Download - Penyakit Gagal Ginjal Kronik
Penyakit Gagal Ginjal KronikPosted by Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah salah satu penyakit tidak
menular, merupakan keadaan gangguan fungsi ginjal yang
bersifat menahun berlangsung progresif dan irreversible(tidak
dapat kembali ke keadaan semula). Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah).
Penyakit gagal ginjal kronik memang merupakan masalah kesehatan
yang cukup penting di negeri kita. Menurut catatan Sub Bagian ginjal.
Penyebab gagal ginjal kronik yang sering dijumpai adalah batu, infeksi
yang disebut pirlonefritis, hipertensi, nefropati karena asam urat,
nefropati karena lupus dan kencing manis.
Hilangnya fungsi cadangan ginjal seringkali tidak disadari penderita.
Pada gagal ginjal kronik gangguan fungsi ginjal acapkali sudah disertai
gejala yang nyata dalam aktivitas sehari-hari. Penderita mulai
menunjukkan gejala anemia (pada suami ibu sudah terdapat penurunan
hemoglobin).
Tes kreatinin klirens dapat membedakan berat ringannya gangguna
fungsi ginjal. Pada keadaan normal Tes Kreatinin Klirens (TKK) adalah
100 sampai 125 ml/mm. Pada TKK 75 sampai 100 sudah terjadi hilangnya
fungsi cadangan ginjal. Sedangkan TKK 25 sampai 75 disebut keadaan
insufisiensi ginjal. Pada TKK 5 sampai 25 digolongkan gagal ginjal
kronik. TKK yang di bawah 5 disebut gagal ginjal terminal.
Gagal ginjal kronik dan gagal ginjal terminal memerlukan perhatian
khsusu karena bila dibiarka dapat menjurus keadaan yang
membahayakan jiwa penderita. Pada gagal ginjal kronik dapat dimulai
terapi konservatif yang bertujuan menghilangkan gejala yang
mengganggu penderita, sehingga penderita dapat hidup secara normal.
Komponen utama terapi konservatif adalah diet yaitu dengan mengatur
asupan protein. Di samping itu juga harus diatur air dan garam, vitamin,
elektrolit, dan asam amino essensial diberikan jika diperlukan.
Penderita gagal ginjal kornik acapkali mengeluh mual sehingga asupan
makannya dapat terbatas. Karena itu evaluasi asupan makanan perlu
dilakukan dengan baik. bila terapi konservatif ini dapat dijalankan
dnegan baik dan fungsi ginjal dapat dipertahankan maka belum
diperlukan terapi cuci darah.
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimanan
kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik dan
cairan dan elektrolit mengalami kegagalan yang mengakibatkan uremia.
Kondisi ini mungkin disebabkan oleh gloumerulonefritis kronis. Preparat
lingkungan dan okupasi yang telah menunjukkan mempunyai dampak
dalam gagal ginjal kronis termasuk timah, kadmium, merkuri, dan
kromium. Pada akhirnya dialisis atau transplantasi ginjal diperlukan
untuk menyelematkan pasien.
Posted in Gagal Ginjal Kronik, Penyebab Gagal Ginjal Kronik | Tagged askep gagal ginjal kronik, gagal ginjal
akut,gagal ginjal kronik, gagal ginjal kronis, ginjal kronis, patofisiologi gagal ginjal kronik, penatalaksanaan gagal
ginjal kronik | Leave a comment
Faktor Penyebab Gagal Ginjal KronikPosted by Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus menerus.Selain itu, pada individu yang rentan, nefropati
analgesik, destruksi papila ginnjal yang terkait dengan pemakaian
harian obat-obat analgesik selama bertahun-tahun dapat menjadi
faktor penyebab gagal ginjal kronik. Apapun sebabnya. terjadi
perburukan fungsi ginjal secara progresif yang ditandai dengan
penurunan GFR yang progresif.
Faktor penyebab terjadinya gagal ginjal kronik adalah radang ginjal
menahun, batu ginjal dan batub saluran kemih yang kurang mendapat
perhatian, obat-obatan modern ataupun tradisional yang digunakan
dalam jangka waktu lama, hipertensi, diabetes, narkoba, serta penyakit
ginjal turunan (genetik).
