makalah tumor paru

32
MAKALAH TUMOR PARU Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sistem Respirasi Dosen Pengampu : Khamid Khanafi, S. Kep., Ns. Disusun Oleh : Kelompok IX 1. Feni Septiani 2. Intan Fajar Fitria 3. Safarotul Hidayah STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN 2015

Upload: stikescendekiautama

Post on 23-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

TUMOR PARU

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sistem Respirasi

Dosen Pengampu : Khamid Khanafi, S. Kep., Ns.

Disusun Oleh : Kelompok IX

1. Feni Septiani

2. Intan Fajar Fitria

3. Safarotul Hidayah

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

2015

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-

Nya. Hanya dengan karunia-Nya penulisan makalah ini yang berjudul Tumor Paru dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Ada beberapa kendala yang menghambat terselesainya

karya tulis ini diantaranya keterbatasan pengetahuan serta sumber yang penulis miliki.

Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya

bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ilham Setyobudi, S. Kep,. M. Kes. Ketua STIKES.

2. Wahyu Yusianto, M. Kep. Ketua Prodi Ilmu Keperawatan.

3. Ns. Khamid Hanafi, S. Kep. Selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar ber-

sedia membimbing dan memberikan saran-saran, motivasi, serta nasihatnya yang

sangat berguna bagi penulis.

4. Orang tua penulis tercinta yang selalu mendukung hingga saat ini dengan penuh

pengorbanan.

5. Teman-teman PSIK III A yang telah mendukung pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga tugas makalah ini

dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Kudus, Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tumor Paru........................................................................................

2.2 Klasifikasi Tumor Paru........................................................................................

2.3 Etiologi.................................................................................................................

2.4 Petofisiologi.........................................................................................................

2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................

2.6 Komplikasi...........................................................................................................

2.7 Pemeriksaaan Penunjang.....................................................................................

2.8 Pemeriksaan Medis Dan Non Medis....................................................................

2.9 Penatalaksanaan Keperawatan.............................................................................

2.10 Pencegahan........................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian............................................................................................................

3.2 Diagnosa keperawatan.........................................................................................

3.3 Intervensi keperawatan........................................................................................

3.4 Implementasi keperawatan...................................................................................

3.5 Evaluasi ...............................................................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan..............................................................................................................

4.2 Saran....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas. Tetapi virus, faktor lingkungan, dan

faktor genetik semuanya berkaitan dengan risiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya

tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan

terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan

untuk memicu timbulnya penyakit tumor.

Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan merupakan

salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan

yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain.

Sel kanker adlah sel normal yang mengalami mutasi atau perubahan genetik dan tumbuh

tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain.

Proses pembentukan kanker atau karsinogenesis merupakan kejadian somatik dan

sejak lama di duga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang

menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembangbiakan sel.

Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen

penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar progresinya.

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup

keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru atau disebut

metastasis tumor di paru. Dalam pedoman penatalaksaan ini yang di maksud dengan

kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus

atau karsinoma bronkus.

Menurut Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas

merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah penyakit

gangguan pembuluh darah. Penyakit tumor paru ini merupakan salah satu penyakit utama

yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah.

Namun demikian, tumor paru dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan

wanita tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala etnis.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan tumor paru?

b. Ada berapa klasifikasi tumor paru?

c. Bagaimana etiologi tumor paru?

d. Bagaimana patofisiologi tumor paru?

e. Apa manifestasi klinis tumor paru?

f. Apa komplikasi dari tumor paru?

g. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan tumor paru?

h. Bagaimana pemeriksaan medis dan non medis pasda tumor paru?

i. Bagaimana penatalaksanaan tumor paru?

j. Bagaimana pencegahan tumor paru?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian tumor paru.

b. Untuk mengetahui klasifikasi tumor paru.

c. Untuk mengetahui etiologi.

d. Untuk mengetahui petofisiologi.

e. Untuk mengetahui manifestasi klinis.

f. Untuk mengetahui komplikasi.

g. Untuk mengetahui pemeriksaaan penunjang.

h. Untuk mengetahui pemeriksaan medis dan non medis.

i. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan.

j. Untuk mengetahui pencegahan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Tumor Paru

Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa

latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan

pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001

pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).

