studi eksperimental pengaruh gradasi agregat kasar pada beton
TRANSCRIPT
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
1
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GRADASI AGREGAT KASAR
PADA BETON
Aria Wirawan ST.
Dr. Ir. Nuroji MS.*)
, Ir. Purwanto MT. M.Eng.
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No. 5 - 7, Semarang 50241
Telp.: (024) 8311802, Fax.: (024) 8311802
ABSTRAK
Agregat kasar merupakan material beton yang memiliki strength tinggi dan memberikan
konstribusi volume paling besar dalam komposisi beton. Dengan komposisi ini harusnya
agregat kasar mampu memberikan kontribusi yang optimal pada beton. Meskipun agregat
kasar hanya dikenal sebagai material pengisi pada beton, namun upaya untuk mempelajari
kontribusi peran agregat kasar terus dilakukan.
Mekanisme agregat kasar dalam memberikan kontribusi pada kekuatan beton masih tidak
secara eksplisit dapat didefinisikan. Maka dari itu pada penelitian ini dilakukan penelitian
mengenai peran interlocking dan interaction agregat kasar terhadap kekuatan beton.
Interlocking dan interaction yang tercipta dari gradasi agregat kasar tentunya akan
mempengaruhi karakteristik beton.
Dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan gradasi agregat kasar yang padat,
maka akan tercipta sistem interlocking dan interaction agregat kasar. Sistem ini sangat
berperan positif dalam meningkatkan kapasitas geser beton, namun dalam kapasitas tekan
masih harus diteliti lebih lanjut terutama dalam meminimalisir efek terjadinya keropos.
Kata Kunci : Agregat Kasar, Gradasi, Interlocking, Kuat Tekan Beton, Kuat Geser Beton
ABSTRACT
Coarse aggregate is a high strength material which gives the biggest contribution to the
volume on concrete composition. In this condition, coarse aggregate should be able to
optimally contribute on concrete. Although it is only known as a filler material in concrete,
the attempts to study its contribution are still performed.
The mechanism of coarse aggregate for giving the contribution to the concrete strength is
not defined explicitly. Therefore, in this study it will be conducted a research which
investigate interlocking and interaction of coarse aggregate to the concrete strengths.
Interlocking and interaction created from coarse aggregate gradation effect will affect the
characteristics of concrete for sure.
From the results of this research, it can be concluded that the coarse aggregate with dense
gradation will give interlocking and interaction system on coarse aggregate. This system is
very positive role to improve shear capacity on concrete. However, the compressive
strength should be investigated further, especially to minimize the effects of the porous
concrete.
Keywords : Coarse Aggregate, Gradation, Interlocking, Shear Capacity Concrete,
Compressive Strength Concrete
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
2
PENDAHULUAN
Beton secara makroskopik dianggap sebagai media homogen. Namun jika mengamati
sepotong beton, dapat disimpulkan bahwa beton terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu
agregat kasar dan matriks mortar mengeras. Agregat kasar memberikan konstribusi volume
yang paling besar yakni ± 40 % dari total 65 - 85 % agregat yang menjadi material
penyusun beton (Nugraha dan Antoni, 2007). Agregat kasar juga merupakan unsur
penyusun beton yang memiliki strength paling tinggi dibandingkan unsur-unsur penyusun
lainnya.
Meskipun dulu fungsi agregat kasar dalam campuran beton hanya dianggap sebagai
material pengisi saja, kini disadari adanya kontribusi positif dari peran agregat kasar pada
sifat beton. Salah satunya adalah sifat saling mengisi dan saling mengikat (interlocking)
antar agregat kasar. Pada penelitian ini beton akan dibuat dengan kondisi gradasi agregat
kasar yang padat. Tentunya hal ini akan berdampak pada minimnya jumlah mortar pada
beton. Gradasi agregat kasar yang padat ini diharapkan dapat menginterpretasikan sistem
interlocking dan interaction agregat kasar yang akan terjadi pada beton.
Pada penelitian ini dikerucutkan menjadi dua permasalahan yaitu :
1. Pengaruh dari komposisi gradasi agregat kasar pada kuat tekan, kuat geser, perilaku
tegangan dan regangan dan workability beton.
2. Korelasi yang terjadi antara komposisi gradasi agregat kasar terhadap kekuatan beton.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Benda uji tekan beton menggunakan benda uji silinder dengan ukuran 15 cm x 30 cm.
