paper pengantar ilmu penerbitan
TRANSCRIPT
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayahnya membantu kita menuntaskan Tugas Akhir Semester Paper Pengantar Penerbitan untuk mata kuliah Pengantar Penerbitan. Sholawat serta salam juga semoga terlimpahkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad SAW.
Industri penerbitan bukan sekedar industri yang berorientasi profit semata. Lebih daripada itu, penerbitan mempunyai tanggung jawab moral untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan produk-produk yang dihasilkannya. Meskipun penerbitan mempunyai peranan yang cukup vital bagi kemajuan bangsa dan negara, namun industri penerbitan sendiri masih jarang diketahui oleh masyarakat. Masyarakat lebih sering tahu produk-produk penerbitan seperti buku pelajaran, novel maupun buku ilmu pengetahuan lainnya tanpa tahu bagaimana produk itu semua dibuat. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selesainya paper ini terutama Bapak Jimmy Paat selalu dosen pengantar penerbitan.
Disusunnya makalah ini selain untuk memenuhi Tugas Akhir Semester mata kuliah Pengantar Penerbitan juga sebagai wawasan tambahan mengenai industri penerbitan. Semoga dengan selesainya makalah ini dengan serta merta membawa manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Saya sadar di dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kami terbuka dengan saran maupun masukan dari berbagai pihak.
Jakarta, 15 Oktober 2014
Penulis
Daftar Isi Kata Pengantar ...................................................................................................................................................i Daftar Isi..............................................................................................................................................................ii Bab I Pengertian Penerbitan..............................................................................................................................1 I.I Definisi Penerbitan...............................................................................................................................1 I.II Perbedaan Penerbitan dengan Percetakan...........................................................................................2 Bab II Sejarah Penerbitan di Indonesia...........................................................................................................3 II.I Pembagian Sejarah Penerbitan di Indonesia.......................................................................................3 II.II.I Zaman Kolonial Belanda.....................................................................................................3 II.II.II Zaman Balai Pustaka ........................................................................................................4 I II.II.III Zaman Peranakan Tionghoa.............................................................................................5 II.II.IV Zaman Peranakan IIKAPI................................................................................................6 Bab III Ruang Lingkup Penerbitan..................................................................................................................6 III.I Penulis...............................................................................................................................................6 III.II Penerbit.............................................................................................................................................7
III.III Percetakan.......................................................................................................................................9 III.IV Distributor Buku.............................................................................................................................9 III.V Toko Buku/Perpustakaan...............................................................................................................10 III.VI Pembaca........................................................................................................................................10 III.VII Agen Literasi...............................................................................................................................10
BAB IV Jenis-Jenis Terbitan..........................................................................................................................`12 IV.I Jenis Terbitan...................................................................................................................................12 IV.II Jenis Penerbit Berdasarkan Waktu Terbit......................................................................................12 IV.III Kelebihan Media Cetak................................................................................................................13 BAB VI Proses Penggarapan Naskah.............................................................................................................14 VI.1 Penggarapan Naskah.......................................................................................................................14 VI.II Kriteria Kelayakan Naskah............................................................................................................15 VI.III Sumber Naskah.............................................................................................................................17 VI.IV Anatomi Buku...............................................................................................................................20 BAB VII Penutup..............................................................................................................................................21 VII.I Kesimpulan....................................................................................................................................21 VII.II Saran.............................................................................................................................................22
1
BAB I
PENGERTIAN PENERBITAN
I.I Pengertian Penerbitan
Penerbitan adalah kegiatan intelektual dan profesional dalam menyiapkan naskah,
menyunting naskah, menghasilkan berbagai jenis bahan publikasi kemudian memperbanyak serta
menyebarluaskannya untuk kepentingan umum. Penerbitan merupakan proses panjang yang
melibatkan banyak waktu dan orang untuk mengolah naskah sampai berbentuk dummy. Sedangkan
yang dimaksud dengan penerbit lebih mengacu pada aktivitas manusia sebagai kordinator dalam
menyebarluaskan hasil karya dari pihak pengarang. Secara garis besar, penerbitan dibagi menjadi
dua bagian besar yakni penerbitan buku dan penerbitan pers. Penerbit buku berkonsentrasi
memperbanyak literatur maupun informasi dalam bentuk produk cetak seperti buku. Berbeda
dengan penerbit buku, penerbit pers lebih berkonsentrasi pada menyiapkan informasi-informasi
aktual yang dapat dinikmati pembaca maupun pemirsa di rumah. Perkembangan teknologi turut
memperluas pengertian penerbitan. Penerbitan bukan saja industri penghasil barang cetak, namun
penghasil buku-buku elektronik yang kemudian disebut ebook. Begitu pula dengan penerbit pers
yang sudah meluas dengan adanya koran maupun majalah online.
Industri penerbitan di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Makin
banyak penerbit-penerbit dengan spesifikasi khusus bermunculan. Misalnya, penerbit buku Islami,
penerbit buku pengetahuan dan sebagainya. Belakangan ini juga semakin marak Self Publisher
yaitu istilah untuk penerbit yang kecil, dimana penulis dapat menerbitkan bukunya sendiri tanpa
harus melalui penerbit yang besar. Munculnya Self Publisher dikarenakan belum adanya aturan
yang mewajibkan penerbit memiliki badan hukum sendiri. Artinya setiap orang yang mempunyai
kemampuan menerbitkan buku, boleh menerbitkannya tanpa memerlukan izin dari pihak terkait
selama masih memperhatikan etika-etika penerbitan.
Kemajuan industri penerbitan buku di Indonesia juga bisa dilihat dari antusiasme
masyarakat Indonesia yang semakin menunjukan gejala mencintai membaca buku. Dengan total
penduduk lebih dari 250 juta, Indonesia adalah pasar yang sangat potensial bagi industri penerbitan.
2
I.II Perbedaan Penerbitan dengan Percetakan
Penerbitan dan percetakan adalah dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Meskipun
demikian penerbitan dan percetakan itu berbeda. Secara sederhana penerbit bisa dikatakan sebagai
industri gagasan sementara percetakan seperti industri biasa yang menggunakan mesin-mesin
Mengutip dari buku Taktis Menyunting Buku karya Bambang Trim, perbedaan penerbit dan
percetakan adalah sebagai berikut ;.
Penerbitan Percetakan
Investasi minim Investasi besar
Running by program Running by orde
BEP dalam jangka pendek BEP dalam jangka panjang
Margin keuntungan besar Margin keuntungan kecil
Resiko : tidak terjual Resiko : kesalahan cetak
Penerbit dan percetakan memiliki hubungan yang erat. Hubungan yang erat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut ;
� Penerbit berbeda dengan percetakan karena modal utamanya adalah gagasan yang kemudian
diolah menjadi buku siap terbit.
� Percetakan modal utamanya adalah mesin-mesin yang digunakan untuk menerima order
cetak, termasuk buku.
� Tidak semua penerbit memiliki percetakan, dan tidak harus juga memiliki percetakan.
3
BAB II
SEJARAH PENERBITAN DI INDONESIA
II.I Pembagian Sejarah Penerbitan di Indonesia
Secara umum, sejarah penerbitan di Indonesia dibagi kedalam empat babak yaitu zaman
kolonial Belanda, zaman Balai Pustaka, zaman peranakan china dan zaman Ikatan Penerbit
Indonesia atau IKAPI. Berikut adalah penjelasannya.
II.I.I Zaman Kolonial Belanda
• Belanda datang ke Indonesia tahun 1596 yang dipimpin oleh Cornelius De’ Hotman.
Dengan kedatangan Belanda ke Indonesia menandai awal industri penerbitan di Indonesia.
Saat itu muncul beberapa surat kabar-surat kabar Belanda. Isi surar kabar tersebut biasanya
mengenai perniagaan.
• Pada tahun 1624 Belanda mendatangkan mesin cetak ke Indonesia. Mesin cetak tersebut
dibawa oleh misionaris gereja. Sayangnya meski mesin cetak sudah didatangkan, mereka
masih kekurangan tenaga ahli untuk mengoperasikannya.
• Tahun 1677 terbit kamus Melayu-Belanda pertama yang pernah diciptakan. Kamus yang
setebal 35 halaman ini berjudul Vocabulaer Ofte Woordenboeck . Disusun oleh C Will Tens
dan S. Dankaert. Kamus ini merupakan kamus Melayu yang tertua.
• Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan kembali 2 mesin cetak dari negaranya. Ahli
Teologi Tacoo Roorda bahkan membuat mesin cetak menggunakan huruf jawa di percetakan
Johannes Ecschehede, Belanda.
• Mulai tahun 1744 sampai 1855 makin banyak surat kabar yang bermunculan. Diantara surat
kabar yang muncul pada tahun-tahun tersebut adalah Bataviese Nouvelles, Het Vende News,
Bromartani , dan Soerat Kabar Bahasa Melajoe yang terbit di Surabaya tahun 1855.
Bromartani adalah surat kabar pertama yang menggunakan bahasa jawa.
• Pada tanggal 14 september 1908 Belanda mendirikan Komisi Bacaan Rakyat. Sebuah badan
yang mengurusi penerbitan buku di Indonesia. Komisi Bacaan Rakyat merupakan cikal
bakal lahirnya Balai Pustaka. Keberadaan Komisi Bacaan Rakyat ini mempunyai andil yang
besar bagi perkembangan industri penerbitan di Indonesia. Diawal pendiriannya Komisi
Bacaan Rakyat hanya mendirikan buku-buku ringan seperti dongeng dan cerita rakyat.
Namun, seiring perkembagannya Komisi juga menerbitkan buku-buku adaptasi dari
Belanda, Inggris dan Jerman dan Arab. Komisi berhasil terbukti dengan jumalah penerbit
4
lebih banyak daripada yang direncanakan. Oleh karenanya membutuhkan lebih banyak
sumber daya manusia.
• Tahun 1910 Komisi mulai merekrut sejumlah ahli bahasa Jawa dan Sunda untuk
menerjemahkan berbagai karya asing ke dalam 2 bahasa daerah tersebut. Dalam tempo 6
tahun Komisi berhasil menerbitkan 153 judul buku (95 judul berbahasa Jawa, 54 judul
bahasa Sunda). Buku dibagi 3 kategori : seri A (anak-anak), seri B (dewasa), seri C (dewasa
dan terpelajar).
II.I.II Zaman Balai Pustaka
• Tanggal 22 september 1917 pemerintah Belanda membentuk lembaga yang kemudian diberi
nama Balai Poestaka. Sebagai penghormatan terhadap D.A.Rinkes yang sukses mengelola
Komisi Bacaan Rakyat ia dipercaya memimpin Balai Poestaka.
