Download - 94793286 BAB I IV Menometroragia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Referensi kesehatan (2008), pembangunan kesehatan
bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi
tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima
kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan
dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi
muda yang sehat jasmani maupun rohani. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya
diberi perhatian sebab :
1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi
pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya
2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang
dikandung dan dilahirkan.
3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan
mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan
pengendalian jumlah penduduk.
4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda
Intemasional diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil
Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan
5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek
paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak - anak.
1
2
Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal
yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya dimana ia
sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri. Seorang wanita normal akan
mengalami peristiwa reproduksi, yaitu haid.
Sebanyak dua pertiga dari wanita-wanita yang dirawat dirumah sakit
untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun dan 3% dibawah 20
tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai perdarahan disfungsional
dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh
sendiri, jarang diperlukan perawatan di Rumah Sakit. Perdarahan ovulator
merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus
pendek atau panjang (Prawirohardjo, 2007).
Dari beberapa kasus yang ada diruang ginekologi menometroragia
merupakan kasus yang jarang terjadi. Meskipun demikian, bukan berarti
menometroragia tidak berpengaruh terhadap meningkatnya angka mortalitas
dan morbiditas karena menometroragia berhubungan dengan salah satu faktor
penyebab gangguan dalam organ reproduksi wanita (Soekiman, 2009).
Data medical record RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate bahwa
tercatat dari bulan januari sampai bulan mei 2011 ada 12 kasus
menometroragia. Dari data yang penulis dapatkan diatas, oleh sebab itu
penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai kasus menometroragia
ini,dengan judul”Asuhan Kebidanan Pada Ny”H” Dengan Menometroragia”
dengan harapan dapat memperoleh gambaran nyata tentang penatalaksanaan
Asuhan Kebidanan pada kasus Menometroragia.
3
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan kebidanan
pada Ny “H” dengan kasus menometroragia di ruang ginekology RSUD
Dr.H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada Ny “H” dengan kasus menometroragia.
2. Menentukan diagnosa / masalah aktual pada Ny “H” dengan kasus
menometroragia.
3. Menentukan diagnosa masalah potensial pada Ny “H” dengan kasus
menometroragia.
4. Menentukan tindakan emergency / segera pada Ny “H” dengan kasus
menometroragia.
5. Membuat rencana tindakan kebidanan pada Ny “H” dengan kasus
menometroragia.
6. Mengimplementasikan rencana tindakan pada Ny “H” dengan kasus
menometroragia.
7. Mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
Ny “H” dengan kasus menometroragia.
8. Mendokumentasi secara lengkap asuhan kebidanan yang telah di
berikan pada Ny “H” dengan kasus menometroragia.
4
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan penulis dalam melaksanakan Asuhan
Kebidanan pada kasus menometroragia
1.3.2 Bagi pasien
Membantu dalam hal memberikan pengertian secara jelas perawatan pada
kasus menometroragia, sehingga klien dapat mengerti dan
melaksanakannya di rumah.
1.3.3 Bagi institusi
Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dalam pembuatan karya tulis
selanjutnya.
1.3.4 Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi dalam memberikan pelayanan pada kasus
menometroragia, sehingga mutu pelayanan Kebidanan pada masa yang
akan datang lebih ditingkatkan lagi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Menometroragia
2.1.1 Pengertian
1. Menometroragia adalah perdarahan yang banyak, di luar siklus haid dan
biasanya terjadi dalam masa antara 2 haid, perdarahan itu tampak
terpisah dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan ini
menjadi 1 yang pertama dinamakan metroragia yang kedua
menometroragia (Widjarnako, 2009).
2. Menometroragia adalah perdarahan rahim yang berlebihan dalam
jumlah dan lamanya perdarahan, dapat terjadi dalam periode menstruasi
maupun di antara periode menstruasi (Rika, 2009).
3. Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi antara masa 2 haid
yang dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh
kelainan fungsional (Prawirohrdjo, 2007).
4. Menometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang berlangsung
terus / panjang dan dengan jumlah darah yang lebih banyak (Manuaba,
2010).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa menometroragia adalah suatu keadaan dimana
terjadi perdarahan diluar haid yang berlangsung lama serta dengan
jumlah darah yang lebih banyak.
6
2.1.2 Etiologi
Prawirohardjo (2007), etiologi dari menometroragia antara lain:
1. Sebab – sebab Organik
Perdarahan dari uterus,tuba dan ovarium disebabkan oleh kelainan
pada :
a. Servik uteri : Karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip servik,
erosi pada portio, ulkus portio uteri.
b. Vagina : Varices pecah, metostase kario, karsinoma keganasan
vagina, karsinoma vagina.
c. Rahim : polip endometrium, karsinoma korpus uteri, submukosa
mioma uteri.
d. Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium
e. Tuba fallopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba,
tumor tuba.
2. Sebab – sebab disfungsional
Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik.
Perdarahan disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk :
a. Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction
bleeding).
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium
tanpa ada sebab - sebab organik, maka harus diperhatikan sebagai
etiologi.
7
Korpus lutheum persistens dalam hal ini dijumpai perdarahan
kadang-kadang bersamaan dengan ovarium yang membesar
korpus lutheum ini menyebabkan pelepasan endometrium tidak
teratur (irreguler shedding) sehingga menimbulkan perdarahan.
Insufisiensi korpus lutheum menyebabkan premenstrual spotting,
menorhagia dan polimenorrea, dasarnya adalah kurangnya
produksi progesterone disebabkan oleh gangguan LH releasing
factor. Apapleksia uteri pada wanita dengan hipertensi dapat
terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus. Kelainan darah
seperti anemia, gangguan pembekuan darah purpura trombosit
openik.
b. Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir disfunctiond
bleeding).
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium
dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu.
Timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-
kadang tidak teratur sama sekali.
c. Stres psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi
2.1.3 Patologi
Menurut Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian
histopatologik pada uterus dan ovario pada waktu yang sama, menarik
kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia
8
hemorrágica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga
tidak terjadi ovulasi dan pembentukan corpus luteum.
Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi
estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Penelitian menunjukan pula
bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan
berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atropik, hiperplastik,
ploriferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi
merupakan bagian terbesar. Endometrium jenis nonsekresi dan jenis sekresi
penting artinya karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan
anovulatori dari perdarahan ovulatoar.
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis
perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan
memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional
yang ovulatoir gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor
neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya belum
seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoir biasanya dianggap
bersumber pada gangguan endokrin (Prawirohardjo, 2007).
2.1.4 Gambaran klinik
1. Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan
disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang
(oligomenorea). Untuk mendiagnosis perdarahan ovulatoar perlu dilakukan
kerokan pada masa mendekati haid jika sudah di pastikan bahwa
9
perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab
organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:
a. Korpus luteum persistens ; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang –
kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus
dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan panggul sering menunjukan banyak persamaan antara
keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis irregular
shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni
menurut Prawirohardjo (2007) pada hari ke-4 mulainya perdarahan.
Pada waktu ini dijumpai adanya endometrium dalam tipe sekresi
disamping tipe non sekresi.
b. Insufusiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia atau polimenorea. Dasarnya adalah kurang produksi
progesteron disebabkan oleh gangguan LH (Luteiniozing hormon)
releasing factor. Diagnosis dibuat apabila hasil biopsi endometrial
dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang
seharusnya didapat dari hari siklus yang bersangkutan.
c. Appoleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi
pecahnya pembuluh darah dalam uterus
d. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.
10
2. Perdarahan anavulator
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya
endometrium. Dengan kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul
perdarahan yang kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi
kadar estrogen pada sangkut pautnya dengan jumlah yang pada suatu
waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen
sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti dengan folikel-folikel
baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari
endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sedian yang
diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan
bersifat anavulatoar.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap
waktu dalam kehidupan menstrual seorang wanita, namun hal ini paling
sering terdapat pada masa pubertas dan masa pramenopause. Pada masa
pubertas sesudah menarche , perdarahan tidak normal disebabkan oleh
gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan
akibat bahwa pembuatan realising factor dan hormon gonadotropin tidak
sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya
fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Bila masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali ada
harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid
menjadi avulatoar, pada seorang wanita dewasa dan terutama dalam
11
masa pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan
kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.perdarahan
disfungsioanl dapat dijumpai pada penderit-penderita dengan penyakit
metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah penyakit umum yang
menahun, tumor – tumor ovarium, dan sebagainya.
Akan tetapi disamping itu, terdapat banyak wanita dengan
perdarahan disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut
diatas. Dalam hal ini sters yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,
baik didalam maupun diluar pekerjaan, kejadian-kejadian yang
mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan, kematian
dalam keluarga, pemberian obat penenang terlalu lama, dan lain-lain
dapat menyebabkan perdrahan anavulatoar (Prawirohardjo, 2007).
2.1.5 Diagnosis
Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis.perlu
ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus
yang pendek atau oleh oligomenorea/amenore, sifat perdarahan (banyak atau
sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan dan sebagainya. Pada
pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah
kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin,penyakit menahun dan
lain-lain.kecurigaan terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya
menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah
penyakit yang bersangkutan.
12
Pada pemeriksaan ginekologi perlu dilihat apakah tidak ada
kelainan-kelainan organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal
(seperti: polip,ulkus,tumor). Pada wanita pubertas umumnya tidak perlu
dilakukan kerokan guna pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara
20 dan 40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan terganggu, polip,
mioma, submukosum dan sebagainya. Disini kerokan diadakan setelah dapat
diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yang
masih memberi harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam
pramenopause dorongan untuk dilakukan kerokan adalah untuk memastikan
ada tidaknya tumor ganas (Prawirohardjo, 2007).
2.1.6 Penanganan
Widjanarko (2009), penanganan pada kasus menometroragia ini
antara lain:
1. Bila perdarahan disfungsional sangat banyak, penderita harus istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah.
2. Setelah pemeriksaan ginekologis menunjukkan bahwa perdarahan berasal
dari uterus dan tidak ada abortus incompletus, maka dapat diberikan :
a. Estrogen dosis tinggi supaya kadarnya darah meningkat dan
perdarahan berhenti, diberikan secara intra muscular (propionasi
estrodiol 25 mg), kerugian therapy ini adalah bahwa setelah suntikan
dihentikan maka perdarahan akan timbul lagi atau benzoas
ekstradiol/valeras ekstradiol 20 mg.
13
b. Progesterone : pemberian progesterone mengimbangi pengaruh
estrogen terhadap endometrium diberikan secara intra muscular
hidroksi progesterone 125 mg atau provera 10 mg oral.
c. Jika pemberian estrogen saja atau progesterone saja kurang
bermanfaat, maka diberikan kombinasi estrogen dan progesterone
yaitu pil kontrasepsi, pada therapi ini dapat diberikan progesterone
untuk 7 hari mulai hari ke 21 siklus haid.
3. Dilakukan kuretase endometrium terhadap produk-produk konsepsi yang
tertahan.
4 . Antibiotika untuk infeksi pelvis.
2.2 Konsep Dasar Menegemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan,ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien
(Varney, 2007).
Manajemen kebidanan terdiri dari VII langkah yang berurutan, yang
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
langkah – langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di
aplikasikan dalam semua situasi yaitu:
14
2.2.1 Step I Identifikasi Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap melalui data subjektif dan objektif dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara anamnesis, Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, riwayat kesehatan sebelumnya dan riwayat
kesehatan terbaru, serta Pemeriksaan penunjang.
1. Pengumpulan Data
1) Data Subjektif terdiri dari :
a. Biodata / Identitas
Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit diderita sekarang, riwayat penyakit sekarang
yang menyertai, riwayat kesehatan lalu, riwayat kehamilan dan
persalinan, riwayat pertumbuhan dan perkembangan, riwayat
pemenuhan nurtisi, riwayat kesehatan keluarga, data psikologis
klien, data sosial, data spiritual, pola eliminasi, serta pola
tidur/istiahat.
