tm hidup i.doc

23
x BAB I: BEBERAPA PANDANGAN KRISTIANI Manfaat pandangan; Pandangan di balik prinsip dan norma Pandangan Prinsip Norma Dasar Norma konkret hatinurani Keputusan Dalam pastoral (dan banyak agama) pandangan dapat membantu Pasal 1 Pandangan dan nilai Pasal 2 Antropologi Ekskurs: Biodata tahap-tahap hidup Pasal 3 Martabat persona Pasal 4 Hidup-mati Ekskurs I: Ensiklik ”Evangelium vitae” Ekskurs II: Budaya kematian dan kehidupan Ekskurs III: Gerakan Pro Life Ekskurs IV: Jenazah Pasal 5 Sehat-sakit Pasal 6 Penderitaan dan rasa sakit Pasal 7 Jiwa-raga Pasal 8 Utuh-cacat Ekskurs I: Penyandang cacat Ekskurs II: Sunat Pasal 9 Lingkungan Hidup PASAL 1 PANDANGAN DAN NILAI I.PANDANGAN KRISTIANI A.PANDANGAN 1.Peran pandangan a.Moralitas sebagai sarana dan ungkapan pandangan 1) Sarana bersifat fungsional 2) Ungkapan bersifat ekpresif b.Pandangan sebagai latar belakang Bagaimanapun moralitas tertentu, biasanya bersumber pada pandangan tertentu sebagai latar belakangnya. Dengan demikian moralitas mencerminkan pandangan itu. 2.Pandangan hidup a.Ketuhanan yang Mahaesa Bukan sembarang pandangan, melainkan pandangan hidup (”Weltanschauung”). Bangsa Indonesia mempunyai pandangan hidup yang dirumuskan dalam Panca- sila dan dalam muncul dalam banyak peraturan perundang-undangan R.I.yang dimaksudkan untuk mengatur hidup orang Indonesia, dan biasanya dirinci lebih lanjut dalam agama. b.Agama Di Indonesia pandangan hidup itu biasanya berupa agama, meskipun paham resmi R.I.tentang agama agak sempit, maka sebaiknya dipakai pemahaman pakar, bukan hanya paham formal Republik Indonesia. Bagi penganut agama katolik pandangan hidup itu mendapat warna khas dan khusus dari katolisitas itu. 3.Pandangan yang tak deterministis a.Peran gen Betapa besarpun pengaruh gen sebagai faktor keturunan (DNA omnia), harus dite- gaskan bahwa DNA tak menentukan segalanya, gen bukan satu-satunya faktor yang menentukan, Ada hal-hal epigenetis, terutama juga gaya hidup, makanan dan lingkungan hidup yang ikut menentukan, sehingga tetap ada tanggungjawab manu- sia atas kesehatannya. (DNA: Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris : deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme . Di dalam sel , DNA umumnya terletak di dalam inti sel ). b.Interaksi jiwa-raga Selain itu diperlukan pandangan psikosomatis uamg menentukan misalnta faktor 13

Upload: stftws

Post on 11-Dec-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

x BAB I:BEBERAPA PANDANGAN KRISTIANI

Manfaat pandangan;Pandangan di balik prinsip dan normaPandangan Prinsip Norma Dasar Norma konkret hatinurani KeputusanDalam pastoral (dan banyak agama) pandangan dapat membantu

Pasal 1 Pandangan dan nilaiPasal 2 Antropologi Ekskurs: Biodata tahap-tahap hidupPasal 3 Martabat personaPasal 4 Hidup-mati Ekskurs I: Ensiklik ”Evangelium vitae” Ekskurs II: Budaya kematian dan kehidupan Ekskurs III: Gerakan Pro Life Ekskurs IV: JenazahPasal 5 Sehat-sakitPasal 6 Penderitaan dan rasa sakitPasal 7 Jiwa-ragaPasal 8 Utuh-cacat Ekskurs I: Penyandang cacat Ekskurs II: SunatPasal 9 Lingkungan Hidup

PASAL 1 PANDANGAN DAN NILAI

I.PANDANGAN KRISTIANI A.PANDANGAN 1.Peran pandangan a.Moralitas sebagai sarana dan ungkapan pandangan 1) Sarana bersifat fungsional 2) Ungkapan bersifat ekpresif

b.Pandangan sebagai latar belakang Bagaimanapun moralitas tertentu, biasanya bersumber pada pandangan tertentu sebagai latar belakangnya. Dengan demikian moralitas mencerminkan pandangan itu. 2.Pandangan hidup a.Ketuhanan yang Mahaesa Bukan sembarang pandangan, melainkan pandangan hidup (”Weltanschauung”). Bangsa Indonesia mempunyai pandangan hidup yang dirumuskan dalam Panca- sila dan dalam muncul dalam banyak peraturan perundang-undangan R.I.yang dimaksudkan untuk mengatur hidup orang Indonesia, dan biasanya dirinci lebih lanjut dalam agama.

b.Agama Di Indonesia pandangan hidup itu biasanya berupa agama, meskipun paham resmi R.I.tentang agama agak sempit, maka sebaiknya dipakai pemahaman pakar, bukan hanya paham formal Republik Indonesia. Bagi penganut agama katolik pandangan hidup itu mendapat warna khas dan khusus dari katolisitas itu.

3.Pandangan yang tak deterministis a.Peran gen Betapa besarpun pengaruh gen sebagai faktor keturunan (DNA omnia), harus dite- gaskan bahwa DNA tak menentukan segalanya, gen bukan satu-satunya faktor yang menentukan, Ada hal-hal epigenetis, terutama juga gaya hidup, makanan dan lingkungan hidup yang ikut menentukan, sehingga tetap ada tanggungjawab manu- sia atas kesehatannya. (DNA: Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel).

b.Interaksi jiwa-raga Selain itu diperlukan pandangan psikosomatis uamg menentukan misalnta faktor

13

kejiwaan pada faktor jasmani. Ingatlah misalnya akan efek placebo, sugesti dsb.

B.PANDANGAN HOLISTIK Dengan ”holistik” dimaksudkan pandangan yang utuh-menyeluruh mengikutsertakan sebanyak mungkin aspek yang relevan.

1.Psikosomatis & transenden a.Psikosomatis 1) Kesatuan jiwa-raga 2) Jiwa-raga saling mempengaruhi

b.Transenden 1) Lawan dari ”imanen” 2) Melampaui kefanaan

2.Bahaya spesialisasi dan proses pendekatan yang makin holistik a.Bahaya spesialisasi Spesialisasi berarti makin mendalam tetapi makin menyempit. Betapa pentingpun pandangan yang mendalam, juga penting pandangan yang tak terlalu menyempit dengan menyisihkan pelbagai aspek lain. Memang dapat diajukan soal: sampai ma- na dan mana batasnya? Dalam sejarah pernah terjadi pandangan yang agak sempit dan disebut model

b.Proses pendekatan yang makin holistik 1) Pendekatan kurang holistik Model ”Biomedis” dianggap kurang holistik 2) Model ”Bio-psiko-sosio” Di Asia kuno (2600 Seb M) 1977 diajukan George L.Engel (“The need for a new medical model”)

C.KRISTIANI 1.Bukan a.Lawan nilai kemanusiaan, yang justru diandaikannya, dan diperdalamnya. b.Ciri khas eksklusif yang dikedepankan, melainan inklusivitas yang perlu untuk proses bersama-sama mencapai kesepakatan dalam hidup bersama di ruang publik.

2.Nilai kristiani yang bersumber pada a.Data wahyu 1) Penalaran akal sehat yang menjadi titik temu banyak pihak, tetapi dalam caha- ya iman yang dapat memperdalam dan meperkayanya, maka ada yang khas kris- tiani: 2) ”Proprium Christianum” (Apa yang khas kristiani)

b.Magisterium 1) Teologi moral adalah ilmu Gereja 2) Gereja mempunyai magisterium yang merumuskan ajaran, sehingga dijamin kesatuan tanpa menyisihkan kebhinnekaan yang wajar, misalnya inkulturasi.

c.Penalaran akal sehat yang merupakan titik temu pelbagai kalangan dan aliran, sehingga lebih mudah dicapai kesepakatan.

d.Penyorotan plus Di mana letak ”plus” itu?

1) Data wahyu sebagai sumber yang menambah2) Penalaran akalbudi tetap perlu demi inklusuvitas, tetapi juga ada plusnya,

yakni: ”dalam cahaya iman” yang bisa memperdalam dan memperluas argumentasi.

II.NILAI-NILAI Teologi Moral Hidup mempunyai keprihatinan mengenai beberapa nilai yang diandaikan atau bahkan seringkali muncul. A.FAKTOR-FAKTOR TEOLOGIS DAN NON TEOLOGIS 1.Ilmu terapan a.Tergantung pada perkembangan ilmu nonteologis 1) Ilmu terapan nonteologis 2) Penelitian & perkembangan tak kunjung selesai

14

b.ELSI ELSI = “Ethical, Legal and Social Issues” Demi kesejahteraan manusia masalah-masalah ilmu terapan tak hanya dilihat dari sudut teknis, melainkan juga dipandang dari sudut lebih luas, yakni sudut etis, legal dan sosial. Bagi kita harus dilengkapi atau dieksplisitkan: sorotan teologis, khususnya teologi moral yang dianggap mempunyai nilai ”plus”.

c.Teologi Moral Kehidupan 1) Mengandaikan faktor nonteologis yang dinilai 2) Penilaian berarti penerapan prinsip Teologi Moral Dasar pada bidang-bidang hidup manusia.

2.Aspek teologis a.Sudut pandangan sumbangan iman yang membawa pemecahan manusiawi sepenuhnya (holistik) GS 11: ”Karena iman menerangi segalanya dalam cahaya baru dan mewahyukan kepada kita rencana Allah mengenai panggilan utuh manusia, maka menghan- tarkan kita kepada pemecahan yang manusiawi sepenuhnya”.

b.Juga mengalami perkembangan kesadaran Teologi tidak selalu dan di mana-mana sama saja, melainkan juga dipengaruhi kesadaran iman dalam konteks.

B.NILAI-NILAI YANG SERING MENJADI KEPRIHATINAN DAN ARGU- MENTASI GEREJA 1.Martabat persona & HAM 2.Hidup-mati, sehat-sakit, utuh-cacat dan akhir-akhir ini juga Lingkungan hidup

PASAL 2ANTROPOLOGI

Di zaman perhatian lebih besar terhadap ekologi dan adanya kecenderungan untuk men-canangkan hak segalanya yang hidup, khususnya hewan, misalnya soal tanggungjawab ekologis, vegetarianisme dsb. kiranya baik mengajukan antropologi sebagai pandangan kristiani untuk moralitas. Kalau ada sesuatu yang menyangkut makhluk infrahuman, misalnya perlakuan kejam terhadap hewan, maka sumbernya harus dilihat dalam diri manusia.

I.MORAL DAN ANTROPOLOGI A.SEJAUH MENYANGKUT MANUSIA 1.”Antroposentris” a.Kedudukan Istilah ini memang dapat menimbulkan soal, terutama kalau ”antroposentris” dilawankan dengan ”kosmosentris” Yang dimaksudkan di sini ialah: kedudukan sentral manusia dan pembahasan moral yang berputar pada manusia.

b.Bukan hanya keterangan tempat Antroposentrik bukan hanya keterangan tempat, melainkan juga penugasan untuk melibatkan lingkungan dalam tanggungjawabnya.

2.Antroposentrik relasional a.Kedudukan Antroposentrik tak dilihat dalam isolasi, melainkan justru dalam relasi dengan pelbagai pihak lainnya. Misalnya “menyiksa binatang” bukan pertama-tama pernyataan tentang binatang, melainkan mengenai manusia,tak terlalu dikaitkan dengan binatang yang tersiksa, melainkan manusia sendiri yang menyiksa.

b.Tanggungjawab Kedudukan sentral bukan hanya keterangan tempat, melainkan membawa-serta tanggungjawab relasional terhadap konteks infrahuman. Jadi. Bisa saja antropo- sentrik juga berarti kosmosentris.

B.TERUTAMA 1.Martabat persona dan HAM

15

2.Hidup-mati 3.Sehat-sakit 4.Utuh-cacat 5.Lingkungan

II.IKHTISAR Di bawah ini diberikan hanya ikhtisar agar keseluruhan (yang termasuk ilmu ter- sendiri, yakni antropologi kristiani) menjadi lebih disadari, karena kemudian hanya beberapa aspek yamg lebih langsung menyangkut teologi moral hidup diangkat dan diuraikan lebih lanjut. Pembahasanya diberikan dalam konteks lain, misalnya teologi biblis atau dogmatik di sini hanya disebut untuk menunjukkan kaitannya dengan tema. Pimpinan Gereja sering memakainya tanpa menjelaskannya lebih lanjut, apalagi berargumentasi. /1.Citra Allah A.MANUSIA DALAM DIRI SENDIRI SEBAGAI< 2.Persona \3.Kesatuan jiwa-raga /4.Aspek Religius: dengan Tuhan / 5.Aspek Sosial: dengan sesama manusia B.MANUSIA MENURUT RELASINYA< 6.Aspek Seksual:dng lawan jenis kelamin \ 7.Aspek Individual: dengan diri sendiri \8.Aspek Konkreatural: dengan alam

EKSKURS: BIODATA TAHAP-TAHAP HIDUPTahap kehidupan termasuk biodata (bios = hidup!) yang penting, tidak semua biodata relevan untuk penghayatan hidup. Biasanya tidak masuk dalam antropologi, tetapi menyangkut manusia yang tak hanya abstrak, melainkan juga menjalani tahap-tahap hidup yang mempunyai makna tersendiri dan amat berpengaruh. Manusia dari embryo sampai lansia berada dalam keadaan yang amat berbeda dan juga sikap dapat mendapat pengaruh dari sudut moralteologis. Kiranya perlu dikedepankan perbedaan antara martabat (manusia yang belum dan sudah tidak dalam dunia kerja) dan manfaat (manusia yang ”produktif” dalam dunia kerja). Dalam hal ini UURI tentang Kesehatan No 36 Tahun 2009. Lihat juga UURI No.29 Tahun 2004 ttg.Praktik Kedokteran.

I.PENGERTIAN A.PELBAGAI SUDUT PANDANGAN Hidup manusia dapat disoroti dari pelbagai sudut, meskipun dalam pembahasan ini diupayakan pandangan holistik. Baiklah di sini disebut saja tiga sudut pandangan yang juga dikenakan pada definisi kesehatan WHO, asalkan tetap disadari kaitan erat antara ketiganya.. 1.Sudut pandangan biologis 2.Sudut pandangan psikologis 3.Sudut pandangan sosiologis

B.MODEL PANDANGAN BIO-PSIKO-SOSIO 1.Manusia dalam pertumbuhan 2.Manusia dalam pendidikan 3.Manusia dalam dunia kerja 4.Manusia dalam masa pensiun 5.Manusia yang sudah tak bisa apa-apa.

C.RELEVANSI MAKNA TAHAP HIDUP 1.Makna tersendiri masing-masing a.Identitas dalam perubahan Meskipun ada kesinambungan, identitas manusia dalam perkembangan b.Makna masing-masing tahap ”Penilaian” kinerja tahap juga tergantung pada makna setiap tahap

2.Tahap-tahap utama a.Tahap pertama: sebelum dunia kerja b.Tahap kedua: selama tahap dunia kerja c.Tahap ketiga: sesudah tahap dunia kerja d.Tahap keempat (kini bahkan dipakai karena orang hidup lebih lama): Juga sesudah tahap dunia kerja, tetapi terlalu tua dan lemah dan makin tergantung pada bantuan orang lain, misalnya membutuhkan perawatan.

16

II.PENGARUH Tetap harus dibedakan antara martabat yang selalu ada pada manusia dan manfaat. yang pada anak belum dan pada manusla sudah tidak diperhitungkan. Manfaat dapat tiada, meskipun ”post-power-syndrome” dan kebutuhan untuk tetap produktif bisa ada, tetapi martabat senantiasa ada pada manusia.

A.UMUM 1.Kemampuan a.Pertumbuhan b.Pembelajaran 2.Hak dan kewajiban a.Status b.Kinerja

B.KHUSUS 1.Sebelum masuk dunia kerja a.Masa pertumbuhan b.Masa persiapan

2.Dunia kerja a.Urusan rumah tangga b.Urusan kerja 3.Sejak lansia a.Penyusutan biologis, psikologis, sosiologis, meskipun gradasi bisa berbeda. b.Sering disebut tahap ketiga, masa pensiun dan mempunyai makna tersendiri yang tak dapat disamakan dengan tahap-tahap sebelumnya, maka tak boleh diukur menurut tahap sebelumnya. Bagaimanapun lingkungan dapat membantu, pada akhirnya setiap manusia harus menjalaninya sendiri.

PASAL 3MARTABAT PERSONA & HAM

Dalam dokumen Gereja dan pelbagai pernyataan internasional dalam bioetika sering muncul ungkapan ”persona” dan ”martabat” sebagai argumen, meskipun juga ada kalangan yang melawannya, maka dari itu baiklah diangkat di sini. Seringkali terjema-han ”pribadi” untuk ”persona” dihindari, karena pribadi dipahami sebagai ”privat”.

1.PERSONA A.RELEVANSI 1.Dalam dokumen-dokumen Gereja a.”Dignitas Personae” (08-12-2008) b.Lain-lain

2.Dalam diskursus a.Intern (Eksklusivitas) b.Ekstern (Inklusivitas)

B.PENGERTIAN 1.Persona a.Bukan sesuatu b.Melainkan seseorang

2.Martabat a.Perlu sebagai argumen b.Tetapi tak cukup

II.MARTABAT A.MARTABAT SEBAGAI ARGUMEN Ada pelbagai pendapat 1.Tak dapat dipakai a.Kosong b.Pengertian tak jelas

2.Dipakai

17

a.Penggunaan dalam dokumen Gereja b.Penggunaan internasional

3.Perlu, tetapi tak cukup a.Martabat manusia memang harus diperhatikan b.Tetapi tak cukup untuk mengambil kesimpulan pasti

B.PENDASARAN 1.Fluktuasi dalam sejarah a.Gagasan filsafat b.Soal citarasa tanpa argumentasi lebih lanjut

2.Bersumber pada data wahyu: Citra Allah a.Gagasan kristiani b.Dasar kukuh dalam Sabda Tuhan

C.PENGERTIAN 1.Filsafat a.Bukan sesuatu, melainkan seseorang b.Manusia tak boleh diperalat 2.Kristiani a.Manusia citra Allah b.Manusia satu-satunya diciptakan demi dirinya sendiri

III.HAM A.PENGERTIAN 1.Hak manusia sebagai manusia a.Inheren pada manusia lepas dari sifatnya b.Tidak karea sifat tertentu

2.Terhadap a.Negara b.Siapapun juga

B.FAKTOR PERKEMBANGAN 1.Kesadaran a.Lingkup HAM yang diakui makin meluas b.Perluasan itu seiring dengan kesadaran

2.Pengakuan a.Bukan soal mau atau tidak b.Melainkan soal kesadaran

SUMBER REFERENSI PRIMER:Praktis semua dokumen Bioetika dan ASG mengajukan martabat manusia sebagai argumen. Di sini hanya akan diangkat dokumen yang khusus membahasnya.1983 Komisi Teolog Internasional, Di dignitate necnon de iuribus personae humanae29-06-2004 Compendium of the Social Doctrine of the Church. Ch3: The human person and human rights (105-159) bdk.juga 552-553: serving the human person.

PASAL 4HIDUP-MATI

Sebaiknya diperhatikan bahwa dalam pasal 4 ini setelah pembahasan kehidupan diangkat dua hal yang harus dibedakan, yakni ”mati” (dying) dan ”kematian” (death)

1.KEHIDUPAN A.ILMU ALAM 1.Ciri-ciri makhluk hidup a.Pertumbuhan b.Kembang-biak

2.Tanda-tanda kehidupan a.Pertukaran energi dng.lingkungan b.Pertukaran bahan dng.lingkungan

18

c.Pertukaran informasi dng.lingkungan d.Reaksi atas perubahan lingkungan

B.FILSAFAT & PANDANGAN HIDUP 1.Hasil refleksi tentang kematian a.Mencari makna b.Terutama kematian yang menjadi tantangan

2.Beberapa sifat kehidupan a.Arti kehidupan (Meaning) b.Makna kehidupan (Sense) c.Nilai kehidupan (Value) d.Mutu kehidupan (Quality) e.Standar kehidupan (Standard)

C.KEHIDUPAN BAHAN ”QUINTUM” 1.Kehidupan manusia a.Manusia 1) Sejak pembuahan 2) Sampai dengan mati alami

b.Manusia dalam relasi 1) Dengan sesama manusia 2) Dengan lingkungan hidup 2.Kehidupan dalam dunia fana a.Bukan hidup kekal b.Masalah tersendiri

3.Kaitan antara hidup fana dan hidup rohani Menurut EV 2: a.Nilai hidup fana 1) Juga dalam keterbatasannya 2) Dibuka panggilan adikodrati yang agung

b.Hidup fana adalah 1) Persyaratan 2) Saat awali 3) Unsur integral 4.Hidup yang merupakan bahan “Quintum” a.Sejak awal sampai akhir “alami” b.Skematis Awal - Seluruh hidup - Akhir “alami” hidup 1) Awal hidup sejak pembuahan 2) Sepanjang hidup 3) Akhir “alami” hidup “Alami” diberi tanda kutip untuk menyatakan: bukan diakhiri, melainkan memang sudah tiba saatnya. II.HIDUP KEKAL A.BEBERAPA ISTILAH YANG MENGUNGKAPKAN PEMBEDAAN 1.Dalam hidup fana a.Bios b.Psykhe 2.Dalam kerohanian a.Meskipun dalam Perjanjian Lama paham tentang hidup kekal baru nampak dalam Dan, sudah pada awal peran Tuhan kelihatan. b.Zoe dalam Perjanjian Baru B.PENGERTIAN 1.Banyak jawaban atas masalah terpenting a.Masalah 1) Apakah makna terdalam kehidupan manusia? 2) Apa yg.terjadi dalam dan sesudah kematian?

b.Pelbagai jawaban pandangan hidup dan agama tanpa jawaban

19

1) Agnosticisme dan nihilisme 2) Materialisme, atheisme 3) Aneka agama

2.Bukan a.Perpanjangan hidup fana b.Reinkarnasi 3.Agama katolik a.Sudah dalam hidup fana b.Batas yang menentukan antara hidup dan mati, melainkan milik Kristus atau bukan (Rm.14: 8) c.Harapan atau jaminan, bukan pembuktian, melainkan plausibilitas Bdk.Spe Salvi 10-12 ”Hidup kekal” KGK 988-1019 ”Aku percaya akan kebangkitan badan” 1020-1060 ”Aku percaya akan hidup kekal”

III.MATI A.TAHAP TERAKHIR KEHIDUPAN DI DUNIA FANA INI 1.Adalah bagian terakhir kehidupan a.Akhir kehidupan 1) Termasuk kehidupan dalam keterbatasannya 2) Hadir di tengah kehidupan (”Media vita”) b.Pasti, tak terelekkan Yang tak diketahui hanya 1) Kapan 2) Di mana 3) Cara

2.”Ars moriendi” (Seni mati) a.Beres urusan di dunia b.Beres akan bertemu dengan Tuhan 1) Memang anggota persekutuan 2) Tetapi tak dilebur, dan pribadi dengan Tuhan

B.SUATU PROSES MATI 1.Mati klinis (Beberapa gejala) 2.Mati otak (definitif, ireversibel) 3.Mati biologis (hancur)

C.MATI SURI Ungkapan yang banyak di pakai di Indonesia 1.Pengertian a.Mati semu 1) Nampaknya sudah mati 2) Tiada tanda-tanda kehidupan b.Sebabnya 1) Kriteria kematian belum dipastikan 2) Kekurangan alat untuk menentukan saat kematian

2.Dikaitkan dengan a.”Near death experience” b.”Near death survival” c.”Out of body experience”.

D.SOAL MATI (BATANG) OTAK 1.Penentuan saat definitif ireversibel a.Kontroversial b.Bukan: kematian otak = kematian manusia c.Melainkan penghentian usaha penyelamatan hidup dan evantual transplantasi organ tunggal 2.Persetujuan (sementara, sampai saat ini) a.Sekular 1) Agustus 1968 Harvard Medical School 2) Agustus 1968 Deklarasi Sydney ttg.mati otak diterima WMA

20

b.Gereja Katolik 1) 19-12-1989 & 19-08-2000 Amanat Paus Yohanes Paulus II ttg.transplantasi 2) 11-12 Sept.2006 Akademi Pontifikal Ilmu Pengetahuan ”Why the Concept of Brain Death is Valid as a Definition of Death”

III.KEMATIAN A.KEADAAN 1.Hasil mati a.Akhir definitif hidup fana b.Akhir ziarah kehidupan

2.Data ilmu pengetahuan, khususnya kedokteran a.Tanda-tanda kematian b.Proses kehancuran

B.PENAFSIRAN 1.Dengan harapan akan hidup kekal a.Macam-macam pemahaman sesuai dengan pandangan hidup atau agama b.Meski harapan dengan dasar plausibel tanpa bukti tuntas

2.Tanpa harap itu a.Kalangan agnosticis b.Kalangan atheis

EKSKURS l: ENSIKLIK EVANGELIUM VITAE & KGKSebagai sumber referensi dapat dipakai beberapa dokumen yang termasuk paling lengkap ajaran Gereja mengenai soal mematikan dan membunuh.

I.BEBERAPA SOAL FORMAL EV. A.TERJADINYA 1.Paus Yohanes Paulus II sendiri (dalam EV 5) mengisahkan terjadinya ensiklik 4-7 April 1991 Konsistori Luarbiasa para Kardinal yang minta peneguhan dengan otoritas kepausan ajaran Gereja tentang pembunuhan. Pentakosta 1991 Surat Paus Yohanes kepada para Uskup minta masukan. 25 Maret 1995 Ensiklik Evangelium Vitae

2.Judul ensiklik EV Sudah dalam catatan kaki pertama Paus mengakui bahwa judul ini bukan ungkapan Kitab Suci, tetapi sesuai dengan pesan Kitab Suci. Dalam EV 1 ditegaskan: Inti tugas Yesus: ”Aku datang, agar mereka mendapat kehidupan dalam segala kelim- pahannya” (Yoh 10:10): hidup baru, hidup kekal. ”Tetapi justru dalam kehidupan ini semua aspek dan saat hidup manusia mendapat makna sepenuhnya”..

B.DOKUMEN-DOKUMEN BERBOBOT MENGENAI HIDUP Sudah ada pelbagai dokumen tentang hidup dan mati, misalnya 1.1974 Declaratio de abortu procurato 2.1980 Instruksi ”Iura et Bona” 3.1995 Ensiklik Paus Yohanes Paulus II ”Evangelium vitae” 4.KGK 1997 (editio typica) 2258-2330

C.BOBOT DOKTRINER 1.Rumus resmi a.EV 57 ttg.pembunuhan b.EV 62 ttg.aborsi c.EV 65 tt.eutanasi

2.LG 25b? a.Beberapa unsur 1) Kuasa kepausan 2) Persekutuan dengan eposkopat sedunia 3) Unsur-unsur argumentasi Kitab Suci Tradisi Penalaran akalbudi

b.Ensiklik Evangelium vitae

21

1) Bukan soal infallibilitas magisterium kepausan, melainkan magisterium biasa Gereja

2) Tak mengajarkan sesuatu yang baru, melainkan tradisi Gereja, seperti juga dapat disimpulkan dari konsultasi sebelumnya.

II.ISI A.IKHTISAR 1.Vatikan sendiri Mungkin maksudnya mencegah distorsi jurnalis yang mengedepankan gagasan tertentu lepas dari konteks dan dapat menimbulkan salah paham. ”The Vatican’s Summary of ”Evangelium Vitae” a.Present-day Threats to Human Life b.Life as Gift c.Life as Responsibility d.Life as Task to be promoted

2.Susunan Ensiklik sendiri Diberikan disini, karena susunan sekaligus mengungkapkan jalan pikiran dan karena harus diperhitungkan bahwa ensikilik ini kurang dibaca. Pengantar (1-6) Bab I (7-28) Ancaman terhadap kehidupan dewasa ini Bab II (29-51) Amanat kristiani tentang kehidupan Bab III (52-77) Jangan membunuh, hukum Kudus Allah Bab IV (78-101) Untuk budaya kehidupan insani

B.BEBERAPA GAGASAN POKOK 1.Kabar baik kehidupan a.Termasuk pewartaan injil b.Budaya kehidupan dan kematian

2.Pandangan a.Hidup berasal dari Allah b.Sifat hidup yang 1) Kudus 2) Tak boleh diganggu-gugat

3.Tindakan a.Hak asasi atas hidup b.Larangan membunuh

III.KATEKISMUS GEREJA KATOLIK A.PERAN SEBAGAI SUMBER ACUAN 1.Bagi katekismus mancanegara a.Isi bagi pembuatan katekismus b.Metode: inkulturasi masing-masing

2.Bagi kaum beriman dokumen paling lengkap a.Ajaran Katolik b.Sumber acuan bagi siapapun B.TENTANG HUKUM ”JANGAN MEMBUNUH” Pemeliharaan hidup manusia 1.2258: Hidup manusia perkara kudus 2.2259-2262 Kesaksian Sejarah Kudus 3.2263-2267 Bela diri legitim 4.2268-2269 Pembunuhan 5.2270-2275 Aborsi 6.2276-2279 Eutanasi 7.2280-2283 Bunuh diri Pemeliharaan martabat persona 8.2284-2287 Pemeliharaan jiwa orang lain: sandungan 9.2288-2291 Pemeliharaan kesehatan 10.2292-2296 Pemeliharaan persona dan penelitian 11.2297-2298 Pemeliharaan keutuhan tubuh 12.2299-2301 Pemeliharaan orang mati 13.2302-2306 Perdamaian 14.2307-2317 Penghindaran peperangan 15.2318-1330 Ringkasan

22

EKSKURS II: BUDAYA KEHIDUPAN & BUDAYA KEMATIANBiasanya Evangelium vitae dianggap sebagai sumber gagasan tentang budaya kehidupan dan kematian. Memang dalam ensiklik Evangelium vitae dikedepankan gagasan budaya kehidupan dan budaya kematian yang bukan sesuatu yang diprakirakan akan datang, me-lainkan sekarang kita sudah di tengah-tengahnya, tetapi sudah sebelumnya gagasan itu sering dilontarkan oleh Paus Yohanes Paulus II dan sesduahnya juga oleh Paus Bene-diktus XVI.

I.BUDAYA KEHIDUPAN A.PENGERTIAN 1.Langkah-langkah pertama a.Kebalikan dari budaya kematian, sehingga dengan membahas budaya kehidupan dengan sendirinya juga dibahas budaya kematian sebagai kebalikannya. b.Kebalikan dalam arti kontradiktoris, tak hanya kontrer

2.Fungsi a.Bukan pelbagai tindakan incidental dan tersendiri b.Melainkan ungkapan dari pandangan yang lebih mendalam yang merupakan sumbernya dan melatarbelakanginya: iklim kultural, intelektual, etis, politis, kesadaran, situasi kondisi yang berkaitan dengan: 1) Budaya 2) Habitus 3) Zeitgeist 4) Suasana dan sikon

3.Asal-usul a.Lingkungan Gereja 1) Didache (antara 120-140) dengan dua jalan: kehidupan dan kematian 2) Paus Yohanes Paulus II dalam pelbagai ungkapan publiknya mengangkat tema budaya kehidupan dan kematian, antara lain dalam: 5-08-1993 Amanat bandara Stapleton dekat Denver 25-03-1995 Ensiklik Evangelium vitae 3) Paus Benediktus XVI juga berkali-kali mengangkat tema budaya kehidupan dan kematian, antara lain dalam: 01-08-2006 Homili

b.Lingkungan Politik 1) Terutama di Amerika Serikat 2) Tersebar di seluruh dunia B.DASAR 1.Martabat persona a.Martabat b.Persona

2.Pendapat lain Bagaimanapun juga, gagasan martabat persona sebagai argumen yang menentu- kan juga dibantah oleh kalangan lain.

II.BUDAYA KEMATIAN A.PENGERTIAN 1.Sering diungkapkan bersama dengan kebalikannya, yakni budaya kehidu- pan. a.Budaya 1) Bukan produk (seperti ukiran), bukan ungkapan (seperti nyanyian, tarian, upacara), melainkan cara berpikir, perasaan dsb.yang seringkali merupakan sumber aneka gejala ungkapannya. 2) Peran budaya amat besar, seringkali tak langsung kelihatan, namun menjadi sumber perilaku.

b.Keadaan 1) Struktur dosa 2) Mentalitas dan kesadaran masyarakat 3) Peraturan perundang-undangan

2.Tujuan

23

a.Membebaskan dari anggapan negatif (kejahatan) b.Memberi kesan sudah biasa. c.Beberapa ungkapan: 1) Aborsi 2) Hukuman mati 3) Beberapa tema bioetika seperti kloning, sel punca embrionik 4) Eutanasia 5) Peperangan

B.DASAR 1.Bila antara budaya kehidupan dan kematian ada kontradiksi, maka dasarnya sama.

2.Relativisme moral Terutama Kardinal Ratzinger dan kemudian sebagai Paus Benediktus XVI sering- kali mengajukan relativisme moral sebagai suasana yang predominan dewasa ini. Kesulitan timbul dalam negara modern demokratis yang berpikir lain daripada Gereja. a.Pengertian, terutama dikemukakan Kardinal Ratzinger 1) Diombang-ambingkan antara pendapat yang satu dan yang lain 2) Tiada sesuatu yang mutlak 3) Diktatur relativisme

b.Kesulitan 1) Memang ada banyak pendapat. Kelompok yang satu berpegang pada pendapatnya yang dianggapnya paling benar. Perlu disekapati perayuran perundang-undangan untuk ruang publik, Meskipun Gereja Katolik ber- pendapat bahwa posisinya paling benar, ia tak dapat memaksakan penda- patnya.

2) Lepas dari soal benar-salah dalam negara demokrasi dengan aturannya sendiri pendapat memang ditentukan suara terbanyak. Di Indonesia kiranya sulit 3% umat katolik memaksakan pendapatnya melawan 97 % yang berpendapat lain. Maka dari itu kiranya perlu dipegang prinsip: Jangan menghambat orang berbuat menurut hatinuraninya Jangan mewajibkan orang berbuat melawan hatinuraninya.

3.Zaman kita? Dapat dibayangkan adanya penilaian lain mengenai zaman kita. Memang sikap terhadap kehidupan dan kematian mengalami perubahan.

EKSKURS III: GERAKAN ”PRO LIFE” & ”PRO CHOICE”Dekat dengan gagasan budaya kehidupan dan kematian ialah gerakan sosialpolitis ”pro life” yang makin merambah seluruh dunia. Terjadi polarisasi antara gerakan ”Pro Life” dan lawannya, yakni ”Pro Choice”.

I.PENGERTIAN A.KONTEKS 1.Liberalisasi aborsi Terutama sejak putusan Mahkamah Agung A.S. kasus ”Roe-Wade” yang memicu liberalisasi abori di banyak negara bagian Amerika Serikat.

2.Menjadi lebih luas a.Aborsi hanya ”casus belli” b.Juga tema-tema bioetis lain menjadi perjangan gerakan pro life.

B.Asal mula 1.Putusan 22-1-1973 Supreme Court (Mahkamah Agung ) kasus Roe v.Wade a.Putusan Pengadilan Kasasi yang menjadi rujukan lain-lainnya

b.Isi putusan ini: antara konflik ibu dan anak diutamakan hak pribadi

2.Gerakan Pro Life a.Sudah sebelum putusan Di kalngan para dokter dan ahli hukum katolik

b.Sesudah putusan Meluas menjadi gerakan sosial-politik

24

II.PRO LIFE & PRO CHOICE Polarisasi terjadi tak hanya di kalangan DPR, melainkan juga dalam masyarakat sendiri yamg terpecah menjadi dua kubu, dan tak selalu tanpa kekerasan. A.KUBU 1.Pro Life a.Gerakan sosialpolitik b.Pandangan membela kehidupan 2.Pro Choice a.Gerakan sosialpolitik b.Pandangan lain daripada kalangan pro Life

B.KEMASYARAKATAN 1.Gerakan kemasyarakatan a.Kemasyarakatan Sebaiknya diingat bahwa Gerakan Pro Life dan Pro Choice termasuk gerakan kemasyarakatan.

b.Di Amerika Serikat 1) Di era globalisasi 2) Pengaruh negara adikuasa 2.Pandangan moralteologis a.Tetap berlaku hak atas ciri khas b.Sejauh mana hak ini diungkapkan dalam ranah publik? Kebijakan Georg Bush diubah oleh Barack Obama.

EKSKURS IV: JENAZAHMati dan kematian juga berkaitan dengan kebudayaan, maka juga harus diperhitungkan sikap masyarakat terhadapnya, misalnya gejala melayat tanpa undangan khusus. Berhubungan dengan soal ini juga sikap terhadap jenazah Bukan hanya Gereja Katolik, melainkan juga masyarakat mempunyai hormat besar terhadap jenazah yang diperlakukan tidak sembarangan.

1.PENGERTIAN A.BIOLOGIS 1.Menuju kehancuran (kematian biologis) 2.Proses

B.ANTROPOLOGIS 1.Manusia adalah kesatuan jiwa-raga. 2. Jenazah bukan hanya “bungkus” yang akan binasa, melainkan pernah berperan sebagai raga yang menjadi penampilan persona itu. II.SIKAP A.MANUSIAWI 1.Jenazah orang yang meninggal di kejauhan didatangkan untuk dimakamkan, meskipun beayanya bisa amat tinggi. 2.Kurban kecelakaan (tanah longsor, tenggelam banjir banding dsb.) dicari dengan susah payah berhari-hari.

B.KRISTIANI 1.Iman akan kebangkitan 2.Manusia yang meninggal tetap diperlakukan dengan hormat (dalam liturgi: didupai, diperciki dengan air berkat; oleh pelayat dilimpahi dengan bunga, minyak harum dsb.)

SUMBER REFERENSI:01-06-1970 Ordo Exsequiarum. Praenotanda 1-1525-03-1995 Evangelium vitae , khususnya art.2315-08-1997 KGK 2279-230124-02-1998 Address of John Paul II to the Members of the Pontifical Academy for Life17-02-2005 Pontifical Academy for Life, Report by H.E.Mons Elo Sgreccia, Examining ”Quality of Life, ethics of health”17-02-2005 Conferenza Stampa di Presentazione dell’ Assemblea Generale della Pontificia Accademia per la Vita sul tema: ”Qualita della vita ed Etica della Salute”

25

19-02-2005 Letter of John Paul II to the President of the Pontifical Academy for Life on the occasion of a study congress on ”Quality of Life and Ethics of Health”08-01-2006 Homily of H.H.Pope Benedict XVI

PASAL 5 SEHAT-SAKIT

Betapa besar keinginan akan kesehatan kiranya di satu pihak dapat disimpulkan dari banyak gejala, tetapi di lain pihak harus disinyalir gaya hidup yang tak mendukung kesehatan.

I.PENGERTIAN A.SEHAT 1.Definisi WHO a.WHO 1948 ”Health is a complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of desease or infirmity”. WHO 1986 (Ottawa Charter for Health Promotion) “resource for everyday life, not the objective of living”, “health is a positive concept emphasizing social and personal resources, as well as physical capacities”.

b.Catatan 1) Faktor perkembangan 1948 1986 2) Menyeluruh: aspek fisik, mental & sosial 3) Positif sejauh tak cukup tiada penyakit, & utopis sejauh amat tinggi. 2.Definisi UURI No. Tahun 2009 tentang Kesehatan a.Pasal 1 “1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

b.Catatan Penambahan ”produktif” menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan orang yang tak dapat produktif? (Masih kecil atau dalam pendidikan, cacat sejak kelahiran atau kecelakaan atau manula yang sudah tak bekerja), kecuali jika ”produktif” diambil dalam arti amat luas sehingga mencakup apa yang dilakukan oleh orang-orang yang belum atau sudah tak produktif.

B.SAKIT 1.Definisi a.Gangguan obyektif 1) Tanda-tanda jasmani 2) Gejala-gejala lazim

b.Gangguan subyektif 1) Mental 2) Sosial c.Hipokondria? Terlalu khawatir sakit (gangguan kejiwaan? ICD 10 / DSM-IV)

2.Soal praktikabilitas a.Tolok-ukur kesehatan Tanda-tanda fisik lebih mudah menjadi tolok-ukur untuk surat keterangan dokter daripada hanya perasaan sakit. b.Bagaimana dengan aspek mental, spiritual dan sosial? Seringkali lebih sulit dilukiskan dalam surat keterangan dokter.

II.PEMAHAMAN SEHAT-SAKIT A.NATURAL 1.Menurut penalaran akal sehat a.Oleh faktor dari dalam 1) Faktor keturunan 2) Interaksi dalam tubuh sendiri

b.Oleh faktor dari luar

26

1) Tertular kuman-kuman penyakit 2) Pengaruh lingkungan hidup 3) Kombinasi aneka faktor

2.Prosedur yang lazim a.Pengalaman b.Diagnose kedokteran B.LAIN 1.Iman a.Supernatural b.”Kehendak Tuhan”

2.Ketakhayulan a.Pengaruh roh jahat b.Nasib SUMBER REFERENSI PRIMER:07-12-1972 Ordo Unctionis Infirmorum eorumque pastoralis cura. Praenotanda 1-4.15-08-1997 KGK 2288-2291; 1499-151114-02-2000 CDF, Inst.De Orationibus ad obtinendam a Deo sanationem

PASAL 6PENDERITAAN & RASA SAKIT

Tak jarang peristiwa sakit disertai rasa sakit.Keduanya memang dapat dilihat sebagai kesatuan, sehingga penderitaan merupakan sebutan kolektif segala yang membebani. Juga kemajuan ilmu pengetahuan tak dapat menghapus secara tuntas penderitaan dan rasa sakit yang sebagian memang bisa diatasi, maka tetap perlu dibahas soal penderitaan dalam hidup manusia.

I.PENDERITAAN A.PENGERTIAN 1.Beberapa unsur a.Tak terpenuhi apa yang diperlukan, diharapkan, pelbagai keterbatasan. kehilangan atau perpisahan dengan orang yang dikasihi, paksaan dsb. b.Mendapat apa yang tak diharapkan dan menjadi beban. 2.Jenis a.Jasmani b.Kejiwaan c.Kerohanian?

B.MAKNA 1.Masalah theodice Masalah keburukan di dunia ini. Sulit menyelaraskannya dengan iman akan Tuhan yang a.Mahatahu b.Mahabaik c.Mahakuasa

2.Dalam rangka penebusan a.Meskipun penebusan itu karya ilahi (bukan berkat jerih payah kita), kita mengikuti Kristus yang tersalib b.”Melengkapi” apa yang kurang dalam penderitaan Kristus c.Kristus masih menderita dalam penderitaan manusia?

C.SIKAP 1.Natural a.Penderitaan tak dicari dan terelakkan b.Penderitaan jalan menuju kemenangan

2.Supernatural a.Partisipasi dalam penderitaan Kristus yang ”dilengkapi” (Ptr 4: 13; ) b.Mengikuti Kristus dan memanggul salib

II.RASA SAKIT A.PENGERTIAN

27

1.Definisi IASP ”International Association for the Study of Pain” 1979 mengajukan definisi dari Harold Mersky sbb: ”an unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or potential tissue damage, or described in terms of such damage”

2.Makna rasa sakit a.Fungsi alarm b.Tanda suatu abnormalitas B.SIKAP 1.Boleh mengatasi rasa sakit Amanat Paus Pius XII 24-2-1957 kepada Kongres Nasional Anestesiologi di Roma 15-17 Okt.1956

2.Natural a.Pemahaman makna rasa sakit b.Lebih tahan terhadapnya karena budaya atau kebiasaan

3.Supernatural a.Motivasi yang diambil dari spiritualitas b.Motivasi yang bersumber pada dunia iman.

SUMBER REFERENSI:24-02-1957 Amanat Paus Pius XII kepada Kongres Nasional Anestesiologi 02-02 Pesan Bagi Orang Sakit Sedunia11-02-1984 Salvifici Doloris11-02-1985 Dolentium hominum

PASAL 7JIWA-RAGA

Dalam banyak pandangan hidup dan agama seringkali ada godaan untuk menyudutkan raga, maka tanpa mengurangi keterpaduan jiwa-raga, sebaiknya juga raga diangkat.

I.SOAL BAHASA A.BAHASA 1.Soal teologi atau bahasa? a.Perdebatan Biasanya dalam perdebatan dipakai istilah tertentu yang dapat mengecoh. Istilah termasuk bahasa yang pada giliranya merupakan idiom atau kebiasaan.

b.Kesulitan penerjemahan Penggunaan istilah, apalagi terjemahan, bisa berbeda menurut tempat dan waktu, sehingga istilah asli tertentu tak otomatis dapat diterjemahkan dengan istilah tertentu yang sudah lazim, melainkan harus dilihat konteksnya. 2.Penerjemahan a.Aneka bahasa Sejauh dapat, bagaimana dengan terjemahan dalam aneka bahasa. b.Teologi atau budaya Lalu masih dapat ditanyakan, yang dibuktikan itu teologi ataukah lebih menyangkut bahasa?

c.Kesulitan penerjemahan dan pengertian 1) Bahasa Ibrani (dengan ciri khasnya) untuk Perjanjian Lama 2) Bahasa Yunani untuk Perjanjian Baru 3) Bahasa Latin kemudian menjadi bahasa Gereja Sejauh mana gagasan Perjanjian Lama diungkapkan tepat dalam bahasa Yunani dan Latin? (misalnya Ibrani: basar, nefesh, ruakh dan Yunani: sarx, pneuma?) Sejauh mana Perjanjian Lama dan Baru diterjemahkan dengan tepat ke dalam bahasa Latin?

B.BAHASA ”ASLI” Sebaiknya berhati-hati dengan pelbagai istilah, apalagi terjemahan, maka perdebatan hasil terjemahan dapat mengecoh, misalnya karena terjemahan kurang tepat dan per- debatan lebih mengenai bahsa daripada isi teologi. Kata-kata yang sering dipakai ialah: 1.Ibrani/Aram: a.Ruakh (roh) dalam relasi dengan Tuhan

28

b.Nefesh (nafas) hidup c.Basar (daging) kekerabatan 2.Yunani a.Pneuma (roh) b.Psyche (kejiwaan) c.Sarx (daging)

3.Latin a.Spiritus (roh) b.Mens (pikiran) c.Corpus (tubuh)

4.Indonesia a.Jiwa b.Nyawa c.Roh d.Arwah e.Batin f.Jasmani g.Badan h.Tubuh i.Raga j.Daging k.Jasad 5.Inggris a.Spirit b.Soul c.Mind d.Body

6.Jerman a.Geist b.Seele c.Leib d.Koerper

C.TERJEMAHAN IBR/ARAM YUNANI LATIN INDONESIA INGGRIS JERMAN

Ruach Pneuma Spiritus Roh Spirit Geist Ghost Jiwa Soul Seele Nyawa Nous Mens Mind Psyche Psyche Psyche Nefesh Napas Atem

Basar Soma Corpus Badan Body Leib Corps Tubuh Koerper Raga

Sarx Daging Meat Fleisch

II.SOAL JIWA-RAGA-ROH /aspek psikosomatis Ada dua hal yang harus dijernihkan, yakni< \aspek transenden Sebaiknya kita tak terlalu berpegang pada kata-kata yang terjemahannya bisa macam- macam.

A.ASPEK PSIKOMATIS: KESATUAN JIWA-RAGA

29

1.Jiwa-raga bukan dua bagian, melainkan dua prinsip a.Meski dilukiskan dengan organ tubuh (ruah, nefesj, basar, ginjal) b.Adalah, bukan punya

2.Beberapa tanda a.Pembedaan 1) Menghadapi tubuh, mengamatinya 2) Mengatasi desakan kebutuhan 3) Lahiriah: Tubuh hadir, tetapi jiwa tak hadir

b.Bahasa 1) Komunikasi isi batin kepada sesama 2) Tetapi juga ada bahasa tubuh

B.ASPEK TRANSENDEN: IDENTITAS “JIWA-RAGA” 1.Manusia seutuhnya a.Apakah jiwa itu abadi? Kematian sering digambarkan sebagai perpisahan antara jiwa dan raga; bahkan juga dalam arti pembebasan jiwa dari raga yang dianggap seperti penjara. Bukankah ada perasaan bahwa dengan kematian manusia seutuhnya raga memang hancur, tapi ada sesuatu (“jiwa”) yang tidak ikut hancur, me- lainkan tetap ada dan manusia tidak lenyap, melainkan disebut arwah di alam baka? Berkat sifat abadi jiwa yang transenden?

b.Ataukah masih diperlukan Roh untuk aspek transenden? Apakah selain kesatuan jiwa-raga (psikosomatis) masih diperlukan “Roh” atau “jiwa” sebagai substansi (bukan hanya prinsip) yang menjamin aspek transenden dan identitas manusia sebelum dan sesudah kematian? 2.Manusia dichotomis atau trichotomis? a.Masalah kuno 1) Mengapa? 2) Apa keprihatinannya? 3) Kalau “jiwa” dipahami sebagai aspek, timbul soal, bagaimana dengan keadaan sesudah kematian yang sering ditafsirkan sebagai perpisahan antara jiwa dan badan yang hancur (dengan pengebumian atau kremasi). Perlukah substansi yang terus berada?

b.Argumen 1) Rupanya mendukung dikhotomisme Mt 10: 28 I Kor 3: 3 1 Kor 7: 34 2) Rupanya mendukung trichotomisme Ibr 4: 12 2 Tes 5: 23 Rm 8: 16 1 Kor 14: 14

III.JIWA A.SATU JIWA-RAGA 1.GS 14,1

2.Katekismus Gereja Katolik 362-367 B.”JIWA” 1.Jiwa baka a.Fungsi sebagai “forma” terhadap raga b.Fungsi sebagai substrat identitas

2.Dwifungsi jiwa a.Aspek psikosomatis b.Aspek transenden

IV.RAGA A.PENGERTIAN 1.Materialisme

30

a.Segalanya materi (Umum) b.Segalanya dapat dikembalikan kepada materi (Marxisme) 2.Tradisi kristiani a.Kepercayaan adanya jiwa manusia b.Kepercayaan manusia sebagai kesatuan jiwa-raga

B.SIKAP 1.Positif a.”Cardo salutis” Dikutip dalam KGK1015 "’Caro salutis est cardo - daging adalah poros kesela- matan’ (Tertulianus, res.8,2). Kita percaya akan Allah, Pencipta daging; kita percaya akan Sabda, yang sudah menjadi daging, supaya menebus daging; kita percaya akan kebangkitan daging, di mana penciptaan dan penebusan daging disempurnakan”. Demikian besar penghargaan terhadap tubuh. b.Manusia seutuhnya 1) Dalam hidup iman pada umumnya 2) Dalam perayaan liturgi pada khususnya

2.Pernah kurang positif a.Kecondongan dualistis 1) Raga sumber kebodohan 2) Raga sumber nafsu dan dosa

b.Pandangan negatif terhadap keragaan 1) Moral 2) Askese

SUMBER REFERENSI PRIMER:07-12-1965 GS 1415-08-1997 KGK 363-368

PASAL 8UTUH-CACAT

Di atas sudah disinggung pandangan holistik, dalam pasal ini diangkat soal ”utuh” yang memang berkaitan terutama dengan ”utuh” dalam arti fisik yang lebih mencolok daripada dalam arti psikis.

I.UTUH A.PENGERTIAN 1.Kelengkapan a.Fungsionalitas b.Penampilan

2.Normalitas a.Tuntutan umum (kesadaran dan penilaian) b.Tuntutan kemasyarakatan (apa kata orang) B.NILAI 1.Fungsional a.Fungsi berkat keutuhan fisik b.Fungsi berkat keutuhan psikis

2.Estetis a.Penampilan berkenan karena normalitas b.Penampilan normal dimungkinkan keutuhan

C.TUJUAN 1.Terwujudnya nilai fungsional dan estetis a.Tujuan fungsional (kegunaan) b.Tujuan estetis (keindahan)

2.Subsidiaritas a.Kemandirian b.Bantuan seperlunya agar orang cacat dapat bertindak senormal mungkin Sikap terhadap orang cacat

II.CACAT

31

A.PENGERTIAN 1.Suatu hambatan a.Jenis b.Gradasi Bah.Inggris: orang cacat = impaired, disabled, handicapped person

2.Paham kristiani Kekurangan (cacat) tak mengurangi martabat a.Martabat persona b.HAM

3.Penyebab a.Dapat genetis (keturunan) b.Dapat kemudian karena kecelakaan

B.SIKAP 1.Diri sendiri a.Harga diri b.Perilaku normal

2.Lingkungan a.Integrasi, bdk.perlakuan thd.orang cacat. b.Perlakuan normal

EKSKURS I: PENYANDANG CACAT

I.DATA A.PENGERTIAN 1.Peristilahan a.Kecenderungan eufemistis

b.Sikap lebih realistis

2.Kenyataan /Kekurangan\ /Struktur\ /fisiologis /a.Impairement:< & >< & ><psikis / \Abnormalitas/ \Fungsi / \anatomis / / /Pengrugian\ < b.Disability:< > kemampuan or.seusia \ \Pembatasan/ \ \ /fisik \ /keluarga \c.Handicap: Penghambatan< psikis> dlm<pekerjaan \sosial/ \masyarakat

3.Rincian (hanya ilustratif, bisa lain) a.Cacat fisik /Tuna rungu 1) Pancaindra< Tuna wicara \ Tuna netra

/Kaki 2) Bentuk tubuh< \Tangan & jari

3) Lumpuh

b.Cacat mental 1) Stagnasi & retardasi 2) Eks psikotik

B.BEBERAPA DOKUMEN 1.Internasional a.WHO, International Classification of Impairements 1980 b.Rehabilitation Code Report

32

2.Indonesia UURI No.4 Tahun 1997 a.Klasifikasi (Psl 1 ayat 1, Penjelasan Psl 5) 1) Cacat fisik 2) Cacat mental 3) Cacat fisik & mental

b.Peraturan Bab II: Landasan, asas dan tujuan Bab III: Hak dan kewajiban Bab IV: Kesamaan kesempatan II.SIKAP A.PENILAIAN IMAN & MORAL 1.Martabat manusia

2.Tak tergantung pada sifat apapun, termasuk cacat

B.PASTORAL 1.Keprihatinan Yesus, kesaksian

2.Komitmen Gereja a.Dng.perkataan b.Dng.perbuatan & kelembagaan pelayanan

EKSKURS II: S U N A TKalau soal ini disinggung, sebabnya ialah karena tema keutuhan. Banyak posisi resmi (Negara dan lembaga) tak menyetujui sunat perempuan. Tindakan-tindakan lain menurut agama dan/atau adat rupanya tak terlalu mengganggu keutuhan tubuh.

I.PENGERTIAN A.PENGURANGAN 1.Bagian atau suatu fungsi tubuh a.Bagian (seringkali juga menyangkut fungsi) b.Fungsi (seringkali juga menyangkut penampilan)

2.Tiada keharusan kedokteran a.Indikasi kedokteran b.Indikasi lain

B.MOTIVASI 1.Macam-macam a.Kebiasaan-Adat b.Budaya

2.Keagamaan a.Ungkapan b.Keharusan

II.PENILAIAN A.PERSYARATAN 1.Tuntutan kedokteran a.Indikasi kesehatan b.Sesudah pemeriksaan kedokteran

2.Kebiasaan/adat a.Sikap masyarakat b.Penilaian umum

B.TUNTUTAN KEAGAMAAN 1.Kebebasan agama a.Motivasi keagamaan b.Soal otonomi anak

2.Tanpa indikasi kesehatan

33

a.Soal kecil b.Tiada gangguan kesehatan

III.SIKAP A.PERBEDAAN 1.Sunat Pria a.Gradasi rendah b.Alasan keagamaan

2.Sunat Perempuan a.Gradasi melanggar batas kedokteran b.Tiada indikasi medis, maka ditolak WHO. c.Alasan lain, misalnya adat atau keagamaan tak cukup untuk membenarkan mutilasi paksaan tnpa persetujuan ybs.(seringkali dengan akibat yang parah). B.PENYIKAPAN 1.Terhadap sunat pria a.Seringkali alasan keagamaan yang kita hormati b.Akibat tak sampai merugikan kesehatan, bahkan dapat sebaliknya

2.Terhadap sunat perempuan a.Kiranya lebih merupakan kebiasaan daripada alasan keagamaan b.Akibat atas kesehatan dapat parah.

SUMBER REFERENSI PRIMER:15-08-1997 KGK 2297-2298

PASAL 9 LINGKUNGAN HIDUP

Juga dalam pasal ini soal Lingkungan Hidup tak dibahas secara tuntas, melainkan hanya dalam rangka hukum V dekalog.

I.LINGKUNGAN YANG PERLU A.SEBAGAI SUMBER HIDUP 1.Kekayaan alam a.Sumber kehidupan manusia b.Sumber budaya

2.Lingkungan a.Wadah kehidupan manusia b.Ruang gerak manusia

B.SEBAGAI WADAH 1.Pengaruh timbal-balik a.Manusia homo faber b.Natura artis magistra

2.Interaksi a.Kebutuhan manusia b.Kebutuhan alam

II.SOLIDARITAS DNG.GENERASI A.SOLIDARITAS ANTARGENERASI SEZAMAN 1.Regionalisasi a.Tak sendirian b.Kerja sama

2.Globalisasi a.Lingkup lebih luas b.Lingkup global

B.SOLIDARITAS DNG.GENERASI MENDATANG 1.”Sustainable Development” a.Perlunya perkembangan b.Perlunya kelestarian alam

2.Tanggungjawab atas masa depan

34

a.Dampak tindakan sekarang b.Hak perkembangan generasi mendatang

SUMBER REFERENSI:Banyak ungkapan publik Gereja, misalnya intervensi di PBB, bdk.Seri Dokumen Gereja terbitan Departemen Dokpen KWI. Terlalu banyak untuk disebut di sini.29-06-2004 Compendium of the Social Doctrine of the Church: Ch 10 Safeguarding the environment (451-487)23-07-2004 International Theological Commission, Communion and Stewardship: Human Persons created in the Image of God.

35