efektivitas latihan berjalan terhadap kapasitas...

76
UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS FUNGSIONAL DAN FUNGSI KESEIMBANGAN PADA CALON JEMAAH HAJI DEWASA SEHAT TESIS RIFKY MUBARAK 1406666971 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI JAKARTA OKTOBER 2018

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

36 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

UNIVERSITAS INDONESIA

EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP

KAPASITAS FUNGSIONAL DAN FUNGSI KESEIMBANGAN

PADA CALON JEMAAH HAJI DEWASA SEHAT

TESIS

RIFKY MUBARAK

1406666971

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

JAKARTA

OKTOBER 2018

Page 2: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia ii

UNIVERSITAS INDONESIA

EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP

KAPASITAS FUNGSIONAL DAN FUNGSI KESEIMBANGAN PADA

CALON JEMAAH HAJI USIA DEWASA SEHAT

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar spesialis

kedokteran fisik dan rehabilitasi

RIFKY MUBARAK

1406666971

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

JAKARTA

OKTOBER 2018

Page 3: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia iii

UNIVERSITAS INDONESIA

Penelitian ini telah disetujui oleh

Program Pendidikan Dokter Spesialis

Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

dr. Fitri Anestherita, SpKFR

Sekretaris Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 FKUI-RSUPN-CM

Dr. dr. Widjajalaksmi Kusumaningsih, SpKFR-K, M.Sc

NIP 195506071981032001

Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 FKUI-RSUPN-CM

Page 4: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Rifky Mubarak

NPM : 1406666971

TandaTangan :

Tanggal : 8 Oktober 2018

Page 5: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia v

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh :

Nama : Rifky Mubarak

NPM : 1406666971

Program studi : Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Judul Tesis : Efektivitas Latihan Berjalan Terhadap Kapasitas

Fungsional dan Fungsi Keseimbangan pada Calon

Jemaah Haji Usia Dewasa Sehat

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi pada Program Studi Ilmu

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Indonesia

DEWAN PENGUJI

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 8 Oktober 2018

Page 6: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya atas berkah dan

rahmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini merupakan

tugas akhir dalam program pendidikan dokter spesialis (PPDS) ilmu kedokteran

fisik dan rehabilitasi (IKFR) serta sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpKFR). Saya menyadari

bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya

untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

kepada :

(1) Dr. dr. Nury Nusdwinuringtyas, SpKFR-K, M.Epid, dr. Ujainah Zaini Nasir,

SpPD-KP, MARS, dan Dr. dr. Muchtaruddin Mansyur, M.S., SpOK, PhD, selaku

pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas serta sabar memberikan bimbingan

sejak awal pembuatan proposal penelitian hingga selesainya tesis,

(2) Dr. dr. Tirza Z. Tamin, SpKFR-K selaku penguji yang telah memberikan

banyak masukan dan arahan,

(3) Dr. dr. Widjajalaksmi Kusumaningsih, SpKFR-K, M.Sc. dan dr. Fitri

Anestherita, SpKFR selaku ketua dan sekretaris program studi IKFR FKUI yang

telah memberikan bantuan pada proses pembuatan tesis,

(4) Seluruh staf pendidikan program studi IKFR yang telah memberikam

perhatian dan masukan pada proses pembuatan tesis,

(5) dr. Luh Karunia Wahyuni, SpKFR-K selaku kepala Departemen Rehabilitasi

Medik RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan dukungan

dalam proses pembuatan dan penyelesaian tesis,

(6) Seluruh rekan-rekan PPDS IKFR terutama rekan seperjuangan saya dalam

proses pendidikan, yaitu dr. Inez Widyasari Halim, dr. Leonardo Daniel

Moestopo, dr. Maulana Kurniawan, dr. Mirawaty, dr. Fatimatus Zahroh, dan dr.

Setiawati Astri Arifin, atas dukungan dan kerjasama yang terjalin dengan sangat

baik,

(7) Kedua orang tua saya, Mukhtar Ikhsan dan Maria Ulfah, yang senantiasa

berkorban waktu, tenaga, pikiran, serta memberikan do’a dan dukungan

terbaiknya demi kelancaran studi saya,

Page 7: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia vii

(8) Istri saya, Anggi Putri Suhadi, dan anak pertama saya, Muhammad Alif, yang

telah mencurahkan do’a dan kasih sayang, serta mendukung proses pendidikan

saya dengan kesabaran dan pengertian yang sepenuh hati sehingga saya dapat

menyelesaikan tesis ini,

(9) Kakak saya, Ahmad Nabries Khawarizmy, dan Mohamad Labib, beserta

keluarganya, yang telah memberikan semangat serta mengajarkan ilmu dan

pengalamannya dalam proses pendidikan saya,

(10) Seluruh calon jemaah haji yang menjadi subjek penelitian saya yang telah

membantu dan ikut bekerjasama dalam menyelesaikan penelitian saya sehingga

memberikan hasil yang baik,

(11) Serta seluruh sahabat dan keluarga saya yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu, yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga saya dapat

menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan dan rahmat yang berlimpah

ganda atas semua bimbingan, bantuan, dan dukungan yang telah saya terima.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat terutama dalam pengembangan ilmu di bidang

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Aamiin.

Jakarta, 8 Oktober 2018

Rifky Mubarak

Page 8: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Rifky Mubarak

NPM : 1406666971

Program Studi : Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Departemen : Rehabilitasi Medik

Fakultas : Kedokteran

Jenis karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Efektivitas Latihan Berjalan Terhadap Kapasitas Fungsional dan Fungsi

Keseimbangan pada Calon Jemaah Haji Usia Dewasa Sehat

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia /

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Jakarta

Pada tanggal: 8 Oktober 2018

Yang Menyatakan,

Rifky Mubarak

Page 9: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia ix

ABSTRAK

Nama : Rifky Mubarak

NPM : 1406666971

Program Studi : Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Judul Tesis : Efektivitas Latihan Berjalan Terhadap Kapasitas

Fungsional dan Fungsi Keseimbangan pada Calon

Jemaah Haji Usia Dewasa Sehat

Latar Belakang. Ibadah haji merupakan ibadah fisik yang dilakukan oleh jemaah

haji terdiri dari aktivitas berjalan minimal sejauh 12 kilometer untuk melakukan

kegiatan rukun haji dan kegiatan diluar rukun haji. Ibadah haji memerlukan

kapasitas fungsional dan keseimbangan yang baik sebagai syarat istitaah

kesehatan untuk mencegah terjadinya kelelahan. Tujuan dari penelitian ini untuk

menilai efek latihan berjalan terhadap kapasitas fungsional dan fungsi

keseimbangan pada calon jemaah haji usia dewasa sehat.

Metode. Sebanyak 38 calon jemaah haji dewasa sehat dilakukan uji jalan 6 menit

menggunakan rumus Nury prediksi VO2 maks dan uji timed up and go (TUG).

Dilakukan randomisasi dan dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol.

Kelompok intervensi diberikan latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari

selama 30 menit dengan intensitas sedang sebanyak 3-5 kali seminggu dalam 8

minggu. Kelompok kontrol hanya diminta mencatat jumlah langkah per hari tanpa

peresepan latihan. Pada akhir penelitian dilakukan kembali uji jalan 6 menit

rumus Nury dan uji TUG, serta dilakukan analisis data.

Hasil. Kedua kelompok mengalami peningkatan prediksi VO2 maks namun tidak

mengalami peningkatan nilai TUG pada akhir penelitian. Peningkatan prediksi

VO2 maks pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

kontrol (p=0,007).

Kesimpulan. Latihan berjalan dapat meningkatkan kapasitas fungsional pada

calon jemaah haji usia dewasa sehat, namun tidak memberikan efek peningkatan

fungsi keseimbangan.

Kata kunci. Fungsi keseimbangan; jemaah haji; kapasitas fungsional.

Page 10: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia x

ABSTRACT

Name : Rifky Mubarak

NPM : 1406666971

Study Program : Physical Medicine and Rehabilitation

Title : Efectivity of Walking Exercise Towards Functional

Capacity and Balance Function for Healthy Adult

Pilgrims Candidate

Background. Hajj pilgrim is physical worship performed by pilgrims consist of

walking at least 12 kilometer to complete the hajj principle and related activity.

Hajj pilgrim needs good functional capacity and balance as a prerequisite of

health to prevent fatigue. The aim of this study is to evaluate the effectivity of

walking exercise on functional capacity and balance function for healthy adult

pilgrim candidates.

Method. 6 minutes walk test (6MWT) and Timed Up and Go (TUG) test was

done on 38 healthy adult hajj pilgrim candidate. VO2max was predicted using

Nury Formula. The candidate was randomized into intervention and control

group. Intervention group was given walking exercise, minimum of 6000 steps

each day for 30 minutes, moderate intensity, 3-5 times a week for 8 weeks. The

control group was not prescribed exercise, only asked to record the amount of

steps taken each day. At the end of the study, 6MWT and TUG was reevaluated.

Results. At the end of the study, both groups show improvement on predicted

VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max improvement

are higher on intervention group compared to control (p=0.007).

Conclusion. Walking exercise might increase functional capacity on healthy adult

hajj pilgrim candidate, but has no effect on balance.

Keywords. Balance function; functional capacity; hajj pilgrim candidates.

Page 11: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia xi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ………………………………………. xiii

DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………… xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1

1.1. Latar belakang …………………………………………………….. 1

1.2. Perumusan masalah ……………………………………………….. 4

1.3. Tujuan penelitian ………………………………………………….. 4

1.4. Hipotesis ………………..…………………………………………. 5

1.5. Manfaat penelitian …………………………………………….. …. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 7

2.1. Aktivitas Berjalan …………………………………………..……… 7

2.2. Pengukuran Jumlah Langkah Berjalan Menggunakan Pedometer … 12

2.3. Kapasitas Fungsional ……………………………………………… 13

2.4. Uji Jalan 6 Menit Protokol Nury ………………………………….. 17

2.5. Keseimbangan …………………………………………………….. 19

2.6. Ibadah Haji ………………………………………………………… 20

2.7. Kerangka Teori ……………………………………………………. 23

2.8. Kerangka Konsep …………………………………………………. 24

BAB III METODE PENELITIAN ……………...……………………….. 25

3.1. Desain Penelitian ………………………………………………….. 25

3.2. Tempat dan Waktu penelitian …………..............…………………. 25

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian …..……………………………….. 25

3.5. Besar Sampel ………………………………………………………. 25

3.6. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Subjek Penelitian ……..…….. 26

3.7. Bahan dan Alat Penelitian …………………………………………. 26

3.8. Cara Kerja Penelitian ……………………………………………… 27

3.9. Identifikasi variable ………………….……………………………. 29

3.10. Definisi operasional …..…………………………………………… 29

3.11. Alur Penelitian ………………………….…………………………. 31

Page 12: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia xii

3.12. Manajemen data …….…………………………………………….. 32

3.13. Pertimbangan etik …………………………………………………. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………….. 33

4.1. Hasil Pengumpulan Data …………………………………………… 33

4.2. Karakteristik subjek Penelitian …………………………………….. 34

4.3. Jumlah Langkah per Hari ………………………………………….. 35

4.4. Efek Latihan Berjalan terhadap Kapsitas Fungsional dan Fungsi

Keseimbangan …………………………………………………….. 35

BAB V PEMBAHASAN …………………………………………………. 43

5.1. Karakteristik Subjek Penelitian …………………………………….. 43

5.2. Jumlah Langkah per Hari …………………………………………… 43

5.3. Efek Latihan Berjalan terhadap Kapasitas Fungsional Calon Jemaah Haji

Usia Dewasa Sehat ……………………………………………….. .. 46

5.4. Latihan Berjalan sebagai Strategi Preventif untuk Pemeliharaan Kapasitas

Fungsional pada Calon Jemaah Haji Usia Dewasa Sehat dalam Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat ………………………………………………… 47

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN …………………………………….. 49

6.1. Simpulan …………………………………………………………… 49

6.2. Saran ……………………………………………………………….. 49

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 51

LAMPIRAN …………...…………………………………………………… 54

Page 13: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia xiii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 2.1 Pengukuran Intensitas Latihan Berjalan dengan “Tes Bicara” ….. 8

Tabel 2.2 Fase-fase Siklus Berjalan ……………………………………….. 9

Tabel 2.3 Aktivitas Kelompok Otot pada Siklus Berjalan Normal ……….. 11

Tabel 2.4 Enam Determinan Berjalan ……………………………………… 12

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian …………………………………. 35

Tabel 4.2 Rerata Jumlah Langkah per Hari ………………………………… 36

Tabel 4.3 Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit (meter) ………………… 38

Tabel 4.4 Gambaran Persentase Prediksi Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit .. 39

Tabel 4.5 Efek Latihan Berjalan Terhadap Prediksi VO2 maks …………… 40

Tabel 4.6 Efek Latihan Berjalan Terhadap Rerata Nilai METS …………… 41

Tabel 4.7 Efek Latihan Berjalan Terhadap Nilai Uji Timed Up and Go ….. 41

Tabel 5.1 Klasifikasi Tingkat Aktivitas Berdasarkan Jumlah Langkah …… 45

Gambar 2.1 Perbandingan Fase Berjalan Sesuai dengan Kecepatan Berjalan.. 10

Gambar 4.1 Rerata Jumlah Langkah per Minggu Selama 8 Minggu ………... 37

Page 14: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia xiv

DAFTAR SINGKATAN

PPOK Penyakit paru obstruktif kronis

DM Diabetes mellitus

ISPA Infeksi saluran napas akut

FEV1 Forced expiratory volume in 1 second

FVC Forced vital capacity

PEF Peak expiratory flow

SABA Short acting beta agonist

NSAID Non steroid anti inflammatory drug

LABA Long acting beta agonist

ICS Inhaled corticosteroid

OCS Oral corticosteroid

IL Interleukin

6MWT 6 Minutes walking test

SPSS Statistical Product and Service Solution

Page 15: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Keterangan Lolos Kaji Etik ………………………………… 54

Lampiran II. Rekomendasi Izin Penelitian Dinas PTSP DKI Jakarta ……. 55

Lampiran III. Rekomendasi Izin Penelitian Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Pusat …………………………………. 56

Lampiran IV. Rekomendasi Izin Penelitian Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Timur ………………………………… 57

Lampiran V. Formulir Penjelasan Prosedur Penelitian Untuk Peserta

Penelitian …………………………………………………… 58

Lampiran VI. Formulir Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian .…… 59

Lampiran VII. Status Subjek Penelitian ……………………………………. 60

Lampiran VIII. Buku Log Latihan Berjalan ………………………………… 61

Page 16: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berjalan merupakan proses siklik dimana seluruh rangkaiannya diperankan oleh

satu tungkai yang dinamakan satu siklus berjalan. Setiap siklus berjalan memiliki

dua komponen dasar, yaitu stance phase yang menggambarkan durasi kaki

berkontak dengan tanah, dan swing phase yang merupakan periode di mana

tungkai berada di udara dengan tujuan untuk mendorong tungkai ke depan.

