pengembangan kawasan industri dengan konsep smart green industrial development
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DENGAN KONSEP SMART GREEN INDUSTRIAL
DEVELOPMENT
(Studi Kasus: Desa Gemulak, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak)
Kelompok 3b dan 4b
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro
(weblog: www.industrializm.blogspot.com, www.studiorancang3b.blogspot.com)
Abstrak: Kabupaten Demak termasuk ke dalam salah satu Kawasan StrategisNasional yaitu kawasan Kedungsepur. Hal ini berimplikasi pada pertumbuhansektor industri di Kabupaten Demak yang mengalami pertumbuhan lebih pesatdibandingkan dengan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah lainnya. Hargatanah yang masih murah dan upah tenaga kerja yang rendah mendorong parainvestor memilih Kabupaten Demak untuk didirikan industri. Termasuk pula didalamnya yaitu Desa Gemulak yang berada pada Kecamatan Sayung. BedasarkanRTRW Kabupaten Demak, Desa Gemulak merupakan salah satu desa yang menjadifokus perencanaan kawasan industri. Jarak permukiman dengan industrieksisting yang kurang dari 10 km, tergolong ke dalam kelas kelerengan dataryaitu 0-8%, permukiman Desa Gemulak yang sebagian besar dijadikan tempattinggal pegawai industri yang bekerja di pabrik, serta sudah terlayaninyaseluruh desa oleh sistem jaringan listrik dan sistem jaringantelekomunikasi menjadikan Desa Gemulak sangat potensial untuk dibangunkawasan industri yang terintegrasi dengan kawasan permukiman. Namun,kawasan industri yang ada saat ini belum memiliki sistem pengolahan limbahyang terpadu, sehingga mengakibatkan tingkat pencemaran udara danpencemaran lingkungan yang cukup tinggi. Ditambah lagi dengan keberadaanjalur pantura yang merupakan jalan nasional dan dilewati oleh kendaraanterutama kendaraan berat seperti truk dan bus juga memberikan efek terhadappolusi udara yang ada. Ancaman banjir merupakan salah satu permasalahan diDesa Gemulak yang merupakan salah satu akibat dari tidak tersedianyaprasarana yang memadai seperti drainase, dan berdampak pada kondisi jalanyang rusak. Tidak terdapatnya pedestrian ways, belum adanya sistemtransportasi yang mumpuni dan terintegrasi, hingga ruang terbuka hijau yangtidak dimaksimalkan dengan baik merupakan permasalahan-permasalahan yangmenarik untuk dikaji. Sehingga nantinya dapat diusung konsep perancanganyang tepat bagi pembangunan kawasan industri di Desa Gemulak denganmenggunakan manajemen pengelolaan serta pembiayaan yang realistis dan tepatsasaran.Kata kunci: kawasan industri, permukiman, konsep perancangan, pengelolaan,pembiayaan.
Abstract: Demak. Regency of Demak is one of the National Strategic Areas called Kedungsepur. Thiscase has an implication for the economic growth in Regency of Demak, which is more rapidly than theother regency or city in Central Java Province. Cheap land prices and low labor wages encourageinvestors choose to established industry in Demak. This also included Village Gemulak in DistrictSayung. According to the spatial plans of Demak, Village Gemulak is one of the villages that arefocused to be planned as an industrial area. The distance between settlement and existing industriesthat are less than 10 km, belong to the class of flat slope which is 0-8%, Village Gemulak settlementsare mostly used as residence by industrial employees that are working in the factory, and the fact thatthe entire villages have been served by the electricity grid system and telecommunication networksystems makes the Village Gemulak potential for an industrial area built integrated with residentialareas. However, the existing industrial area not currently have an integrated waste managementsystem, resulting in air pollution and environmental pollution are high enough. In addition, thepresence of northern coast path which is the national roads and impassable by vehicle, especiallyheavy vehicles such as trucks and buses also have an effect on the existing air pollution. The threat offlood is one of the problems in Village Gemulak which is a result of the unavailability of adequateinfrastructure such as drainage, and the impact is on the condition of the road. The absence ofpedestrian ways, lack of qualified and integrated transportation system, also unmaximized of thegreen open space are interesting issues to be studied. So that in the future can be made a properconcept design for the development of industrial area in Village Gemulak using realistic and right ontarget management and financing.Keywords: industrial, residential, concept design, management, financing.
PENDAHULUAN
Kedungsepur merupakan kawasan
strategis nasional di Jawa Tengah
yang meliputi 6 (enam)
kabupaten/kota yaitu Kota
Semarang, Kota Salatiga,
Kabupaten Semarang, Kabupaten
Kendal, Kabupaten Demak dan
Kabupaten Purwodadi. Kawasan ini
menjalin berbagai kemitraan salah
satu kemitraan yang mengalami
pertumbuhan paling pesat terjadi
adalah pada kemitraan bidang
perdagangan dan industri. Pada
bidang perdagangan pertumbuhan
paling pesat terjadi di Kota
Semarang dan pada bidang industri
pertumbuhan paling pesat berada
di Kabupaten Semarang. Sedangkan
Kabupaten Demak pada bidang
perdagangan menempati peringkat
ke 4 dan pada bidang industri
juga menempati peringkat ke 4
dari 6 kabupaten / kota di
Kedungsepur. Pengembangan
industri di Kedungsepur terbukti
mengalami kemajuan yang baik. Hal
ini dibuktikan dengan
meningkatnya PDRB Kedungsepur
yang banyak disumbang sektor
industri. Meningkatnya pendapatan
daerah dalam sektor industri ini
juga mengindikasikan adanya
perkembangan atau tumbuhnya
embrio-embrio industri baru yang
mulai berkembang. Hal ini juga
dapat menunjukan bahwa wilayah
Kedungsepur cocok untuk dijadikan
kawasan industri. Selain itu
munculnya kawasan industri juga
akan dibarengi dengan munculnya
kawasan perdagangan sebagai
penyalur hasil industri dan
pemenuhan kebutuhan industri
tersebut.
Dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Demak
dari tahun 2011 hingga 2031 salah
satunya mengatur peruntukkan
kawasan Industri. Aturan tersebut
menjadi acuan wilayah mana saja
yang boleh dijadikan kawasan
industri dalam perencanaannya.
Kawasan industri sebagaimana yang
dimaksud terdiri atas industri
besar, menengah, kecil/ mikro.
Total seluruh kawasan industri
yang diperuntukkan oleh perda
RTRW Kabupaten Demak memiliki
luas kurang lebih 1800 Ha,
diantaranya meliputi Kecamatan
Sayung, Kecamatan Karangtengah,
Kecamatan Demak, Kecamatan Mijen,
Kecamatan Karanganyar, Kecamatan
Mranggen, dan Kecamatan
Karangawen. Mengacu pada RTRW
tersebut Kelompok 3 dan 4 memilih
Kecamatan Sayung sebagai lokasi
perancangan kawasan industri.
Dari Kecamatan Sayung maka
lokasi perancangan difokuskan
pada Desa Gemulak. Karena menurut
Permenperind Desa Gemulak cocok
dijadikan kawasan industry.
Dikatakan cocok karena jarak
kawasan industri ke pusat kota
tidak lebih dari 20 km sedangkan
Desa Gemulak memiliki jarak
kurang lebih 13 kilometer menuju
ke pusat kota yakni kota
Semarang, jarak kawasan industri
ke pusat permukiman tidak lebih
dari 10 km sedangkan Desa Gemulak
berjarak kurang dari 10 kilometer
ke pusat permukiman, Desa Gemulak
sudah dilayani oleh Jalan arteri,
Jalan Sekunder dan Jalan
Lingkungan, Desa Gemulak
memiliki prasarana dasar yang
lengkap, topografi datar dan
Desa Gemulak berjarak kurang dari
5 kilometer dari sungai yang
berfungsi sebagai pembuangan
limbah pabrik. Namun Desa Gemulak
juga mempunyai berbagai masalah
yang akan mempersulit untu
menjadikan Desa Gemulak sebagai
kawasan industry. Masalah
tersebut diantaranya belum adanya
system transportasi, belum adanya
pedestrian ways, jalan rusak, belum
adanya pengeolahan limbah, system
drainase yang buruk, belum adanya
open space, public space dan barrier, dan
pola permukiman yang tidak
teratur.
Sumber: Analisis Kelas B, 2014.
Gambar 1
Dari kendala yang dihadapi
untuk menjadikan Desa Gemulak
sebagai kawasan industry maka
perlu dipilih konsep untuk
menangani permasalahan tersebut.
Konsep yang tepat adalah “Smart
Green Industrial Development”.
KAJIAN LITERATUR
a. Kawasan Industri
Kawasan menurut Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 1992 adalah
Wilayah dengan fungsi utama
lindung atau budidaya. Kawasan
industri menurut Keputusan
Presiden Nomor 53 Tahun 1989
tentang Kawasan Industri Pasal 1,
merupakan kawasan tempat
pemusatan kegiatan industry
pengolahan (manufacture) yang
dilengkapi dengan sarana dan
prasarana serta fasilitas
penunjang lainnya yang disediakan
oleh badan pengelola
(pemerintah/swasta), sehingga
para investor akan memiliki
semangat untuk memasukkan
modalnya disektor industri.
Menurut Unido (1987:6) kawasan
industri dapat didefinisikan
sebidang lahan yang dipetak
sesuai dengan rancangan,
dilengkapi dengan jalan dan
kemudahan yang diperuntukan bagi
arahan indutri dan dikelola
secara khusus.
Dalam kawasan indsutri, zona
industri dan area industri
terbagi 3 (tiga) unsur utama
kegiatan produksi yaitu : (a)
modal (investasi); (b) tenaga
kerja (wiraswasta) ; (C)
pengusaha (wiraswasta) di bidang
investasi; ketiganya dapat
mengubah struktur ekonomi daerah
menjadi lebih industrial dan
produktif. Berdasarkan batasan di
atas ada beberapa hal yang dapat
dimanfaatkan dari kawasan
industri, yaitu:
a) Berkaitan deengan besaran
dan lokasi Kawasan Industri
bisa menghasilkan dampak-
dampak tertentu bagi wilaya
sekitarnya, yang bila
diinginkan bisa diarahkan;
b) Bisa menjadi bidang usaha
pengadaan dan pemasaran
“lahan industri” menurut
kaidah-kaidah ekonomi
pertanahan kota;
c) Bisa menjadi sarana
kemudahan usaha yang secara
nyata dapat diberikan
berbagai bentuk insentif atau
subsidi.
b. Smart Green Industrial Development
Teori Smart Green Industrial
Development ini terdapat dua kata
kunci yakni Smart dan Green. Kata
kunci smart ini diambil dari
konsep Smart City yang memiliki
pengertian yakni suatu konsep
sebagai respon konseptual
terhadap berbagai krisis
perkotaan untuk mengembalikan
hubungan antar manusia, ruang
binaan dan ruang alami yang lebih
harmonis (penataanruang.net). Tujuan
utama dari konsep Smart City ini
yaitu melestarikan lingkungan,
menigkatkan daya saing, dan
membangun masyarakat yang madani.
Konsep smar city dapat
didefinisikan menjadi 6 dimensi
yakni Smart Economy, Smart Mobility,
Smart Environment, Smart People, Smart
Living, dan Smart Governance (www.
Smart-cities.eu).
Kata kunci green terilhami
dari konsep Green City, Green city yang
bisa dikatakan sebagai kota
ekologis (Nicholas, 2012)
memiliki pengertian ialah adanya
keseimbangan antara pembangunan
dan perkembangan kota dengan
kelestarian lingkungan. Konsep
ini menekankan pada kebutuhan
terhadap rencana pengembangan
kota dan kota-kota baru
memperhatikan kondisi ekologis
lokal dan meminimalisir dampak
yang merugikan dari pengembangan
kota. Konsep Green city memiliki
8 atribut yakni Green Planning and
Design, Green Open Space, dan Green
Community, Green Energy, Green
Waste, dan Green Water, Green
Transportation, Green Building.
Smart Green Industrial Development
ini merupakan kumpulan industry
dalam satu tempat, dimana
pelakunya mencoba meningkatkan
performansi, lingkungan, ekonomi,
dan sosial. Konsep ini berusaha
mengintegrasikan elemen-elemen
fisik maupun sistemnya, melalui
penggunaan teknologi untuk
meminimalisir dampak lingkungan.
