sangat tergadaikan, ketika pemberitaan-
pemberitaan yang muncul setiap hari
adalah pemberitaan agenda setiap orang
ataupun kelompok dengan tujuan-tujuan
tertentu. Kondisi yang ada tentunya tidak
akan jauh bahkan selalu dalam suasana
kegaduhan publik. Tidak jelas siapa
sumbernya, apakah peristiwanya benar-
21
benar fakta atau fiksi yang penting
informasi berita sampai pada sasaran dan
dampak apa adanya yang diharapkan
tumbuh dan muncul dari masyarakat.
berita –berita sepert ini dikenal dengan
istilah Hoax atau berita bohong, provokasi
dll.
Fenomena pemberitaan hoax telah
memunculkan persoalan baru dalam
masyarakat, siapapun dapat menjadi objek
sasaran tembak. Apabila yang menjadi
sasaran tembak adalah seorang public
figure (artis, politisi, aparat pemerintah)
berbagai ruang posisi dapat dijadikan
bahan pemberitaan hoax. Kekhawatiran
semuapihak terkait dengan pemberitaan
hoax adalah akan memunculkan kondisi
yang tidak kondusif, serba muncul
kecurigaan selalu berpandangan negative
apabila masuk pada tataran politik tidak
menutup kemungkinan akan menimbulkan
disintergarsi bangsa. Hal lain yang tidak
kalah penting munculnya fenomena
pemberitaan hoax adalah adanya andil
teknologi komunikasi yang dimediasi oleh
internet didalam memproses suatu
infomasi yang dapat dihitung dalam
kecepatan detik. Masih dalam konteks
kemajuan teknologi komunikasi semua
orang dapat dengan bebas menukar posisi
secara bersamaan baik sebagai pembuat
teks maupun sebagai penerima teks.
Merujuk pada pemikiran Paul
Riceour dalam kajian interpretasi teks,
secara esensi menegaskan bahwa
pemahaman interpretasi teks dilihat secara
utuh, teks yang muncul diproduksi oleh
pembuat teks yang diawali dalam proses
pergulatan pemikirannya dan nilai-nilai
yang dimilikinya secara internal dalam
dirinya dikaitkan dengan relasi
kepentingan dengan kelompok-kelompok
maupun individu yang mempunyai
kesamaan kepentingan dalam (ideologi,
orientasi) teks yang muncul adalah teks
yang tidak murni berdasarkan kondisi
factual namunteks yang sudah dikonstruksi
sebelumnya. Selanjutnya teks Itu sendiri
akan melepaskan diri dari pembuat teks
dan mengalami dekontekstualisasi teks dan
akan mengalami proses rekontekstualisasi
ketika media sudah sampai pada sasaran
khalayak. Pierre Bourdieu dalam Fauzi
Fashri (2014:25) Kegiatan
Dekontekstualisasi memiliki arti bahwa
materi teks melepaskan diri dari konteks
pengarang untuk masuk ke konteks
pembaca yang lebih luas lagi
rekontekstalisasi adanya kesejajaran antara
pembuat teksdan pembaca, artinya bahwa
apa yang dimaksudkan oleh pembuat teks
terhadap tulisannya belum tentu dapat di
maknai oleh pembaca secara sama dengan
apa yang diingikan oleh pembuat teks.
Namun posisi pembaca mempunyai
22
otoritas penuh untuk memahaminya
berdasarkan sudut pandang pembaca. Pada
titik inilah akan terjadi suatu perbedaan
yang sangat krusial dalam melihat dan
membaca suatu teks.
Tugas pembuat teks hanyalah membuat
teks berdasarkan maksud dan
keinginannya, harapannya apa yang dibaca
oleh pembaca sesuai dengan keinginannya,
namun berdasarkan pemikiran Ricouer
tidak akan selamanya kondisi seperti itu,
teks sendiri secara proses akan membuat
jarak (Distanciation) Ricouer (2014:37)
pada kondisi ini akan menimbulkan
konsekuensi hermeneutik dimana tulisan
menjadi teks otonom dari jangkauan
maksud pengarang, di sisi lain, tulisan
menciptakan teks yang terbuka pada
beragam pembacaan dengan konteks
sosio-budaya yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berita sebagai produk media massa
Media massa didalam menjalankan
fungsinya tidak terlepas dari produk–
produk yang dijadikan andalannya untuk
disampaikan pada masyarakat. Diantara
beberapa produk yang ada, salah satunya
aadalah berita. Berita adalah salah satu
produk media yang senantiasa identik
dengan media massa. Walaupun
sebenarnya ada produk-produk lainnya
yang melekat :Iklan, hiburan, olahraga dll.
Namun berita tetap merupakan produk
utama yang dijadikan jualan oleh media
massa dan senantiasa dinantikan
kehadirannya oleh masyarakat.Yang
membedakan berita dengan produk lainnya
dalam suatu produk media massa adalah
informasi yang disampaikan substansinya
merupakan semua peristiwa / kejadian
yang berdasarkan fakta dan terkait dengan
kepentingan-kepentingan nyata yang
dirasakan oleh masyarakat. Hal lain adalah
fakta-fakta yang disampaikan dalam
beragam kehidupan yang dialami manusia
tersaji dalam aspek ideologi, sosial,
politik, ekonomi, budaya, Hankam dan
terkait dengan kehidupan sehari-hari yang
dirasakan oleh
masyarakatsehinggaberitaadalahsalahsatup
roduk yang menempatipreferensiutama
olehmasyarakat.
Salah satu kelebihan berita adalah
adalah memotret realitas hidup yang
berada dalam titik terdekat dalam
kehidupan masyarakat dari hal-hal kecil
sampai terbesar setidaknya hal ini
menjadis uatua spek penting dalam
kehidupan manusia yang terus berubah dan
berdinamika. Untuk mendapatkan suatu
berita yang baik dan berkualitas tentunya
ada orang-orang dibalik media yang
mempunyaiperanstrategisdanmenentukand
idalammembawaarahperjalanan bangsa :
wartawan, redaktur, produser dll, tanpa
kehadiran mereka suatu berita tidak akan
23
pernah ada dan media massa tidak akan
pernah eksis. Kalaupun masyarakat
mendapat informasi dari sumber, tentunya
sumber yang didapat belum tentu baik
dengan apa yang didapat selama ini
sebagai suatu rujukan informasi berita.
