studi eksperimental pendingin adsorbsi amonia
TRANSCRIPT
i
STUDI EKSPERIMENTAL PENDINGIN ADSORBSI AMONIA-
CaCl2 ENERGI SURYA MENGGUNAKAN PERBANDINGAN
AMONIA-CaCl2 0,2
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan Oleh:
EKO FEBRI DAMAR SASONGKONIM: 085214042
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EXPERIMENTAL STUDY OF SOLAR ENERGY AMMONIA-
CaCl2 ADSORBTION REFRIGERATION USING 0,2
AMMONIA-CaCl2 RATIO
FINAL PROJECT
Presented as a partitial fulfilment of the requirement
as to obtain the Bachelor of Engineering degree
in Mechanical Engineering Study Program
By:
EKO FEBRI DAMAR SASONGKOStudent Number: 085214042
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Kebutuhan sistem pendingin pada masyarakat Indonesia saat ini semakinmeningkat. Sistem pendingin biasanya digunakan untuk mengawetkan makanan,hasil pertanian, obat-obatan dan sebagainya. Sistem pendingin pada umumnyamenggunakan energi listrik dan refrijeran sintetik pada proses kerjanya. Namun didaerah terpencil hal ini sering menjadi kendala dalam pengadaannya, inidikarenakan belum seluruh daerah di Indonesia memiliki jaringan listrik. Makapendingin adsorbsi energi surya menggunakan amonia-CaCl2 menjadi suatugagasan yang dapat diterapkan di masyarakat luas. Tujuan penelitian ini adalahmembuat model pendingin adsorbsi amonia-CaCl2, serta meneliti unjuk kerjasistem pendingin dan temperatur pendinginan yang dapat dicapai.
Pendingin ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu generator, kondensordan evaporator. Generator terbuat dari tabung pipa stainless steel dengan panjang2 meter dan berdiameter 10 cm, evaporator terbuat dari tabung pipa stainless steeldengan panjang 50 cm dan berdiameter 10 cm, kondensor terbuat dari pipastainless steel yang berbentuk spiral dengan diameter pipa sebesar 2,54 cm.Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah temperatur generator (T1),temperatur kondensor (T2), temperatur evaporator (T3), temperatur kotakpendingin (T4), tekanan generator (P1), tekanan evaporator (P2), intensitas energisurya (G) dan waktu (t). Alat yang digunakan untuk pengukuran temperaturdigunakan termokopel dan logger sebagai penampil data temperatur, sedangkanmanometer digunakan untuk mengukur tekanan di generator dan evaporator sertasolar meter yang digunakan untuk mengukur intensitas energi surya.
Hasil penelitian telah berhasil dibuat sebuah sistem pendingin adsorbsiamonia-CaCl2, temperatur terendah yang dicapai sebesar 12C dan COP terbaiksebesar 0,98.
Kata kunci: pendingin adsorbsi, refrijeran sintetik, energi surya, amonia, CaCl2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi-Mu Tuhan Yesus Yang Maha Kasih atas segala berkah
dan rahmat, sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik untuk program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis merasakan bahwa penelitian tugas akhir ini merupakan penelitian
yang tidak mudah, dituntut keterlibatan langsung dalam pengambilan data,
pemahaman terhadap sistem alat dan persamaan yang digunakan, serta
penanggulangan yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi.
Penelitian Tugas Akhir dengan judul “studi eksperimental pendingin adsorbsi
amonia-CaCl2 energi surya menggunakan perbandingan amonia-CaCl2 0,2”
dapat berjalan dengan baik karena adanya bantuan secara langsung maupun tidak
langsung dan kerjasama dari berbagai pihak. Menyadari hal itu, maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Paulina Heruningsih Prima Rosa. S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ir. P.K. Purwadi, M.T. selaku Ketua Program studi Teknik Mesin
dan selaku Dosen Pembimbing Akademik
3. Bapak Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing tugas akhir
yang telah mendampingin dan memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
TITLE PAGE ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.l Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................ 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
2.1 Dasar Teori ........................................................................ 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2.1.1 Pengertian Adsorbsi............................................................ 10
2.1.2 Adsorber............................................................................. 11
2.1.3 Pengertian Absorbsi............................................................ 11
2.1.4 Absorber............................................................................. 12
2.1.5 Perbedaan Adsorbsi Dengan Absorbsi............................... 12
2.2 Refrijeran Dan Adsorber Yang Dipakai............................. 13
2.3 Reflektor............................................................................ 23
2.4 Penelitian Yang Pernah Dilakukan.................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................... 31
3.1 Skema Alat ....................................................................... 31
3.2 Variabel Yang Diukur ...................................................... 32
3.3 Langkah Penelitian........................................................... 33
3.4 Peralatan Pendukung ........................................................ 35
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………….........…. 37
4.1 Data Hasil Penelitian …………………………….....…... 37
4.2 Grafik dan Pembahasan .................................................... 41
BAB V. PENUTUP ................................................................................. 59
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 59
5.2 Saran ................................................................................. 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 61
LAMPIRAN ............................................................................................ 63
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data pertama proses desorbsi 5 Juli 2012............................ 37
Tabel4.2. Data pertama proses adsorbsi 6 Juli 2012............................ 38
Tabel 4.3. Data kedua proses desorbsi 6 Juli 2012............................... 38
Tabel 4.4. Data kedua proses adsorbsi 7 Juli 2012.. ............................ 39
Tabel 4.5. Data ketiga proses desorbsi 7 Juli 2012............................... 40
Tabel 4.6. Data ketiga proses adsorbsi 8 Juli 2012............................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Siklus pendinginan (absorbsi)…………………................ 5
Gambar 2.1.1 Skema diagram alir refrigeration carnot………………… 8
Gambar 2.2.1. Kalsiumklorida ………………..……………………….. 15
Gambar 2.2.2. Siklussistempendinginabsorbsikontinyuamonia-air….. 20
Gambar 2.3.1. Reflektor memantulkanenergimataharike generator....... 24
Gambar 2.3.2. Reflektor parabola silinder ………………........................ 24
Gambar 2.3.3. Kolektor plat datar konvensional........................................ 26
Gambar 2.3.4. Reflektor parabola piringan................................................ 27
Gambar 2.3.5. Kolektor tabung vakum...................................................... 28
Gambar 3.1. Skema alat pendingin adsorbsi .......................................... 31
Gambar 3.2. Titik-titik pengambilan data .............................................. 32
Gambar 4.2.1. Grafik tekanan dan intensitas radiasi terhadap waktu
data pertama………………………....………….…........... 43
Gambar. 4.2.2. Grafik tekanan dan intensitas radiasi terhadap waktu
data kedua ………………………………………………….. 44
Gambar. 4.2.3. Grafik tekanan dan intensitas radiasi terhadap waktu
data ketiga......................................................................... 46
Gambar. 4.2.4. Grafik tekanan terhadap waktu dari ketiga data............... 47
Gambar. 4.2.5. Grafik tekanan yang dicapai tiap data………………….. 48
Gambar. 4.2.6. Grafik temperatur evaporator (T3) terhadap waktu.......... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Gambar 4.2.7. Grafik temperatur evaporator (T3).................................... 50
Gambar 4.2.8. Grafiktemperaturkotakpendingin (T4)terhadapwaktu.. 53
Gambar 4.2.9. Grafik suhu terendah kotak pendingin (T4)....................... 53
Gambar 4.2.10. Grafik Perbandingan COP rata-rata................................... 55
Gambar 4.2.11. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas radiasi (Nopi,
2012)………………...……………………………...……. 56
Gambar 4.2.12.Grafik proses pendinginan evaporator (Nopi, 2012)…..... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kebutuhan sistem pendingin untuk pengawetan, penyimpanan obat
dan bahan makanan dirasakan semakin meningkat, baik di Negara-negara
berkembang maupun daerah pedesaan atau daerah terpencil. Sistem pendingin
yang ada saat ini kebanyakan menggunakan energi listrik dalam proses
kerjanya, selain menggunakan energi listrik, sistem pendingin yang dijual di
pasaran ini juga pada umumnya menggunakan refrijeran sintetik seperti : R-
11, R-12, R-22, R-134a dan R-502. Refrijeran sintetik ini pada umumnya
mempunyai dampak negatif pada lingkungan seperti merusak lapisan ozon
dan menimbulkan pemanasan global. Permasalahan lainnya adalah belum
semua daerah terutama daerah terpencil memiliki sumber atau jaringan listrik,
sehingga sistem pendingin yang menggunakan energi listrik belum bisa
diterapkan di daerah terpencil tersebut.
Sistem pendingin adsorbsi bisa menjadi salah satu alternatif sistem
pendingin tanpa menggunakan energi listrik. Sistem pendingin adsorbsi hanya
memerlukan energi panas untuk dapat bekerja. Energi panas yang dihasilkan
dapat dihasilkan dari pembakaran kayu arang, bahan bakar minyak dan energi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
alam seperti panas bumi dan energi surya. Indonesia sendiri memiliki
intensitas energi surya yang cukup besar, yaitu sebesar 4,8 kWh/m2
perharinya, sehingga energi surya dapat dijadikan sebagai sumber panas
dalam sistem pendingin adsorbsi.
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjajagi kemungkinan
penerapan sistem pendingin adsorbsi amonia-kalsium klorida (CaCl2) dengan
memanfaatkan energi surya sebagai sumber pemanas untuk memenuhi
kebutuhan sistem pendingin di masyarakat terutama di daerah yang belum
terdapat jaringan listrik. Dapat tidaknya sistem pendinginan diterapkan pada
masyarakat ditentukan oleh beberapa hal. Hal pertama adalah bagaimana
unjuk kerja yang dapat dihasilkan oleh sistem pendingin tersebut. Unjuk kerja
suatu sistem pendingin dapat dilihat dari temperatur terendah yang dapat
dicapai dan koefisien unjuk kerja (COP) yang dapat dihasilkan.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai :
1. Membuat sistem pendingin adsorbsi amonia-CaCl2.
2. Meneliti temperatur pendinginan yang dapat dihasilkan oleh sistem
pendingin adsorbsi amonia-CaCl2.
3. Meneliti COP atau unjuk kerja sistem pendingin adsorpsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini :
1. Menambah kepustakaan teknologi pendingin adsorbsi energi surya.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk membuat
prototipe dan produk teknologi pendingin adsorbsi tenaga surya yang
dapat diterima di dunia industri pada khususnya dan pada masyarakat luas
pada umumnya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan serta
mengurangi penggunaan listrik dan minyak bumi.
1.4 Batasan Masalah
Sistem pendingin yang dijual dipasaran pada umumnya menggunakan
energi listrik dalam proses kerjanya dan menggunakan refrijeran sintetik,
seperti : R-11, R-12, R-22, R-134a, dan R-502. Pada penelitian ini akan dibuat
model sistem pendingin energi surya dengan menggunakan refrigeran berupa
amonia dan adosrber berupa CaCl2. Sistem pendingin dengan memanfaatkan
energi surya ini diharapkan memberikan unjuk kerja yang baik. Perhitungan
perbandingan amonia-CaCl2 di dapatkan dari perhitungan perbandingan massa
dari kedua bahan yang digunakan. Kadar amonia yang bercampur dengan air
pada penelitian ini mempunyai perbandingan massa 70% air dan 30% amonia
murni dan yang dipakai hanyalah amonia murninya saja, sehingga dapat kita
hitung berapa besarnya massa amonia yang ada di dalam campuran tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pada penelitian ini digunakan amonia-air sebanyak 3,8 liter, untuk
mendapatkan amonia murni yang digunakan sebagai refrijeran maka
dilakukan proses penyulingan, yaitu proses pemisahan amonia yang
bercampur dengan air, setelah proses penyulingan amonia-air sebanyak 3,8
liter didapatkan amonia murni sebesar 1,14 kg, amonia sebanyak 1,14 kg ini
didapatkan dari perhitungan dari kadar amonia murni yaitu 30% dikali dengan
banyaknya amonia-air yang dipakai yaitu sebanyak 3,8 liter, untuk 1 liter
amonia-air sama dengan 1 kg amonia-air ini dikarenakan massa jenis amonia
besarnya hampir sama dengan air. CaCl2 yang dipakai sebagai adsorber
sebanyak 6 kg, maka dapat kita hitung perbandingan amonia-CaCl2 yang
digunakan pada penelitian ini, yaitu 1,14 kg:6 kg didapatkan hasil
perbandingan 0,2.
