penerapan pola komunikasi orang tua

118
PENERAPAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK DI DESA MERLUNG KECAMATAN MERLUNG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Oleh: ROHADA NIM: 304171217 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021

Upload: khangminh22

Post on 22-Feb-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA

TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK DI DESA

MERLUNG KECAMATAN MERLUNG KABUPATEN

TANJUNG JABUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah

Oleh:

ROHADA

NIM: 304171217

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2021

ii

Jambi, 10 Juni 2021

Pembimbing I : Drs. Sururuddin, M.Pd.

Pembimbing II : Dr. Madyan, M.Pd.I

Alamat: Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Kepada Yth.

Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan

Simp.Sungai Duren Fak. Dakwah

Muaro Jambi UIN STS Jambi

di-

JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan

yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa

skripsi saudari Rohadadengan judul “Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua

Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak di Desa Merlung Kecamatan

Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat”, telah dapat diajukan untuk di

munaqashahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S1) Jurusan/Progran Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) pada

Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada bapak/ibu,semoga

bermanfaat bagi kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Wassalamu’alaikum

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sururuddin, M.Pd, Dr. Madyan, M.Pd.I

NIP.196512101996031001 NIP.198406222010011006

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rohada

NIM : 304171217

Tempat/Tanggal Lahir : Merlung, 28 November 1999

Konsentrasi : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Alamat : Jl. Golf III, Perumahan Griya Golf Garden, Blok

No.G02, Kelurahan Pematang Sulur, Kecamatan

Telanaipura Kota Jambi

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul

“Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan Perilaku

Anak di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung

Barat”.Adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah

disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila di

kemudian hari ternyata ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab

sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas

Dakwah UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui

Skripsi ini.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Jambi, 7 Juni 2021

Penulis

Rohada

304171217

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS DAKWAH

Jalan Raya Jambi-Ma. Bulian, Simp. Sungai Duren Telp. (0741)582020

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis olehRohada NIM 304171217 dengan judul

“Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan Perilaku

Anak di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung

Barat” yang di munaqashahkan oleh Sidang Fakultas Dakwah UIN STS Jambi

pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 10 Juni 2021

Jam : 11.00 - 12.30 WIB

Tempat : Gedung Dekanat Lantai 2 Fakultas Dakwah

Telah di perbaiki sebagaimana hasil sidang munaqashah dan telah diterima

sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, pada Fakultas Dakwah UIN STS

Jambi.

Jambi,11 Juni2021

TIM PENGUJI

Ketua Sidang : Dr. Jamaluddin, M.Ag ( )

Sekretaris Sidang : Linda Seswati, M.Pd.I ( )

Penguji I : Dr. Agus Salim, M.Pd.I ( )

Penguji II : Neneng Hasanah, M.Pd.I.I ( )

Pembimbing I : Drs. Sururuddin, M.Pd ( )

Pembimbing II : Dr. Madyan, M.Pd.I ( )

v

MOTTO

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk

orang yang saleh.” Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran)

seorang anak yang sangat sabar (Ismail). Maka ketika anak itu sampai (pada

umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku!

Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah

bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah

apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku

termasuk orang yang sabar”. (QS. As-Saffat: 100-102).1

1Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002 (Jakarta: Al-Huda, 2005),

450.

vi

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas yang memprihantinkan dan

memerlukan perhatian, yaitu pentingnya penerapan pola komunikasi orang tua

terhadap penyimpangan perilaku anak di Desa Melung Kecamatan Merlung

Kabupaten Tanjung Jabung Barat,tanpa adanya proses atau cara penerapan pola

komunikasi, orang tua akan kewalahan dalam menghadapi berbagai perilaku

menyimpang pada anaknya. Selain menerapkan pola komunikasi didalam sebuah

keluarga orang tua juga dituntut untuk mengetahui bagaimana proses penerapan

pola komunikasi orang tua terhadap penyimpangan perilaku anak, apa saja faktor-

faktor yang mempengaruhi penyimpangan perilaku anak, serta apa upaya

pencegahan yang dapat dilakukan orang tua agar anak tidak melakukan

penyimpangan?. Untuk menindak lanjuti keresahan orang tua, tentang bagaimana

cara mengembangkan hubungan emosional yang baik dengan anak, bagaimana

penerapan pola komunikasi orang tua terhadap anak, agar anak memiliki dan

menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, dan bagaimana cara orang tua

menemukan apa saja faktor-faktor pencetus yang membuat anak melakukan

penyimpangan. Serta apa upaya pencegahan yang dapat dilakukan orang tua agar

anak tidak melakukan penyimpangan, serta solusi dari semua permasalahan ini

maka, temukan pola komunikasi yang baik dengan anak sehingga akan membuat

anak menjadi nyaman akan hal tersebut.

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan

(field research), dengan pendekatan kualitatif deskriptifyang dilihat melalui sudut

pandang tentang penerapan pola komunikasi orang tua terhadap penyimpangan

perilaku anak di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan ciri khusus

(purposive sampling). Pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan

dokumentasi dengan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan (verifikasi data).

Hasilnya penulis menemukan bahwa, komunikasi antara orang tua dan

anak sangat dibutuhkan oleh seorang anak, kurangnya komunikasi orang tua

terhadap anak, akan berpengaruh terhadap perilaku anak. Seperti yang kita

ketahui, komunikasi antara anak dan orang tua merupakan dasar bagaimana orang

tua dan anak membentuk hubungannya.Salah satu hal yang dapat menunjang hal

ini adalah dengan adanya komunikasi yang efektif dengan anak.Komunikasi yang

buruk antara orang tua dan anak tentu dapat membuat hubungan orang tua

dananak bertambah buruk. Keberhasilan dalam berkomunikasi dengan anak

mengisyaratkan adanya kesejajaran antara anak dengan orang tua, orang tua harus

mencoba mendalami karakter anak, setelah kita mendalami karakter anak, anak

tersebut akan menganggap kita bukan hanya dilihat dari orang tuanya saja

melainkan anak tersebut akan menganggap orang tuanya sebagai teman, sehingga

pesan didikan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak tersebut.

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil’alamin.

Segala puji dan syukur ku ucapkan kehadirat Allah SWT

Sholawat sertasalam kucurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Ayahanda tercinta Muhammad Ridwan (Alm), Ibu tersayang Ariyani. Suami

terbaik Syakhibul Firdaus serta Mertuaku yang selalu mensupportku Marzuan dan

Yulinar beserta Kakak Iparku Gita Atika dan Suaminya.

Kakak kebanggaaku: Rita, Meriana, Heriyani (Alm), dan Abang tersayangku satu-

satunya Ripanri.

Dalam setiap langkah yang ku lakukan aku selalu berusaha

mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan dari diriku.

Terimakasih aku ucapkan atas Do‟a, perjuangan dan kasih sayang kalian

sehingga aku bisa berada di titik ini, tidak banyak yang bisa kuberi

hanya sebuah untaian Do‟a dan air mata saja.

Semoga Allah membalas kebaikan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat

dan semoga nanti Allah beri balasan Syurga Firdaus untuk kalian semua.

Terimakasih kepada Bapak Sururuddin dan Bapak Madyan selaku dosen

pembimbingku yang sudi

merelakan waktunya untuk membimbingku dengan baik dan memberi saran

serta motivasi untukku….

Terimakasih juga untuk teman-teman seperjuangan angkatan 2017 terkhusunya

untuk teman-teman kelas KPI B yang kucintai dan yang selalu aku banggakan.

Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diriku sendiri aku tak kuasa

tanpa melibatkan Allah SWT dan orang lain dalam hidup ini.

Semoga Allah SWT memberikan Ridho-Nya kepada kita semua

sehingga kelak di Syurga-Nya kita akan dikumpulkan kembali dan kekal

selamanya.

Amiin yaa Robbal,alamiin

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,

karena atas berkat rahmat, serta hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan

dengan judul “Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap

Penyimpangan Perilaku Anakdi Desa Merlung Kecamatan Merlung

Kabupaten Tanjung Jabung Barat”. Kemudian shalawat dan salam semoga

tetap terlimpah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah

membawa umatnya ke alam yang terang benderang dengan cahaya iman, takwa

dan ilmu pengetahuan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai ujian dan cobaan. Namun

semua itu patut disyukuri karena banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang

penulis dapatkan.Penulis banyak mendapatkan arahan dan bimbingan dari

berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materil. Pada kesempatan ini

penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asyari, M.A., Ph.D.Selaku Rektor Universitas

Islam Negeri SulthanThaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak dan Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati,SE., M.El. Sebagai Wakil Rektor I

Bidang Akademik dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. As‟adIsma,

M.Pd. Sebagai Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan

Keuangan, dan Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag.,MA. Sebagai Wakil Rektor III

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr. Zulqarnin, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr.D.I. Ansusa Putra, Lc, M.A.Hum.Selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Kelembagaan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Arfan Aziz, Ph.D.Selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,

Akuntansi dan Keuangan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak Dr.Samin Batubara,M.HI.Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

dan Kerjasama Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

7. Bapak Muhammad Junaidi, S.Ag., M.Si. Selaku Ketua Prodi Komunikasi dan

Penyiaran Islam (KPI).

8. Bapak Ade Novia Maulana, M.Sc. Selaku Sekretaris Jurusan Prodi Komunikasi

dan Penyiaran Islam (KPI).

ix

9. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.

Madyan, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu membimbing dan

yang selalu memberikan motivasi demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

10. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

11. Bapak dan Ibu Karyawan/karyawati diligkungan Fakultas Dakwah Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

12. Kepala Perpustakaan Universitas slam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

beserta Staffnya dan serta Kepala Perpustakaan Wilayah dan Arsip Provinsi

Jambi.

13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2017Komunikasi Penyiaran Islam

(KPI)yang selalu mensupport. Terima kasih atas semangat dan dukungan

kalian, sehingga peneliti dapat terus menerus optimis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis mengucapkan

terima kasih yang tidak terhingga, semoga Allah SWT membalasnya.Akhirnya

penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, 7 Juni 2021

Penulis

Rohada

304171217

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

NOTA DINAS .............................................................................................................. ii

SURAT PERSYARATAN ORISINALITAS SKRIPSI .......................................... iii

PENGESAHAN .......................................................................................................... iv

MOTTO ....................................................................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL...................................................................................................... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Permasalahan ......................................................................................... 7

C. Batasan Masalah .................................................................................... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 7

E. Kerangka Teori ...................................................................................... 9

F. Metode Penelitian ................................................................................ 21

G. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................. 30

H. Studi Relevan ....................................................................................... 32

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MERLUNG

A. Sejarah Singkat Desa Merlung ............................................................. 34

B. Letak Geografis Desa Merlung ............................................................ 35

1. Keadaan Geografis Desa Merlung ............................................. 35

2. Keadaan Topografi Desa Merlung ............................................. 36

3. Iklim ........................................................................................... 36

C. Keadaan Sosial Penduduk Desa Merlung ............................................ 36

1. Jumlah Penduduk Desa Merlung ............................................... 36

2. Tingkat Pendidikan .................................................................... 36

3. Sarana dan Prasarana Desa Merlung ......................................... 37

xi

D. Kondisi Ekonomi Penduduk Desa Merlung ........................................ 38

1. Mata Pecaharian Penduduk Desa Merlung ................................ 38

2. Pola Penggunaan Tanah ............................................................ 38

3. Pemilik Ternak .......................................................................... 39

E. Keadaan Pemerintah Desa Merlung ..................................................... 39

1. Pembagian Wilayah Desa Merlung ........................................... 39

2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Merlung ........................ 40

BAB III PENERAPAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA

TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK

A. Penerapan Pola Komunikasi yang Seperti Apakah Agar Anak

Tidak Melakukan Penyimpangan......................................................... 41

B. Pola Komunikasi .................................................................................. 45

C. Pola Komunikasi Jenis Apa yang Digunakan Orang Tua Dalam

Mendidik Anak .................................................................................... 47

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK SERTA UPAYA

PENCEGAHAN YANG DAPAT DILAKUKAN ORANG TUA

AGAR ANAK TIDAK MELAKUKAN PENYIMPANGAN

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyimpangan Perilaku Anak ...... 53

1. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang ....................................... 61

2. Dampak yang Ditimbulkan ........................................................ 65

B. Upaya Pencegahan yang Dapat Dilakukan Orang Tua Agar Anak

Tidak Melakukan Penyimpangan ......................................................... 69

C. Solusi Agar Anak Tidak Melakukan Penyimpangan ........................... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 80

B. Impilkasi Penelitian ............................................................................. 81

C. Kata Penutup ........................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Kategori Orang Tua ................................................................................... 22

Tabel 1.2: Kategori Anak ............................................................................................ 22

Tabel 1.3: Daftar Informan Reponden ....................................................................... 23

Tabel 2.1: Jumlah Penduduk ...................................................................................... 36

Tabel 2.2: Tingkat Pendidikan .................................................................................... 36

Tabel 2.3: Sarana dan Prasarana Desa Merlung.......................................................... 37

Tabel 2.4: Pola Penggunaan Tanah di Desa Merlung ................................................. 38

Tabel 2.5: Pembagian Wilayah Desa Merlung .......................................................... 39

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI2

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

T ط „ ا

ẓ ظ B ب

„ ع T ت

Gh غ Th ث

F ف J ج

Q ق H ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dh ۮ

N ن R ر

H ه Z ز

W و S س

‚ ء Sh ش

ṣ ص Y ئ

ḍ ض

2Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS

Jambi (Muaro Jambi: FakUshuluddin IAINSTS Jambi, 2016), 136-137.

xiv

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

ا

A ب A اى I

ا

U اى A او Aw

ا

I او U اى Ay

C. Tᾱ ’ Marbūṭ ah

Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam :

1. Tᾱ ’ Marbūṭ ah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka

transliterasinya adalah/h/.

Arab Indonesia

Salah صالة

Mir‟ᾱ مراة h

2. Tᾱ ’ Marbūṭ ah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah,

dan dammah, maka literasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

Wizᾱ وزارالتربيه rat al-Tarbiyah

Mirʽ مراةالسمن ʽ ᾱ t al-zaman

3. Tᾱ ’ Marbūṭ ah yang berharakat tanwin maka translitnya adalah

/tan/tin/tun.

Contoh :

Arab Indonesia

فجنة

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin

communicatio yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna

atau kesamaan. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada

kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.3 Jadi,

kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk

percakapan (dialog), maka komunikasi akan terjadi (berlangsung) selama ada

kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan (dibicarakan). Kesamaan

bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan

kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum

tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa

percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-

duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari

bahan yang di percakapkan (dibicarakan).4

Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan

manusia adalah bukan sekedar benda alam, melainkan makhluk hidup yang

memiliki perasaan, pikiran, dan kepentingan yang sering kali lacak karena

bersifat laten, yang sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan

dengan manusia lainnya.5 Mereka ingin mengetahui lingkungan sekitarnya,

bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya, rasa ingin tahu ini

memaksa manusia untuk perlu berkomunikasi.Banyak pakar komunikasi

menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental

bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

3Wikipedia Komunikasi, “Pengertian Komunikasi”, diakses melalui alamat

http://id.m.wikipedia.org/wiki/komunikasi, tanggal 1 Desember 2020. 4Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), 9. 5H. A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Sinar Grafika,

2002), 6.

2

Profesor Wilbur Schramm menyebutkan bahwa, komunikasi dan

masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama

lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk,

sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat

mengembangkan komunikasi tersebut. Dalam hidup bermasyarakat, orang

yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi

dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi

mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa.

Oleh sebab itu menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii,

komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti

halnya bernapas. Sepanjang manusia ingin hidup, ia perlu berkomunikasi.6

Berbicara tentang Anak saat ini seperti tidak ada habis-habisnya,

malah peneliti rasa semakin menarik karena di balik itu semua terdapat fakta-

fakta menarik tentang permasalahananak. Secara umum menurut para ahli,

dikatakan bahwa anak adalah anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa yang

harus dijaga, anak merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Seorang

anak hadir sebagai amanah dari Tuhan untuk dirawat, dijaga dan dididik yang

kelak setiap orang tua akan diminta pertanggungjawaban atas sifat dan

perilaku anak semasa didunia.

Secara harfiah anak adalah seorang cikal bakal yang kelak akan

meneruskan generasi keluarga, bangsa dan negara. Anak juga merupakan

sebuah aset sumber daya manusia yang kelak dapat membantu membangun

bangsa dan Negara.Dalam literatur lain dikatakan, komunikasi merupakan

faktor yang sangat penting bagi perkembangan diri anak, karena ketika tidak

ada komunikasi di dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya

penyimpangan perilaku pada anak.

6Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi “Edisi Revisi” (Jakarta: Rajawali Pers,

2011), 1-2.

3

Penerapan pola komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam

rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan

orang tua.Dalam lingkungan keluarga orangtua berperan sebagai institusi

pendidikan, artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya

terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang

dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya.Apabila dalam suatu keluarga

tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi-fungsi sebagai keluarga

maka keluarga tersebut mengalami stagnasi (kemandekan) atau disfusi yang

pada gilirannya akan merusak kekokohan kosentrasi keluarga (khususnya

terhadap perkembangan kepribadian anak). Sebuah keluarga akan berfungsi

dengan optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka,

ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman

dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga. Namun, banyak

orang tua mungkin tidak menyadari hal ini. Komunikasi dengan anak mungkin

merupakan hal yang sederhana dan terkesan mudah dilakukan, tapi ternyata

memiliki manfaat yang besar terhadap perkembangan anak.

Ternyata untuk membangun sebuah keluarga yang berfungsi secara

optimal dan harmonis dengan anak tidaklah mudah karena, tidak jarang kita

selaku orang tua dibuat kesal dan jengkel oleh penyimpangan perilaku anak.

Anak sering sekali bertingkah laku tidak sesuai dengan apa yang kita

harapkan. Penyimpangan-penyimpangan perilaku anak yang sering anak

lakukan seperti anak suka membangkang, suka melawan, suka mengamuk,

keras kepala jika dinasihati, bandel, tidak bisa diam, dan lain sebagianya. Hal

ini tentu terkadang membuat orag tua, kadangkala bisa menjadi marah, kesal,

sedih melihat tingkah laku anaknya. Bahkan tidak jarang orang tua menjadi

risih dan malu terhadap tetangga atau orang lain (masyarakat), akibat perilaku

menyimpang yang sering anak lakukan tersebut.Padahal kita selaku orang tua

berharap anak dapat menunjukkan perilaku yang manis, patuh, cerdas, mampu

berempati, mampu menyesuaikan diri, tidak banyak menuntut, punya

pengertian, mandiri, penurut, kreatif, dan punya sikap hormat, patuh, dan

ramah terhadap orang tua. Bukankah begitu?

4

Menghadapi masalah penyimpangan perilaku anak tersebut, tidaklah

akan terselesaikan dan anak berubah menjadi anak yang baik, jika saja kita

mengatasi masalah tersebut dengan sikap reaktif dan keras terhadap anak,

seperti memarahinya, dan memberi hukuman dengan memukulnya,

mencubitnya atau menjewernya, kita bisa saja melakukan itu, tetapi, jika

tindakan kasar dan keras ini, kita berikan kepada anak kita yang sering

menunjukkan perilaku yang menyimpang tersebut, kita pun selaku orang tua

terkejut dan terperanjat saat melihat reaksi balik anak kita, hal ini bukannya

justru membuat anak takut kepada kita, anak patuh kepada kita, justru

sebaliknya, anak akan meakukan perlawanan. Anak bukannya mengubah

tingkah lakunya, melainkan memberi reaksi perlawanan secara langsung

maupun tidak langsung.

Secara langsung tentunya anak akan melawan secara verbal maupun

fisik, seperti membalas dengan kata-kata kasar juga, dan melawan

menggunakan anggota tubuhnya atau menepis dengan tangannya atau malah

memukul balik kita. Sedangkan secara tidak langsung, tentunya akan

menunjukkan reaksi non verbal, seperti menunjukkan ekspresi wajahnya yang

cemberut, mata melotot, murung, menangis keras dan mengurung diri. Alhasil

kita pun menjadi gagal memperbaiki penyimpangan perilaku anak kita, dan

hubungan emosional dengan anak semakin memburuk, bukannya malah

harmonis justru jadi tidak harmonis dan semakin memburuk. Bahkan ironinya

intensitas penyimpangan perilaku anak anak bisa menjadi semakin menjadi-

jadi atau kualitas buruknya semakin meningkat.

Berbagai permasalahan yang dihadapi anak, menyebabkan sebagian

anak mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk

kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orang tua dalam

menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya.

5

Didalam komunikasi di keluarga, peran orang tua menjadi sangat

penting kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana

orangtua berkomunikasi kepadanya. Oleh karena itu, kalau kita selaku orang

tua tidak bijaksana dalam hal menyikapi, menanggapi perilaku menyimpang

pada anak kita tentunya akan menimbulan efek buruk bagi keluarga dan orang

lain (masyarakat), kalau kita berlaku keras dan kasar dalam menyikapinya.