Namun layaknya buah simalakama secara
real faktual semua orang membutuhkan
berita untuk mendapat segala hal tentang
informasi peristiwa yang terjadi, namun
pada sisi lain berita juga terkadang
membuat suatu kondisi menjadi riuh penuh
dinamika. Terlepas dari kelebihan dan
kekurangan yang ada berita dalam suatu
media massa sangatlah dibutuhkan dalam
konteks kekinian, bangunan informasi
berita yang diterima masyarakat
diharapkan mampu mengangkat
persamaan derajat manusia untuk lebih
setara dalam berbagai hal karena adanya
adanya asupan informasi berita yang
senantiasa memberikan arah dan jalan
yang baik untuk mengetahui berbagai hal
informasi, maupun menjawab terhadap
segala persoalan yang ada.
Hal ini menjadikan berita dalam
media massa menempati posisi penting,
selain sebagai pengisi content utama,
berita juga mampu menempatkan media
dalam positioning tertentu baik dalam
kehidupan masyarakat maupun sesama
media dalam konteks kompetisi.
Keberadaannya itulah berita mampu
menjadikan suatu media menjadi rujukan
oleh masyarakat, ditambah dengan
dukungan sistem politik yang kondusif
semenjak bergulirnya reformasi pada
tahun 1998, semakin menambah daya
ruang buat media massa didalam
menjalankan setiap fungsi-fungsinya.
Kebebasan berekpresi yang dijamin oleh
undang-undang mengkondisikan semua
pemberitaan pada setiap massa menjadi
strategis dan menentukan didalam
mengarahkan perjalanan hidup bangsa
Indonesia. Jelasnya pemerintah secara
kongkrit memberikan dukungannya
dengan cara memberikan payung hukum
dalam sistem pemberitaan yaitu Undang-
undang no 40 tahun 1999 tentang Pers dan
undang-undang no 32 tahun 2002
penyiaran, dimana didalam kedua regulasi
tersebut memberikan penguatan bagi para
insan jurnalis didalam menjalankan
fungsinya dalam koridor yang
proporsional secara hukum.
Pemberitaan Hoax dalam Media Sosial
Dengan bergantinya sistem politik
di Indonesia, di penghujung tahun 90-an,
tepatnya tahun 1998. Tercatat dalam
sejarah Negara Indonesia masuk pada fase
demokrasi yang substansial, karena selama
32 tahun sebelumnya dibawah rezim orde
baru, selama itu diklaim oleh mereka
sebagai sistem yang senantiasa
mengutamakan kepentingan rakyat dalam
24
hidup berbangsa dan bernegara,dengan
jargon-jargon tertentu sebagai ciri khasnya
mereka memperlihatkan secara manifest
bahwa rakyat senantiasa dibawa kearah
kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran.
Namun fakta lain yang menjadi
kekurangannya adalah keinginan hak-hak
rakyat untuk berekpresi berpendapat,
bersuara di beri pembatas yang sangat
kaku dan ketat. Banyak media-media cetak
yang tidak searah dengan kemauan rezim
penguasa akan diakhiri dengan pencabutan
SIUP untuk dibredel. Konsekuensinya
dalam kurun waktu tersebut pemberitaan
yang ada diawasi dan dikontrol semuanya
dikondisikan untuk seragam didalam
penyampaian content-content beritanya.
Akhirnya jarang sekali media surat kabar
yang memberitakan hal-hal yang sifatnya
kritis untuk memberikan penyadaran pada
masyarakat tentang segala hal yang
berkaitan dengan ketidak laziman,
pelanggaran, pemasungan yang dilakukan
oleh rezim penguasa.Pencitraandidalam
kondisi pemandulan daya kritis inilah yang
di harapkan oleh rezim penguasa, di bawah
kepemimpinan presiden Soeharto.
Kondisi yang sangat berbeda
dengan saat ini, dimana semua media
diberi ruang kebebasan yang sangat
signifikan oleh rezim pemerintah yang
berkuasa, semua media bagaikan jamur
yang tumbuh dimusim penghujan, semua
beramai-ramai mendirikan usaha
penerbitan, yang hampir rata-rata
diantaranya berkiprah dalam pemberitaan.
Begitu pula dengan merasuknya teknologi
komunikasi yang mewabah pada tingkat
global, semua orang-orangpun berlomba
untuk menciptakan dan membuat media
dengan kecepatan yang dibantu dalam
sistem internet. Seperti wabah penyakit
yang menyebar dengan cepat, dalam
kemajuan teknologi komunikasi inipun
orang-orang baik secara kelompok
maupun perorangan berusaha membuat
dan menyampaikan suatu informasi
seolah-olah seperti layaknya pemberitaan
yang biasa dilakukan oleh media-media
mainstream. Ignatius Haryanto (2014:3)
Banyak orang kagum dan menikmati
kecepatan penyampaian informasi.
Perlahan-lahan aneka situs berita mematri
dirinya untuk menjadi sarana penyampai
berita yang tak kalah dengan media cetak
dan media elektronik.
Media-media yang kita kenal
sebagai media paling interaktif di abad ini,
yaitu media sosial(facebook, tweeter,
Waschtap, Instagram) dijadikan sarana
sebagai media yang layaknya media
pemberitaan pada umumnya.Perkara
objektif tidaknya menyisakan banyak
pertanyaan yang menjadi persoalan
penting dan krusial bagi semua para
pemangku kepentingan baik pemerintah,
25
masyarakat maupun insan-insan yang
terlibat didalam dinamika pemberitaan.
Konsekuensi yang ada adalah banyaknya
kegaduhan, keriuhan didalam masyarakat
terkait dengan tumbuh kembangnya
pemberitaan yang mengarah pada
pemberitaan bohong.Tidak jarang masih
banyak terjadi kesalapahaman dan
cenderung terjadi fenomena chaos diantara
sesama masyarakat, sebagai akibat
maraknya pemberitaan yang selama ini
dikategorikan berita abal-abal, bohong,
dan tidak jelas secara kaidah-kaidah
jurnalistik layaknya suatu pemberitaan.