Faktor penyebab gagal ginjal kronik harus diobati untuk menghambat
laju proses gagal ginjal agar tidak menjadi gagal ginjal terminal, atau
gagal ginjaltidak dapat berfungsi lagi. Tekanan darah dan gula darah
harus dikendalikan, dan antibiotik secara teratur diberikan bila terjadi
infeksi. Jangan sampai terjadi infeksi pada salah satu ginjal yang dapat
dengan mudah menular pada ginjal yang lain. Penderita harus
menjalaninya dengan kemauan untuk sembuh yang tinggi dan disiplin
ketat. Olahraga pun harus dibatasi hanya yang ringan, seperti jalan kaki
dan berenang secukupnya.
Di sisi lain, akibat pemecahan protein tubuh yang meningkat
penderita gagal ginjalterminal perlu mendapat terapi nutrisi agar
kecukupan protein untuk keperluan perbaikan jaringan tubuh. Selain itu,
perlu mengatur keseimbangan cairan elektrolit, mencegah penurunan
massa tulang dan kelemahan otot, memperbaiki gangguan irama jantung
yang tidak seimbang (aritmia), dang menghambat peningkatan lemak
tubuh. Penderita juga perlu mempertahankan kekebalan tubuh
menghadapi infeksi virus dan bakteri.
Posted in Gagal Ginjal Kronik | Tagged askep gagal ginjal kronik, asuhan keperawatan gagal ginjal akut, asuhan
keperawatan gagal ginjal kronik, epidemiologi gagal ginjal kronik, gagal ginjal akut, gagal ginjal akut dan
kronik,gagal ginjal kronik, gagal ginjal kronik adalah, gagal ginjal kronik hemodialisa, gagal ginjal kronik pada
anak, gagal ginjal kronik pdf, gagal ginjal kronik ppt, latar belakang gagal ginjal kronik, leaflet gagal ginjal
kronik, patofisiologi gagal ginjal kronik, penatalaksanaan gagal ginjal kronik, pengertian gagal ginjal
kronik, penyebab gagal ginjal kronik,prevalensi gagal ginjal kronik | Leave a comment
Gagal Ginjal Kronik Pada AnakPosted by Gagal Ginjal Kronik
Ginjal memiliki kemampuan filtrasi
glomerulus pada anak sehat umur di atas 2 tahun adalah 89
ml/menit/1,73 m2. Apabila kemampuan filtrasinya menetap di bawah
angka tersebut, maka keadaan ini disebut sebagai insufisiensi renal
kronik.
Bilamana kemudian gejalanya nyat-nyata didapatkan secara klinis, maka
kini keadaan tersebut disebut sebagai gagal ginjal kronik dan keadaan
seperti ini memerlukan pengobatan yang spesifik. Gejala yang sering ada
diantarnya : hipertensi, hiperfosfatemia, asidosis, anemia dan gagal
tumbuh yang biasanya timbul bila kemampuan filtrasi glomerulus di
bawah 30 ml/menit/1,73 m2.
Pada keadaan yang lebih berat, di mana kemampuan filtrasi glomerulus
semakin rendah, di bawah 10 ml/menit/1,73 m2, disebut sebagai stadium
terminal dari penyakit ginjal ini. Bila pada stadium ini tidak dilakukan
usaha untuk menopang fungsi ginjal maka umur anak tidak dapat
dipertahankan lagi. Dialisis atau transplantasi adalah satu cara untuk
menekan komplikasi serius akibat gagal ginjal kronik.
Penyebab dari gagal ginjal kronik dan stadium terminal penyakit
ginjal pada anak dan remaja adalah : glomerulusonefritis,
nefropati refluks, ekainan kongenital (sindrom Alport,
nefronoptisi, sistinosis, penyakit polisistik, dll), displasia (dengan
obstruksi atua tanpa obstruksi) dan sondroma uremik hemolitik.
Posted in Gagal Ginjal Kronik, Penyebab Gagal Ginjal Kronik | Tagged askep gagal ginjal kronik, gagal ginjal
akut,gagal ginjal kronik, gagal ginjal kronik pada anak, gagal ginjal kronis, ginjal kronis, patofisiologi gagal ginjal
kronik,penatalaksanaan gagal ginjal kronik | Leave a comment
Gagal ginjal KronikPosted by Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang
cocok untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua ginjal ini
ireversibel. Eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan
vaskular akibat diabetes mellitus dan hipertensi yang berlangsung terus-
menerus dapat mengakibatkan pembentukan jaringan perut pembuluh
darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif.