2. Benda uji geser menggunakan benda uji balok yang sudah dimodifikasi dan dianalisis
dengan ukuran 36 cm x 20 cm x 10 cm.
3. Jumlah kriteria gradasi diambil sebanyak 3 kondisi berdasarkan hasil preliminary
research dengan berat isi gradasi minimum, sedang dan maksimum.
4. Masing-masing kondisi akan dibuat 3 benda uji tekan, 3 benda uji geser dan 1 benda uji
visual untuk masing-masing gradasi serta 3 benda uji uji tekan dan uji geser untuk beton
mortar, sehingga total benda uji adalah 27 sampel benda uji. Benda uji akan diuji pada
umur 28 hari.
5. Sumber material untuk semua benda uji berasal dari daerah yang sama, menggunakan
nilai FAS (Faktor Air Semen) sebesar 0.4, sika LN 0,6 % dan perbandingan komposisi
campuran mortar adalah 1 Pc : 2 Ps.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Dasar Beton
Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat (SNI 03-2847-2002). Definisi beton menurut Mindess et. al.
(2003), beton merupakan material yang terdiri dari filler dan binder (Tabel 1)
Tabel 1. Definisi Beton
Concrete = Filler + Binder
Portlan Cement Concrete = Agreggate + Portland Cement
Mortar = Fine Agreggate + Paste
Paste = Cement + Water
(Sumber : Mindes, et. al. 2003)
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
3
Material Penyusun Beton
Beton dihasilkan oleh interaksi mekanik dan kimia secara kolektif dari unsur-unsur
penyusunnya. Adapun material-material penyusun beton adalah sebagai berikut.
Semen Portland
Secara definisi umum, menurut Nasution A. (2009) semen adalah bahan yang bertindak
sebagai pengikat untuk agregat. Jika dicampur dengan air, semen menjadi pasta. Dengan
proses waktu dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan sifat
perkerasan pasta semen.
Air
Air pada campuran beton mempunyai dua buah fungsi, yang pertama berfungsi untuk
membantu reaksi kimia pada proses pengikatan dan berlangsungnya pengerasan, dan yang
kedua sebagai pelicin campuran kerikil, pasir dan semen agar mudah dikerjakan (Mordock
dan Brook, 1999). Pasta semen merupakan hasil kimiawi antara semen dengan air, maka
perbandingan air dan semen menentukan hasil kualitas mutu pasta semen.
Agregat
Agregat adalah material berbutir, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku pijar
yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton
atau adukan semen hidrolik (SNI 03-2847-2002). Menurut Nurlina (2008) agregat biasanya
menempati 60 % - 80 % dari volume beton, maka sifat-sifat agregat mempunyai pengaruh
besar terhadap perilaku beton yang sudah mengeras.
Properties Beton
Properties / sifat-sifat beton pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas bahan, cara
pengerjaan, dan cara perawatannya (Mulyono, 2003). Berikut beberapa penjelasan
mengenai properties / sifat-sifat beton yang berkaitan dalam penelitian ini.
Kelecakan Beton (Workabilitilty)
Workabilitas merupakan salah satu tolak ukur dari kualitas mutu beton, workabilitas diukur
mengunakan kerucut abrams dan didapatkan tinggi jatuh campuran beton.
Kuat Beton Terhadap Gaya Tekan
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas
(Mulyono, 2003). Karena adanya beban sebesar P terhadap luas permukaan (A), maka
terjadilah tegangan tekan ( c) pada beton. Beban P tersebut juga mengakibatkan
perubahan bentuk fisik silinder beton menjadi lebih pendek akibat adanya ketegangan antar
partikel dalam material beton, sehingga timbul regangan tekan c pada beton.
Kuat Beton Terhadap Gaya Geser
Kekuatan geser pada balok sangat dipengaruhi oleh mutu beton, semakin tinggi mutu beton
maka kuat geser beton akan semakin tinggi berdasarkan persamaan ACI 318 - 83 berikut.
Vc =
√
dimana : bw = Lebar bidang geser (mm)
d = Tinggi bidang geser (mm)
fc` = Kuat tekan beton (Mpa)
Menurut Freinaij (1989) mekanisme transfer geser dapat diidentifikasikan secara terpisah.
Penambahan tulangan geser tegak lurus 90o yang cukup kaku akan menyebabkan tegangan
normal tulangan (𝜎s) dan tegangan geser dowel action ( ). Hal ini meningkatkan
kekakuan sejajar serta kekakuan beton tegak lurus bidang retak geser (Gambar 1.ii).
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
4
Agregat kasar pada bidang geser menyebabkan adanya transfer geser ( ) dan tegangan
normal agregat (𝜎a) melalui penguncian mekanis dari partikel yang menonjol di antara
permukaan bidang geser sehingga terjadi interlock (Gambar 1.i). Hasil penelitian
Triwardaya (2010) menunjukkan bahwa deformasi vertikal uji geser terjadi setelah
deformasi horisontal. Hal ini disebabkan karena adanya susunan butiran agregat yang tidak
seragam sehingga membuat permukaan geser menjadi tidak rata dan bidang retak menjadi
lebar ke arah horizontal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peran dari interlocking dan
interaction agregat kasar yang membuat alur bidang geser menjadi lebih panjang.
Gambar 1. Daerah Bidang Retak
(Sumber : Freinaij, 1989)
METODE PENELITIAN
Preliminary Research
Preliminary research dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian, hal ini bertujuan untuk
mengetahui berat isi pada masing-masing komposisi gradasi agregat kasar. Untuk
memperkecil lingkup penelitian dan membentuk komposisi gradasi agregat yang
diinginkan, maka hanya digunakan 4 ukuran agregat kasar (Tabel 2).
Tabel 2. Kriteria Dimensi Agregat
Kode Saringan
Lolos Tertahan
A 25,4 19
B 19 12,7
C 12,7 9,52
D 9,52 4,75
Dalam penelitian ini, diasumsikan agregat A + B sebagai agregat utama dengan prosentase
awal berjumlah 100 % (Tabel 3). Secara bertahap ditambahkan prosentase agregat C dan D
yang diasumsikan sebagai agregat pengisi (filler) ke dalam komposisi gradasi agregat A +
B. Berdasarkan prosentase agregat A + B, dijabarkan terhadap perbandingan grafik ASTM
C33 kriteria agregat A (25,4 - 19,10) dan B (19,0 - 12,7) (Tabel 4).
Tabel 3. Penjabaran Prosentase Gradasi Agregat
Prosentase Agregat (%)
No. A (25,4 - 19,10) + B (19,10 - 12,7) C (12,7 - 9,52) D (9,52 - 4,75)
1 100 0 0
2 90 10 0
3 85 10 5
4 80 15 5
(i) Interlock Agregat
(ii) k
(ii) Dowel Action (i) k
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
5
(ii) Benda Uji Geser (ii) k
20 cm
14,5 cm
8,75 cm
2 cm
2 cm
8,75 cm
10 cm
36 cm
Perencanaan Proporsi Agregat Kasar
Sebelum pembuatan benda uji, dilakukan perencanaan proporsi agregat kasar terhadap
perbandingan pasta beton. Perencanaan proporsi ini menggunakan meja getar sebagai
media untuk membentuk adonan beton yang merata dan padat. Dari perencanaan proporsi
ini akan didapatkan proporsi masing-masing campuran beton, yaitu :
1. Proporsi gradasi A = 1 PC : 2 PS : X GA
2. Proporsi gradasi B = 1 PC : 2 PS : X GB
3. Proporsi gradasi C = 1 PC : 2 PS : X GC
Pembuatan Benda Uji
Benda uji beton mortar dibuat untuk memberikan nilai perbandingan terhadap kapasitas
beton dengan gradasi agregat kasar. Benda uji tekan dan uji geser dibuat dengan bentuk
seperti pada Gambar 2. Dalam penentuan dimensi benda uji geser, sebelumnya telah
dilakukan analisa terlebih dahulu menggunakan software SAP 2000 untuk merencanakan
keruntuhan bidang geser.
Gambar 2. Model Benda Uji
HASIL DAN PEMBAHASAN
Preliminary Research
Preliminary research menyimpulkan bahwa semakin kecil komposisi agregat A + B dan
semakin besar komposisi agregat C + D, maka nilai berat isi akan meningkat (Tabel 5).
Semakin bertambah berat isi, maka ruang kosong agregat semakin terbatas / agregat
semakin padat. Dengan padatnya agregat kasar ini akan menyebabkan ruang kosong untuk
material lainnya seperti semen + agregat halus juga akan semakin terbatas.
5 75 15 10
6 70 20 10
7 65 20 15
8 60 25 15
9 55 25 20
10 50 30 20
(i) Benda Uji Tekan (iii) k
30 cm
15 cm
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
6
Tabel 4. Berat Isi Gradasi Agregat Kasar
Prosentase Komposisi Agregat Kasar 𝜕
(gram/cm3) No.