2) Data Objektif meliputi :
a. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum yang harus diperhatikan yaitu keadaan
umum dan tanda-tanda vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,
15
nadi, respirasi, dan suhu. Pada menometroragia akan didapatkan
kegelisahan dan kekhawatiran dari klien
b. Observasi dan pemeriksaan fisik.
Observasi dan pemeriksaan fisik merupakan metode
pengumpulan data yang tidak dapat dipisahkan, observasi adalah
melihat, memperhatikan sesuatu pada pemeriksaan fisik. Pada
saat observasi dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Pemeriksaan fisik yang di lakukan pada klien dengan
menometroragia yaitu pemeriksaan kepala/rambut, wajah, mata,
telinga, hidung, mulut dan bibir, leher, abdomen, kulit, genitalia,
dan ekstremitas.
c. Melakukan pemeriksaan penunjang (laboratorium)
2.2.2 Step II Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada langkah ini di lakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data (subjektif dan
objektif) yang telah di kumpulkan. Data dasar yang sudah di kumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik.
2.2.3 Step III Identifikasi Diagnose / Masalah Potensial
Langkah III merupakan langkah ketika bidan melakukan
identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di
16
identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di
lakukan pencegahan. Bidan di harapkan waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Pada
klien dengan menometroragia, masalah potensial dapat terjadi perdarahan
berulang.
2.2.4 Step IV Melaksanakan Tindakan Segera.
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini, mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/untuk dikonsultasikan atau di
tangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Berdasarkan teori, kasus menometroragia perlu dilakukan
tindakan segera untuk mengantisipasi terjadinya perdarahan.
2.2.5 Step V Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang di
tentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosis yang
telah di identifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana tindakan pada klien dengan
menometroragia dapat dibuat bersama petugas kesehatan, klien dengan
keluarganya berdasarkan urutan prioritas masalah
17
2.2.6 Step VI Implementasi Asuhan Kebidanan.
Pada langkah ini di lakukan pelaksanaan asuhan langsung secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau
bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya.
2.2.7 Step VII Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan. Hal yang di evaluasi meliputi apakah kebutuhan telah
terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif,
sedangkan sebagian lain belum efektif. Mengingat proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif.
18
BAB III
STUDY KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny ”H” DENGAN MENOMETRORAGIA
DIRUANG GINEKOLOGI RSUD Dr.H. CHASAN BOESOIRIE
TERNATE
3.1 Laporan Kasus
No. Reg : 1 1 0 6 6 7
Tgl masuk : 05 – 06 – 2011 Jam masuk :
11.40 WIT
Tgl pengkajian : 07 - 06 - 2011 Jam pengkajian : 09.00 WIT
Step I Identifikasi Dan Analisa Data Dasar
A. Identitas istri / suami
Nama : Ny’H’ / Tn’Y’
Umur : 41 thn / 58 thn
Suku : Kayoa / Kayoa
Pendidikan : SMP / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Agama : Islam
Lamanya menikah : 19 tahun
Alamat : Fitu
B. Data Biologis / Fisiologis
1. Keluhan utama :
19
Ibu mengatakan nyeri perut bagian
bawah, disertai pengeluaran darah
dari jalan lahir, warna merah segar,
dengan jumlah yang banyak dan
dialami ± 10 hari dirumah.
2. Riwayat keluhan utama:
a. Keluhan mulai sejak : 26 – 05 – 2011
b. Sifat keluhan : Menetap
c. Lokasi keluhan : Jalan lahir
d. Faktor predisposisi : Kelainan organik pada alat genital
e. Keluhan yang menyertai :
- Ibu mengatakan badannya terasa lemas
- Ibu mengatakan susah tidur
f. Pengaruh keluhan terhadap
aktifitas tubuh : Terganggu
g. Usaha klien untuk mengatasi
keluhan : Istirahat di tempat tidur
3. Riwayat kesehatan yang lalu :
a. Imunisasi yang diperoleh : Tidak ada
b. Penyakit yang pernah
diderita : Malaria
c. Riwayat opname : Tidak ada
d. Riwayat trauma : Tidak ada
20
e. Riwayat operasi : Tidak ada
f. Riwayat penyakit menular : Tidak ada
4. Riwayat reproduksi
a. Riwayat haid
- Menarche : 14 tahun
- Siklus haid : 28 – 30 hari
- Durasi haid : 4 – 7 hari
- Perlangsungan haid : Normal
- Dismenorea : Pernah
b. Riwayat obstetri
Kehamilan, persalinan, dan nifas lalu :
Kehamilan Persalinan Nifas
KetKe
Tahun UKJenis
PersalinanPenolong JK BB
Perlangsungan
Lama Menyusui
1 1997 9 bln Normal Dukun Perempuan - Normal 2 tahun Hidup
c. Riwayat ginekologi : Tidak ada
d. Riwayat KB : Tidak ada
5. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar :
a. Kebutuhan nutrisi
Kebiasaan
a) Pola makan ibu : Teratur
b) Frekuensi : 3 x sehari
c) Jumlah air yang diminum : 7 – 8 gelas / hari
21
d) Nafsu makan : Baik
e) Makanan pantangan : Tidak ada
b. Kebutuhan eleminasi
Kebutuhan
a) Frekwensi BAK : 4 x / hari
b) Warna / bau khas : Kuning muda / pesing
c) Gangguan eleminasi BAK : Tidak ada