Fenomena pemberitaan bohong pada saat
ini kita kenal sebagai berita
hoax.Pemberitaan ini terjadi hampir setiap
saat mengingat fasilitas teknologi
komunikasi yang dapat digunakan oleh
siapapun dengan mudah. Apapun yang
sedang terjadi semuanya akan tersaji
didalam berita yang sifatnya Hoax,
trending pemberitaan Hoax biasanya
terdapat didalam media-media sosial,
peristiwa, kejadian, konflik kalangan
politisi, artis, bahkan sampai level
internasional yang menyangkut seorang
presiden Donald Trump pun tak luput dari
sasaran berita hoax. Adapun beberapa
media sosial yang sering digunakan
sebagai medianya berita hoax diantaranya
Facebook, Watschap.Black Barry sampai
youtube.
Ke-empat media sosial ini paling
banyak dan favorit digunakan oleh semua
orang, karena mudah digunakan, baik
secara verbal dan visual juga jaringan
linknya dapat mencapai ribuan bahkan
jutaan yang saling ter-interkoneksi satu
bahkan beberapa dengan yang
lainnya.Tidak dapat dipungkiri Facebook,
Watschap, Black Barry dan Youtube
setiap hari baik dari kalangan remaja,
dewasa sampai orang tua (orang tua yang
melek IT) dapat kita temui hampir setiap
saat bahkan setiap detik kalangan mereka
yang disebutkan diatas, Preston dalam
Rahma (2014:89-90) berkembangnya
beberapa teknologi komunikasi seperti
internet, mobile phone yang didukung
dengan luasnya jaringan telekomunikasi
diseluruh permukaan bumi telah
menciptakan sebuah dunia yang lebih
sempit, dimana orang dapat dengan mudah
berkomunikasi dengan siapa saja, kapan
saja tanpa harus terkendala oleh faktor
jarak dan waktu. adalah merupakan
kalangan yang tidak pernah jauh
menggunakan media sosial diatas terlepas
dari alasan masing-masing, ternyata
penggunaan Facebook dan Watschap,
Black Barry dan Youtube bagi mereka
adalah merupakan kebutuhan komunikasi
yang sangat utama, ke-empat media sosial
ini dapat digunakan baik secara resmi,
setengah resmi sampai tidak resmi
26
sekalipun. Dengan ke-empat media sosial
tersebut mereka dapat membentuk
komunitas yang berlandaskan karena
kebutuhan atau kepentingan yang sama,
selain itu pula masih dari ke-empat media
sosial tersebut, dapat digunakan untuk
media promosi, pencitraan bahkan untuk
dukungan sekalipun kampanye dalam aras
dunia politik yang lebih serius, saking
intensnya komunikasi diantara mereka,
informasi-informasi yang masuk dalam
kategori resmi, tidak resmi dan setengah
resmi terkadang diforward diantara
sesamanya untuk dijadikan informasi yang
mengarah pada suatu berita. Saling-Silang
informasi yang berdinamika dan
berkelindan itu akhirnya ada suatu
konsesus secara resmi diantara mereka
untuk menganggap bahwa informasi yang
diterima dan sifatnya serius dianggap
berita.Persoalannya adalah informasi-
informasi yang saling kirim dan terima itu
pada akhirnya menimbulkan dampak yang
luar biasa bagi masyarakat ketika
masyarakat menerimanya, ekses yang
terjadi ternyata lebih condong kepada hal
yang sifatnya negatif.Persoalan-persoalan
inilah yang akhirnya memunculkan istilah
Hoax.
Semua orang pasti percaya dengan
keberadaan berita hoax, apalagi yang
mengirim berita-berita hoax tersebut dari
teman-temannya yang dipercaya. Sehingga
kemampuan kapasitas kognisi setiap orang
yang selama ini menggunakan kemampuan
nalar dan sistem berpikir logika, lama-
kelamaan terdesak dengan jejalitas
informasi berita hoax, yang akhirmya
orang-orang yang tertepa berita hoak akan
bersikap dalam ekpresinya dalam dunia
sosial berdasarkan rujukan-rujukan berita-
berita hoax. Bahkan yang lebih parahnya
lagi istilah “meneruskan atau Forward”
suatu informasi apakah itu informasi biasa
ataukah berita-berita biasa dalam media
sosial diterima oleh media mainstream
sebagai rujukan sumber berita yang dapat
dipercaya, untuk selanjutnya dijadikan
berita aktual, sungguh sangat
unrasional.(ada diantaranya kasus-kasus
yang terjadi seperti itu).
Namun secara substansi
pemberitaan, ada beberapa hal yang
membedakan suatu berita Hoax dengan
berita mainstream yang biasa digunakan
oleh media-media mainstream.Hal yang
sangat kerusial dan signifikan sebagai
pembeda antara berita hoax dan berita
mainstream, didalam berita mainstream
jelas ada penanggung jawab berita,
berbadan hukum dan alamat redaksi,
artinya ketika suatu berita muncul sudah
sangat jelas sumber beritanya dicantumkan
dan apabila masih penasaran dengan
sumber berita, setiap orang dapat meminta
klarifikasi pada penanggung jawab berita,
27
suatu kondisi sebaliknya dengan berita
hoax, terkondisikan tidak ada penanggung
jawabnya, badan hukum bahkan alamat
redaksinyapun tidak ada sama sekali.
Untuk hal-hal yang seperti ini, masyarakat
seharusnya berhati-hati dan jangan
terbawa secara terlena oleh semua berita-
berita yang tidak jelas juntrungannya.
Lebih baik diabaikan saja informasi berita
yang menerpanya.Selain itu dalam kaidah-
kaidah jurnalistik jelas sudah diatur dalam
proses penulisannya mendasarkan diri
pada ketentuan baku, sifatnya harus
objektif, faktual, cover both side dan
imparsialitas.Aspek-aspek inilah yang
tidak ada didalam berita hoax, memang
secara kuantitas berita-beritanya banyak
namun secara kualitas dan sistem
pemberitaan Jurnalistiknya sangat minim
bahkan terkesan berita provokasi.