A (%) B (%) C (%) D (%) Total
(%) 25,4 - 19,0 19,0 - 12,7 12,7 - 9,52 9,52 - 4,75
1 40 60 0 0 100 1,552
2 36 54 10 0 100 1,596
3 34 51 10 5 100 1,598
4 32 48 15 5 100 1,6
5 30 45 15 10 100 1,611
6 28 42 20 10 100 1,613
7 26 39 20 15 100 1,624
8 24 36 25 15 100 1,638
9 22 33 25 20 100 1,639
10 20 30 30 20 100 1,649
Kondisi agregat kasar yang padat dan jumlah semen yang sedikit akan mempermudah
agregat kasar untuk saling bersentuhan / berinteraksi antara satu agregat dengan lainnya.
Agregat kasar yang berinteraksi menjadikan permukaanya sebagai bidang kontak yang
menciptakan interlock antar agregat kasar. Dari kondisi ini selanjutnya akan diambil tiga
titik sampel komposisi gradasi agregat kasar yang mewakili nilai berat isi minimum,
sedang dan maksimum untuk dijadikan sebagai variabel penelitian.
Perencanaan Proporsi Material
Perencanaan proporsi ini menggunakan media meja getar dan tabung besi 20 x 25 cm. Uji
proporsi sebagai acuan perencanaan proporsi kebutuhan material benda uji secara
keseluruhan. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan perhitungan manual terhadap
perencaan proporsi agregat kasar, semen dan agregat halus (Tabel 5).
Tabel 5. Proporsi Material
Benda
Uji
Proporsi Campuran (kg) Perbandingan Proporsi
Semen Pasir Split Semen Pasir Split
GA 2,219 4,437 12,193 1 2 5,496
GB 2,094 4,189 12,566 1 2 6
GC 1,965 3,930 12,955 1 2 6,594
Setelah kebutuhan material sudah didapatkan, selanjutnya dilakukan pengujian dengan
menggunakan media tabung silinder dan meja getar. Pengujian proporsi dengan meja getar
sebagai sarana untuk memastikan apakah volume material sesuai / tidak mengalami
kekurangan. Dari perencanaan proporsi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisa
perhitungan perencanaan proporsi yang dilakukan telah sesuai dapat digunakan sebagai
acuan dalam komposisi material pembuatan benda uji.
Kebutuhan Material Benda Uji Penelitian
Dengan menggunakan format analisa perhitungan yang sama pada perencanaan proporsi
material, maka kebutuhan material total benda uji penelitian didapatkan sebagai berikut
(Tabel 6).
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
7
1,552 ; 9,733
1,6 ; 13,067
1,649 ; 17,4
0
5
10
15
20
1,54 1,56 1,58 1,6 1,62 1,64 1,66
Slu
mp
(cm
)
∂ (gr/mm3)
Berat Isi (gr/mm3) dan Slump (cm)
23,583
14,661 18,161
39,472
Fc' (Mpa)
Grafik Kuat Tekan Beton
GA GB GC M
Tabel 6. Proporsi Material Benda Uji Penelitian
Benda Uji Proporsi Material (kg) Perbandingan Proporsi
Semen Pasir Split Semen Pasir Split
Silinder GA 7,488 14,977 41,152 1 2 5,496
Silinder GB 7,069 14,137 42,412 1 2 6
Silinder GC 6,631 13,262 43,724 1 2 6,594
Silinder Mortar 16,965 33,929 0 1 2 0
Geser GA 7,910 15,820 43,470 1 2 5,496
Geser GB 7,467 14,933 44,800 1 2 6
Geser GC 7,005 14,009 46,186 1 2 6,594
Geser Mortar 22,400 44,800 0 1 2 0
Uji Slump / Workability
Nilai slump masing-masing kriteria benda uji semakin meningkat tinggi jatuh puncaknya.
Hasil uji slump ini berbanding lurus terhadap nilai berat isi pada masing-masing kriteria
gradasi agregat kasar. Grafik pengujian ini (Gambar 3) menunjukkan bahwa padatnya
agregat kasar mempengaruhi nilai uji slump. Pada komposisi gradasi agregat kasar dengan
jumlah mortar yang semakin sedikit akan meningkatkan nilai tinggi jatuh puncak adonan
beton (nilai workabilitas turun).