(Muhammad sidik hasanuddin, 2011)

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada

umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara

serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan

tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak

mudah dikeluarkan dengan cara operasi. (http://www.academia.edu/5218241)

Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang

abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga

dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung

Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer) atau Karsinoma Skuamosa, adeno-

karsinoma, karsinoma sel besar. (Astried Indasari, 2003)

Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru

berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang

terkena kanker. (Astried Indasari, 2003)

Keganasan yang terjadi 90% di epithelium bronkus yang tumbuh lambat memakan

waktu 8-10 tahun dan tumor mencapai ukuran 1 cm, dimana lesi terkecil dapat dideteksi

dengan X-Ray. (Astried Indasari, 2003)

Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer

sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa

percabangan bronkus. (Astried Indasari, 2003)

2.2 Klasifikasi Tumor Paru

Klasifikasi tumor paru terdiri dari tumor paru jinak dan tumor paru ganas. Menurut

Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau

jinak (benign). (Mansjoer,2000)

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada

umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara

serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan

tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak

mudah dikeluarkan dengan cara operasi.

Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran

napas. Lebih dari 90% kanker paru-paru berawal dari bronki (saluran udara besar yang

masuk ke paru-paru), kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari :

(Muhammad sidik Hasanuddin, 2011)

1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik karsinoma

bronkogenik yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.

2. Adenokarsinoma. Memperlihatkan susunan karsinoma seperti kelenjar bronkus dan

dapat mengandung mucus

3. Karsinoma sel besar : sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk

dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.

4. Karsinoma sel kecil : seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak di tengah disekitar

percabangan utama bronki.

5. Karsinoma sel alveolar berasal dari kantong udara (alveoli) di paru-paru. Kanker ini

bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu

daerah di paru-paru.

2.3 Etiologi

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa

faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden tumor paru atau faktor

pendukung dari tumor paru, antara lain : (Price Sylvia, 2006)

1. Merokok dan asap rokok

Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru

pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin

besar risiko untuk menderita tumor atau kanker paru-paru.

Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang

defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)

dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai

kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang

perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali

ke pola risiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon

karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan

pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

Kanker paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok dibanding pada

bukan perokok. Resiko ditentukan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun

(jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok).

Selain itu, makin muda individu memulai merokok, makin besar resiki terjadinya

kanker paru. Faktor lain juga dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap

(kandungan tar, filter dengan tidak berfilter).

Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan

tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan

menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan

bahwa perokok pasif pun akan berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar

asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali

lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan

suami atau pasangan perokok juga terkena risiko kanker paru 2-3 kali lipat.

Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif.

Insiden kanker paru pada perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik

menjadi 5% per tahun, antara lain karena meningkatnya jumlah perempuan perokok

atau sebagai perokok pasif.

Jika seseorang perokok menghentikan kebiasaan merokok, maka penurunan risiko

baru tampak setelah 3 tahun penghentian dan akan menunjukkan risiko yang sama

dengan bukan perokok setelah 10-13 tahun.

Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari kanker

paru pada bukan perokok. Dengan kata lain, individu yang secara involunter terpajang

pada asap tembakau dalam lingkungan yang dekat (mobil, gedung) berisiko terhadap

terjadinya kanker paru. Opini publik telah mengarah pada berbagai kampanye untuk

melarang merokok pada tempat-tempat umum seperti restoran, kantor, dan pesawat

udara.

2. Paparan zat karsinogen (asbestos, radiasi ion, radon arse)

Pemajanan (paparan) kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic,

asbestos, gas mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi

telah dikaitkan dengan terjadinya tumor atau kanker paru. Hukum telah dibuat untuk

mengendalikan pemajanan terhadap elemen tersebut ditempat kerja.

Radon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan

bebatuan. Gas berat yg mengandung radioaktif, berasal dari peluruhan radium, yang

terberat dikenal dengan nomor massa 222 dan termasuk seri radioaktif uranium.

Selama bertahun-tahun, gas ini telah dikaitkan dengan pertambangan uranium tetapi

sekarang diketahui gas tersebut dapat menyusup ke rumah-rumah melalui bebatuan

didasar tanah.

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan

penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)

berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga

merupakan agen etiologi operatif.

Bahan-bahan industri yang paling banyak dihubungkan dengan karsinoma

bronkogenik adalah asbestos. Dinyatakan bahwa asbestos dapat meningkatkan risiko

kanker 6-10 kali. Paparan industri ini baru tampak pengaruhnya setelah 15-20 tahun.

Lapangan pekerjaan lain yang dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap

kemungkinan menderita kanker paru adalah penambang nikel, industri ion exchange

resin yang menggunakan klormetil eter dan bisklorometil eter, penambang biji kromit

serta industri pemakai arsenikum.

Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard

dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru. Terdapat insiden yang

tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic

(pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru-paru hematite) dan orang-orang

yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan

insiden.

3. Polusi udara

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari

pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen

dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

Berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk di dalamnya adalah sulfur,

emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan pabrik. Bukti-bukti

menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai

akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

2.4 Patofisiologi (Price Sylvia, 2006)

Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, faktor lingkungan seperti polusi

udara, merokok, bekerja di industri, semunya berkaitan dengan risiko terjadinya tumor.

Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang

merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama

dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.

Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang

berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik

(DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan

berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama

mingguan sampai tahunan.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia

hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya

pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia, dan displasia. Bila

lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia, dan displasia menembus ruang

pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi

ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus diikuti dengan supurasi di bagian distal.

Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan

dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,

khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti

kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat

tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa). Karsinoma

sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel

skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.

Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel

besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli.

Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai

progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ

yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma

prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.

2.5 Manifastasi Klinis

Manifestasi klinis pada penderita tumor paru yaitu : (Muhammad Sidik Hasanuddin,

2011)

a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan.

b. Napas pendek-pendek dan suara parau.

c. Batuk berdarah dan berdahak.

d. Nyeri pada dada ketika batuk dan menarik napas yang dalam.

e. Hilang nafsu makan dan berat badan menurun.

2.6 Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya: (Muhammad Sidik

Hasanuddin, 2011)

a. Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal napas.

b. Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru.

c. Kemoterapi kombinasi radiasi  dapat menyebabkan pneumonitis.

d. Pneumotorak : udara yang terperangkapdi dalam rongga pleura, yang

menyebabkan paru-paru mengempis

e. Empiema : akumulasi nanah di dalam rongga

f. Edokarditis : infeksi lapisan dalam jantung (endokardium). Endokarditis

biasanyaterjadi ketika bakteri atau kuman lain dari bagian lain dari tubuh anda,

seperti mulut, menyebar melalui aliran darah dan menempel pada ke daerah2 yang

rusak di dalam jantung anda. Jika tidak diobati,endokarditis dapat merusak atau

menghancurkan katup jantung dam dapat menyebabkan komplikasi yang

mengancam jiwa.

g. Atelektasis : pengembangan paru-paru tidak lengkap.

h. Sesak nafas.

i. Batuk darah.

j. Nyeri.

k. Cairan di dada (efusi pleura).

l. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)

m. Kematian.

2.7 Pemeriksaan Penunjang (Muhammad Sidik HAsanuddin, 2011 dan

http://www.academia.edu/5218241)

1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura

2. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

3. Radiologi

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker

paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa

udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau

vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

4. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).

5. Histopatologi.

a. Bronkoskopi

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi

(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara

torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

e. Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam

prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

2.8 Penatalaksanaan Medis Dan Non Medis (Astried Indasari, 2003)

Penatalaksanaan medis

Sasaran penatalaksanaan ialah untuk memberikan penyembuhan jika memungkinkan.

Secara umum, pengobatan dapat mencakup pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi.

1. Pembedahan reseksi

Pembedahan Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan

tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastasis dan mereka yang fungsi

jantung parunya baik. Reseksi bedah jarang menghasilkan penyembuhan

sempurna.

2. Terapi radiasi

Terapi radiasi dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil, namun

bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang tidak dapat di reseksi tetapi yang

responsif terhadap radiasi. Radiasi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran

tumor dan dapat digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan

tekanan tumor, radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada,

dispnea, hemoplisis, dan nyeri tulang serta hepar.

3. Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk menganggu pola pertumbuhan tumor, untuk

menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis luas, untuk

melengkapi bedah atau terapi radiasi.

Penatalaksanaan non medis

1. Manganjurkan pasien untuk tidak merokok.

2. Hidup dalam lingkungan yang tidak cemar polusi.

3. Beri dukungan terhadap pasien.

2.9 Penatalaksanaan Keperawatan (http:/www.academia.edu/5218241)

a. Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya

b. Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang

sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk

c. Mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.

2.10 Pencegahan (Muhammad Sidik Hasanuddin, 2011)

Tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker paru-paru, tetapi dapat mengurangi

risiko jika :

1. Tidak merokok. Jika belum pernah merokok, jangan mulai. Bicaralah dengan anak-

anak untuk tidak merokok sehingga mereka bisa memahami bagaimana untuk

menghindari faktor risiko utama kanker paru-paru. Banyak perokok mulai merokok di

usia remaja. Memulai percakapan tentang bahaya merokok dengan anak-anak lebih

awal sehingga mereka tahu bagaimana harus bereaksi terhadap tekanan teman sebaya.

2. Berhenti merokok. Berhenti merokok sekarang. Berhenti merokok mengurangi risiko

kanker paru-paru, bahkan jika telah merokok selama bertahun-tahun. Konsultasi

dengan dokter tentang strategi dan bantuan berhenti merokok yang dapat membantu

berhenti. Pilihan meliputi produk pengganti nikotin, obat-obatan dan kelompok-

kelompok pendukung.

3. Hindari asap rokok. Hindari daerah di mana orang merokok, seperti bar dan restoran,

dan memilih area bebas asap.

4. Tes radon rumah. Periksa kadar radon di rumah, terutama jika tinggal di daerah

dimana radon diketahui menjadi masalah. Kadar radon yang tinggi dapat diperbaiki

untuk membuat rumah lebih aman. Untuk informasi mengenai tes radon, hubungi

departemen kesehatan.

5. Hindari karsinogen di tempat kerja. Tindakan pencegahan untuk melindungi diri dari

paparan bahan kimia beracun di tempat kerja. Perusahaan harus memberitahu jika

terkena bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Misalnya, jika diberi masker untuk

perlindungan, selalu memakainya. Tanyakan kepada dokter apa lagi yang bisa

lakukan untuk melindungi diri di tempat kerja. Risiko kerusakan paru-paru dari

karsinogen ini meningkat jika merokok.

6. Makan-makanan yang mengandung buah-buahan dan sayuran. Pilih diet sehat dengan

berbagai buah-buahan dan sayuran. Makanan sumber vitamin dan nutrisi yang terbaik.

Hindari mengambil dosis besar vitamin dalam bentuk pil, karena mungkin akan

berbahaya. Sebagai contoh, para peneliti berharap untuk mengurangi risiko kanker

paru-paru pada perokok berat memberi mereka suplemen beta karoten. Hasilnya

menunjukkan suplemen benar-benar meningkatkan risiko kanker pada perokok.

7. Minum alkohol dalam jumlah sedang, jika bisa sama sekali tidak. Batasi diri untuk

satu gelas sehari. Jika seorang wanita atau dua gelas sehari jika seorang laki-laki.

Setiap orang usia 65 atau lebih tua harus minum alkohol tidak lebih dari satu gelas

satu hari.

8. Olah raga. Capai minimal 30 menit olah raga pada setiap hari dalam seminggu.

Periksa dengan dokter terlebih dahulu jika belum berolahraga secara teratur.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR PARU

1.1 Pengkajian

A. Pengumpulan Data.

1. Keadaan umum : lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada, bingung, cemas,

kurang istirahat.

2. Kebutuhan dasar:

a. Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi

kesulitan menelan (disfagia), penurunan berat badan.

b. Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)

c. Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.

d. Aktivitas : keletihan, kelemahan.

B. Pemeriksaan fisik

1. Sistem pernafasan

a. Sesak nafas, nyeri dada

b. Batuk produktif tak efektif

c. Suara nafas : ronchi, wheezing, stridor, penurunan suara nafas pada inspirasi

d. Serak, paralysis pita suara.

b. Retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, menurunnya

pergerakkan dinding dada, peningkatan usaha untuk bernafas.

c. Sekret bisa mengalami meningkat, purulent.

2. Sistem kardiovaskuler dan sirkulasi

a. Takikardi, disritmia.

b. Menunjukkan efusi (gesekan pericardial).

c. Pucat, sianosis, diaphoresis, hipotensi, aritmia pada atrial maupun ventrikular,

penurunan cardiac out put (COP), shock.

3. Sistem gastrointestinal

Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, dan berat badan menurun.

4. Sistem urinarius

Peningkatan frekuensi/ jumlah urine.

5. Sistem neurologis

a. Perasaan takut/ takut hasil pembedahan.

b. Kegelisahan.

B. Pengelompokan Data

1. Data Subjektif

Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, batuk tak efektif, serak, haus, anoreksia,

disfalgia, berat badan menurun, peningkatan frekuensi/ jumlah urine, dan takut.

2. Data Objektif

Batuk produktif, takikardi/ disritmia, menunjukkan efusi, sianosis, pucat, gelisah,

suara nafas : ronchi, wheezing, stridor, penurunan suara nafas pada inspirasi.

C. Pemeriksaan penunjang

Analisa gas darah (didapatkan hypoksemia, acidosis, peningkatan atau penurunan

CO2). Fungsi pernafasan (penurunan VC, peningkatan volume tidal). ECG (mungkin

ditunjukkan adanya arrytmia).

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

b. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk bernafas.

e. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru.

f. Ketidakseimbangan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelelahan dan dyspnea.

3.3 Intervensi Keperawatan

No

.

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

1. Ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan

penurunan ekspansi paru

Definisi : Inspirasi atau

ekspirasi yang tidak memberi

ventilasi

Batasan Karakteristik:

Perubahan kedalaman

bernafas

Perubaham ekskursi dada

Mengambil posisi  tiga titik

NOC :

Respiratory status: 

ventiolation

Respiratory status:

Airway patency

Vital sign status

Kriteria Hasil :

- Mendemonstrasikan

batuk efektif dengan

suara nafas yang

besih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

NIC :

Airway Management

Buka jalan nafas

dengan teknik chin

lift atau jaw thrust

bila perlu

Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

Identivikassi pasien

perlunya

Bradipneu

Penurunan tekanan ekspirasi

Penurunan ventilasi se

menit

Penurunan kapsitas vital

Dipneu

Peningkatan diameter

anterior posterior

Pernapasan cuping hidung

Ortopneu

Fese ekspirassi memanjang

Pernapasan bibir

Takipneu

Penggunaan otot eksesorius

untuk bernapas

Faktor faktor yang

berhubungan :

• Ansietas

• Posisi tubuh

• Defomitas tulang

• Defomitas dinding dada

• Keletihan

• Hiperventilasi

• Sindrom hipoventilasi

• Gangguan muskuloskeletal

• Kerusakan neurologis

• Imaturitas neurologis

• Disfungsi neuromuskular

• Obesitas

• Nyeri

• Keletihan otot pernafasan

cedera medula spinalis

(mamou mengeluar-

kan septum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

- Menunjukkan jalan

nafas yang paten

(klien tidak merasa

tercekik, irama

nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal,

tidak ada suara

abnormal)

- Tanda- tanda vital

dalam rentang

normal (tekanan

darah, nadi,

pernafasan)

pemasangan alat

jalan nafas buatan

Pasang mayo bila

perlu

Lakukan fisioterapi

bila perlu

Kluarkan sekret

dengan batuk atau

suction

Auskultassi suara

nafas, catat adanya

suara tambahan

Lakulkan suction

pada mayo

Berikan

brinkodilator bila

perlu

Berikan pelembab

udara kassa basah

NaCl lembab

Atur intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

Monitor respirasi dan

status O2

Oxygen Therapy

Bersihkan mulut,

hidung dan sekret

trakea

Pertahankan jalan

nafas yang paten

Atur peralatan

oksigen

Monitor aliran

oksigen

Pertahankan posisi

pasien

Observasi adanya

tanda – tanda

hiperventilasi

Monitor adanya

kecemasan pasien

terhadan oksigenasi

Vital Sign Monitoring

Monitor

TD,nadi,suhu,dan

RR

Catat adanya

fluktuasi tekanan

darah

Monitor Vs saat

pasien berbaring,

duduk n, atau berdiri

Auskultasi TD pada

kedua lengan dan

bandingkan

Monitor TD, nadi,

RR,sebelum,selama,

dan setelah

aktivitass

Monitor kualitas

dari nadi

Monitor frekuensi

dan irama

pernafasan

Monitor suara paru

Monitor pola

pernafasan abnormal

Monitor suhu,

warna, dan

kelembaban kulit

Monitor sianosis

perifer

Monitor adanya

cushing

triad(tekanan nadi

yang melebar,

bradikardi,peningkat

an sistolik)

Identifikasi

penyebab dari

perubahan vital sign

2. Ketidakefektifan

pembersihan jalan nafas

berhubungan dengan

obstruksi jalan nafas.

Definisi : Ketidakmampuan

untuk membersihkan sekresi

atau obstruksi dari saluran

pernafasan untuk

mempertahankan kiebersihan

jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

Tidak ada batuk

Suara napas tambahan

Perubahan frekuensi napas

Perubahan irama napas

Sianosis

Kesulitan berbicara atau

mengeluarakan suara

NOC:

Respiratory Status:

Ventilation

Respiratory status:

Airway patency

Kriteria Hasil:

- Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluar-

kan sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

suara nafas

abnormal)

- Menunjukkan jalan

nafas yang paten

NIC:

Airway Suction

Pastikan kebutuhan

oral / trakeal

suctioning

Auskultassi suara

nafas sebelum dan

sesudah suctioning

Informasikan pada

klien dan kluarga

tentang suctioning

Minta pasien nafas

dalam sebelum

suction dilakukan

Berikan O2 dengan

menggunakan nasal

untuk memfasilitassi

suction nasotrakeal

Gunakan alat yang

Penurunan bunyi napas

Dipsneu

Sputum dalam jumlah yang

berlebihan

Batuk yang tidak efektif

Orthopneu

Gelisah

Mata terbuka lebar

Faktor Yang berhubungan:

• Lingkungan:

- Perokok pasif

- Pengisap asap

- Merokok

• Obstruksi jalan nafas:

- Spasme jalan nafas

- Mokus dalam jumlah

berlebihan

- Eksudat dalam jalan

alveoli

- Mareti asing dalam jalan

nafas

- Adanya jalan nafas

buatan

- Sekresi bertahan/sisa

sekresi

- Sekresi dalam bronki

• Fisiologis:

- Jalan nafas alergik

- Asma

- Penyakit paru obstruktif

kronik

- Hiperplasihiperplasi

dinding bronkial

- Infeksi

(klien tidak merasa

tercekik, irama nafas,

frekuensi pernafasan

dalam rentang

normal, tidak ada

suara nafas

abnormala)

- Mampu

mengidentifikasikan

dan mencegah faktor

yang dapat

menghambat bjalan

nafas

steril setiap

melakukan tindakan

Anjurkan passien

untuk istirahat dan

nafass dalam setelah

kateter dikeluarkan

dari nasotrakeal

Monitor status

oksigen pasien

Ajarkan keluarga

bagaimana cara

melakukan suction

Hentikan suction

dan berikan oksigen

apabila pasien

menunjukkan

bradikardi,

peningkatan

saturassi O2, dll.

Airway Management

Buka jalan nafas,

gunakan teknik chin

lift atau jaw thrust

bila perlu

Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

Identifikasi pasien

perlunya

pemasangan alat

jalan nafas buatan

Pasang mayo bila

perlu

- Disfungsi

neuromuskular

Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

Keluarkan sekret

dengan batuk atau

suction

Auskultassi suara

nafas, catat adanya

suara tambahan

Lakukan suction

pada mayo

Berikan

bronkodilator bila

perlu

Berikan pelembab

udara kassa basah

NaCl lembab

Atur intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan

Monitor rspirasi

dan status O2

3. Gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan

hipoksia kronik pada

jaringan paru.

Definisi : Kelebihan atau

defisit pada oksigenasi atau

eleminassi karbon dioksida

pada membran alveolar -

kapiler

Batasan karakteristik :

PH darah arteri abnormal

NOC :

Respiratory Status:

Gas exchange

Respiratory status:

Ventilation

Vital Sign status

Kriteria Hasil :

- Mendemonstrasikan

peningkatan

ventilassi dan

oksigenassi yang

adekuat

NOC:

Airway Management

Buka jalan nafas,

gunakan teknik chin

lift atau jaw thrust

bila perlu

Posisikan passien

untuk

mamaksimalkan

ventilasi

Identifikasi pasien

perlunya

PH arteri abnormal

Pernafasan

abnormal(mis,pucat,kehita

man)

Konfusi

Sianosis(pada neonatus

saja)

Penurunan karbondioksida

Diaforesis

Dispneu

Sakit kepala saat bangun

Hiperkapnia

Hipoksemia

Hipoksia

Iritabilitas

Nafas cuping hidung

Gelisah

Samnolen

Takikardi

gangguan penglihatan

Faktor-faktor yang

berhubungan :

Perubahan membran

alveolar – kapiler

Ventilasi - perfusi

- Memelihara

kebersihan paru-

paru dan bebas dari

tanda-tanda distress

pernafasan

- Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih,tidak ada

sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah,tidak ada

pursed lips)

- Tanda – tanda vital

dalam rentang

normal

pemasangan alat

jalan nafas buatan

Pasang mayo bila

perlu

Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

Keluarkan sekret

dengan batuk atau

suction

Auskultassi suara

nafass , catat

adanya suara

tambahan

Lakukan suction

pada mayo

Berikan

bronkodilator bila

perlu

Berikan pelembab

udara kassa basah

NaCl lembab

Atur intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan

Monitor rspirasi

dan status O2

Respiratory

Monitoring

Monitor rata-rata,

kedalaman, irama,

dan usaha respirasi

Catat pergerakan

dada, amati

kesimetrisan,

pengguanaan otot

tambahan, retraksi

otot supraclavicular

dan intercostal

Monitor suara nafas,

seperti dengkur

Monitor pola nafas:

bradipneu, takipneu,

kussmaul,

hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

Catat lokassi trakea

Monitor kelelahan

otot

diafragma(gerakan

paradoksis)

Auskultassi suara

nafas ,catat area

penurunan/ tidak

adaventilasi dan

suara nafas

tambahan

Tentukan kebutuhan

suction dengan

mengauskultasi

crakles dan rocki

pada jalan nafs

trauma

Auskultassi suara

paru setelah

tindakan untuik

mengetahui

hasilnya.

4. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

kelemahan secara umum.

Definisi:

NOC:

Energy

Consevation

Activity tolerance

SelfCare: ADls

Kriteria Hasil :

- Berpartisipassi dalam

aktifitas fisik tanpa

disertai peningkatan

tekanan darah , nadi

dan RR

- Mampu melakukan

aktifitass sehari - 

harib (ADLs)secara

mandiri

- Tanda – tanda vital

normal

- Energy psikomotor

- Level kelemahan

- Mampu

berpindah:dengan

atau tanpa bantuan

alat

- Status

kardiopulmonari

adekuat

- Sirkulassi status baik

- Status respirasi:

pertukaran gas dan

ventilasi adekuat

NIC :

Activity Therapy

Kolaborasikan

dengan tenaga

rehabilitasi medik

dalam

merencanakan

program terapi yang

tepat

Bantu klien untuk

mengidentifikasi

aktivitas yang

mampu dilakukan

Bantu untuk

memilih aktivitas

yang konsisten

yang sesuai dengan

kemampuan fisik ,

psikologi dan sosial

Bantu untuk

mengidentifikasi

dan mendapatkan

sumber yang

diperlukan untuk

aktivitas yang di

inginkan

Banytu untuk

mendapatkan alat

bantuan aktivitas

seperti kursi roda,

krek,

Bantu untuk

mengidentivikasi

kegiatan yang

disukai

Bantu klien untuk

membuat jadwal

latihan diwaktu

luang

Bantu pasien /

keluarga

untuk ,mengidentifi

kasi kekurangan

dalam beraktifitas

Sediakan penguatan

positif bagi yang

aktif beraktivitas

Bantu pasien untuk

mengembangkan

motivasi diridan

penguatan

         Monitor

respon

fisik,emosi,sosial

dan spiritual

5. Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh

Definisi : asupan nutrisi tidak

cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolik

Batasan karakteristik :

kram abdomen

nyeri abdomen

menghindari makanan

berat badan 20% atau lebih

di bawah berat badab ideal

NOC

Nutritional Status :

Nutritional status :

food and fluid

Intake

Nutritional status :

nutrrient intake

Weight control

Kriteria hasil :

- Adanya peningkatan

berat bedan sesuai

NIC

Nutrition

Management

Kaji adanya alergi

makanan

Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan nutrisi

yang di butuhkan

pasien

Anjurkan pasen

kerapuhan kapiler

diare

kehilangan rambut

berlebihan

bising usus hiperaktif

kurang makanan

kurang informasi

kurang minat pada makanan

penurunan berat badan

dengan asupan makanan

adekuat

kesalahan konsepsi

kesalahan informasi

membran mukosa pucat

ketidakmampuan memakan

makanan

tonus otot menurun

mengeluh gangguan sensasi

rasa

mengeluh asupan makanan

kurang dari RDA

(recommended daily

allowance)

cepat kenyang setelah

makan

sariawan rongga mulut

steatorea

kelemahan otot pengunyah

kelemahan otot untuk

menelan

faktor-faktor yang

berhubungan:

• faktor biologis

• faktor ekonomi

dengan tujuan

- Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi

badan

- Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda-

tanda malnutrisi

- Menunjukkan

peningkatan fungsi

pengecapan dari

menelan

- Tidak terjadi

penurunan berat

badan

untuk

meningkatkan

intake Fe

Anjurkan pasien

untuk

meningkatkan

protein dan vitamin

C

Berikan substansi

gula

Yakinkan diet yang

dimakan

mengandung tinggi

serat unuk

mencegah

konstipasi

Berikan makanan

yang terpilih (sudah

konsultasikan

dengan ahli gizi)

Ajarkan pasien

bagaimana

membuat catatan

makanan harian

Monitor jumlah

nutrisi dan

kandungan kalori

Berikan informasi

tentang kebutuhan

nutrisi

Kaji kemampuan

pasien untuk

mendapatkan

nutrisi yang

• ketidakmampuan untuk

mengabsorbsi nutrien

• ketidakmampuan untuk

mencerna makanan

• ketidakmampuan menelan

makanan

• faktor psikologis

dibutuhkan

Nutrition monitoring

BB pasien dalam

batas normal

Monitot adanya

penurunan berat

badan

Monitor tipe dan

jumlah aktivitas

yang biasa

dilakukan

Monitor interaksi

anak atau orangtua

selama makan

Jadwalkan

pengobatan dan

tindakan tidak

selama jam makan

Monitor kulit

kering dan

perubahan

pigmentasi

monitor turgor kulit

monitor

kekeringan, rambut

kusam, dan mudah

patah

monitor mual dan

muntah

monitor kadar

albumin, total

protein, Hb, dan

kadar Ht

monitor

pertumbuhan dan

perkembangan

monitor pucat,

kemerahan, dan

kekeringan jaringan

konjungtiva

monitor kalori dan

intake nutrisi

catat adanya

edema, hiperemik,

hipertonik papila

lidah dan cavitas

oral

catat jika lidah

berwarna magenta,

scarlet

6. Gangguan rasa nyaman

Definisi : merasa kurang

senang, lega dan sempurna

dalam dimensi fisik,

psikospiritual, lingkungan dan

sosial

Batasan karakteristik

Ansietas

Menangis

Gangguan pola tidur

Takut

Ketidakmampuan untuk

rileks

Iritabiitas

Merintih

Melaporkan merasa dingin

Melaporkan merasa panas

Melaporkan perasaan tidak

NOC

Ansiety

Fear leavel

Sleep deprivation

Comfort, readines

for enchanced

kriteria hasil :

- Mampu mengontrol

kecemasan

- Status lingkungan

yang nyaman

- Mengontrol nyeri

- Kualitas tidur dan

istirahat adekuat

- Agresi pengendalian

diri

- Respon terhadap

NIC

Anxiety reduction

(penurunan

kecemasan)

Gunakan

pendekatan yang

menenangkan

Nyatakan dengan

jelas harapan

terhadap pelaku

pasien

Jelaskan semua

prosedur dan apa

yang dirasakan

selama prosedur

Pahami prespektif

pasien terhadap

nyaman

Melaporkan gejala distress

Melaporkan rasa lapar

Melaporkan rasa gatal

Melaporkan kurang puas

dengan keadaan

Melaporkan kurang senang

pada situasi tersebut

Gelisah

Berkeluh kesah

Faktor yang berhubungan

Gejala terkait penyakit

Sumber yang tidak adekuat

Kurang pengendalian

lingkungan

Kurang privasi

Kurang kontrol situasional

Stimulasi lingkungan yang

mengganggu

Efek samping terkait terapi

(mis., medikasi, radiasi)

pengobatan

- Control gejala

- Status kenyamanan

meningkat

- Dapat mengontrol

ketakutan

- Support social

- Keinginan untuk

hidup

situasi stress

Temani pasien

untuk memberikan

keamanan dan

mengurangi takut

Dorong keluarga

untuk menemani

anak

Lakukan back /

neck rub

Dengarkan dengan

penuh perhatian

Identifikasi tingkat

kecemasan

Bantu pasien

mengenal situasi

yang menimbulkan

kecemasan

Dorong pasien

untuk

mengungkapkan

perasaan,

ketakutan, persepsi

Instruksikan pasien

menggunakan

tekhnik relaksasi

Berikan obat untuk

mengurangi

kecemasan

Environment

Management Confort

Pain Management

3.4 Implementasi Keperawatan

Dari hasil entervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang dilakukan

disesuaikan dengan keadaan pasien dirumah sakit pekasanaan perupakan pengelolahan

dan perwujudan, dan rencana tindakan yang meliputi beberapa bagina, yaitu validasi,

rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.

3.5 Evaluasi

1. Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien

dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.

2. Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :

a. Tujuan tercapai : pasien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah

ditetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai sebagian

sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.

c. Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama

sekali.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran

napas. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan

cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya

pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila

lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang

pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

vertebra.

Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu batuk yang terus menerus dan

berkepanjangan, napas pendek-pendek dan suara parau, batuk berdarah dan berdahak,

nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam, hilang nafsu makan dan

berat badan

4.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis

dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Indrasari, Astried. 2003. Diagnosis Dini Kanker Paru. Diunduh dari

https://id.scribd.com/doc/79638724/REFRAT-KANKER-PARU oleh marlina sihombing

pada tanggal 11 November 2015 pukul 14.07 WIB

Diunduh dari https://id.scribd.com/doc/87190282/Kanker-paru oleh tpuspitasary pada

tanggal 11 November 2015 pukul 14.09 WIB

Hasanuddin, Muhammad sidik. 2011. Refrat Tumor Paru. Diunduh dari

https://id.scribd.com/doc/91209529/Tumor-Paru-Referat oleh muhammad sidik hasanuddin

pada tanggal 11 November 2015 pukul 14.06 WIB

Diunduh dari https://www.academia.edu/5218241/MAKALAH-KMB-TUMOR-

PARU oleh muhammad hakim pada tanggal 11 November 2015 pukul 14.10 WIB

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing