pembuatan trichokompos

17
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pupuk sebagai sumber unsur hara bagi tanaman adalah merupakan hal yang mutlak, agar tanaman menjadi sehat, tahan terhadap serangan OPT dan dengan demikian diharapkan mampu mencapai produksi yang optimal. Pemberian pupuk kimia secara berlebihan dan kurang bijaksana justru akan memperburuk kondisi fisik tanah. Tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik (kompos), maka efisiensi dan efektifitas penyerapan unsur hara oleh tanaman menjadi tidak optimal. Alternatif yang cukup memberikan harapan bagi petani dalam mengatasi hal diatas adalah dengan memanfaatkan kotoran ternak, arang sekam dan trichoderma sebagai kompos (pupuk organik). Sudah saatnya kita kembali memperkenalkan dan memanfaatkan kompos dalam praktek budidaya tanaman. Dengan sentuhan teknologi, maka kompos akan menjadi berkualitas. Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud mikrobia disini bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik disini merupakan bahan baku untuk kompos ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya. Trichokompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik kompos yang mengandung cendawan antagonis Trichoderma sp . Semua bahan organik yang 1

Upload: unsoed

Post on 20-Nov-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketersediaan pupuk sebagai sumber unsur hara bagi tanaman adalah

merupakan hal yang mutlak, agar tanaman menjadi sehat, tahan terhadap serangan

OPT dan dengan demikian diharapkan mampu mencapai produksi yang optimal.

Pemberian pupuk kimia secara berlebihan dan kurang bijaksana justru akan

memperburuk kondisi fisik tanah. Tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk

organik (kompos), maka efisiensi dan efektifitas penyerapan unsur hara oleh

tanaman menjadi tidak optimal.

Alternatif yang cukup memberikan harapan bagi petani dalam mengatasi hal

diatas adalah dengan memanfaatkan kotoran ternak, arang sekam dan trichoderma

sebagai kompos (pupuk organik). Sudah saatnya kita kembali memperkenalkan

dan memanfaatkan kompos dalam praktek budidaya tanaman. Dengan sentuhan

teknologi, maka kompos akan menjadi berkualitas.

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan

mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang

dimaksud mikrobia disini bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik

disini merupakan bahan baku untuk kompos ialah jerami, sampah kota, limbah

pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya.

Trichokompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik kompos yang

mengandung cendawan antagonis Trichoderma sp . Semua bahan organik yang

1

dalam proses pengomposannya ditambahkan Trichoderma disebut sebagai

“Trichokompos”.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dilaksanakanlah praktikum

mengenai pembuatan trichokompos ini.

B. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum pembuatan trichokompos ini adalah:

1. Untuk mengenalkan kepada mahasiswa cara-cara pembuatan trichokompos.

2. Untuk mengetahui bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan trichokompos.

2

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri

dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui

proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair, yang dapat

mensuplai/menyediakan senyawa karbon dan sebagai sumber nitrogen tanah yang

utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia

dan biologi tanah (Refliatty et al., 2013).

Trichokompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik kompos yang

mengandung cendawan antagonis Trichoderma sp . Semua bahan organik yang

dalam proses pengomposannya ditambahkan Trichoderma disebut sebagai

“Trichokompos” ( Suheiti, 2009).

Trichoderma yang terkandung dalam kompos ini berfungsi sebagai

dekomposer bahan organik dan sekaligus sebagai pengendali OPT penyakit tular

tanah seperti: Sclerotium sp, Phytium sp,Fusarium sp dan Rhizoctonia sp.

Olubukola et al., (2010) menyatakan bahwa pengomposan memperbaiki

kualitas bahan organik kompos sebagai pembenah tanah dan kompos dapat

digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Pupuk organik, khususnya

kompos, merupakan sumber hara makro dan mikro yang lengkap walau

ketersediaan hara tersebut berada dalam kadar yang rendah (Setyorini et al.,

2006).

Komposisi fisik, kimia dan biologi pupuk organik sangat bervariasi dan

manfaatnya bagi tanaman umumnya tidak secara langsung sehingga respon

3

tanaman relatif lambat. Pupuk organik diperlukan dalam takaran yang relatif

tinggi (minimal 2 t/ha/MT), sehingga seringkali menyulitkan dalam hal

transportasi dan pengadaannya. Dampak negatif yang harus diwaspadai dari

penggunaan pupuk organik adalah: (a) penggunaan pupuk organik dengan bahan

yang sama secara terus-menerus dapat menimbulkan ketidak seimbangan hara, (b)

penggunaan kompos yang belum matang dapat mengganggu pertumbuhan dan

produksi tanaman, (c) kemungkinan adanya kandungan logam berat yang

melebihi ambang batas (Suriadikarta et al., 2005).

Menurut Basuki dan Situmorang (Novita, dkk. 2008), bahwa trichokompos

sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman karena merupakan

bahan yang banyak mengandung bahan organik yang dapat memperbaiki sifat

fisik tanah melalui interaksi pertukaran unsur organik. Selain itu bahan organik

merupakan bahan penting di dalam menciptakan kesuburan tanah, baik sifat fisik,

kimia maupun dari segi biologi tanah dan tidak menimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan dan kesehatan bagi yang mengkonsumsi-nya. Tanah

pertanian yang baik dan produktif adalah tanah yang banyak mengandung bahan

organik dan jasad hidup (mikro dan makro organisme). Bahan organik mati akan

dihancurkan oleh organisme hidup menjadi bahan organik yang halus dan dapat

diserap oleh akar tanaman. Beberapa mikroorganisme hidup yang dijumpai dalam

tanah adalah bakteri, cendawan ganggang, protozoa, dan amuba. Disamping itu,

trichokompos mengandung cendawan Trichoderma sp., cendawan ini berperan

sebagai dekomposer dalam mempercepat proses dekomposisi dan memperbaiki

kualitas kompos. Cendawan Trichoderma sp. merupakan salah satu cendawan

4

antagonis yang banyak digunakan sebagai agen pengendali hayati beberapa jenis

patogen, terutama patogen rular tanah. Cendawan ini dapat menghambat

pertumbuhan patogen tular tanah pada beberapa jenis tanaman melalui kompetisi,

antibiosis dan parasitisme.

Berdasarkan uji Laboratorium, kandungan hara Trichokompos dari bahan

organik kotoran sapi adalah sebagai berikut: N 0,50%, P 0,28%, K 0,42%, Ca

1,035 ppm, Fe 958 ppm, Mn 147 ppm, Cu 4 ppm, Zn 25 ppm (Suheiti, 2009).

Trichokompos efektif sebagai penggembur tanah, penyubur tanaman,

merangsang pertumbuhan anakan, bunga dan buah. Selain itu, pupuk organik

tersebut juga sebagai pengendali penyakit, seperti penyakit layu, busuk batang dan

daun (Suheiti, 2009).

Pracaya (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa cara yang yang dapat

ditempuh agar lingkungan tidak tercemar dan rusak oleh bahan kimia pada sistem

pertanian, yaitu melalui (1) memupuk dengan kompos, pupuk kandang atau

guano; (2) memupuk dengan pupuk hijau; (3) memupuk dengan limbah asal

kandang ternak, pemotongan hewan atau septic tank, dan (4) mempertahankan

dan melestarikan habitat tanaman local. Hal lain ditambahkan oleh Pracaya bahwa

kelebihan penggunaan sistem pertanian organik, antara lain adalah: (1) tidak

menimbulkan pencemaran lingkungan dan produknya tidak mengandung residu

racun; (2) tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan

tanaman non organik, dan (3) produk tanaman organik harganya lebih kompetitif.

Wahyudi (2009), menjelaskan bahwa hasil dekomposisi bahan organik

berupa humus yang banyak mengandung asam-asam organik, asam-asam organik

5

ini dapat mengikat aluminium menjadi ikatan organo kompleks (khelat) yang

menyebabkan turunnya aktivitas aluminium. Asam-asam organik bertindak

sebagai ligan organik. Asam-asam organik dari proses dekomposisi ini akan

menghasilkan muatan-muatan negatif yang dapat mengikat aluminium

membentuk suatu ikatan komplek logam organik.

Penggunaan pupuk kimia dimaksudkan untuk menambah hara dalam tanah

sehingga kebutuhan hara esensial (hara makro maupun mikro) untuk mendukung

pertumbuhan dan perkembangan tanaman tercukupi dan diperoleh hasil tanaman

yang optimal. Akan tetapi penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan secara

terus menerus akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan baik

lingkungan perairan maupun lingkungan tanah sehingga dapat mengancam

keberlanjutan produktivitas lahan (Setyorini et al., 2006).

6

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: karung plastik dan ember.

Sementara bahan yang digunakan yaitu isolat Trichoderma, kotoran ternak, batang

pisang, potongan jerami dan SO kontan.

B. Prosedur Kerja

a. Pembuatan trichocompos di pekarangan

1. Alat dan bahan disiapkan

2. SO kontan dilarutkan dengan air

3. Kotoran ternak dicampur dengan larutan SO kontan dan Trichoderma

4. Dicacah-cacah supaya tercampur semua

5. Campuran ditutup rapat dengan karung plastik dan didiamkan selama

sebulan.

b. Pembuatan trichokompos di sawah

1. Alat dan bahan disiapkan

2. SO kontan dilarutkan dengan air

3. Lahan sawah ditutupi dengan potongan jerami dan cacahan batang pisang

4. Larutan SO kontan diciprat-cipratkan ke seluruh permukaan lahan

5. Diamkan.

6. Kemudian digaru, tanah diberi Trichoderma harzianum.

7. Umur 2 minggu disemprotkan kembali bioaktivator.

7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil dari praktikum ini yaitu pupuk kompos dan Trichokompos

Pembuatan kompos di lahan sawah Trichokompos

B. Pembahasan

Secara umum, pengertian pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk

memperbaiki kesuburan tanah dengan cara menambahkan bahan tersebut ke

dalam tanah agar tanah menjadi lebih subur. Oleh karena itu, pemupukan diartikan

sebagai penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah untuk memperbaiki sifat-

sifat kimia dan fisik tanah, seperti pengapuran, pemberian abu atau tanah mineral

(lumpur, pasir dan liat) pada tanah organik dan sebaliknya penambahan bahan

organik atau kompos pada tanah mineral (Muslihat, 2014).

8

Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah,

apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap

haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak

dapat diserap haranya oleh tanaman. Melihat besarnya sampah organik yang

dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik

menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat

(Rohendi, 2005).

Banyak macam pupuk yang kini digunakan. Dari aspek cara

memperolehnya ada pupuk alam dan ada pupuk buatan; dari aspek senyawa kimia

yang menyusunnya ada pupuk organik dan ada pupuk anorganik. Pada umumnya

pupuk organik merupakan pupuk yang bahannya diperoleh dari alam yang

diproses berdasar proses alam, maka lebih umum disebut pupuk alam; sedangkan

pupuk anorganik umumnya dibuat dengan bahan alam pula yangkemudian

diproses di suatu pabrik dengan basis industri kimia sehingga lebih umum disebut

pupuk buatan atau pupuk kimia (Djuwanto, 1999).

Tanpa pupuk organik, efisiensi dan efektivitas penyerapan unsur hara

tanaman pada tanah tidak akan berjalan lancar karena efektivitas penerapan unsur

hara sangat dipengaruhi oleh kadar bahan organik dalam tanah. Pupuk kimia tidak

dapat menggantikan fungsi kompos karena masing-masing memiliki peran yang

menyediakan nutrisi dalam jumlah yang besar bagi tanaman, sedangkan pupuk

organik berperan menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah

dimanfaatkan oleh tanaman untuk menyerap unsur hara yang disediakan pupuk

kimia. Penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik secara seimbang akan

9

meningkatkan produktivitas tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman

(Yuniwati et al., 2012).

Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

a. Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,

b. Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,

c. Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat

humifikasinya,

d. Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,

e. Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan

f. Tidak berbau

Trichokompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik kompos yang

mengandung cendawan antagonis Trichoderma sp . Semua bahan organik yang

dalam proses pengomposannya ditambahkan Trichoderma disebut sebagai

“Trichokompos”.

Berdasarkan uji Laboratorium, kandungan hara Trichokompos dari bahan

organik kotoran sapi adalah sebagai berikut: N 0,50%, P 0,28%, K 0,42%, Ca

1,035 ppm, Fe 958 ppm, Mn 147 ppm, Cu 4 ppm, Zn 25 ppm (Suheiti, 2009).

Trichokompos efektif sebagai penggembur tanah, penyubur tanaman,

merangsang pertumbuhan anakan, bunga dan buah. Selain itu, pupuk organik

tersebut juga sebagai pengendali penyakit, seperti penyakit layu, busuk batang dan

daun (Suheiti, 2009).

Manfaat Trichokompos adalah sebagai berikut:

1. Mengandung unsur hara makro dan mikro

10

2. Memperbaiki struktur tanah

3. Memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menahan air

4. Meningkatkan aktivitas biologis mikroorganisme tanah yang menguntungkan.

5. Meningkatkan PH pada tanah asam

6. Sebagai pengendalian OPT penyakit tular tanah

Dalam praktikum kali ini dilakukan 2 macam pembuatan Trichocompos,

yaitu di pekarangan dan di lahan sawah. Berikut tahapan pembuatan

Trichocompos tersebut:

1. Pembuatan Trichokompos di pekarangan

Dibuat beberapa lapisan, lapisan paling bawah yaitu seresah atau sisa-sisa

tanaman. Fungsi dari seresah dedaunan adalah untuk menambah unsur N

dalam pupuk kompos, semakin banyak kandungan hijau maka kandungan N

akan lebih tinggi.

Pada lapisan berikutnya diberi kotoran ternak. Fungsi dari kotoran ternak

adalah sebagai starter. Beberapa ternak yang dapat digunakan antara lain

kotoran ayam, kambing dan sapi.

11

Lapisan diratakan, dan kemudian di beri larutan Trichoderma.

Tutup bahan-bahan tersebut secara rapat dengan menggunakan karung

plastik.

2. Pembuatan Trichokompos di lahan sawah

Potongan jerami dihamparkan diatas permukaan tanah sawah. Jerami padi

merupakan salah satu limbah pertanian yang berpotensi sebagai penambah

unsur hara apabila dikembalikan ke

dalam tanah. Sampai saat ini, penanganan

limbah jerami padi oleh petani sebagian

besar dilakukan dengan cara dibakar dan

abunya digunakan sebagai pupuk.

12

Cacahan batang pisang disebar merata

pada lahan. Bonggol pisang

mengandung mikrobia pengurai bahan

organik. Mikrobia pengurai tersebut

terletak pada bonggol pisang bagian

luar maupun bagian dalam. Jenis mikrobia yang telah diidentifikasi pada

MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan

Aspergillus nigger. Mikrobia inilah yang biasa menguraikan bahan organik.

Mikrobia pada MOL bonggol pisang akan bertindak sebagai dekomposer

bahan organik yang akan dikomposkan.

Diatasnya diberi pupuk kandang dengan

takaran 5 ton/ha. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Kusuma (2012), beberapa

jenis pupuk kandang berpengaruh

terhadap kualitas bokashi di antaranya

kandungan unsur hara P dan K, sedangkan dari segi warna, bau dan tekstur

tidak jauh berbeda dari warna, bau dan tekstur bahan asalnya.

Ditaburkan larutan Trichoderma ke atas tumpukan bahan. Pemberian jamur

Trichoderma sp. seperti Trichoderma harzianum pada saat pengomposan

dapat mempercepat proses pengomposan dan memperbaiki kualitas kompos

yang dihasilkan, karena jamur ini dapat menghasilkan tiga enzim yaitu

enzim celobiohidrolase (CBH) yang aktif merombak selulosa alami, enzim

13

endoglikonase yang aktif merombak selulosa terlarut dan enzim glokosidase

yang aktif menghidrolisis unit selobiosa menjadi molekul glukosa

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen)

atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah

proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi

bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen

yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses

pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan

menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam

organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : kelembaban,

konsentarasi oksigen, temperatur, perbandingan C/N, derajat keasaman (pH),

ukuran bahan. Mikroorganisme dapat bekerja dengan kelembaban sekitar 40-60%.

Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme bekerja optimal. Kebutuhan

oksigen dalam pembuatan kompos yakni berkisar antara 10-18%. Temperatur

optimum yang dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35

55°C. Perbandingan C/N yang optimum untuk proses pengomposan adalah

berkisar antara 25-25. Derajat keasaman yang terbaik untuk proses pengomposan

adalah pada kondisi pH netral yakni berkisar antara 6-8. Ukuran bahan yang

dianjurkan pada pengomposan aerobik berkisar antara 1-7,5 cm.

Terdapat 17 unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, 7 macam

unsur diantaranya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga disebut sebagai unsur

14

mikro.Unsurunsur mikro tesebut yaitu seng, tembaga, boron,molibdenium,kobalt

dan khlor. Peran unsurunsur mikro adalah terkait dengan proses metabolisme

Contoh : tembaga, berkaitan dengan proses respirasi , zat besi dan boron

mendukung proses absorbsi air dan translokasi gula dan besi berperan dalam

pembentukan khlorofil dan sintesis protein. Dengan demikian unsurunsur mikro

tersebut sangat besar perannya dalam kelangsungan hidup tanaman (Umniyatie,

1999).

15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan pembahasan di depan adalah

sebagai berikut:

1. Dalam praktikum dilakukan dua kali pembuatan trichokompos, yaitu

pembuatan di pekarangan dan di lahan sawah.

2. Pemberian jamur Trichoderma sp. seperti Trichoderma harzianum pada saat

pengomposan dapat mempercepat proses pengomposan dan memperbaiki

kualitas kompos yang dihasilkan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : kelembaban,

konsentarasi oksigen, temperatur, perbandingan C/N, derajat keasaman (pH),

ukuran bahan.

4. Trichokompos efektif sebagai penggembur tanah, penyubur tanaman,

merangsang pertumbuhan anakan, bunga dan buah. Selain itu, pupuk organik

tersebut juga sebagai pengendali penyakit, seperti penyakit layu, busuk batang

dan daun

B. Saran

Saran saya untuk praktikum yang akan datang sebaiknya sistem diperbarui,

peralatan lebih dilengkapi dan jumlah asisten praktikum ditambah.

5.

16

DAFTAR PUSTAKA

Novita Trias, Evita, dan Jasminarni, 2008. Pemanfaatan Trichokompos dalam Pengembangan Polikultur Sayuran Bebas Pestisida di Desa Talang Lindung Kabupaten Kerinci. Tidak dipublikasikan. Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Jambi, Jambi

Olubukola, S A, O. Aderemi O, EAdewoyin, D Tinuke, A H Akinwunmi and A, J Oladipupo. 2010. Comparing the use of Tithonia diversifolia and Compost as soil amendments for growth and yield of Celosia argentea. New York Science Journal 2010; 3(6)

Pracaya, 2003. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar Swadaya, Jakarta.

Refliaty, Endriani dan Zurhalena. 2013. Efek aplikasi berbagai formula pupuk bio-organik trichokompos terhadap hasil dan serapan hara oleh kedelai pada tanah masam. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Vol. 15(2): 25-32 hal.

Setyorini, D., R. Saraswati, dan E.K. Anwar. 2006. Kompos.. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 11 – 40 hal.

Suheiti, Kiki. 2009. Pemanfaatan trichokompos pada tanaman sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. No 08: 1-3 hal.

Suriadikarta, D.A., T. Prihatini, D. Setyorini dan W. Hartatik. 2005. Teknologi Pengelolaan Bahan Organik Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian, Deptan.

Umniyatie, Siti. 1999. Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Mikroba Efektif (Effective Microorganisms 4). Laporan PPM UNY: Karya Alternatif Mahasiswa.

17