jurnal pembuatan tawas
TRANSCRIPT
Jurnal Praktikum
Kimia Anorganik II
“Pembuatan Tawas”
Tanggal Percobaan:
Kamis, 27-Maret-2014
Disusun Oleh:
Aida Nadia (1112016200068)
Kelompok 4 Kloter 1:
Amaliyyah mahmudah (1112016200043)
Yeni Setiartini (1112016200050)
Rizky Harysetiawan (1112016200069)
Lilik Jalaludin (1112016200074)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
I. Abstrak
Telah dilakukan pembuatan tawas dari bahan aluminium yang
terkandung di dalam kaleng bekas. Kandungan aluminium dalam kaleng
bekas berkisar antara 1,41% dan 16,04%. Tawas yang dihasilkan mampu
menjernihkan air. Percobaan ini menggambarkan suatu proses recovery
bahan kimia, yaitu mengkonversi logam aluminium menjadi kalium
aluminium sulfat atau tawas. Tawas adalah suatu istilah umum yang
menguraikan garam rangkap dari logam-logam tertentu. Tawas mengkristal
dengan struktur oktahedral dan memiliki warna yang indah, terutama jika
mengandung logam-logam transisi d.
Kata kunci : aluminium, tawas, manfaat tawas.
II. Introduction
Lingkungan hidup adalah semua benda yang hidup (biotik) dan yang
tidak hidup (abiotik), serta kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati.
Antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik, manusia
mempengaruhi lingkungannya begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan
tercemar maka manusia akan merasakan dampaknya. Persoalan lingkungan
yang ada hampir selalu ditimbulkan oleh ulah manusia dan kegiatan
produksi yang dilakukannya. Kedua aktivitas ini merupakan sumber
pencemaran lingkungan karena menggunakan dan menghasilkan zat atau
bahan yang berbahaya yang tidak dapat di daur ulang.
Kegiatan produksi selain menghasilkan produk yang mempunyai
nilai ekonomi juga menghasilkan limbah, berupa limbah padat, cair maupun
gas. Limbah-limbah tersebut akan menyebabkan pencemaran lingkungan,
meliputi: pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah.
Pencemaran tanah dapat terjadi akibat penggunaan pupuk secara berlebihan,
penggunaan pestisida dan pembuangan limbah yang tidak dapat terurai. Saat
ini banyak dijumpai limbah yang tidak dapat diurai seperti plastik, karet,
kaleng, dan botol, karena manusia cenderung menginginkan kemudahan dan
keindahan dalam hidupnya. Botol minuman dibuat dari kaleng dan plastik
agar ringan dan tidak pecah bila terjatuh. Menjinjing makanan lebih menarik
dan bersih dengan kantong plastik daripada dibungkus dengan daun pisang
atau daun jati. Penggantian bahan-bahan tersebut dari segi ekonomi lebih
menguntungkan, tetapi jika dilihat dari dampak lingkungan hal tersebut
merugikan karena akan menambah jumlah limbah yang tidak dapat diurai.
Akibatnya pencemaran lingkungan semakin bertambah.
Limbah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia
karena setiap aktifitas manusia cenderung menghasilkan limbah atau
buangan. Jumlah/volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi
manusia terhadap barang/material yang digunakan sehari-hari. Salah satu
limbah yang banyak ditemukan di lingkungan adalah limbah kaleng. Jika
disebutkan satu per satu banyak sekali limbah kaleng yang dihasilkan oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Proses daur ulang akan menghemat
energi dan eksploitasi sumber daya alam sekaligus mengurangi timbunan
sampah di TPA. Selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan
timbunan sampah di TPA, proses daur ulang juga dapat menambah nilai
ekonomis dari limbah kaleng terutama recovery dari logam-logam seperti
aluminium, seng, timah, atau besi. Dugaan kuat bahwa beberapa kaleng
bekas mengandung aluminium dengan kadar yang bervariasi, mengingat
aluminium mempunyai sifat tahan korosi, ringan dan mudah di dapat
sehingga memungkinkan untuk dijadikan bahan baku kaleng. Kandungan
aluminium dalam kaleng bekas juga memberi peluang untuk diolah menjadi
bahan koagulan penjernih air (tawas) atau bahan dalam deodorant. Kaleng
bekas minuman ringan yang mengandung aluminium selanjutnya diolah
menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas).
Aluminium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa;
bubuknya berwarna abu-abu. Ia melebur pada 6590C. bila terkena udara,
objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan
oksida ini melindungi objek dari oksida lebih lanjut. Aluminium adalah
tervalen dalam senyawa-senyawanya. Ion-ion aluminium (Al3+
) membentuk
garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna.
Aluminium sulfat membentuk garam-garam rangkap dengan sulfat dari
kation-kation monovalen dengan bentuk-bentuk Kristal, yang disebut tawas
(alum, aluin) (vogel, 1985). Sedangkan, Kalium adalah logam putih-perak
yang lunak. Logam ini melebur pada 63,50C. Garam-garam kalium
mengandung kation monovalen K+. Garam-garam ini biasanya larut dan
membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna
(Vogel,1985).
Bijih yang paling penting untuk produksi aluminium ialah bauksit,
yaitu aluminium oksida terhidrasi yang mengandung 50 sampai 60% Al2O3;
1 sampai 20% Fe2O3; 1 sampai 10%silika; sedikit sekali titanium,
zirkonium, vanadium, dan oksida logam transisi lainnya, dan sisanya (20
sampai 30%) adalah air. Bauksit dimurnikan melalui proses Bayer, yang
mengambil manfaat dari fakta bahwa oksida alumina amfoter yang larut
dalam basa kuat. Aluminium oksida terhidrasi murni mengendap bila larutan
didinginkan sampai lewat-jenuh dan dipancing menjadi Kristal dari produk
(Oxtoby, 2003).
Larutan berair yang mengandung jumlah molar yang sama dari
Al2(SO4)3 dan K2SO4 mengkristal sebagai kalium aluminium sulfat,
KAl(SO4)2.12H2O. Garam ini yang dikenal dengan patas alum, atau alum,
atau tawas, termasuk dalam golongan senyawa dengan nama alum atau
tawas. Alum mempunyai rumus M(I)M(III)(SO4)2.12H2O [dimana M(I)
dapat berupa kation apa saja kecuali Li+, dan M(III) adalah kation bermuatan
positif tiga, Al3+
, Ti3+
, V3+
, Mn3+
, Fe3+
, Co3+
, Ga3+
, In3+
, Re3+
, dan Ir3+
].
Alum mengandung ion[M(H2O)6]+, [M(H2O)6]
3+, dan SO4
2- dengan nisbah
1 : 1 : 2. Alum yang umum mempunyai M(I) = K+ atau NH4
+ dan M(III) =
Al3+
. Li+ tidak membentuk alum karena ion ini terlalu kecil untuk memenuhi
syarat struktural sebuah Kristal (Petrucci,1985).
III. Materials and Methods
A. Materials
Alat:
Erlenmeyer
Kertas saring
Gelas beaker
Hot plate
Gelas ukur
Batang pengaduk
Corong gelas
Penjepit besi
Wadah pelastik besar (baskom)
Volumetrik pipet
Neraca o’hauss
Kaca arloji
Rak tabung reaksi + tabung reaksi
Spatula
Bahan:
Limbah alumunium (kaleng bekas larutan cap kaki tiga)
Larutan KOH 20%
Larutan H2SO4 6M
Es batu
Larutan air tanah
B. Methods
1. Timbang Aluminium sebanyak 2 gram.
2. Masukkan 40 ml KOH 20% ke labu erlenmeyer.
3. Masukkan Aluminium ke labu erlenmeyer.
4. Setelah gelembung gasnya hilang, Panaskan dengan Hot plate
sampai baunya hilang.
5. Saring, lalu diamkan sampai dingin.
6. Tambahkan 30 ml H2SO4 6M.
7. Dinginkan dengan batu es.
8. Diamkan selama 1 hari.
9. Timbang tawas.
10. Masukkan larutan air tanah ke tabung reaksi secukupnya.
11. Masukkan tawas ke tabung reaksi yang sudah berisi berisi larutan air
tanah secukupnya.
12. Diamkan selama 1 jam, lalu amati perubahannya.
IV. Result and Discussion
A. Result
Sketsa Langkah Kerja Hasil Pengamatan
1. Timbang aluminium Aluminium yang digunakan
massanya sebanyak 2 gram.
2.
Larutan KOH 20% yang
dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer volumenya
sebanyak 40 ml.
Larutan KOH 20% tidak
berwarna.
3.
Terbentuk gelembung gas,
warna larutan lama-kelamaan
menjadi semakin hitam pekat,
terasa panas, berasap, dan
menimbulkan bau.
4.
Setelah gelembung gas
semuanya hilang, lalu
dipanaskan dengan hot plate
sampai baunya menghilang.
5.
Setelah disaring larutan
menjadi tidak berwarna, setelah
itu larutan didiamkan sampai
dingin (sama dengan suhu
ruangan yaitu 320C).
(larutan KOH + Alumunium
menjadi tidak berwarna .
(residu/kotoran dari larutan
KOH + Alumunium)
6.
Larutan setelah ditambahkan
dengan H2SO4, menjadi Kristal
berwarna putih dan
menimbulkan rasa panas.
7.
Dengan didinginkan maka
larutan yang awalnya panas
menjadi dingin.
8.
Setelah didiamkan selama 1
hari Kristal yang terbentuk
lebih kering membentuk
padatan yang masih
mengandung sedikit air.
9. Massa gelas beaker + tawas =
135, 48 gram.
Massa gelas beaker kosong =
100 gram.
Massa tawas = (135,48 – 100)
gram = 35, 48 gram.
10.
Volume air tanah yang
dimasukkan kedalam tabung
reaksi adalah setengah tabung
reaksi sedang.
11. Massa tawas yang di masukkan
ke tabung reaksi adalah 5
sendok spatula.
12.
Air tanah yang awalnya sangat
keruh berwarna coklat, setelah
ditambah tawas dan didiamkan
hasilnya air menjadi lebih
jernih warnanya, dan kotoran
tanahnya mengendap tertarik
oleh tawas.
Perhitungan:
- Massa gelas kimia + tawas = 135, 48 gram
- Massa gelas kimia kosong = 100 gram
- Massa tawas = (Massa gelas kimia + tawas) – (Massa gelas kimia kosong)
= 135,48 gram – 100 gram
= 35,48 gram.
Persamaan Reaksi:
2Al(s) + 2KOH(aq) + 6H2O(l) 2K[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
2K[Al(OH)4](aq) + H2SO4(aq) 2Al(OH)3(s) + K2SO4(aq) + 2H2O(l)
2Al(OH)3(s) + 3H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + 6H2O(l)
K2SO4(aq) + Al2(SO4)3(aq) + 12H2O(l) 2KAl(SO4)2.12H2O
B. Discussion
Pada penambahan KOH 20% reaksi berjalan cepat dan bersifat
eksoterm karena menghasilkan kalor (panas). Reaksi yang terjadi adalah :
2Al(s) + 2KOH(aq) + 6H2O(l) 2K[Al(OH)4](aq) + 3H2(g)
Dalam reaksi ini terbentuk gas H2 yang ditandai dengan munculnya
gelembung-gelembung gas. Gelembung-gelembung gas hilang setelah
semua aluminium bereaksi. Setelah gelembung gas H2 hilang, maka
dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Setelah itu, larutan
disaring (untuk menghilangkan pengotor-pengotornya serta untuk
memisahkan antara filtrat dengan residunya), sehingga diperoleh filtrat yang
tak berwarna. Filtrat yang diperoleh ditambah dengan H2SO4 6 M. Reaksi
yang terjadi adalah :
2K[Al(OH)4](aq) + H2SO4(aq) 2Al(OH)3(s) + K2SO4(aq) + 2H2O(l)
Penambahan larutan H2SO4 dilakukan agar seluruh senyawa
K[Al(OH)4] dapat bereaksi sempurna. Al(OH)3 yang terbentuk langsung
bereaksi dengan H2SO4 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
2Al(OH)3(s) + 3H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + 6H2O(l)
Pada reaksi sebelumnya, penambahan H2SO4 membentuk Al(OH)3
bersama-sama dengan K[Al(OH)4], namun setelah berlebih H2SO4
melarutkan Al(OH)3 menjadi Al2(SO4)3 berupa larutan tak berwarna.
Senyawa Al2(SO4)3 yang terbentuk pada reaksi (3) di atas bereaksi kembali
dengan K2SO4 hasil reaksi (2) membentuk kristal yang diperkirakan adalah
KAl(SO4)2.12H2O berwarna putih (anonim, 2006). Reaksinya adalah :
K2SO4(aq) + Al2(SO4)3(aq) + 12H2O(l) 2KAl(SO4)2.12H2O
Kristal alum (tawas) yang diperoleh beratnya adalah 35, 48 gram.
Kristal tawas yang telah disintesis kali ini dianggap berhasil, karena pada
saat proses uji coba di dalam air tanah yang berwarna coklat sangat keruh
ditambahkan tawas ini, maka hasilnya adalah air tanah tersebut larutannya
menjadi jernih. Kotoran-kotoran yang terdapat didalam larutan air tanah
tersebut terserap atau tertarik ke bawah (tawas). Berdasarkan hal ini, maka
teori diatas yang mengatakan bahwa tawas berfungsi sebagai koagulan yang
bermanfaat dapat menjernihkan air, ini terbukti kebenarannya.
V. Conclution
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1.Berat (massa) tawas yang dihasilkan adalah 35, 48 gram.
2. Percobaan yang telah dilakukan berhasil, karena tawas yang telah
disintesis dari aluminium dapat menjernihkan larutan air tanah.
3.Salah satu produk Aluminium sulfat adalah Tawas [KAl(SO4)2.12H2O].
VI. Referensi
Oxtoby, David, W. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid II Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph, H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3
Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT.Kalman Media Pusaka.
Manurung, M dan Ayuningtyas, I,F. 2010. Kandungan Aluminium dalam
Kaleng Bekas dan Pemanfaatannya dalam Pembuatan Tawas.
http://ojs.unud.ac.idindex.phpjchemarticleviewFile28061995. Diakses
pada tanggal 26 Maret 2014 Pukul 21:55 WIB.
Sholihah, Z. 2011. Sintesis Tawas. http://scribd.com/sintesis-
tawas_download/direct/58418488.pdf . Diakses pada tanggal 30 Maret
2014 Pukul 20:53 WIB.