Selama gagal
ginjal kronik, beberapa nefron termasuk glomeruli dan tubula masih
berfungsi, sedangkan nefron yang lain sudah rusak dan tidak berfungsi
lagi. Nefron yang masih utuh dan berfungsi mengalami hipertrofi dan
menghasilkan filtrat dalam jumlah banyak. Reabsorpsi tubula juga
meningkat walaupun laju filtrasi glomerulos berkurang. Kompensasi
nefron yang masih utuh dapat membuat ginjal mempertahankan
fungsinya sampai tiga perempat nefron yang rusak.
Posted in Gagal Ginjal Kronik | Tagged askep gagal ginjal kronik, gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik, gagal
ginjal kronis, ginjal kronis, patofisiologi gagal ginjal kronik, penatalaksanaan gagal ginjal kronik | Leave a
comment
Pengobatan Gagal Ginjal KronikPosted by Gagal Ginjal Kronik
Penyakit ginjal sering tanpa keluhan sama sekali. Tidak jarang,
seseorang kehilangan 90% fungsi ginjal padahal tanpa merasakan
keluhan apapun. Ginjal terletak di bagian belakang, tepat dibawah tulang
rusuk. Rasa sakit di punggung tengah, dapat mengindikasikan bahwa ada
masalah dengan ginjal. Kondisi gagal ginjal dapat menyebabkan tubuh
menahan air lebih dari yang seharusnya. Inilah yang menyebabkan
bengkak di sekitar mata dan pembengkakan di tangan dan kaki.
Setelah memfilter darah, ginjal mengekskresikan kelebihan air, limbah
dan racun melalui urin. Ginjal yang rusak atau sakit tidak dapat
memfilter urin dalam jumlah banyak. Karena itu, orang dengan ginjal
bermasalah bisa ditandai dengan penurunan volume urin, atau
kebalikannya sering buang air kecil, dan nyeri saat berkemih.
Gambar tahapan
penyakit gagal ginjal kronik
Seseorang sebaiknya waspada jika mengalami gejala-gejala : tekanan
darah tinggi, perubahan jumlah dan frekuensi urin; sering berkemih di
malam hari atau sulit berkemih, urin berbuih atau berwarna pekat, atau
ada darah dalam urin. Atau bengkak pada kaki, pergelangan kaki;
kelopak mata bengkak saat bangun di pagi hari; rasa lemah, sulit tidur,
kehilangan nafsu makan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, gatal-gatal,
sesak nafas, mual, muntah dan sering merasa sangat haus. Itu tanda
bahwa ginjal bermasalah.
Mereka yang sering mengalami salah satu atau beberapa gejala tersebut,
dianjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan laboratorium. Mulai
dari pemeriksaan urin lengkap, ureum dan kreatinin, gula darah,
kolesterol, LDL kolesterol dan trigliserida adalah pemeriksaan awal yang
murah untuk melakukan pencegahan.
Pemeriksaan Urin
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan, untuk mengetahui
kondisi ginjal. Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal, bisa diketahui
terutama melalui pemeriksaan urin. Pemeriksaan urin rutin (urinalisis)
terdiri dari analisa kimia untuk mendeteksi protein, kreatinin, gula dan
keton; dan analisa mikroskopik untuk mendeteksi sel darah merah dan
sel darah putih. Adanya sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam
urin, bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal.
Proteinuria, protein di dalam urin
Ginjal sehat mengambil limbah dari darah, tapi meninggalkan protein.
Gangguan ginjal menyebabkan kegagalan untuk memisahkan protein
darah yang disebut albumin dari limbah. Awalnya hanya sejumlah kecil
albumin bocor ke dalam urin; kondisi ini dikenal sebagai
mikroalbuminuria, tanda gagal fungsi ginjal. Seiring memburuknya
fungsi ginjal, jumlah albumin dan protein lain dalam urin meningkat,
disebut proteinuria. Bila protein dalam urin positif dan terjadi selama
lebih dari 3 bulan, yang bersangkutan bisa dikatakan telah mengalami
penyakit ginjal kronis.
Proteinuria bisa terjadi terus menerus atau hilang timbul, tergantung
penyebabnya. Selain merupakan pertanda penyakit ginjal, proteinuria
terjadi secara normal setelah berolahraga berat. Proteinuria juga bisa
terjadi pada proteinuria ortostatik, dimana protein baru muncul di urin
setelah penderita berdiri cukup lama, dan tidak ditemukan di urin
setelah penderita berbaring.