Selama sakit : Nyeri saat BAK
d) Frekwensi BAB : 1x / hari
e) Warna / konsistensi : Kuning / lemnek
f) Gangguan eleminasi : Tidak ada
c. Kebutuhan diri sendiri
Kebiasaan
1. Kebersihan rambut : Bersih
2. Kebersihan badan : Bersih
3. Kebersihan gigi/ mulut : Bersih
4. Kebersihan genetalia/anus : Bersih
5. Kebersihan kuku tangan
dan kaki : Bersih
d. Kebutuhan istrahat / tidur
Kebiasaan
1. Istrahat / tidur siang : 2 jam (jam 13.30 - 15.30 WIT)
2. Istrahat / tidur malam : 7 jam (jam 22.00 - 05.00 WIT)
22
Perubahan selama sakit : Susah tidur
C. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Tampak lemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. Wajah : Cemas
d. TB / BB : Tidak di ukur
2. Pemeriksaan tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 90 / 60 mmhg
b. Pernapasan : 20 ×/m
c. Suhu : 36 ˚c
d. Nadi : 82 ×/m
3. Kepala / rambut
Inspeksi
a. Keadaan rambut : Bergelombang
b. Warna : Hitam
c. Kulit kepala : Bersih
4. Muka / wajah
a. Edema : Tidak ada
b. Bentuk wajah : Ovale
c. Ekspresi wajah : Meringis
5. Mata
23
a. Kebersihan : Bersih
b. Sklera : Ikterus
c. Konjungtiva : Merah muda
d. Tidak tampak adanya sekret
6. Telinga
a. Kebersihan : Bersih
b. Kesementrisan : Simetris kiri kanan
7. Hidung
a. Kebersihan : Bersih
b. Kesimetrisan : Simetris kiri kanan
8. Mulut / gigi
a. Kebersihan : Bersih
9. Leher
a. Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
b. Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
10. Payudara dan thorax
Inspeksi dan palpasi
a. Kesimetrisan : Kiri kanan
b. Pembengkakan : Tidak ada
c. Nyeri tekan : Tidak ada
11. Abdomen
Inspeksi / palpasi
a. Keadaan adomen : Bersih
24
b. Luka bekas operasi : Tidak ada
c. Terdapat nyeri tekan pada daerah supra pubis
12. Genetalia dan anus
Inpeksi
a. Keadaan vulva : Kotor, ada pengeluaran darah dari
jalan lahir
b. Warna / konsistensi : Merah segar /lembek
13. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas
a. Kesimetrisan : Simetri kiri kanan
b. Pembengkakan : Tidak ada
Ekstremitas bawah
a. Kesimetrisai : Simetris kiri dan kanan
b. Pembengkakan : Tidak ada
c. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 07 – 06 - 2011
Darah
HB : 10,8 gram %
Leoksit : 15’8 /mm³
Trombosit : 85 / mm³
DDR : Negatif ( - )
PP Test : Negatif ( - )
d. Pemeriksaan penunjang
USG : tidak tampak gestasi, cairan bebas
25
negatif, tampak massa (adneksa)
D. Data psikologis / sosiologis
1. Reaksi emosional terhadap keluhan yang di alami
a. Respon ibu : Cemas dan khawatir dengan keadaan
yang dialaminya
b. Respon suami : Cemas dengan keadaan istrinya
2. Peran ibu dan keluarga
a. Pengambilan keputusan : Suami
b. Konsultasi kesehatan : Dokter
E. Data spritual
Ibu selalu berdoa agar penyakitnya bisa cepat sembuh.
26
Klasifikasi Data
A. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
2. Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir, warna merah
segar, dengan jumlah yang banyak, dan dialami ± 10 hari dirumah
3. Ibu mengatakan badannya terasa lemas
4. Ibu mengatakan susah tidur
5. Ibu mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya
B. Data objektif
1. Ekspresi wajah ibu meringis
2. Terdapat nyeri tekan pada daerah supra pubis
3. Nampak pengeluaran darah dari jalan lahir
4. Warna/ konsistensi : Merah segar / lembek
5. Ibu tampak lemas
6. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmHg
b. Nadi : 82 x / menit
c. Suhu : 36˚C
d. Pernapasan : 22 x /m
7. Konjungtiva merah muda
27
8. Ibu tampak cemas
9. Pemeriksaan laboratorium
a. HB : 10,8 gram%
b. Leukosit : 15,8 /mm³
c. Trombosit : 85 / mm³
d. DDR : ( - ) negatif
e. PP test : ( - ) negatif
10. Pemeriksaan penunjang
USG tanggal 07 – 06 - 2011
Hasil : Tidak tampak gestasi, cairan bebas negatif, tampak massa
(adneksa)
28
STEP II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
No
Data Dasar Analisa dan Interprestasi Data Dx/ Masalah Aktual
1 2 3 41
2
Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
2. Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir, warna merah segar, dengan jumlah yang banyak, dan di alami ± 10 hari dirumah
3. Ibu mengatakan badannya terasa lemas
Data Objektif :
1. Ekspresi wajah meringis2. Terdapat nyeri tekan pada daerah
supra pubis3. Nampak pengeluaran darah dari
jalan lahir4. Warna/ konsistensi : merah segar /
lembek5. Ibu tampak lemas6. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmHgb. Nadi : 82 x / mc. Suhu : 36˚Cd. Pernapasan : 22 x /m
7. Konjungtiva merah muda 8. Pemeriksaan laboratorium
a. HB : 10,8 gram%b. Leukosit : 15,8 /mm³c. Trombosit : 85 mm3
d. DDR : ( - ) Negatife. PP test : ( - ) Negatif
9. Pemeriksaan penunjangUSG : Tidak tampak gestasi, cairan
bebas negatif, tampak massa (adneksa)
Data subjektif
1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
2. Ibu mengatakan ada pengeluaran
Perdarahan menometroragia merupakan perdarahan disfungsional dengan siklus panjang yang di jumpai pada seorang wanita dewasa dan terutama pada masa premenopause yang merupakan terhentinya fungsi ovarium dengan turunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis atau tidak teratur
