peranan audit operasional dalam menunjang efektivitas pengendalian intern penjualan pada pt pn...

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya dunia perekonomian saat ini dan semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus bisa berkompetisi. Tidak sedikit perusahaan yang terhenti laju operasionalnya karena tidak mampu mempertahankan eksistensi perusahaannya. Sebagian besar kegagalan tersebut biasanya disebabkan karena perusahaan tidak konsisten dalam menjalankan operasi perusahaannya, hal ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Begitu juga dengan industri otomotif di Indonesia bergerak dalam bidang sales, service dan spare part yang memiliki perkembangan yang cukup baik. Keadaan ini membuat perusahaan membutuhkan kekuatan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Usaha untuk mengelola sumber daya yang dimiliki agar tercapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi merupakan akibat yang logis dari keinginan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Siti Mirhani (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, semakin besar suatu perusahaan semakin kompleks juga kegiatannya sehingga tidak saja

Upload: setiempalopo

Post on 27-Jan-2023

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan berkembangnya dunia perekonomian saat ini dan

semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia usaha menuntut

perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage)

untuk terus bisa berkompetisi. Tidak sedikit perusahaan yang terhenti

laju operasionalnya karena tidak mampu mempertahankan eksistensi

perusahaannya. Sebagian besar kegagalan tersebut biasanya

disebabkan karena perusahaan tidak konsisten dalam menjalankan

operasi perusahaannya, hal ini menuntut adanya efektivitas dan

efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Begitu

juga dengan industri otomotif di Indonesia bergerak dalam bidang

sales, service dan spare part yang memiliki perkembangan yang cukup

baik. Keadaan ini membuat perusahaan membutuhkan kekuatan

usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Usaha untuk mengelola sumber daya yang dimiliki agar tercapai

efektivitas dan efisiensi yang tinggi merupakan akibat yang logis dari

keinginan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal

bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Siti Mirhani

(2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, semakin besar suatu

perusahaan semakin kompleks juga kegiatannya sehingga tidak saja

2

membutuhkan sumberdaya manusia yang berpengalaman dan ahli

tetapi juga memiliki struktur pengewasan intern yang kuat. Sehingga

mendorong perusahaan untuk melakukan pemeriksaan operasional

(audit operasional).

Audit operasional digunakan sebagai alat analisa karena lebih

memfokuskan pada pengevaluasian efisiensi dan efektivitas

Perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja dari pihak Perusahaan.

Dengan diterapkannya audit operasional ini, maka auditor dapat

melihat sejauh mana Perusahaan telah beroperasi, apakah telah

dilaksanakan eveluasi secara efektif dan efisien. Untuk menjamin

adanya efisiensi dan efektivitas operasi – operasi perusahaan, maka

perlu dijalankan suatu pengendalian. Dengan adanya pengendalian

dan digunakannya pengendalian tersebut diharapakan semua aktivitas

perusahaan dapat dijalankan dengan efektif dan efisien serta sesuai

dengan kebijakan atau standar operasional prosedur (SOP) yang telah

ditetapkan agar mencapai tujuan perusahaan.

Dalam mengelola manajemen perusahaan untuk menghasilkan

laba yang maksimal dibutuhkan sistem pengendalian internal yang

baik pula. Jika pengendalian internal tidak diterapkan dengan baik,

maka akan terjadi employee fraud (tindakan kecurangan yang

dilakukan oleh karyawan), Santoyo Gondodiyoto (2007).

Pada umumnya, pengendalian internal baru diterapkan oleh

perusahaan dengan skala bisnis ukuran menengah keatas, dimana

3

kegiatan operasionalnya sudah semakin kompleks dan jenjang

otoritasi mulai semakin meluas (bertingkat).

Faktor sistem pengendalian intern yang berhubungan dengan

penjualan sangat diperlukan, karena penjualan merupakan salah satu

unsur harta dalam komponen laba rugi, yang posisinya sangat penting

di dalam kelangsungan perusahaan. Sistem pengendalian intern atas

penjualan menjadi penting dimana tujuannya adalah mencegah

penyimpangan dan penyelewengan yang terjadi dalam penjualan

sedangkan secara keseluruhan sistem pengendalian intern sangat

diperlukan dimana tujuannya adalah untuk mengamankan harta

perusahaan, meningkatkan operasi perusahaan, meningkatkan

ketelitian dan kebenaran data akuntansi dan mendorong terlaksananya

kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.

Iriyadi (2004) mengatakan bahwa pemeriksaan intern

khususnya pemeriksaan operasional penjualan bertujuan untuk menilai

ketaatan pada kebijakan atau prosedur penjualan yang ditetapkan oleh

perusahaan, mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas dalam

mengelola kegiatan penjualan, untuk mengetahui hambatan-

hambatann dan kelemahan-kelemahan yang ditemui pada kegiatan

penjualan serta untuk mengetahui hasil dan dampak dari pemeriksaan

operasional dan memberikan masukan serta saran guna meningkatkan

efektivitas kegiatan penjualan.

4

Sementara itu Pilipus ramandei (2008) dalam penelitiannya

menyatakan pendapat yang sama, bahwa dalam rangka mencapai

tujuan dan pengelolaan perusahaan sangat tergantung dari kualitas

operasional serta seluruh sistem yang ada dalam perusahaan. Dengan

demikian perusahaan perlu memperhatikan keberhasilan sistem

pengendalian intern. Hal inilah yang manarik untuk penulis teliti

mengenai Peranan audit operasional dalam menunjang efektivitas

pengendalian intern penjualan pada PT.PN Mantadulu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian di atas, dapat diidentifikasi masalah sehubungan

dengan peranan audit operasional dalam menunjang efektivitas sistem

pengendalian intern penjualan adalah:

1. Apakah audit operasional berperan dalam menunjang efektifitas

pengendalian intern penjualan “ .

C. Tujuan Penelitian

Tujunan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui Peranan audit operasional dalam menunjang

efektifitas pengendalian intern penjualan

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh

manfaat sebagai berikut:

5

1. Manfaat Praktis

Bagi Pemegang Kebijakan, dalam hal ini Manajemen,

diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran yang

jelas bahwa secara teoritis para audit operasional memiliki peranan

penting dalam menunjang efektivitas pengendalian intrn penjualan.

2. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti selanjutnya, menjadi bahan referensi untuk

penelitiannya.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

a. Audit

Audit merupakan suatu tindakan yang membandingkan antara fakta

atau keadaan yang sebenarnya (kondisi) dengan keadaan yang

seharusnya ada (kriteria).

Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens dan Amir

Abadi Yusuf (2011:4), mendefinisikan auditing sebagai:

“Pengumpulan dan evaluasian bukti mengenai informasi untuk

menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

tesebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.Audit harus dilakukan

oleh orang yang kompeten dan independen”.

Definisi auditing tersebut memiliki unsur-unsur penting yang

diuraikan sebagai berikut:

1. Informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.

Untuk melakukan auditing harus tersedia informasi dalam bentuk

yang dapat diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat

digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut, kriteria

untuk mengevaluasi informasi juga bervariasi, tergantung pada

informasi yang sedang diaudit.

7

2. Mengumpulkan dan mengevaluasi bukti.

Bukti adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk

menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Kompeten dan independen.

Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang

digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta

jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan

yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut. Selain itu, para

auditor berusaha keras mempertahankan tingkat indepedensi yang

tinggi untuk menjaga kepercayaan para pemakai yang

mengandalkan laporan mereka.

4. Pelaporan.

Laporan seperti ini, memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi

semuanya harus memberitahukan kepada para pembaca tentang

derajat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

b. Pengertian Audit Operasional

Salah satu kegiatan mengevaluasi kinerja sebuah departemen

didalam sebuah perusahaan adalah dengan melakukan audit terhadap

kinerja departemen tersebut. Audit dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana suatu departemen menjalankan tugasnya sesuai visi dan misi

perusahaan. Audit ditinjau dari jenis pemeriksaan, salah satunya yaitu

8

audit operasional. Audit yang dilakukan untuk menilai efisiensi,

efektivitas dan keekonomisan dari fungsi yang terdapat dalam

perusahaan.

Menurut Caler dan Crochett yang dikutip oleh Amin Widjaja

Tunggal (2012:13) pengertian audit operasional adalah sebagai

berikut:

“Operational auditing is a sistematic process of evaluating an

organisation’s effectiveness, eficiency, and economy of operation

under management’s control and reporting to appropriate person the

result of the evaluation along with recommendations for improvement”.

Menurut IBK. Bayangkara (2008:2) pengertian audit operasional

adalah sebagai berikut :

“Audit operasional (audit manajemen) adalah pengevaluasian terhadap

efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan”.

Sedangkan menurut William C. Boynton, Raymond N. Johnson dan

Walter G. Kell yang dialihbahasakan oleh Paul A. Rajoe, Gina Gania

dan Ichsan Setiyo Budi (2003:7) pengertian audit operasional adalah

sebagai berikut :

“Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan

mengevaluasi bukti – bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan

operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan

tertentu”.

9

Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa audit operasional merupakan pengkajian terhadap kegiatan

operasi suatu organisasi untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas

kinerja suatu bagian dalam perusahaan.

c. Tujuan Audit Operasional

Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan tentunya memiliki tujuan,

begitupun audit operasional yang akan dilaksanakan terhadap suatu

kegiatan.

Menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman dan Alan J. Winters

yang dialihbahasakan oleh Paul A. Rajoe dan Ichsan Setiyo Budi

(2003:421) tujuan audit operasional Yaitu:

1. Menilai kinerja

Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasi

yang ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan

membandingkan kegiatan organisasi dengan tujuan, seperti

kebijakan, satandar, dan sasaran organisasi yang ditetapkan

manajemen atau pihak yang menugaskan, serta dengan kriteria

penilaian lain yang sesuai.

2. Mengidentifikasi peluang perbaikan

Peningkatan efektivitas, efisiensi, dan ekonomi merupakan

kategori yang luas dari pengklasifikasian sebagian besar

perbaikan. Auditor dapat menidentifikasi peluang perbaikan

tertentu dengan mewawancarai individu, mengobservasi

10

operasi, menelaah laporan masa lalu atau masa berjalan,

mempelajari transaksi, membandingkan dengan standar

industri, menggunakan pertimbangan profesional berdasarkan

pengalaman, atau menggunakan sarana dan cara lain yang

sesuai.

3. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan

lebih lanjut

Sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam

selama pelaksanaan audit operasional. Dalam banyak hal,

auditor dapa membuat rekomendasi tertentu. Dalam kasus

lainnya, mungkin diperlukan studi lebih lanjut di luar ruang

lingkup penugasan, di mana auditor dapat menyebutkan alasan

mengapa studi lebih lanjut pada bidang tertentu dianggap

tepat”.

d. Manfaat Audit Operasional

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:96) audit operasional dapat

meberikan manfaat melalui beberapa cara sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi permasalahan yang timbul, dan memberikan

alternatif solusi perbaikannya.

2. Menemukan peluang untuk menekan pemborosan dan efisiensi

biaya.

3. Menemukan peluang untuk meningkatkan pendapatan.

11

4. Mengdentifikasi sasaran, tujuan, kebijakan dan prosedur organisasi

yang belum ditentukan.

5. Mengidentifikai kriteria untuk mengukur pencapaian sasaran dan

tujuan organisasi.

6. Merekomendasikan perbaikan kebijakan, prosedur dan struktur

organisasi.

7. Melaksanakan pemeriksaan atas kinerja individu dan unit

organisasi.

8. Menelaah ketaatan/kepatuhan terhadap ketentuan hukum, tujuan

organisasi, sasaran, kebijakan dan prosedur.

9. Menguji adanya tindakan-tindakan yang tidak diotorisasi,

kecurangan, atau ketidaksesuaian lainnya.

10. Menilai sistem informasi manajemen dan sistem pengendalian.

11. Menyediakan media komunikasi antara level operator dan

manajemen.

12. Memberikan penilaian yang independen dan obyektif atas suatu

operasi”.

e. Karakteristik Audit Operasional

Audit operasional memiliki karakteristik tertentu yang membedakan

dengan audit lainnya. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:37),

mengemukakan karakteristik audit operasional yaitu :

1. Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigatif.

2. Mencakup semua aspek perusahaan, unit atau fungsi.

12

3. Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya (

bagian penjualan, bagian perencanaan produksi dan sebagainya),

atau suatu fungsi, atau salah satu sub klasifikasinya ( pengendalian

persediaan, sistem pelaporan, pembinaan pegawai dan

sebagainya).

4. Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari

perusahaan/ unit/ fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi,

tanggungjawab, dan tugasnya.

5. Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti/ data dan

standar.

6. Tujuan utama audit operasional adalah memberikan informasi

kepada pimpinan tentang efektif tidaknya perusahaan, suatu

unitmm atau suatu fungsi. Diagnosis tentang permasalahan dan

sebab – sebabnya, dan rekomendasi tentang langkah – langkah

korektifnya merupakan tujuan tambahan”.

f. Pelaksana Audit Operasional

Untuk melakukan audit opersional ada beberapa pihak yang dapat

melakukannya. Menurut Alvin A. Arens, Randy Elder dan Mark

Beasley yang dialihbahasakan oleh Ford Lumban Gaol (2006:499-501)

mengemukakan bahwa audit operasional bisa dilaksananakan oleh :

1. Auditor Intern

Auditor intern memiliki posisi yang unik untuk melakanakana audit

operasional, sehingga beberapa orang menggunakan istilah audit

13

internal dan audit operasional saling bergantian. Akan tetapi,

tidaklah tepat untuk menyimpulkan bahwa semua audit

operasional dilakukan oleh auditor intern atau bahwa auditor

intern hanya melakukan audit operasional. Banyak bagian audit

intern melaksanakan audit operasional dan juga audit keuangan.

Sering hal itu dilakukan secara bersamaan. Manfaat yang

diperoleh jika auditor intern melakukan audit operasionala adalah

bahwa mereka mencurahkan seluruh waktunya ke perusahaan

yang mereka audit. Oleh karenanya mereka mendapatkan banyak

pemahaman mengenai perusahaan dan kegiatan usahanya, yang

mana sangat penting bagi audit operasional yang efektif.

2. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah merupakan salah satu badan dalam

pemerintahan yang bertugas untuk melakukan audit operasional,

seringkali merupakan bagian dari pelaksanaan audit keuangan.

3. Kantor Akuntan Publik

Latar belakang pengetahuan mengenai bisnis klien yang harus

dimliki auditor ekstern dalam melaksanakan audit seringkali

memberikan informasi yang berguna dalam memberikan

rekomendasi – rekomendasi operasional. Merupakan suatu yang

biasa bagi klien untuk menugasi kantor akuntan publik

melaksanakan audit operasional atas satu atau lebih bagian

perusahaannya. Biasanya penugasan seperti itu hanya akan

14

terjadi jika perusahaan tersebut tidak mempunyai staf audit intern

tau staf audit internnya tidak mempunyai keahlian dalam bidang

tertentu”.

g. Tahap – Tahap Audit Operasional

Tahap – tahap audit operasional menurut IBK. Bayangkara

(2008:178-180) sebagai berikut :

1. Audit Pendahuluan

Audit pendahuluan diawali dengan perkenalan antara pihak

auditor dengan organisasi auditee. Serta bertujuan untuk

mengkonfirmasi scope audit, mediskusikan rencana audit dan

penggalian informasi umum tentang organisasi auditee, objek yang

akan diaudit , mengenal lebih lanjut kondisi perusahaan dan

prosedur yang diterapkan pada proses produksi dan operasi.

Pada tahap ini auditor melakukan overview terhadap

perusahaan secara umum, produk yang dihasilkan, proses produksi

dan operasi yang dijalankan, melakukan peninjauan terhadap

pabrik (fasilitas produk), layout pabrik, sistem komputer yang

digunakan dan berbagai sumber daya penunjang keberhasilan

fungsi ini dalam mencapai tujuannya. Setelah melakukan tahapan

audit ini, auditor dapat memperkirakan (menduga) kelemahan –

kelemahan yang mungkin terjadi pada fungsi produksi dan operasi

perusahaan auditee. Hasil pengamatan pada tahapan audit ini

15

dirumuskan ke dalam bentuk tujuan audit sementara yang akan

dibahas lebih lanjut pada proses audit berikutnya.

2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen .

Pada tahapan ini auditor melakukan review dan pengujian

terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada struktur

perusahan, sistem manajemen kualitas, fasilitas yang digunakan

dan/atau personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit

terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh pada audit pendahuluan,

auditor melakukan penilaian terhadap tujuan untama fungsi

produksi dan operasi serta variabel – variabel yang

mempengaruhinya. Variabel – variabel ini meliputi berbagai

kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan untuk setiap

program / aktivitas, praktik yang sehat, dokumentasi yang memadai

dan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan dalam menunjang

usaha pencapaian tujuan tersebut.

Di samping itu, pada tahap ini auditor juga mengidentifikasi

dan mengklasifikasikan penyimpangan dan gangguan – gangguan

yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terhambatnya

pencapaian tujuan produksi dan operasi. Review terhadap hasil

audit terdahulu juga dilakukan untuk menentukan berbagai tindakan

korektid yang harus diambil.

Berdasarkan review dan hasil pengujian yang dilakukan

pada tahap ini, auditor mendapat keyakinan tentang dapat

16

diperolehnya data yang cukup dan kompeten serta tidak

terhambatnya akses untuk melakukan pengamatan yang lebih

dalam terhadap tujuan audit sementara yang telah ditetapkan pada

tahapan audit sebelumnya. Dengan menghubungkan

permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk tujuan audirt

sementara dan ketersediaan dara serta akses untuk

mendapatkannya. Auditor dapat menetapkan tujuan audit yang

sesungguhnya yang akan didalami pada audit lanjutan.

3. Audit Lanjutan (Terinci)

Pada tahap ini auditor melakukan audit yang lebih dalam dan

pengembangan temuan terhadap fasilitas, prosedur, catatan –

catatan yang berkaitan dengan produksi dan operasi. Konfirmasi

kepada ihak perusahaan selama audit dilakukan untuk

mendapatkan penjelasan dari pejabat yang berwenang tentang

adanya hal – hala yang merupakan kelemahan yang ditemukan

auditor. Di samping itu, analisis terhadap hubungan kapabilitas

potensial yang dimiliki dan utilisasi kapabilitas tersebut di dalam

perusahaan sangat penting dalam proses audit.

Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, relevan dan

dapat dipercaya, auditor menggunakan daftar pertanyaan yang

ditujukan kepada berbagai pihak yang berwenang dan

berkompeten berkaitan dengan masalah yang diaudit. Dalam

wawancara yang dilakukan, auditor harus menyoroti keseluruhan

17

dan ketidaksesuaian yang itemukan dan menilai tindakan–tindakan

korektif yang telah dilakukan.

4. Pelaporan

Hasil dari keseluruhan tahapan audit sebelumnya yang telah

diringkaskan dalam kertas kerja audit (KKA),merupakan dasar

dalam membuat kesimpulan dan rumusan rekomendasi yang akan

diberikan auditor sebagai alternatif solusi atas kekurangan–

kekurangan yang masih ditemukan. Pelaporan menyangkut

penyajian hasil audit kepada pihak–pihak yang berkepentingan

terhadap hasil audit tersebut. Laporan audit disajikan dengan

format sebagai berikut :

a. Informasi Latar Belakang

Menyajikan gambaran umum fungsi produksi dan operasi dari

perusahaan yang diaudit, tujuan dan strategi pencapaiannya

serta ketersediaan sumber daya yang mendukung keberhasilan

implementasi strategi tersebut.

b. Kesimpulan Audit dan Ringkasan Temuan Audit

Menyajikan kesimpulan atas hasil audit yang telah dilakukan

auditor dan ringkasan temuan audit sebagai pendukung

kesimpulan yang dibuat.

c. Rumusan Rekomendasi

Menyajikan rekomendasi yang diajukan auditor sebagai

alternatif solusi atas kekurangan – kekurangan yang masih

18

terjadi. Rekomendasi harus didukung hasil analisis dan

menjelaskan manfaat yang diperoleh jika rekomendasi ini

diterapkan serta dampak negatif yang mungkin terjadi di masa

depan jika rekomendasi ini tidak diterapkan.

d. Ruang Lingkup Audit

Ruang lingkup auit menjelaskan tentang cakupan (luas) audit

yang dilakukan, sesuai dengan penugasan yang diterima

(disepakati) dengan pemberi tugas audit.

e. Tindak Lanjut

Rekomendasi yang disajikan auditor dalam laporannya

merupakan alternatif perbaikan yang ditawarkan untuk

meningkatkan berbagai kelemahan (kekurangan) yang masih

terjai pada perusahaan.Tindak lanjut (perbaikan) yang dilakukan

merupakan bentuk komitmen manajemen untuk menjadikan

organisasinya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Dalam

rangka perbaikan ini auditor mendampingi manajemen dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan program–

program perbaikan yang dilakukan agar dapat mencapai

tujuannya efektif dan efisien”

h. Pengertian Efektivitas

Menurut Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2009:179)

mengungkapkan pengertian efektivitas adalah sebagai berikut :

19

“Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik

itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi

organisasi. Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus juga mengacu

pada visi organisasi”.

i. Sistem Pengendalian Intern Penjualan

Pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat

oleh perusahaan untuk memastikan bahwa pelaksanaan operasional

perusahaan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan..

Menurut COSO (1992:13) yang juga disitir oleh Rand & Chamber

(2000:73), Cangemi & Singleton (2003:65), IAI (2001:319.2),

pengendalian intern didefinisikan sebagai berikut:

Internal Control is a process, affected by an entitiy’s board of

directors, management and other personnel, designed to provide

reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the

following categories:

Effectiveness and efficiency of operations.

Reliability of financial reporting.

Compliance with applicable laws and regulations.

Manajer pada organisasi harus memahami pentingnya menerapkan

dan memelihara pengendalian intern yang efektif yang merupakan

tanggungjawabnya. Definisi COSO tentang pengendalian intern

memperjelas bahwa pengendalian intern bukan hanya mempengaruhi

laporan keuangan yang reliable tetapi juga menunjukkan bahwa

20

pengendalian seharusnya efektif untuk semua operasi. Definisi

menurut Institute of Internal Auditors (IIA) di dalam Standar and

Guideline for The Profesional Practice of Internal Auditing menyatakan

bahwa pengendalian intern adalah aktivitas yang berusaha untuk

menjamin pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Tujuan utama

dari pengendalian intern adalah tercapainya:

a) Reliabilitas dan integritas informasi.

b) Kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan

kebijakan.

c) Pengamanan asset.

d) Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien.

e) Pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan untuk

operasi dan program.

B. Kerangka Pikir

Hubungan audit operasional dengan Sistem Pengendalian intern

penjualan adalah audit operasional sebagai suatu pendekatan yang

dilaksanakan untuk memeriksa, mengevaluasi, mendeteksi, dan

menelaah metode, prosedur, kebijakan dan kegiatan pengelolaan

sistem pengendalian intrn penjualan, dan umumnya auditor

memberikan saran perbaikan kepada perusahaan sehingga tujuan

audit operasional terhadap efektifitas sistem pengendalian intrn

penjualan dapat tercapai.

Audit Operasional (Variabel X)

Efektivitas Sistem Pengendalian intrn

Penjualan (Variabel Y)

21

C. Hipotesis

Diduga bahwa audit operasional berperan dalam menunjang efektivitas

pengendalian intern penjualan.

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah mengenai masalah peranan audit

operasional dalam menunjang efektivitas pengendalian intern

penjualan. Penulis melakukan penelitian pada PT. PN Manadulu

B. Metode Penelitian

Menurut Sugyiono (2009:1) metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan

tersebut dapat diperoleh dengan menerapkan metode penelitian yang

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai”.

Dalam penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif, Analisis

data ini dirumuskan untuk mengukur indikator peranan audit

operasional dalam menunjang efektivitas sistem pengendalian intrn

penjualan.

C. Defenisi Variabel dan Operasional Variabel

a. Definisi Variabel

Variabel merupakan gejala yang bervariasi yang menjadi obyek

penelitian. Menurut Sugiyono (2009:59) mendefinisikan pengertian

variabel sebagai berikut :

23

“ Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya”.

Sesuai dengan judul skripsi, yaitu peranan audit operasional dalam

menunjang efektivitas sistem pengendalian intern penjualan , maka

pengelompokan variabel–variabel yang mencakup dalam judul

tersebut dibagi menjadi dua variabel yaitu :

a. Variabel Bebas ( Independent Variable )

Variabel bebas adalah suatu variabel yang keadaannya tidak

dipengaruhi oleh variabel–variabel lain. Akan tetapi keberadaan

variabel ini merupakan faktor penyebab yang akan

mempengaruhi variabel lainnya.

Menurut Sugiyono (2009:59) variabel bebas (independent

variable) adalah: “Variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(variable dependent )”.

Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas

(independent variabl ) adalah peranan audit operasional.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Menurut Sugiyono (2009:59) variabel terikat (dependent variabl

) adalah:

24

“Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel

yang dipengruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas”.

Maka yang menjadi variabel terikat (dependent variable)

adalah efektivitas sistem pengendalian intern penjualan

b. Operasional variabel

Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih yaitu peranan audit

operasional dalam menunjang efektivitas sistem pengendalian intrn

penjualan, maka terdapat 2 (dua) variabel penelitian yaitu :

1. Peranan Audit Operasional.

2. efektivitas sistem pengendalian intern penjualan

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data

Primer.

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

dari pengalaman langsung pada objek perusahaan tempat penulis

melakukan penelitian, dimana dilakukan dengan cara observasi

melalui wawancara dan kuesioner.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek

penelitian, penyusun menggunakan alat dan metode atau tekhnik

pengumpulan data baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengumpulan data ini melalui:

25

1. Penelitian lapangan (field research)

Tujuan dari penelitian lapangan adalah untuk memperoleh

data primer mengenai peranan audit operasional dalam

menunjang efektivitas sistem pengendalian intern penjualan.

Penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Observasi (pengamatan)

Yaitu pengumpulan data dengan jalan melakukan pengamatan

secara langsung atas aktivas untuk mendapatkan gambaran

umum dari PT.PN Mantadulu, khususnya dalam bidang

pembayaran gaji dan upah yang erat hubungannya dengan

masalah peranan audit operasional dalam menunjang

efektivitas sistem pengendalian intern penjualan.

b. Interview (wawancara)

Merupakan teknik pengumpulan data yang diadakan langsung

dengan pihak yang berkepentingan untuk d minta keterangan

dan pendapat mereka yang dianggap, bertanggung jawab dan

menguasai masalah-masalah yang berhubungan dengan

penelitian untuk melengkapi informasi yang diperlukan dalam

penyusunan ini.

c. Kuesioner (pertanyaan)

Merupakan teknik pengumpulan data dimana penyusun

membuat pertanyaan dan pertanyaan mengenai kualifikasi

pengendalian internal, pelaksanaan tugas pengendalian internal

26

dalam mengefektifkan pembayaran gaji dan upah. Bentuk

kuesioner yang disajikan adalah pertanyaan tertutup, yaitu

pernyataan yang kemungkinan jawabannya telah ditetapkan

terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai

kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang sudah

diberikan.

2. Penelitian kepustakaan (library research)

Yaitu pengumpulan bahan sebagai dasar teori beberapa

literatur dan bahan perkuliahan yang erat hubungannya dengan

masalah yang teliti. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh

data-data sekunder sebagai dasar atau landasan teoritis yang

ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti.

D. Analisis Data

Untuk mendukung penelitian ini penulis melakukan pengumpulan

data sesuai dengan identifikasi masalah yang telah ditetapkan Analisis

data merupakan proses penyerdehanaan data ke dalam bentuk yang

mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Data yang akan

dianalisa merupakan data hasil pendekatan survei penelitian lapangan

dan penelitian kepustakaan, kemudian peneliti melakukan analisis

untuk menarik kesimpulan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan analisis statistic yang dapat dirumuskan

sebagai berikut: Y = a + bx

Keterangan: Y=efektivits pengendalian intern ,

a=konstanta, b= koefisien regresi

27

X= Audit Operasional

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan ini, penulis menggunakan sistem

penulisan sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisi penjabaran mengenai beberapa hal yang bersifat umum

yang berkaitan dengan pengerjaan penulisan ini, antara lain latar

belakanag, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penulisan .

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi penjabaran teori-teori yang digunakan sebagai pedoman

dan dasar berpikir dalam menyelesaikan permasalahan yang telah

dirumuskan pada penulisan ini.

Bab 3 Metodolodi Penelitian

Bab ini berisi penjelasan mengenai teknik pengumpulan data, teknik

analisa data dan sistematika penulisan.

28

DAFTAR PUSTAKA

(2012). Pedoman Pokok Operational Auditing.

Jakarta:Harvarindo.

Askey, JM. & Dale, BC. 1994. Internal Quality Management Auditing: An

Examination. Management Auditing Journal. Vol. 9, No. 4

H. Moermahadi Soerja Djanegara, Triandi, dan Skundita Pratikno, 2009,

Peranan Audit Operasional dalam Meningkatkan Efektifitas dan

Efisiensi Fungsi Pembelian pada PT organ Jaya, Jurnal Ilmiah

Ranggagading, Vol. 9 No. 1, 1-8.

Iriyadi, 2004, Evaluasi atas Prosedur Pemeriksaan Operasional dalam

Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Intern Penjualan, Jurnal

Ilmiah Ranggagading, Vol 4, No. 1, 75-96.

Maularia CJ Sirait, 2009, Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan

Auditor Internal Terhadap Fraud, Jurnal Auditor, Vol 2, No. 3.

Antonius Efendi, 2004, Peranan Audit Operasional Dalam Menunjang

Efekivitas Penjualan, Skripsi: Universitas Widyatama Bandung.