Pada penelitian sistem adsorbsi ini, alat yang digunakan sebagai
penampil temperatur termokopel (logger) tidak bisa mencatat tiap detik
perubahan energi surya yang datang, pencatatan data dilakukan tiap 15 menit
selama proses desorbsi dan 5 menit saat proses adsorbsi. Selain itu logger
yang dipakai hanya bisa menampilkan temperatur terendah yakni -5 C.
Pengambilan dilakukan selama tiga hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 5, 6
dan 7 juli 2012. Tempat pengambilan data dilakukan di kampus III
Universitas Sanata Dharma, Sleman Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Pendingin adsorbsi maupun absorbsi pada umumnya terdiri dari 3
(tiga) komponen utama yaitu : (1) generator, (2) kondensor, (3) evaporator.
Gambar 2.1. Siklus pendinginan (absorbsi)
siklus pendingin adsorbsi terdiri dari proses adsorbsi (penyerapan)
refrijeran (amonia) ke dalam adsorber (CaCl2) dan proses desorbsi, yaitu
proses pelepasan refrijeran (amonia) dari adsorber. Proses ini dapat dilihat
pada Gambar 2.1. Proses desorbsi dan adsorbsi terjadi pada generator. Pada
proses desorbsi generator memerlukan energi panas untuk dapat menguapkan
keran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
amonia. Energi panas dapat berasal dari pembakaran kayu, batubara, minyak
bumi, gas alam, panas bumi, biogas, dan sebagainya. Pada penelitian ini
digunakan energi panas yang berasal dari energi surya, hal ini dilakukan agar
dapat meminimalisir penggunaan minyak bumi dan listrik.
Proses yang terjadi jika menggunakan refrijeran amonia adalah
sebagai berikut : energi panas menaikkan temperatur campuran amonia-
CaCl2 yang ada di dalam generator. Pada temperatur dan tekanan tertentu
amonia akan menguap dan terpisah dari CaCl2 proses ini disebut proses
desorbsi. Amonia ini mengalir dari generator menuju evaporator melalui
kondensor. Di dalam kondensor amonia mengalami pendinginan dan
mengembun. Cairan amonia hasil pengembunan akan mengalir ke dalam
evaporator dan mengalami ekspansi sehingga tekanannya turun. Karena
tekanan amonia di dalam evaporator turun maka temperatur juga akan turun
sampai temperatur tertentu (sekitar 5 OC sampai10 OC). Evaporator umumnya
diletakkan di dalam kotak pendingin. Di dalam kotak pendingin tersebut
diletakkan bahan-bahan yang akan didinginkan. Karena mendinginkan bahan
maka amonia dalam evaporator akan menguap dan mengalir kembali ke
dalam generator. Di dalam generator amonia tersebut diserap oleh CaCl2,
proses ini disebut adsorbsi. Siklus tersebut akan berlangsung terus selama ada
sumber panas. Selama proses desorbsi maka pendinginan di dalam evaporator
tidak dapat terjadi karena seluruh amonia berada di dalam generator, oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
karena proses pendinginan tidak berlangsung secara kontinyu maka
pendinginannya dikatakan berlangsung secara intermitten. Agar proses
pendinginan bahan dapat berlangsung secara kontinyu maka harus terdapat
dua alat pendingin, jika satu alat digunakan untuk mendinginkan bahan
makanan atau obat (proses adsorbsi) maka pada alat yang lain dilakukan
pemanasan (proses desorbsi).
Unjuk kerja pendingin adsorbsi umumnya dinyatakan dengan
koefisien prestasi adsorbsi (COPAdorbsi) dan dapat dihitung dengan persamaan
(Arismunandar, 1995) :
COPAdsorbsi = (1)
Kerja pendinginan dapat dihitung dengan persamaan (Arismunandar, 1995) :
Kerja pendinginan = ∆(m.hfg)evaporator (2)
Kerja pemanasan pada generator dapat dihitung dengan persamaan
(Arismunandar, 1995) :
Kerja pemanasan = . ( )∆ + ( . ℎ ) (3)
Pada penelitian ini, analisa digunakan pendekatan siklus pendingin
carnot, ini dikarenakan untuk perhitungan kerja pemanasan pada temperatur
refrijeran dan adsorber pada generator tidak bisa dilakukan, karena tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
memungkinkannya peletakkan termokopel di dalam generator untuk
mengukur temperatur pada amonia dan CaCl2, berikut penjelasan siklus
pendingin carnot:
Karena proses melingkar carnot adalah proses reversible, maka proses
dapat dibalik. Proses yang dibalik ini disebut refrigerator carnot. Jadi
refrigerator carnot bekerja dengan kebalikan dari mesin carnot.
Refrigerator carnot menerima kerja luar W dan menyerap panas Q1
dari reservoir dingin (heat sink) temperatur T1 serta memberikan panas Q2 ke
reservoir panas temperatur T2. Skema diagram alir refrigerator carnot, pada
gambar :
Gambar 2.1.1. Skema diagram alir refrigeration carnot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Jadi dapat dibuat hubungan :
Q1 = Q2 – W (4)
W = Q2 – Q1 (5)
koefisien performance,
COP = (6)
= (7)
= (8)
=.. (9)
= (10)
Sehingga dapat digunakan persamaan (1), yaitu :
COPAdsorbsi =
Energi surya yang digunakan untuk menaikkan temperatur sejumlah
massa pada generator adalah sebesar intensitas energi surya yang diterima
oleh kolektor berbanding dengan luasan permukaan kolektornya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Energi surya = G . A (11)
Sehingga untuk mengetahui efisiensi kolektor (Kolektor) dapat
diketahui dengan membandingkan kerja pemanasan untuk menaikkan
temperatur sejumlah massa pada generator berbanding terbalik dengan energi
radiasi surya yang diterima oleh generator melalui kolektor:
ηkolektor = (12)
Keterangan:
m : massa (tabung, amonia dan CaCl2) yang dipanasi (kg)
CP : panas jenis (tabung, amonia dan CaCl2) (J/(kg.K)
T1 : temperatur awal (oC)
T2 : temperatur akhir (oC)
∆t : lama waktu pemanasan (detik)
G : intensitas energi surya (W/m2)
A : luas permukaan kolektor (m2)
Δs : perububahan entropi (J/K)
hfg : entalpi penguapan amonia (J/kg)
2.1.1 Pengertian Adsorbsi
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi
adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas)
terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida
terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi secara
umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu
ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Definisi lain
menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan
permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada
bahan pengadsorpsi atau adsorber.
2.1.2 Adsorber
Adsorber ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik
cairan maupun gas) pada proses adsorbsi. Umumnya adsorber bersifat
spesifik, hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorber pada
proses adsorbsi, disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan
diadsorbsi. Adsorber yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat
dalam larutan adalah arang. Karbon aktif yang merupakan contoh dari
adsorbsi, yang biasanya dibuat dengan cara membakar tempurung kelapa atau
kayu dengan persediaan udara (oksigen) yang terbatas.
2.1.3 Pengertian Absorbsi
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas
dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorber cair yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan
hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorbsi fisik) atau selain gaya tersebut juga
oleh ikatan kimia (pada absorbsi kimia).
2.1.4 Absorber
Absorber adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorbsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia. Absorber sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan
absorber :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorbsi
2. Selektif
3. Tidak korosif.
4. Mempunyai viskositas yang rendah
5. Murah
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai absorber adalah air
(untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan
tetesan cairan).
2.1.5 Perbedaan Adsorbsi Dengan Absorbsi
Adsorbsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan
maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap, adsorber)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap, refrijeran)
pada permukaannya. Berbeda dengan absorbsi yang merupakan penyerapan
fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Proses ini berbeda
dengan adsorbsi karena pengikatan molekul dilakukan melalui volume dan
bukan permukaan.
Secara garis besar perbedaan dari adsorbsi dengan absorbsi ini berada
pada jenis dan bentuk penyerap refrijeran yang digunakan sebagai bahan
untuk menyerap refrijeran yang dipakai Untuk adsorbsi, adsorber yang
dipakai biasanya berbentuk padat, seperti arang, butiran CaCl2 dan
sebagainya. Sedangkan untuk absorbsi, absorber yang dipakai berbentuk cair,
oleh karena itu banyak sistem pendingin yang absorbsi yang menggunakan air
sebagai absorbernya.
2.2 Refrijeran Dan Adsorber Yang Dipakai
Refrijeran yang dipakai pada pendingin adsorbsi energi surya ini
adalah amonia, sedangkan adsorber yang dipakai adalah kalsium klorida
(CaCl2). Adapun penjelasan tentang kalsium klorida (adsorber) yang
digunakan adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Kalsium klorida (Adsorber)
Kalsium klorida (CaCl2), merupakan salah satu jenis garam yang
terdiri dari unsur kalsium (Ca) dan klorin (Cl). Garam ini berwarna putih
dan mudah larut dalam air. Kalsium klorida tidak berbau, tidak berwarna,
dan tidak mudah terbakar. Kalsium klorida termasuk dalam tipe ion
halida, dan padat pada suhu kamar. Karena sifat higroskopisnya, kalsium
klorida harus disimpan dalam kontainer kedap udara rapat tertutup.
b. Kegunaan Kalsium Klorida
Kalsium klorida mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai
berikut:
1. Sebagai zat pengering (Dessicant)
Karena sifat higroskopisnya, kalsium klorida sering digunakan
dalam pengering tabung untuk menghilangkan uap air. hal ini
digunakan untuk mengeringkan rumput laut, yang kemudian
digunakan untuk menghasilkan abu soda. Kalsium klorida telah
disetujui oleh FDA (Food And Drug Administrator) sebagai bahan
kemasan untuk memastikan kekeringan. Zat ini juga dapat digunakan
untuk mengikat partikel debu dan menjaga kelembaban pada
permukaan jalan beraspal.
2. Sebagai zat pencair es (De-icing)
Dengan menekan titik beku, kalsium klorida digunakan untuk
mencegah terbentuknya es dan untuk mencairkan es pada permukaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
jalan. Tidak seperti natrium klorida yang lebih umum digunakan,
kalsium klorida relatif tidak berbahaya untuk tanaman dan tanah.
Pemakaian kalsium klorida juga lebih efektif pada suhu yang lebih
rendah daripada natrium klorida.
3. Sebagai sumber ion kalsium
Kalsium klorida umumnya ditambahkan untuk meningkatkan
jumlah kalsium terlarut dalam air kolam renang. Hal ini dapat
mengurangi erosi beton di kolam renang.
4. Sebagai zat aditif dalam industri makanan
Kalsium klorida telah terdaftar sebagai zat aditif dalam
makanan. Rata-rata konsumsi kalsium klorida sebagai bahan tambahan
pangan adalah sekitar 160-345mg/hari untuk individu. Kalsium klorida
juga digunakan sebagai zat pengawet dalam sayuran kalengan, dalam
pemrosesan dadih kacang kedelai menjadi tahu dan dalam
memproduksi pengganti kaviar dari jus sayuran atau buah.
5. Kalsium klorida dapat digunakan sebagai zat aditif dalam pemrosesan
plastik, pipa dan semen.
Kemampuan kalsium klorida untuk menyerap banyak cairan
merupakan salah satu kualitas yang membuatnya begitu serbaguna. Hal inilah
juga yang menjadi alasan penggunaan kalsium klorida sebagai adsorber alat
pendingin yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Kalsium klorida yang digunakan berbentuk serpih, bentuk ini dipilih
karena yang berbentuk serpih memiliki kandungan air yang lebih banyak dan
kurang kalsium, sehingga penyerapan amonia oleh kalsium klorida berbentuk
serpih dapat lebih maksimal dibandingkan dengan bentuk pellet dan bubuk.
Gambar 2.2.1. Kalsium klorida
c. Proses Pembuatan Kalsium Klorida
kalsium klorida (CaCl2) diproduksi secara komersial dengan
berbagai proses, antara lain :
1. Proses pemurnian dari air garam alami
Proses pemurnian ini merupakan proses yang paling sederhana
dalam pembuatan kalsium klorida, tetapi kemurnian kalsium klorida
dari proses ini sangatlah rendah, yaitu di bawah 10%. Air garam alami
dalam hal ini air laut, mengandung kalsium, magnesium, natrium,
klorida, bromida dan ion lainnya. Dalam proses yang lebih tua,
elektrolisis digunakan untuk menghilangkan bromida. Pada zaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
sekarang, larutan garam ini ditambahi dengan gas klorin untuk
mengoksidasi bromida ke bromin. Bromin tersebut kemudian ditiup
keluar dari larutan dengan udara dan dikumpulkan sebagai bromin
bebas atau sebagai bromida. Gas klorin, digunakan dalam proses
pemurnian, tapi terbuang dengan pemanasan air garam sebelum
kalsium klorida terisolasi. Pada kondisi ini, kalsium klorida dari air
garam alam tidak berubah secara kimia. Larutan tersebut kemudian
ditambahi dengan kalsium oksida untuk membuat larutan garam
tersebut bersifat alkali. Kalsium oksida yang ditambahkan diperoleh
dari bahan batu kapur (CaCO3) melalui proses pemanasan secara
kalsinasi. Ketika kapur ditambahkan ke larutan air garam, magnesium
hidroksida yang tidak larut akan mengendap dan tersaring. Beberapa
batu kapur yang ditambahkan tetap berada dalam air garam sebanyak
0,2% dan terisolasi dengan produk kalsium klorida akhir. Larutan air
garam kemudian dipekatkan lebih lanjut melalui evaporasi. Karena
natrium klorida kurang larut dibandingkan kalsium klorida, natrium
klorida akan mengendap dan kemudian disaring. Kalsium klorida tidak
terpengaruh pada langkah ini. Larutan kalsium klorida yang tersisa
akan dipekatkan dan dikeringkan.
2. Proses solvay
Metode yang paling umum untuk menghasilkan kalsium
klorida "sintetik" adalah proses Solvay. Bahan baku dasar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
digunakan adalah batu kapur dan larutan garam (natrium klorida)
dengan katalis amoniak. Natrium karbonat (Na2CO3), juga dikenal
dengan nama soda abu dapat diproduksi dengan proses Solvay. Soda
abu ini dapat digunakan dalam pemrosesan gelas, sabun, detergen,
pulp dan kertas. Proses ini melibatkan banyak reaksi dan konsentrasi
kalsium klorida yang dihasilkan dari proses ini juga rendah, yaitu
sekitar 10-15%.
3. Proses pembuatan dari batu kapur dan asam klorida
Proses ini merupakan proses pembuatan kalsium klorida yang
paling umum digunakan di seluruh dunia, disebabkan karena bahan
baku yang tersedia banyak dan murah. Batu kapur dapat direaksikan
dengan larutan asam klorida menghasilkan kalsium klorida,
magnesium klorida, karbon dioksida dan air. Asam klorida dicampur
dengan batu kapur di dalam reaktor pada temperatur ruang sekitar 32
oC dan tekanan 1 atm. Adapun konsentrasi asam klorida yang
digunakan adalah maksimum 37%, dan konsentrasi CaCl2 dalam
larutan yang dihasilkan adalah sekitar 36%. Semakin tinggi
konsentrasi asam klorida yang digunakan, maka semakin tinggi
konsentrasi produk kalsium klorida yang dihasilkan. Dalam proses ini,
senyawa magnesium hidroksida juga dihasilkan sebagai produk
samping dengan penambahan larutan alkali. Proses penguapan lebih
lanjut juga diperlukan untuk menghilangkan kadar air dalam kalsium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
klorida sehingga kalsium klorida yang dihasilkan lebih murni.
Kemudian proses pengeringan dibutuhkan untuk menghasilkan produk
kalsium klorida dalam bentuk serbuk.
Selain menggunakan amonia-CaCl2, masih banyak pasangan refrijeran
lain yang dapat digunakan pada sistem pendingin adsorbsi maupun absorbsi,
antara lain :
1. Air-Litium bromida
Sistem air-litium bromida banyak digunakan untuk pengkondisian
udara dimana suhu evaporasi berada di atas 0 ºC. Litium Bromida (LiBr)
adalah suatu kristal garam padat yang dapat menyerap uap air, itulah
sebabnya Litium bromida dapat digunakan sebagai adsorber pada sistem
pendingin adsorbsi
2. Amonia-Air
Sistem amonia-air digunakan secara luas untuk mesin pendingin
berskala kecil (perumahan) maupun industri, yang mana suhu evaporasi
yang dibutuhkan mendekati atau di bawah 0 ºC. Sistem amonia-air
mempunyai hampir seluruh kriteria yang diperlukan di atas, kecuali bahwa
zat-zat tersebut dapat bersifat korosif terhadap tembaga dan logam
campuran, serta sifat amonia yang sedikit beracun sehingga membatasi
penggunaannya untuk pengkondisian udara. Kelemahan sistem amonia-air
yang paling utama adalah air yang juga mudah menguap sehingga amonia
yang berfungsi sebagai refrigeran masih mengandung uap air pada saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
keluar dari generator dan masuk ke evaporator melalui kondensor.
Keadaan ini dapat menyebabkan uap air meninggalkan panas di
evaporator dan meningkatkan suhunya sehingga dapat menurunkan efek
pendinginan. Untuk menghindari hal itu, mesin pendingin absorbsi dengan
sistem amonia-air umumnya dilengkapi dengan rectifier dan analyze,
seperti ditunjukkan Gambar 2.2.2.
Gambar 2.2.2. Siklus sistem pendingin absorbsi kontinyu amonia-air
Amonia yang masih mengandung uap air dari generator melalui
rectifier, suatu mekanisme yang bekerja seperti kondensor akibat adanya
arus balik uap air dari analyzer. Di sini, uap air yangmempunyai suhu
jenuh yang lebih tinggi diembunkan dan dikembalikan ke generator.
Selanjutnya amonia dan sejumlah kecil uap air diteruskan ke analyzer,
dimana uap air dan sebagian kecil amonia diembunkan dan dikembalikan
ke generator melalui rectifier, sedangkan amonia diteruskan ke kondensor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Analyzer pada prinsipnya adalah suatu kolom distilasi, yang umumnya
menggunakan air pendingin dari kondensor sebagai media pendingin.
3. Zeolit-Air
Zeolit memiliki beberapa sifat, berikut adalah sifatnya sebagai
adsorbsi : Pada keadaan normal, ruang hampa dalam kristal zeolit terisi
oleh molekul air bebas yang berada disekitar kation. Bila Kristal zeolit
dipanaskan pada suhu sekitar 300-400 C air tersebut akan keluar
sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan.
Dehidrasi menyebabkan zeolit mempunyai struktur pori yang sangat
terbuka, dan mempunyai luas permukaan internal yang luas sehingga
mampu mengadsorbsi sejumlah besar subtansi selain air dan mampu
memisahkan molekul zat berdasarkan ukuran molekul dan kepolarannya.
Karena sifatnya yang mampu mengadsorbsi uap dan gas maka zeolit biasa
digunakan sebagai adsorber sistem pendingin adsorbsi.
Kalsium klorida (CaCl2) merupakan adsorber yang dipakai pada
sistem pendingin pada penelitian ini, sedangkan refrijeran yang dipakai
adalah amonia. Berikut ini ada beberapa contoh sifat dan kegunaan
amonia pada umumnya, sebagai berikut :
d. Amonia (refrijeran)
Amonia (NH3), adalah gas beracun dan tak bewarna dengan bau
mengiritasi yang khas. Walaupun gas ini digunakan dalam banyak kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sebagai larutan amonia dalam air, yakni dengan dilarutkan dalam air,
amonia cair juga digunakan sebagai pelarut non-air untuk reaksi
khusus. Amonia juga digunakan sebagai refrigeran (di lemari pendingin),
selain itu dalam pembuatan polimer dan bahan letupan.
e. Sifat-sifat Amonia
Selain memiliki bau khas yang menyengat, ada beberapa sifat lain
dari amonia, yaitu:
1. Titik beku -77,74 C dan titik didih -33,5 C.
2. Pada suhu dan tekanan biasa bersifat gas dan tidak berwarna,
beratnya lebih ringan dari udara dan baunya menyengat.
3. Amonia memiliki sifat basa, larutan amonia yang pekat
mengandung 28%-29% amonia pada suhu 25 C.
4. Amonia bersifat korosif pada tembaga dan timah
5. Amoniak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, karena dapat
menimbulkan iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung,
tenggorokan mata dan paru-paru serta dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan.
f. Manfaat Dan Kegunaan Amonia
Amonia umum digunakan sebagai bahan pembuat obat-obatan,
amonia yang dilarutkan dalam air dapat digunakan untuk membersihkan
berbagai perkakas rumah tangga, zat ini juga digunakan sebagai campuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pembuat pupuk untuk menyediakan unsur nitrogen bagi tanaman, Amonia
juga dapat digunakan sebagai refrijeran dalam sistem pendingin. Namun
dalam penggunannya, diperlukan kehati-hatian karena konsentrasi tinggi
amonia bisa sangat berbahaya bila terhirup, tertelan, atau tersentuh.
2.3 Reflektor
Refektor surya yang digunakan adalah reflektor parabola silinder,
adapun fungsi dari reflektor ini adalah memanfaatkan energi surya sebagai
sumber energi utama. Ketika cahaya matahari menimpa reflektor, sebagian
cahaya akan dipantulkan ke generator dan proses desorbsipun akan
berlangsung. Jenis reflektor yang digunakan merupakan jenis Concentrating
Collector, jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas
pada temperatur antara 100°–400 °C. reflektor surya jenis ini mampu
memfokuskan energi radiasi cahaya matahari pada suatu penerima, dalam hal
ini merupakan generator, sehingga dapat meningkatkan kuantitas energi panas
yang diserap oleh adsorber. Spesifikasi jenis ini dapat dikenali dari adanya
komponen reflektor yang terbuat dari material dengan reflektifitas yang
tinggi. reflektor surya dapat didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas
yang menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan radiasi surya sebagai
sumber energi utama, ketika radiasi surya menimpa alluminium foil pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
reflektor, maka akan di fokuskan ke sebuah titik, dalam hal ini adalah tabung
generator.
Gambar 2.3.1. Reflektor memantulkan energi surya ke generator
Gambar 2.3.2. Reflektor parabola silinder
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Agar energi surya selalu dapat difokuskan terhadap generator, maka
reflektor harus dirotasi agar titik focus pantulan tetap dapat selalu terfokus
pada generator.
Salah satu keuntungan penggunaan reflektor parabola silinder line
focus ini adalah penggunaannya relatif lebih mudah, ini dikarenakan reflektor
yang dipakai tidak harus selalu mengikuti pergerakan matahari dalam setiap
jamnya. Berbeda dengan jenis reflektor parabola piringan yang harus selalu
mengikuti pergerakan matahari, pergerakan ini dimaksudkan agar pantulan
energi surya yang telah diterima reflektor dapat tetap terfokus pada alat
yang dipanaskan.
Selain reflektor parabola silinder, masih banyak reflektor ataupun
kolektor yang dapat diaplikasikan pada sistem pendingin ini, antara lain :
1. Kolektor plat datar konvensional
Kolektor surya plat datar bisa memanfaatkan paparan radiasi surya
melalui sorotan langsung dan juga sebaran, tidak memerlukan tracking surya
atau perubahan posisi mengikuti surya dan juga karena desainnya yang
sederhana, hanya sedikit memerlukan perawatan dan biaya pembuatan,
kolektor ini dapat menghasilkan suhu antara 70-80 oC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 2.3.3 kolektor plat datar konvensional
2. Reflektor parabola piringan
Sebuah reflektor parabola (piring atau cermin) adalah perangkat
reflektif digunakan untuk mengumpulkan atau memproyeksikan energi,
seperti cahaya, suara atau gelombang radio. Bentuknya seperti parabola yang
melingkar, yaitu permukaan yang dihasilkan oleh parabola berputar di sekitar
porosnya.
Reflektor jenis ini memiliki rasio keonsentrasi lebih tinggi dari
parabolik surya, reflektor jenis ini selalu mengarah lurus ke matahari dan
memusatkan energi surya pada titik fokus piring. Kelemahan jenis reflektor
ini adalah peergerakannya yang harus selalu mengikuti matahari, sehingga
diperlukan alat yang dapat melacak pergerakan matahari atau pergerakan
secara manual.
26
Gambar 2.3.3 kolektor plat datar konvensional
2. Reflektor parabola piringan
Sebuah reflektor parabola (piring atau cermin) adalah perangkat
reflektif digunakan untuk mengumpulkan atau memproyeksikan energi,
seperti cahaya, suara atau gelombang radio. Bentuknya seperti parabola yang
melingkar, yaitu permukaan yang dihasilkan oleh parabola berputar di sekitar
porosnya.
Reflektor jenis ini memiliki rasio keonsentrasi lebih tinggi dari
parabolik surya, reflektor jenis ini selalu mengarah lurus ke matahari dan
memusatkan energi surya pada titik fokus piring. Kelemahan jenis reflektor
ini adalah peergerakannya yang harus selalu mengikuti matahari, sehingga
diperlukan alat yang dapat melacak pergerakan matahari atau pergerakan
secara manual.
26
Gambar 2.3.3 kolektor plat datar konvensional
2. Reflektor parabola piringan
Sebuah reflektor parabola (piring atau cermin) adalah perangkat
reflektif digunakan untuk mengumpulkan atau memproyeksikan energi,
seperti cahaya, suara atau gelombang radio. Bentuknya seperti parabola yang
melingkar, yaitu permukaan yang dihasilkan oleh parabola berputar di sekitar
porosnya.
Reflektor jenis ini memiliki rasio keonsentrasi lebih tinggi dari
parabolik surya, reflektor jenis ini selalu mengarah lurus ke matahari dan
memusatkan energi surya pada titik fokus piring. Kelemahan jenis reflektor
ini adalah peergerakannya yang harus selalu mengikuti matahari, sehingga
diperlukan alat yang dapat melacak pergerakan matahari atau pergerakan
secara manual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gambar 2.3.4. Reflektor parabola piringan
3. Kolektor tabung vakum (evacuated tube collector)
Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih
tinggi, keistimewaannya terletak pada efisiensi transfer panasnya yang
tinggi tetapi faktor kehilangan panasnya yang relatif rendah. Hal ini
dikarenakan fluida yang terjebak diantara absorber dan penutupnya
dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga mampu meminimalisasi
kehilangan panas yang terjadi secara konveksi dari permukaan luar absorber
menuju lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 2.3.5. kolektor tabung vakum.
2.4 Penelitian yang Pernah Dilakukan
Penelitian sistem pendingin absorbsi menggunakan refrijeran amonia
air dengan penggerak panas bumi (Ayala, 1994) yang menghasilkan
temperatur pemanasan 90 C-145 C di Meksiko untuk pendingin hasil
pertanian menghasilkan kapasitas pendinginan sebesar 10,5kW. Modifikasi
sistem ini dengan menggunakan refrijeran amonia-litium nitrat menghasilkan
temperatur pendinginan 0 C-10 C. penelitian untuk mengetahui unjuk kerja
pendingin absorbsi kecil dengan pasangan refrijeran (i) air-litium klorida dan
(ii) air-litium klorida/litium klorida (dengan perbandingan berat 1:1). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan untuk temperatur evaporator yang sama
refrijeran air-Libr/LiCl memerlukan temperatur pemanasan yang lebih kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Penelitian pendingin absorbsi menggunakan refrijeran litium bromide-air
(Best, 2007) menunjukkan jika campuran refrijeran yang digunakan semakin
jenuh maka temperatur sumber panas yang digunakan dapat semakin tinggi
tanpa resiko terjadinya kristalisasi. Dengan semakin tingginya temperatur
sumber panas yang digunakan, maka temperatur pendinginan yang dihasilkan
dapat semakin rendah. Penelitian pendingin absorbsi menggunakan refrijeran
air-litium bromida (Eisa, 2007), penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh perubahan kondisi kerja pada unjuk kerja yang dihasilkan. Hasil
yang didapat menunjukkan parameter yang penting adalah temperatur
pemanasan dan perbandingan laju aliran. Semakin tinggi temperatur
pemanasan semakin tinggi unjuk kerja yang dihasilkan. Laju aliran yang lebih
besar memerlukan temperatur generator yang lebih tinggi. Penelitian
pendingin absorbsi menggunakan refrijeran baru yakni 2,2,2-trifluoroethanol
(TFE)-N-methylpyrolidone (NMP) (Shiming, 2001). Refrijeran baru ini
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan refrijeran klasik seperti H2O-
LiBr dan HNO3-H2O. keunggulan refrijeran baru tersebut adalah dapat
menghasilkan temperatur yang lebih rendah dengan menggunakan energi
pemanas yang lebih sedikit. Keunggulan ini disebabkan terutama karena sifat
refrijeran TFE-NMP tidak mengalami kristalisasi, tekanan kerja yang rendah,
temperatur pembekuan yang rendah dan kestabilan termal yang baik pada
temperatur temperatur tinggi. Studi untuk mengetahui karakteristik alat
pendingin energi surya (Ali, 2002) pada sebuah prototype menghasilkan COP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sebesar 19%. Beberapa penelitian pendingin adsorpsi menggunakan zeolit-air
(Hinotani, 1983) mendapatkan bahwa harga COP sistem pendingin adsorpsi
surya menggunakan zeolit-air akan medekati konstan pada temperatur
pemanasan 160 OC atau lebih. eksperimen sistem pendingin absorpsi surya
menggunakan zeolit-air (Grenier, 1983) melakukan dan mendapatkan harga
COP sebesar 0,12.
Penelitian lainnya mengenai sistem pendingin dengan menggunakan
refrijeran amonia-air, juga pernah dilakukan dimana pada penelitian tersebut
digunakan generator horisontal yang tercelup sebagai absorbernya (Prastowo,
2010). Variasi yang dilakukan adalah dengan memvariasikan sistem
pendinginan evaporator, konsentrasi amonia dan tekanan evaporator. Hasil
penelitian tersebut menyimpulkan beberapa hal, antara lain, bahwa semakin
rendah konsentrasi amonia yang digunakan maka akan semakin cepat juga uap
amonia diserap oleh absorber pada proses absorbsi sehingga jangka waktu
pendinginanya juga akan semakin cepat. Selain itu didapatkan juga
kesimpulan, bahwa, semakin tinggi tekanan evaporator dan kemampuan
pendingin evaporator, maka semakin banyak pula uap amonia yang
terdesorbsi, sehingga kalor yang terserap oleh uap amonia saat proses absorbsi
juga semakin banyak, hal ini menyebabkan temperatur evaporator menjadi
rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Skema Alat
Alat yang dibuat meliputi berbagai bagian yang bisa dirangkai menjadi
satu. Di bawah ini adalah skema gambar yang telah dibuat :
Gambar 3.1 Skema alat pendingin adsorbsi
Keterangan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
1. Generator2. Reflektor3. Manometer4. Kondensor5. Bak penampung air6. Torong7. Keran8. Kotak pendingin9. Evaporator
3.2 Variabel Yang Diukur
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.2 Titik-titik pengambilan data
Keterangan :
G
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
1. Temperatur generator (T1)2. Temperatur kondensor (T2)3. Temperatur evaporator (T3)4. Temperatur ruangan kotak pendingin (T4)5. Tekanan generator (P1)6. Tekanan evaporator (P2)7. Energi surya (G)8. Waktu pencatatan data (t)
3.3 Langkah Penelitian
Ada beberapa langkah dalam melakukan penelitian sistem pendingin
ini, berikut langkah-langkah yang dilakukan :
1. Penelitian diawali dengan penyiapan alat seperti Gambar 3.1
2. Generator diisi dengan kalsium klorida sebanyak 6 kg
3. Alat dipasang termokopel pada tempat yang diukur suhunya
4. Alat divakumkan menggunakan pompa vakum
5. Evaporator diisi dengan amonia cair sebanyak 3,8 liter, kemudian
evaporator dipanaskan menggunakan kompor listrik. Pemanasan ini
bertujuan untuk memisahkan gas amonia agar terpisah dari campuran
awalnya yaitu air. Amonia yang telah menguap akan mengalir masuk ke
dalam generator dan terserap oleh kalsium klorida. Pemisahan amonia ini
berlangsung selama beberapa jam sampai amonia yang bercampur dengan
air dapat teruapkan seluruhnya. Temperatur evaporator dijaga agar tidak
melebihi temperatur 70C dengan cara mengatur temperatur pada kompor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
listrik. Hal ini diperlukan agar air yang bercampur dengan amonia tidak
ikut menguap dan masuk ke dalam generator. Setelah itu keran yang
berada di atas evaporator ditutup agar amonia tidak kembali ke dalam
evaporator.
6. Evaporator dilepas dari rangkaian agar sisa air yang ada di dalamnya dapat
dibuang dan dikosongkan. Setelah air di dalam evaporator telah dibuang
dan evaporator dalam kondisi kering maka evaporator dirangkai kembali
kemudian divakum menggunakan pompa vakum.
7. Pengambilan data dilakukan selama 3 hari berturut-turut, pengambilan
data dimulai pada saat proses desorbsi dan adsorbsi dimulai. pada saat
proses desorbsi berlangsung, generator dipanaskan menggunakan reflektor
dan kondensor yang berbentuk spiral dicelup dalam fluida pendingin yang
membantu proses kondensasi. Pada proses ini tabung evaporator
diletakkan di dalam kotak pendingin tanpa fluida pendingin. Setelah
tekanan yang diinginkan terpenuhi maka keran di atas evaporator di tutup,
dan generator dibiarkan dingin sampai temperatur pada generator
mencapai temperatur lingkungan. Tabung evaporator masih berada di
dalam kotak pendingin. Setelah itu dilakukan proses adsorbsi dengan
membuka keran sehingga amonia yang berada pada tabung evaporator
terserap oleh adsorber di tabung generator dan proses pendinginanpun
terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
8. Pengambilan data desorbsi dilakukan tiap 15 menit dan adsorbsi tiap 5
menit dengan mencatat disetiap titik yang diinginkan.
9. Data yang dicatat adalah temperatur generator (T1), temperatur kondensor
(T2), temperatur evaporator (T3), temperatur ruangan kotak pendingin
(T4), tekanan generator (P1), tekanan evaporator (P2), intensitas energi
surya (G) dan waktu pencatatan data (t).
Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan
dengan menggunakan persamaan (1). Analisa akan lebih mudah dilakukan
dengan membuat grafik:
1. Hubungan intensitas energi surya dan tekanan setiap data terhadap waktu.
2. Hubungan tekanan dan temperatur di bagian sistem pendingin.
3. Perbandingan temperatur evaporator dengan waktu pencatatan data.
4. Hubungan tempeatur kotak pendingin terhadap waktu pencatatan data.
5. Perbandingan COP atau unjuk kerja sistem untuk semua data.
3.4 Peralatan Pendukung
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian sistem pendingin
adsorbsi-CaCl2 ini adalah :
a. Penghitung Waktu (Stopwatch)
Digunakan untuk mengukur waktu pencatatan tekanan dan temperatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b. Kompor Listrik
Digunakan untuk memanaskan evaporator pada saat proses pemisahan
amonia.
c. Penampil Termokopel (Logger)
Digunakan untuk menampilkan nilai temperatur di setiap titik yang
terukur oleh termokopel.
d. Termokopel
Digunakan untuk pengukuran temperatur pada titik yang diinginkan.
e. Pengukur Energi Surya (Solar Meter)
Digunakan untuk mengukur radiasi surya
f. Ember
Digunakan untuk merendam kondensor saat proses desorbsi dan adsorbsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Penelitian
Pengambilan data pada penelitian alat pendingin adsorbsi energi surya
amonia-CaCl2 dilakukan sebanyak tiga kali, hal ini diperlukan untuk
mengetahui unjuk kerja alat pendingin adsorbsi yang diteliti.
Tabel 4.1. Data pertama proses desorbsi 5 Juli 2012
Waktu Energi(menit) surya (w/m²) P1 P2 t1 t2 t3 t4
0 0 847 -0.2 -0.20 38 28 33 291 15 832 -0.2 -0.20 91 27 28 302 30 884 -0.2 -0.20 106 27 27 293 45 897 -0.2 -0.20 112 27 28 294 60 890 -0.2 -0.20 114 27 28 325 75 946 -0.2 -0.20 122 20 27 296 90 870 -0.2 -0.20 114 25 33 297 105 822 4.6 4.75 101 31 35 308 120 839 4.9 5.00 106 27 38 329 135 831 4.9 5.00 104 27 38 40
10 150 846 4.9 5.10 105 29 34 3511 165 675 4.9 5.10 95 29 38 34
Tekanan (bar)no.
Suhu (C)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 4.2. Data pertama proses adsorbsi 6 Juli 2012
Tabel 4.3. Data kedua proses desorbsi 6 Juli 2012
waktu(menit) P1 P2 t1 t2 t3 t4 COP
0 0 -0.2 4.8 24 20 24 221 5 -0.2 1.5 25 20 12 19 0.962 10 -0.2 0.0 24 21 15 19 0.973 15 -0.2 0.0 26 20 17 19 0.974 20 -0.2 0.0 25 21 17 19 0.975 25 -0.2 0.0 27 21 18 19 0.976 30 -0.2 0.0 28 21 18 19 0.977 35 -0.2 0.0 29 21 19 19 0.978 40 -0.2 0.0 28 21 20 20 0.979 45 -0.2 0.0 29 22 19 19 0.97
10 50 -0.2 0.0 28 20 19 19 0.970.97COP RATA-RATA
no.Tekanan (bar) Suhu (°C)
Waktu Energi(menit ) surya (w/m²) P1 P2 t1 t2 t3 t4
0 0 172 -0.2 -0.2 35 26 26 261 15 860 0.0 0.5 62 27 29 262 30 128 0.7 1.0 81 26 27 273 45 915 0.5 0.7 61 25 25 264 60 844 1.2 1.4 97 21 27 275 75 862 1.2 1.4 88 21 27 276 90 727 1.6 1.9 100 25 28 287 105 802 2.0 2.1 104 26 28 278 120 531 2.2 2.3 107 27 29 309 135 187 2.3 2.5 110 27 27 29
no.Suhu (°C)Tekanan (bar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 4.4. Data kedua proses adsorbsi 7 Juli 2012
waktu(menit) P1 P2 t1 t2 t3 t4 COP
0 0 1.8 2 38 27 26 261 5 -0.2 0 42 27 19 26 0.93 0.932 10 -0.2 0 43 27 17 27 0.92 0.923 15 -0.2 0 46 27 19 27 0.92 0.924 20 -0.2 0 44 27 21 27 0.93 0.935 25 -0.2 0 43 27 22 27 0.93 0.936 30 -0.2 0 42 27 22 27 0.94 0.947 35 -0.2 0 42 27 22 27 0.94 0.948 40 -0.2 0 41 27 22 26 0.94 0.949 45 -0.2 0 40 27 22 27 0.94 0.94
10 50 -0.2 0 40 27 22 27 0.94 0.9411 55 -0.2 0 43 28 22 27 0.93 0.9312 60 -0.2 0 43 27 24 27 0.94 0.9413 65 -0.2 0 43 27 25 27 0.94 0.9414 70 -0.2 0 43 27 24 27 0.94 0.9415 75 -0.2 0 43 26 24 27 0.94 0.9416 80 -0.2 0 43 26 24 27 0.94 0.9417 85 -0.2 0 43 26 25 27 0.94 0.9418 90 -0.2 0 43 26 25 26 0.94 0.9419 95 -0.2 0 41 27 25 26 0.95 0.9520 100 -0.2 0 40 27 25 27 0.95 0.9521 105 -0.2 0 35 26 25 27 0.97 0.9722 110 -0.2 0 34 26 26 27 0.97 0.9723 115 -0.2 0 34 26 27 27 0.98 0.98
0.94 0.94
Tekanan (bar)
COP RATA-RATA
COPno.
Suhu (°C)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 4.5. Data ketiga proses desorbsi 7 Juli 2012
Tabel 4.6. Data ketiga proses adsorbsi 8 Juli 2012
waktu Energi(menit) surya (w/m²) P1 P2 t1 t2 t3 t4
0 0 819 -0.20 0.0 60 22 30 271 15 800 0.90 1.2 89 25 29 272 30 798 1.45 1.6 88 25 32 273 45 820 2.60 2.9 90 26 34 274 60 790 3.10 3.4 113 27 30 275 75 173 2.80 3.0 105 27 29 276 90 792 2.80 3.0 109 26 27 277 105 208 2.20 2.7 99 27 27 27
Tekanan (bar)no.
Suhu (°C)
waktu(menit) P1 P2 t1 t2 t3 t4 COP
0 0 -0.2 2.3 24 20 24 221 5 -0.2 0.0 22 20 14 19 0.972 10 -0.2 0.0 22 20 16 19 0.983 15 -0.2 0.0 22 20 17 19 0.984 20 -0.2 0.0 22 20 17 19 0.985 25 -0.2 0.0 22 20 17 19 0.986 30 -0.2 0.0 21 20 18 19 0.997 35 -0.2 0.0 22 20 18 19 0.998 40 -0.2 0.0 22 20 18 19 0.999 45 -0.2 0.0 22 20 19 19 0.99
10 50 -0.2 0.0 24 20 19 19 0.9811 55 -0.2 0.0 24 19 19 19 0.98
0.98COP RATA-RATA
Tekanan (bar)no.
Suhu (C)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Keterangan :
t : Waktu (menit)
P1 : Tekanan tabung generator (bar)
P2 : Tekanan tabung evaporator (bar)
T1 : Temperatur generator (℃)
T2 : Temperatur spiral/kondenser (℃)
T3 : Temperatur evaporator (℃)
T4 : Temperatur kotak pendingin (℃)
G : Energi surya (watt/m2)
4.2 Grafik Dan Pembahasan
Berdasarkan data penelitian, dapat dilihat bahwa proses pendinginan
telah mulai berlangsung, ditandai dengan turunnya temperatur evaporator saat
proses adsorbsi. Pendinginan dengan menggunakan siklus adsorbsi
berlangsung dalam beberapa proses, yaitu :
4.2.1. Proses desorbsi, yaitu proses pelepasan uap amonia dari adsorber
(kalsium klorida) melalui proses pengupan setelah tabung generator
dipanaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
4.2.2. Proses kondensasi, yaitu proses pendinginan dan pengembunan uap
amonia di dalam kondenser yang terdesorbsi menjadi amonia
cair di dalam evaporator.
4.3.3. Proses adsorbsi, yaitu proses penyerapan uap amonia oleh adsorber
(kalsium klorida). Saat proses adsorbsi ini berlangsung, amonia
yang berada di dalam evaporator akan terhisap ke dalam generator
karena adanya perbedaan tekanan. Saat terhisap amonia cair
akan menguap menjadi uap amonia. Proses penguapan amonia ini
akan menyerap kalor disekitar evaporator sehingga menyebabkan
temperatur evaporator turun dan menjadi dingin.
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali, ini
bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja yang dapat dicapai pada alat ini.
Tabel di atas merupakan proses perubahan suhu dan tekanan dari waktu
kewaktu, hasil tabel di atas dapat dilihat pada grafik-grafik perbandingan dari
ke 3 (tiga) data di bawah ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 4.2.1. Grafik tekanan dan energi surya terhadap waktu data pertama
pada ketiga data pemanasan yang telah dilakukan, data pertama
memiliki tekanan tertinggi dibandingkan tekanan pada data kedua dan
ketiga. Ini dapat dilihat dari Gambar 4.2.1, tekanan tertinggi yang dapat
dicapai sebesar 5,1 bar pada menit ke 165 dengan intensitas energi surya
sebesar 846 watt/m2. pada Gambar 4.2.1 dapat dilihat bahwa dengan
intensitas energi surya yang konstan dan tinggi, maka tekanan yang dapat
dihasilkan di evaporator pun akan tinggi, ini disebabkan oleh cukupnya panas
yang diterima oleh generator untuk memanaskan campuran amonia dan
CaCl2, sehingga dengan panas yang cukup besar itu maka uap amonia
yang dapat menguap ke evaporatorpun akan semakin banyak dan tekananpun
meningkat.
43
Gambar 4.2.1. Grafik tekanan dan energi surya terhadap waktu data pertama
pada ketiga data pemanasan yang telah dilakukan, data pertama
memiliki tekanan tertinggi dibandingkan tekanan pada data kedua dan
ketiga. Ini dapat dilihat dari Gambar 4.2.1, tekanan tertinggi yang dapat
dicapai sebesar 5,1 bar pada menit ke 165 dengan intensitas energi surya
sebesar 846 watt/m2. pada Gambar 4.2.1 dapat dilihat bahwa dengan
intensitas energi surya yang konstan dan tinggi, maka tekanan yang dapat
dihasilkan di evaporator pun akan tinggi, ini disebabkan oleh cukupnya panas
yang diterima oleh generator untuk memanaskan campuran amonia dan
CaCl2, sehingga dengan panas yang cukup besar itu maka uap amonia
yang dapat menguap ke evaporatorpun akan semakin banyak dan tekananpun
meningkat.
43
Gambar 4.2.1. Grafik tekanan dan energi surya terhadap waktu data pertama
pada ketiga data pemanasan yang telah dilakukan, data pertama
memiliki tekanan tertinggi dibandingkan tekanan pada data kedua dan
ketiga. Ini dapat dilihat dari Gambar 4.2.1, tekanan tertinggi yang dapat
dicapai sebesar 5,1 bar pada menit ke 165 dengan intensitas energi surya
sebesar 846 watt/m2. pada Gambar 4.2.1 dapat dilihat bahwa dengan
intensitas energi surya yang konstan dan tinggi, maka tekanan yang dapat
dihasilkan di evaporator pun akan tinggi, ini disebabkan oleh cukupnya panas
yang diterima oleh generator untuk memanaskan campuran amonia dan
CaCl2, sehingga dengan panas yang cukup besar itu maka uap amonia
yang dapat menguap ke evaporatorpun akan semakin banyak dan tekananpun
meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Selama proses pemanasan sampai menit ke 90, keran di evaporator
belum terbuka, sehingga tekanan yang dihasilkan selama 90 menit masih
dalam keadaan vakum. Pada menit ke 105 barulah keran dibuka, hal ini
disebabkan oleh kurangnya ketelitian sang peneliti dalam melakukan
penelitian data pertama.
Selain pengaruh intensitas energi surya, tekanan yang dihasilkan
evaporator pada saat proses desorbsi juga dapat dipengaruhi oleh
perbandingan amonia-CaCl2 yang digunakan. Semakin besar perbandingan
amonia-CaCl2 yang digunakan dan dengan tingkat energi surya yang
datang seperti pada penelitian data pertama, maka akan semakin besar pula
tekanan yang dapat dihasilkan di evaporator. Hal ini disebabkan karena akan
banyak amonia yang dapat terlepas dari adsorber ke dalam evaporator pada
saat proses desorbsi sehingga tekananpun dapat meningkat.