Infiltrasi sel trofoblas yang merusak pembuluh darah menimbulkan perdarahan sedikit demi sedikit sampai perdarahan banyak gejala ini dapat menyebabkan Anemia
Rasa ketidak nyamanan nyeri dapat disebabkan oleh terjadinya kerusakan saraf sensorik atau juga
Diagnosa :
Ny”H” umur 41 thn, P1, A0 dengan
Menometroragia dan Anemia ringan
Masalah aktual :
Gangguan rasa
29
3
darah dari jalan lahir, warna merah segar, dengan jumlah yang banyak, dan di alami ± 10 hari dirumah
3. Ibu mengatakan badannya terasa lemas
4. Ibu mengatakan susah tidur
Data objektif 1. Ekspresi wajah meringis2. Terdapat nyeri tekan pada daerah
supra pubis3. Nampak pengeluaran darah dari
jalan lahir4. Warna/ konsistensi : merah segar /
lembek5. Ibu tampak lemas
Data subjektif
1. Ibu mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya
2. Ibu mengatakan susah tidur
Data objektif1. Ibu tampak cemas2. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmHgb. Nadi : 82 x / mc. Suhu : 36˚Cd. Pernapasan : 22 x /m
diawali rangsangan aktivitas sel T ke korteks serebri dan menimbulkan presepsi nyeri
Menstruasi merupakan peristiwa yang fisiologis bagi seluruh wanita akan tetapi berubah menjadi patologis apabila terjadi siklus menstruasi yang berkepanjangan dan memerlukan tindakan medis yang tidak pernah terpikirkan oleh klien sehingga dapat menimbulkan kecemasan
nyaman nyeri
Masalah aktual
Kecemasan
30
STEP III. Merumuskan Diagnosa / Masalah Potensial
No
Data Dasar Analisa dan Interprestasi Data Dx/ Masalah Potensial
1 2 3 41 Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
2. Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari jalan lahir, warna merah segar, dengan jumlah yang b anyak, dan dialami ± 10 hari dirumah
3. Ibu mengatakan badannya terasa lemas
Data Objektif :1. Ekspresi wajah meringis2. Terdapat nyeri tekan pada daerah
supra pubis3. Nampak pengeluaran darah dari
jalan lahir4. Warna/ konsistensi : merah segar /
lembek5. Ibu tampak lemas6. Ibu tampak cemas7. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah :90/60 mmHgb. Nadi : 82 x / menitc. Suhu : 36˚Cd. Pernapasan : 22 x/me. Inspeksi konjungtiva merah
muda8. Pemeriksaan laboratorium
a. HB : 10,8 gram%b. Leukosit : 15,8 /mm³c. Trombosit : 85 /mm3
d. DDR : ( - ) Negatife. PP test : ( - ) Negatif
9. Pemeriksaan penunjangUSG : Tidak tampak gestasi, cairan
bebas negatif, tampak massa (adneksa)
Tumbuhnya endrometrium dengan menurunnya kadar estrogen timbul perdarahan yang kadang-kadang tidak teratur sama sekali yang terjadi pada setiap waktu dalam kehidupan menstrual seorang wanita pada masa pubertas dan masa premenopause proses terhentinya fungsi ovarium yang selalu berjalan lancar sehingga sering menimbulkan perdarahan berulang
Asupan gizi yang masih tidak seimbang serta anemia ringan yang tidak tertangani dengan baik maka akan mengakibatkan terjadinya Anemia sedang
Masalah potensial Perdarahan berulang
dan anemia sedang
31
STEP IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi
Tindakan emergensi tidak dilakukan, tetapi tindakan kolaborasi dilakukan dengan
perawat jaga, dokter SpOG,serta petugas laboratorium mengenai instruksi
pemberian therapy :
1. Observasi tanda – tanda vital
2. Pemberian obat Analgetik
3. Pemberian obat anti biotik
4. Pemeriksaan Lab tgl : 07 – 06 - 2011
a. HB : 10,8 gram%
b. Leukosit : 15,8 /mm³
c. Trombosit : 85 /mm3
d. DDR : ( - ) Negatif
e. PP test : ( - ) Negatif
5. Pemeriksaan penunjang tgl : 07 – 06 - 2011
USG : Tidak tampak gestasi, cairan bebas negatif, tampak massa (adneksa)
32
STEP V. Rencana Tindakan Manajemen Kebidanan
NoDX/ Masalah
Aktual PotensialRencana Kegiatan
Tujuan Intervensi Rasional1 2 3 4 5
1
2.
Diagnosa Ny “H” umur 41 umur 41 thn, P1, A0, dengan Menometroragia dan Anemia ringan
Masalah aktual : gangguan rasa nyaman nyeri
Agar menometroragia bisa teratasi dengan kriteria
- Keadaan umum baik
- Tidak ada pengeluaran darah
- Hb normal 11-12 gr%
- Keadaan umum baik
- Tanda – tanda vital normal
Agar yeri dapat teratasi dengan criteria- Nyeri tekan
tidak ada- keadaan umum
ibu baik
1. Kaji tingkat pendarahan
2. Observasi tanda-tanda vitual
3. Anjurkan ibu untuk istrahat
4. Observasi tanda-tanda vital
5. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Atur posisi klien
1. Dengan mengkaji tingkat perdarahan dapat mengetahui seberapa banyak jumlah darah yang keluar agar dapat mengambil tindakan selanjutnya.
2. Dengan mengobservasi tanda-tanda vital klien dapat bertujuan untuk mengetahui keadaan umum klien
3. Dengan menganjurkan ibu untuk istrahat di harapkan dapat mengurangi rasa nyeri dan mempercepat proses penyembuhan.
4. Dengan mengobservasi tanda-tanda vital di harapkan dapat mengetahui keadaan umum ibu
5. Dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi diharapkan agar dapat memenuhi kebutuhan zat besi yang hilang oleh karena perdarahan
1. Dengan mengkaji tingkat nyeri bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh nyeri yang di rasakan klien
2. Mengatur posisi baring klien agar dapat memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri yang ada
33
3.
4.