Hematuria, darah di urin
Hematuria bisa diketahui melalui pemeriksaan mikroskopik atau dengan
mata telanjang, yakni jika darah sangat banyak maka urin akan berwarna
kemerahan. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan di saluran
kemih dan atau terjadi kerusakan pembuluh darah di ginjal, sehingga
ginjal tidak dapat menjalankan fungsi filtrasinya.
Osmolaritas, kepekatan urin
Osmolaritas penting dalam mendiagnosis kelainan fungsi ginjal. Untuk
mendeteksi, pada salah satu tes seseorang tidak boleh minum air putih
atau cairan lain selama 12-14 jam. Pada tes lain, pasien diberi suntikan
hormon vasopresin. Kemudian kepekatan urin diukur. Dalam keadaan
normal, kedua tes seharusnya menunjukkan urin yang sangat pekat, tapi
pada penyakit ginjal tertentu urin menjadi sangat encer.
Ureum
Pemeriksaan kadar ureum darah merupakan pemeriksaan yang popular
sebab mudah dikerjakan dengan teliti dan tepat. Namun kadar ureum
dipengaruhi banyak faktor di luar ginjal, sehingga mempengaruhi
penafsiran hasilnya. Kadar ureum darah akan meningkat pada
peningkatan asupan protein, kurangnya aliran darah ginjal, perdarahan
saluran cerna bagian atas, infeksi ginjal, pasca operasi dan trauma obat.
Kreatinin
Kreatinin adalah limbah yang dibentuk oleh kerusakan sel-sel otot
normal. Ginjal sehat mengambil kreatinin darah dan memasukkannya ke
urin. Ketika ginjal tidak bekerja dengan baik, kreatinin menumpuk dalam
darah. Bila pada tes urin ditemukan kadar kreatinin positif, maka orang
tersebut sudah mengalami penyakit ginjal kronis tingkat lanjut.
Pemeriksaan Darah
Selain pemeriksaan urin, bisa melakukan pemeriksaan darah untuk
mengukur kadar kreatinin dan urea dalam darah. Jika ginjal tidak
bekerja, kadar kedua zat itu akan meningkat dalam darah. Laju
penyaringan ginjal bisa diperkirakan dengan cara mengukur kadar
kreatinin serum. Kadar urea nitrogen darah, juga bisa menunjukkan
fungsi ginjal.
Creatinine clearance adalah tes yang lebih akurat, yang menggunakan
suatu rumus yang menghubungkan kadar serum kreatinin dengan usia,
berat badan dan jenis kelamin.
Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan lanjutan untuk mengenali kelainan ginjal, berupa
pemeriksaan imaging – radiologis dan biopsy ginjal. Biasanya,
pemeriksaan ini atas indikasi tertentu dan sesuai saran dokte. Prosedur
imaging – radiologis dapat memperlihatkangambaran mengenai ukuran
ginjal, letak ginjal dan adanya penyumbatan atau kerusaka ginal. Jenis
pemeriksaan ini diantaranya foto polos abdomen, rontgen, USG, CT Scan
dan sebagainya.
Sedangkan prosedur biopsi ginjal, dilakukan dengan mengambil contoh
jaringan ginjal untuk diperiksa dengan mikroskop. Prosedur ini dilakukan
untuk memperkuat diagnosis dan untuk menilai hasil pengobatan.
Posted in Gagal Ginjal Kronik, Penyebab Gagal Ginjal Kronik | Tagged epidemiologi gagal ginjal kronik, gagal
ginjal akut, gagal ginjal akut dan kronik, gagal ginjal kronik hemodialisa, gagal ginjal kronik ppt, jurnal gagal
ginjal, latar belakang gagal ginjal kronik, leaflet gagal ginjal kronik, pathway gagal ginjal kronik, patofisiologi gagal
ginjal kronik,prevalensi gagal ginjal kronik, woc gagal ginjal kronik | Leave a comment
Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal KronikPosted by Gagal Ginjal Kronik
Seseorang yang diyakini mempunyai gejala sakit ginjal tidak perlu risau.
Kehidupan normal masih tetap dapat dijalani dengan baik. Bahkan
dianjurkan untuk tetap berolahraga dengan teratur dan makan dengan
makanan yang wajar.
Untuk menghindari rusaknya ginjal, Anda bisa mencegahnya
melalui cara-cara berikut :
1. Olah Raga
Lakukan olah raga secara rutin dan teratur. Olah raga yang teratur –
tidak terlalu berat – akan lebih berdampak positif bagi tubuh
dibandingkan dengan olah raga berat namun tidak teratur. Misalnya
Anda bisa melakukan jalan santai setiap pagi atau bersepeda 1-2 jam
setiap minggu.
2. Berhenti Merokok
Merokok tidak hanya meningkatkan resiko penyakit ginjal, tetapi juga
meningkatkan kematian akibat stroke dan serangan jantung pada orang
dengan penyakit ginjal kronis. Rokok dengan kandungan nikotinnya
dalam proses jangka waktu lama juga akan merusak organ-organ penting
tubuh Anda, baik paru-paru, kulit dan jantung. Kita sebaiknya mencoba
berhenti merokok.
3. Kurangi Makanan Berlemak
Makanan berlemak akan menyebabkan kandungan kolestrol dalam darah
Anda meningkat.
4. Berat Badan
Perhatikan berat badan sehingga Anda dapat terhindar dari obesitas.
Akan tetap, orang dengan fungsi ginjal yang rendah harus sadar bahwa
beberapa bagian dari diet yang normal dapat memperburuk kegagalan
ginjal.
5. Konsumsi Air Putih
Mengkonsumsi air putih yang cukup, menghindari konsumsi jamu atau
herbal yang tidak jelas, menghindari konsumsi obat-obatan secara
sembarangan (tanpa resep dokter) merupakan hal sederhana yang bisa
Anda lakukan untuk mengurangi potensi munculnya penyakit ginjal.
6. General Checkup
Gagal ginjal juga dapat dicegah melalui pemeriksaan kesehatan (medical
chekup) secara rutin, termasuk pemeriksaan urin dan darah.
Memeriksakan gangguan ginjal seperti kencing batu, prostat dapat
mencegah munculnya gagal ginjal.
Posted in Gagal Ginjal Kronik, Penyebab Gagal Ginjal Kronik | Tagged askep gagal ginjal kronik, asuhan
keperawatan gagal ginjal akut, asuhan keperawatan gagal ginjal kronik, jurnal gagal ginjal
kronik, penatalaksanaan gagal ginjal kronik, terapi gagal ginjal kronik | Leave a comment
Penyebab Gagal Ginjal KronikPosted by Gagal Ginjal Kronik
Ginjal adalah sebuah organ kecil yang terletak di dalam tubuh, akan
tetapi mempunyai fungsi yang sangat kompleks dan bekerja secara
otomatis. Dengan memahami mengenai bagaimana cara kerja ginjal
dapat membantu kita menjaga kesehatan.
Ginjal adalah organ bagian tubuh yang masing-masing berukuran serupa
dengan kepalan tangan. Organ tersebut terletak dekat pertengahan
punggung, pas di bawah kerangka tulang rusuk. Ginjal adalah mesin
pendaur ulang yang canggih. Setiap hari, ginjal kita menguraikan kurang
lebih 200 liter darah untuk menyaring sekitar dua liter bahan ampas dan
air berlebihan. Bahan ampas dan air berlebihan menjadi air seni, yang
mengalir ke kandung kemih melalui pembuluh yang disebut ureter.
Kandung kemih kita menyimpan air seni sampai kita buang air kecil.
Sebagian besar penyakit ginjal menyerang nefron, mengakibatkan
kehilangan kemampuannya untuk menyaring. Kerusakan pada nefron
dapat terjadi secara cepat, sering sebagai akibat pelukaan atau
keracunan. Tetapi kebanyakan penyakit ginjal menhancukan neefron
secara perlahan dan diam-diam. Kerusakan biasanya dirasakan setelah
beberapa tahun atau bahkan dasawarsa. Sebagian besar penyakit ginjal
menyerang kedua buah ginjal sekaligus.
Penyebab gagal ginjal yang utama disebabkan oleh diabetes, tekanan
darah yang tinggi, sedangkan penyebab gagal ginjal yang ketiga adalah
oleh karena penyakit genetic seperti kelainan kekebalan, cacat lahir dan
sebab-sebab lainnya.
Berikut adalah gejala-gejala penting yang berkaitan dengan
menurunnya daya kerja ginjal yang berpotensi menjadi penyakit
gagal ginjal :
1. Penimbunan Sampah Dalam Darah
Hal ini ditandai dengan kelelahan, sekujur tubuh terasa sakit-sakitan,
gatal, kram, mudah lupa, susah tidur, mual-mual, tidak ada nafsu makan,
daya tahan tubuh terhadap infeksi sangat berkurang.
2. Masalah Keseimbangan Cairan
Penimbunan cairan dengan tanda-tanda pergelangan kaki dan juga wajah
membengkak. Sebaliknya, pengeringan cairan bisa ditandai dengan mata
yang sangat cekung, mulut kering, hampir tidak ada lendir dalam mulut.
3. Gangguan Hormon
Dengan berkurangnya daya kerja ginjal bisa menyebabkan ginjal
menghasilkan lebih banyak hormon atau ekstra hormon. Akibatnya, akan
menambah hormon tekanan darah. Sebaliknya, hormon-hormon yang lain
menjadi berkurang produksinya. Hal ini menyebabkan tubuh kekurangan
darah, lelah dan juga tulang rapuh.
Penyebab penyakit ginjal yang lain
Keracunan dan trauma, misalnya terkena pukulan berat langsung pada
ginjal, dapat mengakibatkan penyakit ginjal. Beberapa obat, termasuk
obat tanpa resep, dapat meracuni ginjal bila sering dipakai selama
jangka waktu yang panjang. Produk yang menggabungkan aspirin,
asetaminofen, dan obat lain misalnya ibuprofen ditemukan paling
berbahaya untuk ginjal. Bila kita sering memakai obat penawar nyeri,
sebaiknya kita membahas dengan dokter untuk memastikan bahwa tidak
beresiko untuk ginjal kita.
MAKALAH PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIC KIDNEY DISEASE, CKD)Senin, 08 Oktober 2012
MAKALAH TENTANG PENYAKIT CKD
(CHRONIC KIDNEY DISEASE)
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
KEPERAWATAN DEWASA II
Dosen Pengampu : Ns. Erick Endra Cita S. Kep
Disusun Oleh :
Satya Putra Lencana
M11.01.0015
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah
metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Tetapi
pada kondisi tertentu karena adanya gangguan pada ginjal, fungsi tersebut akan berubah.
Gagal ginjal kronik biasanya terjadi secara perlahan-lahan sehingga biasanya diketahui setelah
jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Gagal ginjal kronik
dapat terjadi pada semua umur dan semua tingkat sosial ekonomi. Pada penderita gagal ginjal
kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.
Melihat kondisi seperti tersebut di atas, maka perawat harus dapat mendeteksi secara
dini tanda dan gejala klien dengan gagal ginjal kronik. Sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensip pada klien dengan gagal ginjal kronik.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran perawatan pada penyakit gagal ginjal kronik.
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien gagal ginjal kronik
b. Mampu membuat analisa data pada pasien gagal ginjal kronik
c. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
d. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
f. Mampu membuat evaluasi pada pasien gagal ginjal kronik
D. MANFAAT
1. Secara umum
a. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan khususnya
gagal ginjal kronik.
b. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengangagal ginjal kronik
dan penatalaksanaan masalah keperawatan.
c. Meningkatkan ketrampilan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Gagal
ginjal kronik.
2. Secara khusus
a. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit gagal ginjal
kronik agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
b. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang gagal ginjal kronik lebih dalam sehingga
dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit gagal ginjal kronik.
c. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan gagal ginjal kronik
sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik
d. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang gagal ginjal kronik serta dapat meningkatkan kewaspadaan
terhadap penyakit ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal
yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448).
Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena
kegagalan tubuh untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap (Doenges, 1999; 626)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)7.Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
(Price & Wilson, 1994)
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam 2
kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
a. Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc ginjal
b. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal, Poliarteritis nodasa,
Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM
2. Penyakit ginjal obstruktif : Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluks ureter. Secara
garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron yang
memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi
yang lama, scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369) :
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah
tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik
waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah,
dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis pitting edema
(kaki, tangan, sacrum), edema periorbital friction rub pericardial, pembesaran vena leher
b. Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar
c. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan kussmaul
d. Gastrointestinal : Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna
e. Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat kesadaran, disorientasi,
kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang,kelemahan pada tungkai Fraktur tulang, Foot
drop
g. Reproduktif : Amenore, Atrofi testekuler
D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi
sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.
Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala
khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi
renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium :
1. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan lewat ginjal secara
berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi. Pasien akan mengalami
poliuria. Perubahan ini diyakini dapat menyebabkan glomerulusklerosis fokal, terdiri dari
penebalan difus matriks mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai penebalan membran
basalin kapiler.
2. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda khas stadium
ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi.
4. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan hipertensi hampir
selalu ditemui.
5. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin plasma
disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.
E. PATHWAY
ETIOLOGI
Jumlah nefron fungsional
Nefron yg terserang hancur Neferon yg masih utuh
90% nefron hancur
75% nefron hancur
Adaptasi
Tdk dpt mengkompensasi
(ketidakseimbangan cairan elektrolit)
GFR
(BUN & kreatinin ↗)
Nefron hipertropi
GFR 10% dari normal
(BUN & kreatinin ↗)
Adaptasi
↗kecepatan filtrasi, ↗beban solut,↗reabsorpsi
Urine isoosmotis
Kecepatan filtrasi & beban
solut ↗
Keseimbangan cairan elektrolit dipertahankan
Kegagalan proses filtrasi
Ketidakseimbangan dlm glomerulus & tubulus
Fungsi ginjal rendah
Oliguri
Poliuri, nokturi, azotemia
cadangan ginjal
Uremia ↗
Insufisiensi ginjal
Penumpukan kristal
urea di kulit
Gagal ginjal
Angiotensin ↗
Pruritus Eritropoetin di ginjal Retensi Na+
Gangguan integritas kulit
SDM
Kelebihan volume cairan
Pucat, fatigue, malaise
anemia
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan Intoleransi aktivitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit,
Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
b. Pemeriksaan UrinWarna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton,
SDP, TKK/CCT2.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit
(hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system
pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi,
CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos
abdomen
G. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali
tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian
yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah
medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress
(infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001).
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. peritoneal diálisis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
b. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
c. Hemodialisis
d. Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada
awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
e. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
f. Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP, tachycardia,
hipotensi orthostatic, friction rub
c. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak, cemas, takut, marah, irritable
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna merah/coklat,
berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
e. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah, rasa
logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan lemak subkutan
f. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan, gangguan status mental,
penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, koma
g. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah
h. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), paroksismal nokturnal dyspnea (+), batuk produkrif
dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
i. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie, ekimosis, fraktur
tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
j. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
k. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
a. Penurunan curah jantung
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Perubahan nutrisi
d. Perubahan pola nafas
e. Gangguan perfusi jaringan
f. Intoleransi aktivitas
g. Kurang pengetahuan tentang tindakan medis
h. Resiko tinggi terjadinya infeksi
3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas
normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
2) Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal)
3) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
4) Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume
cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan:
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada
edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
1) Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit tanda-tanda vital
2) Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
4) Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan
haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan:
Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
1) Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
2) Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan
pemasukan dan memerlukan intervensi
3) Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
4) Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
5) Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan
d. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui
alkalosis respiratorik
Tujuan:
Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
2) Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
3) Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
4) Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
Tujuan:
Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
1) Mempertahankan kulit utuh
2) Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
1) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan
dekubitus / infeksi.
2) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan
integritas jaringan
3) Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
4) Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
5) Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
6) Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
7) Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada
area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
8) Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Tujuan:
Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
1) Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
2) Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
4) Pertahankan status nutrisi yang adekuat
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis (hemodialisa) b.d salah
interpretasi informasi.
1) Kaji ulang penyakit/prognosis dan kemungkinan yang akan dialami.
2) Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala CKD serta
penatalaksanaannya (tindakan hemodialisa ).
3) Libatkan keluarga dalam memberikan tindakan.
4) Anjurkan keluarga untuk memberikan support system.
5) Evaluasi pasien dan keluarga setelah diberikan penkes.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa definisi mengenai osigenasi maka dapat dirumuskan gangguan
pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi harus dilakukan tindakan secara lebih
intensif.
B. Saran
Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan keperawatan
Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
http://askep-ebook.blogspot.com/2009/04/ckd-chronic-kidney-disease.html
http://www.scribd.com/doc/14558331/Laporan-Pendahuluan-Chronic-Kidney-Disease-CKD-