ekwan 1
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep relung ekologi hampir tidak terpisahkan dari konsep kompetisi
antarspesies, akan tetapi sangat sulit untuk mendefinisikannya secara tepat.
Relung ekologi adalah jumlah total semua penggunaan sumber biotik dan abiotik
oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara untuk menangkap konsep itu
adalah melalui analogi yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum: “jika habitat
suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain,
relung suatu organisme adalah peranan ekologisnya-bagaimana ia “cocok dengan”
suatu ekosistem”.
Relung suatu populasi kadal pohon tropis, misalnya, terdiri dari banyak
variabel, antara lain kisaran suhu yang dapat ia tolerir, ukuran pohon dimana ia
bertengger, waktu siang hari ketika ia aktif, serta ukuran dan jenis serangga yang
ia makan. Istilah relung fundamental mengacu pada kumpulan sumberdaya yang
secara teoritis mampu digunakan oleh suatu populasi di bawah keadaan ideal.
Pada kenyataannya, masing-masing populasi terlibat dalam jaring-jaring interaksi
dengan populasi spesies lain, dan pembatas biologis, seperti kompetisi, predasi,
atau ketidakhadiran beberapa sumberdaya yang dapat digunakan. Adanya
berbagai macam cara atau tindakan yang dilakukan organism dalam melakukan
kompetisi di alam melatar belakangi kami untuk melakukan penelitian untuk
mengetahui sebagian tindakan organism dalam mempertahankan hidup.
1
2
B. Tempat Pengamatan
Tempat pengamatan dari studi kasus ini adalah kebun jagung belakang
kampus II.
C. Rumusan masalah
Masalah yang akan di bahas adalah sebagai berikut :
1. Apa perbedaan dari kompetisi Interfrensi dan kompetisi Eksploitasi?
2. Bagaimana contoh dari kompetisi Interfrensi dan kompetisi eksploitasi
dalam lingkungan sekitar?
D. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan kompetisi Interfrensi dan kompetisi
Eksploitasi
2. Untuk mengetahui contoh-contoh organism yang melakukan kompetisi
Interfrensi dan kompetisi eksploitasi dilingkungan sekitar.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Beberapa ahli ekologi menekankan keutamaan kompetisi pada masa lampau,
memperlihatkan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kompetisi tersebut
merupakan suatu faktor penting dalam pembentukan beberapa hubungan.
Ekologis yang kita lihat saat ini. Dengan demikian, pada banyak kasus kita harus
mempelajari apa yang telah dikatakan oleh ahli ekologi Joseph H. Cornell sebagai
“hantu kompetisi masa lalu( ghost of competition past)” Kita akan melihat
beberapa contoh dari hal ini, akan tetapi pertama kita perlu mengulas dua istilah
yaitu populasi simpatrik ditemukan pada daerah geografis yang sama dan dapat
berinteraksi, sementara populasi allopatrik ditemukan pada daerah geografis yang
berbeda.
Kompetisi masa lalu adalah pengamatan bahwa spesies yang sama tampaknya
selalu memperlihatkan beberapa perbedaan relung ketika hidup bersama-sama
dalam suatu komunitas. Pola pembagian sumberdaya dimana spesies simpatrik
mengonsumsi makanan yang sedikit berbeda atau menggunakan sumberdaya lain
dengan cara yang sedikt berbeda, telah tercatat dengan baik konsusnya pada
hewan. Beberapa spesies kadal alboreal dari genus anolis, misal, sering kali
adalah simpatik. Pada suatu tempat di republic dominika, tujuh spesies anolis
hidup berdekatan satu sama lain. Setiap spesies memakan artropoda kecil yang
mendarat di teritorinya. Akan tetapi, masing-masing spesies menggunakan tempat
bertengger khusus dan perbedaan tempat bertengger khusus dan perbedaan tempat
bertengger, hal inilah yang minimalkjan kompetesi antar spesies kadal tersebut.
