executive summary penelitian kelompok · antar-variabel yang dihipotesiskan kuantitatif dan...
TRANSCRIPT
EXECUTIVE SUMMARY
PENELITIAN KELOMPOK
TELAAH TERHADAP INDIKATOR KESEJAHTERAAN SOSIAL
DALAM BIDANG LINGKUNGAN
Oleh:
PENELITI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL:
Anih Sri Suryani, SSi, MT
Sri Nurhayati Qodriyatun, S.Sos., MSi.
Rahmi Yuningsih SKM, MKM
Dr. Rohani Budi Prihatin, M.Si
Teddy Prasetiawan, ST, MT
PUSAT PENELITIAN
BADAN KEAHLIAN DPR RI
2 0 1 7
2
A. PENDAHULUAN
Selama ini, pengukuran kesejahteraan dan pengukuran kualitas lingkungan
memiliki indikator masing-masing yang berdiri sendiri. Indikator Kesejahteraan Rakyat
(IKR) merupakan salah satu upaya untuk memetakan tingkat kesejahteraan rakyat
secara kuantitatif. Sedangkan penilaian secara kuantitatif kualitas lingkungan hidup di
Indonesia dapat didasarkan pada laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan yang berupa Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Indonesia yang
diterbitkan setiap tahun. Dalam laporan ini kualitas lingkungan hidup diindikasikan
dengan tiga (3) kriteria, yaitu yaitu kualitas udara, kualitas air, dan tutupan
hutan/lahan.
Kedua pengukuran tersebut (baik IKR maupun IKLH) nampaknya belum
menjawab sejauh mana pembangunan bidang lingkungan berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat khususnya pemenuhan kebutuhan dasar. Karena
kesejahteraan sosial tidak dapat dilepaskan dari konteks ekosistem (dimana
masyarakat berada). Kesejahteraan Sosial merupakan location specific tetapi juga
sekaligus memuat nilai-nilai universalnya. Lebih lanjut lagi, kesejahteraan sosial
bersifatnya dinamis, dimana ukurannya bisa berubah sepanjang waktu.
IKLH untuk setiap provinsi yang selama ini disusun mempunyai disparitas yang
cukup tinggi. i.1 Dengan demikian, yang menjadi renungan selanjutnya adalah: apakah
IKLH tersebut benar-benar menggambarkan kualitas lingkungan sesungguhnya di suatu
wilayah?. Perbedaan penilaian terhadap gambaran kondisi lingkungan tersebut
disinyalir terjadi karena IKLH yang selama ini disusun belum memasukan beberapa
indikator penting dalam lingkungan hidup. Indikator-indikator tersebut antara lain:
keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan. Pengabaian
aspek-aspek tersebut akan memberikan pemahaman yang bias terhadap kualitas
lingkungan hidup yang sesungguhnya. 2
Berdasarkan kondisi tersebut, yang menjadi permasalahan adalah IKLH yang ada
disinyalir belum menggambarkan secara menyeluruh kondisi kualitas lingkungan hidup
di suatu wilayah termasuk keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan. Demikian juga IKLH belum dapat menggambarkan
keterkaitannya dengan derajat kesejahteraan sosial masyarakat khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan dasar.
Oleh karena itu, perlu ada kajian lebih lanjut dalam penentuan indikator kualitas
lingkungan hidup. Indikator tersebut diharapkan dapat menggambarkan kondisi
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pemenuhan unsur ekologis, kebutuhan
dasar manusia akan kesehatan dan lingkungan yang bersih, serta membangun
1 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2014. Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia 2015. 2 Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementerian Kesehatan 2013.
3
wilayah/tempat/bangunan yang memungkinkan warga negara dan masyarakat untuk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup mereka, dan menciptakan kondisi
untuk semua individu untuk mencapai potensi penuh mereka.
Berdasarkan permasalahan tersebut, yang menjadi pertanyaan penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana gambaran nilai indeks kualitas lingkungan hidup apabila ditambahkan
tiga indikator baru, yakni: keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan;
b. Bagaimana telalah terhadap IKLH dengan penambahan indikator tersebut jika
dihubungkan dengan derajat kesejahteraan sosial.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menelaah Indikator Kualitas Lingkungan
Hidup dengan mempertimbangkan dan menghitung ulang IKLH dengan beberapa
indikator tambahan yakni: keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan. Sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih
baik terhadap derajat kualitas lingkungan suatu wilayah.
Adapun tujuan penelitian ini selain sebagai sarana untuk mengevaluasi efektifitas
program-program pengelolaan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan, juga
diharapkan dapat membantu perumusan kebijakan khususnya bidang lingkungan,
membantu dalam mendesain program lingkungan yang berdampak langsung terhadap
kesejahteran sosial, serta mempermudah komunikasi dengan publik sehubungan
dengan kondisi lingkungan. Hasil kajian diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
mengukur dua keberhasilan sekaligus, yakni program-program pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial dan kebijakan/program dalam pengelolaan
lingkungan.
B. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan dua desain atau menggabungkan kedua desain
(mixed method), yaitu eksplanasi (explanatory research) dan Penelitian deskriptif
(descriptive research). Objek telaahan penelitian eksplanasi adalah menguji hubungan
antar-variabel yang dihipotesiskan kuantitatif dan kualitatif. Indeks kualitas lingkungan
dihitung ulang secara kuantitatif dengan penamahan indicator baru. Sementara
hubungan antara kualitas lingkungan dengan kesejahteraan masyarakat (dalam hal ini
pemenuhan kebutuhan dasar) dihitung dengan uji statistik dari kuesioer yang
disebarkan di lokasi penelitian. Wawancara kepada stakeholder terkait dilakuakn
untuk memperdalam telaah terhadap hasil kuantitatif.
Penelitian ke Provinsi Gorontalo dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 23 April
2017. Sementara ke Provinsi Banten dilaksanakan pada tanggal 2 s.d. 8 Mei 2017.
4
Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
C. HASIL PENELITIAN
1. Perhitungan IKLH Versi Baru
IKLH versi baru dihitung dengan memasukan indeks kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan. Indeks keanekaragaman hayati tidak dapat dimasukan dalam
perhitungan karena keterbatasan data. Berdasarkan temuan lapangan, keanekaragaman
belum pernah dilakukan perhitungan secara menyeluruh dalam lingkup provinsi baik
itu flora maupun fauna. Indeks kesehatan masyarakat didasarkan dari rata-rata angka
kematian ibu, kematian bayi dan kematian balita dihitung persentasinya dibandingkan
dengan angka nasional. Sedangkan indeks kesehatan lingkungan dihitung dari rata-rata
akses air bersh, sanitasi dan rumah sehat pada masing-masing provinsi. Sehubungan
dengan kelengkapan dan ketersediaan data, maka untuk Proginsi Gorontalo dihitung
perbandingan untuk tahun 2014 sedangkan untuk Provinsi Banten pada tahun 2012.
Berdasarkan hal tersebut, maka didapatkan nilai IKLH versi baru seperti pada tabel
berikut:
Studi
Dokumentasi
Wawancara
Stakeholder
Penyebaran
Kuesioner
Perhitungan IPU, IPA, ITH,
IKH, IKM, IKL
Gambaran kondisi
eksisting kualitas
lingkungan dan derajat
kesejahteraan
Gambaran IKLHbaru dan persepsi
masyarakat akan pemenuhan
kebutuhan dasar
IKLHbaru Hubungan antara
gambaran IKLHbaru
dengan pemenuhan
kebutuhan dasar
Analisis Indikator Kesejahteraan
Sosial bidang Lingkungan
Teknik pengumpulan
data
Pengolahan
data
Hasil
pengolahan
data
Analisis
lebih lanjut
5
Tabel 1. Perbandingan IKLH Versi Lama dan Baru
Gorontalo (2014) Banten (2012)
IPU 96.20 53.13
IPA 48.49 53.50
IL 80.28 37.16
IKM 76.32 54.05
IKL 62.43 52.47
IKLH lama 75.52 46.85
IKLH baru 75.32 49.46
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa nilai IKLH versi lama tidak jauh
berbeda dengan IKLH versi baru di kedua provinsi tersebut. Di Provinsi Gorontalo yang
selama ini IKLHnya relatif tinggi terjadi sedikit penurunan IKLH dari 75.52 menjadi
75.35. Sedangkan di Provinsi Banten terjadi sedikit kenaikan dari 46.85 menjadi 49.46.
Nilai IKLH yang hampir mirif tersebut dapat diasumsikan bahwa untuk kedua lokasi
penelitian penambahan dua indicator baru (yakni kesehatan lingkunga dan kesehatan
lingkungan) tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai IKLH. Lokasi penelitian adalah
daerah dengan IKLH tinggi dan IKLH rendah. Oleh karena itu untuk pendalaman lebih
lanjut perlu penelitian lebih lanjut di daerah dengan nilai IKLH menengah atau rata-
rata nasional.
2. Hubungan Antara IKLH dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Provinsi Gorontalo
Hasil pengolahan data kuesioner terkait persepsi responden akan kualitas
lingkungan dan pemenuhan kebutuhan dasar di Gorontalo disarikan pada grafik
berikut: (Hasil pengolahan data lebih lengkap dapat dillihat pada Lampiran A dan
Lampiran B)
Grafik 1. Persepsi Responden terhadap Kondisi Lingkungan
IPU IPA IL IH IKM IKL
Sangat baik 22% 26% 9% 30% 1% 14%
Baik 22% 34% 27% 39% 65% 45%
Cukup baik 34% 30% 43% 26% 27% 34%
Tidak baik 16% 9% 18% 5% 7% 7%
Sangat tidak baik 6% 2% 3% 1% 0% 0%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Tidak baik
Sangat tidak baik
6
Berdasarkan grafik di atas, terlihat berbagai persepsi responden terkait
beberapa indikator lingkungan di daerahnya. Untuk kondisi kualitas udara, 34%
responden menjawab kondisinya cukup baik. Untuk kualitas air, 34% responden
menganggap kondisinya baik. Tutupan lahan cukup baik (dianggap oleh 43%
responden), dan keanekaragaman hayati baik (39% responden). Sedangkan kondisi
kesehatan masyarakat dianggap baik oleh 65% responden serta kondisi kesehatan
lingkungan dianggap cukup baik oleh 45% responden.
Berdasarkan data tersebut, kondisi lingkungan di Provinsi Gorontalo dianggap
cukup baik, menuju baik oleh sebagian besar responden. Hal ini berkesesuaian dengan
besaran IKLH di Provinsi Gorontalo yang angkanya baik, di atas rata-rata IKLH Nasional.
Dari semua indikator, yang diaggap paling baik adalah kesehatan masyarakat,
kesehatan lingkungan dan keanekaragaman hayati.
Indikator kesehatan masyarakat dianggap baik bisa dikarenakan banyaknya
program pemerintah yang telah dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan mengurangi angka kematian seperti telah dikemukakan
pada bab sebelumnya. Upaya pemerintah ini dianggap responden telah berhasil
menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak, meningkatkan status gizi masyarakat
dan mengurangi angka kesakitan.