Namun lebih baiknya kita selaku orang tua harus segera melakukan tindakan

proaktif (mengambil inisiatif) untuk menemukan cara-cara memecahkan dan

mengatasi, serta mencegah masalah penyimpangan perilaku anak tersebut,

sebelum semuanya itu terlambat. Kita selaku orang tua harus mengenali dan

menganalisis, mengapa anak menujukkan perilaku menyimpang, mengapa

anak melakukan perilaku penyimpangan, apa yang mebuat anak melakukan

penyimpangan hal ini tentunya ada faktor-faktor yang membuat anak

melakukan penyimpangan tersebut. Setelah kita mengenli dan menganalisis,

kemudian kita juga harus menemukan solusi, mencari solusi, melakukan

pencegahan untuk mengatasi penyimpangan tersebut, sebelum semuanya

menjadi semakin parah dan buruk.Komunikasi akan sukses apabila orangtua

memiliki kredibilitas di mata anaknya. Komunikasi dalam keluarga dapat

berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak

atau anak ke orangtua, atau anak ke anak.

Setelah Peneliti melakukan observasi di Desa Merlung Kecamatan

Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat,peneliti menemukan kebanyakan

anak-anak di desa tersebut mempunyai sifat yang bandel, susah diatur, keras

kepala, dan lain sebagainya, intinya yang mengacu pada perilaku

penyimpangan. Untuk menindak lanjuti keresahan orang tua, tepatnya lagi

para orang tua yang berada di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten

Tanjung Jabung Barat tentang, bagaimana cara para orang tua disana

mengembangkan hubungan emosional yang baik dengan anak, bagaimana

cara orang tua menerapkan pola komunikasi yang sesuai terhadap anak, agar

anak memliki dan menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, dan bagaimana

cara orang tua menemukan apa saja faktor-faktor pencetus yang membuat

6

anak melakukan penyimpangan, serta apa upaya pencegahan yang dapat

dilakukan orang tua agar anak tidak melakukan penyimpangan, serta solusi

dari semua permasalahan ini. Maka, kunci utama dari permasalahan ini adalah

dengan memukan pola komunikasi yang baik dengan anak sehingga akan

membuat anak menjadi nyaman akan hal tersebut dan menemukan faktor-

faktor apa saja yang membuat anak melakukan penyimpangan, serta mencari

serta solusi dari semua permasalahan ini.

Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena

komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan,

pengaruh sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. Artinya, bagaimana

orang tua menggunakan pola komunikasi yang lebih fleksibel pada aturan

yang berlaku. Misalnya apa yang dikatakan orang tua tetap penting tetapi

masih memungkinkan bagi anak untuk mengemukakan pikirannya, berupa ide,

pendapat, saran, dan saling mendengar. Pola komunikasi seperti ini, lebih

memungkinkan bagi anak untuk dapat mengatasi masalah atau memecahkan

masalah, karena ada interaksi dalam komunikasi, tentunya dengan tetap

memperhatikan norma-norma dan tanpa menghilangkan eksistensi sebagai

orang tua maupun anak.

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengupas lebih

dalam lagi mengenai bagaimana penerpan pola komunikasi orang tua terhadap

penyimpangan perilaku anak, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi

penyimpangan perilaku anak, serta apa upaya pencegahan yang dapat

dilakukan orang tua agar anak tidak melakukan penyimpangan, dan semua itu

peneliti paparkan ke dalam sebuah proposal skripsi yang berjudul

“Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan

Perilaku Anak di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten

Tanjung Jabung Barat”.

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, untuk mempermudah

pemahaman dalam pembahasan permasalahan yang akan diteliti, maka pokok

masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “PenerapanPola

Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan PerilakuAnak di Desa

Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat”. Pokok

masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan

penelitian, yaitu:

1. Bagaimana penerapan pola komunikasi orang tua terhadap

penyimpangan perilaku anak?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan perilaku anak?

3. Apa upaya pencegahan yang dapat dilakukan orang tua agar anak tidak

melakukan penyimpangan?

C. Batasan Masalah

Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan

supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua

masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Jadi pokok permasalahan

yang diangkat adalah tentang ”Penerapan Pola Komunikasi Orang Tua

Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak di Desa Merlung Kecamatan

Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat”.Didalam penelitian kategori anak

yang diteliti adalah anak usia 15-20 Tahun, dan kategori orang tua yang

diwawancai berusian 30-50 Tahun.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini secara umum diupayakan untuk mengetahui Penerapan

Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Penyimpangan Perilaku Anak. Namun

secara khusus, tujuan dan kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan pola komunikasi orang tua terhadap

penyimpangan perilaku anak.

8

b. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang Mempengaruhi

penyimpangan perilaku anak.

c. Ingin mengetahui jenis pola komunikasi seperti apakah agar anak

tidak melakukan penyimpangan.

d. Ingin mengetahui apa upaya pencegahan yang dapat dilakukan

orang tua agar anak tidak melakukan penyimpangan.

e. Untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan

pengetahuan, serta menambah wawasan pengetahuan.

2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian diharapkan memiliki kegunaan atau manfaat.

Kegunaan tersebut bisa bersifat teoritis, dan praktis, maka kegunaan dari

penelitian ini adalah:

a. Untuk menimbulkan kesadaran kepada semua orang tua, bahwa

begitu pentingnya menerapkan pola komunikasi antara orang tua

terhadap anak.

b. Untuk menambah referensi perpustakaan dan dapat digunakan

untuk penelitian selanjutnya.

c. Untuk menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan teori

dan praktik ilmu dalam bidang komunikasi.

d. Bagi peneliti bermanfaat sebagai syarat untuk memeperoleh gelar

Sarjana Strata Satu (S1) di UIN STS Jambi serta,

e. Menjadi konstribusi keilmuan penulis terhadap UIN STS Jambi

yang tengah mengembangkan paradigma keilmuan yang

berwawasan global.

9

E. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan

dalam menjawab pertanyaan penelitian agar penelitian ini lebih terarah dan

tepat, maka peneliti menganggap untuk mendukung penelitian ini, perlu

adanya kerangka teori yang saling berkaitan dengan pokok permasalahan yang

akan di teliti sebagai landasan tersebut. Lebih spesifik teori-teori yang ada

dalam cakupan permasalahan tersebut sebagai berikut:

1. Pengertian Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian

penerapan adalah perbuatan menerapkan.7Sedangkan menurut J.S Badudu dan

Sutan Mohammad Zain, penerapan adalah hal, cara atau hasil.8Adapun

menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan.9Dan

menurut Dessy Anwar penerapan adalah pemasang, pengenaan perihal

mempraktekkan.10

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu

maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan.

Menurut Wahab penerapan merupakan tindakan-tindakan yang

dilakukan baik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok yang

diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan.

Dalam hal ini, penerapan adalah pelaksanaan sebuah hasil kerja yang

diperoleh melalui sebuah cara agar dapat dipraktekkan kedalam masyarakat.11

Berbeda dengan Wahab, Riant Nugroho mendefinisikan penerapan adalah cara

yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang dinginkan.12

7Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer(Jakarta: Modern

English Perss, 2002), 1598. 8J. S.Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Efektifitas Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai

Pustaka, 2010),1487. 9Lukman Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Surabaya: Apollo, 2007), 104.

10Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Surabaya: Karya Aditama, 2001),

516. 11

Wahab, Tujuan Penerapan Program(Jakarta: Bulan Bintang, 2008), 63. 12

Riant Nugroho, Prinsip Penerapan Pembelajaran(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 158.

10

2. Pengertian Pola

Pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai

bentuk (struktur) yang tetap, dilihat dari segi gambaran pola adalah gambaran

yang dipakai untuk contoh batik, ragi, corak batik atau tenun suri, potongan

kertas dan sebagainya yang dipakai untuk contoh membuat baju dan

sebagainya.13

Pola adalah bentuk atau model (atau lebih abstrak suatu set peraturan)

yang biasa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian

dari suatu yang ditimbulkan cukup mempunyai satu jenis, untuk pola dasar

yang dapat ditunjukkan atau terlihat yang mana sesuatu itu dikatakan

memamerkan pola, deteksi pola dasar disebut dengan pengenalan pola.14

Kata pola komunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan

komunikasi. Pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih

dalam Penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga

pesan dapat dipahami.

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan

komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang

atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi hubungan antara dua orang

atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat

sehingga pesan dapat dipahami.

Pola dalam komunikasi dapat dimaknai dengan bentuk, gambaran, atau

rancangan suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah

komunikasinya.8Menurut Peneliti Pola di sini diartikan sebagai cara kerja

yang tersusun dari unsur-unsur atau bentuk-bentuk tertentu, yang itu

berdasarkan dari teori-teori yang ada.

13

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Adiatma, 2001),

328. 14

Wikipedia Bahasa Indonesia, “Pengertian Pola”, diakses melalui

alamathttps://id.wikipedia.org/wiki/Pola, tanggal 1 Desember 2020. 8Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta:Balai

Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, 585.

11

Menurut Colin English Dictionary, pola (pattern) adalah:

a. Pola merupakan susunan dari unsur-unsur atau suatu bentuk-

bentuk tertentu (arrangement of lines, shapes).

b. Cara dimana sesuatu itu terjadi atau tersusun (when in which

something happenes or is arrenged).

c. Pola adalah desain atau kerangka dari sesuatu yang telah tercipta

(design or instruction from which something is to be made).

d. Pola adalah sesuatu atau seseorang yang menjadi model atas

sesuatu yang lainnya (use something/somebody as a model for

something atau somebody).15

3. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication yang

berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang

berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.16

Istilah komunikasi

berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat

kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.

Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin communico yang

artinya membagi.17

Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa

latincommunicareyang artinya menyampaikan.Menurut asal katanya tersebut,

arti komunikasi adalah proses penyampaian makna dari satu kelompok ke

kelompok lainnya melalui penggunaan tanda, simbol, dan aturan semiotika

yang dipahami bersama.18

15

Abayu Saputra, “Pengertian Pola”, diakses melalui alamat

http://etheses.iainkediri.ac.id/573/3/933500307-abayusaputra-2012%20bab%202.pdf, tanggal 1

Desember 2020. 16

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), 9. 17

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2011), 18. 18

Rakha Fahreza Widyananda, “Pengertian Komunikasi”, diakses melalui alamat

https://www.merdeka.com/jatim/komunikasi-adalah-proses-penyampaian-makna-pada-orang-lain-

ketahui-tujuan-dan-fungsi-kln.html, tanggal 1 Desember 2020.

12

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian komunikasi

adalah suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan, ide, dan

gagasan, dari satu pihak ke pihak lainnya yang dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung.Sedangkan secara terminologi, para ahli

mendefinisikan komunikasi sebagai proses menyampaikan suatu pernyataan

oleh seseorang kepada orang lain atau memberitahukan atau merubah sikap,

pendapat dan perilaku, baik secara langsung melalui lisan maupun tidak

langsung dengan media.19

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang

yang berkomunikasi berarti mengucapkan agar orang lain ikut berpartisipasi

atau merubah seseorang dengan tujuan dan harapan agar dari isi pesan yang

disampaikan sesuai dengan keinginan.Sebagaimana termaktub dalam QS. An-

Nahl, ayat 125 yang berbunyi :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.”. (QS. An-Nahl: 125).20

Dari ayat tersebut dapat di ketahui bahwa Allah SWT memerintahkan

kepada Nabi Muhammad untuk menyuruh jin dan manusia mengikuti agama

Islam, memberi mereka pelajaran yang bermanfaat dengan penuh kelembutan

dan berkomunikasi dengan cara yang baik kepada sesama.

19

LathiefRosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi(Medan: 1985), 48. 20

Al-Qur‟an, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya (Jakarta: PT. Sygma Examedia

Arkanleema, 2010), 281.

13

Teori Komunikasi Menurut Para Ahli

a. Menurut Carl I. Hovland

Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,dikatakan bahwa

CarlI.Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah proses yang

memungkinkan seseorang (komunikator) untuk dapat menyampaikan

rangsangan, dengan tujuan untuk dapat mengubah prilaku orang lain

(komunikan).21

a. David K. Berlo

Dalam buku Pengantar Ilmu komunikasi karangan Prof. Dr. Hafied

Cangara, M.Sc dikatakan bahwa David K. Berlo mendefinisikan komunikasi

sebagai instrumen dari interaksi sosial, yang berguna untuk mengetahui dan

memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri

dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat.22

b. Everett M. Rogers

Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Everett M. Rogers

mendefinisikan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari

sumber ke pada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah

tingkah laku mereka.23

c. Onong Uchjana Effendy

Menurut Onong Uchjana Effendy, kumunikasi merupakan proses

penyampaian pesan yang dilakukan seseorang kepada orang lain, dengan

tujuan untuk memberitahukan, mengubah sikap, pendapat atau prilaku orang

tersebut. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan (langsung) maupun

melalui media (tidak langsung).24

21

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2011), 17. 22

----------------, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011),

3. 23

----------------, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011),

19. 24

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), 10.

14

4. Pengertian Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah cara seseorang individu atau kelompok itu

berkomunikasi. Pola komunikasi dalam tulisan ini adalah cara kerja suatu

kelompok ataupun individu dalam berkomunikasi yang didasarkan pada teori-

teori komunikasi dalam menyampaikan pesan atau mempengaruhi

komunikan.25

Pemahaman tentang pola ini dapat kita ilustrasikan seperti

ketika kita akan membuat baju. Pola ini yang akan menentukan bentuk dan

model sebuah baju, kemudian setelah melalui beberapa proses, akhirnya dari

sebuah baju itu akan kelihatan dan model sebenarnya akan terlihat jelas. Dari

illustrasi di atas, pola komunikasi dapat dipahami dari suatu komunikasi yang

bersifat fleksibel dan mudah diubah.Pola ini sangat dipengaruhi oleh simbol-

simbol bahasa yang digunakan dan disepakati oleh kelompok tertentu.

Menurut Yusuf Syamsu yang dikutip dari Djaramah, ada tiga jenis

pola komunikasi orang tua terhadap anak, diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Pola Komunikasi Membebaskan (Permissive)

Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa

batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan

anak.Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan pola komunikasi

serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti

semuakeinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau

memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.

2. Pola Komunikasi Otoriter

Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang

anaknya dengan mengorbankan otonomi anak.Pola komunikasi otoriter

mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.Dalam pola komunikasi

ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum,

bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa

kompromi, bersikap kaku atau keran, cendenrung emosinal dan bersikap

menolak.

25

Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural(Surakarta: Muhammadiyah University

Press, 2002), 96.

15

3. Pola Komunikasi Demokratis

Pola komunikasi orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai

dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.Mereka membuat

semacam aturan–aturan yang disepakati bersama.Orang tua yang demokratis

ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara

langsung.26

6. Pengertian Orang Tua

Pengertian Orang tua Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan

bahwa,“Orang tua adalah ayah ibu kandung”.27

Selanjutnya A.H. Hasanuddin

menyatakan bahwa, “Orang tua adalah ibu bapak yang dikenal mula pertama

oleh putra putrinya”.28

Dan H.M Arifin juga mengungkapkan bahwa “Orang

tua menjadi kepala keluarga”.29

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak

mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.Dengan

demikian bentuk pertama dari pendidikanterdapat dalam keluarga.Orang tua

adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga

yang biasa disebut ibu atau bapak.30

Orangtuaadalah ayah dan ibu seorang anak, baik melalui hubungan

biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat

penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu atau ayah dapat

diberikan untuk perempuan atau pria yang bukan orang tua kandung (biologis)

dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua

angkat(karenaadopsi) atau ibu tiri dan ayahtiri .

26

Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam

Keluarga(Jakarta: Renika Cipta , 2004), 51.

27Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1990), 629. 28

A.H. Hasanuddin, Cakrawala Kuliah Agama (Surabaya: Al-Ikhlas, 1984), 155. 29

H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di LingkunganSekolah dan

Keluarga (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 74. 30

Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar Anak (Yogyakarta: Kanisius, 1985), 1.

16

Menurut Thamrin Nasution dikutip didalam bukunya [O]rang tua

merupakan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau

tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak

dan ibu.31

Jika menurut Hurlock dikutip didalam bukunya “[O]rang tua

merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam

masa perkembangan”.32

Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke

kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat

membantu anak dalam menjalani kehidupan”. Dalam memberikan bimbingan

dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena

setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan

sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.33

Dari beberapa

definisi di atas, maka yang dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu

yang bertugas memberikan kasih sayang, memelihara, mengawasi dan

melindungi serta membimbing anak-anak keturunan mereka.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa peran orang tua

merupakan suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu

harus bersikap sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab dalam satu

keluarga, dalam hal ini khususnya peran terhadap anaknya dalam hal

pendidikan, keteladanan, kreatif sehingga timbul dalam diri anak semangat

hidup dalam pencapaian keselarasan hidup didunia ini.

7. Pengertian Penyimpangan

Penyimpangan adalah perilaku yang melanggar standar perilaku atau

harapan dari sebuah kelompok, masyarakat, serta keluarga. Penyimpangan

melibatkan pelanggaran norma kelompok yang mungkin atau tidak mungkin

diformalkan menjadi hukum.

31

Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution , Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar Anak (Yogyakarta: Kanisius,1985), 12. 32

Hurlock, Peranan Orang Tua (Bandung: Alfabeta, 2005), 15. 33

Wikipedia, “Pengertian Orang Tua”, diakses melalui

alamathttps://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua, tanggal 12 Februari 2021.

17

Secara umum perilaku menyimpang merupakan semuan tindakan yang

menyimpang dari norma-norma yang berlaku di suatu sistem sosial dan

menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk

memperbaiki perilaku menyimpang tersebut. Adapun pengertian perilaku

menyimpang menurut para ahli:

1. James W. Van Der Zanden

Penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar

orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

2. Robert M. Z Lawang

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari

norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka

yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.

3. Lemert

Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk:

1. Penyimpangan Primer (Primary Deviation)

Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih

dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau

sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir

oleh masyarakat.

2. Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)

Penyimpangan yang berupa perbuatan yang dilakukan seseorang yang

secara umum dikenal sebagai perilaku menyimpang.Pelaku didominasi oleh

tindakan menyimpang tersebut, karena merupakan tindakan pengulangan dari

penyimpangan sebelumnya.Penyimpangan ini tidak bisa ditolerir oleh

masyarakat.34

34

Bitar, “Pengertian Perilaku Penyimpangan Menurut Para Ahli”, diakses melalui alamat

https://www.gurupendidikan.co.id/perilaku-menyimpang/, tanggal 2 Desember 2020.

18

8. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang

dalam melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan

karena adanya nilai yang diyakini.Perilaku manusia pada hakekatnya adalah

tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat

diamati oleh interaksi manusia dengan lingungannya yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.Menurut Robert Kwikdikutip dari

bukunya, menyatakan bahwa [P]erilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak

sama dengan sikap.Sikap itu didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk

mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang

menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi

obyek tersebut.35

Menurut Sunaryo dikutip dari bukunya, yang disebut “[P]erilaku

manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons

serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung”.36

Jadi, sesuai

permasalahan yang peneliti sedang teliti, agar tidak jauh dari koridor

pembahasan tentang perilaku penyimpangan yang banyak sekali terjadi, baik

itu pada anak-anak, remaja, orang dewasa, dan lain sebagainya yang

kian marak terjadi.

Kondisi ini tidak boleh disepelekan, karena bisa berkembang menjadi

tindakan kriminal. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua harus memahami

penyebab terjadinya perilaku menyimpang ini serta cara mengatasinya.

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma

dalam masyarakat ataupun dalam sebuah keluarga.Sebuah penelitian

mengungkapkan bahwa perilaku menyimpang lebih banyak dilakukan oleh

anak laki-laki ketimbang anak perempuan.

35

Robert Kwik, Perilaku Manusia (Jakarta: Sinar Harapan, 2003), 23. 36

Aepnurul Hidayat, “Pengertian Perilaku”, diakses melalui alamat

https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2017/09/11/pengertian-perilaku-by-aep-nurul-hidayah/,

tanggal 2 Desember 2020.

19

Penyebab perilaku menyimpang pada anak belum diketahui secara

pasti. Namun, lingkungan keluarga menjadi salah satu faktor yang paling

berpengaruh dalam mengawali terbentuknya perilaku menyimpang pada

anak.Masalah ini bisa muncul akibat kurangnya perhatian orang tua kepada

anak, pola asuh anak yang kurang baik, atau bahkan trauma psikis yang

dialami oleh anak.Selain faktor lingkungan keluarga, lingkungan sosial juga

dapat memicu berkembangnya perilaku menyimpang pada anak. Hal ini

biasanya akibat pergaulan yang tidak baik dengan teman sekolah atau teman

sebaya di lingkungan tempat tinggal.Peran aktif orang tua sangat besar

dampaknya bagi kehidupan dan masa depan anak. Jika orang tua mengalami

kesulitan untuk berkomunikasi dengan anak atau jika anak kita kerap

melakukan perilaku menyimpang, jangan ragu untuk berkonsultasi

dengan psikolog anak, sebelum masalah ini berlangsung berlarut-larut dan

bertambah parah.

9. Pengertian Anak

Pengertian Anak secara umum menurut para ahli, dikatakan bahwa

anak adalah anugerah dari tuhan yang maha kuasa yang harus dijaga, dididik

sebagai bekal sumber daya, anak merupakan kekayaan yang tidak ternilai

harganya. Seorang anak hadir sebagai amanah dari Tuhan untuk dirawat,

dijaga dan dididik yang kelak setiap orang tua akan diminta

pertanggungjawaban atas sifat dan perilaku anak semasa didunia.37

Merujuk dari Kamus Umum bahasa Indonesia mengenai pengertian

anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun

manusia yang belum dewasa.38

Sedangkan berdasarkan UU Pasal 1 ayat (1)

UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Anak adalah seseorang

37

Idjoel, “Pengertian Anak Menurut Para Ahli”, diakses melalui alamat

www.idjoel.com/penegrtian-anak-menurut-para-ahli/, tanggal6 Desember 2020. 38

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Balai Pustaka: Amirko,

1984), 25.

20

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan.39

Menurut Soedaryo Soimin dikutip dari bukunya menyatakan, “[A]nak

dalam suatu keluarga pasti menjadi satu idaman sebagai penerus

generasi.40

Anak adalah seoranglelaki atau perempuan yang belum dewasa atau

belum mengalami masa pubertas.

Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997

tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “Anak adalah orang dalam

perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum

mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah”.41

Ditinjau dari aspek Psikologis, pertumbuhan manusia mengalami fase-

fase perkembangan kejiwaan yang masing-masing ditandai dengan ciri-ciri

tertentu. Untuk menentukan kriterian seorang anak, disamping menentukan

atas dasar batas usia, juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan

jiwa yang dialaminya, dalam fase-fase perkembangan yang dialami seorang

anak.42

Dari uraian diatas secara sederhana dapat diketahui bahwasannya, anak

diartikan sebagai seorang yang lahir akibat dari persetubuhan antara seorang

laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas,

potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa.

39

Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang Perlidungan Anak (Jakarta: Visimedia,

2007), 4. 40

Soedaryo Soimin, Hukum Orang dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata Barat/BW-

Hukum Islam dan Hukum Adat (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), 49. 41

Wikipedia, “Pengertian Anak”, diakses melalui

alamathttps://id.wikipedia.org/wiki/Anak, tanggal 12 Februari 2021. 42

Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan (Jakarta: Ruhama, 1994), 12

21

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

kualitatif, yang dilihat melalui sudut pandang tentang penerapan pola

komunikasi orang tua terhadap penyimpangan perilaku anak di Desa Merlung

Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan pendekatan yang

digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Mengapa peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, karena beberapa pertimbangan

diantaranya:

a. Untuk menyesuaikan penelitian ini, menurut penulis metode penelitian

kualitatif ini lebih mudah, apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.

b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan peneliti dan

responden.

c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman, pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Pendekatan ini dilakukan di Desa Merlung Kecamatan Merlung

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan melibatkan instansi yang berkaitan

dengan penelitian. Selain instansi, penelitian ini juga melibatkan Kepala Desa,

Ketua RT, masyarakat Desa Merlung RT.19, guru, remaja RT.19, pelajar

(mahasiswa), dan anak-anak yang terkait. Melalui pendekatan kualitatif

deskriptif ini, diharapkan peneliti bisa mendapatkan gambaran mengenai

permasalahan yang peneliti sedang teliti, serta mendapatkan gambaran

mengenai kualitas, yang sedang peneliti teliti.

2. Setting dan Subjek Penelitian

Setting penelitiandilaksanakan di Desa Merlung Kecamatan Merlung

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dengan alasan untuk mengetahui pengaruh

penerapan pola komunikasi yang seperti apakah yang diterapkan para orang

tua di Desa tersebut, dalam menyikapi penyimpangan perilaku anak di Desa

Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

22

Dapat dipahami sebagai suatu keadaan dan tempat penelitian dimana

subjek berdomisili yang mempengaruhi kegiatan, keadaan yang berhubungan

dengan perilaku subjek. Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh

keterangan penelitian.43

Subjek penelitian berpusat pada Kepala Desa, Ketua

RT.19, Masyarakat Desa Merlung RT.19, remaja RT.19 dan anak yang terkait.

Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui,

memahami, dan berkepentingan dengan aktifitas yang akan diteliti, serta memiliki

waktu untuk memberikan informasi yang benar.

1. Subjek Penelitian yang Diteliti

a. Kategori Orang Tua

Tabel 1.1

Jumlah Orang Tua Jumlah Orang Tua yang Memiliki Anak

3.170 2.200

b. Kategori Anak

Tabel 1.244

Jumlah Anak Jumlah Anak yang Berperilaku Menyimpang

1.170 900

Didalam penelitian ini, peneliti hanya mewawancai 16 responden yang

kategorinya, Kepala Desa, Katua RT.19, para orang tua, remaja, guru, dan pelajar

(mahasiswa). Dan peneliti hanya mewawancari orang tuanya bukan anak yang

berperilaku menyimpang, alasannya, peneliti hanya ingin mengetahui bagaimana

tanggapan para orang tua di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten

Tanjung jabung Barat dalam menanggapi perilaku menyimpang pada anaknya,

terkhususnya para orang tua yang tinggal di RT.19.

43

Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 218. 44

Jondri Robi, Kepala Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 10 Juni 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

23

2. Daftar InformanResponden

Tabel 1.3

No Nama Umur Keterangan

1 Azizah 47 Ibu Rumah Tangga

2. Masnun 45 Ibu Rumah Tangga

3. Heny Sofiana 38 Ibu Rumah Tangga

4. Dona 35 Ibu Rumah Tangga

5. Ulya 37 Ibu Rumah Tangga

6. Rita 39 Ibu Rumah Tangga

7. Zakia 23 Guru di Desa Merlung

8. Nisa 17 Pelajar

9. Tika 23 Guru di Desa Merlung

10. Tiwi 18 Mahasiswi

11. Nuraini 40 Ibu Rumah Tangga

12. Lismutia 45 Ibu Rumah Tangga

13. Togar 43 Ketua RT.19

14. Yeni 30 Ibu Rumah Tangga

15. Nurafni 35 Ibu Rumah Tangga

16. Jondri Robi 38 Kepala Desa Merlung

24

3. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

diperoleh.Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan

datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon

atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis

ataupun lisan.45

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari manusia yang menjadi

utamanya yaitu, Kepala Desa Merlung, Ketua RT.19, para orang tua

khususnya RT.19, guru, remaja RT.19, dan Anak-anakRT 19. Sumber data

manusia berbentuk perkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan

data melalui wawancara, sumber data suasana atau peristiwa berupa suasana

yang bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana) meliuti ruangan, suasana

dan proses. Sumber data dokumenter atau berbagai referensi yang menjadi

bahan rujukan dan berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.46

Jenis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer

Data primer adalah data pertama kali yang dikumpulkan oleh peneliti

langsung dari sumber data (first hand) melalui upaya pengambilan data di

lapangan langsung (observasi) dan wawancara..Karena hal inilah data primer

disebut sebagai data pertama atau data mentah. Dalam hal ini yang diinginkan

peneliti adalah praktik penerapan pola komunikasi orang tua yang seperti

apakah yang diterapkan para orang tua di Desa Merlung Kecamatan Merlung

terkhususnya RT.19, dalam menanggapi penyimpangan perilaku anak

b. Data Sekunder

Sedangkan data sekunder merupakan berbagai informasi yang telah

ada sebelumnya dan dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang

digunakan untuk melengkapi kebutuhan data penelitian.Data sekunder ini

biasanya berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis.

45

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016), 292. 46

Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

STS Jambi (Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 62.

25

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.47

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data lazimnya menggunakan

metode observasi, wawancara dandokumentasi. Juga tidak diabaikan

kemungkinan menggunakan sumber-sumber non-manusia (non-human

sourceof information), seperti dokumen, dan rekaman (record) yang

tersedia.48

Adapun teknik pengumpulan data yang dipilih oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua objek

dengan menggunakan seluruh panca indera.49

Observasi sebagai teknik

pengumpulan data juga mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan

dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.50

Jadi, observasi ini

adalah penyelidikan yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan

dengan menggunakan alat indera terutama mata terhadap kejadian yang

berlangsung dan dapat di analisa pada waktu kejadian itu terjadi.

Menurut peneliti metode observasi ini jauh lebih efektif dibandingkan

dengan metode survei. Dan kualitas penelitian ditentukan oleh seberapa jauh

dan mendalam peneliti mengerti tentang situasi dan konteks dan

menggambarkannya sealamiah mungkin. Dalam observasi ini peneliti

melibatan diri secara langsung (turun kelapangan) dimana peneliti akan

melakukan sebuah penelitian.Didalam penelitian ini, ada tiga macam jenis

observasi, yaitu:

47

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016), 224. 48

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016, 293. 49

Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 156. 50

----------------, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016), 145.

26

1. Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang akan digunakan sebagai sumber data penelitian

(responden). Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan

lenih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingket makna dari setiap

perilaku yang nampak.

2. Observasi Terus Terang (Tersamar)

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang

melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang

atau trsamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang

dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.

3. Observasi Tak Terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan

secara sisematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena

peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam

melakukan penelitian, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku,

tetapi hanya menggunakan rambu-rambu pengamatan. Oleh karena itu peneliti

dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang trtarik, malakukan

analisis, dan kemudian dibuat kesimpulan.51

Didalam penelitian ini, peneliti

menggunakan jenis obserbasi Tak Terstruktur, dimana peneliti belum tahu

pasti apa yang akan diamati, Oleh karena itu peneliti dapat melakukan

pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, malakukan analisis, dan

kemudian dibuat kesimpulan.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara

51

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016), 227-228.

27

pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di

wawancarai melalui komunikasi langsung. Dengan melakukan wawancara,

peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak sehingga peneliti dapat

memahami budaya melalui bahasa dan ekspresi pihak yang diinterview; dan

dapat melakukan klarifikasi atas hal‐ hal yang tidak diketahui. Menurut

Sugiyono dikutip dari bukunya bukunya, ada tiga jenis wawancara, yaitu:

1. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,

apabila peneliti (pengumpul data) telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh.

2. Wawancara Semiterstruktur (Semistructured Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview,

dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

3. Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.52

Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara Tak

Berstrutur, karena peneliti dapat menggunakan cara “berputar-putar baru

menukik” artinya pada awal wawancara yang dibicarakan adalah hal-hal yang

tidak terkait dengan tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk

menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan. Dan

didalam penelitian ini tidak semua populasi yang akan peneliti wawancarai,

melainkan dengan cara mengumpulkan jumlah sampel. Setelah peneliti

melihat dari hasil observasi, peneliti menemukan sebanyak 16 responden yang

kategorinya adalah Kepala Desa, Ketua RT 19, para orang tua RT.19, remaja,

52

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016), 233.

28

guru, serta pelajar (mahasiswa), yang rencananya akan di wawancarai di Desa

Merlung, Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.53

Didalam penelitian ini, peneliti

menggunakan jenis Dokumentasi Seperti: Foto-foto, Dokumenter, serta Arsip-

arsip Sejarah,serta Tulisan hasil wawancara peneliti dengan responden.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

mnjabarkan ke dalam unit-unit, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri

sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak

pengumpulan data secara keseluruhan. Data kemudian dicek kembali, secara

berulang, dan untuk mencocokkan data yang diperoleh, data disestimatiskan

dan diinterprestasikan secara logis, sehingga diperoleh data absah dan

kredibel.54

Teknik analisis data ini biasanya digunakan untuk

menyederhanakan serta mengkoreksi data yang masih kurang atau belum

lengkap, data yang masih kurang dan belum lengkap akan dicari lagi

dilapangan (dikumpulkan lagi). Perlu diketahui juga bahwasannya analisis

data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,

selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan.55

53

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,

2016, 240. 54

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996),

6. 55

----------------, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016), 245.

29

Setelah data terkumpul maka, dilakukan suatu analisis data kualitatif

dengan menggunakan analisis sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Namun, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam metode penelitian ini adalah teks yang sifatnya naratif (menceritakan).

3. Penarikan Kesimpulan (Data Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.Dengan demikian, kesimpulan dalam

penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah

dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitataif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

berada di lapangan.56

56

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016), 247-253.

30

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang terpercaya (trustworthiness) dan dapat

dipercaya (reliabe), maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya

pemeriksaan keabsahan dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dilakukan lewat keikutsertaan peneliti di

lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan

memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,

karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti dan

responden.57

Mengapa dengan perpanjangan pengamatan akan dapat

meningkatkan kepercayaan atau kredibilitas data?. Dengan perpanjangan

waktu pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan

pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui

maupun yang baru.

Dalam perpanjangan waktu pengamatan untuk menguji kredibilitas

data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang

diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan

benar atau tidak, berubah atau tidak. Apabila setelah dicek kembali ke

lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan

pengamatan dapat diakhiri.58

Dengan memperpanjang waktu pengamatan

untuk bukti apakah peneliti melakukan uji kredibilatas data melalui

perpanjangan pengamatan atau tidak, maka peneliti membenarkan adanya

surat keterangan perpanjangan waktu pengamatan yang dikeluarkan oleh Staff

Akademik bagian Umum Fakultas Dakwah untuk peneliti, yang natinya

berguna sebagai bukti peneliti dalam melakukan uji kredibilatas data dimana

lokasi peneliti melakukan penelitian.

57

Mohd Arifullah, Dkk, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

STS Jambi (Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 66. 58

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016), 270-271.

31

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara teliti, rinci, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor

yang menonjol dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah,

sehingga peneliti dapat memahami faktor-faktor tersebut. Ketekunan

pengamatan dilakukan dalam upaya mendapatkan karakteristik data yang

benar-benar relevan dan terfokus pada objek penelitian.59

3. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data atau keabsahan data ini

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,

dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi

teknik pengumpulan data, dan waktu.60

Dan triangulasi data juga merupakan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data

pokok, untuk keperluan pengecekkan reabilitas data dan melalui pemeriksaan

silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang diperoleh dari berbagai

informan.Melalui cara ini peneliti mengharapkan bisa mendapatkan

sumbangan masukan dan saran, serta kritik yang berharga dan konstruktif

dalam meninjau orisinalitas data yang telah didapatkan.61

4. Diskusi dengan Teman Sejawat

Menurut Mohd Arifullah dikutip dari bukunya, langkah akhir untuk

menjamin keabsahan data,peneliti akan melakukan penelitian dengan teman

sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-benar real (nyata)

dan bukan persepsi semata dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut

peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, serta kritik dan

saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.62

59

Mohd Arifullah, DKK, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

STS Jambi (Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 66. 60

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2016), 273. 61

----------------, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi

(Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 67. 62

----------------, Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi

(Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 68.

32

H. Studi Relevan

Studi relevan memiliki fungsi yaitu membuat bahasan tentang

penelusuran peneliti terhadap berbagai bahan litelatur yang berkaitan dengan

topik pembahasan atau juga bahan-bahan litelatur yang telah memberikan

inspirasi dalam pendalaman materi penelitian. Studi relevan juga sering

disebut dengan kajian terdahulu atau litelature review, adalah bagian dari

proposal yang mendiskusikan laporan penelitian, tulisan buku jurnal yang

berkenaan atau berdekatan dengan fokus kajian yang akan dilakukan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dari berbagai

sumber, penulis menemukan penelitian yang memiliki kesamaan dengan

penelitian yang penulis lakukan.Untuk menghindari terjadinya kesamaan

terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya maka peneliti mengadakan

penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya yang

diangkat peneliti di antaranya sebagai berikut:

Pertama, Skripsi yang ditulis olehNurrizki Ardiyansyah, Mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)

Raden Intan Lampung dengan Judul “Peranan Komunikasi Orang Tua Dalam

Mencegah Kenakalan Remaja Di Desa Margodadi Kecamatan Sumberejo

Kabupaten Tanggamus”yang di selesaikan pada tahun 2017. Skripsi ini

membahas tentang Peranan Komunikasi Orang Tua Dalam Mengatasi

Kenakalan Remaja di Desa Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten

Tanggamus.63

Sedangkan judul yang peneliti angkat dalam karya ilmiah ini

adalah tentang pola komunikasinya. Persamaan pada kedua judul ini adalah

sama-sama membahas tentang komunikasi orang tua dalam mencegah

penyimpangan perilaku anak, sedangkan perbedaan pada kedua karya ilmiah

ini adalah karya dari Nurrizki membahas tentang peranan komunikasinya,

sedangkan karya ilmiah yang peneliti angkat membahas tentang pola

komunikasinya.

63

Nurrizki Ardiyansyah, “Studi Ilmu Komunikasi:Peranan Komunikasi Orang Tua Dalam

Mengatasi Kenakalan Remaja di Desa Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus”,

Skripsi (Lampung: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden

Intan Lampung, 2017), 5-6.

33

Kedua,Skripsi yang ditulis oleh Darmawati, Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha

Saifuddin Jambi, dengan judul “Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap

Penyimpangan Perilaku Anak Di Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir

Kabupaten Tebo” yang di selesaikan pada tahun 2015.Skripsi ini membahas

tentang Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Perilaku Penyimpangan Anak

di Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo.64

Persamaan

antara skripsi yang penulis angkat dan skripsi karya Darmawati sama-sama

membahas tentang pola komunikasi dan perilaku penyimpangan. Perbedaan

antara karya Darmawati dan karya yang peneliti angkat yaitu, pada lokasi

penelitian dan dibagian judul peneliti juga menambahkan kata proses

penerapan.

Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Nur Mayasari, Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin dan Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN)

Raden Intan Lampung dengan Judul “Perilaku Menyimpang Pada Remaja di

Desa Tanjung Pandan Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung

Tengah” yang diselesaikan pada tahun 2019. Skripsi ini membahas tentang

Perilaku Menyimpang Pada Remaja di Desa Tanjung Pandan Kecamatan

Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah.65

Persamaan antara skripsi yang

penulis angkat dan skripsi karya Nur Mayasari yaitu sama-sama membahas

tentang penyimpangan perilaku. Perbedaan antara karya Nur Mayasari sama

skripsi yang penulis angkat yaitu pada lokasi penelitian, dan pada judulnya.

Skripsi karya Nur Mayasari lebih terfokus pada perilaku penyimpangan

remaja, sedangkan skripsi yang penulis angkat membahas tentang proses

penerapan pola komunikasi.

64

Darmawati, “Studi Agama:Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Perilaku

Penyimpangan Anak di Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo”, Skripsi

(Jambi: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha

Saifuddin Jambi, 2015), 6-7. 65

Nur Mayasari, “Studi Sosiologi Agama: Perilaku Menyimpang Pada Remaja di Desa

Tanjung Pandan Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah”, Skripsi (Lampung:

Fakultas Ushuluddin dan Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan

Lampung, 2017), 1.

34

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA MERLUNG

A. Sejarah Singkat Desa Merlung

Sebelum abad ke-17 di Tanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti

Merlung,Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong,

jauh sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang

Panjang yang dipimpin olehDatuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja

Johor. Kemudian memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut

Tungkal saja, daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor.

Dimana yang menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah

Orang Kayo Depati.66

Desa Merlung sekarang ini adalah Desa pemekaran di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat. Dilihat dari sisi administrasi kepemimipinan Desa

Merlung pecahan dari Kelurahan Merlung. Perlu dijelaskan disini, sebelum

Kelurahan Merlung berdiri, Desa Merlung sudah ada semenjak tahun akhir

1970-an, yang mana pada masa itu Desa Merlung dipimpin oleh Kepasirahan,

seperti yang peneliti paparkan diatas. Seiring berjalannya waktu diawal tahun

1980-an, Kepala Desa Merlung yang pertama adalah Syafi‟i Ahmad, beliau

adalah orang yang memimpin Desa Merlung sampai tahun 2002, di tahun itu

dilaksanakannya pemilihan Kepala Desa yang baru maka terpilihlah Hafiz

Madjid, beliau memerintah kurang lebih selama 4 tahun. Setelah itu Kepala

Desa Merlung dijabat oleh pelaksana tugas yaitu, Megi Yusendra selama 3

tahun.Di tahun 2009 akhir, Desa Merlung tersebut berubah menjadi Kelurahan

Merlung, hal ini dikarenakanmenurut aturan yang berlaku setiap Ibukota

Kecamatan, dan pada akhirnya Merlung menjadi Kelurahan yang dipimpin

oleh Pegawai Sipil Negeri dimana Lurah pertama pada masa itu adalah

Almardi, SE.

66

Viadicky, “Sejarah Singkat Desa Merlung”, diakses melalui alamat

http://tanjabbarkab.go.id/site/sejarah-singkat/, tanggal 29 Januari 2021.

35

Pada tahun 2011, Pemerintah Tanjung Jabung Barat mengeluarkan

Peraturan Daerah No.15 tahun 2011 tentang pembentukan Desa Merlung dan

Desa Tanjung Makmur Kecamatan Merlung, dimana dengan dikeluarkannya

Perda tersebut Kelurahan Merlung tadidimekarkan kembali pada tahun 2012,

dimana pelaksana tugas pertama yang menjabat sebagai Kepala Desa Merlung

adalah Staff Kelurahan yang bernama Rendriawan Akbar, SH. Pada tahun

2013 barulah dilaksanakannya Pemilihan Kepala Desa Merlung yang baru,

dan terpilihlah Jondri Robi sebagai Kepala Desa Merlung, dan pemilihan

Kepala Desa Merlung dilakukan kembali pada tahun 2019, yang mana Jondri

Robi terpilih lagi menjadi Kepala Desa Merlung Periode Kedua tahun 2019-

2025. Adapun jumlah penduduk Desa Merlung saat ini kurang dan lebihnya

sekitar5170 jiwa dengan jumlah Kartu Keluarga (KK) sebanyak kurang lebih

1592. Desa Merlung sekarang ini terdiri dari 5 (lima) Dusun (RW) dan 22

Rukun Tetangga (RT).67

B. Letak Geografis Desa Merlung

1. Keadaan Geografis Desa Merlung

a. Batas Wilayah

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Merlung

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Lubuk Terap

3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Lubuk Bernai

4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Merlung

b. Luas Wilayah Wilayah

1. Luas Wilayah : 50,35 Ha

2. Tanah Sawah : - Ha

3. Tanah Perkarangan : - Ha

4. Tanah Tegalan : - Ha

67

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.

36

2. Keadaan Topografi Desa Merlung

Secara umum Keadaan topografi Desa Merlung adalah daerah dataran

tinggi (Perbukitan).68

3. Iklim

Iklim di Desa Merlung sebagaimana Desa-desa lain di wilayah

Indonesia mempunyai iklim Tropis (kemarau dan penghujan).

C. Keadaan Sosial Penduduk Desa Merlung

1. Jumlah Penduduk Desa Merlung

Tabel 2.169

Jumlah Penduduk 1592 dalam KK dengan Jumlah Jiwa

Laki-laki Perempuan Jumlah

2.395 2.775 5.170

2. Tingkat Pendidikan

Tabel 2.2

Tingkat Pendidikan70

Belum

Sekolah

Tidak

Tamat SD

SD SMP SLTA/SMA Sarjana

670 1.000 1.275 900 1.125 200

68

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025. 69

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025. 70

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.

37

3. Sarana dan Prasarana Desa Merlung

Tabel 2.371

Sarana dan Prasarana Desa Merlung

Sarana dan Prasarana Desa

Merlung

Keterangan Jumlah

Balai Desa Ada 3

Sekolah

Ada

8

1. TK 3

2. SD 2

3. SMP 1

4. SMA 1

5. SMK 1

Rumah Sakit Ada 1

SPBU (Pom Bensin) Ada 1

PDAM (Irigasi) Ada 1

Damkar Ada 1

Lapangan Sepak Bola Ada 2

Lapangan Bola Volly Ada 2

Gedung Olahraga (GOR) Ada 1

Masjid Ada 4

Kantor Bank BRI Ada 1

71

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.

38

Kantor Kecamatan Ada 1

Kantor Desa Ada 1

Kantor Kapolsek Ada 1

Puskesmas Ada 1

Bank 9 Jambi Ada 1

Kantor Lurah Ada 1

KantorSamsat Ada 1

D. Kondisi Ekonomi Penduduk Desa Merlung

1. Mata Pencaharian

Karena Desa Merlung Merupakan Desa Pertanian, maka sebagian

besar penduduk di Desa Merlung bermata pencaharian sebagai petani

sawit, dan petani karet.

2. Pola Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah di Desa Merlung sebagian besar diperuntukkan

untuk tanah pertanian dan perkebunan, sedangkan sisanya untuk tanah

kering yang merupakan bangunan serta fasilitas-fasilitas masyarakat Desa

Merlung, dimana luas tanah Desa Merlung sebanyak: 50,35 Ha.

Tabel 2.472

Pola Penggunaan Tanah di Desa Merlung

Lahan Pertanian dan

Perkebunan

Lahan Permukiman

10,10 40,25

72

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.

39

3. Pemilik Ternak

Jumlah kepemilikan hewan ternak penduduk Desa Merlung berjumlah

375 KK, terdiri dari sapi, kambing dan unggas.73

E. Keadaan Pemerintah Desa Merlung

1. Pembagian Wilayah Desa Merlung

Tabel 2.574

Pembagian Wilayah Desa Merlung

Dusun RW RT

Merlung Tengah 1 1, 2 dan 3

Simpang Tiga 2 4, 5, 6 dan 16

Lorong Jambi 3 7, 8, 9 dan 10

Kampung Baru 4 11, 17, 18, 19, dan 21

Base Camp Satu 5 12, 13, 14, 15, dan 20

73

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025. 74

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.

40

2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Merlung

STRUKTUR PEMERINTAH DESA MERLUNG

KECAMATAN MERLUNG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT75

75

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.

Kepala Desa

(Jondri Robi) Ketua BPD

(Putrawan)

Sekretaris Desa

(Sigit Andian, S.Pt)

Kaur Keuangan

(M. Jumri, S.Pd.I)

Kaur TU & Umum

(Raudatul Jannah, SE)

Kaur Perencanaan

(Afriandi)

Kasi Pelayanan

(Nirda)

Kasi Kesra

(Rati, S.Pd)

Kasi Pem

(Rizki Nurpitriani)

Dusun I

(Yuniarti)

Dusun II

(Hafiz Madjid)

Dusun III

(Erwan Zaki)

Dusun IV

(Ade Irawan)

Dusun V

(Tharmizi)

Ketua RT.01

(Wawan Saputra)

Ketua RT.02

(Firmansyah)

Ketua RT.03

(Neki Hermika)

Ketua RT.04

(Rosidi)

Ketua RT.05

(M. Thoyib)

Ketua RT.06

(M. Aman)

Ketua RT.16

(Putri Nurlatipah)

Ketua RT.07

(Jailani)

Ketua RT.08

(M. Daud)

Ketua RT.09

(Rahila)

Ketua RT.10

(Itmar Tambi)

Ketua RT.22

(Saipul Anwar)

Ketua RT.11

(Candra Irawan)

Ketua RT.17

(M. Sidik)

Ketua RT.18

(Ali Fikri)

Ketua RT.19

(Togar)

Ketua RT.21

(Sarudi)

Ketua RT.12

(Ani Sufatmi)

Ketua RT.13

(Syamsiran)

Ketua RT.14

(Suraji)

Ketua RT.15

(Sumindar)

Ketua RT.20

(Pujianto)

41

BAB III

PENERAPAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP

PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK

A. Penerapan Pola Komunikasi yang Seperti Apakah Agar Anak Tidak

Melakukan Penyimpangan

Komunikasi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari

kehidupan manusia yang sebenarnya. Dari awal manusia itu dilahirkan dan

telah melakukan berbagai interaksi kegiatan komunikasi dan sampai kapanpun

manusia selalu akan tetap melakukan berbagai kegiatan komunikasi. Manusia

adalah sebagai makhluk sosial, manusia itu hidup dengan manusia yang lainya

yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, seperti simbosis

mutualisme.Hubungan tersebut akan tercipta antar manusia jika manusia itu

melakukan suatu komunikasi, baik komunikasi tersebut dilakukan secara

verbal (berbicara) ataupun secara nonverbal (simbol-simbol, gambar, atau

media komunikasi lainnya). Didalam lingkungan keluarga pun proses

penerapan pola komunikasi juga merupakan salah satu hal yang paling

penting, dimana komunikasi adalah suatu alat ataupun media yang dapat

menghubungan antar sesama anggota keluarga.

Buruknya suatu kualitas komunikasi didalam keluarga tersebut maka

akan berdampak negatif bagi suatu keutuhan dan keharmonisan di dalam

keluaraga itu sendiri. Seperti contohnya adalah bahwa foktor penyebab

penyimpangan perilaku anak adalah akibat buruknya komunikasi yang

diterapkan di dalam keluarga tersebut, didalam keluarga, peran orang tua

adalah bertanggung jawab memberikan pendidikan yang layak terhadap anak-

anaknya dengan berdasarkan nilai-nilai akhklak dan spiritual yang luhur.

Namun tidak semua orang tua dapat melakukannya, hal ini dikarenakan di

dalam kehidupan bermasyarakat seringnya ditemukan anak-anak, khususnya

para remaja dengan perilaku yang tidak sepantasnya, hal tersebut dapat terjadi

karena di sebabkan kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, serta

42

kurangnya menanamkan nilai-nilai moral terhadap anak-anaknya.Komunikasi

orang tua merupakan pembentukan sikap dan perilaku anak yang berpengaruh

pada perkembangan anak dan disinilah unsur pendidikan terhadap anak di

bentuk. dan salah satu cara adalah dengan berkomunikasi untuk menanamkan

nilai-nilai.

Bila hubungan yang di kembangkan oleh orang tua tidak harmonis

misalnya tidak ketepatan orang tua itu sendiri dalam memilih pola komunikasi

maka dengan begitu muncul lah konflik antara orang tua dengan sang anak

yang tidak dapat terelakanbegitu juga sebaliknya, jika orang tua memilih telah

memilih pola komunikasi yang tepat maka konflik-konflik antara orang tua

dengan anaknya pun dapat terelakan.Dalam melaksanaan proses penerapan

pola komunikasi orang tua terhadap penyimpangan perilaku anak, kita sebagai

orang tua mempunyai tugas yang sangat mulia yaitu membantu, membimbing,

mengarahkan, memimpin dan menghindarkan anak dari hal-hal yang

membahayakan dan membawa mereka kejalan yang baik dan membahagiakan

lahir batin, jasmani, rohani dan dunia akhirat. Orang tua mempunyai tanggung

jawab dan kewajiban untuk membentuk kehiduapan anak mereka kedepannya

dan bagaimana watak, perilaku dan kepribadian anak-anak dibentuk.

Wawancara Peneliti dengan Ibu Azizah masyarakat Desa Merlung

mengenai bagaimana cara mengasuh dan menjaga anak, beliau berpendapat:.

[O]rang tua memilki cara yang berbeda-beda dalam mengasuh dan menjaga

anak-anak mereka, tergantung dari orang tua bagaimana pandangannya

tentang pola asuh. Menjaga komunikasi dengan anak menjadi kunci utama

dalam menjalin kedekatan antara orang tua dan anak. Memberikan

kepercayaan kepada anak membuat anak bisa belajar bertanggung jawab dan

mandiri dengan apa yang akan nanti dia lakukan, sebagai orang tua hanya

perlu mengontrol apa yang anak kerjakan.76

76

Azizah, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 15 Februari 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

43

Maksud dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa orang tua

merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari

merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk

pertama dari pendidikan terdapat didalam keluarga. Tugas orang tua

melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan

denganmemberikan bimbingan dan pengarahan yang tepat dan nantinya dapat

membantu anak dalam menjalanikehidupan kedepan.Dalam memberikan

bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing

orang tua kerena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang

berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang

lain. Peranan orang tua terhadap anak ialah memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan

mempersiapkan anak menjadi lebih dewasa.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa setiap

keluarga memiliki aturan masing-masing dalam mengasuh dan mendidik anak

mereka, anak menginginkan orang tua yang perhatian dan siap membantu

disaat anak membutuhkan bantuan serta mau mendengarkan dan mengerti apa

yang anak inginkan. Kurangnya komunikasi dengan anak atau dengan anggota

keluarga lainnya bisa membuat hubungan dengan keluarga tidak harmonis.

Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam

kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari

kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya

kerawanan hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu

komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orang tua dengan anak

perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun hubungan yang

baik dalam keluarga.77

Komunikasi adalah cara untuk membangun ikatan yang

kuat dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk anak- anak kita. Dengan

adanya komunikasi, kita juga bisa belajar memahami apa yang mereka

perlukan dan atau inginkan.

77

Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam

Keluarga(Jakarta: Renika Cipta, 2004), 38.

44

Peran orang orang tua sebagai orang pertama dalam sebuah keluarga

yang berinteraksi dengan seorang anak sangat memiliki peranan dalam

menentukan pembentukan dan perkembangan mental anak untuk mengatasi

kesulitan-kesulitan yang tengah dihadapi oleh sang anak. Terkadang

komunikasi orang tua dengan anak tidak terjalin dengan baik. Kebanyakan

orang tua tidak memperhatikan cara komunikasi dengan anak-anaknya

padahal hal tersebut sangat berpengaruh untuk perkembangannya kelak. Cara

komunikasi orang tua akan memberi dampak pada hubungan orang tua-anak

dalam jangka panjang. Wawancara Peneliti dengan Ibu Masnun masyarakat

Desa Merlung mengenai bagaimana caraIbu Masnun membangun komunikasi

yang baik antara orang tua dan anak, Ibu Masnun Berpendapat:

[M]embangun komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak

bukanlah hal yang mudah, karena biasanya para orang tua kurang bisa

memperhatikan hal-hal kecil seperti kemauan yang dikehendaki oleh

anak. Hal inilah yang membuat anak mencari alternatif lain untuk

mendapatkan perhatian lebih dari orang tua misalnya dengan

berperilaku yang melanggar norma-norma.78

Maksud dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa Orang

tuaselalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, namun

kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam

mendidikanak-anaknya. Terkadang orang tua bisa melakukan penghukuman

kepada anak secara fisik, hal inilah yang bisa membuat anak menjadi takut

untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan. Disinalah dikatakanpentingnya

peran komunikasi dalam keluarga yang perlu dibangun dalam rangka pola

pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orang tua.

Dalam lingkungan keluarga orangtua berperan sebagai institusi pendidikan,

artinya tidak cukup dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi

komunikasi dalam bidang keagamaan, sosial, dan perlindungan yang

dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya.

78

Masnun, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 15 Februari 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

45

Penerapan pola komunikasi merupakan faktor yang penting bagi

perkembangan diri anak, karena ketika tidak ada komunikasi di dalam suatu

keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya perilaku nakal pada anak.

Berbagai permasalahan yang dihadapi anak, menyebabkan sebagian anak

mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk kurang

efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orangtua dalam

menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya.

B. Pola Komunikasi

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap. Sedangkan

komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang

atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara

dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara

yang tepat sehingga pesan dapat dipahami.79

Penerapan pola komunikasi keluarga sebagai bentuk interaksi antara

orang tua dengan anak maupun antar anggota keluarga memiliki implikasi

terhadap proses perkembangan emosi anak ataupun anggota keluarga itu

sendiri. Dalam proses komunikasi tersebut, setiap anggota keluarga akan

belajar mengenal dirinya serta memahami perasaannya sendiri maupun

perasaan orang lain.Dalam proses ini lah proses penerapan pola komunikasi

antara orang tua dengan anak harus berperan secara aktif, sebagai orang tua

tidak hanya memenuhi kebutuhan berupa materiil saja tetapi juga para orang

tua tersebut harus memberikan pendidikan formal, pendidikan agama, dan

memberikan perhatian kasih sayang lebih terhadap anaknya, serta pengarahan

yang baik yang seharusnya dilakukan oleh orang tua tersebut.Wawancara

Peneliti dengan Ibu Heny Sofiana masyarakat Desa Merlung mengenai apakah

penting pola komunikasi itu diterapkan didalam sebuah keluarga.

79

Mila Fajarwati,” Studi Ilmu Sosial dan Politik: Pola Komunikasi Orang Tua Dengan

Anak Remaja Dalam Berinternet Sehat Di Surabaya”, Skripsi (Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik, Universitas Pembangunan Nasioal “VETERAN” Jawa Timur, 2011), 10-11.

46

[K]urang pengetahuan tentang pola komunikasi orang tua dengan anak

dapat memicu sikap egois antara orang tua dan anak, maka dari itu

kami sebagai orang tua, tidak hanya memenuhi kebutuhannya saja

melainkan juga memberikan pendidikan, pengarahan yang baik dimana

itu semua adalah tugas kita sebagai orang tua untuk memenuhi semua

kebutuhan anak kita.80

.

Maksud dari hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa orang tua

selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya dan sebuah keluarga

akan berfungsi secara optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi

yang terbuka, ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima,

mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang

terjaga.Halini tentu membantu orangtua dalam memahami setiap

perkembangan anak-anaknya.Karena perkembangan anak bisa berbeda-beda

ditiap usianya. Dengan komunikasi, orangtua bisa mengetahui seperti apa

anak mereka, apa yang mereka suka lakukan, dan tidak suka lakukan.Beberapa

psikolog juga telah menemukan bahwa anak yang menjalin komunikasi baik

dengan orangtuanya memiliki risiko yang lebih rendah untuk melakukan hal-

hal buruk, seperti penyimpangan seksual, merokok, narkoba, serta

kekerasan. Jadi, temukan pola komunikasi yang baik dengan anak sehingga

akan membuat anak menjadi nyaman akan hal tersebut.

Beberapa anak mungkin tidak terlalu nyaman jika orang tua

mengetahui setiap apa yang dilakukan anak. Kuncinya adalah menjadi ingin

tahu tanpa mengganggu aktivitas anak.Komunikasi yang diharapkan adalah

komunikasi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan

pengertian, kesenangan, pengaruh sikap, hubungan yang makin baik, dan

tindakan. Artinya, bagaimana orang tua menggunakan pola komunikasi yang

lebih fleksibel pada aturan yang berlaku. Misalnya apa yang dikatakan orang

tua tetap penting tetapi masih memungkinkan bagi anak untuk mengemukakan

pikirannya, berupa ide, pendapat, saran, dan saling mendengar.

80

Heny Sofiana, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 15 Februari

2021, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

47

Pola komunikasi seperti ini, lebih memungkinkan bagi anak untuk

dapat mengatasi masalah atau memecahkan masalah, karena ada interaksi

dalam komunikasi, tentunya dengan tetap memperhatikan norma-norma dan

tanpa menghilangkan eksistensi sebagai orang tua maupun anak.

C. Pola Komunikasi Jenis Apa yang Digunakan Orang Tua dalam

Mendidik Anak

Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan pola interaksi

dan pola komunikasi dalam keluarga. Pola komunikasi orang tua terhadap

anak sangat bervariasi. Menurut Yusuf yang dikutip dari Djamarah adapun

jenis-jenis pola komunikasi orang tua pada anak Jenis pola komunikasi yang

digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Permissive (cenderung berperilaku

bebas, Authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan), Authoritative

(demokratis).

1. Pola Komunikasi Membebaskan (Permissive)

Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa

batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan

anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan Pola komunikasi

serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua

keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi

semua keinginan anak secara berlebihan. Pola komunikasi permissive seperti

halnya ciri-ciri dan definisi di atas tampak pada pola komunikasi yang

diterapkan oleh kedua orang tua Ade Kevin dan Fahreza, kedua orang tua

mereka memberikan kebebasan penuh kepada anaknya untuk melakukan

aktifitas sehari-hari tanpa adanya kontrol dari orang tua.81

81

Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam

Keluarga(Jakarta: Renika Cipta 2004), 51.

48

Wawancara penulis dengan Ibu Dona mengenai apakah beliau selalu

menuruti kemuan anaknya Ibu Dona berpendapat:

[S]aya selaku orang tua mengerti betul kelakuan anak saya oleh sebab

itu saya selalu menuruti apa kemauan anak saya, saya dan ayahnya

tidak pernah memarahi anak kami, karena saya takut nantinya mereka

akan membenci kami, tapi jika kelakuannya diluar batas pasti ayahnya

memarahinya cuma marahnya gak berlebihan semacam menasehati

dengan cara baik-baik takut nantinya mereka tersinggung.82

Data yang mendukung adanya ciri-ciri pola komunikasi permissive

yang diterapkan oleh orang tua terdapat pada responden orang tua Ade Kevin

dan Fahreza, hal ini tampak dari sikap orang tua pada anaknya (intensitas

komunikasi antara orang tua dengan anak,sikap orang tua yang digambarkan

adalah bagaimana sikap orang tua ketika menanggapi anaknya melakukan

kesalahan, bagaimana orang tua mendidik atau menasehati anaknya,

bagaimana orang tua membatasi atau mengawasi pergaulan anaknya).

Data yang dikumpulkan sebagai berikut, dalam hal komunikasi kedua

orang tua tampak bahwa kegiatan komunikasi hanya dilakukan satu arah dan

hanya didominasi oleh orang tuanya, dan tidak secara aktif melibatkan

anaknya. Komunikasi yang dijalin oleh dengan orang tua hanya seputar

kegiatan sehari-hari saja selain itu sikap orang tua terutama ayahnya adalah

cenderung membiarkan apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Dan jika

anak melakukan kesalahan ayahnya memarahi tetapi tidak mengarahkan apa

yang harus diperbuat oleh anak mereka, demikian juga dengan ibunya,

memberikan contoh-contoh tetapi tidak melibatkan secara langsung anaknya.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa telah terjadi komunikasi yang

kurang aktif antara anak dengan orang tua, dimana orang tua tidak ingin

mencampuri urusan anaknya dan lebih membebaskan anaknya dalam

mengambil suatu keputusan atau jalan yang akan kelak ditempuh anaknya.

82

Dona, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 18 Februari 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

49

Dapat diambil kesimpulan bahwa, pola komunikasi permissive atau

pola komunikasi yang orang tuanya cenderung membebaskan serta

membiarkan anaknya sehingga tidak ada dorongan dan semangat untuk

melanjutkan hidupnya dan akhirnya timbul rasa kurang percaya diri ataupun

suka mendominasi kehidupannya sendiri serta tidak mempunyai arah tujuan

yang jelas.

2. Pola Komunikasi Otoriter (Authoritarian)

Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orangtua yang melarang

anaknya dengan mengorbankan otonomi anak.Pola komunikasi otoriter

mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.Dalam pola komunikasi

ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum,

bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa

kompromi, bersikap kaku, cendenrung emosinal dan bersikap menolak.

Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut, pemurung dan

merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa

depan yang jelas serta tidak bersahabat. Wawancara Peneliti dengan Ibu

Ulyaselaku masyarakat Desa Merlung mengenai apa aturan yang ditetapkan

beliau kepada anaknya, beliau berpendapat:

[K]ami selaku orang tua berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti

aturan yang ditetapkan setiap masing-masing orang tua. Toh, apa pun

peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang

tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru

akan menimbulkan serangkaian efek buruk, saya dan ayahnya bukan hanya

mengurus anak kami, melainkan kami selaku orang tua tentunya juga ingin

mencukupi kebutuhan keluarga seperti bekerja demi menggapai masa depan.

Dan peraturan yang kami buat semata-mata untuk kebaikan anak kami agar

anak kami tidak melakukan penyimpangan yang sekarang marak terjadi.83

Data yang mendukung adanya ciri-ciri pola komunikasi otoriter yang

diterapkan oleh orang tua terdapat pada responden orang tua M. Reynaldy, hal

ini tampak dari sikap orang tua pada anaknya (intensitas komunikasi antara

83

Ulya, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

50

orang tua dengan anak, sikap orang tua yang digambarkan adalah bagaimana

sikap orang tua ketika menanggapi anaknya melakukan kesalahan, bagaimana

orang tua mendidik, menasehati anaknya, bagaimana orang tua membatasi,

mengawasi pergaulan anaknya) data yang dapat dihimpun adalah: Kedua

orang tua M.Reynaldy adalah termasuk orang sibuk, ayahnya yang bekerja di

kantor swasta dan ibunya juga PNS, insensitas pertemuan antara anak dengan

orang tua lebih kurang begitu intensif, pertemuan dengan kedua orang tua

sangat jarang sekali dan jika bertemu ayahnya hanya pasif saja dan tidak

pernah melakukan komunikasi yang intensif. Karena kesibukan kedua orang

tuanya, jarang sekali dilakukan komunikasi yang intensif antara kedua orang

tua dengan anak-anaknya termasuk menanyakan apa yang telah diperoleh

anaknya disekolah, bagaimana perkembangannya dan sebagainya. Ayahnya

selalu menyalahkan anaknya bila anaknya melakukan kesalahan, ketika

mengetahui anaknya merokok, orang tua langsung memarahin anak dan

menghukumnya secara fisik. Perlakuan yang seperti ini membuat anak

semakin tertekan dan akhirnya selalu melawan apa yang telah dinasehatkan

orang tuanya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa didalam pola

komunikasi jenis otoriter ini orang tuaberkuasa penuh dalam memberikan

perintah serta larangan-larangan yang harus di patuhi dan dilaksanakan oleh

seorang anak tanpa penjelasan ataupun sebab yang jelas dalam memberikan

perintah kepada anak mereka. Pada pola komunikasi ini peneliti menemukan

ketidakharmonisan berkomunikasi dalam suatu keluarga yang disebabkan oleh

perilaku orang tua dalam mengurus anak. Sehingga anak itu sendiri

menentukan jalan hidupnya sesuai dengan orang tua mereka.Dapat diambil

kesimpulan bahwa pola komunikasi Authoritarian atau pola komunikasi yang

otoriter adalah pola komunikasi yang arus komunikasinya searah keputusan

orang tua mutlak untuk di patuhi dan di laksanakan dengan maksud baik untuk

masa depan anak nantinya.

51

3. Pola Komunikasi Demokratis (Authoritative)

Pola komunikasi orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai

dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat

semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis

ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara

langsung.84

Data yang mendukung adanya ciri-ciri pola komunikasi authoritaive

yang diterapkan oleh orang tua terdapat pada responden orang tua Angga

Saputra dan Afif Prayoga, hal ini tampak dari sikap orang tua pada anaknya

(intensitas komunikasi antara orang tua dengan anak, sikap orang tua yang

digambarkan adalah bagaimana sikap orang tua ketika menanggapi anaknya

melakukan kesalahan, bagaimana orang tua mendidik, menasehati anaknya,

bagaimana orang tua membatasi, mengawasi pergaulan anaknya). Wawancara

Peneliti dengan Ibu Rita mengenai bagaimana cara beliau menjaga

komunikasi yang baik dengan anaknya agar terciptanya keharmonisan dalam

berkomunikasi, beliaumengatakan:

[D]idalam keluarga kami, saya selaku orang tua selalu menjaga

komunikasi dengan anak kami agar terciptanya sebuah keharmonisan

komunikasi di dalam keluarga kami. Menjaga komunikasi yang baik

dengan anak itu penting karena dengan begitu anak akan merasa nyaman

dan merasa diperhatikan oleh kedua orangtuanya yang berdampak anak

tidak akan malu-malu menyampaikan apa yang diinginkan kepada orang

tuanya. Dan jika anak saya melakukan kesalahan ayahnya juga memarahi,

memberi nasehat dan mencoba menghargai pendapat dari anak kami,

demikian juga dengan saya ibunya.85

Berdasarkan hasil penelitian pola komunikasi Authoritative dapat

mendorong anak untuk mandiri dengan batas dan control terhadap perilaku

anak tersebut, sehingga orang tua cukup responsive terhadap kebutuhan

anaknya untuk menyatakan pendapat.

84

Syaiful Djaramah Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam

Keluarga(Jakarta: Renika Cipta 2004), 51. 85

Rita, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

52

Pola komunikasi semacam ini dapat membantu remaja menyalurkan

dorongan agresinya serta rasa ingin tahunya kearah yang lebih tepat sehingga

kecenderungan untuk berperilaku negatif pun remaja semakin rendah. Dapat

diambil kesimpulan bahwa pola komunikasi Authoritative atau pola

komunikasi demokratis, dalam hal ini penyampaianorang tua dan kontrolnya

tinggi, bersikap responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk

menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak

perbuatan yang baik dan buruk.

Penerimaan (acceptance) orang tua mengenai pemahaman apa yang

digemari oleh anak dan apa yang dilakukan oleh anak membuat orang tua

memahami perilaku anak didalam rumah. Mengenai kontroling perilaku

terhadap anak, orang tua juga memfungsikannya dengan baik terbukti

informan ketiga membiasakan adanya komunikasi terbuka diantara orang tua

dengan anak, dengan adanya komunikasi terbuka antara orang tua dengan

anak memberikan kepercayaan tersendiri kepada anak saat anak memiliki

kegiatan diluar rumah.86

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak

adalah pola interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga. Pola komunikasi

orang tua terhadap anak sangat bervariasi. Ada yang pola komunikasinya

menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada

yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang

dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola komunikasi orang tua seperti itu

dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi anak.

Berdasarkan teori peranan dan diaplikasi ke dalam penelitian ini anak-

anak membutuhkan figur dalam masa pertumbuhan mereka. Maka dari itu,

orang tua haruslah bertindak sebagai cermin bagi anak-anak. Dan komunikasi

yang baik akan menjadi perantara serta menjembatani kepentingan dan

kemauan diantara keduanya.

86

Hendi Gunawan, “Jenis Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Perokok Aktif Di

Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara”, Jurnal Ilmu Komunikasi,

VolI. No.3(2013), 218-233.

53

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANGAN

PERILAKU ANAK SERTA UPAYA PENCEGAHAN YANG DAPAT

DIAKUKAN ORANG TUA AGAR ANAK TIDAK MELAKUKAN

PENYIMPANGAN

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyimpangan Perilaku Anak

Dalam perkembangan manusia sepanjang ia hidup, maka akan

mengalami proses perubahan baik jasmani ataupun rohani. Perkembangan

masing-masing individu tidak sama, oleh karena itu faktor-faktor yang

mempengaruhinya juga tidak sama, ada yang pengaruhnyabersifat positif dan

ada juga pengaruhnya yang bersifat negatif di sekelilingnya.

Kepribadian manusia itu tidak statis melainkan bersifat dinamis, selalu

berubah dan berkembang seiring dengan perjalanan waktu serta keadaan

lingkungan yang mengitarinya.Faktor-faktor pencetus yang menjadi sumber

munculnya sikap menentang (membangkang dan melawan), sikap tidak

mudah menerima nasihat atau saran-saran itu, antara lain:

1. Orang Tua Terlalu Menekan Anak

Pada umumnya yang terjadi, orang tua dalam mengkomunikasikan

segala sesuatu pada anaknya dengan pola menekan anak. Kadangkala kita

memaksakan kepatuhan pada anak. Seperti menyampaikan keinginan,

memberi petunjuk, memberi nasihat atau saran-saran dengan memaksakan

kehendak. Anak dipaksa harus dapat mengubah, mengarahkan dan

menyesuaikan perilakunya sesuai dengan keinginan kita. Pendek kata, kita

menganggap kita serba tahu apa yang harus diperbuat atau dilakukan anak.

Anak dipandang sebagai robot orang tua yang hanya boleh menjalankan dan

membentuk perilaku sesuai dengan digariskan orang tua.Ironinya, pemaksaan

ego orang tua ini, sebenarnya sebagian besar tanpa kita sadari.

54

Hal ini muncul akibat dari anggapan bahwa, kita memiliki dominasi

dan kekuasaan penuh terhadap anak. Hal lain yang mendorong kita menjadi

otoriter (memaksa) pada anak, kemungkinan kita dihimpit oleh berbagai

persoalan sendiri. Persoalan atau kesulitan tersebut menyebabkan kita tidak

punya waktu dan tak mampu berpikir jernih atau menentukan cara komunikasi

yang efektif dengan anak. Kita pun tergiring pada anggapan praktis, yaitu

perlakuan keras dan tegas pada anak akan membentuk dan mengarahkan

perilaku anak sesuai dengan yang kita harapkan.Padahal kita lupa, bahwa anak

itu juga punya jiwa, perasaan, keinginan atau kehendak bawah sadarnya

sendiri atau otonom, sama seperti kita.

Ketika kita memakasakan keinginan atau kehendak dengan nada keras,

menggurui, marah atau dengan kata-kata kasar, tentu yang muncul bukan

kesadaran dan kepatuhan anak. Melainkan reaksi perlawanan anak secara

spontan atau tak langsung. Reaksi perlawanan anak ini muncul karena setiap

manusia itu memang memiliki naluri untuk mempertahankan diri (defense

mechanism) dari bentuk-bentuk intervensi atau tekanan dari luar

dirinyatersebut. Dengan kata lain, tidak seorang pun yang mau menerima

dengan senang hati dan ikhlas segala bentuk teguran, amarah, hukuman

maupun kata-kata kasar yang memojokkan dirinya dari orang lain, walaupun

dari orang tuanya sekali pun.

Bentuk ketersinggungan atau kejengkelan anak atas perlakuan orang

tua tersebut secara spontan sebagai wujud perlawanan atau pembangkangan,

seperti menampik atau menyanggah perkataan orang tua menolak langsung

perintah orang tua atau melakukan perlawanan fisik. Secara tak lansung,

seperti mengabaikan teguran atau perintah orang tua, menjukkan wajah

cemberut, kaku, tegang, marah, murung, menangis, atau mengurung diri dan

sebagainya.Kalaupun anak melakukan apa yang kita kehendaki tersebut, tentu

itu dilakukan dengan cara terpaksa. Kesadaran anak untuk menilai atau

menginterpretasikan maksud kita tersebut sangatlah rendah. Anak pun

cenderung menilai negatif maksud kita tersebut.

55

2. Berkembang Dari Rasa Iri Hati Anak

Anak tidak mau mendengar atau memperhatikan, apalagi mematuhi

apa pun yang dikatakan orang tua, dan dapat ditimbulkan juga rasa iri hati

anak terhadap saudaranya atau orang lain. Anak terlanjur menilai orang tua

telah pilih kasih dan membeda-bedakan diantara anak-anaknya, sehingga sifat

curiga anak berkembang sedemikian besar. Anakpunselalu mansalah-tafsirkan

perkataan orang tua kepadanya.Dianggapnya orang tua semata-mata ingin

memojokkanya dan selalu menyalahkannya saja.

Persepsi buruk terhadap perlakuan orang tua yang dianggapnya tidak

adil inilah yang dapat menyebabkan anak selalu membangkang atau melawan

perlakuan orang tua terhadap dirinya. Anak pun cenderung melakukan

perbuatan yang bertentangan dengan apa yang kita inginkan, sebagai wujud

pelampiasan kejengkelannya, pemberontakannya atau cara dia menarik

perhatian orang tuanya.

3. Suasana Hati Anak yang Lagi Tertekan (sBermasalah)

Ketika kita bicara pada anak kadangkala kita kurang memperhatikan

suasana hati anak yang lagi bermasalah. Alhasil apa yang kita bicarakan atau

kita inginkan dari anak menjadi beban bagi anak karena anak tidak siap untuk

mendengar atau melakukan atau mematuhi keinginan orang tua. Apalagi anak

diharuskan untuk melakukan sesuatu.

Anak semakin merasa terbebani, sehingga menambah rasa jengkel dan

amarahnya. Maka tak heran bisa mengakibatkan memuncaknya ketegangan

emosional anak dan termanifestasi dalam bentuk pembangkangan atau reaksi

menentangkeinginan-keinginan orang tuanya tersebut. Hal ini yang

menyebabkan suasana hati anak merasa tertekan, bisa jadi, karena konflik

sosial anak dengan teman, saudara ataumerasa kehilangan sesuatu dan

sebagainya.

56

4. Berbicara Pada Anak Pada Waktu yang Tidak Tepat

Kadangkala kita memaksakan keinginan atau meminta anak untuk

melakukan sesuatu yang mendesak disaat anak tidak siap untuk menuruti atau

memenuhi keinginan orang tuanya. Anak berbuat seperti itu mungkin dapat

disebabkan karena anak sedang sibuk atau sedang melakukan aktivitas sendiri

yang menyita waktu dan perhatian penuh. Anak begitu asyik menikmati

aktivitasnya tersebut, seperti sedang bermain, nonton film kartun atau sedang

belajar dan sebagainya. Alhasil anak kurang menanggapi apa yang diinginkan

oleh orang tuanya. Atau anak berusaha menunda-nunda melakukan sesuatu

yan diperintahkan orang tuanya.

Secara ekstrem anak ada yang menolak mentah-mentah untuk

melakukan perintah orang tuanya itu karena keinginan orang tuanya tersebut

sudah dianggap menganggu dan menghalangi aktivitas yang sangat

mengasyikan itu.Kalau kita paksakan juga keinginan kita itu pada anak

tersebut, maka yang timbul justru konflik atau ketegangan dengan anak. Anak

akan menampilkan perilaku atau sikap membangkang atau sikap melawn

secara ekstrem.

5. Keinginan Anak yang Berlebihan dan Tidak Terpenuhi

Adakalanya kita merasakan anak menampilkan perubahan perilaku

secara ekstrem, berbeda dari biasanya. Anak tiba-tiba berani membantah,

menentang dan menolak setiap perkataan, anjuran nasihat, apalagi perintah

orang tua. Anak senantiasa menunjukkan sikap permusuhan secara verbal

maupun secara fisik. Secara verbal, tentunya akan melawan dengan kata-kata

ketus atau kasar. Sedangkan secara fisi dapat dilihat dari perubahan sikap dan

ekspresi wajah anak, seperti mata melotot, wajah kaku, cemberut, munung

atau mengurung diri atau tidak mau bertegur sapa atau tidak mau

berhadapan.Perubahan sikap dan perilaku anak tersebut sebagai bentuk

manifestasi dari reaksi tidak terpenuhinya tuntutan keinginan anak pada orang

tuanya.

57

Perubahan tersebut dimaksudkan sebagai penyampaian tanda protes

dan keinginan untuk mencari perhatian orang tua. Perubahan tersebut dapat

berlarut-larut, kalau orang tua tidak berusaha untuk merespon dan

menyelesaikan masalah tuntutan anak tersebut.

6. Hubungan Orang Tua Dengan Anak Kurang Harmonis

Perlu kita sadari, bahwa konflik-konflik yang sering kita pertunjukkan

dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap keharmonisan hubungan tidak

hanya antar orang tua, begitu juga terhadap anak-anak. Apalagi bentuk-bentuk

kekerasan, seperti pertengkaran, kata-kata kasar atau kekerasan fisik yang

terjadi itu selalu ditampilkan didepan anak-anak.

Bentuk-bentuk kekerasan yang ditampilkan didepan anak-anak

tersebut dapat membuat anak-anak menjadi trauma dan memberi persepsi

buruk tentang orang tuanya. Orang tuanya dianggap terlalu egois dan mau

menang sendiri. Orang tua tidak mau menjaga dan memepertimbangkan

keharmonisan keluarga serta menjaga kasih sayang diantara anggota keluarga.

Persepsi dan kesan buruk ini yang membuat anak menjadi benci pada orang

tuanya. Konflik-konflik yang terjadi tersebut dapat menimbulkan jarak atau

jurang pemisah antara orang tua dengan anak. Rasa benci dan ada jarak

pemisah hubungan antara orang tua dengan anak inilah yang dapat

menimbulkan sikap membangkang atau sikap menentang pada anak. Dengan

kata lain, akibat respek anak terhadap orang tua menjadi lemah, sehingga anak

pun tidak lagi mau menghiraukan atau menuruti perkataan dan kemauan orang

tua.

7. Pengaruh Pergaulan Anak

Hal yang perlu kita perhatikan juga bahwa pergaulan anak dapat

mempenaruhi perilakunya sehari-hari. Sebab, dalam pergaulan itu begitu

mudah terjadi proses identifikasi perilaku anak satu sama lain. Anak begitu

mudah mencontoh dan menyerap perilaku teman-temannya, tanpa suatu

proses pertimbangan baik buruknya perilaku tersebut. Yang menentukan cepat

58

terjadinya proses identifikasi perilaku tersebut adalah kedekatan di antara

anak-anak didalam kelompok bermainnya tersebut. Apalagi anak sedang

mengalami masalah didalam keluarganya, sehingga anak menemukan tempat

untuk mencurahkan perasaannya itu didalam kelompok bermainnya.

Dalam kelompok bermain, jika anak mempunyai teman-teman yang

memiliki perilaku buruk, seperti suka melawan, suka berkelahi, dan

sebagainya, maka anakpun memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku

temannya tersebut. Dengan kata lain, kualitas pergaulan anak turut

menentukan atau mempengaruhi bagaimana terbentuknya perilaku anak.87

Menurut Lemert Faktor-faktor pencetus yang menjadi sumber

munculnya sikap menentang (membangkang dan melawan), sikap tidak

mudah menerima nasihat atau saran-saran itu, antara lain dibedakan menjadi

dua macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.

Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang

bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat

ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah

sembarangan, dan lain-lain.Sedangakan penyimpangan sekunder yakni

perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan

umumnyadilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai

narkoba, menjadi pelacur dan lain-lain.88

Adapun faktor yang menyebabkan

remaja melakukan prilaku menyimpang ada dua faktor yang mempengaruhi

yaitu faktor internal dan faktor eksternal yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang asalnya dari dalam diri seseorang

atau individu itu sendiri.Faktor ini biasanya berupa sikap juga sifat yang

melekat pada diri seseorang.Contohnya kontrol diri yang lemah.

87

Hendra Surya, Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak (Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo, 2005), 4-11. 88

Raul, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anak Melakukan Penyimpangan”, diakses

melalui alamathttp://raul-aul7.blogspot.co.id/2010/11/perilaku-menyimpang-pada-

masyarakat.html, tanggal 28 Februari 2021.

59

Menurut Santrock kontrol diri yang lemah terjadi karena kenakalan

remaja dapat digambarkan sebagai bentuk kegagalan mengembangkan kontrol

diri dalam tingkah laku remaja. Beberapa anak dalam mengembangkan

kontrol diri yang seharusnya sudah diterima ketika mengalami proses

pertumbuhan.89

Oleh karena itu kontrol diri yang lemah menjadi pengaruh

remaja melakukan perilaku menyimpang.

Menurut Kartini Kartono dikutip daidalam bukunya, anak-anak remaja

yang melakukan kejahatan atau melakukan perilaku menyimpang pada

umumnya kurang memiliki kontrol diri tersebut dan suka menegakkan standar

tingkah laku sendiri disamping meremehkan keberadaan orang lain.90

Terkait

faktor internal, umumnya sifat dan sikap yang menimbulkan permasaslahan

sosial adalah sifat atau sikap seperti malas bekerja, tidak memiliki kepedulian

dan empati, tidak mengindahkan peraturan, mudah menyerah dan lain

sebagainya.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang asalnya dari luar diri seseorang

atau indvidu. Faktor ini meliputi lingkungan di sekitar termasuk orang-orang

terdekat. Adapun faktor eksternal yang menjadi pemicu munculnya

permasalahan sosial adalah faktor alam, faktor kependudukan, faktor lokasi,

faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan juga faktor sosial.Perilaku

menyimpang yang sering kita temui di lingkungan masyarakatpada umumnya

seperti yang dikemukakan oleh tokoh di atas ada yang sifatnyasementara dan

ada juga yang sifatnya berulang kali dilakukan, dan kebanyakankali dilakukan

oleh para remaja. Remaja ini notabenenya adalah para pelajar atau mahasiswa.

89

John W. Santrock Adolescence, Factor Internal Diterjemahkan Oleh Widyasinta dan

Indra Sallama (Jakarta: Erlangga,2007), 258. 90

Kartini Kartono, Kenakalan Remaja (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), 9.

60

Wawancara penulis dengan Ibu Guru Zakiamengenai apa saja faktor-

faktoryang mempengaruhi anak melakukan penyimpangan, beliau

mengatakan:

[M]enurut Zakia marzeta sebab penyimpangan atau kejahatan

disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor subjektif dan faktor objektif.

Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri

(sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir, ataupun faktor

turunan).Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar

(lingkungan).Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara

orang tua dan anak yang tidak serasi.91

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan Ibu Guru

Zakiamenunjukkan bahwa, perilaku menyimpangyang umumnya dilakukan

(terkhusus) siswa atau pelajar adalah perkelahian (tawuran), mengucapkan

kata-kata tidak sopan, mencoret-coret, dengan kata-kata atau gambar yang

tidak pantas,membolos dari sekolah merusak fasilitas belajar, tindakan

melawan guru danorang tua, dan lain sebagainya yang menyangkut

penyimpangan perilaku anak.

Dua faktor ini peneliti sangat setuju jika faktor perilaku menyimpang

itudisebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal,

dimanafaktor internal dari dalam individu tersebut, dan faktor eksternal dari

lingkunganhidup, kedua faktor ini sangat memengaruhi perilaku.Koherensi

diantara keduanya tidak dapat dipisahkan secara absolute karena sifat alami

dimana tidak mungkin seorang anak dapat dipisahkan sama sekali dari

lingkungan keluarganya dan terbebas sama sekali dari pengaruh-pengaruh

dalam lingkungan sekitarnya. Kedua faktor tersebut merupakan tugas orangtua

untuk melakukan pembinaan dan menyikapi secara hati-hati masukan-

masukan dari lingkungan masyarakat agar seorang anak yang masih

memerlukan pembinaan dengan baik dari kedua orang tuanya tersebut secara

signifikan bertingkah laku sesuai dengan garis-garis keluarga atau dengan kata

lain faktor internal di dalam keluarga harus lebih dominan daripada faktor

eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat.

91

Zakia, Guru Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2021, Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

61

Komunikasi antara orang tua dan anak sangat dibutuhkan oleh seorang

anak, kurangnya komunikasi orang tua terhadap anak, akan berpengaruh

terhadap perilaku anak. Seperti yang kita ketahui, komunikasi antara anak dan

orang tua merupakan dasar bagaimana orang tua dan anak membentuk

hubungannya.Salah satu hal yang dapat menunjang hal ini adalah dengan

adanya komunikasi yang efektif dengan anak.Komunikasi yang buruk antara

orang tua dan anak tentu dapat membuat hubungan orang tua dan anak

bertambah buruk.

1. Bentuk-bentuk Perilaku Penyimpangan Anak

Dimasyarakat kita mengenal bentuk-bentuk penyimpangan yang terdiri

atas penyimpangan individual (individual deviation), penyimpangan

kelompok (group deviation), dan penyimpangan gabungan dari keduanya

(mixture of both deviation). Terkadang ada pula yang menambahkan dengan

penyimpangan primer (primary deviation) dan penyimpangan sekunder

(secondary deviation).

a. Penyimpangan Individual (Individual Deviation)

Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah

mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan

masyarakat.Orang seperti itu biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai

penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya.Penyimpangan

yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan atas

pembandel, pembangkang, perusuh atau penjahat.

1. Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang

tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.

2. Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan

orang-orang.

3. Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum

yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas

pada saat di jalan raya.

62

b. Penyimpangan Kelompok (Group Deviation)

Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada

norma kelompoknya, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang

berlaku. Penyimpangan ini terjadi dalam subkebudayaan menyimpang yang

umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi sendiri, sehingga

cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang

lebih luas. Contohnya kelompok orang yang menyelundupkan serta

menyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, teroris,

kelompok preman, dan separatis.Mereka memiliki aturan-aturan sendiri yang

harus dipatuhi oleh anggotanya.92

Dalam melakukan aksinya, mereka memiliki

aturan permainan yang cermat, termasuk dalam membentuk jaringan yang

kuat untuk melakukan kejahatannya, sehingga sulit dilacak dan dibongkar

pihak yang berwenang, dalam hal ini kepolisian.

c. Penyimpangan Campuran (Mixture of Both Deviation)

Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan

pengangguran yang frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa

tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat.Mereka sering berpikir

seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh jalan pinta untuk

hidup enak.Di bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih karena kenekatan

dan kebrutalannya, mereka berkelompok dalam organisasi

rahasia(penyimpangan kelompok) dengan memiliki norma yang mereka buat

sendiri. Pada dasarnya norma yang mereka buat bertentangan dengan norma

yang berlaku umum di masyarakat.

Penyimpangan seperti itu ada yang dilakukan oleh suatu golongan

sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun

kelompok di dalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan yang secara

keseluruhan mengabaikan norma yang berlaku. Misalnya gank-gank anak

nakal.Kelompok semacam ini dapat berkembang menjadi semacam kelompok

mafia dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat

meresahkan masyarakat.

92

Aspian, “Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang”, Jurnal, IX, No.2 (2017), 17-19.

63

d. Penyimpangan Primer (Primary Deviation)

Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang, di mana hanya bersifat

temporer atau sementara dan tidak berulang-ulang. Individu yang melakukan

penyimpangan ini masih dapat diterima oleh masyarakat karena hidupnya

tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang tersebut dan di lain

kesempatan tidak akan melakukannya lagi. Misalnya seorang siswa yang

terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, atau pengemudi

kendaraan bermotor yang sesekali melanggar rambu-rambu lalu lintas.

e. Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)

Penyimpangan inidilakukan oleh seseorang secara

terusmenerus,sehingga akibatnya pun cukup parah serta mengganggu orang

lain. Dalam penyimpangan ini, seseorang secara khas memperlihatkan

perilaku menyimpang yang secara umum dikenal sebagai seorang yang

menyimpang.Misalnya seorang siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa

keterangan.Contoh lainnya adalah seseorang yang sering mabuk-mabukan

baik di rumah, di pesta, maupun di tempat umum serta seseorang yang sering

melakukan pencurian, perampokan, dan tindak kriminal lainnya.93

Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut harus diatasi karena

penyimpangan menyangkut masalah mental perilaku.Misalnya, melalui

berbagai penataran, pendidikan keagamaan, pemulihan disiplin, serta

pelatihan-pelatihan lainnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan perilaku

penyimpangan anak Wawancara penulis dengan Remaja yang bernama Nisa ia

mengatakan:

[S]emenjak kecil saya selalu berkecukupan, saya disekolahkan

sekarang di SMP, kedua orang tua saya sibuk dengan urusan mereka

masing-masing, kadang mereka pergi berkebun, kalau waktu malam

tiba saya ngumpul sama teman saya tapi teman saya itu agak dewasa

dari saya dan ada juga yang sebaya dengan saya. Apa yang dilakukan

teman-teman saya ikut.94

93

Aspian, “Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang”, Jurnal, IX, No.2 (2017), 17-19. 94

Nisa, Remaja Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 3 Maret 2021, Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

64

Maksud dari penjelasan diatas adalah orang tua dengan tingkat

perekonomiannya menengah keatas dalam perihal pengasuhan anak biasanya

tua memanjakan anaknya, apapun yang diinginkan oleh sang anak akan

dipenuhi oleh orang tuanya. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan

kekayaan yang dimiliki orang tuanya.

Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan materi saja,

sedangkan anak yang mempunyai orang tua serba berkecukupan dalam artian

mencari makan untuk sehari saja harus bekerja dulu baru dapat memenuhi

kebutuhan maka dalam hal mengawasi anak-anaknya mereka kurang

pengawasan karena itu tadi mereka harus bekerja seharian dan itupun demi

memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.Jadi, dalam perihal untuk mendidik

anak-anaknya, mengawasi anaknya itu kurang kalau dari segi kasih sayang,

tentunya semua orang tua pasti menyayangi anak mereka, orang tua mana

yang tidak memiliki sifat kasih sayang kepada anaknya itu sungguh

keterlaluan kalau ada orang tua yang seperti itu.

Peneliti juga mewawancarai Ibu Guru Tika, mengenai bagaimana

pandangan beliau sebagai guru, dalam menanggapi faktor-faktor pemicu anak

melakukan penyimpangan beliau mengatakan:

[P]enyimpangan perilaku anak itu juga disebabkan oleh faktor

keluarga dan ekonomi kenapa saya katakan begitu karena keluarga

juga merupakan salah satu faktor pemicu anak melakukan

penyimpangan mulai dai bentuk penyimpangan seperti bandel, keras

kepala, susah diatur, pembangkang itu menurut saya masuk ke bentuk-

bentuk perilaku penyimpangan, dan faktor ekonomi pun juga termasuk

bentuk-betuk penyimpangan karena kalau anak kekurangan uang bisa

jadi ia melakukan bentuk penyimpangan seperti mencuri, begal, dan

lain sebagainya, dan ini marak sekali terjadi di daerah pedesaan seperti

desa kita ini.95

95

Tika, Guru Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 3 Maret 2021, Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

65

Maksud dari penjelasan diatas adalah penyebab faktor-faktor anak

melakukan penyimpangan tidak lain dikarenakan faktor keluarga, lingkungan

tempat tinggal, dan lain sebagainya. Sehingga marak seklai terjadi bentu-

bentuk perilaku penyimpangan anak seperti yang dikatan Ibu Tika tadi banyak

sekali faktor pemicu anak melakukan penyimpangan, hal ini tidak luput juga

dari kurangnya perhatian orang tua terhadap anak mereka.Dari penjelasan

diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peran orang tua dalam mengawasi

anak, mendidik anak itu sangat penting, yang dikatakan penting disini adalah

kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua

berkomunikasi kepadanya.

Komunikasi akan sukses apabila orang tua memiliki kredibilitas di

mata anaknya. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal

balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau anak ke orangtua,

atau anak ke anak.Dalam komunikasi keluarga tanggung jawab orangtua

adalah mendidik anak, maka komunikasi yang terjadi dalam keluarga itu

bernilai pendidikan

2. Dampak yang Ditimbulkan

Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat yang

tentunya akan membawa dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan

masyarakat pada umumnya. Ada beberapa dampak yang bisa ditimbulkan

akibat dari perilaku penyimpangan anak yaitu:

a. Dampak Bagi Pelaku

Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang

individu dan natinya akan memberikan dampak bagi si pelaku itu sendiri

diataranya:

1. Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan, serta

tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari

kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan.

2. Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpngan.

66

3. Dapat menghancurkan pelaku dari agamanya dan dekat dengan

perbuatan dosa.

4. Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.

b. Dampak Bagi Orang Lain (Masyarakat)

Perilaku menyimpang juga membawa dampak bagi orang lain atau

kehidupan masyarakat pada umumnya. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

1. Dapat menganggu keamanan, dan ketertiban didalam masyarakat.

2. Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang

berlaku dimasyarakat.

3. Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga

pelaku.

Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan

sosial, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lainadalah pada umumnya

bersifat negatif.

Wawancara Peneliti dengan Tiwi Mahasiswa UIN STS Jambi yang

tinggal di Desa Merlung, mengenai hal-hal apa saja yang dianggap

menyimpang dia berpendapat:

[S]esuatu dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai

dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata

lain penyimpangan adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil

menyesuaikan diri terhadap kehendak masyarakat. Semakin mudah dan

cepatnya arus komunikasi saat ini dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan

mendorong anak (remaja) untuk mencoba sesuatu yang baru dan dapat

menjadikan semua itu sebagai pengalaman yang berarti baik yang sifatnya

positif maupun negatif. Disebut positif karena dengan adanya arus

komunikasi dan informasi yang mudah dan cepat diharapkan para remaja

dapat berkarya dan berprestasi lebih.Namun juga bisa menjadi negatif jika

hal tersebut bisa mendorong remaja untuk berperilaku yang

tidaksesuaidengannorma-norma yang ada didalammasyarakat.96

96

Tiwi, Mahasiswi UIN STS Jambi 2020, Wawancara dengan Penulis, 21 Maret 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

67

Maksud dari penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwasannya sesuatu

yang dikatakan menyimpang itu seperti misalnya anak (remaja) melakukan

penyimpangan yang nantinya akan mendorong anak untuk berperilaku yang

tidak sesuai dengan norma-norma yang ada didalam masyarakat, dan nantinya

akan menimbulkan dampak postif ataupun dampak negaif yang berlaku

didalam keluarga atupun masyarakat.Ada beberapa dampak yang

menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak. Peneliti

melakukan wawancara dengan Ibu Nuraini, beliau mengatakan:

[S]alah satu dampak yang timbulkan didalam sebuah keluarga dan

yang sering dihadapi kebanyakan orang tua dalam menjalin

komunikasi dengan anak yaitu anak tidak mau berbicara ketika kami

ajak berbicara, kadang keluar rumah tanpa izin, pulang dini hari,

kadang juga ketika saya nasehati dia masuk kuping kiri keluar kuping

kanan, susahlah pokoknya, karena anak susah dinasehati,

pembangkang, keras kepala, dan sebab itulah kami sebagai orang tua

kebanyakan jarang menjalin komunikasi dengan anak kami. Saya

sebagai orang tua rasanya tidak salah lagi dalam mendidik anak saya,

Cuma ya itu tadi, kendalanya ada pada anak kami yang susah dididik

dan susah dinasehati.97

Maksud dari penjelasan diatas mengenai kendala komunikasi orang tua

yang menyebabkan orang tua jarang berkomunikasi dengan anak dikarenakan

anaksangat pembangkang. Orang tua tidak ada yang ingin mempunyai anak

yang memiliki sifat pembangkang, keras kepala, susah diatur, dinasehati, dan

lain sebagainya. Pastinya setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang

dipandang baik didalam sebuah keluarga (masyarakat).Peneliti melakukan

wawancara dengan Ibu Lismutia, mengenai apa dampak komunikasi yang

sering Ibu Lismutia hadapi ketika sedang menjalin komunikasi dengan

anaknya, beliau mengatakan:

[D]ampak komunikasi yang sering saya hadapi ketika saya

berkomunikasi dengan anak saya tidak lain bisa dikatakan seperti saya

lagi menasehati hal yang baik-baik dengan dia eh malah masuk

kuping kanan keluar kuping kiri, ya seperti tidak dihiraukannya

omongan saya, malahan dia juga menjawab “udahlah mak tidak usah

97

Nuraini, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 21 Maret 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

68

ngoceh-ngoceh lagi pening kepala dengarnya”. Saya sebagai orang tua

sedih mendengar anak saya mengatakan itu kepada saya, saya

melakukan itu juga untuk kebaikan dirinya.98

Dari paparan diatas Ibu Lismutia selaku orang tua dari anaknya sudah

melakukan kewajibannya sebagai orang tua dalam hal mengarahkan anaknya

kejalan yang baik, yang menjadi masalah dalam keluarganya yaitu, anaknya.

Anaknya tidak menghiraukan apa yang dikatakan orang tua. Padahal itu

penting untuk dirinya.

Orang tua sudah berusaha semaksimal mungkin menjalin komunikasi

yang baik dengan anak-anaknya, tetapi anak-anak sekarang banyak tidak

menghiraukan setiap omongan yang keluar dari mulut orang tua mereka.

Padahal itu adalah hal yang baik-baik untukdirinya. Anak-anak sekarang

hanya berpikir kesenangannya saja, bersikap bodo amat. Seharusnya kita

sebagai anak yang baik jangan membuat orang tua kita merasa sedih terhadap

sifat kita.

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Togar Selaku Ketua

RT.19, mengenai dampak yang sering ditimbulkan dari kurangnya jalianan

komunikasi antara anak dan orang tua, beliau mengatakan:

[D]ampak komunikasi yang sering saya hadapi ketika saya kurang

menjalin komunikasi dengan anak saya “ya” seperti ketika saya pulang

dari kerja, saya sulit bertemu dengan anak saya, anak saya sibuk

dengan urusannya sendiri, nongkrong-nongrong sama temannnya

pulang hingga larut malam, sedangkan saya kerja pergi pagi pulang

malam terkadang itu tidak juga,nah ketika saya pulang eh anak saya

malah tidak ada dirumah, sehingga saya sering bertanya ke teman-

teman anak saya, dan menanyakan sama temannya apa saja yang

dilakukan mereka, ya teman-temannya menjawab “biasalah om lagi

ngumpul-ngumpul ya namanya anak zaman sekarang”.99

98

Lismutia, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 21 Maret 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio. 99

Togar, Ketua RT.19 Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 21 Maret 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

69

Maksud dari penjelasan diatas adalah orang tua dan anak sulit untuk

bertemu, orang tua disibukkan dengan kerja, anak malahsibuk dengan

urusannya sendiri dan tidak menghiraukan orang tuanya yang bekerja seharian

demi memenuhi kebutuhan anaknya. Mereka selaku orang tua tentunya sedih

ketika letih pulang dari pekerjaan ingin bertemu dengan anaknya eh anaknya

malah tidk dirumah, sehinggahal itu bisa membuat orang tua sedikit kecewa,

karena bagi orang tau ketika mereka sedang letih dan mereka melihat anaknya,

maka letih itu akan hilang dengan sendirinya.

B. Upaya Pencegahan yang Dapat Dilakukan Orang Tua Agar Anak

Tidak Melakukan Penyimpangan

Hati orang tua mana yang tidak sakit, jika mempunyai anak yang

selalu saja suka melawan?. Begitu juga orang tua mana yang tidak kesal, kalau

anaknya selalu membangkang, jika disuruh, diperintah, apalagi dinasihati

orang tua?. Padahal kita selaku orang tua tentu menginginkan anak itu patuh,

jika diberi nasihat, disuruh, diperintah atau dilarang melakukan sesuatu. Kalau

orang tua berbicara, anak mendengar dan memperhatikan dengan sungguh-

sungguh. Setiap petunjuk dan petuah orang tua selalu dicamkan dalam hati

dan diingatnya.Namun, kadangkala kita sebagai orang tua kehabisan akal

dalam menghadapi perilaku serta tingkah laku anak kita yang selalu berbuat

salah dan yang selalu bermasalah. Dimana anak begitu keras kepala dan egois,

dirinya dengan kukuh tidak mau disalahkan. Ketika kita orang tua bicara

panjang lebar dengan harapan si anak mau menerima dan memahami, bahwa

dirinya telah melakukan kesalahan dan harus segera memperbaiki

kesalahannnya itu si anak malah menghiraukannya saja, padahal jika anak

mau memahami serta mencerna apa yang dikatakan orang tua itu sangat lah

bermanfaat untuk dirinya sendiri, orang tau melakukan itu karena mereka

sayang kepada kita, perhatian kepada kita.Berbagai upaya pengendalian

perilaku menyimpang pada anak telah dilakukan oleh berbagai pihak, terutama

pihak orang tua.

70

Upaya tersebut terdiri dari upaya pencegahan dan upaya penanganan.

Selagi anak belum menginjak usia remaja, Anda sebagai orang tua harus mulai

mengubah sikap Anda menjadi lebih perhatian dan peduli kepada anak, serta

merawat dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang.Maka didalam

pembahasan ini, peneliti akan sedikit mengulas apa saja pencegahan-

pencegahan serta upaya yang praktis dan efektif yang dapat dilakukan orang

tua agar anak tidak melakukan penyimpangan. Upaya tersebut dijabarkan

cukup sederhana dan mudah untuk kita terapkan dalam mendidik dan

mengarahkan perilaku anak, agar sesuai dengan harapan yang kita semua

inginkan. Berikut adalah beberapa caraserta upaya pencegahan yang bisa

orang tua lakukan agar anak tidak melakukan penyimpangan diataranya:

1. Perbanyak Waktu Luang dengan Anak

Upayakan untuk memperbanyak waktu luang bersama anak, sesibuk

apa pun kita sebagai orang tua. Orang tua bisa memanfaatkan waktu untuk

bertukar cerita, menanyakan apa saja kegiatannya di sekolah, apa cita-cita atau

keinginannya di masa depan, atau bagaimana teman-temannya.

2. Buat Jadwal Harian Anak

Mengingat perilaku menyimpang pada anak juga bisa dipengaruhi oleh

lingkungan sosial, maka orang tua bisa membuat jadwal harian untuk

menumbuhkan rasa disiplin dalam diri anak. Jadwal ini meliputi jam belajar,

jam istirahat, dan jam bermainnya, terutama di luar rumah. Orang tua juga

bisa membatasi waktu pemakaian gadget oleh anak.

3. Jalin Komunikasi dengan Guru Sekolahnya

Meski kita sebagai orang tua tidak bisa melihat langsung perilaku anak

saat di sekolah, kita tetap bisa memantaunya dengan cara bertanya kepada

guru atau wali kelasnya. Jika anak kita sering melakukan kenakalan di

sekolah, cobalah tegur dan nasihati dia, berikan pengertian kepadanya

mengapa hal tersebut tidak boleh dilakukan.100

100

Marianti, “Perilaku Menyimpang Pada Anank dan Cara Mengatasinya”, diakses

melalui alamathttps://www.alodokter.com/memahami-perilaku-menyimpang-pada-anak, tanggal

08 April 2021.

71

C. Solusi Agar Anak Tidak Melakukan Penyimpangan

Dari pembahasan-pembahasan diatas mengenai bagaimana proses

penerapan pola komunikasi orang tua dengan anak, apa saja faktor-faktor

pemicu yang dapat membuat anak melakukan penyimpang, danapa upaya

pencegahan serta solusi yang dapat dilakukan orang tua agar anak tidak

melakukan penyimpangan, tentunya kita telah mengetahui dan memahami

penyebab timbulnya perilaku anak yang suka membangkang, melawan, susah

dinasihati, bandel, keras kepala, dan lain sebagainya seperti yang peneliti

paparkan didalam penelitian ini.

Ada poin penting atau hal penting yang harus kita sadari selaku orang

tua, bahwa anak suka membangkang, melawan, keras kepala, susah diatur, dan

lain sebagainya itu bukan karena faktor bawaan anakatau faktor turunan.

Melainkan lebih diakibatkan oleh pengaruh psikologis yang berasal dari dalam

diri anak serta lingkungan yang menciptakan, merangsang, mendorong, atau

membangkitkan perilaku yang membuat anak menjadi pembangkan

(melakukan penyimpangan). Dimana perilaku anak yang bermasalah tersebut

merupakan umpan balik dari bentuk-bentuk perlakuan yang dirasakan anak

sebagai bentuk tekanan atau pengabaian terhadap dirinya. Kalau kita selaku

orang tua mau jujur, secara tanpa sadar ternyata kita sendiri lah selaku orang

tua yang berperan besar sebagai penyebab dari anak suka membangkan,

melawan, keras kepala, susah diatur intinya yang berkaitan dengan

penyimpangan. Kita selaku orang tua banyak melakukan kekeliruan-

kekeliruan dalam memperlakukan anak, sebagaimana yang telah peneliti

paparkan didalam penelitian ini.

Setelah kita dapat meyadari kekeliruan-kekeliruan kita tersebut dalam

memperlakukan anak, maka sudah seharusnya kita merubah cara pendekatan,

cara penyampaian, cara memperlakukan anak kita, cara mendidik agar anak

menjadi anak yang patuh kepada orang tua, sebagaimana yang semua orang

tua harapkan. Untuk itu, kita selaku orang tua perlu melakukan langkah-

langkah pendekatan serta menemukan pola komunikasi yang baik serta efektif,

72

sebagai antisipasi perilaku anakyang suka membangkang, melawan, susah

diatur, keras kepala, dan lain sebagainya. Solusi-solusi tersebut antara lain:

1. Lakukan Pendekatan Kasih Sayang Terhadap Anak

Kita sebagai orang tua harus dapat membangun interaksi dan

komunikasi yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak.

Pendekatan yang didasarkan oleh kasih sayang dapat menciptakan hubungan

yang harmonis antara orang tua dengan anak. Dengan melakukan pendekatan

kasih sayang, berarti kita selaku orang tua dapat meneyentuh atau

bersinggungan langsung dengan perasaan anak kita. Begitu juga dapat

menciptakan susasana yang menyenangkan untuk kedua belah pihak, dimana

satu sama lain berusaha membangun sikap untuk saling memahami dan

menerima keadaan masing-masing, dengan kata lain, menciptakan

keterbukaan hati kedua belah pihak untuk saling mau mengerti keadaan

masing-masing dan bebas dari tekanan serta paksaan.

Pola pendekatan dengan kasih sayang ini, tentu membuat anak merasa

senang hati, nyaman, karena dalam pola tersebut terlukis rasa cinta, kedekatan

dan kehangatan orang tua terhadap anaknya. Perasaan senang yang terselip

didalam hati anak, tentu membuat anak tergerak untuk merespon apa yang

diinginkan orang tuanya dengan tulus tanpa berburuk sangka. Walaupun

dirinya sedang sibuk dengan kegiatannya, tentu anak akan berusaha

menyempatkan diri sejenak untuk memenuhi keinginan orang taunya dnegan

senang hati tanpa ada unsur paksaan.Untuk mengembangkan pola pendekatan

dengan kasih sayang ini, kita selaku orang tua harus menjauhkan diri dari

sikap otoriter dan harus mampu mengendalikan emosi dalam menghadapi

anakdalam berbagai situasi serta kondisi apapun. Begitu juga, dalam situasi

apapun jaganlah kita terpancing untuk menyerang atau memojokkan anak

dengan sikap emosional. Kita harus bersikap bijaksana, jika melihat anak telah

melakukan penyimpangan perilaku, baik secara sengaja ataupun tidak

disengajanya, carilah cara-cara serta solusi yang bijak dalam mengatasi

problema yang timbul, tanpa menyinggung perasaan anak.

73

Bukan mengedepankan proses balas dendam dengan berbagai sanksi

atau hukuman, yang paling penting adalah kesadaran dan perubahan perilaku

anak, sebagaimana yang semua orang tua harapkan. Bukan malah

menciptakan ketegangan-ketegangan emosional secaraberkelanjutan yang

akan membuat kita repot dan susah saja.

2. Kita Harus Memahami Watak Atau Tipe Kepribadian Anak

Untuk memudahkan kita dalam menjalin interaksi atau berkomunikasi

dengan anak, maka kita harus mengenali terlebih dahulu watak atau tipe

kepribadian anak kita. Dengan mengenal dan memperhatikan tipe kepribadian

anak, tentu kita pun selaku orang tua dapat memilih cara yang efektif untuk

meyampaikan maksud dan keinginan kita. Hal ini penting kita lakukan, agar

maksud kita itu mudah diterima anak dengan tulus, tanpa menimbulkan sikap

penolakan anak. Tipe-tipe anak itu, ada yang pemarah (temperamental,

agresif), lembut, manja, mudah diatur, susah diatur, sensitif, bijaksana, urakan,

sopan, dan lain sebagainya.

3. Menggerakkan Anak Untuk Berpikir Dan Berbuat Dengan Menyentuh

Titik Peka Anak

Untuk menarik perhatian dan mempengaruhi anak, agar dirinya dapat

merespon atau menanggapi keinginan kita, maka kita selaku orang tua dapat

menyinggung titik peka anak atau memberi perhatian khusus pada hal-hal

yang amat menarik perhatian anak. Caranya kita dapat memberi sanjungan

atau menaruh perhatian, minat pada hal-hal yang menjadi perhatian khusus

anak. Perhatian khusus yang kita tunjukkan pada anak tersebut, tentu akan

membuat anak merasa senang hati, bahagia. Anakpun akan merasa tersanjung

dan hatinya pun akan berbunga-bunga karena orang tuanya peka terhadap

dirinya.101

Perilaku normal anak bergantung pada usia, kepribadian, dan

perkembangan fisik serta emosionalnya. Hal ini dapat menjadi masalah

apabila tidak sesuai dengan harapan keluarga.

101

Hendra Surya,Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak (Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo, 2005), 12-14.

74

Secara keseluruhan, perilaku anak dapat bergantung pada lingkungan

di sekitarnya dan dipengaruhi oleh sosial serta budaya.Peran orang tua juga

tidak dapat luput untuk memengaruhi segala sikap anaknya.Namun, setiap

orang tua juga tidak dianjurkan menggunakan kekerasan untuk mendidik anak

yang nakal. Nah, berikut ini wawancara peneliti dengan Ibu Yeni masyarakat

Desa Merlung, mengenai kiat-kiatapa saja yang harus dilakukan orang tua

agar anak tidak bandel, Ibu Yeni berpendapat:

[P]asti gemas ya, kalau anak kita sudah bersikap nakal dan sulit

diatur.Meskipun usianya masih anak-anak, kebiasaan sulit diatur ini

wajib untuk diperbaiki. Jangan sampai ini menjadi sebuah kebiasaan

yang akan sulit dilepas dari perilaku anak. Tanpa harus memarahi,

melakukan kekerasan berupa cubitan atau kata-kata kasar,yang bisa

orang tua lakukan untuk mengatasi kenakalan si anak. Mengatasi

kenakalan anak jangan pakai emosi.Apapun kenakalan yang dibuat

oleh anak, ada baiknya harus diberi nasihat. Orang tua harus

menghindari tindakan membentak atau melakukan kekerasan dalam

bentuk apapun, apalagi kalau melakukan ini di depan umum.Bukannya

akan membuat sikap anak semakin baik dan menuruti aturan yang

orang tua berikan, ini justru membuat dirinya kesal karena

dipermalukan di depan banyak bahkan bisa jadi trauma lho.102

Dapat diambil kesimpulan bahwa, cara mendidik anak dengan

memarahi, membentak atau melakukan sesuatu yang kasar itu sangat salah

ya.Karena jika orangtua yang menyakiti hati anak ditambah dengan

menelantarkan anaknya tersebut mengartikan jika orangtua baik ayah atau ibu

sudah berdosa pada anak anaknya.

Segala kebutuhan dan hak seorang anak juga harus terpenuhi mulai

dari kasih sayang, makanan, pakaian, tempat bernaung dan juga pendidikan

anak dalam Islam yang menjadi kewajiban orangtua terhadap

anaknya.Seharusnya orang tua harus bisa menunjukkan sikap yang lembut di

depananaknya.Mulailah dengan nada lembut, tanpa membentak.Berusahalah

untuk menasihati dengan cara yang halus karena anak-anak tidak senang

sesuatu yang kasar.

102

Yeni, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 08 April 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

75

Orang tua juga bisa mengajarkan si anak untuk meminta maaf kalau

memang dirinya melakukan kesalahan.Dengan bersikap lembut, si anak akan

merasa kalau orang tuanya menyayangi dirinya. Pelan-pelan si anak juga akan

menyadari kalau apa yang dilakukan dirinya itu tidak baik.Orang tua juga

harus ingat kalau tidak adaorang tua yang mauanak yang dilahirkannya

menjadi nakal, hanya saja si anak kita belum terbiasa untuk berperilaku baik

sesuai keinginan orang tuanya.Permasalahan anak nakal tentu tidak boleh

dianggap sepele.Orangtua harus benar-benar mendengar kebutuhan anak. Jadi,

kaji terlebih dahulu penyebabnya agar mengetahui cara menghadapi anak

nakal tersebut dengan tepat.Cara menghadapi anak nakal itu seperti beri

pengertian pada anak.Beri pengertian pada anak bahwa bersikap nakal adalah

perbuatan yang tidak baik. Jika ia membantah atau melawan, tegurlah

kemudian katakan kepadanya kalau kita mengerti perasaannya dan mau

membantunya keluar dari kemarahan yang sedang dirasakannya.Nah, berikut

ini wawancara peneliti dengan Ibu Nurafni masyarakat Desa Merlung,

mengenai bagaimana cara mengatasi permasalahan anak, beliau berpendapat:

[K]etika anak saya rewel, nakal, susah diatur, susah dinasihati, saya

mengahadapi dengan teidak emosi mengapa begitu? Karena ketika

anak rewel, susah diatur dan lain sebagainya sebaiknya jangan hadapi

dia dengan keras, emosional, dan penuh amarah. Sebab cara itu tidak

akan bisa menyelesikan permasalahan yang ada, justru nantinya akan

membut anak semakin rewel,pembangkang dan susah dinasihati,

hadapi anak itu dengan lemah lembut itu sih kalau menurut saya

pribadi.103

Maksud dari pernyataan diatas adalah, ketika anak anda rewel, nakal

dan susah diatur sebaiknya jangan hadapi dia dengan keras, emosional, dan

penuh amarah. Sebab cara itu tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan

yang ada, justru anak akan semakin rewel dan nakal. Jika itu sudah terjadi,

maka kita pun akan merasa kerepotan untuk mengurusinya.Oleh karena itulah,

orang tua harus melakukan pendekatan yang baik, berilah nasihat dengan

103

Nurafni, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis, 08 April 2021,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rekaman Audio.

76

lembut bahwa apa yang dilakukannya itu tidak baik. Peran orang tua sangat

berpengaruh dalam perkembangan sikap mental dan perilaku anak dan anak

itu sendiri sangat memerlukan perhatian yang lebih dari orang tua.

Orang tua dalam mengasuh, membesarkan dan mendidik anak dituntut

untuk memberikan yang terbaik, hal ini merupakan suatu tugas mulia yang

tentu tidak lepas dari berbagai halangan dan rintangan.Setiap orang tua pada

dasarnya ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, dengan demikian orang tua

harus mampu menjadi model dan teladan yang baik bagi anak. Menjadi

teladan artinya menjadi sosok yang patut ditiru, dijadikan panutan atau role

model. Anak-anak tidak akan bisa tampil manjadi teladan bagi orang

disekelilingnya jika tidak mendapat keteladanan dari orang tua terlebih

dahulu. Dan hal ini juga bergantung pada pola asuh yang dirapkan orang tua

kepada anaknya.104

Keberhasilan dalam berkomunikasi dengan anak mengisyaratkan

adanya kesejajaran antara anak dengan orang tua, orang tua harus mencoba

mendalami karakter anak, setelah kita mendalami karakter anak, anak tersebut

akan menganggap kita bukan hanya dilihat dari orang tuanya saja melainkan

anak tersebut akan menganggap orang tuanya sebagai teman, sehingga pesan

didikan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak tersebut.

Namun, banyak orangtua mungkin tidak menyadari hal ini. Komunikasi

dengan anak mungkin merupakan hal yang sederhana dan terkesan mudah

dilakukan, tapi ternyata memiliki manfaat yang besar terhadap perkembangan

anak.Ketika orang tua telah mengetahui dan memahami karaktristik masing-

masing anaknya, maka sesunguhnya orang tua secara tidak langsung telah

mengetahui kunci kesuksesan dalam membangun komunikasi efektif dengan

anak-anaknya dilingkungan keluarga.

104

Jack Damsy, “Peran Orang Tua dan Guru dalam Mengatasi Sikap dan Perilaku

Menyimpang Anak”, Jurnal Pendidikan Sosiologi, Vol 3. No.2(2014), 2.

77

Komunikasi dengan anak yang terjalin dengan baik juga dapat

membuat hubungan anak dan orangtua terasa menyenangkan. Sebaliknya,

komunikasi yang terjalin dengan buruk dapat membuat anak tidak

menghormati orang tuanya dan hal itu bisa memicu anak menjadi

pembangkang, bandel, susah diatur, dan lain sebagainya, dan yang lebih

parahnya lagi anak bisa menjadi durhaka kepada kedua orang tuanya.Oleh

karena itulah sebelum terlambat.menjadi orang tua yang komunikatif, sudah

selayaknyalah menerapkan komunikasi efektif dilingkungan keluarga.

Perintah mengenai wajibnya berbakti kepada kedua orang tua itu sudah

jelas didalam Al-Qur‟an sebagaimana, termaktub didalam QS.Luqman, ayat

14, mengenai wajibnya seorang anak berbakti kepada orang tua.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada

orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah,dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah

kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku

kembalimu”.(QS. Luqman: 14).105

Surat Luqman ayat 14 adalah ayat yang memerintahkan “Birrul

walidain”, berbakti kepada kedua orangtua. Terutama kepada ibunya yang

telah mengandung dalam kondisi lemah dan payah yang semakin bertambah

seiring bertambahnya usia kehamilan. Lalu ia melahirkan dan menyusui

hingga dua tahun. Secara khusus, pengorbanan ibu disebutkan lebih detil

dalam ayat ini. Manusia diingatkan tentang kepayahan ibu saat mengandung,

melahirkan dan menyusui.

105

Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002 (Jakarta: Al-Huda, 2005),

413.

78

Lalu Allah Subhanahu wa ta'alamenutup ayat 14 dari Surat Luqman ini

dengan memerintahkan untuk bersyukur kepada-Nya dan berterima kasih

kepada kedua orangtua. Dia juga mengingatkan tempat kembali manusia.

Bahwa kelak semua orang akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggung

jawabkan seluruh perbuatannya. Termasuk dalam masalah aqidah dan birrul

walidain (berbakti kepada kedua orang tua).106

Selain perintah mengenai wajibnya berbakti kepada kedua orang tua,

anak juga wajib hukumnya mematuhi perintah orang tua, karena hukum

mematuhi perintah kedua orang tua selama hal itu tidak bertentangan dengan

perintah Allah Subhanahu wa ta'ala adalah wajib (Fardhu Ain) hukumnya.

Adapun jika perintah kedua orang tua tersebut bertentangan dengan perintah

AllahSubhanahu wa ta'ala kita wajib menolaknya namun dengan cara yang

baik penuh kasih sayang dan penghormatan atas keduanya.Dalam Islam anak

ditekankan harus menghormati kedua orang tua saja, akan tetapi ada akhlak

yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk menghargai orang yang

lebih tua usianya dan yang tua harus menyayangi yang muda.

Dalam segala kegiatan umat Islam diharuskan untuk mendahulukan

orang-orang yang lebih tua usianya, karena dikatakan bahwa menghormati

orang yang lebih tua termasuk salah satu mengagungkan AllahSubhanahu wa

ta'ala.107

Maksud dari pembahasan ini dapat diambil kesimpulan bahwa

menghormati, berbakti, mematuhi perintah orang tua selam itu tidak

bertentangan dengan syariat itu wajib hukumnya.

106

Muchlisin BK, “Kandungan Surat Luqman Ayat 14”, diakses melalui alamat

https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-luqman-ayat-14/ , tanggal 23 April 2021. 107

Wikipedia, “Birrul Walidain”, diakses melalui alamat

https://id.wikipedia.org/wiki/Birrul_Walidain#:~:text=Yang%20mana%20berbakti%20kepada%20

orang,tidak%20bertentangan%20dengan%20perintah%20Allah, tanggal 2 Mei 2021.

79

Adapun ayat didalam Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang kepatuhan

pada perintah orang tua, selama hal tersebut tidak bertentangan dengan

perintah Allah SWT.Apabila bertentangan maka seorang wajib untuk tidak

mengikuti keduanya sebagaimana termaktub dalam QS. Luqman, ayat 15:

“Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan Aku dengan

sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah

engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik,

dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada

Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah

kamu kerjakan ”. (QS. Luqman: 15).108

Dalam Islam, seorang anak wajib berbakti serta menghormati kedua

orangtuanya atau birrul walidain. Birrul walidain memiliki arti “berbakti

kepada orangtua”.Oleh karena itu bagi seorang anak, berbuat baik dan

berbakti kepada orangtua bukan sekadar memenuhi tuntunan norma susila dan

norma kesopanan, namun yang utama adalah dalam rangka menaati perintah

Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi

wa sallam.

Orang tua adalah seseorang yang melahirkan kita, mengasihi kita dan

memelihara kita sedari kecil, mengajari, membiayai, serta menyekolahkan

dan mendidik kita agar tumbuh menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi

orang-orang di sekitarnya. Maka, dari itu kita harus menghormati mereka,

berbakti kepada mereka, patuh kepada mereka serta menyayangi mereka

sebagaimana mereka menyayangi kita dan merawat kita dari kecil hingga kita

bisa berbicara serta melakukan dan mengerti banyak hal hingga saat ini.

108

Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002 (Jakarta: Al-Huda, 2005),

413.

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan diatas, berdasarkan hasil penelitian

lapangan yang di padukan dan di dukung dengan teori dan buku penunjang

dapat penulis simpulkan bahwa:

Dalam melaksanaan penerapan pola komunikasi orang tua terhadap

penyimpangan perilaku anak, kita sebagai orang tua mempunyai tugas yang

sangat mulia yaitu membantu, membimbing, mengarahkan, memimpin dan

menghindarkan anak dari hal-hal yang membahayakan dan membawa mereka

kejalan yang baik dan membahagiakan lahir batin, jasmani, rohani dan dunia

akhirat. Buruknya suatu kualitas komunikasi didalam keluarga tersebut maka

akan berdampak negatif bagi suatu keutuhan dan keharmonisan di dalam

keluaraga itu sendiri.Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan

anaknya akan menimbulkan kerenggangan atau konflik hubungan, sebaliknya

orang tua yang dapat menerima anaknya sebagaimana adanya, maka si anak

cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang

membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis

semakin sehat, semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan

potensi sepenuhnya.Setelah kita dapat meyadari kekeliruan-kekeliruan kita

tersebut dalam memperlakukan anak, maka sudah seharusnya kita merubah

cara pendekatan, cara penyampaian, cara memperlakukan anak kita, cara

mendidik agar anak menjadi anak yang patuh kepada orang tua, sebagaimana

yang semua orang tua harapkan. Untuk itu, kita selaku orang tua perlu

melakukan langkah-langkah pendekatan serta menemukan pola komunikasi

yang baik serta efektif, sebagai antisipasi perilaku anak yang suka

membangkang, melawan, susah diatur, keras kepala, dan lain sebagainya.

81

B. Implikasi Penelitian

Implikasi dari tema penelitian ini mencakup pada dua hal, yakni

implikasi teoritis dan implikasi praktis. Implikasi teoritis berhubungan dengan

proses penerapan pola komunikasi orang tua terhadap penyimpangan perilaku

anak yang digunakan para orang tua dalam mendidik anak-anaknya,

sedangkan implikasi praktis berkaitan dengan konstribusinya temuan peneliti

terhadap upaya pencegahan yang dapat dilakukan orang tua agar anak tidak

melakukan penyimpangan.

C. Kata Penutup

Alhamdulillah penulis ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT,

Serta shalawat beriring salam tak lupa pula penulis ucapkan kepada junjungan

kita Nabi besar Muhammad SAW, karena atasrahmat, karunia dan izinnya lah

skripsi ini dapat terselesaikan, kendati cukup banyak rintangan, namun dengan

rahmat-Nya dapat terlaksana dengan lancar. Dengan menyadari sepenuhnya

bahwa penulisan skripsi ini masih banyak sekali ditemui kekurangannya, baik

dalam penulisan ataupun pemikiran, suku kata, pembahasan yang menurut

penulis bukan suatu hal yang disengaja, akan tetapi karena keterbatasan

pengetahuan dan kemampuan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an

Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002. Jakarta: Al-Huda,

2005.

-------------, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Jakarta: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2010.

B. Buku:

Ali, Lukman.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo, 2007.

Anwar, Dessy.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Aditama,

2001.

Arifin, H. M.Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di LingkunganSekolah

dan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang, 1987.

Arifullah, Mohd, Dkk.Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

IAIN STS Jambi. Muaro Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi,

2016.

Arikunto.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Badudu, J.S dan Sutan, Mohammad Zain.Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.

------------------.Efektifitas Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2010.

Cangara, Hafied.Pengantar Ilmu Komunikasi “Edisi Revisi”. Jakarta: Rajawali

Pers, 2011.

--------------------. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,

2011.

Departemen, Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta : Balai Pustaka, 1990.

Departemen, Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.. Jakarta:

Balai Pustaka, 2005. Cet. Ke-3.

Djaramah, Bahri Syaiful. Pola Komunikasi Orang Tua Dan AnakDalam

Keluarga. Jakarta: Renika Cipta, 2004.

Dokumen Desa Merlung Tahun 2019-2025.

Dradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama, 1994.

Handayaningrat, Soewarno.Pengantar Studi dan Administrasi. Jakarta: Haji

Masagung, 1988.

Hasanuddin, A.H.Cakrawala Kuliah Agama. Surabaya: Al-Ikhlas, 1984.

Hurlock.Peranan Orang Tua. Bandung: Alfabeta, 2005.

Kartono, Kartini.Kenakalan Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014.

Kwik, Robert.Perilaku Manusia. Jakarta: Sinar Harapan, 2003.

Moleong, J Lexy.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

1996.

Nasution, Thamrin dan Nurhalijah, Nasution.Peranan Orang Tua Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Yogyakarta: Kanisius, 1985.

Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Poerwadarminta, W. J. S.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:

Amirko, 1984.

Purwasito, Andrik.Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah

University Press, 2002.

Nugroho, Riant.Prinsip Penerapan Pembelajaran. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Rosyidi, Lathief. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan: 1985.

Salim, Peter dan Yenny, Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:

Modern English Perss, 2002.

Santrock, Adolescence John W.Factor Internal Diterjemahkan Oleh Widyasinta

dan Indra Sallama. Jakarta: Erlangga, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2016.

Soimin, Soedaryo. Hukum Orang dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata

Barat/BW-Hukum Islam dan Hukum Adat. Jakarta: Sinar Grafika,

1992.

Surya,Hendra. Kiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo, 2005.

Uchjana, Effendy Onong. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011.

Undang-undang No 23 tahun 2002. tentang Perlidungan Anak. Jakarta:

Visimedia, 2007.

Wahab. Tujuan Penerapan Program. Jakarta: Bulan Bintang, 2008.

Widjaja, H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Sinar Grafika,

2002.

C. Jurnal:

Aspian. “Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang”. Jurnal. IX, No.2 (2017).

Damsy, Jack. “Peran Orang Tua dan Guru dalam Mengatasi Sikap dan Perilaku

Menyimpang Anak”. Jurnal Pendidikan Sosiologi. Vol 3. No.2

(2014).

Gunawan, Hendi. “Jenis Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Perokok

Aktif Di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai

Kartanegara”. Jurnal Ilmu Komunikasi. VolI. No.3 (2013).

D. Skripsi:

Ardiyansyah, Nurrizki. “Studi Ilmu Komunikasi:Peranan Komunikasi Orang Tua

Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Desa Margodadi Kecamatan

Sumberejo Kabupaten Tanggamus”. Skripsi.Lampung: Fakultas

Dakwah dan Ilmu KomunikasiUniversitas Islam Negeri (UIN) Raden

Intan Lampung, 2017.

Darmawati.“Studi Agama:Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Perilaku

Penyimpangan Anak di Desa Rantau Api Kecamatan Tengah Ilir

Kabupaten Tebo”. Skripsi. Jambi: Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama IAIN STS Jambi, 2015.

Fajarwati, Mila.“Studi Ilmu Sosial dan Politik: Pola Komunikasi Orang Tua

Dengan Anak Remaja Dalam Berinternet Sehat Di Surabaya”.Skripsi.

Jawa Timur: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas

Pembangunan Nasioal “VETERAN”, 2011.

Mayasari, Nur. “Studi Sosiologi Agama: Perilaku Menyimpang Pada Remaja di

Desa Tanjung Pandan Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung

Tengah”,Skripsi. Lampung: Fakultas Ushuluddin dan Studi Sosiologi

AgamaUniversitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, 2017.

E. Internet:

Bitar. “Pengertian Perilaku Penyimpangan Menurut Para Ahli”. Diakses melalui

alamathttps://www.gurupendidikan.co.id/perilaku-menyimpang/,

tanggal 2 Desember 2020.https://www.gurupendidikan.co.id/perilaku-

menyimpang/. Tanggal 2 Desember 2020.

Fahreza, Widyananda Rakha.“Pengertian Komunikasi”. Diakses melalui alamat

https://www.merdeka.com/jatim/komunikasi-adalah-proses-

penyampaian-makna-pada-orang-lain-ketahui-tujuan-dan-fungsi-

kln.html. Tanggal 1 Desember 2020.

Hidayat,Aepnurul.“Pengertian Perilaku”. Diakses melalui alamat

https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2017/09/11pengertian-

perilaku-by-aep-nurul-hidayah. Tanggal 2 Desember 2020.

Idjoel.“Pengertian Anak Menurut Para Ahli”. Diakses melalui alamat

www.idjoel.com/pengertian-anak-menurut-para-ahli/. Tanggal6

Desember 2020.

Marianti. “Perilaku Menyimpang Pada Anank dan Cara Mengatasinya”. Diakses

melalui alamathttps://www.alodokter.com/memahami-perilaku-

menyimpang-pada-anak. Tanggal 08 April 2021.

Muchlisin, BK. “Kandungan Surat Luqman Ayat 14”. Diakses melalui alamat

https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surat-luqman-ayat-14/.

Tanggal 23 April 2021.

Raul.“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anak Melakukan Penyimpangan”.

Diakses melalui alamathttp://raul-

aul7.blogspot.co.id/2010/11/perilaku-menyimpang-pada-

masyarakat.html. Tanggal 28 Februari 2021.

Saputra,Abayu. “Pengertian Pola”. Diakses melalui

alamathttp://etheses.iainkediri.ac.id/573/3/933500307abayusaputra201

2%20bab%202.pdf. Tanggal 1 Desember 2020.

Viadicky.“Sejarah Singkat Desa Merlung”. Diakses melalui alamat

http://tanjabbarkab.go.id/site/sejarah-singkat/. Tanggal 29 Januari

2021.

Wikipedia. “Pengertian Anak”. Diakses melalui alamat

https://id.wikipedia.org/wiki/Anak. Tanggal 12 Februari 2021.

Wikipedia.“Birrul Walidain”. Diakses melalui alamat

https://id.wikipedia.org/wiki/Birrul_Walidain#:~:text=Yang%20mana

%20berbakti%20kepada%20orang,tidak%20bertentangan%20dengan

%20perintah%20Allah. Tanggal 2 Mei 2021.

Wikipedia Komunikasi.“Pengertian Komunikasi”. Diakses melalui alamat

http://id.m.wikipedia.org/wiki/komunikasi. Tanggal 1 Desember 2020.

Wikipedia. “Pengertian Orang Tua”. Diakses melalui alamat

https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua. Tanggal 12 Februari 2021.

Wikipedia Bahasa Indonesia.“Pengertian Pola”. Diakses melalui

alamathttps://id.wikipedia.org/wiki/Pola. Tanggal 1 Desember 2020.

F. Wawancara:

Azizah, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 15 Februari

2021. Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Dona, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 18 Februari 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Heny Sofiana, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 15

Februari 2021. Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Jondri Robi, Kepala Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 12 Juni 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Lismutia, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 21 Maret 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Masnun, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 15 Februari

2021. Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Nisa, Pelajar di Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis.3 Maret 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Nurafni, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 08 April 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Nuraini, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 21 Maret 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Rita, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 20 Februari 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Tika, Guru di Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 3 Maret 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Tiwi, Mahasiswi UIN STS Jambi 2020, Wawancara dengan Penulis. 21 Maret

2021. Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Togar, Ketua RT.19 Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 21 Maret 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Ulya, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 20 Februari 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Yeni, Masyarakat Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 08 April 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

Zakia, Guru di Desa Merlung, Wawancara dengan Penulis. 20 Februari 2021.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Rekaman Audio.

DAFTAR INFORMAN/RESPONDEN

No Nama Umur Keterangan

1 Azizah 47 Ibu Rumah Tangga

2. Masnun 45 Ibu Rumah Tangga

3. Heny Sofiana 38 Ibu Rumah Tangga

4. Dona 35 Ibu Rumah Tangga

5. Ulya 37 Ibu Rumah Tangga

6. Rita 39 Ibu Rumah Tangga

7. Zakia 23 Guru di Desa Merlung

8. Nisa 17 Pelajar

9. Tika 23 Guru di Desa Merlung

10. Tiwi 18 Mahasiswi

11. Nuraini 40 Ibu Rumah Tangga

12. Lismutia 45 Ibu Rumah Tangga

13. Togar 43 Ketua RT.19

14. Yeni 30 Ibu Rumah Tangga

15. Nurafni 35 Ibu Rumah Tangga

16. Jondri Robi 38 Kepala Desa Merlung

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Skripsi

“PENERAPAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP

PENYIMPANGAN PERILAKU ANAKDI DESA MERLUNG

KECAMATAN MERLUNG KABUPATEN TANJUNG JABUNG

BARAT”

No Jenis Data Metode Sumber Data

1. Sejarah Singkat Desa Merlung

Kecamatan Merlung

Kabupaten Tanjung Jabung

Barat

-Dokumntasi

-Wawancara

- Dokumen

-Sejarah Singkat

Desa Merlung

2. Letak Geografis Desa

Merlung Kecamatan Merlung

Kabupaten Tanjung Jabung

Barat

-Dokumntasi

-Observasi

- Dokumen

-Setting

3. Keadaan Sosial Penduduk

Desa Merlung

-Dokumentasi -Dokumen

-Keadaan Sosial

Penduduk Desa

Merlung

4. Kondisi Ekonomi Penduduk

Desa Merlung

-Dokumentasi -Dokumen

-Kondisi Ekonomi

Penduduk Desa

Merlung

5. Keadaan Pemerintah Desa

Merlung

-Obsevasi

-Dokumentasi

-Dokumen

-Keadaan

Pemerintah Desa

Merlung

6. Penerapan Pola Komunikasi

Orang Tua Terhadap

Penyimpangan Perilaku Anak

-Wawancara

-Dokumentasi

-Masyarakat Desa

Merlung

-Dokumen

Kegiatan

7.

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Penyimpangan

Perilaku Anak

-Wawancara

-Observasi

-Masyarakat Desa

Merlung, Guru-

Guru di Desa

Merlung

-Dokumen

Kegiatan

8.

Upaya Pencegahan yang

Dapat Dilakukan Orang Tua

Agar Anak Tidak Melakukan

Penyimpangan

-Wawancara

-Observasi

-Upaya

Pencegahan

-Masyarakat Desa

Merlung, Guru-

Guru di Desa

Merlung

9.

Solusi Agar Anak Tidak

Melakukan Penyimpangan

-Wawancara -Masyarakat Desa

Merlung

A. Panduan Observasi

No Jenis Observasi Objek Observasi

1.

Letak Geografis Desa Merlung

Kecamatan Merlung Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

- Keadaan dan letak geografis

2. Sarana/Prasarana Desa Merlung - Sarana dan Prasarana yang

tersedia di Desa Merlung

3. Penerapan Pola Komunikasi

Orang Tua Terhadap

- Penerapan Pola Komunikasi

Orang Tua Terhadap

Penyimpangan Perilaku Anak

santri di pondok pesantren

modern madinatul „ulum

Penyimpangan Perilaku

Anak

- Pola komunikasi

Komunikasi Orang Tua

Kepada Anak, Agar Anak

Tidak Melakukan

Penyimpangan

4.

Upaya Pencegahan Serta Solusi

yang Dapat Dilakukan Orang Tua

Agar Anak Tidak Melakukan

Penyimpangan

- Proses komunikasi di Desa

Merlung

B. PanduanDokumentasi

No Jenis Data Data Dokumentasi

1. Sejarah Singkat Desa

Merlung Kecamatan

Merlung Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

- Data Dokumentasi Tentang Sejarah

Desa Merlung

2. Letak Geografis Desa

Merlung Kecamatan

Merlung Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

- Data Dokumentasi Tentang Letak

Geografis Desa Merlung dan

Perkembangan Desa Merlung

3. Keadaan Sosial

Penduduk Desa

Merlung

- Data Dokumentasi Tentang Keadaan

Sosial Penduduk Desa Merlung

4. Kondisi Ekonomi

Penduduk Desa

Merlung

- Data Dokumentasi Tentang Kondisi

Ekonomi Penduduk Desa Merlung

- Data-Data Lain yang Dibutuhkan

5. Sarana/Prasarana Desa

Merlung

- Data Dokumentasi Tentang Sarana Dan

Prasarana yang Dimiliki Desa Merlung

6. Keadaan Pemerintah

Desa Merlung

- Dokumen Struktur Organisasi

Pemerintah Desa Merlung

C. Butir-Butir Wawancara

No Jenis Data Sumber Dan Subtansi Wawancara

1 Sejarah Singkat Desa

Merlung Kecamatan

Merlung Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

Sejarah Desa Merlung

2 Sarana/Prasarana Desa

Merlung

Kepala Desa Merlung

- Bagaimana Sarana dan Prasarana yang

Ada di Desa Merlung?

3 Penerapan Pola

Komunikasi Orang

Tua Terhadap

Penyimpangan

Perilaku Anak

Masyarakat Desa Merlung

- Penerapan Pola Komunikasi yang

Seperti Apakah Agar Anak Tidak

Melakukan Penyimpangan?

- Pola Komunikasi?

- Pola Komunikasi Jenis Apa yang

Digunakan Orang Tua Dalam Mendidik

Anak?

4 Faktor-faktor yang

Mempengaruhi

Penyimpangan

Perilaku Anak

Masyarakat Desa Merlung, Guru di Desa

Merlung

- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penyimpangan Perilaku Anak?

- Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang

- Dampak yang Ditimbulkan

5 Upaya Pencegahan

yang Dapat Dilakukan

Orang Tua Agar Anak

Tidak Melakukan

Penyimpangan

Masyrakat Desa Merlung

- Apa Upaya Pencegahan yang Dapat

Dilakukan Orang Tua Agar Anak Tidak

Melakukan Penyimpangan?

6 Solusi Agar Anak

Tidak Melakukan

Penyimpangan

Masyarakat Desa Merlung

- Bagaimana Solusi Agar Anak Tidak

Melakukan Penyimpangan?

DOKUMENTASI

(Tugu Perjuangan Rakyat Desa Merlung)

(Tugu Perjuangan Rakyat Desa Merlung)

(Landscape Desa Merlung Dari Atas)

(Masjid Besar Suryah Khairuddin Merlung)

(Langgar Nurul Yaqin)

(Pasar Tradisional Desa Merlung yang Bukanya Setiap Hari Minggu-Senin)

(Suasana Pasar)

(Wawancara dengan Ibu Azizah, masyarakat Desa Merlung)

(Wawancara dengan Ibu Tiwi, Mahasiswi Desa Merlung)

(Wawancara dengan Ibu Lismutia, Masyarakat Desa Merlung)

(Wawancara dengan Ibu Nuraini, masyarakat Desa Merlung)

(Wawancara dengan Ibu Guru Tika, Guru di Desa Merlung)

(Wawancara dengan Ibu Guru Zakia, Guru di Desa Merlung)

(Wawancara dengan Ibu Yeni, masyarakat Desa Merlung)

(Wawancara denga Ibu Rita, masyarakat Desa Merlung)

(Wawancara dengan Nisa, Pelajar di Desa Merlung)

(Wawancara dengan Ibu Nurafni, masyarakat Desa Merlung)

(Wawancara Dengan Ibu Ulya, masyarakat Desa Merlung)

(Wawancara dengan Ibu Masnun, masyarakat Desa Merlung)

CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri

Nama : Rohada

Tempat & Tanggal Lahir : Merlung 28 November 1999

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat Asal : Jl. MT. Fahruddin, RT 19, Desa

Merlung, Kecamatan Merlung,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat,

Provinsi Jambi.

B. Riwayat Pendidikan

SD Negeri 51 V Merlung : 2005-2011

SMP Negeri 1 Merlung : 2011-2014

SMA Negeri 1 Merlung : 2014-2017

SI UIN STS Jambi : 2017-Sekarang

C. Penghargaan Akademis : Juara 1 Lomba Seni Kriya TingkatSMA

D. Pengalaman Organisasi Dan Kerja

1. Anggota UKK KSR PMI Perguruan Tinggi UIN STS Jambi Tahun

2017.

2. Announcer di Radio Sulta FM 107,7 MHz Tahun 2019.

3. Devisi Kemitraan dan Kerjasama GenBI Komunitas Penerima

Beasiswa Bank Indonesia Provinsi Jambi Komisariat UIN STS

Jambi Tahun 2019.