Masalah aktual: kecemasan
Masalah potensial Perdarahan berulang dan Anemia sedang
Agar kecemasan teratasi dengan kriteria:
- ekspresi wajah tenang
- keadaan umum baik
- ibu dapat menerima keadaannya
Agar perdarahan berulang tidak terjadi dengan kriteria:
- Haid berlangsung normal
- Tidak ada pengeluaran darah yang berlebihan
-
3. Penatalaksaan pemberian obat analgetik sesuai instruksi dokter
4. Beri penjelasan tentang fisilogis haid dan hubungan dengan keluhan ibu
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Beri penjelasan pada ibu tentang keadaan yang dialaminya
3. Anjurkan ibu untuk selalu berdoa
1. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital
2. Observasi perdarahan
3. Beri penjelasan tentang vulva hygine
3. Dengan memberikan obat analgetik di harapkan rasa nyeri yang berlebihan dapat berkurang.
4. Dengan memberikan penjelasan tentang fisiologis haid ibu lebih mengerti dan memahami keluhan yang di alami.
1. Dengan mengkaji tingkat kecemasan dapat mengetahui keadaan mental ibu
2. Dengan memberikan penjelasan pada ibu diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami keadaan yang terjadi
3. Dengan menganjurkan ibu untuk berdoa diharapkan agar dapat mengurangi rasa cemas karena dengan berdoa dapat memberikan ketenangan hati dan ketentraman jiwa
1. Dengan mengetahui atau mengobservasi keadaan umum dan tanda – tanda vital ibu, dapat mengetahui secara dini kemungkinan yang akan terjadi
2. Dengan mengoservasi pengeluaran darah dapat mengetahui seberapa banyak darah yang keluar
3. Dengan memberikan penjelasan tentang perawatan genetalia diharapkan ibu mampu melakukan vulva hygine sendiri, selama dirumah sakit maupun setelah pulang kerumah
34
4. Beri penjelasan tentang fisiologis haid yang berhubungan dengan keluhan ibu
4. Dengan memberikan penjelasan tentang fisiologis haid,diharapkan ibu dapat lebih mengerti dan memahami keadaan yang dialaminya
35
Step VI. Implementasi Asuhan Kebidanan
Step VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan
No Tujuan Implementasi Evaluasi1 2 3 41 Agar Menometrragia dan
anemia ringan bisa teratasi dengan kriteria- keadaan umum baik- tidak ada pengeluaran darah
- Hb normal 11-12 gr%
- Keadaan umum baik- Tanda – tanda vital
normal
Tgl : 07-06-2011 Jam 11.00 WIT
1. Mengkaji tingkat perdarahanHasil : 1 x ganti pembalut
Jam : 11.10 WIT2. Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : tanda-tanda vitalTD : 100 /70 mmhgN : 82 x 1 mS : 37 ˚cP : 22 x / m
Jam : 11. 20 WIT3. Menganjurkan ibu untuk istrahat
yang cukup yaitu tidur malam ± 7-8 jam, tidur siang ± 2 jamHasil : Ibu mau mengikuti anjuran yang di berikan
4. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayur- sayuran berwarna hijau,minum susuHasil : ibu mau mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
Jam : 12. 15 WIT5. Menganjurkan ibu untuk istrahat
yang cukup yaitu tidur malam ± 7-8 jam, tidur siang ± 2 jamHasil : ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan
Jam : 12. 30 WIT6. Mengobservasi tanda – tanda
vitalHasil : a.Tekanan darah : 90/ 60 mmHga. Nadi : 82 x/ mb. Suhu : 36°Cc. Pernapasan : 22 x / m
Tgl : 07-06-2011 Jam 14.30 WIT
- Perdarahan berkurang- Keadaan umum lemas- Tanda-tanda vital
TD : 100 /70 mmhgN : 82 x 1 m S : 37 ˚c P : 22 x / m
- Intervensi dilanjutkan
36
2.
3.
Agar nyeri dapat teratasi dengan criteria- Tidak ada nyeri tekan- Keadaan umum ibu
baik
Kecemasan teratasi Dengan criteria :- ekspresi wajah tenang- keadaan umum ibu baik- klien dapat menerimakeadaannya
Tgl : 07-06-2011 jam 11.25 wit
1. Mengkaji tingkat nyeriHasil : masih terdapat nyeri tekan pada daerah supra pubis
Jam : 11. 35 WIT2. Mengatur posisi klien
Hasil : klien tidur miring kiri
Jam 12. 00 WIT3. Penatalaksanaan pemberian
obat anagetik sesuai instruksi dokterHasil : Asam tranexamat 3 x 500
mgInj. Ampicillin 1 gr/8 jam/i
Tgl : 07-06-2011 Jam : 12. 40 WIT
1. Mengkaji tingkat kecemasan Hasil : ibu masih tampak
cemasJam : 12. 50 WIT
2. Memberi penjelasan pada ibu tentang keadaan yang di alaminya yaitu bahwa penyakit yang dialaminya bisa disembuhkan asalkan ada kerjasama antara ibu ndan petugas kesehatan
Hasil : Ibu memahami dan mengerti tentang keadaan yang di alaminya
Jam : 13. 00 WIT3. Menganjurkan ibu untuk selalu
berdoaHasil : Ibu selalu berdoa untuk
kesehatannya
Tgl : 07-06-2011 Jam 15.00 WIT
- masih ada nyeri tekan- keadaan umum lemas - intervensi dilanjutkan
Tgl :07-06-2011 Jam 15. 30 WIT
1. Ibu masih tampak cemas2. Ibu mengerti dan menerima
keadaannya.3 Intervensi dilanjutkan
37
4. Perdarahan berulang tidak terjadi dengan kriteria : - Haid berlangsung normal
- Tidak ada pengeluaran darah yang berlebihan
Tgl : 07-06-2011 Jam 13. 10 WIT
- Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil :a. Keadaan umum b. Tanda-tanda vital
TD : 100 / 70 mmhgN : 88 x/mS : 37 ˚cP : 22 x 1 m
Jam : 13. 20 WIT
- Mengobservasi pendarahanHasil :1 x ganti Softex
Jam : 13. 25 WIT- Memberi penjelasan tentang
personal hiegieneHasil : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
Jam : 13. 40 WIT- Memberi penjelasan tentang
fisiologi haid dan hubungannya dengan keluhan ibuHasil :Ibu mengerti dan lebih memahami keadaan yang dialaminya.