Gambar 3. Hubungan Nilai Slump Terhadap Berat Isi
Kuat Tekan Beton
Benda uji (Mortar) M memberikan nilai kuat tekan lebih besar dibandingkan GA, GB dan
GC (Gambar 4). Dapat disimpulkan bahwa kontribusi tekan pada beton mortar murni lebih
besar dibandingkan beton agregat. Namun dalam hal ekonomis tentunya mortar murni jauh
lebih banyak mengeluarkan biaya.
Gambar 4. Grafik Kuat Tekan Beton Penelitian
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
8
60,844 62,792
61,122
54,832
LC (KN)
Grafik Kuat Geser Beton
GA GB GC M
1,552 ; 23,583
1,6 ; 14,661 1,649 ; 18,161
0
5
10
15
20
25
1,540 1,560 1,580 1,600 1,620 1,640 1,660
Fc`
(MP
a)
𝜕 (gr/mm3)
Berat Isi (gr/mm3) - Kuat Tekan Beton (MPa)
1,552 ; 60,844
1,6 ; 62,792
1,649 ; 61,122
60,5
61,0
61,5
62,0
62,5
63,0
1,540 1,560 1,580 1,600 1,620 1,640 1,660
Vc
(KN
)
𝜕 (gr/mm3)
Berat Isi (gr/mm3) dan Kuat Geser Beton (MPa)
Hasil uji tekan dari ketiga kriteria benda uji GA, GB dan GC (Gambar 5) tidak berbanding
lurus dengan hasil uji slump (Gambar 3) maupun nilai berat isi. Hasil uji tekan GB lebih
rendah dari GA dan GC, hasil uji tekan GC juga lebih rendah dari GA. Ada kemungkinan
hal ini dipengaruhi oleh efek keropos yang terjadi pada benda uji GB dan GC.
Gambar 5. Hubungan Berat Isi dan Kuat Tekan Beton
Kuat Geser Beton
Hasil uji geser menunjukkan bahwa beton dengan gradasi (GA, GB dan GC) lebih tinggi
dari pada mortar murni. Mortar murni hanya berperan optimal terhadap kontribusi gaya
tekan saja. Ketiga kriteria gradasi menujukkan nilai kuat geser yang tidak jauh berbeda.
Secara keseluruhan, hal ini menunjukkan bahwa sistem interlocking agregat kasar
mempunyai peran positif terhadap kapasitas geser.
Gambar 6. Grafik Kuat Geser Beton Penelitian
Gambar 7. Hubungan Berat Isi dan Kuat Geser Beton
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
9
2,593 ; 14,362
1,179 ; 58,116
010203040506070
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
LC (
KN
)
∆ H / ∆ V
GA : ∆ H / ∆ V dan LC (KN)
4,000 ; 3,006
1,020 ; 58,283
010203040506070
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
LC (
KN
)
∆ H / ∆ V
GB : ∆ H / ∆ V dan LC (KN)
GA GB GC
Vc SNI 0,809 0,638 0,710
Vc exp 4,196 4,310 4,215
0,0001,0002,0003,0004,0005,000
Teg.
ge
ser
(Mp
a)
Perbandingan VcSNI dan Vcexp
Pada uji tekan, benda uji GB yang menghasilkan kuat tekan lebih rendah. Namun pada uji
geser, GB memberikan kapasitas geser lebih tinggi. Kemampuan interlocking agregat kasar
pada benda uji GB memberikan kontribusi yang cukup baik ketika beton menerima gaya
geser. Dengan gradasi agregat kasar yang padat, agregat kasar akan saling mengunci
(interlocking) antar agregat kasar pada bidang gesernya. Hal ini sangat berdampak pada
meningkatnya kapasitas geser beton GA, GB dan GC.
Hubungan Kapasitas Geser Penelitian dan SNI
Formulasi geser pada Standar Nasional Indonesia masih cukup konservatif dalam
menentukan kapasitas geser (Gambar 7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
kapasitas tekan yang rendah, beton tetap mampu memberikan kapasitas geser yang tinggi.
Gambar 7. Grafik Perbandingan Tegangan Geser
Deformasi Benda Uji Geser
Ketika bidang geser perlahan mengalami keruntuhan, bidang geser terus bergerak dan
terjadi friction antara partikel-partikel agregat kasar yang menonjol pada bidang geser.
Permukaan kedua sisi bidang geser yang dipenuhi agregat kasar ini berbentuk seperti gigi
gergaji yang saling bergesekan. Gesekan antara kedua permukaan ini menyebabkan
terjadinya deformasi horisontal. Deformasi horisontal yang terjadi berdampak pada
meningkatnya kapasitas geser beton.
