paper ilmu tanah

30
Mengurai Jenis-Jenis Tanah Di Indonesia Apabila didasarkan pada sejarahnya, maka boleh jadi usia bumi kurang lebih telah memasuki angka 4,6 milyar tahun. Bumi adalah planet dengan nomor urut ke 3 yang paling dekat dari matahari. Planet ini dihuni berbagai makhluk hidup sebab kondisinya memang memungkinkan untuk itu. Secara umum, planet bumi diselubungi beberapa bagian yang jika disusun dalam sebuah struktur yang sistematis maka akan menunjukkan 3 bagian yakni: kerak atau crush, selubung atau mantle dan inti bumi atau core. Lapisan paling atas dari bumi adalah tanah. Tanah sendiri terbentuk secara alamiah yang berasal dari pelapukan serta pengendapan bebatuan serta bahan-bahan organik lainnya. Tanah ini menjadi salah satu sumber kehidupan makhluk hidup sebab pada tanah tersebutlah makhluk hidup memperoleh penghidupannya. Tanah secara detil terdiri atas beberapa jenis. Jenis ini dibagi berdasarkan komposisinya. Komposisi tanah sendiri dipengaruhi oleh proses pembentukannya. Khusus di negeri kita, terdapat beragam jenis tanah. Ada yang subur ada juga yang dianggap tidak potensial untuk ditanami. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis tanah di Indonesia, silahkan simak uraian berikut ini. Tanah yang dikategorikan subur harus mencakup 3 hal yakni banyak mengandung hara atau zat yang diperlukan tanaman untuk tumbuh secara proporsional, banyak mengandung air dan memiliki struktur tanah yang bagus. Setidaknya ada 9 jenis-jenis tanah di Indonesia. Tidak semua tanah ini layak untuk ditempati bercocok tanam. Adapun jenis tanah yang bisa dijumpai di Indonesia, sebagai berikut. Tanah Vulkanik Yang dimaksud dengan tanah vulkanik adalag tanah yang berasal dari pelapukan vulkanin gunung berapi. Tanah ini dikenal cukup subur. Para ahli membagi tanah vulkanik ke dalam dua jenis yakni: 1. Tanah regosol, adalah tanah dengan ciri-ciri antara lain: kasar, teksturnya berbutir, warna sedikit abu-abu hingga kekuningan, mengandung bahan organik

Upload: uns-id

Post on 11-Nov-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Mengurai Jenis-Jenis Tanah Di Indonesia

Apabila didasarkan pada sejarahnya, maka boleh jadi usia bumi kurang lebih telah memasuki angka 4,6 milyar tahun. Bumi adalah planet dengan nomor urut ke 3 yang paling dekat dari matahari. Planet ini dihuni berbagai makhluk hidup sebab kondisinya memang memungkinkan untuk itu. Secara umum, planet bumi diselubungi beberapa bagian yang jika disusun dalam sebuah struktur yang sistematis maka akan menunjukkan 3 bagian yakni: kerak atau crush, selubung atau mantle dan inti bumi atau core. Lapisan paling atas dari bumi adalah tanah. Tanah sendiri terbentuk secara alamiah yang berasal dari pelapukan serta pengendapan bebatuan serta bahan-bahan organik lainnya. Tanah ini menjadi salah satu sumber kehidupan makhluk hidup sebab pada tanah tersebutlah makhluk hidup memperoleh penghidupannya. Tanah secara detil terdiri atas beberapa jenis. Jenis ini dibagi berdasarkan komposisinya. Komposisi tanah sendiri dipengaruhi oleh proses pembentukannya. Khusus di negeri kita, terdapat beragam jenis tanah. Ada yang subur ada juga yang dianggap tidak potensial untuk ditanami. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis tanah di Indonesia, silahkan simak uraian berikut ini.

Tanah yang dikategorikan subur harus mencakup 3 hal yakni banyak mengandung hara atau zat yang diperlukan tanaman untuk tumbuh secara proporsional, banyak mengandung air dan memiliki struktur tanah yang bagus. Setidaknya ada 9 jenis-jenis tanah di Indonesia. Tidak semua tanah ini layak untuk ditempati bercocok tanam. Adapun jenis tanah yang bisa dijumpai di Indonesia, sebagai berikut.

Tanah Vulkanik

Yang dimaksud dengan tanah vulkanik adalag tanah yang berasal dari pelapukan vulkanin gunung berapi. Tanah ini dikenal cukup subur. Para ahli membagi tanah vulkanik ke dalam dua jenis yakni:

1. Tanah regosol, adalah tanah dengan ciri-ciri antara lain: kasar, teksturnya berbutir, warna sedikit abu-abu hingga kekuningan, mengandung bahan organik

dalam jumlah yang sedikit. Jenis tanah regosol ini sangat baik jika ditanami tanaman palawija semisal tembakau jagung, tomat dan lain-lain. Tanah regosol ini banyak dijumpai di selurun nusantara khususnya di Pulau Jawa, Pulau Sumatera, NTT dan masih banyak lagi lainnya.

2. Tanah Latosol, adalah tanah yang memiliki ciri-ciri: kandungan bahan organik sedang, memiliki sifat asam, warna dari kuning hingga kemerahan. Tanah jenis ini juga baik ditanami beberapa jenis tanaman palawija, padi, kelapa, kopi, karet dan masih banyak lagi lainnya. Tanah jenis yang satu ini banyak dijumpai di beberapa tempat seperti Sumatera Utara dan Barat, Jawa, Bali, Papua dan masih banyak lagi lainnya.

Tanah Organosol

Jenis tanah yang satu ini bersumber dari pelapukan berbagai bahan-bahan organik lainnya. Tanah jenis ini sangat subur dan bagus ditanami berbagai jenis tanaman. Para ahli membagi tanah organosol ke dalam dua kelompok yakni:

1. Tanah Humus, adalah jenis tanah yang bersumber dari hasil pembusukan beberapa bahan organik yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Tanah ini memiliki warna coklat yang mencolok dan sangat baik ditanami sejumlah tanaman antara lain nanas, padi, kelapa dan masih banyak lagi lainnya. Tanah humus banyak dijumpai terutama di Jawa, Papua, Sulawesi dan masih banyak lagi lainnya.

2. Tanah Gambut, adalah jenis tanah yang berasal dari pembusukan babah-bahan organik yang tidak terlalu sempurna. Biasanya tanah ini ada di wilayah yang tergenang air misalnya rawa. yanah jenis ini kurang cocok untuk sektor pertanian sebab kandungan aornya terlalu tinggi. Tanah ini banyak dijumpai di berbagai wilayah antara lain Kalimantan, Sumatera dan masih banyak lagi lainnya.

Tanah Aluvium atau Alluvial

Tanah jenis yang satu ini merupakan hasil dari erosi yang kemudian mengendap di wilayah dataran rendah. Adapun ciri dari tanah Aluvium ini adalah warna kelabu dan tingkat kesuburan yang tinggi. Tanah ini baik dijadikan medium pertanian untuk tanaman seperti palawija, tebu, kelapa dan masih banyak lagi lainnya.

Tanah Podzol

Jenis tanah yang satu ini dihasilkan dari campur tangan curah hujan yang sangat tinggi serta suhu yang cenderung rendah. Tanah Podzol memili ciri antara lain kandungan unsur hara yang sedikit sehingga kurang subur, berwarna merah hingga kuning. Tanah jenis ini cukup baik ditanami sejumlah tanaman antara lain kelapa dan juga jambu mede. Tanah jenis ini banyak dijumpai di wilayah pegunungan yang tersebar di Pulau Sumatera, Maluku, Sulawesi dan masih banyak lagi lainnya.

Tanah Laterit

Tanah jenis yang ini terbentuk dari hasil “pencucian”. Dengan demikian wajar jika ia dikategorikan tanah yang kurang subur sebab ia banyak kehilangan zat hara yang baik untuk tanaman. Jenis tanah yang satu ini juga dikenal sangat tandus. Tanah ini disebut dengan tanah hasil pencucian karena ia dilaurtkan oleh iar sehingga unsur haranya hilang. Meski demikian, tanah ini juga bisa dijadikan medim tanam beberapa tanaman antara lain kelapa serta jambu mede. Tanah Laterit banyak dijumpai di berbagai wilayah antara lain Jawa tengah, Lampung, Kal-Bar dan masih banyak lagi lainnya.

Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan tanah yang dihasilkan dari pelapukan bebatuan beku juga bebatuan sedimen. Hal ini yang melatarbelakangi tekstur tanah litosol sedikit besar. Tanah ini memiliki sejumlah ciri antara lain kurang subur sebab miskin unsur hara dan juga mineral. Tanah ini banyak dijumpai di berbagai wilayah antara lain NTT, Maluku bagian selatan dan juga Papua.

Tanah Kapur

Tanah yang sati ini berasal dari pelapukan ebbatuan kapur atau gamping. Ia kemudian dibagi lagi ke dalam dua kelompok yakni:

1. Tanah Renzina, adalah tanah yang dihasilkan dari pelapukan bebatuan kapur yang ada di daerah yang curah hujannya cukup tinggi. Adapun ciri-ciri tanah jenis inia ntara lain warnanya kehitaman serta sangat miskin unsur hara. Tanah ini banyak ditemukan di wilayah berkapur antara lain di Yogyakarta tepatnya di Gunung Kidul.

2. Tanah Mediteran, adalah jenis tanah yang berasal dari pelapukan bebatuan kapur yang kasar juga keras serta batu sedimen. Warna tanah yang satu ini agak kemerahan hingga coklat. Ia memang kurang subur tetapi bisa juga ditanami beberapa jenis tanaman palawija serta jambu mede.

Tanah Pasir

Jenis tanah yang satu ini tidak cocok untuk pertanian sebab tekturnya tidak padat. Ia dihasilkan dari berbagai bebatuan beku juga bebatuan sedimen. Tanahnya kurang subur karena itu ia jarang ditinggali manusia.

Demikian jenis-jenis tanah di Indonesia yang boleh jadi terdapat di sekitar wilayah tempat tinggal Anda. Indonesia terkenal berkat kekayaan alam serta kondisi geografisnya. Salah satu kebanggannya kita tentunya beragam jenis tanah yang disebutkan sebelumnya. Semuanya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari nusantara.

333.73 Mun tMunir, Moch

Judul : Tanah-tanah utama Indonesia : karakteristik, klasifikasi, dan pemanfaatannya

No. Panggil : 333.73 Mun tPenerbit : Dunia Pustaka JayaEdisi :Tahun : 1996ISBN : 979-919-153-1Deskripsi : vii, 346 p. : ilus. ; tab. ; 20 cm.No. Klasifikasi : 333.73Golongan : Ilmu KemasyarakatanSubyek : LAND REFORMBahasa : INDJenis : Buku

Catatan Umum : Bib.: tiap akhir bab

Makalah jenis-jenis dan karateristik tanah Senin, Januari 13, 2014 ilmu tanah No comments

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu. Tanah adalah akumulasi tubuh tanah alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam yang masih muda, sehingga masih belum lengkap untuk menampung semua persoalan teori dan praktek dengan memuaskan. Untuk membahas ilmu ini dapat ditempuh dua jalan yang berbeda dalam sudut pandangnya adalah : Ø Pedologi : ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu bagian dari alam yang berada dipermukaan bumi, yang menekankan hubungan antara tanah itu sendiri dengan faktor pembentuknya. Ø Edaphologi : ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi pertanian yaitu yang mempelajari tanah sebagai alat dengan hubungannya pada tanaman. Dalam kenyatannya sebagian besar dari tanah yang ada dipermukaan bumi ini dipergunakan sebagai usaha pertanian, maka dapat dikatakan bahwa tanah adalah alat produksi yang menghasilkan berbagai produk pertanian.

Sehingga tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting, yang dimanipulasi untuk mempengaruhi tanaman dengan memperhatikan sifat fisik, kimia dan biologinya. Sebagai manusia biasa mungkin kita hanya dapat mempelajari sedikit tentang sifat – sifat tanah , struktur tanah, tekstur tanah maupun pengetahuan tentang unsur-unsur yang terkandung dalam tanah. Tanah merupakan kendaraan pokok bagi kegiatan pertanian manusia, oleh karena itu adalah sangat penting mempelajari ilmu tanah guna menunjang kegiatan pertanian di masa mendatang. Disinilah pentingnya membekali kegiatan praktikum mengenai ilmu tanah bagi mahasiswa pertanian yang motabene akan menjadi generasi yang akan berjuang memajukan dunia pertanian Indonesia.

B. Tujuan

Dengan mempelajari jenis-jenis tanah yang ada, maka kita dapat mempermudah mempelajari ilmu tanah serta merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Dasar-dasa Ilmu Tanah.

C. Manfaat

Setiap mahasiswa yang khususnya mendapat tugas ini, bermamfaat untuk mendalami ilmu tanah jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia dan belahan dunia.

BAB II PEMBAHASAN

D. Klasifikasi Teknis

Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami. Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu : 1. Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi, 2. Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief, 3. Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah. Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup,

subgroup, family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Kedua belas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols. GAMBAR BERBAGAI ORDO TANAH PETA PENYEBARAN TANAH DI DUNIA

Ø Alfisols

Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols. Ø Andisols Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.

Ø Aridisol

Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang regim kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).

Ø Entisols Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dan tanah glei humus rendah.

Ø Gelisols Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia

Ø Histosols Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah gambut.

Ø Inceptisols Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.

Ø Mollisols

Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.

Ø Oxisols

Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.

Ø Spodosols

Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.

Ø Ultisols

Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.

Ø Vertisols

Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah grumosol. Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).

B. Karakteristik tanah yang terdapat di Indonesia dan di Dunia.

Jenis-Jenis Tanah- Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda. Tingkat kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di Indonesia, yaitu tingkat kategori jenis (great soil group). Klasifikasi jenis-jenis tanah pada tingkat tersebut sering digunakan untuk mengelompokkan tanah di Indonesia.

1. Tanah Organosol atau Tanah Gambut

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.

2. Tanah Aluvial

Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai.

3. Tanah Regosol

Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

4. Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.

5. Tanah Latosol

Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.

6. Tanah Grumusol

Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumidatau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.

7. Tanah Podsolik

Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.

8. Tanah Podzol

Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah.

9. Tanah Andosol

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.

10. Tanah Mediteran

Merah Kuning Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan

dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.

11. Hidromorf Kelabu

Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan

C. Jenis Tanah, Persebaran Dan Pemanfaatannya Di Indonesia

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dalam tanah banyak mengandung bermacam-macam bahan organik dan anroganik. Bahan organik berasal dari jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati, baik flora, fauna maupun manusia, sedangkan bahan anorganik berasal dari benda-benda mati berupa batuan dan mineral.

A. Tanah Vertikal

Bentuk persebaran tanah vertikal dapat kalian lihat saat ada penggalian parit, liang, atau sumur. Saat mencapai kedalamantertentu, kalian akan melihat perbedaan warna lapisan tanah. Perbedaan warna lapisan tanah tersebut dikenal dengan sebutan profil tanah. Secara garis besar, profil tanah terdiri atas empat lapisan yaitu :

I. Lapisan Tanah Atas (Topsoil)

Lapisan tanah ini merupakan bentuk lapisan tanah yang paling subur, berwarna cokelat kehitam-hitaman, gembur, dan memiliki ketebalan hingga 30 cm. Pada lapisan tanah inilah berkembang aktivitas organisme tanah. Warna cokelat kehitaman dan kesuburan tanah pada lapisan ini disebabkan pengaruh humus (bunga tanah), yaitu campuran sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati dan membusuk di dalam lapisan atas.

II. Lapisan tanah bawah (Subsoil)

Lapisan tanah ini merupakan lapisan tanah yang berada tepat di bawah lapisan topsoil. Lapisan ini memiliki sifat kurang subur karena memiliki kandungan zat makanan yang sangat sedikit, berwarna kemerahan atau lebih terang, strukturnya lebih padat, dan memiliki ketebalan antara 50 - 60 cm. Pada lapisan ini, aktivitas organisme dalam tanah mulai berkurang, demikian

juga dengan sistem perakaran tanaman. Hanya tanaman keras yang berakar tunggang saja yang mampu mencapainya.

III. Lapisan bahan induk tanah (Regolith)

Lapisan bahan ini merupakan asal atau induk dari lapisan tanah bawah. Pada profil tanah, lapisan ini berwarna kelabu keputih-putihan, bersifat kurang subur karena tidak banyak mengandung zat-zat makanan, strukturnya sangat keras, dan sulit ditembus sistem perakaran. Di lereng-lerang pegunungan lipatan atau patahan lapisan ini seringkali tersingkap dengan jelas. Akan tetapi karena sifat-sifat tersebut, maka lapisan tanah ini sulit dibudidayakan dan hanya akan menghasilkan tanaman yang kerdil dan tidak berkembang.

IV. Lapisan batuan induk (Bedrock)

Lapisan batuan ini merupakan bentuk batuan pejal yang belum mengalami proses pemecahan.Lapisan ini terletak di lapisan paling bawah, sehingga jarang dijumpai manusia. Akan tetapi di pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini terkadang tersingkap dan berada di lapisan atas. Bila hal ini terjadi, maka lahan tersebut merupakan lahan yang tandus dan tidak dapat ditanami karena masih merupakan lapisan batuan.

B. Tanah Horizontal

Tanah Horizontal adalah lapisan tanah paling atas yang di setiap wilayah permukaan bumi berbeda-beda jenisnya. Persebaran tanah secara horizontal di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berikut ini.

1) Tanah gambut (Organosol)

Ciri-ciri : Tanah gambut berwarna hitam, memiliki kandungan air dan bahan organik yang tinggi, memiliki pH atau tingkat keasaman yang tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek, dan pada umumnya kurang begitu subur. Persebaran : Paling banyak terdapat di Kalimantan Selatan, disusul Sumatra Selatan, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Timur, dan Papua bagian Selatan. Pemanfaatan : Jenis tanah ini terbatas untuk pertanian perkebunan seperti karet, kelapa dan palawija.

2) Tanah latosol

Ciri-ciri : Tanah latosol berwarna merah kecokelatan, memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, memiliki pH 6 – 7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humusnya mudah menurun. Jenis tanah ini pada dasarnya merupakan bentuk pelapukan dari batuan vulkanis. Persebaran : Tersebar di kawasan Bukit Barisan (Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali, Papua, dan Sulawesi. Pemanfaatan :---

3) Tanah regosol Ciri-ciri : Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. Persebaran : Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati. Pemanfaatan : Banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian. 4) Tanah alluvial Ciri-ciri : Tanah aluvial meliputi lahan yang sering mengalami banjir, sehingga dapat dianggap masih muda. Sifat tanah ini dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asal sehingga kesuburannya pun ditentukan sifat bahan asalnya. Misalnya tanah yang terdapat di Lembah Sungai Bengawan Solo yang berasal dari pegunungan karst (Pegunungan Sewu), umumnya kurang subur karena kekurangan unsur fosfor dan kalium. Sebaliknya, tanah di lembah Sungai Opak, Progo, dan Glagah yang berasal dari Gunung Merapi umumnya lebih subur karena tergolong gunung muda sehingga kaya akan unsur hara dan tersusun atas debu vulkanis yang produktif. Persebaran : Tersebar luas di sepanjang lembah sungai-sungai besar di Indonesia. Pemanfaatan : Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman pertanian.

5) Tanah litosol Ciri-ciri : Tanah litosol dianggap sebagai lapisan tanah yang masih muda, sehingga bahan induknya dangkal (kurang dari 45 cm) dan seringkali tampak di permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Jenis tanah ini belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan. Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng

gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia. Persebaran : Jenis tanah ini tersebar luas di seluruh Kepulauan Indonesia, meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan. Adapun di Sumatra, jenis tanah ini terdapat di wilayah yang tersusun dari batuan kuarsit, konglomerat, granit, dan batu lapis. Pemanfaatan : Jika akan dimanfaatkan untuk lahan pertanian, maka jenis tanah ini harus dipercepat perkembangannya, antara lain, dengan penghutanan atau tindakan lain untuk mempercepat pelapukan dan pembentukan topsoil.

6) Tanah Grumusol Ciri-ciri : Tanah grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata. Tanah grumusol adalah tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur. Tanah ini tersebar di JawaTengah,JawaTimur,Madura,Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah grumusol adalah padi, jagung, kedelai, tebu, tembakau, dan jati. Persebaran : Persebarannya meliputi Sumatra Barat, Jawa Barat (daerah Cianjur), Jawa Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil), serta di Nusa Tenggara Timur. Pemanfaatan : Pemanfaatan jenis tanah ini pada umumnya untuk jenis vegetasi rumput rumputan atau tanaman keras semusim (misalnya pohon jati). Tanah Grumosol cocok untuk tanam Padi

7) Tanah andosol

Ciri-ciri : Tanah ini berasal dari sisa abu vulkanik dari letusan suatu gunung berapi. Oleh karenanya, tanah ini mudah dijumpai di daerah sekitar lereng gunung berapi. Tanah Andosol ini sangat subur untuk ditanami dan tanah ini bertekstur gembur hingga menyerupai lempung, bahkan di beberapa wilayah, tanah ini bertekstur debu. Hal ini menjadi salah satu alasan petani menyukai tanah Andosol ini. Tanah ini mudah saat diolah. Mudah untuk saat dicangkul dan salah satu kelebihannya memiliki pori-pori tanah sehingga sirkulasi udara mudah masuk kedalam akar-akar tanaman. Sehingga tanaman yang ditanami memiliki kemungkinan panen

yang lebih tinggi karena tumbuhan tersebut memiliki pasokan udara yang cukup. Tanah Andosol ini biasanya digunakan sebagai lahan perkebunan untuk menanam tanaman seperti the, kopi, pinus, dan lain-lain. Persebaran : Tersebar di pulau-pulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara. Tanah jenis ini banyak ditemukan di dataran tinggi bersuhu sedang hingga dingin. Pemanfaatan : Jenis tanah ini banyak dikembangkan untuk tanaman perkebunan dan hortikultura.

8) Tanah podzolik merah-kuning Jenis tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu 90-180 cm dengan batas-batas antara horizon yang nyata. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan teksturnya dari lempung berpasir hingga liat sedangkan kebanyakannya adalah lempung berliat. Konsistensinya adalah gembur dibagian atas (top soil) ean teguh dibagian lapisan bawah tanah (sub soil). Kandungan bahan organik pada lapisan olah (top soil) adalah kurang dari 9 persen dan umumnya sekitar 5 persen. Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P, K, dan Ca umumnya rendah dan reaksibtanah (pH) sangat rendah yaitu antara 4-5,5. Tingkat permeabilitas, infiltrasi dan perkolasinya sedang hingga lambat, pada lapisan permukaan umumnya sedang dan makin kebawah makin lambat. Tanah ini mempunyai sifat kimia yang kurang baik, sedangkan sifat fisiknya tidak mantap dengan stabilitas agregat kurang. Sebagai akibatnya tanah ini mudah terkena bahaya erosi akibat gerakan air. Sebagai bukti banyak terdapat erosi parit yang cukup dalam di daerah-daerah jenis tanah ini. Ciri-ciri : Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 - 3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya berkurang. Persebaran : Tanah podzolik merah-kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran terluas di Indonesia. Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara. Pemanfaatan : Jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan.

9) Tanah rendzina Ciri-ciri : Rendzina merupakan tanah padang rumput yang tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan gips. Pada umumnya memiliki kandungan Ca dan Mg yang tinggi dengan pH antara 7,5 - 8,5 dan peka terhadap erosi. Persebaran : Tanah rendzina tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia. Berdasarkan luasannya, daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah ini adalah Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Pegunungan Kapur di Jawa. Pemanfaatan : Jenis tanah ini kurang bagus untuk lahan pertanian, sehingga dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras semusim dan palawija. Berikut ini adalah peta persebaran jenis tanah di Indonesia: Keterangan Warna: Ø Merah: Tanah Vulkanis. Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah sekitar gunung berapi. Tanah ini terbentuk

dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan. Jenis tanah ini umumnya mempunyai ciri berbutir halus, sifatnya tidak mudah tertiup angin, dan jika terkena hujan lapisan tanah bagian atas menutup sehingga tanah ini tidak mudah erosi. Jenis tanah ini sangat subur. Pemanfaatannya biasanya dipergunakan untuk pertanian dan perkebunan. Ø Biru: Tanah Aluvial. Tanah ini juga sering disebut tanah endapan, yaitu berupa lumpur dan pasir halus yang terbawa oleh air sungai, lalu diendapkan di dataran rendah, lembah dan sekungan sepanjang daerah aliran sungai. Tanah aluvial tidak semuanya mempunyai kandungan unsur hara yang sama. Tinggi rendahnya kandungan unsur haranya tergantung pada tanah induknya. Pemanfaatannya sebagai pertanian (persawahan) karena kondisi keasamannya yang sesuai dan letaknya berada di daerah rendah. Ø Merah muda: Tanah Laterit. Tanah ini biasanya berwarna merah atau kekuning-kuningan. Tanah laterit miskin akan unsur hara sehingga tidak subur. Tanah ini banyak dijumpai di daerah pegunungan yang hutannya sudah gundul atau lapisan humusnya telah habis karena adanya erosi (tererosi). Jenis tanah ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, harus segera diadakan penghijauan atau reboisasi, yaitu dengan cara mengusahakan menanami kembali supaya tanah tersebut dapat subur kembali. Tanah ini dipergunakan sebagai bahan baku industri gerabah (keramik). Ø Ungu: Tanah Litosol. Tanah ini sering juga disebut tanah berbatu-batu. Tanah ini terbentuk karena pelapukan batuan yang sempurna sehingga sukar ditanami atau kandungan unsur haranya sangat rendah. Sebagian besar jenis tanah ini tidak bisa dimanfaatkan, hanya sebagian kecil yang produktif dimanfaatkan untuk tanaman keras, tegalan, palawija, dan padang rumput. Ø Biru Muda: Tanah Organosol atau tanah gambut, yaitu tanah yang berasal dari bahan organik yang terbentuk karena genangan air sehingga peredaran udara di dalamnya sangat kurang dan proses penghancurannya menjadi tidak sempurna karena kekurangan unsur hara. Selain keterangan dan peta di atas, masih banyak lagi jenis tanah yang tersebar di Indonesia, seperti: Tanah mergel yang tersebar di daerah dataran rendah seperti di Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa Tenggara; Tanah Terasora tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatera; Tanah Humus terdapat di Kalimantan Sumatera, Sulawesi dan Papua; dan sebagainya.

BAB III PENUTUP

Pada akhir makalah ini di tutup dengan uraian kesimpulan. Pemahaman mahasiswa akan mengenal jenis – jenis tanah, penyebaran dan mamfaatnya yang sangat dibutuhkan untuk memahami dari berbagai jenis tanah, fungsi tanah / lahan adalah sebagai media tumbuh tanaman. Serta dengan mempelajari dan memahami berbagai jenis – jenis tanah, penulis maupun pembaca nantinya akan dapat membantu menyesuaikan jenis tanaman serta mamfaat dari jenis - jenis tanah yang telah di uraikan dalam makalah ini. Yang paling menarik dari makalah ini adalah

DAFTAR PUSAKA

Dr.Ir.Kemas Ali Hanafiah, MS. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Ade Setiawan (2010). Sifat-sifat Fisika Tanah. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Martinus.H.Pandutama, Arie Mugjiharjati, Suyono, Mustamidin. (2006). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jember : Fakultas Pertanian – Universitas Jember

Sumber: http://forester-untad.blogspot.com/2014/01/makalah-jenis-jenis-dan-karateristik.htmlKonten adalah milik dan hak cipta forester untad blog Jenis-jenis Tanah Di Indonesia dan Penyebarannya

JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA DAN PERSEBARANNYA

1. Tanah Alluvial

Alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman pertanian. Ciri-ciri tanah alluvial yaitu, jenis tanah masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka, dan kesuburan umumnya sedang hingga tinggi. Tanah ini cocok ditanami padi, palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa dan buah-buahan. Jenis tanah ini terdapat di Jawa bagian Utara, Sumatra bagian Timur, Kalimantan bagian Barat dan Selatan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.

2. Tanah Andosol

Tanah andosol terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Tanah ini memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil, warna coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organiknya tinggi, dan kelembapannya juga tinggi. Penyebarannya di daerah beriklim sedang dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun tanpa bulan kering, umumnya di jumpai di daerah lereng atau kerucut volkan dengan ketinggian diatas 800 m diatas permukaan laut. Andosol kebanyakan terdapat di pulau-pulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara.

3. Tanah Entisol

Entisol berasal dari abu vulkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang. Tanah tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran yang mengandung banyak hara tanaman sehingga dianggap subur. Entisol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu, tanah yang baru berkembang,belum ada perkembangan horison tanah, meliputi tanah-tanah yang berada di atas batuan induk dan termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru.

4. Tanah Grumusol

Grumusol adalah tanah yang berasal dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik, sehingga kandungan organiknya rendah. Tanah grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata. Persebarannya meliputi Sumatra Barat, Jawa Barat (daerah Cianjur), Jawa Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil), serta di Nusa Tenggara Timur. Pemanfaatan jenis tanah ini pada umumnya untuk jenis vegetasi rumputrumputan atau tanaman keras semusim (misalnya pohon jati).

5. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan (bahan organik). Tanah humus ini sangat subur dan cocok untuk lahan pertanian, warnanya kehitaman. Tanah jenis ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

6. Tanah Inceptisol

Inceptisol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, atau metamorf masam atau basa. Inceptisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu adanya horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya, tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah, mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol. Tanah jenis ini banyak terdapat di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan).

7. Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Karena tua sekali maka tanah ini sudah tidak subur lagi. Tanah laterit berwarna merah muda sehingga disebut pula tanah merah. Tanah jenis ini banyak terdapat di daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Lampung.

8. Tanah Latosol

Latosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku,sedimen,dan metafomorf. Tanah latosol memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison, solum dalam, tekstur lempung, warna coklat, merah hingga kuning, tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun, ketinggian tempat berkisar antara 300-1000 meter di atas permukaan laut, mudah menyerap air, memiliki pH 6 – 7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humusnya mudah menurun. Tanah ini tersebar di kawasan Bukit Barisan (Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali, Papua, dan Sulawesi.

9. Tanah Litosol

Tanah litosol belum lama mengalami perkembangan tanah, akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan, atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang. Tanah litosol harus diusahakan agar dipercepat pembentukan tanahnya, antara lain dengna penghutanan atau tindakan lain

untuk mempercepat proses pelapukan. Tanah jenis ini merupakan tanah mineral dengan sedikit perkembanan profil, tekstur tanah beraneka dan pada umumnya berpasir, tidak bertekstur, warna, kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi. Litosol dapat dijumpai di segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, dan kemiringan lereng miring hingga curam. Tanah litosol terdapat di daerah pegunungan kapur dan daerah karst di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan.

10. Tanah Kapur

Tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur yang pada umumnya terdapat di daerah pegunungan kapur dan berumur tua. Tanah ini tidak subur, tetapi masih dapat ditanami pohon jati, seperti daerah hutan jati di Pegunungan Kendeng, Blora, Jawa Tengah, dan di Pegunungan Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta. . Persebarannya banyak terdapat di daerah pegunungan kapur, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku dan Sumatera.

11. Tanah Mergel

Tanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur,

pasir dan tanah liat. Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang

tidak merata sepanjang tahun. Tanah mergel termasuk jenis tanah yang subur

dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah, misalnya Solo

(Jawa Tengah), Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).

12. Tanah Organosol

Tanah organosol adalah tanah yang terjadi dari bahan induk organik, seperti gambut dan rumput rawa pada iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun. Tanah ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu tidak tejadi deferensiasi horison secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 m, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0), dan kandungan unsur hara rendah. Jenis tanah ini terdapat di Jawa, daerah pasang

surut di daratan Timur Sumatra, pantai Kalimantan bagian barat dan selatan, serta pantai Papua (Irian jaya) bagian barat dan selatan yang kesemuanya kaya akan unsur hara.

13. Tanah Oxisol

Oxisol adalah tanah yang kaya akan besi dan aluminium oksida. Tanah jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu solum yang dangkal, kurang dari 1 meter, kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut, adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m, susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat, mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa. Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi. Tanah jenis ini tersebar di daerah tropik basah.

14. Tanah Padas

Tanah padas adalah tanah yang amat padat, karena mineral di dalamnya

dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah sebelah atasnya. Sebenarnya

tanah padas tidak dapat dikatakan tanah, karena tanah telah hilang dan sisanya

terdiri dari lapukan batuan induk. Kandungan organik tanah ini rendah bahkan

hampir tidak ada dan peka terhadap erosi. Jenis tanah ini terdapat hampir di

seluruh wilayah Indonesia.

15. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang berasal dari batu pasir yang telah melapuk. Tanah ini sangat miskin, tidak berstruktur, sedikit mengandung bahan organik dan kadar air di dalamnya sangat sedikit. Tanah pasir terdapat di pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi. Tanah pasir yang terdapat di pantai berpasir disebut sand dune. Di daerah ini dipengaruhi oleh angin, seperti bukit pasir di Pantai Parangtritis, Yogyakarta.

16. Tanah Podsol

Tanah podsol terbentuk karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podsol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu jenis tanah ini tidak mempunyai perkembangan profil, tekstur lempung hingga pasir, kandungan pasir kuarsanya tinggi, kesuburannya rendah dan warnanya kuning dan kuning kelabu. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering. Misalnya daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya.

17. Tanah Podzolik Merah Kuning

Tanah podzolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran terluas di Indonesia. Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya berkurang. Dengan pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan. Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.

18. Tanah Regosol

Tanah regosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan yang mengandung abu vulkanik, pasir pantai dan nafal. Ciri-cirinya yaitu, Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, Jenis tanah masih muda, belum mengalami deferensiasi horison, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 – 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati. Seperti Jawa, Sumatra, dan Madura. Banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian.

19. Tanah Rendzina

            Tanah rendzina tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia. Berdasarkan luasannya, daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah ini adalah Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Pegunungan Kapur di Jawa. Rendzina memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan tanah padang rumput

yang tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan gips. Pada umumnya memiliki kandungan Ca dan Mg yang tinggi dengan pH antara 7,5 – 8,5 dan peka terhadap erosi. Jenis tanah ini kurang bagus untuk lahan pertanian, sehingga dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras semusim dan palawija.

20. Tanah Ultisol

Ultisol adalah tanah asam dengan lapisan yang dalam, terbentuk di hutan dan terdiri dari tanah liat. Ciri-ciri tanah ini yaitu, kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8), terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si tercui, bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat, terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk : Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff. Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa . Sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.

21. Tanah Vertisol

Vertisol adalah tanah liat  tinggi  yang mengembang  pada waktu basah dan pecah-pecah pada waktu kering. Ciri-ciri dari tanah ini yaitu, solum yang dangkal, kurang dari 1 meter, kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut, adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m, susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat, mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa. Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi. Tanah ini tersebar di daerah dengan musim kering musiman.

22. Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari pelapukan batuan-batuan vulkanis, baik dari lava/batu yang telah membeku (effusi) maupun dari abu

vulkanis yang telah membeku (efflata). Daerah pembekuan lava tidak begitu luas dibanding daerah abu vulkanis. Contoh tanah vulkanis, yaitu tanah tuff yang terbentuk dari abu gunung api dan bersifat sangat subur. Tanah tuff terdapat di Lampung, palembang, dan Sumatra Barat, sedangkan daerah yang terkena letusan gunung berapi terisi abu vulkanis, seperti Bandung, Garut, dan sekitarnya baik untuk jenis pertanian karena sangat subur. Tanah vulkanis terdapat di Jawa, Sumatra, Bali, dan beberapa wilayah lain yang memiliki gunung api.

23. Tanah Hidromorf Kelabu

Tanah hidromorf kelabu terbentuk akibat pelapukan batuan tufa vulkanik asam dan batu pasir. Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air dan warna kelabu hingga kekuningan.

~ 3 ~

atas, sedangkan pada tanah yang berada di lapisan bawah, kandungan organik maupun unsur hara cenderung sedikit. Tanah Andisol mampu mengikat air dalam jumlah yang cukup tinggi, zat karbon yang terkandung juga lebih tinggi dibandingkan dengan tanah jenis lain. Sifat kimia dari tanah andisol ditandai dengan reaksi tanah agak masam sampai netral (pH 5,0

6,5), kejenuhan basa sekitar 20-40%, kapasitas tukar kation sekitar 20-30 me/100g, kandungan C dan N tinggi tetapi rasio C/N rendah, kandungan kalium (K) sedang, kandungan fosfor (P) rendah, berat jenis < 0.85% dan pada kapasitas lapang kelembaban tanah > 15% dan kandungan bahan organik pada lapisan atas 5-20 %. (Tan, 1991).

KLASIFIKASI TANAH ANDOSOL

Menurut Hardjowigeno (2003) dalam Djoni (2008) Andisol adalah tanah, baik tertimbun atau tidak yang mempunyai horison dengan sifat tanah andik setebal 36cm atau lebih (kumulatif) pada kedalama 60 cm teratas dari tanah mineral atau dari permukaan lapisan ytanah organik yang memenuhi syarat sifat tanah andik,dipilih yang lebih dangkal. Kalau ada kontak litik pada kedalaman <60 cm,horison dengan sifat tanah andik

harus setebal >60% x tebal tanah sampai kontak litik (USDA, 2006). Sub ordo tanah andosol sebagai berikut: 1.

A q u a n d s

yaitu tanah yang dicirikan oleh adanya epipedon histik atau lapisan di atas densik, litik atau kontak paralitik atau suatu lapisan pada kedalaman 40cm-50cm dari permukaan tanah mineral atau dari batas tanah andik manapun yang lebih dangkal sering mengalami kondisi akuik yang dicirikan satu atau lebih sifat. 2.

Gelands

yaitu tanah yang di cirikan oleh adanya temperatur tanah rata-rata setiap tahun 0°C atau lebih dingin dari temperatur tanah summer rata-rata (a) 8°C atau lebih dingin jika tidak ada horison O atau (b) 5°C atau lebih dingin jika ada horison O. 3.

C r y a n d s

yaitu tanah yang mempunyai regim temperatur tanah kriik. 4.

T o r r a n d s

yaitu tanah yang mempunyai regim kelembaban (moisture) aridik. 5.

X e r a n d s

yaitu tanah yang mempunyai regim kelembaban (moisture) xerik. 6.

V i t r a n d s

yaitu tanah yang mempunyai retensi air 1500 kPa kurang 15% pada sampel tidak kering udara yang keseluruhnannya 60 % atau lebih dari ketebalannya. 7.

Ustands

yaitu tanah yang mempunyai regim kelembaban (moisture) ustik. 8.

U d a n d s

yaitu tanah andisol yang tidak masuk kategori sub ordo di atas.

PENGGUNAAN TANAH ANDOSOL

Tanah Andisols merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia, tanah utama yang banyak dimanfaatkan untuk perkebunan teh dan kopi, untuk tanaman holtikultura.

~ 4 ~

Tanah andisols ini juga berpotensi untuk tanaman semusim maupun tahunan selain itu dapat untuk tanaman palawija dan padi ataupun untuk hutan lindung. Hal ini dikarenakan Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan organik cukup tinggi sehingga tanah tersebut cukup baik dalam penyediaan nitrogen bagi tanaman. Andisols pada hakikatnya merupakan tanah subur khususnya yang mempunyai kejenuhan basa agak rendah sampai tinggi, Tanah andisols mempunyai aerasi dan porositas tinggi sehingga tanaman mudah berpenetrasi ke dalam tanah dan unsur-unsur hara berupa kation-kation basa dan nitrogen cukup tersedia bagi tanaman. Andisols pada umumnya tersusun dari bahan-bahan atau partikel lepas sehingga mempunyai permeabilitas dan aerasi cukup tinggi, ketahanan penetrasinya cukup rendah maka seharusnya pengolahan tanah untuk budidaya pertanian tidak diperlukan lagi.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Amir Koshim dan Kun Marlina Lubis. ____.

Geografi SMA/MA Kls X (Diknas

). Jakarta: Grasindo. http://google.com diakses 26 Mei 2013 Anonim. ___.

Tanah Andosol

. disadur dari http://repository.usu.ac.id diakses 26 Mei 2013 Anonim.

-.

Tinjauan Pustaka Bahan Induk Andisol

. Disadur dari http//:www.repository.usu.ac.id/ diakses 25 Mei 2013 Darmawijaya. 1990.

Klasifikasi Tanah

. Yogjakarta: Gajah Mada University Pr. Dr. Sri HAyati, M.Pd., Dra. Enok Maryani, M.S., Dra. Murnaria Manalu, M.M.. 2007.

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTS kelas VIII

. Jakarta: Esis. http://google.com diakses 25 Mei 2013 Hanafiah KA. 2005.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah

. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hardjowigeno, Sarwono. 2003.

Ilmu Tanah

. Jakarta: Akademika Pressindo. Hardjowigeno, Sarwono. 2003.

Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis

. Jakarta: Akademika Pressindo. Hidayat, Anggi Tresnawati. 2009.

Potensi Pelepasan N-NH

4+

dan N- NO

3-

Tanah Andisol yang ditanami Sayuran di daerah Dataran Tinggi

[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. http://repository.ipb.ac.id diakses 26 Mei 2013 Ir. H. Rahmat Rukmana, MBA., M.Sc.. 2009.

Budidaya Bawang Putih

.Yogyakarta: Kanisius. http://google.com diakses 25 Mei 2013 Kaunang, Djoni. 2008.

Tanah Andisol

. Disadur dari http//:www.jurnal.pdii.lipi.go.id/ diakses 25 Mei 2013 Miller, Raymond W. 1990.

Soils: An Introduction to Soils and Plant Growth / Raymond W. Miller, Roy L. Donahue: editorial assistant, Joyce U. Miller. _6 th ed

. disadur dari Kaunang Dj. 2008. Andisols

~ 5 ~

(Andosol). Soil Environment 6 (2): 109~113 Tan KH. 1991.

Dasar-dasar Kimia Tanah

. Gumadi DH, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Pr. USDA. 2006.

Key to Soil Taxonomy,Tenth Edition,United States Department of Agriculture.

Natural Resources Conservation Service Young Anthony. 1976.

Tropical Soil and Soil

. Cambridge University Press. disadur dari Kaunang Dj. 2008. Andisols (Andosol). Soil Environment 6 (2): 109~113

Tanah Vulkanis

a. Tanah Andosol

Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan

Sulawesi

andosol

b. Tanah Regosol

Proses terbentuknya : dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar Ciri-ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah Pemanfaatannya : untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa Persebaran : di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau

Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara

c. Tanah Aluvial (Tanah Endapan)

Proses terbentuknya : tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah dataran rendah

Ciri-ciri : warna kelabu dan peka terhadap erosi Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian sawah dan palawija Persebaran : Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan

Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan

2. Tanah Organosol

a. Tanah Humus

Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan bahan-bahan organik Ciri-ciri : warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian Persebaran : Lampung, Jawa Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi

Tenggara

Organosol

b. Tanah Gambut

Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan tumbuhan / bahan organik di daerah yang selalu tergenang air (rawa-rawa)

Ciri-ciri : bersifat sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur Pemanfaatannya : untuk pertanian pasang surut Persebaran : Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua,

Pantai Selatan

Tanah Gambut

3. Tanah Litosol (tanah berbatu-batu)

Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum sempurna) sehingga butirannya besar / kasar

Ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur, warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi

Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan

Sumatera

4. Tanah Podzol

Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap

erosi, kurang subur Pemanfaatannya : untuk pertanian palawija Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Papua

Podsol

5. Tanah Laterit

Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang meresap dan mengalir ke dalam tanah

Ciri-ciri : warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara

6. Tanah Mergel

Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena peristiwa air hujan

Ciri-ciri : tidak subur Pemanfaatannya : untuk hujan jati Persebaran : Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa

Tengah, Kediri, Madiun, Nusa Tenggara

7. Tanah Terarosa (Kapur)

a. Tanah Renzina

Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi

Ciri-ciri : warna putih sampai hitam, miskin unsur hara Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan jati Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta

Terarosa

b. Tanah Mediteran

Proses terbentuknya : hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen Ciri-ciri : Warna putih kecoklatan, keras, tidak subur Pemanfaatannya : untuk pertanian tegalan, hutan jati Persebaran : Pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku,

Sumatera

Ciri-ciri tanah di Indonesia:

Banyak mengandung unsur hara Struktur tanahnya baik, artinya susunan butir-butir tanah tidak terlalu padat dan tidak

terlalu lenggang Cukup mengandung air yang berguna untuk melarutkan unsur hara Mempunyai garam-garaman dalam jumlah banyak