Tgl : 07 – 06 – 2011 Jam:15.45 WIT
- Perdarahan berulang tidak terjadi
- Keadaan umum lemas
.
38
Catatan Perkembangan Hari I
NoHARI /
TANGGALS O A P PELAKSANA
1 2 3 4
1. Rabu,08-06-2011 Jam : 09. 00 WIT
S :- Ibu mengatakan nyeri perut
bagian bawah- Ibu mengatakan masih ada keluar
darah sedikit – sedikit dari jalan lahir- Ibu mengatakan merasa demam- Ibu mengatakan merasa khawatir
dengan keadaannya
O :- Terdapat nyeri tekan- Nampak masih ada pengeluaran
darah sedikit – sedikit dari jalan lahir- Observasi tanda – tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHgNadi : 82 x / mSuhu : 37,8°CPernapasan : 22x/m
- Ibu nampak cemas- Pemeriksaan laboratorium
a. HB : 10,8 gram%b. Leukosit : 15,8/mm³c. Trombosit : 85 mm³d. DDR : (-) Negatif
A :Dx : Ny”H” umur 41 thn, P1, A0
dengan Menometroragia dan anemia ringan
Masalah :- Gangguan rasa nyaman nyeri- Kecemasan
Dx potensial:- Perdarahan berulang- Anemia sedang
P : -- Kaji tingkat nyeriHasil : masih terdapat nyeri tekan pada daerah supra pubis- Memberikan obat antipiretik
paracetamol 3 x 1Hasil : obat telah diminum
MIMI SALEH
39
- Memberikan penjelasan kepada ibu tentang penyakit yang dideritanya
Hasil : Ibu memahami dan mengerti tentang keadaan yang di alaminya
- Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayur- sayuran berwarna hijau,minum susuHasil : ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan
- Menganjurkan ibu istrahat yang cukupHasil : ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan
- Mengobservasi tanda – tanda vitalHasil :TD : 100/70 mmHgN : 82 x/mS : 37 °P : 22 x/m
- Mengkaji tingkat nyeriHasil : masih terdapat nyeri tekan pada daerah supra pubis
- Penatalaksanaan pemberian obat anagetik sesuai instruksi dokterHasil : Asam tranexamat 3 x 500
mg
- Intervensi dilanjutkan- Masalah belum teratasi
40
Catatan Perkembangan Hari II
No.HARI /
TANGGALS O A P PELAKSANA
1 2 3 4
1 Kamis, 09 - 06 2011
Jam : 09. 00 WIT
S :- Ibu mengatakan nyeri perut
bagian bawah- Ibu mengatakan masih ada keluar
darah sedikit – sedikit dari jalan lahir- Ibu mengatakan merasa khawatir
dengan keadaannya
O :- Terdapat nyeri tekan- Nampak masih ada pengeluaran
darah sedikit – sedikit dari jalan lahir- Observasi tanda – tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHgNadi : 82 x / mSuhu : 37 °CPernapasan : 22x/m
- Ibu nampak cemas- Pemeriksaan laboratorium
e. HB : 10,8 gram%f. Leukosit : 15,8/mm³g. Trombosit : 85 mm³h. DDR : (-) Negatif
A :Dx : Ny”H” umur 41 thn, P1, A0
dengan Menometroragia dan anemia ringan
Masalah :- Gangguan rasa nyaman nyeri- Kecemasan
Dx potensial:- Perdarahan berulang- Anemia sedang
P : -- Kaji tingkat nyeriHasil : masih terdapat nyeri tekan pada daerah supra pubis
- Memberikan penjelasan kepada ibu tentang penyakit yang dideritanya
MIMI SALEH
41
Hasil : Ibu memahami dan mengerti tentang keadaan yang di alaminya
- Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayur- sayuran berwarna hijau,minum susuHasil : ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan
- Menganjurkan ibu istrahat yang cukupHasil : ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan
- Mengobservasi tanda – tanda vitalHasil :TD : 100/70 mmHgN : 82 x/mS : 37 °P : 22 x/m
- Mengkaji tingkat nyeriHasil : masih terdapat nyeri tekan pada daerah supra pubis
- Penatalaksanaan pemberian obat anagetik sesuai instruksi dokterHasil : Asam tranexamat 3 x 500
mg
- Intervensi dilanjutkan- Masalah belum teratasi
42
3.2 PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini diuraikan tentang kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan fakta yang terdapat pada pelaksanaan manajemen asuhan
kebidanan pada Ny”H” dengan menometroragia di Ruangan Gynekologi
RSUD dr. H. Boesoerie Ternate Tahun 2011, yang dilakukan selama tiga hari
mulai dari tanggal 07 sampai 09 Juni 2011. Secara garis besar tampak adanya
persamaan antara tinjauan pustaka yang di bahas di BAB II, dan studi kasus
pada BAB III, maka penulis akan membuat pembahasan dengan pendekatan
manajemen kebidanan yang dibagi dalam 7 tahap, yaitu : pengumpulan data,
merumuskan diagnosa/masalah aktual, merumuskan diagnosa/masalah
potensial, tindakan segera dan kolaborasi, rencana tindakan, implementasi
serta evaluasi asuhan kebidanan.
1. Step I. Identifikasi dan Analisa Data Dasar
Pada tahap identifikasi data, penulis tidak mendapat masalah yang
berarti, karena pada saat pengumpulan data baik klien maupun
keluarganya dengan rela dan terbuka untuk memberikan informasi atau
data yang sangat diperlukan dan berhubungan erat dengan perawatan
klien.
Pada kasus Ny”H” dengan Menometroragia diperoleh data dari hasil
pengkajian sebagai berikut : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah,
disertai pengeluaran darah dari jalan lahir, warna merah segar, dengan
jumlah yang banyak dan dialami ± 10 hari dirumah, ibu mengatakan
masih merasa lemas, ibu mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan
43
keadaannya. Dari pemeriksaan fisik dijumpai kesadaran composmentis,
ekspresi wajah meringis, nampak pengeluaran darah dari jalan lahir,
konjungtiva merah muda, keadaan umum lemas, TD : 90/60 mmHg, S :
36 °C, N : 82 x/ m, P : 22 x /m.
2. Step II. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada kasus yang terjadi terdapat diagnosa/masalah aktual sebagai
berikut :
a. Diagnosa Ny”H” umur 41 thn, P1, A0 dengan Menometroragia dan
Anemia ringan
b. Masalah aktual gangguan rasa nyaman nyeri
c. Masalah aktual kecemasan
Berdasarkan identifikasi data dan masalah aktual tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
3. Step III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Berdasarkan pada masalah aktual maka masalah potensial yang
diangkat adalah Perdarahan berulang dan anemia sedang
4. Step IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi
Tindakan emergensi tidak dilakukan, tetapi tindakan kolaborasi
dilakukan dengan perawat jaga, dokter SpOG,serta petugas
laboraturiummengenai instruksi pemberian therapy :
44
1) Observasi tanda – tanda vital
2) Pemberian obat Analgetik
3) Pemberian obat anti biotik
4) Pemeriksaan Lab
a. HB : 10,8 gram%
b. Leukosit : 15,8 /mm³
c. Trombosit : 85 /mm3
d. DDR : ( - ) Negatif
e. PP test : ( - ) Negatif
5). Pemeriksaan penunjang
USG : Tidak tampak gestasi, cairan bebas negatif, tampak massa
(adneksa)
5. Step V. Perencanaan Manajemen Kebidanan
a. Diagnosa Menometroragia dan Anemia ringan
Rencana tindakan yang diberikan
a) Kaji tingkat pendarahan
b) Observasi tanda-tanda vital
c) Anjurkan ibu untuk istrahat yang cukup
d) Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi
e) Anjurkan ibu untuk istrahat yang cukup
f) Observasi tanda – tanda vital
45
b. Masalah aktual Gangguan rasa nyaman nyeri
Rencana tindakan yang diberikan
a) Kaji tingkat nyeri
b) Atur posisi klien
c) Penatalaksaan pemberian terapi berupa obat analgetik
sesuai instruksi dokter
d) Beri penjelasan tentang fisilogis haid dan hubungan dengan
keluhan ibu
c. Masalah aktual Kecemsan
Rencana tindakan yang diberikan
a) Kaji tingkat kecemasan
b) Beri penjelasan pada ibu tentang keadaan yang dialaminya
c) Anjurkan ibu untuk selalu berdoa
d. Masalah potensial perdarahan berulang
Rencana tindakan yang diberikan
a) Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital
b) Observasi perdarahan
c) Beri penjelasan tentang vulva hygine
d) Beri penjelasan tentang fisiologis haid yang berhubungan
dengan keluhan ibu
46
6. Step VI. Implementasi Manajemen Kebidanan
Pada tahap pelaksanaan, penulis tidak menemukan permasalahan yang
berarti karena seluruh tindakan yang dilaksanakan sudah berorientasi
pada rencana yang telah dibuat dan tetap mengacu pada tujuan yang
telah ditetapkan, serta adanya kerjasama antara klien, keluarga maupun
bidan
7. Step VII. Evaluasi Manajemen Kebidanan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan,
pada tahap ini penulis menemukan masih ada masalah pada klien yang
belum dapat teratasi.
47
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan Studi Kasus Asuhan yang di berikan pada
Ny”H” dengan Menometroragia di ruang ginekology RSUD. Dr.H.Chasan
Boesoirie Ternate serta berdasarkan teori-teori yang terkait, sehingga dengan
masalah tersebut penulis dapat mencoba untuk menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Asuhan kebidanan pada Ny”H” dengan menometroragia di ruangan
ginekologi RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate masalah aktualnya
yakni terjadi Gangguan rasa nyaman nyeri dan Kecemasan, oleh karena
itu perlu penanganan yang tepat.
2. Hal yang dapat memperburuk keadaan yaitu ketidaktahuan klien akan
gejala dan tanda menometroragia sehingga kemungkinan bertambahnya
komplikasi bisa terjadi.
3. Tindakan penanganan dan perawatan yang dilakukan berdasarkan situasi
dan kondisi klien serta tergantung pada vasilitas yang dimiliki oleh rumah
sakit tempat klien dirawat, oleh karena itu tidak selalu sesuai atau harus
disamakan dengan teori yang ada.
4. Mendokumentasikan seluruh tindakan yang telah dilakukan sangat
diperlukan untuk memonitoring segala tindakan menejemen kebidanan
dan juga sebagai bukti pertanggung jawaban pertanggung gugatan jika
diperlukan.
47
48
4.2. Saran
1. Pada petugas kesehatan
pada semua petugas ruangan ginekologi RSUD dr. H. Chasan Boesoirie
Ternate agar menangani menometrorhagia dengan cepat dengan mencari
penyebab atau sumber perdarahan dan menghentikan perdarahan dengan
segera karena perdarahan yang terlambat penanganan dapat
membahayakan nyawa pasien
2. Pada Pasien
Diharapkan pada pasien untuk selalu memperhatikan kesehatannya, dan
tidak mengangap remeh adanyan kejadian gangguan haid terutama haid
yang banyak dan melebihi batas normal, jika ada kejadian perdarahan
tiba-tiba dan banyak agar segera ketenaga kesehatan agar penyebab
perdarahan dapat segera diketahui dan perdarahan dapat ditangani
dengan tepat waktu dan tidak terjadi komplikasi
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa agar dapat melakukan pengkajian
data dan pemeriksaan dengan tepat dan komprehensif pada kasus
menometroragia sehingga dapat menegakkan diagnosa dan memberikan
intervensi dengan tepat sesuai masalah agar tidak terlambat penanganan
yang bisa berakibat fatal.