Terlihat pada benda uji GA, GB dan GC (Gambar 8) telah terjadi peningkatan deformasi
horisontal secara signifikan dibandingkan benda uji mortar. Saat benda uji geser diberikan
beban, secara perlahan bidang geser akan mengalami deformasi. Dengan adanya
interlocking agregat kasar dan peran bond / lekatan akibat material semen, maka terjadilah
deformasi horisontal dan vertikal.
(i) Deformasi GA
(ii) k
(ii) Deformasi GB
(iii) k
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
10
0,554; 49,265
010203040506070
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
LC (
KN
)
∆ H / ∆ V
M : ∆ H / ∆ V dan LC (KN)
1,500 ; 28,056
0,402 ; 57,448
010203040506070
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
LC (
KN
)
∆ H / ∆ V
GC : ∆ H / ∆ V dan LC (KN)
Gambar 8. Hubungan Kapasitas Geser Terhadap ∆ H / ∆ V
Akibat interlock yang terjadi, retak ke arah melebar terjadi terlebih dahulu hingga suatu
titik dimana kekuatan bond secara perlahan menurun. Setelah bond terlepas, maka secara
otomatis arah vertikal mendominasi adanya deformasi pada bidang geser. Namun bidang
geser tetap memberikan reaksi terhadap beban akibat adanya peran interlocking agregat
kasar hingga bidang geser benar-benar kehilangan kekuatan dalam menahan beban.
Berbeda dengan benda uji mortar, kapasitas bidang geser mortar murni hanya ditanggung
oleh peran bond dari material semen dalam matriks. Seiring meningkatnya beban, secara
perlahan kekuatan bond akan menurun dan bidang geser runtuh.
KESIMPULAN
Hasil preliminary research menunjukkan bahwa semakin padatnya agregat kasar, berat isi
akan meningkat dan ruang kosong pada beton akan semakin terbatas. Hal ini akan
menyebabkan ruang untuk material lainnya akan terbatas.
Berdasarkan hasil uji workabilitas menunjukkan bahwa nilai slump berbanding lurus
terhadap nilai berat isi agregat kasar. Nilai berat isi yang tinggi dengan kapasitas mortar
yang semakin terbatas akan menurunkan nilai slump.
Hasil uji tekan menunjukkan bahwa semakin padat dan meningkatnya nilai berat isi
agregat kasar, maka kekuatan tekan beton menurun. Ada kemungkinan hal ini terjadi
akibat efek keropos beton yang terjadi dan perlu diteliti lebih lanjut.
Hasil uji geser beton secara signifikan menunjukkan bahwa sistem interlocking agregat
kasar sangat berperan dalam meningkatkan kapasitas geser beton, terlihat dari
meningkatnya kapasitas geser beton GA, GB dan GC dibandingkan mortar murni. Namun
masing-masing kriteria gradasi memberikan kapasitas geser yang berbeda-beda dan perlu
diteliti lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
ACI Commite 318, 1983. “Commentary on Building Code Requirements for Reinforced
Concrete (ACI 318 - 83)”. Detroit, Michigan : American Concrete - Institute.
Jeroen Williem Ignatius Jozef Freinaj, 1989. “Time - Dependent Shear Transfer in
Cracked Reinforced Concrete”. `Menschliches, Allzumenschilches`, Ein Buch fur
freie Geister, Band I, Aphorismus N. 625, 1880.
Mindess et. al., 2003. Concrete ; Second Edition. Upper Sadle River, US : Pearson
Education Inc.
Mulyono, Tri, 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi.
Murdock, L. J. dan Brook, K. M., 1999. Bahan dan Praktek Beton ; diterjemahkan oleh Ir.
Stephanus Hendarko. Jakarta : Erlangga.
(iv) Deformasi GC
(v) k
(iii) Deformasi GC
(iv) k
*) Dr. Ir. Nuroji MS., Email : [email protected]
11
Nasution, A., 2009. Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang. Institut Teknologi
Bandung : Bandung.
Nugraha, P. dan Antoni, 2007. Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton
Kinerja Tinggi. Yogyakarta : Andi Offset.
Nurlina, S., 2008. Struktur Beton. Bargie Media : Malang.
Triwardaya, 2010.“Pengaruh Kekangan Terhadap Kuat Geser Beton”. Tesis Magister
Teknik Sipil Universitas Diponegoro : Semarang.
Standard Nasional Indonesia 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Bertulang Untuk Bangunan Gedung. Bandung.