• Untuk memperlancar tugas, Balai Poestaka membentuk 4 divisi, yaitu : redaksi,
administrasi, perpustakaan, dan pers. Pada awalnya Balai Poestaka masih mengandalkan
percetakan swasta untuk mencetak buku dan majalah terbitannya. Tahun 1921 Balai
Poestaka memiliki mesin cetak sendiri. 1930, D.A. Rinkes yang sukses juga mengelola Balai
Poestaka dinobatkan sebagai “Bapak Balai Poestaka”.
• Balai Poestaka berhasil menyebarkan buku-buku bacaan kepada masyarakat Hindia-
Belanda, dan mampu membantu pengembangan masyarakat, serta dinggap sebagai lembaga
yang mempertemukan dunia Timur dan Barat. Beberapa buku terjemahan antara lain: Tiga
Panglima Perang (les trois mounquetaires) karya Alexander Dumas ; Kucing Bersepatu
Laars (de glaarsde kat); Si Ibu Jari Kecil (klein duimpie). Sedangkan karya anak bangsa
sendiri, antara lain: Salah Asuhan (1928), Siti Nurbaya (1922). Balai Poestaka juga
menerbitkan majalah Pandji Poestaka, majalah berbahasa jawa “Kejawen” mingguan
berbahasa Sunda Parahiangan, serta volksalmanak (almanak rakyat) terbit setahun sekali
dalan 3 bahasa: Jawa, Sunda, Melayu.
• Pada saat pemerintahan penajajahan Jepang, Balai Poestakapun masih tetap eksis meskipun
namanya berubah. Saat itu nama Balai Pustaka diganti menjadi Gunseikanbu Kokumin
Tosyokyoku yang artinya Biro Pustaka Rakyat.
5
II.I.II Zaman Peranakan Tionghoa
• Tahun 1855 beberapa surat kabar berbahasa Melayu terbit seperti Bulanan Bintang Oetara,
Surat Chabar Betawi, mingguan Slompret Melayu, Surat Kabar Bintang Timoer, dan surat
kabar mingguan Biang Lala.
• Terbitnya surat kabar mingguan maupun bulanan berbahasa melayu sangat penting bagi
peranakan Tionghoa yang merupakan seorang pedagang. Mereka memuat berbagai iklan
dalam surat kabar-surat kabar tersebut. Para peranakan Tinghoapun berlomba-lomba untuk
belajar bahasa Melayu.
• Minat yang tinggi atas kisah dari tanah leluhur ditanggapi dengan menerjemahkan cerita-
cerita asli China. Salah satu yang terkenal adalah Kisah Tiga Negara. Sampai dasawarsa
1880an terdapat sedikitnya 40 karya dari terjemahan cerita-cerita asli China. Hal yang
menakjubkan antara 1903-1928 penerbit peranakan China menerbitkan hampir 100an novel
karya 12 pengarang peranakan Tinghoa.
III.IV Kelahiran Ikatan Penerbit Indonesia ( IKAPI)
• Terbentuknya berbagai industri penerbitan dan percetakan Indonesia dimasa-masa awal pada
dasarnya dilatar belakangi oleh rasa nasionalisme. Dalam wujudnya berupa dunia penerbitan
inilah mereka menerapkan idealismenya.
• Ikatan Penerbit Indonesia didirkan atas inisiatif Sutan Takdir Alisyahbanda, Mr Jusuf
Ahmad dan Ny. Notosoetardjo. IKAPI menjadi asosiasi profesi penerbit satu-satunya di
Indonesia. Pada tanggal 17 Mei 1950 IKAPI resmi berdiri di Jakarta sebagai wadah penerbit
di Indonesia yang berazaskan Pancasila, kegotongroyongan dan kekeluargaan. Saat itu
IKAPI berhasil menghimpun empat belas penerbit, disusul menjadi 46 penerbit di usia
IKAPI yang ke lima tahun.
• IKAPI mempunyai visi menjadikan penerbit Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan
pasar dalam negeri dan mampu berkiprah di dunia internasional. Di awal pendiriannya
IKAPI dipimpin oleh Achmad Notosoetardjo, Ny Sutan Takdir Ali Syahbana sebagai wakil
ketua, Machmoed sebagai sekretaris, M. Jusuf Ahmad sebagai bendahara, dan John Sirie
sebagai komisaris.
• Setiap tahunnya IKAPI mengadakan kongres. Kongres pertama dilaksanakan di Jakarta
tanggal 16-18 Maret 1954. Hasil dari kongres tersebut adalah terbentuknya cabang-cabang
IKAPI yaitu di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
• Mengutip laman dari ikapi.or.id jumlah anggota IKAPI sampai saat ini mencapai 1.126
penerbit dari seluruh Indonesia.
6
BAB III
RUANG LINGKUP PENERBITAN
Penerbitan sebagai industri yang memerlukan banyak sekali waktu dan orang memiliki
ruang lingkup yang luas. Dimulai dari penulis, editor, layouter , pencetak buku, sampai
distribusikan ke konsumen membutuhkan banyak orang yang berkompeten di dalamnya. Berikut
adalah orang-orang yang masuk ke dalam ruang lingkup atau jejaring penerbitan :
III.I Penulis
Penulis atau pengarang adalah pemberi input pada industri penerbitan. Melalui
naskah-naskah yang mereka hasilkan lalu dikelola oleh penerbit membuat pembaca atau
konsumen bisa menikmati sebuah bacaan yang diinginkan.
Sayangnya profesi penulis masih kurang dianggap populer oleh masyarakat Indonesia.
Hanya segelintir orang saja yang menjadikan menulis sebagai ladang penghidupan utama
seperti Asma Nadia, Riri Riza dan lain-lain.
Pada ruang lingkup penerbitan yang pertama ini harus kita definisikan tentang
penulis itu sendiri. Hal ini penting untuk membedakan antara penulis, penerjemah,
penyadur, penghimpun atau ilustrator. Profesi-profesi tersebut berada pada satu ruang
lingkup yang sama dengan penulis yakni sebagai penyuplai naskah kepada penerbit.
• Pengarang
Pengarang adalah orang yang menulis tentang gagasan-gagasan atau ide-idenya baik
di bidang seni, sastra maupun ilmu pengetahuan yang dituangkan dalam bentuk naskah
ataupun buku. Intinya penulis atau pengarang adalah orang yang bertugas menuangkan
pokok-pokok pikiran yang orisinil kedalam bentuk naskah.
• Penyadur
Orang yang mengambil pokok-pokok pikiran dari pengarang asli kemudian
disesuaikan dengan jalan pikiran penyadur. Menyadur tidak sama dengan menterjemahkan.
Seorang penyadur tidak mengambil seluruh isi teks dari pengarang asli.
7
• Penerjemah
Penerjemah adalah orang yang mengalihbahasakan sebuah buku berbahasa asing
menjadi bahasa yang diinginkan oleh penerbit seperti bahasa Indonesia. Alasan penerbit
menterjemahkan buku asing yaitu adanya buku yang dianggap penting oleh penerbit dan
harus diterjemahkan secara keseluruhan.
Tidak seperti menyadur yang bisa disesuaikan isinya, menterjemahkan hanya
memindahkan bahasa asing menjadi bahasa Indonesia saja. Pihak penerbit maupun
penterjemah wajib membeli copyright atau izin dari penulis asli sebelum
menterjemahkannya. Jual beli copyright buku banyak dilakukan di acara Book Fair berskala
internasional seperti di Jerman, Belanda dan China.
• Ilustrator
Ilustrator adalah orang membuat ilustrasi dari buku-buku yang diterjemahkan agar
terlihat menarik. Lebih dari itu Ilustrator adalah orang yang mendesain perwajahan kulit
buku ( desain cover ) maupun perwajahan isi. Seorang Ilustrator harus memiliki dasar-dasar
disiplin ilmu desain grafis untuk bisa mengatur tata letak atau lay out agar buku tampil
secara artistik. Ilustrator tidak bekerja sendiri, dalam kegiatannya ia harus selalu
berkordinasi dengan penulis dan editor agar buku yang dihasilkan sesuai dengan harapan.
III.II Penerbit Buku ( Publising House )
a. Pengertian Penerbit
Penerbit buku merupakan lembaga atau institusi yang mengolah naskah mentah dari
penulis/pengarang hingga menjadi bahan siap cetak dalam bentuk dummy (prototype buku).
Menurut Leksikon Grafika penerbit adalah orang yang berusaha mengeluarkan naskah sebagai
barang cetak jadi untuk disebarluaskan. Secara umum penerbit bisa dibedakan menjadi penerbit
umum dan penerbit khusus. Penerbit umum artinya menerbitkan buku populer ataupun ilmiah
secara umum, sedangkan penerbit khusus adalah penerbit spesialis yang menerbitkan buku-buku
khusus seperti buku teks pelajaran, buku perguruan tinggi, buku agama atau rohani maupun buku-
buku kedokteran.
Dalam perkembangannya banyak sekali penerbit buku khusus yang juga ikut menerbitkan
buku umum. Misalnya Mizan sebagai penerbit buku-buku islami belakangan ikut juga menerbitkan
8
buku umum seperti novel fiksi dan lain-lain. Kondisi ini melahirkan banyak imprint (brand
penerbitan) semisal Mizan Fantasi yang menerbitkan buku-buku fiksi dari dalam dan luar negeri.
b. Tujuan Penerbitan
Gagasan mendirikan penerbitan tentunya untuk mencapai tujuan tertentu. Ada banyak tujuan
yang melatarbelakangi dirikannya penebit. Baik tujuan penerbitan itu sendiri maupun tujuan
orang atau lembaga penelitian. Secara umum tujuan penerbitan adalah sebagai berikut ;
• Melakukan penyebaran dan dan pengembangan ilmu pengetahuan
• Menyajikan berbagai ilmu pengetahuan melalui produk penerbitan
• Melakukan perdagangan dengan mencari keuntungan penjualan produk terbitannya
c. Tugas Penerbit
Sebagai bagian dari jejarig penerbitan, penerbit mempunyai peran yang sangat vital.
Pada dasarya tugas penerbit adalah mengkordinasikan unsur-unsur penerbitan seperti
penulis, percetakan, distributor dan lain-lain. Tugas penerbit adalah ;
1.Menggandakan Naskah
2.Mencari pengarang/penulis
3.Memperkirakan biaya produksi (meliputi bahan baku, distribusi dll)
4.Mengestimasi daya jual
5.Menghubungi desainer
6.Hubungi percetakan
7.Promosi dan distribusi
8.Perjanjian penerbit
d. Karakteristik Penerbit Berdasarkan Service Orientation
Karakteristik penerbit berdasarkan service orientation maksudnya penggolongan
penerbit berdasarkan orientasi pelayanannya. Berdasarkan kategori ini penerbit dibagi
menjadi dua yaitu penerbit konvensional dan penerbit moderat. Penerbit konvensional
menerbitkan buku sesuai dengan kebijakan penerbit dan mendistribusikannya kepada calon
konsumen. Sedangkan penerbit moderat menerbitkan buku dengan mengakomodasi
9
keinginan calon pembeli atau pembaca berdasarkan kebutuhan atau tren yang sedang
berkembang.
e. Self Publishing
Sampai saat ini belum ada aturan yang mewajibkan penerbit untuk berbadan hukum resmi.
Artinya setiap orang bisa menerbitkan buku sendiri tanpa memerlukan izin pendirian
penerbitan selama masih memegang etika-etika penerbitan. Hal ini yang memunculkan
istilah Self Publishing, suatu penerbit yang independen dan tidak berbentuk PT atau badan
hukum lainnya.
II.III Percetakan
Setelah penulis mengirim naskah dan diterima oleh penebit, naskah selanjutnya
melewati tahap editorial, tahap perwajahan dalam maupun luar sampai disetujui menjadi
dummy atau prototype buku oleh dewan redaksi. Setelah sepakat dengan prototype buku
yang dikehendaki maka buku siap untuk dicetak oleh pihak percetakan.
Dalam prosesnya percetakan berkordinasi dengan pihak penerbit soal jenis kertas
yang dipakai maupun jumlah oplah yang dicetak. Pihak percetakan akan berusaha
memaksimalkan hasil cetakan dengan biaya yang seefektif mungkin. Disinilah perlunya
kordinasi antara penulis, ilustrator dan dewan redaksi dalam mencetak buku yang terjangkau
namun bermutu tinggi.
Percetakan hanya bertanggung jawab pada hasil cetakan bukan pada substansi buku
yang bersangkutan. Oleh karenanya sering kita temui kata-kata di dalam buku atau majalah
seperti “ Isi diluar tanggung jawab percetakan “. Kata-kata ini sudah memberikan gambaran
yang jelas mengenai perbedaan antara penerbit dan percetakan. Penerbit bertanggung jawab
atas substansi atau konten buku, sedangkan percetakan bertanggung jawab atas bentuk fisik
buku.
II.IV Distributor Buku
Distributor buku dalam peranannya di jejaring industri penerbitan yakni
menyebarluaskan produk penerbitan. Jika kita belajar dari India, setiap provinsi disana
10
sudah memiliki percetakan sendiri, jadi biaya distribusi bisa ditekan dan harga buku menjadi
relatif murah.
Dengan wilayah negara Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, kebutuhan akan percetakan
di daerah harus segera direalisasikan demi tersebarnya buku-buku untuk mencerdaskan
generasi penerus bangsa.
II. V Agen/Toko Buku/Perpustakaan
Agen atau toko buku adalah tempat bagi para pembaca ataupun konsumen
mendapatkan buku yang mereka inginkan. Sekarang banyak sekali toko buku-toko buku
bermunculan di Indonesia utamanya di daerah perkotaan. Toko buku Gramedia bahkan
sudah ada di hampir seluruh Mall di Indonesia.
Bukan saja toko buku konvensional, toko buku–toko buku online sekarang banyak
bermunculan. Beberapa toko buku online yang sudah cukup terkenal diantaranya adalah
Gramedia Online, BukaBuku.com, kutubuku.com dan Periplus.com. Media pemasaran dan
promosi juga sudah merambah ke sosial media seperti Facebook, Twitter dan Instagram.
Toko Buku Online memiliki kelebihan dalam hal kecepatan bertransaksi, kita bisa mencari
buku yang kita inginkan hanya dalam sekali klik.
Sayangnya toko buku yang ada di Indonesia masih seperti toko barang lainnya yang
membungkus barang dagangannya. Di negara besar seperti Amerika toko buku sudah di
desain seperti perpustakaan. Semua buku dapat dibaca karena tidak dilapisi dengan plastik.
Bahkan toko buku Borders di Amerika menyediakan kafe untuk istirahat, dan ruang-
ruangannya ditata sedemikian rupa membuat pengunjung betah berlama-lama.
II.VI Pembaca
Pembaca adalah sasaran utama dari serangkain proses penerbitan. Melalui para
pembaca inilah produk industri penerbitan mendapat respon, penilaian maupun apresiasi.
Meskipun perkembangan teknologi yang kian pesat memudahkan manusia mengakses
informasi, buku masih tetap menjadi sarana utama untuk mengkomunikasikan pengetahuan.
Buku memberikan informasi, hiburan, analisis, dan pendidikan bagi jutaan orang di
seluruh dunia. Dari data United Nations Education Scientific and Cultural Organization (
UNESCO ) menunjukan 863.000 judul buku terpisah-pisah diterbitkan di seluruh dunia pada
tahun 1991.
11
Penerbit yang baik adalah penerbit yang mampu mengakomodasi keinginan
pembacanya. Penerbit-penerbit konvensional yang hanya menerbitkan buku berdasarkan
program penerbitannya cenderung ditinggalkan pembaca. Penerbit sekarang harus pula
berorientasi layanan, peka terhadap perubahan pasar yang setiap saat berubah tanpa
mengabaikan tujuan utama penerbitan yaitu ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Saat ini minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah namun masih
menunjukan peningkatan. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya acara pameran-
pameran buku, bahkan buku-buku bertemakan rohani seperti buku Islam telah banyak
menggelar pameran sendiri.
Peran pemerintah diperlukan dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Sebuah
bangsa yang besar ditandai dengan minat baca masyarakatnya yang tinggi.
II.VII Agen Literasi
Agen literasi atau ( Literay Agent ) adalah prosfesi yang hampir tidak pernah
ditemukan di Indonesia. Literacy Agent baru ada di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat. Ia bertugas menentukan apakah naskah dari penulis layak terbit atau tidak sebelum
dikirimkan ke penerbit. Agen literasi ini juga sekaligus mengurus kontrak antara penulis dan
penerbit. Agen literasi mengutip biaya yang jumlahnya berasal dari persentase royalti yang
diterima penulis dari penerbit, umumnya 5-10 persen.
Meskpun secara matematis adanya Literacy Agent mengurangi jumlah royalti yang
diterima penulis, keberadaannya ternyata sangat membantu. Literacy Agent bisa jadi
penolong bagi penulis yang bingung ke penerbit mana ia mengirim naskah . Agen ini juga
yang menentukan nilai jual daripada naskah penulis, oleh karenanya seorang agen literasi
dapat melakukan “ intervensi “ kepada naskah yang dibuat penulis. Di Amerika profesi agen
literasi sudah sangat lumrah namun belum di Indonesia. Profesi penulis yang rata-rata masih
dijadikan profesi sampingan menjadi penyebabnya.
12
BAB IV
JENIS-JENIS TERBITAN
IV.I Jenis Terbitan
Macam-macam terbitan dapat dibagi menurut jenis terbitannya. Berdasarkan jenisnya
terbitan dibagi menjadi:
• 1.Umum
Jenis terbitan umum jenis terbitan buku populer atau umum. Contohnya adalah novel,
cerpen, majalah ataupun koran.
• 2.Ilmiah
Jenis terbitan ilmiah biasanya adalah buku-buku pelajaran baik di tingkat sekolah maupun
perguruan tinggi. Selain itu terdapat juga jurnal sebagai terbitan yang biasanya berisi
penemuan baru atau pembahasan materi ilmiah.
• 3.Pendidikan
Terbitan pendidikan adalah terbitan buku khusus teks pendidikan seperti buku pelajaran,
buku-buku perguruan tinggi dan lain-lain.
IV.II Jenis Terbitan Berdasarkan waktu terbitnya
• Terbitan Berkala
Terbitan berkala adalah terbitan yang waktu terbitnya konsisten atau teratur dalam
waktu tertentu. Contoh terbitan berkala adalah majalah, koran maupun buletin. Waktu setiap
terbitan berbeda-beda. Majalah biasanya terbit sebulan sekali, koran biasanya terbit setiap
hari.
• Terbitan Tidak Berkala
Terbitan berkala adalah terbitan yang terbitnya tidak konsisten atau teratur. Contoh
jenis terbitan tidak berkala adalah buku-buku umum seperti novel, buku biografi dan buku
ilmu pengetahuan umum lainnya
13
IV.III Keunggulan Media Cetak
Di era digital sekarang media cetak mengalami tantangan yang cukup serius dengan
munculnya buku-buku elektronik atau yang lazim disebut ebook. Meskipun demikian, media
cetak diyakini masih akan tetap bertahan karena memiliki keunggulan dibandingkan media
elektronik. Keunggulan yang dimaksud adalah ;
• Mudah untuk produksi cetak atau jilid
• Mudah untuk dibaca
• Mudah dicari halaman demi halaman
• Mudah dibawa
• Mudah disimpan
• Sifat media cetak yang dapat dibaca berulang-ulang
• Biaya pengoperasian dan produksi relatif lebih murah
• Materi dapat memperkaya wawasan pembacanya
14
BAB VI
PROSES PENGGARAPAN NASKAH
VI.I Penggarapan Naskah
Naskah yang masuk ke penerbit mengalami beberapa proses yang panjang sampai akhirnya
bisa dicetak dan diserbarluaskan. Dimulai dari penulis yang membuat naskah lalu mengirimkannya
ke penerbit. Penulis bisa mengirimkan naskahnya bisa berbentuk softcopy maupun hardcopy,
namun di zaman yang serba onlineI seperti sekarang, penulis biasanya mengirim naskah dalam
bentuk softcopy. Setelah naskah diterima oleh penerbit, selanjutnya naskah dinilai kelayakannya
oleh editor. Melalui rapat redaksi dan pertimbagan dari penerbit, naskah tersebut diputuskan
diterima atau tidak. Jika diterima, naskah tersebut diproses lebih lanjut jika tidak dikembalikan lagi
kepada penulis.
15
VI. II Kriteria Kelayakan Naskah
Ada beberapa kriteria kelayakan naskah yang umum diterapkan oleh penerbit diantaranya
adalah sebagai berikut ;
1.Naskah sesuai dengan visi dan misi penerbit
2.Tidak mengandung unsur sara , pornografi , tidak bertentangan dengan norma masyarakat
3.Karya asli , bukan plagiat/ jiplakan dari naskah lain
4.Naskah dari jenis yang diinginkan oleh penerbit
5.Sesuai kebutuhan penerbit dan memiliki budget untuk terbit
Selain kelima kriteria kelayakan naskah tersebut, terdapat tujuh kriteria kelayakan naskah
lain diantaranya adalah sebagai berikut ;
1.Manfaat
Sebuah naskah haruslah mempunyai manfaat bagi pembaca. Hal ini berhubungan dengan
tugas penerbit yakni menyebarlukaskan pengetahuan.
2.Mudah
Mudah dalam hal ini adalah penggarapannya. Naskah yang sulit digarap bisa menyebabkan
penerbit menjadi rugi.
3.Mutakhir
Mutrakhir artinya terbaru atau sesuai dengan tren. Naskah kemungkinan besar tidak laku
dipasaran bilamana sudah tidak lagi menjdai tren dimasyarakat. Naskah yang sedang tren misalnya
tentang presiden yang baru saja terpilih.
4.Mampu
Penerbit juga memikirkan apakah naskah tersebut mampu untuk didanai atau tidak.
5.Marketable ,
Hampir sama dengan sesuai tren, penerbit juga harus menilai naskah berdasarkan potensi
pasar yang mungkin bisa dijangkau. Naskah yang baik haruslah marketable atau punya nilai jual
dan sesuai dengan pasar terkini.
16
6.Minat
Setiap penerbit mempunyai image tersendiri didalam masyarakat. Ada penerbit buku Islam,
ada penerbit buku pelajaran ada penerbit buku-buku umum. Kriteria naskah yang baik juga harus
sesuai visi misi penerbit.
7.Menarik
Naskah yang baik haruslah mempunyai nilai keunikan yang membedakan ia dari naskah-
naskah yang lainnya.
VI.III Jenis-Jenis Naskah
• Fiksi`
Fiksi adalah karangan yang berupa khayalan atau imajinasi, bukan
merupakan realita yang sebenarnya. Contoh karangan fiksi adalah novel Harry Potter,
novel Divergent dan lain-lain. Jenis fiksi bermacam macam, ada yang bersifat sains,
komedi maupun horror. Pencipta fiksi sering disebut pengarang atau author.
• Nonfiksi
Kebalikan dari fiksi, naskah nonfiksi berisikan realita sebenarya. Contohnya
adalah karya ilmiah populer, reportase, paduan, petunjuk melakukan sesuatu dan lain-
lain. Pencipta nonfiksi biasa disebut penulis atau penyusun.
• Faksi
Faksi merupakan gabungan antara fiksi dan nonfiksi. Sebuah dicerita ditulis
berdasarkan data-data yang ada, namun dikisahkan dengan fiksi.
17
VI.IV Sumber Naskah
Sumber naskah merupakan tempat memperoleh bahan baku atau bahan mentah yang akan
diproses lebih lanjut. Sumber naskah dapat diupayakan dari berbagai tempat atau sumber yang
dimungkinkan untuk mendapatkan naskah. Beberapa contoh sumber naskah adalah sebagai berikut
• Tokoh
Banyak tokoh yang baik dan kredibel menulis buku sesuai latar belakang
keahliannya. Misalnya tokoh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD
banyak menulis tentang hukum di Indonesia. Sosok Mahfud MD yang terkenal dengan
integritasnya ini bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi penerbit untuk menerbitkan
naskah-naskah yang dibuatnya.
• Komunitas
Komunitas bisa menjadi sumber naskah dan bisa menjadi pasar bagi naskah
yang akan dikelola. Misalnya buku-buku yang membahas tentang pertanian bisa
dibaca dan disebarluaskan kepada komunitas petani yang jumlahnya sangat banyak.
• Agen Sastra
Di Indonesia, profesi Agen Sastra masih jarang atau bahkan belum ada. Agen
Sastra biasanya ada di Eropa maupun Amerika. Dia adalah orang yang membina atau
memejeri penulis baik yang pemula maupun profesional. Melalui agen sastra, penerbit
bisa mendapat naskah-naskah yang diiginkan.
• Jasa Penerbitan
Jasa penerbitan merupakan salah satu sumber naskah. Melalui jasa penerbitan
penulis bisa memberikan naskah yang dibuatnya ke penerbit.
• Sekolah atau kampus
18
Lembaga pendidikan bisa menjadi sumber naskah yang menjanjikan.
Pasalnya dilembaga pendidikanlah ilmu pengetahuan berkembang dan terus
bertumbuh. Dosen-dosen bisa menulis naskah lalu penerbit mencetak dan menjualnya.
• Pusat pelatihan atau training centre
Dewasa ini banyak sekali lembaga pelatihan kepenulisan yang muncul. Pusat
pelatihan ini bisa memunculkan penulis-penulis berbakat dan terlatih. Merekalah
sumber naskah bagi penerbit.
• Event
Event atau kejadian yang penting dan bersejarah bisa menjadi sumber
naskah. Misalnya pelantikan presiden Indonesia.
• Penulis lepas
Penulis lepas adalah penulis yang tidak terikat dengan penerbit. Ia menulis
bukan karena permintaan dari penerbit. Penulis lepas memilih sendiri penerbit yang ia
inginkan.
• Penerjemah mandiri
Sama dengan penulis lepas, penerjemah mandiri adalah penerjemah yang
tidak terikat oleh penerbit.
• Lembaga penelitian
Lembaga penelitian seperti LIPI membutuhkan penerbit untuk
mempublikasikan penelitiannya. Dalam hal ini penerbit harus jeli melihat peluang.
Penelitian-penelitian yang menarik perhatian masyarakat seperti penemuan situs
gunung padang bisa menjadi sumber pendapatan yang bagus.
• Pelelangan naskah
19
Pelalangan naskah biasanya dilakukan jika naskah dari penulis sangat
berpotensi meledak di pasaran dan ditulis oleh penulis yang terkenal.
• Pembelian hak cipta (copyright) dilur negeri
Dalam industri penerbitan, sering diadakan pameran buku berskala
internasional seperti Frangkrut Book Fair, Beijing Book Fair atau Indonesia
Internasiona Book Fair yang baru digelar. Acara seperti ini menjadi ajang bagi para
penerbit untuk membeli copyright buku dari negara lain.
VI.VI Surat Perjanjian Penerbitan
Surat Perjanjian Penerbitan ( SPP ) merupakan surat perjanjian yang menyepakati
antara penulis dan penerbit. Yang tercantum dalam SPP meliputi royalti dan sebagainya. Berikut ini
adalah hal-hal yang tercantum dalam Surat Perjanjian Penerbitan.
1. Penulis atau pengarang wajib menyerahkan naskah tulisannya dalam keadaan lengkap,
bersih, dan rapih.
2. Penerbit meminta jaminan penulis bahwa naskah yang dibuat merupakan hasil karya asli,
bukan jiplakan dan belum pernah diterbitkan oleh penerbit lain. Sebaliknya, penulis
meminta jaminan penerbit untuk menerbitkan naskahnya dalam jangka waktu tertentu.
3. Penulis berkewajiban memeriksa dan membetulkan kesalahan yang terdapat pada cetak
coba, dan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan.
4. Penerbit menetapkan desain dan bentuk buku, oplag, harga, dan cara penjualannya.
5. Penulis berhak mendapatkan secara cuma-cuma sedikitnya 10 eksemplar buku yang sudah
jadi.
6. Penerbit berhak mencetak ulang buku tersebut dengan sepengetahuan penulis. Hal ini juga
untuk memberikan kesempatan bagi penulis atau pengarang bila ada perubahan pada
cetakan sebelumnya.
7. Ketentuan mengenai “ tindakan “ bila buku ternyata tidak laku setelah masa waktu tertentu..
8. Ketentuan mengenai ahli waris bila penulis meninggal dunia.
20
VI.V Anatomi Buku
Berdasarkan pengertian dari badan UNESCO PBB, buku adalah lembaran-lembaran
kertas cetak. Lembaran tersebut digabungkan menjadi satu dalam jidiladaan. Kertas dan
bercetak dan berjilid tersebut kemudian memiliki pelindung (cover) terbuat dari kerts lebih
tebal yang berbeda dengan kertas untuk teks. Kertas-kertas tercetak ini memiliki ketebalan
lebih dari 48 halaman. Anatomi buku secara umum dapat dikelompokan menjadi tiga bagian
utama yakni bagian pra isi, bagian isi, dan bagian pasca isi.
� Pra isi : halaman kulit depan
: halaman prancis
: halaman pelanggaran hak cipta
: halaman judul utama
: halaman hak cipta
: halaman persembahan
: halaman moto
: daftar isi
: daftar table, singkatan , daftar lambang , daftar gambar foto /ilustrasi/grafik
: prakata/kata sambutan
: kata pengantar
� Isi : pendahuluan
: bab-bab
: catatan kaki/catatan
: daftar kata asing , daftar istilah
� Pasca : daftar pustaka
lampiran
indeks
biografi singkat
halaman kulit belakang
21
BAB VII
PENUTUP
VII.I Kesimpulan
Industri penerbitan adalah industri gagasan yang memerlukan banyak sekali waktu
dan orang. Industri penerbitan berbeda dengan industri percetakan meskipun keduanya
saling terkait dan tidak terpisahkan. Industri penerbitan selain tujuannya mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya, juga mempunyai tujuan yang mulia yakni
menyebarkanluaskan pengetahuan.
Penerbit pada dasarnya sebagai kordinator dari industri penerbitan seperti
berkordinasi dengan penulis, editor, layouter, pihak percetakan sampai pihak distributor.
Penerbit yang bertanggung jawab atas naskah yang disetujui sampai kemudian bisa dicetak
dan dijual.
V.II.II Saran
Industri penerbitan hendaknya tidak dipandang dari segi profit saja yang
menggiurkan, namun harus dilihat pula dari segi tanggung jawab moral mencerdaskan
bangsa. Melalui buku-buku berkualitas yang dihasilkan penerbit akan membawa bangsa ini
kepada kemajuan.
Kegiatan membaca harus terus menerus digalakkan karena tingkat baca masyarakat
yang tinggi menjadi faktor kemajuan industri penerbitan. Industri penerbitan juga harus
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Terbuka dengan hal-hal baru, dan terus
menerus “melahirkan” inovasi-inovasi agar terus bertahan dari masa ke masa.
Selain kegiatan membaca, kegiatan literasi juga harus di dorong agar dunia penerbit
terus mendapatkan ide-ide segar dari para penulis muda. Kaum akademisi di tingkat
perguruan tinggi harusnya bisa menjadi pelopor literasi.