Hermeneutika Paul Riceour
Pemberitaan dalam tataran
normatif adalah bagaimana suatu pesan
berita yang dapat diterima oleh semua
lapisan masyarakat dengan fungsi-fungsi
yang melekat didalamnya, dan apabila
kaidah jurnalistiknya terpenuhi secara
konsisten dan taat azas, maka masyarakat
pada akhirnya akan mendukung seluruh
program-program pembangunan yang di
rencanakan oleh pemerintah, dalam bentuk
sikap partisipasi turut serta melaksanakan
program pembangunan yang ada di
lingkungan sekitar masyarakat bahkan
lingkungan nasional sekalipun atau
masyarakat akan bersikap terhadap suatu
peristiwa sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh media dalam content-
content yang dikirimkannya. Semuanya
sebagai akibat adanya andil berita dalam
suatu media massa yang di tampilkan. Isi
berita yang ada didalam media massa
sebenarnya adalah merupakan beragam
teks dimana setiap teks terdiri dari
rangkaian kalimat yang tersusun dalam
suatu sistem linguistik. Idealnya yang
menentukan suatu isi berita adalah
bagaimana teks itu disusun oleh pembuat
berita agar pembaca yang menjadi sasaran
berita dapat berubah sikap sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh pembuat berita.
Biasanya hal itu akan terjadi apabila
pembuat berita mempunyai tujuan dan
maksud-maksud tertentu yang dipengaruhi
oleh nilai-nilai yang menjadi rujukan
dalam hidupnya, teks yang dibuat
diarahkan secara halus pada
kepentingannya yang selama ini terbangun
dan terikat dalam kesamaan nilai dengan
sasaran yang menjadi objek komunikasi.
Idealnya semua tergambarkan
dalam proses seperti dipaparkan diatas,
namun dalam situasi dan kondisi tertentu
suatu teks yang di produksi oleh pembuat
teks belum tentu akan disikapi sama oleh
pembaca teks. Teks dalam suatu media
28
bisa jadi akan melepaskan diri dari
pembuat teks dan teks akan membuat jarak
dengan pembaca, dan teks siap untuk
dibentuk oleh pembaca dalam proses ini
teks memberi ruang luas pada pembaca
untuk di intepretasi secara bebas sesuai
dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh
pembaca. Selanjutnya teks akan
memproyeksikan rujukan nyata dirinya ke
dalam ruang pembaca, begitu pula
pembaca memproyeksikan model teoritik
ke dunia teks. Pada proses ini akan
menciptakan kesetaraan posisi antara
pembuat teks dan pembaca, karena
pembaca dapat mengkondisikan teks
sesuai dengan apa yang diinginkannya
berdasarkan nilai-nilai budaya yang ada
dalam diri pembaca.
Berbagai teks yang hadir dalam
kehidupan, senantiasa tidak terlepas dari
nilai-nilai yang berpengaruh dan saling
bersinggungnan diantara kehidupan sosial
yang saling berinteraksi secara intens
dalam keseharian.Dinamika interaksi
dalam kehidupan sosial inilah yang sangat
berpengaruh terhadap keberadaan suatu
teks.Teks apapun yang muncul adalah teks
yang terkait dengan nilai-nilai yang
dimiliki oleh seseorang dikaitkan dengan
pemikiran seorang.Ricoeur berpendapat
bahwa setiap teks yang hadir dihadapan
kita selalu berhubungan dengan
masyarakat, tradisi maupun aliran yang
hidup dari macam-macam gagasan.
(Sumaryono, 1999,108) Hal ini
menegaskan bahwa suatu teks tidak hadir
dalam ruang hampa akan tetapi teks
muncul karena berbagai hal yang melatar
belakanginya, terutama adanya singgungan
dengan berbagai nilai-nilai kehidupan
yang ada didalam kehidupan sosial yang
berkonteks dengan situasi dan kondisi
tertentu.
Hidup menurut paul Ricoeur
adalah makna-makna yang terdapat
didalam realitas, makna akan muncul
apabila realitas yang dihadapi begitu
kompleks termasuk didalam hal naskah-
naskah tulisan berita, yang tentunya
memerlukan berbagai upaya dalam proses
intepretasi, intepretasi yang dimaksud
adalah dengan menggunakan bahasa
sebagai proses komunikasi teks, disinilah
peran bahasa mampu memberikan ruang
didalam proses intepretasi dalam suatu
teks.Peran bahasa dalam interpretasi
sangatlah penting, karena pengungkapan
gagasan, emosi, kesusastraan dan filsafat
semua melalui bahasa, bahkan Ricoeur
berpendapat bahwa manusia adalah bahasa
dan bahasa merupakan syarat utama bagi
semua pengalaman manusia. Sumaryono
(1999,107-108) Bahasa menempati posisi
krusial dalam proses pemaknaan yang ada
didalam teks, bahasa mampu menembus
ruang-ruang keajegan teks yang sudah
29
diformat maupun terformat oleh si
pembuat berita. Bahasa dapat pula menjadi
jembatan antara teks yang diproduksi
dengan teks yang di maknai oleh
pembaca.Dengan bahasa pula posisi antara
pembuat teks dan pemakna teks akan
berada dalam posisi setara, dua posisi yang
selama ini oleh peran bahasa selalu dalam
posisi saling terhubung dan terelasi dalam
konteks sistem makna.
Kajian Hermeunetika menurut
Riceour adalah merupakan kajian yang
dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu
hermeneutika sebagai jalan panjang dan
sebagai persoalan utama, yaitu adanya
hubungan bahasa lisan dengan metafora
dan bahasa tulisan dengan teks disisi lain.
Sebagai jalan panjang bahwa
hermeneutika adalah merupakan kajian
Filsafat yang telah berproses dalam
rentang waktu lama dari tradisi filsafat
yunani sampai dengan pemikiran teologi
abad pertengahan,dalam hal ini
menegaskan bahwa hermeneutika
merupakan proses yang berevolusi dari
waktu ke waktu sesuai dengan apa yang
dikaji oleh para pemikir yang terlibat
dalam kajian Hermeneutika. Gadamer
dalam Martinho da Silva Gusmao
(2013:159) Ricoeur mengajukan tesis
bahwa filsafat menemukan semacam
“pathetique de la misère” dihadapan
penderitaan dan kemiskinan manusia
memiliki pearsaan yang sama. Pengertian
pra filosofis dan filosofis tidak terlepas
dari nasib. Melalui kesadaran akan nasib
inilah, maka filsafat mengembangkan
kontemplasi tentang kebahagiaan. Adapun
hermeneutika sebagai persoalan utama
adalah bahwa hermeneutika terkait dengan
beragam fenomena yang ada dan hadir
dalam kehidupan manusia, yang
terformatkan dalam suatu teks dimana
berbagai fenomena yang ada tersebut,
hendaknya dicari metodologis dalam
konteks pengetahuan.
Metode yang di ungkapkan oleh Paul
Riceor dalam kajian hermeneutika terdiri
dari 3 tahapan yang harus dilalui :
Pertama, level semantik. Yaitu bahwa
bahasa merupakan wahana utama bagi
ekspresi ontologi. Oleh karena itu, poros
yang tidak dapat ditinggalkan adalah
kajian terhadap struktur bahasa dan
kebahasaan yang mencakup keseluruhan
sistem simbol sebagai hakikat dari
berbahasa. Kebahasaan ini dalam tatanan
normal akan tercakup dalam kajian
simbolisme sebagai kajian tehadap segala
sistem bahasa. Selanjutnya, Ricoeur
berpendapat bahwa level semantik ini
memiliki peran fundamental dalam
menjaga hubungan antara hermeneutika
dengan metode di satu sisi dan ontologi di
sisi lain. Hermeneutika sebagai metode,
sebagai praktik yang dijalankan, akan
30
menjaganya terhindar dari langkah untuk
memisahkan konsep metode dan konsep
kebenaran.15 Kedua, level refleksi, yaitu
validasi dari model struktural, berarti
bahwa level ini mengangkat lebih tinggi
lagi posisi hermeneutika pada level
filosofis. Level semantik memungkinkan
hermeneutika memijakkan kakinya pada
tingkat teknik aplikatif kebahasaan.
Sedangkan level refleksi ini hermeneutika
harus melalui tahap yang lebih tinggi
untuk memperoleh posisi sebagai sebuah
filsafat. Posisi ini akan teraih dengan
melalui proses ulang-balik antara
pemahaman teks dengan pemahaman diri.
Proses ini berlangsung mirip dengan
lingkaran hermeneutika Schleiermacher, di
mana yang satu menghasilkan yang lain,
dan keduanya dilaksanakan secara
bersama.16 Ketiga, level eksistensial atau
pada tahap pemahaman yang mendalam.
Menurut Ricoeur, tahapan ini
hermeneutika memasuki tahapan paling
kompleks yaitu tahapan ontologi, yaitu
membeberkan hakekat dari pemahaman,
ontologi of understanding melalui
methodology of interpretation. Pada tahap
ini akan tersingkap bahwa pemahaman dan
makna, bagi manusia, ternyata berakar
pada dorongan-dorongan yang lebih
mendasar yang bersifat instingtif
(berdasarkan hasrat).
III. PEMBAHASAN
Eksistensi tulisan berita sebagai prinsip
Jurnalisme
Tulisan apapun yang terpapar
dihadapan semua orang adalah merupakan
produk manusia itu sendiri yang berasal
dari suatu peristiwa yang terjadi dalam
keseharian. Semuanya tertangkap melalui
persepsi indera yang bersinggungan
dengan persitiwa tersebut, selanjutnya
menjadi sebuah tuturan diantara berbagai
masyarakat sehingga menjadi wacana yang
menjadi perbincangan aktual. Peristiwa
inilah sesuai dengan dinamika manusia
dalam interaksi sosial yang senantiasa
berlangsung.Untuk selalu diketahui oleh
satu dengan yang lainnya atau beberapa
dengan yang lainnya sehingga merupakan
peristiwa yang diproses dalam suatu
catatan. Catatan ini merupakan suatu
hakikat bahwa segala sesuatu hal yang
terjadi dalam kehidupan manusia
senantiasa terdokumentasikan dalam
bentuk tulisan-tulisan yang lebih terbuka
dan terlihat yang dapat diketahui oleh
semua orang.tentunya tulisan-tulisan yang
tersajikan hendaknya merupakan tulisan
yang berasal dari fakta-fakta aktual yang
terjadi dalam kehidupan nyata
dimasyarakat. Sehingga apapun yang
didapatkan manusia semuanya dapat
dipertanggung jawabkan dengan baik,
31
semuanya dalam konteks obyektifitas
peristiwa.
Namun tidak jarang tulisan berita
bahkan hampir dominan dalam kondisi
saat ini semuanya tersaji dalam konteks
kepentingan sesaat, untuk kalangan
tertentu, golongan tertentu dengan tujuan-
tujuan yang tidak jelas secara kasat mata,
yang penting semua yang ditulis bajunya
mirip berita namun substansinya tidak
lebih dari tulisan-tulisan yang sifatnya cari
sensasi adapula diantaranya yang
mengarah pada provokasi. Hal ini dapat
terjadi ketika manusia sudah tidak jelas
dalam orientasi hidupnya ada juga
diantaranya yang lebih nyaman dengan
suasana disharmoni hidup dengan
caramemaksakan nilai-nilai keyakinan
hidupnya pada orang lain secara
sepihak.Kondisi inilah yang melahirkan
suasana tidak jelas dan mengganggu
harmoni kehidupan masyarakat yang
selama ini terjalin dengan baik. Apabila
tulisan-tulisan berita yang seperti
dituliskan diatas, intens dengan daya paksa
perlahan pada masyarakat dikhawatirkan
akan terjadi disorientasi berita. Orientasi
normatif hendaknya menjadi prioritas
utama didalam membuat suatu tulisan
berita. Disinilah keajegan tulisan berita
yang baik dan benar harus dapat menjaga
marwahnya sesuai dengan prinsip-prinsip
jurnalisme yang baik dan sesuai pula
dengan berbagai regulasi yang
mengaturnya. Tulisan berita harus mampu
mengarahkan nilai-nilai keadaban manusia
kearah yang lebih baik. Dimana proses
kehidupan manusia dapat dilihat secara
hakiki berdasarkan kemanusiaan dalam
balutan pondasi nilai-nilai kebenaran.
Pemberitaan : Berita Terlambat dari
Bandung dalam Instrument Analisis
Semiotika Sosial Max Halliday
Kajian metode semiotika sosial Mak
Halliday, adalah suatu telahaan makna
pada aspek teks yang dibaca sebagai
bahasa terkait dengan konteks tertentu.
(Mak Halliday dalam Agus Sudibyo,Ibnu
Hamaddan Muhammad Qodari 2001;22)
Menurut mereka teks bukanlah sekedar
terdiri dari kata-kata dan kalimat-kalimat
namun sesungguhnya terdiri dari makna-
makna. Teks adalah hasil proses pemilihan
makna yang terus menerus. Dalam
semiotika sosial, ada tiga unsur yang
menjadi pusat perhatian oenafsiaran teks
secara kontekstual :
1. Medan Wacana : menunjuk pada
hal yang terjadi. Dan mengenai
suatu yang terjadi dilapangan
peristiwa.
2. Pelibat Wacana : menunjuk pada
orang-orang yang dicantumkan
dalam teks (berita) yang meliputi :
sifat, kedudukan dan peranan
mereka.
32
3. Sarana Wacana : menunjuk pada
bagian yang diperankan oleh
bahasa, bagaimana komunikator
(media massa) menggunakan gaya
bahasa untuk menggambarkan
medan dan pelibat.
Dari analis data yang dilakukan terdapat
hal-hal yang dapat ditelaah dan dianalisis
dalam pemberitaan Hoax whatsapp
mengenai pemberitaan : Berita Terlambat
Dari Bandung.
Medan Wacana :
Persoalan yang dimuncuklkan dalam
tulisan berita tersebut sengaja
memumculkan hal-hal yang terkait dengan
kepentingan nasional yang tertuju pada
salah satu perusahaan BUMN strategis
milik Negara dikaitkan dengan rasa
kebanggan nasionalisme sebagai bangsa
Indonesia, yaitu industri penerbangan PT
Dirgantara Indonesia sebuah BUMN yang
memproduksi pesawat-pesawat terbang
andalan bangasa dan negara Indonesia.
Namun dalam tulisan tersebut dikonstruksi
sedemikian rupa dengan adanya upaya
dengan sengaja mengkaitkan
ketersinggungan SARA yang sengaja
dihembuskan mengenai negara cina yang
akan membeli dan menguasai PT DI, agar
terciptanya penguatan makna negatif pada
masyarakat secara menyeluruh.
Pelibat wacana
Subjek yang dilibatkan dalam pemberitaan
penelitian ini, sengaja disinggung para
pendiri sejarah pendirian PT DI, mulai dari
presiden RI yang ke-2 Soeharto, BJ
Habiebie sebagai pencipta, perancang
sekaligus sebagai pengelola PT DI dengan
maksud menciptakan penegasan makna
bahwa kedua subjek tersebut sengaja di
tampilkan, agar masyarakat tidak lupa
dengan sejarah pendirian PT DI. Pada sisi
lain secara sengaja digunakan kata-kata
istilah negara cina dengan nama seseorang
tertentu “Aseng” sebagai pembeli PT DI,
hal ini dilakukan secara sengaja untuk
memperkuat makna sinis bahwa cina
adalah salah satu ras di Indonesia yang
memang secara serius harus senantiasa
menjadi perhatian oleh masyarakat
maupun bangsa Indonesia.
Sarana wacana
Pembuat pesan tulisan berita dalam
penelitian ini mengkombinasikan
menggunakan gaya bahasa denotatif,
konotatif, hiperbola. Hal ini terlihat pada
tulisan-tulisan dalam agama islam
Innalillah wainnalilahi rojiun, kezholiman,
penista agama, Cinkollim, setelah ini
apalagi yang akan dijual oleh rezim
Indonesia?, setelah harga diri dan
kebanggaan Bangsa ini , dijual oleh rezim
Jokowi kepada Cina..?? Semua gaya
bahasa digunakan oleh pembuat pesan agar
33
terkondisikan pada aspek kognisi
masyarakat Indonesia bagaimana makna-
makna kiasan maupun makna
sesungguhnya juga pelebihan makna
tertentu dapat masuk pada sistem berpikir
masyarakat yang akan bermuara pada
makna-makna tertentu.
Telaah Pemikiran Hermeneutika Paul
Riceour dalam pemberitaan Berita
Terlambat Dari Bandung
Maraknya pemberitaan Hoax pada
saat ini, membuat suatu situasi menjadi
gaduh, heboh dan geger. Bahkan tidak
jarang semua pihak yang terlibat terjadi
suatu keributan, bentrokan tidak jarang
pula membuat semua pihak menjadi
bagian dari suatu masalah karena hanyalah
sebuah berita Hoax. Persoalan-persoalan
berita Hoax sudah menjadi bagian dalam
kehidupan manusia dalam konteks
kekinian, yang lebih serunya lagi biasanya
berita-berita Hoax terdapat pada media-
media sosial, dengan harapan seolah-olah
merupakan suatu berita dan banyak dibaca
oleh semua masyarakat.
Pemberitaan pada salah satu media
sosial Whatsapp dalam penelitian ini,
pembuat pesan mempunyai maksud agar
semua apa yang ditulisnya dapat
membentuk sistem berpikir masyarakat,
supaya senantiasa melihat dan memaknai
dan mensikapi secara tertentu terkait
dengan penjualan PT DI pada pemerintah
Republik rakyat Cina. Dan secara tertentu
pula untuk menciptakan rasa sinisme pada
Cina, terkait dengan ketidaksukaannya
pada ras Cina.
Pemberitaan Hoax ini, ditulis
secara sengaja seolah-olah informasi
seperti berita disusun secara naratif dan
ditulis secara jaring sosial, dengan maksud
agar dibaca oleh semua orang tanpa
kecuali. Sehingga memudahkan setiap
orang untuk mengolah, meramu sampai
pada tahap interpretasi kemudian
menyebarkan kembali materi tersebut
secara langsung dan serempak. Hal ini
akan memunculkan padatnya informasi
menjurus berita yang diterima oleh setiap
orang. Padatnya seluruh berita yang
menerpa masyarakat termasuk dalam hal
ini pemberitaan Hoax dipastikan akan
menumbuhkan pemahaman interpretasi
yang sama secara sepintas, untuk diambil
suatu sikap terhadap isi berita yang
diterimanya. Dikhawatirkan hal ini tidak
akan mampu membuat semua orang akan
membaca suatu berita secara utuh dan
hanya dibaca secara parsial, sehingga
pemahaman makna yang ada tidak
terwujud secara utuh dan integral, namun
sebaliknya akan memunculkan benih-
benih pemaknaan yang berpotensi memicu
pada kondisi yang tidak kondusif.
Penolakan tidak mungkin dilakukan
mengingat hampir semua orang
34
mempunyai smartphone sebagai alat
komunikasi yang digunakan secara multi
fungsional.
Biasanya tulisan informasi
berita yang dibuat oleh penulis pesan
diharapkan tujuannya adalah sebagai
informasi utama yang akan dibaca oleh
masyarakat, namun secara sadar pula
sebagai informasi berita pilihan diantara
sekian ribu informasi berita yang padat
setiap harinya. Dengan kondisi seperti itu
penulis pesan tetap berusaha untuk
mencari ruang agar tulisannya dapat
dibaca oleh masyarakat. Mengingat tingkat
meleklitas masyarakat Indonesia yang
masih di bawah standar dan kalau
membaca tidak pernah utuh hanya selintas-
selintas ditambah dengan tingkat
pendidikan nya yang belum merata.
Kondisi ruang ini dimanfaatkan oleh
penulis pesan untuk menulis dengan
permainan kata-kata teks dalam beragam
gaya bahasa. Terlihat dalam berita
penelitian ini ada unsur-unsur kata-kata
teks tertentu yang di masukan secara fokus
tertentu, agar dapat dibaca secara jelas
oleh masyarakat: Innalillah wainnalilahi
rojiun, kezholiman, penista agama,
Cinkollim, setelah ini apalagi yang akan
dijual oleh rezim Indonesia?, setelah harga
diri dan kebanggaan Bangsa ini , dijual
oleh rezim Jokowi kepada Cina..?? Semua
gaya bahasa digunakan oleh pembuat
pesan secara sengaja dan dikondisikan.
Proses membaca merupakan fase
dimana manusia melakukan proses
kontruksi berpikirnya didalam melihat,
mencerna maupun menelaah ragam tulisan
yang ada dihadapannya untuk dilihat
sebagai suatu fenomena yang terjadi. Pada
proses ini yang terjadi pada manusia tidak
sedikitpun ada tekanan ataupun pengaruh
dari pihak manapun untuk memaknai
semua informasi berita yang konteks ini
ruang bebas dimiliki oleh semua
masyarakat didalam melakukan proses
membaca, dibacanya.
Berdasarkan Focus Group
Discussion dengan masyarakat desa
waringin jaya kecamatan Bojonggede
yang dilakukan selama 3 x di ruangan
balai desa. Penulis mengambil sumber data
sebagai pembaca dalam Focus Group
Discussion sejumlah 10 orang, dengan
kesamaan latar belakang dan profesi .
Profesi sama semuanya adalah karyawan
yang bekerja dikantoran, tingkat
pendidikannya adalah S1 (Strata 1).
Hasil Focus Group Disscussion : 7 orang
berpendapat bahwa berita tersebut Hoax, 3
orang berpendapat berita nyata
berdasarkan fakta. Untuk yang 7 orang
adalah pengguna aktif Whatsapp dan
sering melakukan telahaan mengenai
informasi apapun. Yang 3 orang pengguna
35
aktif, namun digunakan hanyalah sebagai
pengisi waktu luang (refreshing).
Terkait dengan pemaknaan pemberitaan
Whatsapp : Berita Terlambat Dari
Bandung Dalam aspek ideal juga merujuk
pada pemikiran Paul Riceour, manusia
mempunyai kebebasan untuk membaca
sekaligus memaknai suatu tulisan
beradasarkan nilai-nilai yang dianut dan
dimilikinya selama ini, mengingat semua
latar hidup manusia, tidak ada yang sama.
Semua berangkat dari latar yang berbeda
baik dari status, pendidikan, pengalaman
hidup maupun referensi wawasan yang
selama ini melingkupi hidupnya dalam
keseharian, selain itu pula bisa jadi latar
belakangnya sama, namun ada kebiasaan
yang berbeda didalam memaknai suatu
realitas berdasarkan sikap skeptisme, ragu,
tidak langsung percaya untuk senantiasa
menelaah, mengkaji apapun informasi
yang berkelindan dalam kehidupannya
sehari-hari. Hal ini menjadi potensi yang
utama yang dimiliki oleh masing-masing
manusia. Sehingga tulisan-tulisan yang
tersaji dihadapan manusia akan dibawa
pada masing-masing pemahamannya.
Kalaupun terjadi suatu tulisan
pemberitaan yang sifatnya hoax, apabila
kapasitas manusia dikembalikan pada
kemampuan natural potensi dasarnya
dalam memaknai semua tulisan berita,
maka tidak semua tulisan tersebut dapat
mempengaruhi manusia didalam
memaknai tulisan-tulisan yang ada.
Terjadi kemungkinan akan tercipta kondisi
saling berhadapan antara maksud pembuat
berita dengan masyarakat sebagai
pembaca. Sehingga kecenderungan arah
pemberitaan yang mengarah pada hal-hal
yang sifatnya chaos, secara minimal
dapat terhindarkan karena proses kontruksi
pemaknaan yang dilakukan oleh
masyarakat.Kekuatan inilah yang mampu
menempatkan manusia pada posisi yang
sebenarnya, dimana didalam dirinya sudah
tertanam nilai-nilai keyakinan hidup yang
telah dimilikinya selama dalam
hidupnya.Hal inilah yang membedakan
pada tampilan antara manusia yang satu
dengan yang lainnya. Sehebat apapun
kekuatan eksternal nilai-nilai lain yang
akan mempengaruhi pada setiap manusia,
namun selama proses kristalisasi yang
menguat pada diri manusia, dalam jangka
waktu lama pada saat itulah, nilai-nilai
yang melekat selama ini akan konsisten
untuk tampil dan mempunyai dominasi
pengaruh kuat pada manusia.
IV. KESIMPULAN
Pemberitaan hoax adalah suatu fenomena
tulisan-tulisan yang tersebar dengan cepat
didalam media sosial, arah tulisan berita
hoax lebih condong pada hal-hal yang
tidak jelas, bohong, abal-abal bahkan
terkesan secara nyata memprovokasi.
36
Biasanya berita hoax lebih mengarah pada
ilegaliitas berita karena pengelola maupun
pembuat berita yang seharusnya jelas dan
tercantum dalam berita hoax lebih kearah
anonim dan unresponsible.
Penulis berita dalam berita hoax lebih
cenderung menggunakan kepentingan-
kepentingan sesaat yang mengiinginkan
suasana gaduh, heboh dan terkesan
menciptakan chaos baik didalam
masyarakat maupun dalam tingkat
pemerintah.Harapan utama para pembuat
berita hoax adalah terciptanya disharmoni
dalam kehidupan masyarakat.
Pembaca menurut Paul Riceour adalah
pembaca yang mempunyai potensi
didalam memaknai semua tulisan berita,
termasuk dalam hal ini adalah berita hoax.
Pembaca mempunyai nilai-nillai hidup
yang patut untuk diyakini dan kebiasaan-
kebiasaan yang selalu menelaah, mengkaji
dan menganalisa bentuk apapun informasi
sebagai rujukan dalam kehidupannya,
Nilai-nilai dan kebiasaan ini merupakan
proses hidup yang selama ini melingkupi
dalam keseharian hidupnya Nilai-nilai ini
berupa : pengalaman, wawasan,
pengetahuan, ilmu maupun referensi.
Kebiasaan berupa : sikap skeptis, tidak
langsung percaya Posisi antara penulis
berita dan pembaca tidak berlaku dimana
penulis mempunyai dominasi dalam
mempengaruhi pembaca, agar pembaca
mengikuti dengan apa yang dilakukan oleh
penulis, namun pembaca mempunyai
kekuatan yang sederajat dengan penulis,
dimana dalam hal ini pembaca mampu
menjadi pemakna tulisan berita yang
otoritatif dan independen.
Berdasarkan pemikiran Hermeneutika Paul
Riceour, tidak semua tulisan-tulisan berita
hoax dapat dimaknai secara bulat oleh
pembaca, pembaca mempunyai kekuatan
potensi dan aktif didalam memaknai
tulisan-tulisan berita hoax, dan mampu
membendung tulisan berita hoax sehingga
dapat dinetralisir secara proporsional. Hal
ini terlihat dalam proses Focus Group
Discussion dari 10 informan yang
berpartisipasi, 7 orang berpandangan
tulisan berita tentang : Berita Terlambat
dari Bandung adalah berita Hoax, 3
lainnya mengatakan berita tersebut adalah
berita objektif sesuai fakta. Pemikiran Paul
Riceour dapat dijadikan sebagai salah satu
upaya penguatan pada pembaca didalam
mencegah situasi dan kondisi yang tidak
diinginkan dalam harmoni kehidupan
sosial, sebagai akibat adanya pemberitaan
hoax.
Siapapun dapat membuat memproduksi
teks atau tulisan berita dengan agenda
tertentu seperti keinginan penulis, namun
hal yang tidak dapat kita abaikan, bahwa
manusia mempunyai potensi internal yang
sudah melekat dalam dirinya berupa nilai-
37
nilai kepercayaan yang selama ini. Potensi
ini merupakan kekuatan luar biasa manusia
didalam mensikapi nilai-nilai luar yang
senantiasa mendesak untuk dipatuhi, hanya
untuk kepentingan sesaat yang dapat
merugikan semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Bill Kovach dan Tom Rosentiel. 2001.
Sembilan Elemen
Jurnalisme.Pantau. Jakarta
Bachtiar. Andi Youna dan Zulmi Savitri.
2015. Propaganda Media Teori
dan Studi Kasus Aktual. Mitra
Wacana Media. Jakarta.
Fashri.Fauzi.2014. Pierre
Bourdieu.Menyingkap Kuasa
Simbol.Jalasutra. Jogyakarta
Haryanto. Ignatius. 2014. Jurnalisme Era
Digital.Tantangan Industri Media
Abad 21. Kompas Jakarta.
Paul Riceour, 2014. Teori Intepretasi.
Membelah Makna dalam Anatomi
Teks.Ircisod. Jogyakarta
Rusadi.Udi. 2015. Kajian Media Isu
Ideologis dalam Perspektif , Teori
dan Metode. Rajagrafindo Persada.
Jakarta.
Sugiharti. Rahma. 2014. Perkembangan
Masyarakat Informasi dan Teori
Sosial Kontemporer. Kencana
Prenada Media Grup. Jakarta
Sumaryono. 1999. Hermeneutik. Sebuah
Metode Filsafat. Kanisius.
Jogyakarta.
Silva Gusmao.Martinho. 2013. Hans–
Georg Gadamer. Penggagas
Filsafat Hermeneutik Modernyang
Mengagungkan
Tradisi.Kanisius.Jogyakarta.
Sudibyo, Agus, Ibnu Hamad, Muhammad
Qodari, 2001. Kabar-Kabar
Kebencian Prasangka Agama di
Media Massa. Institut Studi Arus
Informasi, Jakarta