praktikum uji metalografi
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIRPRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK
PERTEMUAN V( METALOGRAFI )
Oleh :
Nama : M.Iqbal. T 123030008 Zaenal Nur. A 123030018 Suhada A.M 123030037 Septiana N 123030045
Tanggal : 30 Mei 2013
Kelompok : 04
Assisten : Try Ady Wibowo
LABORATORIUM MATERIAL TEKNIKJURUSAN TEKNIK MESIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1. Mengetahui teknik preparasi spesimen metalografi
2. Mengetahui berbagai jenis material melalui struktur
mikronya
3. Mengetahui hubungan setruktur mikro dan sifat –sifat
material/logam
1.2. Prosedur pengujian
1. Menyiapkan komponen yang akan di periksa
2. Memotong bagian komponen menjadi spesimen kecil
3. Menyiapkan bahan dan peralatan untuk keperluan mounting
apabila diperlukan
4. Menggerinda spesimen secara tahap dari grit kasar
hingga halus (80, 200, 400, 800, 1000, 1500, dan 2000)
5. Memoles spesimen 9poles makro dan poles mikro) dengan
menggunakan pasta alumunia
6. Pengetsaan dengan menggunakan larutan kimia tertentu
(tergantung pada jenis material/logam)
7. Pemeriksaan dengan mikroskop
1.3. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1.2. Prosedur pengujian
1.3. Sistematika penulisan
BAB II DASAR TEORI
2.1. Pengertian metalografi
2.2. Langkah-langkah metalografi
2.3. Manfaat metalografi
2.4. Kristal
2.5. Diagram fasa
2.6. Macam-macam struktur yang ada pada baja
BAB III TUGAS PENDAHULUAN
3.1. Soal
3.2. Jawaban
BAB IV PENGOLAHAN DATA
4.1. Tugas pendahuluan
BAB V ANALISA DAN KESIMPULAN
5.1. Analisa
5.2. Kesimpulan
BAB VI SARAN
6.1. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Metalorgi
Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan
material untuk mengukur, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dari informasi-informasi yang terdapat dalam
material yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi
kimia, orientasi butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan
sebagainya.
Pada metalografi, secara umum yang akan di amati adalah
dua hal yaitu :
a. Struktur makro adalah struktur dari logam yang terlihat
secara makro pada permukaan yang dietsa dari spesimen
yang telah dipoles.
b. struktur mikro adalah struktur dari sebuah permukaan
logam yang telah disiapkan secara khusus yang terlihat
dengan menggunakan perbesaran minimum 25x.
2.2. Langkah-Langkah Metalografi
Adapun secara garis besar langkah-langkah yang harus
dilakukan pada metalografi adalah :
a. Pemotongan (Sectioning)
Proses Pemotongan merupakan pemindahan material dari
sampel yang besar menjadi spesimen dengan ukuran yang
kecil. Pemotongan yang salah akan mengakibatkan struktur
mikro yang tidak sebenarnya karena telah mengalami
perubahan.
Kerusakan pada material pada saaat proses pemotongan
tergantung pada material yang dipotong, alat yang
digunakan untuk memotong, kecepatan potong dan kecepatan
makan. Pada beberapa spesimen, kerusakan yang ditimbulkan
tidak terlalu banyak dan dapat dibuang pada saat
pengamplasan dan pemolesan.
b. Pembingkaian (Mounting)
Pembingkaian seringkali diperlukan pada persiapan
spesimen metalografi, meskipun pada beberapa spesimen
dengan ukuran yang agak besar, hal ini tidaklah mutlak.
Akan tetapi untuk bentuk yang kecil atau tidak beraturan
sebaiknya dibingkai untuk memudahkan dalam memegang
spesimen pada proses pngamplasan dan pemolesan.
Sebelum melakukan pembingkaian, pembersihan spesimen
haruslah dilakukan dan dibatasi hanya dengan perlakuan
yang sederhana detail yang ingin kita lihat tidak hilang.
Sebuah perbedaan akan tampak antara bentuk permukaan
fisik dan kimia yang bersih. Kebersihan fisik secara
tidak langsung bebas dari kotoran padat, minyak pelumas
dan kotoran lainnya, sedangkan kebersihan kimia bebas
dari segala macam kontaminasi. Pembersihan ini bertujuan
agar hasil pembingkaian tidak retak atau pecah akibat
pengaruh kotoran yang ada.
Dalam pemilihan material untuk pembingkaian, yang
perlu diperhatikan adalah perlindungan dan pemeliharaan
terhadap spesimen. Bingkai haruslah memiliki kekerasan
yang cukup, meskipun kekerasan bukan merupakan suatu
indikasi, dari karakteristik abrasif. Material bingkai
juga harus tahan terhadap distorsi fisik yang disebabkan
oleh panas selama pengamplasan, selain itu juga harus
dapat melkukan penetrasi ke dalam lubang yang kecil dan
bentuk permukaan yang tidak beraturan.
c. Pengerindaan, Pengamplasan, dan Pemolesan
Pada proses ini dilakukan penggunaan partikel
abrasif tertentu yang berperan sebagai alat pemotongan
secara berulang-ulang. Pada beberapa proses, partikel-
partikel tersebut dsisatukan sehingga berbentuk blok
dimana permukaan yang ditonjolkan adalah permukan kerja.
Partikel itu dilengkapi dengan partikel abrasif yang
menonjol untuk membentuk titik tajam yang sangat banyak.
Perbedaan antara pengerindaan dan pengamplasan
terletak pada batasan kecepatan dari kedua cara tersebut.
Pengerindaan adalah suatu proses yang memerlukan
pergerakan permukaan abrasif yang sangat cepat, sehingga
menyebabkan timbulnya panas pada permukaan spesimen.
Sedangkan pengamplasan adalah proses untuk mereduksi
suatu permukaan dengan pergerakan permukaan abrasif yang
bergerak relatif lambat sehingga panas yang dihasilkan
tidak terlalu signifikan.
d. Pengetsaan (Etching)
Pengetsaan dilakukan dalam proses metalografi adalah
untuk melihat struktur mikro dari sebuah spesimen dengan
menggunakan mikroskop optik. Spesimen yang cocok untuk
proses etsa harus mencakup daerah yang dipoles dengan
hati-hati, yang bebas dari deformasi plastis karena
deformasi plastis akan mengubah struktur mikro dari
spesimen tersebut.
Proses etsa untuk mendapatkan kontras dapat di
klasifikasikan atas :
a. Etsa tidak merusak
Etsa tidak merusak terdiri atas etsa optik dan
perantaraan kontras dari struktur dengan pencampuran
permukaan secara fisik terkumpul pada permukaan
spesimen yang telah dipoles. Pada etsa optik digunakan
teknik pencahayaan khusus untuk menampilkan struktur
mikro. Beberapa metode etsa optik adalah pencahayaan
gelap (dark field illumination), polarisasi cahaya mikroskop
(polarized light microscopy) dan differential interfence contrast.
b. Etsa merusak
Etsa merusak adalah proses perusakan permukaan spesimen
secara kimia agar terlihat kontras atau perbedaan
intensitas dipermukaan spesimen. Etsa merusak terbagi
dua metode yaitu :
- Phisical Etching
Pada etsa elektrokimia dapat diasumsikan korosi
terpaksa, dimana terjadi reaksim serah terima
elektron akibat adanya beda potensial daerah katoda
dan anoda. Beberapa proses yang termasuk etsa
elektokimia adalah etsa endapan (precipitation
etching), metode pewarnaan panas (heat tinting), etsa
kimia (chemical etching) dan etsa elektrolite (electrolytic
etching).
- Etsa fisik
Pada etsa fisik dihasilkan permukaan yang bebas dari
sisa zat kimia dan menawarkan keuntungan jika etsa
elektrokimia sulit dilakukan. Etsa ion dan etsa
termal adalah teknik etsa fisik yang mengubah
morfologi permukaan spesimen yang telah dipoles.
2.3. Manfaat Metalografi
Adapun beberapa manfaat utama dari proses metalografi
adalah sebagai berikut :
a. Mengamati perubahan struktur mikro akibat proses yang
dilakukan ditujukan terutama untuk pengontrolan kualitas
komponen.
b. Menganalisis perubahan struktur mikro, dimensi cacat,
penjalaran retak dan menghubungkannya dengan prediksi
kerusakan komponen.
2.4. Kristal
Sebagaimana diketahui unit dari logam adalah atom dan
molekul, unit ini akan membentuk jaringan terkecil yang
disebut sel atau Kristal. Kristal-kristal yang mempunyai
orientasi sama akan membentuk butiran, ada mulanya butiran
9grain) itu terdiri dari suatu jenis kristal yang sama dan
dapat pula merupakan campuran antara dua jenis atau lebih dari
Kristal tersebut.
Orientasi Kristal antara yang satu dengan yang lain
berbeda-beda. Hal ini menghasilkan batas butiran yang
merupakan pertemuan antara dua orientasi Kristal, dengan
demikian batas butiran yang memiliki energi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan butiran yang ada didalam. Hal ini
disebabkan susunan atom pada batas-batas butir agak renggang
dan tidak beraturan. Logam yang sempurna memiliki butiran
tinggi (single cristaline metal), tetapi logam dengan butiran tunggal
sulit didapat.
Pada umumnya logam tehknik mempunyai butiran
majemuk (polly crystallimetal). Adanya butiran majemuk
merupakan cacat dari logam, atau disebut juga cacat permukaan
(urface defect). Cacat lain logam adalah jenis garis (line
defect), yaitu hilangnya 5 atom atau molekul pada molekul
Kristal, atau adanya atom lebih besar pada struktur Kristal.
Adanya cacat tersebut akan menghambat proses
diskalasi pada saat logam mengalami diformasi plastis.
Hambatan tersebut mengakibatkan sifat cacat-cacat tersebut,
dengan kata lain cacat-cacat tersebut akan memperbaiki sifat
mekanis material tersebut.
Batas butir merupakan cacat permukaan yang dapat
menahan gerakan diskalasi. Bila logam memiliki batas butir
dalam jumlah yang besar menunjukkan bahwa logam tersebut
memiliki sifat mekanis.
2.5. Diagram fasa
Diagram fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan
antara temperature dimana terjadi perubahan fasa selama proses
pendinginan dan pemanasan yang lambat dengan kadar karbon.
Diagram ini merupakan dasar pemahaman untuk semua
operasioperasi perlakuan panas.
Fungsi diagram fasa adalah memudahkan memilih temperatur
pemanasan yang sesuai untuk setiap proses perlakuan panas baik
proses anil, normalizing maupun proses pengerasan. Baja adalah
paduan besi dengan karbon maksimal sampai sekitar 1,7%.paduan
besi diatas 1,7% disebut cast iron.
Perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh struktur mikro
dan sifat yang di inginkan. Struktur mikro dan sifat yang
diinginkan dapat diperoleh melalui proses pemanasan dan proses
pendinginan pada temperatur tertentu.
2.6. Macam-macam struktur yang ada pada baja
1. Ferit
Ferit adalah larutan padat karbon dan unsur paduan
lainya pada besi kubus pusat badan (Fe). Ferit terbentuk
akibat proses pendinginan yang lambat dari austenit baja
hypotektoid pada saat mencapai A3 . ferit bersifat sangat
lunak ,ulet dan memiliki kekerasan sekitar 70 - 100 BHN dan
memiliki konduktifitas yang tinggi.
2. Sementit
Sementit adalah senyawa besi dengan karbon yang umum
dikenal sebagai karbida besi dengan prosentase karbon 6,67%C.
yang bersifat keras sekitar 5 – 68 HRC
3. Perlit
Perlit adalah campuran sementit dan ferit yang memiliki
kekerasan sekitar 10-30HRC . Perlit yang terbentuk sedikit
dibawah temperatur eutektoid memiliki kekerasan yang
lebih rendah dan memerlukan waktu inkubasi yang lebih banyak.
4. Bainit
Bainit merupakan fasa yang kurang stabil yang diperoleh
dari austenit pada temperatur yang lebih rendah dari
temperature transformasi ke perlit dan lebih tinggi dari
transformasi ke martensit.
5. Martensit
Martensit merupakan larutan padat dari karbon
yang lewat jenuh pada besi alfa sehingga latis-latis sel
satuanya terdistorsi. Karbon adalah unsur penyetabil
austenit. Kelarutan maksimum dari karbon pada austenit adalah
sekitar 1,7% (E) pada 1140 0C, Sedangkan kelarutan karbon pada
ferit naik dari 0% pada 910 0C menjadi 0,025% pada 723 0C.
pada pendinginan lanjut, kelarutan karbon pada ferrit
menurun menjadi 0,08% pada temperatur kamar. Kegunaan dari
baja tergantung dari sifat-sifatnya yang sangat bervariasi
yang diperoleh melalui pemaduan dan penerapan proses perlakuan
panas. Sifat mekanik dari baja sangat tergantung pada struktur
mikronya, sedangkan struktur mikro sangat mudah diubah melalui
proses perlakuan panas.
Beberapa jenis baja memiliki sifat-sifat yang tertentu
sebagai akibat penambahan unsur paduan. Salah satu unsur
paduan yang sangat penting yang dapat mengontrol sifat baja
adalah karbon (C). Jika besi dipadu dengan karbon,
transformasi yang terjadi pada rentang temperatur tertentu
erat kaitanya dengan kandungan karbon. Berdasarkan pemaduan
antara besi dan karbon, karbon di dalam besi dapat berbentuk
larutan atau berkombinasi dengan besi membentuk karbida besi
(Fe3C).
BAB III
TUGAS PENDAHULUAN
3.1. Soal
1. Apa tujuan atau manfaat pengamatan metalografi ?
2. Sebutkan langkah-langkah pengamatan metalografi mulai
dari pengambilan sample pengamatan metalografi
3. Apa yang dimaksud dengan diagram fassa dan sebutkan
jenis-jenis dan skematisnya
4. Gambarkan diagram fassa bagi dan karbon yang dilengkapi
dengan fassa-fassa dan temperature yang penting
5. Coba anda gambarkan skematis struktur mikro 3 buah jenis
logam/paduan dan berikan keterangan fassanya
3.2. Jawaban
1. a. Mengamati perubahan struktur mikro
b. Menganalisis perubahan struktur mikro
2. a. Letakan sampel pada preparat, berikan lilin pada
bagian bawah sample
b. Ratakan letak sample dengan alat penekanan sample
c. letakan sample pada atas meja objektif mikroskop optic
d. Nyalakan lampu mikroskop
e. Tentukan pembesaran dengan yang terkecil terlebih
dahulu
f. Tentukan pembesaran yang diinginkan dengan mengatur
lensa objektif
g. Atur fokus
h. Amati mikro struktur yang ada dan gambarkan pada
lembar data
i. Setelah selesai ambil kembali dari meja objektif dan
matikan lampu
mikroskop
3. Diagram fassa adalah suatu proses untuk mengetahui fassa-
fassa suatu material atau paduan pada komposisi dan
perubahan temperature tertentu.
Jenis-jenis diagram fassa adalah sebagai berikut :
a. Diagram fassa biner
b. Diagram fassa tarner
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Tugas praktikum
Garis 1, panjang fasa Perlit :
54
Garis 2, panjang fasa Perlit :
36
Garis 3, panjang fasa Perlit :
48
Garis 4, panjang fasa Perlit :
30
Garis 5, panjang fasa Perlit :
32
Panjang rata-rata : 40
Jumlah fasa Perlit :4078
−100%=51,28%
Jumlah fasa Ferit = 48,71%
%C= %P100
(0,8−0,025 )+0,025
Kandungan karbon (%C) : 0,68%
Garis 1, panjang fasa Perlit :
16
Garis 2, panjang fasa Perlit :
20
Garis 3, panjang fasa Perlit :
19
Garis 4, panjang fasa Perlit :
11
Garis 5, panjang fasa Perlit :
17
Panjang rata-rata : 16,5
Jumlah fasa Perlit :16,578
−100%=21,15%
Jumlah fasa Ferit = 78,84%
%C= %P100 (0,8−0,025 )+0,025
Kandungan karbon (%C) : 0,29%
Garis 1, panjang fasa Perlit :
18
Garis 2, panjang fasa Perlit :
10
Garis 3, panjang fasa Perlit :
18
Garis 4, panjang fasa Perlit :
18
Garis 5, panjang fasa Perlit :
16
Panjang rata-rata : 16
Jumlah fasa Perlit :1678
−100%=21,3%
Jumlah fasa Ferit = 78,66%
%C= %P100
(0,8−0,025 )+0,025
Kandungan karbon (%C) : 0,29%
Buatan larutan nital 3%
Asam Nitrat, HNO3 = 10 ml
Ethanol, CH3COOH = 90 ml
Tabel. 4.1. Data fernit dan perlit
N0 % C Ferit (%) Perlit (%)
1 0,05 96,77 3,232 01 90,32 9,683 0,2 77,41 22,594 0,3 64,51 35,495 0,4 51,61 48,396 0,5 38,70 61,037 0,6 25,80 74,028 0,7 12,90 87,019 0,8 0 100
Kurva jumlah ferit/Perlit vs %C
0
20
40
60
80
100
120
96.7790.32
77.4164.51
51.6138.7
25.812.9
03.239.68
22.5935.49
48.39
61.0374.02
87.01
100
Kurva jumlah Ferit/Perlit vs %C
Jumlah Fasa FeritJumlah fasa Perlit
Juml
ah f
asa
(%)
kandungan karbon (%)
Kurva 4.1. Kurva jumlah ferit/perlit vs %c
BAB V
ANALISA DAN KESIMPULAN
5.1 Analisa
Korelasi antara jumlah ferlit dan perlit %C :
-Ferit : Semakin besar jumlah ferite (%)
maka kandungan karbon semakin kecil
Perlite : semakin besar jumlah perlite (%) maka semakin besar
jumlah kandungan karbonnya.
Hubungan antara %C dengan kekasaran baja:semakin kadar
karbon pada suatu mmaterial (baja) maka semakin tinggi tingkat
kekerasan material (baja) tersebut.
Hubungan antara ukur butir dan kekuatan/kekasaran baja :
semakin besar ukuran butir baja semakin keras baja tersebut.
5.2 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini yakini praktikum teknik
Metralografi,kita dapat mengetahuim hubungan stuktur mikro
dengan sifat-sifat material.
DAFTAR PUSTAKA
http://yefrichan.wordpress.com/2010/05/31/metalografi/
http://teknikmanajemenindustri.wordpress.com/2011/03/24/
metalografi/