Gambar 4.2.2. Grafik tekanan dan intensitas energi surya terhadap waktu data kedua
44
Selama proses pemanasan sampai menit ke 90, keran di evaporator
belum terbuka, sehingga tekanan yang dihasilkan selama 90 menit masih
dalam keadaan vakum. Pada menit ke 105 barulah keran dibuka, hal ini
disebabkan oleh kurangnya ketelitian sang peneliti dalam melakukan
penelitian data pertama.
Selain pengaruh intensitas energi surya, tekanan yang dihasilkan
evaporator pada saat proses desorbsi juga dapat dipengaruhi oleh
perbandingan amonia-CaCl2 yang digunakan. Semakin besar perbandingan
amonia-CaCl2 yang digunakan dan dengan tingkat energi surya yang
datang seperti pada penelitian data pertama, maka akan semakin besar pula
tekanan yang dapat dihasilkan di evaporator. Hal ini disebabkan karena akan
banyak amonia yang dapat terlepas dari adsorber ke dalam evaporator pada
saat proses desorbsi sehingga tekananpun dapat meningkat.
Gambar 4.2.2. Grafik tekanan dan intensitas energi surya terhadap waktu data kedua
44
Selama proses pemanasan sampai menit ke 90, keran di evaporator
belum terbuka, sehingga tekanan yang dihasilkan selama 90 menit masih
dalam keadaan vakum. Pada menit ke 105 barulah keran dibuka, hal ini
disebabkan oleh kurangnya ketelitian sang peneliti dalam melakukan
penelitian data pertama.
Selain pengaruh intensitas energi surya, tekanan yang dihasilkan
evaporator pada saat proses desorbsi juga dapat dipengaruhi oleh
perbandingan amonia-CaCl2 yang digunakan. Semakin besar perbandingan
amonia-CaCl2 yang digunakan dan dengan tingkat energi surya yang
datang seperti pada penelitian data pertama, maka akan semakin besar pula
tekanan yang dapat dihasilkan di evaporator. Hal ini disebabkan karena akan
banyak amonia yang dapat terlepas dari adsorber ke dalam evaporator pada
saat proses desorbsi sehingga tekananpun dapat meningkat.
Gambar 4.2.2. Grafik tekanan dan intensitas energi surya terhadap waktu data kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dari Gambar 4.2.2 dapat dilihat bahwa pada proses desorbsi data
kedua ini, intensitas energi surya (titik berwarna biru) cenderung tidak
konstan, intensitas tertinggi yang tercatat sebesar 915 watt/m2 pada menit ke
45. Dan dapat dilihat pula bahwa tekanan tertinggi hanya mencapai 2,5 bar,
ini dikarenakan besarnya pemanasan yang diperlukan untuk menguapkan
amonia yang bercampur dengan kalsium klorida kurang. Hubungan tentang
tekanan dan energi surya ini dapat dibuktikan dari data menit ke 45 sampai
105, pada data di menit tersebut dapat kita lihat bahwa intensitas energi surya
yang datang cenderung tinggi dan konstan, sehingga tekanan yang dihasilkan
di evaporatorpun semakin meningkat. Berbeda dengan intensitas energi surya
pada menit ke 20 sampai 40, intensitas energi surya rendah sehingga
menyebabkan tekanan evaporator pada menit 40 menjadi rendah. Penurunan
tekanan oleh kurangnya energi surya yang datang dapat kita amati dari sifat
CaCl2 yang digunakan sebagai adsorber. Seperti yang kita ketahui CaCl2
memiliki sifat daya serap yang tinggi dan butuh pemanasan yang tinggi juga
untuk melepaskan fluida yang diserapnya, sehingga amonia yang awalnya
menguap ke evaporator dikarenakan pemanasan yang cukup, akan terserap
kembali ke adsorber di dalam generator karena kurangnya energi surya yang
diterima pada generator untuk memanaskan adsorber (CaCl2.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Gambar 4.2.3. Grafik tekanan dan intensitas energi surya terhadap waktu data ketiga
Pada Gambar 4.2.3, dapat dilihat bahwa tekanan (titik warna merah)
yang dihasilkan di evaporator semakin meningkat ketika intensitas energi
surya (titik warna biru) semakin meningkat dan konstan. Tekanan tertinggi
yang dicapai sebesar 3,4 bar pada menit ke 60 dan dicapai pada intensitas
energi surya sebesar 790 watt/m2. Setelah menit ke 60 tekanan kembali turun,
ini dikarenakan intensitas energi surya yang datang juga semakin kecil.
Seperti data pertama dan kedua, intensitas energi yang datang juga
mempengaruhi hasil tekanan pada penelitian data ketiga.
46
Gambar 4.2.3. Grafik tekanan dan intensitas energi surya terhadap waktu data ketiga
Pada Gambar 4.2.3, dapat dilihat bahwa tekanan (titik warna merah)
yang dihasilkan di evaporator semakin meningkat ketika intensitas energi
surya (titik warna biru) semakin meningkat dan konstan. Tekanan tertinggi
yang dicapai sebesar 3,4 bar pada menit ke 60 dan dicapai pada intensitas
energi surya sebesar 790 watt/m2. Setelah menit ke 60 tekanan kembali turun,
ini dikarenakan intensitas energi surya yang datang juga semakin kecil.
Seperti data pertama dan kedua, intensitas energi yang datang juga
mempengaruhi hasil tekanan pada penelitian data ketiga.
46
Gambar 4.2.3. Grafik tekanan dan intensitas energi surya terhadap waktu data ketiga
Pada Gambar 4.2.3, dapat dilihat bahwa tekanan (titik warna merah)
yang dihasilkan di evaporator semakin meningkat ketika intensitas energi
surya (titik warna biru) semakin meningkat dan konstan. Tekanan tertinggi
yang dicapai sebesar 3,4 bar pada menit ke 60 dan dicapai pada intensitas
energi surya sebesar 790 watt/m2. Setelah menit ke 60 tekanan kembali turun,
ini dikarenakan intensitas energi surya yang datang juga semakin kecil.
Seperti data pertama dan kedua, intensitas energi yang datang juga
mempengaruhi hasil tekanan pada penelitian data ketiga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 4.2.4. Grafik tekanan terhadap waktu dari ketiga data.
Pada Gambar 4.2.4, ada simbol A dan B yang dipakai pada grafik.
Simbol A merupakan lamanya proses desorbsi pada setiap data, sedangkan
simbol B merupakan lamanya proses adsorbsi atau pendinginan berlangsung
pada setiap data.
A B
A B
BA
47
Gambar 4.2.4. Grafik tekanan terhadap waktu dari ketiga data.
Pada Gambar 4.2.4, ada simbol A dan B yang dipakai pada grafik.
Simbol A merupakan lamanya proses desorbsi pada setiap data, sedangkan
simbol B merupakan lamanya proses adsorbsi atau pendinginan berlangsung
pada setiap data.
A B
A B
BA
47
Gambar 4.2.4. Grafik tekanan terhadap waktu dari ketiga data.
Pada Gambar 4.2.4, ada simbol A dan B yang dipakai pada grafik.
Simbol A merupakan lamanya proses desorbsi pada setiap data, sedangkan
simbol B merupakan lamanya proses adsorbsi atau pendinginan berlangsung
pada setiap data.
A B
A B
BA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 4.2.5. Grafik tekanan yang dicapai tiap data.
Dapat dilihat pada Gambar 4.2.4 tekanan dari ketiga data cukup
bervariasi, pada data kedua (garis warna merah) dapat dilihat waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh keseluruhan proses desorbsi sampai proses
adsorbsi dibutuhkan waktu selama 195 menit dan tekanan tertinggi yang
dicapai pada saat proses desorbsi mencapai 2,5 bar, kemudian pada data
ketiga (garis warna hijau) waktu yang diperlukan untuk menempuh
keseluruhan proses desorbsi sampai proses adsorbsi diperlukan waktu kurang
lebih 105 menit dan tekanan tertinggi yang dapat dicapai pada saat proses
desorbsi mencapai 2,7 bar, data pertama (garis warna biru) dapat dilihat pada
Gambar 4.2.4 garis berwarna biru mampu mencapai tekanan tertinggi dalam
tiga kali pengambilan data, tekanan yang dicapai sebesar 5,1 bar dan lama
keseluruhan proses desorbsi sampai proses adsorbsi dibutuhkan waktu selama
48
Gambar 4.2.5. Grafik tekanan yang dicapai tiap data.
Dapat dilihat pada Gambar 4.2.4 tekanan dari ketiga data cukup
bervariasi, pada data kedua (garis warna merah) dapat dilihat waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh keseluruhan proses desorbsi sampai proses
adsorbsi dibutuhkan waktu selama 195 menit dan tekanan tertinggi yang
dicapai pada saat proses desorbsi mencapai 2,5 bar, kemudian pada data
ketiga (garis warna hijau) waktu yang diperlukan untuk menempuh
keseluruhan proses desorbsi sampai proses adsorbsi diperlukan waktu kurang
lebih 105 menit dan tekanan tertinggi yang dapat dicapai pada saat proses
desorbsi mencapai 2,7 bar, data pertama (garis warna biru) dapat dilihat pada
Gambar 4.2.4 garis berwarna biru mampu mencapai tekanan tertinggi dalam
tiga kali pengambilan data, tekanan yang dicapai sebesar 5,1 bar dan lama
keseluruhan proses desorbsi sampai proses adsorbsi dibutuhkan waktu selama
48
Gambar 4.2.5. Grafik tekanan yang dicapai tiap data.
Dapat dilihat pada Gambar 4.2.4 tekanan dari ketiga data cukup
bervariasi, pada data kedua (garis warna merah) dapat dilihat waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh keseluruhan proses desorbsi sampai proses
adsorbsi dibutuhkan waktu selama 195 menit dan tekanan tertinggi yang
dicapai pada saat proses desorbsi mencapai 2,5 bar, kemudian pada data
ketiga (garis warna hijau) waktu yang diperlukan untuk menempuh
keseluruhan proses desorbsi sampai proses adsorbsi diperlukan waktu kurang
lebih 105 menit dan tekanan tertinggi yang dapat dicapai pada saat proses
desorbsi mencapai 2,7 bar, data pertama (garis warna biru) dapat dilihat pada
Gambar 4.2.4 garis berwarna biru mampu mencapai tekanan tertinggi dalam
tiga kali pengambilan data, tekanan yang dicapai sebesar 5,1 bar dan lama
keseluruhan proses desorbsi sampai proses adsorbsi dibutuhkan waktu selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
165 menit. Dapat dilihat pada Gambar 4.2.4, tekanan yang dicapai pada data
pertama lebih tinggi dari kedua data yang lain, ini disebabkan karena
intensitas energi surya yang diterima oleh reflektor dalam memanaskan
generator lebih besar dan konstan di bandingkan dengan kedua data lainnya.
Berbeda dengan data kedua dan ketiga, intensitas energi matahari yang
diterima oleh kolektor tidak sepenuhnya maksimal karena faktor cuaca seperti
mendung dan berawan. Selain itu, tekanan yang dihasilkanpun dapat
dipengaruhi oleh banyaknya kadar amonia di dalam ruang generator, semakin
besar kadar amonia di dalam generator, maka semakin besar pula tekanan
yang dapat dihasilkan di evaporator dan sebaliknya, hal ini juga tergantung
pada intensitas energi surya yang diterima oleh generator pada saat proses
pemanasan atau desorbsi.
Gambar 4.2.6. Grafik temperatur evaporator (T3) terhadap waktu
49
165 menit. Dapat dilihat pada Gambar 4.2.4, tekanan yang dicapai pada data
pertama lebih tinggi dari kedua data yang lain, ini disebabkan karena
intensitas energi surya yang diterima oleh reflektor dalam memanaskan
generator lebih besar dan konstan di bandingkan dengan kedua data lainnya.
Berbeda dengan data kedua dan ketiga, intensitas energi matahari yang
diterima oleh kolektor tidak sepenuhnya maksimal karena faktor cuaca seperti
mendung dan berawan. Selain itu, tekanan yang dihasilkanpun dapat
dipengaruhi oleh banyaknya kadar amonia di dalam ruang generator, semakin
besar kadar amonia di dalam generator, maka semakin besar pula tekanan
yang dapat dihasilkan di evaporator dan sebaliknya, hal ini juga tergantung
pada intensitas energi surya yang diterima oleh generator pada saat proses
pemanasan atau desorbsi.
Gambar 4.2.6. Grafik temperatur evaporator (T3) terhadap waktu
49
165 menit. Dapat dilihat pada Gambar 4.2.4, tekanan yang dicapai pada data
pertama lebih tinggi dari kedua data yang lain, ini disebabkan karena
intensitas energi surya yang diterima oleh reflektor dalam memanaskan
generator lebih besar dan konstan di bandingkan dengan kedua data lainnya.
Berbeda dengan data kedua dan ketiga, intensitas energi matahari yang
diterima oleh kolektor tidak sepenuhnya maksimal karena faktor cuaca seperti
mendung dan berawan. Selain itu, tekanan yang dihasilkanpun dapat
dipengaruhi oleh banyaknya kadar amonia di dalam ruang generator, semakin
besar kadar amonia di dalam generator, maka semakin besar pula tekanan
yang dapat dihasilkan di evaporator dan sebaliknya, hal ini juga tergantung
pada intensitas energi surya yang diterima oleh generator pada saat proses
pemanasan atau desorbsi.
Gambar 4.2.6. Grafik temperatur evaporator (T3) terhadap waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Gambar 4.2.7. Grafik Temperatur evaporator (T3)
Pada Gambar 4.2.6 data pertama (garis berwarna biru) temperatur
terendah yang dapat dicapai sebesar 12C. pada pengambilan data sebanyak
tiga kali, temperatur terendah dicapai oleh data pertama, ini disebabkan
tekanan pada data pertama lebih tinggi dibandingkan data kedua dan ketiga,
yaitu sebesar 5,1 bar, sehingga proses adsorbsi pun dapat berjalan dengan
baik. Hubungan tekanan dan temperatur evaporator pada saat proses adsorbsi
ini dapat kita amati dari perbedaan tekanan dan seberapa cepatnya adsorber
dapat menyerap refrijeran pada saat proses adsorbsi, dengan perbedaan yang
cukup besar antara tekanan di generator dengan di evaporator maka
perpindahan amonia ke adsorber akan berjalan dengan cepat, ini dikarenakan
selain perbedaan tekanan juga adanya sifat yang haus pada adosrber (CaCl2),
sifat haus ini merupakan sifat dimana adsorber benar-benar kering dan berada
pada kondisi tidak tercampur dengan amonia, sehingga mempunyai daya serap
50
Gambar 4.2.7. Grafik Temperatur evaporator (T3)
Pada Gambar 4.2.6 data pertama (garis berwarna biru) temperatur
terendah yang dapat dicapai sebesar 12C. pada pengambilan data sebanyak
tiga kali, temperatur terendah dicapai oleh data pertama, ini disebabkan
tekanan pada data pertama lebih tinggi dibandingkan data kedua dan ketiga,
yaitu sebesar 5,1 bar, sehingga proses adsorbsi pun dapat berjalan dengan
baik. Hubungan tekanan dan temperatur evaporator pada saat proses adsorbsi
ini dapat kita amati dari perbedaan tekanan dan seberapa cepatnya adsorber
dapat menyerap refrijeran pada saat proses adsorbsi, dengan perbedaan yang
cukup besar antara tekanan di generator dengan di evaporator maka
perpindahan amonia ke adsorber akan berjalan dengan cepat, ini dikarenakan
selain perbedaan tekanan juga adanya sifat yang haus pada adosrber (CaCl2),
sifat haus ini merupakan sifat dimana adsorber benar-benar kering dan berada
pada kondisi tidak tercampur dengan amonia, sehingga mempunyai daya serap
50
Gambar 4.2.7. Grafik Temperatur evaporator (T3)
Pada Gambar 4.2.6 data pertama (garis berwarna biru) temperatur
terendah yang dapat dicapai sebesar 12C. pada pengambilan data sebanyak
tiga kali, temperatur terendah dicapai oleh data pertama, ini disebabkan
tekanan pada data pertama lebih tinggi dibandingkan data kedua dan ketiga,
yaitu sebesar 5,1 bar, sehingga proses adsorbsi pun dapat berjalan dengan
baik. Hubungan tekanan dan temperatur evaporator pada saat proses adsorbsi
ini dapat kita amati dari perbedaan tekanan dan seberapa cepatnya adsorber
dapat menyerap refrijeran pada saat proses adsorbsi, dengan perbedaan yang
cukup besar antara tekanan di generator dengan di evaporator maka
perpindahan amonia ke adsorber akan berjalan dengan cepat, ini dikarenakan
selain perbedaan tekanan juga adanya sifat yang haus pada adosrber (CaCl2),
sifat haus ini merupakan sifat dimana adsorber benar-benar kering dan berada
pada kondisi tidak tercampur dengan amonia, sehingga mempunyai daya serap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
yang tinggi terhadap cairan atau fluida yang dalam hal ini merupakan amonia.
Tekanan yang lebih tinggi ini dicapai karena intensitas energi surya yang
diterima oleh generator melalui reflektor lebih tinggi dan cenderung konstan.
Proses pendinginan pada data pertama berlangsung selama 115 menit,
sedangkan data kedua dan ketiga hanya berlangsung sekitar 55 menit. Pada
data kedua proses adsorbsi yang berlangsung pada evaporator hanya mencapai
temperatur 17C, ini dikarenakan tekanan yang dicapai pada data kedua
rendah, hanya mencapai 2,5 bar, sehingga perbedaan tekanan antara generator
dan evaporator tidak terlalu besar yang berdampak pada kurangnya
penyerapan kalor disekitar evaporator, sehingga temperatur pendinginan yang
didapatkan pun kurang maksimal. Pada Gambar 4.2.6, data ketiga (garis
warna hijau) temperatur yang dapat dicapai sebesar 14C. Tekanan data ketiga
lebih kecil dibandingkan data kedua, namun mampu mencapai temperatur
yang lebih rendah dibandingkan data pertama. Ini disebabkan oleh
pengambilan data proses adsorbsi data ketiga lebih pagi dibandingkan data
kedua, sehingga generator masih dalam keadaan dingin sehingga amonia yang
berada di evaporator dapat terserap oleh CaCl2 secara maksimal tanpa adanya
pengaruh panas di generator.
Pengaruh tekanan pada saat proses pemanasan terhadap hasil
pendinginan di evaporator dapat kita amati : Tekanan di evaporator
yang dihasilkan pada saat proses pemanasan sama dengan banyaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
amonia yang dapat terlepas dari adsorbernya (CaCl2). Semakin baik energi
surya yang diterima pada saat proses pemanasan maka akan
mempermudah amonia dapat terlepas dari adsorber ke evaporator. Karena
semakin banyak amonia yang dapat berpindah ke evaporator maka tekanan di
evaporatorpun akan meningkat. Karena banyaknya amonia di dalam
evaporator yang menyebabkan tekanannya menjadi tinggi, maka akan dapat
mempengaruhi hasil temperatur pendinginan pada evaporator. Ini dikarenakan
semakin tinggi perbedaan tekanan pada evaporator dengan generator maka
kalor yang dapat diserap evaporator pada saat proses pendinginanpun akan
semakin besar, sehingga menyebabkan temperatur pada evaporator menjadi
sangat rendah.
Temperatur pada evaporator pada saat adsorbsi ini mempengaruhi
temperatur udara kotak pendingin yang dipasang bersama dengan evaporator.
Untuk mengetahui pengaruh suhu di dalam kotak pendingin dapat kita lihat
pada Gambar di bawah ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar 4.2.8. Grafik temperatur kotak pendingin (T4) terhadap waktu
Gambar 4.2.9. Grafik suhu terendah kotak pendingin (T4)
Pengaruh temperatur pendinginan pada evaporator terhadap ruangan
kotak pendingin disebabkan oleh kemampuan amonia sebagai refrijeran dalam
53
Gambar 4.2.8. Grafik temperatur kotak pendingin (T4) terhadap waktu
Gambar 4.2.9. Grafik suhu terendah kotak pendingin (T4)
Pengaruh temperatur pendinginan pada evaporator terhadap ruangan
kotak pendingin disebabkan oleh kemampuan amonia sebagai refrijeran dalam
53
Gambar 4.2.8. Grafik temperatur kotak pendingin (T4) terhadap waktu
Gambar 4.2.9. Grafik suhu terendah kotak pendingin (T4)
Pengaruh temperatur pendinginan pada evaporator terhadap ruangan
kotak pendingin disebabkan oleh kemampuan amonia sebagai refrijeran dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menyerap kalor di sekitar evaporator pada saat proses adsorbsi berlangsung,
sehingga temperatur kotak pendingin selama proses adsorbsi berlangsung bisa
hampir sama dengan temperatur pendinginan pada evaporator.
Dari Gambar 4.2.8 dapat diamati bahwa proses adsorbsi yang
berangsung selama beberapa waktu dapat mempengaruhi temperatur udara di
dalam kotak pendingin. Hal ini dapat dilihat dari data pertama (garis warna
biru), temperatur hanya mencapai 19C selama 50 menit dan cenderung naik
atau kembali pada temperatur lingkungan. Untuk data kedua (garis warna
merah), temperatur udara kotak pendingin mencapai 26C selama 115 menit
dan data ketiga (garis warna hijau), temperatur yang dicapai sebesar 19C
selama 55 menit. pada data pertama dan ketiga menghasilkan temperatur
kotak pendingin yang sama besar yaitu 19C, hal ini bukan berarti bahwa
tekanan awal pada saat proses adsorbsi berlangsung tidak berpengaruh, hal ini
lebih disebabkan oleh kontruksi kotak pendingin yang tidak tertutup rapat,
sehingga selain pengaruh adsorbsi, udara sekitarpun dapat mempengaruhi
temperatur udara di kotak pendingin.
Grafik selanjutnya merupakan grafik perbandingan COP rata-rata dari
setiap data. COP yang didapatkan diperoleh dari perhitungan menggunakan
persamaan (1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar 4.2.10. Grafik Perbandingan COP rata-rata
Pada Gambar 4.2.10, dapat dilihat COP yang dihasilkan selama
penelitian dilakukan. COP pada penelitian ini dihitung menggunakan
persamaan (1). COP yang dihasilkan dari semua penelitian memiliki selisih
yang kecil. Dari ketiga variasi yang dilakukan, COP tertinggi yang diperoleh
adalah 0,98 pada pengambilan data ketiga. COP yang dihasilkan pada
penelitian ini lebih tinggi dari penelitian serupa oleh Heribertus Hari Bekti
Pratama (COP:0,92), namun hasil yang didapatkan sama dengan penelitian
yang pernah dilakukan Anthiocus Songko (COP: 0,98) dan Budi Harianto
(COP:0,92). Kuat dugaan hal ini dipengaruhi oleh besarnya kerja pemanasan
pada pengambilan data pertama dan kedua, dapat dilihat dari temperatur
tertinggi yang dapat yang mencapai 122C pada data pertama dan 110 pada
data kedua. Dugaan ini semakin kuat jika melihat persamaan (1), dimana
55
Gambar 4.2.10. Grafik Perbandingan COP rata-rata
Pada Gambar 4.2.10, dapat dilihat COP yang dihasilkan selama
penelitian dilakukan. COP pada penelitian ini dihitung menggunakan
persamaan (1). COP yang dihasilkan dari semua penelitian memiliki selisih
yang kecil. Dari ketiga variasi yang dilakukan, COP tertinggi yang diperoleh
adalah 0,98 pada pengambilan data ketiga. COP yang dihasilkan pada
penelitian ini lebih tinggi dari penelitian serupa oleh Heribertus Hari Bekti
Pratama (COP:0,92), namun hasil yang didapatkan sama dengan penelitian
yang pernah dilakukan Anthiocus Songko (COP: 0,98) dan Budi Harianto
(COP:0,92). Kuat dugaan hal ini dipengaruhi oleh besarnya kerja pemanasan
pada pengambilan data pertama dan kedua, dapat dilihat dari temperatur
tertinggi yang dapat yang mencapai 122C pada data pertama dan 110 pada
data kedua. Dugaan ini semakin kuat jika melihat persamaan (1), dimana
55
Gambar 4.2.10. Grafik Perbandingan COP rata-rata
Pada Gambar 4.2.10, dapat dilihat COP yang dihasilkan selama
penelitian dilakukan. COP pada penelitian ini dihitung menggunakan
persamaan (1). COP yang dihasilkan dari semua penelitian memiliki selisih
yang kecil. Dari ketiga variasi yang dilakukan, COP tertinggi yang diperoleh
adalah 0,98 pada pengambilan data ketiga. COP yang dihasilkan pada
penelitian ini lebih tinggi dari penelitian serupa oleh Heribertus Hari Bekti
Pratama (COP:0,92), namun hasil yang didapatkan sama dengan penelitian
yang pernah dilakukan Anthiocus Songko (COP: 0,98) dan Budi Harianto
(COP:0,92). Kuat dugaan hal ini dipengaruhi oleh besarnya kerja pemanasan
pada pengambilan data pertama dan kedua, dapat dilihat dari temperatur
tertinggi yang dapat yang mencapai 122C pada data pertama dan 110 pada
data kedua. Dugaan ini semakin kuat jika melihat persamaan (1), dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
tertulis bahwa COP adalah hasil kerja pendinginan dibagi kerja pemanasan,
yang berarti semakin besar kerja pemanasan maka COP akan semakin kecil,
walaupun kerja pendinginannya cukup besar.
Untuk referensi lainnya tentang hubungan tekanan evaporator (P2)
terhadap waktu dan hubungan temperatur (T3) terhadap waktu, maka saya
mengambil data percobaan penelitian ke tiga (Nopi, 2012), berikut data dan
hasil yang diambil sebagai referensi :
Gambar 4.2.11. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas energi surya
Gambar 4.2.11 di atas merupakan grafik hubungan antara tekanan dan
intensitas energi surya data percobaan ketiga (Nopi,2012) dengan
perbandingan amonia-CaCl2 0,6. Didapatkan hasil tekanan pada evaporator
56
tertulis bahwa COP adalah hasil kerja pendinginan dibagi kerja pemanasan,
yang berarti semakin besar kerja pemanasan maka COP akan semakin kecil,
walaupun kerja pendinginannya cukup besar.
Untuk referensi lainnya tentang hubungan tekanan evaporator (P2)
terhadap waktu dan hubungan temperatur (T3) terhadap waktu, maka saya
mengambil data percobaan penelitian ke tiga (Nopi, 2012), berikut data dan
hasil yang diambil sebagai referensi :
Gambar 4.2.11. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas energi surya
Gambar 4.2.11 di atas merupakan grafik hubungan antara tekanan dan
intensitas energi surya data percobaan ketiga (Nopi,2012) dengan
perbandingan amonia-CaCl2 0,6. Didapatkan hasil tekanan pada evaporator
56
tertulis bahwa COP adalah hasil kerja pendinginan dibagi kerja pemanasan,
yang berarti semakin besar kerja pemanasan maka COP akan semakin kecil,
walaupun kerja pendinginannya cukup besar.
Untuk referensi lainnya tentang hubungan tekanan evaporator (P2)
terhadap waktu dan hubungan temperatur (T3) terhadap waktu, maka saya
mengambil data percobaan penelitian ke tiga (Nopi, 2012), berikut data dan
hasil yang diambil sebagai referensi :
Gambar 4.2.11. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas energi surya
Gambar 4.2.11 di atas merupakan grafik hubungan antara tekanan dan
intensitas energi surya data percobaan ketiga (Nopi,2012) dengan
perbandingan amonia-CaCl2 0,6. Didapatkan hasil tekanan pada evaporator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
sebesar 12 bar pada saat proses desorbsi. Hasil tekanan 12 bar ini merupakan
hasil tekanan tertinggi yang dapat dicapai oleh alat yang diteliti, hal ini
disebabkan oleh pemanasan yang maksimal pada proses desorbsi serta
dipengaruhi oleh banyaknya amonia yang ada di dalam sitem pendingin. Pada
Gambar 4.2.11 sangat jelas bahwa temperatur pemanasan sangat baik terbukti
dapat mencapai intensitas energi surya sebesar 1012 watt/m2. Penurunan
intensitas energi surya pada menit ke 105 tidak mempengaruhi tekanan di
evaporator, ini disebabkan oleh pada selang waktu 15 menit pengambilan data
cuaca tiba-tiba berawan, sehingga intensitas yang tercatat pun menjadi kecil
namun pada selang waktu 15 menit tersebut matahari belum tertutup oleh
awan, hanya pada saat pencatatan data sajalah kondisi matahari tertutup oleh
awan. Selain disebabkan oleh pemanasan yang maksimal, perbandingan
refrijeran yang dipakaipun sangat berpengaruh, pada percobaan ini
perbandingan amonia-CaCl2 0,6, Pengaruhnya adalah semakin baik
pemanasan pada saat adsorbsi dan semakin banyak perbandingan amonia-
CaCl2 yang berada di generator, maka akan semakin banyak pula amonia yang
dapat terlepas dari adsorber ke evaporator yang menyebabkan tekanan pada
evaporatorpun meningkat.
Dari hasil tekanan yang didapatkan, maka dapat kita amati pengaruh
tekanan terhadap hasil pendinginan yang terjadi pada saat proses adsorbsi.
Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Gambar 4.2.12. Grafik proses pendinginan evaporator
Dari Gambar 4.2.12 dapat dilihat temperatur terendah yang dapat
dicapai oleh sistem pendingin dengan tekanan pada saat proses pemanasan 12
bar dapat menghasilkan temperatur pendinginan pada saat proses absorbsi
sebesar 5C.
Dari hasil pendinginan ini dapat kita amati bahwa hasil kerja, baik
pada proses pendinginan maupun unjuk kerja (COP) sistem pendingin yang
dapat dicapai pada sistem pendingin adsorbsi ini dipengaruhi oleh besarnya
intensitas energi surya yang digunakan untuk pemanasan saat proses desorbsi,
tekanan yang tinggi yang dapat dihasilkan pada evaporator pada saat proses
desorbsi serta banyaknya perbandingan amonia-CaCl2 yang dipakai pada
generator.
58
Gambar 4.2.12. Grafik proses pendinginan evaporator
Dari Gambar 4.2.12 dapat dilihat temperatur terendah yang dapat
dicapai oleh sistem pendingin dengan tekanan pada saat proses pemanasan 12
bar dapat menghasilkan temperatur pendinginan pada saat proses absorbsi
sebesar 5C.
Dari hasil pendinginan ini dapat kita amati bahwa hasil kerja, baik
pada proses pendinginan maupun unjuk kerja (COP) sistem pendingin yang
dapat dicapai pada sistem pendingin adsorbsi ini dipengaruhi oleh besarnya
intensitas energi surya yang digunakan untuk pemanasan saat proses desorbsi,
tekanan yang tinggi yang dapat dihasilkan pada evaporator pada saat proses
desorbsi serta banyaknya perbandingan amonia-CaCl2 yang dipakai pada
generator.
58
Gambar 4.2.12. Grafik proses pendinginan evaporator
Dari Gambar 4.2.12 dapat dilihat temperatur terendah yang dapat
dicapai oleh sistem pendingin dengan tekanan pada saat proses pemanasan 12
bar dapat menghasilkan temperatur pendinginan pada saat proses absorbsi
sebesar 5C.
Dari hasil pendinginan ini dapat kita amati bahwa hasil kerja, baik
pada proses pendinginan maupun unjuk kerja (COP) sistem pendingin yang
dapat dicapai pada sistem pendingin adsorbsi ini dipengaruhi oleh besarnya
intensitas energi surya yang digunakan untuk pemanasan saat proses desorbsi,
tekanan yang tinggi yang dapat dihasilkan pada evaporator pada saat proses
desorbsi serta banyaknya perbandingan amonia-CaCl2 yang dipakai pada
generator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Telah berhasil dibuat sistem pendingin adsorbsi amonia-CaCl2.
2. Temperatur pendinginan terendah yang bisa tercatat adalah 12 oC.
3. COP atau unjuk kerja terbaik yang dihasilkan pada penelitian ini adalah
0,98, yaitu COP pada data ketiga.
5.2 Saran
1. Proses pendingin sistem adsorbsi membutuhkan tekanan yang tinggi, oleh
karena itu akan lebih baik apabila dibuat alat pendingin adsorbsi yang
tahan terhadap tekanan tinggi.
2. Volume amonia dapat ditambah menjadi lebih banyak, agar evaporator
dapat mencapai tekanan maksimum pada proses pemanasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3. Bagi peneliti lain yang akan meneliti pendingin siklus adsorbsi, pendingin
siklus adsorbsi ini juga dapat menggunakan refrigeran dan abosrber lainnya
selain amonia dan CaCl2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
DAFTAR PUSTAKA
Ali R., Ghalban E, 2002, Operational Results of an Intermittent Absorption
Cooling Unit, International Journal of Energy Research 26 (9):825-835 (2002)
Ayala R., Frias J. L., Lam L., Heard C. L., Holland F. A, 1994, Experimental
assessment of an ammonia/lithium nitrate absorption cooler operated on low
temperature geothermal energy. Heat recovery systems & CHP ISSN 0890-4332
CODEN HRSCEQ, 1994, vol. 14, no4, pp. 437-446 (5 ref.)
Arismunandar, Wiranto, 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta, Pradnya
Paramita.
Best, R., Holland, F.A, 2007, A study of the operating characteristics of an
experimental absorption cooler using ternary systems, International Journal of
Energy Research, Volume 14 Issue 5, Pages 553 – 561 2007
Eisa M.A.R., Holland, F.A, 2007, A study of the operating parameters in a water-
lithium bromide absorption cooler, International Journal of Energy Research,
Volume 10 Issue 2, Pages 137 – 144 2007
Grenier, Ph, 1983, Experimental Result on a 12 m3 Solar Powered Cold Store
Using the Intermittent Zeolite 13x-Water Cycle. Solar World Congress, Pergamon
Press, pp. 353-358, 1984
Hinotani, K, 1983, Development of Solar Actuated Zeolite Refrigeration System.
Solar World Congress, Vol.1, Pergamon Press, pp. 527-531.
http://ismantoalpha.blogspot.com/2009/12/macam-macam-kolektor-surya.html,
diakses pada tanggal 4 agustus 2012
http://oketips.com/18207/amonia-sifat-kimia-ph-dan-kegunaannya, diakses pada
tanggal 4 agustus 2012
http://www.scribd.com/doc/50839960/Pengertian-Adsorpsi-njung, diakses pada
tanggal 5 agustus 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
http://www.scribd.com/doc/91732337/Prinsip-Kerja-Mesin-Pendingin, diakses
pada tanggal 6 agustus 2012
Nainggolan,S.W, 1976, Teori soal penyelesaian thermodinamika. Bandung.
Nopi, M, 2012. Studi Eksperimental Pendingin Adsorbsi Amonia-CaCl2 Energi
Surya Menggunakan Perbandingan Amonia-CaCl2 0,6, Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma
Prastowo, A. S. P, 2010. Pendingin Absorbsi Amonia-Air Generator Horisontal
Tercelup, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
LAMPIRAN
Alat pendingin adsorbsi amonia-CaCl2
Pengujian tekan air terhadap kekuatan generator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Merangkai kerangka penopang kondensor dan evaporator
Proses pembuatan reflektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kerangka reflektor
Proses pemasangan plat aluminium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Reflektor
Preoses pemanasan (desorbsi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Proses pemisahan amonia yang bercampur dengan air
Proses pemanasan pemisahan amonia yang bercampur dengan air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI