penerapan pola komunikasi orang tua
TRANSCRIPT
PENERAPAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA
TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK DI DESA
MERLUNG KECAMATAN MERLUNG KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah
Oleh:
ROHADA
NIM: 304171217
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021
ii
Jambi, 10 Juni 2021
Pembimbing I : Drs. Sururuddin, M.Pd.
Pembimbing II : Dr. Madyan, M.Pd.I
Alamat: Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Kepada Yth.
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan
Simp.Sungai Duren Fak. Dakwah
Muaro Jambi UIN STS Jambi
di-
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan
yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa
skripsi saudari Rohadadengan judul “Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua
Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak di Desa Merlung Kecamatan
Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat”, telah dapat diajukan untuk di
munaqashahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu (S1) Jurusan/Progran Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) pada
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada bapak/ibu,semoga
bermanfaat bagi kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamu’alaikum
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sururuddin, M.Pd, Dr. Madyan, M.Pd.I
NIP.196512101996031001 NIP.198406222010011006
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rohada
NIM : 304171217
Tempat/Tanggal Lahir : Merlung, 28 November 1999
Konsentrasi : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Alamat : Jl. Golf III, Perumahan Griya Golf Garden, Blok
No.G02, Kelurahan Pematang Sulur, Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul
“Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan Perilaku
Anak di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung
Barat”.Adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah
disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila di
kemudian hari ternyata ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui
Skripsi ini.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Jambi, 7 Juni 2021
Penulis
Rohada
304171217
iv
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS DAKWAH
Jalan Raya Jambi-Ma. Bulian, Simp. Sungai Duren Telp. (0741)582020
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis olehRohada NIM 304171217 dengan judul
“Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan Perilaku
Anak di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung
Barat” yang di munaqashahkan oleh Sidang Fakultas Dakwah UIN STS Jambi
pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 10 Juni 2021
Jam : 11.00 - 12.30 WIB
Tempat : Gedung Dekanat Lantai 2 Fakultas Dakwah
Telah di perbaiki sebagaimana hasil sidang munaqashah dan telah diterima
sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, pada Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi.
Jambi,11 Juni2021
TIM PENGUJI
Ketua Sidang : Dr. Jamaluddin, M.Ag ( )
Sekretaris Sidang : Linda Seswati, M.Pd.I ( )
Penguji I : Dr. Agus Salim, M.Pd.I ( )
Penguji II : Neneng Hasanah, M.Pd.I.I ( )
Pembimbing I : Drs. Sururuddin, M.Pd ( )
Pembimbing II : Dr. Madyan, M.Pd.I ( )
v
MOTTO
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang yang saleh.” Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran)
seorang anak yang sangat sabar (Ismail). Maka ketika anak itu sampai (pada
umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku!
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah
apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar”. (QS. As-Saffat: 100-102).1
1Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002 (Jakarta: Al-Huda, 2005),
450.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas yang memprihantinkan dan
memerlukan perhatian, yaitu pentingnya penerapan pola komunikasi orang tua
terhadap penyimpangan perilaku anak di Desa Melung Kecamatan Merlung
Kabupaten Tanjung Jabung Barat,tanpa adanya proses atau cara penerapan pola
komunikasi, orang tua akan kewalahan dalam menghadapi berbagai perilaku
menyimpang pada anaknya. Selain menerapkan pola komunikasi didalam sebuah
keluarga orang tua juga dituntut untuk mengetahui bagaimana proses penerapan
pola komunikasi orang tua terhadap penyimpangan perilaku anak, apa saja faktor-
faktor yang mempengaruhi penyimpangan perilaku anak, serta apa upaya
pencegahan yang dapat dilakukan orang tua agar anak tidak melakukan
penyimpangan?. Untuk menindak lanjuti keresahan orang tua, tentang bagaimana
cara mengembangkan hubungan emosional yang baik dengan anak, bagaimana
penerapan pola komunikasi orang tua terhadap anak, agar anak memiliki dan
menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, dan bagaimana cara orang tua
menemukan apa saja faktor-faktor pencetus yang membuat anak melakukan
penyimpangan. Serta apa upaya pencegahan yang dapat dilakukan orang tua agar
anak tidak melakukan penyimpangan, serta solusi dari semua permasalahan ini
maka, temukan pola komunikasi yang baik dengan anak sehingga akan membuat
anak menjadi nyaman akan hal tersebut.
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan
(field research), dengan pendekatan kualitatif deskriptifyang dilihat melalui sudut
pandang tentang penerapan pola komunikasi orang tua terhadap penyimpangan
perilaku anak di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan ciri khusus
(purposive sampling). Pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan
dokumentasi dengan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan (verifikasi data).
Hasilnya penulis menemukan bahwa, komunikasi antara orang tua dan
anak sangat dibutuhkan oleh seorang anak, kurangnya komunikasi orang tua
terhadap anak, akan berpengaruh terhadap perilaku anak. Seperti yang kita
ketahui, komunikasi antara anak dan orang tua merupakan dasar bagaimana orang
tua dan anak membentuk hubungannya.Salah satu hal yang dapat menunjang hal
ini adalah dengan adanya komunikasi yang efektif dengan anak.Komunikasi yang
buruk antara orang tua dan anak tentu dapat membuat hubungan orang tua
dananak bertambah buruk. Keberhasilan dalam berkomunikasi dengan anak
mengisyaratkan adanya kesejajaran antara anak dengan orang tua, orang tua harus
mencoba mendalami karakter anak, setelah kita mendalami karakter anak, anak
tersebut akan menganggap kita bukan hanya dilihat dari orang tuanya saja
melainkan anak tersebut akan menganggap orang tuanya sebagai teman, sehingga
pesan didikan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak tersebut.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil’alamin.
Segala puji dan syukur ku ucapkan kehadirat Allah SWT
Sholawat sertasalam kucurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Ayahanda tercinta Muhammad Ridwan (Alm), Ibu tersayang Ariyani. Suami
terbaik Syakhibul Firdaus serta Mertuaku yang selalu mensupportku Marzuan dan
Yulinar beserta Kakak Iparku Gita Atika dan Suaminya.
Kakak kebanggaaku: Rita, Meriana, Heriyani (Alm), dan Abang tersayangku satu-
satunya Ripanri.
Dalam setiap langkah yang ku lakukan aku selalu berusaha
mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan dari diriku.
Terimakasih aku ucapkan atas Do‟a, perjuangan dan kasih sayang kalian
sehingga aku bisa berada di titik ini, tidak banyak yang bisa kuberi
hanya sebuah untaian Do‟a dan air mata saja.
Semoga Allah membalas kebaikan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat
dan semoga nanti Allah beri balasan Syurga Firdaus untuk kalian semua.
Terimakasih kepada Bapak Sururuddin dan Bapak Madyan selaku dosen
pembimbingku yang sudi
merelakan waktunya untuk membimbingku dengan baik dan memberi saran
serta motivasi untukku….
Terimakasih juga untuk teman-teman seperjuangan angkatan 2017 terkhusunya
untuk teman-teman kelas KPI B yang kucintai dan yang selalu aku banggakan.
Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diriku sendiri aku tak kuasa
tanpa melibatkan Allah SWT dan orang lain dalam hidup ini.
Semoga Allah SWT memberikan Ridho-Nya kepada kita semua
sehingga kelak di Syurga-Nya kita akan dikumpulkan kembali dan kekal
selamanya.
Amiin yaa Robbal,alamiin
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, serta hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan
dengan judul “Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap
Penyimpangan Perilaku Anakdi Desa Merlung Kecamatan Merlung
Kabupaten Tanjung Jabung Barat”. Kemudian shalawat dan salam semoga
tetap terlimpah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya ke alam yang terang benderang dengan cahaya iman, takwa
dan ilmu pengetahuan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai ujian dan cobaan. Namun
semua itu patut disyukuri karena banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang
penulis dapatkan.Penulis banyak mendapatkan arahan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materil. Pada kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asyari, M.A., Ph.D.Selaku Rektor Universitas
Islam Negeri SulthanThaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak dan Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati,SE., M.El. Sebagai Wakil Rektor I
Bidang Akademik dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. As‟adIsma,
M.Pd. Sebagai Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan
Keuangan, dan Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag.,MA. Sebagai Wakil Rektor III
Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Zulqarnin, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr.D.I. Ansusa Putra, Lc, M.A.Hum.Selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Kelembagaan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Arfan Aziz, Ph.D.Selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Akuntansi dan Keuangan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr.Samin Batubara,M.HI.Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
7. Bapak Muhammad Junaidi, S.Ag., M.Si. Selaku Ketua Prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI).
8. Bapak Ade Novia Maulana, M.Sc. Selaku Sekretaris Jurusan Prodi Komunikasi
dan Penyiaran Islam (KPI).
ix
9. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.
Madyan, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu membimbing dan
yang selalu memberikan motivasi demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
11. Bapak dan Ibu Karyawan/karyawati diligkungan Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
12. Kepala Perpustakaan Universitas slam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
beserta Staffnya dan serta Kepala Perpustakaan Wilayah dan Arsip Provinsi
Jambi.
13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2017Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI)yang selalu mensupport. Terima kasih atas semangat dan dukungan
kalian, sehingga peneliti dapat terus menerus optimis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis mengucapkan
terima kasih yang tidak terhingga, semoga Allah SWT membalasnya.Akhirnya
penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jambi, 7 Juni 2021
Penulis
Rohada
304171217
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
NOTA DINAS .............................................................................................................. ii
SURAT PERSYARATAN ORISINALITAS SKRIPSI .......................................... iii
PENGESAHAN .......................................................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL...................................................................................................... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Permasalahan ......................................................................................... 7
C. Batasan Masalah .................................................................................... 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 7
E. Kerangka Teori ...................................................................................... 9
F. Metode Penelitian ................................................................................ 21
G. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................. 30
H. Studi Relevan ....................................................................................... 32
BAB II GAMBARAN UMUM DESA MERLUNG
A. Sejarah Singkat Desa Merlung ............................................................. 34
B. Letak Geografis Desa Merlung ............................................................ 35
1. Keadaan Geografis Desa Merlung ............................................. 35
2. Keadaan Topografi Desa Merlung ............................................. 36
3. Iklim ........................................................................................... 36
C. Keadaan Sosial Penduduk Desa Merlung ............................................ 36
1. Jumlah Penduduk Desa Merlung ............................................... 36
2. Tingkat Pendidikan .................................................................... 36
3. Sarana dan Prasarana Desa Merlung ......................................... 37
xi
D. Kondisi Ekonomi Penduduk Desa Merlung ........................................ 38
1. Mata Pecaharian Penduduk Desa Merlung ................................ 38
2. Pola Penggunaan Tanah ............................................................ 38
3. Pemilik Ternak .......................................................................... 39
E. Keadaan Pemerintah Desa Merlung ..................................................... 39
1. Pembagian Wilayah Desa Merlung ........................................... 39
2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Merlung ........................ 40
BAB III PENERAPAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA
TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK
A. Penerapan Pola Komunikasi yang Seperti Apakah Agar Anak
Tidak Melakukan Penyimpangan......................................................... 41
B. Pola Komunikasi .................................................................................. 45
C. Pola Komunikasi Jenis Apa yang Digunakan Orang Tua Dalam
Mendidik Anak .................................................................................... 47
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK SERTA UPAYA
PENCEGAHAN YANG DAPAT DILAKUKAN ORANG TUA
AGAR ANAK TIDAK MELAKUKAN PENYIMPANGAN
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyimpangan Perilaku Anak ...... 53
1. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang ....................................... 61
2. Dampak yang Ditimbulkan ........................................................ 65
B. Upaya Pencegahan yang Dapat Dilakukan Orang Tua Agar Anak
Tidak Melakukan Penyimpangan ......................................................... 69
C. Solusi Agar Anak Tidak Melakukan Penyimpangan ........................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 80
B. Impilkasi Penelitian ............................................................................. 81
C. Kata Penutup ........................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Kategori Orang Tua ................................................................................... 22
Tabel 1.2: Kategori Anak ............................................................................................ 22
Tabel 1.3: Daftar Informan Reponden ....................................................................... 23
Tabel 2.1: Jumlah Penduduk ...................................................................................... 36
Tabel 2.2: Tingkat Pendidikan .................................................................................... 36
Tabel 2.3: Sarana dan Prasarana Desa Merlung.......................................................... 37
Tabel 2.4: Pola Penggunaan Tanah di Desa Merlung ................................................. 38
Tabel 2.5: Pembagian Wilayah Desa Merlung .......................................................... 39
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI2
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
T ط „ ا
ẓ ظ B ب
„ ع T ت
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق H ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dh ۮ
N ن R ر
H ه Z ز
W و S س
‚ ء Sh ش
ṣ ص Y ئ
ḍ ض
2Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi (Muaro Jambi: FakUshuluddin IAINSTS Jambi, 2016), 136-137.
xiv
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ا
A ب A اى I
ا
U اى A او Aw
ا
I او U اى Ay
C. Tᾱ ’ Marbūṭ ah
Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam :
1. Tᾱ ’ Marbūṭ ah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah/h/.
Arab Indonesia
Salah صالة
Mir‟ᾱ مراة h
2. Tᾱ ’ Marbūṭ ah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah,
dan dammah, maka literasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
Wizᾱ وزارالتربيه rat al-Tarbiyah
Mirʽ مراةالسمن ʽ ᾱ t al-zaman
3. Tᾱ ’ Marbūṭ ah yang berharakat tanwin maka translitnya adalah
/tan/tin/tun.
Contoh :
Arab Indonesia
فجنة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin
communicatio yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna
atau kesamaan. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada
kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.3 Jadi,
kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk
percakapan (dialog), maka komunikasi akan terjadi (berlangsung) selama ada
kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan (dibicarakan). Kesamaan
bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan
kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum
tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa
percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-
duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari
bahan yang di percakapkan (dibicarakan).4
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan
manusia adalah bukan sekedar benda alam, melainkan makhluk hidup yang
memiliki perasaan, pikiran, dan kepentingan yang sering kali lacak karena
bersifat laten, yang sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan
dengan manusia lainnya.5 Mereka ingin mengetahui lingkungan sekitarnya,
bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya, rasa ingin tahu ini
memaksa manusia untuk perlu berkomunikasi.Banyak pakar komunikasi
menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental
bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.
3Wikipedia Komunikasi, “Pengertian Komunikasi”, diakses melalui alamat
http://id.m.wikipedia.org/wiki/komunikasi, tanggal 1 Desember 2020. 4Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), 9. 5H. A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Sinar Grafika,
2002), 6.
2
Profesor Wilbur Schramm menyebutkan bahwa, komunikasi dan
masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk,
sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat
mengembangkan komunikasi tersebut. Dalam hidup bermasyarakat, orang
yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi
dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi
mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa.
Oleh sebab itu menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii,
komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti
halnya bernapas. Sepanjang manusia ingin hidup, ia perlu berkomunikasi.6
Berbicara tentang Anak saat ini seperti tidak ada habis-habisnya,
malah peneliti rasa semakin menarik karena di balik itu semua terdapat fakta-
fakta menarik tentang permasalahananak. Secara umum menurut para ahli,
dikatakan bahwa anak adalah anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa yang
harus dijaga, anak merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Seorang
anak hadir sebagai amanah dari Tuhan untuk dirawat, dijaga dan dididik yang
kelak setiap orang tua akan diminta pertanggungjawaban atas sifat dan
perilaku anak semasa didunia.
Secara harfiah anak adalah seorang cikal bakal yang kelak akan
meneruskan generasi keluarga, bangsa dan negara. Anak juga merupakan
sebuah aset sumber daya manusia yang kelak dapat membantu membangun
bangsa dan Negara.Dalam literatur lain dikatakan, komunikasi merupakan
faktor yang sangat penting bagi perkembangan diri anak, karena ketika tidak
ada komunikasi di dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya
penyimpangan perilaku pada anak.
6Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi “Edisi Revisi” (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), 1-2.
3
Penerapan pola komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam
rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan
orang tua.Dalam lingkungan keluarga orangtua berperan sebagai institusi
pendidikan, artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya
terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang
dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya.Apabila dalam suatu keluarga
tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi-fungsi sebagai keluarga
maka keluarga tersebut mengalami stagnasi (kemandekan) atau disfusi yang
pada gilirannya akan merusak kekokohan kosentrasi keluarga (khususnya
terhadap perkembangan kepribadian anak). Sebuah keluarga akan berfungsi
dengan optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka,
ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman
dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga. Namun, banyak
orang tua mungkin tidak menyadari hal ini. Komunikasi dengan anak mungkin
merupakan hal yang sederhana dan terkesan mudah dilakukan, tapi ternyata
memiliki manfaat yang besar terhadap perkembangan anak.
Ternyata untuk membangun sebuah keluarga yang berfungsi secara
optimal dan harmonis dengan anak tidaklah mudah karena, tidak jarang kita
selaku orang tua dibuat kesal dan jengkel oleh penyimpangan perilaku anak.
Anak sering sekali bertingkah laku tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan. Penyimpangan-penyimpangan perilaku anak yang sering anak
lakukan seperti anak suka membangkang, suka melawan, suka mengamuk,
keras kepala jika dinasihati, bandel, tidak bisa diam, dan lain sebagianya. Hal
ini tentu terkadang membuat orag tua, kadangkala bisa menjadi marah, kesal,
sedih melihat tingkah laku anaknya. Bahkan tidak jarang orang tua menjadi
risih dan malu terhadap tetangga atau orang lain (masyarakat), akibat perilaku
menyimpang yang sering anak lakukan tersebut.Padahal kita selaku orang tua
berharap anak dapat menunjukkan perilaku yang manis, patuh, cerdas, mampu
berempati, mampu menyesuaikan diri, tidak banyak menuntut, punya
pengertian, mandiri, penurut, kreatif, dan punya sikap hormat, patuh, dan
ramah terhadap orang tua. Bukankah begitu?
4
Menghadapi masalah penyimpangan perilaku anak tersebut, tidaklah
akan terselesaikan dan anak berubah menjadi anak yang baik, jika saja kita
mengatasi masalah tersebut dengan sikap reaktif dan keras terhadap anak,
seperti memarahinya, dan memberi hukuman dengan memukulnya,
mencubitnya atau menjewernya, kita bisa saja melakukan itu, tetapi, jika
tindakan kasar dan keras ini, kita berikan kepada anak kita yang sering
menunjukkan perilaku yang menyimpang tersebut, kita pun selaku orang tua
terkejut dan terperanjat saat melihat reaksi balik anak kita, hal ini bukannya
justru membuat anak takut kepada kita, anak patuh kepada kita, justru
sebaliknya, anak akan meakukan perlawanan. Anak bukannya mengubah
tingkah lakunya, melainkan memberi reaksi perlawanan secara langsung
maupun tidak langsung.
Secara langsung tentunya anak akan melawan secara verbal maupun
fisik, seperti membalas dengan kata-kata kasar juga, dan melawan
menggunakan anggota tubuhnya atau menepis dengan tangannya atau malah
memukul balik kita. Sedangkan secara tidak langsung, tentunya akan
menunjukkan reaksi non verbal, seperti menunjukkan ekspresi wajahnya yang
cemberut, mata melotot, murung, menangis keras dan mengurung diri. Alhasil
kita pun menjadi gagal memperbaiki penyimpangan perilaku anak kita, dan
hubungan emosional dengan anak semakin memburuk, bukannya malah
harmonis justru jadi tidak harmonis dan semakin memburuk. Bahkan ironinya
intensitas penyimpangan perilaku anak anak bisa menjadi semakin menjadi-
jadi atau kualitas buruknya semakin meningkat.
Berbagai permasalahan yang dihadapi anak, menyebabkan sebagian
anak mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk
kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orang tua dalam
menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya.
5
Didalam komunikasi di keluarga, peran orang tua menjadi sangat
penting kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana
orangtua berkomunikasi kepadanya. Oleh karena itu, kalau kita selaku orang
tua tidak bijaksana dalam hal menyikapi, menanggapi perilaku menyimpang
pada anak kita tentunya akan menimbulan efek buruk bagi keluarga dan orang
lain (masyarakat), kalau kita berlaku keras dan kasar dalam menyikapinya.
Namun lebih baiknya kita selaku orang tua harus segera melakukan tindakan
proaktif (mengambil inisiatif) untuk menemukan cara-cara memecahkan dan
mengatasi, serta mencegah masalah penyimpangan perilaku anak tersebut,
sebelum semuanya itu terlambat. Kita selaku orang tua harus mengenali dan
menganalisis, mengapa anak menujukkan perilaku menyimpang, mengapa
anak melakukan perilaku penyimpangan, apa yang mebuat anak melakukan
penyimpangan hal ini tentunya ada faktor-faktor yang membuat anak
melakukan penyimpangan tersebut. Setelah kita mengenli dan menganalisis,
kemudian kita juga harus menemukan solusi, mencari solusi, melakukan
pencegahan untuk mengatasi penyimpangan tersebut, sebelum semuanya
menjadi semakin parah dan buruk.Komunikasi akan sukses apabila orangtua
memiliki kredibilitas di mata anaknya. Komunikasi dalam keluarga dapat
berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak
atau anak ke orangtua, atau anak ke anak.
Setelah Peneliti melakukan observasi di Desa Merlung Kecamatan
Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat,peneliti menemukan kebanyakan
anak-anak di desa tersebut mempunyai sifat yang bandel, susah diatur, keras
kepala, dan lain sebagainya, intinya yang mengacu pada perilaku
penyimpangan. Untuk menindak lanjuti keresahan orang tua, tepatnya lagi
para orang tua yang berada di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten
Tanjung Jabung Barat tentang, bagaimana cara para orang tua disana
mengembangkan hubungan emosional yang baik dengan anak, bagaimana
cara orang tua menerapkan pola komunikasi yang sesuai terhadap anak, agar
anak memliki dan menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, dan bagaimana
cara orang tua menemukan apa saja faktor-faktor pencetus yang membuat
6
anak melakukan penyimpangan, serta apa upaya pencegahan yang dapat
dilakukan orang tua agar anak tidak melakukan penyimpangan, serta solusi
dari semua permasalahan ini. Maka, kunci utama dari permasalahan ini adalah
dengan memukan pola komunikasi yang baik dengan anak sehingga akan
membuat anak menjadi nyaman akan hal tersebut dan menemukan faktor-
faktor apa saja yang membuat anak melakukan penyimpangan, serta mencari
serta solusi dari semua permasalahan ini.
Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena
komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan,
pengaruh sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. Artinya, bagaimana
orang tua menggunakan pola komunikasi yang lebih fleksibel pada aturan
yang berlaku. Misalnya apa yang dikatakan orang tua tetap penting tetapi
masih memungkinkan bagi anak untuk mengemukakan pikirannya, berupa ide,
pendapat, saran, dan saling mendengar. Pola komunikasi seperti ini, lebih
memungkinkan bagi anak untuk dapat mengatasi masalah atau memecahkan
masalah, karena ada interaksi dalam komunikasi, tentunya dengan tetap
memperhatikan norma-norma dan tanpa menghilangkan eksistensi sebagai
orang tua maupun anak.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengupas lebih
dalam lagi mengenai bagaimana penerpan pola komunikasi orang tua terhadap
penyimpangan perilaku anak, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
penyimpangan perilaku anak, serta apa upaya pencegahan yang dapat
dilakukan orang tua agar anak tidak melakukan penyimpangan, dan semua itu
peneliti paparkan ke dalam sebuah proposal skripsi yang berjudul
“Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan
Perilaku Anak di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten
Tanjung Jabung Barat”.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, untuk mempermudah
pemahaman dalam pembahasan permasalahan yang akan diteliti, maka pokok
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “PenerapanPola
Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan PerilakuAnak di Desa
Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat”. Pokok
masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan
penelitian, yaitu:
1. Bagaimana penerapan pola komunikasi orang tua terhadap
penyimpangan perilaku anak?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan perilaku anak?
3. Apa upaya pencegahan yang dapat dilakukan orang tua agar anak tidak
melakukan penyimpangan?
C. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan
supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua
masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Jadi pokok permasalahan
yang diangkat adalah tentang ”Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua
Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak di Desa Merlung Kecamatan
Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat”.Didalam penelitian kategori anak
yang diteliti adalah anak usia 15-20 Tahun, dan kategori orang tua yang
diwawancai berusian 30-50 Tahun.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara umum diupayakan untuk mengetahui Penerapan
Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak. Namun
secara khusus, tujuan dan kegunaan penelitian ini sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan pola komunikasi orang tua terhadap
penyimpangan perilaku anak.
8
b. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang Mempengaruhi
penyimpangan perilaku anak.
c. Ingin mengetahui jenis pola komunikasi seperti apakah agar anak
tidak melakukan penyimpangan.
d. Ingin mengetahui apa upaya pencegahan yang dapat dilakukan
orang tua agar anak tidak melakukan penyimpangan.
e. Untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan
pengetahuan, serta menambah wawasan pengetahuan.
2. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memiliki kegunaan atau manfaat.
Kegunaan tersebut bisa bersifat teoritis, dan praktis, maka kegunaan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk menimbulkan kesadaran kepada semua orang tua, bahwa
begitu pentingnya menerapkan pola komunikasi antara orang tua
terhadap anak.
b. Untuk menambah referensi perpustakaan dan dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya.
c. Untuk menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan teori
dan praktik ilmu dalam bidang komunikasi.
d. Bagi peneliti bermanfaat sebagai syarat untuk memeperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) di UIN STS Jambi serta,
e. Menjadi konstribusi keilmuan penulis terhadap UIN STS Jambi
yang tengah mengembangkan paradigma keilmuan yang
berwawasan global.
9
E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan
dalam menjawab pertanyaan penelitian agar penelitian ini lebih terarah dan
tepat, maka peneliti menganggap untuk mendukung penelitian ini, perlu
adanya kerangka teori yang saling berkaitan dengan pokok permasalahan yang
akan di teliti sebagai landasan tersebut. Lebih spesifik teori-teori yang ada
dalam cakupan permasalahan tersebut sebagai berikut:
1. Pengertian Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
penerapan adalah perbuatan menerapkan.7Sedangkan menurut J.S Badudu dan
Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil.8Adapun
menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan.9Dan
menurut Dessy Anwar penerapan adalah pemasang, pengenaan perihal
mempraktekkan.10
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu
maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
Menurut Wahab penerapan merupakan tindakan-tindakan yang
dilakukan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok yang
diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan.
Dalam hal ini, penerapan adalah pelaksanaan sebuah hasil kerja yang
diperoleh melalui sebuah cara agar dapat dipraktekkan kedalam masyarakat.11
Berbeda dengan Wahab, Riant Nugroho mendefinisikan penerapan adalah cara
yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang dinginkan.12
7Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer(Jakarta: Modern
English Perss, 2002), 1598. 8J. S.Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Efektifitas Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai
Pustaka, 2010),1487. 9Lukman Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Surabaya: Apollo, 2007), 104.
10Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Surabaya: Karya Aditama, 2001),
516. 11
Wahab, Tujuan Penerapan Program(Jakarta: Bulan Bintang, 2008), 63. 12
Riant Nugroho, Prinsip Penerapan Pembelajaran(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 158.
10
2. Pengertian Pola
Pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
bentuk (struktur) yang tetap, dilihat dari segi gambaran pola adalah gambaran
yang dipakai untuk contoh batik, ragi, corak batik atau tenun suri, potongan
kertas dan sebagainya yang dipakai untuk contoh membuat baju dan
sebagainya.13
Pola adalah bentuk atau model (atau lebih abstrak suatu set peraturan)
yang biasa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian
dari suatu yang ditimbulkan cukup mempunyai satu jenis, untuk pola dasar
yang dapat ditunjukkan atau terlihat yang mana sesuatu itu dikatakan
memamerkan pola, deteksi pola dasar disebut dengan pengenalan pola.14
Kata pola komunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan
komunikasi. Pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih
dalam Penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga
pesan dapat dipahami.
Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan
komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang
atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi hubungan antara dua orang
atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat
sehingga pesan dapat dipahami.
Pola dalam komunikasi dapat dimaknai dengan bentuk, gambaran, atau
rancangan suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah
komunikasinya.8Menurut Peneliti Pola di sini diartikan sebagai cara kerja
yang tersusun dari unsur-unsur atau bentuk-bentuk tertentu, yang itu
berdasarkan dari teori-teori yang ada.
13
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Adiatma, 2001),
328. 14
Wikipedia Bahasa Indonesia, “Pengertian Pola”, diakses melalui
alamathttps://id.wikipedia.org/wiki/Pola, tanggal 1 Desember 2020. 8Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta:Balai
Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, 585.
11
Menurut Colin English Dictionary, pola (pattern) adalah:
a. Pola merupakan susunan dari unsur-unsur atau suatu bentuk-
bentuk tertentu (arrangement of lines, shapes).
b. Cara dimana sesuatu itu terjadi atau tersusun (when in which
something happenes or is arrenged).
c. Pola adalah desain atau kerangka dari sesuatu yang telah tercipta
(design or instruction from which something is to be made).
d. Pola adalah sesuatu atau seseorang yang menjadi model atas
sesuatu yang lainnya (use something/somebody as a model for
something atau somebody).15
3. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication yang
berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.16
Istilah komunikasi
berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin communico yang
artinya membagi.17
Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa
latincommunicareyang artinya menyampaikan.Menurut asal katanya tersebut,
arti komunikasi adalah proses penyampaian makna dari satu kelompok ke
kelompok lainnya melalui penggunaan tanda, simbol, dan aturan semiotika
yang dipahami bersama.18
15
Abayu Saputra, “Pengertian Pola”, diakses melalui alamat
http://etheses.iainkediri.ac.id/573/3/933500307-abayusaputra-2012%20bab%202.pdf, tanggal 1
Desember 2020. 16
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), 9. 17
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), 18. 18
Rakha Fahreza Widyananda, “Pengertian Komunikasi”, diakses melalui alamat
https://www.merdeka.com/jatim/komunikasi-adalah-proses-penyampaian-makna-pada-orang-lain-
ketahui-tujuan-dan-fungsi-kln.html, tanggal 1 Desember 2020.
12
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian komunikasi
adalah suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan, ide, dan
gagasan, dari satu pihak ke pihak lainnya yang dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung.Sedangkan secara terminologi, para ahli
mendefinisikan komunikasi sebagai proses menyampaikan suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain atau memberitahukan atau merubah sikap,
pendapat dan perilaku, baik secara langsung melalui lisan maupun tidak
langsung dengan media.19
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang
yang berkomunikasi berarti mengucapkan agar orang lain ikut berpartisipasi
atau merubah seseorang dengan tujuan dan harapan agar dari isi pesan yang
disampaikan sesuai dengan keinginan.Sebagaimana termaktub dalam QS. An-
Nahl, ayat 125 yang berbunyi :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”. (QS. An-Nahl: 125).20
Dari ayat tersebut dapat di ketahui bahwa Allah SWT memerintahkan
kepada Nabi Muhammad untuk menyuruh jin dan manusia mengikuti agama
Islam, memberi mereka pelajaran yang bermanfaat dengan penuh kelembutan
dan berkomunikasi dengan cara yang baik kepada sesama.
19
LathiefRosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi(Medan: 1985), 48. 20
Al-Qur‟an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya (Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2010), 281.
13
Teori Komunikasi Menurut Para Ahli
a. Menurut Carl I. Hovland
Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,dikatakan bahwa
CarlI.Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) untuk dapat menyampaikan
rangsangan, dengan tujuan untuk dapat mengubah prilaku orang lain
(komunikan).21
a. David K. Berlo
Dalam buku Pengantar Ilmu komunikasi karangan Prof. Dr. Hafied
Cangara, M.Sc dikatakan bahwa David K. Berlo mendefinisikan komunikasi
sebagai instrumen dari interaksi sosial, yang berguna untuk mengetahui dan
memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri
dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat.22
b. Everett M. Rogers
Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Everett M. Rogers
mendefinisikan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber ke pada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.23
c. Onong Uchjana Effendy
Menurut Onong Uchjana Effendy, kumunikasi merupakan proses
penyampaian pesan yang dilakukan seseorang kepada orang lain, dengan
tujuan untuk memberitahukan, mengubah sikap, pendapat atau prilaku orang
tersebut. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan (langsung) maupun
melalui media (tidak langsung).24
21
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011), 17. 22
----------------, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011),
3. 23
----------------, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011),
19. 24
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), 10.
14
4. Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah cara seseorang individu atau kelompok itu
berkomunikasi. Pola komunikasi dalam tulisan ini adalah cara kerja suatu
kelompok ataupun individu dalam berkomunikasi yang didasarkan pada teori-
teori komunikasi dalam menyampaikan pesan atau mempengaruhi
komunikan.25
Pemahaman tentang pola ini dapat kita ilustrasikan seperti
ketika kita akan membuat baju. Pola ini yang akan menentukan bentuk dan
model sebuah baju, kemudian setelah melalui beberapa proses, akhirnya dari
sebuah baju itu akan kelihatan dan model sebenarnya akan terlihat jelas. Dari
illustrasi di atas, pola komunikasi dapat dipahami dari suatu komunikasi yang
bersifat fleksibel dan mudah diubah.Pola ini sangat dipengaruhi oleh simbol-
simbol bahasa yang digunakan dan disepakati oleh kelompok tertentu.
Menurut Yusuf Syamsu yang dikutip dari Djaramah, ada tiga jenis
pola komunikasi orang tua terhadap anak, diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Pola Komunikasi Membebaskan (Permissive)
Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa
batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan
anak.Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan pola komunikasi
serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti
semuakeinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau
memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
2. Pola Komunikasi Otoriter
Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang
anaknya dengan mengorbankan otonomi anak.Pola komunikasi otoriter
mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.Dalam pola komunikasi
ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum,
bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa
kompromi, bersikap kaku atau keran, cendenrung emosinal dan bersikap
menolak.
25
Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural(Surakarta: Muhammadiyah University
Press, 2002), 96.
15
3. Pola Komunikasi Demokratis
Pola komunikasi orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai
dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.Mereka membuat
semacam aturan–aturan yang disepakati bersama.Orang tua yang demokratis
ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara
langsung.26
6. Pengertian Orang Tua
Pengertian Orang tua Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan
bahwa,“Orang tua adalah ayah ibu kandung”.27
Selanjutnya A.H. Hasanuddin
menyatakan bahwa, “Orang tua adalah ibu bapak yang dikenal mula pertama
oleh putra putrinya”.28
Dan H.M Arifin juga mengungkapkan bahwa “Orang
tua menjadi kepala keluarga”.29
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.Dengan
demikian bentuk pertama dari pendidikanterdapat dalam keluarga.Orang tua
adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga
yang biasa disebut ibu atau bapak.30
Orangtuaadalah ayah dan ibu seorang anak, baik melalui hubungan
biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat
penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu atau ayah dapat
diberikan untuk perempuan atau pria yang bukan orang tua kandung (biologis)
dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua
angkat(karenaadopsi) atau ibu tiri dan ayahtiri .
26
Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam
Keluarga(Jakarta: Renika Cipta , 2004), 51.
27Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), 629. 28
A.H. Hasanuddin, Cakrawala Kuliah Agama (Surabaya: Al-Ikhlas, 1984), 155. 29
H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di LingkunganSekolah dan
Keluarga (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 74. 30
Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak (Yogyakarta: Kanisius, 1985), 1.
16
Menurut Thamrin Nasution dikutip didalam bukunya [O]rang tua
merupakan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau
tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak
dan ibu.31
Jika menurut Hurlock dikutip didalam bukunya “[O]rang tua
merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam
masa perkembangan”.32
Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke
kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat
membantu anak dalam menjalani kehidupan”. Dalam memberikan bimbingan
dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena
setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan
sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.33
Dari beberapa
definisi di atas, maka yang dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu
yang bertugas memberikan kasih sayang, memelihara, mengawasi dan
melindungi serta membimbing anak-anak keturunan mereka.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa peran orang tua
merupakan suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu
harus bersikap sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab dalam satu
keluarga, dalam hal ini khususnya peran terhadap anaknya dalam hal
pendidikan, keteladanan, kreatif sehingga timbul dalam diri anak semangat
hidup dalam pencapaian keselarasan hidup didunia ini.
7. Pengertian Penyimpangan
Penyimpangan adalah perilaku yang melanggar standar perilaku atau
harapan dari sebuah kelompok, masyarakat, serta keluarga. Penyimpangan
melibatkan pelanggaran norma kelompok yang mungkin atau tidak mungkin
diformalkan menjadi hukum.
31
Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution , Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak (Yogyakarta: Kanisius,1985), 12. 32
Hurlock, Peranan Orang Tua (Bandung: Alfabeta, 2005), 15. 33
Wikipedia, “Pengertian Orang Tua”, diakses melalui
alamathttps://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua, tanggal 12 Februari 2021.
17
Secara umum perilaku menyimpang merupakan semuan tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku di suatu sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku menyimpang tersebut. Adapun pengertian perilaku
menyimpang menurut para ahli:
1. James W. Van Der Zanden
Penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar
orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.
2. Robert M. Z Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari
norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka
yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.
3. Lemert
Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk:
1. Penyimpangan Primer (Primary Deviation)
Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih
dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau
sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir
oleh masyarakat.
2. Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)
Penyimpangan yang berupa perbuatan yang dilakukan seseorang yang
secara umum dikenal sebagai perilaku menyimpang.Pelaku didominasi oleh
tindakan menyimpang tersebut, karena merupakan tindakan pengulangan dari
penyimpangan sebelumnya.Penyimpangan ini tidak bisa ditolerir oleh
masyarakat.34
34
Bitar, “Pengertian Perilaku Penyimpangan Menurut Para Ahli”, diakses melalui alamat
https://www.gurupendidikan.co.id/perilaku-menyimpang/, tanggal 2 Desember 2020.
18
8. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang
dalam melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan
karena adanya nilai yang diyakini.Perilaku manusia pada hakekatnya adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat
diamati oleh interaksi manusia dengan lingungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.Menurut Robert Kwikdikutip dari
bukunya, menyatakan bahwa [P]erilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak
sama dengan sikap.Sikap itu didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk
mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang
menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi
obyek tersebut.35
Menurut Sunaryo dikutip dari bukunya, yang disebut “[P]erilaku
manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons
serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung”.36
Jadi, sesuai
permasalahan yang peneliti sedang teliti, agar tidak jauh dari koridor
pembahasan tentang perilaku penyimpangan yang banyak sekali terjadi, baik
itu pada anak-anak, remaja, orang dewasa, dan lain sebagainya yang
kian marak terjadi.
Kondisi ini tidak boleh disepelekan, karena bisa berkembang menjadi
tindakan kriminal. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua harus memahami
penyebab terjadinya perilaku menyimpang ini serta cara mengatasinya.
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma
dalam masyarakat ataupun dalam sebuah keluarga.Sebuah penelitian
mengungkapkan bahwa perilaku menyimpang lebih banyak dilakukan oleh
anak laki-laki ketimbang anak perempuan.
35
Robert Kwik, Perilaku Manusia (Jakarta: Sinar Harapan, 2003), 23. 36
Aepnurul Hidayat, “Pengertian Perilaku”, diakses melalui alamat
https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2017/09/11/pengertian-perilaku-by-aep-nurul-hidayah/,
tanggal 2 Desember 2020.
19
Penyebab perilaku menyimpang pada anak belum diketahui secara
pasti. Namun, lingkungan keluarga menjadi salah satu faktor yang paling
berpengaruh dalam mengawali terbentuknya perilaku menyimpang pada
anak.Masalah ini bisa muncul akibat kurangnya perhatian orang tua kepada
anak, pola asuh anak yang kurang baik, atau bahkan trauma psikis yang
dialami oleh anak.Selain faktor lingkungan keluarga, lingkungan sosial juga
dapat memicu berkembangnya perilaku menyimpang pada anak. Hal ini
biasanya akibat pergaulan yang tidak baik dengan teman sekolah atau teman
sebaya di lingkungan tempat tinggal.Peran aktif orang tua sangat besar
dampaknya bagi kehidupan dan masa depan anak. Jika orang tua mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi dengan anak atau jika anak kita kerap
melakukan perilaku menyimpang, jangan ragu untuk berkonsultasi
dengan psikolog anak, sebelum masalah ini berlangsung berlarut-larut dan
bertambah parah.
9. Pengertian Anak
Pengertian Anak secara umum menurut para ahli, dikatakan bahwa
anak adalah anugerah dari tuhan yang maha kuasa yang harus dijaga, dididik
sebagai bekal sumber daya, anak merupakan kekayaan yang tidak ternilai
harganya. Seorang anak hadir sebagai amanah dari Tuhan untuk dirawat,
dijaga dan dididik yang kelak setiap orang tua akan diminta
pertanggungjawaban atas sifat dan perilaku anak semasa didunia.37
Merujuk dari Kamus Umum bahasa Indonesia mengenai pengertian
anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun
manusia yang belum dewasa.38
Sedangkan berdasarkan UU Pasal 1 ayat (1)
UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Anak adalah seseorang
37
Idjoel, “Pengertian Anak Menurut Para Ahli”, diakses melalui alamat
www.idjoel.com/penegrtian-anak-menurut-para-ahli/, tanggal6 Desember 2020. 38
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Balai Pustaka: Amirko,
1984), 25.
20
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.39
Menurut Soedaryo Soimin dikutip dari bukunya menyatakan, “[A]nak
dalam suatu keluarga pasti menjadi satu idaman sebagai penerus
generasi.40
Anak adalah seoranglelaki atau perempuan yang belum dewasa atau
belum mengalami masa pubertas.
Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997
tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “Anak adalah orang dalam
perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum
mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah”.41
Ditinjau dari aspek Psikologis, pertumbuhan manusia mengalami fase-
fase perkembangan kejiwaan yang masing-masing ditandai dengan ciri-ciri
tertentu. Untuk menentukan kriterian seorang anak, disamping menentukan
atas dasar batas usia, juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan
jiwa yang dialaminya, dalam fase-fase perkembangan yang dialami seorang
anak.42
Dari uraian diatas secara sederhana dapat diketahui bahwasannya, anak
diartikan sebagai seorang yang lahir akibat dari persetubuhan antara seorang
laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas,
potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa.
39
Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang Perlidungan Anak (Jakarta: Visimedia,
2007), 4. 40
Soedaryo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata Barat/BW-
Hukum Islam dan Hukum Adat (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), 49. 41
Wikipedia, “Pengertian Anak”, diakses melalui
alamathttps://id.wikipedia.org/wiki/Anak, tanggal 12 Februari 2021. 42
Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan (Jakarta: Ruhama, 1994), 12
21
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif, yang dilihat melalui sudut pandang tentang penerapan pola
komunikasi orang tua terhadap penyimpangan perilaku anak di Desa Merlung
Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan pendekatan yang
digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Mengapa peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, karena beberapa pertimbangan
diantaranya:
a. Untuk menyesuaikan penelitian ini, menurut penulis metode penelitian
kualitatif ini lebih mudah, apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan peneliti dan
responden.
c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman, pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Pendekatan ini dilakukan di Desa Merlung Kecamatan Merlung
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan melibatkan instansi yang berkaitan
dengan penelitian. Selain instansi, penelitian ini juga melibatkan Kepala Desa,
Ketua RT, masyarakat Desa Merlung RT.19, guru, remaja RT.19, pelajar
(mahasiswa), dan anak-anak yang terkait. Melalui pendekatan kualitatif
deskriptif ini, diharapkan peneliti bisa mendapatkan gambaran mengenai
permasalahan yang peneliti sedang teliti, serta mendapatkan gambaran
mengenai kualitas, yang sedang peneliti teliti.
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitiandilaksanakan di Desa Merlung Kecamatan Merlung
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dengan alasan untuk mengetahui pengaruh
penerapan pola komunikasi yang seperti apakah yang diterapkan para orang
tua di Desa tersebut, dalam menyikapi penyimpangan perilaku anak di Desa
Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
22
Dapat dipahami sebagai suatu keadaan dan tempat penelitian dimana
subjek berdomisili yang mempengaruhi kegiatan, keadaan yang berhubungan
dengan perilaku subjek. Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh
keterangan penelitian.43
Subjek penelitian berpusat pada Kepala Desa, Ketua
RT.19, Masyarakat Desa Merlung RT.19, remaja RT.19 dan anak yang terkait.
Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui,
memahami, dan berkepentingan dengan aktifitas yang akan diteliti, serta memiliki
waktu untuk memberikan informasi yang benar.
1. Subjek Penelitian yang Diteliti
a. Kategori Orang Tua
Tabel 1.1
Jumlah Orang Tua Jumlah Orang Tua yang Memiliki Anak
3.170 2.200
b. Kategori Anak
Tabel 1.244
Jumlah Anak Jumlah Anak yang Berperilaku Menyimpang
1.170 900
Didalam penelitian ini, peneliti hanya mewawancai 16 responden yang
kategorinya, Kepala Desa, Katua RT.19, para orang tua, remaja, guru, dan pelajar
(mahasiswa). Dan peneliti hanya mewawancari orang tuanya bukan anak yang
berperilaku menyimpang, alasannya, peneliti hanya ingin mengetahui bagaimana
tanggapan para orang tua di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten
Tanjung jabung Barat dalam menanggapi perilaku menyimpang pada anaknya,
terkhususnya para orang tua yang tinggal di RT.19.
43
Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 218. 44
Jondri Robi, Kepala Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 10 Juni 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
23
2. Daftar InformanResponden
Tabel 1.3
No Nama Umur Keterangan
1 Azizah 47 Ibu Rumah Tangga
2. Masnun 45 Ibu Rumah Tangga
3. Heny Sofiana 38 Ibu Rumah Tangga
4. Dona 35 Ibu Rumah Tangga
5. Ulya 37 Ibu Rumah Tangga
6. Rita 39 Ibu Rumah Tangga
7. Zakia 23 Guru di Desa Merlung
8. Nisa 17 Pelajar
9. Tika 23 Guru di Desa Merlung
10. Tiwi 18 Mahasiswi
11. Nuraini 40 Ibu Rumah Tangga
12. Lismutia 45 Ibu Rumah Tangga
13. Togar 43 Ketua RT.19
14. Yeni 30 Ibu Rumah Tangga
15. Nurafni 35 Ibu Rumah Tangga
16. Jondri Robi 38 Kepala Desa Merlung
24
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh.Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon
atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
ataupun lisan.45
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari manusia yang menjadi
utamanya yaitu, Kepala Desa Merlung, Ketua RT.19, para orang tua
khususnya RT.19, guru, remaja RT.19, dan Anak-anakRT 19. Sumber data
manusia berbentuk perkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan
data melalui wawancara, sumber data suasana atau peristiwa berupa suasana
yang bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana) meliuti ruangan, suasana
dan proses. Sumber data dokumenter atau berbagai referensi yang menjadi
bahan rujukan dan berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.46
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer
Data primer adalah data pertama kali yang dikumpulkan oleh peneliti
langsung dari sumber data (first hand) melalui upaya pengambilan data di
lapangan langsung (observasi) dan wawancara..Karena hal inilah data primer
disebut sebagai data pertama atau data mentah. Dalam hal ini yang diinginkan
peneliti adalah praktik penerapan pola komunikasi orang tua yang seperti
apakah yang diterapkan para orang tua di Desa Merlung Kecamatan Merlung
terkhususnya RT.19, dalam menanggapi penyimpangan perilaku anak
b. Data Sekunder
Sedangkan data sekunder merupakan berbagai informasi yang telah
ada sebelumnya dan dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang
digunakan untuk melengkapi kebutuhan data penelitian.Data sekunder ini
biasanya berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 292. 46
Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 62.
25
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.47
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data lazimnya menggunakan
metode observasi, wawancara dandokumentasi. Juga tidak diabaikan
kemungkinan menggunakan sumber-sumber non-manusia (non-human
sourceof information), seperti dokumen, dan rekaman (record) yang
tersedia.48
Adapun teknik pengumpulan data yang dipilih oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi (Pengamatan Langsung)
Observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua objek
dengan menggunakan seluruh panca indera.49
Observasi sebagai teknik
pengumpulan data juga mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.50
Jadi, observasi ini
adalah penyelidikan yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan
dengan menggunakan alat indera terutama mata terhadap kejadian yang
berlangsung dan dapat di analisa pada waktu kejadian itu terjadi.
Menurut peneliti metode observasi ini jauh lebih efektif dibandingkan
dengan metode survei. Dan kualitas penelitian ditentukan oleh seberapa jauh
dan mendalam peneliti mengerti tentang situasi dan konteks dan
menggambarkannya sealamiah mungkin. Dalam observasi ini peneliti
melibatan diri secara langsung (turun kelapangan) dimana peneliti akan
melakukan sebuah penelitian.Didalam penelitian ini, ada tiga macam jenis
observasi, yaitu:
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 224. 48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016, 293. 49
Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 156. 50
----------------, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 145.
26
1. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang akan digunakan sebagai sumber data penelitian
(responden). Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan
lenih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingket makna dari setiap
perilaku yang nampak.
2. Observasi Terus Terang (Tersamar)
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang
melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang
atau trsamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang
dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
3. Observasi Tak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sisematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena
peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam
melakukan penelitian, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku,
tetapi hanya menggunakan rambu-rambu pengamatan. Oleh karena itu peneliti
dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang trtarik, malakukan
analisis, dan kemudian dibuat kesimpulan.51
Didalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis obserbasi Tak Terstruktur, dimana peneliti belum tahu
pasti apa yang akan diamati, Oleh karena itu peneliti dapat melakukan
pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, malakukan analisis, dan
kemudian dibuat kesimpulan.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara
51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 227-228.
27
pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di
wawancarai melalui komunikasi langsung. Dengan melakukan wawancara,
peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak sehingga peneliti dapat
memahami budaya melalui bahasa dan ekspresi pihak yang diinterview; dan
dapat melakukan klarifikasi atas hal‐ hal yang tidak diketahui. Menurut
Sugiyono dikutip dari bukunya bukunya, ada tiga jenis wawancara, yaitu:
1. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
apabila peneliti (pengumpul data) telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh.
2. Wawancara Semiterstruktur (Semistructured Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview,
dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
3. Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.52
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara Tak
Berstrutur, karena peneliti dapat menggunakan cara “berputar-putar baru
menukik” artinya pada awal wawancara yang dibicarakan adalah hal-hal yang
tidak terkait dengan tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk
menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan. Dan
didalam penelitian ini tidak semua populasi yang akan peneliti wawancarai,
melainkan dengan cara mengumpulkan jumlah sampel. Setelah peneliti
melihat dari hasil observasi, peneliti menemukan sebanyak 16 responden yang
kategorinya adalah Kepala Desa, Ketua RT 19, para orang tua RT.19, remaja,
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 233.
28
guru, serta pelajar (mahasiswa), yang rencananya akan di wawancarai di Desa
Merlung, Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.53
Didalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis Dokumentasi Seperti: Foto-foto, Dokumenter, serta Arsip-
arsip Sejarah,serta Tulisan hasil wawancara peneliti dengan responden.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
mnjabarkan ke dalam unit-unit, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak
pengumpulan data secara keseluruhan. Data kemudian dicek kembali, secara
berulang, dan untuk mencocokkan data yang diperoleh, data disestimatiskan
dan diinterprestasikan secara logis, sehingga diperoleh data absah dan
kredibel.54
Teknik analisis data ini biasanya digunakan untuk
menyederhanakan serta mengkoreksi data yang masih kurang atau belum
lengkap, data yang masih kurang dan belum lengkap akan dicari lagi
dilapangan (dikumpulkan lagi). Perlu diketahui juga bahwasannya analisis
data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan.55
53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2016, 240. 54
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996),
6. 55
----------------, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 245.
29
Setelah data terkumpul maka, dilakukan suatu analisis data kualitatif
dengan menggunakan analisis sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Namun, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam metode penelitian ini adalah teks yang sifatnya naratif (menceritakan).
3. Penarikan Kesimpulan (Data Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.Dengan demikian, kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitataif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian
berada di lapangan.56
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 247-253.
30
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya (trustworthiness) dan dapat
dipercaya (reliabe), maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan
data yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya
pemeriksaan keabsahan dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan dilakukan lewat keikutsertaan peneliti di
lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti dan
responden.57
Mengapa dengan perpanjangan pengamatan akan dapat
meningkatkan kepercayaan atau kredibilitas data?. Dengan perpanjangan
waktu pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru.
Dalam perpanjangan waktu pengamatan untuk menguji kredibilitas
data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang
diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan
benar atau tidak, berubah atau tidak. Apabila setelah dicek kembali ke
lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri.58
Dengan memperpanjang waktu pengamatan
untuk bukti apakah peneliti melakukan uji kredibilatas data melalui
perpanjangan pengamatan atau tidak, maka peneliti membenarkan adanya
surat keterangan perpanjangan waktu pengamatan yang dikeluarkan oleh Staff
Akademik bagian Umum Fakultas Dakwah untuk peneliti, yang natinya
berguna sebagai bukti peneliti dalam melakukan uji kredibilatas data dimana
lokasi peneliti melakukan penelitian.
57
Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 66. 58
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 270-271.
31
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti, rinci, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor
yang menonjol dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah,
sehingga peneliti dapat memahami faktor-faktor tersebut. Ketekunan
pengamatan dilakukan dalam upaya mendapatkan karakteristik data yang
benar-benar relevan dan terfokus pada objek penelitian.59
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data atau keabsahan data ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,
dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi
teknik pengumpulan data, dan waktu.60
Dan triangulasi data juga merupakan
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data
pokok, untuk keperluan pengecekkan reabilitas data dan melalui pemeriksaan
silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang diperoleh dari berbagai
informan.Melalui cara ini peneliti mengharapkan bisa mendapatkan
sumbangan masukan dan saran, serta kritik yang berharga dan konstruktif
dalam meninjau orisinalitas data yang telah didapatkan.61
4. Diskusi dengan Teman Sejawat
Menurut Mohd Arifullah dikutip dari bukunya, langkah akhir untuk
menjamin keabsahan data,peneliti akan melakukan penelitian dengan teman
sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-benar real (nyata)
dan bukan persepsi semata dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut
peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, serta kritik dan
saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.62
59
Mohd Arifullah, DKK, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 66. 60
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016), 273. 61
----------------, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi
(Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 67. 62
----------------, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi
(Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 68.
32
H. Studi Relevan
Studi relevan memiliki fungsi yaitu membuat bahasan tentang
penelusuran peneliti terhadap berbagai bahan litelatur yang berkaitan dengan
topik pembahasan atau juga bahan-bahan litelatur yang telah memberikan
inspirasi dalam pendalaman materi penelitian. Studi relevan juga sering
disebut dengan kajian terdahulu atau litelature review, adalah bagian dari
proposal yang mendiskusikan laporan penelitian, tulisan buku jurnal yang
berkenaan atau berdekatan dengan fokus kajian yang akan dilakukan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dari berbagai
sumber, penulis menemukan penelitian yang memiliki kesamaan dengan
penelitian yang penulis lakukan.Untuk menghindari terjadinya kesamaan
terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya maka peneliti mengadakan
penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya yang
diangkat peneliti di antaranya sebagai berikut:
Pertama, Skripsi yang ditulis olehNurrizki Ardiyansyah, Mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung dengan Judul “Peranan Komunikasi Orang Tua Dalam
Mencegah Kenakalan Remaja Di Desa Margodadi Kecamatan Sumberejo
Kabupaten Tanggamus”yang di selesaikan pada tahun 2017. Skripsi ini
membahas tentang Peranan Komunikasi Orang Tua Dalam Mengatasi
Kenakalan Remaja di Desa Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten
Tanggamus.63
Sedangkan judul yang peneliti angkat dalam karya ilmiah ini
adalah tentang pola komunikasinya. Persamaan pada kedua judul ini adalah
sama-sama membahas tentang komunikasi orang tua dalam mencegah
penyimpangan perilaku anak, sedangkan perbedaan pada kedua karya ilmiah
ini adalah karya dari Nurrizki membahas tentang peranan komunikasinya,
sedangkan karya ilmiah yang peneliti angkat membahas tentang pola
komunikasinya.
63
Nurrizki Ardiyansyah, “Studi Ilmu Komunikasi:Peranan Komunikasi Orang Tua Dalam
Mengatasi Kenakalan Remaja di Desa Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus”,
Skripsi (Lampung: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden
Intan Lampung, 2017), 5-6.
33
Kedua,Skripsi yang ditulis oleh Darmawati, Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha
Saifuddin Jambi, dengan judul “Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap
Penyimpangan Perilaku Anak Di Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir
Kabupaten Tebo” yang di selesaikan pada tahun 2015.Skripsi ini membahas
tentang Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Perilaku Penyimpangan Anak
di Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo.64
Persamaan
antara skripsi yang penulis angkat dan skripsi karya Darmawati sama-sama
membahas tentang pola komunikasi dan perilaku penyimpangan. Perbedaan
antara karya Darmawati dan karya yang peneliti angkat yaitu, pada lokasi
penelitian dan dibagian judul peneliti juga menambahkan kata proses
penerapan.
Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Nur Mayasari, Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Intan Lampung dengan Judul “Perilaku Menyimpang Pada Remaja di
Desa Tanjung Pandan Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung
Tengah” yang diselesaikan pada tahun 2019. Skripsi ini membahas tentang
Perilaku Menyimpang Pada Remaja di Desa Tanjung Pandan Kecamatan
Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah.65
Persamaan antara skripsi yang
penulis angkat dan skripsi karya Nur Mayasari yaitu sama-sama membahas
tentang penyimpangan perilaku. Perbedaan antara karya Nur Mayasari sama
skripsi yang penulis angkat yaitu pada lokasi penelitian, dan pada judulnya.
Skripsi karya Nur Mayasari lebih terfokus pada perilaku penyimpangan
remaja, sedangkan skripsi yang penulis angkat membahas tentang proses
penerapan pola komunikasi.
64
Darmawati, “Studi Agama:Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Perilaku
Penyimpangan Anak di Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo”, Skripsi
(Jambi: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha
Saifuddin Jambi, 2015), 6-7. 65
Nur Mayasari, “Studi Sosiologi Agama: Perilaku Menyimpang Pada Remaja di Desa
Tanjung Pandan Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah”, Skripsi (Lampung:
Fakultas Ushuluddin dan Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan
Lampung, 2017), 1.
34
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA MERLUNG
A. Sejarah Singkat Desa Merlung
Sebelum abad ke-17 di Tanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti
Merlung,Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong,
jauh sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang
Panjang yang dipimpin olehDatuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja
Johor. Kemudian memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut
Tungkal saja, daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor.
Dimana yang menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah
Orang Kayo Depati.66
Desa Merlung sekarang ini adalah Desa pemekaran di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat. Dilihat dari sisi administrasi kepemimipinan Desa
Merlung pecahan dari Kelurahan Merlung. Perlu dijelaskan disini, sebelum
Kelurahan Merlung berdiri, Desa Merlung sudah ada semenjak tahun akhir
1970-an, yang mana pada masa itu Desa Merlung dipimpin oleh Kepasirahan,
seperti yang peneliti paparkan diatas. Seiring berjalannya waktu diawal tahun
1980-an, Kepala Desa Merlung yang pertama adalah Syafi‟i Ahmad, beliau
adalah orang yang memimpin Desa Merlung sampai tahun 2002, di tahun itu
dilaksanakannya pemilihan Kepala Desa yang baru maka terpilihlah Hafiz
Madjid, beliau memerintah kurang lebih selama 4 tahun. Setelah itu Kepala
Desa Merlung dijabat oleh pelaksana tugas yaitu, Megi Yusendra selama 3
tahun.Di tahun 2009 akhir, Desa Merlung tersebut berubah menjadi Kelurahan
Merlung, hal ini dikarenakanmenurut aturan yang berlaku setiap Ibukota
Kecamatan, dan pada akhirnya Merlung menjadi Kelurahan yang dipimpin
oleh Pegawai Sipil Negeri dimana Lurah pertama pada masa itu adalah
Almardi, SE.
66
Viadicky, “Sejarah Singkat Desa Merlung”, diakses melalui alamat
http://tanjabbarkab.go.id/site/sejarah-singkat/, tanggal 29 Januari 2021.
35
Pada tahun 2011, Pemerintah Tanjung Jabung Barat mengeluarkan
Peraturan Daerah No.15 tahun 2011 tentang pembentukan Desa Merlung dan
Desa Tanjung Makmur Kecamatan Merlung, dimana dengan dikeluarkannya
Perda tersebut Kelurahan Merlung tadidimekarkan kembali pada tahun 2012,
dimana pelaksana tugas pertama yang menjabat sebagai Kepala Desa Merlung
adalah Staff Kelurahan yang bernama Rendriawan Akbar, SH. Pada tahun
2013 barulah dilaksanakannya Pemilihan Kepala Desa Merlung yang baru,
dan terpilihlah Jondri Robi sebagai Kepala Desa Merlung, dan pemilihan
Kepala Desa Merlung dilakukan kembali pada tahun 2019, yang mana Jondri
Robi terpilih lagi menjadi Kepala Desa Merlung Periode Kedua tahun 2019-
2025. Adapun jumlah penduduk Desa Merlung saat ini kurang dan lebihnya
sekitar5170 jiwa dengan jumlah Kartu Keluarga (KK) sebanyak kurang lebih
1592. Desa Merlung sekarang ini terdiri dari 5 (lima) Dusun (RW) dan 22
Rukun Tetangga (RT).67
B. Letak Geografis Desa Merlung
1. Keadaan Geografis Desa Merlung
a. Batas Wilayah
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Merlung
2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Lubuk Terap
3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Lubuk Bernai
4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Merlung
b. Luas Wilayah Wilayah
1. Luas Wilayah : 50,35 Ha
2. Tanah Sawah : - Ha
3. Tanah Perkarangan : - Ha
4. Tanah Tegalan : - Ha
67
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.
36
2. Keadaan Topografi Desa Merlung
Secara umum Keadaan topografi Desa Merlung adalah daerah dataran
tinggi (Perbukitan).68
3. Iklim
Iklim di Desa Merlung sebagaimana Desa-desa lain di wilayah
Indonesia mempunyai iklim Tropis (kemarau dan penghujan).
C. Keadaan Sosial Penduduk Desa Merlung
1. Jumlah Penduduk Desa Merlung
Tabel 2.169
Jumlah Penduduk 1592 dalam KK dengan Jumlah Jiwa
Laki-laki Perempuan Jumlah
2.395 2.775 5.170
2. Tingkat Pendidikan
Tabel 2.2
Tingkat Pendidikan70
Belum
Sekolah
Tidak
Tamat SD
SD SMP SLTA/SMA Sarjana
670 1.000 1.275 900 1.125 200
68
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025. 69
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025. 70
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.
37
3. Sarana dan Prasarana Desa Merlung
Tabel 2.371
Sarana dan Prasarana Desa Merlung
Sarana dan Prasarana Desa
Merlung
Keterangan Jumlah
Balai Desa Ada 3
Sekolah
Ada
8
1. TK 3
2. SD 2
3. SMP 1
4. SMA 1
5. SMK 1
Rumah Sakit Ada 1
SPBU (Pom Bensin) Ada 1
PDAM (Irigasi) Ada 1
Damkar Ada 1
Lapangan Sepak Bola Ada 2
Lapangan Bola Volly Ada 2
Gedung Olahraga (GOR) Ada 1
Masjid Ada 4
Kantor Bank BRI Ada 1
71
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.
38
Kantor Kecamatan Ada 1
Kantor Desa Ada 1
Kantor Kapolsek Ada 1
Puskesmas Ada 1
Bank 9 Jambi Ada 1
Kantor Lurah Ada 1
KantorSamsat Ada 1
D. Kondisi Ekonomi Penduduk Desa Merlung
1. Mata Pencaharian
Karena Desa Merlung Merupakan Desa Pertanian, maka sebagian
besar penduduk di Desa Merlung bermata pencaharian sebagai petani
sawit, dan petani karet.
2. Pola Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah di Desa Merlung sebagian besar diperuntukkan
untuk tanah pertanian dan perkebunan, sedangkan sisanya untuk tanah
kering yang merupakan bangunan serta fasilitas-fasilitas masyarakat Desa
Merlung, dimana luas tanah Desa Merlung sebanyak: 50,35 Ha.
Tabel 2.472
Pola Penggunaan Tanah di Desa Merlung
Lahan Pertanian dan
Perkebunan
Lahan Permukiman
10,10 40,25
72
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.
39
3. Pemilik Ternak
Jumlah kepemilikan hewan ternak penduduk Desa Merlung berjumlah
375 KK, terdiri dari sapi, kambing dan unggas.73
E. Keadaan Pemerintah Desa Merlung
1. Pembagian Wilayah Desa Merlung
Tabel 2.574
Pembagian Wilayah Desa Merlung
Dusun RW RT
Merlung Tengah 1 1, 2 dan 3
Simpang Tiga 2 4, 5, 6 dan 16
Lorong Jambi 3 7, 8, 9 dan 10
Kampung Baru 4 11, 17, 18, 19, dan 21
Base Camp Satu 5 12, 13, 14, 15, dan 20
73
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025. 74
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.
40
2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Merlung
STRUKTUR PEMERINTAH DESA MERLUNG
KECAMATAN MERLUNG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT75
75
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.
Kepala Desa
(Jondri Robi) Ketua BPD
(Putrawan)
Sekretaris Desa
(Sigit Andian, S.Pt)
Kaur Keuangan
(M. Jumri, S.Pd.I)
Kaur TU & Umum
(Raudatul Jannah, SE)
Kaur Perencanaan
(Afriandi)
Kasi Pelayanan
(Nirda)
Kasi Kesra
(Rati, S.Pd)
Kasi Pem
(Rizki Nurpitriani)
Dusun I
(Yuniarti)
Dusun II
(Hafiz Madjid)
Dusun III
(Erwan Zaki)
Dusun IV
(Ade Irawan)
Dusun V
(Tharmizi)
Ketua RT.01
(Wawan Saputra)
Ketua RT.02
(Firmansyah)
Ketua RT.03
(Neki Hermika)
Ketua RT.04
(Rosidi)
Ketua RT.05
(M. Thoyib)
Ketua RT.06
(M. Aman)
Ketua RT.16
(Putri Nurlatipah)
Ketua RT.07
(Jailani)
Ketua RT.08
(M. Daud)
Ketua RT.09
(Rahila)
Ketua RT.10
(Itmar Tambi)
Ketua RT.22
(Saipul Anwar)
Ketua RT.11
(Candra Irawan)
Ketua RT.17
(M. Sidik)
Ketua RT.18
(Ali Fikri)
Ketua RT.19
(Togar)
Ketua RT.21
(Sarudi)
Ketua RT.12
(Ani Sufatmi)
Ketua RT.13
(Syamsiran)
Ketua RT.14
(Suraji)
Ketua RT.15
(Sumindar)
Ketua RT.20
(Pujianto)
41
BAB III
PENERAPAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP
PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK
A. Penerapan Pola Komunikasi yang Seperti Apakah Agar Anak Tidak
Melakukan Penyimpangan
Komunikasi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia yang sebenarnya. Dari awal manusia itu dilahirkan dan
telah melakukan berbagai interaksi kegiatan komunikasi dan sampai kapanpun
manusia selalu akan tetap melakukan berbagai kegiatan komunikasi. Manusia
adalah sebagai makhluk sosial, manusia itu hidup dengan manusia yang lainya
yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, seperti simbosis
mutualisme.Hubungan tersebut akan tercipta antar manusia jika manusia itu
melakukan suatu komunikasi, baik komunikasi tersebut dilakukan secara
verbal (berbicara) ataupun secara nonverbal (simbol-simbol, gambar, atau
media komunikasi lainnya). Didalam lingkungan keluarga pun proses
penerapan pola komunikasi juga merupakan salah satu hal yang paling
penting, dimana komunikasi adalah suatu alat ataupun media yang dapat
menghubungan antar sesama anggota keluarga.
Buruknya suatu kualitas komunikasi didalam keluarga tersebut maka
akan berdampak negatif bagi suatu keutuhan dan keharmonisan di dalam
keluaraga itu sendiri. Seperti contohnya adalah bahwa foktor penyebab
penyimpangan perilaku anak adalah akibat buruknya komunikasi yang
diterapkan di dalam keluarga tersebut, didalam keluarga, peran orang tua
adalah bertanggung jawab memberikan pendidikan yang layak terhadap anak-
anaknya dengan berdasarkan nilai-nilai akhklak dan spiritual yang luhur.
Namun tidak semua orang tua dapat melakukannya, hal ini dikarenakan di
dalam kehidupan bermasyarakat seringnya ditemukan anak-anak, khususnya
para remaja dengan perilaku yang tidak sepantasnya, hal tersebut dapat terjadi
karena di sebabkan kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, serta
42
kurangnya menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak-anaknya.Komunikasi
orang tua merupakan pembentukan sikap dan perilaku anak yang berpengaruh
pada perkembangan anak dan disinilah unsur pendidikan terhadap anak di
bentuk. dan salah satu cara adalah dengan berkomunikasi untuk menanamkan
nilai-nilai.
Bila hubungan yang di kembangkan oleh orang tua tidak harmonis
misalnya tidak ketepatan orang tua itu sendiri dalam memilih pola komunikasi
maka dengan begitu muncul lah konflik antara orang tua dengan sang anak
yang tidak dapat terelakanbegitu juga sebaliknya, jika orang tua memilih telah
memilih pola komunikasi yang tepat maka konflik-konflik antara orang tua
dengan anaknya pun dapat terelakan.Dalam melaksanaan proses penerapan
pola komunikasi orang tua terhadap penyimpangan perilaku anak, kita sebagai
orang tua mempunyai tugas yang sangat mulia yaitu membantu, membimbing,
mengarahkan, memimpin dan menghindarkan anak dari hal-hal yang
membahayakan dan membawa mereka kejalan yang baik dan membahagiakan
lahir batin, jasmani, rohani dan dunia akhirat. Orang tua mempunyai tanggung
jawab dan kewajiban untuk membentuk kehiduapan anak mereka kedepannya
dan bagaimana watak, perilaku dan kepribadian anak-anak dibentuk.
Wawancara Peneliti dengan Ibu Azizah masyarakat Desa Merlung
mengenai bagaimana cara mengasuh dan menjaga anak, beliau berpendapat:.
[O]rang tua memilki cara yang berbeda-beda dalam mengasuh dan menjaga
anak-anak mereka, tergantung dari orang tua bagaimana pandangannya
tentang pola asuh. Menjaga komunikasi dengan anak menjadi kunci utama
dalam menjalin kedekatan antara orang tua dan anak. Memberikan
kepercayaan kepada anak membuat anak bisa belajar bertanggung jawab dan
mandiri dengan apa yang akan nanti dia lakukan, sebagai orang tua hanya
perlu mengontrol apa yang anak kerjakan.76
76
Azizah, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 15 Februari 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
43
Maksud dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa orang tua
merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk
pertama dari pendidikan terdapat didalam keluarga. Tugas orang tua
melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan
denganmemberikan bimbingan dan pengarahan yang tepat dan nantinya dapat
membantu anak dalam menjalanikehidupan kedepan.Dalam memberikan
bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing
orang tua kerena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang
berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang
lain. Peranan orang tua terhadap anak ialah memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan
mempersiapkan anak menjadi lebih dewasa.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa setiap
keluarga memiliki aturan masing-masing dalam mengasuh dan mendidik anak
mereka, anak menginginkan orang tua yang perhatian dan siap membantu
disaat anak membutuhkan bantuan serta mau mendengarkan dan mengerti apa
yang anak inginkan. Kurangnya komunikasi dengan anak atau dengan anggota
keluarga lainnya bisa membuat hubungan dengan keluarga tidak harmonis.
Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam
kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari
kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya
kerawanan hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu
komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orang tua dengan anak
perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun hubungan yang
baik dalam keluarga.77
Komunikasi adalah cara untuk membangun ikatan yang
kuat dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk anak- anak kita. Dengan
adanya komunikasi, kita juga bisa belajar memahami apa yang mereka
perlukan dan atau inginkan.
77
Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam
Keluarga(Jakarta: Renika Cipta, 2004), 38.
44
Peran orang orang tua sebagai orang pertama dalam sebuah keluarga
yang berinteraksi dengan seorang anak sangat memiliki peranan dalam
menentukan pembentukan dan perkembangan mental anak untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang tengah dihadapi oleh sang anak. Terkadang
komunikasi orang tua dengan anak tidak terjalin dengan baik. Kebanyakan
orang tua tidak memperhatikan cara komunikasi dengan anak-anaknya
padahal hal tersebut sangat berpengaruh untuk perkembangannya kelak. Cara
komunikasi orang tua akan memberi dampak pada hubungan orang tua-anak
dalam jangka panjang. Wawancara Peneliti dengan Ibu Masnun masyarakat
Desa Merlung mengenai bagaimana caraIbu Masnun membangun komunikasi
yang baik antara orang tua dan anak, Ibu Masnun Berpendapat:
[M]embangun komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak
bukanlah hal yang mudah, karena biasanya para orang tua kurang bisa
memperhatikan hal-hal kecil seperti kemauan yang dikehendaki oleh
anak. Hal inilah yang membuat anak mencari alternatif lain untuk
mendapatkan perhatian lebih dari orang tua misalnya dengan
berperilaku yang melanggar norma-norma.78
Maksud dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa Orang
tuaselalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, namun
kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam
mendidikanak-anaknya. Terkadang orang tua bisa melakukan penghukuman
kepada anak secara fisik, hal inilah yang bisa membuat anak menjadi takut
untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan. Disinalah dikatakanpentingnya
peran komunikasi dalam keluarga yang perlu dibangun dalam rangka pola
pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orang tua.
Dalam lingkungan keluarga orangtua berperan sebagai institusi pendidikan,
artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi
komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang
dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya.
78
Masnun, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 15 Februari 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
45
Penerapan pola komunikasi merupakan faktor yang penting bagi
perkembangan diri anak, karena ketika tidak ada komunikasi di dalam suatu
keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya perilaku nakal pada anak.
Berbagai permasalahan yang dihadapi anak, menyebabkan sebagian anak
mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk kurang
efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orangtua dalam
menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya.
B. Pola Komunikasi
Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan
komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang
atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara
dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara
yang tepat sehingga pesan dapat dipahami.79
Penerapan pola komunikasi keluarga sebagai bentuk interaksi antara
orang tua dengan anak maupun antar anggota keluarga memiliki implikasi
terhadap proses perkembangan emosi anak ataupun anggota keluarga itu
sendiri. Dalam proses komunikasi tersebut, setiap anggota keluarga akan
belajar mengenal dirinya serta memahami perasaannya sendiri maupun
perasaan orang lain.Dalam proses ini lah proses penerapan pola komunikasi
antara orang tua dengan anak harus berperan secara aktif, sebagai orang tua
tidak hanya memenuhi kebutuhan berupa materiil saja tetapi juga para orang
tua tersebut harus memberikan pendidikan formal, pendidikan agama, dan
memberikan perhatian kasih sayang lebih terhadap anaknya, serta pengarahan
yang baik yang seharusnya dilakukan oleh orang tua tersebut.Wawancara
Peneliti dengan Ibu Heny Sofiana masyarakat Desa Merlung mengenai apakah
penting pola komunikasi itu diterapkan didalam sebuah keluarga.
79
Mila Fajarwati,” Studi Ilmu Sosial dan Politik: Pola Komunikasi Orang Tua Dengan
Anak Remaja Dalam Berinternet Sehat Di Surabaya”, Skripsi (Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, Universitas Pembangunan Nasioal “VETERAN” Jawa Timur, 2011), 10-11.
46
[K]urang pengetahuan tentang pola komunikasi orang tua dengan anak
dapat memicu sikap egois antara orang tua dan anak, maka dari itu
kami sebagai orang tua, tidak hanya memenuhi kebutuhannya saja
melainkan juga memberikan pendidikan, pengarahan yang baik dimana
itu semua adalah tugas kita sebagai orang tua untuk memenuhi semua
kebutuhan anak kita.80
.
Maksud dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa orang tua
selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya dan sebuah keluarga
akan berfungsi secara optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi
yang terbuka, ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima,
mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang
terjaga.Halini tentu membantu orangtua dalam memahami setiap
perkembangan anak-anaknya.Karena perkembangan anak bisa berbeda-beda
ditiap usianya. Dengan komunikasi, orangtua bisa mengetahui seperti apa
anak mereka, apa yang mereka suka lakukan, dan tidak suka lakukan.Beberapa
psikolog juga telah menemukan bahwa anak yang menjalin komunikasi baik
dengan orangtuanya memiliki risiko yang lebih rendah untuk melakukan hal-
hal buruk, seperti penyimpangan seksual, merokok, narkoba, serta
kekerasan. Jadi, temukan pola komunikasi yang baik dengan anak sehingga
akan membuat anak menjadi nyaman akan hal tersebut.
Beberapa anak mungkin tidak terlalu nyaman jika orang tua
mengetahui setiap apa yang dilakukan anak. Kuncinya adalah menjadi ingin
tahu tanpa mengganggu aktivitas anak.Komunikasi yang diharapkan adalah
komunikasi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan
pengertian, kesenangan, pengaruh sikap, hubungan yang makin baik, dan
tindakan. Artinya, bagaimana orang tua menggunakan pola komunikasi yang
lebih fleksibel pada aturan yang berlaku. Misalnya apa yang dikatakan orang
tua tetap penting tetapi masih memungkinkan bagi anak untuk mengemukakan
pikirannya, berupa ide, pendapat, saran, dan saling mendengar.
80
Heny Sofiana, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 15 Februari
2021, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
47
Pola komunikasi seperti ini, lebih memungkinkan bagi anak untuk
dapat mengatasi masalah atau memecahkan masalah, karena ada interaksi
dalam komunikasi, tentunya dengan tetap memperhatikan norma-norma dan
tanpa menghilangkan eksistensi sebagai orang tua maupun anak.
C. Pola Komunikasi Jenis Apa yang Digunakan Orang Tua dalam
Mendidik Anak
Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan pola interaksi
dan pola komunikasi dalam keluarga. Pola komunikasi orang tua terhadap
anak sangat bervariasi. Menurut Yusuf yang dikutip dari Djamarah adapun
jenis-jenis pola komunikasi orang tua pada anak Jenis pola komunikasi yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Permissive (cenderung berperilaku
bebas, Authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan), Authoritative
(demokratis).
1. Pola Komunikasi Membebaskan (Permissive)
Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa
batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan
anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan Pola komunikasi
serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua
keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi
semua keinginan anak secara berlebihan. Pola komunikasi permissive seperti
halnya ciri-ciri dan definisi di atas tampak pada pola komunikasi yang
diterapkan oleh kedua orang tua Ade Kevin dan Fahreza, kedua orang tua
mereka memberikan kebebasan penuh kepada anaknya untuk melakukan
aktifitas sehari-hari tanpa adanya kontrol dari orang tua.81
81
Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam
Keluarga(Jakarta: Renika Cipta 2004), 51.
48
Wawancara penulis dengan Ibu Dona mengenai apakah beliau selalu
menuruti kemuan anaknya Ibu Dona berpendapat:
[S]aya selaku orang tua mengerti betul kelakuan anak saya oleh sebab
itu saya selalu menuruti apa kemauan anak saya, saya dan ayahnya
tidak pernah memarahi anak kami, karena saya takut nantinya mereka
akan membenci kami, tapi jika kelakuannya diluar batas pasti ayahnya
memarahinya cuma marahnya gak berlebihan semacam menasehati
dengan cara baik-baik takut nantinya mereka tersinggung.82
Data yang mendukung adanya ciri-ciri pola komunikasi permissive
yang diterapkan oleh orang tua terdapat pada responden orang tua Ade Kevin
dan Fahreza, hal ini tampak dari sikap orang tua pada anaknya (intensitas
komunikasi antara orang tua dengan anak,sikap orang tua yang digambarkan
adalah bagaimana sikap orang tua ketika menanggapi anaknya melakukan
kesalahan, bagaimana orang tua mendidik atau menasehati anaknya,
bagaimana orang tua membatasi atau mengawasi pergaulan anaknya).
Data yang dikumpulkan sebagai berikut, dalam hal komunikasi kedua
orang tua tampak bahwa kegiatan komunikasi hanya dilakukan satu arah dan
hanya didominasi oleh orang tuanya, dan tidak secara aktif melibatkan
anaknya. Komunikasi yang dijalin oleh dengan orang tua hanya seputar
kegiatan sehari-hari saja selain itu sikap orang tua terutama ayahnya adalah
cenderung membiarkan apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Dan jika
anak melakukan kesalahan ayahnya memarahi tetapi tidak mengarahkan apa
yang harus diperbuat oleh anak mereka, demikian juga dengan ibunya,
memberikan contoh-contoh tetapi tidak melibatkan secara langsung anaknya.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa telah terjadi komunikasi yang
kurang aktif antara anak dengan orang tua, dimana orang tua tidak ingin
mencampuri urusan anaknya dan lebih membebaskan anaknya dalam
mengambil suatu keputusan atau jalan yang akan kelak ditempuh anaknya.
82
Dona, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 18 Februari 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
49
Dapat diambil kesimpulan bahwa, pola komunikasi permissive atau
pola komunikasi yang orang tuanya cenderung membebaskan serta
membiarkan anaknya sehingga tidak ada dorongan dan semangat untuk
melanjutkan hidupnya dan akhirnya timbul rasa kurang percaya diri ataupun
suka mendominasi kehidupannya sendiri serta tidak mempunyai arah tujuan
yang jelas.
2. Pola Komunikasi Otoriter (Authoritarian)
Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orangtua yang melarang
anaknya dengan mengorbankan otonomi anak.Pola komunikasi otoriter
mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.Dalam pola komunikasi
ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum,
bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa
kompromi, bersikap kaku, cendenrung emosinal dan bersikap menolak.
Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut, pemurung dan
merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa
depan yang jelas serta tidak bersahabat. Wawancara Peneliti dengan Ibu
Ulyaselaku masyarakat Desa Merlung mengenai apa aturan yang ditetapkan
beliau kepada anaknya, beliau berpendapat:
[K]ami selaku orang tua berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti
aturan yang ditetapkan setiap masing-masing orang tua. Toh, apa pun
peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang
tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru
akan menimbulkan serangkaian efek buruk, saya dan ayahnya bukan hanya
mengurus anak kami, melainkan kami selaku orang tua tentunya juga ingin
mencukupi kebutuhan keluarga seperti bekerja demi menggapai masa depan.
Dan peraturan yang kami buat semata-mata untuk kebaikan anak kami agar
anak kami tidak melakukan penyimpangan yang sekarang marak terjadi.83
Data yang mendukung adanya ciri-ciri pola komunikasi otoriter yang
diterapkan oleh orang tua terdapat pada responden orang tua M. Reynaldy, hal
ini tampak dari sikap orang tua pada anaknya (intensitas komunikasi antara
83
Ulya, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
50
orang tua dengan anak, sikap orang tua yang digambarkan adalah bagaimana
sikap orang tua ketika menanggapi anaknya melakukan kesalahan, bagaimana
orang tua mendidik, menasehati anaknya, bagaimana orang tua membatasi,
mengawasi pergaulan anaknya) data yang dapat dihimpun adalah: Kedua
orang tua M.Reynaldy adalah termasuk orang sibuk, ayahnya yang bekerja di
kantor swasta dan ibunya juga PNS, insensitas pertemuan antara anak dengan
orang tua lebih kurang begitu intensif, pertemuan dengan kedua orang tua
sangat jarang sekali dan jika bertemu ayahnya hanya pasif saja dan tidak
pernah melakukan komunikasi yang intensif. Karena kesibukan kedua orang
tuanya, jarang sekali dilakukan komunikasi yang intensif antara kedua orang
tua dengan anak-anaknya termasuk menanyakan apa yang telah diperoleh
anaknya disekolah, bagaimana perkembangannya dan sebagainya. Ayahnya
selalu menyalahkan anaknya bila anaknya melakukan kesalahan, ketika
mengetahui anaknya merokok, orang tua langsung memarahin anak dan
menghukumnya secara fisik. Perlakuan yang seperti ini membuat anak
semakin tertekan dan akhirnya selalu melawan apa yang telah dinasehatkan
orang tuanya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa didalam pola
komunikasi jenis otoriter ini orang tuaberkuasa penuh dalam memberikan
perintah serta larangan-larangan yang harus di patuhi dan dilaksanakan oleh
seorang anak tanpa penjelasan ataupun sebab yang jelas dalam memberikan
perintah kepada anak mereka. Pada pola komunikasi ini peneliti menemukan
ketidakharmonisan berkomunikasi dalam suatu keluarga yang disebabkan oleh
perilaku orang tua dalam mengurus anak. Sehingga anak itu sendiri
menentukan jalan hidupnya sesuai dengan orang tua mereka.Dapat diambil
kesimpulan bahwa pola komunikasi Authoritarian atau pola komunikasi yang
otoriter adalah pola komunikasi yang arus komunikasinya searah keputusan
orang tua mutlak untuk di patuhi dan di laksanakan dengan maksud baik untuk
masa depan anak nantinya.
51
3. Pola Komunikasi Demokratis (Authoritative)
Pola komunikasi orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai
dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat
semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis
ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara
langsung.84
Data yang mendukung adanya ciri-ciri pola komunikasi authoritaive
yang diterapkan oleh orang tua terdapat pada responden orang tua Angga
Saputra dan Afif Prayoga, hal ini tampak dari sikap orang tua pada anaknya
(intensitas komunikasi antara orang tua dengan anak, sikap orang tua yang
digambarkan adalah bagaimana sikap orang tua ketika menanggapi anaknya
melakukan kesalahan, bagaimana orang tua mendidik, menasehati anaknya,
bagaimana orang tua membatasi, mengawasi pergaulan anaknya). Wawancara
Peneliti dengan Ibu Rita mengenai bagaimana cara beliau menjaga
komunikasi yang baik dengan anaknya agar terciptanya keharmonisan dalam
berkomunikasi, beliaumengatakan:
[D]idalam keluarga kami, saya selaku orang tua selalu menjaga
komunikasi dengan anak kami agar terciptanya sebuah keharmonisan
komunikasi di dalam keluarga kami. Menjaga komunikasi yang baik
dengan anak itu penting karena dengan begitu anak akan merasa nyaman
dan merasa diperhatikan oleh kedua orangtuanya yang berdampak anak
tidak akan malu-malu menyampaikan apa yang diinginkan kepada orang
tuanya. Dan jika anak saya melakukan kesalahan ayahnya juga memarahi,
memberi nasehat dan mencoba menghargai pendapat dari anak kami,
demikian juga dengan saya ibunya.85
Berdasarkan hasil penelitian pola komunikasi Authoritative dapat
mendorong anak untuk mandiri dengan batas dan control terhadap perilaku
anak tersebut, sehingga orang tua cukup responsive terhadap kebutuhan
anaknya untuk menyatakan pendapat.
84
Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam
Keluarga(Jakarta: Renika Cipta 2004), 51. 85
Rita, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
52
Pola komunikasi semacam ini dapat membantu remaja menyalurkan
dorongan agresinya serta rasa ingin tahunya kearah yang lebih tepat sehingga
kecenderungan untuk berperilaku negatif pun remaja semakin rendah. Dapat
diambil kesimpulan bahwa pola komunikasi Authoritative atau pola
komunikasi demokratis, dalam hal ini penyampaianorang tua dan kontrolnya
tinggi, bersikap responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk
menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak
perbuatan yang baik dan buruk.
Penerimaan (acceptance) orang tua mengenai pemahaman apa yang
digemari oleh anak dan apa yang dilakukan oleh anak membuat orang tua
memahami perilaku anak didalam rumah. Mengenai kontroling perilaku
terhadap anak, orang tua juga memfungsikannya dengan baik terbukti
informan ketiga membiasakan adanya komunikasi terbuka diantara orang tua
dengan anak, dengan adanya komunikasi terbuka antara orang tua dengan
anak memberikan kepercayaan tersendiri kepada anak saat anak memiliki
kegiatan diluar rumah.86
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak
adalah pola interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga. Pola komunikasi
orang tua terhadap anak sangat bervariasi. Ada yang pola komunikasinya
menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada
yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang
dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola komunikasi orang tua seperti itu
dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi anak.
Berdasarkan teori peranan dan diaplikasi ke dalam penelitian ini anak-
anak membutuhkan figur dalam masa pertumbuhan mereka. Maka dari itu,
orang tua haruslah bertindak sebagai cermin bagi anak-anak. Dan komunikasi
yang baik akan menjadi perantara serta menjembatani kepentingan dan
kemauan diantara keduanya.
86
Hendi Gunawan, “Jenis Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Perokok Aktif Di
Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara”, Jurnal Ilmu Komunikasi,
VolI. No.3(2013), 218-233.
53
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANGAN
PERILAKU ANAK SERTA UPAYA PENCEGAHAN YANG DAPAT
DIAKUKAN ORANG TUA AGAR ANAK TIDAK MELAKUKAN
PENYIMPANGAN
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyimpangan Perilaku Anak
Dalam perkembangan manusia sepanjang ia hidup, maka akan
mengalami proses perubahan baik jasmani ataupun rohani. Perkembangan
masing-masing individu tidak sama, oleh karena itu faktor-faktor yang
mempengaruhinya juga tidak sama, ada yang pengaruhnyabersifat positif dan
ada juga pengaruhnya yang bersifat negatif di sekelilingnya.
Kepribadian manusia itu tidak statis melainkan bersifat dinamis, selalu
berubah dan berkembang seiring dengan perjalanan waktu serta keadaan
lingkungan yang mengitarinya.Faktor-faktor pencetus yang menjadi sumber
munculnya sikap menentang (membangkang dan melawan), sikap tidak
mudah menerima nasihat atau saran-saran itu, antara lain:
1. Orang Tua Terlalu Menekan Anak
Pada umumnya yang terjadi, orang tua dalam mengkomunikasikan
segala sesuatu pada anaknya dengan pola menekan anak. Kadangkala kita
memaksakan kepatuhan pada anak. Seperti menyampaikan keinginan,
memberi petunjuk, memberi nasihat atau saran-saran dengan memaksakan
kehendak. Anak dipaksa harus dapat mengubah, mengarahkan dan
menyesuaikan perilakunya sesuai dengan keinginan kita. Pendek kata, kita
menganggap kita serba tahu apa yang harus diperbuat atau dilakukan anak.
Anak dipandang sebagai robot orang tua yang hanya boleh menjalankan dan
membentuk perilaku sesuai dengan digariskan orang tua.Ironinya, pemaksaan
ego orang tua ini, sebenarnya sebagian besar tanpa kita sadari.
54
Hal ini muncul akibat dari anggapan bahwa, kita memiliki dominasi
dan kekuasaan penuh terhadap anak. Hal lain yang mendorong kita menjadi
otoriter (memaksa) pada anak, kemungkinan kita dihimpit oleh berbagai
persoalan sendiri. Persoalan atau kesulitan tersebut menyebabkan kita tidak
punya waktu dan tak mampu berpikir jernih atau menentukan cara komunikasi
yang efektif dengan anak. Kita pun tergiring pada anggapan praktis, yaitu
perlakuan keras dan tegas pada anak akan membentuk dan mengarahkan
perilaku anak sesuai dengan yang kita harapkan.Padahal kita lupa, bahwa anak
itu juga punya jiwa, perasaan, keinginan atau kehendak bawah sadarnya
sendiri atau otonom, sama seperti kita.
Ketika kita memakasakan keinginan atau kehendak dengan nada keras,
menggurui, marah atau dengan kata-kata kasar, tentu yang muncul bukan
kesadaran dan kepatuhan anak. Melainkan reaksi perlawanan anak secara
spontan atau tak langsung. Reaksi perlawanan anak ini muncul karena setiap
manusia itu memang memiliki naluri untuk mempertahankan diri (defense
mechanism) dari bentuk-bentuk intervensi atau tekanan dari luar
dirinyatersebut. Dengan kata lain, tidak seorang pun yang mau menerima
dengan senang hati dan ikhlas segala bentuk teguran, amarah, hukuman
maupun kata-kata kasar yang memojokkan dirinya dari orang lain, walaupun
dari orang tuanya sekali pun.
Bentuk ketersinggungan atau kejengkelan anak atas perlakuan orang
tua tersebut secara spontan sebagai wujud perlawanan atau pembangkangan,
seperti menampik atau menyanggah perkataan orang tua menolak langsung
perintah orang tua atau melakukan perlawanan fisik. Secara tak lansung,
seperti mengabaikan teguran atau perintah orang tua, menjukkan wajah
cemberut, kaku, tegang, marah, murung, menangis, atau mengurung diri dan
sebagainya.Kalaupun anak melakukan apa yang kita kehendaki tersebut, tentu
itu dilakukan dengan cara terpaksa. Kesadaran anak untuk menilai atau
menginterpretasikan maksud kita tersebut sangatlah rendah. Anak pun
cenderung menilai negatif maksud kita tersebut.
55
2. Berkembang Dari Rasa Iri Hati Anak
Anak tidak mau mendengar atau memperhatikan, apalagi mematuhi
apa pun yang dikatakan orang tua, dan dapat ditimbulkan juga rasa iri hati
anak terhadap saudaranya atau orang lain. Anak terlanjur menilai orang tua
telah pilih kasih dan membeda-bedakan diantara anak-anaknya, sehingga sifat
curiga anak berkembang sedemikian besar. Anakpunselalu mansalah-tafsirkan
perkataan orang tua kepadanya.Dianggapnya orang tua semata-mata ingin
memojokkanya dan selalu menyalahkannya saja.
Persepsi buruk terhadap perlakuan orang tua yang dianggapnya tidak
adil inilah yang dapat menyebabkan anak selalu membangkang atau melawan
perlakuan orang tua terhadap dirinya. Anak pun cenderung melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan apa yang kita inginkan, sebagai wujud
pelampiasan kejengkelannya, pemberontakannya atau cara dia menarik
perhatian orang tuanya.
3. Suasana Hati Anak yang Lagi Tertekan (sBermasalah)
Ketika kita bicara pada anak kadangkala kita kurang memperhatikan
suasana hati anak yang lagi bermasalah. Alhasil apa yang kita bicarakan atau
kita inginkan dari anak menjadi beban bagi anak karena anak tidak siap untuk
mendengar atau melakukan atau mematuhi keinginan orang tua. Apalagi anak
diharuskan untuk melakukan sesuatu.
Anak semakin merasa terbebani, sehingga menambah rasa jengkel dan
amarahnya. Maka tak heran bisa mengakibatkan memuncaknya ketegangan
emosional anak dan termanifestasi dalam bentuk pembangkangan atau reaksi
menentangkeinginan-keinginan orang tuanya tersebut. Hal ini yang
menyebabkan suasana hati anak merasa tertekan, bisa jadi, karena konflik
sosial anak dengan teman, saudara ataumerasa kehilangan sesuatu dan
sebagainya.
56
4. Berbicara Pada Anak Pada Waktu yang Tidak Tepat
Kadangkala kita memaksakan keinginan atau meminta anak untuk
melakukan sesuatu yang mendesak disaat anak tidak siap untuk menuruti atau
memenuhi keinginan orang tuanya. Anak berbuat seperti itu mungkin dapat
disebabkan karena anak sedang sibuk atau sedang melakukan aktivitas sendiri
yang menyita waktu dan perhatian penuh. Anak begitu asyik menikmati
aktivitasnya tersebut, seperti sedang bermain, nonton film kartun atau sedang
belajar dan sebagainya. Alhasil anak kurang menanggapi apa yang diinginkan
oleh orang tuanya. Atau anak berusaha menunda-nunda melakukan sesuatu
yan diperintahkan orang tuanya.
Secara ekstrem anak ada yang menolak mentah-mentah untuk
melakukan perintah orang tuanya itu karena keinginan orang tuanya tersebut
sudah dianggap menganggu dan menghalangi aktivitas yang sangat
mengasyikan itu.Kalau kita paksakan juga keinginan kita itu pada anak
tersebut, maka yang timbul justru konflik atau ketegangan dengan anak. Anak
akan menampilkan perilaku atau sikap membangkang atau sikap melawn
secara ekstrem.
5. Keinginan Anak yang Berlebihan dan Tidak Terpenuhi
Adakalanya kita merasakan anak menampilkan perubahan perilaku
secara ekstrem, berbeda dari biasanya. Anak tiba-tiba berani membantah,
menentang dan menolak setiap perkataan, anjuran nasihat, apalagi perintah
orang tua. Anak senantiasa menunjukkan sikap permusuhan secara verbal
maupun secara fisik. Secara verbal, tentunya akan melawan dengan kata-kata
ketus atau kasar. Sedangkan secara fisi dapat dilihat dari perubahan sikap dan
ekspresi wajah anak, seperti mata melotot, wajah kaku, cemberut, munung
atau mengurung diri atau tidak mau bertegur sapa atau tidak mau
berhadapan.Perubahan sikap dan perilaku anak tersebut sebagai bentuk
manifestasi dari reaksi tidak terpenuhinya tuntutan keinginan anak pada orang
tuanya.
57
Perubahan tersebut dimaksudkan sebagai penyampaian tanda protes
dan keinginan untuk mencari perhatian orang tua. Perubahan tersebut dapat
berlarut-larut, kalau orang tua tidak berusaha untuk merespon dan
menyelesaikan masalah tuntutan anak tersebut.
6. Hubungan Orang Tua Dengan Anak Kurang Harmonis
Perlu kita sadari, bahwa konflik-konflik yang sering kita pertunjukkan
dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap keharmonisan hubungan tidak
hanya antar orang tua, begitu juga terhadap anak-anak. Apalagi bentuk-bentuk
kekerasan, seperti pertengkaran, kata-kata kasar atau kekerasan fisik yang
terjadi itu selalu ditampilkan didepan anak-anak.
Bentuk-bentuk kekerasan yang ditampilkan didepan anak-anak
tersebut dapat membuat anak-anak menjadi trauma dan memberi persepsi
buruk tentang orang tuanya. Orang tuanya dianggap terlalu egois dan mau
menang sendiri. Orang tua tidak mau menjaga dan memepertimbangkan
keharmonisan keluarga serta menjaga kasih sayang diantara anggota keluarga.
Persepsi dan kesan buruk ini yang membuat anak menjadi benci pada orang
tuanya. Konflik-konflik yang terjadi tersebut dapat menimbulkan jarak atau
jurang pemisah antara orang tua dengan anak. Rasa benci dan ada jarak
pemisah hubungan antara orang tua dengan anak inilah yang dapat
menimbulkan sikap membangkang atau sikap menentang pada anak. Dengan
kata lain, akibat respek anak terhadap orang tua menjadi lemah, sehingga anak
pun tidak lagi mau menghiraukan atau menuruti perkataan dan kemauan orang
tua.
7. Pengaruh Pergaulan Anak
Hal yang perlu kita perhatikan juga bahwa pergaulan anak dapat
mempenaruhi perilakunya sehari-hari. Sebab, dalam pergaulan itu begitu
mudah terjadi proses identifikasi perilaku anak satu sama lain. Anak begitu
mudah mencontoh dan menyerap perilaku teman-temannya, tanpa suatu
proses pertimbangan baik buruknya perilaku tersebut. Yang menentukan cepat
58
terjadinya proses identifikasi perilaku tersebut adalah kedekatan di antara
anak-anak didalam kelompok bermainnya tersebut. Apalagi anak sedang
mengalami masalah didalam keluarganya, sehingga anak menemukan tempat
untuk mencurahkan perasaannya itu didalam kelompok bermainnya.
Dalam kelompok bermain, jika anak mempunyai teman-teman yang
memiliki perilaku buruk, seperti suka melawan, suka berkelahi, dan
sebagainya, maka anakpun memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku
temannya tersebut. Dengan kata lain, kualitas pergaulan anak turut
menentukan atau mempengaruhi bagaimana terbentuknya perilaku anak.87
Menurut Lemert Faktor-faktor pencetus yang menjadi sumber
munculnya sikap menentang (membangkang dan melawan), sikap tidak
mudah menerima nasihat atau saran-saran itu, antara lain dibedakan menjadi
dua macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.
Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang
bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat
ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah
sembarangan, dan lain-lain.Sedangakan penyimpangan sekunder yakni
perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan
umumnyadilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai
narkoba, menjadi pelacur dan lain-lain.88
Adapun faktor yang menyebabkan
remaja melakukan prilaku menyimpang ada dua faktor yang mempengaruhi
yaitu faktor internal dan faktor eksternal yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang asalnya dari dalam diri seseorang
atau individu itu sendiri.Faktor ini biasanya berupa sikap juga sifat yang
melekat pada diri seseorang.Contohnya kontrol diri yang lemah.
87
Hendra Surya, Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2005), 4-11. 88
Raul, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anak Melakukan Penyimpangan”, diakses
melalui alamathttp://raul-aul7.blogspot.co.id/2010/11/perilaku-menyimpang-pada-
masyarakat.html, tanggal 28 Februari 2021.
59
Menurut Santrock kontrol diri yang lemah terjadi karena kenakalan
remaja dapat digambarkan sebagai bentuk kegagalan mengembangkan kontrol
diri dalam tingkah laku remaja. Beberapa anak dalam mengembangkan
kontrol diri yang seharusnya sudah diterima ketika mengalami proses
pertumbuhan.89
Oleh karena itu kontrol diri yang lemah menjadi pengaruh
remaja melakukan perilaku menyimpang.
Menurut Kartini Kartono dikutip daidalam bukunya, anak-anak remaja
yang melakukan kejahatan atau melakukan perilaku menyimpang pada
umumnya kurang memiliki kontrol diri tersebut dan suka menegakkan standar
tingkah laku sendiri disamping meremehkan keberadaan orang lain.90
Terkait
faktor internal, umumnya sifat dan sikap yang menimbulkan permasaslahan
sosial adalah sifat atau sikap seperti malas bekerja, tidak memiliki kepedulian
dan empati, tidak mengindahkan peraturan, mudah menyerah dan lain
sebagainya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang asalnya dari luar diri seseorang
atau indvidu. Faktor ini meliputi lingkungan di sekitar termasuk orang-orang
terdekat. Adapun faktor eksternal yang menjadi pemicu munculnya
permasalahan sosial adalah faktor alam, faktor kependudukan, faktor lokasi,
faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan juga faktor sosial.Perilaku
menyimpang yang sering kita temui di lingkungan masyarakatpada umumnya
seperti yang dikemukakan oleh tokoh di atas ada yang sifatnyasementara dan
ada juga yang sifatnya berulang kali dilakukan, dan kebanyakankali dilakukan
oleh para remaja. Remaja ini notabenenya adalah para pelajar atau mahasiswa.
89
John W. Santrock Adolescence, Factor Internal Diterjemahkan Oleh Widyasinta dan
Indra Sallama (Jakarta: Erlangga,2007), 258. 90
Kartini Kartono, Kenakalan Remaja (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), 9.
60
Wawancara penulis dengan Ibu Guru Zakiamengenai apa saja faktor-
faktoryang mempengaruhi anak melakukan penyimpangan, beliau
mengatakan:
[M]enurut Zakia marzeta sebab penyimpangan atau kejahatan
disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor subjektif dan faktor objektif.
Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri
(sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir, ataupun faktor
turunan).Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar
(lingkungan).Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara
orang tua dan anak yang tidak serasi.91
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan Ibu Guru
Zakiamenunjukkan bahwa, perilaku menyimpangyang umumnya dilakukan
(terkhusus) siswa atau pelajar adalah perkelahian (tawuran), mengucapkan
kata-kata tidak sopan, mencoret-coret, dengan kata-kata atau gambar yang
tidak pantas,membolos dari sekolah merusak fasilitas belajar, tindakan
melawan guru danorang tua, dan lain sebagainya yang menyangkut
penyimpangan perilaku anak.
Dua faktor ini peneliti sangat setuju jika faktor perilaku menyimpang
itudisebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal,
dimanafaktor internal dari dalam individu tersebut, dan faktor eksternal dari
lingkunganhidup, kedua faktor ini sangat memengaruhi perilaku.Koherensi
diantara keduanya tidak dapat dipisahkan secara absolute karena sifat alami
dimana tidak mungkin seorang anak dapat dipisahkan sama sekali dari
lingkungan keluarganya dan terbebas sama sekali dari pengaruh-pengaruh
dalam lingkungan sekitarnya. Kedua faktor tersebut merupakan tugas orangtua
untuk melakukan pembinaan dan menyikapi secara hati-hati masukan-
masukan dari lingkungan masyarakat agar seorang anak yang masih
memerlukan pembinaan dengan baik dari kedua orang tuanya tersebut secara
signifikan bertingkah laku sesuai dengan garis-garis keluarga atau dengan kata
lain faktor internal di dalam keluarga harus lebih dominan daripada faktor
eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat.
91
Zakia, Guru Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2021, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
61
Komunikasi antara orang tua dan anak sangat dibutuhkan oleh seorang
anak, kurangnya komunikasi orang tua terhadap anak, akan berpengaruh
terhadap perilaku anak. Seperti yang kita ketahui, komunikasi antara anak dan
orang tua merupakan dasar bagaimana orang tua dan anak membentuk
hubungannya.Salah satu hal yang dapat menunjang hal ini adalah dengan
adanya komunikasi yang efektif dengan anak.Komunikasi yang buruk antara
orang tua dan anak tentu dapat membuat hubungan orang tua dan anak
bertambah buruk.
1. Bentuk-bentuk Perilaku Penyimpangan Anak
Dimasyarakat kita mengenal bentuk-bentuk penyimpangan yang terdiri
atas penyimpangan individual (individual deviation), penyimpangan
kelompok (group deviation), dan penyimpangan gabungan dari keduanya
(mixture of both deviation). Terkadang ada pula yang menambahkan dengan
penyimpangan primer (primary deviation) dan penyimpangan sekunder
(secondary deviation).
a. Penyimpangan Individual (Individual Deviation)
Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah
mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat.Orang seperti itu biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai
penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya.Penyimpangan
yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan atas
pembandel, pembangkang, perusuh atau penjahat.
1. Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang
tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2. Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan
orang-orang.
3. Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum
yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas
pada saat di jalan raya.
62
b. Penyimpangan Kelompok (Group Deviation)
Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada
norma kelompoknya, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang
berlaku. Penyimpangan ini terjadi dalam subkebudayaan menyimpang yang
umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi sendiri, sehingga
cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang
lebih luas. Contohnya kelompok orang yang menyelundupkan serta
menyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, teroris,
kelompok preman, dan separatis.Mereka memiliki aturan-aturan sendiri yang
harus dipatuhi oleh anggotanya.92
Dalam melakukan aksinya, mereka memiliki
aturan permainan yang cermat, termasuk dalam membentuk jaringan yang
kuat untuk melakukan kejahatannya, sehingga sulit dilacak dan dibongkar
pihak yang berwenang, dalam hal ini kepolisian.
c. Penyimpangan Campuran (Mixture of Both Deviation)
Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan
pengangguran yang frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa
tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat.Mereka sering berpikir
seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh jalan pinta untuk
hidup enak.Di bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih karena kenekatan
dan kebrutalannya, mereka berkelompok dalam organisasi
rahasia(penyimpangan kelompok) dengan memiliki norma yang mereka buat
sendiri. Pada dasarnya norma yang mereka buat bertentangan dengan norma
yang berlaku umum di masyarakat.
Penyimpangan seperti itu ada yang dilakukan oleh suatu golongan
sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun
kelompok di dalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan yang secara
keseluruhan mengabaikan norma yang berlaku. Misalnya gank-gank anak
nakal.Kelompok semacam ini dapat berkembang menjadi semacam kelompok
mafia dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat
meresahkan masyarakat.
92
Aspian, “Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang”, Jurnal, IX, No.2 (2017), 17-19.
63
d. Penyimpangan Primer (Primary Deviation)
Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang, di mana hanya bersifat
temporer atau sementara dan tidak berulang-ulang. Individu yang melakukan
penyimpangan ini masih dapat diterima oleh masyarakat karena hidupnya
tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang tersebut dan di lain
kesempatan tidak akan melakukannya lagi. Misalnya seorang siswa yang
terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, atau pengemudi
kendaraan bermotor yang sesekali melanggar rambu-rambu lalu lintas.
e. Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)
Penyimpangan inidilakukan oleh seseorang secara
terusmenerus,sehingga akibatnya pun cukup parah serta mengganggu orang
lain. Dalam penyimpangan ini, seseorang secara khas memperlihatkan
perilaku menyimpang yang secara umum dikenal sebagai seorang yang
menyimpang.Misalnya seorang siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa
keterangan.Contoh lainnya adalah seseorang yang sering mabuk-mabukan
baik di rumah, di pesta, maupun di tempat umum serta seseorang yang sering
melakukan pencurian, perampokan, dan tindak kriminal lainnya.93
Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut harus diatasi karena
penyimpangan menyangkut masalah mental perilaku.Misalnya, melalui
berbagai penataran, pendidikan keagamaan, pemulihan disiplin, serta
pelatihan-pelatihan lainnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan perilaku
penyimpangan anak Wawancara penulis dengan Remaja yang bernama Nisa ia
mengatakan:
[S]emenjak kecil saya selalu berkecukupan, saya disekolahkan
sekarang di SMP, kedua orang tua saya sibuk dengan urusan mereka
masing-masing, kadang mereka pergi berkebun, kalau waktu malam
tiba saya ngumpul sama teman saya tapi teman saya itu agak dewasa
dari saya dan ada juga yang sebaya dengan saya. Apa yang dilakukan
teman-teman saya ikut.94
93
Aspian, “Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang”, Jurnal, IX, No.2 (2017), 17-19. 94
Nisa, Remaja Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 3 Maret 2021, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
64
Maksud dari penjelasan diatas adalah orang tua dengan tingkat
perekonomiannya menengah keatas dalam perihal pengasuhan anak biasanya
tua memanjakan anaknya, apapun yang diinginkan oleh sang anak akan
dipenuhi oleh orang tuanya. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan
kekayaan yang dimiliki orang tuanya.
Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan materi saja,
sedangkan anak yang mempunyai orang tua serba berkecukupan dalam artian
mencari makan untuk sehari saja harus bekerja dulu baru dapat memenuhi
kebutuhan maka dalam hal mengawasi anak-anaknya mereka kurang
pengawasan karena itu tadi mereka harus bekerja seharian dan itupun demi
memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.Jadi, dalam perihal untuk mendidik
anak-anaknya, mengawasi anaknya itu kurang kalau dari segi kasih sayang,
tentunya semua orang tua pasti menyayangi anak mereka, orang tua mana
yang tidak memiliki sifat kasih sayang kepada anaknya itu sungguh
keterlaluan kalau ada orang tua yang seperti itu.
Peneliti juga mewawancarai Ibu Guru Tika, mengenai bagaimana
pandangan beliau sebagai guru, dalam menanggapi faktor-faktor pemicu anak
melakukan penyimpangan beliau mengatakan:
[P]enyimpangan perilaku anak itu juga disebabkan oleh faktor
keluarga dan ekonomi kenapa saya katakan begitu karena keluarga
juga merupakan salah satu faktor pemicu anak melakukan
penyimpangan mulai dai bentuk penyimpangan seperti bandel, keras
kepala, susah diatur, pembangkang itu menurut saya masuk ke bentuk-
bentuk perilaku penyimpangan, dan faktor ekonomi pun juga termasuk
bentuk-betuk penyimpangan karena kalau anak kekurangan uang bisa
jadi ia melakukan bentuk penyimpangan seperti mencuri, begal, dan
lain sebagainya, dan ini marak sekali terjadi di daerah pedesaan seperti
desa kita ini.95
95
Tika, Guru Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 3 Maret 2021, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
65
Maksud dari penjelasan diatas adalah penyebab faktor-faktor anak
melakukan penyimpangan tidak lain dikarenakan faktor keluarga, lingkungan
tempat tinggal, dan lain sebagainya. Sehingga marak seklai terjadi bentu-
bentuk perilaku penyimpangan anak seperti yang dikatan Ibu Tika tadi banyak
sekali faktor pemicu anak melakukan penyimpangan, hal ini tidak luput juga
dari kurangnya perhatian orang tua terhadap anak mereka.Dari penjelasan
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peran orang tua dalam mengawasi
anak, mendidik anak itu sangat penting, yang dikatakan penting disini adalah
kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua
berkomunikasi kepadanya.
Komunikasi akan sukses apabila orang tua memiliki kredibilitas di
mata anaknya. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal
balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau anak ke orangtua,
atau anak ke anak.Dalam komunikasi keluarga tanggung jawab orangtua
adalah mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam keluarga itu
bernilai pendidikan
2. Dampak yang Ditimbulkan
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat yang
tentunya akan membawa dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan
masyarakat pada umumnya. Ada beberapa dampak yang bisa ditimbulkan
akibat dari perilaku penyimpangan anak yaitu:
a. Dampak Bagi Pelaku
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang
individu dan natinya akan memberikan dampak bagi si pelaku itu sendiri
diataranya:
1. Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan, serta
tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari
kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan.
2. Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpngan.
66
3. Dapat menghancurkan pelaku dari agamanya dan dekat dengan
perbuatan dosa.
4. Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.
b. Dampak Bagi Orang Lain (Masyarakat)
Perilaku menyimpang juga membawa dampak bagi orang lain atau
kehidupan masyarakat pada umumnya. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
1. Dapat menganggu keamanan, dan ketertiban didalam masyarakat.
2. Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang
berlaku dimasyarakat.
3. Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga
pelaku.
Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan
sosial, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lainadalah pada umumnya
bersifat negatif.
Wawancara Peneliti dengan Tiwi Mahasiswa UIN STS Jambi yang
tinggal di Desa Merlung, mengenai hal-hal apa saja yang dianggap
menyimpang dia berpendapat:
[S]esuatu dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai
dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata
lain penyimpangan adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan diri terhadap kehendak masyarakat. Semakin mudah dan
cepatnya arus komunikasi saat ini dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan
mendorong anak (remaja) untuk mencoba sesuatu yang baru dan dapat
menjadikan semua itu sebagai pengalaman yang berarti baik yang sifatnya
positif maupun negatif. Disebut positif karena dengan adanya arus
komunikasi dan informasi yang mudah dan cepat diharapkan para remaja
dapat berkarya dan berprestasi lebih.Namun juga bisa menjadi negatif jika
hal tersebut bisa mendorong remaja untuk berperilaku yang
tidaksesuaidengannorma-norma yang ada didalammasyarakat.96
96
Tiwi, Mahasiswi UIN STS Jambi 2020, Wawancara dengan Penulis, 21 Maret 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
67
Maksud dari penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwasannya sesuatu
yang dikatakan menyimpang itu seperti misalnya anak (remaja) melakukan
penyimpangan yang nantinya akan mendorong anak untuk berperilaku yang
tidak sesuai dengan norma-norma yang ada didalam masyarakat, dan nantinya
akan menimbulkan dampak postif ataupun dampak negaif yang berlaku
didalam keluarga atupun masyarakat.Ada beberapa dampak yang
menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak. Peneliti
melakukan wawancara dengan Ibu Nuraini, beliau mengatakan:
[S]alah satu dampak yang timbulkan didalam sebuah keluarga dan
yang sering dihadapi kebanyakan orang tua dalam menjalin
komunikasi dengan anak yaitu anak tidak mau berbicara ketika kami
ajak berbicara, kadang keluar rumah tanpa izin, pulang dini hari,
kadang juga ketika saya nasehati dia masuk kuping kiri keluar kuping
kanan, susahlah pokoknya, karena anak susah dinasehati,
pembangkang, keras kepala, dan sebab itulah kami sebagai orang tua
kebanyakan jarang menjalin komunikasi dengan anak kami. Saya
sebagai orang tua rasanya tidak salah lagi dalam mendidik anak saya,
Cuma ya itu tadi, kendalanya ada pada anak kami yang susah dididik
dan susah dinasehati.97
Maksud dari penjelasan diatas mengenai kendala komunikasi orang tua
yang menyebabkan orang tua jarang berkomunikasi dengan anak dikarenakan
anaksangat pembangkang. Orang tua tidak ada yang ingin mempunyai anak
yang memiliki sifat pembangkang, keras kepala, susah diatur, dinasehati, dan
lain sebagainya. Pastinya setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang
dipandang baik didalam sebuah keluarga (masyarakat).Peneliti melakukan
wawancara dengan Ibu Lismutia, mengenai apa dampak komunikasi yang
sering Ibu Lismutia hadapi ketika sedang menjalin komunikasi dengan
anaknya, beliau mengatakan:
[D]ampak komunikasi yang sering saya hadapi ketika saya
berkomunikasi dengan anak saya tidak lain bisa dikatakan seperti saya
lagi menasehati hal yang baik-baik dengan dia eh malah masuk
kuping kanan keluar kuping kiri, ya seperti tidak dihiraukannya
omongan saya, malahan dia juga menjawab “udahlah mak tidak usah
97
Nuraini, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 21 Maret 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
68
ngoceh-ngoceh lagi pening kepala dengarnya”. Saya sebagai orang tua
sedih mendengar anak saya mengatakan itu kepada saya, saya
melakukan itu juga untuk kebaikan dirinya.98
Dari paparan diatas Ibu Lismutia selaku orang tua dari anaknya sudah
melakukan kewajibannya sebagai orang tua dalam hal mengarahkan anaknya
kejalan yang baik, yang menjadi masalah dalam keluarganya yaitu, anaknya.
Anaknya tidak menghiraukan apa yang dikatakan orang tua. Padahal itu
penting untuk dirinya.
Orang tua sudah berusaha semaksimal mungkin menjalin komunikasi
yang baik dengan anak-anaknya, tetapi anak-anak sekarang banyak tidak
menghiraukan setiap omongan yang keluar dari mulut orang tua mereka.
Padahal itu adalah hal yang baik-baik untukdirinya. Anak-anak sekarang
hanya berpikir kesenangannya saja, bersikap bodo amat. Seharusnya kita
sebagai anak yang baik jangan membuat orang tua kita merasa sedih terhadap
sifat kita.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Togar Selaku Ketua
RT.19, mengenai dampak yang sering ditimbulkan dari kurangnya jalianan
komunikasi antara anak dan orang tua, beliau mengatakan:
[D]ampak komunikasi yang sering saya hadapi ketika saya kurang
menjalin komunikasi dengan anak saya “ya” seperti ketika saya pulang
dari kerja, saya sulit bertemu dengan anak saya, anak saya sibuk
dengan urusannya sendiri, nongkrong-nongrong sama temannnya
pulang hingga larut malam, sedangkan saya kerja pergi pagi pulang
malam terkadang itu tidak juga,nah ketika saya pulang eh anak saya
malah tidak ada dirumah, sehingga saya sering bertanya ke teman-
teman anak saya, dan menanyakan sama temannya apa saja yang
dilakukan mereka, ya teman-temannya menjawab “biasalah om lagi
ngumpul-ngumpul ya namanya anak zaman sekarang”.99
98
Lismutia, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 21 Maret 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio. 99
Togar, Ketua RT.19 Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 21 Maret 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
69
Maksud dari penjelasan diatas adalah orang tua dan anak sulit untuk
bertemu, orang tua disibukkan dengan kerja, anak malahsibuk dengan
urusannya sendiri dan tidak menghiraukan orang tuanya yang bekerja seharian
demi memenuhi kebutuhan anaknya. Mereka selaku orang tua tentunya sedih
ketika letih pulang dari pekerjaan ingin bertemu dengan anaknya eh anaknya
malah tidk dirumah, sehinggahal itu bisa membuat orang tua sedikit kecewa,
karena bagi orang tau ketika mereka sedang letih dan mereka melihat anaknya,
maka letih itu akan hilang dengan sendirinya.
B. Upaya Pencegahan yang Dapat Dilakukan Orang Tua Agar Anak
Tidak Melakukan Penyimpangan
Hati orang tua mana yang tidak sakit, jika mempunyai anak yang
selalu saja suka melawan?. Begitu juga orang tua mana yang tidak kesal, kalau
anaknya selalu membangkang, jika disuruh, diperintah, apalagi dinasihati
orang tua?. Padahal kita selaku orang tua tentu menginginkan anak itu patuh,
jika diberi nasihat, disuruh, diperintah atau dilarang melakukan sesuatu. Kalau
orang tua berbicara, anak mendengar dan memperhatikan dengan sungguh-
sungguh. Setiap petunjuk dan petuah orang tua selalu dicamkan dalam hati
dan diingatnya.Namun, kadangkala kita sebagai orang tua kehabisan akal
dalam menghadapi perilaku serta tingkah laku anak kita yang selalu berbuat
salah dan yang selalu bermasalah. Dimana anak begitu keras kepala dan egois,
dirinya dengan kukuh tidak mau disalahkan. Ketika kita orang tua bicara
panjang lebar dengan harapan si anak mau menerima dan memahami, bahwa
dirinya telah melakukan kesalahan dan harus segera memperbaiki
kesalahannnya itu si anak malah menghiraukannya saja, padahal jika anak
mau memahami serta mencerna apa yang dikatakan orang tua itu sangat lah
bermanfaat untuk dirinya sendiri, orang tau melakukan itu karena mereka
sayang kepada kita, perhatian kepada kita.Berbagai upaya pengendalian
perilaku menyimpang pada anak telah dilakukan oleh berbagai pihak, terutama
pihak orang tua.
70
Upaya tersebut terdiri dari upaya pencegahan dan upaya penanganan.
Selagi anak belum menginjak usia remaja, Anda sebagai orang tua harus mulai
mengubah sikap Anda menjadi lebih perhatian dan peduli kepada anak, serta
merawat dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang.Maka didalam
pembahasan ini, peneliti akan sedikit mengulas apa saja pencegahan-
pencegahan serta upaya yang praktis dan efektif yang dapat dilakukan orang
tua agar anak tidak melakukan penyimpangan. Upaya tersebut dijabarkan
cukup sederhana dan mudah untuk kita terapkan dalam mendidik dan
mengarahkan perilaku anak, agar sesuai dengan harapan yang kita semua
inginkan. Berikut adalah beberapa caraserta upaya pencegahan yang bisa
orang tua lakukan agar anak tidak melakukan penyimpangan diataranya:
1. Perbanyak Waktu Luang dengan Anak
Upayakan untuk memperbanyak waktu luang bersama anak, sesibuk
apa pun kita sebagai orang tua. Orang tua bisa memanfaatkan waktu untuk
bertukar cerita, menanyakan apa saja kegiatannya di sekolah, apa cita-cita atau
keinginannya di masa depan, atau bagaimana teman-temannya.
2. Buat Jadwal Harian Anak
Mengingat perilaku menyimpang pada anak juga bisa dipengaruhi oleh
lingkungan sosial, maka orang tua bisa membuat jadwal harian untuk
menumbuhkan rasa disiplin dalam diri anak. Jadwal ini meliputi jam belajar,
jam istirahat, dan jam bermainnya, terutama di luar rumah. Orang tua juga
bisa membatasi waktu pemakaian gadget oleh anak.
3. Jalin Komunikasi dengan Guru Sekolahnya
Meski kita sebagai orang tua tidak bisa melihat langsung perilaku anak
saat di sekolah, kita tetap bisa memantaunya dengan cara bertanya kepada
guru atau wali kelasnya. Jika anak kita sering melakukan kenakalan di
sekolah, cobalah tegur dan nasihati dia, berikan pengertian kepadanya
mengapa hal tersebut tidak boleh dilakukan.100
100
Marianti, “Perilaku Menyimpang Pada Anank dan Cara Mengatasinya”, diakses
melalui alamathttps://www.alodokter.com/memahami-perilaku-menyimpang-pada-anak, tanggal
08 April 2021.
71
C. Solusi Agar Anak Tidak Melakukan Penyimpangan
Dari pembahasan-pembahasan diatas mengenai bagaimana proses
penerapan pola komunikasi orang tua dengan anak, apa saja faktor-faktor
pemicu yang dapat membuat anak melakukan penyimpang, danapa upaya
pencegahan serta solusi yang dapat dilakukan orang tua agar anak tidak
melakukan penyimpangan, tentunya kita telah mengetahui dan memahami
penyebab timbulnya perilaku anak yang suka membangkang, melawan, susah
dinasihati, bandel, keras kepala, dan lain sebagainya seperti yang peneliti
paparkan didalam penelitian ini.
Ada poin penting atau hal penting yang harus kita sadari selaku orang
tua, bahwa anak suka membangkang, melawan, keras kepala, susah diatur, dan
lain sebagainya itu bukan karena faktor bawaan anakatau faktor turunan.
Melainkan lebih diakibatkan oleh pengaruh psikologis yang berasal dari dalam
diri anak serta lingkungan yang menciptakan, merangsang, mendorong, atau
membangkitkan perilaku yang membuat anak menjadi pembangkan
(melakukan penyimpangan). Dimana perilaku anak yang bermasalah tersebut
merupakan umpan balik dari bentuk-bentuk perlakuan yang dirasakan anak
sebagai bentuk tekanan atau pengabaian terhadap dirinya. Kalau kita selaku
orang tua mau jujur, secara tanpa sadar ternyata kita sendiri lah selaku orang
tua yang berperan besar sebagai penyebab dari anak suka membangkan,
melawan, keras kepala, susah diatur intinya yang berkaitan dengan
penyimpangan. Kita selaku orang tua banyak melakukan kekeliruan-
kekeliruan dalam memperlakukan anak, sebagaimana yang telah peneliti
paparkan didalam penelitian ini.
Setelah kita dapat meyadari kekeliruan-kekeliruan kita tersebut dalam
memperlakukan anak, maka sudah seharusnya kita merubah cara pendekatan,
cara penyampaian, cara memperlakukan anak kita, cara mendidik agar anak
menjadi anak yang patuh kepada orang tua, sebagaimana yang semua orang
tua harapkan. Untuk itu, kita selaku orang tua perlu melakukan langkah-
langkah pendekatan serta menemukan pola komunikasi yang baik serta efektif,
72
sebagai antisipasi perilaku anakyang suka membangkang, melawan, susah
diatur, keras kepala, dan lain sebagainya. Solusi-solusi tersebut antara lain:
1. Lakukan Pendekatan Kasih Sayang Terhadap Anak
Kita sebagai orang tua harus dapat membangun interaksi dan
komunikasi yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak.
Pendekatan yang didasarkan oleh kasih sayang dapat menciptakan hubungan
yang harmonis antara orang tua dengan anak. Dengan melakukan pendekatan
kasih sayang, berarti kita selaku orang tua dapat meneyentuh atau
bersinggungan langsung dengan perasaan anak kita. Begitu juga dapat
menciptakan susasana yang menyenangkan untuk kedua belah pihak, dimana
satu sama lain berusaha membangun sikap untuk saling memahami dan
menerima keadaan masing-masing, dengan kata lain, menciptakan
keterbukaan hati kedua belah pihak untuk saling mau mengerti keadaan
masing-masing dan bebas dari tekanan serta paksaan.
Pola pendekatan dengan kasih sayang ini, tentu membuat anak merasa
senang hati, nyaman, karena dalam pola tersebut terlukis rasa cinta, kedekatan
dan kehangatan orang tua terhadap anaknya. Perasaan senang yang terselip
didalam hati anak, tentu membuat anak tergerak untuk merespon apa yang
diinginkan orang tuanya dengan tulus tanpa berburuk sangka. Walaupun
dirinya sedang sibuk dengan kegiatannya, tentu anak akan berusaha
menyempatkan diri sejenak untuk memenuhi keinginan orang taunya dnegan
senang hati tanpa ada unsur paksaan.Untuk mengembangkan pola pendekatan
dengan kasih sayang ini, kita selaku orang tua harus menjauhkan diri dari
sikap otoriter dan harus mampu mengendalikan emosi dalam menghadapi
anakdalam berbagai situasi serta kondisi apapun. Begitu juga, dalam situasi
apapun jaganlah kita terpancing untuk menyerang atau memojokkan anak
dengan sikap emosional. Kita harus bersikap bijaksana, jika melihat anak telah
melakukan penyimpangan perilaku, baik secara sengaja ataupun tidak
disengajanya, carilah cara-cara serta solusi yang bijak dalam mengatasi
problema yang timbul, tanpa menyinggung perasaan anak.
73
Bukan mengedepankan proses balas dendam dengan berbagai sanksi
atau hukuman, yang paling penting adalah kesadaran dan perubahan perilaku
anak, sebagaimana yang semua orang tua harapkan. Bukan malah
menciptakan ketegangan-ketegangan emosional secaraberkelanjutan yang
akan membuat kita repot dan susah saja.
2. Kita Harus Memahami Watak Atau Tipe Kepribadian Anak
Untuk memudahkan kita dalam menjalin interaksi atau berkomunikasi
dengan anak, maka kita harus mengenali terlebih dahulu watak atau tipe
kepribadian anak kita. Dengan mengenal dan memperhatikan tipe kepribadian
anak, tentu kita pun selaku orang tua dapat memilih cara yang efektif untuk
meyampaikan maksud dan keinginan kita. Hal ini penting kita lakukan, agar
maksud kita itu mudah diterima anak dengan tulus, tanpa menimbulkan sikap
penolakan anak. Tipe-tipe anak itu, ada yang pemarah (temperamental,
agresif), lembut, manja, mudah diatur, susah diatur, sensitif, bijaksana, urakan,
sopan, dan lain sebagainya.
3. Menggerakkan Anak Untuk Berpikir Dan Berbuat Dengan Menyentuh
Titik Peka Anak
Untuk menarik perhatian dan mempengaruhi anak, agar dirinya dapat
merespon atau menanggapi keinginan kita, maka kita selaku orang tua dapat
menyinggung titik peka anak atau memberi perhatian khusus pada hal-hal
yang amat menarik perhatian anak. Caranya kita dapat memberi sanjungan
atau menaruh perhatian, minat pada hal-hal yang menjadi perhatian khusus
anak. Perhatian khusus yang kita tunjukkan pada anak tersebut, tentu akan
membuat anak merasa senang hati, bahagia. Anakpun akan merasa tersanjung
dan hatinya pun akan berbunga-bunga karena orang tuanya peka terhadap
dirinya.101
Perilaku normal anak bergantung pada usia, kepribadian, dan
perkembangan fisik serta emosionalnya. Hal ini dapat menjadi masalah
apabila tidak sesuai dengan harapan keluarga.
101
Hendra Surya,Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2005), 12-14.
74
Secara keseluruhan, perilaku anak dapat bergantung pada lingkungan
di sekitarnya dan dipengaruhi oleh sosial serta budaya.Peran orang tua juga
tidak dapat luput untuk memengaruhi segala sikap anaknya.Namun, setiap
orang tua juga tidak dianjurkan menggunakan kekerasan untuk mendidik anak
yang nakal. Nah, berikut ini wawancara peneliti dengan Ibu Yeni masyarakat
Desa Merlung, mengenai kiat-kiatapa saja yang harus dilakukan orang tua
agar anak tidak bandel, Ibu Yeni berpendapat:
[P]asti gemas ya, kalau anak kita sudah bersikap nakal dan sulit
diatur.Meskipun usianya masih anak-anak, kebiasaan sulit diatur ini
wajib untuk diperbaiki. Jangan sampai ini menjadi sebuah kebiasaan
yang akan sulit dilepas dari perilaku anak. Tanpa harus memarahi,
melakukan kekerasan berupa cubitan atau kata-kata kasar,yang bisa
orang tua lakukan untuk mengatasi kenakalan si anak. Mengatasi
kenakalan anak jangan pakai emosi.Apapun kenakalan yang dibuat
oleh anak, ada baiknya harus diberi nasihat. Orang tua harus
menghindari tindakan membentak atau melakukan kekerasan dalam
bentuk apapun, apalagi kalau melakukan ini di depan umum.Bukannya
akan membuat sikap anak semakin baik dan menuruti aturan yang
orang tua berikan, ini justru membuat dirinya kesal karena
dipermalukan di depan banyak bahkan bisa jadi trauma lho.102
Dapat diambil kesimpulan bahwa, cara mendidik anak dengan
memarahi, membentak atau melakukan sesuatu yang kasar itu sangat salah
ya.Karena jika orangtua yang menyakiti hati anak ditambah dengan
menelantarkan anaknya tersebut mengartikan jika orangtua baik ayah atau ibu
sudah berdosa pada anak anaknya.
Segala kebutuhan dan hak seorang anak juga harus terpenuhi mulai
dari kasih sayang, makanan, pakaian, tempat bernaung dan juga pendidikan
anak dalam Islam yang menjadi kewajiban orangtua terhadap
anaknya.Seharusnya orang tua harus bisa menunjukkan sikap yang lembut di
depananaknya.Mulailah dengan nada lembut, tanpa membentak.Berusahalah
untuk menasihati dengan cara yang halus karena anak-anak tidak senang
sesuatu yang kasar.
102
Yeni, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 08 April 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
75
Orang tua juga bisa mengajarkan si anak untuk meminta maaf kalau
memang dirinya melakukan kesalahan.Dengan bersikap lembut, si anak akan
merasa kalau orang tuanya menyayangi dirinya. Pelan-pelan si anak juga akan
menyadari kalau apa yang dilakukan dirinya itu tidak baik.Orang tua juga
harus ingat kalau tidak adaorang tua yang mauanak yang dilahirkannya
menjadi nakal, hanya saja si anak kita belum terbiasa untuk berperilaku baik
sesuai keinginan orang tuanya.Permasalahan anak nakal tentu tidak boleh
dianggap sepele.Orangtua harus benar-benar mendengar kebutuhan anak. Jadi,
kaji terlebih dahulu penyebabnya agar mengetahui cara menghadapi anak
nakal tersebut dengan tepat.Cara menghadapi anak nakal itu seperti beri
pengertian pada anak.Beri pengertian pada anak bahwa bersikap nakal adalah
perbuatan yang tidak baik. Jika ia membantah atau melawan, tegurlah
kemudian katakan kepadanya kalau kita mengerti perasaannya dan mau
membantunya keluar dari kemarahan yang sedang dirasakannya.Nah, berikut
ini wawancara peneliti dengan Ibu Nurafni masyarakat Desa Merlung,
mengenai bagaimana cara mengatasi permasalahan anak, beliau berpendapat:
[K]etika anak saya rewel, nakal, susah diatur, susah dinasihati, saya
mengahadapi dengan teidak emosi mengapa begitu? Karena ketika
anak rewel, susah diatur dan lain sebagainya sebaiknya jangan hadapi
dia dengan keras, emosional, dan penuh amarah. Sebab cara itu tidak
akan bisa menyelesikan permasalahan yang ada, justru nantinya akan
membut anak semakin rewel,pembangkang dan susah dinasihati,
hadapi anak itu dengan lemah lembut itu sih kalau menurut saya
pribadi.103
Maksud dari pernyataan diatas adalah, ketika anak anda rewel, nakal
dan susah diatur sebaiknya jangan hadapi dia dengan keras, emosional, dan
penuh amarah. Sebab cara itu tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan
yang ada, justru anak akan semakin rewel dan nakal. Jika itu sudah terjadi,
maka kita pun akan merasa kerepotan untuk mengurusinya.Oleh karena itulah,
orang tua harus melakukan pendekatan yang baik, berilah nasihat dengan
103
Nurafni, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 08 April 2021,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.
76
lembut bahwa apa yang dilakukannya itu tidak baik. Peran orang tua sangat
berpengaruh dalam perkembangan sikap mental dan perilaku anak dan anak
itu sendiri sangat memerlukan perhatian yang lebih dari orang tua.
Orang tua dalam mengasuh, membesarkan dan mendidik anak dituntut
untuk memberikan yang terbaik, hal ini merupakan suatu tugas mulia yang
tentu tidak lepas dari berbagai halangan dan rintangan.Setiap orang tua pada
dasarnya ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, dengan demikian orang tua
harus mampu menjadi model dan teladan yang baik bagi anak. Menjadi
teladan artinya menjadi sosok yang patut ditiru, dijadikan panutan atau role
model. Anak-anak tidak akan bisa tampil manjadi teladan bagi orang
disekelilingnya jika tidak mendapat keteladanan dari orang tua terlebih
dahulu. Dan hal ini juga bergantung pada pola asuh yang dirapkan orang tua
kepada anaknya.104
Keberhasilan dalam berkomunikasi dengan anak mengisyaratkan
adanya kesejajaran antara anak dengan orang tua, orang tua harus mencoba
mendalami karakter anak, setelah kita mendalami karakter anak, anak tersebut
akan menganggap kita bukan hanya dilihat dari orang tuanya saja melainkan
anak tersebut akan menganggap orang tuanya sebagai teman, sehingga pesan
didikan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak tersebut.
Namun, banyak orangtua mungkin tidak menyadari hal ini. Komunikasi
dengan anak mungkin merupakan hal yang sederhana dan terkesan mudah
dilakukan, tapi ternyata memiliki manfaat yang besar terhadap perkembangan
anak.Ketika orang tua telah mengetahui dan memahami karaktristik masing-
masing anaknya, maka sesunguhnya orang tua secara tidak langsung telah
mengetahui kunci kesuksesan dalam membangun komunikasi efektif dengan
anak-anaknya dilingkungan keluarga.
104
Jack Damsy, “Peran Orang Tua dan Guru dalam Mengatasi Sikap dan Perilaku
Menyimpang Anak”, Jurnal Pendidikan Sosiologi, Vol 3. No.2(2014), 2.
77
Komunikasi dengan anak yang terjalin dengan baik juga dapat
membuat hubungan anak dan orangtua terasa menyenangkan. Sebaliknya,
komunikasi yang terjalin dengan buruk dapat membuat anak tidak
menghormati orang tuanya dan hal itu bisa memicu anak menjadi
pembangkang, bandel, susah diatur, dan lain sebagainya, dan yang lebih
parahnya lagi anak bisa menjadi durhaka kepada kedua orang tuanya.Oleh
karena itulah sebelum terlambat.menjadi orang tua yang komunikatif, sudah
selayaknyalah menerapkan komunikasi efektif dilingkungan keluarga.
Perintah mengenai wajibnya berbakti kepada kedua orang tua itu sudah
jelas didalam Al-Qur‟an sebagaimana, termaktub didalam QS.Luqman, ayat
14, mengenai wajibnya seorang anak berbakti kepada orang tua.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada
orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah,dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah
kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku
kembalimu”.(QS. Luqman: 14).105
Surat Luqman ayat 14 adalah ayat yang memerintahkan “Birrul
walidain”, berbakti kepada kedua orangtua. Terutama kepada ibunya yang
telah mengandung dalam kondisi lemah dan payah yang semakin bertambah
seiring bertambahnya usia kehamilan. Lalu ia melahirkan dan menyusui
hingga dua tahun. Secara khusus, pengorbanan ibu disebutkan lebih detil
dalam ayat ini. Manusia diingatkan tentang kepayahan ibu saat mengandung,
melahirkan dan menyusui.
105
Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002 (Jakarta: Al-Huda, 2005),
413.
78
Lalu Allah Subhanahu wa ta'alamenutup ayat 14 dari Surat Luqman ini
dengan memerintahkan untuk bersyukur kepada-Nya dan berterima kasih
kepada kedua orangtua. Dia juga mengingatkan tempat kembali manusia.
Bahwa kelak semua orang akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggung
jawabkan seluruh perbuatannya. Termasuk dalam masalah aqidah dan birrul
walidain (berbakti kepada kedua orang tua).106
Selain perintah mengenai wajibnya berbakti kepada kedua orang tua,
anak juga wajib hukumnya mematuhi perintah orang tua, karena hukum
mematuhi perintah kedua orang tua selama hal itu tidak bertentangan dengan
perintah Allah Subhanahu wa ta'ala adalah wajib (Fardhu Ain) hukumnya.
Adapun jika perintah kedua orang tua tersebut bertentangan dengan perintah
AllahSubhanahu wa ta'ala kita wajib menolaknya namun dengan cara yang
baik penuh kasih sayang dan penghormatan atas keduanya.Dalam Islam anak
ditekankan harus menghormati kedua orang tua saja, akan tetapi ada akhlak
yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk menghargai orang yang
lebih tua usianya dan yang tua harus menyayangi yang muda.
Dalam segala kegiatan umat Islam diharuskan untuk mendahulukan
orang-orang yang lebih tua usianya, karena dikatakan bahwa menghormati
orang yang lebih tua termasuk salah satu mengagungkan AllahSubhanahu wa
ta'ala.107
Maksud dari pembahasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa
menghormati, berbakti, mematuhi perintah orang tua selam itu tidak
bertentangan dengan syariat itu wajib hukumnya.
106
Muchlisin BK, “Kandungan Surat Luqman Ayat 14”, diakses melalui alamat
https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-luqman-ayat-14/ , tanggal 23 April 2021. 107
Wikipedia, “Birrul Walidain”, diakses melalui alamat
https://id.wikipedia.org/wiki/Birrul_Walidain#:~:text=Yang%20mana%20berbakti%20kepada%20
orang,tidak%20bertentangan%20dengan%20perintah%20Allah, tanggal 2 Mei 2021.
79
Adapun ayat didalam Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang kepatuhan
pada perintah orang tua, selama hal tersebut tidak bertentangan dengan
perintah Allah SWT.Apabila bertentangan maka seorang wajib untuk tidak
mengikuti keduanya sebagaimana termaktub dalam QS. Luqman, ayat 15:
“Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah
engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik,
dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada
Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan ”. (QS. Luqman: 15).108
Dalam Islam, seorang anak wajib berbakti serta menghormati kedua
orangtuanya atau birrul walidain. Birrul walidain memiliki arti “berbakti
kepada orangtua”.Oleh karena itu bagi seorang anak, berbuat baik dan
berbakti kepada orangtua bukan sekadar memenuhi tuntunan norma susila dan
norma kesopanan, namun yang utama adalah dalam rangka menaati perintah
Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam.
Orang tua adalah seseorang yang melahirkan kita, mengasihi kita dan
memelihara kita sedari kecil, mengajari, membiayai, serta menyekolahkan
dan mendidik kita agar tumbuh menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi
orang-orang di sekitarnya. Maka, dari itu kita harus menghormati mereka,
berbakti kepada mereka, patuh kepada mereka serta menyayangi mereka
sebagaimana mereka menyayangi kita dan merawat kita dari kecil hingga kita
bisa berbicara serta melakukan dan mengerti banyak hal hingga saat ini.
108
Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002 (Jakarta: Al-Huda, 2005),
413.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan diatas, berdasarkan hasil penelitian
lapangan yang di padukan dan di dukung dengan teori dan buku penunjang
dapat penulis simpulkan bahwa:
Dalam melaksanaan penerapan pola komunikasi orang tua terhadap
penyimpangan perilaku anak, kita sebagai orang tua mempunyai tugas yang
sangat mulia yaitu membantu, membimbing, mengarahkan, memimpin dan
menghindarkan anak dari hal-hal yang membahayakan dan membawa mereka
kejalan yang baik dan membahagiakan lahir batin, jasmani, rohani dan dunia
akhirat. Buruknya suatu kualitas komunikasi didalam keluarga tersebut maka
akan berdampak negatif bagi suatu keutuhan dan keharmonisan di dalam
keluaraga itu sendiri.Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan
anaknya akan menimbulkan kerenggangan atau konflik hubungan, sebaliknya
orang tua yang dapat menerima anaknya sebagaimana adanya, maka si anak
cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang
membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis
semakin sehat, semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan
potensi sepenuhnya.Setelah kita dapat meyadari kekeliruan-kekeliruan kita
tersebut dalam memperlakukan anak, maka sudah seharusnya kita merubah
cara pendekatan, cara penyampaian, cara memperlakukan anak kita, cara
mendidik agar anak menjadi anak yang patuh kepada orang tua, sebagaimana
yang semua orang tua harapkan. Untuk itu, kita selaku orang tua perlu
melakukan langkah-langkah pendekatan serta menemukan pola komunikasi
yang baik serta efektif, sebagai antisipasi perilaku anak yang suka
membangkang, melawan, susah diatur, keras kepala, dan lain sebagainya.
81
B. Implikasi Penelitian
Implikasi dari tema penelitian ini mencakup pada dua hal, yakni
implikasi teoritis dan implikasi praktis. Implikasi teoritis berhubungan dengan
proses penerapan pola komunikasi orang tua terhadap penyimpangan perilaku
anak yang digunakan para orang tua dalam mendidik anak-anaknya,
sedangkan implikasi praktis berkaitan dengan konstribusinya temuan peneliti
terhadap upaya pencegahan yang dapat dilakukan orang tua agar anak tidak
melakukan penyimpangan.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah penulis ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT,
Serta shalawat beriring salam tak lupa pula penulis ucapkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW, karena atasrahmat, karunia dan izinnya lah
skripsi ini dapat terselesaikan, kendati cukup banyak rintangan, namun dengan
rahmat-Nya dapat terlaksana dengan lancar. Dengan menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan skripsi ini masih banyak sekali ditemui kekurangannya, baik
dalam penulisan ataupun pemikiran, suku kata, pembahasan yang menurut
penulis bukan suatu hal yang disengaja, akan tetapi karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
A. Al-Qur’an
Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002. Jakarta: Al-Huda,
2005.
-------------, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Jakarta: PT Sygma Examedia
Arkanleema, 2010.
B. Buku:
Ali, Lukman.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo, 2007.
Anwar, Dessy.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Aditama,
2001.
Arifin, H. M.Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di LingkunganSekolah
dan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang, 1987.
Arifullah, Mohd, Dkk.Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN STS Jambi. Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi,
2016.
Arikunto.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Badudu, J.S dan Sutan, Mohammad Zain.Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
------------------.Efektifitas Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2010.
Cangara, Hafied.Pengantar Ilmu Komunikasi “Edisi Revisi”. Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.
--------------------. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2011.
Departemen, Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka, 1990.
Departemen, Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.. Jakarta:
Balai Pustaka, 2005. Cet. Ke-3.
Djaramah, Bahri Syaiful. Pola Komunikasi Orang Tua Dan AnakDalam
Keluarga. Jakarta: Renika Cipta, 2004.
Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.
Dradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama, 1994.
Handayaningrat, Soewarno.Pengantar Studi dan Administrasi. Jakarta: Haji
Masagung, 1988.
Hasanuddin, A.H.Cakrawala Kuliah Agama. Surabaya: Al-Ikhlas, 1984.
Hurlock.Peranan Orang Tua. Bandung: Alfabeta, 2005.
Kartono, Kartini.Kenakalan Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014.
Kwik, Robert.Perilaku Manusia. Jakarta: Sinar Harapan, 2003.
Moleong, J Lexy.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996.
Nasution, Thamrin dan Nurhalijah, Nasution.Peranan Orang Tua Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Yogyakarta: Kanisius, 1985.
Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
Poerwadarminta, W. J. S.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:
Amirko, 1984.
Purwasito, Andrik.Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2002.
Nugroho, Riant.Prinsip Penerapan Pembelajaran. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Rosyidi, Lathief. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan: 1985.
Salim, Peter dan Yenny, Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Perss, 2002.
Santrock, Adolescence John W.Factor Internal Diterjemahkan Oleh Widyasinta
dan Indra Sallama. Jakarta: Erlangga, 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2016.
Soimin, Soedaryo. Hukum Orang dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata
Barat/BW-Hukum Islam dan Hukum Adat. Jakarta: Sinar Grafika,
1992.
Surya,Hendra. Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2005.
Uchjana, Effendy Onong. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
Undang-undang No 23 tahun 2002. tentang Perlidungan Anak. Jakarta:
Visimedia, 2007.
Wahab. Tujuan Penerapan Program. Jakarta: Bulan Bintang, 2008.
Widjaja, H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Sinar Grafika,
2002.
C. Jurnal:
Aspian. “Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang”. Jurnal. IX, No.2 (2017).
Damsy, Jack. “Peran Orang Tua dan Guru dalam Mengatasi Sikap dan Perilaku
Menyimpang Anak”. Jurnal Pendidikan Sosiologi. Vol 3. No.2
(2014).
Gunawan, Hendi. “Jenis Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Perokok
Aktif Di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai
Kartanegara”. Jurnal Ilmu Komunikasi. VolI. No.3 (2013).
D. Skripsi:
Ardiyansyah, Nurrizki. “Studi Ilmu Komunikasi:Peranan Komunikasi Orang Tua
Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Desa Margodadi Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus”. Skripsi.Lampung: Fakultas
Dakwah dan Ilmu KomunikasiUniversitas Islam Negeri (UIN) Raden
Intan Lampung, 2017.
Darmawati.“Studi Agama:Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Perilaku
Penyimpangan Anak di Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir
Kabupaten Tebo”. Skripsi. Jambi: Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama IAIN STS Jambi, 2015.
Fajarwati, Mila.“Studi Ilmu Sosial dan Politik: Pola Komunikasi Orang Tua
Dengan Anak Remaja Dalam Berinternet Sehat Di Surabaya”.Skripsi.
Jawa Timur: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas
Pembangunan Nasioal “VETERAN”, 2011.
Mayasari, Nur. “Studi Sosiologi Agama: Perilaku Menyimpang Pada Remaja di
Desa Tanjung Pandan Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung
Tengah”,Skripsi. Lampung: Fakultas Ushuluddin dan Studi Sosiologi
AgamaUniversitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, 2017.
E. Internet:
Bitar. “Pengertian Perilaku Penyimpangan Menurut Para Ahli”. Diakses melalui
alamathttps://www.gurupendidikan.co.id/perilaku-menyimpang/,
tanggal 2 Desember 2020.https://www.gurupendidikan.co.id/perilaku-
menyimpang/. Tanggal 2 Desember 2020.
Fahreza, Widyananda Rakha.“Pengertian Komunikasi”. Diakses melalui alamat
https://www.merdeka.com/jatim/komunikasi-adalah-proses-
penyampaian-makna-pada-orang-lain-ketahui-tujuan-dan-fungsi-
kln.html. Tanggal 1 Desember 2020.
Hidayat,Aepnurul.“Pengertian Perilaku”. Diakses melalui alamat
https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2017/09/11pengertian-
perilaku-by-aep-nurul-hidayah. Tanggal 2 Desember 2020.
Idjoel.“Pengertian Anak Menurut Para Ahli”. Diakses melalui alamat
www.idjoel.com/pengertian-anak-menurut-para-ahli/. Tanggal6
Desember 2020.
Marianti. “Perilaku Menyimpang Pada Anank dan Cara Mengatasinya”. Diakses
melalui alamathttps://www.alodokter.com/memahami-perilaku-
menyimpang-pada-anak. Tanggal 08 April 2021.
Muchlisin, BK. “Kandungan Surat Luqman Ayat 14”. Diakses melalui alamat
https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-luqman-ayat-14/.
Tanggal 23 April 2021.
Raul.“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anak Melakukan Penyimpangan”.
Diakses melalui alamathttp://raul-
aul7.blogspot.co.id/2010/11/perilaku-menyimpang-pada-
masyarakat.html. Tanggal 28 Februari 2021.
Saputra,Abayu. “Pengertian Pola”. Diakses melalui
alamathttp://etheses.iainkediri.ac.id/573/3/933500307abayusaputra201
2%20bab%202.pdf. Tanggal 1 Desember 2020.
Viadicky.“Sejarah Singkat Desa Merlung”. Diakses melalui alamat
http://tanjabbarkab.go.id/site/sejarah-singkat/. Tanggal 29 Januari
2021.
Wikipedia. “Pengertian Anak”. Diakses melalui alamat
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak. Tanggal 12 Februari 2021.
Wikipedia.“Birrul Walidain”. Diakses melalui alamat
https://id.wikipedia.org/wiki/Birrul_Walidain#:~:text=Yang%20mana
%20berbakti%20kepada%20orang,tidak%20bertentangan%20dengan
%20perintah%20Allah. Tanggal 2 Mei 2021.
Wikipedia Komunikasi.“Pengertian Komunikasi”. Diakses melalui alamat
http://id.m.wikipedia.org/wiki/komunikasi. Tanggal 1 Desember 2020.
Wikipedia. “Pengertian Orang Tua”. Diakses melalui alamat
https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua. Tanggal 12 Februari 2021.
Wikipedia Bahasa Indonesia.“Pengertian Pola”. Diakses melalui
alamathttps://id.wikipedia.org/wiki/Pola. Tanggal 1 Desember 2020.
F. Wawancara:
Azizah, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 15 Februari
2021. Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Dona, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 18 Februari 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Heny Sofiana, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 15
Februari 2021. Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Jondri Robi, Kepala Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 12 Juni 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Lismutia, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 21 Maret 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Masnun, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 15 Februari
2021. Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Nisa, Pelajar di Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis.3 Maret 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Nurafni, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 08 April 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Nuraini, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 21 Maret 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Rita, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 20 Februari 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Tika, Guru di Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 3 Maret 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Tiwi, Mahasiswi UIN STS Jambi 2020, Wawancara dengan Penulis. 21 Maret
2021. Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Togar, Ketua RT.19 Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 21 Maret 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Ulya, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 20 Februari 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Yeni, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 08 April 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
Zakia, Guru di Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 20 Februari 2021.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.
DAFTAR INFORMAN/RESPONDEN
No Nama Umur Keterangan
1 Azizah 47 Ibu Rumah Tangga
2. Masnun 45 Ibu Rumah Tangga
3. Heny Sofiana 38 Ibu Rumah Tangga
4. Dona 35 Ibu Rumah Tangga
5. Ulya 37 Ibu Rumah Tangga
6. Rita 39 Ibu Rumah Tangga
7. Zakia 23 Guru di Desa Merlung
8. Nisa 17 Pelajar
9. Tika 23 Guru di Desa Merlung
10. Tiwi 18 Mahasiswi
11. Nuraini 40 Ibu Rumah Tangga
12. Lismutia 45 Ibu Rumah Tangga
13. Togar 43 Ketua RT.19
14. Yeni 30 Ibu Rumah Tangga
15. Nurafni 35 Ibu Rumah Tangga
16. Jondri Robi 38 Kepala Desa Merlung
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
“PENERAPAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP
PENYIMPANGAN PERILAKU ANAKDI DESA MERLUNG
KECAMATAN MERLUNG KABUPATEN TANJUNG JABUNG
BARAT”
No Jenis Data Metode Sumber Data
1. Sejarah Singkat Desa Merlung
Kecamatan Merlung
Kabupaten Tanjung Jabung
Barat
-Dokumntasi
-Wawancara
- Dokumen
-Sejarah Singkat
Desa Merlung
2. Letak Geografis Desa
Merlung Kecamatan Merlung
Kabupaten Tanjung Jabung
Barat
-Dokumntasi
-Observasi
- Dokumen
-Setting
3. Keadaan Sosial Penduduk
Desa Merlung
-Dokumentasi -Dokumen
-Keadaan Sosial
Penduduk Desa
Merlung
4. Kondisi Ekonomi Penduduk
Desa Merlung
-Dokumentasi -Dokumen
-Kondisi Ekonomi
Penduduk Desa
Merlung
5. Keadaan Pemerintah Desa
Merlung
-Obsevasi
-Dokumentasi
-Dokumen
-Keadaan
Pemerintah Desa
Merlung
6. Penerapan Pola Komunikasi
Orang Tua Terhadap
Penyimpangan Perilaku Anak
-Wawancara
-Dokumentasi
-Masyarakat Desa
Merlung
-Dokumen
Kegiatan
7.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penyimpangan
Perilaku Anak
-Wawancara
-Observasi
-Masyarakat Desa
Merlung, Guru-
Guru di Desa
Merlung
-Dokumen
Kegiatan
8.
Upaya Pencegahan yang
Dapat Dilakukan Orang Tua
Agar Anak Tidak Melakukan
Penyimpangan
-Wawancara
-Observasi
-Upaya
Pencegahan
-Masyarakat Desa
Merlung, Guru-
Guru di Desa
Merlung
9.
Solusi Agar Anak Tidak
Melakukan Penyimpangan
-Wawancara -Masyarakat Desa
Merlung
A. Panduan Observasi
No Jenis Observasi Objek Observasi
1.
Letak Geografis Desa Merlung
Kecamatan Merlung Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
- Keadaan dan letak geografis
2. Sarana/Prasarana Desa Merlung - Sarana dan Prasarana yang
tersedia di Desa Merlung
3. Penerapan Pola Komunikasi
Orang Tua Terhadap
- Penerapan Pola Komunikasi
Orang Tua Terhadap
Penyimpangan Perilaku Anak
santri di pondok pesantren
modern madinatul „ulum
Penyimpangan Perilaku
Anak
- Pola komunikasi
Komunikasi Orang Tua
Kepada Anak, Agar Anak
Tidak Melakukan
Penyimpangan
4.
Upaya Pencegahan Serta Solusi
yang Dapat Dilakukan Orang Tua
Agar Anak Tidak Melakukan
Penyimpangan
- Proses komunikasi di Desa
Merlung
B. PanduanDokumentasi
No Jenis Data Data Dokumentasi
1. Sejarah Singkat Desa
Merlung Kecamatan
Merlung Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
- Data Dokumentasi Tentang Sejarah
Desa Merlung
2. Letak Geografis Desa
Merlung Kecamatan
Merlung Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
- Data Dokumentasi Tentang Letak
Geografis Desa Merlung dan
Perkembangan Desa Merlung
3. Keadaan Sosial
Penduduk Desa
Merlung
- Data Dokumentasi Tentang Keadaan
Sosial Penduduk Desa Merlung
4. Kondisi Ekonomi
Penduduk Desa
Merlung
- Data Dokumentasi Tentang Kondisi
Ekonomi Penduduk Desa Merlung
- Data-Data Lain yang Dibutuhkan
5. Sarana/Prasarana Desa
Merlung
- Data Dokumentasi Tentang Sarana Dan
Prasarana yang Dimiliki Desa Merlung
6. Keadaan Pemerintah
Desa Merlung
- Dokumen Struktur Organisasi
Pemerintah Desa Merlung
C. Butir-Butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Dan Subtansi Wawancara
1 Sejarah Singkat Desa
Merlung Kecamatan
Merlung Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
Sejarah Desa Merlung
2 Sarana/Prasarana Desa
Merlung
Kepala Desa Merlung
- Bagaimana Sarana dan Prasarana yang
Ada di Desa Merlung?
3 Penerapan Pola
Komunikasi Orang
Tua Terhadap
Penyimpangan
Perilaku Anak
Masyarakat Desa Merlung
- Penerapan Pola Komunikasi yang
Seperti Apakah Agar Anak Tidak
Melakukan Penyimpangan?
- Pola Komunikasi?
- Pola Komunikasi Jenis Apa yang
Digunakan Orang Tua Dalam Mendidik
Anak?
4 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Penyimpangan
Perilaku Anak
Masyarakat Desa Merlung, Guru di Desa
Merlung
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penyimpangan Perilaku Anak?
- Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
- Dampak yang Ditimbulkan
5 Upaya Pencegahan
yang Dapat Dilakukan
Orang Tua Agar Anak
Tidak Melakukan
Penyimpangan
Masyrakat Desa Merlung
- Apa Upaya Pencegahan yang Dapat
Dilakukan Orang Tua Agar Anak Tidak
Melakukan Penyimpangan?
6 Solusi Agar Anak
Tidak Melakukan
Penyimpangan
Masyarakat Desa Merlung
- Bagaimana Solusi Agar Anak Tidak
Melakukan Penyimpangan?
(Wawancara dengan Ibu Azizah, masyarakat Desa Merlung)
(Wawancara dengan Ibu Tiwi, Mahasiswi Desa Merlung)
(Wawancara dengan Ibu Lismutia, Masyarakat Desa Merlung)
(Wawancara dengan Ibu Nuraini, masyarakat Desa Merlung)
(Wawancara dengan Ibu Guru Tika, Guru di Desa Merlung)
(Wawancara dengan Ibu Guru Zakia, Guru di Desa Merlung)
(Wawancara dengan Ibu Yeni, masyarakat Desa Merlung)
(Wawancara denga Ibu Rita, masyarakat Desa Merlung)
(Wawancara dengan Nisa, Pelajar di Desa Merlung)
(Wawancara dengan Ibu Nurafni, masyarakat Desa Merlung)
(Wawancara Dengan Ibu Ulya, masyarakat Desa Merlung)
(Wawancara dengan Ibu Masnun, masyarakat Desa Merlung)
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Rohada
Tempat & Tanggal Lahir : Merlung 28 November 1999
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat Asal : Jl. MT. Fahruddin, RT 19, Desa
Merlung, Kecamatan Merlung,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Provinsi Jambi.
B. Riwayat Pendidikan
SD Negeri 51 V Merlung : 2005-2011
SMP Negeri 1 Merlung : 2011-2014
SMA Negeri 1 Merlung : 2014-2017
SI UIN STS Jambi : 2017-Sekarang
C. Penghargaan Akademis : Juara 1 Lomba Seni Kriya TingkatSMA
D. Pengalaman Organisasi Dan Kerja
1. Anggota UKK KSR PMI Perguruan Tinggi UIN STS Jambi Tahun
2017.
2. Announcer di Radio Sulta FM 107,7 MHz Tahun 2019.
3. Devisi Kemitraan dan Kerjasama GenBI Komunitas Penerima
Beasiswa Bank Indonesia Provinsi Jambi Komisariat UIN STS
Jambi Tahun 2019.