Jumlah rata-rata aktivitas berjalan kaki pada orang usia dewasa lanjut sehat

sebanyak 2.000-9000 langkah per hari. Sedangkan jumlah rata-rata aktivitas

berjalan kaki pada populasi khusus (orang dengan disabilitas atau penyakit kronik

yang dapat membatasi kemampuan mobilisasi atau kebugaran fisiknya) yaitu

1.200 – 8.800 langkah per hari. Intervensi latihan berjalan berbasis alat pengukur

pedometer pada orang dewasa lanjut dan populasi khusus dapat menghasilkan

kenaikan jumlah langkah yang ditempuh masing-masing 775 langkah per hari dan

2.215 langkah per hari. Tidak ada penelitian yang menginformasikan latihan

berjalan dengan intensitas sedang (yaitu dalam satuan langkah per menit) pada

orang dewasa lanjut saat ini, namun dengan menggunakan cadence orang dewasa

lanjut sebesar 100 langkah per menit untuk menentukan batas bawah aktifitas

berjalan intensitas sedang (yaitu 3 METs), dan mengalikannya dengan 30 menit

menghasilkan nilai heuristis yang masuk akal yaitu 3.000 langkah. Namun, irama

ini mungkin tidak terjangkau dalam beberapa populasi. Sehingga untuk benar-

benar dapat digunakan sebagai panduan latihan, harus dilakukan diluar aktivitas

kehidupan sehari-hari, dengan intensitas sedang dalam interval minimal 10 menit,

dan dilanjutkan setidaknya 150 menit dalam seminggu.1,2

Studi meta analisis oleh Tudor-Locke et al mengambil 13 studi intervensi aktivitas

fisik berjalan kaki dengan menggunakan pedometer pada sampel usia dewasa

hingga lanjut sehat untuk melihat peningkatan jumlah langkah kaki per hari,

dengan rerata awal sebanyak 4.196 langkah per hari, dengan selisih rata-rata

peningkatan jumlah langkah per hari adalah 808 langkah per hari, setelah

diberikan intervensi latihan berjalan dengan pedometer yang berlangsung

Page 17: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

2

bervariasi antara selama 2 minggu hingga 11 bulan. Rosenberg et al melakukan

intervensi latihan berjalan dengan pedometer selama 2 minggu untuk melihat

kenaikan jumlah langkah per hari, terjadi kenaikan signifikan jumlah langkah

perhari setelah dilakukan pemantauan diri dengan menggunakan pedometer.

Sebagai perbandingan bahwa penelitian pada usia dewasa muda menunjukkan

peningkatan sebanyak 2.000-2500 langkah per hari dengan intervensi latihan

berjalan dengan pedometer.2,3

Rekomendasi latihan untuk orang dewasa dapat dilakukan dengan beraktifitas

intensitas sedang hingga berat sedikitnya 150 menit per minggu. Bila latihan yang

dipilih adalah berjalan, maka berjalan selama 30 menit dapat dapat sebanding

dengan jarak tempuh sekitar 2,5 km dengan kecepatan 5 km/jam, dan dengan

panjang langkah kaki (stride length) 0,7 m, seseorang dapat mencapai 3570

langkah. Beberapa data empiris yang mengkonfirmasi studi tersebut yaitu

mencapai rata-rata jumlah langkah sebanyak 3100, 3410, 3570, dan 3800 – 4000

langkah dalam latihan berjalan selama 30 menit. Jumlah ini bila ditambahkan

dengan jumlah langkah pada aktifitas kehidupan sehari-hari diluar latihan dapat

mencapai sekitar 4000 langkah per hari, yang juga ditentukan sebagai jumlah

langkah rata-rata yang dapat ditempuh oleh orang usia dewasa.3

Pemberian latihan berjalan yang sesuai dengan rekomendasi American College of

Sport Medicine (ACSM) dan American Heart Association (AHA) pada individu

usia dewasa (18-65 tahun) yaitu aktifitas fisik yang mencakup intensitas, durasi,

dan frekuensi tertentu, misalnya aktifitas aerobik intensitas sedang dengan waktu

minimal 30 menit selama 5 hari dalam seminggu, atau aktifitas aerobik intensitas

berat dengan waktu minimal 20 menit selama 3 hari dalam seminggu

(rekomendasi IA). Orang dewasa yang berjalan pada kecepatan 3 mph (4,82 km/h)

pada permukaan yang rata dan keras mengeluarkan sekitar 3,3 METs, dan saat

jogging atau berlari pada permukaan rata dengan kecepatan 5 mph (8 km/h)

mengeluarkan sekitar 8 METS. Seseorang yang berjalan 3 mph (intensitas sedang)

selama 30 menit, akan mengakumulasi 99 MET min aktifitas (3,3 MET x 30

menit). Bila seseorang ingin mencapai rekomendasi minimal aktifitas intensitas

sedang, maka harus berjalan dengan kecepatan 3 mph (4,82 km/h) selama 30

menit, 5 hari dalam seminggu, yang akan mengakumulasi sekitar 495 MET min

Page 18: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

3

(3,3 METs x 30 menit x 5 hari). Jumlah langkah secara akurat dapat diukur

dengan menggunakan pedometer. Para peneliti merekomendasikan bahwa jumlah

langkah, atau jumlah langkah per hari, dapat dipakai secara universal sebagai unit

standar untuk pengumpulan, pelaporan dan interpretasi data dari pedometer.

Dalam penelitian ini, digunakan pedometer sebagai alat ukur jumlah langkah

berjalan.3,4,10

Dalam melakukan aktifitas berjalan, sesorang harus memiliki pola jalan dan

keseimbangan statis dan dinamis yang baik. Untuk mempertahankan

keseimbangan dalam berjalan, seseorang harus mampu secara aktif

mengendalikan gerakan pusat gravitasi tubuh terhadap landasan penopang (center

of gravity) yang dilakukan oleh sendi pergelangan kaki, sendi lutut, dan sendi

panggul, sehingga pusat gravitasi dapat berpindah untuk mencapai keseimbangan.

Strategi melangkah juga merupakan cara yang efektif untuk mencegah jatuh

ketika pusat gravitasi menyimpang melampaui perimeter batas stabilitas, sehingga

seseorang tidak jatuh dan tidak memerlukan penopang untuk mencegah jatuh. Ada

berbagai jenis pengujian yang dilakukan untuk menilai keseimbangan berdiri dan

berjalan, salah satunya adalah tes “Timed Up and Go” (tes TUG). Keuntungan

dari tes TUG adalah menggunakan alat yang sederhana yaitu stopwatch dan kursi

saja serta dapat dilakukan dimana saja. Selain itu tes ini bisa melihat ekspresi dari

penderita, sebagai contoh penderita yang bangkit dari kursi dengan merintih atau

merasa kesakitan perlu dicurigai adanya penyakit sendi.14,15

Kapasitas fungsional pada pandangan rehabilitasi menggambarkan kemampuan

seseorang untuk melakukan tugas/beban kerja yang diharapkan dapat dilakukan.

American Thoracic Society (ATS) dan Gosselink (2004) merekomendasikan uji

jalan 6 menit sebagai uji kapasitas fungsional. Uji jalan 6 menit dapat

menginterpretasi prediksi jarak tempuh dan konsumsi oksigen maksimal

seseorang. Uji jalan 6 menit telah tervalidasi dengan baik dan memberikan

informasi yang bermanfaat mengenai dampak kondisi patologis pada fungsi

seseorang serta prognosis, dan juga dapat menilai efek suatu intervensi. Prediksi

kapasitas fungsional pada subjek orang Indonesia sudah dikembangkan oleh Nury

pada tahun 2011 telah mengembangkan persamaan acuan untuk prediksi jarak

tempuh serta ambilan oksigen maksimal menggunakan antropometri orang

Page 19: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

4

dewasa sehat Indonesia, yang lebih sesuai digunakan di Indonesia serta sudah

tidak diragukan lagi kemaknaannya.4-6

Ibadah haji merupakan ibadah yang penuh dengan aktivitas fisik yang

memerlukan persiapan sebelum keberangkatan. Peningkatan kemampuan

endurans pada calon jemaah haji diperlukan sebagai persyaratan istitaah kesehatan

dengan harapan dapat mencegah terjadinya kelelahan. Dalam melakukan ibadah

haji, kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan seseorang sangat menentukan

kemampulaksanaan ibadah, kemandirian untuk menyelesaikan seluruh rangkaian

ibadah, kesempurnaan ibadah, dan kembalinya seseorang ke dalam aktifitas

sesudah kembali ke tanah air.6,7

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai apakah latihan berjalan minimal

6000 langkah per hari selama 30 menit sebanyak 3-5 kali seminggu dalam 8

minggu dapat meningkatkan kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan pada

calon jemaah haji usia dewasa sehat. Dengan membandingkan kapasitas

fungsional dan fungsi keseimbangan sebelum dan sesudah latihan berjalan,

diharapkan dapat menilai keseluruhan kemampuan calon jemaah haji usia dewasa

sehat dalam menyelesaikan ibadah dengan baik, dan latihan ini dapat menjadi

bagian dari program latihan fisik standar bagi calon jemaah haji Indonesia.7,8

1.2 Perumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana efek latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari selama 30

menit sebanyak 3-5 kali per minggu dengan intensitas sedang dalam 8 minggu

terhadap kapasitas fungsional calon jemaah haji dewasa sehat ?

1.2.2 Bagaimana efek latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari selama 30

menit sebanyak 3-5 kali per minggu dengan intensitas sedang dalam 8 minggu

terhadap fungsi keseimbangan calon jemaah haji dewasa sehat ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Umum

Untuk mengetahui efek pemberian latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari

selama 30 menit sebanyak 3-5 kali seminggu dalam 8 minggu dengan intensitas

sedang terhadap kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan pada calon jemaah

haji dewasa sehat.

Page 20: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

5

1.3.2 Khusus

1. Mengetahui efek latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari selama 30

menit sebanyak 3-5 kali seminggu dalam 8 minggu dengan intensitas

sedang terhadap kapasitas fungsional calon jemaah haji dewasa sehat.

2. Mengetahui efek latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari sebanyak

3-5 kali dalam seminggu selama 8 minggu dengan intensitas sedang

terhadap fungsi keseimbangan calon jemaah haji dewasa sehat.

1.4 Hipotesis

1.4.1 Latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari sebanyak 3-5 kali seminggu

selama 8 minggu dengan intensitas sedang dapat meningkatkan kapasitas

fungsional pada calon jemaah haji dewasa sehat.

1.4.2 Latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari sebanyak 3-5 kali dalam

seminggu selama 8 minggu dengan intensitas sedang dapat meningkatkan fungsi

keseimbangan calon jemaah haji dewasa sehat.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bidang Pelayanan

Penilaian ini dapat dipakai untuk mengevaluasi manfaat latihan berjalan dalam

meningkatkan kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan pada calon jemaah

haji usia dewasa sehat. Manfaat aplikatif lainnya adalah hasil dari penelitian ini

dapat menjadi dasar bagi para klinisi, dalam menerapkan strategi pengelolaan

pasien yang efektif dan aman, khususnya dalam aspek kebugaran kardiorespirasi

pada calon jemaah haji. Dengan penelitian ini, diharapkan juga dapat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan calon jemaah haji dan menunjang

keselamatan jemaah haji di tanah suci karena memberikan tatalaksana yang

berbasis bukti penelitian pada subjek manusia. Hasil dari penelitian ini juga dapat

menjadi dasar pengambilan keputusan tingkat nasional dalam bidang penilaian

kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan sebagai persiapan kondisi

kesehatan pada calon jemaah haji Indonesia.

1.5.2 Bidang penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar dari penelitian lain yang bertujuan

mengkaji manfaat latihan berjalan dalam meningkatkan kapasitas fungsional dan

fungsi keseimbangan pada calon jemaah haji dewasa sehat.

Page 21: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

6

1.5.3 Bidang Pendidikan

Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang Ilmu Kedokteran Fisik

dan Rehabilitasi terutama di bidang kardiorespirasi, serta sebagai sarana

pendidikan bagi PPDS dalam melakukan penelitian secara mandiri.

Page 22: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aktivitas Berjalan

Berjalan merupakan bentuk gerakan manusia yang paling mendasar. Berjalan juga

menjadi aktivitas fisik yang paling umum dilakukan dan dapat disatukan kedalam

aktivitas kehidupan sehari-hari. Saat berjalan, terjadi gerakan bergantian antara

kedua tungkai, salah satu tungkai berkontak dengan lantai, menghasilkan tahanan

dan propulsi yang berurutan, sedangkan tungkai yang lain mengayun bebas dan

menghasilkan momentum tubuh ke arah depan.5,13

Berjalan menjadi salah satu dari latihan aerobik (endurans kardiorespirasi) yang

bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik. Jenis latihan aerobik ritmik yang

mengaktifkan penggunaan kelompok otot besar direkomendasikan untuk

meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dimana berjalan termasuk jenis aktivitas

fisik yang meningkatkan dan menjaga kebugaran kardiorespirasi.5,13

Peresepan suatu latihan berjalan harus mengikuti prinsip FITT, yaitu frekuensi

(kekerapan latihan), intensitas (beratnya latihan), time (durasi latihan), dan type

(mode atau jenis latihan). Frekuensi latihan berjalan yaitu banyaknya hari latihan

dalam satu minggu, merupakan kontributor penting sehingga diperoleh manfaat

dari latihan. Frekuensi yang direkomendasikan oleh ACSM untuk latihan berjalan

adalah 3-5 kali per minggu, tergantung dari intensitasnya. Peningkatan kebugaran

kardiorespirasi tidak optimal bila latihan dilakukan kurang dari 3 kali per minggu,

dan mengalami kondisi plateau bila lebih dari 5 kali per minggu. Latihan dengan

frekuensi > 5 kali per minggu dengan intensitas tinggi tidak direkomendasikan

karena akan meningkatkan risiko cedera sistem muskuloskeletal.5

Intensitas aktivitas fisik adalah tingkat kekuatan saat aktivitas sedang dilakukan.

Ada beberapa cara untuk mengukur intensitas saat latihan berjalan. Beberapa

metode lebih mudah dilakukan namun kurang objektif, dimana sebagian lebih

objektif namun membutuhkan tambahan alat atau perhitungan tertentu. Dalam

rekomendasi ACSM dan AHA, aktivitas fisik sedang dinyatakan membutuhkan

3-6 METs. ACSM juga merekomendasikan pengukuran intensitas yang mudah

dilakukan walau kurang objektif, yaitu “tes bicara”.5,25

Page 23: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

8

Tabel 2.1 Pengukuran Intensitas Latihan Berjalan dengan “Tes Bicara”25

Intensitas

Pengukuran Subjektif Pengukuran

Fisiologis/Relatif

Pengukuran

Absolut

“Tes Bicara” RPE

(0-10)

%HRR

VO2R (%)

HR

maks

(%)

METs

Ringan

Sedang

Berat

Mampu berbicara

dan atau menyanyi

Mampu berbicara

tapi tidak mampu

menyanyi

Sulit berbicara

< 3

3-4

≥ 5

< 40

40-60

> 60

< 64

64-76

> 76

< 3

3-6

> 6

Waktu atau durasi latihan merupakan lama waktu latihan yang dilakukan dalam

satu sesi. ACSM memberikan rekomendasi durasi latihan berjalan dengan

intensitas sedang selama 30 – 60 menit per hari (≥ 150 menit per minggu) atau 20

– 60 menit per hari (≥ 75 menit per minggu) untuk intensitas tinggi. Jumlah

latihan ini dapat diakumulasi dalam suatu latihan kontinu atau dalam beberapa

sesi pada latihan interval. Misalnya latihan berjalan dilakukan kontinu selama 10

menit, kemudian berhenti dan dilanjutkan dengan berjalan selama 10 menit,

hingga kemudian diakhiri dengan berjalan 10 menit berikutnya. Rekomendasi

peresepan dosis latihan berjalan adalah dengan menggunakan satuan menit

aktivitas latihan.5,25

Sebagian besar individu berjalan dengan cara yang sama karena memiliki dasar

anatomi dan fisiologi yang sama. Pola jalan memiliki sifat dapat diulang baik

dalam satu individu maupun antar individu, meskipun setiap individu memiliki

gaya jalan tersendiri. Berjalan adalah proses siklik yang seluruh rangkaian yang

Page 24: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

9

diperankan oleh satu tungkai dinamakan satu siklus berjalan. Setiap siklus

berjalan memiliki dua komponen dasar, yaitu stance phase yang menggambarkan

durasi kaki berkontak dengan tanah, dan swing phase yang merupakan periode di

mana tungkai berada di udara dengan tujuan untuk mendorong tungkai ke depan.

Lebih lanjut, swing phase dapat dibagi menjadi tiga sub fase yaitu : initial swing,

mid swing, dan terminal swing. Stance phase juga dibagi menjadi empat sub fase

yaitu iniatial contact, loading response, midstance, terminal stance, dan

preswing.11,13

Tabel 2.2 Fase-fase Siklus Berjalan11

Stance phase dapat pula dibagi menjadi tiga periode berdasarkan pola kontak

kaki-lantai. Periode double support yaitu periode pada awal dan akhir dari stance

phase, di mana kedua kaki berkontak dengan lantai, yang memungkinkan beban

tubuh dipindahkan dari satu tungkai ke tungkai yang lain. Periode single limb

support, yang dimulai ketika tungkai yang berlawanan terangkat dari lantai untuk

memasuki swing phase. Pada individu normal yang berjalan pada kecepatan yang

nyaman (self-selected comfortable speeds), distribusi normal dari fase berjalan

secara umum adalah 60% adalah fase stance dan 40% adalah fase swing, dengan

sekitar 10% terjadi tumpang tindih pada masing-masing periode double support.

Rasio ini bervariasi sesuai dengan perubahan kecepatan berjalan (gambar 2.6).12

Page 25: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

10

Gambar 2.1 Perbandingan Fase Berjalan Sesuai dengan Kecepatan

Berjalan11

Parameter dalam siklus berjalan yang lain adalah step atau langkah yang

merupakan periode yang dimulai pada suatu fase dari satu kaki hingga fase yang

sama pada kaki yang lain. Dengan demikian, terdapat dua langkah dalam satu

stride atau satu siklus berjalan. Step length atau panjang langkah adalah jarak

antar kaki pada arah berjalan dalam satu langkah. Periode stride didefinisikan

sebagai periode suatu fase pada satu kaki hingga fase yang sama berikutnya pada

kaki yang sama, biasanya fase initial contact ke initial contact berikutnya

digunakan untuk mengukur satu stride. Cadence mengacu pada jumlah langkah

dalam satu satuan waktu (biasanya dalam satuan langkah per menit). Panjang

langkah, durasi langkah, dan cadence adalah simetris antara kedua tungkai pada

individu normal. Dalam hal energetika ketika berjalan kaki, energi dikonsumsi

untuk tiga hal. Pertama, untuk menggerakkan massa tubuh melaui suatu jarak

dalam suatu waktu tertentu. Kedua, untuk aktivitas pergerakan naik-turun dari

batang tubuh pada setiap langkah, sebagaimana gerakan pelvis ke atas pada posisi

di atas tungkai yang menjadi tumpuan selama midstance dan gerakan pelvis ke

Page 26: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

11

bawah selama periode double support ketika tulang pelvis berada diantara kedua

tungkai yang menyokongnya dengan sudut yang berlawanan. Ketiga, energy

dikonsumsi oleh tubuh metabolisme umum. Kerja tubuh membutuhkan energi,

sehingga berjalan dengan kecepatan tinggi akan membutuhkan kerja yang lebih

besar dan pengeluaran energi yang juga lebih tinggi.11,12

Kecepatan berjalan yang optimal tercapai ketika berjalan dengan kecepatan yang

nyaman, dan laju metabolism adalah paling efisien pada saat ini. Kebutuhan

energi yang lebih tinggi pada berjalan yang cepat dan berlari dibutuhkan untuk

kerja otot yang lebih besar. Otot-otot yang berperan pada aktivitas berjalan dapat

digambarkan pada tabel 2.1.1.13

Tabel 2.3 Aktivitas Kelompok Otot pada Siklus Berjalan Normal13

Pada siklus berjalan, pergerakan tubuh ke arah vertikal diminimalkan oleh enam

faktor yang dikenal sebagai enam determinan berjalan kaki (The Six Determinants

of Gait). Keenam determinan tersebut terjadi independen satu sama lain, namun

secara simultan memproduksi suatu jalur pergerakan sinusoid pada arah vertikal

dan horizontal yang mulus, yang memiliki satu puncak vertikal dan terjadi pada

setiap langkah. Terjadi juga jalur pergerakan sinusoid lateral atau kurva lateral

pada setiap stride yang terjadi sebagai akibat pergerakan tubuh menuju tungkai

yang menyangga pada setiap siklus berjalan.13

Page 27: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

12

Tabel 2.4 Enam Determinan Berjalan13

2.2 Pengukuran Jumlah Langkah Berjalan Menggunakan Pedometer

Aktivitas berjalan kaki dengan satuan langkah, yaitu berjalan 10.000 langkah/hari

telah lama dikenal di masyarakat. Salah satu alat elektronik yang dapat memonitor

gerakan berjalan dengan adanya sensor pergerakan adalah pedometer. Sejarah

singkat pedometer berkaitan dengan penemuan lengan pendulum oleh Leonardo

da Vinci pada abad ke-15, yang bergerak maju dan mundur dengan adanya ayunan

tungkai selama berjalan. Pedometer pada umumnya berukuran kecil, ringan,

dipakai pada pinggang. Mekanisme internal pedometer dalam mengukur gerakan

meliputi adanya lengan gaya horizontal yang tergantung dan berbentuk spring,

yang akan bergerak ke atas dan ke bawah dengan adanya ambulasi (misalnya

berjalan atau berlari). Suatu sirkuit elektrik akan merekam setiap gerakan yang

terdeteksi dan jumlah langkah yang terakumulasi akan ditampilakan dalam layar.

Pedometer tidak dapat mengukur kecepatan berjalan. Berdasarkan penelitian-

penelitian terkait penggunaan pedometer, pedometer paling akurat untuk

mengukur jumlah langkah, kurang akurat dalam mengukur jarak tempuh berjalan,

dan lebih kurang akurat lagi dalam mengukur pengeluaran energi. Dengan alasan

tersebut, para peneliti merekomendasikan bahwa jumlah langkah, atau jumlah

langkah/hari, dapat dipakai secara universal sebagai unit standar untuk

pengumpulan, pelaporan dan interpretasi data pedometer.1

Sejumlah pedometer elektronik tersedia secara komersil. Namun, hanya ada satu

penelitian yang membandingkan secara langsung beberapa merk pedometer.

Page 28: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

13

Berdasarkan penelitian tersebut, merek yang paling akurat adalah Yamax

Digiwalker model SW-500, yang merekam dalam 1% dari seluruh langkah dalam

kondisi terkontrol. Namun sayang, tipe ini tidak lagi diproduksi. Dengan

demikian, sebelum menggunakan pedometer merek atau model apapun, sebaiknya

dilakukan validasi cepat terhadap produk terkait. Vincent dan Sidman melakukan

proses validasi dengan dua cara, yaitu tes “berjalan 100 langkah” (100-step walk

test) dan tes “kocok” (shake test). Uji validasi yang pertama dilakukan dengan

berjalan dengan menggunakan pedometer yang diuji dengan kecepatan normal

sejauh 100 langkah, kemudian membandingkan jumlah langkah yang ditampilkan

oleh layar pedometer dengan jumlah langkah actual. Uji validasi dengan tes kocok

dilakukan dengan mengguncangkan alat pedometer di dalam kardusnya 100 kali,

kemudian dibandingkan dengan jumlah angka yang tampil di layar pedometer.

Para peneliti sebelumnya mendapati bahwa persentase error untuk uji pertama

adalah <2% dan untuk uji kedua adalah <1%, dan tidak ada pedometer yang

persentase error-nya >5% dari kedua tes. Peneliti atau pengguna pedometer

seharusnya mendapatkan angka persentase error yang serupa ketika memvalidasi

pedometer menggunakan metode yang sama.1-3

2.3 Kapasitas Fungsional

Kapasitas fungsional berkaitan dengan aktivitas yang bisa dilakukan. Kapasitas

fungsional menurut sisi pandang kedokteran fisik dan rehabilitasi adalah

setidaknya mampu mengurus diri sendiri secara mandiri. Evaluasi kapasitas

fungsional dapat berupa sekelompok uji, latihan, dan observasi yang digabungan

untuk menentukan kemampuan seseorang sehingga dapat berfungsi pada berbagai

keadaan terutama pekerjaan. Evaluasi kapasitas fungsional dapat digunakan untuk

menentukan kebugaran dalam bekerja dan beraktivitas. Ada dua jenis uji kapasitas

fungsional yaitu Mental Functional Capacity Evaluation (MFCE) dan Physical

Functional Capacity Evaluation (PFCE). Kapasitas fungsional juga dapat dinilai

dalam satuan metabolic equivalent (METS) dan dapat digunakan sebagai prediksi

yang akurat untuk menilai kejadian gangguan sistem kardiovaskular maupun

respirasi. Dalam menilai kapasitas fungsional dengan satuan METS, dapat

dilakukan uji latih dengan menggunakan uji jalan 6 menit. Nury pada tahun 2011

telah mengembangkan protokol uji jalan 6 menit dengan perhitungan rumus

Page 29: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

14

prediksi total jarak tempuh dan konsumsi oksigen maksimal (VO2 maks) yang

disesuaikan dengan antropometrik orang Indonesia.5

2.3.1 Jantung

Jantung terdiri atas empat ruang dan merupakan pompa utama pengaliran

darah yang melalui semua sistem vascular. Jantung sebagai salah satu bagian

dari sistem kardiovaskular merupakan organ dalam tubuh yang memiliki

autoritas. Volume darah per menit yang disalurkan (curah jantung)

merupakan hasil kali denyut jantung (heart rate) dengan isi sekuncup (stroke

volume). Curah jantung menggambarkan volume darah yang dibutuhkan saat

beraktivitas untuk metabolisme. Ukuran metabolisme merupakan gambaran

jumlah oksigen yang dikomsumsi.5

Stroke volume (SV), atau isi sekuncup, merupakan volume darah yang

disalurkan ke seluruh tubuh pada setiap denyut jantung. Volume darah yang

disalurkan setiap menitnya dikenal sebagai curah jantung (cardiac output /

CO). curah jantung (dalam liter per menit) merupakan hasil kali denyut

jantung dengan isi sekuncup.5

Curah jantung memiliki hubungan dengan VO2 dan hubungan ini

digambarkan membentuk suatu garis lurus, dengan bertambahnya usia, garis

ini sedikit bergeser ke bawah, tetapi tidak ada perubahan bermakna pada

kelurusan garis atau lengkungan. Curah jantung maksimum pada posisi

supinasi lebih rendah dibandingkan pada posisi tegak, demikian juga halnya

dengan dengan VO2 maksimal. Selama latihan, yang dilakukan pada posisi

tegak, denyut jantung dan isi sekuncup meningkat sesuai dengan peningkatan

intensitas latihan. Jumlah maksimum, curah jantung dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain usia, postur, dan tingkat kebugaran jasmani.

Curah jantung pada dewasa muda meningkat secara linier dengan

peningkatan beban kerja. Pada intensitas hingga 50% VO2 maksimal,

peningkatan curah jantung terjadi karena perubahan denyut jantung dan SV.