3
4
Setiap spesies juga memiliki ciri sruktural yang khas , seperti ukuran tubuh
atau panjang kaki, yang mengadaptasikannya dengan microhabitat khususnya.
Hal-hal tersebut menujukan bahwa seleksi alam telah memilih tempat bertengger
khusus di antara kadal-kadal simpatrik. Pola pembagian sumberdaya yang serupa
sudah terbukti pada komunitas anolis lain di seluruh wilayah tropis benua
Amerika. Dalam kasus ini, pembagian sumberdaya kelihatannya merupakan
“hantu(ghosh)” yang di sebabkan oleh kompetisi masa silam di antara sepsis kadal
tersebut.
Bukti kedua akan keutamaan kompetisi datang dari pembandingan spesies-
spesies yang berkerabat dekat yang populasinya kadal-kadal simpatrik dan kadal-
kadal allopatrik. Meskipun populasi allopatrik spesies seperti itu strukturnya mirip
dan menggunakan sumberdaya yang sama, populasi simpatrik sering kali
menunjukan perbedaan dalam struktur tubuh dan dalam sumberdaya yang mereka
gunakan. Kecendrungan karakter-karakter akan lebih berbeda dalam populasi
simpatik dua spesies di bandingkan dengan dalam populasi allopatrik dua spesies,
disebut pergantian karakter burung finch Galapagos memberikan suatu contoh
baik mengenai pergantian dalam ukuran paruh dan, barang kali, dalam biji yang
dapat mereka makan secara paling efisien. Populasi allopatrik geospiza fuliginosa
dan G. fortis memiliki paruh dengan ukuran yang serupa, tetapi di pulau dimana
kedua spesies itu di temukan, suatu perbedaan yang signifikan mengenai paruh
telahdievolusikan.
Contoh-contoh pembagian sumberdaya dan pergantian karakter adalah sangat
kuat, akan tetapi percobaan lapangan yang terkontrol memberikan bukti-bukti
5
yang lebih kuat bahwa satu spesies dapat mempengaruhi kepadatan dan
persebaran spesies lain ketika mereka berada dalam kompetisi langsung. Dalam
suatu kajian klasik, Connell memanipulasi kepadatan dua spesies teritip yang
biasanya tumbuh dalam tingkat yang berbeda di zona pasang surut berbatu dan
bersaing untuk mendapatkan tempat bertaut yang demikian terbatas pada
permukaan batu-batuan. Teritip yang bercangkang lebih berat, yaitu balanus,
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan chthamalus, dan cangkang balanus
tumbuh menyodok bagian bawah cangkang chthamalus dan sungguh-sungguh
menyingkirkan chthamalus dari pemukaan batu. Setelah Connell menyingkirkan
balanus dari tingkat yang lebih rendah dimana balanus paling umum di temukan,
Chthamalus mampu tumbuh di sana.
Inilah suatu contoh kompetisi interferensi; satu spesies mampu
menyingkirkan spesies lain dari daerah dimana relung fundamental mereka saling
tumang tindih. Percobaan lapangan yang serupa pada berbagai ragam spesies
tumbuhan dan hewan menyarankan bahwa kompetisi antar spesies berlangsung
kuat pada beberapa keadaan.
Perbedaan ini barangkali itu menghindari kompetisi dengan cara memakan
biji-bijian yang ukurannya berbeda dan barang kali menujukkan “hantu” yang di
sebabkan oleh kompetisi masa silam. Contoh-contoh pembagian sumberdaya dan
pergantian karakter adalah sangat kuat, akan tetapi percobaan lapangan yang
terkontrol memberikan bukti-bukti yang lebih kuat bahwa satu spesies dapat
mempengaruhi kepadatan dan persebaran spesies lain ketika mereka berada dalam
kompetisi langsung. Dalam suatu kajian klasik, Connell memanipulasi kepadatan
6
dua spesies teritip yang biasanya tumbuh dalam tingkat yang berbeda di zona
pasang surut berbatu dan bersaing untuk mendapatkan tempat bertaut yang
demikian terbatas pada permukaan batu-batuan. Teritip yang bercangkang lebih
berat, yaitu balanus, tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan chthamalus, dan
cangkang balanus tumbuh menyodok bagian bawah cangkang chthamalus dan
sungguh-sungguh menyingkirkan chthamalus dari pemukaan batu. Setelah
Connell menyingkirkan balanus dari tingkat yang lebih rendah dimana balanus
paling umum di temukan, Chthamalus mampu tumbuh di sana.
Inilah suatu contoh kompetisi interferensi; satu spesies mampu
menyingkirkan spesies lain dari daerah dimana relung fundamental mereka saling
tumang tindih. Percobaan lapangan yang serupa pada berbagai ragam spesies
tumbuhan dan hewan menyarankan bahwa kompetisi antar spesies berlangsung
kuat pada beberapa. Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua
penggunaan sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya.
Salah satu cara unuk menangkap konsep itu adalah melalui analogi yang dibuat
oleh ahli ekologi Eugene Odum :Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya,
relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain, relung suatu organisme adalah
peranan ekologisnya bagaimana ia “cocok dengan” suatu ekosistem. Relung suatu
populasi kadal pohon tropis, misalnya terdiri dari banyak variabel, antara lain
kisaran suhu yang dapat ia tolerir, ukuran pohon dimana ia bertengger, waktu
siang hari ketika ia aktif, serta ukuran dan jenis serangga yang ia makan.
Istilah relung fundamental (fundamental niche) mengacu pada kumpulan
sumberdaya yang secara teoristis mampu digunakan oleh suatu populasi dibawah
7
keadaan ideal. Pada kenyataannya, masing-masing populasi terlibat dalam jaring-
jaring interaksi dengan populasi spesies lain, dan pembatas biologis, seperti
kompetisi, predasi, atau ketidakhadiran beberapa sumberdaya yang dapat
digunakan, bisa memaksa populasi tersebut untuk hanya menggunakan sebagian
relung fundamentalnya. Sumberdaya yang sesungguhnya digunakan oleh suatu
populasi secara kolektif disebut relung realisasi (realized niche)–nya.
Sekarang kita dapat menyatakan kembali prinsip eksklusi kompetitif untuk
menyatakan bahwa dua spesies tidak dapat hidup bersama-sama dalam suatu
komunitas jika relungnya identik. Akan tetapi, spesies yang secara ekologis
serupa, dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas, jika terdapat satu atau
lebih perbedaan yang berarti dalam relung mereka. Bila dua spesies bergantung
pada sumber tertentu dalam lingkungannya, maka mereka saling bersaing untuk
mendapatkan sumber tersebut. Yang paling sering terjadi, sumber yang
diperebutkan tersebut adalah makanan, tetapi dapat pula hal-hal seperti tempat
berlindung, tempat bersarang, sumber air, dan tempat yang disinari matahari
(untuk tumbuhan). Semua persyaratan ekologis suatu spesies merupakan relung
ekologis spesies tersebut. Habitat dan relung. Tempat hidup seekor hewan disebut
habitatnya, sejumlah habitat umum , antara lain: tanah berlumpur, bendungan,
kuala, gurun, dan sebagainya. Dalam golongan-golongan besar ini terdapat
pembagian-pembagian lagi. Jadi beberapa hewan di daerah tepi danau meliang di
dalam lumpur sedangkan yang lain hidup di antara tumbuhan ini. Subdivisi habitat
demikian itu disebut mikrohabitat. Relung ekologis suatu organisme harus
tersedia di dalam habitatnya. Akan tetapi, konsep relung menyangkut
8
pertimbangan yang tidak hanya sekedar tempat tinggal organisme. Kedudukan
yang ditempati oleh suatu spesies di dalam jaring-jaring makanan merupakan
faktor utama dalam menentukan relung ekologisnya. Tetapi faktor lain juga ikut
terlibat. Sebagai contoh kisaran suhu, kelembaban, salinitas dan sebagainya, yang
dapat diterima oleh setiap dua spesies dalam suatu habitat untuk ikut menentukan
relung ekologisnya.
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kompetisi Interferensi
kompetisi interferensi adalah suatu kompetisi dimana suatu spesies mampu
menyingkirkan spesies lain dari daerah dimana relung fundamental mereka saling
tumang tindih. Percobaan lapangan yang serupa pada berbagai ragam spesies
tumbuhan dan hewan menyarankan bahwa kompetisi antar spesies berlangsung
kuat pada beberapa. Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua
penggunaan sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya.
Salah satu cara unuk menangkap konsep itu adalah melalui analogi yang dibuat
oleh ahli ekologi Eugene Odum :Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya,
relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain, relung suatu organisme adalah
peranan ekologisnya bagaimana ia “cocok dengan” suatu ekosistem. Contoh
organism atau spesies yang melakukan kompetisi interferensi sesuai dengan hasil
pengamatan kami yaitu belalang kembara (Locusta migratoria) dan belalang kayu
(Valanga nigricornis).
Belalang kembara dewasa panjang tubuhnya 35-50 mm pada jantan, 45-55
mm pada betina; dewasa bervariasi dalam ukuran antara 40 dan 60 mm menurut
jenis kelaminnya dan lebih kecil daripada dewasa yang hidup soliter. Frons
vertical; elytra panjang, mengkilat, 43.5-56.0 mm pada jantan, 49.0-61.0 mm pada
betina. Sayap berwarna, tanpa bands. Femora belakang hitam-kebiruan mulai dari
bagian basal. Panjang femur belakang 22-26 mm pada jantan, 20-32 mm pada
betina. Tibia belakang kekuningan atau merah. Thorax ditutupi dengan sejumlah
9
10
rambut pendek. Pronotum tanpa cruciform, berbentuk pelana pada individu fase
gregariuos, dengan strangulasi (strangulation) yang jelas dan “median keel” yang
lurus atau sedikit cekung (tampak lateral). Pada individu fase soliter, pronotum
tidak memiliki strangulasi, dengan “median keel” yang cembung (tampak lateral).
Larva memiliki 5 instar.
Warna dan ukuran belalang kembara bervariasi sesuai fase (bentuk gregarius
atau soliter) dan umur. Nimfa gregarius berwarna kuning hingga oranye dengan
bintik-bintik hitam. Nimfa soliter berwarna hijau atau coklat. Dewasa gregarius
berwarna kuning kecoklatan. Dewasa soliter berwarna coklat dengan berbagai
tingkatan warna hijau tergantung pada warna vegetasi.
Klasifikasi dari belalang kembara yaitu:
Kingdom: AnimaliaPhylum : ArthropodaClass: Insecta Order: OrthopteraSuborder: CaeliferaFamily: AcrididaeSubfamily: OedipodinaeTribe: LocustiniGenus: LocustaSpecies: migratoriaNama Ilmiah: Locusta migratoria (Linnaeus, 1758).
Sedangkan belalang kayu memiliki ciri-ciri morfologi yang hampir sama
dengan belalang kembara, bedanya hanya pada ukuran tubuh dan warna tubuh,
belalang kayu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari belalang kayu, juga
warna dari belalang kayu lebih gelap sedikit yaitu berwarna kecoklatan dibanding
11
warna belalang kembara yang berwarna hijau. Klasifikasi dari belalang kayu
yaitu:
Klasifikasi ilmiah belalang kayu (Valanga nigricornis)
Kingdom Animalia Linnaeus, 1758 – hewan (animals)
Phylum Arthropoda Latreille, 1829 – hewan beruas (arthropods)
Subphylum Hexapoda Latreille, 1825 – "berkaki enam"
Class Insecta Linnaeus, 1758 – serangga (insects)
Order Orthoptera Latreille, 1793 - belalang (grashoppers, locusts), belalang daun
(katydids) dan jangkrik (crickets)
Suborder Caelifera Ander, 1939 – belalang (short-horned grasshoppers)
Superfamily Acridoidea (MacLeay, 1821) Burmeister, 1839
Family Acrididae MacLeay, 1821 – belalang (grasshoppers)
Subfamily Cyrtacanthacridinae W.F. Kirby, 1902
Tribe Cyrtacanthacridini
Genus Valanga Uvarov, 1923
Species V. nigricornis
Nama ilmiah / nama latin: Valanga nigricornis (H. Burmeister, 1838)
Kedua jenis spesies belalang ini melakukan kompetisi interferensi, dimana
kedua jenis belalang ini saling memperebutkan sumberdaya, baik berupa tempat
maupun sumber makanan. Belalang kembara biasanya berada pada lahan
12
perkebunan sepertti kebun jagung, sedangkan belalang kayu biasanya berada pada
pohon-pohon jati, tetapi tidak menutup kemungkinan bila belalang kayu akan
berpindah tempat ke lahan perkebunan jagung apabila jenis belalang kembara
dihilangkan dari habitatnya. Belalang kayu lebih cenderung bisa beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ada, sedangkan belalang kembara tidak bisa
menempati habitat dari belalang kayu karena ukuran dari belalang ini tidak
memungkinkan untuk mencapai pohon-pohon yang tinggi karena tekanan angin
yang cukup kuat untuk menghalangi belalang kembara terbang ke pohon.
B. Kompetisi Eksploitasi
Kompetisi Eksploitasi merupakan suatu bentuk kompetisi atau persaingan
pemamfaatan sumber daya dimana relung fundamental mereka saling berbagi.
Contoh spesies dari hewan yang melakukan kompetisi eksploitasi yaitu semut
hitam dan semut rangrang.
Semut hitam atau Lasius fuliginosus, biasanya hidup pada pohon-pohon besar
dan membangaun sarang disana. Sarang mereka biasanya berada pada celah-
celah/ lubang pada pohon-pohon. Semut hitam memiliki ukuran tubuh yang
kecil .dan berwarna hitam, memiliki pergerakan tubuh yang cepat.
Menurut Latreille (1978) semut hitam dapat diklasifikasikan sebagai berikut,
Ordo : Hymenoptera
Divisi : Holometabola
Klas : Insecta
Famili : Formicidae
Genus : Lacius
Species : Lasius Fuliginosus
13
Sedangkan rangrang atau Oecophylla smaragdina adalah
serangga eusosial (sosial sejati), dan kehidupan koloninya sangat tergantung pada
keberadaan pohon (arboreal). Mereka membuat sarang yang terbuat dari lembar-
lembar daun yang mula-mula saling direkatkan oleh semut-semut pekerja,
kemudian diperkuat dengan sutra yang dikeluarkan oleh larvanya. Di dalam
sarang dapat ditemukan ratu semut yang berwarna hijau muda kemerah-merahan,
dan ribuan semut pekerja berukuran besar (disebut “maksima”) dan berukuran
kecil (disebut “minima”). Pekerja maksima bertugas untuk mencari pakan,
mempertahankan dan mengelola sarang, dan memperbesar koloni, sedangkan
pekerja minima bertugas mengasuh semut-semut muda, dan sekaligus beternak
serangga-serangga simbion, misalnya kutu perisai. Klasifikasi dari semut ini
adalah:
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Hymenoptera
Family: Formicidae
Genus: Oecophylla
Species: Oecophilla smaragdina
Kedua jenis saemut ini melakukan kompetisi eksploitasi
dalam habitat mereka, karena kedua semut ,ini mempunyai
habitat yang sama yaitu diatas pohon-pohon tetapi, mereka tidak
saling bersaing dalam mendapatkan sumber daya karena kedua
semut ini mempunyai gigi yang berbeda, sehingga makanan
yang mereka makan berbeda. Semut hitam biasanya memakan
14
sisa, pohon yang sudah lapuk, sedangkan semut rangrang
memakan serangga-serangga kecil dan juga buah-buahan,
sehingga kedua jenis hewan ini tidak tumpang tindih dalam
memperoleh sumber makanan.