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang
pengembangan kawasan industri
dengan konsep Smart Green Industrial
Development di Desa Gemulak akan
menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dan kuantitatif.
Metode kualitatif adalah metode
penelitian yang sifatnya
deskriptif dan induktif. Pada
metode ini, penelitian sebuah
fenomena akan berangkat dari data
yang ada, bukan dari sebuah
teori. Jadi fokus penelitian
kualitatif bukan pada pembuktian
sebuah teori yang sudah ada,
adapun landasan teori yang
digunakan biasanya sekedar
digunakan sebagai penopang fokus
penelitian. Sedangkan metode
kuantitatif adalah metode
penelitian yang sifatnya
induktif.
Pada metode penelitian
kualitatif, data biasanya
dikumpulkan melalui kegiatan
wawancara, observasi, pelibatan
langsung peneliti serta diskusi.
Sedangkan data pada metode
penelitian kuantitatif diperoleh
dengan cara pengisian angket
maupun telaah dokumen. Sehingga,
dalam penelitian ini metode
pengumpulan data dilakukan dengan
beragam cara yaitu observasi,
wawancara dan kuisioner yang
dilakukan untuk mendapatkan data
primer seperti kondisi air baku,
tingkat penurunaan tanah (land
subsidence), tingkat kemaikan muka
air laut, dll. Disamping itu juga
ada metode telaah dokumen yang
digunakan untuk mendapatkan data
sekunder seperti data jumlah
penduduk, luas wilayah
administrasi, penggunaan lahan
dan lain sebagainya.
Jenis analisis yang digunakan
dalam penelitian, untuk menjawab
pertanyaan dan mencapai tujuan
penelitian sesuai dengan sasaran
penelitian yang akan dicapai
yaitu :
Analisis Aktivitas dan
Kebutuhan Ruang. Analisis
aktivitas dilakukan untuk
mengetahui kegiatan yang
berlangsung pada kondisi
kawasan. Apabila karakteristik
aktivitas telah
teridentifikasi, maka
selanjutnya dilakukan analisis
kebutuhan ruang untuk
menampung segala aktivitas
yang dilakukan oleh
masyarakat.
Analisis Tapak merupakan
analisis yang digunakan dalam
suatu rencana perancangan kota
fisik dan digunakan juga untuk
merumuskan program ruang
berdasarkan karakteristik
aktivitas pengguna dan
aktivitas ruang.
Analisis Infrastruktur
merupakan analisis yang
dilakukan untuk mengetahui
kondisi infrastruktur
eksisting pada wilayah studi,
serta akan menjadi pedoman
pada rencana pembuatan
infrastruktur baru.
Analisis Elemen Perancangan
Kota yang terdiri dari land use,
building form and building mass, open
space, parking and circulation, signage,
pedestrian ways, activity support dan
preservation.
Analisis Elemen Citra Kota
merupakan analisis mendasar
yang digunakan untuk
membangunan gambaran mental
terhadap sebuah kota, yang
terdiri dari elemen path, edge,
district, nodes, dan landmark.
Analisis Elemen Estetika
merupakan salah satu elemen
dalam perancangan kota, yang
terdiri dari proporsi, sumbu,
simetri, hirarki, balance,
irama, skala, konteks dan
kontras serta organisasi
ruang.
Analisis Kriteria Terukur
merupakan kriteria dasar
perancangan kota yang dapat
diukur secara kuantitatif,
yang diperoleh dari
pertimbangan-pertimbangan
faktor fisik dasar, faktor
ekonomi maupun faktor budaya.
Analisis ini meliputi
perhitungan kepadatan bangunan
(building coverage), ketinggian
bangunan, sempadan bangunan
dan jarak antar bangunan
dengan tujuan untuk menentukan
amplop bangunan.
Analisis Kriteria Tak Terukur
kriteria yang tidak dapat
diukur secara kuantitatif,
tetapi dapat memberi persepsi
yang sama bagi pengamat yang
melihatnya. Oleh karena itu,
kriteria tak terukur lebih
menekankan pada aspek
kualitatif di lapangan.
Kriteria tak terukur terdiri
dari acces, compatibility, views,
identity, sense dan livability.
HASIL PEMBAHASAN
Kawasan Industri yang akan
direncanakan berada di Desa
Gemulak dengan luas perancangan
sebesar + 50 Ha. Namun di sana
masih terdapat beberapa
permasalahan yang harus
diselesaikan jika sebelum menjadi
kawasan industri. Masalah inti
yang ada di wilayah studi yaitu
tidak terintegrasinya kawasan
industri yang menyebabkan belum
tersedianya infrastruktur dan
fasilitas penunjang.
Masalah inti tersebut mencul
karena beberapa isu dan
permasalahan yang timbul di
wilayah studi. Isu dan masalah
yang ada antara lain Industri
yang tidak saling terintegrasi,
industri masih berdiri sendiri-
sendiri belum terintegrasi baik
proses produksi maupun penggunaan
infrastruktur. Belum optimalnya
fungsi infrastruktur, hal ini
seperti belum adanya pengolahan
limbah, drainase buruk, jalan
rusak, dll.
Terjadinya degradasi
lingkungan, seperti polusi suara,
udara, air, dll, karena belum
adanya open space dan barrier di
kawasan industri. Permasalahan
lain yaitu pola permukiman yang
tidak teratur serta belum adanya
sistem transportasi yang terpadu.
Isu dan permasalahan yang ada
secara langsung maupun tidak
langsung berdampak pada
perkembangan kawasan industri
yang tidak terarah, terpadu dan
tidak menghasilkan hasil guna
yang optimal bagi Kabupaten
Demak.
Berdasarkan isu dan
permasalahan di wilayah studi
yang telah dijelaskan sebelumnya
maka dalam perancangan Kawasan
Industri Gemulak menerapkan
konsep “Smart Green Industrial Park”.
Konsep Smart Green Industrial Park
terdapat 9 elemen yang dapat
diterapkan ke dalam perancangan
Kawasan Industri Gemulak dan
diharapkan dapat menyelesaikan
isu permasalahan di wilayah
tersebut. 9 elemen tersebut
antara lain terdiri dari 8 elemen
green dan 1 elemen smart, yaitu
berupa Green Open Space, Green Waste,
Green Transportation, Green Water, Green
Energy, Green Community, Green Building,
Green Planning and Design, dan Smart
Production.
Green Open Space, elemen ini
diterapkan dengan pengadaan
barrier, serta penyediaan RTH 30%
(20% RTH aktif dan 10% RTH
pasif). Green Open Space ini
digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan belum adanya public
dan open space yang memadai. Green
Waste, diterapkan dengan pengadaan
IPAL dikawasan industri, hal ini
dikarenakan belum terdapat
pengolahan limbah terpadu di
wilayah studi eksisting sehingga
dikhawatirkan dapat mencemari
lingkungan.
Green Transportation, digunakan
untuk menyelesaikan masalah
transportasi yang belum
terintegrasi sehingga
penerapannya berupa adanya sistem
TOD. Green Water, penerapan berupa
pengadaan rain water harvesting yang
digunakan untuk menyelesaikan
masalah sistem drainase yang
buruk dan rawan banjir. Green
Energy, dengan menerapkan solar
system (untuk lampu jalan, dll)
sehingga mengurangi penggunaan
energi yang kurang ramah
lingkungan.
Green Community, penerapannya
dengan membentuk komunitas hijau
yang kreatif dan proaktif di
kawasan permukiman. Green Building,
penerapan dengan menggunakan
bahan material bangunan yang daur
ulang sehingga ramah lingkungan.
Green Planning and Design, bentuk
penerapan dengan perancangan yang
mixed use serta ramah terhadap
manusia, sehingga menjadi
lingkungan yang livable dan dapat
mengurangi permasalahan
lingkungan. Terakhir yaitu Smart
Production, dengan penerapan
saling terintegrasi antar
industri sehingga dapat
meningkatkan efisiensi suatu
proses produksi.
Sumber: analisis kelompok 3dan 4b
Gambar 2
Siteplan dan penerapan kosep
Berikur merupakan amplop
bangunan yang diterapkan:
Sumber: analisis kelompok 3dan 4b
Gambar 3
Amplop bangunan
Setelah menetapkan konsep
yang dilakukan kemudian dilakukan
penyusunan Logical Framework. Logical
framework (kerangka kerja logis)
merupakan sebuah instrumen utama
yang mempunyai metode yang jelas
dalam mengelola program serta
kemampuan teknis manajemen
program. Logical framework
memudahkan untuk mengukur
bagaimana suatu program dan
kegiatan dilaksanakan dan
dievaluasi. Berikut ini adalah
ringkasan dari tabel logical
framework dari Kawasan Industri
Desa Gemulak.
Goals: adalah tingkatan dengan
tujuan tertinggiatau tujuan
jangka panjang. Goals kawasan
industri
permukiman
industri Gemulak adalah
“Mewujudkan kawasan industri
tekstil yang mampu memberikan
kontribusi terhadap
Pendapatan Daerah Kab. Demak
melalui penyerapan tenaga
kerja dan mampu berkontribusi
terhadap pelestarian
lingkungan melalui konsep
green manufacture industrial dan
konsep green livable housing.”
Purpose: adalah rincian/bagian
dari goals sebagai tujuan
jangka pendek. Purpose kawasan
industri Gemulak adalah
“Membuat Lisiba industri dan
permukiman yang terdiri dari
jaringan infrastruktur untuk
menunjang kawasan industri
seperti jaringan jalan,
listrik, drainase,
telekomunikasi, sanitasi, air
bersih, dan persampahan serta
bangunan pabrik dan rusun
pekerja.”
Output: adalah hasil spesifik
yang harus diperoleh sesudah
program berakhir. Output di
kawasan ini terbagi
berdasarkan pengaplikasian
konsep yang diusung yang
terdiri dari penerapan green
building, green waste, green
transportation, green energy, green
open space, green community, green
planning, green water, dan smart
production.
Input: merupakan masukan yang
harus disusun untuk
memperoleh output. Input di
kawasan industri Gemulak
antara lain perlu adanya
kerjasama pemerintah dan
swasta, kerjasama antar
lembaga/instansi terkait,
dukungan pemerintah Desa
Gemulak terkait peruntukan
kawasan industri, tenaga
kerja yang akan ditampung,
sumber dana, dan sumber
modal.
Network Planning Analysis merupakan
analisis yang menunjukkan
tahapan-tahapan dalam pembangunan
suatu proyek yang berurutan
disertai waktu/lama pelaksanaan
sehingga pelaksanaan proyek dapat
berjalan tepat waktu sesuai yang
direncanakan. Critical Path Method
adalah metode untuk menentukan
tahapan-tahapan krusial/kritis
yang menjadi tahapan penting
dalam suatu proyek.Keseluruhan
waktu yang diperlukan dari
persiapan, pembangunan hingga
pengelolaan kawasan yaitu selama
20 tahun. CPM yang dibuat berdasarkan
tahapan krusial menghubungkan
dari tahapan penetapan lahan,
kontrak perjanjian, perizinan,
pembangunan infrastruktur,
pembangunan pabrik, gudang,
kantor dan showroom, pembangunan
hunian perumahan dan sarana
penunjang, serta pengelolaan dan
pemeliharaan kawasan industri.
Tahapan NPA yang telah disusun
dapat dilihat pada penjelasan
berikut :
Pra konstruksi : terdiri dari
tahapan-tahapan yang
berhubungan dengan persiapan-
persiapan seperti persiapan
lahan, perencanaan kawasan,
penentuan kontrak perjanjian
dan perizinan serta penentuan
AMDAL.
Konstruksi : yang dibagi
menjadi 2 bagian yaitu
konstruksi untuk industri dan
perumahan. Yang menjadi
prioritas penyelesaian tentu
pada bagian konstruksi
industri terlebih dahulu agar
kegiatan industri dapat
segera dijalankan. Setelah
itu baru dilaksanakan
konstruksi untuk perumahan
para pekerja industri.
Pasca konstruksi: adalah
tahapan pelaksanaan
pembangunan pelengkap seperti
penanaman hutan kota,
pelengkap estetika kawasan,
yang dilanjutkan dengan
mengoperasionalkan kawasan
dan monitoring evaluasi.
Penyediaan kawasan industri
membutuhkan nilai investasi yang
besar, kebutuhan investasi ini
pada umumnya sulit dipenuhi jika
menggunakan dana dari APBD. Oleh
karena itu kerjasama antara
pemerintah dan swasta dianggap
penting dalam upaya menyediakan
pembangunan kawasan industri baik
dari segi
pembiayaan,pembangunan,hingga
pengelolaan. Banyak skema dan
konsep dalam melakukan kerjasama
pemerintah dan swasta, konsep BOO
(Build Operate Own) adalah salah satu
alternatifnya sebagai konsep yang
yang paling menguntungkan kedua
belah pihak. Manfaat yang didapat
selain sharing anggaran, adalah
pembangunan yang lebih efisien
dan mendorong terjadinya proses
alih teknologi.
Jangka waktu kerja sama
dilakukan selama 25 tahun, sesuai
dengan arahan RTR Kawasan
Strategis Nasional dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Pemerintah Kabupaten Demak. Di
dalam Kawasan Industri Gemulak,
terdapat 2 area yang akan
dikerjasamakan pembangunannya,
yaitu area industri dan
permukiman.
Dalam kerjasama ini
pemerintah memiliki peran dalam
menyediakan lahan, namun
pemerintah berhak mendapatkan
Pajak Bumi Bangunan (PBB) serta
sharing benefit selama jangka waktu
25 tahun dengan pembagian 5%
untuk pemerintah dan 95% untuk
pihak swasta, yang kemudian
digunakan untuk membayar cicilan
pembelian lahan yang akan di-own-
kan. Selain mendapatkan sharing
benefit 95% pihak swasta juga akan
mendapatkan semua asset pada
akhir waktu setelah kerjasama.
Pada area industri, swasta juga
mendapatkan keuntungan dari omset
pabrik, showroom, biaya sewa
semua fasilitas umum dan
retribusi fasilitas.
Peran swasta pada kerjasama
ini harus mampu membangun pabrik
dan hunian serta segala fasilitas
dan infrastruktur di dalamnya,
selain itu swasta juga
bertanggungjawab untuk memelihara
asset dengan baik sampai akhir
waktu kerjasama.
Analisis pembiayaan
pembangunan Kawasan Industri
Gemulak terbagi menjadi 2, yaitu
analisis finansial dan analisis
sosial ekonomi. Keseluruhan
pembiayaan dalam analisis
finansial diperuntukan untuk
tahapan pra konstruksi,
konstruksi dan pasca konstruksi.
Pihak yang bertanggung jawab
ialah swasta dan pemerintah.
Pihak swasta wajib membiayai
biaya pengeluaran pembangunan
kawasan industri. Pemerintah
sebagai penyedia lahan.
Keuntungan yang didapatkan per-
tahunnya akan dibagi menjadi 5%
untuk pemerintah dan 95% untuk
swasta. Dan dalam analisis
kelayakannya dibagi antara
pemerintah dan swasta, sehingga
dapat dilihat kelayakan dan
keuntungan kedua stakeholder
tersebut.
Analisis sosial ekonomi
diperuntukan untuk tahapan
konstruksi dan pasca kosntruksi
dan yang bertanggung jawab ialah
pihak swasta dan masyarakat di
sekitar kawasan industri. Swasta
memberikan kompensasi ke
masyarakat karena kerugian yang
ditimbulkan akibat pembangunan
kawasan industri. Timbal
baliknya, masyarakat mendapat
peluang usaha dengan memproduksi
hasil daur ulang sampah plastic,
kain dan benang dari limbah
industri dan permukiman.
Keuntungan per-tahunnya akan
dibagi menjadi 30% untuk swasta
dan 70% untuk masyarakat.
Berikut ini adalah hasil
perhitungan analisis finansial
dan analisis sosial ekonomi :Tabel 1
Analisis Pembiayaan
Pemerintah Swasta
Cash Out Rp 170,081,000,000 Rp 1,273,73,.578,271 Rp 946,000,000
Cash In Rp 1,021,045,933,080 Rp 5,981,356,468,093 Rp 1,988,965,125
BCR 1.722 2.313 2.19
NPV Rp 111,959,172,890 Rp 872,909,043,127 Rp 359,419,767
IRR 14% 34% 25%
Payback Period Tahun ke-9 Tahun ke-7 Tahun ke-9
FinancialSosial Ekonomi
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2014
Berdasarkan hasil perhitungan
analisis finansial dan sosial
ekonomi proyek pembangunan
Kawasan Industri Gemulak layak
untuk direalisasikan. Analisis
kelayakan tersebut dapat dilihat
dari nilai Benefit Cost Ratio melebihi
1, nilai NPV positif dan nilai
IRR melebihi nilai Discount Factor
7,5%.
Berdasarkan perhitungan
pembiayaan antara analisis
finansial dan analisis sosial
ekonomi, kedua analisis tersebut
dikatakan layak, shingga proyek
pembangunan Kawasan Industri
Gemulak dapat direalisasikan.
Analisis kelayakan dalam analisis
finansial antara pemerintah dan
swasta dinyatakan layak, sehingga
proyek pembangunan ini
menguntungkan bagi kedua
stakeholder tersebut.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan
Perencanaan Kawasan Industri
Gemulak merupakan suatu bentuk
pengembangan wilayah di Kabupaten
Demak dalam rangka meningkatkan
pendapatan daerah, mengurangi
ketergantungan terhadap Kota
Semarang dan meningkatkan peran
Kabupaten Demak di wilayah
Kedungsepur. Potensi wilayah yang
ada akan dikembangkan dan masalah
yang ada akan diselesaikan
melalui konsep Smart Green Industrial
Park.
Konsep yang diusung
menekankan pada sistem
keberlanjutan dan memperhatikan
keseimbangan dengan alam. Konsep
kawasan ini pun akan diturunkan
kedua konsep untuk permukiman,
yaitu Green Livable Housing dan konsep
industri, yaitu Green Manufacture
Industrial. Untuk mewujudkan kawasan
industri, pada perencanaan yang
dilakukan menggunakan konsep
pengelolaan Build Operate Own (BOO)
dimana terdapat kerjasama
pemerintah dan swasta selama 25
tahun dan pada akhir kerjasama,
seluruh asset akan dimiliki oleh
pihak swasta. Berdasarkan hasil
analisis kelayakan, perencanaan
pembiayaan melalui konsep
pengelolaan tersebut menunjukan
bahwa proyek Kawasan Industri
Gemulak layak untuk dapat
dibangun.
b. Rekomendasi
Kerjasama antara pemerintah
dengan pihak swasta, telah
dilakukan pembagian peran antara
keduanya. Peran pemerintah tidak
hanya mengalokasikan lahan. Di
sisi lain, terdapat fungsi
pemerintah sebagai pemangku
kebijakan. Diharapkan untuk masa
yang akan datang, pemerintah
dapat menetapkan kebijakan
terkait perindustrian di
Kabupaten Demak yang lebih
komprehensif sehingga para
investor dalam pembangunan
proyeknya mendapat suatu acuan
demi terciptanya kondisi yang
baik dan kondusif, tidak hanya
bagi investor sendiri, namun juga
lingkungan di wilayah Kabupaten
Demak. Peran pengawasan
pemerintah pun diharapkan lebih
intensif dalam mengontrol
pengembangan perindustrian di
Kabupaten Demak.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, 1972, A Theory of The
Urban Land Market, The City :
Program of Planning, Alonso
W. diterjemahkan oleh Endang
Titi Sunarti dalam Laporan
Penelitian Perumahan Pekerja
di Lingkungan Permukiman
Sekitar Kawasan Industri,
dengan kasus Wilayah Pemda
Tk. II Surabaya, Lemlit ITS
1989
Amir, Salim, Suparti, 1994,
Perumahan Pekerja Industri
antara Teknologi, Kelayakan
dan Keterjangkauan, bulletin
berkala ATAP ITB edisi No.
1, Juli 1994
Arahan Dan Kriteria Penyediaan
RTH Menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2008 Mengenai
Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan RTH
Butler, David, John W. Davis.
2000. Urban Drainage. London:
E & FE Spon
De Chiara and Koppelman. 1990.
Standar Perencanaan Tapak.
Jakarta: Erlangga
Menteri Negara Perumahan Rakyat
Nomor : 648--384 Tahun 1992
Nomor : 739//Kpts//1992 Nomor
: 09//Kpts//1992Tentang
Pedoman Pembangunan Perumahan
dan Permukiman dengan
Lingkungan Hunian yang
Berimbang
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan
Kota Secara Terpadu.
Yogyakarta: Kanisius