Setelah itu peningkatan curat jantung pada dasarnya hanya karena

peningkatan deyut jantung. Menurunnya curah jantung sesuai usia tidak

sejalan dengan sebuah penelitian dengan menggunakan sepeda statis yang

Page 30: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

15

memperlihatkan tidak adanya perbedaan curah jantung absolut maupun

kelengkungan kurva hubungan curah jantung-VO2 di antara kelompok usia

tua (51-72 tahun) dan muda (20-31 tahun), dengan demikian, faktor usia

masih belum jelas pengaruhnya dalam menentukan besar curah jantung

selama latihan.5

Denyut jantung dan VO2 berhubungan dan bersifat linear. Denyut jantung

maksimal merupakan suatu fungsi dari usia, sedangkan tingkat kondisi fisik

menentukan kelengkungan (slope) garis. Pada suatu uji submaksimal

dipersyaratkan keadaan steady state, adalah suatu keadaan yang ditandai oleh

denyut jantung yang menetap sewaktu diberikan latihan dengan beban

submaksimal yang konstan, yaitu nilai denyut jantung optimal yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi pada beban kerja tertentu.5

2.3.2 Sistem Respirasi

Paru merupakan organ yang unik, tidak mempunyai otot sendiri, aktivitas

masuk dan keluarnya udara merupakan sinergi organ paru dengan dinding

dada. Pada pandangan ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi gerakan sangkar

toraks seperti bagian tubuh yang lain, mengikuti bidang-bidang. Bidang gerak

utama sagittal (cardinal sagittal plane) merupakan bidang vertical yang

membagi tubuh atas dua bagian yang sama yaitu kiri dan kanan. Bidang

frontal utama (cardinal frontal plane) adalah bidang vertical yang sejajar

dengan tulang frontalis, membagi tubuh atas dua bagian yang sama yaitu

depan dan belakang. Bidang horizontal utama yaitu bidang yang membagi

tubuh atas dua bagian yaitu atas dan bawah. Bidang lain yang sejajar dengan

bidang sagittal, frontal, atau horizontal melalui titik di luar titik gravitasi,

disebut bidang sekunder. Paru sebagai pompa ventilasi, yang terdiri atas

dinding dada, otot-otot pernapasa, dan ruang pleura, berperan dalam proses

inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi diawali dengan aktivasi otot pernapasan,

terutama diafragma. Otot pernapasan meningkatkan dimensi rongga dada

sehingga tekanan di dalam ruang pleura lebih rendah dibandingkan tekanan

atmosfer di luar. Pergerakan dimensi rongga dada merupakan gerakan iga

pada bersendi pada tulang belakang pada sisi posterior dan pada sternum pada

Page 31: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

16

sisi anterior. Secara kinesiology gerakan yang yang sempurna dan

mengembang penuh merupakan gerakan pada bidang sagital, frontal, dan

horizontal. Pada inspirasi, maka kondisi yang terjadi adalah rongga dada

membesar, tekanan alveolar lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga

udara masuk ke dalam paru. Para akhir inspirasi, otot-otot akan relaksasi dan

elastisitas recoil paru mendorong udara keluar, dengan demikian terjadi

ekspirasi.5

2.3.3 Otot

Aktivitas ditampilkan otot sebagai kontraksi dan relaksasi. Pada saat terjadi

kontraksi rangkaian cross bridge berikatan dan menekuk, menarik filament

tipis ke dalam. Filamen tipis pada setiap sisi sarkomer bergeser, di sebelah

luar filament tebal yang tetap diam, menuju bagian tengah pita A. selagi

bergeser ke dalam, filament tipis menarik garis Z berdekatan, membuat

sarkomer memendek. Ini dikenal sebagai mekanisme pergeseran filament

pada kontraksi otot. Zona H menjadi kecil dengan mendekatnya filament-

filamen tipis saat mereka bergeser semakin ke dalam. Pita I, yang terdiri dari

bagian-bagian filament tipis yag tidak overlap. Selama kontraksi, baik

filament tipis maupun tebal tidak ada yang memendek. Pemendekan

sarkomer terjadi karena pergeseran filament tipis yang saling mendekat di

antara filament-filamen tebal.5

Terdapat dua jenis serabut otot, slow twitch (ST) dan fast twitch (FT) yang

berperan pada metabolism. Serabut ST sangat efisien dalam menghasilkan

ATP dari proses oksidasi karbohidrat dan lemak. Selama oksidasi terjadi,

serat ST akan terus menghasilkan ATP, memungkinkan serabut tersebut tetap

aktif dan mampu mempertahankan aktivitas otot. Dikatakan bahwa serabut

otot ST mempunyai ketahanan aerobik yang tinggi oleh karena itu serabut ST

paling sedikit direkrut pada aktivitas dengan ketahakan intensitas rendah.

Serabut FTa memiliki ketahanan aerobic yang relatif rendah. Serabut ini lebih

baik dalam beraktivitas secara anaerobic dibandingkan serabut ST, artinya

ATP yang dipakai terbentuk melalui jalur anaerobic, bukan melalui proses

oksidasi. Motor unit FTa menghasilkan gaya lebih besar daripada motor unit

Page 32: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

17

ST, tetapi serabut ini lebih mudah lelah karena ketahanannya yang terbatas.

Oleh karena itu, serabut FTa tampaknya dipakai saat melakukan aktivitas

ketahanan tinggi dalam waktu singkat. Serabut FTb tidak mudah dirangsang

oleh sistem saraf maka relatif jarang digunakan dalam melakukan aktivitas

intensitas rendah yang normal, namun dipakai dalam aktivitas yang sangat

eksplosif seperti lari 100 meter dan berenang cepat 50 meter.5

2.4 Uji Jalan 6 Menit Protokol Nury

Uji jalan enam menit (UJ6M) merupakan salah satu metode uji jalan berbasis

waktu yang sering digunakan untuk menilai status fungsional seseorang, juga

sebagai prediktor mortalitas dan morbiditas suatu penyakit. Indikasi utama uji ini

adalah untuk menilai respon intervensi terapi pada pasien dengan penyakit

kardiorespirasi sedang sampai berat. Uji ini mempunyai keunggulan karena

mudah dilakukan, lebih dapat ditoleransi karena mendekati aktifitas sehari –hari

terutama oleh individu dengan keterbatasan fungsional seperti pada pasien pasca

miokard infark, gagal jantung, PPOK, dan usia lanjut. Uji jalan 6 menit protokol

Nury ini dilakukan di permukaan rata sepanjang 15 meter selama 6 menit dengan

kecepatan atau intensitas berjalan yang disesuaikan oleh pasien dengan mencapai

skala Borg 12-13. Dibutuhkan putaran saat berjalan pada kedua ujung lintasan,

dengan maneuver putaran sebanyak 3 langkah. Uji ini mempunyai efek

pembelajaran, dengan rerata peningkatan jarak tempuh 15,2 % pada uji jalan yang

kedua dibandingkan pada uji jalan pertama. Oleh karena itu, setidaknya sebaiknya

dilakukan satu kali uji jalan pendahuluan dengan jarak minimal 30 menit diantara

keduanya. Jarak tempuh yang paling jauh yang diambil sebagai hasil pengukuran.

Sebelum pelaksanaannya, pasien harus dinilai derajat sesak, kelelahan dan usaha

dengan skala modifikasi Borg, denyut nadi, dan saturasi oksigen. Instruksi standar

diberikan pada pasien diawal uji dan setiap menit saat uji jalan berlangsung. Hasil

yang didapat dari uji ini adalah prediksi total jarak tempuh, konsumsi oksigen

maksimal, dan skala sesak, kelelahan, usaha dan tanda vital yang dinilai kembali

seperti sebelum uji dilakukan. Faktor yang dapat mempengaruhi jarak tempuh uji

jalan 6 menit adalah perawakan tubuh, usia, jenis kelamin, tingkat kognisi,

panjang lintasan, penyakit penyerta (seperti kardiorespirasi dan musculoskeletal).5

Page 33: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

18

2.4.1 Prediksi Total Jarak Tempuh

Pada penerapannya, hasil uji jalan enam menit diinterpretasikan sebagai

pencapaian jarak tempuh aktual yang dibandingkan dengan total prediksi

jarak tempuh. Nury dkk, pada tahun 2011 telah mengembangkan persamaan

acuan untuk prediksi total jarak tempuh menggunakan antropometri

Indonesia dari subjek sehat, yang lebih sesuai digunakan di Indonesia.5

Rumus Nury prediksi total jarak tempuh = 586.254 + (0.622 x Berat Badan) –

(0.265 x Tinggi Badan) – (63.343 x Jenis Kelamin*) + (0.117 x Usia)

Keterangan : berat badan dalam kilogram, tinggi badan dalam sentimeter,

jenis kelamin*: 0 = laki – laki, 1 = perempuan, usia dalam tahun.

2.4.2 Prediksi Ambilan Oksigen Maksimal (VO2 maks)

VO2 maks adalah ambilan oksigen maksimal selama latihan. Kinerja pada

nilai ini hanya bertahan paling lama dalam beberapa menit.

Nilai ini

merupakan titik dimana ambilan oksigen mendatar (plateau) dan tidak

menunjukkan peningkatan lagi (atau meningkat hanya sedikit saja) walaupun

dengan penambahan beban latihan. VO2 maks menggambarkan tingkat

kemampuan aerobik seseorang untuk dapat mensintesis kembali ATP.

Latihan tambahan diatas VO2 maks akan dapat dilakukan hanya dengan

proses glikolisis dengan hasil akhir asam laktat. VO2 maks dapat dinilai

dengan berbagai cara uji yang mengaktifkan sekelompok otot-otot besar

selama uji tersebut memiliki intensitas dan durasi yang memadai untuk

menibulkan transfer energi aerobik yang maksimal. Bentuk yang paling

umum digunakan adalah berjalan atau berlari dengan treadmill, bench

stepping, atau bersepeda. Pada keadaan dimana kriteria VO2 maks tidak

ditemui, atau uji terbatas akibat faktor lokal (kelelahan otot pada kaki atau

lengan), biasanya digunakan istilah VO2 peak (puncak) yaitu nilai ambilan

oksigen tertinggi yang didapat selama uji, dapat dinilai dengan berbagai cara

uji yang mengaktifkan sekelompok otot-otot besar selama uji tersebut

memiliki intensitas dan durasi yang memadai untuk menibulkan transfer

energi aerobik yang maksimal. Bentuk yang paling umum digunakan adalah

berjalan atau berlari dengan treadmill, bench stepping, atau bersepedah.18,19

Page 34: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

19

Nury dkk, pada tahun 2011 telah mengembangkan formula untuk perhitungan

nilai prediksi VO2 maks pada uji jalan 6 menit subjek orang Indonesia,

sehingga lebih sesuai digunakan pada pasien dengan antropometri orang

Indonesia.5

Rumus Nury Prediksi VO2 maksimum = (0.053 x jarak tempuh) + (0.022 x

usia) + (0.032 x tinggi badan) – (0.164 x berat badan) – (2.228 x jenis

kelamin*) – 2.287

Keterangan : Jarak tempuh dalam meter, usia dalam tahun, tinggi badan

dalam sentimeter, berat badan dalam kilogram, jenis kelamin*: 0 = laki – laki,

1 = perempuan.

2.2.7 Skala Borg

Pada dekade 60-an, mulai dipikirkan perasaan dan persepsi individu terhadap

beban kerja, sehingga Borg membuat suatu skala untuk memantau intensitas

aktivitas fisik. Skala Borg merupakan skala subjektif yang dijadikan objektif,

menggambarkan seberapa dirasakan tubuh bekerja, termasuk peningkatan

denyut jantung, laju respirasi dan kelelahan. Skala borg ini merupakan skala

subjektif, tetapi dapat menjadi estimasi denyut nadi actual saat aktivitas fisik

dan berkorelasi linier dengan intensitas latihan. Didapatkan korelasi yang

tinggi antara skala Borg dengan denyut nadi (r = 0,80-0,90). Saraswati

menggunakan skala Borg untuk latihan pada penelitian yang mengamati

pengaruh latihan berjalan pada penderita penyakit paru obstruktif kronik

derajat sedang menggunakan intensitas pada skala 12.5

2.5 Keseimbangan

Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh mempertahankan equilibrium, atau

menghindari jatuh. Keseimbangan dipertahankan paling baik ketika pusat massa

(center of mass) berada dalam base of support. Pusat massa tubuh merupakan

titik pusat keseluruhan massa tubuh sehingga tubuh berada pada ekuilibrium yang

sempurna. Pada orang dewasa, titik ini umumnya berada sedikit di depan dari

vertebra sakral 2. Base of support didefinisikan sebagai perimeter dari area

kontak tubuh dengan support surface. Batas ayunan seseorang dapat menjaga

keseimbangan tanpa mengubah bidang tumpu disebut batas stabilitas.16

Page 35: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

20

Secara umum, keseimbangan diklasifikasikan sebagai keseimbangan statis dan

dinamis. Keseimbangan statis merupakan kemampuan seseorang mempertahankan

posisi antigravitasi stabil pada saat istirahat seperti berdiri atau duduk. Sementara

keseimbangan dinamis merupakan kemampuan seseorang mempertahankan

stabilitas tubuh pada saat bergerak, baik karena gerakan tubuh atau gerakan

support surface. Selain respon terhadap adanya perturbasi, respon keseimbangan

dapat timbul sebagai antisipasi. Kontrol postural antisipasi merupakan

penyesuaian postur yang terjadi sebelum terjadi gerakan, misalnya ketika kita

akan melangkah atau melakukan aktivitas yang sudah biasa dilakukan. Kontrol

postural juga dapat terjadi otomatis sebagai respon terhadap perturbasi eksternal

yang tak terduga. Pemeriksaan keseimbangan dinamis tanpa perturbasi

dilakukan dengan berbagai asesmen fungsional, seperti uji timed up and go

(TUG). Uji TUG menilai kemampuan mempertahankan keseimbangan pada saat

transfer dan berjalan dalam waktu. Pasien diminta untuk berdiri dari kursi (dengan

sandaran punggung dan lengan), berjalan 3 meter, berputar 180o kemudian

kembali dan duduk. Pasien menggunakan alas kaki biasa dan alat jalan yang biasa

digunakan saat pemeriksaan. Setelah aba-aba “mulai”, pasien dipersilakan

berjalan kecepatan biasa yang nyaman dan aman bagi pasien. Waktu (satuan

detik) dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga pasien kembali duduk dengan

punggung dan lengan bersandar. Pemeriksaan ini merupakan modifikasi dari uji

get up and go yang menilai kemampuan pasien melakukan tugas diatas dengan

skala ordinal.16,17

2.6 Ibadah Haji

Ibadah haji merupakan ibadah fisik yang termasuk rukun fi’liyah artinya wajib

melakukan kegiatan ibadah fisik dan tidak boleh digantikan oleh orang lain,

seperti kegiatan tawaf, sa’i, dan wukuf di Arafah. Tawaf dilakukan selama 7 kali

putaran mengelilingi ka’bah, lingkaran terdekat diperlukan kemampuan berjalan

sebanyak 7x200 meter = 1400 meter. Sa’i membutuhkan kemampuan berjalan dan

berlari kecil antara Safa dan Marwah sebanyak 7 kali bolak balik dengan jarak 1

kali perjalanan adalah 400 meter sehingga jarak yang ditempuh pada saat sa’i

sejauh 2800 meter. Total kegiatan tawaf dan sa’i saja belum termasuk perjalanan

dari tempat tinggal pemondokan ke Masjid, diperlukan kemampuan minimal

Page 36: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

21

berjalan kaki berkisar 2800 meter ditambah 1400 meter = 4200 meter. Dengan

kata lain, setiap jemaah haji dituntut untuk mampu berjalan sejauh 4,2 kilometer.

Padahal kegiatan yang dilakukan jemaah haji minimal 3 kali untuk rukun haji,

ditambah kegiatan diluar rukun haji, diperkirakan mampu berjalan kaki minimal

sejauh 12 kilometer. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebagai dasar pelaksanaan

pembinaan kesehatan jemaah haji dalam rangka istitaah kesehatan jemaah haji.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Kesehatan Haji Indonesia, diketahui

bahwa dari tahun 2010 hingga 2015 mayoritas jemaah haji asal Indonesia adalah

mereka yang berumur 51 – 60 tahun. Kemudian peringkat terbanyak kedua

diperoleh jemaah dengan rentang usia 41 – 50 tahun.6,7

Dalam melakukan ibadah haji, kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan

seseorang sangat menentukan kemampulaksanaan ibadah, kemandirian untuk

menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah, kesempurnaan ibadah, dan kembalinya

seseorang ke dalam aktifitas sesudah kembali ke tanah air.7,8

2.6.1 Istitaah Kesehatan Jemaah Haji

Istitaah adalah kemampuan jemaah haji secara jasmaniah, ruhaniah,

pembekalan dan keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa

menelantarkan kewajiban kepada keluarga. Istitaah kesehatan jemaah haji

adalah kemampuan jemaah haji dari aspek kesehatan yang meliputi fisik dan

mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan,

sehingga jemaah haji dapat menjalankan ibadanya sesuai tuntunan agama

Islam. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah rangkaian kegiatan penilaian

status kesehatan jemaah haji yang diselenggarakan secara komprehensif.

Pembinaan istitaah kesehatan haji merupakan serangkaian kegiatan terpau,

terencana, terstruktur, dan terukur, diawali dengan pemeriksaan kesehatan

pada saat mendaftar menjadi jemaah haji sampai masa keberangkatan.

Pemeriksaan kesehatan meliputi tahap pertama yang dilaksanakan oleh tim

penyelenggara kesehatan haji kabupaten atau kota di puskesmas dan atau

rumah sakit pada saat jemaah haji melakukan pendaftaran untuk mendapatkan

nomor porsi. Pemeriksaan kesehatan tahap kedua dilaksanakan oleh tim

penyelenggara kesehatan haji kabupaten atau kota di puskesmas dan atau

rumah sakit pada saat pemerintah telah menentukan kepastian keberangkatan

Page 37: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

22

jemaah haji pada tahun berjalan. Pemeriksaan kesehatan tahap ketiga

dilaksanakan oleh panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) embarkasi bidang

kesehatan di embarkasi pada saat jemaah haji menjelang pemberangkatan.

Pembagian istitaah kesehatan jemaah haji meliputi:7

1. Memenuhi syarat istitaah kesehatan haji, yaitu jemaah haji yang memiliki

kemampuan mengikuti proses ibadah haji tanpa bantuan obat, alat, dan

atau orang lain dengan tingkat kebugaran jasmani setidaknya dengan

kategori cukup.

2. Memenuhi syarat istitaah kesehatan haji dengan pendampingan, yaitu

jemaah haji dengan kriteria berusia 60 tahun atau lebih dan atau menderita

penyakit tertentu yang tidak masuk dalam kriteria tidak memenuhi syarat

istithaah sementara dan atau tidak memenuhi syarat istithaah.

3. Tidak memenuhi syarat istitaah kesehatan haji untuk sementara, yaitu

tidak memiliki sertifikat vaksinasi internasional (ICV) yang sah, menderita

penyakit tertentu yang berpeluang sembuh antara lain tuberkulosis sputum

BTA positif, tuberkulosis multi drug resistance, diabetes mellitus tidak

terkontrol, hipertiroid, HIV-AIDS dengan diare kronik, stroke akut,

perdarahan saluran cerna, anemia gravis, suspek dan atau confirm penyakit

menular yang berpotensi wabah, psikosis akut, fraktur tungkai yang

membutuhkan immobilisasi, fraktur tulang belakang tanpa komplikasi

neurologis, atau hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat

keberangkatan kurang dari 14 minggu atau lebih dari 26 minggu.

4. Tidak memenuhi syarat Istithaah kesehatan haji, yaitu dengan kriteria

kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa, antara lain penyakit paru

obstruksi kronis (PPOK) derajat IV, gagal jantung stadium IV, Chronic

Kidney Disease stadium IV dengan peritoneal dialysis/hemodialysis

regular, AIDS stadium IV dengan infeksi oportunistik, stroke

Hemorrhagic luas, gangguan jiwa berat antara lain skizofrenia berat,

dimensia berat, dan retardasi mental berat, keganasan stadium akhir,

Tuberculosis totally drugs resistance (TDR), sirosis atau hepatoma

dekompensata.

Page 38: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

23

2.7 Kerangka Teori

Berjalan

Fungsi otot

- Step length

- Stride length

- Cadence

Fungsi

kardiorespirasi

Kapasitas

fungsional

Fungsi

keseimbangan

Borg Scale

Prediksi

VO2 maks

Prediksi

Jarak Tempuh

Uji Jalan 6 Menit

Protokol Nury

Ibadah Haji

Istitaah

Kesehatan

Page 39: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

24

2.8 Kerangka Konsep

Istitaah kesehatan

jemaah haji

Uji kapasitas fungsional

&

Uji keseimbangan

Latihan berjalan

Calon jemaah haji dewasa

Prediksi jarak

tempuh

meningkat

Prediksi

ambilan

oksigen

maksimal

(VO2 maks)

meningkat

Fungsi

keseimbangan

meningkat

Page 40: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia 25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental menggunakan kontrol,

dengan rancangan acak tersamar tunggal (single blind, randomized controlled

trial) untuk mengetahui efek latihan berjalan dalam meningkatkan kapasitas

fungsional dan fungsi keseimbangan pada calon jemaah haji usia dewasa sehat.

3.2 Tempat

Pembinaan calon jemaah haji di Puskesmas Kecamatan di lingkungan Provinsi

DKI Jakarta.

3.3 Waktu

a. Persiapan : Januari – Desember 2017

b. Pelaksanaan : Januari – Juni 2018

c. Analisis/ penyajian : Juli 2018

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi target adalah calon jemaah haji sehat usia dewasa di Indonesia. Populasi

terjangkau adalah calon jemaah haji sehat usia dewasa di Indonesia di pembinaan

calon jemaah haji di Puskesmas Kecamatan di lingkungan Provinsi DKI Jakarta.

Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria pemilihan

subjek. Metode sampling dengan cara konsekutif.

3.5 Besar Sampel

Sampel merupakan bagian subjek dari populasi terjangkau yang memenuhi

kriteria penerimaan dan di luar kriteria penolakan. Untuk menghitung besar

sampel minimal yang diperlukan untuk mendapatkan perbedaan rerata total jarak

tempuh, prediksi VO2 maks, prediksi jarak tempuh, dan uji timed up and go

setelah akhir intervensi antara kelompok intervensi dan kontrol, digunakan rumus

besar sampel untuk data numerik independen.

Besar sampel yang diperlukan:

𝑛1 = 𝑛2 = 2 {(𝑍𝛼+𝑍𝛽)𝑠𝑥1−𝑥2 }2

n = Jumlah sampel

Page 41: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

26

Tingkat kemaknaan α= 0,05 maka Zα=1,96

Power= 80% maka Zβ= 0,842;

S = simpang baku kedua kelompok = 2,7

x1-x2 = perbedaan klinis yang diinginkan = 4

Berdasarkan perhitungan didapatkan n = 8 orang

Untuk mengantisipasi drop out, yang diperkirakan sebesar 20%, maka besar

sampel menjadi :

Jadi besar sampel masing-masing kelompok adalah 10 orang. Cara pengambilan

sampel dilakukan secara consecutive sampling selama masa penelitian, dan secara

tertulis menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian hingga jumlah sampel

terpenuhi.

3.6 Kriteria Penerimaan dan Penolakan Subjek Penelitian

3.6.1 Kriteria Penerimaan

- Usia 45 – 59 tahun

- Mampu berjalan tanpa alat bantu

- Memenuhi kriteria istitaah kesehatan jemaah haji

- Dapat berbahasa Indonesia

- Bersedia mengikuti program penelitian secara sukarela dengan

menandatangani formulir persetujuan setelah diberikan penjelasan

3.6.2 Kriteria penolakan

- Tidak memenuhi kriteria penerimaan subjek penelitian

3.6.3 Kriteria Gugur

Pasien menolak atau tidak melakukan aktivitas yang diresepkan selama 3 kali

berturut-turut selama dalam penelitian.

3.7 Bahan dan Alat Penelitian

3.7.1 Formulir

- Formulir persetujuan

- Formulir data dasar dan hasil pemeriksaan fisik pasien

- Formulir pemakaian pedometer harian

101

21

f

nnn

Page 42: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

27

3.7.2 Alat-alat

- Tensimeter

- Stetoskop

- Penghitung waktu (stopwatch)

- Pedometer

- Pulse oxymetry

- Formulir Skala Borg

- Lintasan 15 meter

- Kerucut (cone)

- Tabung dan selang oksigen

3.8 Cara Kerja Penelitian

1. Subjek yang bersedia mengikuti program penelitian (diambil dari populasi

terjangkau) menandatangani surat persetujuan untuk mengikuti penelitian

setelah diberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat program

penelitian.

2. subjek penelitian diwawancarai secara terstruktur untuk mengetahui

a. Data demografis (nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor telepon)

b. Keluhan saat ini

c. Riwayat penyakit saat ini

d. Riwayat penyakit dahulu (hipertensi, DM, trauma kepala, stroke, infeksi,

tumor otak, epilepsi) dan pengobatannya

e. Obat yang sedang dikonsumsi

f. Kegiatan olah raga atau aktivitas fisik (Apakah jenis kegiatan tersebut?

Berapa kali dalam seminggu? Berapa menit setiap kali berolah raga?)

3. Dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan tanda – tanda vital,

status kardiorespirasi, dan status neuromuskuloskeletal.

4. Didapatkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

5. Dilakukan randomisasi untuk membagi subjek penelitian ke dalam kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.

6. Pengambilan data dasar berupa hasil uji jalan 6 menit dan uji TUG. Pada

penelitian ini 6MWT digunakan untuk menentukan jarak tempuh dengan

menggunakan protokol Nury yang menggunakan jarak 15 meter yang dibatasi

Page 43: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

28

oleh 5 marka setiap 3 meter yang tata caranya bisa dilihat di dalam lampiran.

Untuk mengetahui kemampuan berjalan selama 6 menit, subjek diminta

berjalan dengan atau tanpa alat bantu dengan kecepatan yang paling cepat

namun tidak berlari. Subjek berdiri dibelakang garis tanda mulai, stopwatch

mulai dijalankan setelah subjek melewati garis tadi dan berhenti setelah

berjalan selama 6 menit. Bila subjek merasa lelah dapat berhenti (diberi tanda

spidol tepat pada tumit di tempat subjek berhenti) dan melanjutkan berjalan

kembali sampai waktu 6 menit yang telah ditentukan. Nilai dasar yang

diambil adalah jarak tempuh.

7. Tahap Persiapan alat : Tes Validasi Pedometer menggunakan tes “100

langkah berjalan kaki” dan tes “kocok”.

8. Tahap persiapan subjek yaitu penjelasan tentang pemakaian pedometer,

pengisian formulir harian (pencatatan pemakaian pedometer, waktu

digunakan (mulai saat pasien baru bangun tidur) hingga dilepas (saat pasien

hendak tidur malam), berapa jumlah langkah yang tercatat, berapa total

jumlah langkah/hari, keluhan-keluhan yang timbul selama periode penelitian).

Subjek kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara acak sederhana dalam 2

kelompok yaitu kelompok 1 dan kelompok 2 (randomisasi menggunakan

simple random sampling dengan menggunakan tabel dari hasil randomisasi

program SPSS). Pasien disarankan untuk selalu istirahat cukup pada malam

hari. Pasien juga tetap mengkonsumsi obat-obat seperti biasa (jika ada).

9. Data diambil dari memori pedometer

a. subjek kelompok perlakuan : Pasien melakukan latihan berjalan selama

30 menit dengan intensitas sedang (sesuai dengan tes bicara) atau sesuai

dengan 3 – 6 METs, diberikan selama 3-5 kali dalam seminggu. Jumlah

langkah latihan minimal 6000 langkah per hari, dipantau menggunakan

pedometer yang dipakai di ikat pinggang/celana. Data jumlah langkah

dicatat dari pedometer setiap pasien akan tidur yaitu pada pukul 22.00 ke

dalam buku log pencatatan yang sudah diberikan untuk setiap subjek

penelitian, kemudian jumlah langkah di pedometer di reset kembali ke

angka 0 dan pedometer dipakai setiap pukul 06.00 untuk menghitung

jumlah langkah latihan berjalan di hari berikutnya.

Page 44: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

29

b. Kelompok kontrol : Melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari seperti

biasa dengan pemantauan jumlah langkah berjalan dalam sehari

menggunakan pedometer yang dipasang di ikat pinggang atau celana/rok.

Jumlah langkah dicatat dari pedometer setiap pasien akan tidur malam

yaitu pada pukul 22.00 ke dalam buku log pencatatan yang sudah

diberikan untuk setiap subjek penelitian, kemudian jumlah langkah di

pedometer di reset kembali ke angka 0 dan pedometer dipakai setiap

pukul 06.00 untuk menghitung jumlah langkah latihan berjalan di hari

berikutnya Lama pencatatan jumlah langkah adalah selama 8 minggu,

data yang diambil adalah jumlah langkah per hari, dengan pengambilan

data oleh peneliti setiap 7 hari, berdasarkan data yang terekam dalam

memori pedometer yang disalin ke dalam buku log.

10. Menilai kapasitas fungsional dengan uji jalan 6 menit dan fungsi

keseimbangan dengan uji TUG sebagai data akhir penelitian.

3.9 Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas: Latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari.

2. Variabel terikat: Uji jalan 6 menit dan uji timed up and go.

3.10 Definisi Operasional

1. Subjek penelitian adalah calon jemaah haji berusia 45 – 59 tahun yang

terdaftar sebagai calon jemaah haji di pembinaan calon jemaah haji di

Puskesmas Kecamatan di lingkungan Provinsi DKI Jakarta yang memenuhi

kriteria penerimaan.

2. Istitaah kesehatan jemaah haji adalah Jemaah haji yang memiliki kemampuan

mengikuti proses ibadah haji tanpa bantuan obat, alat, dan atau orang lain

dengan tingkat kebugaran jasmani setidaknya dengan kategori cukup.

3. Usia yang digunakan adalah berdasarkan tanggal lahir yang tertera di Kartu

Tanda Penduduk (KTP) dan ditentukan berdasarkan hari ulang tahun terakhir

(satuan tahun).

4. Uji jalan 6 menit dilakukan untuk mengetahui jarak tempuh dan nilai prediksi

VO2 maks dalam waktu enam menit dalam lintasan lurus dengan perhitungan

Page 45: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

30

rumus Nury. Alat ukur : jarak tempuh jalan dalam lintasan lurus di dalam

ruangan dengan panjang 15 meter. Skala ukur : numerik.

5. Fungsi keseimbangan dinilai dengan melakukan uji timed up and go, dan

dihitung waktu tempuh yang diperlukan untuk setiap uji.

6. Pengukuran tekanan darah dilakukan saat pasien duduk, dalam satuan mmHg.

7. Pengukuran pernapasan dengan menghitung pernapasan pasien saat duduk

istirahat dengan memakai stopwatch selama 15 detik, lalu dikalikan 4, satuan

adalah kali / menit.

8. Pengukuran nadi yang diukur dengan pulse oxymeter, yaitu pada angka

pengukuran nadi sebelum dan sesudah uji latih dengan satuan kali / menit.

9. Kategori sedentary diukur dengan patokan jumlah langkah <5000/hari

sebagai sedentary life style index pada populasi umum.

10. Intervensi latihan yang diresepkan pada kelompok perlakuan adalah berjalan

selama 30 menit, mencapai minimal 6000 langkah, dilakukan 3-5 kali setiap

minggu, dengan intensitas yang diperbolehkan adalah dalam rentang

intensitas sedang menggunakan acuan “Tes Bicara”. Jumlah langkah latihan

berjalan menggunakan acuan pada layar monitor pedometer.

11. Skala Borg : alat pengukur subjektif melalui skala yang dinilai dengan angka

untuk menentukan usaha, rasa sesak, dan kelelahan kaki yang dialami pasien

(sebelum dan sesudah latihan). Skala ini digunakan sebagai intensitas latihan.

Alat ukur : kuesioner. Skala ukur : numerik.

Page 46: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

31

3.11 Alur Penelitian

Calon jemaah haji dewasa yang memenuhi kriteria

istitaah kesehatan jemaah haji

Memenuhi kriteria inklusi

Pasien menandatangani Informed Consent

Kelompok intervensi latihan berjalan 3

kali perminggu minimal 6000 langkah

per kali

Uji jalan 6 menit Protokol Nury &

Uji timed up and go (TUG)

Kelompok kontrol

(tanpa latihan berjalan

minimal 6000 langkah)

Randomisasi

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

Uji jalan 6 menit Protokol Nury&

Uji timed up and go (TUG)

Analisis Hasil

Akhir minggu ke 8

Page 47: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

32

3.12 Manajemen data

Data pasien yang meliputi data demografik, data dasar penelitian, hasil uji jalan 6

menit dan hasil uji TUG pada awal dan akhir intervensi dipegang oleh peneliti.

Pasien tidak mengetahui termasuk dalam kelompok intervensi latihan berjalan

minimal 6000 langkah dalam 3-5 kali seminggu atau kelompok kontrol. Data

disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, atau grafikal sesuai dengan kebutuhan.

Sebaran data dinilai dengan uji Shapiro Wilk dan atau dengan uji lain yang sesuai.

Karakteristik subjek pada masing-masing kelompok intervensi atau kontrol

setelah randomisasi akan ditampilkan dalam bentuk tabular, untuk

diperbandingkan secara klinis (clinical jugdement) serta disajikan dalam rerata

dan simpang bakunya untuk variabel numerik atau berbetuk proporsi bila variabel

bersifat kategorik. Perbedaan prediksi jarak tempuh, total jarak tempuh, prediksi

VO2 maks, nilai METs, dan nilai uji TUG pada akhir penelitian antara kelompok

kontrol dan intervensi dianalisis dengan uji-t tidak berpasangan.

3.13 Pertimbangan etik

Penelitian dilakukan sesuai dengan peraturan uji klinis di Indonesia. Sebelumnya,

protokol, lembar informasi dan persetujuan pasien, informasi tertulis lainnya yang

harus diberikan kepada pasien dan dokumen-dokumen lainnya yang dibutuhkan

komite etik independen lokal disertakan. Dilakukan pengajuan permohonan

persetujuan tertulis kepada komite etik independen lokal sebelum

dilaksanakannya penelitian.

Page 48: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Pengumpulan Data

Penelitian ini berlangsung sejak bulan April 2018 hingga Juli 2018, dengan subjek

penelitian calon jemaah haji dewasa sehat yang terdaftar dari wilayah DKI

Jakarta, yang memenuhi kriteria penerimaan. Dilakukan pendataan jumlah calon

jemaah haji provinsi DKI Jakarta secara keseluruhan menggunakan

SISKOHATKES, kemudian dilakukan pemilihan subjek berdasarkan kriteria

penerimaan subjek penelitian. Kota Administrasi Jakarta Pusat dan Jakarta Timur

dipilih menjadi populasi penelitian, kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan

dan kontrol berdasarkan tabel randomisasi yang ditentukan oleh peneliti. subjek

yang terkumpul dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kebugaran,

dan fungsi keseimbangan. Untuk mendapatkan subjek yang sesuai kriteria

penerimaan, dilakukan penapisan oleh tim peneliti yang terdiri dari dua orang

dokter umum. Pada kelompok perlakuan, subjek diberikan latihan berjalan selama

30 menit dengan intensitas sedang, jumlah langkah latihan berjalan minimal 6000

langkah per hari diukur dengan menggunakan pedometer, latihan dilakukan 3-5

kali dalam seminggu selama 8 minggu. Kelompok kontrol diberikan aktivitas

sebagaimana keseharian subjek sebelum penelitian berlangsung, dengan

mengukur jumlah langkah setiap harinya dengan pedometer. Kedua kelompok

diberikan buku log catatan jumlah langkah kaki per hari, dan diminta mencatat

jumlah langkah berjalan kaki setiap hari. Data jumlah langkah kaki oleh kedua

kelompok diambil setiap 1 minggu, dengan cara peneliti menghubungi subjek

melalui telepon, dan subjek mengirimkan foto buku log melalui aplikasi

percakapan Whatsapp. Penilaian kapasitas fungsional dan keseimbangan

dilakukan pada awal dan akhir penelitian oleh peneliti sendiri, dibantu oleh 2

orang dokter umum.

Penelitian ini pada awalnya berhasil menjaring 38 orang subjek yang sesuai

kriteria penerimaan, namun dalam pelaksanaannya, terdapat 6 orang gugur karena

berbagai hal. 3 orang subjek gugur karena tidak bersedia mengikuti kembali

pemeriksaan kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan setelah periode

Page 49: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

35

intervensi latihan selama 8 minggu, dan 3 orang gugur karena tidak dapat rutin

mengikuti latihan yang telah diresepkan. Sejumlah 16 orang pada kelompok

perlakuan, dan 16 orang pada kelompok kontrol telah menyelesaikan protokol

latihan pada penelitian ini, sehingga terdapat 32 orang subjek yang telah dianalisis

dalam hasil penelitian. Jumlah subjek tersebut masih melebihi perhitungan

minimal subjek penelitian yang diperlukan yaitu 20 orang yang terdiri dari

masing-masing 10 orang pada kelompok kontrol dan perlakuan.

4.2 Karakteristik subjek Penelitian

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa jenis kelamin subjek baik pada kelompok

perlakuan maupun kontrol, terbanyak adalah perempuan, yaitu 12 orang (75%)

pada kelompok perlakuan dan 13 orang (81,2%) pada kelompok kontrol. Rerata

usia subjek pada kelompok perlakuan adalah 51,25 tahun untuk subjek laki-laki

dan 54,67 untuk subjek perempuan. Sedangkan pada kelompok kontrol adalah

52,0 tahun untuk subjek laki-laki dan 55,54 untuk subjek perempuan.

Dalam hal tingkat pendidikan, proporsi terbesar pada kelompok perlakuan adalah

tingkat pendidikan ≥12 tahun (setara SMA dan Sarjana S1) sebesar 14 orang

(87,5%), sedangkan seluruh kelompok kontrol memiliki tingkat pendidikan

pendidikan ≥12 tahun (setara SMA dan Sarjana). Karakteristik pekerjaan pada

kedua kelompok terbanyak adalah pegawai (pegawai negeri dan swasta), yaitu

sebanyak 12 orang (75%) pada kelompok intervensi, dan 12 orang (75%) pada

kelompok kontrol.

Dalam hal indeks massa tubuh (IMT), subjek pada kelompok perlakuan memiliki

nilai tengah 28,77 pada subjek laki-laki dan 22,45 pada subjek perempuan,

sedangkan kelompok kontrol memiliki nilai tengah 29,75 pada subjek laki-laki

dan 23,42 pada subjek perempuan. Sebelum penelitian dimulai, dilakukan tes

kebugaran dan keseimbangan untuk mengetahui kapasitas fungsional dan fungsi

keseimbangan sekaligus menentukan eligibilitas subjek, menggunakan uji jalan 6

menit protokol Nury dengan rerata nilai VO2 maks (ml/kg/menit) 15,74 pada

kelompok intervensi dan 14,03 pada kelompok kontrol. Rerata waktu uji timed up

and go adalah 8,47 detik untuk kelompok perlakuan, dan 9,61 detik untuk

kelompok kontrol.

Page 50: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

36

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Kelompok

p Perlakuan (n=16) Kontrol (n=16)

Jenis Kelamina

Laki-laki 4 (25,0) 3 (18,8) 0,699

Perempuan 12 (75,0) 13 (81,2)

Usia (Tahun)b

Laki-laki 51,25 (SB 6,99) 52,0 (SB 4,36) 0,878

Perempuan 54,67 (SB 3,86) 55,54 (SB 4,33) 0,602

Tinggi Badan (Cm)c

Laki-laki 161,5 (160-167) 172 (165-172) 0,114

Perempuan 158,5 (152-170) 162 (147-167) 0,894

`Berat Badan (Kg)c

Laki-laki 74,5 (61-93) 88 (66-88) 1,000

Perempuan 57,0 (40-69) 60 (52-95) 0,295

IMT (Kg/m2)c

Laki-laki 28,77 (23,53-33,35) 29,75 (24,24-29,75) 0,857

Perempuan 22,45 (16,55-26,99) 23,42 (19,81-38,05) 0,295

Pekerjaana

Pegawai 12 (75,0) 12 (75,0) 1,000

Bukan Pegawai 4 (25,0) 4 (25,0)

Pendidikana

SMP 2 (12,5) 0 (0,0) 0,340

SMA 4 (25,0) 5 (31,2)

Sarjana 10 (62,5) 11 (68,8)

a Menggunakan jumlah n (%)

b Menggunakan nilai mean (Sebaran data normal)

c Menggunakan nilai median (Sebaran data tidak normal)

Page 51: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

37

Berdasarkan tabel diatas, hasil perhitungan statistik sesuai dengan karakteristik

data menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik subjek penelitian dalam hal

usia (p=0,878 untuk subjek laki-laki dan p=0,602 untuk subjek perempuan), jenis

kelamin (p=0,699), pekerjaan (p=1,000), indeks massa tubuh (p=0,857 untuk

subjek laki-laki dan 0,295 untuk subjek perempuan), dan pendidikan (p=0,340).

Hal ini menunjukkan subjek pada kedua kelompok memiliki karakteristik yang

homogen, sehingga dapat dilakukan analisa lebih lanjut.

4.3 Jumlah Langkah per Hari

Dilakukan pengumpulan data jumlah langkah per hari yang dapat dicapai oleh

subjek baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol, selama 8

minggu durasi penelitian. Data tersebut dihitung rerata langkah kaki per hari

setiap minggunya.

Data variabel jumlah langkah per hari yang didapat pada penelitian ini dilakukan

uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk dan hasilnya menunjukkan

terdistribusi normal (nilai p>0,05) sehingga data rerata jumlah langkah per hari

dianalisa dengan uji t tidak berpasangan.

Tabel 4.2 Rerata Jumlah Langkah per Hari

Variabel

Kelompok

Nilai p*

Perlakuan (n=16) Kontrol (n=16)

Rerata Jumlah Langkah

per Hari (Langkah)

6560,56

(SB 492,39)

3488

(SB 905,51) <0,001

*Nilai p menggunakan uji t tidak berpasangan

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa langkah kaki per hari antara kelompok

perlakuan adalah berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kelompok

kontrol (p=<0,001). Selama durasi penelitian tidak didapatkan subjek yang

mengeluhkan komplikasi akibat latihan yang diberikan sehingga tidak mengurangi

performa subjek dalam menjalankan latihan berjalan yang diresepkan.

Page 52: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

38

Rerata jumlah langkah dalam setiap minggu selama 8 minggu durasi penelitian

pada kelompok perlakuan dan kontrol, dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Rerata Jumlah Langkah per Minggu Selama 8 Minggu

4.4 Efek Latihan Berjalan terhadap Kapsitas Fungsional dan Fungsi

Keseimbangan

4.4.1 Efek Latihan Berjalan terhadap Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit

Pada penelitian ini didapatkan variabel jarak tempuh uji jalan 6 menit antara

kelompok perlakuan dan kontrol pada awal penelitian adalah terdistribusi normal

(nilai p>0,05) sehingga variabel jarak tempuh uji jalan 6 menit dianalisa dengan

uji t tidak berpasangan sesuai dalam tabel 4.3 di bawah ini.

0.00

1000.00

2000.00

3000.00

4000.00

5000.00

6000.00

7000.00

8000.00

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8

Langkah Kaki per Hari

Intervensi Kontrol

Page 53: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

39

Tabel 4.3 Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit (meter)

Variabel

Kelompok Nilai

p* Perlakuan Kontrol

Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit

(Awal)

441,09

(SB 52,24)

423,06

(SB 61,21) 0,377

Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit

(Akhir)

470,62

(SB 51,53)

437,68

(SB 59,41) 0,104

Delta Jarak Tempuh Uji Jalan 6

Menit

29,53

(SB 14,78)

14,62

(SB 14,64) 0,007

*Nilai p menggunakan Uji t test tidak berpasangan

Berdasarkan tabel 4.3 tampak pada akhir penelitian, bahwa rerata jarak tempuh uji

jalan 6 menit pada kelompok perlakuan adalah lebih tinggi daripada kelompok

kontrol, walaupun belum menunjukkan kemaknaan secara statistik (p=0,104). Jika

dilakukan perbandingan selisih kenaikan jarak tempuh diawal dan akhir penelitian

antara kedua kelompok, terlihat bahwa peningkatan jarak tempuh uji jalan 6 menit

pada kelompok perlakuan adalah lebih tinggi, dan bermakna secara statistik

(p=0,007).

4.4.2 Efek Latihan Berjalan terhadap Persentase Prediksi Jarak Tempuh Uji Jalan

6 Menit

Pada penelitian ini didapatkan variabel persentase prediksi jarak tempuh uji jalan

6 menit antara kelompok perlakuan dan kontrol pada awal penelitian adalah

terdistribusi normal (nilai p>0,05) sehingga dianalisa dengan uji t tidak

berpasangan.

Page 54: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

40

Tabel 4.4 Gambaran Persentase Prediksi Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit

Variabel

Kelompok

Nilai p*

Perlakuan % Kontrol %

Persentase Prediksi Jarak

Tempuh Uji Jalan 6 Menit

(Awal)

81,12 (SB 8,94) 77,88

(SB 10,73) 0,361

Persentase Prediksi Jarak

Tempuh Uji Jalan 6 Menit

(Akhir)

86,51 (SB 8,17) 80,60

(SB 10,60) 0,088

Delta Persentase Prediksi Jarak

Tempuh Uji Jalan 6 Menit 5,38 (SB 2,64) 2,72 (SB 2,78) 0,009

*Nilai p menggunakan uji t tidak berpasangan

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, tampak bahwa persentase prediksi jarak tempuh uji

jalan 6 menit tidak berbeda antara kedua kelompok pada saat penelitian dimulai.

Pada akhir penelitian, pemberian latihan berjalan pada kedua kelompok

memberikan peningkatan persentase prediksi jarak tempuh uji jalan 6 menit,

namun angka peningkatan tersebut lebih baik pada kelompok perlakuan jika

dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,088).

Jika ditinjau dari perbandingan selisih persentase prediksi jarak tempuh uji jalan 6

menit antara awal dan akhir penelitian pada kedua kelompok, didapatkan

peningkatan lebih tinggi pada kelompok perlakuan dan bermakna secara statistik

(p=0,009).

4.4.3 Efek Latihan Berjalan terhadap Prediksi Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2

maks)

Page 55: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

41

Pada penelitian ini didapatkan prediksi VO2 maks uji jalan 6 menit antara

kelompok perlakuan dan kontrol pada awal penelitian adalah tidak berbeda,

dengan nilai p=0,184 yang diperlihatkan dalam tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Efek Latihan Berjalan Terhadap Prediksi VO2 maks

Variabel

Kelompok

Nilai p*

Perlakuan Kontrol

Prediksi VO2 Maks

(Awal) 15,73 (SB 3,41) 14,04 (SB 3,67) 0,184

Prediksi VO2 Maks

(Akhir) 17,30 (SB 3,40) 14,81 (SB 3,53) 0,051

Delta prediksi VO2

Maks 1,56 (SB 0,78) 0,77 (SB 0,77) 0,007

*Nilai p menggunakan uji t tidak berpasangan

Berdasarkan tabel 4.5 tampak bahwa pada akhir penelitian, rerata prediksi VO2

maks uji jalan 6 menit pada kelompok perlakuan adalah lebih tinggi daripada

kelompok kontrol, namun tidak terdapat kemaknaan secara statistik (p=0,051).

Jika dilakukan perbandingan selisih kenaikan prediksi VO2 maks diawal dan

akhir penelitian antara kedua kelompok, terlihat bahwa peningkatan prediksi VO2

maks pada kelompok perlakuan adalah lebih tinggi, dan bermakna secara statistik

(p=0,007).

4.4.4 Efek Latihan Berjalan terhadap Rerata Nilai Metabolic Equivalents (METs)

Hasil penelitian memperoleh rerata nilai METs uji jalan 6 menit antara kelompok

perlakuan dan kontrol pada awal penelitian adalah tidak berbeda, dengan nilai

p=0,184 sehingga dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan, dengan hasil

yang diperlihatkan dalam tabel 4.6 di bawah.

Page 56: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

42

Tabel 4.6 Efek Latihan Berjalan Terhadap Rerata Nilai METS

Variabel

Kelompok

Nilai p

Perlakuan Kontrol

METS (Awal) 4,49 (SB 0,97) 4,00 (SB 1,05) 0,184

METS (Akhir) 4,94 (SB 0,97) 4,22 (SB 1,00) 0,050

Delta METS 0,45 (SB 0,22) 0,22 (SB 0,22) 0,007

*Nilai p menggunakan uji t tidak berpasangan

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, tampak bahwa pada akhir penelitian rerata nilai

METs uji jalan 6 menit pada kelompok perlakuan adalah lebih tinggi daripada

kelompok kontrol, dengan nilai p=0,050. Pada perbandingan selisih kenaikan

rerata nilai METs diawal dan akhir penelitian antara kedua kelompok, terlihat

bahwa peningkatan rerata nilai METs pada kelompok perlakuan adalah lebih

tinggi, dan bermakna secara statistik (p=0,007).

4.4.5 Efek Latihan Berjalan terhadap Fungsi Keseimbangan

Penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi keseimbangan subjek yang diuji dengan

uji timed up and go (TUG) antara kelompok perlakuan dan kontrol pada awal

penelitian adalah tidak berbeda, dengan nilai p=0,061.

Tabel 4.7 Efek Latihan Berjalan Terhadap Nilai Uji Timed Up and Go (TUG)

Variabel

Kelompok

Nilai p*

Perlakuan Kontrol

TUG (Awal) 8,47 (SB 1,36) 9,60 (SB 1,87) 0,061

TUG (Akhir) 8,22 (SB 1,06) 9,02 (SB 1,53) 0,097

Delta TUG -0,25 (SB 0,74) -0,58 (SB 0,58) 0,169

*Nilai p menggunakan uji t tidak berpasangan

Page 57: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

43

Berdasarkan tabel 4.7 diatas tampak pada awal penelitian, tidak terdapat

perbedaan yang bermakna secara statistik dari rerata nilai TUG antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,061), dimana kelompok perlakuan memiliki

rerata nilai TUG yang lebih baik. Perbedaan rerata nilai TUG antara kedua

kelompok pada akhir penelitian tidak bermakna secara statistik (p=0,097). Pada

perbandingan selisih rerata nilai TUG diawal dan akhir penelitian antara kedua

kelompok terlihat bahwa peningkatan rerata nilai TUG pada kelompok kontrol

adalah lebih tinggi, namun tidak bermakna secara statistik (p=0,169).

Page 58: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia 43

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek yang ikut serta dalam penelitian ini adalah calon jemaah haji sehat secara

istitaah jemaah haji, berusia dalan rentang 45-59 tahun. Hal ini sesuai dengan usia

lanjut muda hingga menengah. Menurut Pusat Data dan Informasi Kesehatan Haji

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015, pada rentang usia ini

adalah peringkat terbanyak jemaah haji Indonesia yang melaksanakan ibadah haji.

subjek yang diambil adalah subjek tanpa komorbid penyakit, dan dapat

melaksanakan ibadah haji tanpa pendampingan sehingga sesuai dengan kriteria

istitaah jemaah haji yang pertama.8, 11

Jenis kelamin terbanyak pada penelitian ini adalah perempuan, dan pekerjaan

terbanyak adalah pegawai negeri sipil. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal ini

terkait dengan rentang usia subjek penelitian yang masuk dalam kategori usia

produktif yang mayoritas partisipannya adalah para pekerja. Seluruh karakteristik

subjek pada penelitian ini adalah homogen.

5.2 Jumlah Langkah Latihan Berjalan

Komponen dari sebuah peresepan latihan mengikuti prinsip FITT: Frekuensi,

Intensitas, Time (durasi), dan Type (jenis). Ketika meresepkan sebuah obat, kita

dapat memulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan bertahap hingga pada dosis

puncak terapi. Dari dosis kecil ini diharapkan pasien dapat meningkat hingga

tingkat aktivitas fisik terendah yang direkomendasikan oleh ACSM/AHA

sehingga selain dosis latihan awal yang sudah diresepkan, progres latihan juga

menjadi penting dalam peresepan.5

Pengukuran objektif dari aktivitas latihan berjalan pada subjek dilakukan dengan

pedometer. Alat ini semakin terkenal sebagai salah satu metode asesmen objektif

untuk aktivitas fisik. Hal ini ditandai dari publikasi penelitian pada PubMed yang

mencapai 603 artikel untuk publikasi mengenai pedometer dalam kurun waktu

Januari 2001 hingga Januari 2011. Sebelumnya publikasi mengenai pedometer

hanya menemukan 75 artikel dalam kurun waktu tahun 1990 hingga 2000. Hasil

Page 59: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

44

pengukuran pedometer adalah jumlah langkah yang juga dapat menghitung

perkiraan jarak tempuh berjalan (dari stride lenght [jarak tempuh = jumlah

langkah x stride lenght]). Pedometer secara umum akurat dalam mengukur jumlah

langkah, namun kurang akurat untuk memperkirakan jarak tempuh dan lebih

kurang akurat untuk memperkirakan energy expenditure. Namun dapat terjadi

variasi yang bermakna akibat dari mekanisme internal dan tingkat sensitivitas,

menyebabkan under atau over-estimation hingga 25-45%. Untuk mencegah

kesalahan perhitungan, penting bagi setiap peneliti dan dokter untuk menguji

reliabilitas dan validitas dari alat yang akan digunakan.23

Pada penelitian ini dilakukan uji validasi alat pedometer dengan cara berjalan

dengan menggunakan pedometer sejauh 100 langkah, kemudian membandingkan

jumlah langkah yang ditampilkan oleh layar pedometer dengan jumlah langkah

aktual yang dihitung oleh peneliti. Kemudian dilanjutkan dengan uji validasi

melalui metode tes kocok yang dilakukan dengan cara mengguncangkan alat

pedometer di dalam kardusnya sebanyak 100 kali, kemudian dibandingkan dengan

jumlah angka yang tampil di layar pedometer.3

Penggunaan pedometer dalam bidang kedokteran adalah untuk mendorong

seseorang mencapai 10.000 langkah per hari. Berjalan 10.000 langkah per hari

mengeluarkan sekitar 300 kkal dari energy expenditure, yang menggambarkan

aktivitas fisik optimal untuk menurunkan risiko serangan jantung dan terkait

pencapaian tingkatan aktivitas fisik yang menyehatkan.23

Pencapaian perhitungan jumlah langkah juga dibandingkan dengan rekomendasi

aktivitas fisik yang mendorong aktivitas fisik intensitas sedang sebanyak 30 menit

per hari. Rekomendasi ini dapat dicapai dengan mengakumulasi 6000-7000

langkah dalam intensitas sedang, dan diatas sedentary threshold level dari

aktivitas fisik (5000 langkah per hari). Pada tahun 2004, sebuah “zone-based

hierarchy” telah dibuat sebagai indeks hitung jumlah langkap pedometer dalam

tabel 5.1 berikut ini.23

Page 60: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

45

Tabel 5.1 Klasifikasi Tingkat Aktivitas Berdasarkan Jumlah Langkah23

Klasifikasi Langkah per hari

Sedentary <5000

Low active 5000-7499

Somewhat active 7500-9999

Active 10.000-12.499

Highly active >12.500

Pada penelitian ini, subjek pada kelompok perlakuan mampu melakukan aktivitas

berjalan kaki sebanyak sekitar 6600 langkah/hari, yang berbeda bermakna dengan

kelompok kontrol yang menunjukkan jumlah langkah kaki sekitar 3600

langkah/hari. Dari hasil tersebut, kelompok kontrol termasuk dalam kategori

sedentary dengan patokan jumlah langkah <5000 langkah/hari sebagai sedentary

life style index pada populasi umum. Namun, menurut bukti dari penelitian awal

oleh Tudor-Locke, usia lanjut muda hingga menengah secara tipikal beraktivitas

dengan rerata 3500-5500 langkah/hari. Dengan demikian tingkat aktivitas usia

lanjut muda hingga menengah pada kelompok kontrol adalah sesuai dengan

penelitian tersebut.1,2

Subjek pada kelompok perlakuan mampu berjalan kaki sekitar 6600 langkah per

hari, yang sesuai dengan review sistematik oleh Tudor-Locke dan Myers, yang

menyatakan bahwa usia lanjut muda hingga menengah sehat diharapkan mampu

berjalan kaki dalam rentang 6000-8500 langkah/hari, serta penelitian oleh

NHANES yang mengukur rerata jumlah langkah pada orang dewasa di Amerika

Serikat yang berkisar 6540 langkah per hari. Penelitian oleh Maki dkk dengan

subjek penduduk usia lanjut muda hingga menengah di Jepang, kelompok

perlakuan menunjukkan jumlah aktivitas berjalan kaki 7.044 ± 2.891 langkah per

hari, yang tidak jauh berbeda dengan penelitian ini, sedang kelompok kontrol

4.940 ± 2.552 langkah per hari.1-3, 23

Page 61: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

46

Frekuensi mengacu kepada jumlah aktivitas latihan dilakukan per minggu. Ada

hubungan positif dosis-respon antara peningkatan jumlah latihan yang dilakukan

(frekuensi dan waktu atau durasi), dengan manfaat yang diperoleh. Oleh karena

itu, lebih banyak latihan yang dilakukan setiap minggunya baik frekuensi dan total

waktu, lebih baik pula hasil jangka panjangnya terhadap pasien.5

Jika diamati dari grafik jumlah langkah per minggunya, kelompok perlakuan

mampu menjaga jumlah langkah kaki dalam kisaran sekitar 6500-6800

langkah/hari, tertinggi pada minggu pertama intervensi dan tampak tendensi

penurunan setelah minggu ke-4, namun mencapai kenaikan kembali diatas 6000

langkah/hari pada minggu ke-7 hingga mencapai sekitar 6400 langkah/hari. Hal

yang sama terjadi pada kelompok kontrol dimana terjadi penurunan setelah

minggu ke-4 dan terjadi peningkatan setelah minggu ke-7, dengan rentang jumlah

langkah adalah 3000-4000 langkah/hari. Dalam pengamatan dan analisis peneliti,

hal ini dapat terjadi oleh karena pada minggu ke 3 intervensi memasuki bulan

puasa ramadhan yang akan mempengaruhi tingkat latihan berjalan seluruh subjek.

Setelah minggu ke-7 dan sudah selesai berpuasa ramadhan, subjek penelitian

kembali melaksanakan latihan dengan normal. Dapat disimpulkan bahwa program

latihan berjalan yang diberikan pada kelompok perlakuan memiliki tingkat

kepatuhan yang baik.

5.3. Efek Latihan Berjalan terhadap Kapasitas Fungsional Calon Jemaah

Haji Usia Dewasa Sehat

Pada penelitian ini, peneliti membagi secara acak subjek menjadi kelompok

perlakuan yang diberikan latihan berjalan minimal 6000 langkah/hari selama 30

menit, 3-5 kali/minggu dengan intensitas sedang, dan kelompok kontrol yang

beraktivitas sebagaimana keseharian mereka sebelumnya. Jumlah langkah pada

semua subjek pada kedua kelompok direkam dengan pedometer. Dilakukan

pemeriksaan kapasitas fungsional menggunakan uji jalan 6 menit protokol Nury

dan pemeriksaan fungsi keseimbangan menggunakan uji timed up and go pada

awal dan akhir penelitian, untuk mengetahui apakah perlakuan latihan berjalan

memiliki efek terhadap kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan calon

jemaah haji usia dewasa sehat. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan

Page 62: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

47

kapasitas fungsional pada kedua kelompok, baik kelompok perlakuan maupun

kontrol. Temuan pada penelitian ini menambah bukti didapatkannya keuntungan

peningkatan aktivitas fisik yang bersifat aerobik terhadap pemeliharaan kapasitas

fungsional pada calon jemaah haji usia dewasa sehat. Sedangkan fungsi

keseimbangan pada kedua kelompok, tidak didapatkan adanya peningkatan.6

Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan intervensi yang relatif aman, murah,

mudah untuk dilakukan dan diakses, nyaman, mudah dimodifikasi, praktis, dan

tidak berpotensi menimbulkan komplikasi yang berbahaya, latihan berjalan

minimal 6000 langkah/hari selama 30 menit sebanyak 3-5 kali/minggu dengan

intensitas sedang, terintegrasi dalam aktivitas sehari-hari, terukur menggunakan

alat pedometer yang terjangkau, dengan durasi yang cukup pendek, yaitu 8

minggu, telah dapat menunjukkan peningkatan kapasitas fungsional pada calon

jemaah haji usia dewasa sehat. Berkaitan dengan durasi latihan yang diberikan

pada penelitian ini hanya selama 8 minggu, maka konsistensi dan keterlanjutan

latihan penting untuk memastikan peningkatan kapasitas fungsional tersebut, dan

dengan demikian diperlukan evaluasi (follow-up) pada subjek dalam jangka waktu

yang lebih panjang.6,7

5.4 Latihan Berjalan sebagai Strategi Preventif untuk Pemeliharaan

Kapasitas Fungsional pada Calon Jemaah Haji Usia Dewasa Sehat dalam

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

Secara umum, berjalan telah dikenal sebagai strategi untuk promosi kesehatan.

Berjalan juga masih merupakan contoh utama aktivitas fisik yang berkaitan

dengan kesehatan yang direkomendasikan oleh pedoman-pedoman kesehatan

publik di seluruh dunia. Berjalan diketahui dapat mencegah peningkatan berat

badan dan mencegah sejumlah penyakit kronis yang meliputi diabetes, penyakit

kardiovaskuler, dan kanker. Berjalan juga mencegah penurunan status fungsional

dan disabilitas terkait usia. Berjalan diketahui pula mencegah mortalitas dini, dan

berkontribusi terhadap kualitas hidup yang baik. Dengan didapatkannya hasil pada

penelitian ini, yang menunjukkan bahwa pemberian latihan berjalan pada clon

jemaah haji usia dewasa sehat yang beraktivitas secara sedentary yang tidak

memiliki komorbid penyakit, menunjukkan kapasitas fungsional yang lebih baik

Page 63: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

48

secara umum, dan nilai prediksi konsumsi oksigen maksimal yang lebih baik

secara khusus, maka berjalan juga menunjukkan peran dalam memelihara

kapasitas fungsional calon jemaah haji dewasa sehat. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi awal penelitian selanjutnya mengenai latihan fisik pada

calon jemaah haji dengan karakteristik subjek yang lebih beragam. Terminologi

kedokteran pencegahan, yang menitikberatkan pada identifikasi dan manipulasi

faktor risiko yang dapat dimodifikasi dalam rangka usaha untuk mengontrol

sampai tingkat tertentu atas ketidakpastian kehidupan, menghindari penyakit dan

disabilitas, dan meningkatkan kesejahteraan. Lebih lanjut, kedokteran pencegahan

juga mensyaratkan bahwa usaha tersebut dapat dijangkau, dapat diterjemahkan

dalam berbagai latar yang berbeda, dan efektif dalam hal biaya. Berkaitan dengan

hal tersebut, peningkatan aktivitas fisik dengan berjalan dalam penelitian ini juga

membuktikan bahwa berjalan merupakan salah satu strategi preventif untuk

penurunan kapasitas fungsional dengan cara yang aman, murah dan mudah untuk

dilakukan. Program latihan berjalan juga efektif dalam hal biaya, karena dapat

dilaksanakan tanpa biaya yang besar, sehingga membawa implikasi selanjutnya

yaitu menurunnya biaya kesehatan selama penyelenggaraan ibadah haji.7-9

Penelitian ini dilaksanakan pada komunitas, dengan memanfaatkan keberadaan

Posbindu Haji di Puskesmas yang merupakan program pemerintah dalam

memberdayakan calon jemaah haji untuk memelihara dan mempersiapkan aspek

fisik calon jemaah haji itu sendiri. Karakteristik aktivitas berjalan dalam penelitian

ini yang berupa latihan berjalan dengan kecepatan yang nyaman (dalam rentang

intensitas ringan hingga sedang, dengan panduan tes Bicara), yang terintegrasi

dalam aktivitas sehari-hari, dengan satuan langkah/hari menggunakan alat

pedometer yang terjangkau dan mudah untuk digunakan, merupakan hal-hal yang

memudahkan subjek untuk melaksanakan program latihan tersebut. Dengan

diperolehnya hasil yang positif dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa

program peningkatan kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan bagi calon

jemaah haji yang akan berangkat melaksanakan ibadah haji, melalui latihan

berjalan sangat berpotensi sebagai salah satu program Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat serta program persiapan pembinaan kesehatan calon jemaah haji oleh

Pusat Kesehatan Haji Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.8,9

Page 64: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia 49

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

6.1.1 Latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari selama 30 menit, dilakukan

3-5 kali per minggu dalam 8 minggu dengan intensitas sedang memberikan efek

peningkatan kapasitas fungsional pada calon jemaah haji usia dewasa sehat.

6.1.2 Latihan berjalan minimal 6000 langkah per hari selama 30 menit, dilakukan

3-5 kali per minggu dalam 8 minggu dengan intensitas sedang tidak memberikan

efek peningkatan fungsi keseimbangan pada calon jemaah haji usia dewasa sehat.

6.2 Saran

6.2.1 Dilakukan penelitian serupa dengan karakteristik subjek yang beragam,

misalnya riwayat penyakit komorbid yang didiagnosa dengan kedalaman yang

sama dan tingkat kepatuhan atau keterkendalian komorbid yang objektif pada

keseluruhan subjek, sehingga didapat karakteristik komorbid subjek yang

homogen.

6.2.2 Dilakukan penilaian kapasitas fungsional dengan jangka waktu pemantauan

(follow up) yang lebih panjang untuk menilai efektivitas latihan berjalan dalam

jangka panjang.

6.2.3 Adanya kesulitan dalam penelitian berupa kerusakan alat atau hilangnya alat

pedometer, sebaiknya ditindak lanjuti dengan penyediaan cadangan alat

pedometer yang akan digunakan oleh subjek, agar tidak terjadi drop out latihan

akibat tidak tersedianya alat pedometer untuk mengukur jumlah langkah latihan

berjalan.

6.2.4 Sebaiknya pada awal penelitian dijelaskan dengan baik pentingnya

pengukuran hasil latihan dalam memperoleh data subjektif yang akan berguna

baik untuk subjek, maupun untuk calon jemaah haji secara keseluruhan untuk

mencegah terjadinya subjek yang mengalami drop out akibat tidak bersedianya

diperiksa kembali untuk mengukur kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan

paska intervensi latihan 8 minggu,

Page 65: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

50

6.2.5 Hasil berupa peningkatan komponen uji jalan 6 menit yang sama baiknya

pada prediksi persentase jarak tempuh, total jarak tempuh, nilai METs, dan nilai

prediksi VO2 maks dapat ditindaklanjuti dengan penelitian serupa yang

menggunakan metode latihan yang sama namun dengan evaluasi fungsi fisik yang

berbeda.

Page 66: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

51

DAFTAR PUSTAKA

1. Tudor-Locke C, Basset DR. How Many Steps/Day are Enough?

Preliminary Pedometer Indices for Public Health.Spotrs Med 2004; 34 (1):

1-8

2. Tudor-Locke C, Corbin CB, Pangrazi RP. Taking Steps Toward Increased

3. Physical Activity : Using Pedometers to Measure and Motivate.

President’s Counsil for Physical Fitness and Sports. June 2002; Series 3,

No. 7

4. Tudor-Locke C, William JE, Reis JP. Utility of Pedometers for Assessing

Physical Activity, A Convergent Validity. Sportd Med 2002; 32 (12): 795-

808

5. Nobel M, Ehrman J, Liguori G, et at. ACSM’s Guidelines for Exercise

Testing and Prescription. 10th ed. Philadelphia : ACSM ; 2018.

6. Nusdwinuringtyas N., Widjajalaksmi K, et al. Reference Equation for

Prediction of a Total Distance During Six-minute Walk Test using

Indonesian Anthropometrics. Jakarta : Acta Medica Indonesiana ; 2011.

7. Lutfie, S.H. Peningkatan Endurans Jemaah Haji Dengan Pes Planus

Melalui Latihan Kontinyu dan Penggunaan Insol Untuk Pencegahan

Kelelahan. Jakarta : Medika Islamika ; 2011.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 tahun. 2016.

Available at: http://puskeshaji.depkes.go.id/webs/berita-551-permenkes-

no-15-tahun-2016-tentang-istithaah-kesehatan-jemaah-

haji.html#.WGC8tFV97IV

9. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

2015. Available at: http://puskeshaji.kemkes.go.id/

10. Hurlock E.B. Developmental Psychology: A Life Span Approach. New

York : McGraw-Hill Education ; 2001.

11. Artigas B, et al. Is functional capacity related to the daily amount of steps

in postmenopausal women?. Available at:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22157683

12. Age-Friendly Primary Health Care Centres Toolkit. WHO 2008. Geneva :

WHO Press; 2008

Page 67: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

52

13. Pease WS, Bowyer BL. Human Walking. In : DeLisa JA, Frontera WR

editors. DeLisa’s Physical Medicine and Rehabilitation, Principles and

Practice 5th edition. Philadelphia : Lippincott William and Wilkins; 2010.

P 121-137

14. Esquenazi A, Talaty M. Gait Analysis : Technology and Clinical

Applications. In :Braddom RL editor. Physical Medicine and Rehabilitaion

4th edition. Philadelphia : Elsevier Saunders; 2011. P 99-116.

15. Bischoff HA, Stahelin HB, Andreas UM, Maura DI. Identifying Cut Off

Point For Normal Mobility: Comparison Of The Time “Up and Go” Test

In Community Dwelling and Institutionalised Elderly Woman. In: Age and

Ageing. British Geriatrics Society. 2003; 32 315-20.

16. Wall JC. The Timed Get-up and Go Test Revisited: Measurement of the

component Task. Journal of rehabilitation Research & Development 2000;

37:109-114.

17. Kloos A, Heiss D. Exercise for impaired balance. In: Kisner C, Colby LA,

editors. Therapeutic Exercise. 5th ed. Philadelphia: FA Davis; 2007. p.

251–6.

18. Cech DJ, Martin S. Functional Movement Development. 3rd ed. Missouri:

Elsevier; 2012. 20 p. 263-84.

19. Janssen PGJM. Latihan Laktat Denyut nadi. Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti; 1993. p12-21.

20. McArdle WD, Katch FI, Katch VL. Essentials of Exercise Physiology.

Philadelphia: Lea&Febiger; 1994.

21. Wasserman K, Hansen JE, Sue DY, Stringer WW, Sietsema KE, Sun X-G,

Whipp BJ, editors. Principles of exercise testing and interpretation:

including pathophysiology and clinical applications, 5th ed. Philadelphia,

PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2012.

22. Milani RV, Lavie CJ, Mehra MR, Ventura HO. Understanding the basics

of cardiopulmonary exercise testing. Mayo Clin Proc. 2006;81(12):1603-

11.

23. Ainsworth BE, Macera CA. Physical Activity and Public Health Practice.

Florida : CRC Press ; 2012. p183-86.

Page 68: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

53

24. Quinn TJ, Coons BA. The Talk Test and It’s Relationship with The

Ventilatory and Lactate Thresholds. Journal of Sports Sciences,

29:11(2011), 1175-1182. Available at:

http://dx.doi.org/10.1080/02640414.2011.585165

25. ACSM’s Exercise is Medicine: A Clinician’s Guide to Exercise

Prescription. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

Page 69: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

54

LAMPIRAN I

Page 70: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

55

LAMPIRAN II

Page 71: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

56

LAMPIRAN III

Page 72: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

57

LAMPIRAN IV

Page 73: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

58

LAMPIRAN V

FORMULIR PENJELASAN PROSEDUR PENELITIAN

UNTUK CALON PESERTA PENELITIAN

Bapak / Ibu yang terhormat,

Saat ini Divisi Kardiorespirasi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

FKUI-RSCM Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai efek latihan berjalan

terhadap kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan pada calon jemaah haji

usia dewasa sehat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek latihan berjalan dengan

intensitas sedang terhadap kapasitas fungsional dan fungsi keseimbangan pada

calon jemaah haji usia dewasa sehat.

Penelitian dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan awal berupa uji

jalan 6 menit, kemudian diberikan intervensi berupa aktivitas berjalan dengan

instensitas sedang selama 30 menit per hari, 5 hari dalam seminggu, dan diakhiri

dengan mengetahui hasil uji jalan 6 menit setelah pemberian intervensi. Manfaat

dari penelitian ini adalah untuk memperkaya instrument klinis berupa latihan

berjalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas fungsional.

Penelitian ini dilakukan dengan sukarela dan tidak dipungut biaya apapun.

Bapak / Ibu dapat menanyakan segala hal yang berhubungan dengan hasil

pemeriksaan. Kami juga menjamin kerahasiaan mengenai semua hal yang

berhubungan Bapak / Ibu dalam penelitian ini. Bapak / Ibu juga berhak menolak

ikut serta dalam penelitian ini.

Bapak / Ibu diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum

jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan

penjelasan, anda dapat menghubung peneliti:

Nama : dr. Rifky Mubarak

Koresponden : Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto

Mangunkusumo Jl. Diponegoro No.71 Jakarta Pusat

HP : 08161176714

Page 74: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

59

LAMPIRAN VI

FORMULIR PERNYATAAN

PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

Alamat :

No. telepon / HP :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:

Setelah memperoleh penjelasan sepenuhnya dan menyadari serta memahami

tentang tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul:

EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS

FUNGSIONAL DAN FUNGSI KESEIMBANGAN PADA CALON

JEMAAH HAJI USIA DEWASA SEHAT

Maka saya bersedia untuk ikutserta dalam penelitian ini dan bersedia berperan

serta dengan mematuhi ketentuan yang ada.

Jakarta,

Yang menyatakan:

(____________________________)

Page 75: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

60

LAMPIRAN VII

STATUS SUBJEK PENELITIAN

Tanggal:

IDENTITAS

Nama :

Nomor rekam medis :

Usia :

Alamat :

Nomor telepon/HP :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

DATA MEDIS

Informed consent : ada/tidak Lisan/tertulis

Diagnosa :

Tanggal terdiagnosa :

Terapi yang sudah dijalani :

Hasil uji jalan 6 menit :

Jarak tempuh :

Nilai VO2 maksimal :

Page 76: EFEKTIVITAS LATIHAN BERJALAN TERHADAP KAPASITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45798... · 2019-06-21 · VO2max but no improvement on TUG time. Predicted VO2max

Universitas Indonesia

61

LAMPIRAN VIII

BUKU LOG LATIHAN BERJALAN

Bulan Pertama (diisi dengan jumlah langkah)

Minggu

Hari I II III IV V

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jum’at

Sabtu

Minggu

Bulan Kedua (diisi dengan jumlah langkah)

Minggu

Hari I II III IV V

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jum’at

Sabtu

Minggu