Sementara itu, tingginya responden yang beranggapan bahwa indeks kesehatan
lingkungan telah baik dikarenakan penyediaan air bersih yang sudah menjangkau skup
yang besar, sanitasi masyarakat yang sebagian besar sudah tersedia, juga perumahan
permukian yang sebagian besar sudah memenuhi kriteria rumah sehat. Namun kondisi
lingkungan ini belum merata di semua wilayah Gorontalo. Daerah pegunungan dan juga
masyarakat yang tinggal di pinggir perairan (baik danau, sungai maupun laut) masih
belum sepenuhnya dapat berperilaku hidup bersih dan sehat.3 Hal ini tentu perlu untuk
menjadi perhatian agar tiga indikator tambahan kualitas lingkungan dalam penelitian
ini tidak menurunkan angka IKLH versi baru, tapi justru meningkatkan angka IKLH
tersebut.
Adapun persepsi responden terkait pemenuhan kebutuhan dasar dapat dilihat
pada Grafik 2. Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa mayoritas responden
berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar di Provinsi Gorontalo sudah
dilakukan dengan baik. Pemenuhan kebutuhan materi (berupa sandang, pangandan
papan) mayoritas responden (58%) menganggap sudah dilakukan dengan baik,
pemenuhan kebutuhan fisis sudah dilakukan dengan baik cenderung cukup baik,
pemenuhan kebutuhan mental juga dipenuhi dengan baik (48%). Sedangkan
pemenuhan kebutuhan spiritual telah dipenuhi dengan baik cenderung sangat baik.
3 Wawancara dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kesehatan Provinsi Gorontalo
7
Grafik 2. Persepsi Responden terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Kondisi ini dimungkinkan karena Provinsi Gorontalo merupakan provinsi yang
relatif baru berdiri sehingga berbagai progam dan kegiatan telah dilakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Di samping itu keragaman budaya dan
adat istiadat menjadi magnet utama yang membuat Gorontalo dinobatkan sebagai kota
ke-9 dari 19 kota adat di Indonesia. Tak hanya itu, provinsi yang terletak di Pulau
Sulawesi ini juga dijuluki sebagai kota 'Serambi Madinah'. Filosofi masyarakat
Gorontalo adalah: 'Adati Hula-hula’a to Sara’a Hula-hula’a to Qur’an (ASQ). Atau dalam
bahasa Indonesinya berartikan 'Adat bersendikan Sara, Sara bersendikan Kitabullah'.
Dan diharapkan hal itu menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat para warganya. Nampaknya hal itu pula yang menyebabkan sebagian
besar responden berpendapat bahwa kebutuhan mental dan spiritual masyarakat
Gorontalo telah dipenuhi dengan baik cenderung sangat baik.
Gambaran pemenuhan dasar ini nampaknya tidak berkesesuaian dengan angka
PDRB Gorontalo yang rendah, dan IPMnya relatif rendah juga (dalam skala nasional).
Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun secara ukuran ekonomi dan ukuran
pembangunan manusia di Gorontalo angkanya masih rendah, namun masyarakat
sendiri beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi dengan
baik.
Hasil Uji Korelasi
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan software SPSS, maka didapat
korelasi antara kualitas lingkungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar adalah
sebagai berikut:
Materi Fisik Mental Spiritual
Sangat baik 11% 11% 16% 38%
Baik 58% 39% 48% 47%
Cukup baik 25% 36% 28% 14%
Tidak baik 6% 14% 8% 1%
Sangat tidak baik 0% 1% 0% 0%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Tidak baik
Sangat tidak baik
8
Tabel 2. Hasil Uji Korelasi Kualitas Lingkungan
terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Correlations
IKLH KebDasar
IKLH
Pearson Correlation 1 .610**
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
KebDasar
Pearson Correlation .610** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan output di atas diketahui bahwa nilai signifikansinya <0.05, yang
berarti terdapat korelasi yang signifikan antara kualitas Lingkungan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar. Nilai Pearson Correlation yang dihubungkan antar
masing-masing variabel adalah sebesar 0.610** dan mempunyai tanda bintang. Nilai
korelasi > 0.5 menujukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antar
variabel yang saling berhubungan.
Adapun output nilai korelasi antara gabungan masing-masing dimensi pada
variabel X dengan variabel Y adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Korelasi antara Gabungan Dimensi pada Variabel
Kualitas Lingkungan dengan Variabel Pemenuhan Kebutuhan Dasar Correlations
IKLH KebDasar
IKLH
Pearson Correlation 1 .516**
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
KebDasar
Pearson Correlation .516** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai signifikansinya < 0.05, yang
berarti terdapat korelasi yang signifikan antara gabungan masing-masing dimensi pada
variabel Kualitas Lingkungan dengan variabel pemenuhan kebutuhan dasar. Nilai
Pearson Correlation yang dihubungkan antar masing-masing variabel adalah sebesar
0.516** dan mempunyai tanda bintang. Nilai ini menujukkan bahwa terdapat korelasi
yang kuat dan signifikan antar berbagai dimensi pada variabel X dengan variabel Y.
Selanjutnya dilakukan pula uji korelasi antara masing-masing dimensi pada
Variabel X dengan variabel Y. Maka didapatkan hasil sebagai berikut:
9
Tabel 4. Korelasi antara Beberapa Dimensi pada Kualitas Lingkungan
dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
N
o Dimensi Var. X Var. Y
Signifikans
i
Pearson
Correlation Keterangan
1 Pencemaran
udara
Total
seluruh
dimensi
pada
variabel
pemenuhan
kebutuhan
dasar
0.00 0.566** Berkorelasi kuat
2 Kualitas air 0.016 0.338* Berkorelasi
3 Tutupan lahan 0.019 0.334* Berkorelasi
4 Keanekaragaman
hayati
0.011 0.362* Berkorelasi
5 Kesehatan
masyarakat
0.346 13.6 Tidak berkorelasi
6 Kesehatan
lingkungan
0.00 0.480* Berkorelasi
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hanya satu dimensi di variabel X
yang tidak mempunyai korelasi dengan variabel Y yakni dimensi kesehatan masyarakat.
Ditunjukkan dengan angka signifikansi 0.362 (> 0.05) dan nilai Pearson sebesar 13.6.
Sedangkan dimensi lainnya pada variabel kualitas lingkungan berkorelasi dengan
variabel Y pemenuhan kebutuhan dasar. Bahkan pencemaran udara dianggap
berkorelasi kuat dengan pemenuhan kebutuhan dasar (nilai Pearson Correlation
sebesar 0.566**).
Hasil uji statistik di atas dapat dimaknai, bahwa responden beranggapan kualitas
udara sangat terkait sangat erat/berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar.
Kualitas air, tutupan lahan, keanekaragaman hayati dan kesehatan lingkungan
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar dalam angka yang positif. Hal
tersebut berarti apabila dimensi-dimensi pada kualitas lingkungan tersebut naik, maka
pemenuhan kebutuhan dasar juga naik.
Hal yang perlu dikaji lebih lanjut, tentang dimensi kesehatan masyarakat. Hasil
pengolahan data menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara dimensi tersebut
dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Ini berarti naik-turunnya kualitas kesehatan
masyarakat tidak akan berpengaruh terhadap terpenuhinya kebutuhan dasar. Namun
sebagaimana diketahui bersama, bahwa kesehatan adalah faktor yang sangat penting
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Bahkan capaian MDGs dan juga SDGs
menempatkan unsur kesehatan menjadi aspek yang penting. Untuk menjawab
permasalahan tersebut, nampaknya perlu dikaji lebih lanjut dengan penelitian yang
lebih mendalam dengan metode yang berbeda.
Hasil Uji Regresi
Korelasi adalah hubungan dan regresi adalah pengaruh. Korelasi bisa berlaku
bolak-balik, sebagai contoh A berhubungan dengan B demikian juga B berhubungan
dengan A. Untuk regresi tidak bisa dibalik, artinya A berpengaruh terhadap B, tetapi
tidak boleh dikatakan B berpengaruh terhadap A. Dengan demikian, tahapan berikutnya
10
yang dilakukan untuk mengkaji lebih dalam lagi hasil penelitian ini, adalah dengan
menganalisis hasil kuesioner dengan uji regresi. Analisis regresi mempelajari bentuk
hubungan antara satu atau lebih peubah/variabel bebas X (dalam penelitian ini adalah
kualitas lingkungan) dengan satu peubah tak bebas Y (yaitu pemenuhan kebutuhan
dasar).
Uji regresi linier berganda dilakukan mengingat variabel X terdiri dari beberapa
dimensi, yakni X1, X2, s.d. X6. Hasil uji regresi dengan SPSS untuk masing-masing dimensi
pada variabel bebas X terhadap variabel tak bebas Y adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Antara Berbagai Dimensi X dengan Variabel Y
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .611a .373 .283 6.80050
a. Predictors: (Constant), ILingkungan, IUdara, IKHayati, ILahan, IKesmas, Iair
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1155.310 6 192.552 4.164 .002b
Residual 1942.364 42 46.247
Total 3097.673 48
a. Dependent Variable: KebDasar b. Predictors: (Constant), ILingkungan, IUdara, IKHayati, ILahan, IKesmas, Iair
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 18.964 12.340 1.537 .132
Iudara 1.367 .805 .214 1.698 .097
Iair .072 .508 .022 .142 .888
Ilahan .696 .696 .136 .999 .323
IKHayati .952 .450 .268 2.115 .040
IKesmas -.420 .536 -.109 -.782 .438
ILingkungan 1.485 .624 .369 2.380 .022
Berdasarkan tabel di atas, nilai R yang merupakan nilai koefisien korelasi adalah
sebesar 0.611. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwawa hubungan kedua variabel
penelitian ada di kategori cukup kuat. Nilai Koefisien Determinasi (KD) adalah sebesar
0,373 yang menunjuk bahwa variabel bebas X memiliki pengaruh kontribusi sebesar
37,3% terhadap variabel Y. Sedangkan sisanya, sebesar 62,7% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain diluar dimensi-dimensi pada variabel X.
Selanjutnya adalah menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari regresi.
Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai Signifikansi (Sig).
Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi penelitian ini adalah sebesar 0.002. Apabila
Sig< 0.05 maka model regresi adalah linier. Dengan demikian model persamaan regresi
berdasarkan data penelitian adalah signifikan dan memenuhi kriteria linieritas. Dengan
11
nilai F sebesar 4,164 dan Ho ditolak, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan
antara dimensi-dimensi pada kualitas lingkungan dengan pemenuhan dasar. Adapan
model persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = 18,964 + 1,367X1 + 0,072X2 + 0,696X3 + 0,952X4 – 0,420X5 +1,485 X6
Dimana : X1 = Kualitas udara X4 = Keanekaragaman hayati
X2 = Kualitas air X5 = Kesehatan masyarakat
X3 = Tutupan lahan X6 = Kesehatan lingkungan
Berdasarkan persamaan di atas, hampir semua dimensi pada variabel X bernilai
positif, kecuali X5 (kesehatan masyarakat). Hal ini berarti, apabila terjadi kenaikan
kualitas udara, kualitas air, tutupan lahan, keanekaragaman hayati dan kesehatan
lingkungan maka pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkat, begitu juga sebaliknya.
Namun yang menjadi temuan pada uji statistik ini, adalah konstanta negatif pada
dimensi X5 yakni kesehatan masyarakat. Model persamaan dapat diinterpretasikan
bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat, maka akan menyebabkan
penurunan pemenuhan kebutuhan dasar. Hal ini tentu perlu interpretasi dan penelitian
yang lebih mendalam. Karena menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang
mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan, yakni
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Aspek lingkungan sangat
bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan
dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik
contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan
lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan,
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.4
Untuk lebih memperkuat analisis penelitian, dilakukan pula uji regresi linier
antara variabel X (kualitas lingkungan) dengan variabel Y (pemenuhan dasar). Hasil uji
regresi dengan SPSS memberikan hasil sbb:
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Antara Variabel X dengan Variabel Y
Model Summary
Model
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .480a .230 .214 7.05012
a. Predictors: (Constant), Ilingkungan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 713.021 1 713.021 14.345 .000b
Residual 2385.799 48 49.704
Total 3098.820 49
4 “Teori Blum tentang Kesehatan Masyarakat,” https://dokumen.tips/documents/teori-blum-tentang-
kesehatan-masyarakat.html, diakses 21 Septembar 2017.
12
a. Dependent Variable: KebDasar b. Predictors: (Constant), Ilingkungan
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 34.742 5.685 6.111 .000
Ilingkungan 1.927 .509 .480 3.788 .000
a. Dependent Variable: KebDasar
Nilai R adalah sebesar 0.480 yang berarti masih ada hubungan antara dua
variabel ini, walaupun hubungannya kurang begitu kuat. Berdasarkan koefisien
determinasi, hanya sebesar 23% vaiabel kualitas lingkungan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar. Sisanya sebesar 77% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
di luar variabel kualitas lingkungan.
Signifikansi dari hubungan antara variabel X dan Y adalah sebesar 0.00 dengan
nilai F sebesar 14,345, hal ini menunjukkan bahwa model regresi ini signifkasn dan
terdapat hubungan antara kualitas lingkungan dengan kebutuhan dasar dengan model
persamaan regresi sbb:
Y = 1,927 X + 34,742
Hal ini berarti setiap kenaikan hampir 2 kali kualitas lingkungan akan
menaikkan satu kali pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan demikian apabila kebutuhan
dasar masyarakat ingin dipenuhi sebesar satu tingkat, maka kualitas lingkungan perlu
untuk ditingkatkan sebanyak dua tingkat. Untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat yang terdiri dari kebutuhan materi, fisik, mental dan spiritual, maka
pemerintah perlu meningkatkan kualitas lingkungan yang terdiri dari kualitas udara,
kualitas udara, tutupan lahan, keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan dengan skala dua kali lipatnya. Hal ini tentu menjadi tantangan
tersendiri bagi Pemerintah Gorontalo dalam upaya memenuhi kebutuhan
masyarakatnya sekaligus dalam upaya meningkatkan kesejahteraan secara merata bagi
seluruh masyarakat Gorontalo.
13
PROVINSI BANTEN
Grafik 3. Persepsi Responden terkait IKLH
Persepsi responden terkait kondisi lingkungan di Provinsi Banten rata-rata baik
dan cukup baik. Mayoritas responden berpendapat baik untuk indeks kualitas udara,
kualitas air dan kesehatan masyarakat. Sedangkan indeks tutupan lahan,
keanekaragaman hayati dan kesehatan lingkungan dipersepsikan cukup baik oleh
responden.
Walaupun mayoritas responden menjawa seperti di atas, namun yang patut
dicermati dari grafik tersebut adalah masih adanya responden yang berpendapat bahwa
indeks lingkungan tidak baik, kisarannya sekirar 9% s.d. 22%. Hal ini patut menjadi
perhatian karena dapat diasumsikan kondisi kualitas lingkungan belum merata
dirasakan oleh masyarakat Banten. Hal ini diindikasikan oleh disparitas jawaban
responden mulai dari sangat baik, baik , cukup baik, tidak baik, bahkan sangat tidak baik
untuk beberapa indikator.
Adapun persepsi responden terkait pemenuhan kebutuhan dasar dapat dilihat
pada tabel berikut:
IPU IPA IL IH IKM IKL
Sangat baik 24% 21% 8% 25% 10% 9%
Baik 26% 39% 36% 31% 45% 29%
Cukup baik 25% 24% 41% 36% 30% 46%
Tidak baik 22% 16% 14% 9% 14% 15%
Sangat tidak baik 3% 1% 1% 0% 1% 0%
0% 5%
10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50%
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Tidak baik
Sangat tidak baik
14
Grafik 4. Persepsi Responden terkait Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Sebagian besar responden berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar di
Provinsi Banten adalah baik dan cukup baik. Mayoritas responden berpendapat baik
untuk pemenuhan materi dan spirituaL, dan cukup baik pada fisik dan mental. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa mayoritas responden sudah terpenuhi kebutuhan material
dan spiritual, Keseimbangan antara material dan spiritual diharapkan menjadi modal
dasar dalam pembangunan manusia.
Hasil Uji Korelasi
Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Antara Variabel X dengan Variabel Y
Correlations
IKLH KebDasar
IKLH
Pearson Correlation 1 .610**
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
KebDasar
Pearson Correlation .610** 1
Sig. (2-tailed) .000 N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai signifikansinya < 0.05, yang
berarti terdapat korelasi yang signifikan antara gabungan masing-masing dimensi pada
variabel Kualitas Lingkungan dengan variabel pemenuhan kebutuhan dasar. Nilai
Pearson Correlation yang dihubungkan antar masing-masing variabel adalah sebesar
0.610** dan mempunyai tanda bintang. Nilai ini menujukkan bahwa terdapat korelasi
yang kuat dan signifikan antar berbagai dimensi pada variabel X dengan variabel Y.
Materi Fisik Mental Spiritual
Sangat baik 15% 12% 11% 35%
Baik 37% 26% 24% 37%
Cukup baik 28% 34% 42% 23%
Tidak baik 17% 25% 22% 4%
Sangat tidak baik 3% 2% 2% 1%
0% 5%
10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Tidak baik
Sangat tidak baik
15
Selanjutnya dilakukan pula uji korelasi antara masing-masing dimensi pada
Variabel X dengan variabel Y. Maka didapatkan hasil sebagai berikut: (output hasil
pengolahan data SPSS secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C):
Tabel 8. Korelasi antara Beberapa Dimensi pada Kualitas Lingkungan
dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
No Dimensi Var. X Var. Y Signifikans
i
Pearson Correlatio
n Keterangan
1 Pencemaran udara Total seluruh dimensi
pada variabel
pemenuhan kebutuhan
dasar
0.00 0.566** Berkorelasi kuat 2 Kualitas air 0.001 0.469* Berkorelasi 3 Tutupan lahan 0.001 0.456* Berkorelasi 4 Keanekaragaman
hayati 0.141 0.211 Tidak
berkorelasi 5 Kesehatan
masyarakat 0.005 0.395* Berkorelasi
6 Kesehatan lingkungan
0.00 0.487* Berkorelasi
Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut terlihat bahwa semua indeks
kualitas lingkungan berkorelasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar, kecuali indeks
keanekaragaman hayati. Hal ini dapat dimungkikan karena kurang tersosialisasikannya
keanekaragaman hayati pada masyarakat, sehingga responden tidak memandanng
bahwa keanekaragaman hayati tersebut berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar. Provinsi Banten mempunyai cagar alam yang cukup luas di beberapa tempat,
namun nampaknya belum dianggap suatu hal yang urgent untuk diperhatikan oleh
responden.
Hasil Uji Regresi
Hasil uji regressi terhadap kuesioner di Provinsi Banten adalah sbb:
Tabel 9. Hasil Uji Regresi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .666a .444 .366 7.06520
a. Predictors: (Constant), IKL, IH, IPU, IKM, IPA, IL
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1711.570 6 285.262 5.715 .000b
Residual 2146.430 43 49.917
Total 3858.000 49 a. Dependent Variable: KebDasar b. Predictors: (Constant), IKL, IH, IPU, IKM, IPA, IL
16
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 13.286 8.172 1.626 .111
IPU 1.703 .779 .326 2.185 .034
IPA .323 .486 .098 .665 .510
IL 1.083 1.036 .167 1.045 .302
IH .111 .484 .033 .230 .819
IKM .204 .330 .089 .618 .540
IKL .828 .638 .194 1.297 .201
a. Dependent Variable: KebDasar
Berdasarkan tabel di atas, nilai R yang merupakan nilai koefisien korelasi adalah
sebesar 0.666. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwawa hubungan kedua variabel
penelitian ada di kategori cukup kuat. Nilai Koefisien Determinasi (KD) adalah sebesar
0,444 yang menunjuk bahwa variabel bebas X memiliki pengaruh kontribusi sebesar
44,4% terhadap variabel Y. Sedangkan sisanya, sebesar 55,6% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain diluar dimensi-dimensi pada variabel X.
Selanjutnya adalah menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari regresi.
Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai Signifikansi (Sig).
Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi penelitian ini adalah sebesar 0.002. Apabila
Sig< 0.05 maka model regresi adalah linier. Dengan demikian model persamaan regresi
berdasarkan data penelitian adalah signifikan dan memenuhi kriteria linieritas. Dengan
nilai F sebesar 5,715 dan Ho ditolak, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan
antara dimensi-dimensi pada kualitas lingkungan dengan pemenuhan dasar. Adapan
model persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = 13,286 + 1,703X1 + 0,323X2 +1,083X3 + 0,111X4 + 0,204X5 +0,828 X6
Dimana : X1 = Kualitas udara X4 = Keanekaragaman hayati
X2 = Kualitas air X5 = Kesehatan masyarakat
X3 = Tutupan lahan X6 = Kesehatan lingkungan
Berdasarkan persamaan di atas, semua dimensi pada variabel X bernilai positif,
Hal ini berarti, apabila terjadi kenaikan kualitas udara, kualitas air, tutupan lahan,
keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan maka
pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkat, begitu juga sebaliknya.
Indeks kualitas udara dan tutupan lahan mempunyai konstanta yang paling
besar diantara indeks lainnya. Dengan demikian, kenaikan dari nilai tersebut akan
berdampak lebih besar pada kenaikan pemenuhan dasar, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu udara yang bersih dan tutupan lahan yang luas dianggap responden
paling berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya.
17
Selanjutnya dilakukan uji regresi antara IKLH dengan pemenuhan kebutuhan
dasar di di Provinsi Banten dengan hasil sbb:
Tabel 10. Hasil Uji Regresi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .610a .372 .359 7.10647
a. Predictors: (Constant), IKLH
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1433.910 1 1433.910 28.393 .000b
Residual 2424.090 48 50.502
Total 3858.000 49 a. Dependent Variable: KebDasar b. Predictors: (Constant), IKLH
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.299 7.741 1.330 .190
IKLH .554 .104 .610 5.329 .000
a. Dependent Variable: KebDasar
Nilai R adalah sebesar 0.0 yang berarti masih ada hubungan yang cukup kuat
antara dua variabel ini. Berdasarkan koefisien determinasi, hanya sebesar 37% vaiabel
kualitas lingkungan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Sisanya
sebesar 63% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel kualitas lingkungan.
Signifikansi dari hubungan antara variabel X dan Y adalah sebesar 0.00 dengan
nilai F sebesar 28,393, hal ini menunjukkan bahwa model regresi ini signifkasn dan
terdapat hubungan antara kualitas lingkungan dengan kebutuhan dasar dengan model
persamaan regresi sbb:
Y = 0,554, X + 10,229
Hal ini berarti setiap kenaikan sekitar setengah kali kualitas lingkungan akan
menaikkan satu kali pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan demikian apabila kebutuhan
dasar masyarakat ingin dipenuhi sebesar satu tingkat, maka kualitas lingkungan perlu
untuk ditingkatkan sebanyak setengah tingkat. Untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat yang terdiri dari kebutuhan materi, fisik, mental dan spiritual, maka
pemerintah perlu meningkatkan kualitas lingkungan yang terdiri dari kualitas udara,
kualitas udara, tutupan lahan, keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan dengan skala dua kali lipatnya. Hal ini tentu menjadi tantangan
tersendiri bagi Pemerintah Banten dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakatnya
sekaligus dalam upaya meningkatkan kesejahteraan secara merata bagi seluruh
masyarakat Banten.
18
D. PENUTUP
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengukur
keberlanjutan lingkungan adalah melalui pengukuran IKLH, dengan 3 indikator yang
digunakan, yaitu IPU, IPA, dan ITH. Namun pengukuran IKLH melalui 3 indikator
tersebut belum dapat menggambarkan keberlanjutan lingkungan hidup, karena ada
beberapa parameter yang tidak masuk dalam pengukuran IKLH yang dapat menguatkan
untuk menggambarkan keberlanjutan lingkungan hidup suatu wilayah. Parameter yang
perlu ditambahkan adalah Indeks Keanekaragaman Hayati (IKH), Indeks Kesehatan
Masyarakat (IKM), dan Indeks Kesehatan Lingkungan (IKL). Berdasarkan hasil
penelitian, Indeks keanekaragaman hayati tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan
karena belum tersedianya data keanekaragaman hayati baik flora dan fauna secara
komprehensif untuk tingkat provinsi. Sedangkan perhitungan IKLH dengan
menambahkan 2 indeks baru yakni kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan
tidak merubah nilai IKLH versi lama secara signifikan di kedua lokasi penelitian.
1. Provinsi Gorontalo
Berdasarkan perhitungan kualitas lingkungan di Provinsi Gorontalo,
menunjukkan bahwa nilai IKLH provinsi ini cukup tinggi dibanding rata-rata nasional,
yakni sebesar 92,75%. Kualitas tertinggi ditempati indeks kualitas udara, tutupan lahan
dan kemudian kualitas air. Kondisi udara di provinsi ini relatif bersih, karena sumber-
sumber polutan seperti dari kendaraan bermotor maupun industri tidaklah banyak.
Tutupan lahan pun relatif tinggi, walaupun kebaharuan data tidak selalu dilaksanakan
secara periodik. Kualitas air cukup tinggi, walaupun tidak setinggi kualitas udara
maupun tutupan lahan. Hal ini dikarenakan adanya pencemaran yang bersumber dari
pengelolaan bahan galian tambang yang dilakukan masyarakat yang mencemari sungai.
Sementara itu, indikator kualitas lingkungan lain yang ditambahkan pada
penelitian ini yakni, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan menunjukkan
angka yang berbeda-beda. Kesehatan masyarakat ditunjukkan dengan trend angka
kematian ibu yang fluktuatif (tahun 2011-2014 mengalami penurunan kemudian tahun
2015 mengalami kenaikan kembali). Sementara Angka Kematian Bayi cenderung
menurun dari tahun 2011-2015. Jenis penyakit tertinggi di Gorontalo adalah Influenza
dan Diare. Keduanya merupakan penyakit yang terkait erat dengan kondisi kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan.
Kondisi kualitas lingkungan di Gorontalo juga mempunyai permasalahan antara
lain: rentan terhadap perubahan iklim dan degradasi lingkungan akibat pencemaran
dan pengrusakan lingkungan. Dari segi kesehatan lingkungan, akses jamban keluarga
sehat masih di posisi 58,6%, masih di bawah target nasional. Namun capaian akses air
bersih sudah mencapai 72% (di atas target nasional). Rumah sehat menjangkau angka
63,11%, namun masih ada perilaku masyarakat yang belum berkesesuaian dengan pola
hidup bersih dan sehat.
19
Tidak ada angka pasti yang menunjukkan besaran keanekaragaman hayati di
Gorontalo. Karena tidak dilakukan perhitungan terhadap jumlah dan berbagai jenis
flora dan fauna yang ada di provinsi ini. Permasalahan yang dihadapi antara lain
perdagangan satwa, terutama jenis satwa endemik seperti Burung Maleo. Penetapan
Gorontalo sebagai Provinsi Konservasi nampaknya menjadi tantangan tersendiri dan
diharapkan menjadi pemacu untuk lebih melestarikan dan mengelola beberapa cagar
alam dan kawasan suaka marga satwa yang ada di daerah itu secara lebih baik lagi.
Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo terus mengalami kemajuan yang
ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Gorontalo. Pada tahun 2015, IPM Provinsi Gorontalo telah mencapai 65,86. Angka ini
meningkat sebesar 0,69 poin dibandingkan dengan IPM Provinsi Gorontalo pada tahun
2014 yang sebesar 65,17. Pada tahun 2015, capaian pembangunan manusia di Provinsi
Gorontalo berstatus “sedang”, masih sama dengan statusnya pada tahun 2014. IPM
Provinsi Gorontalo pada tahun 2015 tumbuh sebesar 1,05 persen dibandingkan tahun
2014.
Berdasarkan pengolahan data kuesioner, responden berpendapat bahwa kualitas
lingkungan cukup baik dan baik. Dari semua indikator, yang diaggap paling baik adalah
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan dan keanekaragaman hayati. mayoritas
responden berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar di Provinsi Gorontalo
sudah dilakukan dengan baik. Sementara itu, pemenuhan kebutuhan materi (berupa
sandang, pangandan papan) mayoritas responden menganggap sudah dilakukan dengan
baik, pemenuhan kebutuhan fisik dan mental sudah dilakukan dengan baik, sedangkan
pemenuhan kebutuhan spiritual telah dipenuhi dengan sangat baik
Berdasarkan uji statistik korelasi, menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara
kualitas lingkungan (dengan berbagai dimensinya) dengan pemenuhan kebutuhan
dasar. Beberapa dimensi dari indikator kualitas lingkungan yang berpengaruh secara
signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar adalah: kualitas udara, kualitas air,
tutupan lahan, keanekaragaman hayati dan kesehatan lingkungan.
Sedangkan hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
linier antara variabel kualitas lingkungan terhadap variabel kebutuhan dasar. Dalam uji
regresi linier berganda, kenaikan dimensi kesehatan masyarat dianggap menimbulkan
efek penurunan angka pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan kenaikan dimensi-
dimensi lainnya pada variabel kualitas lingkungan menyebabkan kenaikan pula pada
nilai variabel kesehatan masyarakat. Secara umum, model persamaan regresi linier
menunjukkan bahwa kenaikan dua kali lipat nilai kualitas lingkungan akan
menyebabkan kenaikan satu kali lipat nilai pemenuhan kebutuhan dasar.
Dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan di Provinsi Gorontalo, monitoring
terhadap berbagai pencemar perlu terus dilakukan. Monitoring terhadap pencemaran
air dapat dilakukan secara kontinyu untuk dapat melakukan upaya preventif dan
pencegahan di tingkat sumber. Demikian juga monitoring kualitas udara perlu terus
dilakukan dengan sarana prasarana sampling yang sesuai dan tepat sasaran.
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan perlu
terus dilakukan. Sosialisasi dengan target utama beberapa daerah dengan perilaku
20
masyarakat yang masih berperlilaku belun sesuai dengan pola hidup bersih dan sehat
adalah prioritas utama.
Dalam upaya menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi Konservasi,
identifikasi dan perhitungan terhadap jenis dan jumlah flora dan fauna, terutama yang
endemik adalah menjadi penting. Penguatan lembaga pengelola sumber daya alam di
Gorontalo ini juga perlu dilakuan agar keanekaragaman hayati tetap terjaga dan lestari.
Dimensi kesehatan masyarakat nampaknya perlu perhatian lebih dalam dan
diteliti lebih lanjut, mengingat penelitian ini menunjukkan bahwa hanya dimensi ini
yang tidak mempunyai pengaruh terhadap pemenuhan dasar, serta uji regresi
menunjukkan bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat justru menurunkan
tingkat pemenuhan kebutuhan dasar.
2. Provinsi Banten
Sedangkan Provinsi Banten memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
demikian juga nilai investasinya. Namun beberapa permasalahan lingkungan kerap
terjadi sepeti pencemaran udara karena padatnya transportasi maupun pencemaran air
yang dikarenakan limbah domestik dan industri baik dari provinsi Banten sendiri
maupun dari provinsi tetangga.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut terlihat bahwa semua indeks
kualitas lingkungan berkorelasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar, kecuali indeks
keanekaragaman hayati. Hal ini dapat dimungkikan karena kurang tersosialisasikannya
keanekaragaman hayati pada masyarakat, sehingga responden tidak memandanng
bahwa keanekaragaman hayati tersebut berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar. Provinsi Banten mempunyai cagar alam yang cukup luas di beberapa tempat,
namun nampaknya belum dianggap suatu hal yang urgent untuk diperhatikan oleh
responden.
Berdasarkan uji korelas didapatkan bahwa semua indeks kualitas lingkungan
berpengaruh positif terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Hal ini berarti, apabila
terjadi kenaikan kualitas udara, kualitas air, tutupan lahan, keanekaragaman hayati,
kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan maka pemenuhan kebutuhan dasar
akan meningkat, begitu juga sebaliknya.
Indeks kualitas udara dan tutupan lahan mempunyai konstanta yang paling
besar diantara indeks lainnya. Dengan demikian, kenaikan dari nilai tersebut akan
berdampak lebih besar pada kenaikan pemenuhan dasar, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu udara yang bersih dan tutupan lahan yang luas dianggap responden
paling berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya.