penggunaan model pembelajaran probing prompting dalam

90
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING - PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH SWASTA TARBIAYAH MAZNIYAH KOTA JAMBI SKRIPSI HERA SITI SETYOWATI 201172267 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAMBI 2021

Upload: khangminh22

Post on 20-Feb-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING -

PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH

AKHLAK SISWA KELAS XI DI MADRASAH

ALIYAH SWASTA TARBIAYAH

MAZNIYAH KOTA JAMBI

SKRIPSI

HERA SITI SETYOWATI

201172267

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

JAMBI

2021

i

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING -

PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH

AKHLAK SISWA KELAS XI DI MADRASAH

ALIYAH SWASTA TARBIAYAH

MAZNIYAH KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Strata Satu (SI) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

HERA SITI SETYOWATI

201172267

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

JAMBI

2021

ii

KEMENTRIAN AGAMA RI

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Hal : Nota Dinas

Lampiran : -

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di – Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb

Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta

mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat

bahwa Skripsi saudara:

Nama : Hera Siti Setyowati

NIM : 201172267

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Penggunaan Model Pembelajaran Probing Prompting Dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas XI di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi

Pendidikan Agama Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagia salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu.

Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/ tugas akhir Saudara tersebut di

atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan

terimakasih.

Jambi, Mei 2021

Mengetahui,

Pembimbing I

Dr. H. Khairunas R, M.Pd.I

NIP. 09560126158202101

PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No.

Revisi

Tgl

Revisi

Halaman

In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 R-0 - 1 dari 2

iii

KEMENTRIAN AGAMA RI

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Hal : Nota Dinas

Lampiran : -

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di – Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb

Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta

mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat

bahwa Skripsi saudara:

Nama : Hera Siti Setyowati

NIM : 201172267

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Penggunaan Model Pembelajaran Probing Prompting Dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas XI di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi

Pendidikan Agama Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagia salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu.

Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/ tugas akhir Saudara tersebut di

atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan

terimakasih.

Jambi, Mei 2021

Mengetahui,

Pembimbing II

Habib Muhammad, M.Ag

NIP.196911141994011001

PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No.

Revisi

Tgl

Revisi

Halaman

In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 2021 R-0 - 1 dari 2

iii

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Tarbiyah &

Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya

sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari

hasil karya orang lain telah di tuliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh skripsi bukan hasil

karya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian tertentu,

saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan

yang berlaku.

Jambi, April 2021

Penulis,

Hera Siti Setyowati

201172267

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. kita memuji-Nya, dan

meminta pertolongan, pengampunan serta petunjuk kepada-Nya, kita berlindung

kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Saya

persembahkan karya ilmiah ini kepada keluarga tercinta, untuk Ayahku Sutejo,

dan Ibundaku Rukayah, serta Abangku Rohmad Yulis Diana yang telah

memberikan kasih sayang, do’a, dukungan dan motivasi baik secara moral

maupun materil, semoga diberikan kesehatan dan kebahagiaan di dunia maupun di

akhirat kelak.

Untuk dosen pembimbing Bapak Dr. H. Khairunas, M.Pd,I dan Bapak

Habib Muhammad, S.Ag. terima kasih atas bimbingan dan arahannya sehingga

saya dapat menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini. Untuk Bapak dan Ibu Dosen

yang sudah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada kami.Semoga

ilmu yang Bapak berikan menjadi berkah dan ladang pahala untuk Bapak.

Untuk sahabat tersayang, yang senantiasa selalu membantu dan

memberikan semangat dalam menegerjakan karya ilmiah ini.

vii

MOTTO

بالهم سيهد يهم ويصلح

“Allah akan memberi petunujuk kepada mereka dan memperbaiki keadaan

mereka”. (Q.S Muhammad Ayat 5) .

viii

KATA PENGANTAR

الر حمن الر حيم بسم للاه

Alhamdulillahirobbil‘alamin, segala puji dan rasa syukur penulis

haturkan sepenuhnya kepada Allah SWT, maha pencipta alam semesta, maha

pemberi dengan segala rahmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga

penulis diberi kejernihan dalam berfikir, ketenangan dalam berbuat, kekuatan

dalam beraktifitas untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan ini

merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu

(S1) dalam bidang pendidikan Agama Islam, di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penelitian ini berjudul

“Penggunaan Model Pembelajaran Probing Prompting Dalam Pembelajaran

Akidah Akhlak Siswa Kelas XI Di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah

Kota Jambi”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rektor Prof. Dr. Su’aidi Asyari, MA. Ph. D, selaku rektor UIN Sulthan

Thaha Saifudi Jambi.

2. Ibu Dra. Hj. Fadhilah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi.

3. Bapak Muklis, S.Ag M.Pd. I selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

Islam dan Bapak Habib Muhammad, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi

Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Dr. H. Khairunas, M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

Habib Muhammad, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing II.

Jambi, April 2021

Penulis,

Hera Siti Setyowati

201172267

ix

ABSTRAK

Nama : Hera Siti Setyowati

Nim : 201172267

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : Penggunaan Model Pembelajaran Probing Prompting Dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas XI Di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

Skripsi ini membahas tentang Penggunaan Model Pembelajaran Probing

Prompting Dalam Pembelajaran Hasil Belajar Siswa Kelas XI di Madrasah Aliyah

Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi, penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan menggunakan sumber data primer dan skunder. Untuk

memperoleh data tersebut peneliti menggunakan metode observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa

penggunaaan model pembelajaran probing prompting dapat meningkatkan

partisipasi siswa dalam proses belajar akidah akhlak siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pemeblajaran

probing prompting dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses

pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, siswa mampu mengungkapan

gagasan atau pemikiran tentang materi pelajaran yang sudah diketahui. kendala

yang di alami dalam proses pembelajaran yakni terbatasnya waktu belajar di

kelas, rendahnya tingkat intelegensi siswa, rendahnya tingkat kedisiplinan siswa,

alat telekomunikasi juga menjadi hambatan dalam proses pembelajaran,dan sanksi

hukuman yang lemah, upaya yang dilakukan guru yakni memberikan pengarahan

dan nasihat, serta memberikan sanksi dan hukuman kepada siswa atas pelanggaran

yang dilakukan.

Kata kunci : Model pembelajaran probing prompting, akidah akhlak,

x

ABSTARCT

Name : Hera Siti Setyowati

Nim : 201172267

Study Program : Islamic Religious Education

Title : The Use of Probing Prompting Learning Model in Learning

Akidah Akhlak Class XI Students in Private Madrasah Aliyah

Tarbiyah Mazniyah Jambi City

This thesis discusses the use of the Probing Prompting Learning Model in

the Learning Outcomes of Class XI Students at Madrasah Aliyah Private Tarbiyah

Mazniyah Jambi City. This research is a qualitative research using primary and

secondary data sources. To obtain the data, the researchers used observation,

interview and documentation methods. The purpose of this study was to determine

that the use of the probing prompting learning model can increase student

participation in the learning process of students' akidah morals.

The results showed that the use of the probing prompting learning model

can increase student participation in the learning process in class and outside the

classroom, students are able to express ideas or thoughts about the subject matter

that is already known. obstacles experienced in the learning process are limited

learning time in class, low level of student intelligence, low levels of student

discipline, telecommunications devices are also obstacles in the learning process,

and weak penalties, efforts made by the teacher namely providing direction and

advice, and provide sanctions and penalties to students for violations committed.

Keywords : probing prompting learning model, akidah akhlak

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

NOTA DINAS ............................................................................................... iii

PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................................. v

PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi

MOTTO ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

ABSTRAK ..................................................................................................... ix

ABSTRACT ................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ............................................................................. 6

C. Rumusan Masalah .......................................................................... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik ............................................................................... 9

1. Model Pembelajaran Probing Prompting .................................. 9

2. Pengertian Pembelajaran ........................................................... 14

3. Akidah Akhlak.......................................................................... 20

4. Membiasakan Akhlak Terpuji .................................................. 23

5. Guru Pendidikan Agama Islam ................................................. 24

B. Studi Releven ................................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ................................................... 30

B. Setting dan Subjek Penelitian.......................................................... 31

C. Jenis dan Sumber Data.................................................................... 32

xii

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 33

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................ 35

F. Uji Keterpecayaan Data ................................................................. 36

G. Jadwal Penelitian ............................................................................ 37

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum .............................................................................. 37

B. Temuan Khusus dan Pembahasan .................................................. 47

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 63

B. Saran ............................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65

LAMPIRAN .................................................................................................. 67

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ............................................................................ 36

Tabel 4.1. Data Guru MAS Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi ............................ 42

Tabel 4.2. Data Siswa MAS Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi .......................... 43

Tabel 4.3. Daftar absensis siswa kelas XI ........................................................ 44

Tabel 4.4. Daftar sarana dan prasarana MAS Tarbiyah Mazniyah

Kota Jambi ..................................................................................... 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran yang unggul sejatinya memerlukan guru yang

profesional sebagai produk dari profesionalisasi secara berelanjutan yang

seperti kita ketahui, guru memiliki pendidikan dan pelatihan secara khusus

sehingga melahirkan para guru yang memiliki profesionalitas dan

profesionalisme (Nanang Hanafiah, 2017:103). Dalam hal ini berarti guru

sangat berperan penting dalam dunia pendidikan yang berfungsi sebagai

pencipta generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkualitas baik secara

intelektual serta akhlaknya. Seperti yang kita ketahui bahwa guru memiliki

tugas dan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan khususnya di

Indonesia.

Jadi, guru di tuntut untuk bisa terampil dalam menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan, dan tetap kondusif sehingga dapat tercapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan agar peserta didik tidak merasa bosan, ngantuk,

dan malas dalam menerima materi pembelajaran. Terampil merupakan salah

satu komponen yang harus dimiliki oleh seorang guru seperti keterampilan

dalam membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan, terampil berbicara,

terampil dengan media pembelajaran, terampilan dalam mengelola kelas, dan

keterampilan menutup pelajaran. Selain terampil, komponen pendidikan yang

penting untuk diperhatiakan oleh seorang guru adalah metode, model, dan

strategi yangdigunakan dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat diciptakan melalui

metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang berkaitan,

karena jika metode, model dan strategi yang digunakan tidak cocok dengan

materi yang akan disampaikan maka proses pembelajaran akan cenderung

menjadi kacau dan malah sulit untuk di pahami. Akan tetapi penyampaian

materi dalam artian penanaman nilai-nilai pendidikan sering kali gagal

2

dikarenakan cara yang digunakan pendidik kurang tepat. Penguasaan pendidik

terhadap materi pembelajaran saja, sejatinya belum cukup untuk dijadikan

tolak ukur keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar.

Saat ini, yang harus diperhatikan yaitu bagaimana usaha yang harus

dilakukan oleh para pendidikuntuk menerapkan model-model pembelajaran

yang dapat memperluas pemahaman peserta didik dalam pemahaman materi

pembelajaran, mendorong mereka untuk bisa aktif, berfikir kritis, dan

sekaligus memiliki ketrampilan yang kreatif, serta mendalam. Saat ini terjadi

perubahan paradigma dalam proses kegiatan belajar mengajar. Selama ini

dalam proses pembelajaran guru lebih banuak mendominasi, saat ini

paradigma berpikirnya dirubah bahwa kegiatan belajar yang mendominasi

adalah siswa, jadi perlu adanya aktivitas yang seimbang antara siswa dan guru.

Bahkan akan lebih baik lagi, jika siswa lebih banyak aktif dalam proses

pembelajaran.

Mohammad Surya mengatakan, pembelajaran merupakan suatu proses

yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Abdul Majid, 2016:04). Jadi, didalam proses

pembelajaran secara perlahan nanti nya akan terjadi adanya perubahan dari

dalam diri siswa yakni seperti perubahan sikap (afektif), serta perubahan

keterampilan (aspek psikomotorik). Proses pembelajaran yang aktif, dapat

menumbuhkan daya inovatif, kreatif, efektif dan menambah pengetahuan yang

baru. Selain itu, didalam proses pembelajaran juga harus terdapat interaksi

antara pengajar dengan peserta didik hal ini dikarenakan agar pendidik dapat

mengetahuui apakah peserta didik dapat memahami materi yang sedang

diberikan atau tidak.

Peserta didik dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktif

dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan

suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk berpikir, bertanya,

mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktikkan

konsep yang dipelajari, serta berkreasi (Dede Rohaniawati, 2018:155).

3

Peserta didik di tuntut aktif dalam proses pembelajaran akan tetapi hal tersebut

tidak mudah terlaksana apabila suasana belajar terbilang monoton dan

membosankan. Jadi, Peningkatan pemahaman peserta didik pada materi yang

diberikan sangat bergantung pada peran guru yang mengelola proses

pembelajaran. Proses pembelajaran yang aktif dapat terlaksana apabila model

pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

Sejatinya keberhasilan pendidik disaat menguasai kelas serta menerapkan

model pembelajaran yang tepat adalah salah satu faktor yang mendukung akan

keberhasilan pendidik disaat melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.

Pendidikan akidah akhlak mempunyai arti dan peranan penting dalam

membentuk perilaku peserta didik seutuhnya. Sebab dengan pendidikan

akidah akhlak ini peserta didik tidak diarahkan kepada pencapaian

kebahagiaan hidup di dunia saja, tetapi juga untuk kebahagiaan hidup di

akhirat. Dengan pendidikan akidah akhlak peserta didik diarahkan mencapai

keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan batiniah, keselarasan hubungan

antara manusia dalam lingkup sosial masyarakat dan lingkungannya juga

hubungan manusia dengan Tuhannya. Dengan pendidikan akidah akhlak pula

Peserta didik akan memiliki derajat yang tinggi yang melebihi makhluk

lainnya (Jalaluddin, 2016:165).

Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan akidah

akhlak dapat dipandang sebagai suatu wadah untuk membina dan

membentukperilaku peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik).

Oleh sebab itu pembelajaran akidah akhlak bertujuan untuk

menumbuhkan pola perilaku peserta didik yang bulat melalui latihan

kejiwaan, kecerdasan, penalaran, perasaan dan indera. pembelajaran akidah

akhlak dengan tujuan semacam itu harus melayani pertumbuhan peserta didik

dalam segala aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah,

ilmiah maupun bahasa. Pembelajaran akidah akhlak harus mendorong semua

aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup

berdasarkan nilai-nilai Islam.

4

Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh dari

lingkungan. Lingkungan kita artikan secara luas, bukan saja terdiri dari

lingkungan alam akan tetapi meliputi lingkungan sosial. Bahkan lingkungan

sosial inilah yang dapat dikatakan lebih memegang peranan. Melalui interaksi

antara individu dan lingkungannya maka siswa memperoleh pengalaman yang

selanjutnya mempengaruhi kelakuannya sehingga berubah dan berkembang.

Itu sebabnya maka ada pendapat yang mengatakan, bahwa pendidikan adalah

suatu proses sosialisasi, dimana siswa dipersiapkan sesuai dengan norma-

norma masyarakat tempat ia hidup.

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah perkembangannya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Komponen yang

mendukung pencapaian tujuan pembelajaran adalah model pembelajaran yang

dipakai dalam proses pembelajaran di sekolah. Guru dalam proses

pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Dalam proses

pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi

siswa yang diajarnya tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of

learning) (Sanjaya, 2017:52). Terutama guru harus menguasai berbagai

macam metode dan teknik pembelajaran. Ia harus mampu menciptakan

suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan agar proses belajar mengajar

dapat berlangsung dengan cepat dan baik.

Penggunaan metode ceramah dalam proses pembelajaran masih sangat

dominan, sehingga guru memegang kendali penuh, sedangkan peserta didik

tidak banyak terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu cara agar

siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan

menggunakan sumber belajar yang dapat membuat siswa terlibat langsung

didalamnya.

Melihat kondisi tersebut maka guru perlu memahami dan

mengembangkan serta menerapkan model atau strategi yang tepat dalam

pelajaran. Tujuannya agar siswa dapat belajar secara aktif dan mampu

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam belajar sejarah. Guru

5

hendaknya memberikan variasi dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu

dengan menggunakan model pembelajaran probing-promting selain metode

ceramah bervariasi. Pembelajaran dengan menggunakan probing-promoting

lebih menekankan anak pada penguasaan materi dan melibatkan langsung

siswa dalam proses belajar.

Pembelajaran adalah salah satu proses yang direncanakan dalam

memberikan ilmu serta upaya dalam menata lingkungan yang suasananya akan

tumbuh dan berkembang pada suatu proses pembelajaran, pembelajaran pada

hakekatnya merupakan proses komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa

di dalam lingkungan sekolah, jadi bila ada guru mengajar pasti ada siswa yang

belajar. dalam proses pembelajaran akan didapatkan hasil yang disebut hasil

pembelajaran. Agar diperoleh hasil belajar yang optimal, maka pembelajaran

harus dengan tindakan yang disengaja, sadar, terencana dan terorganisasi.

Dalam proses pembelajaran, guru harus pandai menggunakan metode yang

mudah dilaksanakan, dan proses nya dapat di mengerti oleh siswa sehingga

akan menghasilkan pengetahuan dan pemahaman sesuai dengan apa yang

diharapkan. bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan

guru terhadap anak didik, menentukan siikap dan perbuatan. Setiap guru tidak

selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini

akan mempengaruhi model pembelajaran yang akan guru terapkan dalam

proses pembelajaran. model pembelajaran menempati peranan yang tidak

kalah pentingnya dari komponen lainnya.

Menurut Miftahul Huda (2014: 281) pembelajaran probing prompting

adalah pembelajaran dengan cara menyajikan serangkain pertanyaan yang

sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan

proses berfikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa

dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Menurut Nurhamiyah dan Muhamad Jauhar (2014: 243) probing

prompting adalah suatu ketrampilan untuk memberikan penguatan, pemakaian

yang tepat dari teknik penguatan ini akan menimbulkan sikap yang positif

bagi siswa serta mengaktifkan partisipasi dalam kegiatan belajar

6

Dari beberapa pengertian di atas Penulis dapat menyimpulkan bahwa

pembelajaran probing prompting adalah suatu metode pembelajaran dengan

cara memberikan beberapa serangkaian pertanyaan yang bersifat menuntun

dan menggali pengetahuan siswa, sehingga terjadi proses berpikir yang

mengaitkan dengan pengetahuan yang ada pada diri siswa dengan

pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Berdasarkan survei penelitian di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi kondisi proses pembelajaran di kelas monoton, tidak

ada variasi sehingga guru mencoba untuk model pembelajaran probing

prompting sesuai dengan kondisi dan masalah yang terjadi di kelas tersebut.

Model pembelajaran ini menekankan siswa untuk berfikir secara individu

ataupun berkelompok dalam memecahkan masalah, sehingga terciptalah

optimalisasi partisipasi siswa. Alasan kedua karena guru jarang menggunakan

model pembelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

model pembelajaran probing prompting dapat dijadikan suatu metode yang

inovatif dalam pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar akidah

akhlak siswa. Khususnya kelas XI yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari

12 siswi dan 8 siswa, agar menjadi lebih baik lagi sehingga peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Penggunaan Model

Pembelajaran Probing Prompting Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Siswa

Kelas XI Di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi”

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran akidah akhlak

siswa kelas XI dengan menggunkan model pembelajaran probing prompting

pada mata pelajaran akidah akhlak di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi.

7

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran probing prompting pada

mata pelajaran Akidah Akhlak kelas XI di Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

2. Apa faktor penghambat penggunaan model pembelajaran probing

prompting dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak siswa kelas XI di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

3. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam penggunaan

model pembelajaran probing prompting pada mata pelajaran Akidah

Akhlak kelas XI di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota

Jambi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

terutama dalam penggunaan model pembelajaran probing prompting untuk

meningkatkan minat dan partisipasi belajar siswa saat proses pembelajaran

serta dapat dijadikan bahan rujukan dan informasi untuk penelitian yang

sejenis pada masa yang akan datang. Adapun tujuan dan kegunaan penelitian

ini sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan model pembelajaran

probing prompting dalam pembelajaran akidah akhlak siswa kelas XI

di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam

penggunaan model pembelajara probing prompting dalam

meningkatkan hasil belajar akidah akhlak siswa kelas XI di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala

yang dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran probing

prompting pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas XI di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

8

2. Kegunaan penelitian

a. Bagi siswa, agar mendorong para siswa untuk berfikir aktif dan

mengembangkan keberaniannya dalam mengemukakan pendapat.

b. Bagi Guru, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam

proses pembelajaran.

c. Bagi Peneliti, sebagai bahan referensi dan rujukan para peneliti

berikutnya.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Model Pembelajaran Probing Prompting

Model merupakan salah satu pendekatan dari proses pembelajaran

dalam rangka mensiasati perubahan tingkah laku peserta didik secara

adaptif maupun generatif (Nanang Hanafiah, 2017:41). Jadi, model

pembelajaran yaitu suatu cara yang dapat di terapkan oleh pendidik guna

mensiasati perubahan tingkah laku peserta didik dalam proses

pembelajaran untuk dapat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

Di dalam model pembelajaran biasanya terdapat media-media yang

mendukung dalam proses belajar mengajar misalnya buku-buku, film-film,

program-program media komputer yang menunjang selama proses belajar

mengajar. Manfaat penggunaan model pembelajaran adalah :

a) Untuk mempermudah guru dalam memberikan materi kepada

peserta didik dlam proses kegiatan pembelajaran.

b) Munculnya variasi didalam proses pembelajaran, yang menjadikan

peserta didik menjadi tidak merasa bosan dalam belajar.

c) Timbulnya minat dan semangat belajar peserta didik dalam

membangun motivasi serta merangsang proses belajar siswa

dengan menggunakanberbagai macam model-model pembelajaran

yangsesuai dengan keadaan kelas peserta didik.

d) Terdapat daya tarik tersendiri didalam proses kegiatan belajar

mengajar, hal ini dapat membuat peserta didik memberikan

perhatiannya terhadap pendidik yang sedang memberikan materi

pembelajaran.

10

A. Pengertian Model Pembelajaran Probing Prompting

Model pembelajaran probing promting memiliki arti, probing

yaitu penyelidikan, atau pemeriksaan sedangkan promting yaitu

mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan disini

bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada

diri siswa agar dapat dipergunakan untuk memahami pengetahuan atau

konsep yang baru (Miftahul Huda, 2018:281).

Model pembelajaran Probing Promting ini dihubungkan oleh

Ibnu Qayyim yakni salah satu tokoh dari pemikiran pendidikan islam

yang mengemukakan pendapatnya tentang keberadaan manusia di

muka bumi ini. Menurutnya, bahwa Allah telah menciptakan manusia

melebihi dari ciptaannya yang lain, yaitu dengan memuliakan dan

mengutamakannya serta melimpahkan semua yang ada di dunia ini

hanya untuk manusia. Sampai-sampai malaikat pun di perintahkan

untuk bersujud kepada manusia itu. Iblis diusir dan dijauhkan dari sisi-

Nya disebabkan tidak mau bersujud kepada manusia. Dengan

diciptakannya manusia, Allah mengutus para rasul dan nabi untuk

memberi penerangan agar tidak tersesat dalam perjalananya menuju

akhirat nanti. Sebagai balasan, kepada manusia Allah menciptakan

surga dan neraka bagi mereka yang berbuat kebaikan dan keburukan

(Susanto, 2015:35).

Teknik probing prompting adalah pembelajaran dengan cara

guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan

menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan

pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang

sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-

aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru

tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan

dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak

11

mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses

pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.

Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa

dibiasakan. Untuk mngurangi kondisi tersebut, guru hendaknya

mengajukan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah,

suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa,

sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan

lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah

adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.

Ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk

menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena

hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk

mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru

akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. Ketrampilan bertanya

yang perlu dikuasai guru meliputi ketrampilan bertanya dasar dan

ketrampilan bertanya lanjutan. Ketrampilan bertanya dasar mencakup :

pertayaan yang jalas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan

perhatian, pemindahan giliran, penyebaran pertayaan (kepada seluruh

kelas, kepada peserta didik tertentu, dan kepada peserta didik lain

untuk menanggapi jawaban), pemberian waktu berfikir, pemberian

tuntunan (dapat dilakukan dengan mengungkapkan pertanyaan dengan

cara lain, menanyakan dengan pertayaan yang lebih sederhana, dan

mengulangi penjelasan yang sebelumnya).

Karakteristik model pembelajaran probing prompting anatara

lain:

a) Permasalahan menjadi starting pointdalam proses belajar

b) Permasalahan yang diangkat yaitu permasalahan yang ada di dunia

nyata

c) Permasalagan membutuhkan prespektif ganda atau (multiple

prespektive)

12

d) Permasalahan, memberikan tantangan pengetahuan yang

sebelumnya sudah dimiliki oleh peserta didik, sikap, serta

kompetensi yang selanjutnya memerlukan identifikasi kebutuhan

belajar dan bidang baru pada aktivitas belajar

e) Belajar membrikan arahan diri menjadi suatu hal yang lebih baru

f) Dimanfaatkannya sumber pengetahuan yang beraneka ragam,

penggunaannya dan evaluasi dari sumber informasi merupakan

proses yang esensial dan penting.

g) Belajar yakni sebuah kolaborasi, komunikasi, serta kooperati

h) Proses belajar mengajar melibatkan evaluasi dan review

pengalaman siswa dan proses belajar. (Nanang Hanafiah,

20127:285)

1) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Probing Prompting

Kelebihan penggunaan model pembelajaran probing prompting

dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

a) Mendorong murid untuk aktif dalam berfikir

b) Kesempatan diberikan untuk pesertadidik guna menanyakan hal-

hal yang dianggap kurang bisa dipahami sehingga pendidik bisa

menjelaskan ulang tetang materi terkait

c) Perbedaan pendapat antara siswa dapat di kompromikan atau

diarahkan pada suatu diskusi

d) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa,

sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, mengantuk, sehingga siswa

dapat kembali tegar dan hilang kantuknya

e) Sebagai cara meninjau kembali (review) bahan pelajaran yang

lampau.

f) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam

menjawab dan mengemukakan pendapat.

13

Kekurangan penggunaan model pembelajaran probing

prompting dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

1) Siswa merasa takut, apalagi ketika guru kurang bisa mendorong

siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tegang

melaikan akrab

2) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkatan

berpikir yang mudah dipahami oleh siswa

3) Waktu sering terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab

pertanyaan sampai dua atau tiga orang

4) Dalam jumlah siswa yang banyak, waktu terkadang tidak

mencukupi untuk guru memberikan pertanyaan kepada siswa

5) Dapat menghambat cara berpikir anak apabila anak kurang pandai

membawakan, contohnya ketika guru meminta siswa menjawab

pertanyaan dengan jawaban persis seperti yang dia kehendaki,

kalau tidak maka dinilai salah.

2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Probing Prompting

1. Persiapan

a. Guru menyiapkan bahan-bahan ajar yang akan di pergunakan

dalam proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan

a. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan

degan cara meminta siswa untuk memperhatikan gambar,

rumus, atau situasi yang didalamnya mengandung

permasalahan.

b. Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran khusus atau indikator kepada

seuruh siswa.

14

c. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan

diskusi kecil dalam merumuskannya.

d. Guru dapat menunjuk saah satu siswa untuk menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru.

e. Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan

kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk

meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat mengalami

partisipasi dalam menjawab atau jawaban yang kurang

maksimal, tidak maksimal, atau tidak menjawab maka guru

mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya

merupakan petunjuk jalan penyelesaiian dari jawaban. Lalu

diteruskan dengan pertanyaan yang menuntun peserta didik

untuk bisa beerpikir pada tingkatan yang lebih tinggi,

sehingga peserta didik mampu menjawab pertanyaan sesuai

dengan kompetensi dasar. Pertanyaan yang ditanyakan

didalam langkah ke enam ini sebaiknya diberikan kepada

peserta didik yang tidak sama supaya semua peserta didik

bisa ikut didalam seluruh kegiatan probing promting.

f. Pendidik memberikan pertanyaan terakhir untuk peserta

didik yang berbeda guna lebih memastikan bahwa indikator

tersebut benar-benar telah difahami oleh semua peserta

didik. (Nanang Hanafiah, 2017:285)

2. Pengertian Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau

sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses dan sifatnya masih sangat

umum. Proses tersebut mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan

melatari metode pembelajaran sesuai dengan cakupan teoritis tertentu.

Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran :

15

teacher centred approach, yaitu pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada guru, dan student centered approach, yakni

pendekatan pemebelajaran yang berorientasi atau berpusat kepada siswa.

(Munif Chatib, 2017:128)

Model merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati

perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model

pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik

(learning style) dan gaya mengajar guru (teacing style), yang keduamya

disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and Teaching). (Cucu

Suhana, 2014:37).

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai

kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi

peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang

hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Untuk mengembangkan daya

nalarnya juga, adalah dengan melatih siswa untuk mengungkapkan

gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya

maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya. (Syamsu Yususuf,

214:69).

Teori behaviouristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu

menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behaviouristik

mengakui pentingnya masuan atau input yang berupa stimulus dan

keluaran atau out put yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di

antara stimulus dan respon di anggap tidak penting diperhatikan sebab

tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah

stimulus dan respons.

Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar.

Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila

penguatan ditambahkan (positif reinforcement) maka respon akan semakin

16

kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement)

maka respon juga akan menguat. Aliran Behaviorisme sebagaimana yang

dirumuskan oleh Watson itu (yang sering juga disebut Behaviorisme

orthodox) dewasa ini boleh dikata hampir tidak ada yang mengikuti secara

konsekuen. Namun demikian pengaruh pendapat Watson itu masih tetap

besar, terutama di Amerika Serikat sendiri, yaitu dalam bentuk aliran yang

sudah.

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam belajar, yakni

ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-

cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum.

Sedangkan Gegne membagi lima kategori hasil belajar, yakni

informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan

ketrampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyami Bloom yang secara

garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotoris.

a) Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang tertidiri dari

enam aspek, pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama tersebut kognitif tingkt

rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk aspek kognitif tingkat

tinggi.

b) Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

17

c) Ranah psikomotoris

Berkenaan denga hasil belajar ketrampilan dan kemapuan

bertindak. Ada enam aspek psikotoris, yakni gerakan refleks,

ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresi dan

interprelatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di

antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai

oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa

dalam menguasai isi bahan pengajaran. (Nana Sudjana, 2014: 22-23).

Purwanto menjelaskan hasil belajar dapat berupa perubahan dalam

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, termasuk dari tujuan

pengajarannya. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai tolak ukur

untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah

diajarkan.untuk mengetahui hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian

pengukuran alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat, pengukuran

demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah

yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.

(Purwanto, 2019:44)

Perubahan sebagai hasil proses belajar dan ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahua, penalaran, sikap, dan

tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan dalam

aspek-aspek lain dalam diri individu.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Kognitif adalah knowledge (pengetahuan dan

ingatan), comperehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),

syinthesis (mengorganisasikan, merencanakan, memebentuk bangunan

baru), dan evaluation (menilai). Afektif adalah receving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), valuimg (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi). Psikomotor meliputi

initiatory, preroutine, dan rountinized, psikomotor juga mencakup

18

ketrampilan produktif, teknik fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

(Slameto, 2017:138)

1) Tujuan Hasil Belajar

Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga

untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar.

Hasil belajar dalam kecakapan kognitif itu mempunyai herarki/bertingkat-

tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah:

Informasi non verbal

Informasi fakta dan pengetahuan verbal

Konsep dan prinsip

Pemecahan masalah dan kreativitas

Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan

carapengindraan terhadap objek-objek dan pristiwa-pristiwa secara

langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal/dipelajari

dengan cara mendengarkan orang lain dengan jalan/cara membaca.

Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya,

konsep-konsep itu penting untuk membentuk prisip-prinsip, kemudian

prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah dan di dalam

kreativitas. (Slameto, 2017:140).

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses

perkembangan. Artinya secara kodrati jiwa raga anak mengalami

perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik berasal

dari diri siswa maupun dari pengaruh lingkungannya. Berdasarkan teori ini

hasil belajar siswa dipengaruhi yaitu kemampuan siswa dan

lingkungannya. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai

berikut:

19

a) Faktor internal

(1) Faktor fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang

prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam

keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan

membantu dalam proses hasil belajar.

(2) Faktor psikologis

Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki

kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar

bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan

berpengaruh pada proses dan hasil belajar siswa. Bebrapa faktor

psikologis yang dapat diuraikan diantaranya meliputi

intelegensi, perhatian, minat, dan bakat, motif dan motivasi,

kognitif dan daya nalar.

b) Faktor eksternal

(1) Faktor lingkungan

Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau

lingkungan alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial.

Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembapan,

kepengapan udara, dan sebagainya. Lingkungan sosial baik

berwujud manusia maupun hal-hal lainnya juga dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

(2) Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan, fakor-fakor instrumental ini dapat berupa guru,

kurikulum, sarana dan prasarana. (Yudhi Munadi, 2013:30)

Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses

perkembangan, artinya secara kodrati jiwa raga anak akan

mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan

20

sesuatu baik yang bersal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh

dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua hal yakni:

1) Siswa, dalam arti kemampuan berfikir dan tingkah laku

intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani

maupun rohani.

2) Limgkungan yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru,

kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan

keluarga dan lingkungan. (Ahmad Susanto, 2018:02)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki setiap siswa di mana kemampuan tersebut

didapatkan melalui pola-pola perbuatan dan juga memiliki pengalaman

belajar sehingga siswa dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

3. Akidah Akhlak

1) Pengertian Akidah Akhlak

Secara etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata

“aqadaya’qidu-aqdan”, berarti ikatan perjanjian, sangkutan dan

kokoh. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi

sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis

artinya adalah iman atau keyakinan.

Menurut istilah (terminologi) akidah ialah dasar-dasar

pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang

bersumber ajaran Islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim

sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah

adalah kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas yang

dapat diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang diyakini

oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya,

ditetapkan keshalehannya dan tidak melihat ada yang

21

menyalahinya dan bahwa itu benar serta berlaku selamanya.

Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang Pencipta, keyakinan

akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan manusia akan kewajiban

ketaatan kepada-Nya dan menyempurnakan akhlak, yang dimaksud

aqidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah).

(Muhammad Daud Ali, 2016:199).

Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab,

bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq yang secara bahasa antara

lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Pada

hakikatnya khulq (budi pekerti) adalah suatu kondisi atau sifat

yang telah meresap dari jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari

situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan

mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa melakukan pemikiran.

Dalam kamus besar bahasa indonesia kata akhlak diartikan

sebagai budi pekerti atau kelakuan. Menurut Abudin Nata secara

etimologis kata akhlak berasal dari bahasa arab, yakni isim masdar

(bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan. Sesuai

bentuk isulasi mazid wazan ‘af’ala, yuf’ilu’ if’alan yang berarti al-

sajiyah (perangai), at-thabi’ah (kelakuan, tabiat, atau watak dasar),

al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-mur’ah (peradaban yang baik),

dan al-din (agama). (Heri Gunawan, 2017:04).

Dari pengertian akidah dan akhlak di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran akidah akhlak adalah upaya

sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal,

memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan

merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan

sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Ada beberapa nilai kebaikan yang diperoleh ketika kita

melakukan kebaikan sesuai dengan firman Allah di dalam Al-

Qur’an,

22

حا م مل صال بة ولنجزينهم أجرهم ن ذكر أو أنثى وهو مؤمن من ع ي فلنحيينه حياة ط

ملون ن ما كانوا يع بأحس

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-

laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka

sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya

kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami

beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih

baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-

Nahl : 97)

2) Ciri-ciri Akidah Akhlak

Perbuatan akhlak merupakan bentuk tindakan seseorang.

Tidak selamanya orang berbuat baik terus dan tidak selamanya

orang berbuat tidak baik terus. Tidak semua tindakan seseorang

dikatakan akhlak, karena perbuatan akhlak memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah

tertanam kuat dalam diri seseorang sehingga telah menjadi

kepribadiannya.

b. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan

dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa

pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam

keadaan tidak sadar, tidur atau gila. Pada saat yang

bersangkutan melakukan suatu perbuatan dalam keadaan sehat

akal pikirannya.

c. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari

dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa adanya paksaan

atau tekanan dari orang, yakni atas kemauan pikiran atau

keputusan dari yang bersangkutan.

d. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan

sesungguhnya bukan main-main atau bukan karena sandiwara.

23

e. Kelima, perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata

karena Allah, bukan karena ingin dipuji-puji orang atau karena

ingin mendapatkan suatu pujian. (Abudin Nata, 2017:5)

4. Membiasakan Akhlak Terpuji

Akhlak mahmudah adalah akhlaq yang terpuji, yaitu segala

macam bentuk perbuatan, ucapan, dan perasaan seseorang yang bisa

menambah iman dan mendatangkan pahala. Akhlak mahmudah

merupakan akhlak yang mencerminkan ajaran Rosulullah SAW.

a. Akhlak Berpakaian

Pakaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah barang

apa yang dipakai (baju, celana dan sebagainya). Istilah pakaian

kemudian dipersamakan dengan busana. Istilah busana berasal dari

bahasa sanskerta yaitu bhusana yang mempunyai konotasi pakaian

yang bagus atau indah yaitu pakaian yang serasi, harmonis, selaras,

enak di pandang, nyaman melihatnya, cocok dengan pemakai serta

sesuai dengan kesempatan. Pakaian merupakan busana pokok yang

digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh.

b. Akhlak Berhias

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berhias diartikan

sebagai usaha memperelok diri dengan pakaian ataupun lainnya yang

indah, berdandan dengan dandanan yang indah dan menarik.

c. Akhlak Perjalanan (Safar)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perjalanan diartikan,

perihal (cara, gerakan), yakni berjalan atau berpergian dari suatu

tempat menuju tempat untuk suatu tujuan. Secara istilah, perjalanan

sebagai aktiϐitas seseorang untuk keluar ataupun meninggalkan rumah

dengan berjalan kaki ataupun menggunakan berbagai sarana

transportasi yang mengantarkan sampai pada tempat tujuan dengan

24

maksud ataupun tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, bepergian

dinamakan safar yakni menempuh perjalanan.

d. Akhlak Bertamu dan Menerima Tamu

Pengertian Bertamu dalah berkunjung ke rumah orang lain

dalam rangka mempererat silahturrahim.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menerima tamu

(ketamuan) diartikan; kedatangan orang yang bertamu, melawat atau

berkunjung. Secara istilah menerima tamu dimaknai menyambut tamu

dengan berbagai cara penyambutan yang lazim (wajar) dilakukan

menurut adat ataupun agama dengan meksud yang menyenangkan atau

memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmat

dan rida dari Allah.

5. Guru Pendidikan Agama Islam

1) Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa

pendidik adalah orang yang mendidik. Sedangkan mendidik itu

sendiri artinya memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak

dan kecerdasan pikiran. (Poerwadarminta, 2016: 291). Sebagai

kosakata yang bersifat umum, pendidik mencakup pula guru,

dosen, dan guru besar. Guru adalah pendidik profesional, karena

secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul

sebagian tanggung jawab para orang tua. Dan tidak sembarang

orang dapat menjabat guru.

Berdasarkan Undang-undang R.I. No. 14/2005 pasal 1 (1)

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah

pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam, pendidik

25

membimbing dan mengasuh anak didik agar dapat memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam secara

menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai

pandangan hidup untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan di

dunia maupun di akhirat. (Zakiah Daradjat, 2017:86).

Pengertian guru PAI adalah guru yang mengajar mata

pelajaran Akidah akhlak, Al-Qur’an dan Hadis, Fiqih atau Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) di sekolah/ madrasah, tugasnya

membentuk anak didik menjadi manusia beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, membimbing, mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, ahli dalam

materi dan cara mengajar materi itu, serta menjadi suri tauladan

bagi anak didiknya.

2) Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama Islam

Agar para guru agama dapat melaksanakan tugas dengan

sebaik-baiknya, maka dibutuhkan syarat-syarat tertentu. Syarat

adalah sifat minimal yang harus dipenuhi guru, sebagai guru

proposional harus menguasai betul seluk-beluk pendidkan dan

pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu

dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Oleh

karena itu, untuk menjadi guru harus memenuhi syarat-syarat

minimal yang harus dipenuhi seorang guru agar mudah

melaksanakan tugasnya. Adapun syarat-syarat sebagai seorang

guru adalah sebagai berikut:

a) Harus mempunyai solidaritas yang tinggi serta dapat bergaul

dengan baik.

b) Harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-

sungguh semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang

yang berhubungan dengannya.

c) Harus berjiwa optimis dan berusaha melalui dengan baik,

mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik.

26

d) Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dipengaruhi

penyimpangan-penyimpangan orang lain.

e) Hendaknya ia cukup tegas dan objektif.

f) Harus berjiwa luas dan terbuka sehingga mudah memberikan

pengakuan dan penghargaan terhadap situasi yang baik.

g) Harus terbuka dan tidak boleh berbuat yang dapat

menimbulkan kesalahan terhadap seseorang yang bersifat

selama-lamanya.

h) Harus jujur, terbuka dan penuh tanggung jawab.

i) Harus ada aktik sehingga kritiknya tidak menyinggung

perasaan orang lain.

j) Sikapnya harus ramah, terbuka.

k) Harus dapat bekerja dengan tekun dan rajin serta teliti.

l) Personal appreaarance terpelihara dengan baik sehingga dapat

menimbulkan respon dari orang lain.

m) Terhadap murid-murid ia harus mempengaruhi perasaan cinta

sedemikian rupa sehingga ia secara wajar dan serius

mempunyai perhatian terhadap mereka. (Abu Ahmadi,

2014:104).

Guru selain memiliki syarat-syarat tersebut di atas, juga

harus memiliki syarat-syarat yaitu “tingkat pendidikan yang

memadai, memiliki pengalaman mengajar atau masa kerja yang

cukup, mempunyai keahlian dan berpengetahuan luas, memiliki

keterampilan, mempunyai sikap yang positif dalam menghadapi

tugasnya, hal ini dimaksudkan agar tujuan pendidikan yang telah

diterapkan dalam proses pembelajaran dicapai secara efektif dan

efisien”.

Dengan adanya syarat-syarat sebagai seorang guru tersebut,

diharapkan dapat tercipta pelaksanaan tugas yang baik dalam

mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Sebagaimana

27

dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa syarat-syarat sebagai

seorang guru adalah “memiliki ijazah yang selesai dengan

peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, mempunyai

pengalaman bekerja yang cukup, memiliki kepribadian yang baik,

mempunyai keahlian dan berpengetahuan luas, mempunyai ide

dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan

sekolah”. (Ngalim Purwato, 2016:106)

B. Studi Relevan

Studi relevan yakni memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya relevan

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain, dengan maksud

untuk menghindari duplikasi. Di samping itu, untuk menunjukkan bahwa

topik yang akan diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks

yang sama.

Sebelum penulis mengadakan penelitian, terlebih dahulu mengadakan

studi relevan yaitu identifikasi sumber-sumber dalam bentuk hasil penelitian

yang telah ada dan relevansinya dengan penelitian yang akan dilakukan

dengan tujuan agar tidak terjadi persamaan dalam penelitian baik dari sisi

materi penelitian subjek maupun hasil temuan penelitian. Ada beberapa hasil

penelitian yang relevan antara lain:

1. Skripsi Rita Syaputri Butar-Butar (2019), dari program studi Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara. Dalam skripsi tersebut

membahas tentang Pengaruh Model Pembelajaran Probing Prompting

Terhadap Hasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Swasta Muhammadiyah 49 Medan.

Skripsi tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif yang

berlandaskan pada filsafat positivism, teknik pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data yang bersifat

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan. Dari penelitian tersebut terdapat pengaruh positif anatara

model pembelajaran probing prompting terhadap hasil belajar siswa pada

28

mata pelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Pertama

Swasta Muhammadiyah 49 Medan.

2. Skripsi Feronika Angelia Putri (2019), dari jurusan Matematika

Universitas Negeri Raden Intan Lampung. Dalam skripsi tersebut

membahas tentang Pengaruh Model Pembelajaran Probing Prompting

Terhadap Hasi Belajar PAI pada peserta didik kelas XI di SMA Negeri 1

Tanjung Raya Kabupaten Mesuji.

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi di atas adalah

quasi eksperimen, ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan

yaitu tes, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh Feronika model pembelajaran probing prompting dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung Raya

Kabupaten Mesuji.

3. Skripsi Ajeng Diasputri, Sri Nurhayati, Warian Sugiyo, dari jurusan Kimia

FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dalam skripsi tersebut membahas

tentang pengaruh model pembelajaran probing prompting berbantuan

lembar kerja berstruktur terhadap hasil belajar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperomen

dengan menggunakan quasi experiment desaign, pengambilan sampel

pada penelitian tersebut menggunakan purposive sampling. Berdasarkan

penelitian yang sudah dilakukan oleh Ajeng model pembelajaran probing

prompting berbantuan lembar kerja berstruktur berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon dan Minyak Bumi kelas X

di SMA Unggalan. Hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan

pembelajaran probing prompting berbantuan lembar kerja berstruktur jauh

lebih baik daipada hasil belajar siswa yang didapatkan pembelajaran

konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan model pembelajaran probing

prompting berbantuan lembar kerja berdtruktur memberikan kontribusi

sebesar 31,78% terhdap hasil belajar siswa.

29

4. Skripsi Megasari, Agus Sundaryono, M. Lutfi Firdaus, dari jurusan

Pendidikan IPA FKIP Univesitas Bengkulu yang berjudul pembelajaran

probing prompting untuk meningkatkan berfikir keritis siswa anggota

kelompok ilmiah remaja.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian quasi eksperimen

(eksperimen semu) dengan desain one group pretest posttest design,

penelitian ini dilaksanakan pada siswa yang mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler KIR di SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah Tahun Pelajaran

2016/2017. Penelitian ini memiliki variabel terikat yaitu kemampuan

berfikir kritis siswa dan variabel bebas yaitu pembelajaran probing

prompting berbantuan media video. Terdapat peningkatan kemampuan

berfikir kritis siswa anggota KIR sesudah pembelajaran probing prompting

dengan media video. Pembelajaran probing prompting dengan media

video dapat digunakan pada materi lain yang bersifat konsep.

30

BAB III

METODE PENELITIAN

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan ini sangat diperlukan agar dapat mencapai tujuan

penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui

pendekatan kualitatif diharapkan terangkat jawaban atas permasalahan yang

telah dibentang dan persepsi dari sasaran penelitian kemudian hal tersebut

dipaparkan dalam bentuk deskriptif kualitatif serta memahami makna interaksi

suatu peristiwa tingkah laku dalam situasi tertentu.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Natural setting) karena

data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono,

2018:8)

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia

dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.(Lexy J Moleong, 2011:5)

Metode deskriptif juga dapat didefinisikan sevagai suatu metode dalam

peneliti status kelompok manusia, suatu objek, suati set kondisi, suatu

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk

memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena

sifatnya menggunakan analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini

berupaya menggambarkan, menguaraikan suatu keadaan yang sedang

berlangsung berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan

dan kemudian dianalisis berdasarkan variabel yang satu dengan yang lainnya

31

sebagai upaya untuk memberikan solusi untuk memecahkan masalah yang

dihadapi dalam penggunaan model pemeblajaran probing prompting dalam

meningkatkan hasil belajar akidah akhlak siswa di Madrasah Aliyah

SwastaTarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

Pemilihan metode ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama

metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda;

kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara

peneliti dengan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih bisa

menyesuaikan diri dengan banyak penjamah pengaruh bersama dan terhadap

pola-pola nilai yang dihadapi.

C. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting penelitian adalah tempat atau lokasi dilaksanakannya

proses penelitian berlangsung. Proses penelitian ini dilaksanakan di

Madrasah Aliyah Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi. Waktu pelaksanaan

penelitian dilakukan pada saat jam kosong dan pada jam mata pelajaran

akidah akhlak agar tidak mengganggu aktifitas belajar mengajar di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

2. Subjek Penelitian

Penentuan subjek didasarkan dengan teknik purposive sampling,

purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai

dengan sampel yang dibutuhkan. Dalam bahasa sederhana purposive

sampling dapat dikatakan secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika

orang maka orang-orang tertentu). Dengan demikian , penentuan sampel

akan dilakukan dengan memperlihatkan kapasitas kapabilitas sampel

(subjek penelitian atau informan) dalam menjelaskan objek penelitian

yang akan dikaji. (Sugiono, 2008:124)

Dengan berbagai pertimbangan yang menjadi subjek penelitian

adalah kepala sekolah dan siswa kelas XI Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam proses penelitian ini yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh

peneliti di lapangan melalui responden dengan cara observasi,

wawancara dan penyebaran angket. Data sasaran pada data primer

yaitu data yang ditemukan langsung oleh peneliti di lapangan.

ditetapkan (Sugiyono,2013:220). Sumber data primer yaitu

informan (orang) yang dapat memberikan informasi tentang data

penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

Data primer diperoleh dari hasil tes dan beberapa

pertanyaan yang diajukan kepada para siswa ketika proses

penelitian berlangsung. Sumber data primer yaitu informan (orang)

yang dapat memberikan informasi tentang data penelitian. Informan

dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di Madrasah Aliyah

Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpulan data. Misalnya lewat orang

lain atau lewat dokumen atau sumber-sumber resmi lainnya. (Ratu

Ile Tokan, 2016:75)

Data skunder yakni data yang diperoleh melalui

dokumentasi yang meliputi profil sekolah dan struktur Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

2. Sumber Data

Data adalah catatan fakta-fakta atau keterangan yang akan diolah

dalam kegiatan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data-data yang dapat menggambarkan keberhasilan dan

ketidakberhasilan penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

adalah sebagi berikut:

a. Hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan oleh peneliti

maupun teman sejawat dan satu guru akidah di sekolah.

b. Hasil wawancara dengan kepala sekolah sekaligus guru akidah akhlak

dan siswa kelas XI.

c. Hasil dokumentasi yang berlangsung selama proses penelitian berupa

foto kegiatan, arsip dokumentasi resmi yang berhubungan dengan

keberadaan sekolah baik jumlah siswa, guru dan keadaan sarana dan

prasarana sekolah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,

2013:224). Teknik yang digunakan dalam proses penelitian ini sebagai

berikut:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi menurut Nasution (1996:56) adalah dasar semua ilmu

pengetahuan.Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu

fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Jadi,

observasi adalah cara yang memungkinkan peneliti berhubungan secara

langsung dengan objek penelitian, dengan hubungan langsung tersebut

peneliti dapat melihat langsung apa yang terjadi di lapangan.

Patton Dalan Nasution (1996:59-60) mengemukakan beberapa

manfaat yang diperoleh melalui teknik observasi dalam mengumpulkan

data.Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks

data dalam keseluruhan situasi, pengalaman langsung memungkinkan

peneliti menggunakan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep

atau pandangan sebelumnya.

Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh

orang lain, khususnya orang yang berada dilingkungan itu, karena telah

dianggap biasa dan karena itu tidak terungkap dalam wawancara, peneliti

dapat mengemukakan hal-hal yang sedianya tidak terungkap oleh

responden dalam wawancara karena sifatnya sensitif atau ingin ditutupi

karena dapat merugikan nama lembaga. Peneliti dapat menggunakan hal-

hal di luar persepsi responden sehingga peneliti memperoleh gambaran

yang telah komprehensif. Di lapangan peneliti tidak hanya dapat

mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan pribadi.

Observasi merupakan kegiatan pengamatan sistematis dan

terencana yang dimaksudkan untuk memperoleh data yang dikontrol

validitasnya dan realibilitasnya.Dalam penelitian ini, observasi yang

dilakukan peneliti adalah observasi terfokus. Pada tahap ini peneliti sudah

melakukan mini tour observation, observasi terfokus yaitu suatu observasi

yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi

ini juga dinamakan observasi terfokus karena pada tahap ini peneliti

melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus yang

selanjutnya menghasilkan kesimpulan. Observasi terfokus semakin

terkonsentrasi pada aspek-aspek yang relevan dengan pertanyaan

penelitian. Sehingga peneliti hanya fokus kepada siswa untuk

memecahkan masalah yang sudah diberikan.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Rochajat

harum, 2007:63)

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang dirasa kurang

jelas akan informasi yang telah didapat dan apa saja masalah-masalah

yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar, misalnya siswa yang

kurang memperhatikan guru, siswa yang pasif, siswa yang sulit memahami

materi, dan sebagainya. Wawancara dilakukan untuk mendapatka hasil

pra-penelitian selain itu dari wawancara peneliti juga bisa mengambil

kesimpulan bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam kegiatan

belajar mengajar di sekolah.

3. Dokumentasi

Masijo (2009:50) mengatakan bahwa dokumentasi merupakan

salah satu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku.

Oleh karena itu dokumentasi berupa foto saat penelitian juga dibutuhkan

sebagai arsip dalam pengumpulan data.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini yang akan di analisis adalah melalui pendekatan

kualitatif dengan menggunakan cara deduktif. Deduktif adalah suatu proses

berfikir dengan mengemukakan permasalahan yang bersifat umum kemudian

dibahas kepada permasalahan yang bersifat khusus. Analisis data meliputi:

1. Reduksi Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber yaitu dari observasi, dan wawancara. Setelah

dibaca, dipelajari, makalangkah selanjutnya adalah reduksi data. Reduksi

data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-data kasar yang

muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data

dilakukan selama penelitian berlangsung.

Setelah melalui reduksi data langkah selanjutnya dalam analisa

data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang

memungkinkan peneliti melalukan penarikan kesimpulan.

2. Penyajian Data

Setelah melalui reduksi data langkah selanjutnya dalam analisa

data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang

memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan.

3. Verivikasi atau Penarikan Kesimpulan

Setelah data terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan. Maka

langkah terahir dalam menganalisa data adalah menarik kesimpulan dari

hasil informasi dan data-data yang sudah diperoleh.

G. Uji Keterpecayaan Data

Untuk menetapkan keterpercayaan data, maka diperlukan tehnik

pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria

tertentu, ada beberapa tehnik yang digunakan dalam pengecekan

keabsahan.

1) Ketekunan Pengamatan

Ketekunan dalam pengamatan berarti menemukan ciri-ciri

dalam situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri terhadap hal-hal tersebut

secara rinci berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang meninjol

(Sugiono, 2017: 99).

2) Triangulasi

Triangulasi merupakan tenik pengamatan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu diluar data pokok. Untuk keperluan

pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu, terdapat

empat macam teknik pemeriksaan menggunakan sumber, metode,

penyidik, dan teori. (Lexy J Moleong, 201: 178).

Peneliti melakukan wawancara dengan pertanyaan yang sama

namun informan yang berbeda , informasi yang doperoleh dari para

informan tersebut nantinya akan dikumpulkan kemudian akan

dibandingkan anatara satu dengan yang lain untuk menemukan

persamaan ataupun perbedaan. Apabila ditemukan perbedaan, maka

peneliti mencari alasan perbedaan informasi tersebut melalui informan

yang lebih kuat.

Dengan membendingkan data hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi dan keadaan penelitian dengan apa yang dikatakan

sepanjang waktu, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi

dokumen yang berkaitan. Berdasarkan teknik triangulasi tersebut maka

dimaksud dengan mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang

diperoleh dilapangan.

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari pembuatan proposal kemudian

dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah

pengesahan judul dan riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data,

verivikasi dan analisi sata dalam waktu yang berurutan, stelah itu penulis

melakukan konsultasi dengan pembimbing II dan pembimbing I, penulis

memperbaiki skripsi sesuai dengan arahan dari pembimbing. Setelah itu

skripsi digandakan dan siap untuk dimunaqasahkan. Untuk jadwal penelitian

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Catatan : Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah

No

Kegiatan

Bulan Ke, Tahun 2020-2021

Okt. Nov. Des. Jan. Feb. Mar. Apr.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan penelitian x

2 Menyusun atau

menulis konsep

Proposal

x

3 Mengajukan judul

ke Fakultas untuk

persetujuan judul

x

4 Konsultasi dengan

dosen pembimbing

x

5 Seminar proposal x

6 Izin atau perintah

riset

x

7 Pelaksanaan riset x

8 Penulisan konsep

Skripsi

x

9 Konsultasi kepada

dosen pembimbing

x x

10 Penggandaan

skripsi

x

11 Munaqasah dan

perbaikan

x

12 Penggandaan

skripsi dan

penyampaian

skripsi kepada tim

Penguji dan

Fakultas

x

39

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

1. Histori dan Letak Geografis Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi adalah

sekolah yang didirikan oleh kalangan keluarga yang di pimpin oleh

Bapak H. Azuardi Zen, bsc yang pertama kali didirikan pada tahun 1989

yaitu jenjang pendidikan Madrasah Tsanawiyah Ibtidaiyah yang

dikepalai oleh Bapak Drs. H. A. Ziadi Daud.

Kemudian pada tahun 1991/1992 didirikan Madrasah

Tsanawiyah yang didirikan oleh Bapak Drs. M. Syafi’i. Pada tahun

1996/1997 didirikan Madrasah Aliyah sampai sekarang yang dipimpin

oleh Bapak Drs. Syaipul Anwar.

Madrasah Aliyah Tarbiyah Mazniyah ini dibangun diatas tanah

luas lahan 2.510 M yang berlokasi di Jalan Sultan Agung No.76 Rt.16

Rw.05 Simpang Pulai Kelurahan Murni Kecamatan Telanai pura Kota

Jambi.

Jika diperhatikan dari kondisi posisi bangunan Lembaga

Pendidikan ini secara Geografis dapat dilihat sebagai berikut:

1) Sebelah Barat berbatasan dengan penduduk.

2) Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya Slamet Riyadi.

3) Sebelah Utara berbatasan dengan tanah bapak Zuhramanuddin, SE.

4) Sebelah selatan berbatasan dengan hotel Aston.

40

2. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota

Jambi

a) Visi Madrasah

Terwujudnya siswa yang berprestasi, berbudi pekerti dan

mampu menghadapi tantangan masa mendatang dengan landasan

Islam.

b) Misi Madrasah

1) Menumbuhkan kecintaan terhadap ajaran agama Islam dan

Budaya Bangsa.

2) Melaksanakan layanan pendidikan yang berorientasi pada

keagamaan.

3) Menyiapakan siswa agar dapat mengabdi di masyarakat.

4) Menjadikan madrasah sebagai pusat keagamaan dan

keunggulan.

3. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah

Kota Jambi

Sekolah merupakan lemabaga pendidikan yang memiliki

berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, untuk

mengatur dan menyususun program kegiatan sekolah agar dapat berjalan

lancar dan terorganisasir. Hal ini diperlukan satu wadah organisasi untuk

pembagian tugas secara merata dan profesional sesuai kapasitas individu

masing-masing.

Keberadaan susunan organisasi sekolah merupakan sarana untuk

memudahkan terbentuknya kegiatan-kegiatan dalam sekolah, sehingga

setiap individu dapat menduduki jabatan sesuai dengan kapasitasnya.

Susunan organisasi sekolah sangat berguna untuk memperlancar

pelaksanaan setiap program kegiatan dan tata kerja akan berjalan dengan

baik menurut fungsinya masing-masing. Susunan organisasi lembaga

pendidikan pada suatu sekolah menggambarkan serangkaian kegiatan-

kegiatan secara konseptual ataupun operasional dalam organisasi

pendidikan, dengan susunan pengurus yang ada di lembaga pendidikan

akan mempermudah untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah

ditetapkan.

Organisasi madrasah adalah susunan kepengurusan kelangsungan

gerak atau lanjutnya organisasi madrasah, yang perkembangannya

sangat ditentukan oleh pengurusnya. Demikian halnya Madrasah Aliyah

Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi, dimana sebagai suatu lembaga

pendidikan yang dikelola oleh kementrian agama tentunya harus sesuai

dengan tuntutan lembaga pendidikan yang harus memiliki struktur

organisasi sekolah. Kepala sekolah sebagai koordinator pelaksana dalam

pelaksanaan kerja sehari-hari yang dibantu oleh para majelis guru dan

para staf lainnya.

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi sebagai

salah satu lembaga pendidikan yang ada di provinsi Jambi, tentunya

tidak terlepas dari berbagai kegiatan dan upaya untuk mencapai tujuan

pendidikan itu sendiri, maka diperlukan suatu organisasi untuk mencapai

tujuan sekolah. Secara umum struktur organisasi yang ada di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

STRUKTUR ORGANISASI

MADRASAH ALIYAH SWASTA TARBIYAH MAZNIYAH KOTA JAMBI 2020/2021

KETUA YAYASAN

H. Azuardi Zein, Bsc

KEPALA SEKOLAH

Drs. Saipul Anwar

KOMITE SEKOLAH

Rismaidi

BENDAHARA

Hj. Masnah, S.Ag

KEPALA TATA USAHA

Aidil Muslimin, S.Pd

WAKA KURIKULUM

Hj. Masnah, S.Ag

WAKA KESISWAAN

Zuhramanudin, SE

WAKA SARPRAS

Samsul Hidayat

WAKA HUMAS

Drs. Amril

KEPALA LAB.

Drs. Mohd. Arbainsah

WAKA PERPUSTAKAAN

Nurmalis, S.Ag

WALI KELAS XI

Hj. Masnah, S.Ag

OSIS

WALI KELAS XII

Nurmalis

WALI KELAS X

Zuhramanudin, SE

SISWA

4. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi

a. Keadaan Guru

Guru merupakan tenaga edukatif yang langsung

berhadapan dengan siswa, guru yang memadai dan didukung

oleh pengetahuan yang luas akan membewa proses

pemeblajaran dengan baik. Sebagai pelaksanaan pendidikan

maka seorang guru memiliki wawasan yang lebih luas untuk

menjadi panutan bagia anak didiknya, guru juga menjadikan

dirinya sebagai sarana penyampaian cita-cita anak yang telah

diamanatkan para orang tua kepada anak didik.

Berkualitas atau tidaknya seorang siswa tergantung

kemampuan yang dimiliki oleh guru, jika seorang guru

memiliki potensi dan ketrampilan yang baik dalam mendidik

maka siswa juga mampu untuk mengembangkan bakat yang

dimiliki, kemampuan yang terpendam dalam dirinya seirama

dengan perkembangan intelektual dan pertumbuhan anak

didik.

Secara keseluruhan guru yang mengajar di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi pada tahun

2021 berdasarkan wawancara dan dokumentasi dengan kepala

sekolah yang penulis dapatkan gu ru yang mengajar

berjumlah 11 (sebelas) orang guru dengan status honorer.

Berikut ini adalah daftar nama-nama guru di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi:

Tabel 4.1. Data Guru Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi

No Nama Status Bidang Studi

1 Drs. Saiful Anwar Honor Akidah Akhlak

2 Zuhrahmanudin, SE Honor Ekonomi

3 Drs. Amril Honor PpKN

4 Drs. M. Arbai’nsyah Honor Mulok & Fiqih

5 Nurmalis, S.Ag Honor Sejarah & Kesenian

6 Djuwairiyah, S.Ag Honor Al-Qur’an Hadits

7 Novi Irwan, S.Pd.I Honor Prakarya

8 Masnah, S.Ag Honor Bahasa Arab

9 Aidil Muslimin, S.Pd.I Honor SKI & Olahraga

10 Mairita, S.Pd Honor Matematika

11 Sulistiawati, SP Honor Bahasa Inggris

Sumber data: Dokumentasi TU Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa

guru yang ada di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi berstatus honorer akan tetapi

diharapkan para guru mampu menjalankan tugas dengan

sebaik mungkin dan dapat menghasilkan lulusan yang

bermutu.

Kurangnya tenaga pendidik di Madrasah Aliyah

Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi, para guru dituntut

untuk bisa memaksimalkan kemampuan mengajar agar para

peserta didik dapat menerima dan memahami materi pelajaran

yang diajarkan oleh para guru.

b. Keadaan Siswa

Siswa termasuk salah satu komponen yang harus ada

dalam proses pembelajara, guru tidak akan dapat

melaksanakan proses pembelajaran apabila tidak ada siswa

yang akan diajarkan. dalam suatu proses pemebelajaran ada

kalanya guru juga harus menerima pendapat dari siswa,

sehingga peserta didik akan terbiasa mengungkapkan

pendapat mereka dan mampu mengasah ilmu pengetahuan

yang telah dipelajari. Sehingga guru dan siswa mampu

bertukar pikiran dan berdiskusi di dalam kelas tersebut.

Pada tahun pelajaran 2020/2021 jumlah siswa di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi,

secara keseluruhan berjumlah 55 siswa dengan latar belakang

pendidikan dari SMP dan MTs yang masing-masing dibagi

menjadi tiga kelas yaitu kelas X, kelas XI, dan kelas XII.

Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan siswa di Madrasa

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi secara

keseluruhannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Data siswa Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi

Kelas Jenis Kelamin

Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan

X 13 Siswa 15 Siswi 28 Siswa

XI 8 Siswa 12 Siswi 20 Siswa

XII 6 Siswa 10 Siswi 16 Siswa

Sumber data: Dokumentasi TU Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

Berikut ini adalah daftar nama siswa kelas XI

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

Tabel 4.3. Daftar absensis siswa kelas XI

No. Nama Jenis Kelamin

1 Ahmad Ali Al-arifollah L

2 Ayu Pitasari P

3 Dodo Ronal L

4 Doni Rianda L

5 Hadi L

6 Janatul Wadiah P

7 Maisitoh P

8 Serlina Safitri P

9 M. Arsad L

10 Muhammad Dimas L

11 Nanda P

12 Nova Lena P

13 Nurlena P

14 Pahir Sopirin L

15 Reno Astareno L

16 Resi Saputra L

17 Resmawati P

18 Rizal Candra Hidayat L

19 Sarmila P

20 Yeni Herman P

Sumber data: Dokumentasi TU Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

Berdasarkan tabel di atas, dilihat dari komposisi

jumlah siswa perkelas, kelas yang memiliki kelompok kecil

artinya jumlah ini dikategorikan cukup dan tidak terlalu

banyak dan tidak terlalu sedikit. Dengan jumlah tersebut

untuk masing-masing kelas para guru dapat lebih sensitif

dalam memantau perkembangan dan proses pembelajaran

yang dilakasanakan di kelas.

5. Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi

Sarana dan prasarana yang tersedia pada suatu sekolah

merupakan media untuk meningkatkan kualitas pendidikan guna

mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Sarana merupakan

tempat dan alat yang membantu berlangsungnya proses

pembelajaran, prasarana merupakan alat yang sangat membantu

dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung ketika

melaksanakan proses pembelajaran.

Sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran

merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam proses belajar

mengajar di sekolah tanpa adanya sarana dan prasarana kegiatan

belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan optimal. Untuk

menegtahui sarana prasarana yang ada di Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.4. Daftar sarana dan prasarana di Madrasah aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1 Ruang Kelas X 1 Baik

2 Ruang Kelas XI 1 Baik

3 Ruang Kelas XII 1 Baik

4 Ruang Guru 1 Baik

5 Ruang Tata Usaha 1 Baik

6 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

7 Ruang Serba Guna (Aula) 1 Baik

8 Ruang Osis 1 Baik

9 Ruang Perpustakaan 1 Baik

10 Ruang Lab. IPA 1 Baik

11 Ruang UKS 1 Baik

12 Tempat Cuci Tangan 1 Baik

13 WC Guru 1 Baik

14 WC Siswa 1 Baik

15 Mushola 1 Baik

Sumber data: Dokumentasi TU Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bawa kondid sarana

dan prasarana yang ada di sekolah cukup baik, fasilitas yang ada

bisa mencukupi untuk menunjang proses pembelajaran aga berjalan

dengan lancar. Walaupun ada beberapa fasilitas yang belum

dimiliki seperti halnya, komputer, dan ruang bimbingan konseling

(BK).

6. Kurikulum Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota

Jambi

Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik formal

maupun informal yang diperuntukan bagi pelajar untuk

memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan

keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan

sekolah. Sedangkan Maurice Dulton mengatakan kurikulum

dipahami sebagai pengalaman-pengalaman yangdidapatkan oleh

pembelajaran di bawah naungan sekolah. (Ali Mudhofir, 2018:04)

Kurikulum yang digunakan di Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi adalah kurikumlum 2013, dimana

kurikulum tersebut mulai diterapkan pada tahun 2018 untuk kelas

X, kelas XI, dan kelas XII.

B. Temuan Khusus dan Pembahasan

1. Penggunaan model pembelajaran probing prompting pada mata

pelajaran Akidah Akhlak kelas XI di Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam

pendidikan segala sesuatu yang telah diprogramkan akan

dilaksanakan dalam proses kegiatan pembelajaran. Dalam proses

kegiatan belajar mengajar hasil belajar siswa merupakan bagian yang

sangat penting, melalui nilai akademik akan terlihat perkembangan

ilmu pengetahuan siswa selama proses pembelajaran dilaksanakan.

Penggunaan model pembelajaran Probing Prompting sangat

berpengaruh dalam proses pemebelajaran apalagi pada masa virus

covid-19, karena siswa dituntut untuk menjelaskan pendapat tentang

pelajaran yang sudah dipelajari ataupun yang belum dipelajari

sehingga siswa akan terbiasa berbicara di depan umum, berani

bertanya tentang suatu hal yang belum dimengerti, dan menjawab

pertanyaan dari guru mata pelajaran.

Penggunaan model pembelajaran tersebut sangat berguna

ketika peserta didik terjun di lingkungan masyarakat ataupun di dunia

pendidikan. Tak jarang siswa yang malu atau takut untuk

mengungkapakan pendapat dan pemikiran di depan kelas dan model

pembelaran probing prompting dapat membantu siswa dengan

perlahan mampu mengungkapakan pendapat para peserta didik.

Di dalam kelas XI ada beberapa siswa yang aktif dan siswa

yang pendiam, disinilah peran guru dalam menerapkan penggunaan

model pemebelajaran probing prompting sangat penting dimana guru

harus menyiapkan bebrapa pertanyaan kepada para peserta didik yang

diajukan untuk para siswa secara acak tentang pelajaran yang sudah

dipelajari minggu kemarin ataupun yang akan dipelajari hari ini.

Dimasa pandemi virus covid-19 banyak peraturan yang

dirubah seperti pengurangan jam mata pelajaran ataupun proses

pemeblajaran dilaksanakan secara daring (online), siswa dan siswi

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi mayoritas

tinggal di asrama dan banyak siswa yang tidak memiliki handphone

sehingga guru tetap melakasanakan proses pembelajaran secara

langsung tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan yang sudah

ditetapkan, seperti mencuci tangan, menggunakan masker, jaga jarak

dan mengurangi jam mata pelajaran menjadi 30 menit setiap mata

pelajaran.

Penggunaan model pembelajaran probing prompting memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap nilai akademik siswa terutama

pada siswa kelas XI. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan

oleh peneliti sebagai berikut:

Bapak Drs. Saipul Anwar selaku selaku kepala sekolah

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

mengatakan:

“mayoritas siswa di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi berasal dari kabuaten seperti, Bungo,

Tebo, Sarolangun, karena jarak tempat tinggal yag jauh dan

keadaan perekonomian yang rendah mereka tinggal di asrama.

Ada juga siswa yang memiliki masalah keluarga seperti orang

tuanya yang sudah berpisah ataupun yang sudah meninggal.

Dengan keinginan para siswa belajar kami sebagai guru akan

selalu mendukung dan sebisa mungkin untuk memfasilitasi

dengan sebaik mungkin”.

(wawancara, 08 Februari 2021)

Ibu Hj. Masnah, S.Ag selaku waka kurikulum di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi mengatakan:

“Setiap guru mempunyai cara mengajar yang berbeda-beda

sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan sesuai

dengan kerakteristik siswa setiap kelas. Ada yang masih

menggunakan model pemebelajaran ceramah, tanya jawab

sesuai dengan kemampuan guru mata pelajaran, karena di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

kekurangan tenaga pendidik sehingga guru harus mengajar

mata pelajaran yang tidak sesuai dengan bidang studinya”.

(wawancara, 20 Maret 2021)

Berdasarkan hasil observasi, penulis melihat tidak semua

guru menggunakan model pemeblajaran probing prompting karena

ada beberapa guru yang sudah berumur dan ketidaktauhan guru

untuk mencoba mengelola kelas agar proses pembelajaran dapat

menarik perhatian siswa untuk semangat dalam proses belajaran di

kelas. Ada yang masih menggunakan metode ceramah, tanya

jawab dan kuis sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh

guru bidang studi.

Bapak Drs. Saipul Anwar selaku guru pendidikan akidah

akhlak mengatakan:

“sebagai pengajar guru harus pandai dalam mengelola kelas

dan memilih model pemebelajaran yang sesuai dengan

kapasitas kemampuan siswa dan menggunakan model

pembelajaran yang bervariasi agar tidak monoton sehingga

siswa selalu semangat untuk belajar di kelas, penggunaan

model pemebelajaran probing prompting sangat berpengaruh

pada hasil belajar siswa. Ketika guru mulai bertanya kepada

siswa tentang materi pelajaran secara tidak langsung siswa

mulai berfikir dan mengingat materi-materi yang sudah

dipelajari ataupun materi yang belum dipelajari, siswa juga

akan terbiasa berbicara di depan kelas dan mengungkapkan

pedapat ataupun pertanyaan tentang pelajaran yang belum

dimengerti kepada guru ataupun sesama siswa. Apalagi

dimasa pandemi virus covid-19 dengan keterbatasan waktu

belajar mengajar di sekolah guru dapat memanfaatkan waktu

dengan melakukan tanya jawab dengan siswa”.

(wawancara, 08 Februari 2021)

Berdasarkan hasil observasi, model pembelajaran probing

prompting yang digunakan oleh guru akidah akhlak memudahkan

siswa untuk memahami materi pelajaran dan siswa akan terbiasa

mempelajari pelajaran yang akan diajarkan dan memudahkan siswa

untuk mengingat materi-materi pelajaran dengan menggunakan

bahasa mereka sendiri.

Wawancara dengan Resi Saputra salah satu siswa kelas XI

sebagai berikut:

“saya lebih mudah memahami materi pelajaran dan kami

dapat mengetahui bagian materi yang belum dimengerti dan

kami bisa langsung bertanya kepada guru tentang materi yang

tidak dimengerti ataupun berdikusi dengan teman sekelas”

(Wawancara, 25 Februari 2021)

Wawancara dengan Rezal Candra Hidayat siswa kelas XI,

mengatakan:

“proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas, guru akidah

akhlak akan menjelaskan sedikit lalu kami melakukan sesi

pertayaan atau diskusi dan setiap hari kami akan diberikan

tugas untuk dikerjakan di rumah”

(Wawancara, 25 Februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, penggunaan model

pembelajaran probing prompting dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas XI di Madrsah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota

Jambi, selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswi,

penggunaan model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk

berfikir kritis dalam menjawab pertanyaan dari para guru,

membiasakan siswa untuk berbicara di depan umum dan siswa

mampu mengungkapkan pendapat ataupun pemikiran para peserta

didik. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut para

peserta didik lebih mudah memahami materi pelajaran dibandingkan

metode ceramah yang membuat peserta didik menjadi bosan dan

monoton.

2. Hambatan yang dialami dalam penggunaan model pembelajaran

probing prompting dalam pembelajaran Akidah Akhlak siswa

kelas XI di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota

Jambi.

Tentu ada hambatan atau kendala-kendala yang dihadapi guru

dalam meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model

pembelajaran probing prompting. Ada beberapa hambatan yang

dihadapi oleh guru yakni sebagai berikut:

1) Keterbatasan Waktu Pembelajaran

Waktu adalah sebuah hal yang pasti akan mengkat semua

makhluk di dunia ini, bukan hanya ketika kita hadir di dunia ini

tetapi sari dalam kandungan kita sudah terpasang oleh waktu.

Menggunakan waktu dengan efektif memberi sesorang kelebihan

untuk mengelola kegiatan menurut keputusan dan kebijaksanaan

mereka sendiri.

Di masa pandemi virus covid-19 proses pembelajaran

dilaksanakan secara daring ( online) dikarenakan para siswa dan

siswi tinggal diasrama dan tidak memiliki handphone tetapi

proses belajar mengajar harus tetap berjalan, kepala sekolah dan

guru tetap melaksanakan proses belajar mengajar secara langsung

tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan salah satunya

pengurangan jam mata pelajaran menjadi 30 menit disetiap mata

pelajaran dan sekolah hanya aktif pada hari selasa, hari kamis dan

hari sabtu.

Wawancara dengan Bapak Drs. Saipul Anwar selaku

kepala sekolah Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah mazniyah Kota

Jambi mengatakan:

“menurut saya hambatan yang paling utama adalah waktu

belajar yang kurang, dikarenakan pandemi virus covid-19

jam mata pelajaran harus dikurangi karena peraturan dari

dinas pendidikan untuk mencegah penyebaran virus

covid-19. Waktu jam mata pelajaran dikurangi menjadi 30

menit setiap mata pelajaran”.

(Wawancara, 08 Februari 2021)

Wawancara dengan Bapak Drs. Saipul Anwar selaku guru

mata pelajaran akidah akhlak mengatakan:

“salah satu hambatan yang dialami dalam proses

pembelajaran adalah terbatasnya jam mata pelajaran

dikarenakan adanya virus covid-19, hal itu sangat

mempengaruhi proses pembelajaran karena guru tidak

bisa leluasa untuk menjelaskan materi pelajaran”.

(Wawancara, 08 Februari 2021)

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, keterbatasan

waktu jam mata pelajaran mengakibatkan proses belajar mengajar

tidak optimal, peran guru disini sangat penting untuk

memanfaatkan waktu yang terbatas para guru melakukan tanya

jawab kepada siswa tentang materi yang belum dimengerti dan

guru juga harus bertanya kepada peserta didik untuk mengetahui

pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Untuk tugas,

guru memberikan siswa tugas untuk dikerjakan di rumah

dikarenakan waktu yang tidak mendukung untuk mengerjakan di

kelas.

Wawancara dengan Resma Wati siswa kelas XI di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi,

mengatakan:

“karena keterbatasan waktu pembelajaran, guru hanya

menjelaskan materi pelajaran secara singkat sedangkan

saya susah untuk memahami pelajaran, sehingga kami

dituntut untuk belajar sendiri di rumah sedangkan kami

tinggal di asrama, di asrama kami juga memiliki tugas

untuk mengahafal suarah pendek, menghafal kosa kata

bahasa arab”.

(Wawancara, 25 Februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, penulis

melihat keterbatasan kemampuan siswa yang kurang,

keterbatasan waktu pembelajaran, dan banyaknya kegiatan di luar

sekolah mengakibatkan siswa harus belajar dengan giat dan tekun

agar dapat mengejar ketertinggalan dari siswa lainnya.

2) Tingkat Intelegensi Siswa

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

situasi yang baru dengan efektif, mengetahui atau menggunakan

konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat. Jadi, intelegensi besar

pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. (Slameto, 2003:56).

Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti mewawancarai

Bapak Saipul Anwar selaku guru akidah akhlak sekaligus kepala

sekolah Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

Bapak Drs. Saipul Anwar selaku guru pendidikan akidah

akhlak mengatakan:

“setiap peserta didik memiliki karakter yang berbeda-

beda, ada yang cenderung aktif di kelas dan ada juga yang

pendiam. Kemampuan siswa dalam memahami dan

menjelaskan materi pelajaran memang ada kecerdasan

yang terbatas, itu adalah salah satu hambatan dalam proses

pembelajaran. Tetapi dengan model pembelajaran probing

prompting dengan perlahan siswa akan memahami mata

pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa”.

(Wawancara, 20 Februari 2021)

Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat bahwa

tingkat intelegensi siswa sangat berpengaruh dalam proses

pembelajaran dan hasil belajar siswa, ada beberapa siswa yang

perlu memperoleh penanganan khusus oleh guru agar siswa yang

memiliki intelegensi rendah dapat menegejar ketertinggalan dari

teman-teman yang memiliki intelegensi tinggi.

Wawancara dengan Yeni Herman siswa kelas XI di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi,

mengatakan:

“hambatan yang saya alami yaitu terkadang saya kurang

paham dengan materi yang diajarkan oleh guru, bahasa

yang digunakan guru terlalu formal dan kebanyakkan guru

yang fokus dengan siswa yang pintar dan yang cepat

menangkap materi yang dijelaskan guru”.

(Wawancara, 25 Februari 2021)

Wawancara dengan Nova Lena siswa kelas XI di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi,

mengatakan:

“hambatan yang saya alami ketika proses pembelajaran

yaitu guru menjelaskan materi pelajaran sangat monoton

sehingga kami bosan dan mengantuk, kadang saya permisi

untuk keluar kelas dengan alasan ingin ke toilet karena

sudah tidak tertarik lagi untuk belajar di kelas”.

(Wawancara, 25 Februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, ada beberapa siswa

yang lemah dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru,

ada beberapa siswa yang pendiam di kelas sehingga guru akan

fokus dengan siswa yang sering bertanya ataupun menjawab

pertanyaan-pertanyaan dari guru. Dan yang sering terlihat oleh

guru adalah siswa-siswa yang aktif di kelas.

3) Rendahnya tingkat kedisiplinan siswa

Disiplin adalah suatu sikap menghormati, menghargai,

patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik

yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya

dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia

melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Wawancara dengan Bapak Drs. Saipul Anwar selaku

kepala sekolah Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota

Jambi, mengatakan:

“ketika jam mata pelajaran berlangsung ada beberapa

siswa yang keluar masuk kelas, ada juga yang duduk-

duduk di lapangan ataupun di mushola. Ada juga siswa

yang datang terlambat masuk ke kelas, untuk siswa laki-

laki pakaian yang dipakai tidak rapi”.

(Wawancara, 20 Februari 2021)

Berdasarkan observasi, penulis melihat tingkat

kedisiplinan siswa yang rendah ada beberapa siswa yang sering

izin untuk keluar kelas dengan alasan ke toilet. Kerapian siswa

juga kurang seperti baju yang tidak di masukkan, dasi yang tidak

terpakai dengan benar. Dan ada beberapa siswa yang tidak

memakai sepatu kesekolah melainkan mereka memakai sendal.

Wawancara dengan M. Arsad salah satu siswa kelas XI,

mengatakan:

“terkadang kami buru-buru datang ke sekolah karena

bangun kesiangan, sehingga kami tidak sempat untuk

merapikan baju dan memakai dasi dengan benar”.

(Wawancara, 25 Februari 2021)

Berdasarkan hasil observasi, penulis melihat tingkat

kerapian siswa memang tidak rapi, kebanyakan siswa yang tidak

memakai baju seragam sekolah melainkan siswa memakai baju

bebas, memakai sendal saat ke sekolah walaupun peraturan yang

ditetapkan oleh pihak sekolah menggunakan seragan dengan rapi.

4) Sanksi yang lemah

Tingkat kedisiplinan siswa dipengaruhi oleh peraturan dan

sanksi yang berlaku di sekolah, karena hukuman yang

diberikakan oleh pihak sekolah sangat ringan sehingga tidak

membuat siswa jera akan perbuatan yang mereka perbuat.

Wawancara dengan Bapak Drs. Saipul Anwar selaku

kepala sekolah, mengatakan:

“saya dan pihak guru tidak bisa terlalu tegas dengan para

siswa, karena belajar dari pengalaman sebelumnya kami

pernah memaksa siswa untuk patuh dengan peraturan-

peraturan yang telah dibuat tetapi para siswa malah

memberontak dan ada juga siswa yang pindah sekolah”.

(Wawancara, 20 Februari 2021)

Berdasarkan observasi di atas, penulis melihat para siswa

memang kurang disiplin, tetapi para siswa memiliki sopan santun

dan rasa hormat yang baik kepada para guru, mereka juga tetap

melaksanakan dan mengikuti arahan dari kepala sekolah dan

guru.

5) Handphone

Telepon genggam sering disebut handphone atau telepon

saluran (ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang

mempunyai kemampuan dasar yang sama denga telepon

konvesional saluran tetap, namun dapat di bawa ke mana saja

(potable, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan

telepon menggunakan kabel.

Handphone tersebut merupakan pengembangan teknologi

telepon yang dari masa ke masa mengalami perkembangan, yang

di mana perangkat handphone tersebut dapat digunakan sebagai

perangkat mobile atau berpindah-pindah sebagai sarana

komunikasi, penyampaian informasi dari satu pihak kepihak

lainnya menjadi semakin efektif dan efisien. (Dewa Langit,

2017:05)

Wawancara dengan Bapak Zuhramanudin, SE. selaku

waka kesiswaan, mengatakan:

“mayoritas siswa di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi tidak memiliki handphone, tetapi

ada beberapa siswa yang mempunyai handphone. Hal

tersebut dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa

karena fokus mereka terpeacah dikarenkan handphone

tersebut”.

(Wawancara, 25 Februari 2021)

Bersarkan hasil observasi, penulis melihat ada bebrapa

siswa yang sibuk dengan handphone mereka karena tidak banyak

yang mempunyai handphone ada beberapa siswa yang tidak

perduli dengan lingkungan sekitar karena fokus dengan apa yang

mereka lihat di dalam handphone tersebut, tetapi ketika proses

pembelajaran berlangsung handphone tidak boleh digunakan.

6) Fasilitas yang kurang memadai

Fasilitas sekolah yang dimaksud adalah semua sarana dan

prasarana yang ada di sekolah seperti pustaka sarana belajar atau

alat-alatbelajar sarana olah raga dan lain-lain. Dalam pengertian

lebih luas fasilitas sekolah adalah semua yang digunakan oleh

pengelola pendidikan (kepala TU), guru, dan murid dalam proses

pendidikan. Ini mencakup fasilitas keras dan fasilitas lunak.

Fasilitas keras misalnya, gedung sekolah dan alat laboratorium,

fasilitas lunak yaitu kurikulum, metode dan administrasi

pendidikan. (Ahmad Ghozali, 2015:07).

Wawancara dengan Bapak Drs. Saipul Anwar selaku

kepala sekolah, mengatakan:

”dikarenakan sarana dan prasarana yang kurang memadai,

kami dari pihak sekolah berusaha untuk mengajar dengan

semaksimal mungkin, berusaha memanfaatkan fasilitas

yang ada agar siswa dapat belajar dengan nyaman”.

(Wawancara, 20 28 Maret 2021)

Berdasarkan observasi, penulis melihat keadaan sarana

dan prasarana di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah

Kota Jambi belum cukup memadai, seperti perpustakaan yang

kurang lengkap, laboratorium, ruang BK dan buku pendamping

belajar siswa. Selain dari buku LKS siswa juga harus belajar dari

dari sumber lain seperti internet dan buku paket, hal itu dapat

mempengaruhi pengetahuan siswa akan materi-materi pelajaran

yang belum diketahui oleh siswa.

3. Upaya guru dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam

penggunaan model pembelajaran probing prompting pada mata

pelajaran Akidah Akhlak kelas XI di Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala dalam

meningkatkan hasil belajar siswa dengan penggunaan model

pembelajaran probing prompting adalah sebagai berikut:

Wawancara dengan Bapak Drs. Saipul Anwar selaku kepala

sekolah, mengatakan:

“untuk mengatasi kendala ketika proses pembelajaran guru

harus pandai memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin,

karena waktu yang terbatas guru tidak bisa menjelaskan

materi secara terperinci, tetapi guru bisa menggantinya

dengan melakukan tanya jawab kepada siswa dan

memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah karena waktu

yang terbatas”.

(Wawancara, 28 Maret 2021)

Berdasarkan hasil observasi, penulis melihat guru sudah

melaksanakan proses pembelajaran dengan seoptimal mungkin,

walaupun ditengah wabah virus covid-19 guru tetap semangat untuk

mengajar para siswa.

Wawancara dengan Ibu Hj. Masnah, S.Ag selaku waka

kurikulum, mengatakan:

“kami dari pihak guru semaksimal mungkin untuk membantu

siswa agar belajar dengan nyaman dan mampu mengikuti

proses pembelajaran dengan baik, untuk para guru bidang

studi kami sudah mengimbau untuk lebih fokus kepada para

siswa yang memiliki kemampuan pemahaman yang rendah

agar dapat mengejar ketertinggalan dengan siswa yang

lainnya”.

(Wawancara, 08 Februari 2021)

Berdasarkan wawancara di atas, penulis dapat menilai bahwa

guru sudah berusaha untuk memfasilitasi belajar siswa walaupun

masih ada yang kurang lengkap, guru tetap berusaha mengajar

dengan maksimal agar ilmu yang diajarkan dapat dipahami oleh

siswa dan dapat diterapkan di kehidupan di masa yang akan datang.

Wawancara dengan Bapak Zuhramanuddin, SE. selaku waka

kesiswaan, mengatakan:

“dengan perlahan kami dari pihak kepala sekolah dan para

guru dengam perlahan untuk menyadarkan siswa akan

kesalahan yang mereka perbuat dan memberikan nasehat

untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama ataupun

pelanggaran-pelanggaran yang lainnya”.

(Wawancara, 10 Maret 2021)

Berdasarkan hasil observasi, penulis melihat bahwa guru

kurang memperhatikan kedisiplinan siswa yang mengakibatkan para

siswa merasa bebas dan lemahnya hukuman yang yang diberikan oleh

pihak sekolah mengakibatkan siswa tidak merasa takut saat

melanggar peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan. Alangkah

baiknya sanksi yang harus diberikan kepada siswa sesuai dengan

pelanggaran-pelanggaran yang sudah dilakuakan oleh siswa, agar

siswa yang lainnya tidak terpengaruh untuk melanggar peraturan

sekolah.

Wawancara dengan Bapak Drs. Saipul Anwar selaku guru

akidah akhlak, mengatakan:

“untuk tingkat intelegensi siswa, guru harus lebih

menperhatikan siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang

rendah. Ketika proses pembelajaran guru lebih banyak

bertanya kepada siswa yang pendiam agar siswa terbiasa

berfikir keritis dan mampu mengutarakan pemikirannya”.

(Wawancara, 08 Februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis melihat bahwa

guru sudah berusaha untuk menjelaskan materi agar siswa memahami

materi yang diajarkan, dan lebih fokus kepada siswa yang pendiam

dan lemah dalam memahami materi pelajaran agar tidak tertinggal

dengan siswa lainnya.

Wawancara dengan Reno Astareno siswa kelas XI,

mengatakan:

“karena guru sering bertanya kepada kami, saya harus belajar

materi yang akan dipelajari agar bisa menjawab pertayaan

dari guru dan saya mulai terbiasa berbicara di kelas. Dengan

begitu proses pembelajaran tidak membosankan dan lebih

mudah memahami materi pelajaran”.

(Wawancara, 30 Februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara, penulis melihat kesungguhan

siswa dalam belajar agar tidak tertinggal dengan teman lainnya,

seperti ketika jam kosong mereka menghafal hadist dan belajar di

lapanagan ataupun di tempat-tempat yang menurut mereka nyaman

untuk belajar.

Wawancara dengan Sarmila salah satu siswa kelas XI,

mengatakan:

“dengan menggunakan model pembelajaran probing

prompting ini kegiatan belajar mengajar menjadi tidak

monoton sehingga kami para siswa lebih bersemangat dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran dan saya lebih mudah

mengungkapkan pemikiran saya ketika prose pembelajaran

berlangsung”.

(Wawancara, 30 Februari 2021)

Berdasarkan hasil observasi, penulis dapat melihat siswa lebih

tertarik dengan penggunaan model pembelajaran probing prompting

siswa lebih mudah memahami materi karena siswa akan memahami

materi dengan menggunakan bahasa meraka sendiri sehingga siswa

dapat menjawab pertanyaan dan tugas-tugas yang diberika oleh guru.

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka apat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Setelah peneliti melakaukan penelitian melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi dengan kepala sekolah, para staf

sekolah dan guru akidah akhlak serta para siswa kelas XI, penulis

dapat mrnyimpulkan bahwa Penggunaan model pembelajaran

probing prompting, siswa dapat berfikir keritis dan mengutarakan

hasil pemikirannya di depan teman-teman dengan menggunakan

bahasa sendiri agar siswa lebih mudah memahami materi

pelajaran sehingga siswa mampu menjawab pertanyaa yang

diberikan oleh guru, siswa juga mampu mengemukakan pedapat

dan pemikiran peserta didik tentang materi yang sudah dipelajari

maupun materi yang akan dipelajari.

2. Setelah penulis melakukan penelitian melalui wawancara dengan

kepala sekolah, para staf sekolah dan guru bidang studi akidah

akhlak, dan dengan siswa kelas XI, serta melakukan observasi di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi. Penulis

melihat bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi dalam

pembelajaran siswa dengan menggunakan model pembelajaran

probing prompting adalah keterbatasan waktu belajar, tingkat

intelegensi siswa yang berbeda-beda, alat telekomunikasi, sanksi

yang lemah, dan kurangnya kedisiplinan siswa dalam mematuhi

peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh pihak sekolah

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi.

3. Setelah penulis melakukan penelitian di Madrasah Aliyah Swasta

Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi, penulis melihat ada beberapa

64

kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran akidah akhlak

dengan menggunakan model pembelajaran probing prompting.

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang terjadi

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran probing prompting yaitu dengan memanfaatkan

waktu dengan sebaik mungkin dan memberikan penanganan

khusus terhadap siswa yang memiliki tingkat pemahaman yang

rendah.

B. Saran

1. Kepada kepala sekolah Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi untuk dapat melengkapi dan memperbaiki

fasilitas sekolah seperti struktur organisasi dan daftar anggota

guru.

2. Bagi guru mata pelajaran akidah akhlak di Madrasah Aliyah

Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi untuk membimbing para

siswa-siswi dalam belajar agar memahami materi yang

disampaikan oleh guru. Di samping itu diharapkan guru untuk

lebih memberi motivasi kepada siswa agar siswa lebih semangat

untuk belajar dengan tekun.

3. Bagi siswa dan siswi khususnya kelas XI di Madrasah Aliyah

Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi hendakla lebih aktif

dalam mengikuti kegiatan-kegiatan baik itu dalam kegiatan

pembelajaran ataupun kegiatan yang diprogramkan di sekolah.

65

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2015. Departemen RI. Bandung: Diponegoro.

Ahmadi, Abu. 2016. Administrasi Pendidikan Cet. Ke V. Semarang: Remaja

Rosdakarya.

Aqib, Zainal. 2019. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rama Widya.

Bukhori Umar. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Grafika.

Chatib, Munif. 2017. Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa.

Daud, Muhammad. 2017. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Demar, Hamalik.2016. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Eka Rosdianwianata, Muhammad Ridwan. 2018. Penerapan Model Pembelajaran

Probing Prompting Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematika Siswa. Mendidik: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran.

Ghozali, Ahmad. 2015. Administrasi Sekolah. Jakarta: Pepara.

Hanifah, Nanang. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Hasbullah. 2009, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jkarta: Raja Grafinda Perseda

Huda, Miftahul. 2013. Model-model pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jalaludin. 2018. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Jmoleong, Laxy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda

Karya.

Langit, Dewa. 2017. Fungsi Handphone Bagi Masyarakat Indonesia.

www.Dewalangit.com.

Majid, Abdul. 2016. Strategi Pembelajaran ed. by Engkus Kuswandi. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

66

Syah, Muhabbin. 2016. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers

Mulyasa, E. 2015. Menejadi Guru Yang Profesional: menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nata, Abidin. 2014. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rohaniawati, Dede. 2018. Penerapan Pendekatan Pakem Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Pengembangan

Kepribadian Guru.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Proposionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Jakarta: Raja Wali

Press

Slameto. 2017. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana, dan Wari, Suwariyah. 2010. Model-model Mengajar CBSA.

Bandung: Sinar Baru

Sugiyono. 2017. Metode penelitian pendidikan pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Suhana, Cucu. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Sundayana, Rostina. 2018. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susanto A. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Purwato, Ngalim. 2016. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali Pers.

LAMPIRAN

67

68

69

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Judul Skripsi: Penggunaan Model Pembelajaran Probing Prompting Dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas XI di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

A. Observasi

1. Observasi pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

2. Observasi hambatan yang dihadapi guru terhadap proses pembelajaran

siswa dengan menggunakan model pembelajaran probing prompting di

Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

3. Observasi upaya guru dalam mengatasi problematika yang dihadapi

siswa dalam proses pemebelajaran siswa dengan menggunakan model

pembelajaran probing prompting di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi

4. Observasi hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model pemeblajaran probing prompting di Madrasah

Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota Jambi

B. Wawancara

1. Dengan Guru

1) Bagaimana keadaan siswa di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi?

2) Apakah setiap guru di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi menggunakan model pemebelajaran yang

sama?

3) Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh para

guru?

70

4) Bagaimana proses pembelajaran di kelas XI dengan Menggunakan

model Pembelajaran Probing Prompting?

5) Apakah penggunaan model pembelajaran probing prompting

berpengaruh terhadap proses belajar siswa kelas XI Madrasah

Aliyah Swasta Mazniyah Kota Jambi?

6) Disetiap proses pemebelajaran pasti ada kendala yang dihadapi

para Guru pak, apa saja hambatan yang dihadapi selama proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran probing

prompting?

7) Untuk mengatasi hambatan tersebut, bagaimana bapak mengatasi

hambatan-hambatan yang dihadapi selama proses pembelajaran?

2. Dengan Siswa

1) Bagaimana guru meberikan materi pelajaran di dalam kelas?

2) Bagaimana pendapat kalian dengan menggunakan model

pembelajaran probing prompting?

3) Bagaimana proses pembelajaran akidah akhlak berlangsung?

4) Apa saja hambatan yang dialami selama proses pembelajaran?

5) Bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami ketika

proses pembelajaran?

C. Dokumentasi

1. Historis dan Geografis Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah

Kota Jambi

2. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah Kota

Jambi

3. Keadaan guru dan siswa Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah Mazniyah

Kota Jambi

4. Keadaan sarana dan prasarana Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi.

71

DAFTAR INFORMAN

No Nama Keterangan

1 Drs. Saipul Anwar Kepala Sekolah

2 Aidil Muslimin, S.Pd.I Ketua TU

3 Zuhramanudin, SE Waka Kesiswaan

4 Hj. Masnah, S.Ag Waka Kurikulum

72

DAFTAR RESPONDEN

No. Nama Keterangan

1 Ahmad Ali Al-arifollah Siswa

2 Ayu Pitasari Siswa

3 Dodo Ronal Siswa

4 Doni Rianda Siswa

5 Hadi Siswa

6 Janatul Wadiah Siswa

7 Maisitoh Siswa

8 Serlina Safitri Siswa

9 M. Arsad Siswa

10 Muhammad Dimas Siswa

11 Nanda Siswa

12 Nova Lena Siswa

13 Nurlena Siswa

14 Pahir Sopirin Siswa

15 Reno Astareno Siswa

16 Resi Saputra Siswa

17 Resmawati Siswa

18 Rizal Candra Hidayat Siswa

19 Sarmila Siswa

20 Yeni Herman Siswa

73

DOKUMENTASI

Peneliti mewawancarai kepala sekolah Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi.

Peneliti mengambil data-data tentang Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi.

74

Proses penelitian dengan siswa kelas XI Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

Mazniyah Kota Jambi.

Kegiatan belajar mengajar kelas XI di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah

MazniyaH Kota Jambi

75

Proses pembelajaran kelas XI di Madrasah Aliyah Swasta Tarbiyah MazniyaH

Kota Jambi

Kegiatan siswa ketika jam pelajaran kosong (menghafal surah pendek)