pmm laporan ikan sarden kel 6
TRANSCRIPT
Hasil Praktikum Pengawasan Mutu Makanan
“Uji Mikrobiologis Ikan Sarden ”
Dilaksanakan Kamis, 19 November 2015
Pembimbing : Ir. Astutik Pudjirahaju M.Si
Kelas IIIA, Kelompok 6
Nama Anggota :
Mujahidah Fidienia Harliani (1303000007)Ajeng Rifti Chania (1303000011)Sinda AldinaP (13030000)Edwin Kurniawan R (1303000051)Nailis Sa’adah (1303000052)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN GIZI DIPLOMA III
2014-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan sarden merupakan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia dalam berbagai bentuk olahan. Jenis ikan sarden yang banyak terdapat
di Indonesia adalah ikan lemuru. Karena nama lemuru kurang dikenal di
masyarakat, maka dipergunakanlah nama sarden yang juga merupakan nama
genus dari ikan lemuru ini. Rasyid (2003) menyatakan bahwa ikan lemuru
(Sardinella sp.) merupakan jenis ikan pelagik kecil yang banyak dijumpai di
perairan Indonesia. Ada dua jenis ikan lemuru yang memiliki nilai ekonomis
penting adalah S. sirm dan S. longiceps. S. sirm banyak ditemukan di laut Jawa.
Tegal dan Pekalongan merupakan tempat pendaratan terbesar jenis lemuru ini.
Sedangkan S. longiceps didapatkan dalam jumlah besar di Selat Bali. Ikan lemuru
termasuk ikan berkualitas rendah dan kurang mendapat perhatian di Indonesia,
harganya relatif rendah dan cepat mengalami penurunan mutu.
Hasil perikanan merupakan komoditi yang cepat mengalami kemunduran
mutu, atau mengalami pembusukan, karena ikan mempunyai kandungan protein
(18-30%) dan air yang cukup tinggi (70-80%) sehingga merupakan media yang
baik bagi perkembangan bakteri pembusuk. Kelemahan tersebut telah dirasakan
sangat menghambat usaha pemasaran hasil ikan bahkan menimbulkan kerugian
besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu perlu
dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan kualitas produk perikanan
melalui proses pengolahan atau pengawetan.
Prinsip pengolahan ikan pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari
pembusukan dan kerusakan. Selain itu juga untuk memperpanjang daya awet dan
mendiversifikasikan produk olahan hasil perikanan. Salah satu jenis pengolahan
yang dapat digunakan untuk menghambat kegiatan zat-zat mikroorganisme adalah
pengalengan ikan. Pengalengan merupakan salah satu bentuk pengolahan dan
pengawetan ikan secara modern yang dikemas secara hermatis dan kemudian
disterilkan. Bahan pangan dikemas secara hermetis dalam suatu wadah, baik
kaleng, gelas atau alumunium. Pengemasan secara hermetis dapat diartikan bahwa
penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air,
kerusakan oksidasi maupun perubahan cita rasa. Oleh karena itu pada praktikum
ini akan dijelaskan lebih detail tentang keamanan ikan kaleng yang akan di
bandingkan dengan SNI untuk menjaga mutu dari ikan kaleng tersebut.
B. Tujuan
Tujuan Umum Praktikum
Untuk mengetahui mutu ikan sarden dengan harga termahal dan termurah
serta menguji mikrobiologi terhadap makanan kaleng
Tujuan khusus
Untuk mengetahui bahan baku produksi ikan sarden
Untuk mengetahui syarat mutu ikan sarden
Untuk menganalisis mutu label kemasan ikan sarden dengan SNI
Untuk mengetahui jumlah mikroba pada ikan sarden
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Metode Kerja Praktikum
Analisis labeling
A . Bahan :
Sarden merk “Maya” ( termurah ) Sarden merk “Botan” ( termahal )
B . Metode
1. Melihat label pada kemasan, dan melakukan penilaian label sesuai dengan format tabel yang tersedia.
2. Minimal persyaratan permenkes RI No 79 tentang UU pelabelan suatu produk hartus mencantumkan minimal 5 point pelabelan meliputi :
3. Menganalisis tiap point pelabelan pada produk yang tersedia dan membandingkan dengan SNI produk
4. Menganalisis cara produsen mempromosikan produk (iklan atau gambar) pada kemasan produk
5. Mencatat hasil
Uji mutu mikrobiologis
A . Bahan :
- Sarden “Maya”- Sarden “Botan”- Aquades steril 45 ml dan 9 ml- Alkohol 70 %
B . Alat :
Pipet steril 1 ml Tabung reaksi steril Mortar steril Petri film Rak tabung reaksi Timbangan tripelbeam Cawan petri Sendok Inkubator 37 o C Jangka sorong
C . Cara kerja :
1. Alir kerja Menghaluskan masing-masung sampel sebanyak 5 gr Memasukan kedalam 45 ml aquades steril Mengambil 1 ml larutan sampel dengan menggunakan pipet steril
(10-1) Memasukan kedalam 9 ml aquades steril Mengambil 1 ml larutan sampel dengan menggunakan pipet steril
(10-2) Dan seterusnya sampaio pengenceran yang diinginkan Mengambil masing-masing 1 ml sampel dari masing-masing
pengeceran Meneteskan 1 ml sampel kedalam petri film Menekan petri film dengan penekan kaca Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 370c Perhitungan koloni Pelaporan hasil
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Buckle dkk. (2010), mutu mikrobiologis dari suatu produk makanan
ditentukan oleh jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat pada bahan
pangan. Mutu mikrobiologis ini akan menentukan ketahanan simpan dari produksi
tersebut ditinjau dari kerusakan oleh mikroorganisme, dan keamanan produk dari
mikroorganisme ditentukan oleh jumlah spesies patogenik yang terdapat. Jadi,
kemampuan untuk mengukur secara tepat jumlah mikroorganisme yang umum
terdapat dalam bahan pangan dan jumlah organisme spesifik yang berada dalam
produk pangan merupakan dasar yang penting bagi mikrobiologi pangan. Pada
praktikum ini, kami melakukan uji mikroba pada ikan sarden. Syarat mutu dan
keamanan pangan produk ikan kaleng bisa di lihat pada Tabel 1.
Sumber : SNI 01 – 3548 – 1994
Tabel 2. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Produk Ikan Kaleng
Jenis Cemaran Mikroba Batas MaksimumALT aerob termofilik (30°C, 72 jam)
<1×101 koloni/g
ALT anaerob (30°C, 72 jam) <1×101 koloni/gClostridium sp Negatif/g
Sumber : Regulasi Pangan BPOM No HK.00.06.1.52.4011
Analisis Labeling
Tabel 3. Analisis pada Ikan Sarden Merk “Maya”
Keterangan
Nama makanan Sarden “Maya” Komposisi Ikan sarden,pasta tomat,cabe,pati,gula,garam
Isi neto BB: 155 grBT: 100 gr
Nama dan alamt pabrik/ importir PT. Maya Muncar, Banyuwangi Indonesia
No pendaftaran BPOM RI MD: 0517113003021Kode produksi -Tgl kadaluarsa 1 Juli 2017Petunjuk dan cara penyimpanan -
Petunjuk dan cara penggunaan Sebaiknya digunakan sebelum tanggal expired
Nilai gizi E: 180 kaloriP: 12,8 grL: 2,6 grDietary fiber : 2,11 grOmega 3:5,30 grDHA:2,59 gEPA: 2,48 gLinolenat:0,23 gOmega 6:1,65 gOmega 7: 1,21 gOmega 9:1,66 gCa: 300 mgNa : 0,20 gIron: 3064 g
Tulisan / pernyataan khusus -Total mikrobaHead space 3,29 mm
Pada tabel 3 dapat dilihat hasil dari penimbangan Berat bersih dan Bobot
tuntas sudah sesuai dengan yang tercantum pada label karena bobot tuntas berat
minimalnya 70 gram sehingga sudah sesuai dengan SNI 01-3548-1994, kemudian
untuk kode produksi tidak dicantumkan pada label kemasan maka tidak sesuai
dengan persyaratan permenkes RI No 79 tentang UU pelabelan suatu produk.
petunjuk dan cara penyimpanan juga tidak dicantumkan di label. Headspace
kemasan sarden” Maya” sudah sesuai dengan persyaratan SNI 01-2712.1-2006
yaitu maksimal 10 mm. Tinggi ruang kosong (head space) yang ada pada kaleng
sarden Botan tersebut adalah 3 mm. Panjang potongan ikan diperkirakan tepat
dengan isi kaleng, sehingga jarak antara permukaan ikan setelah ditambahkan saus
dengan bibir kaleng (head space) kira-kira setinggi 3,29 mm maka hedspace
kaleng sarden sudah sesuai dengan persyaratan SNI 01-3548-1994 yaitu maksimal
10 mm.
Tabel.4 Analisis pada Ikan Sarden Merk” Botan”
Keterangan
Nama makanan Sarden “Botan” Komposisi Ikan makarel,air,pasta tomat,tepung
tapioka,garam.Isi neto BB: 155 gr
BT: 100 grNama dan alamt pabrik/ importir PT.Maya Muncar-Indonesia
Didistribusi oleh PT.Indomayo mas,Jakarta
No pendaftaran BPOM RI MD 517113006021Kode produksi -Tgl kadaluarsa 24 Juni 2018Petunjuk dan cara penyimpanan -
Petunjuk dan cara penggunaan Sebaiknya dikonsumsi sebelum tanggal yang tercantum pada bagian atas kaleng
Nilai gizi -Tulisan / pernyataan khusus -Klaim iklan -Total mikrobaHead space 3,30 mm
Pada tabel 4 dapat dilihat hasil penimbangan Berat bersih dan Bobot tuntas
sudah sesuai dengan yang tercantum pada label karena bobot tuntas berat
minimalnya 70 gram sehingga sudah sesuai dengan SNI 01-3548-1994, kemudian
untuk kode produksi dan nilai gizi tidak dicantumkan pada label kemasan padahal
nilai gizi dan kode produksi harus dicantumkan maka hal tersebut tidak sesuai
dengan persyaratan permenkes RI No 79 tentang UU pelabelan suatu produk.
petunjuk dan cara penyimpanan juga tidak dicantumkan di label. Tinggi ruang
kosong (head space) yang ada pada kaleng sarden “Botan” tersebut adalah 3 mm.
Panjang potongan ikan diperkirakan tepat dengan isi kaleng, sehingga jarak antara
permukaan ikan setelah ditambahkan saus dengan bibir kaleng (head space) kira-
kira setinggi 3,30 mm maka hedspace kaleng sarden sudah sesuai dengan
persyaratan SNI 01-3548-1994 yaitu maksimal 10 mm.
Uji Mutu Mikrobiologis
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian sampel makanan kaleng
normal dengan media petri film. Medium ini digunakan untuk
mengidentifikasi adanya bakteri sehingga saat tumbuh akan membentuk
koloni yang dikelilingi oleh area berwarna merah karena bakteri yang terdapat
pada sarden merupakan golongan bakteri yang termasuk gram negatif
Berdasarkan hasil praktikum pada tanggal 19 November 2015 dan
pengamatan selama 48 jam dengan suhu 370 C terdapat jumlah mikroba dari 2
produk ikan kaleng. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat mikroba pada
makanan kaleng untuk produk satu dan dua dengan sampel Sarden dalam Saus
tomat bahwa pada produk satu yaitu merk “Maya” menggunakan media
petrifilm dengan suhu inkubasi 37°C selama 48 jam, maka didapatkan hasil
dengan tingkat pengenceran 10-2 jumlah koloni yang tumbuh pada petrifilm
sejumlah 7 koloni sedangkan pada tingkat pengenceran 10-3 dan 10-4 tidak
ada jumlah koloni yang tumbuh. Menurut Srikandi (1992), hal ini bisa terjadi
karena faktor pengenceran yang terlalu tinggi sehingga jumlah mikroba
kurang dari 30 koloni, dan bahkan tidak tumbuh.
Pada sampel makanan kaleng dengan merk Botan pada suhu inkubasi
37°C didapatkan jumlah koloni pada tingkat pengenceran 10-2 jumlah
mikroba yang tumbuh pada petrifilm sebanyak 13 koloni sedangkan pada
tingkat pengenceran 10-3 dan 10-4 sebanyak 3 koloni. Hasil jumlah koloni
dari berbagai tingkat pengenceran dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 5. Jumlah Koloni pada Tingkat Pengenceran
Merk Ikan Kaleng 10-2 10-3 10-4
Maya 7 - -
Botan 13 3 3
Perhitungan Standart Plate Count
Pada ikan sarden merk “Botan” dan “Maya” menggunakan tingkat
pengenceran terendah karena jumlah koloni < 30 koloni.
- Perhitungan SPC pada tingkat pengenceran 10-2 merk “Botan”:
13 x 110−2 = 1,3 x 10 x 10-2
= 1,3 x 103
SPC = < 3,0 x 103 (1,3 x 103 )
- Perhitungan SPC pada tingkat pengenceran 10-2 merk “Maya”:
7 x 110−2 = 0,7 x 10 x 10-2
= 0,7 x 103
SPC = < 3,0 x 103 (0,7 x 103 )
Berdasarkan hasil perhitungan SPC diatas terlihat bahwa pada tingkat
pengenceran yang lebih rendah cenderung pertumbuhan mikroba lebih
banyak dari pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan
pada tingkat pengenceran yang tinggi mikroba atau bakteri masih terlalu
sedikit karena pengencerannya belum optimal. Jika pada semua pengenceran
dihasilkan kurang dari 30 koloni berarti pengenceran terlalu tinggi. Sehingga
jumlah koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan
sebagai < 30 x besar pengenceran,tetapi jumlah sebenarnya dicantumkan
dalam tanda kurung. Dari hasil perhitungan ini apabila dibandingkan dengan
persyaratan regulasi pangan BPOM No Hk.00.06.1.52.4011 dimana ALT
anaerob maksimal < 1 x 101 koloni/gram maka sarden “Botan” dengan harga
yang relatif mahal jumlah ALT anerob melebihi batas maksimal yaitu
sejumlah 1,3 x 103 koloni/gram ,sedangkan pada sarden “Maya” dengan harga
yang relatif lebih murah jumlah ALT anaerob di bawah batas ambang
maksimal yaitu 0,7 x 103 koloni/gram.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil uji TPC pada pengamatan selama 48 jam didapatkan jumlah koloni
untuk sampel ikan sarden merk maya dengan harga termurah sejumlah
0,7 x103 koloni/gram maka jumlah koloni sarden “Maya” tidak melebihi
ambang batas maksimal menurut persyaratan regulasi pangan BPOM No
Hk.00.06.1.52.4011 dan ikan sarden merk “Botan” dengan harga termahal
sejumlah 1,3 x103 koloni/gram melebihi ambang batas maksimal menurut
persyaratan regulasi pangan BPOM No Hk.00.06.1.52.4011
2. Pada label dan kemasan produk sarden masih belum melengkapi
persyaratan yang tercantum pada Permenkes RI No 79 tentang UU
pelabelan suatu produk.
B. Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk dapat memastikan kualitas produk
sarden “Botan” dan “Maya” meliputi uji organoleptik, uji kimia, uji fisik.
2. Lebih memperhatikan sanitasi dalam melakukan penelitian agar mikroba
tidak terlalu banyak yang terkontaminasi pada makanan yang akan di uji.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.Positif Negatif Bakteri Gram Bakteri Gram [online]
http://www.artikelsiana.com/2015/04/positif-negatif-bakteri-gram-
bakteri-gram.html. Diakses pada tanggal 25 November 2015
Anonim.2012.Uji Mikrobiologi Kaleng.Supervisor Jaminan Mutu Pangan
Program Diploma Institut Pertanian Bogor
Fardiaz, S.1992. Mikrobiologi Pangan I.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Fardiaz, S.1993.Analisis Mikrobiologi Pangan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Fauzi ,Akbari . 2015. Makalah PTHL (Pengantar Teknologi Hasil Laut)
Pengalengan Ikan Sarden (Sardinella Sp.). Program Studi Ilmu
Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
Rachmawati,Riana.2012.Kualitas Ikan Kaleng [online]
https://www.academia.edu/12118438/KUALITAS_IKAN_KALENG
Diakses pada tanggal 24 November 2015
LAMPIRAN
Gambar 1. Sarden merek “botan” sebanyak 5 gram yang dihaluskan
Gambar 2. Sarden merek “Maya” sebanyak 5 gram yang dihaluskan
Gambar 5. Pengenceran bahan bermerek “botan” 10-2 10-3 10-4
Gambar 5. Pengenceran bahan bermerek “maya” 10-2 10-3 10-4